TUGAS POLI FARMASI
VITAMIN
Disusun oleh:Annisa Nurfitriana
10310052
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATIKEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) BAGIAN
KESEHATAN MASYARAKATUPTD PUSKESMAS CIPEDES
TASIKMALAYA2015
2
DAFTAR ISI
Halaman judul..........................................................................................................1Daftar Isi..................................................................................................................2
A. Definisi Vitamin................................................................................................3B. Klasifikasi Vitamin...........................................................................................3C. Vitamin dan Sediaan.........................................................................................4
1. Vitamin A...................................................................................................62. Vitamin B1.................................................................................................73. Vitamin B6.................................................................................................94. Vitamin B12...............................................................................................95. Vitamin C.................................................................................................106. Vitamin K.................................................................................................11
Daftar Pustaka
3
A. Definisi Vitamin
Nama Vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa Latin yaitu vita
yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik
yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap
demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki
atom N.
Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim) vitamin adalah
kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa
vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara
normal.
Vitamin merupakan nutrien organik yang dibutuhkan dalam jumlah kecil
untuk berbagai fungsi biokimiawi dan yang umumnya tidak disintesis oleh tubuh
sehingga harus didapatkan dari makanan. Vitamin yang pertama kali ditemukan
adalah vitamin A dan B , dan ternyata masing-masing larut dalam lemak dan larut
dalam air.Kemudian ditemukan lagi vitamin-vitamin yang lain yang juga bersifat
larut dalam lemak atau larut dalam air.
B. Klasifikasi Vitamin
Sifat larut dalam lemak atau larut dalam air dipakai sebagai dasar klasifikasi
vitamin.Vitamin yang larut dalam air ,seluruhnya diberi simbol anggota B
kompleks (kecuali vitamin C) dan vitamin larut dalam lemak yang baru
ditemukan diberi simbol menurut abjad (vitamin A, D, E, K ). Vitamin yang larut
dalam air tidak pernah dalam keadaan toksisitas di didalam tubuh karena
kelebihan vitamin ini akan dikeluarkan melalui urin.
Cara kerja vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air
berbeda. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan
adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat
disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat
bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh. Berbeda dengan vitamin yang
larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam
4
jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat
suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke
dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal
inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
C. Vitamin dan Sediaan
1. Vitamin A (Retinol)
Vitamin A atau retinol merupakan senyawa poli-isoprenoid yang
mengandung cincin sikloheksenil. Senyawa-senyawa tersebut adalah retinal, asam
retinoat dan retinol. Hanya retinol yang memiliki aktivitas penuh vitamin A, yang
lainnya hanya mempunyai sebagian fungsi vitamin A. Vitamin A terbukti bisa
menurunkan angka kesakitan dan kematian anak karena vitamin A berfungsi
memperkuat sistem kekebalan tubuh. Di samping itu, vitamin A (retinol) terlibat
dalam pembentukan, produksi, dan pertumbuhan sel darah merah, sel limfosit,
antibodi juga integritas sel epitel pelapis tubuh. Kekurangan vitamin A
meningkatkan risiko anak menjadi rentan terkena penyakit infeksi seperti infeksi
saluran pernafasan atas, campak dan diare. Kekurangan vitamin A pada ibu hamil
juga berisiko meningkatkan kebutaan.
Manfaat kecukupan vitamin A bagi status kesehatan anak antara lain:
mengurangi kematian akibat infeksi campak hingga 50%; mengurangi kematian
akibat diare hingga 40%; mengurangi seluruh angka kematian anak hingga 25%;
mengurangi jumlah kunjungan dokter dan angka rawat jalan karena anak menjadi
lebih jarang sakit; mengurangi angka rawat inap di rumah sakit; berkontribusi
terhadap tingkat kesejahteraan anak dan keluarga. Menurunkan kematian ibu,
berupa: meningkatkan kekebalan tubuh terhadap serangan infeksi dan mencegah
anemia. Keuntungan kesehatan lainnya: mencegah rabun senja, xeroftalmia,
kerusakan kornea dan kebutaan; mencegah cacat bawaan pada janin; dan
mencegah kanker epithelial dan kanker lainnya.
