Download - tugas anak

Transcript

Diamanda Aziza(1102008072)

TUGAS UJIAN

I. Patogenesis Demam Typhoid

Salmonella typhi hanya dapat menyebabkan gejala demam tifoid pada manusia. Salmonella typhi termasuk bakteri famili Enterobacteriaceae dari genus Salmonella. Kuman berspora, motile, berflagela,berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37C (15C-41C), bersifat fakultatif anaerob, dan hidup subur pada media yang mengandung empedu. Kuman ini mati pada pemanasan suhu 54,4C selama satu jam, dan 60C selama 15 menit, serta tahan pada pembekuan dalam jangka lama. Salmonella memunyai karakteristik fermentasi terhadap glukosa dan manosa, namun tidak terhadap laktosa dan sukrosa.Patogenesis demam tifoid secara garis besar terdiri dari 3 proses, yaitu (1) proses invasi kuman S.typhi ke dinding sel epitel usus, (2) proses kemampuan hidup dalam makrofag dan (3) proses berkembang biaknya kuman dalam makrofag. Akan tetapi tubuh mempunyai beberapa mekanisme pertahanan untuk menahan dan membunuh kuman patogen ini, yaitu dengan adanya (1) mekanisme pertahanan non spesifik di saluran pencernaan, baik secara kimiawi maupun fisik, dan (2) mekanisme pertahanan spesifik yaitu kekebalan tubuh humoral dan selular.Kuman Salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut bersamaan dengan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Setelah kuman sampai di lambung maka mula-mula timbul usaha pertahanan non-spesifik yang bersifat kimiawi yaitu adanya suasana asam oleh asam lambung dan enzim yang dihasilkannya. Ada beberapa faktor yang menentukan apakah kuman dapat melewati barier asam lambung, yaitu (1) jumlah kuman yang masuk dan (2) kondisi asam lambung.Untuk menimbulkan infeksi diperlukan S.typhi sebanyak 105-109yang tertelan melalui makanan atau minuman. Keadaan asam lambung dapat menghambat multiplikasi Salmonella dan pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh dengan cepat. Pada penderita yang mengalami gastrotektomi, hipoklorhidria atau aklorhidria maka akan mempengaruhi kondisi asam lambung. Pada keadaan tersebut S.typhi lebih mudah melewati pertahanan tubuh.Sebagian kuman yang tidak mati akan mencapai usus halus yang memiliki mekanisme pertahanan lokal berupa motilitas dan flora normal usus. Tubuh berusaha menghanyutkan kuman keluar dengan usaha pertahanan tubuh non spesifik yaitu oleh kekuatan peristaltik usus. Di samping itu adanya bakteri anaerob di usus juga akan merintangi pertumbuhan kuman dengan pembentukan asam lemak rantai pendek yang akan menimbulkan suasana asam. Bila kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan tubuh di lambung, maka kuman akan melekat pada permukaan usus. Setelah menembus epitel usus, kuman akan masuk ke dalam kripti lamina propria, berkembang biak dan selanjutnya akan difagositosis oleh monosit dan makrofag. Namun demikian S.typhi dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam fagosit karena adanya perlindungan oleh kapsul kuman.

II. Terapi Dietetik Demam TyphoidDiet demam thypoid adalah diet yang berfungsi untuk memenuhikebutuhan makan penderita thypoid dalam bentuk makanan lunak rendah serat. Tujuan utama diet demam thypoid adalahmemenuhi kebutuhan nutrisi penderita demam thypoid danmencegah kekambuhan.Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain:a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.b. Tidak mengandung banyak serat.c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapatmembatasi volume feses, dan tidak merangsang saluran cerna. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan salurancerna atauperforasi usus. Syarat-syarat diet sisa rendah adalah:1.Energi cukup sesuai dengan umur, jenis kelamin dan aktivitas2.Protein cukup, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total3.Lemak sedang, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total4.Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energi total5.Menghindari makanan berserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8 gr/hari. Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan6.Menghindari susu, produk susu, daging berserat kasar (liat) sesuai dengantoleransi perorangan.7.Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam danberbumbu tajam.8.Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada suhu tidak terlalupanas dan dingin9.Makanan sering diberikan dalam porsi kecil10.Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, dietperlu disertai suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, ataumakanan parenteral.Makanan yang dianjurkan antara lain :1. Sumber karbohidrat : beras dibubur/tim, roti bakar, kentang rebus, krakers, tepung-tepungan dibubur atau dibuat puding2. Sumber protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus,diungkep, dipanggang; telur direbus, ditim, diceplok air, didadar, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2 gelas per hari 3. Sumber protein nabati : tahu, tempe ditim, direbus, ditumis; pindakas; susu kedelai4. Sayuran : sayuran berserat rendah dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda, bayam, labu siam, tomat masak, wortel direbus, dikukus, ditumis5. Buah-buahan : semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak banyak menimbulkan gas seperti pepaya , pisang, jeruk, alpukat6. Lemak nabati : margarin, mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas untuk menumis, mengoles dan setup 7. Minuman : teh encer, sirup8. Bumbu : garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatasSedangkan makanan yang tidak dianjurkan adalah:1. Sumber karbohidrat : beras ketan, beras tumbuk/merah, roti whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, tarcis, dodol dan kue-kue lain yang manis dan gurih2. Sumber protein hewani : daging berserat kasar (liat), serta daging, ayam, ikan diawetkan, telur mata sapi, didadar3. Sumber protein nabati : Kacang merah serta kacang-kacangan kering seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, dan kacang tolo4. Sayuran : sayuran yang berserat tinggi seperti : daun singkong, daun katuk, daun pepaya, daun dan buah melinjo, oyong,timun serta semua sayuran yang dimakan mentah5. Buah-buahan : buah-buahan yang dimakan dengan kulit seperti apel, jambu biji, jeruk yang dimakan dengan kulit ari; buah yang menimbulkan gas seperti durian dan nangka 6. Lemak : minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa dan santan 7. Minuman : kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan alkohol 8. Bumbu : cabe dan merica

