PERKEMBANGAN SEJARAH KEPERAWATAN DI INDONESIA DAN
INTERNASIONAL
Disusun oleh:
1. Afiya kris sunny
2. Alyyudin alam
3. Riswanda danu immawan
4. Zufridatul luluk
Prodi S1 KEPERAWATAN
STIkes Buana Husada Ponorogo
Tahun 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yanga Maha Esa atas
berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan
oleh dosen mata kuliah IKD 1 yang berjudul “Perkembangan Sejarah
Keperawatan di Indonesia dan Internasional” kami memahami makalah ini jauh
dari kata sempurna. Kami memohon ma’af yang sebesar-besarnya atas segala
kesalahan yang tidak sengaja kami buat baik dalam penulisan maupun tutur
bahasa yang kurang pantas . Makalah ini kami buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang Masalah.Kepera"atan merupakan suatu bentuk
layanan kesehatan pro#essional yang merupakan bagianintegral dari
layanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan etika kepera"atan.
Kepera"atansebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut
menentukan menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga
kepera"atan se$ara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenagakesehatan
yang ada, dimana kepera"atan memberikan konstribusi yang unik
terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relati#,
berkelanjutan, koordinati# dan ad%okati#.Kepera"atan sebagai suatu
pro#esi menekankan kepada bentuk pelayanan pro#essional yangsesuai
dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral sehingga
pelayanan yangdiberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik
lanjut. Di sisi lain , banyak dari pera"at& pera"at sekarang kurang
mengetahui tentang sejarah kepera"atan baik nasional
maupuninternasional .
Perkembangan
1.2 Tujuan
a. Mengetahui sejarah ilmu keperawatan
b.
BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 SEJARAH KEPERAWATAN DI INDONESIA DAN
INTERNASIONAL
Mempelajari sejarah keperawatan akan memberikan kebanggaan
tersendiri, karena bisa mengingatkan kita pada perawat di masa lalu yang
telah bekerja keras, hingga akhirnya kita bisa merasakan hasilnya seperti
sekarang ini. Sejarah keperawatan akan membuka mata kita tentang
bagaimana perkembangan keperawatan, bagaimana tantangan yang
dihadapi dan apa yang akan dicapai oleh keperawatan di masa datang.
Mengetahui masa lalu dan memahami keperawatan terdahulu akan
memberzikan suatu kesempatan untuk menggunakan pengalaman dan
pelajaran yang dapat digunakan di masa kini dan masa depan.
Lahirnya keperawatan dapat dikatakan bersamaan dengan
penciptaan manusia, yaitu penciptaan Adam dan Hawa. Keperawatan
lahir sebagai bentuk keinginan untuk menjaga seseorang tetap sehat dan
memberikan rasa nyaman, pelayanan dan keamanan bagi orang yang
sakit. Walaupun secara umum tujuan keperawatan relatif sama dari tahun
ke tahun, praktik keperawatan dipengaruhi oleh perubahan kebutuhan
masyarakat, sehingga keperawatan berkembang secara bertahap.
Keperawatan yang kita ketahui saat ini tidak dapat dipisahkan dan sangat
dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradapan
manusia.
Kepercayaan terhadap animisme, penyebaran agama besar di dunia
serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, seperti terjadinya
perang, renaissanceserta gerakan revolusi Luther turut mewarnai
perkembangan keperawatan di dunia. Pada awal sejarahnya, keperawatan
dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya
berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi
keluarga (Donahue, 1995). Umur keperawatan sama tuanya dengan
kedokteran. Sepanjang sejarah, profesi keperawatan dan kedokteran
saling bergantung satu sama lain. Selama era Hipokrates, kedokteran
bekerja tanpa perawat dan selama abad pertengahan, keperawatan bekerja
tanpa dukungan medis (Donahue, 1995; Deloughery, 1995). Menurut
sejarah, laki-laki dan perempuan telah memegang peran perawat,
masuknya perempuan dalam keperawatan dimulai sekitar 300 M
(Shryock, 1959; Donahue, 1995). Pada abad keenam jumlah laki-laki
yang memasuki dunia keperawatan semakin meningkat.
2.2 KEPERAWATAN ZAMAN PURBA
Menggambarkan keperawatan pada zaman primitive merupakan
hal yang sulit, juga sulit untuk membedakan peran dokter dan perawat.
Pada masa itu, perawatan dan penyembuhan penyakit diperoleh
dari penyebaran dari mulut ke mulut. Peran wanita tradisional sebagai
istri, ibu, anak perempuan dan saudara perempuan selalu mencakup
perawatan dan pengasuhan anggota keluarga yang lainnya. Istilah
perawat (nurse) berasal dari perawatan yang diberikan ibu kepada
bayinya yang tidak berdaya.
Pada zaman purba (primitive culture), manusia percaya bahwa apa
yang ada di bumi mempunyai kekuatan mistik/spiritual yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini disebut animisme.
Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan
alam atau pengaruh kekuatan gaib seperti batu-batu besar, gunung-
gunung yang tinggi, pohon-pohon yang besar, sungai-sungai yang besar,
dll. Pada saat itu peran perawat tidak berkembang, masyarakat pada masa
itu lebih senang pergi ke dukun untuk mengobatkan anggota keluarganya
yang sakit. Masyarakat menganggap bahwa dukun lebih mampu mencari,
mengetahui dan mengatasi roh yang masuk ke tubuh orang yang sakit.
Fenomena animisme terlihat pada sejarah Bangsa Mesir dan Cina.
Pada masa itu bangsa Mesir menyembah Dewa Isis, Dewa yang diyakini
bisa menyembuhkan penyakit. Masyarakat Cina menganggap penyakit
disebabkan oleh syetan atau makhluk halus dan akan bertambah parah
jika orang lain memegang orang yang sakit, akibatnya perawat tidak
diperkenankan untuk merawat orang yang sakit.
2.3 ZAMAN PERADAPAN KUNO
Pada masa ini, keyakinan mengenai penyebab penyakit masih
mirip dengan zaman primitif, yaitu didasarkan pada takhayul dan magis,
sehingga penyembuhan membutuhkan penyembuhan magis. Pendeta atau
dokter penyihir menikmati status dalam masyarakat kuno. Sejalan dengan
perkembangan peradapan, teori praktis perawatan medis yang muncul
sebagai penyebab penyakit non-medis mulai terobservasi. Catatan tertua
mengenai praktik penyembuhan ada pada lembaran tanah liat berusia
4000 tahun yang dihubungkan dengan peradapan Sumeria. Lembaran ini
berisi tentang resep obat, tetapi tidak dituliskan untuk mengatasi penyakit
apa.
Lontar Eber merupakan temuan kebudayaan Mesir. Lontar ini
tertanggal sekitar tahun 1550 SM, dan dipercayai sebagai teks medis
tertua di dunia. Lontar ini berisi uraian tentang banyak penyakit yang
diketahui saat ini dan mengidentifikasi gejala spesifik. lontar Eber juga
berisi 700 zat yang digunakan untuk obat-obatan disertai cara penyiapan
dan penggunaannya. Mumifikasi atau pembalseman juga muncul pada
masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan bahwa ada kehidupan setelah
kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan untuk membuat larutan
yang bisa digunakan untuk mengawetkan mayat. Hal ini menunjukkan
bahwa pada masa itu sudah mengenal ilmu fisiologi, anatomi dan
patofisiologi.
Bangsa Yahudi kuno menyumbangkan Mosaic Health Code. Kode
ini dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi catatan pertama
mengenai syarat kesehatan masyarakat. Kode ini mencakup aspek
individu, keluarga, dan kesehatan komunitas, termasuk di dalamnya
membedakan antara yang bersih dengan tidak bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh
perawat termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan pemberi
perawatan untuk anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan Herrmann,
1983). Budaya India kuno, sudah mengenal adanya perawat laki-laki
yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan
diberikan
b. Pintar
c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat
anggota keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina kurang
disebutkan, namun peran Cina kuno lebih banyak pada penemuan obat
herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode pengobatan, dan publikasi
Nei Ching (canon of medicine), yang merinci empat langkah
pemeriksaan: melihat, mendengar, bertanya dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih
maju dalam mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap
sebagai dewa penyembuh adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah
dewi penenang, Hygenia anak perempuan Asklepios adalah dewi
kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil yang dibangun
untuk menghormati Asklepios menjadi pusat penyembuhan, pendeta kuil
Asklepios memberikan penyembuhan melalui pengobatan natural dan
supranatural (Donahue, 1996). Seorang dokter Yunani kuno, Hipocrates,
mempercayai bahwa penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan
Hipocrates ini sangat bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil
yang mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik.
Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah
sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air, tempat
pemandian umum dan pribadi, sistem drainase, dan pemanasan sentral.
2.4 ZAMAN KEAGAMAAN
Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia mengenal
agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi perkembangan
peradaban manusia sehingga berdampak positif terhadap perkembangan
keperawatan. Pada permulaan Masehi, agama kristen mulai berkembang.
Agama kristen cukup besar mempengaruhi profesi keperawatan. Salah
satu catatan di awal sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan
bentuk perintah dari Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat
kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit. Dalam awal
kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang ditunjuk
oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi orang yang
sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang memiliki status
sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan mengalami kemajuan
yang berarti seiring dengan kepesatan perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord
Constantine, ia mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa latin
yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan pertolongan,
terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan pertolongan dan
perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada masa ini juga terlihat
jelas dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di Roma yang
bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi dengan fasilitas
perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk orang cacat, miskin
dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan institusi yang bergerak dalam
bidang sosial (1100 M sampai 1200 M) mulai bergerak merawat lansia,
orang sakit dan orang miskin (Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi, keperawatan
juga berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat Daya yaitu
Timur Tengah seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh
agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari
keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam.
Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah dimulai sejak seorang
perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah pada jaman Nabi
Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha memberikan pelayanan
terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan apakah kliennya
kaya atau miskin(Elly Nurahmah, 2001). Sementara sejarah perawat di
Eropa dan Amerika mengenal Florence Nightingale sebagai pelopor
keperawatan modern, Negara di timur tengah memberikan status ini
kepada Rufaidah, seorang perawat muslim. Talenta perjuangan dan
kepahlawanan Rufaidah secara verbal diteruskan turun temurun dari
generasi ke generasi di perawat Islam khususnya di Arab Saudi dan
diteruskan ke generasi modern perawat di Saudi dan Timur Tengah
(Miller Rosser, 2006)
Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper
Presented at the 3rd International Nursing Conference "Empowerment
and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century" yang
diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998,
menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa
sejarah islam. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek
klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan
memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya
berbagai macam penyakit. Saat kota Madinah berkembang, Rufaidah
mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun
tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Dan saat perang Badr, Uhud,
Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat
korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit
lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW
sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka
akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia
memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau
penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal
pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan
empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan
kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah
hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan
sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. Rufaidah juga
digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan
pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan,
1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit
(preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan
(health education)
Memasuki abad VII Masehi, agama Islam tersebar ke berbagai
pelosok negara dari Afrika, Asia Tenggara sampai Asia Barat dan Eropa
(Turki dan Spanyol). Pada masa itu di jazirah Arab berkembang pesat
ilmu pengetahuan seperti ilmu pasti, ilmu kimia, hygiene, dan obat-
obatan. Prinsip-prinsip dasar perawatan kesehatan seperti menjaga
kebersihan diri (personal hygiene), kebersihan makanan, air dan
lingkungan berkembang pesat. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500
M), negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan mengenalkan
perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar dalam
peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan anatar ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat
wanita merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat
pasien laki-laki (Donahue, 1985, Al Osimy, 2004).
2.5 KEPERAWATAN ABAD PERTENGAHAN
Permulaan abad XVI, struktur dan orientasi masyarakat
mengalami perubahan, dari orientasi kepada agama berubah menjadi
orientasi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan alam serta
semangat kolonialisme. Akibat dari hal tersebut adalah banyak tempat
ibadah (termasuk gereja) yang ditutup, padahal tempat ini dijadikan
tempat untuk merawat orang sakit.
Di satu sisi, kenyataan ini berdampak negatif. Penutupan tempat
ibadah menyebabkan kekurangan tenaga perawat karena sebelumnya,
tindakan perawatan dilakukan oleh kelompok agama. Untuk memenuhi
kebutuhan perawat, bekas wanita jalanan (wanita tuna susila) atau wanita
yang bertobat setelah melakukan kejahatan diterima sebagai perawat.
Kejadian ini melatarbelakangi asumsi negatif terhadap perawat,
masyarakat beranggapan bahwa wanita terhormat tidak bekerja di luar
rumah. Akibat reputasi ini perawat diupah dengan gaji rendah dengan jam
kerja lama pada kondisi kerja yang buruk (Taylor. C.,dkk, 1989)
Di sisi yang lain, adanya perang seperti perang Salib berdampak
positif terhadap perkembangan keperawatan. Untuk menolong korban
perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela yang dipekerjakan sebagai
perawat. Mereka terdiri dari kelompok agama, wanita-wanita yang
mengikuti suaminya ke medan perang turut merawat orang sakit jika
diperlukan dan tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan adalah mulainya dikenal
istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), pada masa itu
keberadaan perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan dan timbul
peluang kerja bagi perawat di bidang sosial. Setelah perang Salib, kota-
kota besar mulai berdiri dan berkembang dengan menurunkan faktor
feodalisme. Perkembangan populasi penduduk yang luas di kota-kota
tersebut menyebabkan munculnya masalah kesehatan, yang secara
otomatis akan membutuhkan peran tenaga kesehatan (termasuk di
dalamnya perawat).
Kurangnya pemeliharaan kesehatan dan sanitasi serta
meningkatnya kemiskinan di daerah pedesaan mengakibatkan munculnya
masalah kesehatan yang serius pada abad kelima belas sampai abad tuju
belas. Faktor-faktor sosial, seperti hukum yang menekan orang miskin
dan pajak terhadap jendela rumah, menyebabkan menurunnya ventilasi
karena pemilik rumah menutup jendela guna menghindari membayar
pajak. Hal tersebut melahirkan suatu kondisi kesehatan yang memerlukan
respon dari perawat.
