IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Studi Kasus Pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-
Pena) Dan Keluarga Homeschooler Di Kota Malang
SKRIPSI
Oleh :
AZAMATUL JUWARIYAH
NIM : 03410045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2007
IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Studi Kasus Pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-
Pena) Dan Keluarga Homeschooler Di Kota Malang
SKRIPSI
Diajukan Kepada :
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh :
AZAMATUL JUWARIYAH
NIM : 03410045
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
JULI 2007
IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Studi Kasus Pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-
Pena) Dan Keluarga Homeschooler Di Kota Malang
SKRIPSI
Oleh :
AZAMATUL JUWARIYAH
NIM : 03410045
Telah disetujui oleh :
Dosen Pembimbing
Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I NIP. 150 206 243
Tanggal, 10 Juli 2007
Mengetahui,
Dekan Fakultas Psikologi
Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I NIP. 150 206 243
IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Studi Kasus Pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-
Pena) Dan Keluarga Homeschooler Di Kota Malang
SKRIPSI
Oleh :
AZAMATUL JUWARIYAH
NIM : 03410045
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Dinyatakan Diterima sebagai
Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Tanggal : 27 Juli 2007
SUSUNAN DEWAN PENGUJI TANDA TANGAN 1. Prof. H. M. Kasiram, M. Sc (Penguji Utama) 1. .............................
NIP. 150 054 684
2. A. Khudori Soleh, M. Ag (Ketua Penguji) 2. ............................. NIP. 150 299 504
3. Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I (Sekertaris) 3. .............................
NIP. 150 206 243
Mengesahkan Dekan Fakultas Psikologi UIN Malang
Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I. NIP : 150206243
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Azamatul Juwariyah
NIM : 03410045
Alamat : Glanggang-Duduk Sampeyan-Gresik
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat untuk memenuhi
tugas akhir akademik sebagai satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, dengan judul “Implementasi Model
Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak (Studi Kasus Pada
Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan Keluarga
Homeschooler Di Kota Malang)” adalah karya saya sendiri, kecuali yang saya
sebutkan referensinya.
Apabila di kemudian hari ada claim dari pihak lain. Maka, bukan menjadi
tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang, tetapi menjadi tanggung jawab saya sendiri.
Demikian surat peryataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa
paksaan dari siapapun.
Malang, 10 Juli 2007
Hormat Saya
Azamatul Juwariyah
PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan padamu Robb……..yang telah berikan
kasih sayang yang tidak henti-hentinya.
My familys Abah, Umi’, cak As’ad, mbak Ririn. Tiga keponakanku
khafid, farid, wardah. My Uncle and wife Ali Abidin, Istiqomah.
Beserta adik-adik ku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
kalian semua inspirasiku.
Sahabat-sahabatku Ustadz Jaka (Alm), Fida, Umdah, Asih, terima
kasih kalian adalah sumber motivasi bagi ku.
Seseorang yang selalu mengisi keseharian ku, Semoga perjalanan ini
akan selalu di restu oleh-Nya.
Kata terakhir ku , Thank You very much…………………..Azza
sayang sama kalian semua. Tanpa kalian aku bukan apa-apa dan tak
berarti apa-apa !!!!!!!!
MOTTO
Barang siapa yang tidak mencicipi pahit getirnya belajar
Maka dia akan meneguk kebodohan
Barang siapa yang di masa muda tidak belajar
Maka ucapkan tekbir 4X sebagai tanda kematiannya
Demi Allah kehidupan pemuda itu terletak pada ilmu dan
ketaqwaannya
Apabila keduanya lenyap maka dia dianggap tidak berguna
(Imam Syafi’i)
“Dan Aku harus meraih apa yang menjadi hasrat dihatiku”
(by My Self)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkah,
rahmat, dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Ucapan sholawat serta salam kami haturkan pada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW atas segala petunjuk dan tauladannya.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo, Rektor UIN Malang beserta seluruh
staff, dharma bhakti Bapak dan Ibu sekalian terhadap UIN Malang telah
membesarkan dan mencerdaskan kami.
2. Bapak Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I. Dekan Fakultas Psikologi UIN Malang
dan Dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, menyemangati
dan memotivasi untuk menyelesaikan karya ini. Beserta seluruh staff, yang
secara langsung maupun tidak langsung membukakan jalan bagi kami
untuk menimba ilmu.
3. Bapak dan Ibu Dosen Fak. Psikologi yang telah memberikan bimbingan
dan motivasi saat menempuh mata kuliah dan dalam penyelesaian karya
ini.
4. Asah-Pena Kota Malang Raya, Keluarga Bapak Agus Setiyawan, dan
Bapak Lukman Hakim (keluarga homeschooler malang), yang bersedia
meluangkan waktu dan tenaga untuk partisipasi dalam penyelesaian karya
ini.
5. Seluruh keluarga besar H. Ali Affandi. Abah, Umi’, cacak As’ad, mbak
Ririn, adik Khafid, Farid, dan wardah. Yang telah memberikan dukungan
moril spiritual, kasih sayang, inspirasi dan semangat untuk menyelesaikan
karya ini.
