TUGAS AKHIR
BAHASA INDONESIA
Oleh :
SATRIA MARRANTIZA
04111401012
GROUP 3
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014
1. Topic Utama: Kesehatan Lingkungan
Ide (Topic tambahan) :
1. Air Minum
2. Air Buangan dan Pencemaran
3. Sampah Padat
4. Vektor
5. Pencemaran
6. Kebisingan
7. Kecelakaan
8. Sanitasi
2. Kalimat Topic dari ide :
1. Air Minum : Penyediaan Air Minum
2. Air Buangan dan Pencemaran : Pengelolaan Air buangan dan Pengendalian
Pencemaran
3. Sampah Padat : Pembuangan Sampah Padat
4. Vektor : Pengendalian Vektor
5. Pencemaran : Pengendalian pencemaran udara
6. Kebisingan : Pengendalian kebisingan
7. Kecelakaan : Pencegahan kecelakaan
8. Sanitasi : Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan
dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
3. Fakta – fakta pendukung dari kalimat topik
1. Penyediaan Air Minum
Direktorat Jenderal (Ditjen) Sumber Daya Air Departemen Permukiman dan
Prasarana Wilayah Jakarta Roestam Sjarief mengatakan, kondisi nyata saat ini
pemerintah tidak akan sanggup mengelola sektor air secara efisien. Oleh karena
itu, tidak ada salahnya swasta dilibatkan untuk mengelola air demi terjaminnya
perolehan air untuk masyarakat luas.
2. Pengelolaan Air buangan dan Pengendalian Pencemaran
Kualitas PDAM Mojokerto, Jatim masih buruk. Sebab, sampai saat ini air
PDAM di sana belum benar-benar terbebas dari bakteri E-coli yang bisa
menimbulkan beberapa penyakit bila dikonsumsi manusia. Untuk itu warga
Kabupaten Mojokerto sebaiknya tidak mengonsumsi air PDAM secara langsung.
Dari hasil penelitian, hanya di wilayah Kecamatan Sooko yang kualitas air
PDAM-nya relatif lebih baik. ''Berdasar pemeriksaan pada Desember, di
Kecamatan Sooko sudah nol E-coli,'' kata Direktur PDAM Lutfil Hakim
kemarin.
3. Pembuangan Sampah Padat
Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup pada 2008 : Sampah di Wilayah
Bandung meningkat dari 6.473,7 m3/hari pada 2005 (data 2006 tidak ada)
menjadi 7500 m3/hari ada 2007 dengan jumlah penduduk yang sama.
4. Pengendalian Vektor
Mulai bulan Februari 2005 , wabah besar chikungunya terjadi di pulau-pulau di
Samudera Hindia . Sejumlah besar kasus impor di Eropa dikaitkan dengan wabah
ini , terutama pada tahun 2006 ketika epidemi Samudera Hindia mencapai
puncaknya . Sebuah wabah besar chikungunya di India terjadi pada tahun 2006
dan 2007 . Beberapa negara lain di Asia Tenggara juga terpengaruh . Sejak tahun
2005 , India , Indonesia , Maladewa , Myanmar , dan Thailand telah melaporkan
lebih dari 1,9 juta kasus .
5. Pengendalian pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan salah
satu studi melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi
udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi
salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New
Delhi dan Mexico City. Rekor yang semakin memiriskan saya
Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon
dan Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa
Barat menduduki peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.
6. Pengendalian kebisingan
Kebisingan kota-kota besar di Indonesia sudah melewati ambang batas, sehingga
tidak hanya menyebabkan gangguan pendengaran dan ketulian, tetapi juga
membahayakan kesehatan fisik dan psikis masyarakat maupun lingkungan
secara umum, terlihat dari fakta-fakta sebagai berikut:
- Angka gangguan pendengaran telah mencapai 16,8 % dari jumlah
penduduk Indonesia.
