TUGAS STUDI ISLAM 3
KOSMETIKA DALAM ISLAM
Disusun Oleh :
Rati Janah P 1208010061
Sandra Iman S 1208010063
Filzah Nurfazrina 1208010065
Meilinda Putri 1208010067
Mega Fitria 1208010069
FAKULTAS FARMASI
UNVERsiTAS MUHMMADIYAH PURWOKERTO
2014
BAB I
Kondisi Terkini Mengenai Penggunaan
Kosmetika dengan Menggunakan Bahan – Bahan Moderen
Doktor Mahmud Majid Al-Bayyar konsultan penyakit kulit dan kelamin
menyatakan: “Sesungguhnya seluruh jenis bahan kosmetik itu terdiri dari komposisi
bahan-bahan kimia yang memiliki pengaruh berbahaya terhadap sebagian konsumen.
Baik dalam wujud pengaruh langsung yang merusak kulit, atau menimbulkan reaksi
tidak wajar terhadap beberapa jenis kulit, akibat sebagian bahan yang terkandung di
dalamnya, khususnya terhadap mereka yang mengidap alergi kulit. Bisa juga
menimbulkan bahaya bila terkena sinar matahari, atau karena penumpukan bahan-
bahan tersebut pada permukaan kulit.”
Profesor Wahbah Ahmad Hasan, seorang Guru Besar di bidang penyakit kulit
menyatakan: “Sesungguhnya bahan rias kulit dapat menimbulkan dampak berbahaya,
karena terdiri dari komposisi berbagai logam berat semacam timah dan air keras yang
dicairkan dalam beberapa campuran bahan mengandung minyak seperti minyak cocou.
Sebagian bahan perwarna yang digunakan juga mengandung unsure-unsur yang
diproses dari dari minyak tanah. Kesemuanya adalah bahan-bahan oksidat yang
berbahaya bagi kulit. Penyerapan yang dilakukan pori-pori kulit terhadap bahan-bahan
tersebut dapat menimbulkan peradangan dan alergi. Kalau penggunaan bahan-bahan
kosmetik itu terus digunakan, bahkan dapat berbahaya bagi sel-sel yang berada di
darah, hati dan ginjal. Sementara bahan-bahan yang terkandung dalam komposisi
bahan-bahan kosmetik itu memiliki karakter daya meresap yang tinggi, sehingga tubuh
tidak dapat dengan cepat terbebas dari pengaruhnya.”
Doktor Wafa Ramadhan, seorang dosen sekaligus dekakan jurusan penyakit kulit
di fakultas Kedokteran Tanta: “Sebagian Beauty Powder menyebabkan timbulnya
radang kulit. Bahkan sebagian jenis Super Cream dapat merangsang bertambahnya
jumlah jerawat remaja. Karena kandungan gizinya justru menyuburkan tumbuhnya
jerawat.”
Pusat lembaga kesehatan di Kanada menyebutkan hasil penelitian yang mereka
jalankan, yang lalu diakui sebagai hasil penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), bahwa berbagai bahan kimia yang sering dikonsumsikan pada banyak anggota
tubuh dan berbagai formula kimia yang mengandung cholorofine, khususnya yang
mengandung choloroform, disinyalir sebagai penyebab penyakit kanker. Hasil
penelitian itu lalu dipublikasikan dan dimaklumatkan dikalangan apoteker pada tahun
1397H. Sudah dimaklumi, bahwa bahan-bahan itulah yang digunakan dalam pembuatan
bahan kosmetika, khususnya lipstick.
Kalangan medis juga menyingkap berbagai hasil penelitian ilmiah lain berkaitan
dengan lipstick. Diantaranya bahwa lipstick itu dapat menyerap cahaya dan
menyebabkan bibir menjadi kering dan pecah-pecah, sebagaimana bahan itu juga
menimbulkan warna gelap seputar bibir. (Zienaul Mar’ah Bainat Thibb Wasy Syara’ –
oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al-Musnid)
Dalam era modern, perkembangan teknologi telah membawa manusia dari impian
menuju kenyataan. Suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari bahwa dalam era
informasi dewasa ini, masyarakat khususnya umat Islam akan terus dihadapakan
kepada berbagai tantangan dan permasalahan yang semakin rumit tentang.kompleksitas
problematika kehidupan. Hal demikian terjadi karena semakin kompleksnya tuntutan
hidup yang dihadapi umat manusia. Berdasarkan tesis di atas, sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan dunia modern umat Islam dituntut mencari solusi
alternatif dengan penilaian objektifitas supernal.
Kalau kita melirik ke belakang, pada zaman para ulama dahulu mereka bekerja secara
optimal untuk masyarakat pada zaman dan generasinya. Mereka pecahkan berbagai
problematika yang muncul disekitarnya bahkan tidak sedikit manfaatnya yang sampai
kepada kita. Namun zaman terus berubah dan ruanglingkup manusia terus maju dan
berkembang. Akibanya banyak peristiwa peristiwa baru yang tidak terjadi pada masa
silam kini mencuat kepermukaan menuntut jawaban dan sikap positif dari para ulama,
ilmuan dan cendikiawan masa kini.
Pernyataan diatas terbukti melalui pengamatan berbagai fenomena yang terjadi dewasa
ini, dimana umat manusia yang telah memaksimalkan seluruh potensi dirinya, sekarang
ini telah mencapai kemajuan yang sangat mengagumkan terutama kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dibidang bioteknologi, yang merupakan salah satu prestasi
terbesar yang dihasilkan umat manusia sepanjang sejarah. (Kompas, 23/11/2002).
Berkaitan dengan hal tersebut dari tahun ketahun, ilmuwan barat terus menerus
melakukan riset dan pengembangan intensive dalam biotekhnologi. Dari hasil
penelitian di negara negara Eropa, khususnya Swiss adalah pelopor dalam bidang sel
therapy menemukan untuk memperbaharui dan meremajakan sel sel yang bermanfaat
untuk kesegaran dan kebugaran tubuh, wajah tetap cantik menarik yaitu dengan
mengkonsumsi makanan, obat obatan dan kosmetika yang bahannya dari plasenta
(tembuni, ari bayi, baki) baik plasenta dari manusia maupun plasenta dari binatang
yang berbentuk kapsul, makanan, bedak dan cream. Plasenta diyakini dapat berfungsi
untuk regenerasi sel-sel tubuh sehingga dapat mempertahankan kulit agar tetap sehat,
segar, muda dan cantik. Tak hanya sampai disitu plasenta juga dipercaya mampu
mengembalikan kemulusan kulit akibat luka atau penyakit kulit. Hal demikian terjadi
karena di dalam plasenta terkandung sel-sel muda yang sedang tumbuh dan
berkembang. (Rahman Azhar, 2005:2).
