URANIUM (238U92)
Latar Belakang
Setiap inti atom suatu materi menyimpan energi yang besarnya seperti
dirumuskan dengan persamaan relativitas Einstein E = mC2. Namun tidak semua materi
yang ada di alam ini dapat melakukan reaksi nuklir dan melepaskan energi yang
terkandung di dalam intinya. Hanya bahan-bahan tertentu yang dapat melakukan reaksi
nuklir disertai dengan pelepasan energi inti. Bahan-bahan yang dapat melakukan reaksi
nuklir itu disebut bahan bakar nuklir. Umumnya bahan bakar nuklir adalah unsur-unsur
berat bernomor atom tinggi dan mempunyai kemampuan menyerap neutron yang tinggi.
Bahan radioaktif alam yang cukup lama dikenal dan hingga saat ini masih digunakan
secara luas sebagai bahan bakar nuklir jenis fisi adalam uranium (U).
Uranium adalah bahan yang bersifat radioaktif. Uranium bukan merupakan
logam yang jarang karena keberadaannya di alam mencapai 50 kali lebih banyak
dibandingkan air raksa yang sudah sejak lama dikenal orang. Uranium terdapat sebagai
mineral dalam kerak bumi, juga dalam air laut. Cadangan uranium terdapat terutama di
Amerika Serikat, Kanada, Rusia dan beberapa negara Afrika seperti Gabon, Nigeria dan
Afrika Selatan. Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium
sebagai mineral. Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk mendapatkannya
harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka uranium seringkali dikenal juga
sebagai bahan galian nuklir. Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir
semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam
satu ton batuan.
Uranium yang ditemukan di alam komposisinya terdiri dari 99,28 % U-238,
0,72% U-235 dan 0,0057 % U-234 dengan aktivitas jenis 25,4 Bq/mg (1 Bq : 1
peluruhan atom radioaktif/detik). Industri nuklir dalam bentuk bahan bakar reaktor dan
persenjataan membutuhkan kadar U-235 yang lebih banyak (antara 2 - 94 % massa),
sehingga berlangsung proses 'pengayaan' (enrichment) terhadap Uranium alam. Dalam
1
proses pengayaan ini, U-235 disaring dan dipekatkan secara terus menerus. Uranium
sisa saringan ini yang kemudian dikenal sebagai DU, dengan komposisi 99,8 % U-238,
0,2 % U-235 dan 0,001 % U-234. Aktivitas jenis bagi DU cukup rendah, hanya 14,8
Bq/mg (58 % saja dari aktivitas Uranium alam).
A. Sejarah Dari Unsur Uranium
Penemuan sejumlah unsur kimia dan sejumlah hukum dalam dunia ilmiah,
memang tak terlepas dari kerja keras dan usaha tak kenal lelah para ilmuwan.
Namun demikian, tidak jarang sejumlah penelitian dan percobaan yang dilakukan
para ilmuwan mengalami kegagalan. Sebaliknya, dari berbagai kegagalan dan
kesalahan eksperimentasi, sering pula muncul temuan baru tanpa sengaja.
Peristiwa-peristiwa alam dan proses geologi telah membentuk uranium
sebagai mineral. Karena mineral tersebut bersifat radioaktif dan untuk
mendapatkannya harus melalui proses penggalian dalam tambang, maka uranium
seringkali dikenal juga sebagai bahan galian nuklir. Mineral uranium terdapat dalam
kerak bumi pada hampir semua jenis batuan, terutama batuan asam seperti granit,
dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton batuan. Di alam dapat ditemukan lebih dari
100 jenis mineral uranium, antara lain yang terkenal adalah uraninite, pitchblende,
coffinite, brannerite, carnatite dan tyuyamunite.
Pada 1789 uranium ditemukan untuk pertama kali. Namun, potensi
uranium sebagai bahan peledak baru ditemukan tahun 1938 oleh dua ilmuwan
Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassman. Pierre Curie (1859-1906) dan Marie
Sklodowska Curie (1867-1934) imigran dari Polandia, Ketika Marie ingin
menamatkan program doktor fisikanya, ia mencari wilayah sains mana untuk dapat
dijadikan riset. Marie sangat tertarik dengan penemuan ilmuwan Prancis lainnya
Henri Becquerel, yakni radiasi sinar-X yang dihasilkan dari senyawa uranium.