- 10,7 % anggota masyarakat yang melakukan aktivitas di sekitar jalan raya
di Jakarta (pedagang kaki lima, polisi lalu lintas, tukang parkir, tukang koran,
dan lain-lain) mengalami gangguan pendengaran akibat bising.
- Pekerja pabrik baja usia 30-46 tahun, 61,8 % mengalami gangguan
pendengaran akibat bising.
7. Pencegahan kecelakaan
Tahun 2007, menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan
1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data
kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota
Jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari
seluruh pekerja Indonesia. Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930
kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu, jumlah
kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut World
Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan kerja di
Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Soehatman, 2010).
8. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
Pada konferensi yang diselenggarakan oleh World Bank Water Sanitation
Program (WSP) itu terungkap, bahwa Indonesia berada di urutan kedua di dunia
sebagai negara dengan sanitasi buruk. Menurut data yang dipublikasikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 63 juta penduduk Indonesia tidak memiliki
toilet dan masih buang air besar (BAB) sembarangan di sungai, laut, atau di
permukaan tanah
4.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam
kesejahteraan penduduk. Di mana lingkungan yang sehat sangat dibutuhkan bukan hanya untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, tetapi juga untuk kenyamanan hidup dan
meningkatkan efisiensi kerja dan belajar.
Pada masa yang datang pemerintah lebih fokus pada pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan dan pengembangan wilayah yang berkesadaran lingkungan, sementara pihak
pengguna infrastruktur dalam hal ini masyarakat secara keseluruhan harus disiapkan dengan
kesadaran lingkungan yang lebih baik (tahu sesuatu atau tahu bersikap yang semestinya) Masa
datang kita dihadapkan dengan penggunaan IPTEK yang lebih maju dan lebih kompleks yang
memerlukan profesionalisme yang lebih baik dengan jenjang pendidikan yang memadai.
Di samping itu dalam proses pembangunan masa datang, diperlukan adanya teknologi kesehatan
lingkungan yang menitik beratkan upayanya pada metodologi mengukur dampak kesehatan dari
pencemaran yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan, Indikator ini harus mudah, murah
untuk diukur juga sensitif menunjukkan adanya perubahan kualitas lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Penyediaan Air Minum
2. Pengelolaan Air buangan dan Pengendalian Pencemaran
3. Pembuangan Sampah Padat
4. Pengendalian Vektor
5. Pengendalian pencemaran udara
6. Pengendalian kebisingan
7. Pencegahan kecelakaan
8. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah,
bencana alam dan perpindahan penduduk.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui manajemen pengelolaan kesehatan lingkungan yang
dapat digunakan bagi masyarakat.
2. Mengetahui dampak jika tidak mengelola kesehatan lingkungan
3. Mengetahui manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan bagi
masyarakat
1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan informasi mengenai manajemen pengolahan kesehatan
lingkunggan pada masyarakat.
2. Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai manfaat
pengolahan kesehatan lingkungan bagi masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kesehatan lingkungan menurut WHO (World Health Organization)
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Sedangkan menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia),
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
Menurut kalimat yang merupakan gabungan (sintesa dari Azrul Azwar, Slamet
Riyadi, WHO dan Sumengen) Pengertian kesehatan lingkungan adalah Upaya
perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju
keseimbangan ekologi pd tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan :
1. Penyediaan Air Minum
Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai
peranan dalam menurunkan angka penderita penyakit, khususnya yang
berhubungan dengan air, dan berperan dalam meningkatkan standar atau
taraf/kualitas hidup masyarakat.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,
bersih, dan produktif.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal,
1999)
. Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami
pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.
· Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak
dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
· Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas
air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu:
Syarat fisik, antara lain:
· Air harus bersih dan tidak keruh.
· Tidak berwarna
· Tidak berasa
· Tidak berbau
· Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
Syarat kimiawi, antara lain:
· Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun
· Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
· Cukup yodium.
· pH air antara 6,5 – 9,2.
Syarat bakteriologi, antara lain:
· Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan
bakteri patogen penyebab penyakit.