Pemanfaatan plasenta sebagai obat sudah dimulai sejak zaman Cleopatra yang berarti
sudah berlangsung selama ribuan tahun. Setelah itu Marie Antoinette, Ratu Prancis
yang tersohor dengan kecantikannya pun memanfaatkan zat yang sama. Dalam
beberapa literatur disebutkan bahwa Cleopatra maupun Marie Antoinette tidak hanya
memanfaatkannya untuk kecantikan namun juga sebagai penambah vitalitas.
(Republika, 10/5/2005)
Di tahun 1930-an, Vladimir Filatov memanfaatkan plasenta untuk mengobati luka
bakar. Hasilnya cukup bagus, sehingga ia digelari ”bapak bedah plastik modern”.
Selanjunya ditahun 1970-an Uruy Lubimov menemukan fakta bahwa plasenta dapat
meningkatkan imunitas dan mengobati saluran cerna.
Pemanfatan lebih lanjut di tahun 1980 adalah digunakannya plasenta sebagai penambah
imunitas para astronot yang akan menjalankan misi ke luar angkasa. Ludmila Lich yang
mengalami luka bakar parah dapat tertolong dengan pengobatan yang menggunakan
formula dari plasenta.
Dari hasil penelitian mereka bahwa plasenta ini dapat mengobati sisa luka kangker
kulit, infeksi kulit cronic. Bahkan hasil penelitian selanjutnya sel therapy dari bahan
tersebut akan secara efektif merangsang sel-sel organ tubuh yang terkena radang sendi,
kelelahan kronis, sakit asma, lemah berfikir memori lemah gangguan peredaran darah,
kelainan fungsi seksual, impoten, kencing manis gangguan hormonal, lekas marah, sulit
tidur dan penyakit kulit.
Menurut Vincent pada tahun 1995 menulis, sebagai alternatif plasenta dapat dimakan
oleh ibu setelah melahirkan seperti binatang mamalia, umtuk memulihkan kesehatan,
dan bermanfaat untuk mengurangi resiko pendarahan. Sebagaimana yang dilakuakan
binatang sehabis melahirkan plasentanya lansung dimakan, tapi hal ini tidak mungkin
dilakukan. Sedangkan kalau dimasak akan hancur zat zat yang terkandung didalamnya.
(Rahman Azhar, 2005:1).
Bagi kaum hawa produk obat obatan dan kosmetik dari plasenta ini sangat diminati
untuk kesehatan kulit, karena kulit sangat lembut menjadi halus, menjaga kekenyalan
kulit dan kelembaban, mengurangi kerutan, menjaga ketahan tubuh, mengurangi
ketegangan saat haid, dan menunda monopouse sindrom, dan menstabilkan badan.
Plasenta dalam dunia fashion, juga diyakini dapat berfungsi meregenerasi sel-sel tubuh
sehingga dapat memepertahankan kulit agar tetap sehat, segar, muda dan cantik. Juga
mampu mengembalikan kemulusan kulit akibat luka atu penyakitkulit. Sebab plasenta
mengnadung sel-sel muda yang sedang tumbuh dan berkembang (sel generatif).
Bersama air ketuban, ekstak plasenta manusia menjadi favorit bahan kosmetik, karena
paling”pas” buat konsumen ynag sesama manusia. (Apriyantono, 2003:95).
Dalam pengembangan sel therapy ini, para ilmuwan mulai menternakan binatang untuk
diambil plasentanya terutama biri biri. Karena biri biri pederma plasenta yang terbaik
dan memiliki kekebalan terhadap penyakit, dan memiliki protein ynag baik dan cocok
untuk tubuh manusia.
Di Indonesia sudah diproduk kosmetik dari plasenta sapi yaitu Produksi PT. Saparindo
Mustika yang telah terdaftar dan beregister pada badan POM DepKes, yang produknya
bernama Plasenta Skin Care Whitening Series-UV- Whitening Body Lotion yang
berfungsi untuk meremajakan kulit dan mempertahankan kelenturan kulit. (Rahman
Azhar, 2005:2)
Para cendekiawan atau para ulama di atas membahas masalah plasenta atas dasar
predikat yang disandangnya yaitu ilmuwan. Mereka meninjau berdasarkan spesifikasi
keilmuannya yang mereka geluti dan mereka dalami. Sedangkan dikota Bandung ada
organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Majlis Ulama Indonesia
dan Persatuan Islam, yang mempunyai suatu lembaga atau badan yang salah satu
tugasnya adalah memecahkan suatu permasalahan yang beerkembang di masayarakat
yang memerlukan keputusan penetapan hukumnya. Lembaga yang dimaksud, yaitu
Batsul Masail, Majlis Tarjih, Komisi Fatwa dan Dewan Hisbah, badan lembaga tersebut
mempunyai ketentuan masing masing yang te
lah disepakatinya dan harus diikuti oleh ulamanya dalam memecahkan suatu masalah
yang memerlukan ketetapan hukumnya.
Dewan Hisbah (persis) dan Anggota Komisi Fatwa MUI merupakan salah satu
organisasi Islam kemasyarakatan, yang telah banyak melakukan pembahasan terhadap
permasalahan permasalahan fiqh, baik permasalahan menyangkut bidang ibadah,
muamalah maupun dalam masalah fiqih kontemporer seperti dalam menetapkan
kedudukan status hukum plasenta Sebagai Bahan Kosmetik.
Mengenai plasenta Sebagai Bahan Kosmetik yang memerlukan penetapan
hukum tersebut, Persatuan Islam dengan Dewan Hisbahnya melalui sidang yang ke-
VII tanggal 9 Rajab 1426 H / 14 agustus 2005 M dan menurut Fatwa Majlis Ulama
Indonesia (MUI) dalam Munas tahun 2000 yang lalu telah membahas masalah
palsenta manusia dam terapi urine ini. Dalam keputusan Fatwa MUI nomor: 2/munas-
VI/MUI/2000 memutuskan bahwa plasenta untuk bahan kosmetik adalah haram.
(Ahmad Yasa, 2003:1). Baik MUI melalui Komisi Fatwanya maupun Persis melalui
Dewan Hisbahnya menyatakan bahwa plasenta untuk bahan kosmetik haram
hukumnya. Akan tetapi selain ada perbedaan masalah yang terletak pada landasan dan
metode istinbath al-ahkam yang digunakannya, disebabkan pada lembaga di atas
mempunyai ketentuan masing masing yang telah disepakati dan harus diikuti oleh
ulamanya dalam memecahkan suatu masalah yang memerlukan ketetapan hukumnya.
Juga fatwa “hukum haram” yang dikeluarkan oleh kedua lembaga tersebut
memerlukan penelitian mendalam baik dari sisi filosofinya maupun ekses pada
masyarakat dengan dikeluarkannya fatwa di atas.
