(REVISI) Kelompok 7 Radiokimia
-
Upload
eyelogz-wyza -
Category
Documents
-
view
28 -
download
4
Transcript of (REVISI) Kelompok 7 Radiokimia
REAKTOR NUKLIR
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Radiokimia dengan dosen pembimbing
Bu Dani
Oleh :
Mustangin 10
David Gunawan 11
Bulan Tahta Alfina 11
Hilda Emilia Fahriyani 115090200111018
Nurul Khikmah 11
Wahyu Dita saputri 11
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Reaktor
Nuklir dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa juga diucapkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW karena berkat Beliaulah kita semua dibimbing dan dituntun ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat
sekarang ini.
Kami menyada r i bahwa da l am penu l i s an maka l ah i n i mas ih j auh da r i
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan hati terbuka mengharapkan kritik dan saran
yang besifat membangun untuk kesempurnaan makalah dimasa yang akan datang.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Malang, 15 Maret 2013
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................. ……………... 2
DAFTAR ISI............................................................................... ……………... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................... ……………... 4
1.2 Rumusan Masalah................................................................. ……………... 5
1.3 Tujuan.................................................................................... ……………... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Reaktor Nuklir.................................................... ……………... 6
2.2 Proses Produksi Bahan Bakar Nuklir untuk Reaktor Nuklir. ……………... 7
2.2.1 Fabrikasi Perangkat Bakar…………………………. ……………... 8
2.3 Sistem Pengamanan pada Reaktor Nuklir…………………. ……………... 9
2.4 Cara Pengolahan Limbah yang Masih Bisa Diolah Kembali
Menjadi Bahan Bakar Reaktor Nuklir.
……………... 10
2.4.1 Pengolahan Limbah dari Bahan Bakar Basis
Uranium
……………... 11
2.4.2 Pengolahan Limbah dari Bahan Bakar Basis
Thorium
……………... 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ……………... 14
3.2 Saran ……………... 14
DAFTAR PUSTAKA ……………... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan di bidang teknologi saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini terlihat dari
banyaknya aplikasi yang telah digunakan oleh masyarakat luas. Teknologi yang sedang dalam
proses pengembangan salah satunya adalah teknologi nuklir. Teknologi ini bisa dimanfaatkan
dalam berbagai aspek, baik dalam bidang industri, kedokteran, pertanian maupun bidang bidang
lainnya. Teknologi nuklir ini memiliki banyak kelebihan, selain bersih dan tidak mencemari
lingkungan, harga listrik yang murah yang didukung dengan harga bahan bakar nuklir yang
lebih murah dari harga minyak bumi atau batubara saat ini serta volume bahan bakar nuklir
yang diperlukan pun jauh lebih kecil sehingga harga transportasinya relatif murah. Oleh karena
itu teknologi inilah yang digunakan dalam mengatasi masalah kebutuhan energi listrik yang
terus menerus meningkat. Kebutuhan energi listrik ini berbanding terbalik dengan kondisi bahan
bakar yang digunakan sebagai pembangkit listrik salah satunya adalah batubara. Untuk itu perlu
diadakannya pembaharuan atau peningkatan bahan bakar yang digunakan, maka saat ini
teknologi nuklir mengembangkan bahan bakar Uranium yang berfungsi sebagai pembangkit
energi listrik.
Reaktor nuklir merupakan suatu alat dimana bahan bakar nuklir yang mengalami reaksi
pembelahan di dalam teras reactor. Dari reaksi pembelahan ini akan dihasilkan energy thermal,
fluks neutron dan zat-zat radioaktif. Didalam reactor nuklir terjadi reaksi pembelahan yang
menghasilkan energy yang sangat tinggi sehingga keselamatan reactor nuklir diperlukan .
Pengembangan reactor nuklir untuk menghasilkan listrik ini, dikenal dengan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN). Prinsip kerja PLTN pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik
konvensional, yakni uap yang dihasilkan akan mengalir ke turbin dan menggerakkan generator
sehingga menghasilkan listrik.
Sebagai seorang mahasiswa kimia maka diperlukan pengetahuan tentang reactor nuklir
karena reactor nuklir termasuk dalam aplikasi ilmu kimia. Oleh karena itu untuk mengetahui
tentang reactor nuklir maka kami menyusun makalah tentang reactor nuklir.
