ILMU PENYAKIT MULUT
PIGMENTASI JARINGAN LUNAK PADA RONGGA MULUT
OLEH
KELOMPOK II
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2012
Nama Anggota Kelompok II
I Putu Krisna Parama Arta (028/G/10)
Messyliana Awang (029/G/10)
Nita Mahendra (030/G/10)
Made Dwita Sukma Rahayu (031/G/10)
Putu Resti Dewi (032/G10)
Made Adinda Prajnaparamita (033/G/10)
Anak Agung Ngurah Pramana Surya (034/G/10)
Ni Ketut Opic Wirasatya Dewi (035/G/10)
I Gusti Ayu Pramusita Dewi Hartati (036/G/10)
Ni Putu Tania Chintya Dewi Karima (037/G/10)
Tjok Istri Indira Pramita Dewi (038/G/10)
I Nengah Dwi Yogantara Putra (039/G10)
Ery Corniawati (040/G/10)
Luh Ketut Catur Silpyani (041/G/10)
Ni Kadek Evie Rosdiana Dewi (042/G/10)
I Gede Nanda Pradana (043/G/10)
Komang Yoga Widiantara (044/G/10)
Ni Putu Ayu Pebriyantini (045/G/10)
Fitria Intifada (046/G/10)
Kade Deby Paramita (047/G/10)
I Putu Sandy Mandita (048/G/10)
Kadek Silvia Pradnya Paramitha (049/G/10)
Luh Putu Dianita Dewi (050/G/10)
BAB I
PENDAHULUAN
Pigmentasi merupakan kondisi adanya pewarnaan pada bagian tertentu karena
adanya zat tertentu sebagai penyebabnya. Dalam istilah kedokteran gigi, pigmentasi rongga
mulut merupakan kondisi adanya pertambahan pigmen dalam lapisan sel-sel epitel mukosa
mulut. Pertambahan pigmen ini berkaitan dengan zat yang diserap pada kondisi tertentu.
Lesi berpigmen pada rongga mulut tidaklah jarang. Lesi tersebut disebabkan oleh
deposisi pigmen yang mungkin berasal dari sumber endogen maupun eksogen. Area
pigmentasi endogen seringkali disebabkan oleh melanin tapi juga bisa disebabkab oleh zat
besi dan bilirubin. Beberapa penyakit sistemik juga dapat mengakibatkan peningkatan
pigmentasi peri atau intraoral. Walaupun jarang, keganasan berpigmen intraoral juga bisa
terjadi. Pigmentasi eksogen dapat disebabkan oleh deposit bahan asing di jaringan, oleh
pertumbuhan jamur atau bakteri kromofilik yang berlebih, atau oleh deposit logam yang
tercerna dalam jaringan di rongga mulut. Pendekatan untuk diagnosis area mulut yang
terpigmentasi harus meliputi pemisahan awal antara lesi vaskuler dan lesi berpigmen
murni, diikuti dengan analisis area yang terpigmentasi. Pada banyak kasus, diagnosis
definitive dari lesi berpigmen hanya dapat ditegakkan dengan evaluasi histologis jaringan
tersebut.
Teknik termudah untuk membedakan lesi vaskuler dengan lesi terpigmentasi adalah
dengan memeriksa area tersebut untuk adanya pemudaran warna. Lesi vaskuler akan
memudar jika sebilah kaca ditekankan ke area tersebut, sedangkan area dengan pigmentasi
murni tidak akan terpengaruh.
BAB II
PEMBAHASAN
Pigmentasi merupakan keadaan abnormal pada kulit dan membran mukosa dapat
berupa penambahan kadar pigmen (hiperpigmentasi) atau dapat juga pengurangan kadar
pigmen (hipopigmentasi). Pigmentasi pada mukosa mulut dapat terjadi secara fisiologis
dan patologis, serta berasal dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen).
2.1 Pigmentasi secara Endogen
Abnormalitas pigmentasi melanin diklasifikasikan menjadi 3 kondisi grup yang dapat
menyerang mukosa oral: peningkatan deposisi melanin sebagai variasi normal, nevus
berpigmen, dan gangguan endokrin atau metabolik.
Jaringan oral normal dapat menunjukkan banyak variasi pada deposisi melanin. Tidak
jarang, gingiva yang melekat pada pasien-pasien kulit hitam menunjukkan warna biru
kehitaman yang signifikan karena deposit melanin. Pigmentasi seperti itu juga dapat
terlihat pada area mukosa oral lainnya termasuk area palatal. Umumnya, pigmentasi yang
terbentuk akibat variasi normal dari deposit melanin cenderung simetris.
Pigmentasi yang terjadi karena faktor endogen rongga mulut akibat melanin dapat
berupa pigmentasi fisiologis yang normal dan secara umum dijumpai pada kelompok etnis
dengan pigmentasi tinggi. Pigmentasi tidak menimbulkan masalah medis namun hanya
mempengaruhi estetis.
