1
I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Ikan tawes merupakan salah satu ikan konsumsi yang mempunyai nilai
komoditas dibidang sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat.
Perkembangan budidaya ikan sangat dipengaruhi oleh teknologi pembenihan,
terutama dalam pengadaan benih ikan. Sering kali timbul masalah dalam
pengadaan benih yang dikarenakan masa pematangan gamet induk ikan jantan dan
betina terkadang tidak terjadi secara bersamaan, salah satu cara untuk memberikan
alternatif pemecahan dalam masalah tersebut melalui penerapan bioteknologi
reproduksi yaitu penyimpan sperma (Murtidjo,2001).
Proses pembuahan ( fertilisasi ) sel telur ( ovum ) oleh sperma, kualitas
sperma sangat menentukan keberhasilan proses pembuahan tersebut. Daya tahan
hidup sperma di media air dan daya gerak ( motilitas ) perlu diketahui dalam
upaya meningkatkan derajat pembuahan pada kegiatan pengembangbiakan ikan
(breeding). Pada kenyataanya sering terjadi tenggang waktu antara ketersediaan
sperma dengan keberadaan sel telur ( kematangan gonad antara ikan jantan dan
ikan betina yang tidak sinkron) atau ada perbedaan jarak antara keberadaan
sperma dengan keberadaan telur sehingga untuk mengatasinya sperma perlu di
simpan (Hidayaturrahmah, 2007).
Fertilisasi merupakan proses penyatuan antara sel telur dengan sel
spermatozoa untuk membentuk zigot.Fertilisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu
fertilisasi internal dan eksternal. Fertilisasi yang umumnya terjadi pada ikan
merupakan jenis fertilisasi eksternal, dikarenakan terjadi di luar tubuh induk
2
(Fujaya2002).Keberhasilan proses fertilisasi dipengaruhi oleh kemampuan sperma
untuk membuahi sel telur. Sperma yang tidak disimpan (fresh sperm), memiliki
kemampuan fertilisasi yang lebih tinggi dibandingkan sperma hasil penyimpanan.
Hal tersebut dikarenakan teknik penyimpanan menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas sperma, seperti terjadinya perubahan dalam motilitas dan durasi
pergerakan (Akcay et al. 2004). Penelitian mengenai fertilisasi spermatozoa
pascapenyimpananan telah banyak dilakukan. Sultana et al. (2010), hasilnya
menunjukkan penurunan tingkat fertilisasi akibat prosespenyimpanan, yaitu dari
88% menjadi hanya 32-37%. Penelitian Horvath et al. (2003) juga menunjukkan
terjadinya penurunan kemampuan fertilisasi ikan mas pascapenyimpanan dari
persentase 84% (kontrol) menjadi hanya sekitar 71-74%. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui tingkat fertilitasi spermatozoa ikan tawes
pasca penyimpanan.
Menurut Isnaini (2000)dalamSandy(2005), menyatakan bahwa larutan
NaCl fisiologis sering digunakan sebagai bahan pengencer sperma yang
memberikan sifat buffer dan mampu mempertahakan pH sperma ikan dalam suhu
freezer. Selain itu NaCl fisiologis dapat memperpanjang umur sperma kerena
bersifat isotonis dengan cairan sel. Penyimpanan sperma dalam larutan pengencer
NaCl fisiologis sebaiknya digunakan tidak lebih dari 60 menit setelah
penampungan.Salah satu cara untuk memperpanjang waktu simpan sperma yaitu
diperlukan subsitusi bahan pengencer lain yang mengandung protein atau bahan-
bahan yang dapat mempertahankan motilitas spermatozoa.
Toeliher (1981) menyebutkanbahwasyarat pengencer yang digunakan
untukfertilisasiadalah murah, sederhana, praktis dibuat mengandung unsur-unsur
3
yang hampir sama sifat fisik dan kimiawi dengan sperma, tidak mengandung zat
racun baik terhadap sperma maupun saluran kelamin betina,tetap
mempertahankan dan membatasi daya fertilisasi sperma ikan, dan memungkinkan
dilakukannya penilaian sperma setelah pengenceran.
Menurut Tolihere (2004),penyimpanan spermatozoa memerlukan fruktosa
yang dimamfaatkan sebagai sumber energi bagi spermatozoa dan mampu
mengurangi kecepatan rusaknya permeabilitas spermatozoa, sehingga kebutuhan
akan energi dan nutrisiyang berupaATPtidak terhambat sehingga spermatozoa
dapat bertahan lama. Air kelapa muda merupakan bahan pengencer yang
mengandung fruktosa, glukosa dalam proses glikolisis memerlukan magnesium
(Mg) sebagai kafaktor pada beberapa tahap proses glikolisis untuk menghasilkan
ATP dan ADP bagi spermatozoa. Magnesium terkandung dalam air kelapa muda.
Pengguanaan air kelapa muda dalam waktu yang lama dapat menurunkan pH
(Berlina,2004) sehingga dibutuhkan buffer untuk mempertahankan pH dalam
Kondisi normal (pH 7).
Perkembangan telur ikan di awali dengan pembuahan sel telur oleh
spermatozoa. Menurut Heryadi et al. (1995), proses penetasan telur terjadi mulai
dari telur dibuahi hingga telur menetas. Perkembangan telur pada umumnya
dimulai dari 1 sel hingga beberapa sel sampai ketahap pra blastula- blastula-
grastula- neurola- embrio- penetasan. Telur yang dibuahi akan mati dan akan
berubah morfologinya menjadi bewarna putih dan keruh (Sumantadinata, 1981).
Menurut Sinjal (2014) untuk menentukan tingkat penetasan telur data yang
diperlukan adalah banyaknya telur yang menetas pada masing-masing perlakuan,
Hacthing Rate adalah jumlah total telur yang menetas, dari total telur yang
4
ditebar. Lama penetasan telur bergantung dari temperatur air dan kandungan
oksigen disekelilingnya (Minjoyo, 1993).Penggunaan air kelapa muda sebagai
pengencer dalam penyimpanan spermatozoa ikan tawes belum pernah dilakukan,
hal ini penulis perlu mengetahui untuk mendapatkan pengencer spermatozoa yang
mengandung fruktosa sehingga selain dapat meningkatkan motilitas dan lama
hidup juga dapat meningkatkan proses fertilisasi dan daya tetas telur.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana pengaruh spermatozoa dari pasca penyimpanan pada
temperatur 4oC terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes?
2. Berapakah kosentrasi larutan yang digunakan untuk mendapatkan hasil
yang optimal terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes dari
sperma pasca penyimpanan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh sperma dari pasca penyimpanan pada
temperatur 4oC terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes.