2
Dengan segala kekurangan dana, Marie menemukan bahwa intensitas
radiasi yang dihasilkan uranium tergantung pada jumlah uranium yang ada.
Hubungan ini adalah tetap dan tak dipengaruhi oleh cahaya, suhu, atau kondisi
kimiawi uranium. Penemuan Marie selanjutnya adalah fenomena radiasi ini tak unik
hanya berlaku pada uranium. Unsur thorium juga mengeluarkan sinar serupa.
Fenomena ini kemudian diusulkan oleh Marie dengan nama radioaktivitas.
B. Karakteristi Uranium
Keterangan Umum Unsur
Nama, Lambang, Nomor Atom
Deret Kimia
Golongan, Peroide, Blok
Penampilan/warna
Massa Atom
Konfigurasi Elektron
Uranium, U, 92
Logam transisi
IIIB, 7, f
Putih Nikel
238,029 g/mol
[Rn]5f36d17s2
Ciri-ciri Atom
Struktur kristal
Bilangan Oksidasi
Elektronegativitas
Radius Atom
Volume atom
Radius Kovalensi
Konduktivitas Listrik
Konduktivitas Panas
Potensial Ionisasi
Kapsitas panas
Orthorombic
3, 4, 5, dan 6
1,38
1,38 A o
12,50 cm3/ mol
1, 42 A o
3,6 x 106 ohm-1 cm-1
27,6 Wm-1K-1
6,05 V
0,12 Jg-1K-1
3
Ciri-ciri Fisik
Fase
Massa jenis
Titik Lebur
Titik Didih
Entalpi Penguapan
Entalpi Pembentukan
Jari-Jari Atom M3+
Jari-jari Atom M4+
Padat
18,95 g/cm3
1,408 K
4,407 K
422,58 kJ/mol
15,48 kJ/mol
1,03
0,93
C. Sumber Unsur Uranium
Mineral uranium terdapat dalam kerak bumi pada hampir semua jenis
batuan, terutama batuan asam seperti granit, dengan kadar 3-4 gram dalam satu ton
batuan. Kadar uranium dalam batuan granit relatif paling tinggi bila dibandingkan
dengan kadarnya di dalam batuan beku lainnya. Oleh sebab itu, batuan tersebut
dapat dikatakan sebagai pembawa uranium. Batuan granit dengan volume 1 km3
dapat membentuk cebakan uranium sebanyak 2.500 ton. Pada umumnya uranium
dalam batuan ini terdistribusi secara merata dan dapat dijumpai dalam bentuk
mineral uranit maupun oksida komplek euksinit betafit. Uranit merupakan bahan di
mana komponen utamanya dengan prosentase lebih dari 80 % berupa uranium,
sedang euksinit betafit merupakan bahan dengan kandungan uraniumnya cukup
besar (lebih dari 20 %) tetapi uranium tersebut bukan merupakan komponen
utamanya.
D. Jenis-jenis dan Sifat Uranium.
Biji-biji uranium diambil/ dikeruk dari pertambangan, yang kemudian
dihancurkan/ dihaluskan, dan kemudian diproses secara kimia (bertahap-tahap),
hingga akhirnya dihasilkan/ didapatkan uranium murni (dalam bentuk U308 ). Ada
tiga jenis isotop uranium alam yang diperoleh dari hasil penambangan, yaitu 235U
dengan kadar 0,715 %, 238U dengan kadar 99,825 % dan 234U dengan kadar yang
4
sangat kecil. Dari ketiga isotop uranium tersebut, hanya 235U yang dapat digunakan
sebagai bahan bakar fisi.
Kemudian diproses lagi (bertahap-tahap), dengan menggunakan bahan-
bahan kimia, dari: U308 menjadi UO2(NO3)2 ,kemudian menjadi ADU ,lalu menjadi
UO2 ,menjadi UF4 ,dan akhirnya menjadi UF6 ( Uranium hexafluoride ). UF6 , sudah
bisa diproses secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni,
Uranium-238 .Dalam bentuk UF6 , untuk meningkatkan kandungan Uranium-235
dalam materi tersebut, yang mana kandungannya kurang dari 1% (sisanya 99% lebih
adalah uranium-238), maka perlu dilakukan pengayaan uranium ( uranium
enrichment ).Setelah kandungan Uranium-235 nya, mencapai lebih dari 90%, yang
mana sudah sesuai untuk senjata nuklir, materi UF6 diproses lagi secara kimia, untuk
didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-235 .Sisanya, dalam
bentuk UF6 ,yang mana kandungan Uranium-238 nya, lebih dari 99% ,diproses lagi
secara kimia, untuk didapatkan uranium dalam bentuk logam murni, Uranium-238.