Adapun pijakan yang dijadikan dasar oleh Dewan Hisbah Persis (2005:1)
adalah Q.S. al-Isra: 70 dan hadits sebagai berikut:
ع�ل�ى �اه�م� �ن و�ف�ض�ل �ات� �ب الط�ي م�ن� �اه�م ق�ن ز� و�ر� �ح�ر� �ب و�ال �ر� �ب ال ف�ي �اه�م� �ن و�ح�م�ل ء�اد�م� �ى �ن ب �ا م�ن �ر� ك �ق�د� و�ل
( �ف�ض�يال ت �ا �ق�ن ل خ� م�م�ن� �ير- �ث ك
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di
daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan” (Soenarjo,dkk;1971:435).
)م� ض�ك �ع�ر� و�ا �م� �ك �م�و�ال و�ا �م� د�م�ائك فإن� قال وسلم عليه الله صلى الله رسول عباسأن ابن عن
�م� �ك �ي ع�ل
ام ح�ر� (Al-Bukhari,tt.I:166.)
“Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah bersabda Saw,”Maka darah-darah, harta-
harta, dan kehormatan kamu, haram atas kamu” (wajib kamu pelihara). (Komisi
Fatwa, 2000.1)
Sedangkan pijakan yang dijadikan landasan oleh MUI adalah
… ح�يم�� ر� غ�ف�ور�� الله� �ن� ف�إ - �م �ث �إل �ف- ان �ج� م�ت �ر� غ�ي م�خ�م�ص�ة- ف�ي اض�ط�ر� ف�م�ن�
“…Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Soenarjo, dkk;
1971:157).
- ام �ح�ر� ب �د�او�و ت و�ال �د�او�وا ف�ت Hد�و�اء د�اء- �ل� �ك ل و�ج�ع�ل� و�الد�و�اء� الد�اء� ل� �ز� أن الله إن�
(Abu Dawud, tt.4:3)
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obat, serta menjadikan obat
bagi setiap penyakit; oleh karena itu, berobatlah dan janganlah berobat dengan benda
yang haram.” (Komisi Fatwa, 2000:1)
Hal ini mengundang penulis untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan
menuangkan dalam sebuah skripsi, karena masalah plasenta Sebagai Bahan Kosmetik
merupakan masalah-masalah fiqih yang memerlukan ijtihad dalam penetapan
hukumnya.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta keberhasilan
pembangunan akhir akhir ini telah merambah seluruh aspek bidang kehidupan umat
manusia; tidak saja membawa berbagai kemudahan, kebahagiaan, dan kesenangan,
melainkan juga menimbulkan sejumlah persoalan. Aktivitas baru yang beberapa
waktu lalu tidak pernah dikenal, atau bahkan tidak pernah terbayangkan, kini hal itu
menjadi kenyataan. Disisi lain, kesadaran keberagamaan umat Islam diberbagai
negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa terakhir ini semakin tumbuh subur dan
meningkat. Sebagai konsekwensi logis, setiap timbul persoalan, penemuan, maupun
aktifitas baru sebagai produk dari kemajuan tersebut, umat senantiasa bertanya Tanya,
bagaimanakah kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran hukum Islam.
Salah satu persoalan cukup mendesak yang dihadapi umat adalah
membanjirnya produk makanan dan minuman olahan, obat obatan, dan kosmetika.
Umat, sejalan dengan ajaran Islam, menghendaki agar produk- produk yang akan
dikonsumsi tersebut dijamin kehalalan dan kesuciannya. Menurut ajaran Islam
mengkonsumsi yang halal, suci, dan baik merupakan perintah agama dan hukumnya
adalah wajib. ( Maskur Alie, 2003:1).
Produk–produk olahan, baik makanan, minuman, obat obatan, maupun
kosmetika, dapat dikategorikan kedalam kelompok mutasyabihat (syubhat), apalagi
jika produk tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non Muslim,
sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab, tidak tertutupnya
kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan bahan bahan
yang haram atau tidak suci. Dengan demikian, produk-produk olahan tersebut bagi
umat Islam jelas bukan merupakan persoalan sepele, tetapi merupakan persoalan
besar dan serius. Terlebih lagi jika kita melirik sebuah hadits yang artinya:
“Barang siapa yang terjerumus kedalam Syubhat, ia terjerumus kedalam yang haram.”
Maka wajarlah jika umat Islam sangat berkepentingan untuk mendapat ketegasan
tentang status hukum produk produk tersebut, sehingga apa yang akan mereka
konsumsi tidak menimbulkan keresahan dan keraguan. (Maskur Alie, 2003:5).
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemampuan
dan wawasan manusia semakin hari semakin meningkat. Dalam hal produk makanan,
minuman, kosmetik maupun obat tidak lagi dipandang sederhana. Melalui rekayasa
genetika dan teknologi pangan saat ini, telah memungkinkan semua yang ada dimuka
bumi ini dijadikan sebagai bahan baku makanan, obat obatan, dan kosmetik yang
dikonsumsi manusia. Seekor hewan misalnya, tidak hanya dagingnya yang dapat
dimanfaatkan, tetapi plasentanya juga dapat dimanfaatkan Sebagai Bahan Kosmetik,
perkembangan ilmu pengetahuan tidak hanya berhenti sampai di sana tetapi bahkan
plasenta manusia pun sekarang dapat dimanfaatkan.
Dalam Islam, penentuan kehalalan dan keharaman suatu produk tidak dapat
didasarkan hanya pada asumsi atau suka tidak suka. Halal maupun haram harus
diputuskan sesuai dengan ketentuan Allah dan rasulnya. Hal demikian disebabkan
sumber hukum umat Islam adalah al-Quran dan hadits. Berkenaan dengan hal
demikian, Allah mengingatkan dalam Surat an-Nahl ayat 116 sebagai berikut:
�ن� إ �ذ�ب� �ك ال الله� ع�ل�ى وا �ر� �ف�ت �ت ل Hام ح�ر� و�ه�ذ�ا Hل� ح�ال ه�ذ�ا �ذ�ب� �ك ال �م� �ك �ت ن �س� ل� أ �ص�ف� ت �م�ا ل �وا �ق�ول �ت و�ال
�ح�ون� �ف�ل �ي ال �ذ�ب� �ك ال الله� ع�ل�ى ون� �ر� �ف�ت ي �ذ�ين� ال
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut sebut oleh lidahmu
secara dusta” ini halal dan ini haram”, untuk mengada adakan kebohongan terhadap
Allah. Sesungguhnya orang orang yang mengada adakan kebohongan terhadap Allah
tiadalah beruntung”. (Soenarjo, dkk., 1995:281).