2. Untuk mengetahui kosentrasi larutan yang digunakan untuk mendapatkan
hasil yang optimal terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes dari
sperma pasca penyimpanan.
5
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Penulis dapat mengetahui pengaruh sperma dari pasca peyimpanan pada
temperatur 4oC terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes.
2. Penulis dapat mengetahui hasil yang optimal terhadap fertilisasi dan daya
tetas telur ikan tawes dari sperma pasca penyimpanan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Klasifikasi Ikan Tawes
Ikan tawes (Puntius javanicus) adalah jenis ikan herbivore (Kottelat et al,
1993). Ikan tawes merupakan ikan air tawar yang mampu hidup di air payau
dengan salinitas 7 ppt. Oleh karena itu, ikan air tawar dapat dibudidayakan di
tambak, waduk, bendungan dan perairan umum dapat dilakukan dengan sistem
jaring terapung dan keramba (Santoso dan Wikatma, 2001). Klasifikasi ikan
tawes menurut Nelson (2006) adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata Super
Super Kelas : Pisces Kelas Osteichthyes
Sub Kelas : Teleostai
Ordo : Cypriniformes
Sub Ordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprininae
Sub Famili : Cyprininae
Genus : Puntius
Spesies : Puntius javanicus
Gambar 1. Ikan tawes (Puntius javanicus)
7
IkanTawesmerupakansalahsatuikanasliIndonesiaterutamapulau Jawa.Hal
ini juga yangmenyebabkan tawes memiliki nama ilmiahPuntius
javanicus.Namun,berubah menjadi Puntiusgonionotusdan terakhirberubah
menjadiPuntius javanicus.Ikantawesmemilikinamalokal tawes
(Indonesia),tawehatautawas,LampamJawa(Melayu).DidanauSidendreng
ikantawesdisebutbalekandea(Amri dan Khairuman, 2008).
Ikantawestermasukkedalam familiCyprinidae sepertiikanmasdan ikan
nilem.Bentukbadan agakpanjangdanpipihdenganpunggungmeninggi,kepala
kecil,moncongmeruncing,mulut kecil terletakpadaujunghidung,sungutsangat
kecilataurudimenter.Dibawahgarisrusukterdapatsisik5½buahdan3-3½
buahdiantara garisrusukdan permulaansirip perut.Garisrusuknyasempurna
berjumlahantara29-31 buah.Badanberwarnakeperakanagak gelapdibagian
punggung. Padamoncongterdapattonjolan-tonjolan yang sangatkecil. Sirip
punggung dansiripekor berwarnaabu-abuataukekuningan, dan sirip ekor
bercagakdalamdengan lobusmembulat,siripdadaberwarna kuningdansirip
duburberwarnaorangeterang.Siripduburmempunyai6½ jari-jaribercabang
(Kotelatetal,1993). Sisikdenganstrukturbeberapa jari-jari sejajaratau
melengkungkeujung, sedikitatau tidakadaproyeksi jari-jari
kesamping.Adatonjolansangat kecil, memanjangdaritilang mata sampai ke
moncongdan daridahi kemata. Siripduburmempunyai6½ jari-
jaribercabang,33½sisikantaraguratsisidan awal siripperut (Kotelatetal,1993).
8
II.2 Spematozoa
Spermatozoa atau sperma adalah gamet jantan yang dihasilkan oleh testis.
Sperma dari beberapa spesies ikan family cyprinidae berwarna kekuning-
kuningan menyurupai susu (Hoar, 1969 dalam Usman dan Effandi,
(2002).Spermatozoa ikan yang sudah matang terdiri dari kepala, leher dan
ekor.Inti spermatozoa terdapat pada bagian kepala(Lagler, 1977dalam Usman dan
Affandi, 2002).
2.3Sel telur
Sel telur merupakan alat perkembangbiakan pada hewan betina, yang
dihasilkan oleh suatu organ reprodukasi yang disebut ovarium.Sel telur berukuran
lebih besar dan lebih sederhana dibandingkan sperma. Ukuran sel telur bervariasi
pada setiap spesies. Ukuran sel telur yang bervariasi dikarenakan adanya
kandungan kuning telur yang merupakan penyedia cadangan makanan bagi
perkembangan embrio.Sel telur juga memiliki nukleus yang membawa setengah
bagian informasi yang diperlukan dalam reproduksi.Ukuran sel telur yang lebih
besar dibandingkan sperma menyebabkan produksi sel telur tidak sebanyak
sperma (Billietdan Burchill 2010). Ukuran sel telur pada ikan bervariasi, yaitu
antara0,5-5mm,tergantung pada kandungan kuning telurdan
fekunditasnya. Fekunditas pada setiap individu berbeda, tergantung pada usia,
ukuran, spesies dan kondisi lingkungan, seperti pakan, suhu, air, dan
musim. Ukuran dan jumlah telur yang dihasilkan juga berkaitan dengan
kemampuan merawat telur dan anak. Ikan yang memiliki telur berukuran kecil
biasanya mempunyai jumlah telur yang banyak (Fujaya 2002).Kemampuan
fertilisasi sel telur terbatas pada periode tertentu, yaitu beberapa detik atau menit
9
setelah pemijahan, dan menjadi tidak mungkin setelah sel telur diaktivasi
(Jamieson 1991). Oleh karena itu, proses fertilisasi harus sesegera mungkin
dilakukan setelah sel telur dikeluarkan.
2.4 Fertilisasi Ikan Tawes
Fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang
baik. Penggunaan larutan fisiologis yang baik dapat meningkatkan daya motilitas
dan viabilitas spermatozoa (Hidayaturrahmah 2007). Menurut Rurangwa et al.
(1998), fertilisasi telur dengan menggunakan spermatozoa hasil penyimpanan
dilakukan segera setelah proses pencairan dengan rasio spermatozoa : telur yang
tepat. Rasio perbandingan yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dapat
memengaruhi keberhasilan tingkat fertilisasi dan penetasan telur ( Sunarma 2007).
Fertilisasi yang menggunakan spermatozoa hasil penyimpanan biasanya lebih
rendah dibandingkan dengan menggunakan spermatozoa segar akibat adanya
penurunan kemampuan spermatozoa.Penurunan tersebut terjadi akibat adanya
kerusakan pada genom spermatozoa yang mungkin terjadi pada saat
prosespenyimpanan(Sunarma 2007).