Kondisi dari pigmentasi endogen antara lain pada penyakit Addison, sindroma Peutz-
Jeghers, Sindrom McCune-Albright, Penyakit Von Recklinghausen, bilirubin dan
Hemokromatosis.
1. Penyakit Addison
Penyakit Addison, atau defisiensi adrenokortikal primer, adalah penyakit yang jarang
ditemui. Penyakit ini disebabkan oleh destruksi adrenokortikal yang disebabkan oleh
berbagai agen termasuk tuberkulosis dan infeksi jamur. Gejala klinis akan muncul jika
sekitar 90% kelenjar adrenal sudah hancur. Pasien datang dengan riwayat penyakit yang
progresif parah, mengeluh malaise, lemah, anoreksia, mual, muntah, dan berat badan
berkurang. Pigmentasi kulit dan mukosa termasuk dalam gejala klasik. Pigmentasi oral
adalah gejala awal dari penyakit Addison yang ditandai dengan area biru kehitaman hingga
coklat gelap yang seringkali muncul pada area mukosa bukal dan labial namun juga dapat
muncul pada mukosa gingival. Tidak ada pola atau distribusi yang unik dalam
pigmentasinya. Hiperpigmentasi, yang disebabkan oleh melanin, juga terlihat pada kulit
dan bersifat nonspesifik. Diagnosis memerlukan adanya tanda produksi kortisol adrenal
yang berkurang dan tidak bisa didasarkan hanya pada pigmentasi saja.
2. Sindrom Peutz-Jeghers
Sindrom Peutz-Jeghers adalah sindrom herediter langka yang terdiri dari poliposis
intestinal serta pigmentasi oral dan perioral. Lesi perioral terdiri dari banyak titik melanin
terpisah di bibir dan disekitar mulut. Pigmentasi serupa juga dapat dilihat pada mukosa
oral. Walaupun poliposis intestinal umumnya tidak berubah menjadi keganasan secara
signifikan, fenomena tersebut seringkali mengakibatkan gejala dan patologi intestinal,
termasuk obstruksi. Neoplasma ovarium terlihat pada 5% wanita dengan sindrom ini.
3. Sindrom McCune-Albright
Sindrom McCune-Albright adalah penyakit langka yang ditandai dengan displasia
fibrous, area berpigmen, dan disfungsi endokrin. Penyebab penyakit ini tidak diketahui,
walau sepertinya bisa disimpulkan bahwa penyakit ini tidak diturunkan (herediter).
Distribusi unilateral dari dysplasia fibrous tersebut telah mengarah pada spekulasi bahwa
penyakit ini merupakan anomaly kongenital. Dysplasia fibrous cenderung berbentuk
poliostotik. Seperti halnya dengan perubahan fibrous, perubahan pigmentasi pada penyakit
McCune-Albright cenderung unilateral. Bibir paling sering terlibat, namun area mukosa
manapun dapat menunjukkan hiperpigmentasi. Seringkali, pigmentasi kulit ireguler juga
hadir, dan pasien juga menunjukkan tanda-tanda pubertas prekok.
4. Penyakit Von Recklinghausen
Penyakit Von Recklinghausen, atau neurofibromatosis, adalah gangguan herediter
langka yang telah muncul di mata public sebagai hasil dari bermain “The Elephant Man”.
Penyakit ini disebabkan oleh gen dominan mendelian. Secara klinis, pasien akan memiliki
banyak neurofibroma, yang berkembang dari selubung neurilemma dan fibroblast dari
saraf perifer. Tumor-tumor ini seringkali terdistribusi pada sekujur badan dan ekstremitas.
Lesi berpigmen yang menemani munculnya tumor-tumor ini berwarna kecoklatan dan
disebut sebagai titik café-au-lait. Pada kulit, area yang berpigmen memiliki distribusi yang
sama dengan tumor. Lesi tersebut dapat muncul pada bibir dan disekitar mulut, dan
kadang-kadang, pada mukosa bukal. Persentase signifikan dari neurofibroma (5-10%)
dapat berubah menjadi ganas.
5. Bilirubin
Kadar bilirubin serum yang tinggi (abnormal, lebih besar dari 1,5 mg/dl) akan
menyebabkan keadaan klinis yang disebut jaundice. Berbagai penyakit, seperti hepatitis,
obstruksi saluran empedu, dan perubahan-perubahan degeneratif dari hati akan
menyebabkan perubahan warna menjadi kekuningan pada kulit, sclera, dan mukosa.
Seringkali, manifestasi oral jaundice terlihat pada permukaan ventral lidah, mukosa bukal
dan palatum mole.