Satu benang merah dapat diambil berdasar ayat di atas adalah diperlukan
sebuah penelitian dan kajian yang mendalam terhadap setiap produk yang belum jelas
kehalalan dan keharamannya. Karena al-Qur’an, sebagai kitab suci terakhir yang
berlaku hingga akhir zaman, dalam banyak ayatnya hanya memberikan petunjuk-
petunjuk yang bersifat ijmali (global), sehingga bisa ditafsirkan sesuai dengan
perkembangan zaman, akan tetapi pada saat yang sama hal itu memungkinkan
munculnya interpretasi-interpretasi yang berbeda pula, maka dalam menyikapi ayat
yang katagorinya ijmali ini mesti membutuhkan penjelasan yang nyata, yaitu dengan
menggunakan seperangkat alat bantu untuk mengetahui dalalah nashnya. Alat bantu
yang dimaksud adalah ijtihad. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri yaitu hasil dari
ijtihad tersebut tidak menutup kemungkinan adanya perbedaan, sesekali perbedaan
tersebut berhasil dikompromikan tetapi tidak jarang pula sulit didekatkan, khususnya
bila perbedaan-perbedaan tersebut memperoleh justifikasi berupa ayat-ayat yang
secara lahiriyah tampak bertentangan. (Afif Muhammad, 1998:19).
Plasenta Sebagai Bahan Kosmetik akan didasarakan kepada cara-cara dan
ketentuan mengenai pengambilan kesimpulan hukum dalam masing masing lembaga
yang ada dilingkungan organisasinya.
Secara garis besar Dewan Hisbah Persis, dalam melakukan pengambilan suatu hukum
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:
1. Beristidlal dengan al-Quran
2. Beristidlal dengan hadits
3. Masalah-masalah yang tidak ditemukan nash yang sharih dalam al-Quran dan al-Hadits,
maka ditempuh dengan jalan ijtihad jama’i dengan rumusan-rumusan sebagai berikut:
1. Tidak menerima ijma’ secara mutlak dalam urusan ibadah, kecuali ijma’ sahabat.
2. Tidak menerima Qiyas dalam masalah ibadah mahdhah, sedangkan dalam masalah
ibadah ghair mahdhah, qiyas diterima selama memenuhi persyaratan qiyas.
3. Dalam memecahkan Taarudul Adilah diupayakan dengan cara:
4. Thariqqtul Jami’ selama masih mungkin di jam’u
5. Thariqatut Tarjih, dari berbagai sudut dan seginya.
6. Thariqotuin Naskhi, jika diketahui mana yang dahulu dan mana yang kemudian.
(Shiddiq Amien, 2001:37-39).
BAB II
PENDAPAT ULAMA TENTANG PENGGUNAAN
DAN PENERAPAN KOSMETIK
2.1 Pengertian kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Dalam
Islam, wanita boleh tampil cantik untuk suaminya, bukan orang lain. Oleh karena itu,
kosmetik yang digunakan diniatkan untuk kesenangan suaminya. Demikianlah Islam
membolehkan wanita muslimah untuk tampil cantik dihadapan suaminya, seperti
hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad Abu Daud dan Nasai, bahwa seorang
wanita dilarang berhias untuk orang lain selain suaminya, maka Allah akan
membakarnya dengan api neraka karena berhias untuk selain suaminya adalah
termasuk tabarruj.
Imam Bukhari mengatakan bahwa tabarruj adalah tindakan seorang yang
menampakan kecantikannya kepada orang lain.
Hal ini didasarkan kepada firman Allah SWT.Q.S Al-Ahzab:33
الولى الجهليت تبرج والتبرجن
“dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku (bertabarruj) seperti jahiliya
terdahulu”
Menurut Syekh Muhammad Bin Umar An-Nawawi, tabarruj adalah seorang
perempuan apabila bermaksud keluar rumah mengenakan pakaian yang lebih bagus
dan berdandaan mencolok, yang dapat mengganggu kaum laki-laki. Kalaupun ia dapat
menyelamatkan diri, namun kaum lelaki tidak akan selamat karena ulah dari
perbuatan wanita tersebut.
Menurut Yusuf Qardhawi bahwa perempuan tidak akan dikatakan tabarruj jika:
a. Menundukan pandangan, sebab perhiasan perempuan termahal adalah rasa malu.
b. Tidak bergaul bebas sehingga menjadi persentuhan antara laki-laki dan perempuan
yang bukan muhrim.
c. Pakaian harus selaras dengan tata kesopanan Islam yaitu harus menutup seluruh
badan, tidak tipis dan tidak membentuk lekukan tubuh sehingga tampak kulit, tidak
ketat dan menampakan bagian-bagian tubuh yang menarik, sekalipun tidak tipis dan
tidak transparan.
d. Tidak bergaya untuk menarik perhatian laki-laki, supaya mengetahui apa yang
disembunyikan.
Pada prinsipnya, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias
hingga menjurus kepada suatu sikap yang mengubahciptaan Allah. Mengubah ciptaan
Allah adalah ajakan setan, dimana setan berkata dala Q.S. An-Nisa:119
الله خلق فليغيرن مرنهم وال
“akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
mengubahnya.”
Salah satu cara berhias yang mengubah ciptaan Allah yaitu mencukur alis mata. Nabi
bersabda:
“Rasulullah Saw melaknat perempuan-perempuan yang mencukur alisnya atau yang
minta dicukurkan alisnya.” (HR. Abu Daud dengan sanad yang hasan)
Ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa perempuan diperkenankan mencukur
rambut diwajah, mengukir, memberi cat merah, dan meruncingkan ujung matanya
dengan seizin suaminya.
2.2 Bahan kosmetik
Pada umumnya kosmetik terdiri dari berbagai macam bahan yang mempunyai fungsi
tertentu didalamnya. Bahan kosmetik terdiri dari:
a. Bahan dasar (vehikulum), merupakan dasar untuk bahan lain/sebagai pelarut.
