8/15/2019 Tahap III anestesi
1/31
RESUSITASI PARU, JANTUNG DAN OTAK
PENDAHULUAN
Kedaruratan medis yang dapat mengancam nyawa biasa terjadi dimana saja,
kapan saja dan bisa menimopa siapa saja. Keadaan ini dapat diesebabkan oleh suatu
penyakit atau pun suatu kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan dan lain
sebagainya. Keadaan ini sangat membutuhkan pertolongan segera sejak ditempat
kejadian, selama transportasi, sampai pasien diserahkan kepada petugas kesehatan di
rumah sakit.
Sumbatan jalan napas hipoventilasi, henti nafas, syok, bahkan henti jantung,cepat sekali menyebabkan kematian bila tidak mendapat pertolongan yang cepat dan
tepat. Kematian pasien akibat hal-hal seperti tersebut di atas sesungguhnya dapat
dihindari bila tindakan pertolongan resusitasi cepat dikerjakan ditempat kejadian.
Kerusakan otak permanen dapat terjadi jika aliran darah terhenti lebih dari
beberapa menit (saat ini ditetapkan lebih dari 4- menit! atau sesudah terjadi suatu
trauma dengan hipoksia beratatau kehilangan banyak darah yang tidak dikoreksi.
"kan tetapi bila pertolongan resusitasi bisa diberikan dengan cepat dan
tepat,kematian otak bisa dicegah bahkan pasien bisa pulih seperti sediakala.
#indakan resusitasi dapat dikerjakan dimana saja dan kapan saja tanpa
mempergunakan alat atau dengan alat oleh orang yang terlatih baik orang awam
maupun tenaga kesehatan perawat atau dokter spesialis. Kedaruratan medik dapat
menimpa siapa saja, tidak mengenal status sosial dan kejadiannya selalu mendadak.
$leh karena itu sangat diperlukan individu atau petugas yang siap siaga menolong
korban yang membutuhkan pertolongan.
%ang dimaksud dengan resusitasi paru jantung (&'! adalah suatu usaha
kedokteran gawat darurat untuk memulihkan fungsi respirasi dan atau sirkulasi yang
mengalami kegagalan mendadak pada pasien yang masih mempunyai harapan hidup.
)engapa hanya ada resusitasi paru jantung dan mengapa hanya yang
mengalami kegagalan mendadak dilakukan resusitasi dan bagaimana pula
menentukan keadaan pasien yang masih mempunyai harapan hidup**
+al ini jelas bahwa manusia memerlukan oksigen untuk bisa hidup. &espirasi
sebagai salah satu sistem organ tubuh berfungsi memasok oksigen ke dalam sirkulasi
8/15/2019 Tahap III anestesi
2/31
darah. Sistem kardiovaskuler berperan mengedarkan oksigen yang dipasok oleh
sistem respirasi ke seluruh jaringan tubuh. #erhentikan pasokan dan edaran oksigen
ke jaringansel untuk beberapa saat akan menimbulkan perubahan perangai
metabolisme yang pada gilirannya akan menimbulkan kerusakan sel. $leh karena itu,
harus selalu di upayakan agar fungsi kedua penyedia oksigen tersebut bekerja secara
optimal.
'ada kegagalan yang terjadi secara mendadak, paru dan jantung masih baik
bila dibandingkan dengan penyakit kronis, sehingga kemungkinan pemulihan dapat
diharapkan. Kemudian bagaimana menentukan keadaan pasien yang masih
mempunyai harapan hidup, hal ini memerlukan pengetahuan,pengalaman dan pertimbangan yang matang.
alam proses belajar mengajar, tahapan-tahapan dan langkah-langkah
resusitasi akan disampaikan secara berurutan, akan terapi dalam praktek klinis
tahapan-tahapan dan langkah-langkah tersebut dilakukan secara simultan.
#ahapan dan langkah-langkah resusitasi paru, jantung dan otak.untuk
memudahkan pengajaran, resusitasi paru-jantung-otak dibagi menjadi tahap, yaitu /
#ahap 0 / bantuan hidup dasar (1+!, dengan tujuan untuk oksigenasi darurat.
2angkah-langkahnya /
". / "irway control.
1. / 1reathing support.
3. / 3irculation support.
#ahap / 1antuan hidup lanjut, dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan
sirkulasi spontan. 2angkah-langkanya /
. / rug and fluid treatment.
5. / 5lectrocardiography.
6. / 6ibrillation treatment.
#ahap / 1antuan hidup jangka panjang, dengan tujuan untuk pengelolaan intensif
mentasi manusia. 2angkah-langkahnya /
7. / 7auging.
+. / +uman mentation.
8. / 8ntensive care.
TAHAP I
BANTUAN HIDUP DASAR
8/15/2019 Tahap III anestesi
3/31
A. Airway Control (!n"#a$ai Jalan Na%a$&
$bstruksi jalan nafas merupakan salah satu penyebab dari gagal nafas akut.
1erdasarkan derajat sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat terjadi secara parsial atau
total.
S#'atan Par$ial )alan na%a$
7ambaran klinis/
9saha nafas masih ada, suara nafas masih terdengar dan desiran udara
ekspirasi dari mulut atau hidung pasien masih terasa, yang dapat diketahui denganmerasakan desiran udara melalui pemeriksaan dengan punggung tangan atau telinga
dekat mulut atau hidung.
7ejala dan tanda-tanda lain yang dapat dilihat pada sumbatan jalan nafas
parsial adalah/
0. "ktivitas otot-otot bantu pernafasan meningkat.
. &etraksi supra sternal dan interkostal.
. #erdengar stridor.
4. #erdapat tanda-tanda hipoksia dan hiperkarbia.
