Tahap III anestesi

download Tahap III anestesi

of 31

Transcript of Tahap III anestesi

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    1/31

    RESUSITASI PARU, JANTUNG DAN OTAK 

    PENDAHULUAN

    Kedaruratan medis yang dapat mengancam nyawa biasa terjadi dimana saja,

    kapan saja dan bisa menimopa siapa saja. Keadaan ini dapat diesebabkan oleh suatu

     penyakit atau pun suatu kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan dan lain

    sebagainya. Keadaan ini sangat membutuhkan pertolongan segera sejak ditempat

    kejadian, selama transportasi, sampai pasien diserahkan kepada petugas kesehatan di

    rumah sakit.

    Sumbatan jalan napas hipoventilasi, henti nafas, syok, bahkan henti jantung,cepat sekali menyebabkan kematian bila tidak mendapat pertolongan yang cepat dan

    tepat. Kematian pasien akibat hal-hal seperti tersebut di atas sesungguhnya dapat

    dihindari bila tindakan pertolongan resusitasi cepat dikerjakan ditempat kejadian.

    Kerusakan otak permanen dapat terjadi jika aliran darah terhenti lebih dari

     beberapa menit (saat ini ditetapkan lebih dari 4- menit! atau sesudah terjadi suatu

    trauma dengan hipoksia beratatau kehilangan banyak darah yang tidak dikoreksi.

    "kan tetapi bila pertolongan resusitasi bisa diberikan dengan cepat dan

    tepat,kematian otak bisa dicegah bahkan pasien bisa pulih seperti sediakala.

    #indakan resusitasi dapat dikerjakan dimana saja dan kapan saja tanpa

    mempergunakan alat atau dengan alat oleh orang yang terlatih baik orang awam

    maupun tenaga kesehatan perawat atau dokter spesialis. Kedaruratan medik dapat

    menimpa siapa saja, tidak mengenal status sosial dan kejadiannya selalu mendadak.

    $leh karena itu sangat diperlukan individu atau petugas yang siap siaga menolong

    korban yang membutuhkan pertolongan.

    %ang dimaksud dengan resusitasi paru jantung (&'! adalah suatu usaha

    kedokteran gawat darurat untuk memulihkan fungsi respirasi dan atau sirkulasi yang

    mengalami kegagalan mendadak pada pasien yang masih mempunyai harapan hidup.

    )engapa hanya ada resusitasi paru jantung dan mengapa hanya yang

    mengalami kegagalan mendadak dilakukan resusitasi dan bagaimana pula

    menentukan keadaan pasien yang masih mempunyai harapan hidup**

    +al ini jelas bahwa manusia memerlukan oksigen untuk bisa hidup. &espirasi

    sebagai salah satu sistem organ tubuh berfungsi memasok oksigen ke dalam sirkulasi

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    2/31

    darah. Sistem kardiovaskuler berperan mengedarkan oksigen yang dipasok oleh

    sistem respirasi ke seluruh jaringan tubuh. #erhentikan pasokan dan edaran oksigen

    ke jaringansel untuk beberapa saat akan menimbulkan perubahan perangai

    metabolisme yang pada gilirannya akan menimbulkan kerusakan sel. $leh karena itu,

    harus selalu di upayakan agar fungsi kedua penyedia oksigen tersebut bekerja secara

    optimal.

    'ada kegagalan yang terjadi secara mendadak, paru dan jantung masih baik 

     bila dibandingkan dengan penyakit kronis, sehingga kemungkinan pemulihan dapat

    diharapkan. Kemudian bagaimana menentukan keadaan pasien yang masih

    mempunyai harapan hidup, hal ini memerlukan pengetahuan,pengalaman dan pertimbangan yang matang.

    alam proses belajar mengajar, tahapan-tahapan dan langkah-langkah

    resusitasi akan disampaikan secara berurutan, akan terapi dalam praktek klinis

    tahapan-tahapan dan langkah-langkah tersebut dilakukan secara simultan.

    #ahapan dan langkah-langkah resusitasi paru, jantung dan otak.untuk 

    memudahkan pengajaran, resusitasi paru-jantung-otak dibagi menjadi tahap, yaitu /

    #ahap 0 / bantuan hidup dasar (1+!, dengan tujuan untuk oksigenasi darurat.

    2angkah-langkahnya /

    ". / "irway control.

    1. / 1reathing support.

    3. / 3irculation support.

    #ahap / 1antuan hidup lanjut, dengan tujuan memulihkan dan mempertahankan

    sirkulasi spontan. 2angkah-langkanya /

    . / rug and fluid treatment.

    5. / 5lectrocardiography.

    6. / 6ibrillation treatment.

    #ahap / 1antuan hidup jangka panjang, dengan tujuan untuk pengelolaan intensif

    mentasi manusia. 2angkah-langkahnya /

    7. / 7auging.

    +. / +uman mentation.

    8. / 8ntensive care.

    TAHAP I

    BANTUAN HIDUP DASAR 

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    3/31

    A. Airway Control (!n"#a$ai Jalan Na%a$&

    $bstruksi jalan nafas merupakan salah satu penyebab dari gagal nafas akut.

    1erdasarkan derajat sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat terjadi secara parsial atau

    total.

    S#'atan Par$ial )alan na%a$

    7ambaran klinis/

    9saha nafas masih ada, suara nafas masih terdengar dan desiran udara

    ekspirasi dari mulut atau hidung pasien masih terasa, yang dapat diketahui denganmerasakan desiran udara melalui pemeriksaan dengan punggung tangan atau telinga

    dekat mulut atau hidung.

    7ejala dan tanda-tanda lain yang dapat dilihat pada sumbatan jalan nafas

     parsial adalah/

    0. "ktivitas otot-otot bantu pernafasan meningkat.

    . &etraksi supra sternal dan interkostal.

    . #erdengar stridor.

    4. #erdapat tanda-tanda hipoksia dan hiperkarbia.

