8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Terkait dengan judul Revitalisasi Peran Masjid dalam Pemberdayaan
Ekonomi Umat, terdapat penelitian-penelitian sejenis yang pernah di lakukan
sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini :
1) Ismail Ruslan (2012) dalam “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Berbasis Masjid di Pontianak”. Jurnal ini membahas tentang penerapan
konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat di masjid pontianakuntuk turut
serta membantu mengurangi kemiskinan di lingkungan tersebut.5
2) Rozana Erziaty (2015) dalam“Pemberdayaan Ekonomi Potensial Masjid
Sebagai Model Pengetasan Kemiskinan”. Jurnal ini membahas mengenai
apa saja potensi yang dimiliki Masjid Kota Banjarbaru dalam rangka
pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan ekonomi.6
3) Siti Aisyah (2013) dalam“Membangun Kekuatan Ekonomi Masjid”. Jurnal
ini membahas tentang jenis-jenis kegiatan ekonomi yang ada di Majid
Taqwa Muhammadiyah Padang yang meliputi 3 bidang, yaitu bidang jasa,
bidang barang, dan bidang penghimpunan.7
5Ismail Ruslan, “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Masjid di Pontianak”
Jurnal Khatulistiwa-Journal of islamic studies, Vol. 2 No. 1, (Maret, 2012), 16-25 6Rozzana Erziaty, “Pemberdayaan Ekonomi Potensial Masjid Sebagai Model Pengetasan
Kemiskinan” Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah, Vol.II No. II, (Juni,
2015),2442-2282. 7Siti Aisyah, “Membangun Kekuatan Ekonomi Masjid”Jurnal Syari’ah, Vol.II No II,
(Oktober, 2013), 51-62.
9
4) Dalmeri (2014) dalam “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi
Dan Dakwah Multikultural”. Jurnal ini membahas tentang Konsep
pemberdayaan masjid yang dinilai sangat penting karena dapat
memberikan perspektif yang positif terhadap orang yang lemah dan
miskin.8
Penelitian di atas menyinggung bagaimana peran masjid tentang
pemberdayaan masyarakat berbasis Ekonomi Jamaah atau masyarakat, namun
penelitian yang akan di lakukan dari telaah pustaka adalah mempunyai perbedaan
tempat, program, proses yang berbeda serta pembahasan yang khusus membahas
mengenai Revitalisasi Peran Masjid Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat di
Masjid Al-Ikhlas Jl. Raya Langsep Kota Malang.
B. Pengertian Revitalisasi
Menurut Rais dalam Jefrison dan Rimadewi, Revitalisasi adalah upaya
untuk memvitalkan kembali suatu kawasan yang dulunya pernah hidup, akan
tetapi kemudian mengalami kemunduran. Dalam proses revitalisasi suatu aspek
yang dicakup antaranya adalah perbaikan di aspek fisik, ekonomi, dan sosial.
Danisworo dalam Jefrison dan Rimadewi menyebutkan bahwa pendeketan
revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan pula potensi yang ada di
lingkungan sekitar seperti sejarah, makna, serta keunikan dan citra lokasi.
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian
8Dalmeri, “Revitalisasi Fungsi Masjid Sebagai Pusat Ekonomi Dan Dakwah
Multikultural,” Jurnal Walisongo, Vol.22 No 2, (November, 2014), 321-350.
10
keindahan fisik saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi
masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada.
Laretna dalam Jefrison dan Rimadewi menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan revitalisasi diperlukan adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan
yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang
memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat
tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti
luas.9 Revitalisasi peran Masjid dalam pemberdayaan Ekonomi bukanlah perkara
mudah, dalam kegiatan tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.
Keterlibatan umat muslim dan juga pengurus Masjid sangatlah dibutuhkan agar
dapat meningkatkan Ekonomi para jamaah dan masyarakat sekitarnya. Upaya
revitalisasi untuk menghidupkan kembali roda perekonomian berbasis Masjid agar
dapat melaksanakan peran Masjid yang dulu pernah dilakukan pada masa
Rasulullah, bukan hanya ibadah sholat 5 waktu saja, akan tetapi dapat
menjalankan peran Masjid yaitu Ibadah, dakwah,pendidikan, sosial
kemasyarakatan dan pemberdayaan ekonomi.