S#'atan total )alan na%a$
7ambaran klinis/
'ada sumbatan jalan nafas total, sama sekali tidak terdengar suara nafas, tidak
terasa desiran udara dari mulut atau hidung pasien, usah nafas pasien lebih
meningkat dengan timbulnya gerakan dada paradoksal dan lebih meningkatnya
aktivitas otot bantu nafas. #anda hipoksia dan hiperkarbia bertambah berat.
1ila keadaan ini tidak segera ditanggulangi akan segera diikuti dengan
berhentinya fungsi jantung karena hipoksia berat.
1erdasarkan lokasi sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat dibagi menjadi
(tiga! lokasi.
*. S#'atan +i ata$ larin"
isebabkan oleh/
8/15/2019 Tahap III anestesi
4/31
*.* Li+a yan" )at# -! io%arin"
+al ini bisa terjadi pada pasien tidak sadar, terutama pada pasien gemuk,
leher pendek dan lidah besar misalnya pada bayi. 'ada pasien tidak sadar,
tonus otot penyangga lidah menurun sehingga lidah jatuh kearah posterior
(terutama pada pasien dalam posisi terlentang! dan menempel pada dinding
posterior faring, sehingga terjadi sumtoatan parsial yang ditandai dengan
suara nafas ngorok (snoring).
9saha pertolongan yang dilakukan adalah/ "triple airways manauver"
(gambar 0! dari Safar yaitu/ (0! ekstensi kepala, (! dorong mandibula
kedepan dan (! buka mulut.
7ambar 0/ triple manuver airway
'ada pasien yang menderita patah tulang leher, manauver ini harus
dilakukan dengan hati-hati, tergantung keperluan. 5kstensi kepala dapat
dilakukan dengan mudah yaitu dengan menaruh bantal atau benda lain di
bahu pasien. 1ila dengan cara ini sudah dapat membebaskan jalan nafas,
posisi ini dipertahankan dan kepala pasien dimiringkanuntuk mencegah
sumbatan karena benda cair, atau pasien dimiringkan dengan posisi miring
stabil. "pabila dengan cara ini tidak berhasil dapat dipasang pipa orofaring
(gambar ! atau nasofaring(gambar !.
8/15/2019 Tahap III anestesi
5/31
8/15/2019 Tahap III anestesi
6/31
*.0 P!nya-it in%!-$i ata# t#'or )alan na%a$ a"ian ata$
'enyakit infeksi atau tumor jalan nafas bagian atas yang dapat
menimbulkan sumbatan jalan nafas bagian atas adalah/ pembesaran tonsil,
polip pada rongga hidung dan beberapa tumor lain di rongga mulut dan
dasar 8idah.
9saha pertolongannya adalah dengan cara operatif, yaitu mengangkat
tumor, atau bila tumornya tidak mungkin diangkat dan sumbatannya bersifat
darurat dan mengancam dapat dilakukan tindakan krikotiritomi (gambar !
dilanjutkan dengan tindakan trakeostomi (gambar
7ambar 4/ mengorek rongga mulut dengan tangan
8/15/2019 Tahap III anestesi
7/31
*.1 Tra#'a +i +a!ra '#-a
#rauma kepala yang mengenai daerah maksilo-fasial, dapat merusak
struktur anatomi regio ini, sehingga akan mengganggu pasase udara melalui
jalan nafas atas.
9saha membebaskan jalan nafas pada korban seperti ini adalah
berusaha secepat mungkin melakukan rekonstrusi jalan nafas bagian atas.
Sementara hal ini belum bisa dikerjakan, usaha melapangkan jalan nafas
dilakukan dengan memasang pipa endotrakea (gambar =! atau melakukan
trakeostomi (gambar
/. S#'atan a+a larin"
isebabkan oleh/
/.* B!n+a A$in"
1enda asing dapat menyumbat rima glotis sehingga terjadi sumbatan total
jalan nafas atas. 7ejala yang timbul adalah/ korbanakan segera memegang
7ambar
8/15/2019 Tahap III anestesi
8/31
8/15/2019 Tahap III anestesi
9/31
/./ P!nya-it In%!-$i
2aringitis akut difteri atau non dipteri yang sering menyerang pada anak-
anak, dapat menimbulkan penyulit sumbatan jalan nafas. 'asien akan
mengalami sumbatan jalan nafas parsial sampai total gejala klinis berupa
stridor dengan aktivitas pernafasan meningkat.
9saha pertolongannya adalah/ untuk sementara dapat dilakukan
krikotirotomi, (gambar ! kemudian segera dilakukan trakeostomi (gambar
/.0 R!a-$i al!r"i (ana%ila-ti-&
"ngioneuritik udema pada daerah laring merupakan salah satu
gambaran dari suatu reaksi alergi. Keadaan ini dapat menimbulkan sumbatan
jalan nafas parsial sampai total, dengan gejala seperti tersebut di atas.
9saha pertolongannya adalah/ apabila sumbatannya total segera
melakukan tindakan krikotirotomi (gambar ! atau trakeostomi (gambar
#indakan pemberian medika-mentosa dapat diberikan akantetapiselalu
memperhatikan keadaan pasien, bila keadaan pasien bertambah buruk segera
dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi.
/.1 T#'or larin"
'olip pada laring atau pita suara, dan tumor lain yang terdapat pada laring,
secara langsung akan menutup jalan nafas secara parsial atau total tergantung
besar dan lokasi tumor.
9saha pertolongannya adalah/ segera mengangkat tumor tersebut bila
keadaan memungkinkan. "kan tetapi bila keadaan tidak memungkinkan
sementara dapat dikerjakan trakeostomi (gambar
/.2 Tra#'a larin"
1eberapa jenis trauma di daerah leher dapat menimbulkan sumbatan jalan
nafas, antara lain/ cekekanjeratan pada leher dan trauma langsung pada
leher. Sumbatan jalan nafas yang terjadi bisa partial sampai total dengan
gejala seperti tersebut di atas.