Makanan sumber vitamin A ada 2 jenis, yaitu: bahan pangan hewani
seperti daging merah contohnya daging sapi, hati, telur, minyak ikan dan olahan
5
susu seperti susu, yoghurt, keju, mentega juga bahan makanan-hewani yang telah
difortifikasi vitamin A lainnya. Vitamin A dari sumber hewani dalam bentuk
retinyl-palmitate. Bahan pangan nabati seperti sayur-mayur hijau serta buah-
buahan berwarna kuning/oranye mengandung beta-carotene dan carotenoid
sebagai bahan pembentuk vitamin A. Jadi, tubuh akan mengubah karoten tersebut
menjadi vitamin A. Di pasaran juga terdapat olahan serealia dan tepung yang telah
difortifikasi vitamin A.
Kapsul vitamin A yang digunakan dalam kegiatan Suplementasi Vitamin
A adalah Kapsul Vitamin A dosis tinggi, yaitu: Kapsul Biru (mengandung vitamin
A 100.000 SI) dan kapsul Merah (mengandung vitamin A 200.000 SI. Waktu
pemberian vitamin A adalah sebagai berikut:
a. Untuk bayi dan balita
Suplementasi Vitamin A diberikan kepada seluruh bayi dan balita umur 6-59
bulan secara serentak pada bulan Februari atau Agustus, cara pemberiannya yaitu:
kapsul biru (100.000 SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul merah (200.000
SI) untuk balita umur 12-59 bulan.
b. Untuk ibu nifas
Suplementasi vitamin A juga diperuntukkan bagi ibu nifas (ibu yang baru
melahirkan sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi 0- 42 hari. Ibu nifas harus
diberikan kapsul Vitamin A dosis tinggi karena:
Pemberian 1 kapsul Vitamin A merah cukup untuk meningkatkan
kandungan Vitamin A dalam ASI selama 60 hari
Pemberian 2 kapsul Vitamin A merah diharapkan cukup menambah
kandungan Vitamin A dalam ASI sampai bayi berusia 6 bulan.
Kesehatan ibu cepat pulih setelah melahirkan
Mencegah infeksi pada ibu nifas
Waktu pemberian bagi ibu nifas, yaitu: kapsul Vitamin A merah (200.000 SI)
diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali: 1 (satu) kapsul Vitamin A diminum
segera setelah saat persalinan dan 1 (satu) kapsul Vitamin A kedua diminum 24
jam sesudah pemberian kapsul pertama. Jika sampai 24 jam setelah melahirkan
ibu tidak mendapat vitamin A, maka kapsul Vitamin A dapat diberikan pada
6
kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau saat pemberian imunisasi
hepatitis B (HB0) pada KN 2 (bayi berumur 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi
berumur 8 -28 hari).
c. Suplementasi pada situasi khusus
1. Bila ada Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan infeksi lain
Suplementasi vitamin A diberikan pada seluruh balita yang ada di
wilayah tersebut diberi 1 (satu) kapsul Vitamin A dengan dosis sesuai
umurnya; balita yang telah menerima kapsul Vitamin A dalam jangka waktu
kurang dari 30 hari (sebulan) pada saat KLB, maka balita tersebut tidak
dianjurkan lagi untuk diberi kapsul. Pemberian vitamin A pada anak balita
dalam situasi KLB campak dikoordinasikan dengan penanggung jawab
surveilans di puskesmas.
2. Untuk pengobatan xeroftalmia, campak dan gizi buruk
Bila ditemukan kasus xeroftalmia, campak dan gizi buruk (marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor), pemberian Vitamin A mengikuti
aturan sebagai berikut: saat ditemukan berikan 1 (satu) kapsul Vitamin A
merah atau biru sesuai umur anak; hari berikutnya berikan lagi 1 (satu) kapsul
Vitamin A merah atau biru sesuai umur anak; dua minggu berikutnya berikan
1 (satu) kapsul Vitamin A merah atau biru sesuai umur anak.
2. Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan
penting dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi
karbohidrat menjadi energi yang diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari.
Di samping itu, vitamin B1 juga membantu proses metabolisme protein dan
lemak. Sumber makanan yang mengandung vitamin B1 yaitu gandum, nasi,
daging, susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan.
Gejala dini defisiensi tiamin berupa neuropati perifer, keluhan mudah
capai, dan anoreksia yang menimbulkan edema dan degenerasi kardiovaskuler,
neurologis serta muskuler. Ensefalopati Wernicke merupakan suatu keadaan
yang berhubungan dengan defisiensi tiamin yang sering ditemukan diantara
7
para peminum alkohol kronis yang mengkomsumsi hanya sedikit makanan
lainnya. Ikan mentah tertentu mengandung suatu enzim tiaminase yang labil
terhadap panas, enzim ini merusak tiamin tetapi tidak dianggap sebagai
masalah yang penting dalam nutrisi manusia. Di samping itu, bila terjadi
defisiensi vitamin B1, kulit akan mengalami berbagai gangguan, seperti kulit
kering dan bersisik. Tubuh juga dapat mengalami beri-beri, gangguan saluran
pencernaan, jantung, dan sistem saraf.
Sediaan Vitamin B1 di Puskesmas yaitu dalam bentuk tablet 50 mg dan
tablet 100 mg. Dosis pemberiannya, yaitu: Dosis untuk pencegahan defisiensi
adalah 2 – 5 mg/hari dan dosis untuk pengobatan adalah 25 – 100 mg/hari.
Indikasi pemberian vitamin B1 (Tiamin) adalah sebgai pencegahan dan
pengobatan defisiensi tiamin (misalnya penyakit beri-beri), polineuritis,
kelainan Susunan Saraf Pusat (SSP), penyakit jantung, anoreksia, hamil, dan
laktasi.
3. Vitamin B6 (Piridoksin)
Vitamin B6 merupakan vitamin yang esensial bagi pertumbuhan tubuh.
Vitamin ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A yang digunakan
tubuh untuk menghasilkan energi melalui jalur sintesis asam lemak, seperti
spingolipid dan fosfolipid. Selain itu, vitamin ini juga berperan dalam
metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan
tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh. Vitamin
ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini
banyak terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, ikan, hati, ikan
mackarel, alpukat, pisang, daging, sayuran dan telur merupakan sumber vitamin
B6 yang terbaik
Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi dan setiap defisiensi yang terjadi
merupakan bagian dari defisiensi menyeluruh vitamin B kompleks. Namun
defisiensi vitamin B6 dapat terjadi selama masa laktasi, pada alkoholik dan juga
selama terapi isoniazid. Kekurangan vitamin dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.
8
Sediaan vitamin B6 di puskesmas yaitu dalam bentuk tablet 10 mg dan
25 mg; dalam bentuk kaplet 10 mg; dan dalam ampul 1 ml (50 mg/ml dan 100
mg/ml). Indikasi pemberian vitamin B6, yaitu:
Pencegahan dan Pengobatan defisiensi vitamin B6
Sebagai multivitamin untuk pencegahan dan pengobatan vitamin B
kompleks lainnya
Gangguan metabolik: drug-induced neurotoxicity; intoksikasi akut;
mushroom toxicity
Sideroblastic anemia
Diberikan bersama isoniazid (INH) atau hidralazin guna mencegah neuritis
perifer
Wanita yang menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen
Kontraindikasi pemberian vitamin B6 adalah pasien dengan sejarah
sensitivitas pada vitamin, hipersensitivitas terhadap piridoksin atau komponen lain
dalam formulasi.
