Vipassana
Liputan IMKIS on Birthday Part 2
Apa Makna Hari Musik Nasional?
Kesakralan Magha Puja
Hidup adalah Perjuangan
Wah! Budaya Juga Pengaruhi Daya Ingat Seseorang
Ini yang Harus Dilakukan untuk Kurangi Risiko Penyebaran Infeksi di RS
Maret
2014
Salam Redaksi Namo Buddhaya,
Buletin IMKIS Vipassana kembali hadir di bulan Maret. Tidak terasa bulan Februari telah berakhir. Kini kita telah memasuki bulan yang baru yakni bulan Maret. Walaupun bulan Februari telah berakhir, tidak berarti buletin Vipassana ikut berakhir. Di bulan Maret ini, kami telah menyajikan informasi menarik untuk Anda simak. Tidak lupa juga kegiatan IMKIS yang telah dilaksanakan akan kami sajikan dalam buletin ini.
Buletin IMKIS Vipassana edisi Maret 2014 kali ini akan membahas tentang kegiatan IMKIS on Birthday Part 2. Selain itu, salah satu proker divisi kerohanian IMKIS yakni Dhamma Talk akan hadir dalam buletin ini. Jangan lewatkan pula info seputar makna hari musik nasional yang baru saja kita lewati pada tanggal 9 Maret serta tidak lupa
akan menampilkan daftar film yang wajib ditonton di 2014 tentunya. Jangan lewatkan pula rubrik dhamma yang menambah pengetahun pembaca mengenai agama Buddha, rubrik kesehatan, serta rubrik hiburan telah kami sajikan khusus buat para pembaca.
Demi kemajuan Vipassana ke depannya, kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan agar buletin Vipassana dapat lebih baik ke depannya. Kritik dan saran dapat dikirim melalui email & contact person yang tertera di halaman belakang buletin ini. Bagi para pembaca yang berminat menyalurkan karya tulisnya, dapat dikirimkan melalui email yang tertera di halaman belakang buletin ini. Bagi yang beruntung, karya tulisnya akan dimuat dalam buletin Vipassana edisi selanjutnya. Terima kasih & sampai jumpa di buletin Vipassana edisi selanjutnya.
Makassar, Maret 2014
Redaksi Buletin
1
Daftar Isi
Salam Redaksi 1
Daftar Isi 2
Apa Makna Hari Musik Nasional? 3
Kesakralan Magha Puja 4
Ini yang Harus Dilakukan untuk Kurangi Risiko Penyebaran Infeksi di RS 6
Liputan IMKIS on Birthday Part 2 7
Dhamma Talk 9
Struktur Organisasi IMKIS Periode 2013 -2014 11
Jokes of The Month 12
Hidup adalah Perjuangan 13
Wah! Budaya Juga Pengaruhi Daya Ingat Seseorang 17
Film yang Wajib Ditonton di 2014 18
TTS Gastroenterohepatologi 21
Happy Birthday 22
2
Apa Makna Hari Musik Nasional ? Setiap tanggal 9 Maret kita merayakan Hari Musik Nasional. Masyarakat ada yang sudah tahu, tapi yang tidak
tahu pun banyak jumlahnya.Termasuk yang mungkin tidak tahu apakah makna hari Musik Nasional yang konon
diangkat dari tanggal lahir komposer lagu kebangsaan kita Indonesia Raya Wage Rudolf Supratman.Sekedar
seremonialkah ? Lalu apa yang ingin dicapai dengan dicanangkannya Hari Musik Nasional ini.
