UJI SENSITIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN DELIMA (Punica granatum L.) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN
VITRO
SKRIPSI
Oleh:
NURUL FADZIRIYAH CH NIM. 145080500111039
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2018
UJI SENSITIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN DELIMA (Punica granatum L.) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN
VITRO
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh:
NURUL FADZIRIYAH CH NIM. 145080500111039
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2018
SKRIPSI
UJI SENSITIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN DELIMA (Punica granatum L.) TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN
VITRO
Oleh: NURUL FADZIRIYAH CH NIM. 145080500111039
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 14 Mei 2018
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Mengetahui, Menyetujui, Ketua Jurusan MSP Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Muhamad Firdaus, MP Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS NIP. 19680919 200501 1 001 NIP. 19550213 198403 1 001 Tanggal: Tanggal:
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : UJI SENSITIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN DELIMA
(Punica granatum L.) TERHADAP DAYA HAMBAT
BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO
Nama Mahasiswa : NURUL FADZIRIYAH CH
NIM : 145080500111039
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING :
Pembimbing : Prof. Dr. Ir. ARIEF PRAJITNO, MS
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING :
Dosen Penguji I : Dr. Ir. M. FADJAR, M. Sc
Dosen Penguji II : BUDIANTO, S.Pi, MP., M.Sc
Tanggal Ujian : 14 Mei 2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya akan menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juni 2018
Mahasiswa
Nurul Fadziriyah CH
RIWAYAT HIDUP
Nurul Fadziriyah CH adalah nama penulis skripsi ini.
Penulis lahir dari orang tua Abdul Ghofur sebagai anak
pertama dari dua bersaudara. Penulis ini dilahirkan di
Malang pada tanggal 6 Maret 1996. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SD Negeri Kebonsari 2, Malang
(lulus tahun 2008), melanjutkan ke SMP Negeri 1 Wagir
(lulus tahun 2011) kemudian ke SMA Negeri 2 Malang (lulus tahun 2014) dan
Universitas Brawijaya, Malang, hingga akhirnya bisa menempuh masa kuliah
Strata 1 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi Budidaya
Perairan.
Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis
telah berhasil menyelesaikan pengerjaan skripsi ini. Semoga dengan penulisan
skripsi ini mampu memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Uji Sensitivitas Ekstrak Kasar Daun
Delima (Punica granatum L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Aeromonas
hydrophila Secara In Vitro”.
UCAPAN TERIMAKASIH
Atas terlaksananya laporan Skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan saran, bimbingan, arahan dan nasehat selama proses persiapan,
pelaksanaan penelitian hingga selesainya penulisan skripsi.
2. Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc selaku dosen penasehat akademik yang
selalu memberikan nasehat selama masa perkuliahan.
3. Ibunda tercinta Riatin dan ayahanda Abdul Ghofur atas Doa dan dorongan
baik moril maupun materiil untuk kelancaran dan kesuksesan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Tim Anti Kontam yang membantu selama proses penelitian sampai penulisan
skripsi.
5. Seluruh pihak yang membantu selama proses penelitian skripsi ini
Malang, Mei 2018
Penulis
UJI SENSITIVITAS EKSTRAK KASAR DAUN DELIMA (Punica granatum L.)
TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Aeromonas hydrophila SECARA IN VITRO
Sensitivity Test of Pomegranate (Punica granatum L.) Leaves Crude Extract on Aeromonas hydrophila
Bacteria in Vitro
Nurul Fadziriyah CH(1) dan Arief Prajitno(2)
(1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (2) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No. 16, Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
ABSTRAK
Dampak penggunaan antibakteri sintetis yang dapat menimbulkan residu selama budidaya.
Dibutuhkan antibakteri alternatif yang dapat digunakan untuk menghambat dan membunuh bakteri,
salah satunya yaitu daun delima (P. granatum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.) terhadap bakteri A. hydrophila secara in Vitro.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental dengan rancangan percobaan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 2 kontrol. Perlakuan A (5%),
perlakuan B (10%), perlakuan C (15%), perlakuan D (20%), perlakuan E (25%), kontrol positif
(ekstrak 100%), dan kontrol negatif (pelarut DMSO 10%). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata
diameter zona bening tertinggi terdapat pada perlakuan E dengan rerata 7,87 mm dan hasil diameter
zona bening terendah terdapat pada perlakuan A dengan rerata 3,03 mm. Penambahan konsentrasi
perlakuan ekstrak kasar daun delima (P. granatum L) terhadap zona bening menunjukkan pola linier
dengan persamaan y = 0,25807x + 1,735 dan koefisien R2 = 0,9166. Hubungan antara pemberian
ekstrak kasar daun delima (P. granatum L) dalam menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila
dengan dengan rata-rata diameter zona bening yang dihasilkan menunjukkan respon yang meningkat
seiring bertambahnya konsentrasi ekstrak. Dari penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun delima (P.
granatum L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan konsentrasi dengan hasil tertinggi terdapat
pada perlakuan E dengan konsentrasi 25%.
Kata kunci: P. granatum, A. hydrophila, uji daya hambat
ABSTRACT
The impact of synthetic antibacterial use that can cause residues during aquaculture. An
alternative antibacterial is needed to inhibit and kill bacteria, one of which is the pomegranate (P.
granatum L.). This research was aimed to understand the influence of pomegranate leaves (P. granatum
L.) against A. hydrophila in Vitro. The experiment method used randomized completely design consists
of five treatment and two control. A treatment (5%), B treatment (10%), C treatment (15%), D
treatment (20%), E treatment (25%), positive control (extract 100%), and negative control (DMSO
10%). The results of research showed the highest average diameter of the clear zone in E treatment
7.87 mm and the lowest average of clear zone 3.03 mm in A treatment, with linier equation y =
0.25807x + 1.735 and coefficients R2 = 0.9166. The relationship between pomegranate leaves (P.
granatum L) in inhibiting growth of A. hydrophila bacteria showed that the average diameter of the
clear zone has increasein line with the addition of extracts. Form the research showed that the extracts
of pomegranate leaves (P. granatum L.) can inhibit for bacteria growth and best obtained at the
treatment concentration of E with concentration of 25%.
Keywords: P. granatum, A. hydrophila, Inhibition test
RINGKASAN
Nurul Fadziriyah CH. Uji Sensitivitas Ekstrak Kasar Daun Delima (Punica granatum L.) Terhadap Daya Hambat Bakteri Aeromonas hydrophilla Secara In Vitro (dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS)
Sektor perikanan budidaya pada saat ini sangat diandalkan akibat permintaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Sektor budidaya merupakan penentu produksi perikanan di Indonesia. Namun terjadi penurunan yang drastis dalam produksi perikanan di Indonesia. Hal ini terjadi karena adanya serangan penyakit, oleh karena itu diperlukan pengendalian penyakit sehingga meningkatkan produksi perikanan.
Salah satu penyakit yang timbul akibat menurunnya kualitas perairan yaitu penyakit bakterial. Salah satu bakteri yang sering menyerang organisme budidaya adalah bakteri Aeromonas hydrophilla. Gejala klinis dari penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila berupa luka dibagian tubuh ikan dan bakteri ini menyerang ikan di semua umur.
Selama ini serangan akibat bakteri dicegah menggunakan antibiotik dan bahan kimia. Akan tetapi, penggunaan antibiotik dapat menimbulkan efek samping. Salah satu antibakteri alternatif yang dapat digunakan untuk menghambat dan membunuh bakteri yaitu daun delima (P. granatum). Daya antibakteri ekstrak delima merupakan akibat dari adanya aktivitas senyawa antibakteri. Daun delima memiliki kandungan senyawa berupa alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak, sulfur dan peroksidase.
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium budidaya ikan divisi parasit dan penyakit ikan Pada bulan Februari – Maret 2018. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.) terhadap bakteri A. hydrophila secara in Vitro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 5 perlakuan dosis ekstrak kasar daun delima yaitu konsentrasi (A) 5%, (B) 10%, (C) 15%, (D) 20%, dan (E) 25%. Masing –masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian ekstrak kasar daun delima terhadap bakteri A. hydrophilla berbeda sangat nyata yaitu pada pengamatan diameter zona bening didapatkan nilai tertinggi pada perlakuan E (25%) dengan rerata 7,87 mm. Sedangkan rerata zona bening terendah pada perlakuan A (5%) sebesar 3,03 mm. Hubungan zona bening antar perlakuan ekstrak kasardaun delima terhadap bakteri A. hydrophilla menunjukkan perpotongan garis secara linier dengan persamaan y = 0,25807x + 1,735 dengan koefisien nilai determinasi R2 = 0,9166.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.) berpengaruh terhadap daya hambat (zona bening) bakteri A. hydrophilla dengan nilai rata – rata tertinggi pada perlakuan E (25%) dengan rerata 7,87 mm.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, karunia serta
ridlo-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Skripsi dengan judul: “Uji
Sensitivitas Ekstrak Kasar Daun Delima (Punica granatum L.) terhadap Daya
Hambat Bakteri Aeromonas hydrophila Secara In Vitro”. Saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Prof. Dr. Ir. Arief Prajitno, MS
selaku dosen pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan agar
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, demikian penulis sampaikan
terimakasih.