8/15/2019 Tahap III anestesi
10/31
9saha pertolongannya adalah/ tergantung penyebabnya, bila karena
cekekanjeratan, segera melepaskan cekekanjeratan tersebut. 1ila karena
sebab yang lainnya, segera dilakukan trakeostomi (gambar
/.3 Parali$i$ ita $#ara
'aralisis pita suara paling sering disebabkan oleh karena lesi pada nervus
rekurens akibat manipulasi pada operasi didaerah leher, misalnya operasi
tiroidektomi. 9saha pertolongannya adalah/ segera dilakukan trakeostomi
(gambar
/.4 Sa$'! larin"
isebabkan karena perangsangan nervus vagus (refleks vagal!. "mbangvagal akan menurun pada hipoksia, asidosis, penderita kesadaran menurun
dan lain-lainnya. Suara nafas seperti botol ditiup (krowing! adalah
merupakan tanda yang khas. 9saha pertolongannya adalah memberikan obat
pelumpuh otot.
0. S#'atan +i awa larin"
Sumbatan jalan nafas di bawah laring bisa terjadi pada trakea dan pada bronkus.
0.* Tra-!a
Sumbatan yang terjadi pada trakea dapat disebabkan oleh tumor yang
mendesak trakea, #rauma akibat operasi yang dapat menimbulkan trakeo-
malasea dan trauma langsung akibat kecelakaan yang lain.
7ejala klinis dapat berupa sumbatan parsial maupun total seperti tersebut
di atas. 9saha pertolongannya adalah/ segera dilakukan pemasangan pipa
endotrakea, (gambar =! kemudian dilanjutkan dengan trakeostomi (gambar
0./ Bron-#$
Sumbatan pada bronkus dapat disebabkan oleh/ benda asing, spasme
bronkus dan tumor.
1ila sumbatannya disebabkan oleh aspirasi benda asingpadat dan pada
saat kejadian pasien berdiri, maka bendaasing ini akan cenderung masuk ke
bronkus kanan. +al inidisebabkan karena anatomis bronkus kanan lebih
8/15/2019 Tahap III anestesi
11/31
vertikal.7ejala yang dapat dijumpai pada pasien ini tergantungdari derajat
sumbatannya, bisa parsial atau total pada satuparu.
9saha pertolongannya adalah/ melihat langsung bronkus dengan ostea-
osteanya mempergunakan alat bronkoskop, selanjutnya menghisapnya atau
menjepit benda asing yang masuk dengan alat penjepit khusus.
1ila sumbatannya oleh karena spasme bronkus, akan terdengar suara
nafas wheezing dan adanya tanda-tanda hipoksia dan hiperkarbia.
9saha pertolongannya adalah/ segera memberikan bronkodilator.
B. Br!atin" S#ort (Bant#an Na%a$&
Setelahjalannafasterbuka,penolonghendaknyasegera menilai apakah pasien
bernafas spontan atau tidak. +al ini dapat dilakukan dengan memperhatikan gerak
nafas pasien atau mendengarkan meraskan aliran udara nafas pada mulut dan
hidung. 1ila tidak bernafas spontan atau bernafas tetapi tidak adekuat segera
diberikan nafas buatan.
Sebab-sebab henti nafas.
*. D!r!$i #$at na%a$
isebabkan oleh/ trauma kapitis, infeksi intra kranial, obat-obatan yang
mempunyai efek depresi pusat nafas misalnya narkotika dan beberapa obat
anestesia serta keracunan.
/. K!l#'#an otot !rna%a$an
isebabkan oleh/ penyakit infeksi seperti polio mielitis dan 7uillam 1arre,
penyakit syaraf-otot seperti )yastenia 7ravis, trauma medula spinalis, obat-
obatan seperti streptomisin, kanamisin, polimiksin dan derivat aminoglikosid
yang lain, dan akibat penggunaan obat pelumpuh otot.
U$aa !'!rian na%a$ #atan +aat +ila-#-an tana alat ata# +!n"an
alat ant# na%a$, '!'!r"#na-an #+ara !-$ira$i !nolon" ata# +!n"an
#+ara at'o$%ir +i$!rtai +!n"an 5a'#ran o-$i"!n '#rni yan" t!la
+i$ia-an +ala' ta#n".
8/15/2019 Tahap III anestesi
12/31
9dara ekspirasi penolong masih bisa diberikan karena udara ekspirasi ini masih
mengandung oksigen sebanyak 0 - 0= @. Aalaupun di dalamnya terdapat 3$,
akan tetapi 3$ ini tidak akan masuk ke dalam tubuh karena tekanan parsial
3$ di dalam darah pasien yang henti nafas lebih tinggi dari udara ekspirasi
penolong.
B!!raa 5ara !'!rian na%a$ #atan
0. ari mulut penolong, ke mulut pasien (mulut ke mulut! atau ke hidung
pasien (mulut ke hidung! (gambar/ 0!
3ara ini mempergunakan udara ekspirasi penolong. 9dara ekspirasiditiupkan ke mulut atau ke hidung penderita sebanyak kira-kira kali volume
tidal penderita dengan frekuensi nafas disesuaikan dengan kebutuhan
penderita. iupayakan melakukan hiperventilasi. 'roses ekspirasi penderita
dilakukan secara pasip dengan cara melepaskan mulut penolong dari
muluthidung penderita setelah selesai meniup.
. ari mulut penolong melalui pipa S (gambar 0!
'rosesnya sama dengan di atas, hanya penolong meniupkan udara
ekspirasinya melalui pipa orofaring S yang telah dipasang terlebih dahulu.