    S#'atan total )alan na%a$

    7ambaran klinis/

    'ada sumbatan jalan nafas total, sama sekali tidak terdengar suara nafas, tidak 

    terasa desiran udara dari mulut atau hidung pasien, usah nafas pasien lebih

    meningkat dengan timbulnya gerakan dada paradoksal dan lebih meningkatnya

    aktivitas otot bantu nafas. #anda hipoksia dan hiperkarbia bertambah berat.

    1ila keadaan ini tidak segera ditanggulangi akan segera diikuti dengan

     berhentinya fungsi jantung karena hipoksia berat.

    1erdasarkan lokasi sumbatan, obstruksi jalan nafas dapat dibagi menjadi

    (tiga! lokasi.

    *. S#'atan +i ata$ larin"

    isebabkan oleh/

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    4/31

    *.* Li+a yan" )at# -! io%arin"

    +al ini bisa terjadi pada pasien tidak sadar, terutama pada pasien gemuk,

    leher pendek dan lidah besar misalnya pada bayi. 'ada pasien tidak sadar,

    tonus otot penyangga lidah menurun sehingga lidah jatuh kearah posterior 

    (terutama pada pasien dalam posisi terlentang! dan menempel pada dinding

     posterior faring, sehingga terjadi sumtoatan parsial yang ditandai dengan

    suara nafas ngorok (snoring).

    9saha pertolongan yang dilakukan adalah/ "triple airways manauver" 

    (gambar 0! dari Safar yaitu/ (0! ekstensi kepala, (! dorong mandibula

    kedepan dan (! buka mulut.

    7ambar 0/ triple manuver airway

    'ada pasien yang menderita patah tulang leher, manauver ini harus

    dilakukan dengan hati-hati, tergantung keperluan. 5kstensi kepala dapat

    dilakukan dengan mudah yaitu dengan menaruh bantal atau benda lain di

     bahu pasien. 1ila dengan cara ini sudah dapat membebaskan jalan nafas,

     posisi ini dipertahankan dan kepala pasien dimiringkanuntuk mencegah

    sumbatan karena benda cair, atau pasien dimiringkan dengan posisi miring

    stabil. "pabila dengan cara ini tidak berhasil dapat dipasang pipa orofaring

    (gambar ! atau nasofaring(gambar !.

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    5/31

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    6/31

    *.0 P!nya-it in%!-$i ata# t#'or )alan na%a$ a"ian ata$

    'enyakit infeksi atau tumor jalan nafas bagian atas yang dapat

    menimbulkan sumbatan jalan nafas bagian atas adalah/ pembesaran tonsil,

     polip pada rongga hidung dan beberapa tumor lain di rongga mulut dan

    dasar 8idah.

    9saha pertolongannya adalah dengan cara operatif, yaitu mengangkat

    tumor, atau bila tumornya tidak mungkin diangkat dan sumbatannya bersifat

    darurat dan mengancam dapat dilakukan tindakan krikotiritomi (gambar !

    dilanjutkan dengan tindakan trakeostomi (gambar

    7ambar 4/ mengorek rongga mulut dengan tangan

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    7/31

    *.1 Tra#'a +i +a!ra '#-a

    #rauma kepala yang mengenai daerah maksilo-fasial, dapat merusak 

    struktur anatomi regio ini, sehingga akan mengganggu pasase udara melalui

     jalan nafas atas.

    9saha membebaskan jalan nafas pada korban seperti ini adalah

     berusaha secepat mungkin melakukan rekonstrusi jalan nafas bagian atas.

    Sementara hal ini belum bisa dikerjakan, usaha melapangkan jalan nafas

    dilakukan dengan memasang pipa endotrakea (gambar =! atau melakukan

    trakeostomi (gambar

    /. S#'atan a+a larin"

    isebabkan oleh/

    /.* B!n+a A$in"

    1enda asing dapat menyumbat rima glotis sehingga terjadi sumbatan total

     jalan nafas atas. 7ejala yang timbul adalah/ korbanakan segera memegang

    7ambar

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    8/31

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    9/31

    /./ P!nya-it In%!-$i

    2aringitis akut difteri atau non dipteri yang sering menyerang pada anak-

    anak, dapat menimbulkan penyulit sumbatan jalan nafas. 'asien akan

    mengalami sumbatan jalan nafas parsial sampai total gejala klinis berupa

    stridor dengan aktivitas pernafasan meningkat.

    9saha pertolongannya adalah/ untuk sementara dapat dilakukan

    krikotirotomi, (gambar ! kemudian segera dilakukan trakeostomi (gambar 

    /.0 R!a-$i al!r"i (ana%ila-ti-&

    "ngioneuritik udema pada daerah laring merupakan salah satu

    gambaran dari suatu reaksi alergi. Keadaan ini dapat menimbulkan sumbatan

     jalan nafas parsial sampai total, dengan gejala seperti tersebut di atas.

    9saha pertolongannya adalah/ apabila sumbatannya total segera

    melakukan tindakan krikotirotomi (gambar ! atau trakeostomi (gambar

    #indakan pemberian medika-mentosa dapat diberikan akantetapiselalu

    memperhatikan keadaan pasien, bila keadaan pasien bertambah buruk segera

    dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi.

    /.1 T#'or larin"

    'olip pada laring atau pita suara, dan tumor lain yang terdapat pada laring,

    secara langsung akan menutup jalan nafas secara parsial atau total tergantung

     besar dan lokasi tumor.

    9saha pertolongannya adalah/ segera mengangkat tumor tersebut bila

    keadaan memungkinkan. "kan tetapi bila keadaan tidak memungkinkan

    sementara dapat dikerjakan trakeostomi (gambar

    /.2 Tra#'a larin"

    1eberapa jenis trauma di daerah leher dapat menimbulkan sumbatan jalan

    nafas, antara lain/ cekekanjeratan pada leher dan trauma langsung pada

    leher. Sumbatan jalan nafas yang terjadi bisa partial sampai total dengan

    gejala seperti tersebut di atas.