Malang, Mei 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
IDENTITAS PENGUJI ................................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ vii
RINGKASAN ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
1. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan .................................................................................................... 3 1.4 Hipotesis ................................................................................................ 3 1.5 Kegunaan .............................................................................................. 3 1.6 Tempat dan Waktu ................................................................................. 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 2.1 Biologi Tanaman Delima ....................................................................... 4 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi .............................................................. 4 2.1.2 Habitat dan Penyebaran .............................................................. 5 2.1.3 Kandungan dan Manfaat .............................................................. 5 2.2 Biologi Bakteri Aeromonas hydrophila ................................................... 6 2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi .............................................................. 6 2.2.2 Habitat dan Penyebaran .............................................................. 7 2.2.3 Pertumbuhan Bakteri A. hydrophila .............................................. 7 2.2.4 Infeksi Oleh Bakteri A. hydrophila ................................................ 9 2.3 Aktivitas Antimikroba ............................................................................. 10 2.4 Uji Antibakteri secara In Vitro ................................................................ 12 3. METODE PENELITIAN ............................................................................ 15 3.1 Materi Penelitian ................................................................................... 15
3.1.1 Alat Penelitian .............................................................................. 15 3.1.2 Bahan Penelitian .......................................................................... 16 3.2 Metode Penelitian ................................................................................. 17 3.3 Rancangan Percobaan ......................................................................... 18 3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................... 20 3.4.1 Persiapan Penelitian .................................................................... 20 3.5 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 23 3.5.1 Pewarnaan Gram ......................................................................... 23 3.5.2 Uji Cakram ................................................................................... 24 3.5.3 Parameter Uji ............................................................................... 25 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 26 4.1 Identifikasi Bakteri A. hydrophilla .......................................................... 26 4.2 Uji Cakram ............................................................................................ 27 4.3 Parameter Penunjang ........................................................................... 34 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36 5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 36 5.2 Saran ..................................................................................................... 36 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 37
LAMPIRAN ................................................................................................... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Klasifikasi Respon Hambatan ................................................................. 14
2. Alat Penelitian ......................................................................................... 15
3. Bahan Penelitian ..................................................................................... 16
4. Klasifikasi Respon Hambatan ................................................................. 29
5. Data Hasil Pengukuran Zona Bening ...................................................... 30
6. Analisa Sidik Ragam ............................................................................... 30
7. Uji Beda Nyata Terkecil ........................................................................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Daun Delima ........................................................................................... 5
2. Bakteri A. hydrophilla .............................................................................. 7
3. Fase Pertumbuhan Bakteri ..................................................................... 9
4. Layout/Denah Penelitian ......................................................................... 19
5. Pewarnaan Gram Bakteri A. hydrophilla ................................................. 27
6. Hasil Uji Cakram ..................................................................................... 28
7. Grafik Regresi Polynomial Zona Bening .................................................. 32
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Hasil Uji Biokimia Bakteri A. hydrophilla .................................................. 40
2. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 41
3. Pembuatan Ekstrak Daun Delima ........................................................... 49
4. Hasil Uji Cakram ..................................................................................... 50
5. Analisa Data ........................................................................................... 54
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan budidaya saat ini sangat diandalkan terlebih banyaknya
permintaan konsumen untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kurniawan (2012), sektor budidaya perikanan merupakan
salah satu penentu utama produksi perikanan Indonesia, bahkan di dunia.
Pengembangan budidaya perikanan masih memiliki potensi yang besar, baik
pada perairan air tawar, payau maupun laut. Namun produksi perikanan menurun
sejak tahun 2007-2011 akibat adanya berbagai penyakit. Hal ini sesuai dengan
pendapat Budianto (2012), berdasarkan data Kementrian Kelautan dan
Perikanan (2011), mulai tahun 2007 sampai tahun 2011 produksi perikanan
mengalami fluktuasi, pada tahun 2007 produksi mencapai 258.976 ton, tahun
2008 mencapai 239.922 ton, tahun 2009 mencapai 236.870 ton, tahun 2010
sebanyak 227.326 ton dan tahun 2011 sebanyak 228.870 ton. Perkembangan
produksi selama 5 tahun tersebut mengalami penurunan rata-rata -2,97%.
Menurut Novriadi (2014), kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh infeksi
mikroorganisme patogen sangat besar hingga mencapai US$ 3 miliar per tahun
dan menurunkan jumlah produksi ikan diseluruh dunia.
Menurut Prajitno (2005), penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit ikan di kolam
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan
organisme penyakit. Interaksi yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan ikan
mengalami stress, sehingga mekanisme pada pertahanan diri pada tubuhnya
melemah dan akhirnya rentan terserang penyakit. Serangan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri merupakan kendala utama.
2
Salah satu penyakit yang timbul akibat menurunnya kualitas perairan
yaitu penyakit bakterial. Menurut Afrianto dan Liviawaty (2015), bakteri adalah
organisme berukuran sangat kecil sehingga sulit untuk diamati tanpa dilengkapi
alat bantu. Banyak jenis bakteri yang tersebar di seluruh permukaan bumi.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi beberapa golongan yaitu
golongan berbentuk batang (bacilli), bulat (cocco), koma (vibrio), dan spiral
(spirilium).
Bakteri A.hydrophila merupakan bakteri heterotrofik uniselular, tergolong
protista prokaroit yang memiliki ciri-ciri tidak memiliki membran yang
memisahkan inti dengan sitoplasma. A. hydrophila bersifat gram negatif, motil,
dan memiliki flagela tunggal di salah satu ujungnya. Bakteri ini berbentuk batang
sampai dengan kokus dengan ujung yang membulat, fakultatif anaerob, dan
bersifat mesofilik. Gejala klinis dari penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila
berupa luka dibagian tubuh ikan dan bakteri ini menyerang ikan di semua umur
(Hariyani, Grandiosa, Buwono, dan Santika, 2012).
Masalah pada budidaya yaitu penggunaan antibakteri sintetis yang dapat
menimbulkan residu selama budidaya. Dibutuhkan antibakteri alternatif yang
dapat digunakan untuk menghambat dan membunuh bakteri, salah satunya yaitu
daun delima (P. granatum). Menurut Yanti (2014), daya antibakteri ekstrak
delima merupakan akibat dari adanya aktivitas senyawa antibakteri. Daun delima
memiliki kandungan senyawa berupa alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak,
sulfur dan peroksidase. Berdasarkan informasi tersebut, sifat antibakteri pada
daun delima diduga dapat menghambat petumbuhan bakteri A. hydrophila.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :
Bagaimanakah pengaruh pemberian ekstrak kasar daun delima (P. granatum
L.) terhadap bakteri A. hydrophila secara in Vitro ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.) terhadap bakteri A. hydrophila secara
in Vitro.
1.4 Hipotesis
H0 : Diduga pemberian esktrak kasar daun delima (P. granatum L.) dengan
konsentrasi berbeda tidak berpengaruh terhadap bakteri A. hydrophila.
H1 : Diduga pemberian esktrak kasar daun delima (P. granatum L.) dengan
konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap bakteri A. hydrophila.
1.5 Kegunaan
Penelitian ini berguna untuk mengetahui manfaat ekstrak daun delima (P.
granatum L.) dengan konsentrasi yang berbeda sebagai antibakteri terhadap
bakteri A. hydrophila secara in Vitro.
1.6 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Parasit
dan Penyakit Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,
Malang pada Januari-Maret 2018.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Tanaman Delima (P. granatum L.)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi Delima (P. granatum L.)
Menurut Rukmana (2003), klasifikasi tanaman Delima adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotiledonae
Famili : Punicacaeae
Genus : Punica
Spesies : Punica granatum Linn.
Batang pohon delima berkayu, rantingnya bersegi, percabangannya
banyak, lemah, berduri pada ketiak daunnya, berwarna coklat ketika masih
muda, dan hijau kotor setelah tua. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya
berkelompok. Helaian daun bentuknya lonjong sampai lenset, pangkal lancip,
ujung tumpul, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan mengkilat, panjang 1-9
cm, lebar 0,5-2,5 cm, warnanya hijau. Bunga tunggal bertangkai pendek, keluar
di ujung ranting atau di ketiak daun yang paling atas. Biasanya, terdapat satu
sampai lima bunga, warnanya merah, putih, atau ungu. Berbunga sepanjang
tahun. Buahnya berbentuk bulat dengan diameter 5-12 cm, warna kulitnya
beragam, seperti hijau keunguan, putih, coklat kemerahan, atau ungu kehitaman.