Seingat saya,meski banyak juga yang tak mengetahuinya, selama ini dikenal ada International Music Day yang
dicanangkan oleh pihak UNESCO.Gagasan International Music Day berasal dari pemusik Yehudi Menuhin pada
tahun 1975.Saat itu bersama International Music Council,konduktor dan penggesek biola Yehudi Menuhin
mengusulkan agar tanggal 1 Oktober 1975 mulai ditetapkan sebagai International Music Day dengan
berlandaskan pada asumsi untuk mempromosikan seni musik dalam berbagai lapisan masyarakat,mempromosikan
kegiatan-kegiatan International Music Council .mulai dari pendidikan musik,seminar musik,kompetisi musik hingga eksibisi musik secara keseluruhan baik dalam koridor industri music rekaman maupun apresiasi
musik yang melibatkan media-media seperti radio,TV dan press termasuk pula kegiatan yang diberinama
. Tapi sayangnya hingga sekarang ini kegiatan International Music Day
ini tak pernah tersosialisasi ke negara kita.
Nah,kembali ke Hari Musik Nasional yang sebetulnya telah dicanangkan sejak masa Pemerintahan Presiden
Megawati Sukarnoputri tepatnya pada tanggal 10 Maret 20, atas usulan dari Persatuan Artis Penyanyi ,Pencipta
Lagu dan Penata Rekaman Indonesia (PAPPRI) yang saat itu diketuai Dharma Oratmangun.Walaupun Presiden
Megawati Sukarnoputri tidak mengeluarkan Keppres yang menandai resminya peringatan Hari Musik Nasional,
namun tanggal 9 Maret sejak itu diperingati setiap tahun sebagai Hari Musik Nasional. Satu dasawarsa setelah
dicanangkan Megawati baru pada pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono Hari Musik Nasional
ditetapkan secara resmi dengan keluarnya Keppres No.10 Tahun 2013.
Tujuan diadakannya Hari Musik Nasional ini adalah untuk menghargai karya-karya musik anak bangsa serta
menunjukkan rasa hormat dan rasa memiliki karya musik bangsa sendiri. Ini tentunya merupakan upaya mulia
terhadap musik Indonesia terutama khazanah musik Indonesia sebagai heritage yang harus dijaga dan dilestarikan
keberadaannya dari era terdahulu hingga sekarang.
Namun apakah setelah masa 10 tahun mencanangkan 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional problematika musik
Indonesia telah mendapat perhatian dari kita semua, mulai dari masyarakat hingga pemerintah ?. Rasanya sangat
berat untuk menyebut pencanangan Hari Musik Nasional memiliki dampak secara langsung terhadap persoalan-
persoalan yang muncul dalam dunia musik Indonesia yang terlanjur kompleks sejak beberapa dasawarsa
terdahulu. Misalnya saja perihal tentang pendokumentasian musik Indonesia dari ranah tradisional hingga ke
ranah industri musik nyaris tak berbekas.Ironisnya data-data tentang musik Indonesia mulai dari era kolonialisme
hingga pasca kemerdekaan justru ditemukan secara runut dan rapi di negara lain seperti Belanda.Penelitian-
penelitian musik secara komprehensif dilakukan bangsa asing seperti Jepang hingga Amerika Serikat. Negara kita
bahkan tak memiliki Museum Musik sama sekali, yang terlihat justru adalah pendokumentasian musik Indonesia
terutama era rekaman musik yang dilakukan oleh komunitas-komunitas penikmat dan pencinta musik Indonesia
secara parsial. Dan masalah yang paling krusial dan nyaris tanpa solusi dan perhatian yang serius dari Pemerintah
kita adalah masalah Pembajakan dan Pelanggaran terhadap Karya Cipta Musik.Lihatlah betapa merana masa
depan pemusik Indonesia dalam menjalani masa depan mereka yang tak jelas karena tak adanya kepedulian
terhadap penerapan royalty terhadap karya-karya yang mereka hasilkan.Pemerintah pun agaknya setengah hati
dalam memberantas dan menuntaskan praktek pembajakan musik terutama semakin meningkat ketika platform
teknologi musik digital kian marak dipergunakan masyarakat. Kita hanya bisa marah ketika Malaysia pernah
mengklaim lagu Rasa Sayange sebagai lagu milik mereka.Justru kita tak pernah peduli dengan khazanah musik
kita yang begitu kaya dan beragam mulai dari Sabang hingga Merauke.Sebuah paradoks yang terus
berkepanjangan dari dahulu hingga sekarang.
