perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING
DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN
ALAT LABORATORIUM
(Pembelajaran IPA untuk Materi Asam Basa Garam Kelas VII Semester 1
di SMP IT Darul Fikri Bawen Tahun Pelajaran 2011/ 2012)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Kimia
Oleh:
OKTAFFI ARINNA MANASIKANA
NIM: S 831102039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Oktaffi Arinna Manasikana
NIM : S831102039
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Pembelajaran
IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek Ditinjau dari Kreativitas dan
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium” (Pembelajaran IPA untuk Materi
Asam Basa Garam Kelas VII Semester 1 SMP IT Darul Fikri Bawen Tahun
pelajaran 2011/ 2012) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan
karya saya dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Oktaffi Arinna Manasikana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, tesis yang
berjudul: “Pembelajaran IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek
Ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium
(Pembelajaran IPA untuk Materi Asam Basa Garam Kelas VII Semester 1 SMP
IT Darul Fikri Bawen Tahun pelajaran 2011/2012) “ dapat terselesaikan dengan
baik. Tesis ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
menyelesaikan Program Studi Magister Pendidikan Sains di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dalam penyelesaiannya penulis bekerja keras dari waktu ke waktu, tetapi
usaha keras tersebut tentu tidak akan tercapai jikalau tidak mendapat bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati kiranya penulis menghaturkan
terimakasih yang tak terhingga kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan untuk belajar pada Program Pascasarjana.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas
dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
3. Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Dr. Sarwanto, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan.
5. Prof Dr. Ashadi, selaku pembimbing pertama yang telah memberikan
bimbingan, ilmu, saran-saran dan perbaikan yang luar biasa sangat
bermanfaat.
6. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, ilmu, saran-saran dan perbaikan yang luar biasa sangat
bermanfaat.
7. Segenap dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu yang luar
biasa bermanfaat.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana angkatan Februari 2011,
sebagai kawan pembawa semangat sehingga penulis tidak pernah merasakan
letih sedikitpun.
9. Loemiyono, S.PdI., selaku Kepala SMP IT Darul Fikri Bawen Kab.Semarang
yang telah memberikan ijin penulis untuk melanjutkan studi dan melakukan
uji penelitian.
10. Purwoko, S.Pd., selaku Kepala SMP IT Nurul Islam Tengaran Kab.Semarang
yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan uji coba penelitian.
11. Siswa-Siswa Kelas VII SMP IT Darul Fikri Bawen dan SMP IT Nurul Islam
Tengaran atas kerjasama yang telah diberikan dalam pengambilan data saat
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
12. Bapak dan Ibu tersayang yang senantiasa mendoakan kebaikan serta
memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan serta semangat bagi penulis
dalam menyelesaikan tesis.
13. Adik-adikku yang tersayang Agus Fiqih Amanu S.T, Anfas Sawamah Asri,
dan Muhammad Akhru Muflikhun yang senantiasa mendoakan, memberikan
kasih sayang dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan tesis.
14. Teman-teman seperjuangan akhwat di Semarang, Salatiga dan Solo atas
motivasi dan inspirasi yang tak pernah putus.
Penulis juga menyampaikan terimakasih pula kepada semua pihak yang
telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga amal
kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan balasan yang lebih baik di sisi Allah
SWT. Akhirnya penulis berharap atas segala saran dan kritik guna memperbaiki
kekurangan yang ada, semoga hasil penelitian ini berguna adanya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
MOTTO
“Wahai Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (Q.S. Thaahaa:114)
Rosululloh bersabda: “Orang beriman itu tidak akan puas dengan kebaikan yang ia dengar sebelum Syurga menjadi tempatnya yang
abadi” (HR.Turmidzi)
Kunci kemuliaan adalah taat pada Allah SWT dan Rosululloh SAW, kapanpun dan dimanapun berada (penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
PERSEMBAHAN
Demi Pertemuan Dengan- Nya ...
Demi Kerinduan Kepada Utusan- Nya ...
Demi Bakti Kepada Orang Tua ...
Demi Manfaat Kepada Sesama ...
Untuk Itulah Karya Ini Ditulis.
Semoga Niat Ini Tetap Lurus ...
Semoga Menjadi Ibadah ...
Semoga Menjadi Amal Jariyah ...
Semoga Bermanfaat ...
Amiin.
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. …............. i
HALAMAN PERSETUJUAN.. ............................................................. …............. ii
HALAMAN PENGESAHAN.. .............................................................. …............. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ …............. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ …............. v
MOTTO .................................................................................................. …............. viii
PERSEMBAHAN ................................................................................. …............. ix
DAFTAR ISI .......................................................................................... …............. x
DAFTAR TABEL ................................................................................. …............. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. …............. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... …............. xvii
ABSTRAK ............................................................................................. …............. xviii
ABSTRACT ............................................................................................ …............. xix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah... ……........................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 13
C. Pembatasan Masalah......................................................................... 15
D. Perumusan Masalah.......... ……........................................................ 15
E. Tujuan Penelitian ………................................................................ 16
F. Manfaat Penelitian............................................................................. 17
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS............................................................................................
18
A. Landasan Teori ....................................................... ………........... 18
1. Pembelajaran IPA ………......................................................... 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Belajar dan Teori Belajar ………............................................. 22
3. Metode Inkuiri Terbimbing ....................................................... 36
4. Metode Proyek …….................................................................. 41
5. Kreativitas ……......................................................................... 47
6. Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium……................ 50
7. Prestasi Belajar ……................................................................. 52
8. Materi Asam Basa Garam ……................................................. 56
B. Penelitian yang Relevan ……........................................................... 59
C. Kerangka Berfikir ……..................................................................... 64
D. Hipotesis ……................................................................................... 76
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……................................................... 77
A. Tempat dan Waktu Penelitian …….................................................. 77
B. Metode Penelitian …….................................................................... 78
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel……............................... 79
D. Variabel Penelitian ……................................................................... 80
E. Teknik Pengumpulan Data ……....................................................... 82
F. Instrumen Penelitian ……................................................................. 83
G. Uji Coba Instrumen Penelitian …….................................................
H. Teknik Analisis Data ……………………………………................
85
93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……........................... 98
A. Deskripsi Data ……......................................................................... 98
B. Pengujian Prasyarat Analisis ……................................................... 109
C. Pengujian Hipotesis ……................................................................. 113
D. Pembahasan ……............................................................................. 118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
E. Keterbatasan Penelitian ……........................................................... 133
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……............................. 135
A. Kesimpulan……............................................................................... 135
B. Implikasi …….................................................................................. 136
C. Saran ……........................................................................................ 137
DAFTAR PUSTAKA ….......................................................................................... 139
LAMPIRAN .......................................................................................... …............. 142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Nilai Mata Pelajaran Materi Asam Basa Garam ……………………... 4
Tabel 2.1 Langkah-Langkah/ Sintaks Metode Inkuiri Terbimbing…………........ 40
Tabel 2.2 Langkah-langkah/Sintaks Metode Proyek……………………….......... 45
Tabel 2.3 Beberapa Asam yang dikenal……………………………………......... 56
Tabel 2.4 Beberapa Basa yang dikenal……………………………………........... 57
Tabel 2.5 Perbedaan Sifat Asam dan Basa …….……………………………....... 57
Tabel 2.6 Beberapa Garam yang dikenal……………………………………........ 58
Tabel 2.7 Perubahan Warna Indikator……………………………………............ 58
Tabel 3.1 Alokasi Waktu Penelitian……………………………………………... 77
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel Desain Penelitian……………………………………………......
Skala Pengukuran Angket Kreativitas dan Prestasi Belajar
Afektif..................................................................................................
78
84
Tabel 3.4 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kognitif………. 87
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif ……. 88
Tabel 3.6 Rangkuman Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian
Kognitif……..........................................................................................
89
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Daya Pembeda Soal Instrumen Penilaian
Kognitif………………………………………………………………..
90
Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif……....... 91
Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif……... 92
Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Kreativitas…………......... 93
Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas……………. 93
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kognitif……………………………………………….. 98
Tabel 4.2 Deskripsi Data Afektif………………………………………………… 98
Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kreativitas Tinggi dan Rendah……. . 99
Tabel 4.4 Jumlah Siswa yang Mempunyai Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Tinggi dan Rendah…......................................................
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Inkuiri
Terbimbing…………………………………………………………….
100
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Proyek………. 100
Tabel 4.7 Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan
Kreativitas Tinggi...................................................................................
101
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah…... 101
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Tinggi......... 101
Tabel 4.10 Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Kemampuan Menggunakan
Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi………………………………...
102
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah…………………………….
103
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Tinggi ………..................................
103
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Metode Inkuiri
Terbimbing ……....................................................................................
104
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Metode Proyek ……...... 104
Tabel 4.15 Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan
Kreativitas Tinggi …..............................................................................
105
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Rendah ….... 105
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Tinggi ……. 105
Tabel 4.18 Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kemampuan Menggunakan
Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi …………..................................
106
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi………………...
107
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Tinggi …………………..................
107
Tabel 4.21 Skor Angket Prestasi Belajar Afektif…………………………………. 108
Tabel 4.22 Hasil Uji t............................................................................................... 109
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Tabel 4.23 Hasil Pengujian Normalitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Kognitif………………………………………………………...
110
Tabel 4.24 Hasil Pengujian Normalitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Afektif……………………………………………………….....
111
Tabel 4.25 Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok Data Prestasi Belajar
Aspek Afektif……………………………………………………….....
112
Tabel 4.26 Rangkuman Anava Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif………….... 113
Tabel 4.27 Rangkuman Anava Tiga Jalan Terhadap Prestasi Afektif…………...... 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas Inkuiri
Terbimbing dan Proyek ………………………………………………....
100
Gambar 4.2 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif Siswa Kreativitas
Rendah dan Tinggi……………………………………………………....
102
Gambar 4.3 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi ...........................
103
Gambar 4.4 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif, Inkuiri Terbimbing
dan Proyek ………………………………………………........................
104
Gambar 4.5 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa Kreativitas
Rendah dan Tinggi ……………………………………………………...
106
Gambar 4.6 Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi………………......
107
Gambar 4.7 Uji Lanjut Anava Scheffe Interaksi Antara Metode Inkuiri Terbimbing
dan Proyek dengan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar
Kognitif......................................................................................................
117
Gambar 4.8 Uji Lanjut Anava Scheffe Interaksi Antara Metode Inkuiri Terbimbing
dan Proyek dengan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar
Afektif......................................................................................................
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Silabus………………………………………………………. 142
Lampiran 2 RPP Inkuiri Terbimbing……………………………………. 146
Lampiran 3 RPP Metode Proyek………………………………………... 154
Lampiran 4 Kisi-kisi Angket Kreativitas.................................................. 163
Lampiran 5 Angket Kreativitas…………………………………………. 164
Lampiran 6 Instrumen Penilaian Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium……………………………………………….
168
Lampiran 7 Penilaian Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium..........................................................................
169
Lampiran 8 Pedoman Penskoran Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium……………………….………………………...
170
Lampiran 9 Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif………………. 172
Lampiran 10 Soal Tes Prestasi Belajar Aspek Kognitif…………………... 173
Lampiran 11 Kisi-kisi Angket Prestasi Belajar Aspek Afektif..................... 178
Lampiran 12 Angket Aspek Afektif……………………………………….. 179
Lampiran 13 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, dan Tingkat
Kesukaran Soal Kognitif.........................................................
183
Lampiran 14 Analisis Validitas dan Reliabilitas Soal Afektif..................... 188
Lampiran 15 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kreativitas.................... 192
Lampiran 16 Data Prestasi Belajar untuk Uji-t…………………………… 196
Lampiran 17 Hasil Uji-t dengan PASW 18................................................... 198
Lampiran 18 Data Induk Penelitian............................................................... 199
Lampiran 19 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas...................................... 203
Lampiran 20 Uji Anava dan Uji Lanjut....................................................... 209
Lampiran 21 Kegiatan Belajar Mengajar Saat Penelitian............................. 212
Lampiran 22 Surat Keterangan Uji Coba Penelitian………………............. 213
Lampiran 23 Surat Keterangan Penelitian……………………..................... 214
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ABSTRAK
Oktaffi Arinna Manasikana, S 831102039,” Pembelajaran IPA Melalui
Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek ditinjau dari Kreativitas dan
Kemampuan Menggunakan Alat laboratorium” (Pembelajaran IPA untuk
materi Asam Basa Garam kelas VII semester 1 di SMP IT Darul Fikri Bawen
tahun pelajaran 2011/ 2012) Pembimbing : 1) Prof. Dr. Ashadi, 2) Drs Haryono,
M Pd, Tesis, Surakarta, Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: perbedaan pembelajaran
IPA dengan metode inkuiri terbimbing dan proyek, kreativitas, kemampuan
menggunakan alat laboratorium, dan interaksinya terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011–Mei 2012. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas VII, sejumlah enam kelas SMP IT Darul
Fikri Bawen Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian
ditentukan 2 kelompok kelas, dengan teknik cluster random sampling. Kelompok
eksperimen I diperlakukan dengan metode Inkuiri Terbimbing dan kelompok
eksperimen II diperlakukan dengan metode Proyek. Pengumpulan data
menggunakan teknik tes untuk prestasi belajar kognitif, angket untuk kreativitas
dan prestasi belajar afektif, dan lembar observasi untuk kemampuan
menggunakan alat laboratorium. Analisis data penelitian menggunakan anava
dengan desain faktorial 2x2x2 sel tak sama dengan bantuan software PASW Versi
18.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Tidak ada perbedaan prestasi
belajar kognitif siswa dengan menggunakan metode proyek maupun metode
inkuiri terbimbing, namun pada prestasi belajar afektif siswa dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan metode proyek, (2) Kreativitas tidak memberikan perbedaan
prestasi belajar kognitif siswa namun mampu memberikan perbedaan prestasi
belajar afektif siswa, (3) Kemampuan menggunakan alat laboratorium
memberikan perbedaan prestasi belajar kognitif siswa namun pada prestasi afektif
tidak mampu memberikan perbedaan, (4) Terdapat interaksi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa, (5) Tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan
proyek dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif siswa, (6) Tidak terdapat interaksi antara kreativitas
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa, (7) Tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek, dengan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa.
Kata kunci : Metode Inkuiri Terbimbing, Metode Proyek, Kreativitas,
Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium, Prestasi Belajar dan Asam Basa
Garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
ABSTRACT
Oktaffi Arinna Manasikana, S831102039, "Learning Science Method
Using Guided Inquiry and Projects viewed from Creativity and Ability to use
Laboratory Equipment“ (Learning Science of acid-base salt, Grade VII
Semester 1, SMP IT Darul Fikri Bawen Academic Year 2011/ 2012) Thesis:
Science Education Program, Postgraduate Program Sebelas Maret University,
Surakarta. Advisor I: Prof. Dr. Ashadi, Advisor II: Drs. Haryono, M.Pd.
The purposes of research were to find out the differences learning of
science with Guided Inquiry and Projects method, student’s creativity, ability to
use laboratory equipment and their interaction toward student’s achievement.
This research was conducted in August 2011–May 2012. Population in
this research was all of students in grade VII, consisted of six class SMP IT
Darul Fikri Bawen year 2011/2012. The sample, two experimental group, was
taken using cluster random sampling technique. First experimental group was
treated using guided inquiry method while second experimental group was treated
using projects method. The data was collected using test method for student
cognitive achievement, questionnaire for student’s creativity and student’s
affective achievement, and observation sheet for ability to use laboratory
equipment. The research data analysis were tested using Anova with 2x2x2,
factorial design with different cell size and calculated using software PASW 18.
The result were: (1) Student’s cognitive achievement with projects method
is same with that of the guided inquiry but student affective achievement with
guided inquiry method was higher than projects, (2) No differences of student’s
cognitive achievement between the student’s who had a high creativity and low
creativity but there were differences of student’s affective, (3) There were
differences of student’s cognitive achievement between the student’s who had a
high ability to use laboratory equipment and low ability to use laboratory
equipment but no differences of student’s affective, (4) There were interaction
between guided inquiry method and projects with creativity toward student
cognitive and affective achievement, (5) There were no interaction between
guided inquiry method and projects method with ability to use laboratory
equipment toward student’s cognitive and affective achievement, (6) There were
no interaction between creativity with ability to use laboratory equipment toward
student’s cognitive and affective achievement, (7) There were no interaction
between guided inquiry method and projects method with creativity and ability to
use laboratory equipment toward student’s cognitive and affective achievement.
Keywords : Guided Inquiry Method, Projects Method, Creativity, Ability to Use
Laboratory Equipment, Student’s Achievement and Acid-Base Salt.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan konstruksi dari hasil pemikiran manusia
yang selalu dibahas dan dikaji secara terus menerus tiada habisnya dan dunia
pendidikan akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai tonggak
peradaban manusia. Oleh karena itu maju mundurnya suatu peradaban diukur oleh
maju tidaknya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasainya. Negara
dianggap sebagai pemilik peradaban yang maju karena penduduknya menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi secara baik. Pada gilirannya manusia yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara baik akan memiliki kedudukan
yang terhormat untuk mendapatkan kesejahteraan yang mencukupi.
Pada prinsipnya proses pendidikan yang dialami manusia berlangsung
sepanjang hayat, artinya proses yang terus-menerus, yang tidak pernah berhenti
dan terbatas pada dinding kelas. Hal ini didasari pada asumsi bahwa di sepanjang
kehidupannya, manusia akan selalu dihadapkan pada masalah-masalah,
rintangan-rintangan dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan
ini. Prinsip belajar sepanjang hayat ini sejalan dengan empat pilar pendidikan
universal seperti yang dirumuskan UNESCO, yaitu: (1) learning to know, yang
berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be, dan
(4) learning to live together. Learning to know atau learning to
learn mengandung pengertian bahwa belajar itu pada dasarnya tidak hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
berorientasi kepada produk atau hasil belajar, akan tetapi juga harus berorientasi
kepada proses belajar. Dengan proses belajar, siswa bukan hanya sadar akan apa
yang harus dipelajari, akan tetapi juga memiliki kesadaran dan kemampuan
bagaimana cara mempelajari yang harus dipelajari itu.
Proses pembelajaran sains untuk membangun kemampuan berpikir siswa
terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang memacu
dikembangkannya berbagai kemampuan berpikir siswa. Kemampuan berpikir ini
kurang dapat berkembang pada pembelajaran sains tanpa eksperimen seperti
halnya pembelajaran sains yang ditemukan di sekolah-sekolah Indonesia.
Pembelajaran sains di Indonesia saat ini masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sains adalah seperangkat fakta-fakta yang harus dihafalkan dan
masih berpusat pada guru sebagai sumber pengetahuan. Sedangkan proses
pendidikan sains di Amerika Serikat menerapkan standar pendidikan sains
(National Science Education Standard, 1996) yang telah diterapkan di USA
mengembangkan keterampilan proses sains individu melalui experimen. Proses
pembelajaran yang diterapkan ini disebut “science as process”, learning science is
something that students do, not something that is done them, “hads-on” activities,
students must have “minds-on” experiences as well. Sains bertujuan menjelaskan
fenomena alam, oleh karena itu cara belajar sains harus melibatkan siswa pada
pengalaman yang dikenal hads-on sehingga terjadi minds-on. Melalui
pembelajaran sains dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Undang-undang Sisdiknas RI Nomor 20 Tahun 2003 bab II pasal 3, secara
jelas menguraikan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik yang menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tatanan
normatif yang tertuang dalam Undang-undang Sisdiknas tersebut belum
dijalankan sebagaimana mestinya. Proses implementasi kebijakan pendidikan
tersebut telah berlangsung dengan baik tetapi kualitas pendidikan yang dihasilkan
belum memenuhi harapan semua pihak.
Salah satu cara yang dilakukan untuk mensukseskan tujuan Pendidikan
Nasional sesuai UU No.20 tahun 2003 adalah melalui penelitian ini, yang
berusaha untuk meningkatkan potensi siswa melalui inovasi metode pembelajaran
inkuiri terbimbing dan proyek dengan memperhatikan faktor internal yang
dimiliki siswa yaitu kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
sehingga membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut Depdiknas (2007:8), kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, materi standar, dan hasil belajar,
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan (KTSP) merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar
lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
memiliki tanggung jawab yang memadai. KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan. Hal
tersebut sejalan dengan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional
pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Hasil penelusuran data untuk pembelajaran IPA di SMP IT Darul Fikri
Bawen yang dilakukan pada materi asam basa garam menunjukkan nilai yang
cenderung rendah. Tabel 1.1 dibawah ini memperlihatkan bahwa dengan
menggunakan metode konvensional yaitu guru menerangkan sedangkan siswa
mendengarkan dan bertanya maka prestasi belajar siswa cenderung rendah. Siswa
yang mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal materi asam basa garam
75) prosentasenya masih rendah, pada tahun ajaran 2009/ 2010 hanya 10 persen
dan tahun 2010/ 2011 adalah 18,33 persen.
Tabel 1. 1 Nilai Mata pelajaran IPA pada materi Asam Basa Garam
1 2 3 4 5 6
No Rentang Nilai Jumlah siswa Persentase > KKM
Th 2009 Th 2010 Th 2009 Th 2010
1
2
3
4
45 - 54
55 - 64
65 - 74
≥ 75
15
15
24
6
10
20
19
11
25,00
25,00
40,00
10,00
16,67
33,33
31,67
18,33
Jumlah 60 60 100,00 100,00
Sumber: Data Sekunder nilai IPA kelas VII tahun 2009, 2010
Catatan :
Kolom No.5 diperoleh dari : kolom no 3/ 60 siswa
Kolom No.6 diperoleh dari : kolom no 4/ 60 siswa
Untuk mensukseskan program KTSP diperlukan kemandirian guru,
terutama dalam melaksanakan, menyesuaikan dan mengadaptasikan KTSP dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pembelajaran di kelas secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
(PAIKEM). KTSP pembelajaran IPA mengisyaratkan adanya perubahan
paradigma mendasar, pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher
centered) bergeser pada pembelajaran berpusat pada siswa (students centered).
Paradigma pembelajaran berpusat pada siswa diyakini dapat membangkitkan
kreativitas dan minat siswa sehingga pemahaman materi lebih mudah diserap
sehingga hasilnya KKM 75 dapat terlampaui.
Sejalan dengan berbagai faktor yang menyebabkan lambannya kemajuan
pendidikan di Indonesia maka faktor yang penting untuk dikaji adalah
penggunaan model belajar yang inovatif dalam proses pembelajaran. Lebih lanjut
Piaget (dalam Paulina Panen, 2001:32) mengatakan bahwa pembelajaran adalah
proses asimilasi antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki
siswa. Informasi hanya memiliki makna dalam konteks, tempat, permasalahan,
waktu, dan bidang tertentu. Proses belajar terjadi jika siswa mampu menggunakan
pengetahuan yang ada dalam struktur kognitifnya untuk menyelesaikan
permasalahan baru berdasarkan kesamaan atau kemiripan karakteristik
permasalahan yang dialaminya. Disinilah peranan guru menjadi sangat penting
agar pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
Teori belajar Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual
anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a) enaktif, segala
perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak
tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
pengertian yang utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu
mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan
anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah. Dengan
pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan
kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di
dalam benak keingintahuan tersebut.
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil
manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera
penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga
dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan
menggunakan otak dan pikirannya. Didasari hal inilah suatu model pembelajaran
yang dikenal dengan inkuiri atau belajar penemuan dikembangkan.
Proses belajar penemuan meliputi proses informasi, transformasi dan
evaluasi. Pada proses informasi peserta didik memperoleh informasi mengenai
materi yang sedang dipelajari. Pada proses transformasi peserta didik melakukan
identifikasi, analisis, mengubah, mentransformasikan informasi yang telah
diperolehnya menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Pada proses evaluasi
peserta didik menilai sendiri informasi yang telah ditransformasikan itu dapat
dimanfaatkan untuk memahami gejala atau pemecahan masalah yang dihadapi
(Trianto 2007: 69,70). Karakteristik pembelajaran inkuiri adalah menyenangkan,
tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, siswa kritis, guru kreatif.