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    10/31

    9saha pertolongannya adalah/ tergantung penyebabnya, bila karena

    cekekanjeratan, segera melepaskan cekekanjeratan tersebut. 1ila karena

    sebab yang lainnya, segera dilakukan trakeostomi (gambar

    /.3 Parali$i$ ita $#ara

    'aralisis pita suara paling sering disebabkan oleh karena lesi pada nervus

    rekurens akibat manipulasi pada operasi didaerah leher, misalnya operasi

    tiroidektomi. 9saha pertolongannya adalah/ segera dilakukan trakeostomi

    (gambar

    /.4 Sa$'! larin"

    isebabkan karena perangsangan nervus vagus (refleks vagal!. "mbangvagal akan menurun pada hipoksia, asidosis, penderita kesadaran menurun

    dan lain-lainnya. Suara nafas seperti botol ditiup (krowing! adalah

    merupakan tanda yang khas. 9saha pertolongannya adalah memberikan obat

     pelumpuh otot.

    0. S#'atan +i awa larin"

    Sumbatan jalan nafas di bawah laring bisa terjadi pada trakea dan pada bronkus.

    0.* Tra-!a

    Sumbatan yang terjadi pada trakea dapat disebabkan oleh tumor yang

    mendesak trakea, #rauma akibat operasi yang dapat menimbulkan trakeo-

    malasea dan trauma langsung akibat kecelakaan yang lain.

    7ejala klinis dapat berupa sumbatan parsial maupun total seperti tersebut

    di atas. 9saha pertolongannya adalah/ segera dilakukan pemasangan pipa

    endotrakea, (gambar =! kemudian dilanjutkan dengan trakeostomi (gambar 

    0./ Bron-#$

    Sumbatan pada bronkus dapat disebabkan oleh/ benda asing, spasme

     bronkus dan tumor.

    1ila sumbatannya disebabkan oleh aspirasi benda asingpadat dan pada

    saat kejadian pasien berdiri, maka bendaasing ini akan cenderung masuk ke

     bronkus kanan. +al inidisebabkan karena anatomis bronkus kanan lebih

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    11/31

    vertikal.7ejala yang dapat dijumpai pada pasien ini tergantungdari derajat

    sumbatannya, bisa parsial atau total pada satuparu.

    9saha pertolongannya adalah/ melihat langsung bronkus dengan ostea-

    osteanya mempergunakan alat bronkoskop, selanjutnya menghisapnya atau

    menjepit benda asing yang masuk dengan alat penjepit khusus.

    1ila sumbatannya oleh karena spasme bronkus, akan terdengar suara

    nafas wheezing dan adanya tanda-tanda hipoksia dan hiperkarbia.

    9saha pertolongannya adalah/ segera memberikan bronkodilator.

    B. Br!atin" S#ort (Bant#an Na%a$&

    Setelahjalannafasterbuka,penolonghendaknyasegera menilai apakah pasien

     bernafas spontan atau tidak. +al ini dapat dilakukan dengan memperhatikan gerak 

    nafas pasien atau mendengarkan meraskan aliran udara nafas pada mulut dan

    hidung. 1ila tidak bernafas spontan atau bernafas tetapi tidak adekuat segera

    diberikan nafas buatan.

    Sebab-sebab henti nafas.

    *. D!r!$i #$at na%a$

    isebabkan oleh/ trauma kapitis, infeksi intra kranial, obat-obatan yang

    mempunyai efek depresi pusat nafas misalnya narkotika dan beberapa obat

    anestesia serta keracunan.

    /. K!l#'#an otot !rna%a$an

    isebabkan oleh/ penyakit infeksi seperti polio mielitis dan 7uillam 1arre,

     penyakit syaraf-otot seperti )yastenia 7ravis, trauma medula spinalis, obat-

    obatan seperti streptomisin, kanamisin, polimiksin dan derivat aminoglikosid

    yang lain, dan akibat penggunaan obat pelumpuh otot.

    U$aa !'!rian na%a$ #atan +aat +ila-#-an tana alat ata# +!n"an

    alat ant# na%a$, '!'!r"#na-an #+ara !-$ira$i !nolon" ata# +!n"an

    #+ara at'o$%ir +i$!rtai +!n"an 5a'#ran o-$i"!n '#rni yan" t!la

    +i$ia-an +ala' ta#n".

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    12/31

    9dara ekspirasi penolong masih bisa diberikan karena udara ekspirasi ini masih

    mengandung oksigen sebanyak 0 - 0= @. Aalaupun di dalamnya terdapat 3$,

    akan tetapi 3$  ini tidak akan masuk ke dalam tubuh karena tekanan parsial

    3$ di dalam darah pasien yang henti nafas lebih tinggi dari udara ekspirasi

     penolong.

    B!!raa 5ara !'!rian na%a$ #atan

    0. ari mulut penolong, ke mulut pasien (mulut ke mulut! atau ke hidung

     pasien (mulut ke hidung! (gambar/ 0!

    3ara ini mempergunakan udara ekspirasi penolong. 9dara ekspirasiditiupkan ke mulut atau ke hidung penderita sebanyak kira-kira kali volume

    tidal penderita dengan frekuensi nafas disesuaikan dengan kebutuhan

     penderita. iupayakan melakukan hiperventilasi. 'roses ekspirasi penderita

    dilakukan secara pasip dengan cara melepaskan mulut penolong dari

    muluthidung penderita setelah selesai meniup.

    . ari mulut penolong melalui pipa S (gambar 0!

    'rosesnya sama dengan di atas, hanya penolong meniupkan udara

    ekspirasinya melalui pipa orofaring S yang telah dipasang terlebih dahulu.

    Selesai meniup, mulut dilepas dari pipa S dan pasien berekspirasi melalui

     pipa S ke udara atmosfir.

