BAB I
PENDAHULUAN
Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis
akibat trauma. Insiden cedera medula spinalis di dunia diperkirakan 40 kasus per juta setiap
tahunnya (menurut Sekhon dan Fehlings, 2001; National SCI Statistical Center, 2004). Angka
insiden di Amerika Serikat kurang lebih 11.000 kasus baru setiap tahunnya dan 4000 kasus yang
tidak dapat bertahan sewaktu mencapai rumah sakit.
Cedera kolumna vertebralis, dengan atau tanpa defisit neurologis, harus selalu di-cari dan
disingkirkan pada penderita dengan cedera multipel. Daerah servikal merupakan segmen
vertebra yang sering terjadi cedera akibat kecelakaan kendaraan, khususnya mereka yang tidak
memakai alat pengaman bahu dan sabuk pengaman. Level cedera yang paling sering adalah C4,
C5 (tersering), dan C6, sedangkan level untuk paraplegi adalah thoracolumbar junction (T12).
Trauma dapat mencederai segala bagian dari kolumna spinalis, namun sehubungan
dengan sifat anatomis-fisiologis masing-masing segmen vertebra, maka ada bagian tertentu yang
mempunyai risiko lebih tinggi daripada yang lain terhadap salah satu tipe cedera spinal. Sebagai
contoh antara lain leher yang bersifat lebih mobil dan merupakan penggabung antar dua bagian
tubuh yang besar cenderung terlibat pada sebagian besar cedera spinal tertutup.
Penyakit medula spinalis dapat terjadi akibat berbagai macam proses patologi ter-masuk
trauma. Tanpa memandang patogenesisnya, yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan
pada fungsi motorik, sensorik atau otonom. Defisit neurologis pada cedera spinal dapat terjadi
karena memar (kontusio) atau kompresi (fraktur, dislokasi, luksasi, hematom) sehingga
menyebabkan gangguan yang permanen; atau dapat juga hanya karena edema temporer
(komosio) yang menimbulkan gangguan sementara dan kemudian pulih.
Angka mortalitas trauma medula spinalis diperkirakan 48% dalam 24 jam pertama, dan
lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian, ini disebabkan vertebra servikalis yang
memiliki resiko trauma yang paling besar, dengan level tersering C5, diikuti C4, C6 , dan
kemudian T12, L1 dan T10.
Cedera medula spinalis akut tulang belakang merupakan penyebab yang paling sering
dari kecacatan dan kelemahan setelah trauma, karena alasan ini, evaluasi dan pengobatan pada
cedera tulang belakang, spinal cord dan nerve roots memerlukan pendekatan yang terintegrasi.
Diagnosa dini, preservasi fungsi spinal cord dan pemeliharaan aligment dan stabilitas merupakan
kunci keberhasilan manajemen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi Medulla Spinalis & Vertebrae
a. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis membentuk struktur dasar batang badan. Kolumna vertebralis
terdiri dari 33 vertebrae dan diskus intervertebralis. Vertebrae dibagi atas 7 vertebrae servikalis,
12 vertebrae torakalis, 5 vertebrae lumbalis, 5 vertebrae sakralis dan 4 vertebrae koksigeae.
Ketika tulang belakang disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum
tulang belakang atau medulla spinalis.
Tulang vertebrae merupakan struktur kompleks yang secara garis besar terbagi atas 2
bagian. Bagian anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus intervertebralis (sebagai
artikulasi), dan ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan posterior. Sedangkan
bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta prosesus tranversus dan
spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung kolumna vertebrale. Bagian
posterior vertebrae antara satu dan lain dihubungkan dengan sendi apofisial (fascet joint).
Columna Vertebralis adalah pilar utama tubuh yang berfungsi melindungi medula
spinalis dan menunjang berat kepala serta batang tubuh, yang diteruskannya ke lubang-lubang
paha dan tungkai bawah. Masing-masing tulang dipisahkan oleh disitus intervertebralis.
A. Vertebralis dikelompokkan sebagai berikut :
a. Vetebrata Thoracalis (atlas).
Vetebrata Thoracalis mempunyai ciri yaitu tidak memiliki corpus tetapi hanya
berupa cincin tulang. Vertebrata cervikalis kedua (axis) ini memiliki dens, yang
mirip dengan pasak. Veterbrata cervitalis ketujuh disebut prominan karena
mempunyai prosesus spinasus paling panjang.
b. Vertebrata Thoracalis.
Ukurannya semakin besar mulai dari atas kebawah. Corpus berbentuk jantung,
berjumlah 12 buah yang membentuk bagian belakang thorax.
c. Vertebrata Lumbalis.
Corpus setiap vertebra lumbalis bersifat masif dan berbentuk ginjal, berjumlah
5 buah yang membentuk daerah pinggang, memiliki corpus vertebra yang besar
ukurnanya sehingga pergerakannya lebih luas kearah fleksi.
d. Vertebrata Sacrum.
Terdiri dari 5 sacrum yang membentuk sakrum atau tulang kengkang dimana ke
5 vertebral ini rudimenter yang bergabung yang membentuk tulang bayi.
e. Vertebrata Coccygis.
Terdiri dari 4 tulang yang juga disebut ekor pada manusia, mengalami
rudimenter.
Lengkung koluma vertebralis.kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis
memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-pesterior : lengkung vertikal pada daerah
leher melengkung kedepan daerah torakal melengkung kebelakang, daerah lumbal kedepan
dan daerah pelvis melengkung kebelakang. Kedua lengkung yang menghadap pasterior, yaitu
torakal dan pelvis, disebut promer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya
kebelakang dari hidung tulang belakang, yaitu bentuk (sewaktu janin dengna kepala
membengkak ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul dimiringkan keatas kearah
depan badan. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunder → lengkung
servikal berkembang ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya
sambil menyelidiki, dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri dan berjalan
serta mempertahankan tegak.
Fungsi dari kolumna vertebralis. Sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus
bekerja sebagai penyangga kedengan prantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang
lengkungnya memberikan fleksibilitas dan memungkinkan membonkok tanpa patah.
Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat
badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belkang
terlindung terhadap goncangan. Disamping itu juga untuk memikul berat badan, menyediakan
permukaan untuk kartan otot dan membentuk tapal batas pasterior yang kukuh untuk rongga-
rongga badan dan memberi kaitan pada iga.
1. Sistem saraf spinal (tulang belakang) berasal dari arah dorsal, sehingga sifatnya
sensorik. Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang yang berjumlah
31 dibedakan menjadi:
a) 8 pasang saraf leher (saraf cervical) ( C1 sampai C8 )
Meliputi : Cerviks menunjukkan sekmen T,L,S,Co
(1) Pleksus servikal berasal dari ramus anterior saraf spinal C1 –
C4
(2) Pleksus brakial C5 – T1 / T2 mempersarafi anggota bagian
atas, saraf yang mempersarafi anggota bawah L2 – S3.
b) 12 pasang saraf punggung (saraf thorax) (T1 - T2 )
c) 5 pasang saraf pinggang (saraf lumbar) ( L1 - L5 )
d) 5 pasang saraf pinggul (saraf sacral) ( S1 - S5 )
e) 1 pasang saraf ekor (saraf coccyigeal).