Pada tahun 1633 dibentuklah kelompok biarawati oleh St. Vincent
de paul. Kelompok ini merawat orang-orang di rumah sakit, orang
terlantar dan kaum miskin. Selanjutnya kelompok ini terkenal luas
sebagai perawat keliling karena mereka merawat orang sakit di rumah-
rumah. Pada masa ini juga mulai dirintis pendidikan keperawatan yang
dipelopori oleh Louise de Gras. Program pendidikan yang diberikan saat
itu adalah pengalaman merawat orang sakit di rumah sakit, dan juga
melakukan kunjungan rumah. (Donahue, 1995)
Peran rumah sakit terhadap perkembangan keperawatan tidak dapat
diabaikan. Setidaknya ada tiga rumah sakit yang berperan besar terhadap
perkembangan perawat pada zaman pertengahan. Pertama Hotel Dieu di
Lion, meskipun pada awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh para
mantan Wanita Tuna Susila (WTS) yang telah bertobat, namun rumah
sakit ini berperan besar dalam kemajuan keperawatan. Hal ini disebabkan
karena tidak lama kemudian pekerjaan perawat digantikan oleh perawat
yang terdidik melalui pendidikan keperawatan di rumah sakit tersebut.
Kedua, Hotel Dieu di Paris, dirumah sakit ini pekerjaan keperawatan
dilakukan oleh kelompok agama, namun sesudah revolusi Perancis,
kelompok agama dihapuskan dan pekerjaan diganti oleh orang-orang
bebas yang tidak terikat agama. Ketiga, St. Thomas Hospital, didirikan
tahun 1123 M, di rumah sakit inilah tokoh keperawatan Florence
Nightingale memulai karirnya memperbarui keperawatan. Abad XVIII,
pengembangan kota yang lebih besar membawa penambahan jumlah
rumah sakit dan memperbesar peran perawat.
Pada pertengahan abad XVIII dan memasuki abad XIX reformasi
sosial masyarakat meruba peran perawat dan wanita secara umum. Pada
masa ini keperawatan mulai dipercaya orang dan pada saat ini juga
nama Florence Nightingale. Florence Nightingale lahir pada tahun 1820
dari keluarga kaya dan terhormat. Ia tumbuh dan berkembang di Inggris
dengan pendidikan yang cukup. Meskipun ditentang keras oleh
keluarganya, ia diterima mengikuti kursus pendidikan perawat pada usia
31 tahun. Pecahnya perang Krim (Crimean War), dan penunjukan dirinya
oleh Inggris untuk menata asuhan keperawatan pada sebuah rumah sakit
Militer milik Turki memberi peluang baginya untuk meraih prestasi
(Taylor. C., 1989). Hal ini disebabkan karena ia berhasil mengatasi
kesulitan atau masalah yang dihadapi dan berhasil menepis anggapan
negatif terhadap wanita dan meningkatkan status perawat.
Seusai perang krim, Florence Nightingale kembali ke Inggris.
Sejarah perkembangan keperawatan di Inggris sangat penting dipahami
karena Inggris membuka jalan bagi kemajuan dan perkembangan perawat
di mana kepeloporan Florence Nightngale diikuti oleh Negara-negara
lain. Tahun 1860, Nightingale menulis Notes on Nursing: What it is and
What it is not untuk masyarakat umum. Filosofinya terhadap praktik
keperawatan merupakan refleksi dari perubahan kebutuhan masyarakat.
Ia melihat peran perawat sebagai seseorang yang bertugas menjaga
kesehatan seseorang berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana
menempatkan tubuh dalam suatu status yang bebas dari penyakit
(Nightingale, 1860; Schuyler, 1992). Pada tahun yang sama, ia
mengembangkan program pelatihan untuk perawat pertama kali, sekolah
pelatihan Nightingale untuk perawat di St. Thomas’ Hospital di London.
Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi pendidikan keperawatan
di dunia dewasa ini.
Kontribusi Florence Nightingale bagi perkembangan keperawatan
adalah menegaskan bahwa nutrisi merupakan satu bagian penting dari
asuhan keperawatan, meyakinkan bahwa okupasional dan rekreasi
merupakan suatu terapi bagi orang sakit, mengidentifikasi kebutuhan
personal pasien dan peran perawat untuk memenuhinya, menetapkan
standar manajemen rumah sakit, mengembangkan standar okupasi bagi
pasien wanita, mengembangkan pendidikan keperawatan, menetapkan
dua komponen keperawatan yaitu kesehatan dan penyakit, meyakinkan
bahwa keperawatan berdiri sendiri dan berbeda dengan profesi
kedokteran, dan menekankan kebutuhan pendidikan berlanjut bagi
perawat (Taylor, C. 1989).