9Jefrison dan Rimadewi, “Arahan revitalisasi Kawasan Cagar Budaya kota Lama Siak”
Jurnal Teknik Pomits, Vol. 1,No. 1, (Mei,2012), 1-4
11
C. Pengertian Masjid
Masjid bagi umat Islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan,
baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata
sajada-yasjudu-masjidan (tempat sujud).10
Menurut Wahyudin Sumpeno, pengertian masjid secara harfiah sebagai
kata yang berasal dari bahasa arab. Kata pokonya sujudan, masjidun yang berarti
tempat sujud atau tempat shalat, sehingga masjid megandung pengertian tempat
melaksanakan kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat lima waktu
yang di perintahkan Allah SWT. Pengertian lain tentang masjid, yaitu seluruh
permukaan bumi kecuali kuburan adalah tempat sujud atau tempat beribadah bagi
umat Islam.11 Sebagaimana hadits Riwayat Abu Hurairah :
بن الصم حدثنا يزيد بن حدثني قتيبة بن سعيد حدثنا الفزاري عن عبيد الل
اليهود الصم ع عليه وسلم قال لعن الل صلى الل ن أبي هريرة أن رسول الل
والنصارى اتخذوا قبور أنبيائهم ساجد
Artinya: “Semoga Allah SWT melaknat orang Yahudi dan Nasrani, mereka
menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai tempat ibadah.”12
Dalam pendapat yang lain, Yusuf al-Qardhawi menyatakan, “masjid adalah rumah
Allah SWT, yang dibangun agar umat mengingat, mensyukuri, dan menyembah-
10Sofyan Syafri Harahap, Manajeman Masjid, (Yogyakarta: 1996), 26. 11Wahyudi Supeno, Perpustakaan Masjid, Pembinaan dan Pengembanagan ed. Abdul
Hamid, (Bandung: Remaja Rosdakarya,Cetakan I, 1984), 1. 12Muslim al-Naisaburi, Shahih Muslim, juz 3, (Mauqi'u al-Islam: Dalam Software
Maktabah Syamilah, 2005),125. Lihat juga Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu’Lu’ Wal Marjan:
Himpunan Hadits Shahih yang Disepakati oleh Bukhari dan Muslim, Jilid I, ter. Abdul Hayyie al-
Kattani, ed. Darmadi, (Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan I, 2000),7.
12
Nya dengan baik”.13Hal ini didasarkan pada firman Allah surat Al-Nur (24) ayat
36-37 :
والصال أن ترفع ويذكر فيها اسمه يسب ح له فيها بالغدو في بيوت أذن الل
كاة 36) لة وإيتاء الز وإقام الص ( رجال ل تلهيهم تجارة ول بيع عن ذكر الل
(37يخافون يوما تتقلب فيه القلوب والبصار )
Artinya: “Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan
untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan
waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakatmereka takut kepada suatu hari
yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.”
Menurut pendapat Wahyudin Sumpeno dan ayat al-qur’an surat Al-Nur
diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa masjid memiliki arti yang cukup luas.
Selain sebagai tempat ibadah juga tempatuntuk melaksanakan berbagai aktivitas
atau kegiatan. Kenyataan ini selanjutnya memberikan penegasan bahwa orang
muslim yang berkenaan mendirikan dan memelihara keberadaan masjid pada
dasarnya adalah orang yang memiliki tingkat keimanan dan ketaqwaan yang
lebih. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah dalam surat At-Taubah (9) ayat 18
dan 108 :
كاة إنما يع لة وآتى الز واليوم الخر وأقام الص من آمن بالل مر مساجد الل
فعسى أولئك أن يكونوا من المهتدين ) (18ولم يخش إل الل
13 Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, ter. Abdul Hayyie al-Kattani, ed.