Sebetulnya masalah-masalah besar dalam dunia musik Indonesia seperti yang saya paparkan diatas itulah yang
patut menjadi titik perhatian kita semua dalam merayakan Hari Musik Nasional.Momentum Hari Musik Nasional
inilah yang tepat dipergunakan untuk mengadakan gerakan perubahan yang signifikan, bukan hanya melakukan
perayaan seremonial seperti Lomba Lagu-Lagu Daerah atau kegiatan hanya memutar lagu-lagu Indonesia saja di
radio-radio maupun stasiun televisi pada tanggal 9 Maret. Karena sejak 10 tahun terakhir ini dalam kenyataannya
toh musik Indonesia harus diakui telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri.Semoga mulai tahun 2014 ini Hari
Musik Nasional tak hanya berhenti sebagai seremonial belaka, tapi munculnya kesadaran kita bersama untuk
merawat dan menjaga musik karya bangsa sendiri. Selamat Hari Musik Nasional.
Zona Kajian
3
Kesakralan Magha Puja
Di antara banyaknya umat Buddha di Indonesia, terdapat sebagaian umat Buddha yang masih
belum mengerti tentang sebagian peringatan peristiwa penting dan bersejarah agama Buddha pada
jaman Sang Buddha Gotama, yang patut diketahui oleh umat Buddha pada umumnya. Terdapat 4
(empat) peringatan agama Buddha setiap tahun secara berurutan, yaitu Waisak, Asadha, Kathina,
dan Magha Puja. Nama-nama peringatan tersebut diambil dari nama penanggalan bulan buddhis
pada jaman Sang Buddha Gautama. Peringatan-peringatan peristiwa penting dan bersejarah
tersebut semuanya terjadi di saat bulan purnama sempurna (siddhi) sebagai ciri khasnya.
Magha Puja merupakan salah satu peringatan agama Buddha yang kurang diketahui oleh sebagian
umat Buddha di Indonesia. Magha Puja merupakan peristiwa penting dan bersejarah bagi Agama
Buddha yang terjadi di bulan Magha atau dapat dijumpai pada bulan Februari. Anggapan
sementara umat Buddha menekankan bahwa hari peringatan hari Magha Puja bertepatan dengan
15 hari setelah tahun baru Imlek (Cap Go). Demikian jika 15 hari setelah 15 hari setelah tahun
imlek maka pada malam harinya terlihat bulan sedang purnama. Tetapi jika diteliti dalam
penanggalan hari, bulan, dan tahun buddhis maka yang sebenarnya peringatan hari Magha Puja
tepat 1 (satu) hari sebelum Cap Go, yang berarti bahwa pada saat itu bulan purnama siddhi.
Magha Puja jika diungkapkan secara lebih mendalam, maka peristiwa tersebut adalah luar biasa,
dan tidak ditemukan peristiwa serupa lainnya di dunia sejak jaman Sang Buddha Gotama sampai
sekarang ini. Peristiwa Magha Puja ini diawali ketika Sang Buddha berada di Taman Tupai, hutan
bambu Veluvana-arama, di kota Rajagaha pada bulan Magha. Pada saat yang sama Sang Buddha
dikunjungi oleh para Bhikkhu yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki beberapa
kemampuan abhinna. Dengan keinginan sendiri dan tanpa saling memberitahukan terlebih dahulu
satu dengan yang lain, Mereka masing-masing pergi untuk mengunjungi Sang Buddha. Pertemuan
tanpa disengaja oleh para Bhikkhu Arahat di Taman Tupai itu dihadiri dalam jumlah mencapai
1250 orang Bhikkhu. Pada kesempatan itu Sang Buddha mengadakan uposatha dan melakukan Ehi
Bhikkhu Upasampada kepada mereka, yaitu pentabisan bhikkhu dengan memakai ucapan Ehi
Bhikkhu (datanglah, O, para Bhikkhu). Setelah mengadakan Ehi Bhikkhu Upasampada
selanjutnya Beliau memberikan pembabaran Ovadapatimokkha kepada Mereka.
