BAB III
KETEPATAN PEMERIKSAAN TERPADU SITOLOGI BIOPSI JARUM
HALUS DAN ULTRSONOGRAFI PADA NODUL TIROID
DITINJAU DARI ISLAM
III.1. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMERIKSAAN NODUL
TIROID MENURUT PANDANGAN ISLAM
Saat ini perkembangan dunia teknologi sangat berkembang pesat
terutama dalam dunia IT (Informatica Technology). Perkembangan dunia IT
berimbas pada perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia.
Salah satu aspek yang terkena efek perkembangan dunia IT adalah
kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan modern telah memanfaatkan
perkembengan teknologi untuk meningkatkan efisiensi serta efektivitas di
dunia kesehatan. Salah satu contoh pengaplikasian dunia IT di dunia
kesehatan adalah penggunaan alat-alat kedokteran yang mempergunakan
aplikasi komputer, salah satunya adalah ultra sonografi (Shihab,2009 ).
Pandangan Al-Quran tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui
prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterimaoleh Nabi
Muhammad SAW. Seperti firman Allah (Shihab,2009 ) :
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari 'alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.Yang mengajar manusia dengan pena, mengajar manusiaapa yang tidak diketahuinya” (QS Al-'Alaq [96]: 1-5).
26
Setelah dilakukan kajian yang mendalam, diketahui bahwasannya
dalam surat al-’Alaq ayat 1-5 yang pertama turun kepada nabi Muhammad
pada dasarnya merupakan bentuk perintah untuk memperhatikan
pengetahuan. Hal ini karena pengetahuan adalahsangat penting peranananya
bagi manusia, sehingga surat al-’Alaq lebih menggunakan kata iqra’ dan al-
qalam. Diakui atau tidak, keduanya sangat penting perannya dalam proses
pembelajaran, khususnya dalam mempelajari sains dan teknologi. Dalam
mempelajari sains dan teknologi, membaca tidak sekedar melihat catatan.
Namun lebih jauh dari itu adalah untuk membaca asma dan kemuliaan
Allah, membaca teknologi genetika, membaca teknologi komunikasi, dan
membaca segala yang belum terbaca, sehingga dengan membaca ini terjadi
suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu
atau bahkan pada perubahan tingkah laku dan sikap yang merupakan ciri
dari keberhasilan aktifitas belajar (Mustahafa, 1993).
Di samping itu, dengan membaca diharapkan membawa
tertanamnya keimanan dan ketakwaan seseorang sebagai wujud dari
perubahahn yang merupakan hasil dari proses pembelajaran. Oleh karena
itu, wahyu pertama yang diterima oleh nabi Muhammad Saw adalah
komunikasi verbal pertama Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw.
Menurut Muhammad Abduh bahwa dalam ayat ini yang dibaca adalah
“nama”, sebab “nama“ mengantarkan kepada pengetahuan tentang dzat.
Penciptaan kemampuan membaca akan menarik perhatian manusia kearah
pengetahuan tentang dzat Allah SWT serta sifat – sifat-Nya semuanya.
Karena membaca merupakan suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang
aktif, sedangkan pengetahuan tersebut masuk ke dalam pikiran manusia atas
27
ijin Allah SWT melalui kemurahan-Nya, ilmu-Nya, qudrat-Nya, serta
iradat-Nya. Di samping itu, membaca yang dimaksudkan dalam surat
al-‘Alaq juga sebagai bentuk pencerahan intelektual (Mustahafa, 1993).
Manusia, menurut Al-Quran, memiliki potensi untuk meraih ilmu
dan mengembangkannya dengan seizin Allah. Karena itu,bertebaran
ayat yang memerintahkan manusia menempuh berbagaicara untuk
mewujudkan hal tersebut. Berkali-kali pula Al-Quran menunjukkan betapa
tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan. Menurut
pandangan Al-Quran seperti diisyaratkan oleh wahyu pertama, ilmu terdiri
dari dua macam. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia,
dinamai 'ilm ladunni. Seperti firman Allah (Shihab,2009) :
Artinya :“Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami” (QS Al-'Kahfi [18]: 65).
