7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 1/31
LAPORAN KASUS
TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI
DOKTER PEMBIMBING
Dr. ASNOMINANDA, Sp. THT-KL
DISUSUN OLEH:
NOVI AGUSTINA
030.07.189
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN
TELINGA HIDUNG TENGGOROK (THT)
RS PUSAT TNI AU Dr. ESNAWAN ANTARIKSA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 9 APRIL 2012 – 12 MEI 2012
1
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 2/31
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini. Laporan Kasus berjudul “Tonsilitis
Kronis Hipertrofi” ini dibuat dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dalam
Kepaniteraan Klinik Bedah di Rumah Sakit Pusat TNI AU Dr. Esnawan Antariksa. Dalam
pembuatan tinjauan pustaka dari laporan kasus ini, Saya mengambil referensi dari literatur dan
jaringan internet.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dokter pembimbing, dr.
Asnominanda, Sp.THT-KL yang telah memberikan bimbingannya dalam proses penyelesaian
laporan kasus ini, juga untuk dukungannya baik dalam bentuk moril maupun dalam mencari
referensi yang lebih baik.
Penulis sadar bahwa dalam pembuatan laporan kasus ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun dalam perbaikan laporan kasus ini.
Penulis berharap agar referat ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak yang memerlukan khususnya bagi Penulis sendiri.
Jakarta, April 2012
Penulis
2
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 3/31
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. iv
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................................... 1
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL....................................................................... 9
TONSILITIS AKUT
A. Definisi ................................................................ ....................................................... 13
B. Etiologi..................... ................................................................................................... 13
C. Patofisiologi.................................................................................................................. 13
D. Manifestasi Klinis ........................................................................................................ 13
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................ 14
F. Komplikasi................................................................................................................... 14
G. Penatalaksanaan............................................................................................................ 14
TONSILITIS KRONIS
A. Definisi ......................................................................................................................... 15
B. Etiologi.......................................................................................................................... 15
C. Faktor predisposisi.......................................................................................................... 16
D. Patofisiologi................................................................................................................... 16
E. Manifestasi Klinis........................................................................................................... 17
F. Pemeriksaan Fisik........................................................................................................... 17
G. Diagnosis ....................................................................................................................... 18
H. Diagnosis Banding.......................................................................................................... 18
I. Penatalaksanaan.............................................................................................................. 20
J. Komplikasi..................................................................................................................... 21
KESIMPULAN ................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 24
3
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 4/31
BAB I
PENDAHULUAN
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan
terutama pada usia muda. Penyakit ini terjadi disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena
kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut.
Ketidaktepatan terapi antibiotik pada penderita tonsilitis akut akan merubah mikroflora pada
tonsil, merubah struktur pada kripta tonsil dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi
bahkan faktor penyebab terjadinya tonsilitis kronis.
Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh radang
tenggorok yang berulang. Tonsilitis dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak tangan,
menghirup udara tetesan setelah seseorang dengan tonsilitis bersin atau berbagi peralatan atau
sikat gigi dari orang yang terinfeksi. Anak-anak dan remaja berusia 5-15 tahun yang paling
mungkin untuk mendapatkan tonsilitis, tetapi dapat menyerang siapa saja. Hanya sekitar 30 %
dari tonsilitis pada anak disebabkan oleh radang tenggorokan dan hanya 10% dari tonsilitis
pada orang dewasa disebabkan oleh radang tenggorokan.
Gejala klinik tonsilitis kronis adalah nyeri tenggorok atau nyeri telan ringan, kadang –
kadang terasa seperti ada benda asing di tenggorok dimana mulut berbau, badan lesu, nafsu
makan menurun, sakit kepala dan badan terasa meriang – meriang.
4
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 5/31
BAB II
LAPORAN KASUS
RUMAH SAKIT PUSAT TNI AU Dr. ESNAWAN ANTARIKSA
SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROK
Jl. Merpati No. 2, Halim Perdanakusuma Jakarta Timur-13610
Nama Mahasiswa : Novi Agustina
NIM : 030.007.189
Dokter Pembimbing : dr. Asnominanda, Sp.THT-KL
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MD
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Angkasa 2, No: 10
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Status pernikahan : Belum menikah
Tanggal Masuk RS: 26 April 2012
5
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 6/31
B. ANAMNESIS
Diambil secara : autoanamnesis
Pada tanggal : 26 April 2012 Jam : 11.00 WIB
1.KELUHAN UTAMA: Rasa mengganjal di tenggorok
2.KELUHAN TAMBAHAN: tidak ada
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
OS datang ke poliklinik THT RS Pusat TNI AU dengan keluhan rasa mengganjal ditenggorok yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan
terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. OS juga mengeluhkan rasa sakit
di tenggorok, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan
demam yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Keluhan-keluhan tersebut dirasakan
hilang timbul sejak 5 tahun lalu, akan tetapi ketika pemeriksaan, OS tidak mengeluhkan hal-
hal tersebut tadi. OS juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat
tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas, kadang dirasakan OS selama 2 minggu
terakhir.