Bahan dasar kosmetik pada umumnya terdiri dari air atau campuran dengan bahan
dasar lain, alcohol atau campurannya, vaselin atau campurannya, garam minyak
dengan campurannya, talcum atau campurannya.
b. Bahan aktif, merupakan bahan terpenting dan mempunyai daya kerja yang
diunggulkan dalam kosmetik tersebut. Konsentrasi bahan aktif pada umumnya kecil,
namun dapat pula tinggi apabila bahan tersebut sekaligus berperan sebagai bahan
dasar misalnya bahan aktif dalam sediaan pembersih muka.
c. Bahan untuk menstabilkan campuran, adalah bahan-bahan utuk menstabilkan
campuran sehingga kosmetik dapat lebih stabil, baik dalam warna, baud an bentuk
fisik. Adapun bahan-bahan tersebut adalah: Pertama, emulgator, yaitu bahan yang
memungkinkan tercampurnya semua bahan secara merata misalnya lanolin, gliserin,
alcohol, lilin, gliseril, monosterarat. Kedua, pengawet, yairu bahan yang dapat
mengawetkan kosmetik dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan
lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga dapat menangkal terjadinya
bau tengik karena antivitasmikroba sehingga kosmetik menjadi lebih stabil, missal
asam benzoate, alcohol, formaldehid
2.3 Hukum menggunakan kosmetik
Menggunakan kosmetik merupakan bagian dari berhias dan islam
memperkenankan kepada setiap muslimah untuk berpenampilan selalu baik, elok
dipandang, anggun, berwibawa, daan hidupnya teratur dengan menikmati perhiasan
daan pakaian yang diturunkan oleh Allah SWT. Termasuk menggunakan kosmetik
yang tidak berlebih-lebihan adalah dibolehkan. Sebagaimana firman Allah Q.S.al-
A’raf:31
, تحب ال انه واشربواوالتسرفوا وكلوا مسجد كل عند زينتكم خذوا ءادم يبني
المسرفين
“hai anak adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan
dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Hukum menggunakan kosmetik berbahaya adalah tidak diperbolehkan, karena
prinsipnya islam mengharuskan manusia menjaga dirinya dari kehancuran .
1) Hukum asal benda adalah mubah
Al-Ashlu fi al-asy-yaa’ al-ibahah maa lam yarid dalil at-tahrim (hukum asal benda
adalah mubah selama tidak terdapat dalil yang mengharamkannya). Kaidah ini
disimpulkan dari berbagai ayat yang menyatakan bahwa segala apa yang diciptakan
oleh Allah di langit dan bumi adalah diperuntukan bagi manusia, yaitu telah
dihalalkan oleh Allah. Misalnya Q.S. al-Baqarah:29, Q.S. al-Jatsiyah:13, Q.S.
Luqman:20
2) Hukum asal benda yang berbahaya adalah haram
Prinsip ini berbunyi: Al-Ashlu fi al madhaar at-tahrim (hukum asal benda yang
berbahaya adalah haram. Dasar kaidah tersebut adalah hadits Nabi, diantara hadits
Nabi adalah laa dharara wa laa dhirara, (tidak boleh menimpakan bahaya bagi diri
sendiri).
3) Setiap kasus dari perbuatan/benda yang mubah, jika berbahaya atau membawa
pada bahaya, maka kasus itu saja yang haram, sedang hukum asalnya tetap mubah.
Prinsip ini berbunyi:Kullu fardin min afrad al-amr al-mubah idzaa kaana dhaaran aw
mu’addiyan ila dharar hurrima dzalika al-fardu wa zhalla al-amru mubahan.Kaidah
ini berarti, suatu masalah yang hukum asalnya mubah, jika ada kasus tertentu darinya
yang menimbulkan bahaya maka kasus itu saja yang diharamkan.tapi hukum asalnya
adalah mubah.Misalnya daging kambing hukumnya adalah mubah. Tetapi bagi orang
yang darah tinggi hukumnya adalah haram, karena apabila makan daging kambing
akan berbahaya, atau bisa merenggut nyawanya.
4) Segala perantaraan yang membawa kepada yang haram, hukumnya haram.
Prinsip ini berbunyi: al-wasilah ila al-haraam (segala perantaraan yang haram,
hukumnya haram). Jadi meskipun hukum asal perantaraan itu adalah mubah, tapi akan
menjadi haram jika dibawa kepada yang haram.
Contoh kosmetik ( water proof dalam islam )
Kosmetik water proof , kosmetik ini adalah berbagai produk kosmetik mulai
dari maskara, lipstik, serta kosmetik yang berbahan dasar minyak silikon (silicon-
based oil), yang disebut dimethicone. Bahan ini membantu untuk menjaga agar kulit
tetap lembut. Selain itu, ia juga membantu agar produk kosmetik ini mudah diserap
oleh kulit dan rambut. Bahan-bahan inilah yang membuat kosmetik water proof tidak
mudah terhapus. Selain itu, kosmetik water proof termasuk air dalam minyak, yang
berarti komponen minyak lebih besar daripada komponen airnya. Komponen minyak
pada kosmetik water proof ini menghalangi penetrasi air ke dalam kulit. Oleh sebab
itu, untuk membersihkannya diperlukan suatu surfaktan, sebuah bahan yang dapat
mengurangi kontak minyak dengan kulit sehingga komestik water proof dapat
dibersihkan. Umumnya, pembersih yang digunakan adalah dalam bentuk milk
cleanser dan face tonic.
Kosmetik wterproof dalam syariat Islam
Sering kita temui pula di masyarakat, pada acara-acara tertentu seperti acara
pernikahan, wisuda, atau pesta, seorang muslimah enggan untuk membersihkan
terlebih dahulu make up yang dikenakan sebelum berwhudu. Selain karena tidak
praktis, juga karena wanita ingin riasannya tetap bagus meski menjalankan shalat.
Walaupun kosmetik water proof menjaga riasan seorang wanita tetap segar dan
bersih, kosmetik ini tetap saja memiliki beberapa masalah terhadap kesehatan, tetapi
bukan termsuk kosmetik berbahaya. Kosmetik jenis ini tidak dapat dihilangkan
dengan air, oleh sebab itu dibutuhkan pelarut khusus untuk menghilangkannya.
Peralut ini biasanya cukup keras, sehingga dapat menghapus sebum penting dari kulit.
Jika dihapus, kulit akan rentan terhadap infeksi, sinar matahari dan berbagai masalah
kulit lainnya. Selain itu, kosmetik water proof yang tidak terhapus oleh air, menjadi
masalah bagi muslimah yang hendak mengambil wudhu tetapi repot
membersihkannya dengan pembersih khusus terlebih dahulu. Sementara itu, penetrasi
air ke kulit akan terhalangi oleh kosmetik-kosmetik water proof tersebut. Penggunaan
maskara yang tahan air juga menghalangi bulu mata terbasahi oleh air. Menurut Dr.