Ayat tersebut diatas menceritakan peristiwa sejarah itu diperankan
dua tokoh sentral. Nabi Musa dan nabi Khidhir sebagai gambaran sosok
yang telah menjiwai ilmunya masing-masing. Untuk menghasilkan ilmu
laduni, dua karakter tokoh sentral tersebut, yaitu karakter Musa dan karakter
Khidhir, harus dipertemukan dengan pelaksanaan amal ibadah. Diharapkan
dengan amal tersebut dapat membuahkan suatu jenis “pemahaman hati”.
Pemahaman hati itulah yang dinamakan ilmu laduni (Ghozali, 2008).
Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, dinamai 'ilm
kasbi. Ayat-ayat 'ilm kasbi jauh lebih banyak daripada yang berbicara
28
tentang 'ilm laduni. Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan
Al-Quran terdapat hal-hal yang "ada" tetapi tidak dapat diketahui melalui
upaya manusia sendiri. Ada wujud yang tidak tampak (Shihab,2009).
Sebagaimana ditegaskan berkali-kali oleh Al-Quran, antara lain
dalam firman-Nya :
Artinya : “Maka aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat.dan dengan apa yang tidak kamu lihat” (QS Al-Haqqah [69]: 38-39).
Dalam Al- Quran juga diinformasikan bahwa suatu ilmu
pengetahuan harus diperoleh dengan belajar dan riset. Namun ada juga
suatu ilmu yang tidak diketahui oleh manusia, sebagai kehendak Allah
SWT, seperti halnya ilmu yang berkaitan dengan wahyu dan lainnya atau
bahkan mencakup inspirasi dalam penemuan iptek (Effendi dkk, 2007).
Menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batas waktu yang diawali dari
sejak bayi sampai akhir hayat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang
berbunyi :
د� �ح� �ل�ى الل �م� م�ن� الم�ه�د� إ �وا الع�ل �ب اط�لArtinya :
”Tuntutlah ilmu dari ayunan hingga liang lahat” (HR Muslim).
Bahkan Allah telah menjanjikan akan mengangkat derajat kepada
orang-orang yang beriman dan berilmu kepada derajat yang lebih mulia,
sebagaimana firman Allah :
Artinya :
29
”Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjaka” ( QS Al Mujaadilah [58]: 11).
Perintah menuntut ilmu, meliputi ilmu agama ataupun umum, Allah
SWT menyamakan orang mukmin yang memperdalam ilmu pengetahuan
bidang agama dengan orang yang berperang sebagaimana firman-Nya :
Artinya : ”Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS.At-Taubah [9] : 122).
Dengan menghimpun dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
manusia menjadi mengerti apa yang harus diperbuat dan apa yang harus
dihindarkan. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimilikinya semakin
mudah pula baginya mencapai kemudahan, kemajuan kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat (Effendi dkk, 2007).
Sebaliknya, tanpa memiliki ilmu pengetahuan, seorang muslim akan
kehilangan kendali, berbuat sesukanya, tidak akan menyadari bahwa
perbuatannya telah merugikan dirinya dan orang lain. Demikian pula tanpa
dimiliknya ilmu pengetahuan akan membuat hidupnya menjadi statis,
terbelakang, tersisih, dan sulit menjangkau kebahagiaan yang diinginkannya
(Effendi dkk, 2007).
Allah menyuruh manusia memperhatikan dan memikirkan apa-apa
yang diciptakan-Nya untuk dijadikan contoh dalam mengembangkan ilmu
30
pengetahuan dan teknologi yang berasal dari kejadian alam lingkungan,
kemudian mengembangkannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan
dilakukan (Effendi dkk, 2007). Sebagaimana Firman Allah :
Artinya : ”Dia menumbuhkan bagimu dengan air hujan itu, tanaman zaitun, korma, anggur dan segal macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan ayat-ayat Allah (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berpikir” (QS. An-Nahl [16] : 11).