Selesai meniup, mulut dilepas dari pipa S dan pasien berekspirasi melalui
pipa S ke udara atmosfir.
. ari mulut penolong lewat sungkup muka (gambar 04!
'rosesnya sama dengan yang di atas tetapi mempergunakan sungkup muka.
Sungkup muka dipasang sedemikian rupa sehingga menutupi mulut dan
hidung pasien serta diusahakan tidak ada kebocoran pada celah antara
7ambar 0/ dari mulut ke
muluthidung
8/15/2019 Tahap III anestesi
13/31
sungkup dengan muka pasien. 'enolong meniupkan udara ekspirasinya
melalui lubang (inlet! sungkup muka.
4. )empergunakan alat bantu nafas manual balon sungkup (gambar 0;!.
3ara ini berbeda dengan ke tiga cara-cara yang telah dilukiskan di atas.
9dara yang digunakan adalah udara atmosfir atau bisa dicampur dengan
oksigen murni yang berasal dari tabung oksigen yang telah disiapkan.
3aranya/ #angan kanan memompa balon, sedangkan tangan kiri
mempertahankan ekstensi kepala dan menekan sungkup pada muka penderita
agar tidak bocor. 6rekuensi nafas, dan volume tidak disesuaikan dengan
kebutuhan penderita. iusakaan melakukan hiperventilasi.
;. )empergukan balon ke pipa endotrakea (gambar 0!
3ara ini sama dengan cara di atas, tetapi terlebih dahulu harus memasang
pipa endotrakea melalui muluthidung, selanjutnya bantuan nafas dilakukan
dengan balon yang dihubungkan ke pipa endotrakea.
7ambar 04/ dari mulut ke sungkup
7ambar 0;/ menggunakan balon sungkup
8/15/2019 Tahap III anestesi
14/31
8/15/2019 Tahap III anestesi
15/31
*. 7a-tor ri'!r
isebabkan oleh/ penyakit pada jantung sendiri yaitu/ kelainan pada sistem
konduksi jantung atau kelainan pada otot jantung seperti misalnya infark, yang
dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel atau asistol. Keadaan yang lain yang
dapat digolongkan sebagai penyebab primer adalah trauma listrik atau petir
yang secara langsung dapat mempengaruhi fungsi konduksi jantung.
/. 7a-tor $!-#n+!r
'aling sering disebabkan oleh/ (0! asfiksia akibat gagal nafas akut,
menyebabkan kegagalan pasokan oksigsn dan (! perdarahan akutmasif akibat
trauma, menyebabkan kekosongan volume sirkulasi sehingga tidak ada curah jantung.
P!r#aan6!r#aan yan" t!r)a+i a-iat !nti )ant#n"
+enti jantung apapun sebabnya akan menimbulkan kegagalan perfusi atau
edaranpasokan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, sehingga menimbulkan hipoksia
atau anoksia jaringan, terutama organ-organ vital.
+ipoksia atau anoksia jaringan akan menyebabkan timbulnya perubahan
perangai metabolisme dari siklus aerob ke siklus anaerob. +al ini akan
mengakibatkan bertumpuknya produk-produk intermedier sehingga terjadi
akumulasiasam laktatdan piruvatyang selanjutnya menyebabkan asidosis metabolik.
"sidosis metabolik yang terjadi dapat menimbulkan disfungsi enCim yang berfungsi
sebagai katalisator dan disfungsi mitokondria sel-sel, serta pada akhirnya kematian
sel yang menetap tidak bisa dihindari.
$tak merupakan organ vital yang mendapatkan aliran darah sekitar 0;@ dari
curah jantung dan mengkonsumsi oksigen sekitar ?@ dari konsumsi oksigen
seluruh tubuh. $tak sangat rentan terhadap iskemik, karena otak tidakmempunyai
cadangan energi dan laju metabolismenya sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan
kalorinya.
1ila aliran darah otak berhenti dalam waktu tertentu, akan menimbulkan
perubahan-perubahan sebagai berikut/
0. 1erhenti selama 0; detik, penderita koma.
8/15/2019 Tahap III anestesi
16/31
. 1erhenti selama 0;-? detik, 557 isoelektris.
. 1erhenti selama ? - ? detik, pasien henti nafas dan pupil mengalami dilatasi
maksimal.
4. 1erhenti selama ; menit, terjadi kerusakan otak permanen.
Ko'r!$i Jant#n"
Kompresi jantung adalah bantuan sirkulasivans dapat dilakukan dari luar atau
kompresi jantung luar (K2! dan dapat pula dilakukan kompresi jantung dari dalam
rongga dada atau kompresi jantung :dalam (K! melalui torakotomi, bila
kejadiannya di kamar operasi.
KJL Caranya a+ala $!a"ai !ri-#t8
'asien ditidurkan terlentang di atas lantai atau tempat tidur yang beralas keras
dan padat d77engan kedua tungkai ditinggikan. 'enolong mengambil posisi berlutut
disamping korban dan meletakkan salah satu tumit telapak tangannya di atas
permukaan sternum pada titik dari atas jarak antara manubrium sterni dan prsesus
sifoideus atau - jari sefalad dari pertemuan tulang sternum dengan prosesus
sifoideus (gambar 0
#angan penolong
yang lain
diletakkan di atas
tangan pertama dengan jari- jari
terkunci dan lengan lurus serta ke dua bahu berada tepat di atas sternum korban.
Kemudian penolong memberikan tekanan vertikal ke bawah dengan mempergunakan
berat badan sampai menghasilkan pergerakan dada setinggi 4-; cm. Setelah kompresi
7ambar 0
8/15/2019 Tahap III anestesi
17/31
harus ada relaksasi, tetapi ke dua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban.
ianjurkan lama kompresi sama dengan lama relaksasi.