Karakteristik siswa SMP kurang tertarik dengan pembelajaran yang berupa teori
apalagi disampaikan dengan ceramah secara monoton. Jika diamati mereka lebih
senang belajar dengan mengkaitkan materi belajar pada hal-hal dalam kehidupan
sekitar dan berdiskusi dengan teman-temannya untuk memecahkan masalah.
Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak guru yang menggunakan
pembelajaran secara konvensional bukan kontekstual. Ada pilihan strategi
pembelajaran yang lebih berpihak dan memberdayakan siswa, mengembangkan
minat dan pengalaman siswa yaitu dengan pembelajaran inkuiri dan proyek.
Inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta, atau terlibat
dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan
penyelidikan. Ia menambahkan bahwa pembelajaran inkuiri ini bertujuan
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan
intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.
Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, maka harus ditemukan cara-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
cara untuk membantu individu membangun kemampuan itu. Dalam
mengembangkan sikap inkuiri di kelas, guru mempunyai peranan sebagai
konselor, konsultan dan teman yang kritis. Guru harus dapat membimbing dan
merefleksikan pengalaman belajar. Peran guru tersebut menarik perhatian
penulis untuk menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Pendekatan
inkuiri terbimbing yaitu pembelajaran inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan
dan tahap-tahap pemecahannya. Pemilihan pendekatan inkuiri terbimbing
penulis lakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian akan dilakukan terhadap
siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana tingkat perkembangan
kognitif siswa masih pada tahap peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal,
dan siswa masih belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri.
Dengan pembelajaran inkuiri terbimbing ini diharapkan siswa belajar lebih
beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran.
Metode proyek merupakan metode pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas dengan
melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan
pertanyaan dan permasalahan yang diberikan (Made Wena, 2009: 144).
Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif
dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kompleks Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu
disiplin ilmu. Melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan tugas
bermakna yang lain. Memberi kesempatan bekerja siswa secara otonom dalam
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk
menghasilkan produk nyata. Sedangkan materi asam basa garam banyak
melibatkan kegiatan pengamatan praktikum di laboratorium. Oleh karena metode
proyek melibatkan penggunaan alat dan bahan sesuai dengan kebutuhan
praktikum asam basa garam, melibatkan siswa dalam penyelesaian masalah dan
memadukan teori-teori dari berbagai bidang ilmu seperti juga ilmu kelistrikan
yang digunakan dalam penyelesaian masalah materi asam basa garam maka
pembelajaran materi asam basa garam dapat menggunakan metode proyek.
Pembelajaran materi asam basa garam selama ini dilakukan dengan
ceramah, tanpa melibatkan siswa untuk ikut serta dalam membangun pemahaman.
Padahal karakteristik materi asam basa garam dekat dengan hal-hal yang ada di
sekitar kehidupan kita. Akibatnya siswa tidak terlatih untuk membangun hal-hal
yang ada disekitarnya menjadi bagian proses belajar. Kondisi ini dapat diperbaiki
dengan memperhatikan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
materi, seperti metode yang berpusat pada siswa, antara lain metode inkuiri
terbimbing dan proyek. Metode pembelajaran tersebut akan menuntun siswa
menjadi kreativ. Guru kadang tidak memperhatikan faktor lain yang ada dalam
diri siswa seperti kreativitas, kemampuan menggunakan alat laboratorium, sikap
ilmiah, motivasi, kemandirian, aktivitas, kemampuan awal, kemampuan berpikir
abstrak yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Sistem pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan belajar siswa
apabila dipaksakan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Seorang guru harus mampu memilih metode mengajar yang dapat mengeksplorasi
keaktifan siswa. Sementara itu permasalahan dari siswa terletak pada
kecenderungan siswa yang pasif, siswa menganggap mata pelajaran IPA sulit.
Selama ini guru kurang memperhatikan faktor kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium dalam proses pembelajaran, oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti faktor tersebut pada pembelajaran materi asam basa
garam yang dianggap sulit. Agar siswa menjadi senang dan paham terhadap
materi tersebut maka digunakan metode inovatif melalui metode inkuiri
terbimbing dan proyek dengan memperhatikan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium. Penggunaan metode inkuiri terbimbing dan
proyek menyebabkan siswa lebih tertarik dan merasa senang. Dengan metode ini
siswa banyak dilibatkan dalam proses pembelajaran, diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah sebanyak-banyaknya.
Bagi siswa yang mempunyai kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi, mereka akan berusaha menggali informasi sebanyak-
banyaknya, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup dan pembelajaran lebih
interaktif.
Hasil penelitian Schlenker (dalam Joyce dan Weil 1992; Trianto 2007:
136), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman sains,
produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh
dan menganalisis informasi. Selanjutnya Gulo (dalam Trianto 2007: 137)
menyatakan strategi inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri. Pembelajaran inkuiri
dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam
waktu yang relatif singkat. Materi asam basa garam mempunyai karakteristik
banyak pembelajaran teori yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari dengan
menggunakan metode inkuiri yang melibatkan secara maksimal kemampuan
siswa sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dan percaya diri
sehingga materi pelajaran akan lebih mudah untuk dipahami.
Faktor kreativitas pada siswa perlu diperhatikan pada proses pembelajaran.
Menurut Torrance (1988 dalam Munandar 2009: 27), kreativitas ditinjau dari
proses adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat
dugaan tentang, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah
dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari
produk, kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari
aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal
maupun eksternal dari lingkungan. Selanjutnya Munandar menambahkan bahwa
kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena dengan berkreativitas dapat
mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada
individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan kreativitas
diharapkan mendukung kemampuan prestasi anak lebih tinggi.
Kemampuan menggunakan alat laboratorium merupakan suatu
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan masalah
pada materi asam basa garam. Metode inkuiri terbimbing dan proyek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
menerapkan pembelajaran menggunakan praktikum sehingga dipengaruhi olah
kemampuan siswa dalam menggunakan alat laboratorium. Kemampuan
menggunakan alat laboratorium mengacu pada penggunaan kemampuan dasar
motorik, koordinasi, dan gerakan fisik yang menyatakan action praktikan dalam
proses ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Materi asam basa garam merupakan materi yang berkaitan
erat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menuntun siswa dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium yang tinggi lebih mudah untuk
memahami materi melalui langkah-langkah metode ilmiah. Dengan melihat
karakteristik materi asam basa garam maka kombinasi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek serta kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium dapat digunakan untuk pembelajaran materi asam basa garam
sehingga diharapkan pembelajaran menjadi menyenangkan dan perolehan prestasi
belajar tinggi.
Jika dikaji lebih lanjut sebenarnya guru telah menjalankan tugas
pembelajaran dengan baik tetapi dalam proses pembelajaran metode pembelajaran
yang digunakan tidak sesuai dengan konsep yang akan di bahas atau metode yang
digunakan tetap sama walaupun konsep yang diajarkan berganti. Oleh karena itu
melalui penelitian ini peneliti akan memfokuskan metode inkuiri terbimbing dan
proyek serta kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium untuk
pembelajaran materi asam basa dan garam. Pembelajaran metode inkuiri
terbimbing dan proyek dapat mengatasi kesulitan yang dialami siswa sehingga
pembelajaran menyenangkan dan prestasi yang diperoleh meningkat. Hal ini
disebabkan materi asam basa garam memiliki karakteristik, 1) banyak teori; 2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
berhubungan dengan kegiatan manusia sehari-hari; 3) merupakan materi kimia
yang kali pertama diajarkan di SMP dalam mata pelajaran IPA. Sementara itu
metode inkuiri terbimbing dan proyek pembelajarannya menyenangkan
melibatkan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium, yang
mengajak siswa belajar menemukan konsep sendiri, terkait dengan bidang-bidang
lain dalam kehidupan sehari-hari. Materi asam basa garam sukar dipahami tanpa
pemberian stimulan dari guru yang berupa masalah aktual dan harus dipecahkan
oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, sehingga metode tersebut
sesuai dengan karakteristik materi asam basa garam. Dengan demikian perlu
dilakukan penelitian pengaruh model pembelajaran menggunakan metode inkuiri
terbimbing dan metode proyek serta kreativitas dan kemampuan menggunakan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar untuk materi asam basa garam.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran merupakan proses negosiasi, makna, dan proses asimilasi
antara konsep yang baru ke dalam skema kognitif yang dimiliki siswa. Dalam
rangka itulah maka terjadi masalah yang dihadapi oleh setiap individu yang
berkenaan dengan kemampuan menyerap informasi yang baru tersebut. Setiap
individu akan memiliki kecepatan yang berbeda-beda dan menghasilkan prestasi
yang berbeda pula tergantung pada faktor-faktor yang melingkupinya. Salah satu
faktor yang penting adalah metode mengajar. Berbagai metode tersedia untuk
menjelaskan kepada siswa tetapi setiap metode akan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
Selain metode, guru juga memperhatikan faktor internal yang dimiliki
siswa seperti kreativitas, motivasi, kemandirian yang dapat mempengaruhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
pembelajaran. Dalam penelitian ini faktor internal siswa yang menjadi variabel
moderator adalah kreativitas. Metode Inkuiri Terbimbing dan proyek pada
penelitian ini dilakukan dengan praktikum dilaboratorium maka faktor
kemampuan menggunakan alat laboratorium yang dimiliki siswa juga akan
diteliti. Kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium tersebut
dapat digali melalui metode inkuiri terbimbing dan proyek. Dari uraian latar
belakang masalah di atas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasi sebagai
berikut:
9. Rata-rata prestasi belajar IPA materi asam basa garam masih belum
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM).
10. Pada proses pembelajaran masih banyak guru dalam mengajar IPA
menggunakan sistem konvensional dan kurang inovativ.
11. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk pembelajaran IPA
seperti inquiry, project, contextual teaching and learning, cooperatif learning
yang bersifat student centered, namun guru cenderung melakukan
pembelajaran dengan teacher centered.
12. Ada beberapa metode yang sesuai untuk pembelajaran materi asam basa
garam seperti metode inkuiri, eksperimen, proyek, demonstrasi namun guru
cenderung melaksanakan secara monoton dengan metode ceramah.
13. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar seperti
kemampuan memori, sikap ilmiah, kemampuan menggunakan alat
laboratorium, kreativitas, motivasi, aktivitas dan lain-lain, namun guru belum
memperhatikan faktor tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
14. Pada materi asam basa garam kreativitas yang dimiliki oleh siswa mempunyai
kontribusi yang besar terhadap prestasi belajar, namun kreativitas siswa belum
diperhatikan guru dikelas.
15. Kemampuan menggunakan alat laboratorium merupakan kemampuan dasar
yang penting dimiliki siswa saat melakukan pembelajaran di laboratorium,
namun guru belum memperhatikannya.
16. Guru cenderung melakukan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal
prestasi belajar terdiri dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus maka perlu adanya
pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Model Pembelajaran yang memfokuskan metode inkuiri terbimbing dan
metode proyek.
2. Kreativitas siswa, dalam penelitian ini dikategorikan dalam tinggi dan rendah
3. Kemampuan menggunakan alat laboratorium, dalam penelitian ini
dikategorikan dalam tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar siswa dibatasi pada aspek kognitif dan afektif.
5. Penelitian dibatasi tentang materi asam basa dan garam.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
1. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan metode proyek pada
materi asam basa garam?
2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi
asam basa garam?
3. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa
garam?
4. Apakah terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode
proyek dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar, pada materi asam
basa garam?
5. Apakah terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode
proyek dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa terhadap
prestasi belajar pada materi asam basa garam?
6. Apakah terdapat interaksi antara kreativitas dengan kemampuan menggunakan
alat laboratorium siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa
garam?
7. Apakah terdapat interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan
metode proyek, dengan kreativitas, dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri terbimbing dan metode proyek pada materi asam basa garam.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi asam basa garam.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa garam.
4. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode proyek dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
5. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan metode proyek dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa terhadap prestasi belajar
pada materi asam basa garam.
6. Interaksi antara kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
7. Interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan metode proyek,
dengan kreativitas, dan kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa
terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Manfaat teoritis
a. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang menggunakan metode
inkuiri terbimbing dan metode proyek pada materi asam basa garam.
b. Menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan metode inkuiri
terbimbing dan metode proyek dalam pembelajaran materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Memberikan masukkan kepada siswa bahwa pencapaian hasil belajar yang
baik dan bermakna memerlukan kreativitas dan kemampuan menggunakan
alat laboratorium.
2. Manfaat praktis
a. Untuk membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inkuiri dan proyek.
b. Memberikan alternatif kepada guru cara mengurangi kebosanan siswa dalam
pembelajaran antara lain dengan melibatkan peran aktif siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran berhubungan erat dengan belajar dan mengajar.
Pembelajaran menurut Sardiman dkk; (2005;5) dapat diartikan bahwa proses
belajar dalam diri siswa terjadi baik secara langsung maupun tak langsung (siswa
secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lainnya).
Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu, siswa, guru,
tujuan pembelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Dari pengertian diatas
diketahui ciri–ciri pembelajaran menurut Paulina Panen: (2001;15-17) antara lain:
1) Meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa yaitu: suatu proses belajar
mengajar atau pembelajaran dikatakan baik, bila proses tersebut melibatkan
kegiatan belajar yang efektif. Efektif dalam hal ini berarti tepat guna dan tepat
sasaran yaitu memberikan hasil guna yang maksimal sesuai pesan yang
disampaikan dan kepentingan siswa yang belajar. Hasil akhir yang dicapai siswa
dalam belajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran itu sendiri; 2) Adanya
interaksi yaitu interaksi yang terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan
belajarnya baik guru, siswa lain, media, dan sumber belajar lainnya serta adanya
komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain yaitu tujuan
pembelajaran, materi, kegiatan dan evaluasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Menurut (Trianto 2010: 17) pembelajaran adalah interaksi dua arah dari
seorang guru dengan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi
yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan
sebelumnya. Kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk
membuat siswa belajar aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Menurut Sagala (2010: 63), pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu
pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara
maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi
menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran
membangun suasana dialog dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada
gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
Sistem pembelajaran dalam pandangan konstruktivis menurut Hudoyo
(1998, dalam Trianto 2010: 19) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a) siswa
terlibat aktif dalam belajarnya. Siswa belajar materi (pengetahuan) secara
bermakna dengan bekerja dan berpikir, b) informasi baru harus dikaitkan dengan
informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan skema yang dimiliki siswa.
Menurut Dunking dan Biddle (1974: 38) proses pembelajaran akan berlangsung
dengan baik jika pendidik mempunyai dua kompetensi utama yaitu (1)
kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi; dan (2)
kompetensi metodologi pembelajaran. Jadi dalam proses pembelajaran guru harus
menguasai konsep yang akan diajarkan dan metode yang digunakan. Metode yang
digunakan merupakan strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan
bahwa pembelajaran terus mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, karenanya sumber belajar tidak hanya guru dan
buku teks semata melainkan juga alam sekitar, informasi yang diperoleh melalui
internet.
Istilah pembelajaran sudah mulai dikenal luas dalam masyarakat, pada
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang secara legal formal memberi pengertian tentang pembelajaran. Pembelajaran
diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai suatu konsep
pedagogik secara teknis dapat diartikan sebagai upaya sistematik dan sistemik
untuk menciptakan lingkungan belajar yang potensial menghasilkan proses belajar
yang bermuara pada berkembangnya potensi individu sebagai peserta didik. Dari
pengertian tersebut tampak bahwa antara belajar dan pembelajaran satu sama lain
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional.
Keterkaitan substantif belajar dan pembelajaran terletak pada simpul
terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu. Keterkaitan fungsional
pembelajaran dengan belajar adalah bahwa pembelajaran sengaja dilakukan untuk
menghasilkan belajar atau dengan kata lain belajar merupakan parameter
pembelajaran. Walaupun demikian tidak semua proses belajar merupakan
konsekuensi dari pembelajaran.
b. Pembelajaran IPA
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau sering disebut sains berasal dari kata
bahasa latin yaitu scientia yang artinya ilmu pengetahuan. Pengetahuan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
hakekatnya meliputi semua yang diketahui oleh seseorang tentang objek tertentu.
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dan segala
isinya. Sains meliputi cabang ilmu fisika, kimia dan biologi. Kajian sains tidak
hanya berupa rumus-rumus atau teori-teori saja tetapi juga berupa proses
penemuan. Dengan demikian sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis. Inkuiri dan proyek merupakan metode pembelajaran yang
sesuai diterapkan pada pelajaran sains karena sesuai dengan hakikat sains.
Pembelajaran sains dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan proses sains.
Sains mempunyai beberapa sifat diantaranya :1) empiris artinya berdasarkan
pengalaman terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan, dan pengamatan;
2) sistematis artinya teratur menurut sistem; 3) objektif artinya bebas dari
prasangka perorangan; 4) analitis artinya dapat membedakan pokok permasalahan
kedalam bagian-bagian yang lebih rinci; 5) verikatif artinya mengarah pada
tercapainya kebenaran.
Proses pembelajaran IPA aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar
mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan,
artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya
adalah pencapaian tujuan pembelajaran IPA yang telah dirumuskan dalam satuan
pelajaran. Menurut Sagala (2010:64) kegiatan yang diprogram guru merupakan
kegiatan yang integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Kegiatan
pembelajaran secara metodologis berakar dari pihak pendidik yaitu guru dan
kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta didik. Kualitas proses
pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran IPA merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
usaha sadar guru untuk mengemas metode dan media yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan dengan tujuan
mempermudah siswa menyerap pelajaran IPA serta mengembangkan
keterampilan berpikir sehingga dengan sendirinya prestasi belajar tinggi.
2. Belajar dan Teori Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Mulai dari cara berbicara, berjalan, sampai cara memenuhi
kebutuhan hidup, itu semua tidak lepas dari kegiatan belajar. Secara umum belajar
diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan
bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik
seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang
berpendapat sebelum lahir dan akan berlangsung sepanjang hanyatnya. Beberapa
ahli telah menyusun definisi belajar, yang perumusannya berbeda-beda antara
lain: (1) Menurut Sumiati dan Asra (2008:38) perilaku mencakup penampilan
(behavioral performance) dan kecenderungan perilaku (behavioral tendency).
Penampilan dapat berupa kemampuan menjelaskan, melakukan suatu perbuatan,
keterampilan, atau menyebutkan sesuatu. Sedangkan kecenderungan perilaku
berupa pengetahuan, pemahaman, minat, penghargaan terhadap sesuatu. (2)
Gagne dalam Ratna Wilis Dahar (1989:11) mendefinisikan belajar sebagai
kegiatan yang menyebabkan perubahan perilaku pada individu sebagai akibat
pengalaman. Perilaku sebagai hasil belajar mengandung pengertian yang luas. (3)
Anita Lie (2008: 5) mengemukakan bahwa belajar adalah interaksi pribadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan belajar adalah
suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antarpribadi. (4)
Johnson, Johnson dan Smith (1991) dalam Anita Lie (2008: 5) mengemukakan
bahwa belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial (bercakap-
cakap, berbicara, berdiskusi dan bekerjasama) yang terjadi ketika masing-masing
orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan
pengetahuan bersama.
Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas, dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berupa
pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada peserta didik dimana belajar
menunjukkan adanya hubungan antara kondisi manusia, aktivitas berfikir dan
perilaku ilmiah.
b. Teori Belajar
Teori adalah bangunan fisik yang merekonstruksi hubungan berbagai
konsep yang memiliki pengertian tersendiri sesuai dengan proposisi yang
menjalinnya (Ihalauw dalam Salim 2005:5). Keseluruhan unsur bangunan teori
dengan demikian juga bersifat terbuka dan setiap perubahan unsur bangunan teori
akan memberi pengaruh kepada unsur-unsur yang lain dalam bangunan teori.
Pengertian belajar telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan sesuai dengan sudut
pandang mereka masing-masing. Menurut Bruner bahwa belajar merupakan
pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean.
Berbagai kategori saling berkaitan sedemikian rupa, sehingga setiap individu
mempunyai model yang unik tentang alam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Sementara Morgan mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman (Agus
S 2009:2) Dengan demikian teori belajar merupakan konstruksi hubungan
berbagai konsep pembelajaran yang memiliki pengertian tersendiri dengan
proposisi yang menjalinnya. Teori belajar tidak bersifat ekstrim melainkan
prakmatik dan eklektik.
Menurut Slavin (2008:141) belajar didefinisikan secara lengkap sebagai
berikut :
Learning is usually defined as a change in an individual caused by
experience. Changes caused by development ( such as growing taller) are
not instances of learning. Neither are characteristics of individuals that
are present at birth (such as reflexes and respons to hanger or pain).
However, humans do much learning from the day of their birth (and some
say earlier) that learning and development are inseparably linked.
Untuk lebih tegasnya belajar tidak sekedar suatu usaha manusia yang dilakukan
secara sadar untuk meningkatkan pengetahuan, melainkan juga perilaku berupa
pengalaman yang dapat diamati perubahanya baik dalam bersikap maupun
berperilaku. Beberapa teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini antara lain:
1). Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut paham konstrukstivisme, belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasa dan alami. Konstruksi arti itu
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai; 2) Konstruksi arti itu
adalah proses yang terus menerus. Setiap kali berhadapan dengan
fenomena atau persolan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat
maupun lemah; 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta,
melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat
pengertian baru. Belajar bukan hasil pengembangan, melainkan
merupakan perkembangan itu sendiri, yang menuntut penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang; 4) Proses belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang
merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan adalah
situasi yang baik untuk memacu belajar; 5) Hasil belajar dipengaruhi oleh
pengalaman dengan dunia fisik dan lingkungannya; 6) Hasil belajar
seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya, konsep-konsep,
tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang
dipelajari (Paul Suparno, 1997:61)
Ciri-ciri belajar tersebut dapat menuntun kita pada pemahaman bahwa
secara umum belajar diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan
tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak
lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir dan akan berlangsung
sepanjang hanyatnya. Belajar menunjukkan adanya hubungan antara kondisi
manusia, aktivitas berfikir dan perilaku ilmiah.
Dalam kehidupannya manusia akan selalu menyusun standar berfikir untuk
melihat realita sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan yang ia miliki dan
pada saat yang sama subyektivitas seseorang akan obyek yang telah dikonstruksi
menjadi sangat beragam, karenanya kebenaran sebagai hasil dari pengamatan dan
pengetahuan adalah sebuah keniscayaan. Di sinilah konsep konstruktivisme
bermula. Konstruksivisme menurut Rosty (dalam Panen, 2001) merupakan salah
satu bentuk pragmatisme, terlebih lagi soal pengetahuan dan kebenaran, karena
hanya mementingkan bahwa suatu konsep itu dapat berlaku atau digunakan.
Menurut Staver (dalam Panen, 2001:13) konstruktivisme menunjukkan pada
interaksi antara subyek dan obyek, antara realitas yang eksternal dan yang
internal. Karenanya susunan pengetahuan yang ada dalam otak manusia
merupakan hasil dari konstruksi yang ia lakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Konstruktivisme menjadi landasan bagi beberapa teori belajar, misalnya
teori perubahan konsep, teori belajar bermakna, dan teori skema. Konstruktivisme
maupun teori perubahan konsep percaya bahwa dalam proses belajar seseorang
mengalami perubahan konsep. Pengetahuan seseorang tidak sekali jadi, tetapi
melalui proses perkembangan yang terus menerus. Dalam perkembangan
tersebut, ada yang mengalami perubahan besar ada pula yang hanya
mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi
(Panen, 2001:16). Teori perubahan konsep membantu menciptakan suasana dan
keadaan pembelajaran yang memungkinkan perubahan konsep terjadi pada siswa
sehingga terjadi pemahaman. Baik konstruktivisme maupun teori perubahan
konsep menjelaskan bahwa pengertian yang dibentuk siswa mungkin berbeda
dengan pengertian ilmuwan. Namun pengertian yang berbeda tersebut bukan
salah satu ahli proses perkembangan karena setiap kali mereka terus menerus
dapat mengubah pengertiannya.