6. Paman Ali Abidin, Bibi Istiqomah, Dek Hanim, Dek Bidin, Gresik
Family, beserta keluarga besar yang telah memberikan perhatian, kasih
sayang, dan motivasi sehingga karya ini dapat terselesaikan.
7. Seseorang yang berinisial “Week”, yang telah memberikan segala
keindahan dalam penyelesaian studi dan karya ini.
8. Alm. Abdullah Mazid (ustadz jaka), Mufidatul Munawaroh, Umdatul
Mufidah, Asih Wahyuningtiyas yang telah memberikan persahabatan yang
tulus.
9. Arek-arek Joyosuko 52 B. Heni Nur Hidayati, Izza Farhani Rusyda, Izza
Fanani Rusyda, yang telah memberikan persaudaraan dan kebersamaan
yang indah.
10. Kawan-kawan UIN, Teman-teman Psikologi ’03, Sahabat-sahabati PMII
Rayon Penakluk Al-Adawiyah tercinta, yang senasib seperjuangan,
bersama kalian selalu tumbuh semangat baru.
11. Rozi (oyik), Faiz, Erwin, mas Imam Chu, mas Udin, mbak Qorina, Mir’ah,
Wira, Kun2, Pipit, Jeng Indah, sahabat serta dulur semua yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu, atas motivasi, bantuan, dan semangatnya.
12. Semua pihak yang turut membantu dalam berpartisipasi hingga
terselesaikannya karya ini.
Semoga dengan banyak keterbatasan, karya ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada bagian dari
karya ini yang kurang berkenan. Kritik dan saran akan penulis terima dengan hati
terbuka dan ucapan terima dengan hati terbuka dan ucapan terima kasih demi
perbaikan dimasa yang akan datang.
Malang, 10 Juli 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................iv MOTTO ............................................................................................................v PERSEMBAHAN .............................................................................................vi KATA PENGANTAR ......................................................................................vii DAFTAR ISI .....................................................................................................x DAFTAR BAGAN ...........................................................................................xii DAFTAR TABEL ............................................................................................xiii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiv ABSTRAK ........................................................................................................xv BAB I PENDAHULUAN
A. ...................................................................................................... Latar Belakang Masalah ........................................................................1
B. ...................................................................................................... Rumusan Masalah .................................................................................14
C. ...................................................................................................... Tujuan Penelitian ...................................................................................15
D. ...................................................................................................... Manfaat penelitian .................................................................................16
E. ...................................................................................................... Batasan Masalah ....................................................................................17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. . IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING ...............................18 1. Pengertian Homeschooling ..............................................................18 2. Tujuan Homeschooling ....................................................................23 3. Jenis-Jenis Homeschooling ..............................................................24 4. Model Homeschooling .....................................................................26 5. Homeschooling Dalam Prespektif Islam ..........................................31
B. ...................................................................................................... MOTIVASI BELAJAR ...........................................................................33
1. Pengertian motivasi Belajar .............................................................33 2. Macam-macam Motivasi Belajar .....................................................37 3. Fungsi Motivasi Belajar ..................................................................39 4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .....................40 5. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Dan Cara Memotivasi Belajar Anak ..................................................................................43 6. Indikator Anak Yang Termotivasi Belajarnya ...............................46 7. Motivasi Belajar Dalam Prespektif Islam .......................................48
C. MODEL HOMESCHOOLING DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PRESPEKTIF ISLAM ...........................................................50
D. IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK ...........55
E. FAKTOR PENUNJANG DALAM IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING .............................................................63
F. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING ............................................................68
G. UPAYA MENGATASI HAMBATAN PADA IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK ............................................................71
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. .Pendekatan Dan Jenis Penenlitian ..........................................................73 B. Penentuan Responden Dan Jenis Data ...................................................75 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................................77 D. Metode Analisis Data .............................................................................82 E. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................................85
