KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME karena dengan berkat dan
karunianya, saya diberikan kesempatan bekerja untuk menyelesaikan makalah ini,
dimana makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Aplikasi dan
Komputer. Dan tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Dosen mata kuliah
saya Bapak Ladiadhan dan juga teman-teman sekalian. Makalah yang telah
disusun ini akan membahas mengenai Dampak dan Pengaruh Tindakan Illegal
Logging di Indonesia yang Sangat Merugikan, pemberian informasi pada
makalah ini adalah berdasarkan pemikiran saya dan juga berdasarkan data–data
yang telah ada. Saya tahu bahwa pada makalah ini terdapat banyak kekurangan
baik dari kesalahan penulisan maupun kesalahan lainnya. Saya meminta maaf
karena saya bisa dibilang masih pemula dalam bidang pembuatan makalah, maka
dengan begitu kritik dan saran yang membangun akan sangat diharapkan agar
saya dapat memperbaiki kesalahan dan berkembang menjadi lebh baik lagi pada
pembuatan makalah di lain waktu.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara agraris, yang mana terdiri dari daratan dan
perairan yang luas. Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang
dipisahkan oleh lautan. Indonesia dari dulu terkenal merupakan daerah yang subur
(daratan). Banyak sekali daerah daratan dari pada negara kita ini yang
dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan juga perkebunan, hal ini karena
daratan indonesia terkenal subur sehingga baik untuk dikembangkannya sektor
tersebut. Namun semakin hari keadaan negeri kita semakin banyak mengalami
perubahan. Seiring dengan perkembangan teknologi industri, banyak lahan-lahan
pertanian dan perkebuanan yang subur dibangun diatasnya pabrik-pabrik industri
dan juga perkotaan. Perkembangan zaman juga diikuti dengan semakin banyaknya
jumlah penduduk yang mendiami negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan
pertanian dan perkebunan pun semakin sempit, yang mana dikarenakan adanya
pembukaan lahan untuk memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita.
Selain itu juga banyaknya lahan-lahan yang mulai tercemar dengan limbah dan
tingginya kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah kita. Banyak
sekali lahan-lahan perkebunan yang dulunya masih hijau bisa dikatakan vegetasi
yang ada masih cukup sekarang menjadi daerah yang kering dan gundul. Ini
semua tidak lepas dari tindakan manusia itu sendiri yang kurang bertanggung
jawab. Pada dasarnya semua yang kita lakukan akan kembali kepada kita semua
kelak. Dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas, sudah pasti menjadi penyebab
2
mengapa banyak sekali terjadi bencana alam seperti halnya lonsor, banjir, dll.
Penebangan hutan yang tidak mengikuti prosedur tebang pilih menjadi hal yang
paling mendasar yang menyebabkan daerah hutan kita yang seharusnya lebat
dengan pepohonan menjadi kering kerontang. Dari hal tersebut, banyak sekali
yang merasakan dampaknya baik secara langsung maupun tidak. Banyak hewan-
hewan yang turun ke daerah pemukiman penduduk, hal ini karena mereka tidak
lagi memiliki tempat tinggal yang cocok untuk diri mereka. Mereka juga
kekurangan makanan, sehingga banyak dari mereka yang menyerang pertanian
kita. Jika kita sadar, manusia sering dirugikan karena, akibat ulahnya sendiri.
Tidah hanya hewan yang dirugikan, namun di sini yang paling dirugikan adalah
alam semesta ini. Sehingga jangan heran jika banyak sekali benca banjir, longsor,
dll yang terjadi di daerah sekitar kita ini.