Perang sipil (1860-1865) menstimulasi perkembangan keperawatan
di Amerika Serikat.Clara Burton, pendiri palang merah Amerika merawat
pejuang di medan pertempuran, membersihkan luka, memenuhi
kebutuhan dasar, dan menenangkan para pejuang dalam menghadapi
kematian. (Donahue, 1995). Setelah perang sipil, sekolah keperawatan di
Amerika dan Kanada mulai membentuk kurikulum sendiri mengikuti
sekolah Nightngale. Sekolah pelatihan yang pertama di Kanada, St.
Catherina di Ontario didirikan tahun 1874. Tahun 1908, Mary Agnes
Snively membantu terbentuknya The Canadian National Association of
Trained Nurses, selanjutnya nama tersebut berubah menjadi The
Canadian Nurses Association (CNA) pada tahun 1924. (Donahue, 1995).
Tahun 1899 afiliasi Amerika dan Kanada berhenti, organisasi baru
dibentuk dengan nama American Nurses Association (ANA) pada tahun
1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX,
tetapi di komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan yang
berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary Brewster
membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada kebutuhan
kesehatan orang miskin yang tinggal di rumah penampungan New York.
Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki tanggung jawab yang lebih
besar terhadap klien daripada mereka yang bekerja di rumah sakit, karena
mereka seringkali menghadapi situasi yang membutuhkan tindakan
mandiri dari perintah dokter. Selain itu, dalam mengobati penyakit, orang
miskin mmebutuhkan terapi keperawatan yagn ditujukan untuk
memperbaiki nutrisi, memberikan penginapan, dan mempertahankan
kebersihan. Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan
pendidikan terjadi pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu mulai
dirintis pendidikan keperawatan di tingkat universitas. Dengan
berkembangnya pendidikan keperawatan maka praktik keperawatan juga
mengalami perluasan. Pada tahun 1901 didirika The Army Nurses Corps,
diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada tahun 1908.
Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan. Sekitar tahun 1920-an,
dibentuk organisasi perawat spesialis, seperti Assosiation of Operating
Room Nurses (1949),American Assosiation of Critical-Care
Nurses (1969) dan Oncology Nursing Society(1975).
2.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan
keperawatan di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di dunia
pada umumnya, perkembangan keperawatan di Indinesia juga
dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu penjajahan pemerintah kolonial
Belanda, Inggris dan Jepang serta situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka. Perkembangan
keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa sebelum
kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal dari
penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken
oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah Sakit
Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk memelihara
kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah kolonial Belanda di
bidang kesehatan pada masa itu antara lain: Dinas Kesehatan Tentara
yang dalam bahasa Belanda disebut Militiary Gezondherds Dienst dan
Dinas Kesehatan Rakyat atauBurgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian
rumah sakit ini termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di
Jakarta, Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan
profesi keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk
kepentingan tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (1812-
1816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari
semboyannya “Kesehatan adalah milik manusia”, ia melakukan berbagai
upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi. Tindakan yang
dilakukan antara lain: pencacaran umum, membenahi cara perawatan
pasien dengan gangguan jiwa serta memperhatikan kesehatan dan
perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda, usaha-
usaha peningkatan kesehatan penduduk mengalami kemajuan. Di Jakarta
tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit, salah satu diantaranya adalah
Rumah Sakit Stadsverband berlokasi di Glodok (Jakarta Barat). Pada
tahun 1919 rumah sakit ini dipindahkan di Salemba dan sekarang
bernama Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM
menjadi pusat rujukan nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun
waktu ini (1816-1942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik
katolik dan protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI)
Cikini-Jakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St.
Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS PGI
Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat, kemudiam
RSCM menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun 1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945)
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran. Bila
renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan Inggris,
maka penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia keperawatan
di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan Inggris sudah
dikerjakan oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada masa Jepang yang
melakukan tugas perawat bukan dari orang yang sudah dididik untuk
menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga diambil alih dari orang
Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obat-obatan sangat minim,
sehingga wabah penyakit muncul dimana-mana. Bahan balutan juga
terbatas, sehingga daun pisang dan pelepah pisang digunakan sebagai
bahan balutan.
Pembangunan bidang kesehatan dimulai tahun 1949. Rumah sakit
dan balai pengobatan mulai dibangun. Tahun 1952, sekolah perawat
mulai didirikan, yaitu Sekolah Guru Perawat dan Sekolah Perawat tingkat
SMP. Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan mulai tahun
1962 dengan didirikannya Akademi Keperawatan milik Departemen
Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat profesional pemula.
Hampir bersamaan dengan itu didirikan pula Amper milik Depkes di
Ujung Pandang, Bandung dan Palembang.