Teori belajar Vygotsky juga menerapkan teori belajar sosiokonstruktivis.
Menurut Vygotsky proses perkembangan mental lebih menekankan pada hakekat
sosiokultural dari pembelajaran dimana pembelajar tinggal dengan interaksi sosial
melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone
Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Menurut Vygotsky bahwa
pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas
yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan
kemampuan siswa atau tugas-tugas itu berada dalam Zone Proximal Development
(ZPD) siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di
atas perkembangan intelektual siswa yang dimiliki saat ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Vygotsky (Slavin, 2008:36), memberikan batasan tentang teori
perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : ”jarak antara level pembangunan
aktual seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara independen dan
level pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian
masalah dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman
yang lebih mampu.” Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan yang tinggi pada
umumnya akan muncul dalam dialog antara kerjasama antar individu siswa,
sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu siswa.
Sedangkan konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar
bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan
tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan
anak secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan ”pentingnya interaksi
sosial dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan
sistem yang secara kultural telah berkembang dengan baik” (Paul Suparno, 2001:
135). Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli
atau tokoh dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang
ingin digeluti. Misalnya, para siswa dipertemukan dengan ahli atau tokoh yang
dapat bercerita tentang bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka
tentang suatu masalah tertentu. Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk
mengkonstruksikan pengetahuannya sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
juga bisa diajak ke laboratorium ataupun tempat-tempat lain yang dapat memberi
inspirasi bagi siswa.
Ringkasan dari teori Vygotsky tersebut, siswa perlu belajar dan bekerja
secara kelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi sosial dan perlu bantuan
guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran pada perkembangan sains
dan pengetahuan lain. Kerja kelompok dan interaksi sosial ini yang dapat menjadi
dasar bahwa siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya diperlukan bantuan
pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses kontruksi terarah.
Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan model
pembelajaran dengan pendekatan kontruksivisme ataupun Cooperatif Learning
dengan daya dukung lingkungan belajar. Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek
pada penelitian ini dilakukan dengan eksperimen dilaboratorium secara kelompok,
sehingga siswa dalam membangun pengetahuan diperlukan adanya kerja
kelompok dan interaksi sesama siswa, guru, dan lingkungan.
Keterkaitan teori belajar konstruktivisme dengan penelitian ini adalah
dalam pembelajaran materi asam basa garam dengan metode inkuiri terbimbing
dan proyek siswa menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi
kompleks yang mereka dapatkan dari hasil diskusi kelompok. Siswa benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, karena dalam
pembelajaran siswa diminta menyelesaikan masalah oleh guru kemudian mereka
bekerja memecahkan masalah tersebut. Sehingga pengetahuan tentang asam basa
garam dibangun oleh dirinya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2). Teori Belajar Kognitivisme
Belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh atau mengubah
pemahaman dan struktur kognitif. Struktur kognitif merupakan persepsi tentang
lingkungan yang mempengaruhi perilaku. Kognitivisme memandang bahwa
aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal yaitu pengolahan
informasi dari lingkungan. Berikut beberapa teori belajar aliran kognitivisme:
a). Teori Belajar Piaget
Piaget adalah seorang psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme dalam proses belajar. Teori belajar yang dikemukakan Piaget
adalah teori belajar kognitif atau intelektual. Piaget menekankan aktivitas
individual dalam pembentukan pengetahuan. Menurut Piaget pengetahuan
dibangun dalam pikiran siswa melalui proses asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi
(Ratna Wilis Dahar, 1989:159). Proses asimilasi adalah proses penyatuan atau
pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki.
Proses akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi
yang baru. Proses ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara
asmilasi dan akomodasi. Piaget membagi proses perkembangan kognitif menjadi
beberapa tahapan dimana setiap tahapan mempunyai ciri dan disesuaikan dengan
umurnya dan pada setiap proses perkembangan ini selalu terjadi proses asmilasi,
akomodasi dan ekuilibrasi (kesetimbangan).
Menurut Piaget setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan
kognitif atau intelektual sebagai berikut, yaitu 1) Tahap Sensori-motor (ketika
berumur 0 sampai 2 tahun). Tahap ini menempati dua tahun pertama dalam
kehidupan. Selama tahap ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
(sensori) dan tindakan-tindakannya (motor), periode ini anak tidak mempunyai
konsepsi object permanence; 2) Tahap Pra-operasional (ketika berumur 2-7
tahun). Tahap ini disebut pra operasional karena pada umur ini anak belum
mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti menambah, mengurangi.
Tahap pra-operasional terdiri atas dua sub tingkat, pertama antara 2-4 tahun
disebut sub tingkat pra-logis dan subtingkat kedua 4-7 tahun disebut tingkat
berpikir intuitif. Menurut Piaget pada tahap pra operasional anak mempunyai sifat
egosentris yang berarti anak mempunyai kesulitan menerima pendapat orang lain;
Selanjutnya, 3) Tahap Operasional konkret (ketika berumur 7-11 tahun).
Tahap ini merupakan permulaan berpikir rasional, artinya anak memiliki operasi-
operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Bila
menghadapi suatu pertentangan antar pikiran dan persepsi, anak dalam tahap
operasional konkret memilih pengambilan keputusan logis, dan bukan keputusan
perseptual seperti anak pra-operasional. Operasi-operasi itu konkret, bukan formal
dan terikat pada pengalaman perorangan. Pada tahap ini anak belum dapat
berurusan dengan materi abstrak, seperti hipotesis dan proposisi verbal;
Selanjutnya, 4) Tahap Operasional formal (ketika berumur 11 tahun-
dewasa). Pada tahap ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya
untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan utama pada
anak selama tahap ini adalah bahwa ia tidak perlu berpikir dengan pertolongan
benda atau peristiwa konkret, ia mempunyai kemampuan untuk berpikir abstrak.
Menurut Piaget bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu perkembangan yang
bertahap dari berpikir intelektual konkret ke abstrak berurutan melalui empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
tahap tersebut. Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang, semakin
teratur (dan juga semakin abstrak) cara berfikirnya.
Perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget dapat digunakan
untuk mencocokkan materi pelajaran terhadap kemampuan berpikir siswa dan
juga membantu guru untuk menilai tingkat perkembangan kognitif. Siswa SMP
kelas VII termasuk pada kategori peralihan operasional konkret ke formal,
sehingga diharapkan dengan melakukan eksperimen pada materi asam basa garam
ini, siswa dapat mendapatkan pengalaman dari yang dialaminya.
Keterkaitan teori belajar Piaget dalam penelitian ini bahwa siswa-siswa
yang memiliki kreativitas tinggi dalam proses pembelajaran akan mengambil
keputusan-keputusan yang tepat. Menurut Piaget perkembangan kognitif sebagian
besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan,
pengetahuan datang dari tindakan. Interaksi sosial dengan teman sebaya
khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang
pada akhirnya membuat pemikiran menjadi lebih logis. Metode inkuiri terbimbing
dan proyek pembelajarannya dilakukan secara berkelompok, berdiskusi,
berinteraksi aktif dan melakukan eksperimen. Sehingga belajar materi asam basa
garam menggunakan proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna
dan pemahaman realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Siswa
dihadapkan pada materi asam basa garam, disini berlangsung asimilasi dan
akomodasi pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan
dengan asam basa garam yaitu materi IPA yang diperoleh saat dibangku SD.
Pengetahuan siswa akan mantap setelah mengkombinasikan pengalaman baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dengan pengalaman sebelumnya. Pengalaman ini diperoleh dengan
menyimpulkan sendiri berdasarkan pengalamannya setelah mempelajari materi
asam basa garam.
b). Teori Belajar Bermakna Ausubel
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika apa yang disebut
pengatur kemajuan perkembangan belajar atau advance organizers yang
didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik . Pengatur kemajuan belajar adalah
konsep atau informasi umum yang mencakup semua isi pelajaran yang akan
diajarkan kepada siswa. Ausubel percaya bahwa ”advance organizers” dapat
memberikan tiga macam manfaat, yakni: (1) dapat menyediakan suatu kerangka
konseptual untuk materi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa; (2) dapat
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang
dipelajari siswa “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari sedemikian rupa; dan
(3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Dari penjelasan tersebut maka belajar sebagai proses yaitu: (1) belajar
tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkonstruksi pengetahuan
dibenak mereka sendiri; (2) anak belajar dari mengalami, anak mencatat sendiri
pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh
guru; (3) para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu
terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu
persoalan; (4) pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau
preposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan; (5) manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi
situasi baru; (6) siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide; (7) proses belajar
dapat mengubah struktur otak, perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring
dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi mata pelajaran harus baik,
dengan demikian seorang guru akan mampu menemukan informasi, yang menurut
Ausubel sangat abstrak, umum dan inklusif, yang mewadahi apa yang akan
diajarkan itu. Selain itu, logika berfikir guru juga dituntut sebaik mungkin. Tanpa
memiliki logika berfikir yang baik maka guru akan kesulitan memilah-milah
materi pelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat dan padat, serta
menjelaskan materi dalam struktur yang sistematis. Belajar penemuan yang
bermakna hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.
Keterkaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah belajar
berhubungan dengan informasi materi pelajaran yang disampaikan pada siswa
serta cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur
kognitif yang telah ada. Cara belajar ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran
penemuan dimana siswa berinteraksi dengan obyek melalui pengamatan. Dalam
mempelajari materi asam basa garam dengan metode inkuiri terbimbing dan
proyek, siswa dapat mengkaitkan informasi tersebut pada struktur kognitif yang
telah ada pada materi sebelumnya yaitu materi IPA kelas 6 SD, sehingga belajar
siswa menjadi bermakna. Dengan kedua metode tersebut siswa mampu
mengaplikasikan materi asam basa garam dalam kehidupan sehari-hari dan siswa
tidak hanya sekedar belajar hafalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
c). Teori Belajar Penemuan Bruner
Bruner berpendapat bahwa manusia mempunyai kapasitas dan
kecendrungan untuk berubah karena menghadapi kejadian yang umum. Ingatan
mempunyai beberapa fase, yaitu waktunya sangat singkat (extremely
shortterm)/ingatan segera (immetodete memory) item hanya dapat disimpan dalam
beberapa detik. Ingatan jangka pendek (short term) (items dapat ditahan dalam
beberapa menit), ingatan jangka panjang (long term) (penyimpanan berlangsung
beberapa jam sampai seumur hidup). Bruner menganggap, bahwa belajar itu
meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan
terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu,
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan
pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan
oleh bertambahnya ketidak tergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan
itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa
menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan
itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada
dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan
dilakukannya. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui
belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih
ketrampilan-ketrampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia
dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan
pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk
menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di
sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil
manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera
penglihatan, pendengaran, pengecapan dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa
keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan
otak dan pikirannya. Sanjaya (2008:196) menyatakan bahwa pengetahuan yang
dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh
keingintahuan itu. Didasari hal inilah suatu metode pembelajaran yang dikenal
dengan inkuiri atau belajar penemuan digunakan dalam penelitian ini.
Sedangkan keterkaitan teori belajar Bruner dengan pembelajaran metode
proyek dimana siswa mencari sendiri pemecahan masalah pada materi asam basa
garam sehingga akan menghasilkan pengetahuan asam basa garam yang benar-
benar bermakna bahkan dapat digunakan untuk peristiwa-peristiwa dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan menemukan
konsep-konsep materi asam basa garam pada pembelajarannya, karena konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
ditemukan sendiri melalui belajar penemuan maka pengetahuan itu bertahan lama
dalam diri siswa.
3. Metode Inkuiri Terbimbing
Pengajaran inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri. Diskoveri terjadi bila
individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses-proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip (Robert B. Send dalam Oemar Hamalik,
2009: 219) rumusan ini menggambarkan bahwa diskoveri dilakukan melalui
proses mental yakni observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan.
Proses-proses tersebut disebut Discovery Cognitive Process, sedangkan
discvovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and
principles in the mind. Menurut Kourilsky pengajaran berdasarkan inkuiri adalah
suatu strategi yang berpusat pada siswa di mana kelompok siswa inkuiri mencari
jawaban-jawaban terhadap isi pertanyaan melalui suatu prosedur yang digariskan
secara jelas dan terstruktur.
Proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator, nara sumber,
dan penyuluh kelompok. Para siswa didorong untuk mencari pengetahuan sendiri,
bukan dijejali dengan pengetahuan. Strategi instruksional dalam inkuiri
menyangkut: 1) Mendefinisikan secara jelas topik inkuiri yang dianggap
bermanfaat bagi siswa; 2) Membentuk kelompok-kelompok dengan
memperhatikan keseimbangan aspek akademik dan aspek sosial; 3) Menjelaskan
tugas kepada kelompok dengan cara yang responsif dan tepat waktu; 4) Intervensi
untuk meyakinkan terjadinya interaksi antara pribadi secara sehat dan terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dalam kemajuan pelaksanaan tugas; 5) Melakukan evaluasi dengan berbagai cara
untuk menilai kemajuan kelompok dan hasil yang dicapai.
Dalam pelaksanaannya metode inkuiri menjadikan pembelajaran lebih
produktif karena dapat: 1) Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam
penguasaan pelajaran; 2) Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. 3).
Merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuatu; 4) Memfokuskan siswa pada
sesuatu yang diinginkan; dan 5) Membimbing siswa untuk menemukan atau
menyimpulkan sesuatu.
Jadi dalam pembelajaran bermetode inkuiri permulaan pembelajaran
dimulai dari guru yang mengajukan permasalahan kepada siswa, selanjutnya
siswa mengidentifikasikan dan merumuskan masalah tersebut untuk dipecahkan.
Siswa diberi kesempatan mengumpulkan berbagai informasi melalui hasil
pengamatan, selanjutnya dilakukan pengelolaan data untuk dapat diperoleh
kesimpulan.
Dilihat dari besar kecilnya informasi dari guru kepada siswa metode
inkuiri dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu: Inkuiri Terbimbing (guided
inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas termodifikasi (modifed
free inquiry). Dalam penelitian ini yang hendak dibahas adalah inkuiri terbimbing,
karena di sini guru memiliki otoritas menentukan permasalahan. Jika
permasalahan tersebut diserahkan kepada siswa, tidak semua siswa akan berfikir
dengan cepat untuk menemukan masalah yang sesuai dengan konsep
pembelajaran.
Menurut Kindsvatter, Wilen dan Ishler (dalam Paul Suparno, 2007:66)
langkah-langkah kegiatan inkuiri terbimbing adalah sebagai beikut: a) Identifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dan klasifikasi persoalan. Langkah awal adalah menentukan persoalan yang ingin
didalami atau dipecahkan dengan metode inkuiri terbimbing. Persoalan dapat
disiapkan atau diajukan guru. Sebaiknya persoalan yang ingin dipecahkan
disiapkan sebelum mulai pelajaran. Persoalan sendiri harus jelas sehingga dapat
dipikirkan, didalami, dan dipecahkan oleh siswa. Persoalan perlu diidentifikasi
dengan jelas dan diklasifikasi. Dari persoalan yang diajukan akan tampak jelas
tujuan dari seluruh proses pembelajaran atau penyelidikan. Bila persoalan
ditentukan oleh guru perlu diperhatikan bahwa persoalan itu riil, dapat dikerjakan
oleh siswa, dan sesuai dengan kemampuan siswa. Persoalan yang terlalu mudah
yang sudah mereka ketahui tidak menarik minat siswa. Sangat baik bila persoalan
itu sesuai dengan tingkat hidup dan keadaan siswa.
Langkah berikutnya siswa diminta untuk mengajukan jawaban sementara
tentang persoalan itu; atau b) membuat hipotesis. Hipotesis siswa perlu dikaji
apakah jelas atau tidak. Bila belum jelas, sebaiknya guru mencoba membantu
memperjelas maksudnya lebih dahulu. Guru diharapkan tidak memperbaiki
hipotesis siswa yang salah, tetapi cukup memperjelas maksudnya saja. Hipotesis
yang salah nantinya akan kentara setelah pengambilan data dan analisis data yang
diperoleh. Langkah selanjutnya; c) mengumpulkan data, siswa mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk membuktikan apakah hipotesis
mereka benar atau tidak. Dalam bidang kimia, biasanya untuk dapat
mengumpulkan data, siswa harus menyiapkan suatu peralatan yang dapat
digunakan untuk pengumpulan data. Maka guru perlu membantu bagaimana siswa
mencari peralatan, merangkai peralatan, dan mengoperasikan peralatan sehingga
berfungsi dengan baik. Dalam bahasa kimia langkah ini disebut percobaan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
eksperimen, biasanya dilakukan di laboratorium tetapi kadang di luar sekolah.
Setelah peralatan berfungsi, siswa diminta untuk mengumpulkan data dan
mencatatnya dalam buku catatan.
Langkah selanjutnya adalah e) mengambil keputusan. Dari data yang telah
dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan dengan generalisasi.
Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokan dengan hipotesis asal, apakah
hipotesis diterima atau tidak. Setelah itu guru dapat memberikan catatan untuk
menyatukan penelitian ini. Sangat baik bila dalam mengambil keputusan, siswa
dilibatkan sehingga mereka mengetahui secara benar. Bila ternyata hipotesis
mereka tidak dapat diterima, mereka diminta untuk mencari penjelasan mengapa
demikian. Guru dapat membantu dengan berbagai pertanyaan penolong.
Metode inkuiri terbimbing mempunyai kelebihan dan kelemahan. Menurut
Jerome Bruner dalam Ratna Wilis (1989:103) kelebihan metode inkuiri
terbimbing yaitu: (a) Pengetahuan itu tahan lama atau lama dapat diingat dan
mudah diingat bila dibandingkan dengan pengatahuan yang dipelajari dengan
cara-cara lain; (b) Hasil belajar inkuiri mempunyai efek transfer yang sangat baik,
daripada hasil belajar lainnya, dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan kepada situasi-
situasi baru; (c) Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk
berfikir secara bebas; (d) Dapat melatih ketrampilan-ketrampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain; (e)
Dapat membangkitkan keingintahuan siswa memberi motivasi untuk bekerja terus
sampai menemukan jawaban-jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Di samping kelebihan-kelebihan, metode inkuiri terbimbing juga
mempunyai kelemahan atau keterbatasan. Menurut Moh Amien (1979:18)
kelemahan pembelajaran dengan metode inkuiri adalah (a) Tidak semua guru atau
siswa dapat menggunakan metode ini tanpa bimbingan, fasilitas dan sumber
belajar yang memadai; (b) Jika jumlah siswa terlalu banyak, tugas guru dalam
membimbing dan mengawasi menjadi lebih berat; (c) siswa yang gagal
menyelesaikan tugasnya akan merasa frustasi. Dalam prakteknya langkah-langkah
metode inkuiri terbimbing jelasnya tertulis pada tabel 2.1. berikut ini:
Tabel 2. 1 Langkah-langkah/sintaks metode inkuiri terbimbing
Fase-fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Fase 1
Persoalan yang mau
diteliti
Guru mengajukan persoalan
dan menjelaskan tujuan
penyeledikan
Siswa memikirkan,
mengidentifikasikan dan
mendalami permasalahan
tersebut
Fase 2
Hipotesis
Guru memperbaiki hipotesis
siswa
Siswa mengajukan jawaban
sementara tentang persoalan itu
dengan jelas
Fase 3
Pengumpulan Data
Guru membantu siswa mencari
peralatan dan mengoperasikan
peralatan sehingga berjalan
dengan baik
Siswa mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya untuk membuktikan
apakah hipotesis mereka benar
Fase 4
Analisis Data
Guru membantu
mengorganisasikan,
mengelompokan data untuk
memudahkan siswa membuat
kesimpulan
Siswa mengidentifikasi,
menghitung, dan mencocokan
antara data dengan hipotesis
Fase 5
Kesimpulan
Guru mencocokan kesimpulan
dengan hipotesis dan
memberikan catatan untuk
menyatukan seluruh penelitian
Siswa membuat kesimpulan
berdasarkan data yang akurat
Sumber: Ratna Willis, Teori-Teori Belajar 1989
Berdasarkan sintaks inkuiri terbimbing di atas maka dalam penyusunan RPP
menggunakan lima fase mengikuti tahap-tahap tersebut secara berurutan dan jika
disederhanakan menjadi tiga kegiatan guru yaitu eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
4. Metode Proyek
Pembelajaran berbasis proyek adalah strategi pembelajaran yang
menunjukkan bahwa siswa mengalami dan belajar atas konsep-konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan antara
aktivitas dan pengetahuan konseptual yang mendasarinya dan diharapkan dapat
berkembang menjadi lebih luas dan mendalam. Dalam pembelajaran kimia guru
akan banyak terlibat dalam penggunaan alat dan bahan kimia yang biasanya
dilakukan di laboratorium untuk membangun pengertian siswa tentang bahasan
tertentu. Menurut Made Wena (2009:144) metode proyek merupakan metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas
yang kompleks berdasarkan pertanyaan dan permasalahan yang diberikan. Konsep
dan karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual
melalui kegiatan-kegiatan yang komplek. Pendekatan ini memperkenankan siswa
untuk bekerja secara mandiri dalam membentuk pembelajarannya, dan
mengakulminasikannya dalam produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk
membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk siswa.
Dalam pembelajaran ini, siswa menjadi terdorong lebih aktif di dalam belajar
mereka (instruktur) berposisi di belakang dan pembelajar berinisiatif, instruktur
memberi kemudahan dan mengevaluasi proyek baik kebermaknaannya maupun
penerapannya untuk kehidupan mereka sehari-hari. Produk yang dibuat siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
selama proyek memberikan hasil yang secara autentik dapat diukur oleh guru
dalam pembelajarannya. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran berbasis proyek,
guru tidak lebih aktif dan melatih secara langsung, akan tetapi guru menjadi
pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran siswa. Dalam proyek siswa dapat
disiapkan dalam kolaborasi dengan guru tunggal atau ganda, sedangkan siswa
belajar di dalam kelompok kolaboratif 4-5 orang. Ketika siswa bekerja di dalam
tim, mereka menemukan ketrampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi,
dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang
bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan
dikumpulkan dan disajikan.
Ketrampilan-ketrampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini
merupakan ketrampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya. Karena
hakekat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan ketrampilan
tersebut berlangsung di antara siswa. Di dalam kerja kelompok suatu proyek,
kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu
keseluruhan. Tidak semua kegiatan belajar aktif dan melibatkan proyek dapat
disebut pembelajaran berbasis proyek. Berangkat dari pertanyaan “apa yang harus
dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek,“
dan keunikan Pembelajaran Berbasis Proyek yang ditemukan dari sejumlah
literatur dan hasil penelitian, menetapkan lima kriteria apakah suatu pembelajaran
berproyek termasuk sebagai pembelajaran berbasis proyek. Lima kriteria itu
adalah keterpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau masalah,
investigasi konstruktif atau desain, otonomi pembelajar, dan realisme. Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan
pelengkap kurikulum.
Menurut Made Wena langkah-langkah metode proyek adalah sebagai
berikut: a) Guru mengajukan sejumlah problematik. Siswa tidak dapat diharapkan
dengan sendirinya mampu melakukannya, tanpa insiatif guru. Hampir setiap
proyek mulai dengan direncanakan oleh guru pada tahap pemula, karena siswa
memerlukan bantuan dan bimbingan guru serta kesempatan untuk memilih proyek
yang sesuai dengan minatnya; b) Siswa memilih topik masalah yang
diinginkan.Usulan kerja proyek dapat dimulai pada saat guru mengajukan
sejumlah masalah yang dapat dipecahkan siswa melalui kerja proyek. Untuk
menentukan masalah ini guru dapat bertolak dari minat para siswanya, di sini
siswa dapat memilih topik masalah yang diajukan guru. Langkah selanjutnya c)
siswa membentuk kelompok kecil dan menentukan langkah penyelesaian. Bagi
siswa yang belum berani mengerjakan proyeknya secara individual, guru dapat
menyarankan agar mereka dapat bergabung dengan temannya untuk bekerjasama
dalam mengerjakan proyek tersebut. d) Siswa menyusun program kerja. Untuk
menyusun program secara reguler, guru perlu terlibat dalam pengaturan waktu,
karena siswa masih terikat dengan jam sekolah.