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis reactor nuklir?
2. Bagaimana proses produksi bahan bakar nuklir untuk reactor nuklir?
3. Bagaimana system pengamanan pada reactor nuklir?
4. Bagaimana cara pengolahan limbah yang masih bisa diolah kembali menjadi bahan
bakar reactor nuklir?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis reactor nuklir
2. Mengetahui proses produksi bahan bakar nuklir untuk reactor nuklir
3. Mengetahui sistem pengamanan pada reactor nuklir
4. Mengetahui cara pengolahan limbah yang masih bisa diolah kembali menjadi bahan
bakar reactor nuklir.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-jenis Reaktor Nuklir
Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir untuk pembangkit
daya listrik dimulai secara intensif setelah konferensi Genewa bertajuk "On the peaceful uses of
atomic energy" yang di sponsori oleh PBB tahun 1955. Reaktor nuklir dalam perkembangannya
memiliki berbagai macam jenis dan teknologi yang digunakan. Berdasarkan tipe reaksi nuklir,
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu reaktor nuklir fisi dan reaktor nuklir fusi. Reaktor
nuklir fisi dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Reaktor termal (thermal reactor)
Reaktor termal merupakan reaktor nuklir dengan proses reaksi fisi yang mempunyai
bahan moderasi neutron yang dapat memperlambat neutron hingga mencapai energy
termal. Dalam reaktor jenis ini, biasanya pendingin juga berfungsi sebagai moderator
neutron, reaktor jenis ini umumnya menggunakan pendingin air dalam tekanan tinggi
untuk meningkatkan titik didih air pendingin.
2. Reaktor cepat (fast reactor)
Reaktor nuklir dengan proses fisi yang terjadi pada energi neutron yang tinggi (fast
neutron). Reaktor jenis ini tidak memiliki moderator neutron, dan menggunakan bahan
pendingin yang kurang memoderasi neutron.
Terdapat banyak tipe reaktor thermal yang digunakan, seperti :
1. Reaktor air ringan (light water moderated reactor atau LWR).
Reaktor ini pada awalnya dirancang untuk tenaga penggerak kapal selam angkatan laut
Amerika. Dengan modifikasi secukupnya dan peningkatan daya seperlunya kemudian
digunakan dalam PLTN.
2. Reaktor berpendingin air berat (heavy water moderated reactor atau HWR)
Suatu tipe reaktor nuklir yang menggunakan air berat sebagai bahan moderatornya,
sehingga pemanfaatan neutronnya optimal. Gas pendingin dinaikkan temperaturnya
sampai pada tingkat yang cukup tinggi sehingga efisiensi termal reaktor ini dapat
ditingkatkan.
6
3. Reaktor berpendingin gas (gas-cooled reactor)
Setelah perang dunia berakhir reaktor GCR adalah salah satu tipe reaktor yang didesain-
ulang di Inggris maupun Perancis.Reaktor ini menggunakan bahan bakar logam uranium
alam, moderator grafit pendingin gas karbondioksida. Bahan kelongsong terbuat dari
paduan magnesium (Magnox), oleh karena itu reaktor ini disebut sebagai reaktor
Magnox.
4. Reaktor berpendingin gas suhu tinggi (high temperature gas-cooled reactor atau
HTGR).
Reaktor ini menggunakan gas helium sebagai pendingin. Karakteristika menonjol yang
unik dari reaktor HTGR ini adalah konstruksi teras didominasi bahan moderator grafit,
temperatur operasi dapat ditingkatkan menjadi tinggi dan efisiensi pembangkitan listrik
dapat mencapai lebih dari 40 %.
Sedangkan reaktor nuklir fusi merupakan teknologi reaktor nuklir yang masih dalam
tahap eksperimental, secara umum menggunakan hydrogen sebagai bahan bakarnya.