Otot – otot representative dan segmen – segmen spinal yang bersangkutan serta
persarafannya:
1. Otot bisep lengan C5 – C6
2. Otot trisep C6 – C8
3. Ototbrakial C6 – C7
4. Otot intrinsic tangan C8 – T1
5. Susunan otot dada T1 – T8
6. Otot abdomen T6 – T12
7. Otot quadrisep paha L2 – L4
8. Otot gastrok nemius reflek untuk ektensi kaki L5 – S2
Kemudian diantara beberapa saraf, ada yang menjadi satu ikatan atau gabungan
(pleksus) membentuk jaringan urat saraf. Pleksus terbagi menjadi 3 macam, yaitu:
1) Plexus cervicalis (gabungan urat saraf leher)
2) Plexus branchialis (gabungan urat saraf lengan)
3) Plexus lumbo sakralis (gabungan urat saraf punggung dan pinggang)
Korda jaringan saraf yang terbungkus dalam kolumna vertebra yang memanjang dari
medula batang otak sampai ke area vertebra lumbal pertama disebut medula spinalis
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan rawan. Bagian
anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae yang dihubungkan satu sama lain oleh
diskus fibrokartilago yang disebut discus invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum
longitudinalis anterior dan ligamentum longitudinalis posterior.
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis. Diskus ini
paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak terjadi gerakan columna
vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock absorber agar kolumna vertebralis tidak
cedera bila terjadi trauma.
Discus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage Plate),
nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari nukleus pulposus,
memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat mengjungkit kedepan dan kebelakang
diatas yang lain, seperti pada flexi dan ekstensi columna vertebralis.
Dengan bertambahnya usia, kadar air nukleus pulposus menurun dan diganti oleh
fibrokartilago. Sehingga pada usia lanjut, diskus ini tipis dan kurang lentur, dan sukar dibedakan
dari anulus. Ligamen longitudinalis posterior di bagian L5-S1 sangat lemah, sehingga HNP
sering terjadi di bagian postero lateral.
b. Medulla Spinalis
Medulla spinalis (spinal cord) merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak
di dalam kanalis vertebralis dan menjulur dari foramen magnum ke bagian atas region
lumbalis. Trauma pada medulla spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan
yang terjadi akibat benturan secara mendadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap
dari medula spinalis dengan quadriplegia.
Medulla Spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki
sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui voramina intervertebralis
(lubang pada tulang vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramina
intervertebralis tempat keluarnya saraf- saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang
keluar diantara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan demikian, terdapat 8
pasang saraf servikal, 12 pasang torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf skralis, dan
1 pasang saraf koksigeal.
Saraf spinal melekat pada permukaan lateral medulla spinalis dengan perantaran
dua radiks, radik posteriol atau dorsal (sensorik) dan radik anterior atau ventral (motorik).
Radiks dorsal memperlihatkan pembesaran, yaitu ganglion radiks dorsal yang terdiri dari
badan-badan sel neuron aferen atau neuron sensorik. Badan sel seluruh neuron aferen medulla
spinalis terdapat dapat ganglia tersebut. Serabut-serabut radiks dorsal merupakan tonjolan –
tonjolan neuron sensorik yang membawa impuls dari bagian perifer ke medulla spinalis.
Badan sel neuron motorik terdapat di dalam medulla spinalis dalam kolumna anterior dan
lateral substansia grisea. Aksonnya membentuk serabut-serabut radiks ventral yang berjalan
menuju ke otot dan kelenjar. Kedua radiks keluar dari foramen intervertebralis dan bersatu
membentuk saraf spinal. Semua saraf spinal merupakan saraf campuran, yaitu mengandung
serabut sensorik maupun serabut motorik.
Bagian dorsal saraf spinal mempersarafi otot intrinsic punggung dan segmen-
segmen tertentu dari kulit yang melapisinya yang disebut dermatoma. Bagian ventral
merupakan bagian yang besar dan dan membentuk bagian utama yang membentuk spinal.
Otot-otot dan kulit leher, dada, abdomen, dan ekstremitas dipersarafi oleh bagian ventral. Pada
semua saraf spinal kecuali bagian torakal, saraf-saraf spinal bagian ini saling terjalin sehingga
membentuk jalinan saraf yang disebut Fleksus. Fleksus yang terbentuk adalah fleksus
servikalis, brakialis, lumbalis, sakralis dan koksigealis. Keempat saraf servikal yang pertama
(C1-C4) membentuk fleksus servikalis yang mempersarafi leher dan bagian belakang
kepala. Salah satu cabang yang penting sekali adalah saraf frenikus yang mempersarafi
diagfragma.
Fleksus brakialis yang dibentuk dari C5-T1, fleksus ini mempersarafi
ekstremitras atas. Saraf torakal (T3-T11) mempersarafi otot-otot abdomen bagian atas
dan kulit dada serta abdomen. Pleksus lumbalis berasal dari segmen spinal T12-L4
mempersarafi otot-otot dan kulit tubuh bagian bawah dan ekstremitas bawah. Pleksus
sakralis dari L4-S4, dan pleksus koksigealis dari S4 sampai saraf koksigealis. Saraf utama
dari pleksus ini adalah saraf femoralis dan obturatorius. Saraf utama dari pleksus sakralis
adalah saraf iskiadikus, saraf terbesar dalam tubuh. Saraf ini menembus bokong dan turun
kebawah melalui bagian belakang paha. Kulit dipersarafi oleh radiks dorsal dari tiap saraf
spinal, jadi dari satu segmen medulla spinalis disebut dermatom. Otot-otot rangka juga
mendapat persarafan segmental dari radiks spinal ventral.
Sumsum tulang belakang terdapat di dalam ruas-ruas tulang belakang (vertebrae)
yang memanjang dari daerah leher sampai pinggang. Vertebrae itu berfungsi melindungi
sumsum tulang belakang dari kerusakan.
Pada sumsum tulang belakang, materi kelabu terletak di bagian dalam dan tersusun
atas badan-badan sel, sinapsis, serta sel-sel saraf konektor yang tidak bermielin. Sel-sel saraf
konektor tersebut mengirimkan informasi dari sumsum tulang belakang ke serabut saraf spinal,
atau sebaliknya. Penampang melintang materi kelabu pada sumsum tulang belakang berbentuk
sepeti huruf H atau sayap kupu-kupu. Sementara itu, materi putih yang terletak di bagian luar
tersusun atas serabut-serabut saraf (akson bermielin). Akson bermielin itu mengirimkan
informasi dari sumsum tulang belakang menuju otak, atau sebaliknya.
Sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh tiga lapis membran (meninges). Di
bagian tengah sumsum tulang belakang, yaitu di antara membran dalam dan membran tengah
terdapat saluran tengah yang berisi cairan serebrospinal. Cairan tersebut berfungsi memasok
makanan bagi sumsum tulang belakang dan berperan sebagai peredam kejut atau pelindung
dari goncangan. Sumsum tulang belakang berhubungan dengan
1) Gerak refleks struktur tubuh di bawah leher
2) Menghantarkan rangsang sensori dari reseptor ke otak
3) Membawa rangsang motor dari otak ke efektor.
A. Struktur umum medula spinalis
1. Medula spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter
medula spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari
kelingking. Panjang rata-rata 42 cm.
2. Dua pembesaran. Pembesaran lumbal dan serviks, menandai sisi keluar saraf spinal
besar yang mensuplai lengan dan tungkai
3. 31 satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina
intervertebral
4. Korda berakhir dibagian bawah vertebra lumbal pertama atau kedua. Saraf spinal
bagian bawah yang keluar sebelum ujung korda mengarah ke bawah, disebut korda
ekuina, muncul dari kolumna spinlia pada foramina intervertebral lumbal dan sakral
yang tepat.
a. Konus medularis (terminalis) adalah ujung kaudal korda
b. Filum terminal adalah perpanjangan fibrosa piameter yang melekat pada konus
medularis ke kolumna vertebra
5. Meningen (durameter, piameter, arakhnoid) yang melapisi otak juga melapisi korda
6. Fisura Median Anterior (ventral) dalam fisura posterior (dorsal) yang lebih dangkal
menjalar di sepanjang korda dan membaginya menjadi bagian kanan dan kiri
B. Struktur Internal Medula Spinalis terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang
diselubungi substansi putih
1. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi substansi abu-abu bentuknya seperti huruf
H
2. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk, atau kolumna dan mengandung
badan sel, dendrit asosiasi, dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi
a. Tanduk abu-abu posterior (dorsal) adalah batang ventrikel atas substansi abu-
abu. Bagian ini mengandung badan sel yang menerima sinyal melaluisaraf spinal
dari neuron sensorik
b. Tanduk abu-abu anterior (ventral) adalah batang ventrikel bawah. Bagian ini
mengandung neuron motorik yang aksonnya mengirim impuls melalui saraf
spinal ke otot atau kelenjar
c. Tanduk lateral adalah protrusi diantara tanduk posterior dan anterior pada area
toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Bagian ini mengandung badan sel neuron
sistem SSO
d. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu disisi kiri dan kanan
melalui medula spinalis
C. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal atau satu radiks ventral. Radiks dorsal
terdiri dari kelompok-kelompok serabut sensorik yang memasuki korda. Radiks ventral
adalah penghubung ventral dan membawa serabut motorik ke korda
1. Setiap radiks yang memasuki atau meninggalkan korda membentuk tujuh sampai
sepuluh cabang radiks
2. Radiks dorsal dan ventral pada setiap sisi segmen medula spinalis menyatu untuk
membentuk saraf spinal
3. Radiks dorsal ganglia adalah pembesaran radiks dorsal yang mengandung sel neuron
sensorik
D. Traktus spinal. Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi dibagi
menjadi funikulus anterior, posterior, lateral. Dalam funikulus terdapat fasikulus atau
traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
1. Traktus sensorik atau asenden membawa informasi dari tubuh ke otak. Bagian
penting traktus asenden meliputi:
A. Fasikulus grasilis dan fasikulus kuneatus
a. Origo dan tujuan. Impuls dari sentuhan reseptor peraba masuk ke medula
spinalis melalui radiks dorsal (neuron I). Akson memasuki korda, berasenden
untuk bersinaps dengan nuklei grasilis dan kuneatus di medula bagian bawah
(neuron II). Akson menyilang ke sisi yang berlawanan dan bersinaps dalam
talamus lateral (neuron III). Terminasinya berada pada area somestetik
korteks serebral
b. Fungsi. Traktus ini menyampaikan informasi mengenai sentuhan, tekanan,
vibrasi, dan tendon otot
B. Traktus spinoserebelar ventral (anterior) (berpasangan)
a. Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor kinestetik (kesadaran akan posisi
tubuh) pada otot dan tendon memauki medula spinalis melalui radiks dorsal
(neuron I) dan bersinaps dalam tanduk posterior (neuron II). Akson
berasenden disisi yang sama atau berlawanan dan berterminasi pada korteks
serebral
b. Fungsi, Traktus spinoserebelar ventral membawa informasi mengenai
gerakan dan posisi keseluruhan anggota gerak
C. Traktus spinoserebelar dorsal (posterior)
a. Origo dan tujuan. Impuls dari traktus spinoserebelar dorsal memiliki awal
dan akhir yang sama dengan impuls dari traktus spinoserebelar ventral,
walaupun demikian, akson pada neuron II dalam tanduk posterior bersenden
disisi yang sama menuju korteks serebral
b. Fungsi. Traktus spinoserebelar dorsal membawa informasi mengenai
propriosepsi bawah sadar (kesadaran akan posisi tubuh, keseimbangan, dan
arah gerakan)
D. Traktus spinotalamik ventral (anterior)
a. Origo dan tujuan. Impuls dari reseptor taktil pada kulit masuk ke medulla
spinalis melalui radiks dorsal (neuron I) dan bersinaps dalam tanduk
posterior disisi yang sama (neuron II). Akson menyilang kesisi yang
berlawanan dan berasenden untuk bersinapsis dalam talamus (neuron III).
Akson berujung dalam area somestetik korteks serebral
b. Fungsi. Traktus spinotalamik ventral membawa informasi mengenai
sentuhan, suhu dan nyeri
2. Traktus Motorik (Desenden) Mmebawa impuls motorik dari otak ke medulla
spinalis dan saraf spinal menuju tubuh. Fungsi traktus motorik yang penting
meliputi:
A. Traktus kortikospinal lateral (piramidal)
a. Origo dan tujuan. Neuron I berasal dari area motorik korteks serebral.