Terkadang terdapat bercak-bercak yang agak menonjol berwarna lebih tua .
Bijinya banyak, kecil-kecil, bentuknya bulat panjang yang bersegi-segi agak pipih,
keras, tersusun tidak beraturan, warnanya merah, merah jambu, atau putih.
Perbanyakan dengan stek, tunas akar atau cangkok (Pratiwi,2010).
5
Gambar 1. Daun Delima (Dokumentasi Pribadi)
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Delima tumbuh baik di India, Pakistan, Afganistan, dan sebagian Eropa.
Dari Timur Tengah, delima menyebar ke daerah subtropis sampai tropis. Pohon
delima di jumpai di negara Balkan, seperti Albania, Montonegro, dan Bulgaria.
Delima juga banyak ditanam di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara, seperti
Myanmar, Indonesia, dan Malaysia. Di Indonesia, buah delima sering ditanam di
pekarangan rumah sebagai tanaman hias, tanaman obat tradisional, dan untuk
dikonsumsi (Suratno, 2011).
2.1.3 Kandungan dan Manfaat
Sifat ekstrak tumbuhan yang dapat menimbulkan efek daya hambat
terhadap pertumbuhan mikroorganisme, karena senyawa komponen aktif yang
terkandung di dalamnya. Menurut Yanti, Yeni dan Marlina (2014), daun delima
memiliki kandungan senyawa berupa alkaloid, tanin, kalsium oksalat, lemak,
sulfur, dan peroksidase. Alkaloid memanfaatkan sifat relatif gugus basa (-NH)
untuk bereaksi dengan gugus amino dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino, selanjutnya akan
mengubah susunan rantai DNA. Hal ini mengakibatkan perubahan
keseimbangan genetik pada asam DNA sehingga DNA bakteri akan mengalami
6
kerusakan. Kerusakan sel pada bakteri ini lama kelamaan akan membuat sel-sel
bakteri tidak mampu melakukan metabolisme sehingga akan menjadi inaktif dan
hancur. Hal ini juga sependapat dengan Aniszewki (2007), alkaloid merupakan
senyawa yang memiliki aktivitas antimikroba, yaitu menghambat esterase dan
juga DNA dan RNA polimerase, juga menghambat respirasi sel dan berperan
dalam interaksi DNA.
Kandungan senyawa pada delima selain alkaloid yaitu tanin. Tanin juga
mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena diduga
tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tanin
antara lain melalui reaksi denngan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi
atau inaktivasi fungsi materi genetik (Masduki, 1996).
2.2 Biologi Bakteri Aeromonas hydrophila
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Bakteri A. hydrophila
Menurut Liu (2017), klasifikasi bakteri A. hydrophila adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Bacteria
Phylum : Protrobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Aeromonadales
Family : Aeromonadaceae
Genus : Aeromonas
Spesies : Aeromonas hydrophila
A. hydrophila termasuk bakteri gram negatif. Bakteri A. hydrophila
berbentuk batang dan bergerak dengan menggunakan flagella. Flagella bakteri
A. hydrophila berjumlah satu dan berada pada ujung selnya, hal ini menunjukkan
bahwa bakteri ini bersifat motil atau bergerak maju kedepan (Samsundari, 2006).
7
Gambar 2. Bakteri A. hydrophila (Dokumentasi Pribadi)
2.2.2 Habitat dan Penyebaran
Genus Aeromonas mempunyai habitat di lingkungan perairan tawar.
Keberadaan Aeromonas di suatu perairan erat hubungannya dengan jumlah
kandungan bahan organik di perairan atau sedimen dasar. Bakteri ini diakui
sebagai patogen dari hewan aquatik yang berdarah dngin. Penyakit yang
disebabkan olehbakteri A. hydrophila ini lebih banyak menyerang ikan di daerah
tropis dan sub tropisdibandingkan dengan daerah dingin. Karena daerha topis
dan daerah sub tropis kandungan bahan organiknya lebih tinggi dibandingkan
dengan daerah dingin. Di daerah tropis dan sub tropis penyakit Haemorrhagic
Septicaemia pada umumnya muncul pada musim kemarau (panan), karena pada
musim tersebut kandungan bahan aorganik cukup tinggi (Prajitno, 2007).
A. hydrophila tersebar luas di lingkungan perairan. Bakteri ini di temukan
dalam perairan yang bebas polutan dan perairan yang tercemar dan pada
lingkungan payau, kecuali pada salinitas yang terlalu tinggi (Robert, 2012).
2.2.3 Pertumbuhan Bakteri A. hydrophila
Pertumbuhan pada bakteri atau mikroorganisme lain biasanya mengacu
pada perubahan di dalam hasil panen sel (pertambahan total massa sel) dan
bukan perubahan individu organisme. Inokulum hampir selalu mengandung
8
ribuan organisme, pertumbuhan menyatakan pertambahan jumlah dan atau
massa melebihi yang ada di dalam inokulum asalnya. Selama fase pertumbuhan
seimbang (balanced growth) yang akan diuraikan kemudian, pertambahan
massa bakteri berbanding lurus (proporsional) dengan perubahan komponen
seluler yang lain seperti DNA, RNA, dan protein (Pelczar dan Chan, 2008).
Kurva pertumbuhan, merupakan hubungan antara jumlah sel dengan
waktu pertumbuhan sel. Jumlah sel bakteri biasanya dalam skala logaritma untuk
memudahkan analisis daripada skala logaritma. Kurva pertumbuhan bakteri
disajikan pada Gambar 3. Menurut Harti (2015), pertumbuhan bakteri terbagi 4
fase, yaitu :
1. Fase lag, adalah fase dimana kecepatan pertumbuhan nol atau > 0 (tidak
maksimum), disebut juga fase adaptasi. Tidak ada pertambahan populasi, tetapi
pertambahan substansi intraseluler sehingga ukuran sel bertambah.
2. Fase Logaritma, adalah fase dimana kecepatan pertumbuhan mencapai
maksimum. Massa dan jumlah sel bertambah secara eksponensial dengan waktu
generasi sebagai koonstanta, sehingga pertumbuhan akan seimbang, yaitu sel
membelah dengan kecepatan konstan serta aktivitas metabolisme konstan.
Biakan dalam keadaan homogen dengan pertumbuhan sel pada kecepatan dan
interval yang sama.
3. Fase tetap maksimum, adalah fase dimana kecepatan pertumbuhan mulai
menurun, terjadi akumulasi metabolit. Jumlah sel hidup tetap, namun terjadi
pengurangan nutrienmaka jumlah total sel mati dan hidup tetap serta akumulasi
metabolit.
4. Fase kematian, adalah fase dimana laju kematian secara eksponensial dan
terjadi penurunan populasi sel-sel hidup hingga mencapai 0.
9
Gambar 3. Fase Pertumbuhan Bakteri (Harti,2015)
Menurut Fifendy (2017), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroba yaitu :
1. Tingkat keasaman (pH), kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar
netral dan pH 4,6-7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri.
2. Suhu, setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum tertentu
untuk pertumbuhannya. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu optimum
pertumbuhan sekitar 370C.
3. Nutrien, mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai
nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan.
4. Oksigen, mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Muwarni, Qosimah dan Amri (2017), bakteri A.
hydrophila tumbuh optimum pada suhu 28-350C dengan pH optimum 7,2.
2.2.4 Infeksi Oleh Bakteri Aeromonas hydrophila
Motil Aeromonas Septicaemia (MAS) merupakan penyakit bakterial yang
disebabkan oleh infeksi bakteri A. hydrophilla dan dapat mengakibatkan
kematian ikan. Aeromonas dapat merusak hemoglobin. Act dan aerolysin
teraktivasi begitu A. hydrophilla menempel pada organ atau sel. Act menginduksi
10
akumulasi cairan dalam intestinal dan menginduksi respon proinflamasi dengan
meningkatkan produksi TNF-α, IL-1β, dan IL-6. A. hydrophilla dapat melekat
secara langsung pada reseptor sel dan mukosa hospes. Bakteri kemudian
menyebar melalui sirkulasi dan menginfeksi beberapa organ dalam, multiplikasi,
pembentukan biofilm, melakukan kolonisasi, dan mengeluarkan faktor-faktor
virulensi toksin dan invasin, sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringan
yang lebih dalam (Muwarni, Qasimah, dan Amri, 2017).
