Laporan Praktikum
Mata Kuliah Penyuluhan
“Penyuluhan Tentang Tata Cara Mengetahui dan
Mengobati Mastitis Subklinis pada Sapi Perah di Desa
Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang”
Kelompok F13
Yuyun Amalia (125050101111085)
Jamaluddin Abdul Ghani (125050101111088)
Khurrotu A’yunin (125050101111091)
Titik Rizka Hidayati (125050101111106)
Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Penyuluhan Tentang Tata Cara Mengetahui dan
Mengobati Mastitis Subklinis pada Sapi Perah di Desa Pandesari,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang” dengan baik.
Tak lupa penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah ini:
1. Kepada orang tua penulis yang telah memberikan motivasi dan izin
kepada penulis.
2. Kepada dosen pengajar yang telah memberikan pengarahan kepada
penulis dalam penyusunan makalah ini.
3. Kepada tim asisten yang telah membantu kami dalam memberikan
pengarahan dan penyusunan makalah ini.
4. Teman-teman yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini.
Penulis mangharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iii
BAB1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................11.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................31.3 Tujuan .............................................................................................................31.4 Manfaat ...........................................................................................................3
BAB2. GAMBARAN UMUM PENYULUHAN...............................................4
2.1 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan ........................................................4
2.2 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran ..........................................................4
BAB 3.METODE PENYULUHAN....................................................................6
3.1 Metode Pelaksanaan .......................................................................................6
3.2 Gambaran Teknologi ......................................................................................7
3.3 Media Penyuluhan ..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10
Lampiran 1. Gambaran teknologi ....................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan salah satu kebutuhan manusia yang didapat dari sekresi
kelenjar susu pada hewan mamalia. Susu merupakan makanan yang komplek
karena mengandung banyak nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, nutrisi
yang terkandung dalam susu diantaranya dalah air, lemak, protein, laktosa,
vitamin, dan mineral. Indonesia saat ini mengalami defisit produksi susu 70%
dalam memenuhi bahan baku Industri Pengolahan Susu (IPS), karena dari
kebutuhan sekitar 1,3 miliar liter, produksi nasional hanya sekitar 350 juta liter
(Nugroho dkk., 2011;72). Perkembangan populasi ternak sapi perah cenderung
stagnan, produksi susu cenderung turun 0,6%, dengan demikian ada
kecenderungan nilai tambah yang dinikmati ternak semakin kecil. Keadaan ini
dapat terjadi sebagai akibat harga susu yang cenderung tetap sejak tahun 2000
sampai dengan tahun 2005 (Aisyah, 2011;51).
Sementara itu populasi peternakan sapi perah di Kecamatan Pujon
cenderung menurun dari tahun 2012 ke tahun 2013. Pada tahun 2010 pupulasi
sapi perah sekitar 72, 755 ekor, tahun 2011 (89,341 ekor), 2012 (93,992 ekor),
dan tahun 2013 menurun (72,271 ekor) (Badan Pusat Statistik Malang, 2014).
Susut populasi juga dialami oleh salah satu sentra produksi susu Jawa Timur,
kawasan Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Angka populasi 2011 yang
sekitar 25 ribu ekor turun menjadi 18 ribu di tahun 2012. Dan yang paling susut
adalah angka sapi dara atau bakalan sapi perah. Produksi susu Pujon dibandingkan
tahun 2011, pada tahun 2012 turun 17%. Salah satu penurunan jumlah sapi perah
betina produkstif adalah turunnya produksi susu secara konsisten. Rata-rata
produksi susu harian Jawa timur di 2012 tercatat 1.050 ton, turun dari catatan
angka 2011 mencapai 1.150 ton perharinya.
Produksi susu dipengaruhi oleh oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan yang berpengaruh diantaranya adalah penyakit dan pakan.