Kompresi yang dilakukan pada titik tersebut di atas akan menekan jantung
diantara tulang dada dan tulang belakang (gambar 0=! sehingga pada saat penekanan
darah akan mengalir dari jantung keseluruh tubuh. Sebaliknya pada saat pelepasan
tekananrelaksasi darah akan mengalir ke dalam jantung akibat mekanisme pompa
isap toraks.
"pabila hanya satu penolong, diberikan kompresi sebanyak 0; kali dan
diikuti pemberian kali nafas dalam dengan cepat dan dalam. alam satu menit
harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu/ ? kompresi dan = nafas! (gambar
0>!.
"pabila ada penolong, kompresi diberikan oleh salah satu penolong dengan
laju ?menit dan nafas buatan oleh penolong kedua yang dilakukan pada akhir
hitungan ke limb, sehingga fre-kuensi nafas menjadi 0 kali, sehingga
perbandingannya menjadi ;/ 0 (gambar ?!.
7ambar 0=/ topografi jantung
7ambar 0>/ seorang penolong
8/15/2019 Tahap III anestesi
18/31
Kompresi harus dilakukan secara halus dan berirama. "pabila dilakukan
dengan benar, kompresijantungluardapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari
0?? mm +g dan tekanan rata-rata pada arteri karotis 4? mm +g.
T!-ni- a+a ayi +an ana-6ana-.
'ada prinsipnya bantuan hidup dasar pada bayi dan anak sama dengan pada
orang dewasa. "kan tetapi karena perbedaan ukuran, diperlukan modifikasi teknik
seperti yang disebutkan di atas.
o+i%i-a$inya a+ala8
0. 5kstensi kepala yang berlebihan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas pada
bayi dan anak kecil, oleh karena itu kepala hendaknya dijaga dalam posisi netral
selama diusahakan membuka jalan nafas.
. 'ada bayi dan anak kecil ventilasi mulut ke mulut dan hidung lebih sesuai dari
pada ventilasi mulut ke mulut atau mulut kehidung. 'emberian nafas harus lebih
kecil volumenya dan frekuensi ventilasi harus ditingkatkan menjadi 0 nafas tiap
detik untuk bayi dan 0 nafas tiap 4 detik untuk anak-anak.
. 'ukulan punggung dapat diberikan pada bayi dengan korban telungkup dan
mengangkang pada lengan penolong dan hentakan dada diberikan dengan bayi
terlentang dengan kepala terletak di bawah melintang pada paha penolong.
4. 'ukulan punggung pada anak yang lebih besar dapat dilakukan dengan korban
telungkup melintang di atas paha penolong dengan kepala lebih rendah dari
badan, dan hentakan dada dapat dilakukan dengan anak terlentang di atas lantai.
;. 'ada bayi dan anak letak jantung dalam rongga toraks lebih tinggi dibandingkan
orang dewasa, oleh karena itu kompresi dada luar hendaknya dilakukan pada titik
atau jari di bawah garis antara putting susu pada bayi dan pada pertengahan
7ambar ?/ dua orang penolong
8/15/2019 Tahap III anestesi
19/31
sternum pada anak. Baik turunnya dada pada bayi saat menekan sternum
diusahakan agar mencapai 0,; - ,; cm, sedangkan pada anak diperlukan
penekanan , ; - 4 cm agar sirkulasinya efektif.
. Kompresi pada bayi dapat dilakukan dengan mempergunakan kedua ibu jari atau
dengan dua jari yaitu telunjuk dan jari tengah, sedangkan pada anak yang lebih
besar dapat digunakan pangkal telapak tangan.
8/15/2019 Tahap III anestesi
20/31
tidak akan ada respons perubahan diameter pupil, sehingga dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa korban telah berada pada keadaan mati otak permanen.
TAHAP II
BANTUAN HIDUP LANJUT
1antuan +idup 2anjut (1+2! ditujukan untuk segera dapat memulihkan dan
mempertahankan fungsi sirkulasi spontan, sehingga perfusi dan oksigenasi jaringan
dapat segera dipulihkan dan diper-tahankan. #indakan ini segera dapat dikerjakan
secara simultan bersamaan dengan tindakan-tindakan pada tahap pertama (1antuan
+idup asar!.
#indakan pada tahap ke 88 ini rnemerlukan peralatan khusus dan obat-obatan,
agar segera dapat memulihkan dan mempertahankan sirkulasi spontan.
Alat6alat +an oat6oatan yan" +i!rl#-an a+a taa II.
alam rumah sakit, perlengkapan dan obat-obatan untuk bantuan hidup lanjut
biasanya disimpan pada kereta yang dapat ber-gerak dan diletakkan pada daerah
yang strategis. Kereta ini beserta isinya harus ada di ruang gawat darurat, ruang
terapi intensif, di kamar operasi dan di ruang pulih.
'erlengkapan pada kereta ini hendaknya mencakup tabung oksigen, alat jalan
nafas (pipa orofarings, nasofaring dan pipa endotrakea, sungkup muka, alat isap,
laringoskop, forsep )agil, dan perlengkapan untuk memasang infus, 5K7 monitor
dengan defibrilatornya dengan arus searah dan papan atau plastik yang datar dan kuat
untuk landasan resusitasi.
$bat-obatan yang diperlukan adalah/ obat-obat simpatomimetik (adrenalin,
nor adrenalin, dopamin, efedrin, efortil, metaraminol dan isoproternol!, obat
pelumpuh otot (suksinil kholin dan pankuronium atau derivat kurare yang lain!,
sedatif dan anti kejang, lidokain, prokainamid, bretillium diuretik, natrium
8/15/2019 Tahap III anestesi
21/31
bikarbonat, kalsium giukonas, digitalis, kortikosteroid, atropin, morfin atau petidin,
nalokson, bronkodilator (aminofilin!, cairan infus dan jangan lupa pada oksigen.