Dietdengansemua nutrisi pentingEnergiDianjurkan untuk meningkatkan asupan energi dengan 10-20% karena kenaikan suhu tubuh. Awalnya, selama tahap akut, pasien mungkin dapat hanya mengkonsumsi 600-1200kcal/day, tetapi asupan energi harus berangsur-angsur meningkat dengan pemulihan dan toleransi ditingkatkan.ProteinKebutuhan protein lebih terkait dengan keparahan dan durasi infeksi daripada ketinggian demam. Karena ada kerusakan jaringan yang berlebihan, asupan protein harus ditingkatkan untuk 1,5 sampai 2gm protein / kg / berat badan / hari. Untuk meminimalkan kehilangan jaringan, makanan protein nilai biologis tinggi seperti susu dan telur harus digunakan secara bebas karena mereka yang paling mudah dicerna dan diserap. Untuk mencapai hal ini, makan secara teratur harus ditambah dengan minuman protein tinggi.KarbohidratAsupan karbohidrat liberal disarankan untuk mengisi toko glikogen habis tubuh. Mudah dicerna, karbohidrat juga dimasak seperti pati sederhana, glukosa, madu, gula tebu dll harus dimasukkan karena mereka memerlukan pencernaan lebih sedikit dan berasimilasi dengan baik.Diet SeratSebagai gejala tipus termasuk diare dan lesi di saluran usus, segala bentuk iritasi harus dihilangkan dari diet. Semua serat, kasar menjengkelkan harus, karena itu akan dihindari dalam diet, karena merupakan iritan mekanik.LemakKarena adanya diare, emulsi lemak bentuk seperti krim, mentega, susu, kuning telur, harus dimasukkan dalam diet, karena mereka mudah dicerna. Makanan yang digoreng yang sulit untuk dicerna harus dihindari.MineralKarena hilangnya elektrolit yang berlebihan seperti sup natrium, kalium dan klorida asin, kaldu, jus buah, susu harus dimasukkan untuk mengkompensasi hilangnya elektrolit. Suplemen zat besi harus diberikan untuk mencegah anemia.

VitaminKarena infeksi dan demam resultants, ada kebutuhan untuk meningkatkan asupan Vitamin A dan C.CairanDalam rangka untuk mengkompensasi kerugian melalui kulit dan keringat dan juga untuk memastikan volume yang memadai urin untuk mengeluarkan limbah, asupan cairan liberal sangat penting dalam bentuk minuman, sup, jus, air biasa dllJadi energi yang tinggi, protein tinggi, diet cairan penuh dianjurkan di awal dan segera setelah demam turun, serat, hambar rendah, diet lunak harus diberikan kepada pasien.

III. Program Imunisasi di IndonesiaSejarah Imunisasi di IndonesiaTahun 1956Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar

Tahun 1956Indonesia berhasil dinyatakan bebas penyakit cacar oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia)

Tahun 1956Penyelenggaraan program imunisasi BCG

Tahun 1973Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar

Tahun 1974Program imunisasi vaksin TT kepada ibu hamil

Tahun 1976Mulai dikembangkan imunisasi DPT pada beberapa kecamatan di pulau Bangka

Tahun 1977Penetapan fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI)

Tahun 1980Program imunisasi secara rutin terus dikembangkan dengan memberikan beberapa antigen, yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.

Tahun 1992Program imunisasi Hepatitis B mulai diperkenalkan kepada beberapa kabupaten di beberapa propinsi

Tahun 1995Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) I

Tahun 1996Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) II

Tahun 1997Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) III

Tahun 1997Program imunisasi Hepatitis B dilaksanakan secara nasional

Pada tahun 1974, cakupan imunisasi di Indonesia baru mencapai 5% sehingga pemerintah pada tahun 1977 menyelenggarakan PPI atauExpanded Program on Immunization (EPI). Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional dalam rangka percepatan pencapaianUniversal Child Immunization(UCI) pada akhir tahun 1982.Cakupan imunisasi terus meningkat dari tahun ke tahun. Sehingga setiap tahun minimal 3 juta anak dapat terhindar dari kematian dan sekitar 750.000 anak terhindar dari kecacatan. Keberhasilan pemerintah dalam mecapai UCI secara nasional dapat dicapai pada tahun 1990 dengan cakupan imunisasi mencapai 90%.Program imunisasi melalui PPI ini memiliki tujuan akhir (ultimate goal) sesuai dengan komitmen internasional melaluiGlobal Programme for Vaccines and Immunization(GPVI), yaitu : Eradikasi Polio (ERAPO) Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (Maternal and Neonatal Tetanus Elimination/MNTE) Reduksi Campak (RECAM) Peningkatan mutu pelayanan imunisasi Penetapan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection practices) Keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management)Keberhasilan Indonesia dalam penyelenggaraan program imunisasi mampu menarik perhatian dunia. Sehingga Indonesia terlibat dalam mewujudkan aksebilitas, keterjangkauan dan akuntabilitas imunisasi di tingkat global.

Sumber:1. Widodo Darmowandoyo. Demam Tifoid. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi pertama. 2002.Jakarta;Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI: 367-3752. nutricymeal.blogspot.com3. infoimunisasi.com