Melalui ilmu pengetahuan, manusia dapat menyingkap berbagai
tanda-tanda kekuasaan Allah di alam ini melalui sinyal-sinyal yang dapat
dilihat dari gejala-gejala alam, dari hal tersebut dapat diciptakan berbagai
jenis teknologi, yang dapat mempermudah banyak permasalahan
kehidupan (Effendi dkk, 2007).
Semakin banyak permasalahan kehidupan, semakin beragam pula
teknologi yang harus diciptakan agar pekerjaan menjadi lebih mudah.
Dalam sudut pandang agama Islam, memperoleh kemudahan dengan
memanfaatkan teknologi merupakan salah satu pemberian dari Allah,
selama pemanfaatan itu sejalan dengan kehendak-Nya. Firman Allah :
Artinya :
“Dan Kami memberimu taufik agar kamu memperoleh kemudahan” (QS. Al A’la [87] : 8).
Keingintahuan manusia akan berkembang terus tanpa batas. Hanya
batas kemampuannyalah yang menyebabkan manusia berhenti pada
pengetahuan tertentu. Begitu juga penerapan Ilmu pengetahuan dan
teknologi berkembang tanpa batas, namun di dalam ajaran Islam penerapan
31
ilmu pengetahun dan teknologi berkembang dengan batas, yang dibatasi
oleh ketetapan Al–Quran dan hadis. Ilmu pengetahuan merupakan produk
akal, berdasarkan gejala alam yang sifatnya tidak mutlak dan harus tunduk
kepada aturan Al-Quran dan sunnah Rasul sehingga antar ilmu
pengetahuan dan teknologi, Al-Quran dan hadist harus sejalan (Effendi dkk,
2007).
Allah juga menyuruh manusia untuk tidak berhenti dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia diminta segera
menyelesaikan urusan lain dengan sungguh-sungguh setelah berhasil
menyelesaikan suatu urusan. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam surat Al-
Quran :
Artinya : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain ” (QS. Alam Nasrah [94] :7)
Berdasarkan uraian diatas perkembangan teknologi yang ada sekarang
ini berkembang dengan pesat yang banyak memberikan manfaat bagi
manusia diantaranya di bidang kesehatan berupa informasi tentang
kesehatan yang dapat diperoleh dari media cetak, televisi, bahkan internet.
Serta berkembangnya teknologi bidang kesehatan diantaranya alat-alat baru
yang membantu menegakkan diagnostik seperti pemeriksaan sitologi biopsi
aspirasi jarum halus dan Ultrasonografi dalam penanganan nodul kelenjar
tiroid.
III.2. PENGOBATAN NODUL TIROID DALAM ISLAM
32
Nodul kelenjar tiroid merupakan benjolan berisi cairan yang
terbentuk di dalam tiorid. Banyak pembesaran nodul kelenjar tiroid yang
menampilkan kesulitan dalam diagnosis dan penatalaksanaan serta
alogoritma klinik telah dibentuk untuk membantu pemeriksaan dan terapi
(Wijayahadi et al, 2000).
Pengobatan merupakan suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri
dari penyakit yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi
oleh lingkungan, tetapi juga oleh kepercanyaan dan kenyakinan, karena
manusia telah merasa di dalam alam ini ada sesuatu yang lebih kuat dari dia.
Baik yang dapat dirasakan oleh pancaindera maupun yang tidak
dirasakannya yang mereka bersifat ghaib. Pengobatan inipun tidak lepas
dari pengaruh kepercanyaan atau agama yang dianut manusia. Mengenai
pengobatan, terdapat dua hadis yang terkenal, yakni mewajibkan berobat
bila sakit dan melarang berobat dengan yang haram (Taha, 1992).
Hadis yang menganjurkan untuk berobat, sebagaimana Sabda Rasulullah
SAW :
Artinya : Usumah bin Syarik berkata, “Di waktu saya beserta Nabi Muhammad SAW, datanglah beberapa orang badui, lalu mereka bertanya, “Ya, Rasulullah, apakah kami mesti berobat?”, Jawab beliau, “Ya, wahai hamba Allah, berobatlah kamu, karena Allah tidak mengadakan penyakit melainkan Dia adakan obatnya, kecuali satu penyakit”. Tanya mereka, “Penyakit apa itu?”. Beliau menjawab, “Tua” (HR. Ahmad).