Menurut Prajitno (2007), ikan yang terseranng A. hydrophilla, biasanya
akan memperlihatkan tanda-tanda :
a. Warna tubuhnya berubah menjadi agak gelap
b. Kulitnya akan kesat dan timbul pendarahan yang selanjutnya akan menjadi
borok (haemorrhagic)
c. Kemampuan berenangnya akan menurun dan sering mengambang di
permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
d. Sering terjadi pendarahan pada organ dalam, seperti hati, ginjal, maupun
limpa. Sering juga terlihat perutnya agak kembung (dropsy). Seluruh siripnya
rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata rusak dan agak
menonjol (exopthalnia).
2.3 Aktivitas Antimikroba
Antimikroba adalah suatu zat yang mampu mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroba. Apabila zat tersebut mampu mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme bakteri disebut antimikroba. Mekanisme kerja
antimikroba antara lain dengan jalan merusak dinding sel, merusak membran
sitoplasma, mendenaturasi protein sel dan menghambat kerja enzim dalam sel
(Prajitno, 2007).
11
Menurut Saikia (2008), senyawa antimikroba banyak digunakan dalam
pengobatan infeksi bakteri. Senyawa antimikroba dapat dikelompokkan
berdasarkan prinsip mekanisme kerja dari antimikroba tersebut. Terdapat 5
mekanisme kerja yang utama, yaitu :
1. Mengganggu sintesis dinding sel
Beberapa antimikroba bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel
bakteri dengan mengganggu kerja enzim yang diperlukan untuk sintesis lapisan
peptidoglikan. Sintesis dinding sel juga dapat dihambat dengan adanya
pengikatan zat anti mikroba pada residu terminal D-alanin dari rantai awal
peptidoglikan sehingga mencegah tahap cross-linking yang dibutuhkan untuk
menstabilkan sintesis dinding sel.
2. Menghambat sistesis protein
Beberapa antimikroba bekerja dengan menghambat sintesis protein di
dalam sel bakteri dengan melakukan pengikatan pada sub unit ribosom.
Terdapat senyawa antimikroba yang dapat mengikat pada sub unit 30 S ribosom
dan subunit 50 S ribosom.
3. Mengganggu sintesis asam nukleat
Beberapa senyawa antimikroba menjalankan mekanisme kerja
antibakterinya dengan mengganggu sintesis DNA dan menyebabkan putusnya
DNA untai ganda selama tahap replikasi DNA.
4. Menghambat jalur metabolisme
Beberapa senyawa antimikroba dapat menutup jalur sintesis asam folat
sehingga menghambat sintesis DNA. Selain itu, terdapat juga antimikroba yang
dapat menghambat jalur enzimatis untuk sistesis folat bakteri.
5. Merusak struktur dinding sel
12
Antimikroba dapat meningkatkan permeabilitas membran sehingga
menyebabkan bocor atau keluarnya isi dari sel bakteri. Depolarisasi membran
dapat terjadi dan mengakibatkan kematian pada bakteri.
2.4 Uji Bakteri secara In Vitro
Menurut Soleha (2015), kemampuan antimikroba dalam melawan bakteri
dapat diukur menggunakan metode yang biasa dilakukan, yaitu :
1. Metode Dilusi
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan, yaitu teknik dilusi
perbenihan cair dan teknik dilusi agar yang bertujuan untuk penentuan aktivitas
antimikroba secara kuantatif, antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau
kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi
semalam, konsentrasi terendah yang dapat di serum dan cairan tubuh lainnya
untuk mendapatkan perkiraan respon klinik.
a. Dilusi perbenihan cair
Dilusi perbenihan cair terdiri dari makrodilusi dan mikrodilusi. Pada
prinsipnya pengerjaannya sama hanya berbeda dalam volume. Untuk
makrodilusi volume yang digunakan lebih dari 1 ml, sedangkan mikrodilusi
volume yang digunakan 0,05 ml sampai 0,1 ml. Antimikroba yang digunakan
disediakan pada berbagai macam pengenceran biasanya dalam satuan μg/ml,
konsentrasi bervariasi tergantung jenis dan sifat antibiotik.
Secara umum untuk penentuan MIC, pengenceran antimikroba dilakukan
penurunan konsentrasi setengahnya misalnya mulai dari 16, 8, 4, 2, 1, 0,5, 0,25
μg/ml konsentrasi terendah yang menunjukkan hambatan pertumbuhan dengan
jelas baik dilihat secara visual atau alat semiotomatis dan otomatis, disebut
dengan konsentrasi daya hambat minimum/MIC (Minimal inhibtory
concentration).
13
b. Dilusi Agar
Pada teknik dilusi agar, antibiotik sesuai dengan pengenceran akan
ditambahkan ke dalam agar, sehingga akan memerlukan perbenihan agar sesuai
jumlah pengenceran ditambah satu perbenihan agar untuk kontrol tanpa
penambahan antibiotik, konsentrasi terendah antibiotik yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri merupakan MIC antibiotik yang diuji.
Dasar penentuan antimikroba secara in vitro adalah MIC (Minimal
inhibition concentration) dan MBC (Minimum bactericidal concentration). MIC
merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau
kekeruhan pada pembiakan cair. Sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah
antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang
ditentukan. Absorpsi obat dan distribusi antimikroba akan mempengaruhi
konsentrasi, rute dan frekuensi pemberian antimikroba untuk mendapatkan
konsentrasi efektif di tempat terjadinya infeksi.
Penentuan konsentrasi minimum antibiotik yang dapat membunuh
bakteri/minimum bactericidal concentration (MBC) dilakukan dengan menanam
bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk MIC ke dalam agar kemudian
diinkubasi semalam pada 370C. MBC adalah ketika tidak terjadi pertumbuhan
lagi pada agar.
Keuntungan dan kerugian metode dilusi memungkinkan penentuan
kualitatif dan kuantitatif dilakukan bersama-sama. MIC dapat membantu dalam
penentuan tingkat resistensi dan dapat menjadi petunjuk penggunaan
antimikroba. Kerugiannya metode ini tidak efisien karena pengerjannya yang
rumit, memerlukan banyak alat-alat dan bahan serta memerlukan ketelitian
dalam proses pengerjaannya termasuk persiapan konsentrasi antimikroba yang
bervariasi.
14
2. Metode Difusi
Cakram kertas, yang telak dibubuhkan sejumlah tertentu antimikroba,
ditempatkan pada media yang telah ditanami organisme yang akan diuji secara
merata. Tingginya konsentrasi dari antimikroba ditentukan oleh difusi dari cakram
dan pertumbuhan organisme uji hambat penyebarannya sepanjang difusi
antimikroba (terbentuk zona jernih disekitar cakram), sehingga bakteri tersebut
merupakan bakteri yang sensitif terhadap antimikroba. Ada hubungan
persamaan yang hampir linear (berbanding lurus) antar log MIC, seperti yang
diukur oleh metode dilusi dan diameter zona daya hambat pada metode difusi.
Ukuran zona jernih tergantung kepada kecepatan difusi antimikroba,
derajat, sensitifitas mikroorganisme, dan kecepatan pertumbuhan bakteri. Zona
hambat cakram antimikroba pada metode difusi berbanding terbalik dengan MIC.
Semakin luas zona hambat, maka semakin kecil konsentrasi daya hambat
minimum/MIC. Untuk derajat kategori bakteri dibandingkan terhadap diameter
zona hambat yang berbeda-beda setiap antimikroba, sehingga dapat ditentukan
kategori resisten, intermediate atau sensitif terhadap antimikroba uji.
Menurut Kusmawarti dan Indriati (2008), aktivitas daya hambat bakteri
dinyatakan berdasarkan zona bening yang dihasilkan di sekitar paper disk.
Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri diukur dalam satuan mm dan
dijadikan ukuran kuantitif untuk ukuran zona hambat. Aktivitas tersebut
dikelompokkan menjadi 4 kategori yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Respon Hambatan
Diameter Zona Bening Respon Hambatan Pertumbuhan
(<5 mm) Aktivitas lemah
(5-10 mm) Sedang
(>10-20 mm) Kuat
(>20-30 mm) Sangat kuat
15
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penlitian “Uji sensitivitas ekstrak kasar
daun delima terhadap daya hambat bakteri A. hydrophila secara in vitro” dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan Tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Alat Penelitian
No Alat Kegunaan
1. Autoklaf Sebagai alat untuk mensterilkan peralatan yang akan digunakan.
2. Kulkas Sebagai tempat penyimpanan bahan pada suhu dingin.
3. Cawan Petri Sebagai tempat uji cakram.
4. Erlenmayer 500 ml Tempat pembuatan media.
5. Gelas ukur 100 ml Sebagai alat untuk mengukur larutan.
6. Bunsen Untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada saat perlakuan.
7. Tabung reaksi Sebagai tempat untuk peremajaan bakteri.
8. Hotplate Sebagai alat pemanas mdia.
9. Timbangan digital Sebagai alat untuk menimbang bahan dengan ketelitian 10-2.
10. Timbangan analitik Sebagai alat untuk menimbang bahan dengan ketelitian 10-3.
11. Vortex mixer Sebagai alat untukmenghomogenkan larutan.
12. Jerigen 5 liter Tempat penyimpan aquades.
13. Mikropipet 100-1000 μl Sebagai alat untuk mengambil bahan yang berbentuk cairan.
14. Nampan Sebagai tempat menyimpan alat.
16
15. Jarum Ose Sebagai alat untuk peremajaan bakteri.
16. Sprayer Sebagai tempat menyimpan alkohol.
17. Masker Untuk menutup bagian muka (mulut dan hidung) agar tidak terjadi kontaminasi pada saat perlakuan.
18. Sarung tangan Sebagai alat untuk mencgah kontaminasi.
19. Botol sampel ± 10ml Sebagi tempat menyimpan sampel.
20. LAF (Laminary Air Flow) Sebagai tempatdilakukannya perlakuan.
21. Inkubator Sebagai alat inkubasi sampel.
22. Sendok bahan Sebagai alat untuk mengambil bahan.
23. Oven Sebagai alat untuk mengeringkan cawan petri.
24. Toples Sebagai tempat yang digunakan untuk maserasi.
25. Triangle Sebagai alat untuk meratakan bakteri saat penanaman pada cawan.
26. Objek glass Sebagai alat untuk meletakkan isolat bakteri.
27. Pipet tetes Sebagai alat mengambil larutan.
28. Mikroskop Sebagai alat untuk identifikasi bakeri.
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penlitian “Uji sensitivitas ekstrak kasar
daun delima terhadap daya hanbat bakteri A. hydrophila secara in vitro” dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan Tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Bahan Penelitian
No Bahan Kegunaan
1. Daun Delima (P. granatum L.)
Sebagai bahan yangdigunakan untuk ekstraksi.
2. Aquades Sebagai bahan pelarut.
3. Etanol 96% Sebagai bahan pelarut.
17
4. Tissue Sebagai pemberih alat yang telah digunakan.
5. Alumunium foil Sebagai penutup seluruh bagian toples pada saat proses maserasi.
6. Alkohol 70% Sebagai bahansterilisasi.
7. Kapas Sebagai penutup alat yang akan disterilisasi.
8. Kertas label Sebagai penanda.
9. Bakteri A. hydrophila Sebagai bakteri yang akan digunakan pada perlakuan.
10. TSA (Tripticase Soy Agar) Sebagai media agar bakteri.
11. Plastik 2 kg Sebagai bahan untuk menyimpan petri pada saat diinkubator.
12. Kertas koran Sebagai bahan pembungkus peralatan yang akan disterilisasi.
13. Kertas cakram Sebagai bahan untuk mengetahui zona bening dari ekstrak yang digunakan.
14. Kertas saring Whattman No. 41
Sebagai penyaring bahan setelah maserasi.
15. DMSO 10% Sebagai pelarut ekstrak.
16. Spirtus Sebagai bahan bakar bunsen.
17. Plastik Warp Sebagai pembungkus botol sampel.
18. TSB (Tripthone Soy Agar) Sebagai media pembiakan Aeromonas.
19. Larutan Kristal violet Sebagai pewarna utama yang berwarna ungu.
20. Larutan Iodin Sebagai larutan yang memperkuat warna.
21. Larutan Safranin Sebagai pewarna sekunder yang berwarna merah.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen. Metode eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk
18
menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) antara satu variabel dengan
lainnya (variabel X dan variabel Y). Untuk menjelaskan hubungan kausalitas ini,
peneliti harus melakukan kontrol dan pengukuran yang sangat cermat terhadap
variabel-variabel penelitiannya (Siyoto dan Sodik, 2015). Sedangkan untuk teknik
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
langsung.
Menurut Pramono, Rahayu dan Ferichani (2014), observasi merupakan
cara pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung yang digunakan
untuk mendapatkan data sekunder, dengan mempersiapkan terlebih dahulu
kepastian apa saja yang ingin diamati, perilaku dibuat dalam kategori-kategori,
tersedia analisis, derajat infers sera generalisasi.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Menurut Sastrosupadi (2002), RAL digunakan untuk percobaan yang mempunyai
media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen, sehingga RAL
banyak digunakan untuk percobaab laboratorium, rumah kaca, dan peternakan.
Karena media homogen maka media atau tempat percobaan tidak memberikan
pengaruh pada respon yang diamati dan model RAL adalah sebagai berikut :
Yij = μ + Ti + Єij
Keterangan :
Yij : respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
μ : nilai tengah umum.
Ti : pengaruh perlakuan ke-i.
Єij : pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.
Penelitian ini menggunakan variabel bebas berupa pemberian ekstrak
daun delima (P. granatum L.) dengan perbedaan konsentrasi yang diberikan.
19
Dasar penelitian ini adalah penelitian pendahuluan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi yang diberikan terhadap daya hambat yang tepat dalam penggunaan
daun delima (P. granatum L.). Perlakuan dalam penelitian ini adalah sebanyak 5
perlakuan dengan 3 kali ulangan dan 2 kontrol yaitu kontrol positif dan kontrol
negatif. Sehingga tiap perlakuan dapat dilihat pada denah yang disajikan pada
Gambar 4.
Gambar 4. Layout/Denah Penelitian
Keterangan :
Perlakuan A : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 5%.
Perlakuan B : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 10%.
Perlakuan C : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 15%.
Perlakuan D : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 20%.
Perlakuan E : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 25%.
Kontrol positif : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 100%.
K +
A1
B3
C2
D3 E1 K - E2
A2 C3 E3
D2
B1
D1 C1 A3 B2
20
Kontrol negatif : Bakteri A. hydrophila ditanam dengan pemberian ekstrak kasar
daun delima (P. granatum L.) pelarut DMSO 10%.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a. Pembuatan Ekstrak Kasar Daun Delima (P. granatum L.)
Daun delima didapatkan dari lingkungan sekitar rumah, kemudian daun
delima yang didapatkan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 7 hari.
Setelah itu, daun delima yang sudah kering dihaluskan dengan blender hingga
menjadi serbuk. Serbuk daun delima dicampur dengan pelarut etanol 96%
dengan perbandingan 1:7. Serbuk daun delima kering ditimbang seberat 250
gram dimasukkan ke dalam dan ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 1750
ml kemudian dihomogenkan dengan diaduk menggunakan spatula. Toples di
tutup dengan alumunium foil agar etanol tidak menguap. Proses maserasi ini
didiamkan selama 2 hari di tempat yang gelap. Setelah 2 hari, hasil maserasi
disaring menggunakan kertas saring untuk memisahkan larutan dengan
endapannya. Setelah terpisah, hasil larutannya kemudian diuapkan selama
kurang lebih 2 jam untuk mendapatkan ekstrak murni dari daun delima. Proses
penguapan ini menggunakan alat yang disebut rotary evaporator. Setelah
diuapkan, maka dihasilkan ekstrak murni berupa pasta berwarna hijau
kehitaman. Kemudian pasta diencerkan menggunakan DMSO 10% untuk
perlakuan konsentrasi yang diinginkan.
Pelarut berfungsi untuk menarik bahan aktif yang diekstrak, selain itu
etanol 96% dapat menarik senyawa polar dan non polar. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Anggoro, Rezki, dan Siswarni (2015), etanol 96% memiliki kadar
etanol lebih besar daripada air jika dibandingkan dengan etanol 70% dan etanol
21
50%. Jadi semakin tinggi konsentrasi pelarut maka semakin tinggi pula
kemurniannya, sehingga semakin banyak zat aktif yang terdapat pada ekstrak.
b. Sterilisasi Alat dan Bahan
Proses sterilisasi alat dan bahan adalah sebagai berikut :
Alat-alat yang akan disterilisasi dibungkus dengan menggunakan kertas
koran (untuk tabung reaksi dan erlenmayer bagian atas diberi kapas).
Akuades dituang secukupnya dalam autoklaf, kemudian alat yang telah
dibungkus kertas koran dimasukkan ke dalam autoklaf dan ditutup rapat
secara diagonal.
Saklar dinyalakan, kemudian tombol sirine yang berwarna merah pada
autoklaf diputar sampai batas lampu yang berwarna merah.
Ditunggu 15 menit, setelah mencapai suhu 1210 C alarm akan berbunyi
kemudian dimatikan.
Ditunggu beberapa saat hingga termometer dan manometer
menunjukkan angka 0.
Saklar listrik dimatikan dan dibuka tutup autoklaf.
Diambil alat yang sudah disterilisasi lalu disimpan, bahan yang telah
disterilisasi disimpan dalam lemari pendingin.
c. Pembuatan Media Agar Miring
Media agar miring digunakan untuk media peremajaan bakteri A.
hydrophila. Proses pembuatan media agar miring adalah sebagai berikut :
Media TSA (Triptic Soy Agar) ditimbang 1,2 gram dengan menggunakan
timbangan digital.