Umat manusia kurang peduli pada norma-norma kehidupan atau
mengganti norma-norma yang seharusnya dengan norma-norma ciptaan dan
kepentingannya sendiri. Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa
menggunakan ‘hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa
merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis kualitas sumber daya
alam seperti lenyapnya sebagian spesies dari muka bumi, yang diikuti pula
penurunan kualitas alam. Dengan demikian masalah lingkungan hidup tak lain
adalah soal bagaimana mengembangkan falsafah hidup yang dapat mengatur dan
mengembangkan eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam. Isu-isu
kerusakan lingkungan menghadirkan persoalan etika yang rumit. Karena
meskipun pada dasarnya alam sendiri sudah diakui sungguh memiliki nilai dan
berharga, tetapi kenyataannya terus terjadi pencemaran dan perusakan. Kita akan
3
menyadari bahwa relasi kita dengan generasi akan datang, yang memang tidak
bisa timbal balik. Karenanya ada teori etika lingkungan yang secara khusus
memberi bobot pertimbangan pada kepentingan generasi mendatang dalam
membahas isu lingkungan ini. Apapun yang kita lakukan pada alam akan
mempengaruhi mereka. Pernyataan ini turut memunculkan beberapa pandangan
tentang etika lingkungan dalam pendekatannya terhadap alam dan lingkungan.
1.2 Pembahasan Masalah
Metode penulisan yang diimplementasikan dalam makalah ini ialah
metode pustaka, yakni dengan menggali berbagai data yang dibutuhkan dari buku.
Selanjutnya dengan metode diskusi. Diskusi dilakukan antar sesama anggota
kelompok dan pihak lain yang memilki informasi yang berelasi dengan judul yang
diusung pada makalah ini. Kemudian, dalam proses penyelesaian makalah juga
menggunakan data yang diperoleh via internet
1.3 Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini yaitu tentang ilegal logging, maka untuk
memperjelas ruang likup pembahasan, penulis memiliki batasan masalah antara
lain :
a. Pengertian pembalakan liar atau illegal logging
b. Faktor-faktor penyebab illegal logging
c. Dampak dari illegal logging
d. Solusi untuk mengatasi illegal logging
4
1.4 Tujuan Penulisan
a. Menganalisis berbagai penyebab yang mendorong semakin maraknya praktek
illegal logging di Indonesia
b. Menganalisis pelaku (subject) praktek illegal logging di Indonesia
c. Mengetahui dampak (effect) yang ditimbulkan dari praktek illegal logging di
Indonesia
d. Menganalisis berbagai cara efektif untuk mengurangi praktek illegal logging di
Indonesia.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ilegal logging hutan indonesia
Hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam, antara lain sebagai
penghasil kayu dan hasil-hasil hutan lainnya serta sebagai pelindung lingkungan
dan penyangga kehidupan yang mengatur tata air, melindungi kesuburan tanah,
mencegah banjir dan tanah longsor, mencegah erosi, dan lain, lain. Prinsip
kelestarian yang terkenal dengan konsep “Maximum Sustainable Yield” telah
lama dikenal dalam bidang pengelolaan sumber daya hutan (Suparmoko 2012).
Air merupakan produk penting dari hasil hutan. Tanah di hutan merupakan
busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga air meresap perlahan-lahan
ke dalam tanah. Banyak kota yang menggantungkan diri terhadap persediaan air
dari hutan dengan sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun. Tetapi bila
pohon-pohon di hutan ditebang, maka tanah langsung terbuka sehingga bila turun
hujan, air hujan langsung mengalir ke sungai (water run off) dan menyebabkan
erosi dan banjir (Suparmoko 2012).
Adanya masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yang mempunyai akses
langsung maupun tidak langsung terhadap kawasan hutan, serta memanfaatkan
sumber daya hutan adalah suatu realita yang tidak bisa diabaikan. Kondisi ini
tentunya akan berdampak positif maupun negatif terhadap kelestarian hutan.