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG OBJEK PENELITIAN ......................................87 1. Gambaran Umum Asah-Pena Indonesia ...........................................87 2. Gambaran Umum Asah Pena Malang ...............................................90 3. Gambaran Komunitas Asah Pena Kota Malang ...............................95
a. Gambaran Lokasi Penelitian .........................................................95 1). Asah Pena Malang (Sekolah Dolan Dan Home-School) ........95 2). Kediaman Keluarga Homeschooler ........................................95
B. PAPARAN HASIL PENELITIAN ........................................................96 1. Implementasi Model Homeschooling Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ......................................................................96
2. Faktor Penunjang Dalam Implementasi Model Homeschooling ..................................................................................114
3. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling ..................................................................................118
4. Upaya Mengatasi Hambatan Pada Implementasi Model Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ........119
C. PEMBAHASAN ....................................................................................124 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ......................................................................................145 B. SARAN ..................................................................................................147
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR TABEL
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN
BAGAN I SUB-SUB SISTEM PENDIDIKAN ................................ 22
BAGAN II PROSES MOTIVASI ....................................................... 37
DAFTAR TABEL
TABEL I HASIL RAKER 5 MEI 2007
TABEL II PRINSIP MENU PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING
TABEL III PILIHAN JADWAL MENU HOMESCHOOLING
TABEL IV MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING FEBRUARY-
MARCH 2007
TABEL V MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING APRIL 2007
TABEL VI MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING MAY 2007
TABEL VII PORTOFOLIO
TABEL VIII PENILAIAN/EVALUASI HOMESCHOOLING
TABEL IX GUIDELINE KESETARAAN
TABEL X RIWAYAT PENDIDIKAN FAWWAZ
TABEL XI DAFTAR MATA PELAJARAN NABIL
DAFTAR LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
BUKTI KONSULTASI SKRIPSI
GAMBARAN BIODATA SUBJEK
PAPARAN DATA WAWANCARA
CEKLIST KOMPETENSI
MOU ASAH PENA
DATA ORANG TUA ANGGOTA ASAH PENA MALANG RAYA
DATA ANAK ANGGOTA ASAH PENA MALANG RAYA
FOTO AKTIVITAS HOMESCHOOLING
ABSTRAK
Juwariyah, Azamatul. 2007. Implementasi Model Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak “Studi Kasus Pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) Dan Keluarga Homeschooler Di Kota Malang”. Skripsi, Fakultas Psikologi. Jurusan Psikologi Pendidikan Universitas Islam Negeri Malang. Pembimbing : Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I. Kata Kunci : Model Home-Schooling, Motivasi Belajar
Homeschooling adalah suatu proses pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang sesuai dengan gaya belajar anak. Sehingga motivasi belajar pun memegang peranan penting dalam memberikan gairah dan semangat belajarnya. Rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Bagaimana implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak?, 2. Apakah faktor penunjang pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak?, 3. Apakah faktor penghambat pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak?, 4. Bagaimanakah upaya untuk mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak?. Tujuannya adalah untuk: 1. Mengetahui lebih dalam tentang implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak, 2. Mengetahui lebih dalam tentang faktor penunjang pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak, 3. Mengetahui lebih dalam tentang faktor penghambat pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak, 4. Mengetahui upaya untuk mengatasi hambatan pada implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak .
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, mengambil 3 subjek dalam bentuk studi kasus. Data diperoleh dari Asah-Pena dan dua keluarga homeschooler di Kota Malang. Pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi/record. Instrumennya yaitu peneliti sendiri dan pedoman pengumpulan data. Keabsahan data dengan perpanjangan keikutsertaan peneliti, dan ketekunan pengamatan. Analisis data dalam penelitian ini berproses secara induksi-interpretasi-konseptualisasi.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Asah-pena dan kedua keluarga homeschooler telah mengimplementasikan Model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit studies), Model Homeschool Charlotte Mason, dan Homeschooling Komunitas tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya, sehingga anak pun dapat termotivasi belajarnya. Adapun faktor penunjang : Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik dan ruang gerak sosialisasi anak semakin luas, Adanya kebutuhan yang sama antara orang tua (pengajar) dan anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan, Orang tua (pengajar) akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih besar, Anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya. Faktor penghambat : Memerlukan kerjasama dan fleksibilitas untuk
menyesuaikan jadwal; suasana; dan fasilitasnya, Anak dengan keahlian/berkebutuhan khusus harus bisa menyesuaikan dengan lingkungan dan menerima perbedaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri, Anggapan sepele dari masyarakat. Upaya mengatasi hambatan : Memberikan fasilitas sebagai penunjang belajar anak, Melakukan kreasi baru untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak, Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan tetap bangkitkan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya.