Setelah itu tahap berikutnya e) Siswa mencari sumber yang diperlukan.
Kelangsungan suatu proyek memerlukan fasilitas khusus sesuai dengan masalah
yang dipecahkan. Untuk memenuhi hal ini diperlukan biaya tambahan guna
pengadaan alat-alat dan bahan yang diperlukan sebagai penunjang proyek. f)
Siswa mengadakan penyelidikan. Secara umum untuk berlangsungnya proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
diperlukan ruangan khusus tempat siswa bekerja, yang dilengkapi dengan meja
yang lebar dan kursi-kursi. Pada tempat dan situasi tersebut siswa melakukan
penyelidikan, tetapi tempat penyelidikan juga bisa dilakukan di luar ruangan,
misalnya di pantai, pegunungan, sawah, kolam dan tempat-tempat lain yang
diperlukan.
Langkah berikutnya g) Mengumpulkan data yang dipandang penting.
Dalam penyelidikan di laboratorium tertutup maupun terbuka, semua kejadian di
tulis dan data yang didapat dicatat dengan baik, kemudian diverifikasi. Data yang
relevan dikumpulkan, dianalisis, dihubungkan kemudian dibuat tulisan yang
sistematis. h) Menyusun laporan tertulis. Penyusunan laporan ditulis dengan
pedoman yang ditentukan guru yaitu berisi: (1) Pendahuluan (terdiri atas: rumusan
topik atau masalah yang diteliti, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian serta
hasil penting yang diperoleh); (2) Materi dan metode (terdiri atas: deskripsi alat
dan bahan yang digunakan, deskripsi metode yang digunakan); (3) Eksperimen
dan hasil terdiri atas: deskripsi eksperimen, dan deskripsi hasil, (4) Diskusi terdiri
atas latar belakang materi yang relevan, interprestasi data, dan prinsip-prinsip
utama atau generalisasi. i) Presentasi hasil laporan. Laporan yang ditulis secara
sistematis dipaparkan kepada siswa yang lain atau bila perlu mengundang
beberapa guru guna memperoleh saran perbaikan dan sekaligus untuk mendorong
minat siswa lain bahwa presentasi dapat dilakukan oleh siapa saja.
Langkah-langkah/sintaks dalam menerapkan metode proyek yang
digunakan peneliti dapat terlihat dalam tabel 2.2. berikut ini:
Tabel 2. 2 Langkah-langkah/sintaks Metode Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Fase-fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Guru mengajukan
permasalahan.
Siswa memilih topik yang
diinginkan
Menyodorkan beberapa
permasalahan penelitian yang
aktual dengan penjelasannya
Memandu kelompok-
kelompok yang dibentuk
seraya memberikan ar-gumen
yang ilmiah atas topik yang
dipilih.
Mempelajari topik atau judul
yang akan dipilih dan
diminati
Mendiskusikan dengan
teman dalam kelompok
tentang topik yang dipilih
2. Siswa membentuk
kelompok kecil dan
menentukan langkah
penyelesaian
Siswa menyusun
program kerja
Memberi kebebasan kepada
siswa untuk membentuk
kelompok peneliti minimal 2
orang
Terlibat dalam pengaturan
waktu, karena siswa masih
terikat dengan jam sekolah.
Guru perlu menyusun program
khusus atau memanfaat-kan
akhir dari setiap jam pelajaran,
kira-kira 20 menit untuk
berkonsen-trasi pada kerja
proyek.
Menentukan teman yang
cocok untuk masuk ke dalam
kelompok
Mendiskusikan tentang
literatur yang digunakan,
laboratorium, alat dan bahan,
waktu penelitian serta batas
waktu penelitian
3. Siswa mencari sumber
yang diperlukan
Memfasilitasi kepentingan
siswa seperti melakukan
koordinasi kepada pengurus
laboratorium dan pengurus
perpustakan atau pihak lain
yang berkaitan dengan
kegiatan penelitian siswa
Mencari sumber belajar
seperti yang ditunjukan guru
atau sesuai yang mereka tahu
4. Siswa mengadakan
penyelidikan
Mengumpulkan data
Mendampingi langsung dan
tidak langsung kelompok siswa
yang mengadakan penelitian.
Memeriksa data yang
dikumpulkan .
Pada waktu yang telah
ditentukan siswa berada di
tempat penyelidikan
Data dikumpulkan,
dianalisis, dihubungkan
kemudian diverifikasi
5. Siswa menyusun
laporan tertulis
Presentasi hasil laporan
Menentukan kerangka laporan
yaitu berisi: (1) Pendahuluan
(2) Materi dan metode (3)
Eksperimen dan (4) Hasil
diskusi.
Memandu dan menilai
presentasi siswa bila perlu
mengundang beberapa guru
dan siswa lain.
Menulis kerangka laporan
secara lengkap
Laporan yang ditulis secara
sistematis dipaparkan kepada
siswa dan guru
Sumber: Made Wena 2009, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer
Ke lima langkah kegiatan tersebut harus dipatuhi secara baik oleh guru dan siswa
untuk mencapai pemahaman yang optimal. Dalam praktek ke lima langkah
tersebut disederhanakan menjadi kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Menurut MadeWena (2009:147) dalam pelaksanaannya penggunaan
metode proyek banyak keungggulannya namun juga kekurangnya. Dengan
menggunakan metode proyek banyak keuntungan yang diperoleh di antaranya
adalah: 1) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu
banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu,
berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan
dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa
belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain; 2)
Kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan
kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di
dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus
pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang
mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih
aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek; 3) Meningkatkan
kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek. Memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan berkomunikasi. Teori-teori
kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah
fenomena sosial, siswa akan belajar maksimal di dalam lingkungan kolaboratif.
Sejalan dengan kelebihan di atas metode proyek juga memiliki
kelemahannya yaitu 1) Menyita waktu. Siswa yang terlibat dalam metode proyek
akan mencurahkan waktu yang banyak dan kegiatan yang cukup padat sehingga
dapat melalaikan mata pelajaran lainnya, sementara itu muatan pelajaran di
sekolah cukup banyak; 2) Siswa terbelenggu oleh kecakapan tertentu saja. Metode
proyek digunakan untuk konsep tertentu saja sehingga mereka tidak memiliki
kesempatan untuk mendalami konsep lainnya dengan kekuatan metode yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
sama; 3) Terbatas penggunaannya. Jika sekolah tidak memiliki ruang
laboratorium yang cukup, alat dan bahan yang lengkap dan ditunjang oleh
perpustakan yang lengkap dan kondusif, maka kegiatan ini sulit dilakukan.
Metode proyek akan dilaksanakan secara efektif untuk siswa yang memiliki
kemampuan yang tinggi dan didukung oleh fasilitas yang disediakan sekolah
secara memadai.
5. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Belajar merupakan usaha manusia untuk membangun pengetahuan dalam
dirinya. Dalam proses belajar terjadi perubahan dan peningkatan pengetahuan, dan
ketrampilan siswa, baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.
Pengembangan ketiga ranah keterampilan berfikir tersebut tergantung pada
bagaimana guru menerapkan strategi yang tepat dalam mengajar dan usaha
maksimal siswa meningkatkan pengetahuannya secara mandiri.
Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya cipta
(Purwodarminto, 1984). Menurut Torrance (1988 dalam Utami Munandar 2009:
27), kreativitas ditinjau dari proses adalah proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan
menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan
akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Ditinjau dari produk, kreativitas adalah
sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong
kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun
eksternal dari lingkungan. Menurut Utami Munandar kreativitas adalah
kemampuan yang tercermin dalam kelancaran, keluwesan atau fleksibilitas, dan
orisinilitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengkolaborasi atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
mengembangkan, memperkaya, memperinci suatu gagasan. Selanjutnya
menambahkan bahwa kreativitas pada anak perlu ditingkatkan karena berkreasi
berarti tumbuhnya kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan kepuasan kepada individu dan
memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Lebih lanjut Utami Munandar (2009: 27) menjelaskan bahwa dalam
perkembangannya kreativitas sangat terkait dengan empat aspek, yaitu aspek
pribadi, pendorong, proses, dan produk. Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas
muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya. Ditinjau dari
proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah,
(membuat dugaan tentang masalah), menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-
hasilnya. Proses kreatif meliputi beberapa tahap, yaitu persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verifikasi. Definisi mengenai produk kreativitas menekankan
bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreatif, ialah sesuatu yang baru, orisinal,
dan bermakna. Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya
memerlukan dorongan internal maupun eksternal.
b. Pembelajaran Kreatif
Belajar kreatif merupakan situasi belajar yang memberi ruang kepada
siswa untuk berkembang secara optimal sedangkan guru cakap dalam
menstimulasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan pikirannya, di sini
terjadi interaksi yang tinggi antara guru dan siswa. Oleh karena itu guru harus
mengembangkan berbagai kegiatan belajar yang dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam proses belajar berdasarkan tujuan instruksional yang jelas, kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
yang menantang kreativitas siswa sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan
karakteristik siswa.
Menurut Munandar untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif,
diperlukan berbagai keterampilan mengajar. Delapan keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menuntut pelajaran, membimbing diskusi kecil, mengelola kelas, serta mengajar
kelompok kecil dan perorangan.
c. Strategi Pembelajaran Kreatif
Berbagai strategi pembelajaran kreatif yang telah terbukti berhasil
meningkatkan kreativitas siswa adalah: 1) Pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Di sini guru berperan sebagai fasilitator, teman belajar, inspirator,
navigator dan orang yang berbagai pengalaman; 2) Penggunaan berbagai peralatan
bantu dalam pembelajaran, guru yang kreatif dan banyak akal akan menggunakan
berbagai peralatan dalam mengajar; 3) Strategi manajemen kelas. Strategi ini
mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan
memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan
individualitasnya; 4) Meningkatkan kreativitas para siswa adalah dengan
menghubungkan isi pembelajaran dengan konteks kehidupan nyata; 5).
Menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para siswa untuk berfikir
kreatif.
d. Ukuran sikap kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Utami Munandar (2009: 70) mengatakan bahwa berdasarkan pertimbangan
bahwa perilaku kreatif tidak hanya memerlukan kemampuan berfikir kreatif maka
sikap kreatif dapat diidentifikasi sebagai berikut: (a) keterbukaan terhadap
pengalaman baru, (b) kelenturan dalam berfikir, (c) kebebasan dalam ungkapan
diri, (d) menghargai fantasi, (e) minat terhadap kegiatan kreatif, (f) kepercayaan
terhadap gagasan sendiri, dan (g) kemandirian dalam memberikan pertimbangan.
Dalam penelitian ini kreativitas siswa diukur dengan menggunakan angket yang
skornya telah ditentukan.
6. Kemampuan Menggunakan Alat laboratorium
Sesuai dengan hakekatnya bahwa sains atau belajar IPA untuk
memperoleh kebenaran secara empirik. Oleh karena itu hendaknya IPA dipelajari
siswa dengan mengadakan kontak langsung dengan obyek yang diselidiki. Dalam
hal ini siswa melakukan pengamatan dan percobaan terhadap objek yang
dipelajari dengan menggunakan indera sendiri atau dengan pertolongan alat bantu
belajar.
Proses pembelajaran sains (IPA) dengan kegiatan eksperimen
dilaboratorium tidak terlepas dari bahan dan alat laboratorium. Tercapainya
keberhasilan kegiatan eksperimen di laboratorium sangat ditentukan oleh
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat laboratorium. Atau dengan kata
lain saat melaksanakan kegiatan laboratorium siswa dalam menggunakan alat-alat
laboratorium sehingga diperoleh hasil yang akurat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Margono (1997:174), “keberhasilan suatu percobaan atau eksperimen kerapkali
tergantung pada kemampuan memilih dan menggunakan alat dengan tepat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
“Kemampuan menggunakan alat melalui memulih alat-alat, merangkai alat,
menggunakan alat untuk tujuan percobaan (Umaedi, 1999:13). Kegiatan
eksperimen dilaboratorium dalam hal ini adalah kegiatan siswa melaksanakan
praktikum IPA.
Pengertian praktikum menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
“bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk
menguji dan melaksanakan di keadaan yang nyata apa yang diperoleh dalam
teori”. Jadi dengan praktikum siswa dapat menguji dan melaksanakan suatu proses
dalam situasi nyata dari apa yang diperoleh pada teori.
Dalam melaksanakan kegiatan praktikum banyak kemampuan yang dapat
dilatih antara lain merencanakan, menggunakan alat dan bahan, mengamati,
menafsirkan, meramalkan, menerapkan konsep, komunikasi. Kegiatan praktikum
dilaboratorium dapat mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Menurut Ambar Mudigdo (1990:7-8), praktikum mempunyai tujuan sebagai
berikut:
a. Ketrampilan kognitif yang tinggi: 1) melatih agar teori dapat
dimengert; 2) agar segi-segi yang berlainan dapat diintegrasikan; 3)
agar teori dapat diterapkan pada keadaan yang nyata. b. keterampilan
afektif yang tinggi : 1) belajar merencanakan kegiatan secara mandiri;
2) belajar bekerjasama; 3) belajar mengkomunikasikan informasi
mengenai bidangnya; 4) belajar menghargai bidangnya; c.
keterampilan motorik yang tinggi; 1)belajar menyiapkan alat-alat;
memasang alat sehingga dapat dipakai; 2) belajar memakai peralatan
dan instrument tertentu.
Tidak disangsikan lagi bahwa praktikum merupakan salah satu kegiatan
laboratorium yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar
mengajar IPA. Dengan kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari IPA melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses IPA. Selain itu juga
dapat melatih keterampilan berpikir ilmiah, menemukan dan mengembangkan
sikap ilmiah, menemukan dan memecah masalah baru melalui metode ilmiah.
Tujuan praktikum IPA adalah agar siswa memperoleh pengalaman dalam
melakukan cara-cara eksperimen dan mengamati gejala-gejala kimia, mampu
menggunakan alat-alat gelas, merangkai alat, keterampilan kerja, menggunakan
zat-zat kimia, ketelitian dalam mendapatkan hasil, dapat menganalisis data dan
menulis laporan serta memperoleh motivasi dalam melakukan eksperimen.
Pengamatan kemampuan menggunakan alat labotratorium yang dilakukan
pada penelitian ini meliputi; kemampuan mengambil larutan dengan
menggunakan pipet tetes, kemampuan memasukkan larutan dalam gelas ukur,
kemampuan mengukur larutan dengan gelas ukur, cara mengamati hasil
pengujian, menjaga kebersihan alat labolatorium kimia dan merapikan alat
laboratorium kimia. Penilaian pengamatan dilakukan dengan skor yang telah
ditentukan.
7. Prestasi Belajar
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi pertukaran pengetahuan antara
guru dan siswa atau sebaliknya. Guru menjelaskan berbagai konsep melalui model
dan strategi belajar yang dianggap tepat sedangkan siswa mengerti akan
pengetahuan yang diperoleh. Tinggi rendahnya pengetahuan yang diperoleh siswa
sangatlah beragam atau dengan kata lain tinggi rendahnya prestasi dapat dilihat
secara individual. Menurut Poerwodarminta (Kamus Umum Bahasa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
1984), yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang dicapai. Jika dikaitkan
dengan belajar maka dapat dimaknai sebagai kemampuan siswa untuk mencapai
hasil belajar yang diinginkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar prestasi belajar dapat diketahui dari hasil
evaluasi yang dilakukan oleh guru. Secara umum ada dua macam evaluasi yakni
evaluasi hasil belajar (evaluasi substantif atau sering disebut juga sebagai tes
pengukuran hasil belajar), dan evaluasi proses belajar mengajar atau disebut
sebagai evaluasi manajemen. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus adalah
evaluasi substantif atau tes pengukuran hasil belajar. Evaluasi jenis ini akan
segera diketahui hasil prestasi belajar siswa. Di sini evaluasi merupakan
pengukuran yang berkenaan pengumpulan data deskriptif tentang produk siswa
dan/atau tingkah laku siswa, dan hubungannya dengan standar prestasi atau
norma (Hamalik 2009:147). Evaluasi menunjuk pada teknik-teknik pengukuran,
baik dalam rangka assesment siswa maupun terhadap proses instruksional
menyeluruh, yang meliputi urutan instruksional (perencanaan, penyampaian,
tindak lanjut) dan perubahan tingkah laku siswa yang dapat diamati (kognitif,
psikomotorik, dan afektif). Aplikasi teknik-teknik pengukuran difokuskan pada
dua jenis, yakni pengukuran acuan norma dan pengukuran acuan kriteria.
Selanjutnya Hamalik menjelaskan ukuran hasil belajar atau prestasi
tersebut dapat dimanifestasikan dalam wujud: a. Pertambahan materi pengetahuan
yang berupa fakta, informasi, prinsip hukum atau kaidah, prosedur atau pola kerja
atau teori sistem nilai-nilai dan sebagainya; b. Penguasaan pola-pola perilaku
kognitif proses berfikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
(sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya) perilaku psikomotorik
termasuk bersifat ekspresif; c. Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian baik yang
tangible maupun intangibel.
Pada pendidikan nasional menggunakan klasifikasi prestasi belajar
menurut Benyamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Dalam kurikulum 2004, prestasi belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa yang berbentuk kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dari ketiga bentuk ini, bentuk kognitiflah yang paling banyak dinilai
oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pelajaran.
Menurut Winkel (1991: 62) “Prestasi adalah bukti keberhasilan usaha
yang dicapai. Prestasi merupakan suatu hasil usaha yang telah dilaksanakan
menurut batas kemampuan dari pelaksana usaha tersebut. Sedangkan prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan, ketrampilan terhadap mata pelajaran
dengan dibuktikan melalui hasil tes”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah melakukan
usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Prestasi belajar dapat diketahui setelah
diberi tes akhir kegiatan pembelajaran. Menurut Mulyati Arifin (2001:24-25)
prestasi belajar siswa dalam hal ini meliputi tiga aspek yaitu :
Aspek kognitif dapat berupa pengetahuan dan ketrampilan intelektual
yang meliputi produk ilmiah dan proses ilmiah. Produk ilmiah antara lain
fakta-fakta, konsep, prinsip, teori, dan penerapannya dalam kehidupan.
Proses ilmiah antara lain pengamatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
evaluasi. Aspek afektif antara lain apresiasi atau kecenderungan
menanggapi masalah dalam lingkungannya dan teknologi, kadar atau
besarnya respons terhadap suatu masalah, kaedaan kesiapan mental dan
perasaan dalam menanggapi suatu masalah, dan usaha memecahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
masalah. Aspek psikomotor yaitu menyangkut ketrampilan motorik atau
manipulasi objek.
Dari ketiga aspek ini, aspek kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh
para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai isi bahan pelajaran. Aspek psikomotor biasanya digunakan untuk
materi yang menggunakan praktikum, sedangkan materi yang berupa teori saja
tanpa ada praktikum tidak diwajibkan menilai aspek psikomotor siswa.
Dalam pembelajaran harus mengaktifkan faktor-faktor yang memberi
kontribusi positif pada pencapaian prestasi siswa. Banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu
faktor internal (dari diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar siswa).
Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis
antara lain kesehatan, kondisi fisik, adanya cacat tubuh. Aspek psikologis antara
lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan. Kreativitas juga merupakan kemampuan
yang akan mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa.
Faktor eksternal meliputi :1) faktor keluarga, antara lain keadaaan
ekonomi, cara mendidik orangtua, suasana rumah, relasi antar anggota keluarga,
latar belakang budaya, 2) faktor sekolah, antara lain kurikulum, media belajar,
model pembelajaran, relasi guru dengan siswa, 3) faktor masyarakat, antara lain
budaya dalam masyarakat, teman bergaul.
Prestasi yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi antara faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam penelitian ini faktor
internal yang dibahas adalah kreatifitas. Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing
dan Proyek pada penelitian ini melalui kegiatan praktikum dilaboratorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
sehingga kemampuan menggunakan alat laboratorium juga diteliti. Sedangkan
faktor eksternal adalah metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Proyek.
Prestasi belajar asam basa garam siswa difokuskan pada aspek kognitif dan aspek
afektif.
8. Materi Asam Basa Garam.
a. Sifat Asam, Basa dan Garam
Berdasarkan sifatnya larutan dikelompokkan menjadi asam, basa dan garam.
1) Asam
Buah-buahan yang masih muda pada umumnya berasa masam, hal ini disebabkan
zat-zat kimia yang terkandung didalamnya bersifat asam. Asam adalah zat yang
dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (H+). Asam akan terionisasi menjadi
ion hidrogen, memerahkan kertas lakmus, zat yang memberikan rasa masam.
Beberapa asam yang dijumpai dalam kehidupan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Beberapa Asam yang Dikenal
No
Nama asam Terdapat dalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Asam asetat
Asam askorbat
Asam sitrat
Asam borat
Asam karbonat
Asam klorida
Asam nitrat
Asam fosfat
Asam sulfat
Asam tatrat
Larutan Cuka
Jeruk, tomat, sayuran
Jeruk
Larutan pencuci mata
Minuman berkarbonasi
Asam lambung, obat tetes mata
Pupuk, peladak (TNT)
Detergen, pupuk
Baterai mobil, pupuk
Anggur
2) Basa
Basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-), basa
merupakan bahan yang berasa pahit, licin bila disentuh, membirukan kertas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
lakmus. Basa yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya dapat
dilihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Beberapa Basa yang Dikenal dalam Kehidupan Sehari-hari
No Nama basa Terdapat dalam
1.
2.
3.
4.
Alumunium hidroksida
Kalsium hidroksida
Magnesium hidroksida
Natrium hidroksida
Deodoran, antacid
Mortar, plester
Obat urus-urus, antasid
Bahan sabun
Sifat asam berbeda dengan sifat basa suatu zat. Perbedaan sifat asam dan basa
dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.5. Perbedaan Sifat Asam dan Basa
No Asam Basa
1.
2.
3.
4.
5.
Senyawa asam bersifat korosif
sehingga merusak logam
Terasa kesat di tangan
Senyawa asam memiliki rasa asam
Dapat mengubah warna zat yang
dimiliki zat lain (dapat dijadikan
indikator asam dan basa)
Menghasilkan ion H+ dalam air
Senyawa basa bersifat merusak kulit
Terasa licin di tangan, seperti sabun
Senyawa basa terasa pahit
Dapat mengubah warna zat yang
dimiliki zat lain (Warna yang
dihasilkan berbeda dengan asam)
Menghasilkan ion OH- dalam air
3) Garam
Garam adalah senyawa yang terbentuk dari reaksi antara asam dengan
basa. Contoh dari senyawa ini adalah garam dapur (NaCl) yang dibuat dengan
cara kristalisasi air laut, selain NaCl ada juga KI yaitu garam yang telah di iodisasi
sehingga didapatkan garam beriodium. Karena garam merupakan pencampuran
antara asam dengan basa maka garam bersifat netral. Contoh reaksi penetralan
yang menghasilkan garam adalah sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(s) + H2O(l)
Basa Asam Garam Air
Reaksi kimia yang menghasilkan garam, antara lain; asam ditambah basa
menghasilkan garam dan air, basa ditambah oksida asam menghasilkan garam dan
air, asam ditambah oksida basa menghasilkan garam dan air, oksida asam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
ditambah oksida basa menghasilkan garam, logam ditambah asam menghasilkan
garam dan H2. Berikut adalah beberapa garam yang dikenal dalam kehidupan
seharihari dapat dilihat pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Beberapa Garam yang Dikenal
No Nama garam Rumus Nama dagang Manfaat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Natriun klorida
Natrium bikarbonat
Kalsium karbonat
Kalium nitrat
Kalium karbonat
Natrium fosfat
Amonium klorida
NaCl
NaHCO3
CaCO3
KNO3
K2CO3
Na2PO4
NH4Cl
Garam dapur
Baking soda
Kalsit
Saltpeter
Potash
TSP
Salmiak
Bumbu dapur
Pengembang kue
Cat tembok
Pupuk, peledak
Sabun dan kaca
Detergen, pupuk
Baterai kering
b. Identifikasi Asam, Basa dan Garam
Berdasarkan sifat asam dan basa larutan dibedakan menjadi tiga golongan
asam, basa dan netral. Sifat larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan
indikator asam basa, yaitu zat-zat yang memberikan warna yang berbeda dalam
larutan asam dan basa. Cara menentukan sifat asam dan basa dapat menggunakan
kertas lakmus, larutan indikator, dan indikator alami.