Isnawati Rais, MA Dosen ilmu hadits Fakultas Syari’ah, UIN Jakarta, sampainya air
wudhu menjadi syarat sahnya wudhu. Oleh karena itu, jika terdapat anggota wudhu
yang tidak terkena air maka wudhunya tidak sah. Beliau menuturkan boleh saja
menggunakan kosmetik water proof asal dibersihkan terlebih dahulu sebelum
berwhudu. Menggunakan cat kuku, maskara, dan bedak water proof hanya akan
menghalagi terbasuhnya air ke anggota wudhu. Dr. Muzammil H. Siddiqi pernah
menjawab pertanyaan mengenai boleh tidaknya seorang muslimah memakai
kosmetik. Pertama, diperbolehkan bagi seorang wanita menggunakan kosmetik dan
lipstik untuk mempercantik dirinya sendiri. Ia diperbolehkan shalat dalam keadaan
menggunakan kosmetik asalkan ia memakainya setelah berwhudu. Namun, harus
dipastikan juga kosmetik yang dipakai itu tidak mengandung sesuatu yang
diperkirakan tidak bersih dan dilarang dalam Islam (zat haram). Beberapa kosmetik
mungkin bisa saja mengandung bahan dari babi dan itu dilarang serta tidak boleh
dipakai. Para wanita harus memastikan telah mencuci anggota tubuhnya yang mesti
dibasuh oleh air wudhu sebelum memakai lipstik atau kosmetik lainnya. Seorang
wanita yang mengabaikan soal wudhu ini hanya gara-gara tidak ingin wudhunya itu
mengganggu make up-nya maka ia telah berdosa.
Allah berfirman dalam surat Al-Mu’minum ayat 51, “Wahai umat manusia,
sesungguhnya Allah adalah thayyib (baik), tidak akan menerima kecuali yang thayyib
(baik dan halal); dan Allah memerintahkan kepada orang beriman segala apa yang Dia
perintahkan kepada para rasul.
Setelah mempertimbangkan baik dan buruknya kosmetik water proof,
sebaiknya kosmetik water proof digunakan pada acara-acara khusus saja seperti
pernikahan, pesta dan acara penting lainnya, atau sebaiknya menggunakan maskara
atau kosmetik water proof lainnya pada saat sedang menstruasi saja sehingga tidak
perlu repot memikirkan bagaimana menghapusnya.
Sebagai muslimah, kita harus pintar dalam memilih kosmetik. Jika ingin
tampil menarik dan berbeda juga harus tetap mempertimbangkannya dari segi syari’at
Islam. Percuma saja kita tampil cantik di hadapan makhluk Allah namun buruk di
mata Sang Pencipta karena amalan
Ingatlah baik-baik bahwa berwudhu adalah aktivitas penting agar kita bisa
melaksanakan shalat. Nabi Muhammad bersabda, “Shalat tidak diterima tanpa
wudhu.” Jika ada bagian tubuh yang semestinya dibasuh tetapi tidak dibasuh maka
wudhunya tidak lengkap dan shalat yang dikerjakannya pun menjadi tidak sah.
Kedua, meskipun wantia diperbolehkan menggunakan lipstik atau kosmetik
lainnya untuk mempercantik dirinya sendiri, tetapi seperti hal lainnya dalam Islam
maka ini pun harus dalam batasan yang tidak berlebih-lebihan. Terlalu banyak
menggunakan kosmetik menghabiskan uang juga waktu begitu banyak tidak dierima
dalam sistem dan nilai-nilai Islam. Islam menginginkan pengikutnya, baik itu laki-laki
maupun wanita, untuk menjadi seseorang yang bersikap rendah hati, sopan, tidak
berlebih-lebihan, dan sederhana.
Jika ada muslimah yang keluar dari rumahnya, terutama untuk acara kumpul-
kumpul bersama maka mereka mesti lebih hati-hati dengan penampilannya.
Penampilan mereka harus tidak terkesan pamer atau terkesan mengundang laki-laki
untuk mendekatinya. Mereka tetap bisa tampil sesuai acara, cantik, rapi, tetapi
penampilannya itu tetap menjaga harga diri dan kehormatannya. Mereka harus
menjaga kesucian dirinya sendiri dan juga kesucian masyarakat di sekitarnya.
2.4 Hukum Wanita Memakai Kosmetik Beralkohol
Hukum alkohol
Perlu diketahui, bahwa alkohol termasuk khamr, berdasarkan hadits:
Hام ح�ر� خ�م�ر- Rل� ك و� Hخ�م�ر ك�ر- م�س� Rل� ك
“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr hukumnya haram.”(Hr.
Muslim: 2003) Alkohol dikategorikan khamr karena memabukkan.
Khamr
Pendapat paling kuat (rajih) adalah bahwa khamr itu bukan najis, sekalipun haram
diminum, dengan alasan sebagai berikut:
Alasan pertama.
Dalam Qs. al-Maidah: 90 Allah berfirman bahwa khamr, judi, berkorban untuk berhala,
dan mengundi nasib dengan anak panah adalah “rijsun”. Kata rijsun ini adalah khabar
(penjelas) dari empat benda tadi. Bila tiga benda selain khamr bukan najis, maka
otomatis khamr juga bukan najis.
Najisnya keempat benda tadi adalah secara maknawi, bukan zatnya.
Alasan kedua.
Dalam shahih Muslim: 5/39 disebutkan bahwa ketika Rasulullah
mengharamkan khamr, para sahabat menumpahkannya di jalan-jalan. Ini bukti khamr
bahwa bukan najis, sebab jika kahwamr itu najis, maka tentunya khamr terlarang
untuk ditumpahkan di jalan-jalan.
Alasan ketiga.
Ketika Rasulullah mengharamkan khamr, beliau tidak memerintahkan untuk
mencuci bejana tempat khamr. Seandainya khamr itu najis, niscaya beliau menyuruh
untuk mencucinya, seperti menyuruh mencuci bejana tempat daging keledai kampung
ketika dia diharamkan.
Hukum alkohol dalam kosmetika
Diperbolehkan jika memenuhi dua hal :
Pertama
Dipakai khusus pada kelompok wanita atau untuk menyenangkan suaminya.
Apabila dipakai di luar rumah, melewati pasar-pasar, atau jalan-jalan yang terdapat
kerumunan kaum laki-laki, maka memakai kosmetika itu diharamkan. Rasulullah
bersabda,
�ن� �آلخ�ر�ي ا اء� �ع�ش� ال �ا م�ع�ن ه�د� �ش� ت � ف�ال ا �خ�و�ر) ب �ت� ص�اب� أ �ة- أ ام�ر� Rم�ا ي
� أ
“Wanita manapun yang memakai minyak wangi, maka janganlah shalat isya
berjamaah bersama kami.” (Hr. Muslim: 444, Abu Daud: 4157, dan lain-lain)
Sabdanya pula,
Hة� �ي ان ز� ف�ه�ي� �ح�ه�ا ر�ي �ج�د�و�ا �ي ل � �ق�و�م ال ع�ل�ى ت� م�ر� �م� ث ت� �ع�ط�ر� ت اس� ة-� أ ام�ر� Rم�ا ي
� أ
“Perempuan mana pun yang menggunakan parfum, kemudian dia melewati suatu kaum
agar mereka mencium wanginya, maka dia adalah seorang pezina.” (Hr. Abu Daud:
4173, Tirmidzi: 2786, dan lain-lain; lihat: Takhrij Misykah: 65; hadits hasan)
Kedua
tidak membahayakan pemakainya, karena seorang muslim dilarang membahayakan
dirinya.