Dalam 5 tahun ini, OS mengaku telah mengalami serangan 3-4 kali dalam setahun,
keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah OS
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan
tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Riwayat merokok disangkal oleh OS
Keluhan batuk, pilek, hidung tersumbat, demam, bersin-bersin dan sakit kepala/ sakit
didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS.
Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal
oleh OS. Keluhan gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut, sesak nafas disangkal
oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Mata merah, mata
berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.
Sebelumnya OS sering berobat karena keluhan yang sama ke puskesmas saat serangan
timbul (keluhan nyeri tenggorok), puskesmas mengatakan bahwa OS memiliki sakitamandel diberikan beberapa jenis obat, salah satunya antibiotik, namun keluhannya hanya
6
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 7/31
hilang sementara kemudian muncul kembali. Sekitar 2 tahun yang lalu saat serangan, OS
berobat ke dokter spesialis THT, saat itu OS tidak dianjurkan untuk dilakukan operasi,
hanya diberikan antibiotik, namun OS mengaku tidak teratur meminumnya.
4. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
- OS mengeluhkan penyakit/keluhan yang sama sejak 5 tahun yang lalu, yang dirasakan
hilang timbul, dengan frekuensi 3-4 kali per tahun.
- Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis dan asthma disangkal oleh OS.
- Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara dingin disangkal oleh OS.
- Riwayat dirawat di RS, operasi THT disangkal oleh OS.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. KEADAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36.2˚C
Pernapasan : 20x/menit
Berat badan : 60 kg
II. TELINGA
Kanan Kiri
Bentuk Daun Telinga NormalDeformitas (-)
NormalDeformitas (-)
7
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 8/31
Kelainan Congenital Tidak ada Tidak ada
Radang, Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan Daun Telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre-, infra-,
retroaurikuler
Tidak ada Tidak ada
Regio Mastoid Tidak ada kelaianan Tidak ada kelaianan
Liang Telinga CAE lapang, serumen
tidak ada
CAE lapang, serumen
tidak ada
Valsava Test
Toyinbee Test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Membran Timpani MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya
(+) jam 5
MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya
(+) jam 7
TES PENALA
TEST KANAN KIRI
Rinne Positif (+) Positif (+)
Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Swabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 512 Hz 512 Hz
Kesan : Tidak ada kelainan pada kedua telinga (ADS dalam batas normal)
III. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL
• Bentuk : Normal, tidak ada deformitas
• Tanda peradangan : Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak (-)
• Vestibulum : Hiperemis -/-, sekret -/-
• Cavum nasi : Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/-
• Konka inferior : Eutrofi/eutrofi
• Meatus nasi inferior : Eutrofi/eutrofi
• Konka medius : Eutrofi/eutrofi
8
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 9/31
• Meatus nasi medius : Sekret -/-
• Septum nasi : Deviasi -/-
•Pasase udara : Hambatan -/-
• Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
• Daerah sinus maksilaris : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
IV. RHINOPHARYNX (RHINOSKOPI POSTERIOR) ---- Tidak dilakukan
pemeriksaan
• Koana : -
• Septum nasi : -
• Muara tuba eustachius : -
• Torus tubarius : -
• Konka inferior dan media : -
• Dinding posterior : -
V. PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
Kanan Kiri
Sinus frontalis, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sinus maksilaris, grade: Tidak dilakukan Tidak dilakukan
VI. TENGGOROK
PHARYNX
• Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)
•
Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)
9
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 10/31
• Tonsil :