Uranium-238 adalah isotop uranium yang paling umum ditemukan. Sekitar
99,284% uranium alami adalah uranium-238, yang memiliki waktu paruh 1,41 ×
1017 detik (atau 4,46 × 109 tahun , atau 4,46 milyar tahun). Uranium-238 digunakan
terutama sebagai bahan pembuat plutonium, sumber bahan bakar untuk reaktor
nuklir, dan juga digunakan sebagai penahan ( tamper ) dalam bom nuklir. Jika
ditembakkan neutron, Uranium-238 ini akan menangkapnya dan berubah menjadi
uranium-239, suatu unsur yang tak stabil, yang akan meluruh menjadi neptunium-
239, yang selanjutnya akan meluruh lagi, dengan waktu paruh 2,355 hari, menjadi
Plutonium-239.
Secara kimiawi Uranium merupakan logam berat berwarna keperakan
yang sangat padat. Sebuah kubus Uranium bersisi 10 cm memiliki massa mendekati
20 kg dan secara umum 70 % lebih padat dibanding timbal (timah hitam). Pada suhu
600 - 700 derajat C dalam tekanan yang sangat tinggi logam DU akan menyala
dengan sendirinya, membentuk kabut aerosol DU yang bersifat cair dan sangat
panas.
5
Sifat-sifat kimiawi dan fisis semacam ini yang menyebabkan kalangan
militer menyukai DU untuk digunakan dalam sistem persenjataan konvensional
yang bersifat taktis. Tidak sebagai bahan peledak nuklir, DU digunakan sebagai
senjata penembus berenergi kinetis dan biasa digunakan dalam bentuk [senjata
antitank] (atau anti kendaraan lapis baja lainnya). Jadi senjata ini benar-benar
konvensional, sama sekali tak melibatkan reaksi berantai didalamnya (baik reaksi
fissi maupun reaksi fusi). Senjata ini sebagian besar menggunakan prinsip yang
dikenal dengan efek Munro.
Secara kimiawi Uranium merupakan logam penekan kerja ginjal.
Sementara secara fisis, sebagai unsur radioaktif Uranium akan terkonsentrasi dalam
paru-paru, ginjal dan sistem peredaran darah serta beberapa jaringan lunak lainnya
untuk sementara waktu. Dalam beberapa negara, konsentrasi Uranium di dalam
tubuh dibatasi pada angka 3 mikrogram pergram jaringan tubuh. IAEA sendiri
memberikan batas maksimal dosis serapan tahunan 1 mSv bagi penduduk yang
berada di daerah peperangan dengan penggunaan senjata DU. Ini dilakukan untuk
menghindari efek buruk Uranium pada tubuh manusia, diantaranya gangguan ginjal
(secara kimiawi) ataupun kanker (akibat aktivitas radioaktifnya).
Mineral uranium yang terdapat dalam batuan mudah dikenali karena sifat-
sifat fisiknya yang khas, antara lain :
a. Uranium beserta anak luruhnya bersifat radioaktif sehingga mampu
memancarkan radiasi pengion berupa sinar-a, -b dan -g. Oleh sebab itu
keberadaannya dapat dipantau dengan alat ukur radiasi. Sifat ini dapat
membedakan uranium dari batuan lainnya. Karena batuan lain tidak
memancarkan radiasi, maka batuan tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan
alat ukur radiasi.
b. Oksida alam dari uranium mempunyai warna hijau
kekuning-kuningan dan coklat tua yang mencolok sehingga mudah dikenali.
c. Apabila disinari dengan cahaya ultra ungu, uranium akan
mengeluarkan cahaya fluoresensi yang sangat indah dan mudah dikenali.
6
E. Kegunaan Unsur Uranium
Radioaktif ini memiliki beberapa kegunaan antara lain :
1. Pembangkit listrik. Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) merupakan salah
satu aplikasi yang memanfaatkan radioaktif yang dipancarkan oleh unsur yang
tak stabil seperti unsur uranium.