    . ari mulut penolong lewat sungkup muka (gambar 04!

    'rosesnya sama dengan yang di atas tetapi mempergunakan sungkup muka.

    Sungkup muka dipasang sedemikian rupa sehingga menutupi mulut dan

    hidung pasien serta diusahakan tidak ada kebocoran pada celah antara

    7ambar 0/ dari mulut ke

    muluthidung

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    13/31

    sungkup dengan muka pasien. 'enolong meniupkan udara ekspirasinya

    melalui lubang (inlet! sungkup muka.

    4. )empergunakan alat bantu nafas manual balon sungkup (gambar 0;!.

    3ara ini berbeda dengan ke tiga cara-cara yang telah dilukiskan di atas.

    9dara yang digunakan adalah udara atmosfir atau bisa dicampur dengan

    oksigen murni yang berasal dari tabung oksigen yang telah disiapkan.

    3aranya/ #angan kanan memompa balon, sedangkan tangan kiri

    mempertahankan ekstensi kepala dan menekan sungkup pada muka penderita

    agar tidak bocor. 6rekuensi nafas, dan volume tidak disesuaikan dengan

    kebutuhan penderita. iusakaan melakukan hiperventilasi.

    ;. )empergukan balon ke pipa endotrakea (gambar 0!

    3ara ini sama dengan cara di atas, tetapi terlebih dahulu harus memasang

     pipa endotrakea melalui muluthidung, selanjutnya bantuan nafas dilakukan

    dengan balon yang dihubungkan ke pipa endotrakea.

    7ambar 04/ dari mulut ke sungkup

    7ambar 0;/ menggunakan balon sungkup

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    14/31

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    15/31

    *. 7a-tor ri'!r

    isebabkan oleh/ penyakit pada jantung sendiri yaitu/ kelainan pada sistem

    konduksi jantung atau kelainan pada otot jantung seperti misalnya infark, yang

    dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel atau asistol. Keadaan yang lain yang

    dapat digolongkan sebagai penyebab primer adalah trauma listrik atau petir 

    yang secara langsung dapat mempengaruhi fungsi konduksi jantung.

    /. 7a-tor $!-#n+!r

    'aling sering disebabkan oleh/ (0! asfiksia akibat gagal nafas akut,

    menyebabkan kegagalan pasokan oksigsn dan (! perdarahan akutmasif akibat

    trauma, menyebabkan kekosongan volume sirkulasi sehingga tidak ada curah jantung.

    P!r#aan6!r#aan yan" t!r)a+i a-iat !nti )ant#n"

    +enti jantung apapun sebabnya akan menimbulkan kegagalan perfusi atau

    edaranpasokan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, sehingga menimbulkan hipoksia

    atau anoksia jaringan, terutama organ-organ vital.

    +ipoksia atau anoksia jaringan akan menyebabkan timbulnya perubahan

     perangai metabolisme dari siklus aerob ke siklus anaerob. +al ini akan

    mengakibatkan bertumpuknya produk-produk intermedier sehingga terjadi

    akumulasiasam laktatdan piruvatyang selanjutnya menyebabkan asidosis metabolik.

    "sidosis metabolik yang terjadi dapat menimbulkan disfungsi enCim yang berfungsi

    sebagai katalisator dan disfungsi mitokondria sel-sel, serta pada akhirnya kematian

    sel yang menetap tidak bisa dihindari.

    $tak merupakan organ vital yang mendapatkan aliran darah sekitar 0;@ dari

    curah jantung dan mengkonsumsi oksigen sekitar ?@ dari konsumsi oksigen

    seluruh tubuh. $tak sangat rentan terhadap iskemik, karena otak tidakmempunyai

    cadangan energi dan laju metabolismenya sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan

    kalorinya.

    1ila aliran darah otak berhenti dalam waktu tertentu, akan menimbulkan

     perubahan-perubahan sebagai berikut/

    0. 1erhenti selama 0; detik, penderita koma.

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    16/31

    . 1erhenti selama 0;-? detik, 557 isoelektris.

    . 1erhenti selama ? - ? detik, pasien henti nafas dan pupil mengalami dilatasi

    maksimal.

    4. 1erhenti selama ; menit, terjadi kerusakan otak permanen.

    Ko'r!$i Jant#n"

    Kompresi jantung adalah bantuan sirkulasivans dapat dilakukan dari luar atau

    kompresi jantung luar (K2! dan dapat pula dilakukan kompresi jantung dari dalam

    rongga dada atau kompresi jantung :dalam (K! melalui torakotomi, bila

    kejadiannya di kamar operasi.

    KJL Caranya a+ala $!a"ai !ri-#t8

    'asien ditidurkan terlentang di atas lantai atau tempat tidur yang beralas keras

    dan padat d77engan kedua tungkai ditinggikan. 'enolong mengambil posisi berlutut

    disamping korban dan meletakkan salah satu tumit telapak tangannya di atas

     permukaan sternum pada titik dari atas jarak antara manubrium sterni dan prsesus

    sifoideus atau - jari sefalad dari pertemuan tulang sternum dengan prosesus

    sifoideus (gambar 0

    #angan penolong

    yang lain

    diletakkan di atas

    tangan pertama dengan jari- jari

    terkunci dan lengan lurus serta ke dua bahu berada tepat di atas sternum korban.

    Kemudian penolong memberikan tekanan vertikal ke bawah dengan mempergunakan

     berat badan sampai menghasilkan pergerakan dada setinggi 4-; cm. Setelah kompresi

    7ambar 0

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    17/31

    harus ada relaksasi, tetapi ke dua tangan tidak boleh diangkat dari dada korban.

    ianjurkan lama kompresi sama dengan lama relaksasi.