2.5 Jenis –Jenis Larutan Pengencer
2.5.1 Larutan NaCl Fisiologis
Larutan NaCl fisiologis digunakan sebagai pengencer semen karena
mengandung unsur elektrolit yang dapat mempertahankan tekanan osmotik dan
isotonis dengan plasma semen. Larutan tersebut mengandung ion Na+yang dapat
mempertahankan daya hidup spermatozoa in vitro. Spermatozoa tolern terhadap
konsentrasi NaCl dari 0,5 sampai 1,5 % (lorenz,1959 dalam perdana, 2009).
10
Menurut Rustidja(1985) dalam hidayaturahmah (2007).Larutan fisiologis
lebih kecil dari NaCl 0,9 % (0,8 %; 0,6 %; 0,3 %; 0,1 %) disebut hipotonis.
Larutanfisiologis lebih besar dari NaCl 0,9 % ( 1 %; 2 %) disebut hipertonis).
Menurut Garname et al. (2011) penyimpanan sperma dalam larutan
fisiologis sebaiknya digunakan tidak lebih dari 60 menit setelah penampungan,
untukmemperpanjang waktu simpan semen diperlukan bahan pengencer lain yang
mengandung proteinataubahanlain yang dapat mempertahankan motilitas
spermatozoa.
2.5.2 Larutan Air Kelapa Muda
Air kelapa dapat dipakai sebagai bahan yang disubtitusikan pada
pengencer larutan fisiologis karena air kelapa mengandung nilai gizi yang
dibutuhkan oleh spermatozoa(Garname et al 2011).
Kandungan air kelapa muda memiliki sifat dan karakteristik yang hampir
sama pada sperma, diantaranya glukosa dan fruktosa yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi untuk mempertahankan hidupnya. Hal ini sesuai penjelasan
Soehartojo (1995) dalamHidayaturrahmah (2007) bahwa yang dimanfaatkan
spermatozoa sebagai sumber energi dari luar testis adalah fruktosa. Fruktosa
sebagai pengencer akan memberikan nutrisi sebagai sumber energi berupa ATP
untuk spermatozoa supaya dapat bertahan lebih lama dan air kelapa sebagai bahan
pengencer memiliki kandungan glukosa dan fruktosa, sehingga diduga mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi spermatozoa selama penyimpanan. Apabila
persediaan energi habis, maka kontraksi fibril-fibril spermatozoa akan berhenti
dan spermatozoa tidak bergerak (Hidayaturrahmah, 2007).
11
Adapun kasiat dari kelapa semakin tua kelapa maka semakin sedikit
kandungan airnya, tapi semakin tinggi kandungan lemak, kalsium, fosfor, zat besi
dan kalorinya.Lihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1. Kandungan air kelapa,menurut sumber analisis bahan makanan
Kandundungan per 100 gr
Daging buah kelapa muda
Daging buah setegah muda
daging buah tua
Air kelapa
Kalori (kul)
Air (g)
Protein (g)
Lemak (g)
36,04
44,15
0,53
0,48
101,23
37,1
2,12
7,9
202,46
24,86
1,80
18,39
17
95,5
0,2
0,1
sumber : analisis bahan makanan FKUI (2009)
2.6 Manajemen Kualitas Air
Air merupakan media yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ikan,
kualitas air merupakan faktor pembatas yang sangat berpengaruh terhadap usaha
budidaya. Semua organisme memiliki kisaran optimal tertentu untuk dapat hidup
dan tumbuh secara optimal, kualitas air tersebut antara lain : suhu, derajat
keasaman (pH) dan oksingen terlarut.
Suhu
Suhu air sangat dipengaruhi oleh jumlah sinar matahari yang jatuh
kepermukaan air yang sebagian dipantulkan kembali keatmosfer dan sebagian lagi
diserap dalam bentuk energi panas (Hetzer, 1975). Pengukuran suhu sangat perlu
untuk mengetahui karakteristik perairan. Menurut Santoso (2001). Suhu, ideal
jultifiy untuk habitat ikan tawes berkisar antara 20-30 oC.
12
Derajat keasaman (pH)
Nilai pH didefinisikan sebagai negatif logaritma dari kosentrasi ion
hidrogen dan nilai asam ditunjukkan dengan nilai 1-7 dan basa 7-14 antara 6-
9.Descod (1973) mengemukakan bahwa batas toleransi organisme perairan
terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi antara lain suhu, oksigen terlarut,
alkalinitas, kandungan kation dan anion maupun jenis dan tempat hidup
organisme. Perairan yang ideal bagi kegiatan budidaya perikanan budidaya adalah
6,8-8,5 dan perairan dengan pH <6, suhu ideal untuk kehidupan ikan tawes
berkisar antara 6,7-8,6 (Evi,2001).
Oksigen Terlarut (DO)
Kandungan oksingen optimum untuk budidaya ikan tawes secara intensif
berkisar 5-10 ppm. Menurut Harefa (2000), Oksigen terlarut dalam air dapat
bersumber dari udara atau atmosfir yang merupakan tempat cadangan oksingen
terbesar, tetapi oksigen tersebut hanya sedikit yang dapat larut dalam air. Menurut
Masduqi (2009) manajemen kualitas air yang baik untuk budidaya ikan adalah
DO berkisar antara 3,7-4,0 ppm.
Tabel 2. Kualitas air
Parameter Nilai optimal Metode Sumber
Suhu 20-30 oC Insitu Santoso (2001)
Ph 6,7-8,6 Insitu Evi (2001)
DO 3,7-4,0 ppm Insitu Masduqi (2009)
13
III. METODELOGIPENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 19-20Agustus Tahun 2015
bertempat di UPR Meunasah Krueng Kec. Beutong Kab. Nagan Raya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel berikut :
Tabel 3. Alat-alat yang digunakan dalam penelitianAlat Fungsi
Suntik Menginjeksi Larutan didalam tubuh ikanToples Wadah penetasan hasil perlakuanMangkok Untuk penampungan sperma dan telurPipet tetes Untuk mengambil sampel perlakuanMikroskopDO meterpH Universal
Untuk mengamati objek penelitianUntuk mengukur oksigen yang terlarut dalam airUntuk mengukur tingkat keasaman
Siphon Akuarium Membersih kotoran didasar wadahThermometer Untuk mengukur suhuAerasi Untuk Instalasi udara/oksigenHiblow Untuk Sumber oksigenKamera Media dokumentasiAlat tulis Untuk mencatat data selama penelitianSendok teh Untuk mengambil telur dari mangkokSpuit Untuk mengambil telur pada waktu pengamatan
Tabel 4. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian
Bahan FungsiInduk tawes betinaInduk tawes jantan
Objek dasar dalam penelitianObjek dasar dalam penelitian
NaCl fisiologis Pengencer semenAir kelapa muda Pengencer semenBulu ayamTissuCleo
Ovaprin
Membantu dalam pengadukan fertilisasiMembersihkan darah atau kotoranMembantu dalam pengenceran sperma dengan telur.Untuk meransang pengeluaran gonad induk jantan dan betina
14
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pemilihan Induk
Induk yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah induk ikan tawes
yang sudah matang gonad yang bertujuan untuk mendapat sperma yang
berkualitas.