Akosn berdesenden ke medulla tempat sebagian besar serabut berdekusasi
dan terus memanjang sampai ke tanduk posterior untuk bersinapsis
langsung atau melalui interneuron dengan neuron motorik bagian bawah
(neuron II) dalam tanduk anterior. Akson berterminasi pada lempeng ujung
motorik otot rangka.
b. Fungsi. Traktus kortikospinal lateral menghantar impuls untuk koordiasi
dan ketepatan gerakan volunter
B. Traktus kortikospinal (piramidal) ventral (anterior)
a. Origo dan tujuan. Neuron I berasal dari sel piramidal pada area motorik
korteks serebral dan berdesenden sampai ke medulla spinalis. Disini akson
menyilang ke sisi yang berlawanan tepat sebelum bersinapsis, secara
langsung maupun melalui interneuron dengan neuron II dalam tanduk
anterior
b. Fungsi. Traktus kortikospinal ventral memiliki fungsi yang sama dengan
traktus kortokospinal lateral. Traktus tersebut menghantarkan impuls untuk
koordinasi dan ketepatan gerakan volunter.
C. Traktus ekstrapiramidal. Serabut dalam sistem ini berasal dari pusat lain,
misalnya nuklei motorik dalam korteks serebral dan area subkortikal di otak
a. Traktus retikulospinal berasal dari formasi retikular (neuron I) dan berujung
(neuron II) pada sisi yang sama dineuron motorik bagian bawah dalam
tanduk anterior medula spinalis. Impuls memberikan semacam pengaruh
fasilitas pada ekstensor tungkai dan fleksor lengan serta memberikan suatu
pengaruh inhibisi yang berkaitan dengan postur dan tonus otot
b. Traktus vestilospinal lateral berasal dari nukleus vestribular lateral dalam
medulla (neuron I) dan berdesenden pada sisi yang sama untuk untuk
berujung (neuron II) pada tanduk anterior medulla spinalis. Impuls
mempertahankan tonus otot dalam aktivitas refleks
c. Traktus vestibulospinal medial baerasal dari nukleus vestibular medial
dalam medula dan menyilang ke sisi yang berlawanan untuk berakhir pada
tanduk anterior. Traktus ini tidak berdesenden ke bawah area serviks.
Traktus ini berkaitan dengan pengendalian otot-otot kepala dan leher
d. Traktus rubrospinal, yang berasal dari nukleus merah otak tengah, traktus
olivospinal yang berasal dari olive inferior medula dan traktus tektospinal
yang berasal dari bagian tektum otak tengah, juga termasuk jenis traktus
ekstrapiramidal yang berhubungan dengan postur dan tonus otot.
Saraf Spinal. 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal
(posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks
bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan
(motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan
meninggalkan korda melalui neuron eferen.
1. Divisi. Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf
kemudian bercabang menjadi 4 divisi
a. Cabang meningeal kecil masuk kembali ke medulla spinalis melalui foramen sama
yang digunakan saraf untuk keluar dan mempersarafi meninges, pembuluh darah
medula spinalis dan ligamen vertebralis
b. Ramus dorsal (posterior) terdiri dari serabut yang menyebar kearah posterior untuk
mempersarafi otot dan kulit pada bagian belakang kepala, leher, dan pada trunkus di
regia saraf spinal
c. Cabang ventral (anterior) terdiri dari serabut yang mensuplai bagian anterior dan
lateral pada trunkus dan anggota gerak
d. Cabang viseral adalah bagian dari SSO. Cabang ini memiliki ramus komunikans
putih dan ramus komunikans abu-abu yang membentuk hubungan abtara medula
spinalis dan ganglia pada trunkus simpatis SSO
2. Pleksus adalah jaring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh
saraf spinal, kecuali T1 dan T11 , yang merupakan awal saraf intercostae
a. Pleksus serviks terbentuk dari ramus ventral keempat saraf serviks pertama- C1, C2,
C3, C4- dan sebagian C5. Saraf ini menginversi otot leher, dan kulit kepala, leher
serta dada. Saraf terpenting yang berawal dari pleksus ini adalah saraf frenik yang
menginversi diagfragma
b. Pleksus brakhial terbentuk dari ramus ventral saraf serviks C5, C6, C7, C8, dan saraf
toraks pertama T1 dengan melibatkan C4 dan T2. Saraf dari pleksus brakhial
mensuplai lengan atas dan beberapa otot pada leher dan bahu
c. Pleksus lumbal terbentuk dari ramus saraf lumbal L1, L2, L3, L4 dengan bantuan
T12. Saraf dari pleksus ini menginversi kulit dan otot dinding abdomen, paha dan
genetalia eksternal. Saraf terbesar adalah saraf femoral, yang mensuplai otot fleksor
paha dan kulit pada paha anterior, regia panggul, dan tungkai bawah
d. Pleksus sakral terbentuk dari ramus ventral saraf sakral S1, S2, dan S3, serta
konstribusi dari L4, L5, dan S4. Saraf dari pleksus ini menginversi anggota gerak
bawah, bokong, dan regia perineal, saraf terbesar adalah saraf sklatik
e. Pleksus koksiks terbentuk dari ramus ventral S5 dan saraf spinal koksiks, dengan
konstribusi dari ramus S4. Pleksus ini merupakan awal saraf koksiks yang mensupali
regia koksiks.
Setiap saraf spinal keluar dari sumsum tulang belakang dengan dua buah akar, yaitu
akar depan (anterior) dan akar belakang (posterior). Setiap akar anterior dibentuk oleh
beberapa benang akar yang meninggalkan sumsum tulang belakang pada satu alur membujur
dan teratur dalam satu baris. Tempat alaur tersebut sesuai dengan tempat tanduk depan terletak
paling dekat di bawah permukaan sumsum tulang belakang. Benang-benang akar dari satu
segmen berhimpun untuk membentuk satu akar depan. Akar posterior pun terdiri atas benang-
benang akar serupa, yang mencapai sumsum tulang belakang pada satu alur di permukaan
belakang sumsum tulang belakang. Setiap akar belakang mempunyai sebuah kumpulan sel
saraf yang dinamakan simpulsaraf spinal. Akar anterior dan posterior bertaut satu sama lain
membentuk saraf spinal yang meninggalkan terusan tulang belakang melalui sebuah lubang
antar ruas tulang belakang dan kemudian segera bercabang menjadi sebuah cabang belakang,
cabang depan, dan cabang penghubung.
Cabang-cabang belakang saraf spinal mempersarafi otot-otot punggung sejati dan
sebagian kecil kulit punggung. Cabang-cabang depan mempersarafi semua otot kerangka
batang badan dan anggota-anggota gerak serta kulit tubuh kecuali kulit punggung. Cabang-
cabang depan untuk persarafan lengan membentuk suatu anyaman (plexus), yaitu anyaman
lengan (plexus brachialis). Dari anyaman inilah dilepaskan beberapa cabang pendek ke arah
bahu dan ketiak, dan beberapa cabang panjang untuk lengan dan tangan. Demikian pula
dibentuk oleh cabang-cabang depan untuk anggota-anggota gerak bawah dan untuk panggul
sebuah anyaman yang disebut plexus lumbosakralis, yang juga mengirimkan beberapa cabang
pendek ke arah pangkal paha dan bokong, serta beberapa cabang panjang untuk tungkai atas
dan tungkai bawah. Yang terbesar adalah saraf tulang duduk. Saraf ini terletak di bidang
posterior tulang paha.