Di Indonesia, keperawatan telah mencapai kemajuan yang sangat
bermakna bahkan merupakan suatu lompatan yang jauh kedepan. Hal ini
bermula dari dicapainya kesepakatan bersama pada Lokakarya Nasional
Keperawatan pada bulan Januari 1983 yang menerima keperawatan
sebagai pelayanan profesional (profesional service) dan pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi (professional education). Dalam
Lokakarya Keperawatan tahun 1983, telah dirumuskan dan disusun dasar-
dasar pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan. Sebagai
realisasinya disusun kurikulum program pendidikan D-III Keperawatan,
dan dilanjutkan dengan penyusunan kurikulum pendidikan Sarjana (S1)
Keperawatan.
Pengembangan pelayanan keperawatan profesional tidak dapat
dipisahkan dengan pendidikan profesional keperawatan. Pendidikan
keperawatan bukan lagi merupakan pendidikan vokasional/kejuruan akan
tetapi bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai
ilmu keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan/asuhan
keperawatan profesional kepada masyarakat. Jenjang pendidikan
keperawatan bahkan telah mencapai tingkat Doktoral. Pendidikan tinggi
keperawatan diharapkan menghasilkan tenaga keperawatan profesional
yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu
pelayanan/asuhan keperawatan, serta penataan perkembangan kehidupan
profesi keperawatan. Perkembangan keperawatan bukan saja karena
adanya pergeseran masalah kesehatan di masyarakat, akan tetapi juga
adanya tekanan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan serta perkembangan profesi keperawatan dalam menghadapi
era globalisasi.
Pendirian Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) pada tahun
1985 merupakan momentum kebangkitan profesi keperawatan di
Indonesia. Sebagai embrio Fakultas Ilmu Keperawatan, institusi ini
dipelopori oleh tokoh keperawatan Indonesia, antara lain Achir Yani S,
Hamid, DN.Sc; mendiang Dra. Christin S Ibrahim, MN, Phd; Tien
Gartinah, MN dan Dewi Irawaty, MA, dibantu beberapa pakar dari
Konsorsium Ilmu Kesehatan dan sembilan pakar keperawatan dari Badan
Kesehatan Dunia (WHO). Pada tahun 2000 mulai muncul Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSIK) diberbagai Universitas di Indonesia
(Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Hasanudin,
Universitas Andalas dan Universitas Sumatra Utara).
Tahun 1974 tepatnya tanggal 17 Maret didirikan Persatuan Perawat
Nasional Indonesia (PPNI). Sebagai fusi dari beberapa organisasi
keperawatan yang ada sebelumnya, PPNI mengalami beberapa kali
perubahan bentuk dan nama organisasi. Embrio PPNI adalah
Perkumpulan Kaum Verpleger Boemibatera (PKVB) tahun 1921. Pada
saat itu profesi perawat Sangat dihormati oleh masyarakat berkenaan
denga tugas mulia yang dilakukan dalam merawat orang sakit. Lahirnya
sumpah pemuda 1928, mendorong perubahan nama PKVB menjadi
Perkumpulan Kaum Verpleger Indonesia (PKVI). Pergantian nama ini
berkaitan dengan semangat nasionalisme . PKVI bertahan sampai tahun
1942 berhubungan dengan kemenangan Jepang atas sekutu.
Bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945,
tumbuh organisasi profesi keperawatan. Tiga organisasi profesi yang ada
antara tahun 1945-1954 adalah Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia
(PDKI), Persatuan Djuru Rawat Islam (Perjurais) dan Serikat Buruh
Kesehatan (SBK). Pada tahun 1951 terjadi pembaharuan organisasi
profesi keperawatan yaitu terjadi fusi organisasi yang ada menjadi
Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI) sebagai upaya konsolidasi
organisasi profesi tanpa mengikutsertakan SBK karena terlibat pada
pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Kurun waktu 1951-1958 diadakan kongres di Bandung dan
mengubah nama PDKI menjadi Persatuan Pegawai Dalam Kesehatan
(PPDK) dengan keanggotaan bukan hanya dari perawat. Tahun 1959-
1974 terjadi pengelompokan organisasi keperawatan antara lain Ikatan
Perawat Wanita Indonesia (IPWI), Ikatan Guru Perawat Indonesia (IGPI)
dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI) tahun 1969. Akhirnya tanggal 17
Maret 1974 seluruh organisasi keperawatan kecuali Serikat Buruh
Kesehatan bergabung menjadi satu organisasi profesi tingkat nasional
dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Nama inilah
yang secara resmi dipakai sebagai nama organisasi profesi keperawatan
Indonesia hingga kini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
ARTIKEL PERKEMBANGAN SEJARAH KEPERAWATAN DI
INDONESIA DAN INTERNASIONAL
A. Sejarah Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di
bumi ini, keperawatan terus berkembang sesuai dengan kemajuan
peradaban teknologi dan budaya. Konsep keperawatan dari abad ke abad
terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di dunia.