D. Dr#"$ an+ 7l#i+$9 (Oat6oatan +an Cairan&
Oat6oatan.
Aalaupun banyak jenis obat seperti yang telah disebutkan di atas digunakan
untuk tindakan pada langkah ini, namun obat esensial yang harus segera diberikan
pada setiap henti jantung adalah/
*. A+r!nalin.
"drenalin adalah obat yang harus segera diberikan bila henti jantung yang terjadikurang dari (dua! menit dan disaksikan. osisnya/ ?,; - 0,? mg (dosis untuk
orang dewasa!, diberikan langsung intravena atau dapat diencerkan dengan
akuades menjadi 0? ml. 'ada anak-anak dosisnya adalah 0? mcgkg. "pabila
jalurvena belum ada, dapat diberikan intratrakea lewat pipa endotrakea (0 ml
adrenalin 0/ 0??? diencerkan dengan > ml akuades steril!. "pabila keadaan
sangat mendesak, bisa diberikan intrakardiak. #etapi belakangan ini cara
intrakardiak tidak dianjurkan lagi. 'emberiannya dapat diulang setelah -; menit
pemberian pertama dengan dosis sama seperti dosis pertama.
/. Natri#' Bi-aronat.
Batrium bikarbonatdiberikan pertama kali bila henti jantungnya diperkirakan
lebih dari (dua! menit, karena pada keadaan ini asidosis yang terjadi sangat
berat. 'ada henti jantung yang kurang dari (dua! menit tidak perlu diberikan
obat ini karena asidosis yang terjadi masih ringan dan hal ini dapat segera
dikoreksi dengan pemberian nafas buatan yang adekuat.
osis permulaan/ 0 m5Ekg, kemudian dapat diuiang setiap 0? menit dengan
dosis ?,; m5E kg sampai jantung berdenyut spontan. $bat ini dikemas dalam
ampul berisi ;? ml dan 0 ml mengandung 0 m5E2. 'emberiannya hanya boleh
dilakukan secara intravena.
9ntuk mengoreksi asidosis secara tepat hams dilakukan pemeriksaan analisis
gas darah sehingga diketahui defisit basa yang terjadi. 'erhitungan natrium
bikarbonat yang diperlukan adalah/
Do$i$ i-aronat : +!%i$it a$a ;
8/15/2019 Tahap III anestesi
22/31
0. Gl#-o$a 1
8/15/2019 Tahap III anestesi
23/31
E. El!5tro5ar+io"ray.
"lat pantau 5K7 adalah alat pantau standar yang harus tersedia di 9nit-unit
7awat aurat. iagnostik henti jantung mutlak harus ditegakkan melalui
pemeriksaan 5K7, sehingga dengan demikian bantuan hidup lanjut dapat dilaFkukan
secara tepat sesuai dengan gambaran 5K7. 7ambaran 5K7sangatmenentukan
langkah-langkah terapi pemuiihan yang akan dilakukan.
"da (tiga! pola 5K7 pada henti jantung, yaitu (gambar 4!/
*. A$i$tol >!ntri-!l
"dalah ketiadaan denyut jantung dengan gambaran 5K7 yang isoelektris, yang
paling sering disebabkan oleh hipoksia, asfiksia dan blok jantung.
9saha pertolongannya adalah/
0! 1antuan hidup dasar (langkah " dengan memasang '5#, 1 dan 3! dilakukan
7ambar 0/ vena perifer
7ambar 0/ salah satu
kanulasi vena sentralis
8/15/2019 Tahap III anestesi
24/31
secara adekuat.
! 2akukan pukulan prekordial.
! %akinkan bahwa gambaran tersebut bukan fibnlasi ventrikel.
4! 2akukan langkah / berikanobat-obatan/ adrenalin, natrium bikarbonat,
atropin yang dapat diulang sesuai kebutuhan. apabila belum berhasil segera
diberikan kalsium klorida atau glukonas.
;! 1ila belum berhasil biasanya disebabkan oleh blokjantung, segera pasang
alat pacu jantung.
/. Di$o$ia$i !l!-tro'!-ani- (-o'l!- an!&.7ambaran 5K7 ini sebenarnya adalah asistol mekanik yaitu ketiadaan
denyut dengan gambaran 5K7 agonal (aneh atau abnormal! atau kadang-kadang
relatif normal tetapi tidak terdapat pola G&S yang khas. )ekanisme kontraksi
tidak efektif sehingga denyut nadi tidak teraba.
Sebab-sebabnya adalah/ hypovolemia, emboli paru masif, efusi perikardium
dengan tamponade, ruptur otot jantung atau aneurisma, asidosis parsisten,
hipotermi dan ventilasi tidak adekuat serta gangguan keseimbangan elektrolit.
U$aa !rtolon"annya a+ala8
0. 1antuan hidup dasar (langkah-langkah " dengan pema-sangan '5#, 1 dan 3!
dilakukan secara adekuat.
. 'emberian obat-obatan/ adrenalin dan natrium bikarbonat.
. 9sahakan mencari penyebab yang mungkin bisa dikoreksi.
4. #erapi cairan yang adekuat.
0. 7irila$i ?!ntri-!l
6ibrilasi ventrikel (6H! paling sering menyebabkan kematian jantung mendadak.
Keadaan ini merupakan gerak getar ventrikel jantung secara kontinyu dan tidak
teratur sehingga tidak bisa memompakan darah keseluruh tubuh. 'ada 5K7 akan
tampak osilasi yang khas tanpa kompleks G&S.