Medulla spinalis atau sumsum tulang belakang bermula ada medula ablongata,
menjulur kearah kaudal melalu foramen magnum dan berakhir diantara vertebra-lumbalis
pertama dan kedua. Disini medula spinalis meruncing sebagai konus medularis, dna kemudian
sebuah sambungan tipis dasri pia meter yang disebut filum terminale, yang menembus kantong
durameter, bergerak menuju koksigis. Sumsum tulang belakang yang berukuran panjang
sekitar 45 cm ini, pada bagian depannya dibelah oleh figura anterior yang dalam, sementara
bagian belakang dibelah oleh sebuah figura sempit.
Pada sumsum tulang belakang terdapat dua penebalan, servikal dan lumbal. Dari
penebalan ini, plexus-plexus saraf bergerak guna melayani anggota badan atas dan bawah dan
plexus dari daerah thorax membentuk saraf-saraf interkostalis.
Fungsi sumsum tulang belakang :
1) Organ sensorik : menerima impuls, misalnya kulit.
2) Serabut saraf sensorik ; mengantarkan impuls-impuls tersebut menuju sel-sel
dalam ganglion radix pasterior dan selanjutnya menuju substansi kelabu pada
karnu pasterior mendula spinalis.
3) Sumsum tulang belakang, dimana serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls-impuls menuju karnu anterior medula spinalis.
4) Sel saraf motorik ; dalam karnu anterior medula spinalis yang menerima dan
mengalihkan impuls tersebut melalui serabut sarag motorik.
5) Organ motorik yang melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls
saraf motorik.
6) Kerusakan pada sumsum tulang belakang khususnya apabila terputus pada
daerah torakal dan lumbal mengakibatkan (pada daerah torakal) paralisis
beberapa otot interkostal, paralisis pada otot abdomen dan otot-otot pada kedua
anggota gerak bawah, serta paralisis sfinker pada uretra dan rektum.
c. Saraf spinal
Saraf spinal pada manusia dewasa memiliki panjang sekitar 45 cm dan lebar 14 mm.
Pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara longitudinal
di bagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior berupa fisura.
Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing memiliki
sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen intervertebra
(lubang pada tulang vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan foramen
intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal pertama yang keluar
di antara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama
Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan kemudian dari
kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang vertebra. Celah tersebut
dinamakan foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal merupakan saraf campuran karena
mengandung serat-serat eferen yang membawa impuls baik sensorik maupun motorik.
Mendekati medula spinalis, serat-serat eferen memisahkan diri dari serat–serat eferen. Serat
eferen masuk ke medula spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat
eferen keluar dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen
medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan demikian
terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5 pasang saraf spinal
lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf spinal koksigeal. Untuk
kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron penghubung disebut interneuron yang
tersusun sangat bervariasi mulai dari yang sederhana satu interneuron sampai yang sangat
kompleks banyak interneuron. Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal melayani
suatu segmen tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik.
Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat memberikan gambaran
letak kerusakan.
Adapun ke 31 nervus spinalis, yaitu:
1. Nervus hipoglossus : Nervus yang mempersarafi lidah dan sekitarnya.
2. Nervus occipitalis minor : Nervus yang mempersarafi bagian otak belakang
dalam trungkusnya.
3. Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.
4. Nervus radialis: Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah bagian posterior,
mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis dan otot
ekstensor lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan atas dan
lengan bawah. Merupakan saraf terbesar dari plexus.
5. Nervus thoracicus longus: Nervus yang mempersarafi otot subclavius, Nervus
thoracicus longus. berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus
anterior.
6. Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot
trapezius, otot latissimus dorsi.
7. Nervus axillaris: Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum humeri.
8. Nervus subciavius: Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6,
mempersarafi otot subclavius..
9. Nervus supcapulari: Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi otot
rhomboideus major dan minor serta otot levator scapulae,
10. Nervus supracaplaris: Berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot
supraspinatus dan infraspinatus.
11. Nervusphrenicus: Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.
12. Nervus intercostalis
13. Nervus intercostobrachialis: Mempersyarafi kelenjar getah bening.
14. Nervus cutaneus brachii medialis: Nervus ini mempersarafi kulit sisi medial
lengan atas.
15. Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi medial lengan
bawah.
16. Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-
otot kecil tangan, dan kulit tangan di sebelah medial.
17. Nervus medianus: Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus medianus.
18. Nervus musculocutaneus: Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot
coracobrachialis, otot brachialis, dan otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini
akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari lengan atas.
19. Nervusdorsalis scapulae: Nervus dorsalis scapulae bersal dari ramus C5,
mempersarafi otot rhomboideus.
20. Nervus transverses colli
21. Nervus nuricularis: Nervus auricularis posterior berjalan berdekatan menuju
foramen, Letakanatomisnya: sebelah atas dengan lamina terminalis,
22. NervusSubcostalis: Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.
23. Nervus Iliochypogastricus: Nervus iliohypogastricusberpusat pada medulla
spinalis.
24. Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersyarafi system genetal, atau kelamin
manusia.
25. NervusGenitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis
L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis
¾.
26. Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersyarafi tungkai atas, bagian lateral
tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.
27. NervusFemoralis: Nervus yang mempersyarafi daerah paha dan otot paha.
28. NervusGluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun
sering dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.
29. Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersyarafi pangkal paha
30. NervusCutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersyarafi bagian (s2 dan
s3) pada bagian lengan bawah.
31. Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina
ischiadica. Nervus pudendus, Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan
otot perineum(ke kiri / kanan ), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih
rendah.
Tabel Sistem saraf medulla spinalis
Jumlah Medula spinalis
daerah
Menuju
7 pasang Servix Kulit kepala, leher dan otot
tangan, membentuk daerah
tengkuk.
12 pasang Punggung/toraks Organ-organ dalam, membentuk
bagian belakang torax atau dada.
5 pasang Lumbal/pinggang Paha, membentuk daerah lumbal
atau pinggang.
5 pasang Sakral/kelangkang Otot betis, kaki dan jari kaki,
membentuk os sakrum (tulang
kelangkang).
1 pasang Koksigeal Sekitar tulang ekor, membentuk
tulang koksigeus (tulang tungging)
(Sumber: Sistem Saraf I « Andienchandra’s Blog.htm)
Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan
mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian
bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki).
Secara fungsi, sumsum tulang belakang bekerja secara sadar dan tak sadar (saraf
otonom). Sumsum tulang belakang yang bekerja secara sadar di atur oleh otak sedangkan
sistem saraf tidak sadar (saraf otonom) mengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh kerja otak
seperti denyut jantung, sistem pencernaan, sekresi keringat, gerak peristaltic usus, dan lain-lain.