Sejarah perkembangan keperawatan secara umum terbagi 6 :
1. Mother Instink(Zaman Purbakala)
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan
ada sebagai suatu naluri (instink). Setiap manusia pada tahap ini
menggunakan akal pikirannya untuk menjaga kesehatan, merawat anak,
menyusui anak dan perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2. Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah
disebabkan oleh arwah/roh halus yang ada pada manusia yang telah
meninggal atau pada manusia yang hidup atau pada alam ( batu besar,
pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan penyembuhan atau
perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus di usir, para
dukun mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari
pengetahuan tentang roh dari sesuatu yang mempengaruhi kesehatan
orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan kemampuan, para dukun
berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-
obatan yang berasal dari alam.
3.Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual dimana
seseorang yang sakit dapat disebabkan karena adanya dosa/kutukan
Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah sehingga pada
waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien.
Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu dan bekerja
atas perintah pemimpin agama.
4. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani, dimana
pada saat itu banyak terbentuk Diakones yaitu suatu organisasi wanita
yang bertujuan untuk mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi
tugas dalam memberikan perawatan untuk mengubur bagi yang
meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim
atau hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit yang
membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini berdirilah Rumah Sakit di
Roma yaitu Monastic Hospital.
5. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur
Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama
Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan
Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan
seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai
muncul prinsip-prinsip dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya
kebersihan diri, kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan
yang terkenal dari Arab adalah Rufaidah.
6. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama
menjadi kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat
kolonial. Gereja dan tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini
digunakan oleh orde-orde agama untuk merawat orang sakit. Dengan
adanya perubahan ini, sebagai dampak negatifnya bagi keperawatan
adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi kurangnya
perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai
perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib,
untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela
sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang
mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang bertugas rangkap
sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang
kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap
perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh bekas WTS yang telah
bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan oleh perawat terdidik
melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde agama. Sesudah Revolusi Perancis,
orde agama dihapuskan dan pekerjaan perawat dilakukan oleh orang-
orang bebas. Pelopor perawat di RS ini adalah Genevieve Bouquet.
3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence Nightingale (1820). Pada masa
ini perawat mulai dipercaya banyak orang. Pada saat perang Crimean
War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris untuk menata asuhan
keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut memberi peluang bagi
Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus meningkatkan status
perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “ The Lady of the
Lamp”.
A. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya
dewa-dewa, manusia yang sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk
membantu penyembuhan orang yang sakit dilakukan pemujaan kepada
para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat dikatakan
bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.
B. Ketabiban
Mulai berkembang kemungkinan sejak ±14 abad SM, pada masa ini telah
dikenal teknik pembidaian, hygiene umum, anatomi manusia.
C. Perkembangan ilmu kedokteran Islam
Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan
para pengikutnya menyebarkan agama Islam keseluruh pelosok dunia.
Selain menyebarkan ajaran agama beliau juga menyebarkan ilmu
pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap
penyakit (kedokteran).
D. Perawat terdidik ( 600 – 1583 )
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu
menghasilkan perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali
di Hotel Dien dan Lion Prancis yang kemudian berkembang menjadi
rumah sakit terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik diseleksi dari
para pengikut agama dimana tenaga mereka diperbantukan dalam
kegiatan perawatan paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang
terkenal pada saat (1182 – 1226) itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
E. Perawat Profesional (abad 18 – 19)
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang
bermutu oleh masyarakat, menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang keperawatan.
Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama
4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk
ilmu kedokteran dan keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910)
adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu keperawatan, beliau
mendirikan sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St.
Thomas di London.
Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari
tahap yang paling klasik sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan
yang professional dan diakui oleh dunia internasional tentu dapat
dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia.
Mengikuti perkembangan keperawatan di dunia,
Keperawatan di Indonesia juga terus berkembang, adapun
perkembangannya adalah sebagai berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada
awalnya pelayanan perawatan masih didasarkan pada naluri, kemudian
berkembang menjadi aliran animisme, dan orang bijak beragama.
2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppasser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai
didirikan rumah sakit, Binnen Hospital adalah RS pertama yang didirikan
tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani adalah para dokter bedah,
tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat
itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan pekerjaan
yang hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni.
Tugas perawat pada saat itu adalah memasak dan membersihkan bangsal
(domestik work), mengontrol pasien, menjaga pasien agar tidak lari/pasien
gangguan kejiwaan.
C. Definisi Perawat
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan
sebagai berikut, keperawatan adalah pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang
komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan
manusia.
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan,
perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki
diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang
yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dengan
melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun
1965, perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan
keperawatan yang memenuhi syarat serta berwenang di negeri
bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan
bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit
dan pelayanan penderita sakit.
D. Tren Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era
globalisasi, pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana
banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Factor
yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat professional,
diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan.