Menurut susanto (1999) ciri-ciri induk ikan tawes yang berkualitas antara
lain sebagai berikut:
1. Berumur 10 bulan
2. Sisiknya harus tersusun dengan teratur relatif besar, dan bercahaya
3. Sehat
4. Gesit gerakan
5. Punggungnya harus tinggi dan terlihat kokoh
6. Tidak terlihat adanya tulang yang bengkok /cacat pada bagian insang
7. Bertingkah liar
3.3.2 Striping
Ikan tawes jantan yang telah matang gonad, bagian tubuh sekitar
urogenitalnya di lap dengan tissue. Setelah itu bagian perut ikan di urut ke arah
urogenital. Sperma yang keluar dari lubang urogenital di ambil menggunakan
spuit.
3.3.3 Persiapan Pengencer NaCl Fisiologis danAir Kelapa Muda
Dalam penelitian ini penelitian membuat pengencer air kelapa muda
dengan NaCl sebanyak 5 kosentrasi dan 1 kosentrasi hanya menggunakan NaCl
tanpa campuran air kelapa muda 4 kosentrasi menggunakan NaCl campuran Air
Kelapa Muda, yaitu pengencer air kelapa muda dengan kosentrasi 3%, 5%,7%,
dan 9% serta 0% hanya NaCl saja,Mariani (2015) (belum di publikasikan personal
komunikasi).Pengenceran tiap konsentrasi dalam penelitian sebanyax 10 ml
15
gunanya untuk mempermudah penekaran jumlah persentase air kelapa muda dan
NaCl fisiologis,adapun konsentrasi tersebut diperoleh melalui penentuan berikut:
Air kelapa muda(konsentra
si¿%= persentaseair kelapamuda x jumlah pengencer100
Sperma (1): pengencer (9)
0,2 ml : 1,8 ml
1. Air kelapa muda 3% =3 x 10 ml
100 =0,3 ml
2. Air kelapa muda 5% =5 x 10 ml
100 =0,5 ml
3. Air kelapa muda 7% =7 x10 ml
100 =0,7 ml
4. Air kelapa muda 9% =9 x10 ml
100 =0,9 ml
3.3.4Pencampuran Sperma dengan PengencerNaCl Fisiologis, Air Kelapa
Muda
Sperma yang telah diperoleh dimasukan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan pengencer( Air kelapa muda dan NaCl fisologis ) dari tiap perlakuan
pengencer yang telah dibuat sebelumnya. Adapun kosentrasi pengencer Air
kelapa muda dan NaCl yaitu (3%, 5%, 7% dan 9%). Sebagai kontrol adalah
sperma ikan tawes hanya menggunakan NaCl.
3.3.5 Penyimpanan
Penyimpanan spermatozoa membutuhkan bahan pengencer yang berfungsi
untuk mengurangi aktivitas spermatozoa sehingga menghambat pemakaian energi
dan dapat memperpanjang hidup spermatozoa (Sunarma et al., 2007). Sperma
ikan tawes yang sudah dicampurkan dengan jenis larutan pengencer air kelapa
16
muda dan Nacl fisiologis kemudian disimpan dengan menggunakan kulkas
dengan suhu ( 40C ) selama 3 hari penyimpanan.
3.4 Persiapan Wadah Uji
Pelaksanaan penelitian ini diawali dari persiapan yang meliputi persiapan
wadah, persiapan air, persiapan bahan dan peralatan lapangan pendukung laianya.
Wadah uji dan peraltan lainya sebelum digunakan dibersihkan terlebih dahulu
sehingga wadah steril dan tidak terkontaminasi. Persiapan air dan penetasan telur,
pemeliharaan disiapkan setelahnya dengan cara mengadap air sebelum
digunakan.
3.4.1 Pengumpulan Spermatozoa dan Sel Telur
Ikan yang digunakan adalah induk jantan dan betina ikan tawes( Puntius
javanicus).Sperma diambil dari tempat penyimpanan selama 3 hari, sedangkan
telur diperoleh dari seekor induk betina yang matang gonad.Masing –masing
induk betina yang matang gonad diberi rangsangan hormon Ovaprim.Penyuntikan
di lakukan sebanyak 1 kali.
Telur diperoleh sebanyak 10 jam setelah penyuntikan, telur diperoleh dari
hasil ovulasi induk betina dengan cara striping. Telur ditampung pada baskom
steri , jumlah telur yang di uji pada masing-masing percobaan adalah 100 butir
telur.
Pengamatan fertilitas dilakukan setelah terjadi pembuahan, proses
pembuahan dilakukan dengan cara mengambil telur sebanyak 100 butir untuk
setiap perlakuan uji, kemudian telur dicampurkan dengan sperma yang telah
diencerkan kedalam gelas ukur lalu diaduk mengunakan bulu ayam selama 1
17
menit, selanjutnya diberi sedikit air cleo kemudian telur ditebar kedalam wadah
uji yang telah diberi airasi.
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Persentase Pembuahan
Setelahpengamatanspermayangtelahdisimpankemudian
campurkanspermatersebutkedalamteluryangtelah disediakanaduksampai
meratadengan menggunakanbuluayam.Fertilisasi (FR)telur dihitung dengan cara
membandingkan telur yangdibuahi dengan jumlah.Telur yang
diteteskan,kemudian dinyatakan dalam persen (Hui et al,2012) menurut rumus :
FR ¿jumlahtelur yang terbuahi
jumlahtelur yang diinkubasix100%
3.5.2Persentase Penetasan
Penetasan telur ikan adalah kegiatan merawat telur yang telah terbuahi
hingga telur tersebut menetas. Telur yang dibuahi berkembang menjadi embrio
dan akan menetas menjadi larva sedangkan telur yang tidak terbuahi akan mati.