2. Pengelolaan Air buangan dan Pengendalian Pencemaran
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga
tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya
masalah penyediaan air bersih. Bagian terbesar yang menyebabkan pencemaran
air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat berupa sampah
domestik.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah
industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya.
b. Limbah Lalu Lintas
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari
kapal tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak
dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga
sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan
misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan.
Penanggulangan Pencemaran Air dapat dilakukan melalui:
• Perubahan perilaku masyarakat
• Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
3. Pembuangan Sampah Padat
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan
sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun,
plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan
menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan
sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti
sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan
sebagainya.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Pengelolaan sampah bisa
melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metode dan keahlian khusus
untuk masing-masing jenis zat.
Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe
zat sampah, tanah yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
1. Metode pembuangan
- Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk
membuang sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia.
Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas
pertambangan, atau lubang-lubang dalam
2. Metode Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk
digunakan kembali disebut sebagai daur ulang. Metode-metode baru dari daur
ulang terus ditemukan, sebagai berikut:
- Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang
- Pengolahan biologis
Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal
dengan istilah pengkomposan.
- Pemulihan energy
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung
dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan
cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
4. Pengendalian Vektor
Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
“infectious agent” dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentang
(susceptible host). Tujuan pengendalian vector adalah untuk menurunkan kepadatan
populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat.
Cara Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor, sebagai berikut :
a. Modifikasi lingkungan
b. Manipulasi lingkungan
Pengendalian Vektor Cara Kimia, sebagai berikut :
Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :
1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran
2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna
3. Menarik bagi vector
4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan
5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu
6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi
membunuh vektor dengan cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang
kurang berbahaya
7. Tidak mudah terbakar
8. Tidak korosit
9. Tidak meninggalkan warma
10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan
Pengendalian Cara Biologis
Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan masih digunakan pada waktu ini untuk
pengendalian vektor adalah ikan pemakan larva. Diantara species ikan kecil yang
baik digunakan untuk pengendalian secra biologis terhadap larva nyamuk adalah
ikan guppi (paecilia reticulata) dan ikan kepala timah (aphloceilus panchax). Dosis
yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7 ekor/m2. Rata-rata untuk pengendalian di
sawah atau perairan dangkal lain mungkin cukup dengan 5 ekor/m2.
5. Pengendalian pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau
biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk
hidup, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Klasifikasi Pencemar Udara :
1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran
udara.
2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar
primer di atmosfer.
Jenis-jenis Bahan Pencemar:
· Karbon monoksida (CO)
· Nitrogen dioksida (N02)
· Sulfur Dioksida (S02)
· CFC
· Karbon dioksida (CO2)
· Ozon (03 )
· Benda Partikulat (PM)
· Timah (Pb)
· HydroCarbon (HC)
Penyebab Utama Pencemaran Udara :
Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 %
pencemaran yang terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.
6. Pengendalian kebisingan
Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar,
yaitu:
1. Dampak auditorial (Auditory effects)
Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran,
seperti hilangnya/berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/ berfrekuensi
tinggi dalam telinga.
2. Dampak nonauditorial (Nonauditory effects)
Dampak ini bersifat psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan,
stres, dan berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.
Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang bisa
dijadikan sebagai acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja :
1. Percakapan biasa (45-60 dB)
2. Bor listrik (88-98 dB)
3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)
4. Gergaji mesin (110-115 dB)
5. Musik rock (metal) (115 dB)
6. Sirene ambulans (120 dB)
7. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)
8. Pesawat terbang jet (140 dB).
Sedangkan jenis industri, tempat kebisingan bisa menjadi sumber bahaya yang
potensial bagi pekerja antara lain :
1. Industri perkayuan (wood working & wood processing)
2. Pekerjaan pemipaan (plumbing)
3. Pertambangan batu bara dan berbagai jenis pertambangan logam.
7. Pencegahan kecelakaan
Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor lingkungan
adalah pemikiran standart persyaratan kualitas lingkungan dan pemeliharaan rumah
tangga industri yang aman, yang dilakukan melalui :
- Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan mengacu
pada standar pemeliharaan rumah tangga perusahaan / industri yang aman
- Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan dengan
menerapkan model manajemen keselamatan kerja yang sesuai
- Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu pada
model manajemen pengendalian factor fisisk tempat kerja yang sesuai.