Sebab-sebabnya/ bisa primer atau sekunder dan mekanisme nya belum
diketahui dengan pasti. 'enyebab primer yang paling sering adalah iskhemia otot
jantung, reaksi obat yang merugikan, tersengat listrik dan kateterisasi pada
8/15/2019 Tahap III anestesi
25/31
jantung yang iritatif. Sedangkan penyebab sekunder adalah usaha resusitasi pada
asistol karena asfiksia, tenggelam dan akibat perdarahan.
9saha pertolongannya adalah/
0. #anpa menunggu 5K7 segera lakukan bantuan hidup dasar (langkah "
dengan pemasanga '5#, 1 dan 3!
. ilanjutkan dengan tindakan pukulan prekordial teru-tama pada fibrilasi
yang disaksikan.
. 1erikanobat-obatan/ adrenalin dan natrium bikarbonat sesuai dosis dan kalau
perlu diulang
4. 5valuasi dengan 5K7, bila gambaran 5K7 berupa fibrilasi halus, berikanadrenalin lagi agar berubah men-jadi kasar, oleh karena fibrilasi kasar lebih
mudah di-kembalikan ke irama sinus dengan terapi fibrilasi, bila kasar segera
dilakukan langkah 6.
H. 7irilation Tr!at'!nt. (T!rai 7irila$i&.
#erapi fibrilasi adalah usaha untuk segera mengakhiri disritmia
takhkikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus normal dengan
mempergunakan syok balik listriK. Syok balik listrik ini menghasilkan
depolarisasi seretak semua serai otot jantung dan setelah itu jantung akan
berkontraksi spontan, asalkan otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup dan
tidak menclerita asidosis. #erapi syok balik listrik dapat dilakukan dengan arus
bolak-balik atau arus searah melalui dada.
'ada saat ini terapi syok bolak - balik sudah tidak populer, karena cara ini
sangat tergantung pada lairan listrik '2B (tidak pcrtabel!, kontraksi otot sangat
kuat, bisa menimbulkan fibrilasi pada jantung yang berdenyut spontan dan bisa
terjari bahaya pada. operator bila tidak memakai isolasi. Sedangkan yang arus
searah, tidak tergantung dengan '2B dan bisa dipakai secara portabei, lebih
efektif untuk kardioversi, dapat digunakan untuk kardioversi jantung yang masih
berdenyut dan tidak membahayakan operator.
1esarnya energi yang umum digunakan untuk syok "S adalah/ 4?? oule
untuk orang dewasa, 0?? - ?? oule untuk anak dan ;? - 0?? oule untuk bayi.
'ada takhikardi ventrikel, energi yang dibutuhkan lebih kecil. osis yang tepat
8/15/2019 Tahap III anestesi
26/31
tergantung berat badan. 9ntuk orang dewasa energi awal dibutuhkan kg11,
sedangkan pada anak , kg11 dan dapat diulang dengan dosis ulangan tertinggi
adalah ; kg11.
Cara '!la-#-an $yo- ali- li$tri- AS.
Sebelum mulai terapi fibrilasi, alat defibrilator harus diperiksa dan dicoba
terlebih dahulu kemampuannya memberikan energi mulai dari energi rendah
sampai tinggi.
'edal defibrilator luar (dada! hendaknya yang besar dengan diameter 04
cm untuk orang dewasa, = cm untuk anak-anak dan 4,; cm untuk bayi, sedangkan pedal untuk defibrilator dalam (jantung! pada dada terbuka dewasa adalah cm,
4 cm untuk anak dan cm untuk bayi. 7ambar
#eknik syok balik listrik luar adalah sebagai berikut/
0. 1ila 6H yang terjadi disaksikan, segera lakukan terapi de-fibrilasi dalam ?
detik tanpa bantuan hidup dasar ("13-&'!, tetapi bila tidak disaksikan
lakukan "13-&' terlebih dahulu.
. 'utar alat pemindahan sinkronisasi defibrilator ke tanda :off: dan nyalakan
tenaga utama.
. #entukan tingkat energi yang dikehendaki (sesuai dengan berat badan! dan isi
muatan pedal.
4. Kedua pedal elektrode diisi pelicin (jeli! dan kemudian pedal negatif tempel-
kan pada dada kanan bagian atas tepat disebelah kanan sternum dan di bawah
klavikula sedangkan pedal positif di dada kiri tepat di bawah dan disebelah
kiri puting susu kiri (gambar ;!. #ekan kedua pedal dengan kuat pada dada.
;. 'astikan diagnosis pada 5K7.
. 9sahakan operatortidak berhubungan dengan pasien agar tidak tersengat
aliran listrik.
. 1ila denyut nadi belum teraba dalam ; detik, teruskan "13 - &', bila 6H
masih berlanjut setelah 0 menit melakukan "13, ulangi syok balik dengan
8/15/2019 Tahap III anestesi
27/31
dosis berikutnya yaitu 4-; oulekg11.
1ila belum berhasil berikan lidokain 0- mgkg 11 secara intravena dan
kalau perlu diteruskan dengan infus. 9langi syok balik listrik seperti tersebut di atas.
1ila belum berhasil juga, dapat diberi-kan prokainamid 0- mgkg 11 intravena dan
kemudian lakukan syok lagi. 1ila belum berhasil.juga, berikan bretilium ; mgkg 11
intravena dan selanjutnya syok lagi. 1ila berlum berhasil dosis bretilium dapat
ditinggikan 0? mgkg sampai dosis total ? mgkg. 1retilium ini merupakan obat
terakhir yang tersedia pada saat ini. 1ila ini juga tidak berhasil maka dapat
ditegakkan diagnosis kema-tian jantung.Sebaliknya, bila usaha syok balik listrik sudah berhasil mengem-balikan
irama jantung ke irama sinus, keadaan ini dipertahankan dengan memberikan obat-
obat seperti tersebut di atas (lidokain atau prokainamid atau bretilium! dengan dosis
0- imgkg berat badan.