Daya tetas (DT) telur ikan tawes dihitung dengan cara menghitung larva satu
persatu,kemudian dinyatakan dalam persen. (Hui et al, 2012) menurut rumus :
HR¿ jumlahtelur yangmenetasjumlahtelur yang terbuahi
x 100 %
3.5.3 Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen,
sedangkan rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL)
dengan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan ada tiga kali ulangan
perlakuan dalam penelitian ini, yaitu:
18
P1= Larutan NaCl fisiologis
P2= 0,3 ml air kelapa muda dalam pengencer larutan NaCl fisiologis
P3=0,5 ml air kelapa muda dalam pengencer larutan NaCl fisiologis
P4=0,7 mlair kelapa muda dalam Pengencer larutan NaCl fisiologis
P5=0,9 ml air kelapa muda dalam pengencer larutan NaCl fisiologis
Penggunaan bahan-bahan di atas mengacu penelitian Mariani, (2015 ) belum di
publikasikan personal komunikasi).
Tabel 5. Tabulasidata dan ulangan rancangan acak lengkap
Perlakuan (j) Total
Ulangan (j) P1 P2 P3 P4 P5
1 P1.1 P2.1 P3.1 P4.1 P5.1
2 P1.2 P2.2 P3.2 P4.2 P5.2
3 P1.3 P2.3 P3.3 P4.3 P5.3
Total P1... P2... P3... P4... P5... P...
Rata-rata P1/n P2/n P3/n P4/n P5/n P... (i) (J)
3.6 Analisis Data
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan Analisis Ragam
(ANOVA) sesuai dengan rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dan untuk mendapatkan perlakuan terbaik dilakukan Uji Jarak
Berganda Duncan taraf signifikansi 5% (Kusriningrum, 2008).
19
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh data Sperma
ikan tawes yang telah dicampur dengan Air kelapa dan NaCl Fisiologis, yang
telah disimpan dalam lemari es dengan suhu 4oC selama 3 hari, kemudian
dilakukan fertilisasi dengan sel telur untuk mengetahui kemampuan fertilitasnya
setelah dilakukan penyimpanan,sebelumnya Induk betina disuntik dengan Ovaprin
berfungsi untuk meransang terjadinya ovulasi sel telur. Data hasil pengamatan
tersebut didapatkan nilai fertilsasi dan daya tetas telur ikan tawesdari sperma
pasca penyimpanan.
4.1.1 Fertilisasi dan Daya Tetas Ikan Tawes
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes seperti tabel dan gambar dibawah ini :
Tabel 6. Rataan fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes selama percobaan (sperma pasca penyimpanan)
Parameter uji Perlakuan
P1 P2 P3 P4 P5
Fertilisasi, F (%) ± Stdev 25±4c 34,7±4c 42,7±1b 64,3±4a 51,7±4b
Daya Tetas, HR (%) ± Stdev 14,3±4c 25±3c 32,3±2c 61,7±3a 38,3±1c
Ket : standar deviasi (simpangan baku): mengambarkan seberapa besar perbedaan nilai sampel terhadap rata-ratanya. Semakin besar nilai standar deviasi maka data sampel semakin menyebar (bervariasi) dari rata-ratanya. Sebaliknya jika semakin kecil maka data sampel semakin homogen (hampir sama).
20
P1 P2 P3 P4 P50
10
20
30
40
50
60
70
0
10
20
30
40
50
60
70
Fertilisasi, F (%) Daya Tetas, HR (%)
Perlakuan
F (%
)
HR (
%)
Gambar 2. Nilai fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes selama percobaan (sperma pasca penyimpanan).
4.2.1 Kualitas Spermatozoa Pasca Penyimpanan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh data Kualitas
spermatozoa ikan tawes pasca pemberian konsentrasi Air kelapa muda dalam
NaCl fisiologis, dengan lama penyimpanan selama 3 hari pada suhu 40c,
penelitian sebelumnya (Mariani, 2015), didapatkan hasil motilitas tertinggi pada
perlakuan P4 sebesar (82,33 %) Dapat disimpulkan bahwa spermatoza dari pasca
penyimpanan tersebut masih mampu bertahan dan masih layak untuk dilanjutkan
ketahap fertilisasi dan daya tetas telur. Namun semakin lama disimpan kualitas
spermatozoa pasca penyimpanan akan menurun, tetapi tingkat motilitas tinggi.
21
4.1.3 Kualitas air
Hasil penelitian kualitas air berperan sangat penting didalam suatu usaha
pembudidaya maka dari itu kualitas air selama penelitian ini antara lain suhu pagi
berkisar antar 28oC , pH 7 dan DO pagi berkisar 3,7–4,6, sedangkan pada sore hari
suhu 29 oC,pH 7 dan DO sore 3,8 - 4,6.Dapat di lihat pada tabel di bawah ini
Tabel 7. Kualitas air
NO ParameterWaktu
Pagi Sore
1 Suhu 28 0C 29 0C
2 pH 7 7
3 DO 3.7 – 4.6 ppm 3.8 – 4.6 ppm
4.2 Pembahasan
4.2.1 Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Tawes
Hasil fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes yang tertera di tabel 6
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari sperma yang diencerkan dengan NaCl
fisiologis dan Air kelapa muda yang telah disimpan dengan suhu 4oc terhadap
fertilisasi.Hasil percobaan menunjukkan fertilisasi yang terbaik terdapat pada P4
dengan (0,7 %)Air kelapa muda dalam pengencer NaCl fisiologis dengan nilai
rata – rata 64,3 %.Untuk melihat nilai fertilisasi ikan tawes dari hasil anova pada
(lampiran2) menunjukkan bahwa nilai sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat fertilisasi ikan
tawes.
22
Fertilisasi dapat didukung oleh kualitas spermatozoa yang baik. Kualitas
sperma (Konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa dan komposisi cairan
plasma semen) akan berpengaruh terhadap fertilisasi spermatozoa. Tingkat
fertilisasi nampaknya mengikuti apa yang terjadi pada tingkat kualitas sperma,
jika motilitas yang meningkat memberikan fertilisasi yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Adipu et al (2011), bahwa dengan adanya penambahan larutan
NaCl dan air kelapa muda pada pengenceran sperma, maka lama waktu aktivitas
sperma menjadi panjang sehingga sperma memperoleh banyak waktu untuk
menemukan dan membuahi sel telur . Adanya peningkatan waktu tersebut dapat
memperpanjang daya tahan hidup dan keaktifan gerak spermatozoa
(Hidayahturahmah, 2007). Pada kondisi pergerakan sperma aktif dan lincah
sperma mempunyai kemampuan dan 1,38 energi untuk menembus lubang mikrofil
telur (Adipu et al , 2011). Nurman (1998) menyatakan pembuahan adalah proses
terjadinya pertemuan antara spermatozoa dengan sel telur.