- T2B/T2B
- hiperemis +/+
- permukaan mukosa tidak rata/ granular +/+
- Kripta melebar +/+
- Detritus +/+
- Perlengketan -/-
• Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
• Gigi : gigi geligi lengkap,caries (-)
• Lain-lain : radang ginggiva (-),mukosa pharynx tenang,post nasal drip (-)
LARING (Laringoskopi) --- tidak dilakukan
• Epiglotis : -
• Plika aryepiglotis : -
• Arytenoid : -
• Ventrikular band : -
• Pita suara asli : -
• Rima glotis : -
• Cincin trakea : -
• Sinus piriformis : -
VII.LEHER
• Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar
10
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 11/31
• Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar
VIII. MAKSILO-FASIAL
• Parese nervus cranial : tidak ada
• Bentuk : Deformitas (-); Hematom (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah
- Hemoglobin : 14,8 mg/dl
- Hematokrit : 43 g%
- Leukosit : 8.800/uL
- Trombosit : 237.000/uL
- Masa perdarahan : 2’30
- Masa pembekuan : 5’10
Kesan: dalam batas normal
E. RESUME
Dari anamnesis didapatkan :
OS, laki-laki usia 18 tahun datang dengan keluhan rasa mengganjal di tenggorok yang
dirasakan sejak 2 bulan yang lalu, dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2
minggu terakhir. Dalam 5 tahun ini, OS mengaku telah mengalami serangan 3-4 kali per tahun, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan: rasa sakit di tenggorok, nyeri
11
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 12/31
menelan, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam. Keluhan
tersebut dirasakan hilang timbul sejak 5 tahun lalu, dirasakan terutama setelah OS
mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan keluhan tersebut akan
hilang sendiri tanpa pengobatan, akan tetapi saat ini OS tidak merasakan keluhan tersebut.
OS juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan
terbangun tiba-tiba karena sesak nafas kadang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir.
Sebelumnya OS sering berobat karena keluhan yang sama ke puskesmas saat serangan
timbul, dikatakan bahwa OS memiliki sakit amandel diberikan beberapa jenis obat, namun
keluhannya hanya hilang sementara kemudian muncul kembali. Sekitar 2 tahun yang lalu
saat serangan, OS berobat ke dokter spesialis THT, saat itu OS tidak dianjurkan untuk
dilakukan operasi, hanya diberikan antibiotik, namun OS mengaku tidak teratur
meminumnya.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan:
- tonsil hipertrofi dengan ukuran T2B/T2B
- tonsil hiperemis +/+
- permukaan mukosa tidak rata/ granular +/+
- Kripta melebar +/+
- Detritus +/+
F. DIAGNOSIS BANDING
- Tonsilitis kronis hipertrofi
- Tonsilofaringitis kronis
G. DIAGNOSIS KERJA
12
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 13/31
Tonsilitis kronis hipertrofi
Dasar diagnosis:
Diagnosis kerja tonsilitis kronis hipertrofi diambil berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang didapatkan pada OS.
Anamnesis:
- Rasa mengganjal di tenggorok yg dirasakan akibat tonsil yang membesar
- Selama 5 tahun terakhir OS telah mengalami keluhan-keluhan peradangan tonsil, yang
hilang timbul dengan frekuensi 3-4 kali per tahun. Keluhan:
rasa sakit di tenggorok
nyeri menelan
rasa gatal di tenggorokan
kadang disertai batuk pilek dan demam
Tonsilotis Kronis: peradangan tonsil lebih dari 3 bulan, setelah serangan tonsilitis akut
yang berulang-ulang.
- Riwayat kebiasaan: OS suka mengkonsumsi gorengan, makanan pedas dan minuman dingin
(menjadi faktor predisposisi timbulnya tonsilitis)
- Dengan keluhan yang sama, riwayat pengobatan ke puskesmas dan ke dokter spesialis THT,
di diagnosis sakit amandel, diberikan antibiotik namun OS tidak teraktur meminumnya
terapi tonsilitis tidak adekuat, menjadi faktor predisposisi tonsilitis kronik)
Pemeriksaan fisik tenggorok:
- tonsil T2B/T2B
- hiperemis +/+
- permukaan mukosa tidak rata +/+
- Kripta melebar +/+, detritus +/+
13
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 14/31
H. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium berupa kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apusan
tonsil untuk mengetahui kuman penyebab.
I. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
1. Antibiotik: Cefixime 2x100 mg, selama 7-10 hari
2. Anti inflamasi: Metil prednisolon 3x2 mg selama 5 hari
3. Analgetik: asam mefenamat 3x500 mg selama 5 hari
4. Vitamin C 2x500 mg
Diberikan sebelum pasien menjalani operasi tonsilektomi
Operatif: Tonsilektomi
J. ANJURAN
Setelah dilakukan operasi, pasien disarankan untuk:
- Jaga kebersihan mulut
- Makan makanan lunak selama kurang lebih 1 minggu
- Makan makanan bergizi untuk meninggkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat
proses penyembuhan
- Hindari makanan pedas, makanan berminyak dan minuman dingin
14
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 15/31
- Kontrol ke poliklinik THT
K. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
15
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 16/31
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSIL
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil
palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.2
A. Tonsil Palatina1,2
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi
seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil
terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
• Lateral – muskulus konstriktor faring superior
• Anterior – muskulus palatoglosus
• Posterior – muskulus palatofaringeus
• Superior – palatum mole
• Inferior – tonsil lingual
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau
kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang
kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik
16
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 17/31
difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di
seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya
memperlihatkan pusat germinal
Fosa Tonsil1,2
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas
posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar
dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.
Pendarahan1,2,3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri
fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri
palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan
cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis
dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri
faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior
diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian
posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri
tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus
faringeal
Aliran getah bening1,2
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda
(deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke
kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh
getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada
Persarafan1,2
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal)
dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
17
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 18/31
Imunologi Tonsil1,2
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kira-
kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi
adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin
(IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di
jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel
sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada
folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
B. Tonsil Faringeal (Adenoid)1
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti
suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini
tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa
faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring.
Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun
dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara
usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
C. Tonsil Lingual1,2
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada
apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
18
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 19/31
TONSILITIS AKUT
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi
melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut
adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.1
B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :1,2
• Streptokokus beta hemolitikus
• Streptokokus viridans
• Streptokokus piogenes
• Virus influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )
C. PATOFISIOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke
tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi
dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi
juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat
berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.1
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
• nyeri tenggorok
• nyeri telan
• sulit menelan
19
• faring hiperemis
• edema faring
• pembesaran tonsil
• tonsil hiperemia
• mulut berbau
• otalgia ( sakit di telinga )
• malaise
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 20/31
• demam
• mual, anoreksia
• kelenjar limfa leher membengkak
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :6
• Leukosit : terjadi peningkatan
• Hemoglobin : terjadi penurunan
•Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :3
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
G. PENATALAKSANAAN- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila gejala
berat.1
- Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin; antipiretik dan obat
kumur yang mengandung desinfektan.1
20
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 21/31
TONSILITIS KRONIK
A. DEFINISI
Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsila
palatina lebih dari 3 bulan, setelah serangan akut yang terjadi
berulang-ulang atau infeksi subklinis. Terjadinya perubahan
histologi pada tonsil, dan terdapatnya jaringan fibrotik yang
menyelimuti mikroabses dan dikelilingi oleh zona sel-sel
radang.2
Mikroabses pada tonsilitis kronik menyebabkan tonsil
dapat menjadi fokal infeksi bagi organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain.
Fokal infeksi adalah sumber bakteri / kuman di dalam tubuh dimana kuman atau
produkproduknya dapat menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan
penyakit. Kelainan ini hanya menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama
sekali, tetapi akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada organ lain yang jauh dari
sumber infeksi.7
Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang
tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai
dengan hiperemi rigan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.6
B. ETIOLOGI
Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering menderitainfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak diobati dengan
tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang sama yang terdapat
pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif. Dari hasil penelitian
Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan penyebab tersering dan diikuti
Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermis dan kuman
gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat
ketika dilakukan kultur apusan tenggorok.1
21
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 22/31
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis, yaitu :1
• Rangsangan kronis (rokok, makanan)
• Higiene mulut yang buruk
• Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah)
• Alergi (iritasi kronis dari allergen)
• Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
• Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat
D. PATOFISIOLOGI
Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik melalui
hidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag yang
merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat dari
penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka pada suatu
waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman yang bersarang di
tonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada keadaan inilah fungsi
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau fokal infeksi.4
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut
sehingga kripta akan melebar. Secara klini s kripta ini akan tampak diisi oleh Detritus
(akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa
eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul
dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsi laris. Sewaktu-
waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang menurun. 1
22
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 23/31
E. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyer i) yang terus- menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila
menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.1
Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di garis
tengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat, mungkin
terdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal.
F. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi,
hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil
ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran
tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran
tonsil dalam ukuran berikut :
T1 = batas medial tonsil melewati pilar
anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
T2 = batas medial tonsil melewati ¼ jarak
pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-
uvula
T3 = batas medial tonsil melewati ½ jarak
pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-
uvula
T4 = batas medial tonsil melewati ¾ jarak
pilar anterior-uvula atau lebih.
23
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 24/31
G. DIAGNOSIS
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa
dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit
pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok,
nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada
leher.
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut,
permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberap a kr ipt i te ri si oleh
detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang
ser ing adalah dar i tonsi l yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis
dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.
3. Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus tonsil.
Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang
rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus,atau Pneumokokus.
24
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 25/31
H. DIAGNOSIS BANDING
Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :1,2,5
1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semu
yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalam
darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikan
dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejala
akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris,
nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan.
Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat pada
dasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi
miokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan
kelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan
albuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39˚C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakit
tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada pemeriksaantampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus
alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau ( foetor ex ore) dan
kelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup
ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfe
leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit
25
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 26/31
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serum
pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus
a. Faringitis Tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk karena
anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga
(otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada
penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukan
jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilar
tonsil.
c. Lepra ( Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh
dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalamiulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yang
ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri tenggorokan
(odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaan
serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi jaringan.
I. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat kumur,
analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang timbul biasanya akan
hilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus perlu diobati dengan penisilin V
secara oral, cefalosporin, makrolid, klindamicin, atau injeksi secara intramuskular penisilin
26
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 27/31
benzatin G. Terapi yang menggunakan penisilin mungkin gagal (6-23%), oleh karena itu
penggunaan antibiotik tambahan mungkin akan berguna. 1,2,3
Operatif
Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa pasien
dengan tonsilitis kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila palatina dari
fossa tonsilaris. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko
menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.2
Indikasi Tonsilektomi
Menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery (AAO-HNS)
(1995), indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:
Indikasi Absolut
• Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,
gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
• Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
•Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi
Indikasi Relatif
• Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat
• Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis
• Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik beta-laktamase resisten
• Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan
• Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan apakah
mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat. Dugaan
keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk tonsilektomi.
27
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 28/31
Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas indikasi tersebut,
kebanyakan karena infeksi kronik
• Obstruksi nasofaringeal dan orofaringeal yang berat sehingga boleh mengakibatkan
terjadinya gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute untuk surgery.
Pada kasus yang ekstrim, obstructive sleep apnea ini boleh menyebabkan hipoventilasi
alveolar, hipertensi pulmonal dan kardiopulmoner
J. Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar
atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai
komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :1,2,7
Komplikasi ke sekitar tonsil (perkontinuitatum)
a. Peritonsilitis. Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus
dan abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari
penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan
penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh
darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe
faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d. Abses Retrofaring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia
3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
28
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 29/31
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan,
biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith ( Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.
Komplikasi Organ jauh:
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis
29
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 30/31
KESIMPULAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada
kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior
(otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain: fosa tonsil, kapsul tonsil, plika triangularis.
Tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bil a tonsil sudah
tidak dapat menahan infeksi dar i bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
virus ataupun bakteri. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil lebih dari 3 bulan,setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Pada umumnya penderita sering mengeluh
oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri)
yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu
yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau. Pada
pemeriksaan fisik tampak tonsi l membesar dengan adanya hipertrof i dan jar in gan
parut , permukaan tonsi l ti dak ra ta , kr iptus melebar dan beberapa kripti teri si oleh
detritus.
Terapi pada tonsilitis kronis, berupa terapi lokal, ditujukan pada higiene mulut
dengan menggunakan obat kumur. Dapat juga dilakukan t indakan operasi
tonsilektomi sesuai dengan indikasinya.
30
7/16/2019 Tonsil Hipertrofi.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/tonsil-hipertrofipdf 31/31
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher . 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:212-25.
2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-
penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. pg:
330-44.
3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college
of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.
4. Robertson, J.S. 2004. Journal of Tonsilitis. Available at: http://www.emedicine.com.
Accessed on: April 2012.
5. Ramsey, D.D. 2003.. Tonsilitis. Available at: http://www.illionisuniv.com. Accesed on:
April 2012
6. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003. McGraw-Hill.
7. Jackson C. Disease of the nose, throat and ear. 2nd ed. Philadelphia: WB Sunders Co.
1959. pg: 239-59.