Ovadapatimokkha merupakan salah satu Dhamma yang sangat diminati oleh para Bijaksana, yang
ingin melaksanakan kedisiplinan dalam bersila, terutama diminati oleh seorang Bhikkhu yang
sedang melaksanakan kehidupan suci. Salah satu pembabaran Sang Buddha tentang
Ovadapatimokkha yang sangat indah dan dikenal oleh banyak umat Buddha adalah
"Tidak melakukan segala kejahatan, senantiasa menyempurnakan kebaikan, dan menyucikan
pikiran; Inilah ajaran para Buddha".
Pertemuan Agung para Bhikkhu Arahat tersebut dinamakan Caturangasanipata, yaitu pertemuan
akbar yang didukung oleh 4 (empat) faktor peristiwa utama yang istimewa, yaitu :
1. Berkumpulnya para Bhikkhu berjumlah 1250 orang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
2. Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian dan memiliki kemampuan abhinna.
3. Mereka ditabiskan dengan memakai ucapan Ehi Bhikkhu.
4. Sang Buddha membabarkan Ovadapatimokkha kepada Mereka.
Sebagai umat Buddha yang merayakan atau memperingati Magha Puja selayaknya telah
mengetahui makna dari sejarah Magha Puja itu sendiri. Ditinjau dari segi nama peringatannya,
Magha Puja, mempunyai arti bahwa di dalam melaksanakan perayaan atau peringatannya, umat
Zona Event
4
melakukan puja sehubungan dengan peristiwa akbar di bulan Magha pada jaman Sang Buddha
Gotama. Pemujaan yang dilaksanakan oleh kita sebagai penerus Dhamma dalam Magha Puja
bukan sekedar hanya memuja tanpa mengetahui apa yang seharusnya dipuja. Dalam pemantauan
sementara waktu bahwa umat Buddha yang memperingati magha puja di Vihara-vihara atau di
tempat-tempat pertemuan sangat jarang ditemui, dibandingkan dengan merayakan atau
memperingati Waisak, Kathina. Hal ini disebabkan pemahaman dan kurang minatnya mereka
dalam memperingati Magha Puja karena faktor-faktor salah satunya mereka tidak tertarik dengan
apa yang sebenarnya yang terjadi pada Magha Puja. Ironisnya jika Magha Puja ini dilupakan sama
sekali tanpa disentuh nilai-nilai yang harus ditanamkan terhadap umat Buddha.
Sesungguhnya jika dikaji mendalam tentang kesungguhan peringatan Magha Puja adalah sama
hikmatnya dengan memperingati hari-hari besar agama Buddha lainnya. Jika di dalam peringatan
Waisak kita memperingati 3 (tiga) peristiwa penting di bulan Waisak purnama siddhi, kemudian
pada bulan Kathina kita peringati bulan Berdana, dan bulan Asadha adalah peringatan Pemutaran
Roda Dhamma (Dhammacakkappavattana Sutta) oleh Sang Buddha Gotama, maka untuk Magha
Puja adalah peringatan yang tak kalah pentingnya bagi umat Buddha khususnya bagi para Bhikkhu
yang menjalani kehidupan suci untuk menerapkan apa yang ada di dalam ulasan Sang Buddha
mengenai Ovadapatimokkha. Di samping itu juga kita dapat memuja kepada Sang Buddha dan
para Arya Sangha yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat yang mendengarkan langsung
Ovadapatimokkha dari Sang Buddha pada saat itu. Dengan melakukan pemujaan kepada yang
patut dipuja maka dengan sendirinya kita dapat memperoleh suatu berkah.