33
Hadist yang melarang berobat dengan yang di haramkan,
sebagaimana dari Abu Darda` mengatakan Rasulullah SAW bersabda:
�ل� �ك ل� الد�اء� و�الد�و�اء� و�ج�ع�ل� ل �ز� �ن �ن� الله� أ إ
$ ام �ح�ر� �د�او�و�ا ب � ت �د�او�و�ا و�ال د�اء$ د�و�اء,ف�تArtinya :
“Abu Darda’ berkata, bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnyqa Allah menurunkan penyakit serta obat dan diadakan-Nya bagi tiap penyakit obatnya, maka berobatlah kamu, tetapi janganlah kamu berobat dengan yang haram” (HR. Abu Daud).
Dalam ajaran Islam, tidak hanya ditetapkan tentang dianjurkannya
berobat, tetapi juga ditegaskan bahwa berobat tidak boleh dengan sesuatu
yang diharamkan oleh Allah SWT (Zuhroni, 2003).
Dalam dunia kedokteran kemajauan zaman sangat mempengaruhi
berbagai aspek bidang kesehatan. Aspek bidang kesehatan yang telah sangat
terpengaruh teknologi adalah pengobatan dengan cara pengobatan moderen.
Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dia merupakan
perkembangan hasil kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif
memikirkan dan merenungkan kehidupan ini. Islam adalah agama yang
diturunkan oleh Allah SWT, untuk menuntun manusia dalam
mengembangkan dan mengamalkan akal pikirannya, guna kebaikan
manusia dan alam sekitarnya, hingga dia dapat melaksanakan tugasnya
sebagai “khalifah” yang diperintahkan untuk mengelola segala di bumi ini
dengan baik (Taha, 1992).
Firman Allah :
Artinya :
34
“Dialah yang menjadikan apa yang berada di bumi semuanya buatmu.Kemudian Dia menghadap ke langit, kemudian Dia jadikan atas tujuh langit dan Dia terhadap tiap-tiap sesuatu Maha Tahu”. (QS Al- Baqarah [2]: 29–30).
Bidang ilmu kedokteran sebagai bidang ilmu yang selalu
perkembangan dengan pesat. Hal ini disebabkan kebutuhan manusia dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan
dimana manusia menginginkan hidup sehat, terbebas dari segala macam
penyakit maupun segala hal yang mengganggu kesehatannya (Su’dan,
1997).
Sejalan dengan terus dikembangkannya teknik diagnostik dan
pengobatan penyakit, saat ini semakin banyak peralatan yang digunakan
untuk menutupi keterbatasan yang dimiliki manusia sehingga menimbulkan
polemik berkaitan dengan penggunaan peralatan tersebut, apakah
bertentangan dengan Islam atau tidak (Su’dan, 1997). Allah berfirman :
…
Artinya :
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran” (QS Al-Zumar [39]: 9)
Tindakan medis dengan ilmu dan teknologi secanggih apapun
hampir selalu mengandung resiko, karena itu sebelum dilakukan tindakan
medis, pasien harus bertanya dulu kepada dokter untuk mendapatkan
penjelasan yang sebaik-baiknya, sehingga pasien dapat mengambil
keputusan yang baik untuk menolak atau menerima tindakan medis tersebut.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah menerangkan dalam bukunya Zadul Ma’ad
bahwa seharusnya orang meminta bantuan dalam segala macam ilmu dan
35
teknik kepada yang terahli, sebab orang yang terahli itu pendapatnya lebih
dekat kepada yang tertepat (Su’dan, 1997).
Penggunaan teknologi dalam bidang kedokteran adalah untuk
mencegah akibat buruk yang ditimbulkan oleh suatu penyakit. Ilmu dan
teknologi yang terus dikembangkan diharapkan semaksimal mungkin dapat
digunakan untuk kepentingan pasien dan umat Islam yang membutuhkan
(Su’dan, 1997).