2.2 Proses Produksi Bahan Bakar Nuklir untuk Reaktor Nuklir
Rangkaian proses produksi bahan bakar nuklir terdiri dari penambangan bijih uranium,
pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi logam uranium. Logam
uranium selanjutnya diubah menjadi elemen bakar nuklir melalui proses fabrikasi. Bahan bakar
nuklir kemudian dimasukkan ke dalam reaktor dan mengalami reaksi inti. Untuk lebih jelasnya,
berikut merupakan penjelasan mengenai proes pembuatan bahan bakar nuklir untuk reactor
nuklir meliputi:
Bongkahan Yellow Cake (dalam wadah drum 200 liter) dihancurkan dan kemudian
diayak. Butiran yang lolos ayakan dilarutkan dalam asam nitrat (HNO3) membentuk
larutan uranil nitrat (UNH) untuk umpan proses pemurnian. Pelarutan ini sekaligus
memisahkan unsur-unsur pengotor yang tak larut dalam asam nitrat. Pemisahan
dilakukan dengan cara sentrifugasi.
Larutan UNH bebas pengotor tak larut, dibawa ke seksi pemurnian untuk diambil
pengotor terlarut dengan metode ekstraksi pelarut organik (TBP-Kerosene). Proses
pemurnian ini menggunakan dua Mixer Settler, yang pertama untuk ekstraksi
(pengambilanpengotor) dan yang kedua untuk re-ekstraksi (pengambilan U-murni).
Proses ekstraksi diawali dengan mereaksikan UNH dengan TBP - Kerosene. Reaksi ini
7
menghasilkan kompleks organik (UO2(NO3)2.TBP) yang larut dalam kerosene. Oleh
karena pengotor tidak beraksi dengan TBP dan tetap berada dalam fasa air, maka
pengotor dapat dipisahkan dari uranium fasa organic dalam kerosene.
Proses re-ekstrasi dilakukan dengan mereaksikan larutan uranium fasa organic dengan
asamnitrat encer. Uranium dalam fasa organic akan bereaksi dengan asam nitrat
membentuk fasa air UNH yang terpisah dari TBP-Kerosene. Larutan UNH murni ini
kemudian dipekatkan dengan cara penguapan, dan selanjutnya direaksikan dengan
NH4OH membentuk endapan ammonium diuranate (ADU - (NH4)2U2O7). Endapan
ADU dipisahkan dari air induknya dengan sentrifugasi.
Endapan ADU yang diperoleh kemudian dikeringkan dengan aliran udara panas dan
selanjutnya dikalsinasi pada temperatur 700oC dalam atmosfir udara. Proses ini akan
menghasilkan serbuk U3O8. Untuk mendapatkan serbuk UO2, dilakukan proses reduksi
oksida terhadap serbuk U3O8. Proses dilakukan dengan cara memanaskan serbuk U3O8
pada temperature 700oC dalam atmosfir gas hidrogen.
Serbuk UO2 hasil reduksi kemudian dipasifkan dengan cara mengalirkan campuran
udara dan nitrogen pada suhu kamar. Proses ini bertujuan agar UO2 yang diperoleh
terlindungi dari kontak dengan uap air yang terkandung di udara. Apabila tidak
dipasivasi, UO2 hasil reduksi akan bereaksi dengan uap air yang terkandung dalam udara
membentuk U3O8 kembali.
2.2.1 Fabrikasi Perangkat Bakar
Proses fabrikasi perangkat bakar di IEBE meliputi: pembuatan pelet UO2 sinter,
pembuatan komponen perangkat bakar (spacer,pad, end cap, end plate, dan penyiapan
kelongsong), perakitan elemen bakar dan perangkat bakar. Bahan dasar yang digunakan
meliputi serbuk UO2 alam, zircaloy-2 (tube, stripdanbar), serbuk grafit, dan beryllium strip.
Salah satu komponen utama elemen bakar nuklir reactor daya tipe LWR maupun HWR
adalah pelet UO2 densitas tinggi berbentuk silindris. Pelet ini dibuat dari serbuk UO2 melalui
proses kompaksi dingin dan sintering suhu tinggi (1700oC) dalam suasana gas hidrogen.
Tujuan peletisasi UO2 adalah mendapatkan densitas bahan bakar yang tinggi (94 – 96%
densitas teori), menciptakan kungkungan yang kuat bagi nuklida hasil fisi, serta mendapat
kangeometri yang seragam dan standar sesuai persyaratan.
