BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung adalah sebuah kondisi yang menyebabkan jantung tidak dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, karena jantung merupakan salah satu organ
terpenting tubuh, kelainan pada jantung dapat berisiko kematian. Bahkan sekarang ini
penyakit jantung menjadi pembunuh no.1 di Indonesia dan jumlah penderitanya terus
bertambah. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa penyakit
jantung akan menjadi penyebab terbesar kasus kematian di seluruh dunia pada tahun
2020.
Awalnya penyakit jantung dimonopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah 40 tahun. Ada berbagai
macam penyakit jantung, tetapi penyakit jantung yang umumnya ditakuti adalah
penyakit jantung koroner (PJK). Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya pergeseran
gaya hidup, kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang memunculkan “tren
penyakit” baru yang bersifat degeneratif. Sejumlah perilaku dan gaya hidup yang
ditemui pada masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji (fast
food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengenalan Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dan dengan basisnya di
atas dan puncaknya di bawah. Apex-nya (puncak) miring ke sebelah kiri. Berat jantung
kira-kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot-otot
jantung, rongga atas dan rongga bawah harus berkontraksi secara bergantian. Laju
denyut-denyut jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu
"pengatur irama". Ini terdiri dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotrialis,
yang terletak di dalam dinding serambi kanan. Sebuah impuls listrik yang
ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua serambi membuat keduanya berkontraksi
secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya diteruskan ke dinding-dinding bilik, yang
pada gilirannya membuat bilik-bilik berkontraksi secara serentak. Periode kontraksi ini
disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan sebuah periode relaksasi pendek -
kira-kira 0,4 detik - yang disebut diastole, sebelum impuls berikutnya datang. Nodus
sinotrialus menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit ketika
jantung sedang santai. Produksi impuls-impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian
sistem syaraf yang disebut sistem syaraf otonom, yang bekerja diluar keinginan kita.
Sistem listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi-kontraksi otot jantung
beirama yang disebut denyut jantung (Anonim, 2012).
B. Pengertian Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner, mulai terjadinya arterosklerosis (kekakuan arteri) maupun
yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada diding arteri koroner,
baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun (Peter Kabo, 2008).
2
C. Rangkaian Gejala Penyakit Jantung
Rangkaian penyebab terjadinya penyakit jantung bersifat multifaktorial.
Arteriosklerosis diyakini sebagai rangkaian pertama penyebab penyakit jantung.
Berikut urutan gejala terjadinya penyakit jantung.
a. Pembentukan plak
Plak adalah substansi lemak dalam darah (seperti kolesterol) yang sering
terbentuk di dalam dan di sekitar otot polos arteri. Akibat pembentukan plak
terjadi hambatan dalam pembuluh darah yang menghalangi aliran darah.
Plak arteriosklerosis dapat menutup sebagian atau seluruh rongga arteri yang
terkena dan menyebabkan arteriosklerosis.
b. Angina
plak dari kolesterol menyebabkan aliran darah yang kaya oksigen ke jantung
menjadi terhambat sehingga otot jantung mengalami angina. Angina adalah
rasa nyeri pada otot jantung yang disebabkan terjadinya penyumbatan
(penyempitan) lebih dari 50% pada arteri koroner. Sinyal berupa nyeri
(angina) ini akan dikeluarkan ketika terjadi serangan jantung iskemia.
c. Angina pektoris
Gejala penyakit jantung koroner seperti rasa nyeri atau sesak di dada hanya
dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri ini terasa pada dada bagian
tengah kemudian menyebar ke leher, dagu dan lengan. Rasa nyeri tersebut
akan hilang beberapa menit kemudian. Nemun, gejala seperti ini sering tidak
disadari oleh penderita dan sulit dibedakan apakah ini merupakan serangan
jantung atau bukan. Umumnya orang merasakan hal tersebut seperti “tidak
enak badan” saja. Gejala lainnya adalah rasa tercekik (angina pektoris).
Kondisi seperti ini timbul jika jantung dipaksa bekerja keras, misalnya fisik
dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional.
d. Serangan jantung
Serangan jantung terjadi jika ada hambatan total pada arteri koroner.
Serangan jantung tidak seperti angina karena berlangsung lebih lama. Rasa
nyerinya lebih berat dan tidak hilang dengan istirahat ataupun obat. Serangan
jantung mengakibatkan kerusakan otot jantung yang permanen.
3
D. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena penyakit jantung koroner.
a. Faktor yang Tidak Dapat Diubah
Faktor resiko yang termasuk dalam faktor ini adalah jenis kelamin, usia (di atas
40 tahun), dan riwayat keluarga dengan riwayat penyakit jantung koroner.
Berikut penjelasan dari ketiga faktor resiko tersebut.
1. Jenis kelamin. Pria lebih berpotensi terkena serangan jantung dibandingkan
dengan wanita. Walaupun begitu, bukan berarti wanita terbebas sepenuhnya
dari resiko penyakit jantung koroner. Pada usia muda, memang lebih sedikit
wanita terkena penyakit jantung koroner. Namun, pada wanita usia 65 tahun
lebih atau wanita usia menopause, besarnya resiko terserang penyakit ini
sama dengan pria. Resiko lebih tinggi akan dialami pula oleh wanita berusia
di atas 35 tahun yang memiliki kebiasaan merokok.