Permasalahan yang sering menimpa peternak sapi perah adalah penyakit mastitis,
dimana 60-90 % sapi perah di Indonesia terserang mastitis (Nurdin dan Mihrani,
1
2006;60). Mastitis adalah proses peradangan pada ambing yang dapat berlangsung
secara akut, sub akut, maupun kronis yang ditandai dengan kenaikan jumlah sel
dalam air susu, perubahan fisik maupun susunan susu, tanpa atau disertai
perubahan patologi atas kelenjarnya sendiri (Prawesthirini dkk., 2012;181).
Berry dan Meaney (2005;148) menyatakan bahwa mastitis klinis dapat
menurunkan produksi susu, meningkatkan jumlah pekerja, meningkatkan biaya
perlakauan, dan susu tidak dapat dikonsumsi oleh manusia. Para peternak sapi
perah umumnya sudah mengenal bentuk mastitis klinis. Akan tetapi untuk mastitis
subklinis (MSK) peternak umumnya belum mengetahui, karena tidak tampak
tanda-tanda klinisnya (Supar, 1997; 48). Insiden mastitis pada sapi perah di
Indonesia sanat tinggi (85%) dan sebagian besar merupakan infeksi yan bersifat
subklinis. Penyebab mastitis subklinis yang paling sering terdeteksi adalah
Staphylococcus aureus (S. aureus) dan beberapa jenis bakteri lain seperti
Streptococcus agalactie dan Eschericia coli (Abrar dkk., 2012;16).
Mastitis yang disebabkan oleh Staphylococcus merupakan bentuk mastitis
terpenting pada peternakan sapi perah karena mikroorganisme ini terdapat dalam
kulit sapi, ambing yang sakit maupun yang sehat, lingkungan, pemerah, peralatan
yang digunakan, air dan udara. Menurut Sudarwanto dkk.(1992) yang telah
dikutip oleh Abrar dkk.(2012;16) menyatakan bahwa infeksi S. aureus semakin
sulit ditangani dengan antibiotik karena bakteri ini banyak yang resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik. Di samping itu, pemakaian antibiotik akan menimbulkan
masalah baru yakni adanya residu antibiotik di dalam air susu atau pada
olahannya.
Berdasarkan kekurangan dan efek negatif yang ditimbulkan dari
pemakaian antibiotik, diperlukan suatu alternatif lain untuk menurunkan jumlah
bakteri Staphylococcus aureus pada penyakit mastitis subklinis dengan cara
memanfaatkan tanaman-tanaman obat tradisional yaitu menggunakan daun kersen
dan daun meniran. Daun kersen dan meniran dibuat dalam bentuk ekstrak yang
dioleskan pada puting sapi perah setelah pemerahan dilakuakan (teat dipping).
Berdasarkan alasan diatas, maka peneliti bergerak untuk melakukan
penyuluhan yang berjudul “PENYULUHAN TENTAN TATA CARA
MENGETAHUI DAN MENGOBATI MASTITIS SUBKLINIS PADA SAPI
2
PERAH DI DESA PANDESARI, KECAMATAN PUJON, KABUPATEN
MALANG” dengan harapan mampu menciptakan sebuah alternatif baru
penurunan bakteri penyebab mastitis subklisis pada ternak yang murah, dan
mengatasi masalah yan dihadapi peternak sapi perah.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil yaitu:
1.2.1 Apa penyebab terjadinya mastitis subklinis pada sapi perah di Desa
Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang?
1.2.2 Bagaimana cara mengetahui dan mengidetifikasi tanda-tanda sapi perah
yan menderita mastitis subklinis?