Tabel . 2.7. Perubahan Warna Beberapa Indikator Dalam Larutan Asam Basa dan Netral
No Indikator Asam Larutan
Basa
Larutan
Netral
1.
2.
3.
4.
5.
Lakmus merah (LM)
Lakmus biru (LB)
Metil merah (MM)
Metil jingga (MO)
Fenolftalein
Merah
Merah
Merah
Merah
Tak berwarna
Biru
Biru
Kuning
Kuning
Merah
Merah
Biru
Kuning
Kuning
Tak berwarna
Dari semua jenis indikator yang paling sering digunakan adalah
lakmus,hal ini dikarenakan lakmus memiliki beberapa keuntungan yaitu : lakmus
berubah warna dengan cepat bila bereaksi dengan asam dan basa, tidak mudah
bereaksi dengan oksigen sehingga tahan lama, lakmus mudah diserap oleh kertas
sehingga digunakan dalam bentuk lakmus kertas. Lakmus adalah sejenis zat yang
diperoleh dari lumut kerak. Selain menggunakan indikator buatan identifikasi sifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
asam dan basa dapat juga dengan menggunakan indikator alami yang diperoleh
dari bahan-bahan di lingkungan sekitar, seperti: bunga sepatu, bunga mawar,
kunyit, kulit manggis, kubis ungu, dan sejenis bunga-bungaan yang berwarna.
Bahan-bahan tersebut akan memberikan warna yang berbeda dalam suasana asam,
basa dan garam.
c. Skala Keasaman dan Kebasaan
Skala keasaman dinyatakan dengan pH dan skala kebasaan dinyatakan
dengan pOH. Skala keasaman dan kebasaan digunakan untuk menentukan
kekuatan asam atau basa. Rentang skala pH dimulai dari 0 sampai dengan 14,
asam dengan pH 1 berarti asam kuat dan semakin lemah hingga pH 7 setelah pH 7
adalah basa dan semakin kuat hingga pH 14. Nilai pH suatu larutan dapat diukur
dengan menggunakaan indikator universal yang memberikan warna yang berbeda
pada setiap nilai pH.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian-penelitian yang relevan tentang pembelajaran metode inkuiri
terbimbing, metode proyek, kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium telah dilakukan sebelum ini. Berikut adalah beberapa hasil penelitian
yang pernah dilakukan.
1. Erlina Hertiningsih (2011) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran
Kimia Berbasis Masalah dengan Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing dan
Proyek ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah”. Hasil penelitian
menyimpulkan terdapat pengaruh metode inkuiri terbimbing dan proyek pada
mata pelajaran kimia materi elektrolisis SMA kelas 11. Terdapat pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
kreativitas terhadap prestasi belajar siswa. Jadi faktor kreativitas dan metode
berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan
Erlina Hertiningsih dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan variabel
moderator kreativitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan Erlina Hertiningsih
dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran IPA
kelas VII materi asam basa garam pembelajaran berbasis menyelesaikan masalah
dan variabel moderator yang digunakan kemampuan menggunakan alat
laboratorium.
2. Arni Astuti (2009) melakukan penelitian dengan judul ” Pembelajaran Kimia
dengan menggunakan Metode Proyek dan Eksperimen ditinjau dari Sikap Ilmiah
dan Kemampuan Berkomunikasi Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode proyek dan eksperimen
terhadap prestasi belajar pada materi larutan asam basa. Jadi metode proyek,
berpengaruh dalam pembelajaran kimia. Kesamaan antara penelitian yang
dilakukan Arni Astuti dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah metode
proyek dan mata pelajaran asam basa. Perbedaan penelitian yang dilakukan Arni
Astuti dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam
pembelajaran kimia menggunakan metode inkuiri terbimbing dan variabel
moderator yang digunakan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium.
3. Banu Kisworo (2010) melakukan penelitian dengan judul ”Pembelajaran
Kimia Menggunakan Metode Jigsaw dan Group Investigation (GI) Ditinjau Dari
Kemampuan Awal dan Kreativitas Siswa”. Hasil penelitian menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kreativitas siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar
kognitif dan psikomotor siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Jadi faktor kreativitas berpengaruh dalam pembelajaran. Kesamaan antara
penelitian yang dilakukan Banu Kisworo dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah kreativitas. Perbedaan penelitian yang dilakukan Banu Kisworo
dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah peneliti dalam pembelajaran
kimia menggunakan metode inkuiri terbimbing, metode proyek dan variabel
moderator yang digunakan kemampuan menggunakan alat laboratorium.
4. Sri Padmini (2009) melakukan penelitian dengan judul ”Model Pembelajaran
Direct Instruction (DI) Terhadap Pembentukan Sikap Ilmiah Siswa dengan
Memperhatikan Ketrampilan Menggunakan Alat Laboratorium”. Kesamaan antara
penelitian yang dilakukan Sri Padmini dengan penelitian yang dilakukan penulis
adalah moderator kemampuan menggunakan alat laboratorium. Perbedaan
penelitian yang dilakukan Sri Padmini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah peneliti dalam pembelajaran IPA menggunakan metode inkuiri terbimbing
proyek dan variabel moderator kreativitas.
5. Osburn Holly K. and Mumford Michael D.(2006), melakukan penelitian
dengan judul ”Creativity and Planning: Training Interventions to Develop
Creative Problem-Solving Skills, The University of Oklahoma”. Penelitian
menunjukkan bahwa berpikir kreatif memerlukan perencanaan untuk memperoleh
ide-ide baru. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. dan
Mumford Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah kreativitas
untuk mendapatkan ide-ide baru pada Problem-Solving Skills. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
perbedaan antara penelitian yang dilakukan Osburn Holly K. and Mumford
Michael D dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada indikator
kreativitas yang digunakan.
6. Gengarelly Lara M, Eleanor D.Abrams (2009), melaksanakan penelitian
dengan judul “Closing the Gap : Inquiry in Research and Secondary Science
Classroom”. Penelitian ini untuk meningkatkan peranan guru dan organisasi guru
dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Persamaan antara penelitian yang
dilakukan oleh Gengarelly Lara M, Eleanor D.Abrams dengan penelitian yang
dilakukan peneliti adalah menerapkan metode inkuiri. Perbedaan peneliti
menggunakan obyek siswa SMP artinya peneliti menggunakan metode inkuiri
untuk mengetahui efektifitas metode inkuiri terhadap prestasi belajar siswa,
sedangkan Gengarelly Lara M, Eleanor D.Abrams menggunakan obyek guru,
apakah guru telah menggunakan metode inkuiri dalam pembelajaran.
7. Orhan Akinoglu (2008), melakukan penelitian dengan judul ”Asesment of the
Inquiry-Based Project Implementation Process In Science Education Upon
Students’ Points of Views, Ataturk Educations Property, Marmara University”.
Penelitian ini membahas tentang penilaian berbasis proyek inkuiri dalam proses
pendidikan sains. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Orhan Akinoglu
dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah penggunaan metode berbasis
proyek inkuiri. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan Orhan
Okinoglu dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada tingkat
pendidikan siswa yang diteliti yaitu mahasiswa dan materi yang diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
8. Halil Turgut (2008), melakukan penelitian dengan judul ”Prospective Science
Teachers Conceptualizations About Project Based Learning, Marmara
University”. Penelitian ini menunjukkan penggunaan metode berbasis proyek
yang dilakukan oleh beberapa calon guru dikelas. Kesamaan antara penelitian
yang dilakukan Halil Turgut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
penggunaan metode berbasis proyek. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang
dilakukan Halil Turgut dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada
tingkat pendidikan siswa yang diteliti dan materi ajarnya.
9. Peggy Brickman, Cara Gormally, Noris Amstrong (2009), melakukan
penelitian dengan judul ”Effect of Inquiry-based Learning on Students, University
of Georgia”. Penelitian menunjukkan pembelajaran sains yang berbasis
laboratorium. Kesamaan antara penelitian yang dilakukan Peggy Brickman, Cara
Gormally dan Noris Amstrong dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah
penggunaan metode berbasis laboratorium atau eksperimen. Sedangkan perbedaan
antara penelitian yang dilakukan Peggy Brickman, Cara Gormally dan Noris
Amstrong dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada tingkat
pendidikan siswa yang diteliti dan materi ajar.
10. SRI International Menlo Park, CA (2011), melakukan penelitian dengan judul
”The Power of Project Learning with Think Quest, ORACLE Education
Foundation”. Penelitian menunjukkan pembelajaran sains yang berbasis proyek.
Kesamaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang dilakukan
peneliti adalah penggunaan metode proyek berbasis laboratorium atau
eksperimen. Sedangkan perbedaan antara penelitian yang dilakukan SRI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
International Menlo Park dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pada
tingkat pendidikan siswa yang diteliti.
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori dan penelitian yang
relevan maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut :
1. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan
metode inkuiri terbimbing dan proyek pada materi asam basa garam.
Materi asam basa garam mempunyai karakteristik faktual dan empiris.
Dikatakan faktual karena banyak teori dalam materi asam basa garam yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari dan empiris karena teori-teori dalam asam basa
garam dapat dibuktikan siswa melalui pengamatan dengan praktikum
dilaboratorium. Sementara itu metode inkuiri terbimbing dan proyek
pembelajarannya menyenangkan melibatkan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium, yang mengajak siswa belajar menemukan konsep
sendiri, terkait dengan bidang-bidang lain dalam kehidupan sehari-hari. Materi
asam basa garam sukar dipahami tanpa pemberian stimulan dari guru yang berupa
masalah aktual dan harus dipecahkan oleh siswa baik secara individu maupun
kelompok, sehingga metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi asam basa
garam
Menurut Piaget perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh
manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang dari
tindakan. Interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
pemikiran menjadi lebih logis. Metode inkuiri terbimbing dan proyek
pembelajarannya dilakukan secara berkelompok, berdiskusi, berinteraksi aktif dan
melakukan eksperimen. Sehingga belajar materi asam basa garam menggunakan
proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman
realitas melalui pengalaman dan interaksi mereka. Siswa dihadapkan pada materi
asam basa garam, disini berlangsung asimilasi dan akomodasi pengalaman baru
dengan pengalaman sebelumnya yang berkaitan dengan asam basa garam.
Menurut teori belajar Bruner pembelajaran berdasarkan penemuan siswa
berinteraksi langsung dengan obyek melalui pengamatan. Melalui metode inkuiri
terbimbing dan proyek pada materi asam basa garam dengan cara praktikum di
laboratorium maka siswa langsung mengamati perubahan-perubahan selama
pembelajaran berlangsung. Teori belajar Ausubel siswa mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri dari apa yang mereka alami berdasarkan pola-pola
bermakna dengan mengkonstruksi pengetahuanya, menghubungkan informasi
yang masuk dengan informasi sebelumnya maka hal ini sesuai dengan karakter
metode inkuiri terbimbing dan proyek dimana siswa belajar mencari pengetahuan
asam basa garam dengan menghubungkan materi yang telah didapat siswa
sebelumnya saat dibangku SD. Teori belajar sosiokonstruktivis dari Vygotsky
mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang
diberikan sesuai zone of proximal development siswa, ini sesuai dengan
pembelajaran materi asam basa garam yang dilakukan eksperimen secara
kelompok dan diskusi dimana melalui interaksi sosial siswa aktif dalam
menyelesaikan permasalahan pada materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Metode inkuiri terbimbing melakukan kegiatan pembelajaran seperti
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan investigasi yang
merupakan proses penemuan pengetahuan yang terukur dan berulang. Dalam
kegiatan tersebut melibatkan mental pikiran, emosi yang berasimilasi dalam
rangka mengkaji konsep bahkan menemukan prinsip-prinsip baru. Metode inkuiri
mempunyai kelebihan pengetahuan yang dipelajari mudah diingat, mudah
diterapkan, meningkatkan penalaran dan membangkitkan keingintahuan siswa,
sehingga metode inkuiri terbimbing dapat dipergunakan untuk menerangkan
materi asam basa garam. Namun demikian metode inkuiri juga mempunyai
kekurangan antara lain metode ini memerlukan fasilitas dan sumber belajar yang
memadai, jika jumlah siswa banyak tugas guru dalam membimbing dan
mengawasi menjadi lebih berat dan siswa yang gagal dalam pembelajaran menjadi
frustasi.
Metode proyek adalah sebuah metode pembelajaran inovatif yang
menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks melibatkan mental pikiran, emosi yang berakomodasi dalam rangka
mengkaji konsep bahkan menemukan prinsip-prinsip baru. Fokus pembelajaran
terletak pada konsep dan prinsip-prinsip inti dari suatu disiplin belajar, melibatkan
siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna
yang lain. Memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk
nyata. Metode proyek mempunyai kelebihan meningkatkan motivasi, mampu
memecahkan masalah dan meningkatkan kolaborasi, materi asam basa garam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
diajarkan dengan cara praktikum berkelompok di laboratorium dalam pemecahan
masalahnya sehingga dengan menggunakan metode proyek materi asam basa
garam mudah dipahami oleh siswa. Namun demikian metode proyek juga
mempunyai kelemahan yaitu menyita waktu, terbelenggu oleh kecakapan
tertentu, terbatas penggunaannya hanya pada siswa yang memiliki kemampuan
tinggi dan fasilitas sekolah harus memadai.
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, dimana pengetahuan datang dari
tindakan. Interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan
berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat
pemikiran menjadi lebih logis. Metode inkuiri terbimbing dan proyek
pembelajarannya dilakukan secara berkelompok, berdiskusi, berinteraksi aktif dan
melakukan eksperimen. Namun siswa kelas VII SMP sesuai dengan teori belajar
Piaget berada pada tingkat perkembangan kognitif tahap peralihan dari operasi
konkrit ke operasi formal, melalui pembelajaran inkuiri terbimbing siswa belajar
lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga siswa dapat
memahami konsep-konsep asam basa garam lebih optimal. Kedua metode tersebut
berperan besar dalam menghasilkan prestasi yang baik. Diduga prestasi belajar
siswa yang diajar dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik dari siswa yang
diajar dengan metode proyek.
2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Sesuai dengan teori belajar Ausubel belajar tidak hanya menghapal
namun dikaitkan dengan konsep materi sebelumnya maka pada materi asam basa
garam dalam mempelajari tentang konsep-konsep yang saling berhubungan
diperlukan kreativitas siswa. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti
memiliki daya cipta Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan
siswa dalam mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia
miliki. Guru dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa
agar menjadi kreatif dalam proses pembelajaran.
Menurut teori belajar Bruner siswa belajar dengan mencari dan
menemukan pemecahan masalahnya sendiri maka dalam hal ini kreativitas
adalah faktor penunjang yang penting dimiliki siswa dalam pemecahan
masalahnya. Ciri-ciri siswa kreatif adalah senang mengkaji hal-hal yang baru,
mempunyai banyak ide, mampu memberi makna dari suatu konsep,
menghubungkan antar konsep dan dapat menjelaskan secara sistematik.
Berdasarkan ciri–ciri tersebut siswa-siswa yang kreativitasnya tinggi akan
cenderung menyenangi hal-hal yang bersifat eksperimen karena mereka telah
memiliki konsep yang kuat. Sementara itu materi asam basa garam diberikan
oleh guru dengan menggunakan eksperimen. Eksperimen tersebut merangsang
siswa yang kreatif untuk mencoba berbagai macam larutan disekitarnya untuk
dikelompokkan dalam asam basa dan garam, dengan variasi indikator kertas
lakmus dan indikator alami yang kemudian diaplikasikan dalam nyala lampu
sehingga siswa lebih memahami materi asam basa garam. Maka sesuai dengan
teori belajar Bruner siswa yang kreativitasnya tinggi akan memberikan hasil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
lebih baik. Diduga siswa yang memiliki kreativitas tinggi prestasi belajarnya
lebih baik daripada siswa yang memiliki kreativitas rendah pada pembelajaran
materi asam basa garam.
3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa garam.
Kemampuan menggunakan alat laboratorium adalah sikap yang
ditunjukkan dalam bekerja dan berfikir untuk mendapatkan pengetahuan sains
pada kegiatan eksperimen dilaboratorium. Materi asam basa garam merupakan
materi yang kompleks dengan pembelajaran eksperimen dilaboratorium sehingga
melibatkan banyak pengetahuan diantaranya kemampuan menggunakan alat
laboratorium. Siswa harus menguasai pengetahuan tersebut untuk mempertajam
materi asam basa garam sebelum melakukan eksperimen.
Menurut Bruner belajar penemuan siswa mencari pengetahuan secara aktif
dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik, berusaha sendiri untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan dan sikap yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Menurut konstruktivisme
belajar bahwa siswa belajar dengan membangun sendiri pengetahuan
keterampilan dan sikapnya. Sesuai teori belajar Bruner dan teori belajar
konstruktivis maka siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya
tinggi akan berusaha secara tepat dan efisien untuk memahami materi tersebut
daripada siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya rendah.
Diduga siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
belajarnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan menggunakan
alat laboratorium rendah pada materi asam basa garam.
4. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
Metode inkuiri terbimbing dan proyek merupakan suatu contoh metode
pembelajaran yang inovatif. Metode pembelajaran inkuiri terbimbing
memerlukan ketekunan menjabarkan konsep, membentuk kelompok, melakukan
interaksi antara pengetahuan dan kekompakan kelompok serta mengevaluasi
kemajuan kelompok. Sedangkan metode proyek juga memerlukan ketekunan,
kemampuan dalam menemukan dan memecahkan masalah dan menghasilkan
karya yang aktual. Kedua metode tersebut sesuai dengan karakteristik materi
asam basa garam yang mengacu pada pemecahan masalah. Metode yang sesuai
karakter materi yang dipelajari akan mampu memperjelas materi asam basa
garam.
Menurut teori belajar Bruner siswa belajar dengan mencari dan
menemukan pemecahan masalahnya sendiri maka dalam hal ini kreativitas
adalah faktor penunjang yang penting dimiliki siswa dalam pemecahan
masalahnya. Teori belajar Ausubel belajar tidak hanya menghapal namun
dikaitkan dengan konsep materi sebelumnya maka pada materi asam basa garam
dalam mempelajari tentang konsep-konsep yang saling berhubungan diperlukan
kreativitas siswa. Kreativitas berasal dari kata kreatif yang berarti memiliki daya
cipta Karena itu kreativitas belajar adalah usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
dapat memberi pengaruh yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi
kreatif dalam proses pembelajaran.
Metode inkuiri terbimbing dan proyek dapat mendorong siswa untuk
kreatif, tetapi siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi
asam basa garam lebih cocok menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedang
siswa yang memiliki kreativitas tinggi cocok menggunakan metode proyek.
Ketika kreativitas yang ada pada diri siswa ikut terlibat, maka metode dan
kreativitas akan berinteraksi sehingga siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
akan berusaha memahami konsep dengan cepat. Pada metode proyek siswa lebih
bebas dalam menentukan cara dan unjuk kerja, siswa bekerja secara otonom,
sehingga dituntut kreativitas tinggi, sedangkan pada metode inkuiri terbimbing
siswa masih mendapat bimbingan dari guru dalam pemecahan masalahnya.
Metode inkuiri terbimbing dan proyek dapat mendorong siswa untuk kreatif,
tetapi siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi asam
basa garam lebih cocok menggunakan metode inkuiri terbimbing, sedang siswa
yang memiliki kreativitas tinggi cocok menggunakan metode proyek. Diduga ada
interaksi antara model pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan
proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
5. Interaksi antara metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam
basa garam.
Metode merupakan sarana untuk memperjelas materi. Ada banyak metode
yang dapat digunakan, tetapi tidak semua cocok diterapkan tergantung materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
yang akan menjadi kajian. Selain itu siswa memiliki kemampuan menggunakan
alat laboratorium yang berbeda-beda. Menurut konstruktivisme belajar bahwa
siswa belajar dengan membangun sendiri pengetahuan keterampilan dan sikapnya.
Menurut teori belajar Bruner siswa belajar dengan mencari dan
menemukan pemecahan masalahnya sendiri maka dalam hal ini kemampuan
menggunakan alta laboratorium adalah faktor penunjang yang penting dimiliki
siswa dalam pemecahan masalahnya. Maka untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan alat laboratorium diperlukan metode yang cocok. Meskipun kedua
metode tersebut memiliki kesamaan untuk memecahkan masalah tetapi dalam
prakteknya tidak selalu menghasilkan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi yang sama. Perbedaannya metode inkuiri terbimbing masih
mengandalkan guru sebagai sumber belajar sedangkan pada metode proyek guru
hanya sebagai fasilitator, oleh karena itu siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah lebih cocok menggunakan metode inkuiri
terbimbing dan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi lebih cocok menggunakan model metode proyek. Diduga ada interaksi
antara model inkuiri dan proyek dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium pada pembelajaran materi asam basa garam terhadap prestasi belajar.
6. Interaksi antara kreativitas dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium
terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
Menurut konstruktivisme belajar bahwa siswa belajar dengan membangun
sendiri pengetahuannya melalui keterampilan dan sikap. Maka terdapat banyak
faktor selain metode pembelajaran yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
penelitian ini kreativitas merupakan faktor yang penting dalam memecahkan
masalah pada pembelajaran asam basa garam dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium merupakan kemampuan penting untuk menguasai pembelajaran
dilaboratorium. Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah.
Menurut teori belajar Piaget siswa-siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dalam proses pembelajaran akan mengambil keputusan-keputusan yang tepat.
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi
aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang dari tindakan. Interaksi sosial
dengan teman sebaya khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat pemikiran menjadi lebih
logis. Siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan mempunyai daya cipta yang
tinggi dalam belajarnya sehingga lebih baik dalam memecahkan masalah materi
asam basa garam dan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi memiliki ketrampilan laboratorium yang baik sehingga diduga
prestasi belajarnya lebih baik. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi mempunyai
interaksi pribadi dengan lingkungannya cukup tinggi, senang belajar dengan cara
mengamati suatu eksperimen bahkan mencoba berulang-ulang terhadap
eksperimen lain sehingga menghasilkan banyak produk, senang bekerja. Dalam
menyelesaikan masalah materi asam basa garam lebih senang dengan cara
praktikum secara sistematik. Kemampuan menggunakan alat laboratorium
ditunjukkan dalam ketrampilan bekerja dilaboratorium untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
pengetahuan sains, dan terjadi dalam kegiatan ilmiah untuk mengamati obyek
tertentu. Siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi kecenderungan bertindak atau berperilaku dalam memecahkan masalah
dilaboratorium lebih baik.
Siswa yang kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi pada umumnya mempunyai ketrampilan di laboratorium lebih baik
sehingga diduga ada interaksi antara kreativitas dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar pada materi asam basa
garam.
7. Interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek, dengan kreativitas, dan
kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa terhadap prestasi belajar pada
materi asam basa garam.