    Kompresi yang dilakukan pada titik tersebut di atas akan menekan jantung

    diantara tulang dada dan tulang belakang (gambar 0=! sehingga pada saat penekanan

    darah akan mengalir dari jantung keseluruh tubuh. Sebaliknya pada saat pelepasan

    tekananrelaksasi darah akan mengalir ke dalam jantung akibat mekanisme pompa

    isap toraks.

    "pabila hanya satu penolong, diberikan kompresi sebanyak 0; kali dan

    diikuti pemberian kali nafas dalam dengan cepat dan dalam. alam satu menit

    harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu/ ? kompresi dan = nafas! (gambar 

    0>!.

    "pabila ada penolong, kompresi diberikan oleh salah satu penolong dengan

    laju ?menit dan nafas buatan oleh penolong kedua yang dilakukan pada akhir 

    hitungan ke limb, sehingga fre-kuensi nafas menjadi 0 kali, sehingga

     perbandingannya menjadi ;/ 0 (gambar ?!.

    7ambar 0=/ topografi jantung

    7ambar 0>/ seorang penolong

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    18/31

    Kompresi harus dilakukan secara halus dan berirama. "pabila dilakukan

    dengan benar, kompresijantungluardapat menghasilkan tekanan sistolik lebih dari

    0?? mm +g dan tekanan rata-rata pada arteri karotis 4? mm +g.

    T!-ni- a+a ayi +an ana-6ana-.

    'ada prinsipnya bantuan hidup dasar pada bayi dan anak sama dengan pada

    orang dewasa. "kan tetapi karena perbedaan ukuran, diperlukan modifikasi teknik 

    seperti yang disebutkan di atas.

    o+i%i-a$inya a+ala8

    0. 5kstensi kepala yang berlebihan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas pada

     bayi dan anak kecil, oleh karena itu kepala hendaknya dijaga dalam posisi netral

    selama diusahakan membuka jalan nafas.

    . 'ada bayi dan anak kecil ventilasi mulut ke mulut dan hidung lebih sesuai dari

     pada ventilasi mulut ke mulut atau mulut kehidung. 'emberian nafas harus lebih

    kecil volumenya dan frekuensi ventilasi harus ditingkatkan menjadi 0 nafas tiap

    detik untuk bayi dan 0 nafas tiap 4 detik untuk anak-anak.

    . 'ukulan punggung dapat diberikan pada bayi dengan korban telungkup dan

    mengangkang pada lengan penolong dan hentakan dada diberikan dengan bayi

    terlentang dengan kepala terletak di bawah melintang pada paha penolong.

    4. 'ukulan punggung pada anak yang lebih besar dapat dilakukan dengan korban

    telungkup melintang di atas paha penolong dengan kepala lebih rendah dari

     badan, dan hentakan dada dapat dilakukan dengan anak terlentang di atas lantai.

    ;. 'ada bayi dan anak letak jantung dalam rongga toraks lebih tinggi dibandingkan

    orang dewasa, oleh karena itu kompresi dada luar hendaknya dilakukan pada titik 

    atau jari di bawah garis antara putting susu pada bayi dan pada pertengahan

    7ambar ?/ dua orang penolong

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    19/31

    sternum pada anak. Baik turunnya dada pada bayi saat menekan sternum

    diusahakan agar mencapai 0,; - ,; cm, sedangkan pada anak diperlukan

     penekanan , ; - 4 cm agar sirkulasinya efektif.

    . Kompresi pada bayi dapat dilakukan dengan mempergunakan kedua ibu jari atau

    dengan dua jari yaitu telunjuk dan jari tengah, sedangkan pada anak yang lebih

     besar dapat digunakan pangkal telapak tangan.

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    20/31

    tidak akan ada respons perubahan diameter pupil, sehingga dengan demikian dapat

    disimpulkan bahwa korban telah berada pada keadaan mati otak permanen.

    TAHAP II

    BANTUAN HIDUP LANJUT

    1antuan +idup 2anjut (1+2! ditujukan untuk segera dapat memulihkan dan

    mempertahankan fungsi sirkulasi spontan, sehingga perfusi dan oksigenasi jaringan

    dapat segera dipulihkan dan diper-tahankan. #indakan ini segera dapat dikerjakan

    secara simultan bersamaan dengan tindakan-tindakan pada tahap pertama (1antuan

    +idup asar!.

    #indakan pada tahap ke 88 ini rnemerlukan peralatan khusus dan obat-obatan,

    agar segera dapat memulihkan dan mempertahankan sirkulasi spontan.

    Alat6alat +an oat6oatan yan" +i!rl#-an a+a taa II.

    alam rumah sakit, perlengkapan dan obat-obatan untuk bantuan hidup lanjut

     biasanya disimpan pada kereta yang dapat ber-gerak dan diletakkan pada daerah

    yang strategis. Kereta ini beserta isinya harus ada di ruang gawat darurat, ruang

    terapi intensif, di kamar operasi dan di ruang pulih.

    'erlengkapan pada kereta ini hendaknya mencakup tabung oksigen, alat jalan

    nafas (pipa orofarings, nasofaring dan pipa endotrakea, sungkup muka, alat isap,

    laringoskop, forsep )agil, dan perlengkapan untuk memasang infus, 5K7 monitor 

    dengan defibrilatornya dengan arus searah dan papan atau plastik yang datar dan kuat

    untuk landasan resusitasi.

    $bat-obatan yang diperlukan adalah/ obat-obat simpatomimetik (adrenalin,

    nor adrenalin, dopamin, efedrin, efortil, metaraminol dan isoproternol!, obat

     pelumpuh otot (suksinil kholin dan pankuronium atau derivat kurare yang lain!,

    sedatif dan anti kejang, lidokain, prokainamid, bretillium diuretik, natrium

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    21/31

     bikarbonat, kalsium giukonas, digitalis, kortikosteroid, atropin, morfin atau petidin,

    nalokson, bronkodilator (aminofilin!, cairan infus dan jangan lupa pada oksigen.

    D. Dr#"$ an+ 7l#i+$9 (Oat6oatan +an Cairan&

    Oat6oatan.