1.2.3 Bagaimana cara mencegah dan mengobati mastitis subklinis pada sapi
perah di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas yaitu:
1.3.1 Mengetahui terjadinya mastitis subklinis pada sapi perah di Desa
Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang
1.3.2 Menginformasikan cara mengetahui dan mengidetifikasi tanda-tanda sapi
perah yan menderita mastitis subklinis
1.3.3 Menjelaskan cara mencegah dan mengobati mastitis subklinis pada sapi
perah di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang
1.4 Manfaat
Setelah dilakukan penyuluhan tentang tata cara mengetahui dan mengobati
mastitis pada sapi perah diharapakan dapat masyarakat di Desa Pandesari,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang dapat mengetahui gejala yang muncul dari
mastitis, sehingga masyarakat dapat mencegah timbulnya mastitis.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM PENYULUHAN
2.3 Gambaran Umum Kegiatan Penyuluhan
Desa Pandesari, Kecamatan Pujon berada dalam wilayah Kabuapaten
Malang pada jalur jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Malang,
Kabupaten Kediri dan Kabupaten Jombang. Daerah tersebut merupakan kantong
produksi susu sapi perah dan sebagai sentra pengembangan peternakan sapi perah
di Jawa Timur. Curah hujan rata-rata 1400 sampai 1600 mm/tahun, temperatur
berkisar 190C, serta kelembaban uadar rata-rata 55 %. Kondisi yang demikian
menjadikan Desa Pandesari mempunyai potensi sebagai daerah pertanian dan
peternakan yang potensial. Tanaman umum yang diusahakan oleh penduduk
adalah sayuran seperti kubis, wortel, kol, selada, kentang, tomat, cabe, dan
palawija. Ternak utama yag diusahakan adalah sapi perah dari jenis Peranakan
Frisien Holstein (PFH) yang telah ditekuni secara turun-temurun semenjak
penjajahan Belanda (Hartono, 2005).
Luas wilayah Desa Pandesari 7.538 Ha yangterdiri dari lahan sawah 40 %,
lahan pekarangan 5 % dan lahan hutan sekitar 55 %. Desa Pandesari berada pada
ketinggian berkisar 1.000 s.d. 1.200 meter dpl, suhu udara di Kecamatan Pujon
cukup dingin 18 – 23°C, curah hujan sekitar 1000 mm/thn sangat sesuai untuk
pengembangan sapi perah baik dari kondisi suhu/ kelembaban serta potensi
ketersediaan hijauan makanan ternak. Lahan umumnya subur dengan sumber air
yang melimpah dari Coban Rondo. Kasus mastitis yang menyerang hampir 80%
induk yang dimiliki peternak yang menyebabkan kerugian sampai 30 % dari total
produksi, karena susu induk yang menderita mastitis seluruhnya dibuang. Mastitis
di desa Pandesari ini disebabkan oleh sanitasi yang kurang bagus dari tiap-tiap
peternak. Padahal kasus mastitis dapat dicegah dengan menggunakan bahan alami
yang murah dan mudah didapat yang dibuat salep atau ointment, dengan cara
dioleskan pada puting setiap kali setelah diperah (Sujono, 2012). Oleh karena itu
maka diperlukan penyuluhan tentang tata cara mengetahui dan mengobati mastitis
di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon.
4
2.4 Gambaran Umum Masyarakat Sasaran
Desa Pandesari merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang yang berbatasan langsung dengan Kota Batu di wilayah
Timur, Desa Ngabab di sebelah Barat, Desa Pujon Kidul di sebelah Utara dan
Gunung Banyak disebelah Selatan. Luas wilayah Desa Pandesari 7.538 Ha yang
terdiri dari lahan sawah 40 %, lahan pekarangan 5 % dan lahan hutan sekitar 55 %
(Sujono, 2012). Di Desa Pandesari sebagian besar warganya bekerja sebagai
peternak dan sisanya sebagai petani. Peternakan yang terletak di desa tersebut
adalah peternakan sapi perah karena sangat sesuai untuk pengembangan sapi
perah baik dari kondisi suhu atau kelembaban serta potensi ketersediaan hijauan
makanan ternak. Sehingga produksi susu yang dihasilkan oleh peternakan tersebut
memilki potensi yang tinggi untuk dijadikan desa penghasil susu tertinggi.
Dengan produksi susu yang tinggi, peternakan sapi perah tersebut
mempunyai permasalahan yang dapat merugikan para peternak di desa tersebut.