Proses pembuahan pada sel telur sangat dipengaruhi oleh kualitas telur,
kualitas sperma dan kecepatan sperma untuk bergerak spontan sehingga mampu
masuk kedalam lubang mikrofil pada sel telur. Selain itu, Rizal dan Efizal (1997)
menambahkan tingginya tingkat pembuahan dikarenakan tingkat pergerakan
spermatozoa yang semakian aktif. Pada perlakuan P1( kontrol) tanpa konsentrasi
air kelapa muda hanya NaCl saja mengalami fertilasasi terendah dengan nilai
rata-rata sebesar (25%) dibandingkan perlakuan P4 sebanyak 64,3, P2 sebanyak
36,6%, P3 sebanyak 42,6% dan P5 sebanyak 51,6%. Diduga dengan NaCl saja
tidak memberikan sumber 138 energi yang cukup untuk proses fertilisasi.
23
Sesuai dengan pendapat Ardias (2008) yang menyatakan bahwa keberhasilan
fertilisasi sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas sperma, kemudian Iromo
et al.(2007) juga menjelaskan bahwa tingginya fertilisasi berhubungan dengan
komposisi pengencer yang mampu memberikan sumber energi dan perlindungan
pada sperma selama disimpan pada suhu rendah.
Sesuai pendapat Adipu et al.(2011) motilitas yang semakin menurun
mengakibatkan daya fertilisasi sel telur menjadi lemah.Hal ini ditunjukkan pada
data pengamatan motilitas, dimana semakin lama sperma disimpan ketersediaan
nutrisi sebagai sumber energi pada pengencer akan berkurang sehingga motilitas
mengalami penurunan.
Tabel 6 terlihat bahwa pengaruh dari pengenceran NaCl fisiolgis dan Air
kelapa muda pada sperma pasca penyimpan dengan suhu 4oc terhadap daya tetas
telur (HR) telur ikan tawes. Hasil percobaan menunjukkan daya tetas (HR)
tertinggi terlihat pada perlakuan P4 (0,7 %) Air kelapa dalam pengenceran NaCl
fisiologis dengan nilai rata-rata yang tertinggi 61,6 %.Dapat dilihat pada hasil
anova (lampiran 2) menunjukkan bahwa penambahanNaCl fisiologisdan Air
kelapa muda dalam pengenceran sperma pasca penyimpanan memberikan
pengaruh nyata terhadap penetasan telur, hal ini ditunjukkan oleh sig < 0,05.
Menurut Oyen et al ( 1991) dalam Syandri (1993), faktor internal yang
berpengaruh terhadap daya tetas telur adalah perkembangan embrio yang
terhambat karena kualitas spermatozoa dan telur kurang baik. Sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap penetasan telur adalah lingkungan yang
24
didalamnya terdapat temperatur air, oksigen terlarut, pH , dan amoniak. Hal ini
didukung oleh pernyataan Masrizal dan Efrizal (1997) bahwa daya tetas telur ikan
tawes selalu di tentukan oleh pembuahan sperma, kecuali bila ada faktor
lingkungan yang mempengaruhi. Selanjutnya dikemukakan bahwa, faktor internal
yang akan mempengaruhi tingkat penetasan telur ikan tawes adalah
perkembangan embrio yang terlambat akibat sperma yang kurang motil.
Hasil yang didapatkan pada perlakuan P4 bisa dilihat dari baiknya tinggkat
motilitas (82,33 %). Hasil penelitian menunjukkan P4 dengan kosentrasi Air
kelapa muda 7% dalam pengenceran NaCl fisiologis spermatozoa dapat
mengoptimalkan motilitas, viabilitas dan mortalitas selama penyimpanan 3 hari,
diduga bahwa Air kelapa muda dapat mempertahankan Mortalitas dan viabilitas
sperma disebabkan kandungan Air kelapa muda yang mampu menutrisi
spermatozoa sehingga sperma masih dapat bertahan selama penyimpanan,
(Mariani,2015).
Chew dan Zulkafli (2010), melaporkan bahwa hasil percobaan terhadap
beberapa spesies ikan dengan nilai fertilisasi tertinggi 20-55 % pada ikan Lele
dumbo dengan teknik penyimpanan sperma, sedangkan pada penetasan
mendapatkan nilai tertinggi 20-53 % pada ikan Semah Malaysia, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
25
Tabel 8. Fertilisasi dan penetasan pada beberapa spesies ikan
Spesies Fertilisasi (%) Penetasan (%)
Bard Jawa 12-100 5-75
Lele Dumbo 21-37 19-32
Isok Duri 1.2-10 0.8-4.6
Semah Malaysia 20-55 20-53
Ket: Extender (DMSO, ethanol, glyserol dan methanol)
Kemudian disimpulkan bahwa hasil pernyataan pada tabel diatas lebih
rendah dibandingkan dengan peneliti pada fertilisasi dan daya tetas telur ikan
tawes dari sperma pasca penyimpanan dengan menggunakan NaCl fisiologis dan
Air kelapa muda mendapatkan nilai tertinggi sebesar 64.3 %.
Sesuai dengan pendapat Bozkurt (2005) melaporkan bahwa beberapa
percobaan fertilisasi dan daya tetas telur dengan teknik penyimpanan sperma
terdapat nilai tertinggi 21,00±3.6, sedangkan pada daya tetas mendapat nilai
69.60±11.86.
Tabel 9. Fertilisasi dan daya tetas telur dengan menggunakan extender
Penyimpana
n sperma
May Juni
Extender I Extende II Sperma segar Extender I Extender II Sperma
segar
Fertilisasi 21.00±3.60a 15.33±1.15
a
9.00±1.41b 16.67±2.08a 14.33±0.70a 7.00±1.41
b
Penetasan 69.60±11.86
a
58.90±7.75
a
62.50±17.67
a
88.05±1075
a
89.13±10.75
b
70.85±5.8
6b
Ket: Extender I (NaCl, KCl, CaCl2, NaHCO3 dan MgCl2)Extender II (Glukosa dan tris)
26
Tabel diatas menunjukkan bahwa dengan menggunakan sperma
penyimpanan dari pengencer Extender hasilnya hampir sama dengan peneliti
tentang fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes dengan menggunakan NaCl
Fisiologis dan Air kelapa muda mendapatkan hasil nilai tartinggi sebesar 61,6%.
4.2.2. Manajemen Kualitas Air
Hasil pengukuran kualitas air pada penelitian ini meliputi Suhu, pH dan
DO menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian tidak berpengaruh terhadap
persentase pembuahan dan penetasan telur ikan tawes. Data kualitas air selama
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 10.Pengukuranmanajemenkualitas air pada saat penebaran telur dari sperma pasca penyimpanan selama penelitian.