ABSTRACT
Juwariyah, Azamatul. 2007. The implementation of homeschooling model to increase the children learning motivation “a case study in home schooling Association-alternative education (Asah-Pena) and home schooler in Malang.” Thesis, Faculty of psychology. Education Psychology Department Malang Islamic State University. Advisor: Drs. H. Mulyadi, M.Pd.I . Key words: homeschooling Model, Learning Motivation Homeschooling is an education process governed by a certain family for its own member(s) who is/are still on the age of school students by selecting the model/curriculum which is the most appropriate to the children style of learning. Therefore, learning motivation plays a key role in providing rigorous spirit and willingness of the children to do study. The problems of this study are : 1. How does the implementation of homeschooling model in improving children motivation of learning?, 2. What are the factors that support the implementation of homeschooling model in improving children motivation of learning?, 3. What are the factors that hampering the implementation of homeschooling model in improving children motivation of learning?, 4. What are the effort that solve the obstacles in implementation homeschooling model which improves children's motivation of learning?. The objectives of the research are: 1.Digging more information about the real implementation of home schooling model in order to upgrade the children learning motivation. 2. Digging deeper knowledge about the supporting factor on the implementation of homeschooling model in order to upgrade the children learning motivation. 3. Digging deeper knowledge about the hampering factor on the implementation of homeschooling model in order to upgrade the children learning motivation. 4. Knowing the efforts to solve the problems in the implementation of homeschooling model order to upgrade the children learning motivation. The research applies descriptive-qualitative method, by taking three subjects in the form of a case study. The elaborated data are obtained from Asah-Pena and two families of home schooler in Malang. The data are collected by interview, observation, and documentation/record method. The instrument is the researcher herself together with the data collection guide. The validity of the data is guaranteed by the elongation of the researcher participation, and the meticulousness observation of the researcher. The data analysis applied in the research processes inductively-interpretively-conceptually. The result of the research reveals that Asah-Pena and both of the home schooler families have implemented The Montessori Home School model (studies unit), The Mason Charlotte Home School Model, and the Home Schooling Community devoid of the children need and interest overlooking, so children are motivated to learn. The supporting factors: better teaching and learning resources and larger children socialization space, equal needs between the children and their parents (their teachers) to construct the more complete structure in administering teaching and learning activities. The parents (the teachers) will also get higher
supports since each of them is able to take wider scope responsibility. Moreover, the children are able to get knowledge from any sources which are tangible to study. The hampering factors: the system needs good cooperation and healthy flexibility to match both sides schedule; situation; and the available facilities, the children with abnormal needs and skills must be able to adjust with the environment and accepting other forms of special treatments as the process of personality forging. Besides there are underestimate treatments from the surrounding society. The attempts to work out the problems: providing proper facilities as the supporting study of the children, creating something new to raise the spirit and the motivation of the children, considering both the external and the internal factors and keep raising the children learning motivation without destructed by the status of his/her learning options.
الملخص فى )Homeschooling(تطبيق التربية العائلية . 2007مة، اجورية، عز
-Asosiasi Homeschooling؛ الدراسة في "تطوير دافعة تعّلم األبناء
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena)"النج و العائلة التي تستعملها بما .الجامعة . شعبة علم نفس التربية. البحث العلمي، آلية علم النفس
.موليادي الحاج الماجستير: المشرف. اإلسالمية الحكومية بماالنج التربية العائلية، دافعة التعّلم: الكلمة الرئيسية
التربية العائلية هي نوع من أنواع طرق التربية التي تستخدمها وتناسب هذه الطريقة بمواقف . ة أعضاء أسرتهأحد العائلة في تربي
.وأّما هدف هذه الطريقة هو تطوير دافعة تعّلم األبناء. األبناء آيف تطبيق التربية العائلية )1( ومشكالت هذا البحث هي
)Homeschooling( ،فى تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟ )ما عوامل تطبيق ) 2 ما )3(ى تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟، ف)Homeschooling(التربية العائلية
فى تطوير دافعة تعّلم ) Homeschooling(عوائق تطبيق التربية العائلية آيف تضييع عوائق تطبيق التربية العائلية ) 4(األبناء ؟،
)Homeschooling( فى تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟ بية العائلية لمعرفة تطبيق التر)1( وأهداف هذا البحث هي
)Homeschooling( ،فى تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟ )لمعرفة عوامل )2 فى تطوير دافعة تعّلم األبناء )Homeschooling(تطبيق التربية العائلية
فى )Homeschooling( لمعرفة عوائق تطبيق التربية العائلية )3(؟، ييع عوائق تطبيق لمعرفة طريقة تض)4(تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟،
فى تطوير دافعة تعّلم األبناء ؟)Homeschooling(التربية العائلية ويستخدم هذا البحث المنهج الكيفية الوصفية وتختار الباحثة
-Asosiasi Homeschoolingو بيانات هذا البحث مأخوذة من . ثالثة العينات
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) "تعمل طريقة التربية و العائلة التي تسوتجمع الباحثة البيانات بطريقة المقابلة والمراقبة . العائلية بماالنج
و . وآلة هذا البحث هي الباحثة نفسها وقنون جمع البيانات. وبالوثائقو تحلل . يكون هذا البحث صحيحا باشتراك الباحثة وتعّمق المراقبة
ية والتفسيرية الباحثة البيانات الموجودة بالطريقة االستقرائ . والتخطيطية
Asosiasi Homeschooling-Pendidikanوُيعرف من نتائج البحث أّن Alternatif (Asah-Pena) " و العائلة التي تأخذها الباحثة آبيانات هذا
Charlotte Mason و Montessoriالبحث، وهما تطّبقان نمط التربية العائلية )Homeschooling Montessori, Charlotte Mason, Komonitas(و مجموعية
وُتعرف أّن دافعتهم فى التعّلم . بمالحظة رغبة األبناء واحتياجهم .تطّورت بهذه الطريقة
والعوامل التي تعين هذه الطريقة هي متكاملة الوسائل الدراسية، وجود البيئة الدراسية الواسعة، وجود تسوية احتياج الوالد
رفتهما؛ أّن مسؤوليتهما آبيرة، ويستطيع واألبناء فى التربية، ومعوأّما عوائق هذه الطريقة . األبناء أن يدرسوا من المصادر الكثيرة
هي تحتاج إلى التعاون والمرونة فى تثبيت الجدول، الحالة، وينبغى لألبناء الذين يملكون النقائص؛ جسميا أو روحنيا . والوسائل
هذه الحالة آتشكيل و. أن يتكّيفوا ببيئتهم وأحوال اجتماعهم .شحصيتهم
وتضيع تلك المشكالت بوجود الوسائل الكاملة والصحيحة وباختيار اإلبداع الجديد تشجيعا لألبناء فى التعّلم وبمالحظة عواملهم
. الداخلية أوالخارجية واليزعج بميولهم
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di abad ini, tantangan yang amat besar yang harus kita hadapi adalah
tantangan globalisasi yang sedang melanda dunia, maka haruslah ada minimal
satu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan yang dikembangkan menjadi
satuan pendidikan yang bertaraf internasional yang setara dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hingga muncullah sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas, melalui proses pendidikan.