Permasalahan tersebut adalah penyakit mastitis yang menyerang induk sapi perah
sekitar 80% yang dapat membuat para peternak rugi karena hasil perahan susu
dari induk tersebut dibuang. Penyebaran penyakit mastitis ini disebabkan oleh
sanitasi dari kandang kurang bagus dan salah dalam teknik pemerahannya.
Sanitasi di desa Pandesari sangat kurang bagus karena pengetahuan tentang
sanitasi kandang kurang dan tidak begitu memperdulikan kebersihan kandangnya.
Sehingga penyakit mudah menyerang ternak sapi perah dan penyakit mastitis
mudah menyerang sapi tersebut.
Namun para peternak belum mengetahui cara mencegah mastitis tersebut
agar induk sapi tidak terserang mastitis. Karena pada akhirnya para peternak
selalu membuang susu yang setelah diperah dan terindikasi penyakit mastitis.
Sehingga pendapatan peternak semakin menurun dan produksi susu juga akan
menurun. Para peternak minim akan pengetahuan tanda-tanda mastitis dan gejala
yang timbul serta pengobatan yang bisa dilakukan dengan pengobatan herbal yaitu
memanfaatkan tanaman herbal untuk mengobati mastitis tersebut.
5
BAB III
METODE PENYULUHAN
3.4 Metode Pelaksanaan
3.4.1 Identifikasi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap permasalahan yang ada.
Tahap identifikasi masalah ini dilakukan dengan melihat permalahan apa
yang sering terjadi di peternakna sapi perah di Desa Pandesari, Kecamatan
Pujon, Kabupaten Malang. Sete;ah dilaukuan identifikasi terdapat masalah
yang mengganggu peternak, yaitu banyaknya sapi perah yang menderita
mastitis, dan peternak sulit untuk menangani penyakit ini.
3.4.2 Menyusun Perencanaan Penyuluhan
Setelah dilakukan identifikasi masalah, kemudian dilakukan
menyusun perencanaan penyuluhan yang meliputi:
a. Menetapkan tujuan
Tujuan dari penyuluhan ini yaitu untuk menatasi permasalahan di
masyarakat terhadap sapi perah menderita mastitis di Desa Pandesari,
Pujon
b. Penentuan sasaran
Sasaran yang dituju untuk dialkukan penyuluhan yaitu masyarakat
(peternak) di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabuapaten Malang
c. Menyusun materi atau isi penyuluhan
Materi yang disampaikan yaitu meliputi pengertian dari mastitis, gejala
apa saja yang muncul pada sapi perah menderita mstitis, tata cara
mencegah dan mengobati mastitis
d. Memilih metode yang tepat
Metode yan digunakan yaitu dengan dengan temu lapang (berdialog di
lapang) tentang masalah-maslah apa saja yang dihadapi peternak dan
menggunkan media demonstrasi atau peragaan dengan mempraktekkan
secara langsung.
e. Menetukan jenis alat peraga yang digunakan
f. Penentuan kriteris evaluasi
6
3.4.3 Persiapan kegiatan
Pada tahap persiapan kegiatan ini lankah yang dilakukan yaitu:
a. Melakukan perijinan, yaitu dengan membuat surat perijinan ditujukan
untuk Kepala Desa Pandesari, kecamatan Pujon
b. Proses perijinan dilakukan dengan menghubungi kantor Balai Desa
setempat di Desa Pandesari, kecamatan Pujon.
Setelah itu dilaukukan penggalian data dan potensi desa, monografi desa,
jenis komoditas unggulan desa dan tingkat produktivitasnya,
kelembagaan kelompok tani, dan masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat.
c. Program penyuluhan selanjutnya yang sudah disetujui akan
ditandatangani oleh para penyusun (perwakilan pelaku utama, pelaku
usaha, dan penyuluh), kemudian ditandatangani oleh kepala
Desa/kelurahan sebagai tanda mengetahui dan menyetujui.