Darmadi, (Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan I, 2000),7.
13
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-
orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap
mendirikan shalat, emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun)
selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan
Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
ل يوم أحق أن تقوم فيه فيه س على التقوى من أو ل تقم فيه أبدا لمسجد أس
رين ) يحب المطه روا والل (108رجال يحبون أن يتطه
Artinya:“Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-
lamanya. Sesungguh- nya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”14
Untuk dapat mengoptimalkan peran dan fungsi masjid pada masa sekarang
ini, kita harus terlebih dahulu mengetahui bagaimana masjid difungsikan pada
masa Rasulullah SAW sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Fungsi
masjid pada masa Rasul inilah yang sangat penting untuk kita ketahui agar kita
tidak menyimpang dalam memfungsikan masjid dari maksud mendirikannya.
Menurut Drs. Miftah Faridl: masjid dalam peradaban islam, bukan sekedar sebuah
tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata
kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim
serta insan-insan peradaban islam.15
14Fachrudin Hs, Eksiklopedia Al-Qur’an, Jilid II, (Jakarta: 1992), 298.
15Faridl Miftah, Masyarakat Ideal, (Bandung: 1997), 205.
14
D. Sejarah Masjid
1. Sejarah Perkembangan Masjid Di Indonesia
Memasuki abad ke-16, Islam berkembang sangat pesat dari Aceh,Jawa
hingga Ternate. Kesultanan-kesultanan tumbuh menjadi kerajaan besar, yang
terutama berpusat di pesisir. Pertumbuhan kesultanan ini telah ikut berperan
dalam menyebarkan agama Islam hingga ke berbagai pelosok, yang akhirnya
menggeser agama penduduk, baik hindu maupun Budha. Perkembangan ini juga
tidak dapat dilepaskan dari peran para ulama yang telah belajar agama Islam
langsung dari Makkah atau para pedagang dari Timur Tengah yang kemudian
menetap di Nusantara.
2. Masjid Pada Masa Rasulullah SAW
Ketika Rasulullah berhijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau
lakukan adalah membangun masjid kecil yang berlantaikan tanah, dan beratapkan
pelepah daun kurma. Dari sana beliau membangun masjid yang besar,
membangun dunia ini, sehingga kota tempat beliau membangun itu benar-benar
menjadi Madinah, (seperti namanya) yang arti harfiahnya adalah tempat
peradaban,atau paling tidak dari tempat tersebut lahir benih peradaban baru umat
manusia. Masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah Saw adalah Masjid
Quba, kemudian disusul dengan Masjid Nabawi di Madinah.16 Terlepas dari
perbedaan pendapat ulama tentang masjid yang dijuluki Allah sebagai masjid
yang dibangun atas dasar taqwa (QS Al-Tawbah [9]:108), yang jelas bahwa
16Quraish Shihab, Tafsir maudhu’i atas berbagai persoalan umat, (Bandung: 1996), 461.
15
keduanya Masjid Quba dan Majid Nabawi dibangun atas dasar ketaqwaan, dan
setiap masjid seharusnya memiliki landasan dan fungsi seperti itu. Itulah sebabnya
mengapa Rasulullah Saw meruntuhkan bangunan kaum munafik yang juga
mereka sebut dengan masjid, dan menjadikan loaksi itu tempat pembungan
sampah dan bangkai binatang, karena di bangunan tersebut tidak dijalankan fungsi
masjid yang sebenarnya, yakni ketaqwaan. Al –Quran melukiskan bangunan
kaum munafik itu sebagai berikut:
Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid
untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang mukmin) dan karena kekafiran-
(nya), dan untuk memecah belah antara orang-orang Mukmin, serta
menggu/mengamat-amati kedatangan orang-orang memerangi Allah dan Rasulnya
sejak dahulu (Qs Al-Tawbah[9]: 107).17
Masjid Nabawi di Madinah telah menjabarkan fungsinya sehingga lahir
peranan masjid yang beraneka ragam. Sejarah mencatat tidak kurang dari sepuluh
perananyang telah diemban oleh Masjid Nabawi, yaitu sebagai:18
1. Tempat ibadah (shalat,zikir).
2. Tempat konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi-sosial budaya).
3. Tempat pendidikan.
4. Tempat santunan sosial.
5. Tempat latihan militer dan persiapan alat-alatnya.
6. Tempat pengobatan para korban perang.
7. Tempat perdamaian dan pengadilan sengketa.
17Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Semarang: 1993), 190. 18Quraish Shihab, Tafsir maudhu’i atas berbagai persoalan umat, (Bandung: 1996), 462.