Demokratisasi penyeleggaraan pendidikan, harus mendorong
pemberdayaan masyarakat dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam
pendidikan yang meliputi peran serta perorangan, kelompok, keluarga, organisasi
profesi, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan pengendalian
mutu pelayanan pendidikan (UU Sisdiknas, pasal 54 ayat 1). Sebab pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. 1
Peran pemerintah adalah dengan membentuk suatu badan hukum
pendidikan, sehingga semua penyelenggara pendidikan dan/atau satuan
pendidikan formal baik yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, harus
berbentuk badan hukum pendidikan (UU Sisdiknas, pasal 53 ayat 1). Badan
hukum pendidikan yang dimaksud akan berfungsi memberikan pelayanan kepada
peserta didik (UU Sisdiknas, pasal 53 ayat 32). 2
Masyarakat tersebut dapat berperan sebagai sumber, pelaksana, dan
pengguna hasil pendidikan (UU Sisdiknas, pasal 54 ayat 2).3 Sedangkan pada
keluarga berperan sebagai tempat untuk memperoleh pendidikan yang utama,
serta pembentukan awal dari kepribadian (karakter) dan pola belajar anak, maka
pentingnya pendidikan keluarga itu diperoleh sebelum pendidikan yang lain.
1 Arifin. Anwar, 2003, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-Undang
Sisdiknas, Jakarta : Departemen Agama RI, hlm.4 2 Ibid. hlm. 5 3 Ibid. hlm. 4.
Hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu
bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas,
pasal 4). 4
Kemajuan bidang pendidikan mencapai puncaknya dengan timbulnya
konsepsi pendidikan baru yang berbeda dengan konsep pendidikan yang sudah
ada dan telah lama berlangsung. Dalam konsepsi tersebut diketengahkan tentang
pendidikan luar sekolah yang merupakan sistem baru dalam dunia pendidikan.
Sesuai dengan paradigma baru dalam Undang-undang Sisdiknas yang
disahkan oleh DPR-RI tanggal 11 Juni 2003, yaitu perubahan mendasar mengenai
jalur pendidikan yaitu mengubah jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah,
menjadi tiga jalur, yaitu jalur pendidikan fomal, nonformal, dan informal (UU
Sisdiknas, pasal 13). 5
Yang berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi dalam abad ini,
dengan bentuk isi dan penyelenggaraan program pendidikan yang beraneka ragam
dari tingkat yang sederhana sampai tingkat yang kompleks. Pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan tersebut dapat dimaklumi oleh karena :
a. Adanya penemuan-penemuan baru dalam dunia pendidikan.
4 Ibid. hlm. 6. 5 Ibid. hlm. 7.
b. Institusi-institusi penyeleggara pendidikan yang demikian efektif dan
efisien.
c. Pengaruh berbagai faktor yang menunjang proses pendidikan.6
Sedangkan dalam asas pendidikan yang selama ini sebagai titik tolak
bagi penyelenggaran pendidikan, yaitu Asas pendidikan yang dikenal dengan
istilah “long life education” atau pendidikan seumur hidup.7
Dari ketiga jalur (formal, nonformal, informal) tersebut, memang dianut
dalam sistem pendidikan nasional sebelum berlakunya Undang-undang No. 2
tahun 1989.8 Akan tetapi terdapat berbagai faktor yang pada hakeketnya
pendidikan formal kurang bisa memenuhi, sehingga perlu mengadakan jenis
kegiatan pendidikan lain yang disebut pendidikan informal dan nonformal.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
a. Kemajuan teknologi yang antara lain membuat usangnya hasil
penemuan masa lampau, sekaligus dengan itu membuka prespektif-
prespektif baru.
b. Lahirnya persoalan-persoalan baru terhadap apa orang harus belajar
tentang bagaimana menghadapinya, soal-soal mana tidak dapat
diserahkan hanya kepada lembaga pendidikan lembaga formal.