2.5 Pendapat Para Ulama dan Ahli Medis Tentang Alat Kecantikan
Moderen
Di zaman modern seperti sekarang ini, banyak sekali hal-hal yang diinginkan
oleh manusia untuk menjadikan dirinya tampak lebih baik. Lalu bagaimana pendapat
para ulama terhadap alat-alat yang digunakan untuk mempercantik atau memperbagus
jati diri seseorang.
1) LENSA TEMPEL
Lensa tempel ada dua macam, sebagai perawatan medis dan sebagai alat
kecantikan. Adapun sebagai perawatan medis, di bolehkan menggunakannya
dengan anjuran khusus secara medis, dengan teteap mewaspadai jenis produk
komersial yang jelek mutunya. Adapun apabila digunakan sebagai alat kecnatikan
yang berwarna-warni, itu mengandung perubahan ciptaan Allah, dan sepuhan wajah
yang tidak di butuhkan, yang dengan itu seorang wanita tampil dengan bentuk yang
berbeda dari bentuk asal ciptaan Allah pada dirinya. Sehubungan dengan iblis yang
terlaknat, Allah berfirman
. ن� �ر� �غي �ي ف�ل �هم ن مر�� أل و�
“Dan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka
merubahnya.” (An-Nisa’: 119)
Allah telah memberi sanjungan kepada kaum wanita penghuni syurga karena
hitamnya mata mereka. Namun karena wanita-wanita dunia telah terbalik fitrah mereka,
mereka pun ingin berubah wujud sepeti kucing atau binatang-binatang lain, dengan
meniru dan menyerupainya, membuat kepalsuan yang dimurkai Allah.
Pernyataan para ulama: Syaikh Shalih Al-fauzan, salah seorang anggota
Dewan ulama-ulama besar Saudi Arabia menyatakan: “Menggunakan lensa tempel
kalau memang di butuhkan boleh-boleh saja, tetapi kalau tidak dibutuhkan, lebih baik
ditinggalkan, terutama kalau harganya mahal. Karena itu termasuk pemborosan yang
diharamkan. Terlebih-lebih bila mengandung penipuan dan pemalsuan. Karena
memvisualkan mata tidak sebagaimana bentuk yang sesungguhnya, tanpa kebutuhan
yang mendesak.”1[1]
2) MENCABUT ALIS
Doktor Wahab Hasan menyatakan: “Menghilangkan bulu alis dengan berbagai
cara kemudian menggunakan pena alis dan berbagai kosmetik kulit lainnya, dapat
menimbulkan bahaya, karena bahan-bahan itu dibuat dari komposisi berbagai logam
berat.” Beliau melanjutkan: “Sesugguhnya menghilangkan bulu-bulu alis dengan
berbagai sarana dapat mempertinggi kepekaan kulit dan memperbesar pori-pori. Ketika
kebiasaan memotong dihentikan, bulu alis itu tumbuh begitu lebat. Kalau kita cermati,
alis yang tumbuh secara alami. Nampak serasi dengan rambut, kening dan ukuran
wajah.”2[2]
Pernyataan para ulama: Syaikh Al-‘Allamah Abdullah Aziz bin Baaz
menyatakan; “Mencukur bulu alis dilarang, menipiskannya juga dilarang, berdasarkan
hadits Nabi, bahwa beliau melaknat wanita yang melakukan “namsh” dan meminta
dilakukan “namsh” pada dirinya. Kalangan ulama menjelaskan bahwa mencukur alis itu
termasuk kategori “namsh.” 3[3]
1
2
3
Syaikh Shalih Al-Fauzan berkata: “Haram bagi wanita menghilangkan rambut
alis baik dengan cara digunting, dicabut atau dengan cara apapun. Karena Rasulullah
melaknat wanita yang menghilangkan rambut alisnya dan wanita yang meminta untuk
dicukur rambut alisnya.”
3) WARNA-WARNI SEPUTAR MATA (Eye Shadow) DAN BULU MATA
PALSU
Kalangan medis telah menyikap berbagai realita ilmiah seputar Eye Shadow.
Mereka menyebutkan bahwa warna hitam eye Shadow tidak lain adalah karbon hitam
dan oksida besi hitam. Warna biru tidak lain adalah brose dan beberapa materi biru
lainnya. Sementara warna hijaunya adalah salah satu dari jenis oksida crome.
Sementara warna ungunya berasal dari oksida besi yang dihanguskan. Sedangkan
warna kuningnya berasal dari oksida besi. Semua jenis bahan kimia itu dapat
menimbulkan bahaya serius bagi mata dan sekitarnya. Kalangan medis juga
menyebutkan di antara kandungan bahan-bahan itu terdapat materi yang
mengakibatkan keracunan menahun, seperti; Hikzat Clorofin (gas), Faniln Canailamin.
Semua itu dapat menyebabkan luka di bagian kronea dan pembengkakan pada mata,
karena adanya unsur-unsur yang tidak terfaknisi, padahal mengndung banyak kuman.4
[4]
4) CELAK PALSU
Doktor Ashmita, seorang guru besar wanita dan juga dekan fakultas kedokteran
jurusan Bakteriologi Univaersitas Kairo menyatakan: “Sesunggunya bahan-bahan
kosmetika kecantikan, yang modern maupun tradisional, adalah penyebab utama
timbulnya berbagai penyakit mata, khususnya di kalangan wanita. Pada beberapa tahun
terakhir ini di sinyalir bertamhanya peradangan mata khususnya setelah bertambahnya
jumlah berbagai pemalsuan celak Arab. Karena bahan campuran celak arab itu lebih di
dominasi oleh bubuk timah dalam jumlah yang berbahaya dalam jumlah pemakaian
4
wajar. Bahan-bahan itu akan terhisap dengan baik oleh bagian kelopak mata yang
berdaging lalu semakin bertumpuk dalam sel-selnya, sehingga mengakibatkan
tertumpuknya penyakit. Di antaranya: alergi kelopak dan bagian dalamnya yang
berdaging serta peradangan mata yang parah, bahkan sampai mengakibatkan rusaknya
syaraf-syaraf mata.”