Kegagalan pengelolaan hutan yang terjadi selama ini bukan disebabkan oleh
faktor teknis semata, namun lebih disebabkan oleh faktor sosial. Oleh karena itu,
6
pengelolaan hutan yang baik tidak hanya memperhatikan aspek teknis pengelolaan
hutan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial (Nurrochmat 2005)
Kebijakan pembangunan kehutanan di satu sisi dapat meningkatkan devisa
negara, namun di sisi lain telah menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan
ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari segi sosial ekonomi masyarakat lokal,
dampak pembangunan kehutanan tidak cukup nyata terhadap peningkatan
kesejahteraan. Kondisi ini menjadi tekanan yang menyebabkan sulitnya mencapai
pengelolaan hutan secara lestari (Kartodiharjo 2008).
Gambar 1 Wilayah Ilegal Logging Tahun 1985 Sampai 2009
Pengelolaan hutan dalam skala besar berawal dari krisis ekonomi yang
mendera Indonesia pertengahan tahun 1960-an. Kondisi tersebut memaksa
pemerintah mengarahkan segala kemampuan untuk menggenjot pertumbuhan
devisa melalui eksploitasi sumber daya alam termasuk hutan, yang diatur dengan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
1970 tengtang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPH
7
dan HPHH). Sejak saat itu, eksploitasi hutan skala besar mulai beroperasi dan isi
hutan dikuras atas nama pembangunan yang menempatkan sektor kehutanan
sebagai salah satu sumber penghasil devisa terbesar di luar migas (Nurrochmat
2005).
PROVINSIKAWASAN HUTAN KAWASAN HUTAN + APL
PRIMER SEKUNDER PRIMER SEKUNDERSUMATERA 470150 809690 475670 910290JAWA 28230 53340 30670 111670BALI NUSA TENGGARA 63390 97660 71050 197930KALIMANTAN 963000 1620290 989450 1844550SULAWESI 374700 528230 391510 618540MALUKU 103760 406040 105920 422700PAPUA 2548380 730850 2580170 763360total 4551610 4246100 4644440 4869040
TABEL 1 Hutan Sekunder Primer Yang Berada Di Wilayah Indonesia
Pembalakan liar atau penebangan liar (illegal logging) adalah tindak
kejahatan terhadap hutan yang merugikan negara, tidak hanya secara ekonomi,
tetapi juga secara sosial, dan lingkungan. Potensi kerugian yang ditanggung
negara akibat pembalakan liar mencapai Rp 83 miliar per hari atau Rp 30,3 triliun
per tahun. Ironisnya, praktik pembalakan liar telah memusnahkan hampir tiga
perempat hutan alam di Indonesia. Luas areal hutan Indonesia yang hilang dalam
setahun setara dengan luas negara Swiss, yakni 41.400 kilometer persegi (Statistik
Kehutanan Indonesia 2011).
8
SUMATER
AJAWA
BALI NUSA
TENGGARA
KALIMANTA
N
SULA
WESI
MALUKU
PAPUAtotal
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
KAWASAN HUTAN PRIMERKAWASAN HUTAN SEKUNDERKAWASAN HUTAN + APL PRIMERKAWASAN HUTAN + APL SEKUNDER
Grafik 1 Deforestasi Hutan Indonesia 2004-2014 − WWF Indonesia/Data Statistik Kehutanan
Dari segi sosial dapat dilihat munculnya sikap kurang bertanggung jawab
yang dikarenakan adanya perubahan nilai dimana masyarakat pada umumnya sulit
untuk membedakan antara yang benar dan salah, serta antara baik dan buruk. Hal
tersebut disebabkan telah lamanya hukum tidak ditegakkan ataupun kalau
ditegakkan, sering hanya menyentuh sasaran yang salah. Perubahan nilai ini
bukanlah sesuatu yang mudah untuk dikembalikan tanpa pengorbanan yang
besar.Kerugian dari segi lingkungan yang paling utama adalah hilangnya sejumlah
pohon tertentu sehingga tidak terjaminnya keberadaan hutan yang berakibat pada
rusaknya lingkungan, berubahnya iklim mikro, menurunnya produktivitas lahan,
erosi dan banjir serta hilangnya keanekaragaman hayati (Sudarsono 2010).