6 Joesoef. Soelaiman, 1992, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta : Bumi Aksara, hlm.1 7 Ibid. hlm. 2. 8 Arifin. Anwar, Opcit, hlm. 7.
c. Keinginan untuk maju, untuk belajar yang kian meningkat. Mereka
yang ingin menambah atau memperbaiki pengetahuan serta
kecakapannya.
d. Perkembangan alat-alat komunikasi yang memperluas kemungkinan
untuk mengikuti pendidikan apa tanpa datang kesekolah atau yang
memperluas kemungkinan untuk menyajikan program pendidikan
secara sistematis tanpa mengumpulkan orang yang bersangkutan
dalam suatu tempat yang sama.
e. Terbentuknya bermacam-macam organisasi sosial yang menambah
medan pendidikan serta kebutuhan akan penyelenggaraan pendidikan
informal dan nonformal yaitu karena keluarga dan organisasi-
organisasi tersebut banyak yang ingin menambah pengetahuan serta
keterampilan anggotanya lewat forum pendidikan dalam
keluarga/organisasi yang dapat diandalkan. 9
Dari sinilah perlu adanya pertanyaan yang mendasar, yaitu Mengapa
Perlunya Homeschooling?, Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya dapat
berkembang optimal dan merasa nyaman melalui masa pendidikannya. Namun
pada kenyataannya, ada orang tua merasa lembaga pendidikan yang ada tak lagi
dapat memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Jika orang tua
dihadapkan pada situasi itu, menurut pakar psikologi pendidikan anak Dr Reni
Akbar-Hawadi Psi, maka homeschooling dapat menjadi salah satu pilihan.
“Homeschooling memungkinkan anak memperoleh kurikulum spesifik dan teknik
9 Santoso.Slamet & Joesoef. Soelaiman, Opcit, hlm. 39.
mengajar yang sesuai dengan kebutuhan anak,”. Homeschooling juga dapat
menjadi jawaban pilihan program pendidikan yang fleksibel dan sesuai dengan
minat pendidikan anak. 10
Adapun homeschooling termasuk sistem pendidikan yang disebut
pendidikan informal. Pendidikan ini sama sekali tidak terorganisasi secara
struktural, tidak terdapat penjejangan kronologis, tidak mengenal adanya
kredensials, lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual mandiri dan
pendidikannya tidak terjadi didalam “medan interaksi belajar mengajar buatan”
sebagaimana pada pendidikan formal dan nonformal. Contoh konkritnya seperti
pendidikan yang terjadi sebagai sebab akibat wajar dari fungsi keluarga, media
massa, acara-acara keagamaan, pertunjukkan-pertunjukkan seni atau hiburan,
kampanye-kampanye, partisipan dalam kelompok-kelompok organisasi.11
Maka para orang tua yang tidak puas dengan sistem pendidikan yang
diterapkan sekolah, akhirnya mencari alternatif diluar sekolah formal. Salah satu
metode pendidikan atau pun model pendidikan yang sudah banyak diterapkan
diluar negeri, dan mulai banyak dilirik para orang tua di Indonesia adalah
homeschooling.
Homeschooling merupakan pendidikan berbasis rumah, yang
memungkinkan anak berkembang sesuai dengan potensi diri mereka masing-
masing. Dr. Howard Gardner, seorang peneliti di Harvard University dengan
bukunya Frames of Mind (1983), sudah menyampaikan teorinya tentang Mutiple 10 Sumber: Majalah Inspire Kids : Homeschooling, Tak Sekadar Belajar di Rumah Hot Topic Fri,
15 Dec 2006 11 Faisal. Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah Didalam Sistem pendidikan dan
Pembangunan Nasional, Surabaya : Usaha Nasional, Hlm. 48.
Intelligence atau kecerdasan majemuk. Ada 8 kecerdasan yang kemungkinan akan
bertambah kerena beliau terus membuat kajian dan penelitian secara intensif,
Yaitu :
a. Kecerdasan Linguistik, kemampuan untuk menggunakan kata-kata
baik secara lisan maupun tertulis. Seperti yang dilakukan para
presenter, orator, sastrawan, jurnalis, dan lain-lain.
b. Kecerdasan Matematis-Logis, kemampuan menggunakan angka dan
penalaran secara logis. Seperti yang dilakukan para akuntan, ahli
matematika, ilmuwan, peneliti, programmer, dan lain-lain.
c. Kecerdasan Spasial, kemampuan membuat visualisasi secara akurat
bentuk, bangun, ruang dan warna. Contohnya pematung, arsitek,
pilot, dan lain-lain.
d. Kecerdasan Kinestetis, kemahiran dalam menggunakan anggota
tubuh, seperti para penari, atlet, aktor, dan lain-lain.
e. Kecerdasan Musikal, kemampuan yang berhubungan dengan bunyi
nada atau suara seperti para pemusik, penyanyi, pencipta lagu, dan
lain-lain.
f. Kecerdasan Interpersonal, kemampuan dalam berhubungan dengan
orang lain seperti para negosiator, politikus, diplomat, tenaga
pemasaran, dan lain-lain.
g. Kecerdasan Intrapersonal, kemampuan untuk memahami diri sendiri.