16
8. Aula dan tempat menerima tamu.
9. Tempat menawan tahanan, dan
10. Pusat penerangan atau pembelaan agama.
Tegaknya masjid pada masa silam mampu berperan sedemikian luas,
disebabkan antara lain oleh :19
1. Keadaan masyarakat yang masih berpegang teguh kepada nilai, norma dan
jiwa agama.
2. Kemampuan membina masjid menghubungkan kondisi sosial dan
kebutuhan masyarakat dengan uraian dan kegiatan masjid.
3. Manifestasi pemerintahan terlaksana di dalam masjid baik pada pribadi-
pribadi pemimpin pemerintahan yang menjadi imam/khatib maupun
didalam ruangan-ruangan masjid yang dijadikan tempat-tempat kegiatan
pemerintahan dan syura (musyawarah).
Keadaan itu kini telah berubah, sehingga timbullah lembaga-lembaga baru
yang mengambil alih sebagian peranan masjid di masa lalu, yaitu oraganisasi-
organisasi keagamaan swasta dan lembaga-lembaga pemerintah, sebagai pengarah
kehidupan duniawi dan ukhrawi umat beragama. Lembaga-lembaga itu memiliki
kemampuan material dan teknis melebihi masjid.
Di dalam Muktamar Risalatul Masjid di Makkah pada 1975 dalam buku
Quraish Shihab hal ini trelah didiskusikan dan disepakati, bahwa suatu masjid
19Quraish Shihab, Tafsir maudhu’i atas berbagai persoalan umat, (Bandung: 1996), 462.
17
dapat dikatakan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralatan
yang memadai untuk:20
a. Ruang shalat yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
b. Ruang-ruang khusus wanita yang memungkinkan mereka keluar masuk
tanpa bercampur dengan pria baik digunakan untuk shalat, maupun untuk
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK).
c. Ruang pertemuan dan perpustakaan.
d. Ruang poliklinik, dan ruang untuk memandikan dan mengkafankan mayat.
e. Ruang bermain, olahraga, dan berlatih bagi remaja.
Semua hal diatas harus diwarnai oleh kesederhanaan fisik bangunan,
namun harus tetap menunjang peranan masjid ideal termaktub. Hal terakhir ini
perlu mendapat perhatian, karena menurut pengamatan sementara pakar, sejarah
kaum Muslim menunjukkan bahwa perhatian yang berlebihan terhadap nilai-nilai
arsitektur dan estetika suatu masjid sering ditandai dengan kedangkalan,
kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pemenuhan fungsi-fungsinya. Seakan-
akan arsitektur dan estetika dijadikan kompensasi untuk menutup-nutupi
kekurangan tersebut.
20Ibid., 463.
18
E. PERANAN MASJID
Masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran
strategis untuk kemajuan perdaban umat islam. Sejarah telah membuktikan
multifungsi peranan Masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat, tetapi juga
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan, militer dan fungsi-
fungsi sosial dan ekonomi lainnya. Nabi Muhammad SAW telah mencontohkan
multifungsi Masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat,
baik di bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, dan militer.
Fungsi dan peranan Masjid antara lain, yaitu: 21
1) Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk
artinya sebuah proses aktualisasi ketertundukan, keterikatan batin manusia dan
potensi spiritual manusia terhadap Allah yang menciptakan dan memberi
kehidupan. Jika manusia secara emosianal intelektual merasa lebih hebat, maka
proses ketertundukan tersebut akan memudar. Sedangkan menurut istilah
(terminologi) berarti segala sesuatu yang diridhoi Allah dan dicintainya dari yang
diucapkan maupun yang disembunyikan.