2. Usia. Jika usia di atas 40 tahun, semua faktor resiko akan semakin
meningkat.
3. Keturunan. Keturunan atau genetik tidak bisa diabaikan sebagai faktor resiko
terkena penyakit jantung koroner. Dengan mengetahui riwayat keluarga yang
lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner akan menolong penderita
lebih waspada dalam mengantisipasi terjadinya serangan.
b. Faktor yang Dapat Diubah
Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan, artinya kita dapat melakukan
tindakan untuk mencegah terjadinya penyakit jantung. Berikut faktor resiko
yang dapat diubah untuk mencegah terkena penyakit jantung koroner.
1. Kelebihan berat badan (obesitas)
Kegemukan menyebabkan beban jantung semakin berat. Selain itu, timbunan
lemak dalam otot jantung dapat mengganggu efisiensi gerakan jantung.
2. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor utama terkena penyakit jantung koroner.
Hipertensi dapat merusak bagian dalam pembuluh arteri, sehingga
4
kemungkinan dapat menyebabkan pembekuan darah. Jika hal ini terjadi pada
jantung, maka akan menyebabkan serangan jantung.
3. Diabetes Melitus
Penyakit ini memiliki peran besar sebagai pemicu terjadinya penyakit
jantung dan stroke. Diabetes tipe 2 umumnya dihubungkan dengan obesitas
dan dapat dicegah dengan menjaga berat badan ideal melalui olahraga dan
gizi yang seimbang. Adanya penyakit diabetes juga memicu resiko
terjadinya penyempitan pembuluh darah dan arteriosklerosis.
4. Kadar Lemak Darah (Kolesterol) Tinggi
Peningkatan kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan peningkatan
resiko penyakit jantung koroner. Resiko terjadinya arteriosklerosis dan
serangan jantung juga dipengaruhi oleh kadar kolesterol LDL tau kolesterol
jahat. Jika kolesterol yang tersedia lebih banyak dari yang dibutuhkan, LDL
akan beredar dalam aliran darah dan akhirnya akan berakumulasi di dinding
arteri. Akibatnya, akan terbentuk semacam plak yang yang menyebabkan
dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit.
5. Merokok
Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan elastisitas pembuluh
darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri
dan faktor pembekuan darah. Keadaan seperti ini dapat memicu penyakit
jantung dan stroke. Perokok beresiko terkena stroke dan jantung dua kali
lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
6. Kurangnya Aktivitas Fisik
Jika tubuh kurang bergerak maka timbunan lemak lebih cepat terkumpul
karena tidak terjadi pembakaran berkala dari energi yang masuk ke dalam
tubuh. Karena itu, resiko terjadi obesitas semakin tinggi. Otot jantung juga
tidak dapat bergerak dengan baik. Hal ini akan memperberat resiko
terjadinya penyakit jantung.
7. Stres
Stres yang terus-menerus akan memacu kerja jantung dan merangsang
pembentukan adrenalin yang berpengaruh buruk pada kesehatan pembuluh
5
jantung. Tingkat stres yang tinggi sangat membahayakan kesehatan. Menurut
penelitian ahli kesehatan klinis, stres dapat memicu semburan adrenalin dan
zat katekolamin yang tinggi. Akibatnya dapat menyebabkan pembuluh darah
jantung dan meningkatnya denyut jantung sehingga mengganggu suplai
darah ke jantung (Utami, 2009).
E. Pemeriksaan/ diagnosa
1. Elektrokardiogram (ECG atau EKG). Pemeriksaan elektrokardogram (EKG)
hampir pasti penderita yang baru perrtama kali berobat ke dokter jantung. Alat
EKG yang ditemukan satu abad silam ini merekam aktivitas lelektrik jantung.
Alat ini juga mengetahui gambaran otot-otot jantung yang mengalami
kekurangan oksigen iskemia. Dalam kasus serangan jantung rekaman EKG
dapat menunjukkan lokasi penyumbatan pembuluh koroner, luas otot jantung
yang terancam, bahkan juga otot jantung yang mati. EKG adalah pemeriksaan
utama mendeteksi resiko serangan jantung dan menentukan metode pengobatan
yang tepat. EKG juga dapat berfungsi untuk mendeteksi gangguan irama
jantung, abnormalitas ukuran ruang jantung dan gangguan keseimbangan
elektrolit tubuh ( Yahya, 2010)
2. Echocardiogram. Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar jantung. Selama ekokardiogram, dokter dapat
menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi biasa
dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah
rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini
mungkin menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain.