Proses peletisasi diawali dari pencampuran serbuk UO dengan pelumas Zn-stearat dan
8
kemudian dikompakan dengan mesin kompaksi. Kompakan UO2 yang diperoleh kemudian
dihancurkan lagi dan dibentuk butiran-butiran melalui proses crushing, granulating and
sieving.
Proses granulasi dilakukan mengingat serbuk UO2 yang digunakan adalah serbuk hasil
proses pengendapan ADU yang berukuran halus dan berbentuk tidak beraturan sehingga sangat
sulit dikompakkan secaradingin (cold pressing).
Butiran UO2 kemudian dilakukan proses pengompakan akhir secara dingin menjadi pellet
mentah (green pellet) yang harus memenuhi persyaratan dimensi dan densitas (50 - 60%
densitas teori). Densitas pellet mentah yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh tekanan
pengompakkan, karakteristik serbuk, dan adanya bahan tambahan atau aditif.
Pengompakan akhir dilakukan dengan mesin tekan tipe double acting press yang dapat
beroperasi secara kontinyu. Pengompakan akhir ini dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi
dibandingkan tekanan pada pengompakan awal agar diperoleh densitas pellet mentah 5 - 6
gr/cm3 atau 50 - 60% densitas teori. Untuk mendapatkan pellet berderajat keramik dan memiliki
densitas tinggi (sekitar 95% densitas teori) dilakukan proses penyinteran terhadap pellet mentah.
Secara umum penyinteran didefinisikan sebagai suatu proses dimana serbuk yang
dicetak-tekan menjadi massa yang kompak melalui pemanasan pada temperatur di bawah titik
leburnya. Di IEBE proses penyinteran pelet UO2 dilakukan pada temperature sekitar 1700 oC
selama 3– 4jam dalam suasana atmosfir reduksi (gas H2). Proses sintering ini akan
menghasilkan pelet UO2 berderajat keramik yang keras dan kuat dengan densitas 95 – 96 %
densitas teori UO2.
2.3 Sistem Pengamanan pada Reaktor Nuklir
Sistem keselamatan reaktor dirancang mampu menjamin agar unsur-unsur radioaktif di
dalam teras reaktor tidak terlepas ke lingkungan, baik dalam operasi normal atau kejadian yang
tidak diinginkan. Maka dari itu reaktor nuklir memiliki sistem keamanan yang ketat dan
berlapis-lapis. Karena digunakan sistem berlapis, maka sistem pengamanan ini dinamakan
penghalang ganda yang terdiri dari :
1. Penghalang pertama adalah matrik bahan bakar nuklir. Lebih dari 99 & unsur hasil fisi
akan tetap terikat secara kuat dalam matriks bahan bakar ini.
9
2. Penghalang kedua adalah kelongsong bahan bakar. Apabila ada unsur hasil fisi yang
terlepas dari matriks bahan bakar, maka unsur tersebut akan tetap terperangkap di
dalam kelongsong yang dirancang tahan bocor.
3. Penghalang ketiga adalah sistem pendingin. Seandainya masih ada unsur hasil fisi yang
terlepas dari kelongsong, maka unsur tersebut akan terlarut dalam air pendingin primer
sehingga tetap terkungkung dalam tangki reaktor.
4. Penghalang keempat adalah perisai beton. Tangki reaktor disangga oleh bangunan
berbentuk kolam dari beton yang dapat berperan sebagai penampung air pendingin
apabila terjadi kebocoran.
5. Penghalang kelima dan keenam adalah sistem pengungkung reaktor secara keseluruhan
yang terbuat dari pelat baja dan beton setebal dua meter serta kedap udara.
Sistem pengamanan reaktor nuklir dapat digambarkan sebagai berikut
2.4 Cara Pengolahan Limbah yang Masih Bisa Diolah Kembali Menjadi Bahan Bakar Reaktor Nuklir.
Limbah radioaktif merupakan produk samping dari hasil pemanfaatan teknologi nuklir
yang mengandung unsur-unsur radioaktif . Unsur-unsur radioaktif ini masih memancarkan
radiasi sehingga tidak boleh dibuang secara langsung ke lingkungan karena berpotensi
merugikan kesehatan manusia. Pengolahan limbah radioaktif bertujuan untuk mengurangi
paparan radiasi yang melebihi nilai batas yang diizinkan.