Sangat disayangkan jika dalam peringatan Magha Puja yang diselenggarakan oleh umat Buddha
kurang begitu diperhatikan kesaklarannya dan tidak sesuai lagi dengan peringatan Magha Puja
yang sesungguhnya karena kurangnya informasi-informasi yang baik mengenai peringatan Magha
Puja. Bahkan sebagian umat Buddha menganggap peringatan Magha Puja ini adalah identik
dengan perayaan tahun baru Imlek dan Cap Go sehingga tidak mengherankan jika ada sementara
umat yang menganggapnya demikian, mereka merayakan tahun baru Imlek, Magha Puja, dan Cap
Go sekaligus di Vihara-vihara atau kelenteng.
Dalam peringatan Magha Puja pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan upacara-upacara
peringatan hari raya Agama Buddha lainnya. Upacara pemujaan biasanya terdapat acara prosesi
pemujaan (dupa, lilin, air, dan bunga) di depan altar. Pada upacara Magha Puja sendiri biasanya
dilakukan pembacaan Magha Puja Gatha dan membacakan Paritta Khusus Ovada-
patimokkhadipatha dalam bahasa Pali secara bersama-sama atau dilakukan pembacaan salah
satunya sebagai ciri-cirinya. Selanjutnya seperti peringatan hari suci lainnya dilakukan puja bakti,
meditasi dan Dhammadesana oleh Bhikkhu Sangha mengenai makna peringatan Magha Puja.
Akan menjadi saklar upacara peringatan Magha Puja jika diselenggarakan dengan sungguh-
sungguh walaupun dilaksanakan secara sederhana.
Segala upacara peringatan hari suci agama Buddha yang dilaksanakan dengan tujuan untuk
mempertebal keyakinan (saddha) terhadap Sang Tiratana. Seandainya kita terpaku terhadap
pengadaan perayaan atau peringatan hari raya agama Buddha yang dilaksanakan dan sekedar
melaksanakannya saja tetapi tidak memanfaatkan makna yang sesungguhnya untuk
mengembangkan diri menjadi umat Buddha yang bijaksana, maka akan timbul suatu kejenuhan
bagi kita. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa di dalam memperingati Magha Puja, hal
yang terpenting adalah memahami sepenuhnya sabda Sang Buddha mengenai Ovadapatimokkha.
Tidak menutup kemungkinan untuk merayakannya sampai megah dan akbar. Tetapi tiada artinya
jika merayakannya sampai megah dan akbar dengan mengeluarkan anggaran biaya yang cukup
besar jika kita umat Buddha yang hadir tidak memahami bahkan tidak mengetahui makna Magha
Puja sesungguhnya. Di samping Magha Puja, perayaan atau peringatan-peringatan suci agama
Buddha lainnya perlu diperhatikan hal ini.
5
Ini yang Harus Dilakukan untuk Kurangi Risiko
Penyebaran Infeksi di RS
Jakarta, Prevalensi infeksi terkait pelayanan kesehatan rumah sakit atau yang disebut dengan
infeksi nokosmial di Indonesia masih menjadi perhatian. Kementerian Kesehatan RI dan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indoneia (PERSI) mewajibkan kepada seluruh rumah sakit
untuk melakukan program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
Hal ini diungkapkan oleh Kasubdit Bina Pelayanan Kesehatan (Yankes) Kementerian Kesehatan
RI, dr Cut Putri Ariani pada saat acara Hospital Symposium 'Peranan Akreditasi Rumah Sakit
Dalam Menurunkan Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan' yang dilangsungkan di Hotel Mulia,
Jl. Asia Afrika, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (20/3/2014).
"Saat ini, sudah ada standar pencegahan dan pengendalian infeksi atau PPI. Kemenkes
mewajibkan kepada setiap rumah sakit di Indonesia untuk melakukan ini demi memberikan mutu
yang terbaik kepada masyarakat," tutur dr Cut.
dr Cut menjelaskan standar PPI ini adalah mencakup perilaku pengelolaan rumah sakit dalam
melayani masyarakat. Dari aturan standar akreditasi rumah sakit yang diberlakukan pemerintah,
ada peraturan Kemenkes No 382 tahun 2007 yang menjelaskan mengenai pedoman PPI di rumah
sakit dan di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, seperti puskesmas.