6. Hemokromatosis
Hemokromatosis (diabetes perunggu) adalah gangguan penyimpanan zat besi
dimana zat besi dalam jumlah berlebih terdeposit dalam jaringan tubuh. Tanda klinis
meliputi hepatomegali, pigmentasi, diabetes, artropati, penyakit jantung, dan
hipogonadisme. Penyakit ini mungkin muncul sebagai akibat dari ketidakmampuan pasien
untuk mengontrol absorpsi zat besi (hemokromatosis idiopatik), sebagai manifestasi
gangguan eritropoiesis (hemokromatosis eritropoietik), pada alkoholik dengan penyakit
hati, atau sebagai hasil dari konsumsi zat besi berlebih. Manifestasi oral hemokromatosis
meliputi pigmentasi (biru kehitaman) mukosa oral, yang terjadi pada 10-15% pasien.
2.2 Pigmentasi secara Eksogen
1. Tato Amalgam
Kadang-kadang, sejumlah kecil amalgam terinkorporasi dalam jaringan setelah
penempatan atau restorasi tato. Bahannya menjadi tertanam dalam jaringan, memberikan
gambaran area biru kehitaman datar yang biasanya dekat dengan area restorasi. Lesi ini
sama sekali tidak bergejala dan tidak memiliki kepentingan klinis.
Gambar 1. Tato Amalgam
2. Logam Berat
Tingginya kadar sistemik beberapa logam berat, terutama timbale dan bismuth,
menyebabkan pigmentasi metalik disekitar batas gingival. Secara klinis, area ini terlihat
sebagai area biru kehitaman yang menyerang gingiva marginal. Pigmentasi tersebut
biasanya bilateral dan meliputi lengkung mandibula dan maksila secara seimbang.
Walaupun area pigmentasi saja tidak terlalu penting secara klinis, lesi ini penting untuk
mendiagnosis toksisitas logam berat.
3. Perubahan Warna Lidah
Tidak jarang, papilla permukaan dorsal lidah menjadi berubah warnanya. Walaupun
secara klasik kondisi ini disebut sebagai black hairy tongue (lidah hitam berbulu),
pigmentasi papilla ini bisa berwarna putih, kuning, coklat, ataupun hijau. Black hairy
tongue diperkirakan disebabkan oleh konsumsi antibiotik, yang mengakibatkan proliferasi
dari bakteri melanogenik. Sumber lainnya termasuk merokok pipa, perokok berat,
beberapa jenis makanan tertentu, dan infeksi jamur. Hyperplasia papilla filiformis dapat
terjadi secara simultan. Hal ini berujung pada gambaran lidah yang seperti berbulu karena
pertumbuhannya yang berlebihan. Kadang-kadang, glosodinia dapat terlihat. Eliminasi
sumber pigmentasinya biasanya akan mengembalikan lidah ke kondisi awal.
Gambar 2. Black Hairy Tongue
2.3 Pigmentasi Berdasarkan Warna
a. Lesi vaskular biru/ungu, contoh hemangioma, varises, angiosarkoma, sarkoma Kaposi,
teleangiektasis.
b. Lesi melanotik coklat, contoh epulis, nevus biru, melanoma maligna dan melanosis
karena obat.
c. Lesi coklat yang berhubungan dengan hem, contoh ekimosis, petekie.
Gambar 3. Ekimosis Gambar 4. Petechiae
2.4 Perawatan Pigmentasi pada Jaringan Lunak
Perawatan yang dapat dilakukan untuk depigmentasi mulai dari penggunaan laser,
bahan kimia, electrocautery, cryosurgery. Pemakaian bahan kimia akan menimbulkan rasa
sakit dan panas pada jaringan mulut. Apabila memakai laser keuntungannya perdarahan
sedikit namun dapat timbul kerusakan termal sampai ke tulang. Salah satu metode yang
paling popular adalah penggunaan scalpel. Prosedur utama dari bedah ini mengangkat
epithelium gingival dan jaringan ikat dibawahnya serta membiarkan jaringan ikat yang
tersisa sembuh dengan membentuk jaringan ikat baru tanpa pigmentasi. Gerakan mengerok
gingiva merupakan metode scraping dengan scalpel. Area penyembuhan akan membaik
setelah 2 minggu. Pigmentasi melanin hilang dari pembentukan epithelium baru. Pada saat
penyembuhan gingival berwarna merah muda.
BAB III
KESIMPULAN
Pigmentasi rongga mulut merupakan kondisi adanya pertambahan pigmen dalam
lapisan sel-sel epitel mukosa mulut. Pigmentasi pada mukosa mulut dapat terjadi secara
fisiologis dan patologis, serta berasal dari luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh
(endogen).
Kondisi dari pigmentasi endogen antara lain pada penyakit Addison, sindroma Peutz-
Jeghers, Sindrom McCune-Albright, Penyakit Von Recklinghausen, bilirubin dan
Hemokromatosis. Pigmentasi secara eksogen antara lain tato amalgam, logam berat,
perubahan warna pada lidah.
Perawatan yang dapat dilakukan untuk depigmentasi mulai dari penggunaan laser,
bahan kimia, electrocautery, cryosurgery.