2. Kesehatan. Penggunaan radioaktif untuk kesehatan sudah sangat banyak, dan
sudah berapa juta orang di dunia yang terselamatkan karena pemanfaatan
radioaktif ini. Sebagai contoh sinar – X untuk penghancur tumor atau untuk
‘foto’ tulang. untuk memantau fungsi organ dan mendeteksi kerusakan yang
ditimbulkan oleh pengobatan, misalnya memantau fungsi jantung penderita yang
mendapat perawatan kemoterapi. Selain itu, pencitraan tulang menggunakan
teknik kedokteran nuklir merupakan cara untuk mendeteksi penyebaran kanker
ke tulang. Selain untuk mendeteksi kanker, teknologi nuklir juga sangat
membantu dalam penyembuhan penyakit jantung. Teknologi nuklit memiliki
kemampuan dalam mendiagnosis dan menentukan prognosis penyakit jantung
koroner. Secara umum teknik kedokteran nuklir dalam bidang kardiologi
(penyakit jantung) menggunakan kamera gamma yang dapat digunakan untuk
menilai fungsi jantung secara kualitatif dan kuantitatif.
3. Industri. Saat ini radioaktif digunakan oleh industri. Misalnya industri pupuk,
atau bahkan digunakan oleh perusahaan yang mencari sumber–sumber baru
minyak bumi yang ada di perut bumi.
4. Digunakan sebagai bahan peledak. Pada 1789 uranium ditemukan untuk pertama
kali. Namun, potensi uranium sebagai bahan peledak baru ditemukan tahun 1938
oleh dua ilmuwan Jerman, Otto Hahn dan Fritz Strassman. Mereka berdua
mendemonstrasikan fisi (pembelahan) inti uranium guna dijadikan bahan utama
bom atom.
5. Digunakan sebagai penghitam plat foto. membungkus sebuah pelat foto dengan
kertas hitam dan menempatkan beragam material fosforen diatasnya.
Kesemuanya tidak menunjukkan hasil sampai ketika ia menggunakan garam
uranium. Terjadi bintik hitam pekat pada pelat foto ketika ia menggunakan
garam uranium tesebut.
7
Tetapi kemudian menjadi jelas bahwa bintik hitam pada pelat bukan terjadi karena
peristiwa fosforesensi, pada saat percobaan, material dijaga pada tempat yang
gelap. Juga, garam uranium nonfosforen dan bahkan uranium metal dapat juga
menimbulkan efek bintik hitam pada pelat.
F. Reaksi-reaksi Unsur Uranium
Dalam fisika nuklir, sebuah reaksi nuklir adalah sebuah proses di mana dua
nuklei atau partikel nuklir bertubrukan, untuk memproduksi hasil yang berbeda dari
produk awal. Pada prinsipnya sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel
yang bertubrukan, tetapi kejadian tersebut sangat jarang. Bila partikel-partikel
tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa berubah (kecuali mungkin dalam level
energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah reaksi.
Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi nuklir.
Reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom menjadi atom
baru dan menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fisi
nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti atom lainnya, dan
menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih kecil, serta radiasi
elektromagnetik. Reaksi fusi juga menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma
yang sagat berbahaya bagi manusia.
Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di hampir semua inti
bintang di alam semesta. Senjata bom hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi
fusi tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan senjata nuklir dan pembangkit
listrik tenaga nuklir.
Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah Plutonium
dan Uranium (terutama Plutonium-239, Uranium-235), sedangkan dalam reaksi fusi
nuklir adalah Lithium dan Hidrogen (terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).