Media dimasukkan ke dalam erlenmayer.
Media dilarutkan dengan aquades sebanyak 30 ml dan dihomogenkan.
22
Media yang sudah dihomogenkan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi
sebanyak 10 ml setiap tabung reaksi.
Tabung reaksi ditutup kapas dan dibungkus alumunium foil.
Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit
dengan tekanan 1 atm.
Tabung reaksi yang berisi media steril dimiringkan dengan kemiringan
30o.
Media ditunggu sampai menjadi padat.
d. Pembuatan TSB (Tryptone Soy Broth)
Media TSB adalah media cair yang digunakan untuk kultur bakteri.
Adapun proses pembuatan media TSB adalah sebagai berikut :
Media ditimbang 0,3 gr dengan menggunakan timbangan digital.
Media dimasukkan ke dalam erlenmayer .
Media dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml kemudian
dihomogenkan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Media yang sudah homogen dan dimasukkan ke tabung reaksi lalu
ditutup kapas dan dibungkus alimunium foil.
Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210 C selama 25 menit
dengan tekanan 1 atm.
e. Pembuatan Media TSA (Triptic Soy Agar)
Media TSA digunakan untuk media agar dalam melakukan uji cakram
pada penelitian ini. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Media TSA (Triptic Soy Agar) ditimbang 13,6 gram dengan menggunakan
timbangan digital.
Media dimasukkan ke dalam erlemmayer.
Media dilarutkan dengan aquades sebanyak 340 ml dan dihomogenkan.
23
Media dipanaskan dengan hotplate sampai mendidih.
Media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210 C selama 15 menit.
Media dibiarkan hinggahangat kemudian dituang ke cawan petri.
f. Peremajaan Bakteri A. hydrophila
Isolat bakteri A. hydrophila didapatkan dari Balai Besar Budidaya Air
Payau (BBBAP) Jepara. Peremajaan bakteri A. hydrophila dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Media agar miring yang sudah dibuat disiapkan terlebih dahulu.
Bakteri diambil dengan menggunakan jarum ose dari isolat murni bakteri
yang didapat.
Bakteri yang terdapat pada jarum ose digoreskan ke dalam media agar
miring dengan metode gores.
Media agar miring diinkubasi dalam inkubator sengan suhu 320 C selama
24 jam.
g. Kultur Bakteri A. hydrophila
Kultur bakteri A. hydrophila dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Biakan bakteri yang sudah diremajakan pada Media Agar Miring diambil
dengan menggunakan jarum ose sebanyak 1 gores.
Bakteri yang terdapat pada ose dicelupkan pada media TSB yang sudah
dipersiapkan.
Media disimpan pada inkubator dengan suhu 320 C selama 24 jam.
Semua kegiatan kultur dilakukan secara steril di dalam LAF.
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram bakteri A. hydrophila dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
24
Siapkan objek glas yang telah ada bakteri A. hydrophila fiksasi diatas api
Dilakukan pewarnaan menggunakan kristal violet selama 1 menit,
Dibilas dengan akuades
Diberi larutan iodin diamkan selama 1 menit
Dibilas dengan alkohol 96%
Diwarnai dengan larutan safranin selama 1 menit
Dibilas dengan akuades.
Menurut Pananjung, Evi, Kartika, dan Satya (2015), pewarnaan gram
dilakukan dengan membuat usapan tipis suspensi dari isolat bakteri berumur 24
jam pada objek glass yang bersih, kemudian di kering anginkan. Setelah kering,
difiksasi dengan cara melewatkan bagian bawah gelas objek diatas api bunsen.
Selanjutnya hapusan bakteri ditetesi dengan larutan kristal violet selama 1 menit,
dibilas dengan air kran mengalir dan kemudian di tetesi dengan larutan iodine
dan dibiarkan selama 1 menit. Selanjutnya dibilas dengan air kran mengalir dan
setelah itu dibilas dengan alkohol 96% selama 20 detik kemudian bilas kembali
dengan air kran mengalir. Tahap selanjutnya ditetesi dengan safranin selama 45
detik dan dibilas dengan air kran mengalir lalu diletakkan diatas kertas serap.
Hasil pewarnaan gram isolat bakteri diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 1000x. Untuk memperjelas morfologi sel, cover glass di atas
suspensi bakteri ditetesi dengan minyak imersi dan perhitungan koloni bakteri
dengan menggunakan koloni counter. Hasil bakteri gram positif berwarna ungu
hingga biru, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah.
3.5.2 Uji Cakram
Prosedur pelaksanaan uji cakram adalah sebagai berikut :
Cawan petri yang telah berisi media TSA disiapkan terlebih dahulu
25
Kertas cakram steril diberi beberapa perlakuan, yakni direndam ke dalam
ekstrak daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,
20% dan 25%. Perlakuan kontrol positif , kertas cakram direndam ke
dalam ekstrak daun delima (P. granatum L.) konsentrasi 100% dan
perlakuan kontrol negatif direndam ke dalam DMSO 10% selama 5-10
menit.
Bakteri A. hydrophila diambil 100 mikrolit dan dimasukkan ke dalam
cawan petri berisi media TSA lalu diratakan dengan triangle.
Setelah 10-15 menit, kertas cakram yang telah direndam ekstrak
ditiriskan dan diletakkan pada media agar yang telat terdapat bakteri A.
hydrophila.
Media yang sudah ditanam bakteri dan diberi kertas cakram diinkubasi
pada suhu 320 C selama 18-24 jam.
Setelah diinkubasi, media diamati hasil dan diukur zona bening yang
terbentuk disekitar kertas cakram dengan menggunakan jangka sorong.
3.5.3 Parameter Uji
Parameter uji dalam penelitian ini ada 2 yaitu parameter utama dan
parameter penunjang. Parameter utama dalam penelitian ini adalah hasil
pengamatan yaitu hasil zona bening yang terlihat di sekitar kertas cakram yang
ditumbuhi oleh bakteri A. hydrophila. Sedangkan parameter penunjang adalah
suhu inkubasi yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan bakteri A.
hydrophila selama penelitian.
26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Identifikasi Bakteri A. hydrophilla
Proses identifikasi bakteri yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui
bahwa bakteri yang digunakan adalah A. hydrophilla. Terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk identifikasi bakteri pada penelitian ini menggunakan
metode pewarnaan gram dengan menggunakan perbesaran mikroskop 1000x
dan uji biokimia untuk mengidentifikasi bakteri. Didapatkan hasil uji biokimia
bakteri A. hydrophilla adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang, uji katalase
positif (+), uji oksidase positif (+), uji H2S negatif (-), uji indol positif (+), uji motil
positif (+), OF medium fermentatif, uji VP positif (+), uji MR negatif (-), uji gelatin
positif (+), uji urea negatif (-), uji glukosa positif (+), dan uji sukrosa positif (+)
dapat dilihat pada Lampiran 1. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lukistyowati
dan Kurniasih (2012), setelah dilakukan isolasi kembali ke media agar selektif
(GSP) menunjukkan bakteri tersebut positif A. hydrophila dengan hasil uji
biokimia yang menunjukkan karakteristik adanya kesamaan reaksi. Tes uji
biokimia tersebut menunjukkan uji gram (-), uji oksidase (+), uji katalase (+), uji
motilitas (+), uji indol (+), uji H2S pada media TSIA (+), uji Voges-proskaver (+),
uji gas dari glukosa (+), dan ornithin dekarbosilase (-).
Hasil pewarnaan gram yang dilakukan menunjukkan warna merah. Hasil
pewarnaan gram menunjukkan bahwa bakteri A. hydrophilla adalah bakteri gram
negatif yang disajikan pada Gambar 5 dan untuk hasil uji biokimia disajikan pada
Lampiran 1.
27
Gambar 5. Pewarnaan Gram Bakteri A. hydrophilla dengan perbesaran 1000x (Dokumentasi Pribadi)
4.2 Uji Cakram
Pada penelitian ini menggunakan bakteri A. hydrophilla yang diperoleh
dari isolat murni BBPBAP Jepara. Uji cakram dilakukan untuk mengetahui daya
antibakteri yang terkandung dalam ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.).
Kertas cakram dimasukkan ke dalam ekstrak dan waktu perendaman kertas
cakram selama 10 menit.