3. Tes stres dikenal sebagai tes stres nuklir membantu mengukur aliran darah ke
otot jantung saat istirahat dan selama stres. Hal ini mirip dengan tes tekanan
olahraga rutin tetapi dengan gambar di samping EKG. Jejak jumlah bahan
radioaktif - seperti talium atau suatu senyawa yang dikenal sebagai sestamibi
(Cardiolite) - yang disuntikkan ke dalam aliran darah. Kamera khusus dapat
mendeteksi daerah-daerah dalam jantung yang menerima kurang aliran darah.
6
4. Koroner kateterisasi. Untuk melihat aliran darah melalui jantung, menyuntikkan
cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai
angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang,
tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri
jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung. Pewarna menandai bintik-
bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X.
5. Teknologi CT scan. Computerized tomography (CT) , seperti berkas elektron
computerized tomography (EBCT) atau CT angiogram koroner, dapat
membantu memvisualisasikan arteri. EBCT, juga disebut sebagai ultrafast CT
scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit pada arteri koroner.
Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi.
CT angiogram koroner, di mana pewarna kontras yang disuntikkan secara
intravena selama CT scan, juga dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung.
6. Magnetic Resonance angiogram (MRA). Prosedur ini menggunakan teknologi
MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat warna kontras, untuk
memeriksa area penyempitan atau penyumbatan - meskipun rincian mungkin
tidak sejelas yang disediakan oleh kateterisasi koroner (Maulana, 2010)
F. Pencegahan
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dimulai dengan memperbaiki
gaya hidup dan mengendalikan faktor resiko sehingga mengurangi peluang terkena
penyakit tersebut. Sebagaiman dapat diketahui, arteriosklerosis merupakan faktor resiko
terjadinya penyakit jantung, stroke dan penyakit yang berhubungan dengan pembuluh
darah lainnya. Penyakit ini dapat dicegah dengan melakukan beberapa cara sebagai
berikut :
7
1. Mengendalikan tekanan darah dan gula darah, hipertensi merupakan faktor
utama terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
2. Berhenti merokok dan menghindari asap rokok.
3. Olahraga secara teratur, olahraga secara teratur dapat mengurangi berat badan,
mengendalikan kadar kolesterol dan menurunkan tekanan darah yang merupakan
faktor resiko lain terkena penyakit jantung.
4. Mengurangi berat badan jika merasa gemuk, dengan mengurangi berat badan
juga mengurangi beban kerja jantung.
5. Menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL
dengan memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung lemak tak jenuh.
6. Mengurangi konsumsi makanan yang berlemak dan berkalori tinggi untuk
menjaga kadar gula, kolesterol dan trigliserida.
7. Mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung antioksidan guna
mencegah kerusakan pembuluh darah akibat radikal bebas.
8. Mengonsumsi makanan yang mengandung asam folat dan vitamin B guna
menurunkan kadar homosistein dalam darah.
9. Mengurangi stres.
10. Mengurangi minuman beralkohol karena alkohol dapat menaikkan tekanan
darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah, dan menyebabkan kejang
arteri.
11. Melakukan meditasi dan yoga.
12. Jika diperlukan, minumlah obat-obat pencegah arteriosklerosis yang dianjurkan
dan dengan pengawasan dokter (Utami, 2009)
BAB III
8
KESIMPULAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang disebabkan
penyempitan arteri koroner, mulai terjadinya arteriosklerosis (kekakuan arteri) maupun
yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak (plague) pada diding arteri koroner,
baik disertai gejala klinis atau tanpa gejala sekalipun. Penyakit jantung koroner tidak
dapat disembuhkan. Akan tetapi, penyakit ini dapat dicegah, karena mencegah selalu
lebih baik daripada mengobati. Dengan niat dan usaha yang kuat penyakit jantung
koroner dapat dicegah. Pertama, dimulai dengan memperbaiki gaya hidup agar lebih
sehat. Kedua, mengendalikan faktor-faktor resiko secara optimal harus dijalankan
sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut. Ketiga, melakukan medical
check up secara rutin dan berkala, serta mengenali gejala-gejala dini penyakit jantung
koroner dengan membaca berbagai artikel dan buku tentang kesehatan.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut:
mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah; berhenti merokok dan menghindari
asap rokok, berolahraga secara teratur; mengurangi berat badan jika merasa kegemukan;
menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL; dan
mengurangi makanan yang berlemak dan berkalori tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
9
Anonim. 2012.”Serangan Jantung”, ( diakses tanggal 27 April 2012,
http://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_jantung ).
Maulana. 2010. “Jantung Koroner”, (diakses tanggal 27 April 2012,
http://www.scribd.com/doc/3161769/JANTUNG-KORONER).
Peter Kabo, Prof.Dr.2008. Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Utami, dr.Papti. 2009. Solusi Sehat Mengatasi Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: PT
Agro Media Pustaka.
Yahya, A.Fauzi. 2010. Menaklukkan Pembunuh No.1 Mencegah dan Mengatasi
Penyakit Jantung Koroner Secara Tepat dan Cepat. Bandung: Qanita.
LAMPIRAN
10
Gambar struktur jantung
Gambar diagnosa menggunakan EKG.
11
Gambar treadmill test
Gambar penimbunan plak pada arteri
12
Top Related