Fungsi sumsum tulang belakang yang utama adalah sebagai berikut.
1. Menghubungkan sistem saraf tepi ke otak. Informasi melalui neuron sensori
ditransmisikan dengan bantuan interneuron (impuls saraf dari dan ke otak).
2. Memungkinan jalan terpendek dari gerak refleks. Sehingga sumsum tulang belakang
juga biasa disebut saraf refleks.
d. Suplai darah medula spinalis
A. Arteri spinalis anterior : arteri ini dibentuk dari penggabungan sepasang cabang dari arteri
vertebralis. Arteri ini berjalan turun sepanjang permukaan ventral sumsum tulang
belakang servikal dan sedikit menyempit dekat T4
B. Arteri Spinalis Medialis Anterior : arteri ini merupakan kelanjutan dari arteri spinalis
anterior dibawah T4.
C. Arteri Spinalis Posterolateralis : arteri ini berasal dari arteri vertebralis dan berjalan turun
ke segmen servikal bawah dan torakal atas.
D. Arteri Radikularis : beberapa (tetapi tidak semua) arteri interkostalis dari aorta
memberikan cabang segmental (radikular) ke sumsum tulang belakang dari T1 sampai
L1; cabang yang terbesar, arteri radikularis ventralis magna, juga dikenal sebagai arteri
radikularis magna atau arteri Adamkiewicz, memasuki sumsum tulang belakang di antara
segmen T8 dan L4, Arteri ini biasanya timbul di sisi kiri, dan pada kebanyakan orang,
memberikan sebagian besar suplai darah arteri untuk setengah dari bagian bawah
sumsum tulang belakang. Walaupun oklusi pada arteri ini jarang terjadi, oklusi ini
menyebabkan defisit neurologis yang besar (misalnya paraplegia, hilangnya rasa pada
tungkai, inkontinensia urin). Beberapa arteri radikularis berasal dari arteri lumbalis,
iliolumbalis, dan sakralis lateral yang terdapat di bagian lumbosakral. Di antaranya suatu
pembuluh yang besar nampaknya memasuki foramen intervertebralis pada vertebra L2
untuk membentuk bagian arteri spinalis anterior yang paling bawah - arteri terminalis -
yang berjalan sepanjang filum terminalis.
E. Arteri Spinalis Posterior : sepasang arteri ini jauh lebih kecil daripada arteri spinalis
anterior besar yang tunggal; arteri ini bercabang-cabang pada berbagai tingkat untuk
membentuk pleksus arterialis posterolateralis. Arteri spinalis posterior menyuplai
kolumna putih dorsalis dan bagian posterior dari kolumna kelabu dorsalis.
F. Arteri Sulkalis : pada setiap segmen, cabang-
cabang dari arteri radikular yang memasuki
foramen intervertebralis menyertai akar saraf
dorsalis dan ventralis. Cabang-cabang ini me
nyatu langsung dengan arteri spinalis posteri-
or dan anterior untuk membentuk cincin arte-
ri yang tidak beraturan (suatu korona arterial-
is) dengan hubungan-hubungan vertical.
Arteri sulkalis bercabang dari dari arteri
koronalis pada kebanyakan segmen. Arteri
sulkalis anterior muncul di berbagai tingkat
sepanjang sumsum tulang belakang servikal
dan torakal di dalam sulkus ventralis; arteri
ini menyuplai kolumna ventralis dan lateralis
di kedua sisi sumsum tulang belakang.
Vena
Pleksus venosus eksternus yang tidak
beraturan terletak di dalam ruang epidural dan
berhubungan dengan vena-vena segmental, vena
basivertebralis dari kolumna vertebralis, pleksus basi
Gambar : Suplai darah med.
spinalis
laris di kepala, dan melalui vena pedikularis-pleksus venosus internus yang lebih kecil yang
terletak di dalam ruang subarachnoid. Seluruh drainase darah vena berakhir ke dalam vena kava.
Kedua pleksus membentang sepanjang sumsum tulang belakang.
B. Trauma medulla spinalis
a. Definisi
Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai
servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang
belakang, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olahraga,
dan sebagainya. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan lunak pada
tulang belakang yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan susmsum
tulang belakang atau spinal kord.
b. Epidemiologi
Insiden trauma medulla spinalis diperkirakan 30-40 per satu juta penduduk per
tahun, dengan sekitar 8.000-10.000 kasus per tahun. Angka mortalitas diperkirakan
48% dlam 24 jam pertama, dan lebih kurang 80% meninggal di tempat kejadian, ini
disebabkan vertebra servicalis yang memiliki resiko trauma yang paling besar,
dengan level tersering C5, diikuti C4, c6 dan kemudian T12, L1 dan T10.
Cedera medulla spinalis sering pada pria usia sekitar 15-30 tahun, 25% cedera
medula spinalis terjadi pada anak-anak. Kausa cedera medulla spinalis biasanya
multiple dan bervariasi untuk tiap daerah, misalnya di daerah industry kecelakaan
motor sering sebagai penyebab cedera medulla spinalis. Cedera medulla spinalis akut
dapat terjadi karena kecelakaan lalulintas, terjatuh, olahraga (misalnya : diving,
berkuda, dll), kecelaka -an industri. Di negara maju angka CMS relative menurun
karena penggunaan alat pelindung diri misalnya seat-belts dan airbags. Faktor resiko
cedera spinalis 25% karena pengguna alkohol, dan insidens laki-laki berkisar 80-85%
dan wanita 15-20%.
c. Etiologi
Cedera Medula Spinalis disebapkan oleh trauma langsung yang mengenai tulang
belakang dimana trauma tersebut melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf di dalamnya.
Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak
mengenai daerah servikal dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,
kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal tidak banyak terjadi karena
terlindung dengan struktur toraks.
Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan
dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum tulanmg belakang dapat beruypa
memar, contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, atau perdarahan.Kelainan sekunder pada sumsum belakang dapat
doisebabkan hipoksemia dana iskemia.iskamia disebabkan hipotensi, oedema, atau
kompressi.
Perlu disadar bahwa kerusakan pada sumsum belakang merupakan
kerusakan yang permanen karena tidak akan terjadi regenerasi dari jaringan saraf. Pada
fase awal setelah trauma tidak dapat dipastikan apakah gangguan fungsi
disebabkan oleh kerusakan sebenarnya dari jaringan saraf atau disebabkan oleh
tekanan, memar, atau oedema.
Etiologi cedera spinal adalah:
1. Trauma misalnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kegiatan olah raga, luka tusuk
atau luka tembak.
2. Non trauma seperti spondilitis servikal dengan myelopati, myelitis,
osteoporosis, tumor.
Menurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera medula spinalis adalah
1. Kecelakaan dijalan raya (penyebab paling sering).
2. Olahraga
3. Menyelan pada air yang dangkal
4. Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan
5. Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)
6. Kejatuhan benda keras
7. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang. (Harsono, 2000).