Adapun terdapat beberapa program yang diwajibkan dalam PPI ini. Yang pertama adalah
mengenai kebersihan tangan. Dr. dr. Hananto Andrianto, SpJP (K). MARS. FICA, Direktur
Utama Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, mengungkapkan bahwa
kebersihan tangan ini adalah hal yang mutlak untuk dilakukan.
"Kebersihan tangan yang dijaga melalui cuci tangan adalah hal yang memang sudah seharusnya
dijadikan budaya. Harus refleks, tanpa perintah. Ini berlaku untuk semua orang yang ada di
rumah sakit," tuturnya.
Selain kebersihan tangan, rumah sakit juga harus memperhatikan faktor lain, seperti pengelolaan
penggunaan alat pelindung diri (APD) di rumah sakit, seperti topi, masker, sarung tangan, di
mana semuanya harus digunakan sesuai indikasi peraturannya. Selama ini dianggap masih saja
ada perawat atau pun pengunjung rumah sakit yang belum sepenuhnya memperhatikan
pentingnya APD ini.
Manajemen ilmiah, perawatan penanganan pasien, kesehatan karyawan, hingga pengedalian
lingkungan, juga menjadi hal-hal lain yang harus diperhatikan dan dikelola dengan baik oleh
rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan kepada semua pekerja rumah sakit, seperti dokter,
perawat, dan staf lainnya, juga dijadikan program yang harus diperhatikan. Apalagi 90 persen
infeksi nokosomial ini disebut disebabkan oleh perilaku manusia yang dianggap kurang
mewaspadai.
Kendati demikian, dr Hananto juga menambahkan pentingnya peranan manajemen rumah sakit,
sebagai sebuah organisasi, untuk mendukung program PPI ini. "Dukungan direksi itu penting
sekali. Karena apabila direksi mendukung, pasti kan akan ada fasilitas yang memadai guna
melancarkan program PPI ini. Kalau direksi tidak mendukung, bagaimana bisa mau dijalankan
jika fasilitas saja tidak ada," tandasnya. (vit/vit )
Zona Healthy
6
IMKIS on Birthday part 2
IMKIS on Birthday kembali digelar. Kali ini untuk
merayakan ulang tahun para anggota IMKIS 3
bulan terakhir yakni dari bulan Desember hingga
Februari. Acara ini berlangsung pada hari Minggu,
23 Februari 2014 pukul 19.00-selesai bertempat di
kediaman saudara Raymond Liem (2011) Jalan
Bulu Salaka 24c. Inilah yang menjadi harapan para
anggota IMKIS sejak lama yang akhirnya
terealisasi yakni mereka mendapatkan wadah untuk
saling berkumpul satu sama lain di tengah
kesibukan mereka masing-masing melalui kegiatan
yang berlangsung intensif ini. Meskipun
berlangsung sederhana, tetapi makna kekeluargaan
dari kegiatan ini tetap bisa kita dapatkan. Kumpul bersama, makan bersama, ngobrol bersama,
hingga foto bersama merupakan kegiatan yang simple tapi dapat saling mengakrabkan diri dengan
anggota IMKIS yang lain. Acara IMKIS on Birthday yang telah memasuki season kedua ini
dirangkaikan dengan proker dari divisi kerohanian yakni dhamma talk. Proker yang tampil
perdana ini cukup menarik minat anggota IMKIS untuk belajar lebih mengenal & mendalami
agama Buddha. Kegiatan positif ini wajib terus disokong kelangsungannya demi generasi muda
Buddhist ke depannya. Sekian liputan utama mengenai kegiatan IMKIS untuk bulan ini. Sampai
jumpa di edisi Vipassana selanjutnya. (rbb)
Liputan Utama
7
8