2) Sosial kemasyarakatan (hablumminannas)
Menurut Enda, sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling
berhubungan. Sedangkan menurut Daryanto, sosial merupakan sesuatu yang
menyangkut aspek hidup masyarakat. Namun, jika dilihat dari asal katanya, sosial
21Hanafie, Syahrudin, Mimbar Masjid, Pedoman untuk para Khatib dan Pengurus Masjid.
(Jakarta: Haji Masagung,1988), 348.
19
berasala dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan
berkembang dalam kehidupan secara bersama-sama.
3) Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai upaya untuk memanusiakan manusia, melalui
pendidikan ini dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna
sehingga dapat melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.
Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak baik menjadi baik.
4) Dakwah
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu da’ayad’u-
da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Secara etimologis pengertian
dakwah dan tabligh itu merupakan suatu proses penyampaian (tabligh) pesan-
pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan dengan tujuan agar orang lain
memenuhi ajakan tersebut. Pengertian dakwah secara terminologi, Dakwah adalah
mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat.
5) Politik
Secara termologis, politik berasal dari kata polis (bahasa Yunani) yang
artinya negara kota. Kemudian diturunkan kata lain seperti polities (warha
negara), politikus (kewarganegaraan) dan politike tehne (kemahiran politik) dan
politike episteme (ilmu politik). Secara terminologi, politik adalah interaksi antara
pemerintah dan masyarakat dalam rangka pembuatan dan pelaksanaan keputusan
yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu
wilayah tertentu.
20
6) Kesehatan
Menurut undang-undang RI. No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak memiliki gangguan
apapun secar klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik, dan dia
memang tidak sakit. Sehat secara mental/psikis adalah sehatnya pikiran,
emosional, maupun spiritual dari seseorang.
7) Pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti tenaga
atau kekuatan. Pemberdayaan adalah upaya membangun sumber daya dengan
mendorong, memotivasi dan meningkatkan kesadaran akan potensi yang dimiliki
serta berupaya untuk mengembangkannya.22Istilah pemberdayaan adalah
terjemahan dari istilah asing empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti
penguatan. Secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau stidaknya
diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua isitilah ini, dalam batas-
batas tetentu bersifat interchangable atau dapat dipertukarkan.Dalam pengertian
lain, pemberdayaan atau pengembangan adalah upaya memperluas horison pilihan
bagi masyarakat.23
Sementara itu menurut Jim Ife dalam gunawan sumihadiningrat,
pemberdayaan adalah penyediaan sumber daya, kesempatan, pengetahuan, dan
22Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, (Jogjakarta: 2000), 263. 23Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam; Dari
Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, ( Bandung: ROSDA, 2001), 30.
21
keterampilan bagi masyrakat untuk meningkatkan kapasitas mereka sehingga
mereka bisa menemukan masa depan mereka lebih baik. Menurut Gunawan
Sumohadingrat, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya yang
dimiliki dhuafa dengan mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan
kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka serta berupaya
mengembangkannya,24dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan
memandirikan masyarakat.
Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk dapat melihat dan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat
dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan
mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan. Dengan paparan
diatas, jelas bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan pada akhirnya akan
menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan.
Sebab, manusia atau masyrakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan dan dapat
memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas.
b. Ekonomi
Menurut para ahli, ekonomi berasal dari bahasa yunani, oicos dan nomos.
Oicos berarti rumah dan nomos berarti aturan. Jadi ekonomi adalah aturan-aturan
untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga rakyat
maupun dalam rumah tangga negara.
Jadi ekonomi merupakan suatu tata cara aturan yang ada dalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap alat pemuas
24Gunawan Sumihadiningrat, Pembangunan Daerah Dan Pengembangan
Masyarakat,(Jakarta: 1997), 165.