Fisi nuklir:
Pada reaksi fisi, inti atom akan pecah menjadi inti-inti yang lebih kecil. Secara
eksperimen hal ini dapat dijelaskan melalui penembakan unsur U235 dengan partikel
8
neutron termik (partikel neutron yang bergerak sangat lambat). Saat partikel neutron
ini menembus inti Uranium maka inti tersebut akan tereksistasi dan menjadi tidak
stabil dan akan kehilangan bentuk asalnya. Inti akan membelah menjadi unsur-unsur
yang lebih kecil dengan melepaskan energi dalam bentuk panas, sekaligus melepas
2-3 neutron. Saat inti mengalami perubahan bentuk, inti memancarkan radiasi-
radiasi alfa, beta, dan gamma. Reaksi fusi yang terjadi sebagai berikut :
Rata-rata kandungan energi nuklir adalah jumlah energi nuklir yang bisa dihasilkan per kg materi:
Uranium-233: 17,8 Kt/kg = 17800 Ton TNT/kg
Uranium-235: 17,6 Kt/kg = 17600 Ton TNT/kg
Plutonium-239: 17,3 Kt/kg = 17300 Ton TNT/kg
Reaksi fisi 235U sebagai bahan bakar nuklir :
Sampai penemuan fisi nulir oleh Hahn dan Strassman dalam tahun 1939,
Uranium hanya digunakan untuk pewarnaan gelas dan keramik dan alasan utama
bagi pengelolaan ujihnya adalah untuk mendapatkan kembali radium untuk
digunakan dalam terapi kanker. Isotop 235U adalah bahan bakar nuklir utama
meskipun U alamiyah dapat digunakan dalam reaktor nuklir yang dihantarkan oleh
D2O, kebanyakan reaktor dan senjata nuklir menggunakan Uranium yang diperkaya.
Pemisahan sekala besar 235U memanfaatkan difusi gas UF6, namun suatu cara
sentrifugasi gas sekarang lebih ekonomis digunakan.
Uranium tersebar luas dan lebih melimpah dari pada Cd, Hg,Ag dan Bi. Ia
memiliki sedikit bijih yang ekonomis, salah satunya adalah uraninite (salah satu
9
2nγ
n,2n
bentuknya adalah pitchblende) suatu oksida dengan komposisi kira-kira UO2,
Uranium diperoleh kembali dari larutan asam nitrat dengan :
1. Ekstraksi uranil nitrat ke dalam dietileter atau isobutilmetilketon, suatu garam
seperti NH4+, Ca2+ atau Al3+ nitrat ditambahkan sebagai zat salting out untuk
menaikan angka banding ekstraksi sampai pada nilai yang berguna secara teknis.
Bila digunakan tributilfosfat dalam kerosen dipergunakan, tidak diperlukan zat
”salting out”.
2. Penghilangan dari pelarut organik oleh pencucian dengan HNO3 encer.
3. Perolehan kembali sebagai U3O8 atau UO3 oleh pengendapan dengan amoniak.
3UO3 U3O8 + ½ O2
UO3 + CO UO2 + CO2
Hidrida. Uranium bereaksi dengan hidrogen meskipun pada 25°C menghasilkan
suatu bubuk hitam piroforik :
U + 3/2 H2 UH3
Garam Urasil.Garam Uranium yang paling umum adalah uranil nitrat kuning
yang dapat memiliki 2, 3 atau 6 molekul air, bergantung kepada apakah ia
dikristalkan dari asam nitrat berasap, pekat ataukah encer. Bilamana diekstraksi dari
larutan akua ke dalam pelarut organik, uranil nitrat disertai oleh 4 H2O dan ion NO3-
dan air terkoordinasi dalam bidang ekuatorial :
UO2 2+ Larutan akua : PF
10
700°
350°
25°
panas
Ekstrak
TBP
Pu4+
PFs Pelarut : UO2 2+ , Pu4+
SO2 /HN2OH
Larutan akua dikeluarkan:
U H2O Larutan: UO22+ or U4 Akua Pu3+ Pu4+
ekstraksi diulangi
Pada penambahan natrium asetat berlebih pada larutan UO22+ dalam asam asetat
encer, garam yang tidak larut Na[UO2(CO2Me)3] diendapkan. Ion urasil direduksi
menjadi U3+ coklat kemerahan dengan Na/Hg atau seng, U3+ dapat dioksidasi oleh
udara menjadi U4+ hijau. Potensial reduksinya (1M HClO4) adalah :
UO22+ 0,06V UO2
+ 0,58 V U4+ -0,63V U3+ -18,0V U
0,32 V
Reaksi-eaksi ion uranil UO22+ digunakan larutan 0,1 M uranil nitrat,
UO2(NO3)6H2O atau uranil asetat UO2(CH3COO)2.2H2O.