Hasil zona hambat setelah diinkubasi selama 24 jam disajikan pada
Gambar 6. Uji cakram dilakukan dengan menggunakan konsentrasi 5%, 10%,
15%, 20%, 25%, dan kontrol (positif dan negatif). Digunakan konsentrasi yang
dimulai dari konsentrasi 5% yang merupakan hasil dari penelitian pendahuluan
yang mana kertas cakram yang direndam dalam ekstrak dengan konsentrasi 5%
memiliki daya hambat yang jelas. Bila kertas cakram yang telah direndam
dengan ekstrak daun delima (P. granatum L.) diletakkan ke dalam cawan petri
yang telah di tanam bakteri A. hydrophila memiliki zona bening, maka dapat
disimpulkan bahwa ekstrak tersebut memiliki sifat antibakterial. Kontrol positif
(ekstrak konsentrasi 100%) digunakan sebagai perbandingan jika ekstrak 100%
memiliki zona hambat, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak delima mampu
menghambat bakteri.
28
Gambar 6. Hasil Uji Cakram
A = 5% B = 10%
C = 15% D = 20%
E = 25%
K (+) K (-)
29
Berdasarkan hasil pengamatan zona bening pada uji cakram selama
penelitian, setiap perlakuan memiliki zona bening. Zona bening dipengaruhi oleh
konsentrasi yang diberikan pada setiap perlakuan. Zona bening yang terbentuk
dari kosentrasi 5% ke konsentrasi 25% semakin membesar dapat dilihat pada
Gambar 6. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin besar zona
bening yang dihasilkan, semakin rendah konsentrasi yang diberikan maka
semakin kecil zona bening yang dihasilkan. Tingginya konsentrasi yang diberikan
menunjukkan semakin banyak bahan aktif yang terdapat pada ekstrak tersebut.
Jumlah pasta ekstrak kasar yang diberikan pada konsentrasi 25% lebih banyak
dibandingkan konsentrasi 5%, maka dapat diartikan bahwa kandungan bahan
aktif pada konsentrasi 25% lebih banyak dibandingkan dengan konsentrasi 5%.
Menurut Rahman (2013), zona hambat yang terbentuk dipengaruhi oleh
konsentrasi bahan aktif yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi yang
digunakan maka semakin tinggi zona daya hambat yang terbentuk. Dimana
besarnya diameter zona hambat berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi
bahan aktif.
Menurut Kusmarwati dan Indriati (2008), menyatakan bahwa klasifikasi
respon hambatan dibagi menjadi 4 respon yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Respon Hambatan
Diameter Zona Bening Respon Hambatan Pertumbuhan
(<5 mm) Aktivitas lemah
(5-10 mm) Sedang
(>10-20 mm) Kuat
(>20-30 mm) Sangat kuat
Berdasarkan tabel klasifikasi respon hambatan diatas, maka dapat
ditentukan bahwa respon daya hambat ekstrak daun delima terhadap bakteri A.
hydrophila berbeda pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan A
konsentrasi 5% dan 10% dengan rata rata hasil <5 mm. Hasil tersebut termasuk
30
dalam klasifikasi respon hambat lemah. Perlakuan C konsentrasi 15%, perlakuan
D konsentrasi 20%, dan perlakuan E konsentrasi 25% dengan rata-rata 5-10 mm
diklasifikasikan dalam respon hambat sedang. Data hasil pengukuran rerata zona
bening pasa penelitian disajikan pada Tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Rerata Zona Bening (mm)
Perlakuan Ulangan Total Rerata
1 2 3
K (+) - - - - 27.63
K (-) - - - - 0
A (5%) 2.78 3.11 3.2 9.09 3.03
B (10%) 4.2 3.04 4.6 11.84 3.95
C (15%) 6.27 5.63 6.14 18.04 6.01
D (20%) 6 7.92 7.59 21.51 7.17
E (25%) 8.13 8.33 7.15 23.61 7.87
Total 27.38 28.03 28.68 84.09
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan E konsentrasi 25% memiliki
rerata zona bening tertinggi sebesar 7,87 mm dan rerata zona bening terendah
pada perlakuan A konsentrasi 5% dengan hasil 3,03 mm. Kemudian dilakukan uji
analisa sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dari setiap perlakuan. Berikut
adalah Tabel analisa sidik ragam yang disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Analisa Sidik Ragam
SK Db JK KT Fhit Ftab 5% Ftab 1%
Perlakuan 4 51.38 12.85 28.26 ** 3.48 5.99
Galat 10 4.55 0.45
Total 14
Keterangan :
** : Berbeda sangat nyata
Pada tabel perhitungan analisa sidik ragam diatas menunjukkan bahwa
eksrtak daun delima (P. granatum L.) memberikan pengaruh yang berbeda
sangat nyata terhadap daya hambat bakteri A. hydrophila. Perbedaan
31
konsentrasi perlakuan pada penelitian ini menghasilkan zona hambat yang
berbeda pula. Hal ini dikarenakan nilai F hitung yaitu 28,26 lebih besar dari pada
nilai F tabel 5% (3,48) dan F tabel 1% (5,99). Perbedaan masing-masing
perlakuan terhadap zona bening daya hambat bakteri didukung dengan
perhitungan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf p>5% (kepercayaan
95%) maupun taraf nyata1% (kepercayaan 99%). Hasil Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) didapatkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Uji Beda Nyata Terkecil
Perlakuan Rerata A B C D E Notasi
3.03 3.95 6.01 7.17 7.87
A 3.03 _ a
B 3.95 0.92 ns _ a
C 6.01 2.98** 2.07** _ b
D 7.17 4.14** 3.22** 1.16* _ c
E 7.87 4.84** 3.92** 1.86** 0.70ns _ d
Keterangan :
ns : Tidak berbeda nyata
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata
Pada hasil uji BNT (Tabel 7) didapatkan nilai dari hasil perlakuan E (25%)
memberikan pengaruh berbeda sangat nyata dengan perlakuan A (5%), B (10%),
C (15%) dan D (20%). Hasil tersebut didapatkan berdasar pada perlakuan A
(5%) yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap semua
perlakuan sehingga diberi notasi a. Perlakuan B (10%) didapatkan hasil tidak
berbeda nyata sehingga diberi notasi a. Perlakuan C (15%) memberikan hasil
berbeda sangat nyata dengan perlakuan A dan B sehingga diberi notasi b dan
perlakuan D (20%) memberikan hasil berbeda sangat nyata dengan perlakuan A
dan B , namun berbeda nyata dengan perlakuan C sehingga diberi notasi c.
32
Sedangkan pada perlakuan E (25%) didapatkan hasil berbeda sangat nyata
dengan perlakuan A, B dan C namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan D
sehingga diberi notasi d. Dari data diatas dapat dianalisa bahwa perlakuan E
(25%) merupakan konsentrasi efektif dan terbaik untuk menghambat
pertumbuhan dari bakteri A. hydrophila. Kemudian berdasarkan hasil penelitian di
dapatkan grafik regresi polynomial orthogonal zona bening yang dihasilkan
dengan perlakuan yang berbeda disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Regresi Polynomial Zona Bening
Berdasarkan Gambar 7. Terlihat bahwa penambahan konsentrasi pada
perlakuan ekstrak daun delima (P. granatum L.) terhadap zona bening
menunjukkan pola linier dengan persamaa y = 0,25807x + 1,735 dan koefisien R2
= 0,9166. Nilai R2 pada penelitian ini menunjukkan bahwa 91% penggunaan
ekstrak kasar daun delima (P. granatum L.) dengan konsentrasi yang berbeda
berpengaruh terhadap daya hambat yang terbentuk. Pada konsentrasi 5%
hingga 25% grafik mengalami peningkatan pada hasil zona bening. Peningkatan
zona bening dipengaruhi oleh bertambahnya konsentrasi yang di berikan pada
perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin besar zona
hambat yang dihasilkan. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Rahman
y = 0.25807x + 1.735 R2 = 0.9166
0
2
4
6
8
10
0 5 10 15 20 25 30
Zon
a B
en
ing
(mm
)
Konsentrasi Ekstrak Daun Delima (%)
33
(2013), zona hambat yang terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi bahan aktif
yang digunakan, semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin
tinggi zona daya hambat yang terbentuk. Dimana besarnya diameter zona
hambat berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi bahan aktif.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun delima (P.
granatum L.) yang baik digunakan sebagai antibakteri berdasarkan kekuatan
daya hambatnya yaitu pada perlakuan E dengan konsentrasi 25% yang bersifat
bakteriostasik namun dengan respon yang sedang. Ekstrak daun delima (P.
granatum L.) hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri A. hydrophila, hal
ini dapat dilihat dari hasil pengamatan 48 jam, zona hambat yang dihasilkan
berkurang diameternya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pelzcar dan Chan
(1988) bahwa anti bakteri bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal bergantung
dari konsentrasinya. Ekstrak kasar bersifat bakteriosidal karena ekstrak mampu
membunuh bakteri dan bakteriostatik karena ekstrak kasar hanya mampu
menghambat pertumbuhan bakteri.