Setiap muslim, apabila sakit dianjurkan untuk berobat dan meyakini
bahwa Allah-lah yang menurunkan penyakit dan Dia pula yang menurunkan
obatnya, sebagaiman hadist dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu,
bahwa Rasulullah Saw berkata :
، �م� ل �ه� و�س� �ي �ي� ص�ل�ى الله� ع�ل �ب �د� الن ن �ت� ع� �ن كو�ل� س� �ا ر� : ي ، ف�ق�ال� اب� �ع�ر� �أل و�ج�اء�ت� ا
�اد� الله�، ب �ا ع� �ع�م� ي : ن �د�او�ى؟ ف�ق�ال� �ت �ن الله�، أ�ض�ع� د�اء, �م� ي �ن� الله� ع�ز� و�ج�ل� ل �د�او�و�ا، ف�إ ت�وا: �ر� د�اء$ و�اح�د$. ق�ال ف�اء, غ�ي �ه� ش� � و�ض�ع� ل �ال إ
م� �ه�ر� : ال م�ا ه�و�؟ ق�ال�Artinya :
Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua” (HR. Al-Bukhari).
Dari hadist Rasulullah SAW tersebut di atas menganjurkan berobat
apabila sakit, karena Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya
kecuali penyakit tua. Akan tetapi, perlu diyakini bahwa proses
36
penyembuhan terhadap suatu penyakit hendaklah adanya kecocokan obat
dengan penyakit, kesembuhannya tidak terlepas dari izin Allah SWT,
manusia berusaha untuk pengobatan tetapi Allah SWT yang
menyembuhkan (Taha, 1992). Sebagaimana dalam hadist Rasulullah SAW :
Artinya : Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang tepat diberikan, dengan izin Allah, penyakit itu akan sembuh” (HR Ahmad dan Hakim).
Disebutkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yaitu :
Artinya : ”Allah tidak menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya” (HR Abu Hurairah).
Di dalam upaya pengobatan, Islam memerintahkan untuk berobat
kepada dokter atau yang ahli di bidang pengobatan, agar pengobatan dan
perawatan dapat dilakukan dengan tepat. Dalam kedokteran Islam diajarkan
bila ada dua obat yang kualitasnya sama maka pertimbangan kedua yang
harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memiliki efek merusak
bagi pasien. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk
berobat pada ahlinya (Taha, 1992).
Dalam Al-Quran menjelaskan agar bertanya kepada ahlinya.
Sebagaimana firman Allah SWT :
Artinya :
37
”maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”(QS An-Nahl [16]: 43).
Hal ini sejalan dengan hadis Nabi SAW :
ال� �ز� ي ر� �لضر� اArtinya :
“Kemudharatan harus dilenyapkan” (H.R. Ibnu Majah dan Ahmad)
Umumnya, satu-satunya tindakan kuratif yang dilakukan saat ini
dalam penatalaksanaan nodul kelenjar tidoid adalah dengan tindakan bedah
yang di lakukan sebelumnya pemeriksaan penunjang BAJAH dan
ultrasonografi. Tujuan utama tindakan bedah ialah untuk menghilangkan
semua jaringan, sedangkan pemeriksaan penunjang BAJAH dan
ultrasonografi bersifat untuk mendukung diagnosis (De Jong, 1997).
Dalil dari As-Sunnah yang lainnya, sebagaimana hadist-hadist dari
Rasulullah yang berbunyi:
أ ار� �ض�ر� و�ال ر� �ض�ر� الArtinya :
“Tidak boleh (menimbulkan) bahaya dan juga tidak oleh membahayakan (orang lain)” [Hadits Riwayat Ibnu Majah, kitab Al-Ahkam 2340].
Jadi, menimbulkan bahaya adalah ditiadakan (tidak berlaku) dalam
syari’at, baik bahaya terhadap badan, akal ataupun harta.
Dokter yang Islami perlu mengetahui berbagai dasar hukum yang
jelas terkait dengan kesehatan dalam Islam ketika melakukan prakteknya.