Sebagaimana para konsultan, psikolog, rohaniwan, pendidik, dan
lain-lain.
h. Kecerdasan Naturalis, kemampuan yang berhubungan dengan alam
seperti pecinta alam, aktivis lingkungan, peneliti, dan lain-lain. 12
Teori multiple intelligent atau kecerdasan majemuk telah membuka mata
kita bahwa ada begitu banyak cara untuk membuat anak-anak memahami suatu
materi pelajaran. Kita harus menyadari bahwa anak-anak ini mungkin bisa belajar
dengan sangat baik dengan cara mereka sendiri.
Pada umumnya pendidik, orang tua, dll. Hanya peduli pada kemampuan
dalam arti yang paling tradisional dan akademis yaitu membaca, menulis,
mengeja, IPA, IPS dan matematika dalam bentuk buku pelajaran dan lembar
latihan standar serta belajar dengan cara duduk manis di dalam kelas dan
mendengarkan guru berceramah. Padahal ada begitu banyak potensi dalam diri
anak yang tidak bisa dinilai hanya dengan cara-cara seperti itu. Hal-hal seperti
inilah yang mendasari banyak orang tua untuk meng-homeschooling anak-anak
mereka. Homeschooling memberi banyak keleluasaan bagi anak-anak untuk
“menikmati” proses belajar tanpa harus merasa tertekan dengan beban-beban yang
terkondisi oleh target kurikulum. Seorang homeschooler bisa saja hanya
meluangkan beberapa menit mengerjakan lembar kerja matematika tetapi bisa
berbulan-bulan asyik meneliti satu spesies serangga. Hal ini tentu saja tidak
mungkin terjadi di sekolah formal.
Orang tua pun tidak harus menjadi orang yang tahu segalanya untuk bisa
meng-home-school anaknya. Bahkan yang terpenting dalam homeschooling
adalah penanaman sikap mental belajar kepada anak-anak sehingga mereka bisa
12 Paul Subiyanto, 2004, Mendidik Dengan hati, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, hlm. 39
belajar dengan cara mereka sendiri, serta belajar apa saja, dimana saja, dan dari
siapa saja. Hal-hal yang sangat minim bisa dilakukan oleh siswa sekolah formal
karena kesibukan mereka mengerjakan PR, belajar untuk ulangan, les dan
sebagainya, yang belum tentu mereka nikmati secara aktif dari dalam hati mereka.
Bagi kebanyakan orang, bersekolah di rumah masih dianggap aneh.
Sekolah itu harus formal di sekolah. Namun, ada juga orang tua yang merasa lebih
nyaman bila menerapkan homeschooling bagi anak-anaknya. Selain lebih aman,
orang tua bisa lebih intensif membantu tumbuh kembang anak.
Namun, ada pula sejumlah orang tua yang tidak mau di pusingkan
dengan urusan tersebut. Mereka merasa lebih nyaman menerapkan sistem belajar
di rumah, atau dengan istilah homeschooling, karena pada intinya pendidikan
berasal dari rumah. Begitulah dasar pemikiran mereka.
Sehingga homeschooling saat ini mulai menjadi salah satu pilihan orang
tua dalam mendidik anak-anaknya. Pilihan ini terutama disebabkan oleh adanya
pandangan atau penilaian orang tua tentang kesesuaian bagi anak-anaknya. Bisa
juga karena orang tua merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan bagi
anak-anaknya dirumah. Ini banyak dilakukan dikota-kota besar, terutama oleh
mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri.
Oleh karenanya psikolog pendidikan dari UI, Wuri Prasetyawati,
MPsi., pun berpendapat, " kegiatan belajar yang dialihkan dari sekolah ke rumah
merupakan bentuk ketidakpuasan orang tua terhadap sistem pendidikan. Para
orang tua, lantas memutuskan untuk membuat pendidikan alternatif bagi anak-
anaknya. Mereka juga melihat, belajar tidak menjadi sesuatu yang menyenangkan
lagi bagi anak-anaknya. Malah sepertinya jadi siksaan." Homeschooling dapat
menjadi jawaban pilihan program pendidikan yang fleksibel dan sesuai dengan
minat pendidikan anak. 13
Proses pengajaran dalam belajar mengajar itu adalah kompleks, yang
melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses
dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal
terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi. Sedangkan
komponen eksternal mencakup guru, orang tua dan masyarakat sekelilingnya.14
Demikian pula, seorang anak belajar karena didorong oleh kekuatan
mentalnya. Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan dan cita-
cita. Seorang ahli dalam psikologi pendidikan menyebutkan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan
sikap dan perilaku individu belajar.15 Dalam hal ini setiap anak memiliki
kebutuhan yang berlainan dalam hal minat dan perhatian, kemauan dan cita-
citanya. Ada yang mau belajar jika telah dimotivasi untuk belajar.