#indakan selanjutnya, setelah berhasil memulihkan dan mem-pertahankan
sirkulasi spontan adalah melakukan bantuan hidup jangka panjang yang berorientasi
pada pemulihan fungsi otak di 9nit #erapi 8ntensif.
'ada kasus-kasuskejadian khusus yang disaksikan oleh penolong dan segera
memperoleh pertolongan yang tepat dan cepat, penderita dapat pulih kembalisecara
penuh, artinya/ jantung segera berdenyut spontan dengan irama sinus, pernafasan
segera pulih secara spontan dan adekuat serta kesadaran kembali pulih seperti
semula. 'ada pasien seperti ini hanya memerlukan pemantauan ketat dan perawatan
pasca resusitasi.
TAHAP III
BANTUAN HIDUP JANGKA PANJANG
8/15/2019 Tahap III anestesi
28/31
2angkah-langkah pada tahap ke 888 merupakan tahapan bantuan hidup jangka
panjang, yaitu pengelolaan intensif untuk mencegah kegagalan organ multiple, yang
merupakan satu kesatuan langkah yang terdiri dari /
0. 2angkah 7 (gaughing! yaitu evaluasi dan triase pengelolaan kritis
. 2angkah + (human mentation! yaitu humanisasi hasil akhir dengan tindakan
resusitasi otak
. 2angkah 8 (intensive care! yaitu terapi intensif untuk bantuan hidup secara
umum
enis pengelolaan yang diperlukan pasien yang telah mendapat resusitasi
bergantung sepenuhnya kepada hasil resusitasi. 'asien yang tidak mempunyai defisit
neurologis dan terpelihara dalam tekanan darah yang normal tanpa aritmia hanya
memerlukan monitor intensif dan observasi terus menerus terhadap sirkulasi ,
pernafasan, fungsi otak, ginjal dan hati. 'asien yang mempunyai kegagalan satu atau
lebih dari sistem memerlukan bantuan dari ventilasi atau sirkulasi, terapi aritmia,
dialisis atau resusitasi otak.
$rgan yang paling terpengaruh oleh kerusakan hipoksemik dan iskemik
selaman henti jantung adalah otak. Satu dari lima organ yang selamat dari henti
jantung mempunyai defisit neurologis. 1ila pasien tidak sadar hendaknya dilakukan
usaha untuk memelihara perfusi dan oksigenasi otak.
Tin+a-an6tin+a-an a-# ant#an i+# !rori!nta$i ota- a+ala 8
A. H!'!o$ta$i$ !-$tra-rani#'
9saha yang dilakukan dalam rangka hemeostasis ekstrakranium adalah /
0. )engupayakan agar sistem kardiovaskuler dalam batas normal dengan
pemantauan ketat sehingga tekanan darah dapat dipertahankan dalam batas- batas normal baik dengan terapi cairan meupun penggunaan obat vasoaktif.
. Hentilasi mekanik diperlukan untuk mempertahankan variabel gas darah
dalam batas nilai / p+I
8/15/2019 Tahap III anestesi
29/31
4. )engupayakan agar variabel darah dalam batas normal, seperti misalnya
elektrolit gula darah, tekanan osmotik, homoglobin, hematokrit dan lain
sebagainya.;. 'ertahankan keadaan normotermia dan usahakan mencegah hipertermia.
. "limentasi yang adekuat, kalau perlu memberikan nutrisi parenteral.
8/15/2019 Tahap III anestesi
30/31
Semua tenaga kesehatan dituntut agar mampu melakukan tindakan resusitasi
jantung paru segera setelah korban mengalami henti nafas atau henti jantung
didiagnosa, kemudian melanjutkan sampai usaha resusitasi berhasil atau dinyatakan
gagal.
#idak sadar, tidak adanya pernafasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi
pupil yang menetap selama 0;-? menit atau lebih merupakan petunjuk kematian
otak kecuali pasien hipotermik, atau di bawah efek barbiturat atau dalam anastesi
umum.
"kan tetapi tidak adanya tanggapan jantung terhadap tindakan resusitasi
dibanding dengan tanda-tanda klinis kematian otak adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat keputusan mengakhiri usaha resusitasi. #idak adanya aktivitas listrik
jantung (asistole! walaupun dilakukan usaha resusitasi adekuat biasanya berarti
kematian jantung.
Seseorang dinyatakan meninggal bilamana / (0! fungsi spontan pernafasan
dan jantung telah berhenti secara pastiireversibel atau (! telah terbukti terjadi
kematian batang otak.
alamkeadaan darurat tidak mungkin untuk menegakkan diagnosis mati
batang otak. alam resusitasi darurat, seseorang dapat dinyatakan mati jika / (0!
terdapat tanda-tanda henti jantung dan atau (! sesdudah dimulai resusitasi pasien
tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan refleks muntah (gag refleD!,
serta pupil tetap dilatasi selama 0;-? menit atau lebih, kecuali kalau pasien
hipotermik atau di bawah pengaruh barbiturat atau anestesi umum.
alam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini /
0. 1ila timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif
. 9paya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang bertanggung jawab
meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter!.
. Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tak ada dokter
sebelumnya!.
4. 'enolong terlalu lelah sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.
;. 'asien dinyatakan meninggal.
6. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien berada
dalam stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan atau
hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih (yaitu
8/15/2019 Tahap III anestesi
31/31
sesudah ?-? menit terbukti tidak adanya denyut nadi pada keadaan
normotermi tanpa &'!.
Top Related