Bahan aktif yang diduga berperan penting dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah alkaloid. Alkaloid memiliki gugus basa yang akan
bereaksi dengan asam amino dan DNA bakteri. Pada reaksi ini akan
mengakibatkan perubahan susunan DNA dan mengakibatkan perubahan
keseimbangan asam DNA sehingga bakteri mengalami kerusakan sel.
Kerusakan sel ini lama kelamaan akan menyebabkan lisis yang dapat
menyebabkan kematian bakteri. Hal tersebut didukung dengan pernyataan
Rinawati (2011), senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan
cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut. Selain itu, di dalam senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang
mengandung nitrogen akan bereaksi dengan senyawa asam amino yang
34
menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan
terjadinya perubahan struktur dan susunan asam amino,sehingga akan
menimbulkan perubahan keseimbangan genetik pada rantai DNA sehingga akan
mengalami kerusakan akan mendorong terjadinya lisis sel bakteri yang akan
menyebabkan kematian sel pada bakteri.
Kandungan pada daun delima selain alkaloid yang diduga menghambat
bakteri A. hydrophila adalah tanin. Tanin merupakan senyawa yang diduga sama
dengan senyawa fenolik, dimana tanin dapat menyebabkan rusaknya dinding sel
dan menyebabkan inaktivasi fungsi materi genetik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ajizah (2004), tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar
mekanisme yang diperkirakan adalah toksisitas tanin dapat merusak membran
sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan kompleks
ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu
sendiri. Mekanisme kerja tanin diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau
membran sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat
terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga
pertumbuhannya terhambat dan mati. Menurut Prihantoro, Indra, dan Sumamo
(2006), golongan tanin terutama kelompok ellagitannin (sekitar 26%) mampu
menghambat enzim DNA-topoisomerase, dengan dihambatnya enzim ini akan
terhambatnya proses replikasi DNA bakteri. Ellagetannin memiliki kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan dan replikasi.
4.3 Parameter Penunjang
Parameter penunjang merupakan parameter yang digunakan untuk
menunjang penelitian. Parameter penunjang yang digunakan dalam penelitian ini
adalah suhu inkubasi. Selama pelaksanaan penelitian, suhu inkubasi yang
35
digunakan adalah 320C – 330C. Menurut Muwarni, Qosimah dan Amri (2017),
bahwa bakteri A. hydrophila tumbuh optimum pada suhu 28-350C.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak daun delima (P.
granatum L.) terhadap bakteri A. hydrophilla dapat disimpulkan bahwa ekstrak
daun delima (P. granatum L.) dapat menghambat aktivitas bakteri A. hydrophilla
dan memiliki sifat bakteriostatik. Zona bening terendah didapatkan pada
perlakuan A dengan konsentrasi 5% dengan hasil rata-rata 3,03 mm dan tertinggi
didapat pada perlakuan E dengan konsentrasi 25% dengan hasil rata-rata 7,87
mm.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan ekstrak daun delima (P.
granatum L.) dapat menghambat aktivitas bakteri A. hydrophilla dengan
konsentrasi terbaik 25%, namun perlu dilakukan uji in vivo terlebih dahulu untuk
membuktikan keefektifan bahan tersebut pada organisme budidaya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E., E. Liviawaty., Z. Jamaris dan Hendi. 5015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya : Jakarta. 218 hlm
Ajizah, A. 2004. Sensitifitas Salmonella typhimurium terhadap ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. 1(1):31-38.
Anggoro, D., R.S. Rezki dan Siswarni MZ. 2015. Ekstraksi multi tahap kurkumin dari temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) menggunakan pelarut etanol. Jurnal Teknik Kimia. 4(2): 39-45.
Aniszewki, T. 2007. Alkaloid-Secrets of Life, 187. Elsevier. Amsterdam. 275 hlm.
Budianto, S. 2012. Pengelolaan Perikanan Tangkap Komoditas Udang Secara Berkelanjutan Di Kabupaten Cilacap. Tesis. Universitas Indonesia: Jakarta. 97 hlm.
Fifendy, M. 2017. Mikrobiologi Edisi Pertama. Penerbit Kencana: Depok. 240 hlm.
Harti, A.S. 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Penerbit CV. Andi Offset. Yogyakarta. 274 hlm.
Haryani, A., R. Grandiosa., I. D. Buwono dan A. Santika. 2012. Uji efektivitas daun pepaya (Carica papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki (Carassius auratus). Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 213-220.
Kurniawan, A. 2012. Penyakit Akuatik. UBB Press: Pangkalpinang. 239 hlm.
Kusmawarti, A dan N. Indriani. 2008. Daya hambat ekstrak bahan aktif Biji Picung (Pangium edule Reinw.) terhadap pertumbuhan bakteri penghasil histamin. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelauta dan Perikanan. 3(1): 29-36.
Liu, D. 2017. Laboratory Models for Foodborne Infections. CRC Press. Page 238.
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2012. Pelacakan gen aerolysin dari Aeromonas hydrophila pada ikan mas yang diberi pakan ekstrak bawang putih. Junal Veteriner Maret. 13(1): 43-50.
Masduki. 1996. Efek Antibakteria Ekstrak Biji Pinanng (Areca catechu) terhadap S. auratus dan E. coli. Penerbit Cermin Dunia Kedokteran : Jakarta. Hal 23-24.
Muwarni, S., D. Qosimah dan I.A Amri. 2017. Penyakit Bakterial Pada Ternak Hewan Besar dan Unggas. UB Press: Malang. 321 hlm.
Novriadi, R., S. Agustatik, S. Bahri, D. Sunantara dan E. Wijayanti. 2014. Distribusi patogen dan kualitas lingkungan pada budidaya perikanan laut di Provinsi Kepulauan Riau. Depik. 3(1): 83-90.
38
Pananjung, A.M.S., Evi. U.U., Kartika. S dan Sattya. A. 2015. Karakterisasi isolat bakteri fibrinolitik WU 021055 asal perairan Pantai Papuma, Jember. Jurnal Bioteknologi Biosains Indonesia. 2(1): 1-8.
Pelczar, M. J dan E.C.S Chan. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta. 443 hlm.
. 1988. Dasar-dasar mikrobiologi jilid 2. Alih bahasa R.S Hadioetomo, T. Imas, S.S Tjitrosomo dan S.L Angka. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 88 hlm.
Prajitno, A. 2005. Diktat Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya : Malang. 105 hlm.
Prajitno, A. 2007. Penyakit Ikan-Udang : Bakteri. UM Press: Malang. 113 hlm.
Pramono, M.D., E.S. Rahayu dan M. Ferichani. 2014. Analisis faktor yang mempengaruhi produksi pembenihan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) di Kabupaten Wonogiri. 343-355.
Pratiwi, A.S. 2010. Respon tikus putih (Ratus norvegicus) yang dikontaminasi radikal bebasr terhadap pemberian tepung delima (Punica granatumL.) sebagai sumber antioksidan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 92 hlm.
Prihantoro, T., R. Indra dan Sumamo. 2006. Efek antibakteri ekstrak kulit buah delima (Punica granatum) terhadap Shigella dysentriae secara in vitro. Jurnal Kedokteran Brawijaya. 22(3): 101-109.
Rahman, M. 2013. Uji efektivitas ekstrak Jintan Hitam ( N. sativa) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 49 hlm.
Rinawati, N.D. 2011. Daya antibakteri tumbuhan majapahit (Crescentia cujete L.) terhadap bakteri V. alginolitycus.Fak. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. ITS Surabaya : 1-13.
Roberts, R. J. 2012. Fish Pathology. Blackwell Publishing: USA. 581 page.
Rukmana, R. 2003. Delima. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 11.
Saikia, R. 2008. Microbial Biotechnology. New India Publishing. New Delhi. 424 hlm.
Samsundari, S. 2006. Pengujian ekstrak temulawak dan kunyit terhadap resistensi bakteri Aeromonas hydrophilla yang menyerang ikan mas (Cyprinus carpio). GAMMA. 3(1): 71-83.
Sastrosupadi, A. 2002. Rancanngan Percobaan Praktis Bidang Petanian. Penerbit Kanisiius : Yogyakarta. 276 hlm.
Siyoto, S dan M.A Sodik. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media Publishing: Yogyakarta. 138 hlm.
Soleha, T.U. 2015. Uji kepekaan terhadap anttibiotik. Juke Unila. 5(9): 119-123.
39
Suratno, A. 2011.Terbukti Pome Tumpas Penyakit. Puspa Swara. Yogyakarta. Hlm 2.
Yanti, D. 2014. Uji daya hambat antibakteri daun delina terhadap Escherchia coli
dan implementasinya dalam pembuatan film. Artikel Penelitan. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Tanjungpura. Pontianak. 17
hlm.
Top Related