Dalam kehidupan keseharian seorang dokter akan sangat banyak hal-hal
yang ditemui yang membutuhkan kecermatan dalam menganalisis
hukumnya menurut syari’at. Misalnya bagaimana pandangan Islam tetang
hukum mengobati pasien dengan obat yang halal. Jika seorang dokter tidak
mempunyai pemahaman Islam yang benar dan tidak tahu tentang hukum
38
yang benar dalam kasus-kasus tersebut, maka dia akan melakukan tindakan
menurut pemikirannya yang belum tentu sesuai dengan ketentuan Islam.
Oleh sebab itu, muslim yang bertugas sebagai dokter untuk dapat selamat
dunia akhirat perlu memiliki sikap yang Islami, diantaranya adalah
(Ramadhan, 2004) :
1. Beriman
Dokter seharusnya mempunyai keimanan terhadap Allah SWT
sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang tercela. Karena orang
beriman akan mengerjakan pekerjaan penuh dengan kesungguhan karena
Allah Ta’ala. Dia akan selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperintahkan dan menjauhi larangannya. Dokter harus meyakini bahvva
kesembuhan ada ditangan Allah dan dia sebagai perantara dan membantu
mengobati saja. Tanpa iman, segala amal saleh sebagai dokter akan sia-
sia dimata Allah (Ramadhan, 2004). Firman Allah SWT :
Artinya : “Demi masa, Sesungguhnya manusia selalu dalam kerugian, Selain mereka yang beriman, Dan berbuat amal shaleh, Dan nasehat-nasehati dengan kebenaran,Dan naseha-nasehati dengan kesabaran” (QS Al-Ashr [103]: 1-3).
2. Ikhlas
Sebagai dokter dalam menjalani pekerjaan harus dengan tulus
dan ikhlas karena Allah. Semua yang dilakukan semata-mata karena
Allah, bukan untuk mendapat pujian atau mengharapkan imbalan
semata (Ramadhan, 2004). Firman Allah SWT :
39
Artinya :“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” ( QS Al-Bayyinah [98] : 5).
3. Berbahasa yang baik
Dokter harus punya bahasa yang baik, sopan santun dalam
berbicara, menghormati, dan menyayangi orang yang sakit sehingga
dapat menyenangkan hati orang yang sakit (Ramadhan, 2004).
Firman Allah SWT :
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf [167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun” (Al-Baqarah [2] : 263)
4. Lemah lembut
Dokter harus memiliki sikap lemah lembut agar dapat
membantu pasien untuk mengungkapkan rasa sakit yang dirasakan
pasien tanpa rasa takut ataupun malu. Hal ini akan sangat membantu
dalam pengobatan dan penyembuhan penyakit pasien (Ramadhan,
2004). Firman Allah SWT :
40
Artinya :“ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” ( Ali Imran [3]: 159 )
5. Sabar dan pemaaf
Dokter harus memiliki sifat sabar dan pemaaf dalam
menghadapi orang yang sakit, karena jika tidak sabar dan pemaaf maka
akan membuat pasien menjadi takut dan tidak mau berobat sehingga
akan memperparah penyakit pasien ( Ramadhan, 2004 ). Firman Allah
SWT :
Artinya :“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan” (Asy Syura [42] :43).
6. Tenang
Dalam menghadapi orang sakit hendaknya dokter harus dapat
bersikap tenang dan tidak gugup dalam keadaan gawat. Hal ini akan
mempermudah pekerjaan dokter sehingga membuat orang yang sakit
menjadi semakin tenang dan tidak cemas atau takut terhadap penyakit
yang dideritanya (Ramadhan, 2004).
7. Teliti
Dalam menghadapi pasien sikap teliti akan mempengaruhi
kinerja dan hasil dari pengobatan yang akan diberikan kepada pasien
(Ramadhan, 2004).
41
8. Tegas
Dalam menjalani tugasnya dokter harus menpunyai sikap yang
tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengambil keputusan karena dengan
ketegasan itu akan mempermudah pekeijaannya (Ramadhan, 2004).