NO ParameterWaktu
Pagi Sore1 Suhu 280C 29 0C2 pH 7 73 DO 3.7 – 4.6 ppm 3.8 – 4.6 ppm
Berdasarkan tabel diatas kualitas air pada saat penetasan telur ikan tawes
yang diukur pada wadah penelitian, pH air pagi 7,sore pH 7, DO pagi 3.7– 4.6
ppm, sore DO 3.8 – 4.6 ppm dan suhu air pagi 280C, dan suhu pada sore hari
berkisar antara 29°C. Hal ini sesuai dengan pendapat Susanto, H (2003), bahwa
suhu normal untuk penetasan telur ikan tawes berkisar antara 24 °C - 32 °C.
Sementara untuk DO hanya menggunakan sedikit aerasi, karena aerasi yang besar
dapat menyebabkan kerusakan pada telur.
27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan dari sperma pasca penyimpanan pada temperatur 4oC
memberikan pengaruh nyata terhadap fertilisasi dan daya tetas telur ikan
tawes (Puntius javanicus) (P < 0,05).
2. Perlakuan P4 (0,7% NaCl fisiologis dan Air kelapa) memiliki persentase
nilai rataan yang tertinggi dalam penelitian ini dengan nilai persentase
fertilisasi telur ikan ikan tawes (64,3 %) dan pada daya tetas telur ikan
tawes tertinggi terdapat pada perlakuan P4 sebesar (61,6%).
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat di saran bahwa:
1. Untuk penyimpanan sperma ikan tawes dapat menggunakan perlakuanP4
dengan (0,7 %) NaCl fisiologis dan Air kelapa muda tehadap fertilisasi
dan daya tetas telur selama penyimpanan 3 hari pada temperatur 4oC,
namun semakin lama disimpan motilitas semakin menurun.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adipu Y, Sinjal H, dan Watung J. 2011. Ratio Pengenceran Sperma Terhadap Motilitas Spermatozoa, Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Lele (Clarias sp). Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis Vol. 7 NP. 1 April 2011. 48-55.
Affandi, R dan Usman M T.2000. Fisiologi Ikan Hewan Air. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Afiati, B. Tappa. Dan Bjuajawidjaja, 2003.Pengaruh Perbandingan Kuning TelurDan Air Kelapa Muda Terhadap Daya Tahan Hidup (Viabilitas). Spermatozoa Sapi Hasil Pemisaha Media Perternakan 26 (3) : 82,87.
Akcay, E, Y. Bozkurt, S. Secer & N. Tekun. 2004. Cryopreservation Of Mirrol Carp Semen. Turkey Journal Vetenary Animal Science 28: 837-843.
Amri dan Khairuman. 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia. Jakarta.
Anastasya R. 2010 Peraturan dan Sistem Reproduksi. Diakses pada tanggal 2Desember 2010 pukul 19.00 WIB.
Ardias, N. 2008.Peranan NaCl fisiologis Terhadap Derajad Pembuahan, Penetasan Telur dan Kelansungan Hidup Larva Ikan Koi Crypinus Carpio.(Skripsi).Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 48 hlm.
Azzura. 2009. Transportasi Ikan . Diakses pada tanggal 30 November 2010 pukul18.00 WIB
Barth AD danOko RJ. 1989. Abnormal Morphology of BovineSpermatozoa.Iowa
Berlina, R. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan Pengolahannya. Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain, Perspektif, III (2):46-60. Manado.
Billiet, P. dan S. Burchill.2010.Animal Reproduction.2010: 1 Hlm. 3 juli 2010, pk.10. 10.
Bioma. 2008. Mengawetkan Sperma secara Murah Meriah. http://mybioma.wordpress.com. Diakses pada 1 Desember 2010 pukul 18.00 WIB.
29
Bozcurt. 2005. Effect of Short-Term Preservation of Mirror Carp, (Cyprinus Carpio)Semen on Motility, Fertilization, and Hatching Rates.The Israeli Jurnal of Aquaculturre-Bamidgeh 57(3).
Chew P. C dan Zulkifli. A. R. 2010. Sperm Cryopreservation of Some Freshwater Fish Spesies in Malaysia. Freshwater Fisheries Research Division, FRI Glami Lemi, Jelebu, Negeri Malaysia.
Erans.D.H 1993. The Physiology of Fishes . CRC. Press London.
Evi, R. 2001. Usaha Perikanan di Indonesia. Penerbit Mutiara Sumber WidyaJakarta, 150 hlm.
Fujaya,Y. 2002.FisiologisIkan:Dasar Pengembangan Teknik Perikanan,Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Jakarta.
Garname. 2011. Uji Motilitas Sperma ikan Mas (Cyprinus Carpio)Sebagai Acuan Kegiatan Pengawetan Sperma .[PKM Ai]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Harefa, F. 2000. Pembudidayaan Artemia Untuk Pakan Udang dan Ikan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.
Heryadi, D., Sutisna dan Sutarmanta. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius, Yogyakarta.
Hidayaturrahmah 2007. Waktu Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa danPeningkatan Volume Semen dan Kualitas Spermatozoa Ikan belutuMelalui Kombinasi Penyuntikan HCG dan Ekstrak Hipofisa Ikan Mashttp://jurnalpdn.irpi.co.id diakses
Hoar, W. S., D. J. Randal and E. M. Donaldson. 1969. Fish Physiology. P:5-7. Reproduktion. Vol 1x. Part B. Academic Press. New York.
Horvath,. E. Miskolczi dan B.Urbayi. 2003. Cryopreservation of Common Sperm. Aquatic Living Resources16: 457 – 460.
Hui W, Xiaowen Z, Haizhen W, Jun Q, Pao X, dan Ruiwei L. 2012. Joint Effect of Temperatur, Salinity ang pH on the Percentage Fertilization and Hacthing Rate of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture Research. Hal 1-11.
Iromo, H., I. Supriatna, dan E. Riani. 2007. Efektifitas Pengencer Laktat Ringer, Modifikasi Ringer dan Larutan Fisiologis NaCl Terhadap ViabilitasPreservasi Spermtozoa Ikan Baung (Mystus nemurus) Acuaqultura Indonesia 8 (1) : 49 - 57.
30
Isnaini, N. 2002. Pengaruh Lama Simpan Terhadap Kualitas Semen Ayam Arab Dalam Pengencer Ringer’s-Sari Buah Pisang Pada Suhu 40c. Habitat2 8 (4) :258-268.