Menurut teori konstruktivisme satu prinsip yang penting adalah guru tidak
hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus
membangun sendiri pengetahuan di dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan metode
inkuiri terbimbing dan proyek. Teori belajar Ausubel menekankan belajar
berhubungan dengan cara informasi yang mengkaitkan struktur kognitif yang
telah ada dan menghubungkannya dengan konsep-konsep. Dengan metode yang
tepat siswa akan mampu mengkaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan
yang sudah ada dalam otaknya. Menurut Bruner perolehan pengetahuan
merupakan proses interaksi, dan orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang diperoleh
sebelumnya. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
kreatif dan bersikap ilmiah yang tinggi akan memperoleh hasil yang paling baik.
Teori belajar sosiokonstruktivis dari Vygotsky mengatakan bahwa proses
pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of
proximal development siswa, sehingga pada pembelajaran asam basa garam ini
dilakukan eksperimen secara kelompok dilaboratorium. Aspek dasar yang harus
dikuasai siswa dalam pembelajaran dilaboratorium adalah kemampuan
menggunakan alat laboratorium dan kreativitas siswa. Sedangkan Piaget dalam
teori belajarnya mengatakan bahwa belajar mengalami tingkat-tingkat
perkembangan intelektual sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit dan
operasional formal yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak. Siswa SMP
termasuk kategori peralihan operasional konkret dan formal, maka setiap siswa
mempunyai kemampuan berpikir abstrak yang berbeda-beda dengan kreativitas
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium yang berbeda-beda pula, maka
dengan metode yang tepat siswa yang mempunyai kemampuan berpikir yang
berbeda mampu memahami materi asam basa garam.
Dalam mempelajari materi asam basa garam dengan menggunakan
metode inkuiri terbimbing, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi diduga prestasi belajarnya
lebih baik. Diduga ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
D. Hipotesis
Berdasar kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
dengan metode inkuiri terbimbing dan proyek pada materi asam basa garam.
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas
tinggi dan siswa yang memiliki kreativitas rendah pada materi asam basa
garam.
3. Terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa garam.
4. Terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
5. Terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa terhadap prestasi belajar
pada materi asam basa garam.
6. Terdapat interaksi antara kreativitas dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
7. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran inkuiri terbimbing dan proyek,
dengan kreativitas, dan kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa
terhadap prestasi belajar pada materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Darul Fikri Bawen, Propinsi Jawa
Tengah pada tahun ajaran 2011/ 2012.
2. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/ 2012.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap-tahap
pelaksanaannya sebagai berikut:
c. Tahap persiapan, yaitu: pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen
penelitian.
d. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian yang meliputi uji instrumen penelitian dan pengambilan data
e. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
Alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Alokasi Waktu Penelitian
Kegiatan
B u l a n
Agu Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Proposal penelitian
Permohonan ijin
Pembuatan dan uji
instrument
Pengambilan data
penelitian
Penyusunan laporan &
konsultasi
Ujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Dalam penelitian ini ada 2 kelompok, kelompok pertama diberikan
perlakuan dengan metode inkuiri terbimbing dan kelompok yang kedua diberikan
perlakuan dengan metode proyek. Kedua kelompok itu diasumsikan sama dalam
semua segi yang relevan dan hanya berbeda dalam penggunaan metode
pembelajaran, kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium.
1. Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan anava tiga jalan dengan rancangan faktorial
2x2x2. Faktor pertama adalah metode inkuiri terbimbing dan metode proyek.
Faktor kedua adalah kemampuan menggunakan alat laboratorium dikategorikan
kedalam kreativitas tinggi dan rendah. Faktor ketiga adalah kemampuan
menggunakan alat laboratorium dikategorikan tinggi dan rendah.
2. Desain penelitian
Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Tabel Desain Penelitian
Inkuiri terbimbing (A1) Proyek (A2)
Kreativitas
tinggi (B1)
Kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Kreativitas
rendah
(B2)
Kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Keterangan :
A1 B1 C1 : Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada siswa dengan
kreativitas tinggi dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi
A1 B1 C2 : Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada siswa dengan
kreativitas tinggi dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
rendah
A1 B2 C1 : Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada siswa dengan
kreativitas rendah dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi
A1 B2 C2 : Penggunaan metode Inkuiri Terbimbing pada siswa dengan
kreativitas rendah dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah
A2 B1 C1 : Penggunaan metode proyek pada siswa dengan kreativitas tinggi
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi
A2 B1 C2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas tinggi
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah
A2 B2 C1 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas rendah
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi
A2 B2 C2 : Penggunaan metode Proyek pada siswa dengan kreativitas rendah
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah
D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester 1
SMP IT Darul Fikri Bawen tahun pelajaran 2011/ 2012 yang terdiri atas 6 kelas,
karena kelas tersebut menggunakan kurikulum yang sama, alokasi waktu dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
materi yang sama pula, maka seluruh siswa kelas VII mempunyai peluang yang
sama untuk diteliti.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pemilihan acak langkah-
langkah berikut :
f. Dengan menggunakan nilai materi pengukuran, besaran dan satuan kelas VII
semester 1, kemudian menentukan nilai rata-rata kelas.
g. Mengelompokkan kelas dengan rata-rata yang hampir sama
h. Memilih 2 kelas secara cluster random sampling dari kelas yang mempunyai
nilai rata-rata hampir sama untuk dijadikan kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 adalah kelas VII A kelas eksperimen 2
adalah VII B.
E. Variabel Penelitian
1.Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang bebas menentukan variabel yang lain.
Dalam penelitian ini variabel bebas adalah pembelajaran dengan menggunakan
metode inkuiri terbimbing dan metode proyek.
Definisi operasional :
Metode inkuiri terbimbing merupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana
dalam pemilihan masalahnya ditentukan oleh guru, tetapi dalam penemuan konsep
oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan yang mengarah pada
penemuan konsep. Metode metode proyek merupakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran dikelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
dengan melibatkan kerja proyek yang memuat tugas-tugas yang kompleks
berdasarkan pertanyaan dan permasalahan yang diberikan. Saat pengerjaan kelas
menggunakan berbagai macam bahan-bahan, dengan pendekatan belajar aktif atau
berpusat pada siswa. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.
2. Variabel moderator
Variabel moderator termasuk variabel bebas namun tidak sebebas variabel
utama, variabel yang tidak begitu diutamakan tetapi pengaruhnya terhadap
variabel terikat dapat diapandu. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah
kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium.
a. Definisi operasional: Kreativitas merupakan usaha yang dilakukan siswa dalam
mempelajari bidang tertentu berdasarkan atas daya cipta yang dimilikinya.
Kemampuan menggunakan alat laboratorium dapat didefinisikan sebagai
kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa berupa kemampuan sensorik dan
motorik dalam pelaksanaan eksperimen.
b. Skala pengukuran : ordinal dengan dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan
rendah serta kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah.
c. Indikator: kreativitas tinggi atau kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi jika ≥ X (mean) dan kreativitas rendah atau kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah jika < X (mean).
3.Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang keadaannya terikat variabel yang
lain, keadaannya sebagai akibat dari variabel lain. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar IPA materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
a. Definisi operasional: prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang
diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran IPA materi
asam basa garam, dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan belajar
ranah kognitif dan afektif mata pelajararan IPA dengan materi pembelajaran
asam basa garam. Materi tersebut disampaikan dengan metode pembelajaran
inkuiri terbimbing dan proyek.
b. Skala pengukuran: interval
c. Indikator: nilai tes prestasi belajar pada materi asam basa garam aspek kognitif
dan angket untuk aspek afektif. Aspek kognitif adalah domain belajar yang dapat
dilihat melalui kemampuan berpikir, termasuk kemampuan menghafal,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis dan evaluasi. Aspek afektif
adalah perilaku yang tercermin dalam bentuk bahasa tubuh yang merupakan
aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri dan moral yang muncul saat terjadi
proses interaksi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
dengan tes dan non tes. Tes adalah himpunan pertanyaan yang harus dijawab
dengan tujuan untuk mengukur aspek tertentu. Teknik non tes dengan
menggunakan angket dan observasi.
i. Data tes berupa nilai kognitif siswa pada materi pokok asam basa garam
dengan menggunakan perangkat tes berupa obyektif tes dengan 4 pilihan
jawaban.
j. Data moderator kreativitas dan nilai afektif diperoleh dari angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
k. Data observasi diperoleh dari moderator kemampuan menggunakan alat
laboratorium.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan
tertutup, untuk moderator kretivitas dan nilai afektif dimana daftar pertanyaan
diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang ada. Sedangkan moderator kemampuan
menggunakan alat laboratorium dengan pedoman penilaian sesuai kriteria skor
yang telah ditentukan.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran dan
instrumen pengambilan data.
8. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari: Silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran. Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu
kelompok mata pelajaran tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana
pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu
atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
9. Instrumen pengambilan data
Instrumen pengambilan data terdiri dari instrumen tes prestasi belajar
kognitif, instrumen angket prestasi belajar afektif, instrumen angket kreativitas,
serta lembar observasi pelaksanaan instrumen kemampuan menggunakan alat
laboratorium.
a. Angket kreativitas dan prestasi belajar afektif.
Instrumen angket kreativitas dan angket prestasi belajar afektif disusun
dengan memilih salah satu jawaban diantara empat jawaban yang tersedia.
Penyusunan item angket meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban dan
petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah
dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan dengan skala 1 sampai 4. Soal
angket kreativitas dan prestasi belajar afektif masing-masing berjumlah 30 butir.
Skala pengukuran digunakan skala likert, adapun ketentuannya dapat dilihat pada
Tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3 Skala Pengukuran Angket Kreativitas dan Prestasi Belajar Afektif
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
(+) (-)
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
4
3
2
1
1
2
3
4
(Depdiknas 2007 : 14)
b. Tes prestasi belajar kognitif
Soal tes prestasi belajar kognitif dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 20
soal dengan 4 pilihan jawaban. Soal pilihan ganda diberi skor 1 jika jawaban
benar dan skor 0 jika jawaban salah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
c. Lembar observasi.
Lembar observasi dibuat untuk memperoleh data tentang moderator
kemampuan menggunakan alat laboratorium. Masing-masing lembar observasi
mempunyai pedoman penilaian sesuai kriteria skor yang telah ditentukan. Dalam
proses observasi penilaian dengan skala 1 sampai 4 pada 6 aspek yang dinilai
meliputi; kemampuan mengambil larutan dengan menggunakan pipet tetes,
kemampuan memasukkan larutan dalam gelas ukur, kemampuan mengukur
larutan dengan gelas ukur, cara mengamati hasil pengujian, menjaga kebersihan
alat labolatorium kimia dan merapikan alat laboratorium kimia
G. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih
dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi
persyaratan instrumen yang baik, diantaranya instrumen yang valid dan reliabel,
serta untuk mengetahui kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang
meliputi tingkat kesukaran dan daya pembeda. Uji coba instrumen dilakukan di
SMP IT Nurul Islam Tengaran kelas VII, diasumsikan bahwa siswa SMP IT
Nurul Islam Tengaran setara dengan siswa SMP IT Darul Fikri Bawen dengan
mengetahui data tes masuk SMP.
1. Instrumen Penilaian Kognitif
Data yang diperoleh dari hasil uji coba instrumen kemudian di analisis
untuk mengetahui validitas, realibilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
a. Uji Validitas
Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan terangkum
dalam Tabel. Sebuah instrumen tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur
apa yang hendak diukur (Suharsimi Arikunto, 2001 : 65). Validitas yang diuji
dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item
adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah butir item. Pada validitas
item sebuah item dikatakan valid bila mempunyai dukungan yang besar terhadap
skor total (Suharsimi Arikunto, 2001 : 76). Dalam penelitian ini salah satu bentuk
soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan
ganda skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 jika
siswa menjawab benar dan angka 0 jika siswa menjawab salah.
Menurut Suharsimi (2006: 283) menyebutkan bahwa point biserial
corellation atau korelasi point biserial digunakan apabila untuk mengetahui
korelasi antara dua variabel yaitu variabel kontinu sedangkan yang lain variabel
diskrit murni. Rumus perhitungan koefisien korelasi point biserial yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
pbiγ = koefisien korelasi point biserial
Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya.
Mt = rerata skor total
St = standar deviasi dari skor total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
p =
q = proporsi siswa yang menjawab salah
q = 1 – p
(Suharsimi Arikunto, 2001: 79)
q
p
S
MM
t
tp
pbi
siswaseluruh jumlah
benar menjawab yang siswa banyaknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Koefisien korelasi point biserial ( pbiγ) menunjukkan validitas item dari tes
bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rhitung).
Item dikatakan valid bila harga rhitung > rTabel. Hasil perhitungan dengan korelasi
point biserial dapat dikonsultasikan ke Tabel r hasil korelasi product-moment
(Suharsimi, 2006: 283). Hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif yang lebih
rinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil uji validitas
instrument kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rangkuman hasil uji validitas instrumen penilaian kognitif
Variabel Jumlah
soal
Kriteria
valid Tidak valid
Soal materi asam basa garam 25 20 5
No soal 3, 4, 8, 10, 19
(soal di drop)
b.Uji Reliabilitas
Reabilitas soal menunjukkan tingkat keterandalan atau keajekkan soal.
Suatu soal dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika memberikan
hasil yang sama saat dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berlainan
dan waktu yang berbeda.
Dalam penelitian ini untuk mengukur reliabilitas instrumen, dilakukan uji
reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richarson (KR-20) sebagai berikut:
2
1
2
1
111 S
pqS
n
nr
Keterangan:
11r = koefisien reliabilitas
n = jumlah item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
p = proporsi subyek yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi subyek yang menjawab item soal salah
S1 = standar deviasi
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,91 – 1,00 = sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90 = tinggi (T)
0,41 – 0,70 = cukup ( C)
0,21 – 0,40 = rendah (R)
negatif – 0,20 = sangat rendah (SR) (Suharsimi Arikunto)
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif yang dilakukan
menggunakan program microsoft excel diperoleh besar reliabilitas=0,797 dengan
klasifikasi reliabilitasnya tinggi. Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian kognitif
yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil uji
realibilitas instrument kognitif dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Kognitif
Variabel Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Soal Asam Basa Garam 25 0,797
Reliabilitas
Tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal
Soal dikatakan baik apabila soal itu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficult index).
Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Untuk menentukan
indeks kesukaran digunakan rumus:
P = sJ
B
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar
Js = jumlah seluruh peserta tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Klasifikasi taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut :
0,71 – 1,00 = mudah
0,31 – 0,70 = sedang
0,00 – 0,30 = sukar
Dengan ketentuan bila jawaban benar skornya 1 dan bila jawaban salah skornya 0
(Suharsimi Arikunto, 2001 : 207-210). Hasil uji taraf kesukaran instrumen
penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan
rangkuman uji taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.6
Tabel 3.6. Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Instrumen Penilaian Kognitif
Jumlah soal Taraf kesukaran soal
Sukar Sedang Mudah
25 7 11 7
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa
yang pandai (kemampuan tinggi) dan siswa yang kurang pandai (kemampuan
rendah) . Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi dan dihitung dengan rumus:
A BA B
A B
B BD P P
J J
Keterangan :
D = indeks diskriminasi,
JA = banyaknya peserta kelompok atas,
JB = banyaknya peserta kelompok bawah,
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar,
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar,
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar (P
sebagai indeks kesukaran),
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(Suharsimi Arikunto, 2001: 213-214)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,71 – 1,00 = baik sekali (exellent);
0,41 – 0,70 = baik (good);
0,21 – 0,40 = cukup (satisfactory);
0,00 – 0,20 = jelek (poor);
Negatif = tidak baik (butir soal dibuang).
(Suharsimi Arikunto, 2001: 218)
Hasil uji daya beda instrumen penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran, sedangkan rangkuman hasil uji daya beda instrument kognitif
dapat dilihat pada Tabel 3.7
Tabel 3.7. Rangkuman hasil uji daya pembeda soal instrumen penilaian kognitif
Kualifikasi daya beda Jumlah soal Nomor soal
Baik Sekali 4 11, 13, 20, 22
Baik 13
1, 5, 6, 7, 9, 12, 14, 15, 18, 21,
23, 24, 25
Cukup 3 2, 16, 17
Jelek 5 3 ,4, 8,10, 19
Tidak baik 0 -
2. Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif berupa angket. Jenis angket yang digunakan
adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala penskoran
digunakan skala likert. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian,
instrumen penilaian afektif diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui
kualitas item angket, dengan menguji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung
indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product
moment dengan angka kasar yang dirumuskan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
2 22 2
xy
N XY X Yr
N X X N Y Y
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi antara skor item dengan skor total.
N = banyaknya subyek
X = skor item
Y = skor total
Item dikatakan valid bila harga hitungr otaltr kriteria.
Klasifikasi validitas soal adalah sebagi berikut:
0,91 – 1,00 = sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90 = tinggi (T)
0,41 – 0,70 = cukup (C)
0,21 – 0,40 = rendah (R)
negatif – 0,20 = sangat rendah (SR)
(Masidjo, 1995 : 243- 246)
Perhitungan uji validitas tersebut dilakukan dengan menggunakan program
microsoft excel. Hasil uji validitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan
terangkum dalam Tabel 3.8.
Tabel 3.8. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Afektif
Variabel Jumlah soal Kriteria
Valid Tidak valid
Angket afektif 30 27 3
Hasil uji instrumen penilaian afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Reliabilitas
Sedangkan rumus yang digunakan untuk mengukur reliabilitas angket
penilaian afektif adalah rumus Koefisien Alpha. Rumus Koefisien Alpha
adalah sebagai berikut
11r =
2
2
11
t
i
n
n
Keterangan :
11r = reliabilitas yang dicari
n = banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
σ2
i = jumlah varians skor tiap-tiap item
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
σ2
i =
N
N
XX
2
i2
i
σ2
t = varians total
σ2
t =
2
t
2
t
N
X
N
X
(Suharsimi Arikunto, 2001: 108-112)
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,80 < r11 ≤ 1,00 = Sangat Tinggi;
0,60 < r11 ≤ 0,80 = Tinggi;
0,40 < r11 ≤ 0,60 = Cukup;
0,20 < r11 ≤ 0,40 = Rendah;
0,00 < r11 ≤ 0,20 = Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 2001: 109)
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang dilakukan dapat dilihat
pada Tabel 3.9
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penilaian Afektif
Variabel Jumlah soal Reliabilitas Kriteria
Angket Penilaian Afektif 30 0,864 Reliabilitas sangat
tingggi
Hasil uji reliabilitas instrumen penilaian afektif yang selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran .
10. Instrumen Penilaian Kreativitas
Instrumen penilaian kreativitas belajar berupa angket. Jenis angket yang
digunakan adalah angket langsung dan tertutup yaitu siswa memberikan jawaban
dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala
penskoran digunakan skala likert. Sebelum mengambil data penelitian, instrumen
penilaian kreativitas diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item
angket, dengan menguji validitas dan reliabilitas .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
l. Uji Validitas
Hasil rangkuman uji validitas instrumen penilaian kreativitas disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian Kreativitas
Variabel Jumlah soal Kriteria
Valid Tidak Valid
Angket Kreativitas 30 28 2
m. Uji Reliabilitas
Hasil rangkuman uji reliabilitas instrumen kreativitas dapat dilihat pada Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kreativitas
Variabel Jumlah soal Reliabilitas Kriteria
Angket Kreativitas 30 0,859 Reliabilitas
Sangat Tinggi
Hasil selengkapnya uji validitas dan reliabilitas instrumen penilaian kreativitas
dapat dilihat pada lampiran.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis varian
(Anava) tiga jalan 2x2x2 dengan sel tak sama. Namun sebelum dilakukan analisis
data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas.
11. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sampel penelitian berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dihitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
menggunakan statistic PASW 18. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai
berikut :
(1). Prosedur penentuan Hipotesis :
Ho: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
(2). Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan normality test. Uji normalitas variabel terikat
prestasi belajar aspek kognitif dan afektif yang perhitungannya dilakukan dengan
software PASW versi 18. Ketentuan pengambilan kesimpulan Ho diterima ketika
sig > 0,05 selain itu H1 ditolak. Jika sig < 0,05 maka Ho ditolak. Tingkat
signifikansi ( α) yang digunakan 0,05.
b). Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Jika populasi memiliki varians-varians yang
sama dikatakan homogen. Uji homogenitas ini dihitung menggunakan software
PASW versi 18.
1). Prosedur Penentuan Hipotesis :
Ho: semua variansi sama (homogen)
H1: tidak semua variansi sama (tidak homogen)
2). Keputusan Uji
Statistik uji menggunakan test for equal variances. Ketentuan pengambilan
keputusan, Ho diterima ketika sig > 0,05 artinya semua variansi sama (homogen)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
dan jika sig < 0,05 maka Ho ditolak. Tingkat signifikansi yang digunakan (α) =
0,05.
12. Uji Hipotesis
a. Uji Anava
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi
tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi
efek tiga variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel
bebas terhadap variabel terikat. Statistik uji dengan bantuan software program
spss versi 18 menggunakan GLM (General Linier Model). Taraf signifikasi (α)
yang digunakan 0,05. Pada analisis variansi tiga jalan terdapat tujuh pasang
hipotesis yang persamaannya adalah :
1). Menentukan Hipotesis:
a). HoA: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran metode inkuiri terbimbing dengan siswa yang diberi metode proyek
pada materi asam basa garam
H1A: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran
metode inkuiri terbimbing dengan siswa yang diberi metode proyek pada materi
asam basa garam.
b). HoB: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam
mempelajari materi asam basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
H1B: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dengan siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam mempelajari materi asam
basa garam.
c). HoC: Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dengan siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah dalam mempelajari materi
asam basa garam.
H1C: Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dengan siswa yang memiliki kreativitas
rendah dalam mempelajari materi asam basa garam.
d). HoAB: Tidak ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi asam basa garam
H1AB: ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar siswa pada materi asam basa garam
e). HoAC: Tidak ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar
siswa pada materi asam basa garam
H1AC: Ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar siswa pada
materi asam basa garam
f). HoBC: Tidak ada interaksi antara kreativitas dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar siswa pada materi
asam basa garam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
H1BC: Ada interaksi antara kreativitas dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium terhadap prestasi belajar siswa pada materi asam basa garam
g). HoABC: Tidak ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap
prestasi belajar siswa pada materi asam basa garam.
H1ABC: ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan
kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium, terhadap prestasi
belajar siswa pada materi asam basa garam
2). Keputusan Uji
Keputusan uji menggunakan GLM (General Linier Model). Ketentuan
pengambilan kesimpulan, H0 ditolak ketika sig < 0,05 dan jika sig > 0,05 maka
Ho tidak ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05.
b. Uji Lanjut Anava
Dari hasil uji Anava di atas, jika diperoleh Ho ditolak maka diperlukan uji
lanjut anava. Sebagai tindak lanjut dari analisis variansi tiga jalan adalah
menggunakan uji Mean dan Interaction Plot. Tujuannya untuk mengetahui
besarnya pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Selain dengan menggunakan
metode Mean dapat juga menggunakan uji Scheffe. Ketentuan pengambilan
kesimpulan, ada pengaruh yang signifikan jika melewati garis merah. Sedangkan
tujuan dari Interaction Plot adalah untuk mengetahui besarnya interaksi terhadap
prestasi belajar. Ketentuan pengambilan keputusan ada interaksi jika terjadi
perpotongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
i
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari kelas VII A sebagai kelas
eksperimen dengan metode Inkuiri Terbimbing dan kelas VII B sebagai kelas
eksperimen metode Proyek di SMP IT Darul Fikri Bawen tahun pelajaran 2011/
2012. Data yang diperoleh meliputi: nilai tes kognitif prestasi belajar, data isian
angket kreativitas, angket afektif dan lembar observasi kemampuan menggunakan
alat laboratorium siswa pada materi asam basa garam. Deskripsi data prestasi
belajar kognitif dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan deskripsi data prestasi belajar
afektif dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4. 1. Deskripsi Data Kognitif
Metode Jumlah Data Rerata SD Nilai Minimum Nilai Maksimum
Inkuiri Terbimbing 30 75 14,28 55 100
Proyek 30 70 10,46 50 90
Tabel 4. 2. Deskripsi Data Afektif
Metode Jumlah Data Rerata SD Nilai Minimum Nilai Maksimum
Inkuiri Terbimbing 30 96 7,66 81 117
Proyek 30 92 8,32 71 115
13. Data Kreativitas
Data kreativitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kreativitas tinggi
bagi siswa yang mempunyai nilai kreativitas ≥ rata-rata nilai kreativitas seluruh
kelas dan kategori kreativitas rendah bagi siswa yang mempunyai nilai kreativitas
< rata-rata nilai kreativitas seluruh kelas. Perhitungan kategori pembagian
kelompok siswa dapat dilihat pada lampiran. Dengan menggunakan kriteria
tersebut dari 60 siswa terdapat 32 siswa mempunyai kreativitas tinggi dan 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ii
siswa mempunyai kreativitas rendah. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4.3
berikut:
Tabel 4. 3. Jumlah Siswa yang Mempunyai Kreativitas Tinggi dan Rendah.