1. Larutan amoniak : endapan kuning amoniak diuranat yang tak larut dalam
reagensia berlebih, tetapi larut dalam amoniak karbonat atau natrium karbonat,
membentuk ion trikarbonatouranilat(VI) :
2. Larutan natrium hidroksida : endapan amorf kuning, natrium diuranat, Na2U2O7
yang karut dalam larutan amonium karbonat.
3. Larutan amonuim sulfat : endapan coklat, uranil sulfida, UO2S yang larut dalam
asam-asam encer dan dalam larutan amonium karbonat.
4. Hidrogen peroksida : endapan kuning pucat, uranium tetroksida UO4.2H2O
(kadang-kadang disebut uranium peroksida) yang larut dalam larutan amonium
karbonat dengan membentuk larutan kuning tua. Kromium titanium dan
vanadium mengganggu uji ini, yang kalau tidak hádala peka.
5. Reagensia kupferon : tak ada endapan (perbedaan dari titanium)
11
6. Larutan natrium fosfat : endapan putih uranil fosfat UO2HPO4 yang larut dalam
asam-asam mineral tetapi tidak larut dalam sam asetat encer. Jira pengendapan
dihasilkan dengan kehadiran emonium sulfat atau amonium asetat, akan
diendapkan uranil amonium fosfat, UO2(NH4)PO4.
7. Larutan amonium (atau natrium) karbonat : endapan putih uranil karbonat
UO2CO3 yang larut dalam reagensia berlebih membentuk larutan jernih, kuning,
yang mengandung ion trikarbonatouranilat(VI).
8. Larutan kalium heksasianoferat(II) : endapan coklat uranil heksasianoferat(II)
(UO2)2[Fe(CN)6] dalam larutan netral atau larutan asam asetat, yang larut dalam
asam florida encer (perbedaan dari tembaga). Endapan menjadi kuning estela
ditambahkan larutan natrium hidroksida disebabkan perubahannya menjadi
natriumm diuranat (perbedaan dari tembaga dan dari molibdenum).
9. Flouresensi Garam-garam uranium, bila disinari dengan sinar-sinar lewat-
lembayung (ultravoilet) misalnya denga lampu UV memperlihatkan fluoresensi
warna hijau yang khas. Dalam intensitas flouresensi ini bergantung pada pH.
Dalam larutan-larutan asam flouresensi ini kana kuat, tetapi menjadi makin
lemah dengan bertambahnya pH larutan.
10. Uji kering. Manik Bóraks atau manik garam mikrokosmik: nyala oksida kuning;
nyala reduksi hijau.
Pemisahan. Uranium diendapkan dalam golongan IIIA sebagai (NH4)2U2O7, ia
dipisahkan dari endapan Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan Al(OH)3, paling sederhana dengan
mencerna dalam keadaan dingin dengan larutan amonium karbonat yang sangat
berlebih. Amonium diuranat itu melarutkan itu melarut, estela diasamkan dengan
HCl dan ditambahkan larutan K4[Fe(CN)6] terbentuk endapan coklat.
DAFTAR PUSTAKA
Aspek fisika Ledakan Nuklir, budi Santoso, Berkala Ilmu Kedokteran, UGM, 1990
12
Haris, D. 2007. Ensiklopedi unsur-unsur Kimia. Batam : Kawan Pustaka.
http://www.infonuklir.com/modules/news/article.php?storyid=20
SURIPTO, A, Pengenalan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan Berbagai Aspek di
Sekitarnya (dalam Ekonomi dan Pendanaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir),
Proceeding BATAN-IAEA Workshop on Economic and Financing of Nuclear
Power Plant, BATAN, Jakarta (1994) hal. 2.1 – 2.25.
Vogel (revisi G. Svehla, diterjemahkan Ir. Setiono dkk). 1985. Buku Teks Analisis
Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Edisi ke Lima Bagian II. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka. Hal. 582-584.
Wilkinson dan Cotton (Terjemahan Sahati Suhatro). 1989. Kimia Anorganik Dasar.
Jakarta : UI-Press. Hal. 527-539.
www.batan.go.id
www.wkipedia.go.id
www.
TUGAS KELOMPOKMAKALAH RADIOKIMIA
URANIUM (238U92)
13
DISUSUN OLEH :
ASTRIA ARYANI F02105019
SRI ROSMINI F02105012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2008
14