Dosis pemberiannya yaitu:
Untuk defisiensi piridoksin
Dewasa: dosis awalnya 2,5-10 mg perhari. Setelah gejala klinisnya
terkoreksi, sediaan multivitamin mengandung vitamin B6 2-5 mg perhari harus
diberikan selama beberapa minggu.
Untuk terapi drug-induced deficiency anemia atau neuritis
Dosis awal 100-200 mg perhari selama 3 minggu diikuti dosis profilaksis
oral 25-100 mg perhari.
Efek samping dari pemberian vitamin B6, yaitu: pada sistem saraf pusat
menyebabkan sakit kepala, kejang (mengikuti pemberian dosis IV yang sangat
besar), sensory neuropath; pada sistem endokrin & metabolik menyebabkan
penurunan sekresi serum asam folat; mual; paresthesia dan reaksi anafilaksis.
9
4. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya
khusus diproduksi oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena
itu, vegetarian sering kali mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat
kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak berperan dalam metabolisme energi
di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam salah satu jenis vitamin yang
berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf, pembentukkan molekul DNA
dan RNA, pembentukkan platelet darah.
Kekurangan atau defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia
megaloblastik. Karena defisiensi vitamin B12 akan mengganggu reaksi metionin
sintesa. Anemia terjadi akibat terganggunya sintesis DNA yang mempengaruhi
pembentukan nukleus pada ertrosit yang baru. Keadaan ini disebabkan oleh
gangguan sintesis purin dan pirimidin yang terjadi akibat defisiensi
tetrahidrofolat. Homosistinuria dan metilmalonat asiduria juga terjadi. Kelainan
neurologik yang berhubungan dengan defisiensi vitamin B12 dapat terjadi
sekunder akibat defisiensi relatif metionin.
Sediaan vitamin B12 di puskesmas yaitu dalam bentuk tablet 25 mcg, 50
mcg, 100 mcg dan 1.000 mcg. Dengan dosis 1-25 mcg/hari pada dewasa; 1
mcg/hari pada anak usia > 1 tahun dan 0.3 mcg/hari pada anak usia < 1 tahun.
Indikasi pemberian vitamin B12 adalah anemia pernisiosa, anemia megaloblastik,
penderita penyakit berat yang disertai kerusakan neurologis, pada defisiensi
sianokobalamin yang disebabkan oleh gangguan fungsi atau struktur pada ileum,
penyakit pankreas dan infeksi parasit pada usus.
5. Vitamin B Kompleks
Vitamin B kompleks memiliki komposisi beberapa vitamin B, antara lain
vitamin B1, vitamin B6, dan vitamin B12. Vitamin B kompleks dikenal sebagai
vitamin neurotropik, yang artinya berfungsi untuk melindungi sel-sel saraf.
Kekurangan vitamin-vitamin tersebut menyebabkan gejala seperti, pegal-pegal
atau tegang pada otot, atau badan terasa kaku. Pada kekakuan otot, pasien merasa
badan sangat berat sehingga diperlukan tenaga lebih untuk bergerak. Vitamin B
10
kompleks dapat digunakan untuk mengurangi gejala di atas. Khusus pada vitamin
B6 dan B12 diperlukan dalam pembentukan dan kematangan sel darah merah.
Keuntungan-keuntungan dari pemakaian vitamin B kompleks yaitu mengatur
metabolisme saraf terutama pada saraf tepi, membantu proses pembentukan
energi, memaksimalkan kinerja, menjaga kerja jantung dan nafsu makan.
6. Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C atau asam askorbat banyak memberikan manfaat bagi
kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa
pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit,
sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa
antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di
sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal
bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga
risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan.
Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai
jaringan di dalam tubuh seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan
luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi
mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam
menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit.
Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada
persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat
menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah
merah.