9. Patuh pada peraturan
Seorang dokter dalam bertindak atau tingkah laku haruslah
patuh pada perintah ataupun peraturan yang telah ada dan semua
pengobatan yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang telah
ada dan yang telah ditentukan (Ramadhan, 2004). Firman Allah SWT :
Artinya :“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk man - usia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab ber -iman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (Al Imran [3] :110)
10. Bersih, apik, suci
Dokter haruslah mementingkan kebersihan untuk dirinya sendiri
dan lingkungan agar selalu tetap sehat (Ramadhan, 2004). Firman Allah
SWT :
Artinya :“ janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar
42
taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih (At Taubah [9]: 108).
11. Menyimpan rahasia
Dokter harus memiliki sikap yang dapat menyimpan rahasia
pasien terutama rahasia tentang penyakit maupun pribadi pasien yang
tidak ingin atau tidak boleh diketahui oleh orang lain atau khalayak luas
kecuali atas seizin pasien (Ramadhan, 2004). Firman Allah SWT :
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui” (An-Nur [24] : 19).
12. Dapat dipercaya
Dokter hendaknya mempunyai sikap dapat dipercaya, terutama
oleh pasiennya. Dokter yang amanah akan berkerja sesuai dengan
kepercayaan yang telah diberikan kepada tenaga medis (Ramadhan,
2004). Firman Allah SWT :
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
43
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat” (An – Nisa [4] : 58 ).
13. Bertanggung jawab
Dokter harus punya sikap bertanggung jawab atas segala
pekerjaan yang dilakukan, baik itu menyangkut diagnosa maupun
pengobatan yang di berikan. Tanggung jawab ini bukan hanya terhadap
manusia tetapi nanti akan dipertanggung jawabkan kepada Allah SWT
(Ramadhan, 2004). Firman Allah SWT :
Artinya :“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Al Isra [17] : 36)
Berdasarkan uraian tersebut di atas Islam mewajibkan umatnya
untuk berobat apabila sakit dan berobat kepada dokter atau ahlinya.
Maka diharapkan dalam upaya penyembuhan penyakit seorang muslim
mendapat pengobatan yang optimal dan berserah diri kepada Allah
karena hanya Allah yang dapat menyembuhkan segala penyakit .
Apabila usaha dalam penyembuhan dari sakit sudah dilakukan secara
optimal maka jangan lupa manusia wajib menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah. Sebagai dokter muslim bukan hanya dituntut untuk
mendiagnosis dan mengobati penyakit saja, tapi mereka juga dituntut
untuk memiliki akhlak atau perilaku yang mulia sehingga si sakit akan
merasa aman, nyaman, tenang dan percaya akan pengobatan yang
diberikan kepadanya. Adapun sikap-sikap yang harus dimiliki oleh
44
dokter adalah beriman, ikhlas, bahasa yang baik, lemah lembut, sabar
dan pemaaf, tenang, teliti, tegas, patuh pada peraturan, bersih,
penyimpan rahasia, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab
(Ramadhan, 2004).
III.3. TINJAUAN ISLAM TERHADAP KETEPATAN PEMERIKSAAN
TERPADU SITOLOGI BIOPSI JARUM HALUS DAN
ULTRSONOGRAFI PADA NODUL TIROID
Manusia memperoleh ilmu pengetahuan untuk diterapkan dalam
bentuk teknologi dengan memanfaatkan kejadian alam untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kenyamanan manusia. Teknologi yang sangat berkembang
saat ini bermanfaat atau menimbulkan dampak positif bagi manusia
diantaranya di bidang kesehatan berupa banyaknya informasi tentang
kesehatan yang dapat diperoleh dari media cetak, televisi, bahkan internet.
Serta berkembangnya teknologi bidang kesehatan diantaranya alat-alat baru
untuk menegakkan diagnostik seperti Sitologi biopsy aspirasi jarum halus
dan Ultrasonografi untuk penanganan nodul kelenjar tiroid.
Penggunaan teknologi dalam bidang kedokteran adalah untuk
mencegah akibat buruk yang ditimbulkan oleh suatu penyakit. Ilmu dan
teknologi yang terus dikembangkan diharapkan semaksimal mungkin dapat
digunakan untuk kepentingan pasien dan umat Islam yang membutuhkan.