3.4.4 Pelaksanaan penyuluhan
Setelah memperoleh ijin dari pihak terkait serta data dan informasi
dari masyarakat yan akan dilakukan penyuluhan, maka langkah selanjutnya
yaitu dilaksakan sosialisasi program penyuluhan tentang konsep tata cara
mengetahui dan mengobati mastitis pada sapi perah di Desa Pandesari,
Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, dengan menerapkan teknologi yang
akan disuluh.
3.4.5 Penilaian hasil penyuluhan (evaluasi)
Pada tahap ini dilakuakan perbaikan dan penyempurnaan yang lebih
efisien sesuai dengan hasil analisis yang bertujuan untuk menjadikan daun
kersen dan meniran sebagai obat alternatif untuk menurunkan jumlah bakteri
penyebab mastitis yang bisa diterapkan seluruh peternak di Indonesia.
3.5 Gambaran Teknologi
3.5.1 Penyebab mastitis subklinis pada sapi perah
Menurut Sutarti, dkk (2003; 45) Penyebab mastitis subklinis pada sapi
perah yaitu:
7
Tidak ada tempat pembuangan limbah akan menyebabkan kuman
akan tumbuh susbur dan akan bermigrasi ke kandang, sehingga
memungkinkan terjadinya kontaminasi
Sapi perah mastitis yang disebabkan oleh kuman Pseudomonas
kejadiannya bersifat sporadis, infeksi berasal dari kontaminasi air
yang digunakan untuk mencuci ambing
Kebersihan dalam pemerahan
Mastitis subklinis sering menyerang ternak yang berumur tua
Kebersihan lantai kandang
3.5.2 Tanda-tanda mastitis subklinis pada sapi perah
Mastitis subklinis tidak memberikan tanda-tanda secara klinis, sapi
tampak sehat den napsu makan baik. Untuk menentukan sapi perah
laktasi menderita mastitis subklinis (MSK), sel somatik dalam susu
harus diperiksa. Banyak metode yang dapat dipakai untuk mengetahui
jumlah sel somatik dalam susu, secara langsung maupun tidak langsung
(Supar, 1997; 48). Sapi yang menderita mastitis subklinis mengalami
penurunan produksi kualitas dan komposisi susu (Pratomo dkk.,
2013;2).
3.5.3 Cara mencegah dan mengobati mastitis subklinis pada sapi perah
Dalam tahap ini dilakukan ada beberapa langkah yang akan dilakukan
yaitu meliputi:
1) Persipan ternak yan menderita mastitis
2) Pembuatan ekstrak daun kersen dan meniran yang kemudian akan diuji
coba.
Tahap yang dilakukan yaitu:
Prosedur Ekstraksi:
1. Sebanyak 300 gram daun meniran dan 300 gram daun kersen dipotong
kecil-kecil dan dikeringkan
2. Kemudian dihaluskan dengan blender dan timbang sebanyak 200 gram
(sample kering).
3. Masukkan 200 gram hasil blenderan ke dalam wadah ukuran 2 liter lalu
rendam dengan hasil metanol sampai volume 1500cc.
8
4. Kocok sampai benar-benar tercampur kurang lebih 30 menit dan
diamkan 2 malam sampai mengendap.
5. Setelah itu, lapisan paling atas dari larutan campuran metanol, daun
meniran dan daun kersen diambil dan diletakkan dalam gelas ekstraksi
kemudian di evaporasi.
6. Setelah evaporasi selesai, ekstrak dioven kembali dengan suhu 80oC
selama 2 jam.
7. Dari proses tersebut didapatkan 100 ml ekstrak daun kersen dan
meniran.