Pernyataan para ulama: Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang juga
dokter terbaik, dalam sebuah hadits shahih bersabda:
. , ع0ر/ الش2 ي4ن0ب5ت4 و/ ر/ ال0ب/ص/ ا ل4و0 ي/ج0 فإنه د5 إلث0م5 ب5ا ل4وا اكتح5
“Bercelaklah dengan itsmid, karena itsmid dapat mempertajam pandangan
mata dan menumbuhkan bulu mata.”5[5]
Apa yang dinyatakan oleh kalangan medis di atas itu ditujukan kepada jenis
celak palsu, sebagaimana diisyaratkan oleh doktor Ashimita, bukan jenis celak asli dan
murni sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang bercelak bagi laki-laki, beliau menjawab:
Pertama: Bercelak itu ada dua macam: bercelak untuk menpertajam pandangan
mata dan menghilangkan kotoran mata, seta membersihkan tanpa ada unsur
mempercantik diri, yang demikian itu tidak masalah, bahkan selayaknya dilakukan.
Karena Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam biasa bercelak pada kedua mata beliau,
terutama bila menggunakan itsmid yang asli.
Kedua: Yang bertujuan untuk menghias dan mempercantik diri, yang demikian
itu hanya untuk wanita saja. Karena seorang wanita dianjurkan untuk berhias dihadapan
suaminya.
5
5) WASYR (Merenggangkan Gigi), WASM (Membuat Tato) DAN WASHL
(Menyambung Rambut)
Dalam Shahih Bukhari dan Muslim dan yang lainnya dari Abdullah bin Mas’ud
Radilallahu ‘Anhu diriwayatkan bahwa ia berkata:
, , , ن5 س0 ل5ل0ح4 ات5 ل>ج/ ت/ف/ والم4 ات5 ت/ن/م>ص/ وال0م4 مات5 ت/و0ش5 ال0م4س0 و مات5 ال0و/اش5 الله4 لع/ن/
. تعالى الله5 ل0ق/ خ/ ات5 غ/ي>ر/ ال0م4 و/
“Allah melaknat wanita yang memakai tato dan meminta dibuatkan tato, wanita
yang mengerik bulu alis, wanita yang merenggangkan gigi agar nampak cantik dan
merubah ciptaan Allah ta’ala.”
Yang dimaksud dengan wasyr adalah merenggangkan gigi, yakni dengan
menggunakan kikir dan sejenisnya sehingga menjadi bagus. Itulah yang dimaksud oleh
Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wanita yang merenggangkan gigi agar nampak
cantik.” Yakni kaum wanita yang melakukan perbuatan itu dengan mempercantik diri.
Adapun wasm adalah menusuk salah satu anggota tubuh dengan jarum atau sejeninya
hingga keluar darahya, kemudian membubuhinya dengan celak dan sejenisnya sehingga
berwarna hijau. Terkadang terbentuk seperti ukiran atau lingkaran. Adapun tempat
yang bertato adalah najis menurut ulama, karena darah yang terkurung di dalamnya.
Maka dihilangkan meski dengan melalui oprasi sebisa mungkin.6[6]
Pernyataan para ulama: Syaikh Muhammad bin Utsaimin menyatakan: “Berhias
ada dua macam: Pertama: Melalui cara yang permanen dan tahan lama, seperti:
Perenggangan gigi, tato atau mencabut bulu alis, itu jelas haram bahkan termasuk dosa
besar, karena Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam melaknat pelakunya. Kedua: Dengan
cara tidak permanen, itu diperbolehkan seperti berhias dengan celak atau menggunakan
warsi (sejenis tumbuhan berwarna kuning, semacam celak).”
6
Syaikh Shalih Al-fauzan menyatakan: “Wanita muslimah diharamkan
merenggangkan giginya untuk mempercantik diri, yakni dengan mengikirnya dengan
kikir sehingga nampak celah atau rongga di antara gigi dengan tujuan agar terlihat lebih
cantik. Adapun apabila ia memiliki kelainan sehingga perlu di operasi untuk
menghilangkan kelainan tersebut, maka tidaklah mengapa.”
6) OPERASI PLASTIK
Doktor Syarif bin Musthofa Abdullah mengatakan bahwa operasi yang
dijalankan di berbagai Beauty Centre dan juga pada berbagai pusat penanggulangan
penyakit kulit, ternyata tidak dapat membuktikan keberhasilannya. Justru bahayanya
yang sering kali terlalu besar. Namun yang menjadi cita-cita mereka dalam upaya ini
adalah: mencari bukti ilmiah.
Di antara jenis operasi plastik yang terkenal adalah operasi pembersihan kulit
dan wajah dengan menggunakan berbagai sarana kecantikan, operasi menghilangkan
bekas jerawat, menghilangkan bercak hitam di muka dan lain sebagainya.
Pernyataan para ulama: Dalam hal ini Syaikh Muhammad bin Utsaimin
menyatakan: “Operasi itu ada dua macam: Operasi dalam upaya menghilangkan cacat
yang berasal dari kecelakaan atau yang lainnya, yang demikian itu tidak apa-apa.
Karena Nabi pernah mengizinkan seorang shahabat yang terpotong hidungnya saat
perang untuk menggunakan hidung buatan dari emas. Bentuk operasi plastik kedua
adalah yang bertujuan untuk mempercantik diri, yakni bukan bertujuan menghilangkan
cacat, tapi supaya tampil lebih cantik, yang demikian itu haram dan Nabi Sallallahu
‘Alaihi wa Sallam melaknat pelakunya.
2.6 BEBERAPA KAIDAH DAN DISIPLIN DALAM BERHIAS BAGI WANITA
Kaidah dan disiplin dalam berhias menurut agama:
1. Berhias menurut syari’at. Segala bentuk perhiasan yang dilarang oleh Allah
dan Rasul-Nya, berarti haram.
2. Tidak megandung penyerupaan diri tehadap orang kafir.
3. Jangan sampai menyerupai kaum lelaki dalam berbagai jenisnya.
4. Jangan berbentuk permanen, sehingga tidak hilang seumur hidup.
5. Tidak mengandung perubahan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
6. Tidak berbahaya bagi tubuh.
7. Jangan sampai mengahalangi masuknya air ke kulit atau rambut, tertutama
yang sedang tidak berhaidh.
8. Tidak mengandung pemubaziran terhadap uang.
9. Jangan membuang-buang waktu lama, dalam arti berhias menjadi “perhatian
utama” seorang wanita.
10. Jangan sampai membuat si wanita takabbur, sombong dan membanggakan diri
dan tinggi hati dihadapan orang lain.
11. Terutama, dilakukan untuk suami. Boleh juga di tampakkan di hadapan yang
halal melihat perhiasannya sebagaimana difirmankan Allah dalam al-Quran ayat
ke-31 dalam surat An-Nuur.
12. Jangan sampai menampakkan aurat ketika dikenakan.
13. Meskipun secara emplisit, jangan sampai menampakkan postur wanita bagi
lelaki yang bukan muhrim, menampakkan diri wanita dan menjadikannya
berbeda dari wanita lain, hingga menjadi pusat perhatian.