Reaktor nuklir umunya menggunakan bahan bakar nuklir berbasis uranium (UO2)
maupun berbasis torium (ThO2, campuran ThO2 - UO2). Selama pemakaiannya di dalam
reaktor, bahan bakar tersebut mengalami reaksi penangkapan neutron yang menghasilkan bahan
10
bakar baru misalnya Pu-239, U-233 dan hasil belah. Bahan bakar pasca pemakaian di reaktor
ternyata masih mengandung bahan fisil yang bisa dimanfaatkan lagi, selain itu sisa bahan bakar
yang tidak memenuhi syarat untuk diolah kembali menjadi bahan bakar reactor nuklir, maka
dilakukan pengoalahan limbah radioaktif.
Tujuan pengolahan limbah yang masih mengandung unsure-unsur bahan bakar nuklir
adalah untuk memungut dan memurnikan kembali sisa U-235, Pu-239 yang terbentuk, dan
pemisahan unsur hasil fisi. Bahan fisil yang terambil dari proses ulang selanjutnya dapat dipakai
untuk pembuatan elemen bakar nuklir baru. Pengolahan kembali limbah nuklir bekas dapat
dilakukan secara proses basah dan proses kering.
Pengolahan limbah nuklir bekas dengan cara basah (aqueous) yang diakukan dengn
metode ekstraksi. Untuk dapat melakukan ekstraksi, maka bahan bakar di dalam elemen bakar
bekas harus dipisahkan lebih dahulu dari kelongsong, kemudian dilakukan pelarutan dengan
asam nitrat. Metode tersebut sangat selektif karena energi yang dibutuhkan sedikit, dapat
dilakukan secara catu maupun sinambung, mudah dikendalikan dari jarak jauh, mempunyai
efisiensi tinggi serta unsur-unsur dapat diperoleh secara murni. Proses pemisahan bahan bakar
nuklir tersebut tergantung dari jenis bahan bakar nuklir. Cara pengolahan bahan bakar berbasis
uranium (UO2), dan bahan bakar berbasis torium (ThO2, campuran ThO2 - UO2) berbeda.
2.4.1 Pengolahan Limbah dari Bahan Bakar Basis Uranium
Pengolahan limbah nuklir dari bahan bakar berbasis uranium dilakukan dengan metoda
ekstraksi dengan menggunakan berbagai jenis pelarut. Proses ekstraksinya ada beberapa
macam, misalnya :
1. Proses Redox
Pada proses redox, digunakan pelarut organik metil isobutil keton (hekson) serta larutan
penggaram aluminium nitrat yang ditambahkan dalam fasa air untuk memperbaiki pemisahan
antara uranium dan plutonium. Proses Redox dilakukan pada suasana acid defiency. Pada proses
11
tersebut uranium lebih mudah terekstraksi ke fasa organik pada valensi VI, sedangkan
plutonium pada valensi IV.
2. Proses Hekson-25
Pada proses ini digunakan pelarut hekson seperti pada proses redox dan larutan penggaram
aluminium nitrat, tetapi tujuan proses ini untuk memungut dan memisahkan uranium diperkaya
tinggi dengan U-235 20 % dari hasil belah.
3. Proses TBP-25
Proses ini juga bertujuan untuk pemungutan dan pemisahan uranium diperkaya dengan U-
235 20 % dari hasil belah, tetapi menggunakan esktraktan Tri-n-butil pospat (TBP) konsentrasi
5 % dan larutan penggaram aluminium nitrat dan asam nitrat.
4. Proses Purex
Pada proses ini digunakan ekstraktan TBP dan larutan penggaram asam nitrat untuk memungut
dan memisahkan uranium dan plutonium dari unsur-unsur hasil belah. Proses Purex memiliki
kelebihan dibandingkan dengan yang lain yaitu pengurangan volum limbah, fleksibel dalam
kondisi proses dan biaya operasi rendah. Purex bertujuan untuk pengambilan ulang (recovery)
secara ekstraksi dari bahan bakar uranium dan plutonium, dan pemisahannya dari unsur-unsur
hasil belah yang terbentuk selama reaktor beroperasi. Proses Purex menggunakan ekstraktan
TBP yang diencerkan dalam karbon tetra klorida (CCl4) atau hidrokarbon rantai lurus misalnya
kerosen, n-dodekan, n-heksan, dsb.