Jamieson, B. G. M. 1991. Fish Evolution and Systematic Evidence From Spermatozoa. 1stEdition. Cambridge Uiversity Press. New York. 319 PP.
Kottelat, M., J. A. Whitten., N. S. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. DalhousieUniversity. Canada.
Kusriningrum, R. S. 2008. Perancangan Percobaan.Universitas Air Langga Press. Surabaya. hal. 172-190.
Lagler, K. F, Bardach, J. E and Miller, R. E., 1977. Ichtyology. Jonh Willey & Sony. New Your. USA.
Lahnsteiner, F., N. Mansour dan T. Weismann. 2002. The Cryopreservation of Spermatozoa of the Burbot, Lota lota(Gadidae, Teleostei). Cryobiology 45: 195-203.
Lorenz, K., dan Dilsaver., W. 1959. Proso, Milling Characteristics, Proximate Composition, Nutritive Value Of Flour. Cereal Chemestry 57: 16-20.
Mariani D. 2015.Pengaruh Penggunaan Konsentrasi Air Kelapa muda Pada Pengenceran NaCl Fisiologis Terhadap Kualitas Spematozoa Ikan Tawes (Puntius javanicus).Skripsi.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Teuku Umar. Hal 24-31. Meulaboh
Masduqi. 2009. Manajemen Kualitas Air. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 20 – 29 hal.
Masrizal danEfrizal 1997. Pengaruh Rasio Pengenceran Mani terhadap Fertilisasi.
Minjoyo, H. 1993. Teknik Pembenihan Ikan Air Tawar. Penebar swadaya, Jakarta.
Murtidjo.2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanasius. Jogjakarta.
Nelson S. Josep. 2006. Fishes of the World. Wiley. Canada. Canada.
Oyen.1991. Effect on Acid Stress on Embrionik Development on Common carp (Cyprinus carpio) Aquaculture.19 hal.
Rurangwa, E., D.E. Kime, F. Ollevier & J.P. Nash. 2004. The Measurement of Sperm Motility and Factors Affecting Sperm Quality in Culture Fish. Aquaculture234: 1-28.
Rustidja, 1999 . Pemisahan Spermatoa x dan y Ikan Mas (Cyprinus Carpio).
31
Sandy A W. 2005. Pengaruh subtitusi Santan Kelapa pada NaCl fisiologisTerhadap waktu Penyimpanan Dan Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Skripsi . Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya.
Santoso,B. 2001.Petunjuk Praktis Budidaya Tawes. PenerbiKanisius. Yogyakarta.
Sinjal, H. 2014. Pengaruh Vitamin C TerhadapPerkembangan Gonad, Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) . Jurnal 2 (1) 29-22
Sultana.M., M. Nahiduzzaman, M.M. Hasan, M.U.H. Khanam dan M.A.R. Hossain, 2010. J. Zool. Rajshahi. Univ. 28:51-55.
Sumantadinata, K., 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di indonesia. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sunarma, A. 2007. Kriopreservasi Spermatozoa Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii) Menggunakan Ekstender Dan Krioprotektan Berbeda. Tesis Program Pascasarjana - Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto: xvii + 73 hlm.
Susanto, H. 2003. Usaha Pembenihan dan Pemberantasan Ikan Tawes. Penebar Swadaya , Jakarta.
Syandri H. 1993. Berbagai Dosis Ekstrak Hipofisa dan Pengaruhnya Mani dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cypinus Carpio L). Jurnal Terubuku. Fakultas Perikanan Universitas Bung Hatta. Padang.
Toliher, M. R.1981. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa Bandung, 290
Toliher, M. R. 2004. Inseminasi Buatan Ternak. Angkasa, Bandung, Jawa Barat.
Usman M T dan Affandi R.2002, Biologi Reroduksi Ikan Agromedia, Pustaka
Jakarta.
Viveiros, A.T.M., N. So dan J. Komen. 2000. Sperm Cryopreservation Of African Catfish, Clarias Gariepinus: Cryoprotectants, Freezing Rates And Sperm:Egg Dilution Ratio.Theriogenology 54: 1.395-1.408.
Lampiran 1. Tabel fertilisasi dan daya tetas telur ikan tawes
32
Tabel Fertilisasi telur ikan tawes
Data fertilisasi F (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan Stdev1 2 3
P1 20 28 27 75 25 4.359
P2 30 36 38 104 34.66667
4.163
P3 42 44 42 128 42.66667
1.155
P4 60 65 68 193 64.33333
4.041
P5 51 48 56 155 51.66667
4.041
Tabel HR
Data daya tetas HR (%)
PerlakuanUlangan
Total Rataan Stdev1 2 3
P1 10 15 18 43 14.33333 4.041
P2 22 28 25 75 25 3
P3 32 35 30 97 32.33333 2.517
P4 58 62 65 185 61.66667 3.512
P5 39 38 38 115 38.33333 0.577
33
Lampiran 2. Analisis sidik ragam (ANOVA) fertilisasi dan daya tetas (HR)
1. Anova fertilisasi, F (%) telur ikan tawesANOVA
F (%)Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 2764,667 4 691,167 49,135 ,000
Within Groups 140,667 10 14,067Total 2905,333 14Ket : nilai significant (sig.)<0,05 : maka ada pengaruh percobaan terhadap nilai fertilisasi telur ikan tawes. Untuk melihat percobaan yang terbaik maka perlu dilakukan uji lanjut SNK.
F (%)Student-Newman-Keulsa
Perlakuan NSubset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5P1 3 25,000P2 3 34,667P3 3 42,667P5 3 51,667P4 3 64,333Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.Ket : hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa percobaan yang memberikan hasil yang terbaik terhadap nilai fertilisasi adalah P4 (7%).
2. Anova daya tetas, HR (%) telur ikan tawesANOVA
HR (%)Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3762,667 4 940,667 106,090 ,000
Within Groups 88,667 10 8,867
34
Total 3851,333 14Ket : nilai significant (sig.)<0,05 : maka ada pengaruh percobaan terhadap nilai fertilisasi telur ikan tawes. Untuk melihat percobaan yang terbaik maka perlu dilakukan uji lanjut SNK.
HR (%)Student-Newman-Keulsa
Perlakuan NSubset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5P1 3 14,333P2 3 25,000P3 3 32,333P5 3 38,333P4 3 61,667Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.Ket : hasil uji lanjut memperlihatkan bahwa percobaan yang memberikan hasil yang terbaik terhadap nilai daya tetas adalah P4 (7%).
Top Related