Tahun 1985 pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI,
sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk
praktik keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia
kesehatan akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan
bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2010 “,
maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam
pengembangan perawatan professional, pengembangan teknologi
keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan
berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan
keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang
keperawatan
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi,
lisensi dan sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan
model praktik keperawatan professional dalam memberikan asuhan
keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan
dinamis serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu
menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya menjadi
serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
B.SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN SEBELUM KEMERDEKAAN
1.Zaman penjajahan belanda
Pada masa ini perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut
VELPLEGEK dengan sebutan zieken oppaser sebagai penjaga rumah
sakit.
usaha pemerintahan Belanda dibidang kesehatan adalah :
1. Mendirikan rumah sakit I Binnen Hospital di Jakarta pada tahun 1799
2 .Mendirikan rumah sakit II Butten Hospital
3. Membentuk dinas kesehatan tentara (military gezond herds dients)
4. Membentu Dinas Kesehatan Rakyat (Burgerlijke gezandherds dienst)
2. 2. Zaman penjajahan Inggris(1812-1816)
Gubernur jendral Rafles sangat memperhatikan rakyat
semboyan :Kesehatan adalah milik manusia. Usaha-usahanya dibidang
kesehatan :
1. Pencacaran secara umum
2.Membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
3.Memperhatikan kesehatan pada para tawanan
3.Zaman penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran yang
juga merupakan zaman kegelapan dunia keperawatan di Indonesia.
Kemunduran-kemunduran ini terlihat pada :
1. pekerjaan perawat dikerjakan oleh orang-orang yang tidak terdidik,
2.Pimpinan RS diambil alih oleh orang-orang jepang,
3.Obat-obatan sangat kurang
4.Wabah penyakit terjadi dimana-mana.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN PADA MASA
KEMERDEKAAN
Usaha-usaha dibidang kesehatan tahun 1949 mulai dibangun rumah sakit
dan balai kesehatan. Tahun 1952 mulai didirikan sekolah perawat yaitu
sekolah guru perawat dan sekolah perawat setingkat SLTP tahun 1962
mulai didirikan pendidikan keperawatan professional.
a.Periode 1945 -1962
Tahun 1945 s/d 1950 merupakan masa transisi pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Perkembangan keperawatan pun masih
jalan di tempat. Ini dapat dilihat dari pengembanagan tenaga keperawatan
yang masih menggunakan system pendidikan yang telah ada, yaitu
perawat lulusan pendidikan Belanda (MULO + 3 tahun pendidikan), untuk
ijazah A (perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Terdapat pula
pendidikan perawat dengan dasar (SR + 4 tahun pendidikan) yang
lulusannya disebut mantri juru rawat.
Baru kemudian tahun 1953 dibuka sekolah pengatur rawat dengan tujuan
menghasilkan tenaga perawat yang lebih berkualitas. Pada tahun 1955,
dibuka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) dengan pendidikan SR ditambah
pendidikan satu tahun dan sekolah pengamat kesehatan sebagai
pengembangan SDK, ditambah pendidikan lagi selama satu tahun.
Pada tahun 1962 telah dibuka Akademi Keperawatan dengan pendidikan
dasar umum SMA yang bertempat di Jakarta, di RS. Cipto
Mangunkusumo. Sekarang dikenal dengan nama Akper Depkes di Jl.
Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
.Periode 1963-1983
Periode ini masih belum banyak perkembangan dalam bidang
keperawatan. Pada tahun 1974 tepatnya tanggal 17 April lahirlah
organisasi profesi dengan nama Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) di Jakarta. Ini merupakan suatau langkah maju dalam
perkembangan keperawatan. Namun baru mulai tahun 1983 organisasi
profesi ini terlibat penuh dalam pembenahan keperawatan melalui
kerjasama dengan CHS, Depkes dan organisasi lainnya.
c.Periode 1984 sampai dengan sekarang
Pada tahun 1985, resmi dibukanya pendidikan S1 keperawatan dengan
nama Progran Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesi di Jakarta. Sejak saat itulah PSIK-UI telah
menghasilkan tenaga keperawatan tingkat sarjana sehingga pada tahun
1992 dikeluarkannya UU No. 23 tentang kesehatan yang mengakui tenaga
keperawatan sebagai profesi.
Pada tahun 1996 dibukanya PSIK di Universitas Padjajaran Bandung.
Pada tahun 1997 PSIK-UI berubah statusnya menjadi Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI), dan untuk meningkatkan
kualitas lulusan, pada tahun 1998 kurikulum pendidikan Ners disyahkan
dan digunakan. Selanjutnya juga pada tahun 1999 kurikulum D-III
keperawatan mulai dibenahi dan mulai digunakan pada tahun 2000
sampai dengan sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar. (2013). Keperawatan Profesional. In Media: Jakarta
Budiono & Pertami, Sumira Budi. (2015). Konsep Dasar Keperawatan.
Bumi Medika: Jakarta
Sumber Dari: http://www.ilmukeperawatan.info/2016/09/sejarah-
perkembangan-keperawatan-di_6.html#ixzz4KC8m3Qwt