22
kebutuhan yang bersifat langka. Cara yang dimaksud ini berkaitan dengan
aktivitas orang dan masyarakat yang berhubungan dengan produksi, distribusi,
pertukaran dan konsumsi jasa-jasa dan barang-barang langka.25
c. Masyarakat
Merujuk pada Ron Shaffer, Steve Deller dan Dave Marcouiller bahwa
sebagian besar definisi yang ada tentang masyarkat merujuk pada area, kumpulan
dan sosial ekonomi interaksi. Maka, definisi masyarakat yang digunakan adalah
sekelompok orang yang secara keberadaan fisik dibatasi dengan geografis, politik
sosial dan ekonomi dan dengan hubungan komunikasi yang intens.26 Ada lima
pendekatan dalam studi tentang masyarakat yang dimaksud tersebut meliputi:27
1) Pendekatan kualitatif, merupakan perspektif yang memandang masyarakat
sebagai satu tempat hidup, pendekatan ini melihat pada perumahan,
sekolah dan perilaku individu-individu yang ada dalam komunitas.
2) Pendektan ekologi, adalah suatu studi dari masyarakat sebagai unit
kewilayahan, secara khusus distribusi kewilayahan dari kelompok-
kelompok orang, mereka berinteraksi dalam komunitas dan diantara
komunitas.
3) Pendekatan etnografi adalah studi dari masyarakat sebagai suatu pedoman
hidup. Pada pendektan ini bersandar pada keseluruhan dimensi
kebudayaan masyarakat, tidak hanya aspek demografi, ekonomi dan
geografi.
25Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa, (Jakarta:
2008), 221. 26Asep Usman Ismail, Pengalaman Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa, (Jakarta:
2008), 222. 27Ibid., 223.
23
4) Pendektan sosiologi, memandang masyarakat sebagai suatu sistem sosial
dan terkonsentrasi pada hubungan sosial yang ada dalam masyarakat yang
bentuknya berada dalam kelompok-kelompok, dan sitem-sistem yang lebih
besar yang kedudukannya berada didalam atau diluar masyarakat.
5) Pendekatan ekonomi, melihat pada hubungan-hubungan antara bidang-
bidang ekonomi dengan rumah tangga. Seperti pertanian, tipe-tipe
pekerjaan dan ketertampilan-keterampilan. Disamping itu pendekatan ini
juga mempertimbangkan sumber-sumeber daya (alam,manusia, keuangan,
dan material) yang ditemukan di masyrakat.
6) Jadi bisa disimpulkan bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat berarti
upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyrakat dalam
kondisi yang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap
kemiskinan dan keterbelakangan.
a. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Masjid
Pemberdayaan ekonomi berbasis Masjid menurut Miftah Farodil
mempunyai 6 tahapan yaitu:28
1. Melalui Pemberian Motivasi
28Mifta Faridl, Masjid, (Bandung: 1985), 90.
24
Motivasi secara umum dikenal dengan dorongan kemauan guna
melakukan sesuatu. Motivasi merupakan aspek psikis yang dapat membantu
menetapkan pilihan terhadap objek yang dapat dipilihnya. Dengan dukungan
motivasi yang tinggi untuk melakukan suatu aksi yang berkaitan dengan adanya
tujuan, maka diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai. Pemberian motivasi yang
dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlas sama halnya sebagai fasilitator.
Fasilitator merupakan suatu kegiatan yang menjelaskan pemahaman, tindakan,
keputusan yang dilakukan seseorang dengan atau bersama orang lain untuk
mempermudah tugas-tugasnya. Fasilitator berasal dari kata lain “fasilis” yang
artinya “mempermudah”. Ada beberapa definisi yang tercantum di dalam kamus
diantaranya: “membebaskan kesulitan dan hambatan, membuatnya menjadi
mudah, mengurangi pekerjaan, dan membantu pekerjaan”.29
Sehingga diadaptasi dalam proses pemberdayaan, fasilitasi mengandung
pengertian membantu dan menguatkan masyarakat agar dapat memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhan sendiri sesuai potensi yang dimiliki. Pengertian
ini yang dirasa tepat untuk menggambarkan pemahaman fasilitasi dalam program
pemberdayaan ekonomi masyrakat.