    Aalaupun banyak jenis obat seperti yang telah disebutkan di atas digunakan

    untuk tindakan pada langkah ini, namun obat esensial yang harus segera diberikan

     pada setiap henti jantung adalah/

    *. A+r!nalin.

    "drenalin adalah obat yang harus segera diberikan bila henti jantung yang terjadikurang dari (dua! menit dan disaksikan. osisnya/ ?,; - 0,? mg (dosis untuk 

    orang dewasa!, diberikan langsung intravena atau dapat diencerkan dengan

    akuades menjadi 0? ml. 'ada anak-anak dosisnya adalah 0? mcgkg. "pabila

     jalurvena belum ada, dapat diberikan intratrakea lewat pipa endotrakea (0 ml

    adrenalin 0/ 0??? diencerkan dengan > ml akuades steril!. "pabila keadaan

    sangat mendesak, bisa diberikan intrakardiak. #etapi belakangan ini cara

    intrakardiak tidak dianjurkan lagi. 'emberiannya dapat diulang setelah -; menit

     pemberian pertama dengan dosis sama seperti dosis pertama.

    /. Natri#' Bi-aronat.

     Batrium bikarbonatdiberikan pertama kali bila henti jantungnya diperkirakan

    lebih dari (dua! menit, karena pada keadaan ini asidosis yang terjadi sangat

     berat. 'ada henti jantung yang kurang dari (dua! menit tidak perlu diberikan

    obat ini karena asidosis yang terjadi masih ringan dan hal ini dapat segera

    dikoreksi dengan pemberian nafas buatan yang adekuat.

    osis permulaan/ 0 m5Ekg, kemudian dapat diuiang setiap  0? menit dengan

    dosis ?,; m5E kg sampai jantung berdenyut spontan. $bat ini dikemas dalam

    ampul berisi ;? ml dan 0 ml mengandung 0 m5E2. 'emberiannya hanya boleh

    dilakukan secara intravena.

    9ntuk mengoreksi asidosis secara tepat hams dilakukan pemeriksaan analisis

    gas darah sehingga diketahui defisit basa yang terjadi. 'erhitungan natrium

     bikarbonat yang diperlukan adalah/

    Do$i$ i-aronat : +!%i$it a$a ;

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    22/31

    0. Gl#-o$a 1

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    23/31

    E. El!5tro5ar+io"ray.

    "lat pantau 5K7 adalah alat pantau standar yang harus tersedia di 9nit-unit

    7awat aurat. iagnostik henti jantung mutlak harus ditegakkan melalui

     pemeriksaan 5K7, sehingga dengan demikian bantuan hidup lanjut dapat dilaFkukan

    secara tepat sesuai dengan gambaran 5K7. 7ambaran 5K7sangatmenentukan

    langkah-langkah terapi pemuiihan yang akan dilakukan.

    "da (tiga! pola 5K7 pada henti jantung, yaitu (gambar 4!/

    *. A$i$tol >!ntri-!l

    "dalah ketiadaan denyut jantung dengan gambaran 5K7 yang isoelektris, yang

     paling sering disebabkan oleh hipoksia, asfiksia dan blok jantung.

    9saha pertolongannya adalah/

    0! 1antuan hidup dasar (langkah " dengan memasang '5#, 1 dan 3! dilakukan

    7ambar 0/ vena perifer 

    7ambar 0/ salah satu

    kanulasi vena sentralis

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    24/31

    secara adekuat.

    ! 2akukan pukulan prekordial.

    ! %akinkan bahwa gambaran tersebut bukan fibnlasi ventrikel.

    4! 2akukan langkah / berikanobat-obatan/ adrenalin, natrium bikarbonat,

    atropin yang dapat diulang sesuai kebutuhan. apabila belum berhasil segera

    diberikan kalsium klorida atau glukonas.

    ;! 1ila belum berhasil biasanya disebabkan oleh blokjantung, segera pasang

    alat pacu jantung.

    /. Di$o$ia$i !l!-tro'!-ani- (-o'l!- an!&.7ambaran 5K7 ini sebenarnya adalah asistol mekanik yaitu ketiadaan

    denyut dengan gambaran 5K7 agonal (aneh atau abnormal! atau kadang-kadang

    relatif normal tetapi tidak terdapat pola G&S yang khas. )ekanisme kontraksi

    tidak efektif sehingga denyut nadi tidak teraba.

    Sebab-sebabnya adalah/ hypovolemia, emboli paru masif, efusi perikardium

    dengan tamponade, ruptur otot jantung atau aneurisma, asidosis parsisten,

    hipotermi dan ventilasi tidak adekuat serta gangguan keseimbangan elektrolit.

    U$aa !rtolon"annya a+ala8

    0. 1antuan hidup dasar (langkah-langkah " dengan pema-sangan '5#, 1 dan 3!

    dilakukan secara adekuat.

    . 'emberian obat-obatan/ adrenalin dan natrium bikarbonat.

    . 9sahakan mencari penyebab yang mungkin bisa dikoreksi.

    4. #erapi cairan yang adekuat.

    0. 7irila$i ?!ntri-!l

    6ibrilasi ventrikel (6H! paling sering menyebabkan kematian jantung mendadak.

    Keadaan ini merupakan gerak getar ventrikel jantung secara kontinyu dan tidak 

    teratur sehingga tidak bisa memompakan darah keseluruh tubuh. 'ada 5K7 akan

    tampak osilasi yang khas tanpa kompleks G&S. 

    Sebab-sebabnya/ bisa primer atau sekunder dan mekanisme nya belum

    diketahui dengan pasti. 'enyebab primer yang paling sering adalah iskhemia otot

     jantung, reaksi obat yang merugikan, tersengat listrik dan kateterisasi pada

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    25/31

     jantung yang iritatif. Sedangkan penyebab sekunder adalah usaha resusitasi pada

    asistol karena asfiksia, tenggelam dan akibat perdarahan.