Kerusakan habitat dan terfragmentasinya hutan dapat menyebabkan
kepunahan suatu spesies termasuk fauna langka. Kemampuan tegakan (pohon)
pada saat masih hidup dalam menyerap karbondioksida sehingga dapat
menghasilkan oksigen yang sangat bermanfaat bagi mahluk hidup lainnya
9
menjadi hilang akibat makin minimnya tegakan yang tersisa karena adanya
penebangan liar.Berubahnya struktur dan komposisi vegetasi yang berakibat pada
terjadinya perubahan penggunaan lahan yang tadinya mempunyai fungsi pokok
sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya dan juga sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan, telah berubah peruntukanya yang berakibat pada berubahnya fungsi
kawasan tersebut sehingga kehidupan satwa liar dan tanaman langka lain yang
sangat bernilai serta unik sehingga harus jaga kelestariannya menjadi tidak
berfungsi lagi. Dampak yang lebih parah lagi adalah kerusakan sumber daya hutan
akibat penebangan liar tanpa mengindahkan kaidah manajemen hutan dapat
mencapai titik dimana upaya mengembalikannya ke keadaan semula menjadi
tidak mungkin lagi (Brigantoro 2007)
P
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Illegal Logging.
Pembalakan liar atau Penebangan Liar (bahasa Inggris: illegal logging)
adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang merupakan
bentuk ancaman faktual disekitar perbatasan yang tidak sah atau tidak memiliki
izin dari otoritas setempat. Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan
cukup luas. Hampir 90 persen hutan di dunia dimiliki secara kolektif dimiliki oleh
Indonesia dan 44 negara lain. Bahkan, negeri ini juga disebut sebagai paru-paru
dunia.Hutan-hutan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tertinggi di
dunia, meskipun luas daratannya hanya 1,3 persen dari luas daratan di permukaan
bumi. Kekayaan hayatinya mencapai 11 persen spesies tumbuhan yang terdapat di
permukaan bumi. Selain itu, terdapat 10 persen spesies mamalia dari total
binatang mamalia bumi, dan 16 persen spesies burung di dunia.
Selain itu, Pemerintah juga pernah mengklaim, sampai dengan tahun 2005,
Indonesia memiliki kawasan hutan 126,8 juta hektare dengan berbagai pembagian
fungsi. Yaitu, fungsi konservasi (23,2 juta hektare), kawasan lindung (32,4 juta
hektare), hutan produksi terbatas (21,6 juta hektare), hutan produksi (35,6 juta
hektare), dan hutan produksi konversi (14,0 juta hektare).Tetapi aset negara
tersebut dirusak oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab melalui aksi
pembalakan liar.Pembalakan liar atau istilah dalam bahasa inggrisnya illegal
logging adalah kegiatan penebangan, pengangkutan dan penjualan kayu yang
tidak sah atau tidak memiliki izin dari otoritas setempat.
11
Illegal Logging menurut UU No 41/1999 tentang Kehutanan adalah
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh setiap orang/kelompok orang
atau badan hukum dalam bidang kehutanan dan perdagangan hasil hutan
berupa,menebang atau memungut hasil hutan kayu (HHK) dari kawasan hutan
tanpa izin, menerima atau membeli HHK yang diduga dipungut secara tidak sah,
serta mengangkut atau memiliki HHK yang tidak dilengkapi Surat Keterangan
Sahnya Hasil Hutan (SKSHH).Selama sepuluh tahun terakhir, laju kerusakan
hutan di Indonesia mencapai dua juta hektar per tahun. Penebangan liar (illegal
loging) adalah penyebab terbesar kerusakan hutan itu.
Menurut data Departemen Kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan
tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta
hektar kawasan hutan di Indonesia,dengan laju deforestasi dalam lima tahun
terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun.Bila keadaan seperti ini
dipertahankan, dimana Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya,
maka hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama. Menurut
analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010.