8. Luka tembak atau luka tikam
9. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis slompai, yang
seperti spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran
sempit dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar
mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun non infeksi osteoporosis yang
disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebra, singmelia, tumor infiltrasi
maupun kompresi, dan penyakit vascular.
10. Keganasan yang menyebabkan fraktur patologik
11. Infeksi
12. Osteoporosis
13. Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan saat mengendarai mobil atau sepeda
motor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi trauma medulla spinalis
1. Usia
Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan pada wanita
karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor.
2. Jenis Kelamin
Belakangan ini wanita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor
osteoporosis yang di asosiasikan dengan perubahan hormonal (menopause).
3. Status Nutrisi
d. Patofisiologi
Trauma pada permukaan medula spinalis dapat memperlihatkan gejala dan tanda
yang segera ataupun dapat timbul kemudian. Trauma mekanik yang terjadi untuk pertama
kalinya sama pentingnya dengan traksi dan kompresi yang terjadi selanjutnya.
Kompresi yang terjadi secara langsung pada bagian-bagian saraf oleh fragmen-
fragmen tulang, ataupun rusaknya ligamen-ligamen pada sistem saraf pusat dan perifer.
Pembuluh darah rusak dan dapat menyebabkan iskemik. Ruptur axon dan sel membran
neuron bisa juga terjadi. Mikrohemoragik terjadi dalam beberapa menit di substansia
grisea dan meluas beberapa jam kemudian sehingga perdarahan masif dapat terjadi dalam
beberapa menit kemudian.
Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi, fraktur,
dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1
Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi
pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yang terfiksasi, seperti
vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12.
Gambar .manifestasi plegi pada trauma medulla spinalis
Dislokasi bisa ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa
kerusakan yang nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan lesi
yang nyata di medulla spinalis.
Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan
dislokasi, tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis dikenal sebagai trauma tak
langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini ialah whiplash (lecutan), jatuh
terduduk atau dengan badan berdiri, atau terlempar oleh gaya eksplosi bom.
Medula spinalis dan radiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :
1. Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan
hematom. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan
kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi tulang dan
kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan
trauma hiperekstensi.
2. Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada
jaringan, hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla
spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia.
3. Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan
gangguan aliran darah kapiler dan vena.
4. Gangguan sirkulasi akibat kompresi tulang atau arteri spinalis anterior dan
posterior.
e. Klasifikasi
Cedera Medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.
Tabel klasifikasi lesi trauma medulla spinalis
Terdapat 5 sindrom utama cedera medulla spinalis inkomplet menurut American
Spinal Cord Injury Association yaitu : (1) Central Cord Syndrome, (2) Anterior Cord
Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina Syndrome, dan (5) Conus
Medullaris Syndrome. Lee menambahkan lagi sebuah sindrom inkomplet yang sangat
jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome
Central Cord Syndrome (CCS) biasanya terjadi setelah cedera hiperekstensi.
Sering terjadi pada individu di usia pertengahan dengan spondilosis cervicalis. Predileksi
lesi yang paling sering adalah medulla spinalis segmen servikal, terutama pada vertebra
C4-C6. Sebagian kasus tidak ditandai oleh adanya kerusakan tulang. Mekanisme
terjadinya cedera adalah akibat penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di
posterior dan kompresi osteofit atau material diskus dari anterior. Bagian medulla spinalis
yang paling rentan adalah bagian dengan vaskularisasi yang paling banyak yaitu bagian
sentral. Pada Central Cord Syndrome, bagian yang paling menderita gaya trauma dapat
mengalami nekrosis traumatika yang permanen. Edema yang ditimbulkan dapat meluas
sampai 1-2 segmen di bawah dan di atas titik pusat cedera. Sebagian besar kasus Central
Cord Syndrome menunjukkan hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, yang
mengindikasikan adanya edema
Gambaran khas Central Cord Syndrome adalah kelemahan yang lebih prominen
pada ekstremitas atas dibanding ektremitas bawah. Pemulihan fungsi ekstremitas bawah
biasanya lebih cepat, sementara pada ekstremitas atas (terutama tangan dan jari) sangat
sering dijumpai disabilitas neurologic permanen. Hal ini terutama disebabkan karena
pusat cedera paling sering adalah setinggi VC4-VC5 dengan kerusakan paling hebat di
medulla spinalis C6 dengan lesi LMN. Gambaran klinik dapat bervariasi, pada beberapa
kasus dilaporkan disabilitas permanen yang unilateral.
Tabel klasifikasi trauma medulla spinalis inkomplit
BAB III
DATA PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. T
Umur : 37 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Manggisan, Tegalwaton
Pekerjaan : Serabutan
Tanggal masuk : 30 April 2016
No. RM : 15-16-XXXXX
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan lemah kedua tangan dan kaki. Pasien post
jatuh dari pohon manggis ketinggian ±4 meter, dengan posisi leher dahulu yang terkena
benturan. Lalu setelah beberapa saat pasie merasa kaki dan tangan nya lemas. Pusing
(-), mual (-), muntah (-).
Setelah di anamnesis lebih lanjut, pasien juga merasakan sakit kepala cekot-cekot
di kepala bagian sebelah kiri. Selain sakit kepala cekot-cekot sebelah kiri, mata kiri
pasien juga terasa perih dan pedas. Rasa sakit kepala dirasakan seperti baru saja
dipukuli orang. Skala sakit = 7. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak 3 bulan yang
lalu. Sebelumnya pasien belum pernah sakit sehebat ini. Awal mula sakit dirasakan saat
pasien naik motor setelah pulang dari Ambarawa sekitar 3 bulan yang lalu. Saat dalam
perjalanan tersebut, pasien merasa ada binatang “kepik” masuk dalam mata kirinya.
Beberapa minggu setelah itu pasien baru merasakan bahwa kepala kirinya sakit dan
mata kirinya terasa perih dan pedas.
Keluarga pasien mengatakan bahwa keluhan pada mata Tn. Nsudah diperiksakan
ke dokter mata tetapi tidak ada perbaikan. Keluhan dirasakan berlangsung sepanjang
hari, tidak membaik dengan istirahat maupun obat. Keluhan dirasakan memberat 2
minggu terakhir sebelum masuk RS, yaitu dirasakan sakit kepala yang semakin hebat,
pusing berputar, mual, muntah, dan pasien nampak bingung, mudah marah, dan menjadi
tidak paham apabila sedang mengobrol.
Sebagian besar pertanyaan yang ditanyakan dijawab oleh keluarga, disebabkan
Tn. N terlihat bingung dan tidak memahami pertanyaan dari pewawancara.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung (-), penyakit kencing manis (-), kolesterol tinggi (-),
pusing berputar (-), sakit kepala (-), riwayat gangguan mata dan pendengaran (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada riwayat keluarga, tidak didapatkan adanya keluhan yang serupa dengan
pasien. Riwayat adanya tumor pada keluarga (-).