Defisiensi atau kekurangan asam askorbat menyebabkan penyakit
skorbut, penyakit ini berhubungan dengan gangguan sintesis kolagen yang
diperlihatkan dalam bentuk perdarahan subkutan serta perdarahan lainnya,
kelemahan otot, gusi yang bengkak dan menjadi lunak dan tanggalnya gigi,
penyakit skorbut dapat disembuhkan dengan memakan buah dan sayur-sayuran
yang segar. Cadangan normal vitamin C cukup untuk 34 bulan sebelum tanda-
tanda penyakit skorbut muncul.
11
Sediaan vitamin C yaitu dalam bentuk tablet 25 mg, 50 mg dan 100 mg.
Indikasi pemberian vitamin C, yaitu: untuk mencegah dan mengobati kekurangan
vitamin C, sariawan, menyamarkan kerutan, membatasi pembentukan garis-garis
halus wajah, mencegah penuaan dini, mengenyalkan dan melenturkan kulit,
menghaluskan kulit, mencerahkan kulit, mencegah luka jerawat serta
mempercepat penyembuhan jerawat, mencegah proses pembentukan bekas luka,
mencegah pengaruh buruk sinar UV pada kulit.
Dosis pemberiannya yaitu:
Untuk Indikasi Sariawan
Dewasa: 100–250 mg 1-2 kali perhari selama sekurangnya 2 minggu
Anak: 100–300 mg perhari dalam dosis terbagi selama sekurangnya 2
minggu.
Recommended Daily Allowance (RDA):
< 6 bulan : 30 mg
6 bulan-1 tahun : 35 mg,
1-3 tahun : 15 mg, max. 400 mg/hari
4-8 tahun : 25 mg, max. 650 mg/hari
9-13 tahun : 45 mg, max. 1200 mg/hari
14-18 tahun : max. 1800 mg/hari (pria: 75 mg, wanita: 65 mg)
Dewasa : max. 2000 mg/hari (pria: 90 mg, wanita: 75 mg)
7. Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah
yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada
pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau
pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk
mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita
perlu banyak mengkonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang
merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam
tubuh.
12
Vitamin yang tergolong ke dalam kelompok vitamin K adalah naftokuinon
tersubsitusi–poliisoprenoid. Menadion (K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K,
tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa
ini akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon (K2). Filokuinon (K1)
merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman.
Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal.
Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya defisiensi
vitamin K. Derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap bila ada garam-
garam empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan dalam aliran darah lewat
sistem limfatik dalam kilomikron. Menadion yang larut dalam air diserap bahkan
dalam keadaan tanpa adanya garam-garam empedu dengan melintas langsung ke
dalam vena porta hati. Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar
normal faktor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di
dalam hati mula-mula sebagai precursor inaktif. Vitamin K bekerja sebagai
kofaktor enzim karboksilase yang membentu residu γ–karboksiglutamat dalam
protein prekursor.
Defisiensi atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya
penyakit hemoragik pada bayi baru lahir.Hal ini disebabkan karena plasenta tidak
meneruskan vitamin K secara efisien. Vitamin K tersebar luas dalam jaringan
tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan makanan dan produksi vitamin
K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi
vitamin K. Defisiensi vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang
mungkin menyertai disfungsi pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal
atau penyebab steatore lainnya.Di samping itu, sterilisasi usus besar oleh
antibiotik juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin K.
Sediaan vitamin K yaitu dalam bentuk tablet salut 10 mg dan ampul 10
mg/ml. Dosis dan cara pemberiannya yaitu: Dosis anak-anak usia 1-3 tahun
adalah 30 mcg/hari; usia 9-13 tahun 60 mcg/hari; usia 14-18 tahun 75 mcg/hari
sedangkan dosis dewasa adalah 120 mcg/hari dan dosis dewasa pada wanita
adalah 90 mcg/hari.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A. Sumber Vitamin. Kapita Selekta. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Jakarta: 2010. 520-22.
2. Yuniastuti, A. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta: 2008. 27-31.
3. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta:
2009. 109-15.
Top Related