    9saha pertolongannya adalah/

    0. #anpa menunggu 5K7 segera lakukan bantuan hidup dasar (langkah "

    dengan pemasanga '5#, 1 dan 3!

    . ilanjutkan dengan tindakan pukulan prekordial teru-tama pada fibrilasi

    yang disaksikan.

    . 1erikanobat-obatan/ adrenalin dan natrium bikarbonat sesuai dosis dan kalau

     perlu diulang

    4. 5valuasi dengan 5K7, bila gambaran 5K7 berupa fibrilasi halus, berikanadrenalin lagi agar berubah men-jadi kasar, oleh karena fibrilasi kasar lebih

    mudah di-kembalikan ke irama sinus dengan terapi fibrilasi, bila kasar segera

    dilakukan langkah 6.

    H. 7irilation Tr!at'!nt. (T!rai 7irila$i&.

    #erapi fibrilasi adalah usaha untuk segera mengakhiri disritmia

    takhkikardia ventrikel dan fibrilasi ventrikel menjadi irama sinus normal dengan

    mempergunakan syok balik listriK. Syok balik listrik ini menghasilkan

    depolarisasi seretak semua serai otot jantung dan setelah itu jantung akan

     berkontraksi spontan, asalkan otot jantung mendapatkan oksigen yang cukup dan

    tidak menclerita asidosis. #erapi syok balik listrik dapat dilakukan dengan arus

     bolak-balik atau arus searah melalui dada.

    'ada saat ini terapi syok bolak - balik sudah tidak populer, karena cara ini

    sangat tergantung pada lairan listrik '2B (tidak pcrtabel!, kontraksi otot sangat

    kuat, bisa menimbulkan fibrilasi pada jantung yang berdenyut spontan dan bisa

    terjari bahaya pada. operator bila tidak memakai isolasi. Sedangkan yang arus

    searah, tidak tergantung dengan '2B dan bisa dipakai secara portabei, lebih

    efektif untuk kardioversi, dapat digunakan untuk kardioversi jantung yang masih

     berdenyut dan tidak membahayakan operator.

    1esarnya energi yang umum digunakan untuk syok "S adalah/ 4?? oule

    untuk orang dewasa, 0?? - ?? oule untuk anak dan ;? - 0?? oule untuk bayi.

    'ada takhikardi ventrikel, energi yang dibutuhkan lebih kecil. osis yang tepat

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    26/31

    tergantung berat badan. 9ntuk orang dewasa energi awal dibutuhkan kg11,

    sedangkan pada anak , kg11 dan dapat diulang dengan dosis ulangan tertinggi

    adalah ; kg11.

    Cara '!la-#-an $yo- ali- li$tri- AS.

    Sebelum mulai terapi fibrilasi, alat defibrilator harus diperiksa dan dicoba

    terlebih dahulu kemampuannya memberikan energi mulai dari energi rendah

    sampai tinggi.

    'edal defibrilator luar (dada! hendaknya yang besar dengan diameter 04

    cm untuk orang dewasa, = cm untuk anak-anak dan 4,; cm untuk bayi, sedangkan pedal untuk defibrilator dalam (jantung! pada dada terbuka dewasa adalah cm,

    4 cm untuk anak dan cm untuk bayi. 7ambar 

    #eknik syok balik listrik luar adalah sebagai berikut/

    0. 1ila 6H yang terjadi disaksikan, segera lakukan terapi de-fibrilasi dalam ?

    detik tanpa bantuan hidup dasar ("13-&'!, tetapi bila tidak disaksikan

    lakukan "13-&' terlebih dahulu.

    . 'utar alat pemindahan sinkronisasi defibrilator ke tanda :off: dan nyalakan

    tenaga utama.

    . #entukan tingkat energi yang dikehendaki (sesuai dengan berat badan! dan isi

    muatan pedal.

    4. Kedua pedal elektrode diisi pelicin (jeli! dan kemudian pedal negatif tempel-

    kan pada dada kanan bagian atas tepat disebelah kanan sternum dan di bawah

    klavikula sedangkan pedal positif di dada kiri tepat di bawah dan disebelah

    kiri puting susu kiri (gambar ;!. #ekan kedua pedal dengan kuat pada dada.

    ;. 'astikan diagnosis pada 5K7.

    . 9sahakan operatortidak berhubungan dengan pasien agar tidak tersengat

    aliran listrik.

    . 1ila denyut nadi belum teraba dalam ; detik, teruskan "13 - &', bila 6H

    masih berlanjut setelah 0 menit melakukan "13, ulangi syok balik dengan

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    27/31

    dosis berikutnya yaitu 4-; oulekg11.

    1ila belum berhasil berikan lidokain 0- mgkg 11 secara intravena dan

    kalau perlu diteruskan dengan infus. 9langi syok balik listrik seperti tersebut di atas.

    1ila belum berhasil juga, dapat diberi-kan prokainamid 0- mgkg 11 intravena dan

    kemudian lakukan syok lagi. 1ila belum berhasil.juga, berikan bretilium ; mgkg 11

    intravena dan selanjutnya syok lagi. 1ila berlum berhasil dosis bretilium dapat

    ditinggikan 0? mgkg sampai dosis total ? mgkg. 1retilium ini merupakan obat

    terakhir yang tersedia pada saat ini. 1ila ini juga tidak berhasil maka dapat

    ditegakkan diagnosis kema-tian jantung.Sebaliknya, bila usaha syok balik listrik sudah berhasil mengem-balikan

    irama jantung ke irama sinus, keadaan ini dipertahankan dengan memberikan obat-

    obat seperti tersebut di atas (lidokain atau prokainamid atau bretilium! dengan dosis

    0- imgkg berat badan.

    #indakan selanjutnya, setelah berhasil memulihkan dan mem-pertahankan

    sirkulasi spontan adalah melakukan bantuan hidup jangka panjang yang berorientasi

     pada pemulihan fungsi otak di 9nit #erapi 8ntensif.