3.2 Faktor-faktor Penyebab Illegal Logging
Adapun faktor penyebab pembalakan liar adalah pembalakan untuk
mendapatkan kayu dan alih fungsi lahan untuk kegunaan lain, seperti perkebunan,
pertanian dan pemukiman. Seiring berjalannya waktu pertambahan penduduk dari
hari ke hari semakin pesat sehingga menyebabkan tekanan kebutuhan akan tempat
tinggal, pohon-pohon ditebang untuk dijadikan tempat tinggal ataupun dijadikan
lahan pertanian. Faktor lainnya yaitu faktor kemiskinan dan faktor lapangan kerja.
Umumnya hal ini terjadi kepada masyarakat yang berdomisili dekat ataupun di
12
dalam hutan. Ditengah sulitnya persaingan di dunia kerja dan himpitan akan
ekonomi, masyarakat mau tidak mau berprofesi sebagai pembalak liar dan dari
sini masyarakat dapat menopang kehidupannya. Hal inilah yang terkadang suka
dimanfaatkan oleh cukong-cukong untuk mengeksploitasi hasil hutan tanpa ada
perizinan dari pihak yang berwenang. Padahal apabila dilihat upah tersebut
sangatlah tidak seberapa dibandingkan dengan akibat yang akan dirasakan
nantinya.
Gambar 2 Pembakalan Hutan Ini Menyebabkan Gundul Pada Perhutanan Di Indonesia.
Selain itu juga tentang aspek kinerja aparatur di lapangan, kelestarian
hutan merupakan tanggung jawab bersama. Salah satu caranya yaitu dengan
dibentuk suatu aparatur yang tugasnya bukan hanya menjaga namun juga
mengawasi tindakan penyalahgunaan fungsi hutan. Namun pada kenyataan kinerja
aparatur di lapangan ini masih belum berjalan dengan baik dikarenakan tidak
seimbangnya jumlah personil aparatur pengawas dengan jumlah luas hutan di
Indonesia sehingga tindakan illegal logging ini dapat mungkin terjadi karena luput
dari pengawasan petugas tersebut. Tak jarang ada juga petugas pengawas yang
13
masih melakukan ”kompromi” dengan pelaku illegal logging sehingga akan
semakin memperparah kondisi yang ada.
JENIS POHON
JUMLAH KEBUN RAKYAT
JUMLAH DAN % TIAP PANENKONSENTRASI LOKASI
JUMLAHSIAP PANEN
(%)Akasia 1,200.000 32,020.000 37,69 Jawa
Cendana 734.000 66,
330 30,01 NTT, Sulsel, Jateng, DIYJati 3,050.000 79,710.000 23,14 JawaMahoni 2,310.000 45,260.000 20,98 JawaPinus 156.000 5,820.000 46,73 Jawa, Sumut, SulselSengon 2,320.000 59,830.000 41,13 jawa Sonokelung 204.000 2,350.000 31,56 Jateng, DIY, JatimSungkai 22,300 1,010.000 37,72 Kalimantan, Sumsel, Sulsel
Tabel 2 Jenis Pohon dan Jumlah Presentase Konsentrasi Lokasi di Indonesia
Perkembangan teknologi yang pesat sehingga kemampuan orang untuk
mengeksploitasi hutan khususnya untuk illegal logging semakin mudah dilakukan.
Dengan semakin berkembangnya teknologi untuk menebang pohon diperlukan
waktu yang tidak lama, karena alat-alatnya semakin canggih.Kayu masih menjadi
primadona Pendapatan Asli Daerah. Produksi komersial mencakup produksi kayu
dan olahannya, produksi sawit, serta perkebunan lain.
14
3.3 Dampak Illegal Logging
3.3.1 Kepunahan berbagai varietas hayati
Illegal logging yang kian marak tentunya akan merusak bahkan
menghilangkan habitat asli dari berbagai flora dan fauna. Dengan rusaknya habitat
mereka, maka mereka akan kesulitan untuk melangsungkan kehidupannya, seperti
kesulitan mencari makan akibat sumber makanan mereka yang ditebang, tidak
adanya tempat untuk berkembang biak dan sebagainya. Contoh nyata ialah
populasi orang hutan yang terancam punah, khususnya di Pulau Kalimantan yang
diakibatkan illegal logging dan pengalih fungsian hutan menjadi perkebunan
sawit. Selain itu, populasi gajah Sumatra juga terancam punah akibat pembalakan
hutan.