2. Penyadaran kinerja.
Penyadaran kinerja dilakukan dengan cara meningkatkan nilai spiritual
dalam jiwa manusia, manusia diciptakan Allah dilengkapi dengan: akal, qolbu,
nafsu.30 Akal adalah materi organik yang berdaya logis. Materi bekerja untuk
29Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:2008), 78. 30Mifta Faridl, Masjid, (Bandung:1985), 90.
25
memilih, menganalisa, membandingkan informasi dari obyek nyata, kejadian, dan
lain-lain. Secara umum fungsi dari akal adalah:
a. Menggali pengetahuan dengan nalar.
b. Menyimpan pengetahuan.
c. Menyimpulkan hal yang belum diketahui dengan pengetahuan.
d. Menggabungkan beberapa informasi menjadi informasi baru.
Qolbu, merupakan materi organik yang berdaya emosi. Materi ini bekerja
meneruskan suara ilahiyah (dari ruh), berpihak pada hal yang baik dan
memutuskan untuk berperilaku. Fungsi qolbu:
a. Menggali pengetahuan dengan daya cita rasa.
b. Menjadi pusat kesadaran moral.
c. Menjadi pusat kesabaran.
d. Menjadi pusat kekuatan dari Tuhan.
Nafsu yaitu komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki
kekuatan untuk mendorong melakukan sesuatu atau tidak. Karena itu manusia
selalu dalam pengaruh dan dorongan untuk melakukan atau dorongan untuk
menghindari sesuatu.
3. Bantuan Modal.
Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyrakat yang tidak berdaya adalah
permodalan. Tidak adanya modal mengakibatkan masyarakat tidak mampu
26
berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.31 Pemberdayaan
masyarakat dalam aspek ekonomi menjadi faktor penting yang harus dilakukan.
Dalam konteks ini, ada dua hal penting yang harus dicermati, yaitu Pertama,
lemahnya ekonomi masyarakat ini bukan hanya terjadi pada masyarakat yang
memiliki usaha, tetapi juga masyarakat yang tidak mempunyai faktor produksi
atau masyarakat yang pendapatannya bergantung pada gaji. Dalam pemberdayaan
aspek ini, nampaknya pemberdayaan masyarakat perlu dipikirkan bersama.
Kedua, perlunya mencermati usaha pemberdayaan masyarakat melalui aspek
permodalan ini adalah:
a) Bagaimana pemberian bantuan aspek modal ini tidak menimbulkan
ketergantungan masyarakat.
b) Bagaiamana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan
sistem yang kondusif baru melalui usaha mikro, kecil, dan menengah
untuk mendapatkan aspek di lembaga keuangann
c) Bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini
tidak terjebak pada perekonomian subsistem.
4. Bantuan Pembangunan Prasarana
Usaha untuk mendorong masyarakat berdaya, maka perlu ada sebuah
bantuan untuk pembangunan prasarana.32 Prasarana di tengah-tengah masyarakat
yang tidak berdaya akan mendorong mereka menggali potensi yang dimilikinya
dan mempermudah mereka melakukan aktifitasnya.
31Mifta Faridl, Masjid, (Bandung:1985), 91. 32Mifta Faridl, Masjid, (Bandung:1985), 91.
27
5. Bantuan Pendampingan
Pendampingan masyarakat memang perlu dan penting. Tugas utama
pendampingan adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi, dan menjadi
mediator untuk masyarakat.
6. Kelembagaan
Keberadaan sebuah lembaga atau organisasi di tengah-tengah masyarakat
merupakan salah satu aspek penting untuk menciptakan keberdayaan. Adanya
lembaga akan mempermudah masyarakat untuk berkoordinasi, selain mereka
dilatih untuk tetap hidup tertib.33 Fungsi lembaga tersebut untuk memfasilitasi
masyarakat dan memberikan kemudahan dalam melakukan akses-akses yang
diinginkan seperti, permodalan, media musyawarah, dan lain sebagaiya.
33Ibid., 91.
28
Top Related