Kreativitas
Kelas VII A
(Inkuiri terbimbing)
Kelas VII B
(Proyek)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 16 53,3% 16 53,3 %
Rendah 14 46,7 % 14 46,7%
Jumlah 30 100,00 % 30 100,00 %
14. Data Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium
Data nilai lembar observasi kemampuan menggunakan alat laboratorium
dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai lembar observasi
kemampuan menggunakan alat laboratorium ≥ rata-rata nilai lembar observasi
kemampuan menggunakan alat laboratorium seluruh kelas dan kategori
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah bagi siswa yang mempunyai
nilai kemampuan menggunakan alat laboratorium < rata-rata nilai lembar
observasi kemampuan menggunakan alat laboratorium seluruh kelas. Dengan
menggunakan kriteria tersebut dari 60 siswa, terdapat 30 siswa mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan 30 siswa mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah. Secara rinci disajikan dalam
Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4. 4. Jumlah Siswa yang mempunyai Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium
Tinggi dan Rendah
Kemampuan
Menggunakan Alat
Laboratorium
Kelas VII A
(Inkuiri terbimbing)
Kelas VII B
(Proyek)
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Tinggi 13 43,3 % 17 56,7 %
Rendah 17 56,7 % 13 43,3 %
Jumlah 30 100,00 % 30 100,00 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
iii
15. Data Prestasi Belajar Materi Asam Basa Garam
n. Prestasi Belajar Kognitif
Distribusi frekuensi prestasi belajar kognitif kelas eksperimen yang
menggunakan metode Inkuiri terbimbing dan Proyek dapat dilihat pada Tabel
4.5. dan Tabel 4.6. Histogram prestasi belajar kognitif kelas eksperimen yang
menggunakan metode Inkuiri terbimbing dan Proyek dapat dilihat Gambar 4.1
berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Inkuiri Terbimbing
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 2 6,67 6,67
52-58 2 6,67 13,34
59-65 4 13,33 26,67
66-72 7 23,33 50,00
73-79 4 13,33 63,33
80-86 5 16,67 80
87-93 3 10 90
94-100 3 10 100
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Metode Proyek
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 1 3,33 3,33
52-58 1 3,33 6,66
59-65 6 20 26,66
66-72 11 36,67 63,33
73-79 5 16,67 80
80-86 3 10 90
87-93 3 10 100
94-100 0 0 100
Gambar 4. 1. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Kelas Inkuiri
Terbimbing dan Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
iv
Perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi dan kreativitas rendah dapat dilihat Tabel 4.7. Distribusi frekuensi prestasi
belajar kognitif siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan kreativitas rendah
dapat dilihat Tabel 4.8 dan 4.9.
Tabel. 4.7 Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan Kreativitas Tinggi
Kreativitas Jumlah Data Mean SD Minimum Maksimum
Rendah
Tinggi
28
32
68,5
76,25
11,02
12,879
48
56
88
100
Tabel 4. 8. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kreativitas Rendah
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 0 0 0
52-58 1 3,57 3,57
59-65 5 17,86 21,43
66-72 4 14,29 35,72
73-79 6 21,42 57,14
80-86 5 17,85 74,99
87-93 4 14,29 89,28
94-100 3 10,72 100
Tabel 4. 9. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif KreativitasTinggi
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 3 9,38 9,38
52-58 1 3,13 12,51
59-65 5 15,63 28,14
66-72 11 34,38 62,52
73-79 6 18,75 81,27
80-86 4 12,50 93,77
87-93 2 6,23 100
94-100 0 0 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
v
Histogram Perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan kreativitas rendah dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4. 2. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kogintif Siswa Kreativitas Rendah
dan Tinggi
Perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.10.
4.11, dan 4.12. Histogram perbandingan prestasi belajar kognitif siswa yang
mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah dan tinggi dapat
dilihat pada pada Gambar 4.3.
Tabel. 4.10 Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Rendah dan Tinggi
Kemampuan Menggunakan
Alat Laboratorium
Jumlah
Data Mean SD Minimum Maksimum
Rendah
Tinggi
30
30
67,6
77,67
10,807
12,333
48
48
88
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
vi
Tabel 4. 11. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Rendah
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 2 6,67 6,67
52-58 3 10 16,67
59-65 7 23,33 40,00
66-72 11 36,66 76,66
73-79 3 10 86,66
80-86 2 6,67 93,33
87-93 2 6,67 100
94-100 0 0 100
Tabel 4. 12. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Tinggi
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
45-51 1 3,33 3,33
52-58 0 0 3,33
59-65 3 10 13,33
66-72 6 20 33,33
73-79 7 23,33 56,33
80-86 6 20 76,33
87-93 4 13,67 90
94-100 3 10 100
Gambar 4. 3. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Kognitif Siswa Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
vii
o. Prestasi Belajar Afektif
Perbandingan prestasi belajar afektif kelas eksperimen yang menggunakan
metode pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Proyek dapat dilihat pada Tabel
4.13, 4.14.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Metode Inkuiri terbimbing
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 3 10 10
93-99 3 10 20
100-106 12 40 60
107-113 7 23,33 83,33
114-120 5 16,67 100
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Metode Proyek
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 3 10 10
93-99 7 23,33 33,33
100-106 11 36,67 70
107-113 6 20 90
114-120 3 10 100
Histogram Perbandingan prestasi belajar afektif kelas eksperimen yang
menggunakan metode pembelajaran Inkuiri terbimbing dan Proyek dapat dilihat
pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif, Inkuiri Terbimbing dan
Proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
viii
Perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi dan kreativitas rendah dapat dilihat pada Tabel 4.15. Distribusi frekuensi
prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah
ditunjukkan pada Tabel 4.16 dan 4.17.
Histogram perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan kreativitas rendah dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Tabel. 4.15 Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kreativitas Rendah dan Kreativitas Tinggi
Kreativitas Jumlah Data Mean SD Minimum Maksimum
Rendah
Tinggi
28
32
78,71
88,59
6,47
7,668
73
79
94
100
Tabel 4. 16 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Rendah
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 6 21,43 21,43
93-99 8 28,57 50
100-106 10 35,71 85,71
107-113 3 10,71 96,42
114-120 1 3,58 100
Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kreativitas Tinggi
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 0 0 0
93-99 2 6,25 6,25
100-106 13 40,63 46,88
107-113 10 31,25 78,13
114-120 7 21,87 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ix
Gambar 4.5. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa Kreativitas Rendah
dan Tinggi
Perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium rendah dapat dilihat pada Tabel 4.18, 4.19 dan 4.20.
Histogram perbandingan prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Tabel. 4.18 Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Rendah dan Tinggi
Kemampuan
Menggunakan Alat
Laboratorium
Jumlah Data Mean SD Minimum Maksimum
Rendah
Tinggi
30
30
80,3
87,67
7,936
7,662
73
73
94
100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
x
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 5 16,67 16,67
93-99 7 23,33 40
100-106 11 36,67 76,67
107-113 7 23,33 100
114-120 0 0 100
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Tinggi
Interval Kelas Frekuensi Frekuensi ( % ) Frekuensi Kumulatif (%)
86-92 1 3,33 3,33
93-99 2 6,67 10
100-106 12 40 50
107-113 7 23,33 73,33
114-120 8 26,67 100
Gambar 4.6. Histogram Perbandingan Prestasi Belajar Afektif Siswa Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium Rendah dan Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
xi
Sesuai dengan peraturan Depdiknas 2007 bentuk penilaian hasil
pengukuran prestasi belajar afektif diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang
digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir soal yang digunakan. Pada
penelitian ini digunakan 4 skala x 30 butir soal sehingga skor maksimal yang
diperoleh adalah 120. Instrumen penilaian afektif berupa angket langsung dan
tertutup yaitu siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu dari empat
alternatif jawaban yang telah disediakan.
Aspek afektif pada penelitian ini adalah perilaku yang tercermin dalam
bentuk bahasa tubuh yang merupakan aktualisasi sikap, minat, nilai, konsep diri
dan moral yang muncul saat terjadi proses interaksi. Terdapat empat kategori hasil
pengukuran prestasi belajar afektif pada penelitian ini yaitu: sangat tinggi (A),
tinggi (B), rendah (C) dan sangat rendah(D). Penentuan skor tiap kategori dapat
dilihat pada Tabel 4.21 berikut:
Tabel 4.21. Skor Angket Prestasi Belajar Afektif
N
o
Skor Peserta
Didik
Kategori Sikap
atau Minat Penilaian
Inkuiri
Terbimbing Persentase Proyek Persentase
1. Sama atau lebih
besar dari 96
Sangat positif/
sangat tinggi
A 17 siswa 56,66 14 siswa 46,67
2. 72 sampai 95 Tinggi/ Positip B 13 siswa 43,37 15 siswa 50,00
3. 48 sampai 71 Negatif/ Rendah C - - 1 siswa 3,33
4. Kurang dari 48 Sangat Negatif/
Sangat Rendah
D - - - -
Jumlah 30 siswa 100,00 30 siswa 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
xii
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Penelitian ini menggunakan beberapa uji persyaratan analisis antara lain:
uji kesamaan rata-rata, uji normalitas, dan uji homogenitas. Berikut ini uraian
pengujian tersebut:
1. Uji Kesamaan Rata-Rata
Data untuk melakukan uji kesamaan rata-rata diperoleh dari data tes
ulangan harian yang diperoleh kelas eksperimen inkuiri terbimbing dan proyek
pada materi pokok bab sebelum asam basa garam yaitu pada materi besaran dan
satuan. Dari perhitungan Uji t independent samples test (equal variances
assumed) menggunakan PASW 18 didapatkan nilai sig = 0,075 (sig > 0,05). Hal
ini dapat diartikan bahwa Ho diterima artinya dua kelas tersebut mempunyai
rerata yang sama atau tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara kedua
sampel yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen. Hasil uji t pada Tabel
4.22. tertera sebagai berikut :
Tabel 4.22 data uji t
Sig. Keputusan Kesimpulan
0,075
Ho diterima
Rerata Sama
Berdasarkan data di atas, dapat dinyatakan bahwa pada kelas VII A dan
VII B mempunyai keadaan awal yang sama. Sehingga dapat digunakan sebagai
kelas sampel dalam penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan metode yang
berbeda dapat memberikan pengaruh pada pencapaian prestasi belajar siswa.
2. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dihitung
menggunakan software PASW18 dengan taraf signifikasnsi 0,05 dapat dilihat pada
lampiran.
Hasil uji normalitas data prestasi belajar kognitif pada masing-masing
kelompok dapat dilihat Tabel 4. 23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
xiii
Tabel 4.23. Hasil uji normalitas data prestasi belajar aspek kognitif
No Kriteria Pengelompokan Data Sig Keputusan Kesimpulan
1 Metode Inkuiri terbimbing 0.200 Ho : diterima Normal
2 Metode Proyek 0.200 Ho : diterima Normal
3 Kreativitas Tinggi 0.200 Ho : diterima Normal
4 Kreativitas Rendah 0.200 Ho : diterima Normal
5 Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
6 Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
7 Inkuiri Terbimbing-Kreativitas
Tinggi - KAL Tinggi 0.172
Ho : diterima Normal
8 Inkuiri Terbimbing-Kreativitas
Tinggi- KAL Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
9 Inkuiri terbimbing-Kreativitas
Rendah - KAL Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
10 Inkuiri terbimbing- Kreativitas
Rendah- KAL Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
11 Proyek-Kreativitas Tinggi - KAL
Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
12 Proyek-Kreativitas Tinggi- KAL
Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
13 Proyek-Kreativitas Rendah - KAL
Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
14 Proyek- Kreativitas Rendah- KAL
Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
Dapat terlihat dari Tabel 4.23 terlihat bahwa semua kelompok data
mempunyai sig > 0,05 artinya Ho diterima yang berarti bahwa semua data
berdistribusi normal.
Hasil uji normalitas data prestasi afektif dihitung menggunakan software
PASW versi 18 dengan taraf signifikansi 0,05. Adapun hasil uji normalitas data
prestasi belajar afektif pada masing-masing kelompok dapat dilihat Tabel 4.24.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
xiv
Tabel 4.24. Hasil uji normalitas data prestasi belajar aspek afektif
No Kriteria Pengelompokan Data Sig Keputusan Kesimpulan
1 Metode inkuiri terbimbing 0.108 Ho : diterima Normal
2 Metode Proyek 0.200 Ho : diterima Normal
3 Kreativitas Tinggi 0.200 Ho : diterima Normal
4 Kreativitas Rendah 0.106 Ho : diterima Normal
5 Kemampuan menggunakan alat
laboratorium Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
6 Kemampuan menggunakan alat
laboratorium Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
7 Inkuiri Terbimbing-Kreativitas Tinggi -
KAL Tinggi
0,175 Ho : diterima Normal
8 Inkuiri Terbimbing-Kreativitas Tinggi-
KAL Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
9 Inkuiri terbimbing-Kreativitas Rendah -
KAL Tinggi 0.200
Ho : diterima Normal
10 Inkuiri terbimbing- Kreativitas Rendah-
KAL Rendah 0.200
Ho : diterima Normal
11 Proyek-Kreativitas Tinggi - KAL Tinggi 0.84 Ho : diterima Normal
12 Proyek-Kreativitas Tinggi- KAL Rendah 0.56 Ho : diterima Normal
13 Proyek-Kreativitas Rendah - KAL Tinggi 0.170 Ho : diterima Normal
14 Proyek- Kreativitas Rendah- KAL Rendah 0.120 Ho : diterima Normal
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji normalitas prestasi belajar
afektif diperoleh sig > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan perhitungan
PASW 18. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada lampiran. Rangkumannya
disajikan pada Tabel 4. 25 dan 4.26 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
Tabel 4.25. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok
Data Prestasi Belajar Kognitif
No Faktor Sig. Keputusan Ho Kesimpulan
1. Metode 0,76 Ho diterima Homogen
2. Kreativitas 0,285 Ho diterima Homogen
3. Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium
0,493 Ho diterima Homogen
4. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode
dengan Kreativitas)
0,538 Ho diterima Homogen
5. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode
dengan Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium)
0,457 Ho diterima Homogen
6. Uji Lanjut (Interaksi antara kreativitas
dengan Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium)
0,299 Ho diterima Homogen
7. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode,
Kreativitas dengan Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium)
0,254 Ho diterima Homogen
Tabel 4.26. Hasil Pengujian Homogenitas antar Kelompok
Data Prestasi Belajar Afektif
No Faktor Sig. Keputusan Ho Kesimpulan
1. Metode 0,531 Ho diterima Homogen
2. Kreativitas 0,323 Ho diterima Homogen
3. Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium
0,887 Ho diterima Homogen
4. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode dengan
Kreativitas)
0,289 Ho diterima Homogen
5. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode dengan
Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium)
0,870 Ho diterima Homogen
6. Uji Lanjut (Interaksi antara kreativitas
dengan Kemampuan Menggunakan Alat
Laboratorium)
0,075 Ho diterima Homogen
7. Uji Lanjut (Interaksi antara Metode,
Kreativitas dengan Kemampuan
Menggunakan Alat Laboratorium)
0,089 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
xvi
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian
diperoleh sig > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho diterima. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga
jalan. Sebagai variabel bebas adalah metode inkuiri terbimbing, metode proyek,
kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium siswa. Sebagai
variabel terikat adalah prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Uji lanjut
dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat.
16. Analisis variansi
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak
sama. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan prestasi kognitif
disajikan pada Tabel 4.27 dan prestasi afektif pada Tabel 4.28 sebagai berikut:
a. Kognitif
Tabel 4.27. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi Kognitif
No. Perhitungan Sig
1. Metode 0,073
2. Kreativitas 0,085
3. Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,003
4. Metode* Kreativitas 0,017
5. Metode* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,870
6. Kreativitas* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,869
7. Metode* Kreativitas* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,879
Deskripsi hipotesis:
1. Sig metode = 0,073 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa
yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dengan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
xvii
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode proyek pada materi
asam basa garam.
2. Sig kreativitas = 0,085 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara
siswa yang memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai
kretivitas rendah pada materi asam basa garam
3. Sig kemampuan menggunakan alat laboratorium = 0,003 < 0,05 atau (Sig <
α) maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
prestasi belajar kognitif antara siswa yang memiliki kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dengan siswa yang mempunyai
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa
garam
4. Sig interaksi metode dan kreativitas = 0,017 < 0,05 atau (Sig < α) maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara metode
inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif pada materi asam basa garam.
5. Sig interaksi metode dan kemampuan menggunakan alat laboratorium =
0,870 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar
kognitif pada materi asam basa garam.
6. Sig interaksi kemampuan menggunakan alat laboratorium dan kreativitas =
0,869 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
xviii
bahwa tidak terdapat interaksi kemampuan menggunakan alat laboratorium
dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif pada materi asam basa
garam.
7. Sig interaksi metode, kemampuan menggunakan alat laboratorium serta
aktivitas belajar = 0,879 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek dengan, kemampuan menggunakan alat laboratorium
dan kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif pada materi asam basa
garam.
b. Afektif
Tabel 4.28. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Terhadap Prestasi afektif
No. Perhitungan Sig
1. Metode 0,010
2. Kreativitas 0,000
3. Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,239
4. Metode* Kreativitas 0,004
5. Metode* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,895
6. Kreativitas* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,249
7. Metode* Kreativitas* Kemampuan Menggunakan Alat Laboratorium 0,769
Deskripsi hipotesis:
1. Sig metode = 0,010 < 0,05 atau (Sig < α) maka Ho ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dengan siswa yang
diberi pembelajaran dengan menggunakan metode proyek pada materi asam
basa garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
xix
2. Sig kreativitas = 0,000 < 0,05 atau (Sig < α) maka Ho ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang
memiliki kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kretivitas rendah
pada materi asam basa garam
3. Sig kemampuan menggunakan alat laboratorium= 0,239 > 0,05 atau (Sig > α)
maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar afektif antara siswa yang memiliki kemampuan menggunakan
alat laboratorium tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam basa garam
4. Sig interaksi metode dan kreativitas = 0,004 < 0,05 atau (Sig < α) maka Ho
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat interaksi antara metode
inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
afektif pada materi asam basa garam.
5. Sig interaksi metode dan kemampuan menggunakan alat laboratorium =
0,895 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar
afektif pada materi asam basa garam.
6. Sig interaksi kemampuan menggunakan alat laboratorium dan kreativitas =
0,249 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat interaksi kemampuan menggunakan alat laboratorium
dan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif pada materi asam basa
garam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
xx
7. Sig interaksi metode, kemampuan menggunakan alat laboratorium serta
aktivitas belajar = 0,769 > 0,05 atau (Sig > α) maka Ho diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek dengan, kemampuan menggunakan alat laboratorium
dan kreativitas terhadap prestasi belajar afektif pada materi asam basa
garam.
17. Uji Lanjut
Uji lanjut yang digunakan adalah Anova Scheffe. Uji lanjut Anova Scheffe
diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas, variabel
moderator dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji lanjut Anova Scheffe
untuk prestasi belajar kognitif dan prestasi belajar afektif pada hipotesis keempat
yaitu interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas
terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi asam basa garam.
Masing-masing dapat terlihat pada Gambar 4.7 untuk prestasi belajar kognitif dan
Gambar 4.8 untuk prestasi belajar afektif.
Gambar 4.7. Uji Lanjut Anava interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
xxi
Gambar 4.8. Uji Lanjut Anava interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek
dengan kreativitas Terhadap Prestasi Belajar Afektif
Pada Gambar 4.7 dan 4.8 di atas, interaksi antara metode inkuiri
terbimbing dan proyek dengan kreativitas saling bersinggungan sehingga interaksi
antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif signifikan.
D. Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan penggunaan metode inkuiri terbimbing dan proyek terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif siswa, perbedaan kreativitas tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, perbedaan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa, interaksi antara metode dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, interaksi antara metode dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif siswa, interaksi antara kreativitas dengan kemampuan menggunakan alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
xxii
laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa, dan ada atau
tidaknya interaksi antara metode, dengan kreativitas, dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif
siswa pada materi konsep asam basa garam. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan teknik cluster random sampling. Hasil pengundian diperoleh 1 kelas
sebagai kelompok eksperimen pertama (kelas VII A), dikenai metode
pembelajaran inkuiri terbimbing dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen kedua
(kelas VII B ), dikenai metode proyek.
18. Hipotesis Pertama
Hasil pengujian hipotesis pertama menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,073,
sehingga Ho diterima maka tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara
siswa yang diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan siswa yang
diberi pembelajaran dengan metode proyek. Sedangkan pada prestasi afektif
menunjukkan harga Sig sebesar 0,010 sehingga Ho ditolak maka ada perbedaan
prestasi belajar afektif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode
inkuiri terbimbing dan siswa yang diberi pembelajaran dengan metode proyek.
Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan prestasi kognitif antara siswa yang
diberi pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing dan yang diberi
pembelajaran dengan proyek, namun terdapat perbedaan pada prestasi afektif.
Prestasi belajar kognitif kelompok siswa yang menggunakan metode
inkuiri terbimbing memiliki rerata 75 dan proyek memiliki rerata 70. Dari rerata
terlihat bahwa siswa yang menggunakan metode inkuiri terbimbing mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
xxiii
prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan menggunakan metode proyek. Dari
nilai Standar Deviasi kelompok metode inkuiri terbimbing SD=14,28 dan metode
proyek SD=10,46 terlihat bahwa Standar Deviasi metode inkuiri terbimbing lebih
besar daripada metode proyek, sementara nilai rerata metode inkuiri terbimbing
juga lebih besar daripada metode proyek ini menunjukkan bahwa walaupun rerata
metode inkuiri terbimbing lebih besar daripada metode proyek namun
penyimpangan reratanya juga besar atau dikatakan variasi data metode inkuiri
terbimbing tidak homogen, faktor inilah yang menyebabkan kelompok siswa
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap prestasi belajar.
Sesuai dengan teori belajar sosiokonstruktivis dari Vygotsky belajar
diperoleh dengan membangun pengetahuan pada kelompok sosialnya, maka siswa
pada penelitian kelas eksperimen metode inkuiri terbimbing dan proyek dilakukan
melalui kerja kelompok. Namun pada proses diskusi kelompok metode inkuiri
terbimbing belum bisa berjalan dengan baik, hal ini diperkuat dengan nilai standar
deviasi yang lebih besar artinya prestasi yang diperoleh tidak homogen karena
kesatuan pendapat siswa saat diskusi dalam satu kelompok masih bergantung pada
bimbingan guru maka tidak berjalan optimal. Sehingga perbedaan prestasi
kognitif siswa pada metode inkuiri terbimbing tidak signifikan.