2.4.2 Pengolahan Limbah dari Bahan Bakar Basis Thorium
Penanganan limbah nuklir bekas dari bahan bakar berbasis torium pada prinsipnya sama
dengan bahan bakar nuklir berbasis uranium.
1. Proses Thorex
Pengolahan limbah bahan bakar bekas basis torium untuk pemisahan/pemurnian bahan fisil
dan fertile dengan menggunakan proses Thorex yang dirancang berdasarkan teknologi proses
kering radioaktif dengan pemisahan seefisien dan seekonomis mungkin. Proses Thorex
berlangsung secara kontinyu dengan pendinginan relatif pendek. Pengolahan limbah nuklir
dengan proses Thorex meliputi 3 proses yaitu ekstraksi, partisi dan stripping.
12
2. Proses Hekson-U-233
Proses Hekson – U-233 bertujuan untuk merekoveri dan dekontaminasi U-233. Setelah
pelarutan bahan bakar bekas, larutan diatur kondisinya untuk umpan ekstraksi yang dimasukkan
pada bagian tengah kolom. U-233 diekstraksi dengan pelarut hekson. Torium, Pa-233 dan hasil
fisi masih berada pada fasa air. Torium nitrat berada dalam umpan dan bertindak sebagai larutan
penggaram. Fasa organik mengandung 99,9 % U-233 dialirkan ke dasar kolom striping. Untuk
radiasi bahan umur panjang (>100 hari) dan pendinginan periode pendek (<12 bulan),
diperlukan siklus dekontaminasi agar Pa-233 meluruh habis, dan fasa air diolah ulang untuk
mendapatkan rekoveri U-233 secara maksimal.
3. Proses Interim-23
Proses Interim-23 juga bertujuan merekoveri dan mendekontaminasi U-233, namun dengan
menggunakan pelarut TBP 1,5 % dalam pengencer hidrokarbon. Setelah proses pelarutan bahan
bakar bekas torium, umpan dibuat sesuai dengan kondisi yang diperlukan lalu dimasukkan ke
dalam kolom ekstraksi U-233. Hasil fisi, protaktinium dan torium masih berada dalam fasa air
(rafinat). Larutan Al(NO3)3 digunakan untuk mengambil torium dan hasil fisi dari fasa organik.
Ekstrak yang mengandung U- 233 dimasukkan ke dalam kolom striping. Produk fasa air
diproses lebih lanjut pada siklus berikutnya yaitu penukar ion dengan resin Dowex-50. Pelarut
bekasnya kemudian diregenerasi agar dapat digunakan kembali.
13
\
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan tipe reaksi nuklir, dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu reaktor nuklir
fisi dan reaktor nuklir fusi.
2. Rangkaian proses produksi bahan bakar nuklir terdiri dari penambangan bijih uranium,
pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi logam uranium.
3. Reaktor nuklir memiliki sistem keamanan yang ketat dan berlapis-lapis yang urutannya
adalah matrik, kelongsong, sistem pendingin, perisai beton, dan kubah beton.
4. Pengolahan kembali limbah nuklir bekas dapat dilakukan secara proses basah(ekstraksi)
dan proses kering.
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Herhady,R. Didiek dan Sigit.2000.Proses Pengolahan Limbah Nuklir Bekas.Bandung:BATAN
www.batan.go.id/ tipe PLTN
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/pafi4446/f1c.htm
http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,14-id,34731-lang,id-c,teknologi-
t,Jenis+Jenis+Reaktor+Nuklir++Bag++I+-.phpx
http://www.infonuklir.com/read/detail/130/tipe-dan-karakteristik-reaktor-
nuklir#.UT7kmFIplYw
http://www.infonuklir.com/read/detail/10/proses-produksi-bahan-bakar-nuklir-di-iebe-
batan#.UUG3hKVqJbw)
www.warintek.ristek.go.id/ nuklir /bahan-bakar
15