3) Pengolesan ekstrak daun kersen dan meniran pada puting (teat dipping) sapi
perah penderita mastitis
3.6 Media Penyuluhan
Media penyuluhan yang akan dilakukan yaitu:
a) PPT/Slide
Artinya yaitu dengan menjelaskan mengunakan media ppt atau power point
yang berisi beberapa slide yeng menjelaskan bagaimana tata cara pengobatan
dan pembuatan ekstrak daun kersen.
b) Video
Artinya yaitu menjelaskan dengan menggunakan video. Video ini bisa berupa
tata cara manajemen pemeliharaan yang baik agar ternak sapi perah tidak
terserang mastitis, dan dapat juga berisi tentang tata cara (demo) pembuatan
ekstrak daun kersen dan meniran sebelum dilakukan praktek secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
9
Abrar, Mahdi., dkk. 2012. Isolasi dan Karakterisasi Hemaglutinin Staphylococcus
Aureus Penyebab Mastitis Subklinis pada Sapi Perah. Jurnal Kedokteran
Hewan. 6(1): 16-21. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Aisyah Siti. 2011. Tingkat Produksi Susu dan Kesehatan Sapi Perah dengan
Pemberian Aloe Barbadensis Miller. Gamma.7(1): 50-60. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang
Berry, D.P.dan W.J. Meaney. 2005. Cow Factors Affecting The Risk of Clinical
Mastitis. Irish Journal of Agricultural and Food Research. 44(2): 147-156.
South of Ireland
Badan Pusat Statistik Malang. 2014. Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten Malang. Dipetik dari http://malangkab.bps.go.id. Diakses pada 5 Mei
2014
Hartono, Budi . 2005 . Struktur Pendapatan Peternak Sapi Perah Rakyat : Studi
Kasus Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang . Journal of
Indonesia Tropical Animal Agriculture . 30(3):151-156
Nugroho, W.P Susatyo., dkk. 2011. Analisa Penyebab Penurunan Daya Saing
Produk Susu Sapi dalam Negeri Terhadap Susu Sapi Impor pada Industri
Pengolahan Susu (IPS) dengan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan
Barrier Analysis. J@Ti Undip. 6(2): 71-80. Universitas Diponegoro.
Semarang
Nurdin, Ellyza dan Mihrani. 2006. Pengaruh Pemberian Bunga Matahari dan
Bioplus terhadap Produksi Susu dan Efisiensi Ransum Sapi Perah Fries
Holland Penderita Mastitis. Jurnal Agrisistem. 2(2): 59-62. Universitas
Andalas. Padang
Pratomo, F.A., dkk. 2013. Mastech (Mastitis Detection Technology) Metode
Deteksi Mastitis Berbasis Biosurfaktan Asal Pseudomonas sp. Artikel
Ilmiah. Universitas Brawijaya. Malang
Prawesthirini, Soetji., dkk. 2012. Pola Resistensi Staphylococcus aureus yang
Diisolasi dari Mastitis pada Sapi Perah di Wilayah Kerja KUD Argopuro
Krucil Probolinggo terhadap Antibiotika. Veterinaria Medika. 5(3): 181-
186. Universitas Airlangga. Surabaya
10
Sujono, Lili Zalizar, Ahmad Yani, dan Suyatno. 2012. Pendampingan dan
Pemanfaatan Herbal Untuk Meningkatan Produksi dan Kualitas Susu Sapi
Perah . jurnal dedikasi . 9 : 36 - 46
Supar. 1997. Mastitis Subklinis pada Sapi Perah di Indonesia:Masalah dan
Pendekatannya. Wartazoa . 6( 2): 48-52. Bogor
Sutarti, E., dkk. 2003. Pravelansi dan Faktor-Faktor Penyebab Mastitis Pada
Sapi Perah di Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah. J.Sain.Vet.
21(1): 43-49. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
11
Lampiran 1. Gambaran teknologi
12
Dikeringkan
Daun kersen 300 gr Daun meniran 300 gr
Diblender (sampel kering 200 gr)
Dimasukkan 2 liter (air+metanol)
Dihomogenkan
Didiamkan 2 malam sampai mengendap
Lapisan atas, daun kersen, daun meniran dimasukkan gelas ekstraksi
Dievaporasi
Dioven 800C selama 2 jam
Hasil ekstrak daun kersen dan meniran (100 ml)
Teat dipping
Top Related