Pada prestasi belajar afektif menunjukkkan hasil sesuai dengan hipotesa
yaitu metode inkuiri terbimbing lebih baik daripada metode proyek, hal ini
diperkuat dengan hasil rerata dan simpangan baku (SD) masing-masing metode
inkuri terbimbing mempunyai rerata 86,43 dan SD=8,007 sedangkan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
xxiv
proyek mempunyai rerata 81,53 dan SD=8,557. Prestasi belajar afektif berkaitan
erat dengan sikap siswa dalam pembelajaran, dimana pada metode inkuiri
terbimbing sikap siswa lebih baik dikarenakan siswa kelas VII SMP sesuai
dengan teori belajar Piaget berada pada tingkat perkembangan kognitif tahap
peralihan dari operasi konkrit ke operasi formal, sehingga melalui inkuiri
terbimbing siswa belajar lebih beorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru
hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran dan hasilnya prestasi
afektifnya menjadi lebih baik. Metode inkuiri mempunyai kelebihan pengetahuan
yang dipelajari mudah diingat, mudah diterapkan, meningkatkan penalaran dan
membangkitkan keingintahuan siswa. Pada kelas eksperimen metode proyek
siswa lebih bebas dalam menentukan cara dan unjuk kerja yang dilakukannya hal
ini menyita waktu pembelajaran dan terbatas pengguanaanya hanya pada siswa
dengan kemampuan yang tinggi. Sehingga prestasi belajar afektif pada metode
inkuiri terbimbing lebih baik daripada metode proyek.
Hal-hal lainnya dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat
mempengaruhi proses belajar mengajar baik dari dalam maupun dari luar diri
siswa, yang masih menjadi keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti
tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut dalam proses belajar-mengajar.
19. Hipotesis Kedua
Hasil pengujian hipotesis kedua menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,85 sehingga Ho
diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai kretivitas rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
xxv
pada materi asam basa garam. Pada prestasi afektif menunjukkan harga Sig
sebesar 0,00 sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi belajar afektif
antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dengan siswa yang mempunyai
kretivitas rendah pada materi asam basa garam.
Hasil uji lanjut memberikan informasi bahwa siswa pada prestasi belajar
kognitif yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah masing-masing
memperoleh rerata 76,25 untuk siswa dengan kreativitas tinggi dan 68,5 untuk
siswa dengan kreativitas rendah. Hasil rerata terlihat siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai kreativitas rendah. Dari nilai Standar Deviasi siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi mempunyai SD=14,879 dan siswa yang mempunyai kreativitas
rendah mempunyai SD=11,02 terlihat bahwa Standar Deviasi siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi lebih besar dibandingkan dengan siswa yang
mempunyai kreativitas rendah, sementara nilai rerata siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi juga lebih besar daripada siswa yang mempunyai kreativitas
rendah. Hal ini menunjukkan walaupun siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
reratanya lebih besar dibandingkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah,
namun penyimpangan reratanya juga besar atau dikatakan variasi data pada siswa
yang mempunyai kreativitas tinggi tidak homogen. Pada teori belajar
sosiokonstruktivis oleh Vygotsky bahwa belajar diperoleh dengan membangun
pengetahuan pada kelompok sosialnya maka siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi dan rendah belum mampu menyatukan pendapat saat memperoleh
pengetahuan dalam diskusi, sehingga prestasi belajar yang diperoleh masih belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
xxvi
homogen. Hal ini yang menyebabkan prestasi kognitif siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah tidak memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif
Pada prestasi belajar afektif siswa yang mempunyai kreativitas tinggi
mempunyai rerata 88,59 dan SD=6,47 siswa yang mempunyai kreativitas rendah
mempunyai rerata 78,71 dan SD=7,66. Terlihat bahwa siswa yang mempunyai
kretivitas tinggi menunjukkan rerata yang lebih besar dan standar deviasi (SD)
yang lebih kecil daripada siswa yang mempunyai kreativitas rendah artinya siswa
yang mempunyai kreativitas tinggi selain reratanya tinggi perolehan prestasi
belajarnya juga homogen. Sehingga siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan
siswa yang mempunyai kreativitas rendah mampu memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap prestasi belajar afektif.
Kreativitas adalah usaha yang dilakukan siswa dalam mempelajari bidang
tertentu berdasarkan atas daya cipta yang ia miliki. Guru dapat memberi pengaruh
yang lebih proaktif dan mendorong siswa agar menjadi kreatif dalam proses
pembelajaran. Menurut teori belajar Bruner siswa belajar dengan mencari dan
menemukan pemecahan masalahnya sendiri maka dalam hal ini kreativitas adalah
faktor penunjang yang penting dimiliki siswa dalam pemecahan masalahnya.
Kreativitas adalah faktor internal siswa yang membuat siswa lebih mudah
memahami materi karena siswa yang mempunyai kreativitas tinggi akan mencari
cara-cara yang efektif dalam memecahkan masalah, mempelajari dan memahami
materi konsep asam basa garam. Sesuai dengan teori belajar Ausubel belajar tidak
hanya menghapal namun dikaitkan dengan kosep materi sebelumnya maka pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
xxvii
materi konsep asam basa garam dalam mempelajari tentang konsep-konsep yang
saling berhubungan diperlukan kreativitas siswa. Kreativitas akan berpengaruh
terhadap pembelajaran materi konsep asam basa garam tersebut. Siswa dengan
kreativitas tinggi akan lebih mudah mempelajari materi asam basa garam dan
hasil prestasi belajarnya lebih baik. Hal ini sesuai dengan prestasi belajar afektif
bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yamg mempunyai
kreativitas tinggi dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tinjauan kreativitas tinggi dan
rendah tidak menyebabkan perbedaan prestasi belajar pada prestasi kognitif siswa,
namun mampu menyebabkan perbedaan prestasi belajar pada prestasi afektif
siswa. Oleh karena itu, ada sebab lain yang mempengaruhi dalam proses
penelitian, seperti pada saat pengambilan data tentang kreativitas ternyata siswa
sebagian besar mempunyai kreativitas yang diatas rata-rata. Pada penelitian ini
pengambilan kriteria tinggi dan rendah menggunakan nilai rata-rata ke atas untuk
kriteria tinggi, dan nilai rata-rata ke bawah untuk kriteria rendah, hal ini kurang
sesuai untuk dilakukan karena ada siswa yang sebenarnya mempunyai kriteria
tinggi akan masuk ke dalam kriteria yang rendah, dengan demikian hal ini akan
mempengaruhi data penelitian.
20. Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian hipotesis ketiga menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,003, sehingga
Ho ditolak, artinya ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang
memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dengan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
xxviii
mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam
basa garam. Pada prestasi afektif menunjukkan harga Sig sebesar 0,239, sehingga
Ho diterima, artinya tidak ada perbedaan prestasi belajar afektif antara siswa yang
memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dengan siswa yang
mempunyai kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah pada materi asam
basa garam.
Teori belajar sosiokonstruktivis dari Vygotsky mengatakan bahwa proses
pembelajaran akan terjadi dengan baik jika materi yang diberikan sesuai zone of
proximal development siswa, sehingga pada pembelajaran asam basa garam ini
dilakukan eksperimen secara kelompok dilaboratorium. Kemampuan
menggunakan alat laboratorium adalah sikap yang ditunjukkan dalam bekerja dan
berfikir untuk mendapatkan pengetahuan sains pada kegiatan eksperimen
dilaboratorium untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada prestasi belajar
kognitif masing–masing memperoleh rerata 77,67 dengan SD=10,807 untuk siswa
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan 67,6 dengan
SD=12,333 untuk siswa dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium
rendah. Dari rerata dan Standar Deviasinya terlihat siswa dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi mempunyai rerata tinggi dengan SD kecil,
ini artinya selain rerata yang lebih tinggi penyimpangan reratanya juga kecil,
sehingga kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium
tinggi mempunyai data homogen sehingga mampu memberikan perbedaan
prestasi belajar kognitif yang signifikan dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
xxix
Materi asam basa garam merupakan materi yang kompleks dengan
pembelajaran eksperimen dilaboratorium sehingga melibatkan banyak
pengetahuan diantaranya kemampuan menggunakan alat laboratorium. Siswa
harus menguasai pengetahuan tersebut untuk mempertajam materi asam basa
garam sebelum melakukan eksperimen. Menurut konstruktivisme belajar bahwa
siswa belajar dengan membangun sendiri pengetahuan keterampilan dan sikapnya.
Maka siswa yang kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya tinggi akan
berusaha secara tepat dan efisien untuk memahami materi tersebut daripada siswa
yang kemampuan menggunakan alat laboratoriumnya rendah.
Pada prestasi belajar afektif siswa dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi mempunyai rerata 87,67 dan SD=7,936 sedangkan siswa
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah mempunyai rerata
80,03 dan SD=7,662. Walaupun siswa dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi mempunyai rerata besar namun simpangan deviasinya (SD)
besar atau dikatakan data pada siswa dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi tidak homogen, sehingga tidak mampu memberikan
perbedaan prestasi belajar afektif yang signifikan dibandingkan siswa dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tinjauan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah menyebabkan perbedaan
prestasi kognitif belajar siswa, namun tidak mampu menyebabkan perbedaan
prestasi belajar pada prestasi afektif siswa. Hal-hal lainnya dimungkinkan karena
banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar baik dari dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
xxx
maupun dari luar diri siswa, yang masih menjadi keterbatasan dalam penelitian ini
sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-faktor tersebut dalam proses
belajar-mengajar.
21. Hipotesis Keempat
Hasil pengujian hipotesis keempat menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi belajar kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,017,
sehingga Ho ditolak, maka hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat interaksi
antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif. Pada prestasi belajar afektif menunjukkan harga Sig sebesar
0,004, sehingga Ho ditolak, maka hipotesis menyatakan bahwa terdapat interaksi
antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi
belajar afektif. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara metode
inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif.
Metode pembelajaran inkuiri terbimbing memerlukan ketekunan
menjabarkan konsep, membentuk kelompok, melakukan interaksi antara
pengetahuan dan kekompakan kelompok serta mengevaluasi kemajuan kelompok.
Sedangkan metode proyek juga memerlukan ketekunan, kemampuan dalam
menemukan dan memecahkan masalah dan menghasilkan karya yang aktual.
Sesuai dengan teori belajar Bruner bahwa siswa belajar dengan mencari
menemukan pemecahan masalahnya sendiri maka kedua metode tersebut sesuai
dengan karakteristik materi asam basa garam yang mengacu pada pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
xxxi
masalah. Metode yang sesuai karakter materi yang dipelajari akan mampu
memperjelas materi asam basa garam.
Sesuai dengan teori belajar Ausubel belajar tidak hanya menghapal namun
dikaitkan dengan kosep materi sebelumnya maka pada materi konsep asam basa
garam dalam mempelajari tentang konsep-konsep yang saling berhubungan
diperlukan kreativitas siswa. Ketika kreativitas yang ada pada diri siswa ikut
terlibat, maka metode dan kreativitas akan berinteraksi sehingga siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi akan berusaha memahami konsep dengan cepat.
Pada metode proyek siswa lebih bebas dalam menentukan cara dan unjuk kerja,
siswa bekerja secara otonom, sehingga dituntut kreativitas tinggi, sedangkan pada
metode inkuiri terbimbing siswa masih mendapat bimbingan dari guru dalam
pemecahan masalahnya. Metode inkuiri terbimbing dan proyek dapat mendorong
siswa untuk kreatif, tetapi siswa yang memiliki kreativitas rendah dalam
mempelajari materi asam basa garam lebih cocok menggunakan metode inkuiri
terbimbing, sedang siswa yang memiliki kreativitas tinggi cocok menggunakan
metode proyek. Hal ini sesuai Gambar 4.7 dan 4.8 yang memberikan kesimpulan
bahwa kedua garis saling bersinggungan artinya bahwa ada interaksi antara
metode dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif
siswa.
22. Hipotesis Kelima
Hasil pengujian hipotesis kelima menggunakan anava tiga jalan dengan sel
tak sama pada prestasi belajar kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,870,
sehingga Ho diterima, maka hipotesis menyatakan bahwa tidak ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
xxxii
antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kemampuan menggunakan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif. Pada prestasi belajar afektif
menunjukkan harga Sig sebesar 0,895, sehingga Ho diterima, maka hipotesis
menyatakan bahwa tidak ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan
proyek dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi
belajar afektif. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara metode
inkuiri terbimbing dan proyek dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
Metode merupakan sarana untuk memperjelas materi. Ada banyak metode
yang dapat digunakan, tetapi tidak semua cocok diterapkan tergantung materi
yang akan menjadi kajian. Selain itu siswa memiliki kemampuan menggunakan
alat laboratorium yang berbeda-beda. Menurut konstruktivisme belajar bahwa
siswa belajar dengan membangun sendiri pengetahuan keterampilan dan sikapnya.
Maka untuk mengembangkan kemampuan menggunakan alat laboratorium
diperlukan metode yang cocok. Meskipun kedua metode tersebut memiliki
kesamaan untuk memecahkan masalah tetapi dalam prakteknya tidak selalu
menghasilkan kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi yang sama.
Perbedaannya metode inkuiri terbimbing masih mengandalkan guru sebagai
sumber belajar sedangkan pada metode proyek guru hanya sebagai fasilitator, oleh
karena itu siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium
rendah lebih cocok menggunakan metode inkuiri terbimbing dan siswa yang
memiliki kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi lebih cocok
menggunakan model metode proyek. Namun pada kenyataannya hasil pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
xxxiii
hipotesis pertama, tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara metode
inkuiri terbimbing dan proyek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
interaksi antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif.
Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
proses pencapaian prestasi belajar baik dari dalam maupun luar diri siswa, faktor
diluar faktor metode pembelajaran dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium siswa yang digunakan dalam penelitian ini, serta masih banyak
keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat mengontrol faktor-
faktor tersebut di luar kegiatan belajar mengajar.
23. Hipotesis Keenam
Hasil pengujian hipotesis keenam menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi belajar kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,869,
sehingga Ho diterima maka hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat
interaksi antara kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
terhadap prestasi belajar kognitif. Pada prestasi belajar afektif menunjukkan
harga Sig sebesar 0,249, sehingga Ho diterima maka hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak terdapat interaksi antara kreativitas dan kemampuan menggunakan
alat laboratorium terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat terdapat interaksi antara kreativitas dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
xxxiv
Menurut konstruktivisme belajar bahwa siswa belajar dengan membangun
sendiri pengetahuannya melalui keterampilan dan sikap. Maka terdapat banyak
faktor selain metode pembelajaran yang mempengaruhi prestasi belajar. Dalam
penelitian ini kreativitas merupakan faktor yang penting dalam memecahkan
masalah pada pembelajaran asam basa garam dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium merupakan kemampuan penting untuk menguasai pembelajaran
dilaboratorium. Kenyataan menunjukkan bahwa ada siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan kreativitas rendah, demikian pula ada siswa yang memiliki
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi dan rendah.
Pada hipotesis kedua, tidak ada perbedaan prestasi belajar kognitif pada
siswa yang kreativitasnya tinggi dan rendah. Dalam mempelajari materi konsep
asam basa garam, siswa diharapkan bisa mengerti konsep-konsep dan hubungan-
hubungannya. Materi konsep asam basa garam akan lebih bisa dipahami bila
menggunakan praktikum dalam pembelajarannya. Siswa dengan kreativitas tinggi
akan berusaha memahami konsep-konsep tersebut dengan baik. Siswa tersebut
akan mencari cara yang efektif dalam mempelajari materi tersebut. Siswa dengan
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi, akan bersikap ingin tahu dan
efisien dalam mempelajari materi tersebut dalam eksperimen dilaboratorium.
Interaksi antara keduanya akan menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Sedangkan dalam penelitian ini, tidak ada interaksi antara kreativitas dan
kemampuan menggunakan alat laboratorium pada prestasi belajar kognitif dan
afektif. Hal ini dikarenakan faktor internal selain kreativitas yang mampu
mempengaruhi siswa dalam pembelajaran dan terdapat faktor selain kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
xxxv
menggunakan alat laboratorium yang karena keterbatasan penelitian faktor ini
tidak diperhatikan oleh peneliti.
24. Hipotesis Ketujuh
Hasil pengujian hipotesis ketujuh menggunakan anava tiga jalan dengan
sel tak sama pada prestasi belajar kognitif menunjukkan harga Sig sebesar 0,879
sehingga Ho diterima maka hipotesis yang menyatakan tidak ada interaksi antara
metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif. Pada prestasi
belajar afektif menunjukkan harga Sig sebesar 0,769 sehingga Ho diterima maka
hipotesis yang menyatakan tidak ada interaksi antara metode inkuiri terbimbing
dan proyek dengan kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
terhadap prestasi belajar afektif. Hal ini menujukkan bahwa tidak ada interaksi
antara metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi kognitif dan afektif siswa.
Pembelajaran menggunakan metode inkuiri terbimbing dan proyek pada
materi asam basa garam konsep-konsepnya dapat diamati langsung. Kedua
metode tersebut membuat siswa dapat mengamati langsung materi asam basa
garam melalui praktikum yang dilakukan siswa. Teori belajar sosiokonstruktivis
dari Vygotsky mengatakan bahwa proses pembelajaran akan terjadi dengan baik
jika materi yang diberikan sesuai zone of proximal development siswa, sehingga
pada pembelajaran asam basa garam ini dilakukan eksperimen secara kelompok
dilaboratorium. Aspek dasar yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran
dilaboratorium adalah kemampuan menggunakan alat laboratorium dan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
xxxvi
siswa. Dalam melaksanakan praktikum, siswa yang kreativitasnya tinggi akan
melakukan kegiatan belajar secara aktif dan memiliki suatu cara untuk memahami
materi dengan caranya sendiri, sehingga bakat yang dimilikinya dapat berfungsi
secara optimal dan diduga prestasi belajarnya akan baik. Siswa yang punya
kemampuan menggunakan alat laboratorium tinggi bersikap secara efektif dan
efisien dalam pembelajaran praktikum. Oleh karena itu, siswa dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi akan lebih cepat menguasai materi.
Tetapi dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
metode inkuiri terbimbing dan proyek dengan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Hal
ini dikarenakan terdapat faktor dominan selain faktor kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium yang mempengaruhi siswa dalam pembelajaran,
serta faktor eksternal lain selain metode yang berpengaruh terhadap siswa.
Mengingat keterbatasan penulis, tidak semua faktor yang mempengaruhi siswa
diteliti oleh penulis.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi
sebelum dilaksanakan, dan pelaksanaan penelitian dilakukan secara maksimal
untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal, namun demikian penulis
menyadari akan beberapa kelemahan dan keterbatasan. Adapun beberapa hal yang
menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Kreativitas dan kemampuan menggunakan alat laboratorium yang diukur
pada level tinggi dan rendah saja, tidak memberi kesempatan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
xxxvii
terukurnya level menengah pada kedua faktor, padahal kenyataannya level
tinggi dan rendah selisihnya hanya sedikit. Hal ini menyebabkan biasnya
pengaruh kreativitas, dan kemampuan menggunakan alat laboratorium rata-
rata siswa terhadap pencapaian prestasi belajar, dan memungkinkan siswa
untuk mengerjakan angket kreativitas dan lembar observasi kemampuan
menggunakan alat laboratorium dengan semaunya, sehingga ada
kemungkinan tidak mencerminkan sikap kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium yang dimiliki siswa yang sebenarnya.
2. Di samping itu, alat uji prestasi yang berbentuk obyektif masih
memungkinkan siswa untuk mengerjakan spekulasi, sehingga ada
kemungkinan siswa mencerminkan kemampuan yang tidak sebenarnya.
3. Waktu pelaksanaan penelitian yang terbatas karena harus menyesuaikan
dengan jam pelajaran sesuai aturan akademik pada standar isi kurikulum
SMP IT Darul Fikri Bawen, yaitu untuk mata pelajaran IPA kelas VII hanya
4 jam pelajaran (@ 40 menit) tiap minggu, sehingga ada kemungkinan
pengaruh perlakuan yang diberikan belum optimal.
4. Pembelajaran menggunakan metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek
merupakan pembelajaran yang belum terbiasa digunakan dalam kelas,
akibatnya pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Proyek tidak dapat
terlaksana secara optimal karena siswa masih terbiasa dengan pembelajaran
yang berpusat pada guru. Sehingga ketercapaian prestasi belajar kurang
optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
xxxviii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya,
maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaaan prestasi belajar kognitif siswa dengan menggunakan
metode inkuiri terbimbing maupun proyek, namun pada prestasi belajar afektif
siswa dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan proyek masing-masing metode inkuri
terbimbing mempunyai rerata 86,43 dan SD=8,007 sedangkan proyek
mempunyai rerata 81,53 dan SD=8,557 untuk prestasi belajar afektif.
2. Kreativitas tidak memberikan perbedaan prestasi belajar kognitif siswa, namun
memberikan perbedaan prestasi belajar afektif siswa. Siswa dengan kreativitas
tinggi mempunyai rerata 88,59 dan SD=6,47 dan siswa dengan kreativitas
rendah mempunyai rerata 78,71 dan SD=7,66 pada prestasi belajar afektif.
3. Kemampuan menggunakan alat laboratorium memberikan perbedaan prestasi
belajar kognitif siswa namun pada prestasi afektif tidak memberikan
perbedaan. Masing-masing untuk siswa dengan kemampuan menggunakan alat
laboratorium tinggi mempunyai rerata 87,67 dan SD=7,936 sedangkan siswa
dengan kemampuan menggunakan alat laboratorium rendah mempunyai rerata
80,03 dan SD=7,662 pada prestasi belajar kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
xxxix
4. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kreativitas terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif pada materi asam basa garam.
5. Tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif
siswa pada materi asam basa garam.
6. Tidak terdapat interaksi antara kreativitas dan kemampuan menggunakan alat
laboratorium terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi asam
basa garam.
7. Dari hasil uji hipotesis menunjukkan tidak adanya interaksi antara metode
pembelajaran, kreativitas, dan kemampuan menggunakan alat laboratorium
terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi asam basa garam.
G. Implikasi
25. Implikasi Teoritis
Metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Proyek dapat diterapkan
pada pembelajaran IPA senyawa asam basa garam mempermudah siswa
dalam mempelajari dan menguasai materi tersebut. Metode pembelajaran
Inkuiri Terbimbing dan Proyek merupakan alternatif pilihan bagi guru
sebagai metode pembelajaran yang berpusat pada siswa.
26. Implikasi Praktis
Untuk mengajar materi asam basa garam melalui kegiatan di
laboratorium sebaiknya memperhatikan kreativitas dan kemampuan
menggunakan alat laboratorium. Hal ini karena siswa dengan kreativitas
tinggi mempunyai prestasi belajar afektif yang lebih baik dibandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
xl
siswa dengan kreativitas rendah. Sedangkan siswa dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium tinggi mempunyai prestasi belajar
kognitif yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan
menggunakan alat laboratorium rendah.
H. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
27. Guru
p. Dalam penggunaan metode inkuiri terbimbing dan proyek, perlu dilakukan
persiapan mulai dari memilih topik, memandu kelompok, mempersiapkan
fasilitas pendukung, mencoba alat, memeriksa hasil eksperimen dan
menilai presentasi siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar
sesuai dengan rencana.
q. Dalam penelitian ini perbedaan kreativitas dan kemampuan menggunakan
alat laboratorium tinggi rendah pada siswa mempengaruhi prestasi belajar
kognitif dan afektif siswa, maka sebaiknya diadakan pengujian kreativitas
dan kemampuan menggunakan alat laboratorium sebelum pembelajaran.
Kreativitas siswa dapat ditingkatkan dengan guru memberikan pertanyaan
terbuka pada siswa. Guru dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan
menggunakan pertanyaan terbuka.
28. Peneliti
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian
berikutnya yang sejenis dengan materi yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
xli
b. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel moderator
yang lainnya, seperti motivasi, aktivitas dan sikap ilmiah.
c. Instrumen yang digunakan untuk mengukur faktor afektif dan kreativitas
siswa, hendaknya tidak hanya dengan angket, tapi juga dapat dilakukan
dengan pengamatan langsung.
Top Related