Rasulullah SAW tersebut di atas menganjurkan berobat apabila
sakit, karena Allah SWT menurunkan penyakit beserta obatnya kecuali
penyakit tua. Akan tetapi perlu diyakini bahwa proses penyembuhan
terhadap suatu penyakit hendaklah adanya kecocokan obat dengan penyakit,
45
kesembuhannya tidak terlepas dari izin Allah SWT, manusia berusaha untuk
pengobatan tetapi Allah SWT yang menyembuhkan.
Nabi SAW menganjurkan untuk berobat kepada dokter atau yang
ahli di bidang pengobatan, agar pengobatan dan perawatan dapat dilakukan
dengan tepat. Tindakan kuratif yang dilakukan saat ini dalam
penatalaksanaan nodul kelenjar tidoid adalah dengan tindakan bedah yang di
lakukan sebelumnya pemeriksaan penunjang BAJAH dan ultrasonografi.
Tujuan utama tindakan bedah ialah untuk menghilangkan semua jaringan.
Sebagai dokter muslim bukan hanya dituntut untuk mendiagnosis
dan mengobati penyakit saja, tapi mereka juga dituntut untuk memiliki
akhlak atau perilaku yang mulia sehingga si sakit akan merasa aman,
nyaman, tenang dan percaya akan pengobatan yang diberikan kepadanya.
Adapun sikap-sikap yang harus dimiliki oleh dokter muslim diantaranya
adalah beriman, ikhlas, bahasa yang baik, lemah lembut, sabar dan pemaaf,
tenang, teliti, tegas, patuh pada peraturan, bersih, penyimpan rahasia, dapat
dipercaya, dan bertanggung jawab.
Perkembangan teknologi dibidang kesehatan semakin berkembang
dan memberikan kemudahan, diantaranya adalah tindakan tindakan
pemeriksaan terpadu sitologi biopsi aspirasi jarum halus dan ultrasonografi
pada nodul kelenjar tiroid.
Berdasarkan kaidah fiqliyah Islam membolehkan tindakan sitologi
biopsi aspirasi jarum halus dan ultrasonografi dilakukan pada penderita
nodul kelenjar tiroid, karena banyak memberi manfaat.
46
Islam membolehkan penggunaan biopsi aspirasi jarum halus dan
ultrasonografi pada pemeriksaan nodul tiroid yang sesuai dengan kaidah
hukum Islam, yaitu :
�د�ل� �ى ي �اح�ة� ح�ت �ب �اء� اإل ي �ش� �أل ص�ل� ف�ي ا� �أل ا
� �م �ح�ر�ي �ل� ع�لى� الت �ي الد�لArtinya :
“Asal sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya”
Kebolehan penggunaan biopsi aspirasi jarum halus dan USG sesuai
dengan kaidah hukum Islam. Hukum kebolehan semula berubah menjadi
dilarang karena perubahan yang berakibat memudharatkan, sebagaimana
kaidah lain menyatakan (Mudjib, 1994):
�م� �ح�ك �ل �د�و�ر� ا �ه� م�ع� ي �ت ل و�ع�د�م,ا و�ج�و�د,ا ع�Artinya :
”Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan ada tidaknya sebab”.
Dalam kaidah hukum Islam yang lainnya dinyatakan (Mudjib, 1994) :
��ح�و�ال� ��ال ��ة�و��ا �ن �م��ك �ال ��ة��و�ا م�ن ��ز�� ��ال RRر�ا �غ�ي ��ت ��ب �ام �ح�ك �ال ا �غ�ير� تArtinya :
“Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempatdan keadaan“.
Menurut pandangan Islam berdasarkan kaidah tersebut diatas, pada
dasarnya biopsi aspirasi jarum halus dan USG dapat di gunakan sebagai
pemeriksaan pada nodul tiroid. Tetapi apabila mendatangkan kemudharatan
lebih besar dari manfaatnya maka pemriksaan tersebut tidak boleh
digunakan, dan tergolong halal tidak baik.
47
Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
berdasarkan kaidah fiqliyah tindakan Sitologi biopsi jarum halus dan
ultrasonografi diperbolehkan dalam pandangan Islam, selama banyak
memberikan manfaat kepada manusia dan tidak memberikan mudharat.
48