    'ada kasus-kasuskejadian khusus yang disaksikan oleh penolong dan segera

    memperoleh pertolongan yang tepat dan cepat, penderita dapat pulih kembalisecara

     penuh, artinya/ jantung segera berdenyut spontan dengan irama sinus, pernafasan

    segera pulih secara spontan dan adekuat serta kesadaran kembali pulih seperti

    semula. 'ada pasien seperti ini hanya memerlukan pemantauan ketat dan perawatan

     pasca resusitasi.

    TAHAP III

    BANTUAN HIDUP JANGKA PANJANG

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    28/31

    2angkah-langkah pada tahap ke 888 merupakan tahapan bantuan hidup jangka

     panjang, yaitu pengelolaan intensif untuk mencegah kegagalan organ multiple, yang

    merupakan satu kesatuan langkah yang terdiri dari /

    0. 2angkah 7 (gaughing! yaitu evaluasi dan triase pengelolaan kritis

    . 2angkah + (human mentation! yaitu humanisasi hasil akhir dengan tindakan

    resusitasi otak 

    . 2angkah 8 (intensive care! yaitu terapi intensif untuk bantuan hidup secara

    umum

    enis pengelolaan yang diperlukan pasien yang telah mendapat resusitasi

     bergantung sepenuhnya kepada hasil resusitasi. 'asien yang tidak mempunyai defisit

    neurologis dan terpelihara dalam tekanan darah yang normal tanpa aritmia hanya

    memerlukan monitor intensif dan observasi terus menerus terhadap sirkulasi ,

     pernafasan, fungsi otak, ginjal dan hati. 'asien yang mempunyai kegagalan satu atau

    lebih dari sistem memerlukan bantuan dari ventilasi atau sirkulasi, terapi aritmia,

    dialisis atau resusitasi otak.

    $rgan yang paling terpengaruh oleh kerusakan hipoksemik dan iskemik 

    selaman henti jantung adalah otak. Satu dari lima organ yang selamat dari henti

     jantung mempunyai defisit neurologis. 1ila pasien tidak sadar hendaknya dilakukan

    usaha untuk memelihara perfusi dan oksigenasi otak.

    Tin+a-an6tin+a-an a-# ant#an i+# !rori!nta$i ota- a+ala 8

    A. H!'!o$ta$i$ !-$tra-rani#'

    9saha yang dilakukan dalam rangka hemeostasis ekstrakranium adalah /

    0. )engupayakan agar sistem kardiovaskuler dalam batas normal dengan

     pemantauan ketat sehingga tekanan darah dapat dipertahankan dalam batas- batas normal baik dengan terapi cairan meupun penggunaan obat vasoaktif.

    . Hentilasi mekanik diperlukan untuk mempertahankan variabel gas darah

    dalam batas nilai / p+I

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    29/31

    4. )engupayakan agar variabel darah dalam batas normal, seperti misalnya

    elektrolit gula darah, tekanan osmotik, homoglobin, hematokrit dan lain

    sebagainya.;. 'ertahankan keadaan normotermia dan usahakan mencegah hipertermia.

    . "limentasi yang adekuat, kalau perlu memberikan nutrisi parenteral.

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    30/31

    Semua tenaga kesehatan dituntut agar mampu melakukan tindakan resusitasi

     jantung paru segera setelah korban mengalami henti nafas atau henti jantung

    didiagnosa, kemudian melanjutkan sampai usaha resusitasi berhasil atau dinyatakan

    gagal.

    #idak sadar, tidak adanya pernafasan spontan dan refleks muntah dan dilatasi

     pupil yang menetap selama 0;-? menit atau lebih merupakan petunjuk kematian

    otak kecuali pasien hipotermik, atau di bawah efek barbiturat atau dalam anastesi

    umum.

    "kan tetapi tidak adanya tanggapan jantung terhadap tindakan resusitasi

    dibanding dengan tanda-tanda klinis kematian otak adalah titik akhir yang lebih baik untuk membuat keputusan mengakhiri usaha resusitasi. #idak adanya aktivitas listrik 

     jantung (asistole! walaupun dilakukan usaha resusitasi adekuat biasanya berarti

    kematian jantung.

    Seseorang dinyatakan meninggal bilamana / (0! fungsi spontan pernafasan

    dan jantung telah berhenti secara pastiireversibel atau (! telah terbukti terjadi

    kematian batang otak.

    alamkeadaan darurat tidak mungkin untuk menegakkan diagnosis mati

     batang otak. alam resusitasi darurat, seseorang dapat dinyatakan mati jika / (0!

    terdapat tanda-tanda henti jantung dan atau (! sesdudah dimulai resusitasi pasien

    tetap tidak sadar, tidak timbul ventilasi spontan dan refleks muntah (gag refleD!,

    serta pupil tetap dilatasi selama 0;-? menit atau lebih, kecuali kalau pasien

    hipotermik atau di bawah pengaruh barbiturat atau anestesi umum.

    alam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri bila ada salah satu dari berikut ini /

    0. 1ila timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan yang efektif 

    . 9paya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang bertanggung jawab

    meneruskan resusitasi (bila tidak ada dokter!.

    . Seorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila tak ada dokter 

    sebelumnya!.

    4. 'enolong terlalu lelah sehingga tak sanggup meneruskan resusitasi.

    ;. 'asien dinyatakan meninggal.

    6. Setelah dimulai resusitasi, ternyata kemudian diketahui bahwa pasien berada

    dalam stadium terminal suatu penyakit yang tak dapat disembuhkan atau

    hampir dapat dipastikan bahwa fungsi serebral tidak akan pulih (yaitu

  • 8/15/2019 Tahap III anestesi

    31/31

    sesudah ?-? menit terbukti tidak adanya denyut nadi pada keadaan

    normotermi tanpa &'!.