5. Riwayat Personal Sosial
Pasien adalah seorang perokok ringan. Dikatakan bahwa Tn. N merokok biasanya
sebulan sekali dan hanya beberapa batang rokok saja seharinya.
Pekerjaan pasien sehari-hari adalah bertani. Keluarga mengatakan bahwa selama
ini Tn. N tidak terpapar dengan lingkungan atau pun pekerjaan yang berkaitan dengan
radiasi.
6. Tinjauan Sistem
Kepala leher : tidak ada keluhan
THT : pendengaran kedua terlinga menurun
Respirasi : tidak ada keluhan
Gastrointestinal : mual muntah
Kardiovaskular : tidak ada keluhan
Perkemihan : tidak ada keluhan
Sistem Reproduksi : tidak ada keluhan
Kulit dan Ekstremitas: tidak ada keluhan
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum : Compos Mentis
GCS : E4 V4 M6
Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, regular
Frekuensi Napas : 16x/menit
Suhu : 36oC
Kepala dan Leher
Conjungtiva anemis: (-/-)
Sklera Ikterik: (-/-)
Pembesaran Limfonodi: (-)
Thorax
Cor
Suara S1 dan S2 terdengar regular dan tidak ditemukan bising atau suara tambahan
jantung
Pulmo
Bentuk paru simetris, tidak terdapat jejas dan kelainan bentuk.
Tidak ada ketinggalan gerak, vocal fremitus tidak ada peningkatan maupun
penurunan.
Tidak ada nyeri tekan pada lapang paru.
Perkusi : sonor
Suara dasar vesikuler : +/+ (positif di lapang paru kanan dan kiri)
Suara rokhi : -/- (tidak terdengar di lapang paru kanan dan kiri)
Suara wheezing : -/- (tidak terdengar di kedua lapang paru)
Abdomen
Bentuk supel (+)
Peristaltik usus (+) normal
Nyeri tekan (+)
Extremitas
Akral hangat : (+) baik di ekstremitas atas maupun bawah
CRT : <2 detik
Udem pitting: -
Status Neurologis
No Pemeriksaan Superior Inferior
1 Sistem Motorik
Kekuatan Otot 5/5/5 | 5/5/5 5/5/5 | 5/5/5
2 Gerakan Involunter
Tremor
Chorea
Atetosis
Mioklonik
Tics
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
3 Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achiles
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
(++) / (++)
4 Refleks Patologis
Hoffman Tromer
Babinsky
Chaddock
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Bing
Gonda
Mendel
Rossolimo
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
(-)/(-)
5 Tonus N/N N/N
6 Trofi E/E E/E
7 Klonus -/- -/-
Pemeriksaan Nervus Cranialis
No Nervus Pemeriksaan Keterangan
Dextra Sinistra
1 Olfactorius - Subjektif
- Dengan bahan
Normosmia
Normosmia
Normosmia
Normosmia
2 Opticus Pengecekan kasar :
- Daya penglihatan
- Warna
- Medan
Penglihatan
1/300
(lambaian
tangan)
Agnosia
N
1/300
(lambaian
tangan)
Agnosia
N
3 Oculomotorius - Ptosis
- Ukuran Pupil
- Bentuk Pupil
- Refleks Cahaya
pada Pupil
- Reflek
Akomodatif
-
3 mm
Bulat
+
N
-
3 mm
Bulat
+
N
4 Oculomotorius,
Throclearis,
- Melirik ke medial
- Melirik ke medial
N
N
N
N
Abducens bawah
- Melirik ke lateral
- Diplopia
N
-
N
-
5 Trigeminus Fungsi Sensorik
- Sensibilitas dahi
- Sensibilitas pipi
- Sensibilitas dagu
Fungsi Motorik
- Menggigit
- Membuka Mulut
N
N
N
N
N
N
N
N
N
N
6 Facialis - Mengerutkan dahi
- Menggembungkan
pipi
- Menutup mata
N
N
N
N
N
N
N
N
7 Vestibulocochlearis - Mendengarkan
arloji
- Mendengarkan
gesekan tangan
- Tes garpu tala
Salah
persepsi
Salah
persepsi
Tidak
dilakukan
Salah persepsi
Salah persepsi
Tidak
dilakukan
8 Glosopharingeus - Suara sengau
- Reflek muntah
-
Tidak dilakukan
9 Vagus - Gangguan
menelan
-
- Afonia atau
Disfonia -
10 Asesorius - Kekuatan
trapezius
- Kekuatan
sternomastoideus
N
N
N
N
11 Hipoglossus - Menjulurkan lidah
- Artikulasi
- Tremor lidah
- Trofi lidah
N
N
-
-
Pemeriksaan tambahan :
Romberg Test (+) saat menutup mata, bila membuka mata (-).
Nistagmus (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Leukosit
Eritrosit
15,44
4.86
4.5 – 11
4 – 5
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
15,3
46,0
94,7
31,5
33,2
213
14 – 18
38.00 – 47.00
86 – 108
28 – 31
30 – 35
150 – 450
KIMIA
Gula Darah Sewaktu 128 80-14
2. Pemeriksaan CT Scan Kepala polos
Hasil:
Tak tampak soft tissue swelling extracranial
Sistema tulang yang tervisualisasi tampak intact
Gyri dan sulci tak tampak menyempit
Batas grey matter dan white matter tampak tegas
Tak tampak lesi hiperdens dan hipodens intercerebral dan intercerebellar
Air cellulae mastoidea dalam batas normal
Tak tampak deviasi struktur mediana
Vertebra cervical tak tampak kelainnan, tak tampak gambaran compressi maupun
listhesis vertebra
Kesan
Tak tampak kelainan pada Head CT-Scan saat ini
Tak tampak gambaran brain edema, ICH,IVH, EDH, maupun SDH
Tak tampak fracture pada sistema tulang yang tervisualisasi
Tak tampak compresi corpus vertebra maupun gambaran spondylolisthesis
vertebra cervicalis
Tak tampak gambaran hematosinus
3. ASSESTMENT
Diagnosis klinis : Vertigo, Cephalgia Kronis Progresif, Vomitus, Gangguan
Pendengaran, Gangguan Penglihatan
Diagnosis etiologi : SOL, suspect Low Grade Astrocytoma
Diagnosis topis : massa di lobus parietalis sinistra
4. TREATMENT
Infus Kaen 3B 20 tpm
Injeksi Ondansetron 2x1 A
Injeksi Ranitidin 2x1 A
Injeksi Citicolin 2x500 mg
Injeksi Dexamethasone 4x1 A
Injeksi Ketorolac 2x1A
Po. Mertigo 3x1
Rujuk Bedah Saraf