Sasaran Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah
Manusia atau pekerja, Mesin mekanik dan Lingkungan pekerja. Tujuan
dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan suatu sistem Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang
terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
8. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.
Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang
mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi
perkembangan fisik,kesehatan,dan daya tahan hidup manusia.
Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi
penyakit tinja kemulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektr dengan
melkasanakan penyuluhan raktek kebersiha yang baik,penyediaan air minum yang
aman dan pengurangan kesehtan linkungan dengan mengusahakan suatu kondisi
yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan kesehatan,martabat,
kenyamanan,dan keamanan yang memadai.
Adapun untuk mengurangi resko dari bencana yang ditimbulkan hal yang dilakukan
dalam kegiatan sanitasi adalah sebagai beikut:
1. Pasokan/penyediaan air bersih
2. Pembuangan Tinja
3. Pengendalian Vektor
4. Manajemen Sampah
5. Pemeliharaan Drainase
6. Penyuluhan Kesehatan
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan bencana alam, berikut ini
adalah tindakan saat bencana dan pasca bencana :
a. Air bersih
1. Supply alat dan bahan pengelohan air sederhana.
2. Pengamanan penyelenggaraan supply air minum dari sumber hingga saat
dikonsumsi.
3. Desinfeksi sumber air bersih
4. Pemeriksaan sarana distribusi dan penampungan dari kerusakan dan kemungkinan
kontaminasi
5. Perbaikan kembali sarana prasarana
b. Sampah
1. Pengumpulan sampah
2. Supply kantong sampah
3. Pemilahan sampah dalam daur ulang
4. Pemanfaatan sampah dan lumpur dalam upaya memperbaiki lingkungan
c. Limbah
1. Supply sarana penampungan limbah dan tinja darurat
2. Pengembalian fungsi sarana pembuangan limbah dan tinja
d. Lingkungan fisik
1. Memfungsikan alat ventilasi dan pencahyaan serta ventilasi alam
2. Penyebaran informasi tentang cara membersihkan rumah dan kebersihan diri pasca
banjir
e. Makanan minuman
1. Pengamanan proses penyelenggaraan makanan di tempat pengungsian
2. Penekanan kembali penyelenggaraan makanan yang sehat mengingat kondisi
lingkungan yang belum pulih
f. Vector dan binatang pengganggu
1. Membasmi vector yang ada
2. Mewaspadai terdapatnya dan peningkatan perindukan vector dan binatang
pengganggu
3. Penghapusan serangga dewasa secara masal dan serempak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan lingkungan adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. Dan Upaya perlindungan, pengelolaan,
dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat
kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.
B. Saran
- Seharusnya kita lebih peduli akan lingkungan
- Tidak mengotori lingkungan
- Tidak membuat lingkungan tercemar
- Menjaga/melindungi dan merawat lingkungan
5.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari http://www.WHO.int.
Last Update : Januari 2008
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) jilid I cetakan keenam; Jakarta; 2011
Peraturan pemerintah Republik Indonesia. 1999. Baku mutu udara ambien nasional Nomor : 41
tahun 1999, Tanggal : 26 mei 1999. Jakarta, Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Mengenai
Persyaratan Kualitas Air Minum Nomor : 492 / Menkes / Per/ IV/ 2010 tanggal 19 April 2010.
Jakarta, Indonesia
Deputi Bidang Tata Lingkungan - Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007.
Memprakirakan Dampak Lingkungan Kualitas Udara. Jakarta , Indonesia
Top Related