Gambar 3 Punah nya Varietas Hayati Akibat Tidak Adanya Tempat Tinggal Jika Terus Menerus Pembalakan Hutan
3.3.2. Menimbulkan Bencana Alam
Pohon-pohon ditebangi hingga jumlahnya semakin hari semakin
berkurang menyebabkan hutan tidak mampu lagi menyerap air hujan yang turun
dalam jumlah yang besar,sehingga air tidak dapat meresap ke dalam tanah.
Tentunya, ini bisa menyebabkan banjir.
15
3.3.3 Menipisnya Cadangan Air
Seperti yang kita ketahui, salah satu fungsi hutan ialah tempat cadangan
air. Dengan semakin
maraknya illegal logging akan mengurangi eksistensi hutan, maka cadangan air
bersih juga akan berkurang. Itulah sebabnya, di Indonesia sering terjadi
kekeringan air khususnya pada musim kemarau.
3.3.4 Merusak Lapisan Tanah
Ketika eksistensi hutan menurun, maka hutan akan tidak optimal untuk
menjalankan fungsinya menjaga lapisan tanah sehingga akan memperbesar
probabilitas terjadi erosi yang nantinya dapat mengakibatkan lapisan tanah hilang
dan rusak.
3.3.5 Penyebab Global Warming
Global warming membawa dampak berupa bencana alam yang sering
terjadi di Indonesia, seperti angin puyuh, seringnya terjadi ombak yang tinggi, dan
sulitnya memprediksi cuaca yang mengakibatkan para petani yang merupakan
mayoritas penduduk di Indonesia sering mengalami gagal panen. Global warming
juga mengakibatkan semakin tingginya suhu dunia, sehingga es di kutub mencair
yang mengakibatkan pulau-pulau di dunia akan semakin hilang terendan air laut
yang semakin tinggi volumenya. Global warming terjadi oleh efek rumah kaca
dan kurangnya daerah resapan CO2 seperi hutan. Hutan di Indonesia yang
menjadi paru- paru dunia telah hancur oleh ulah para pembalak liar.
16
Gambar 4 hutan kering akibat global warming dan pembalakan liar
3.3.6 Berkurangnya Pendapatan Negara
Dari perspektif ekonomi kegiatan illegal logging telah mengurangi
penerimaan devisa negara dan pendapatan negara. Berbagai sumber menyatakan
bahwa kerugian negara yang diakibatkan oleh illegal logging mencapai Rp 30
trilyun per tahun.
3.3.7 Dilihat dari aspek sosial,
Illegal logging menimbulkan berbagai konflik hak atas hutan, konflik
kewenangan mengelola hutan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah
serta masyarakat adat setempat.
3.3.8 Dilihat dari aspek budaya
Illegal logging dapat memicu ketergantungan masyarakat terhadap hutan
yang pada khirnya akan dapat merubah perspektif dan perilaku masyarakat adat
setempat terhadap hutan.
3.4 Solusi untuk mengatasi Illegal Logging
1. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
17
3. Manipulasi lingkungan serta pengendalian hama dan penyakit juga bisa
dilakukan untuk memulihkan kembali hutan di Indonesia.
4. Penanaman hutan secara intensif menjadi pilihan terbaik karena bisa
diprediksi. Sehingga, kebutuhan kayu bisa diperhitungkan tanpa harus merusak
habitat hutan alam yang masih baik.
5. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan. Misalkan dengan upaya pengawasan dan
penindakan yang dilakukan di TKP (tempat kejadian perkara),
yaitu di lokasi kawasan hutan dimana tempat dilakukannya penembangan kayu
secara illegal. Mengingat kawasan hutan yang ada cukup luas dan tidak sebanding
dengan jumlah aparat yang ada, sehingga upaya ini sulit dapat diandalkan, kecuali
menjalin kerjasama dengan masyarakat setempat. Ini pun akan mendapat kesulitan
jika anggota masyarakat itu justru mendapatkan keuntungan materiil dari tindakan
illegal logging.
6. Upaya lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pos-pos
tempat penarikan retribusi yang banyak terdapat di pinggir-pinggir jalan luar kota.
Petugas pos retribusi hanya melakukan pekerjaan menarik uang dari truk yang
membawa kayu, hanya sekedar itu. Seharusnya di samping melakukan penarikan
uang retribusi juga sekaligus melakukan pengecekan terhadap dokumen yang
melegalkan pengangkutan kayu. Dengan tindakan pengecekan seperti ini, secara
psikologis diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya shock therapy bagi para
sopir truk dan pemodal. Selain dari itu, juga harus dilakukan patroli rutin di
daerah aliran sungai yang dijadikan jalur pengangkutan kayu untuk menuju
terminal akhir, tempat penampungan kayu.
18
7. Upaya ketiga adalah menelusuri terminal/tujuan akhir dari pengangkutan kayu
illegal, dan biasanya tujuan itu adalah perusahaan atau industri yang
membutuhkan bahan baku dari kayu. Upaya ini dirasa cukup efektif untuk
menanggulangi perbuatan-perbuatan illegal logging. Perusahaan atau industri
seperti ini dapat dituding telah melakukan “penadahan”.Perbuatan menampung
terhadap kayu-kayu illegal oleh perusahaan, yang dalam bahasa hukum
konvensional KUHP disebut sebagai penadahan tersebut, dapat dikategorikan
sebagai kejahatan korporasi .
19
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Illegal logging merupakan salah satu kasus di sektor kehutanan Indonesia
yang tidak bisa diremehkan, mengingat dampak negatif yang ditimbulkannya
baik secara langsung maupun tidak langsung cukup bersifat signifikan di
kehidupan masyarakat sehari-hari. Penebangan kayu secara liar (illegal logging)
merupakan gejala yang muncul akibat berbagai permasalahan yang sangat
kompleks melibatkan banyak pihak dari berbagai lapisan. Ditambah lagi, bila
praktek ini tetap dilakukan dengan itensitas yang tinggi, akan mengancam
kehidupan anak cucu kita di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu adanya
perhatian yang intensif dan kooperasi yang solid antar pihak.
4.2 Saran
Berkenaan dengan illegal logging, sebaiknya semua pihak turut bahu
membahu dalam meminimlisir praktek ini, karena tanpa adanya kerjasama antara
pihak pemerintah danmasyarkat, maka praktek illegal logging akan sulit untuk
dikecilkan presentasenya. Ditambah lagi, pemberantasan illegal logging bukanlah
tanggung jawab suatu kalangan saja, tapi seluruh lapisan masyarakat tanpa
terkecuali.Pemerintah sebaiknya menjalakan fungsinya dengan baik dan benar
sebagai aparat yang mengawasi dan menegakkan hukum yang berlaku, jangan
sampai malah menjadi pelanggar (pelaku) dari aturan yang telah dibuat. Selain itu,
pemerintah juga perlu mengadakan atau menjalin kemitraan dengan masyarakat.
Dengan kemitraan ini, antar pihak akan lebih mudah untuk berkomunikasi dan
20
bekerja sama. Di lain pihak, masyarakat sebaiknya bisa menjadi kontrol yang peka
atas kinerja pemerintahan dalam menjalakan fungsinya dan berpartisipasi aktif
dalam memberantas illegal logging, bukan hanya bisa menyalahkan dan
memojokkan pemerintah tanpa berbuat apapun yang akan memperkeruh suasana
tanpa solusi yang jelas.
21
Top Related