Motivasi merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi
belajar. Anak yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mudah diarahkan untuk
mencapai prestasi belajar. Motivasi dapat dibangkitkan dari dalam diri anak 13 http://radio.vhrmedia.net: Artikel Hola: Sekolah di Rumah: Lebih Fleksibel. Rabu, 18 Januari
2006) 14 Cece Wijaya, 1996, Pendidikan Remedial-sarana pengembangan mutu sumber daya manusia,
Bandung : PT Remaja rosda karya. Hlm. 133 15 Dimyati. Mudjiono, 2002, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, Hlm. 80.
(motivasi intrinsik) dan dapat pula dibangkitkan dari luar (motivasi ekstrinsik).
Motivasi dalam diri anak akan tumbuh apabila anak tahu dan menyadari bahwa
yang akan dipelajari bermakna atau bermanfaat. Ada dua potensi yang dapat
membangkitkan motivasi belajar yang efektif, yaitu keingintahuan dan keyakinan
anak akan kemampuan dirinya. Pada umumnya anak memiliki rasa ingin tahu dan
memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya. Karena itu orang tua (pengajar)
perlu harus dapat membangkitkan motivasi belajar anak.
Ada beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk membangkitkan
motivasi belajar anak, yaitu :
a. Kebermaknaan ; anak akan termotivasi untuk belajar jika kegiatan
dan materi belajar diketahui kegunan/manfaatnya dan dirasakan
bermakna bagi dirinya. Pelajaran dirasakan bermakna apabila anak
menemukan adanya keterkaitan dengan pengalaman, bakat, minat,
pengetahuan, tugas dan tata nilai dalam kehidupan sehari-hari anak.
b. Kontinuitas dan Integritas ; penataan organisasi isi materi tidak
terjadi tumpang tindih dengan memperhatikan kontinuitas dan
integritas materi pada setiap level dan jenjang pendidikan.
c. Model/Figure/Tokoh ; anak akan menghayati, menyadari, dan
mencontoh pengalaman nilai-nilai dengan baik, jika orang tua
(pengajar) memberi contoh dan model untuk dilihat dan ditiru.
d. Komunikasi Terbuka ; anak akan termotivasi untuk belajar jika
orang tua (pengajar) di awal materi belajar menyampaikan secara
terbuka struktur/kontrak belajar sesuai dengan tingkat
perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik belajar anak.
Sehingga kesan pembelajaran dapat dievaluasi.
e. Tugas Menyenangkan dan yang Menantang ; anak akan termotivasi
untuk belajar jika mereka disediakan materi atau pengalaman dan
tugas belajar yang menyenangkan sesuai tingkat kemampuan
berpikirnya. Konsentrasi juga dapat bertambah bila anak
menghadapi tugas yang menantang dan sedikit melebihi
kemampuannya. Sebaliknya bila tugas kurang dari kemampuannya
akan terjadi kebosanan.
f. Latihan yang tepat dan aktif ; anak akan dapat menguasai materi
pembelajaran dengan efektif jika kegiatan belajar mengajar
memberikan kegiatan latihan sesuai kemampuan anak dan anak
dapat berperan aktif untuk mencapai kompetensi.
g. Penilaian tugas ; anak akan memperoleh pencapaian belajar yang
efektif jika tugas dibagikan dalam rentang waktu yang tidak terlalu
panjang dengan frekuaensi pengulangan yang tinggi.
h. Kondisi dan Konsekuensi yang menyenangkan ; anak akan belajar
dan terus belajar jika kondisi pembelajaran dibuat menyenangkan,
nyaman, dan jauh dari perilaku yang meyakitkan perasaan anak.
Belajar melibatkan perasaan dan suasana belajar yang
menyenangkan sangat diperlukan, karena otak tidak akan bekerja
optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Perasaan senang
biasanya akan muncul bila belajar diwujudkan dalam bentuk
permainan khususnya pada pendidikan usia dini. Selanjutnya
bermain dapat dikembangkan menjadi eksperimen yang tinggi.
i. Keragaman Strategi/Metode ; anak akan dapat pengalaman belajar
apabila anak diberi kesempatan untuk memilih dan menggunakan
berbagai jenis strategi/metode belajar. Pengalaman belajar tidak
hanya berorientasi pada buku teks, tetapi juga dapat dikemas dalam
berbagai kegiatan praktis seperti proyek, simulasi, drama, dan/atau
penelitian/pengujian dan lain-lain.
j. Mengembangkan Beragam Kemampuan ; anak akan belajar secara
optimal jika pengalaman belajar yang disajikan dapat
mengembangkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan
beragama, logis, matematis, bahasa, musik, kinestetik, dan
kemampuan inter maupun intra personal. Perlunya menyediakan
berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan kecerdasan itu
berkembang sehingga anak dengan berbagai kecerdasan yang
berbeda dapat terlayani secara optimal.
k. Melibatkan Sebanyak Mungkin Indera ; anak akan menguasai hasil
belajar dengan optimal, jika dimungkinkan menggunakan sebanyak
mungkin indera untuk berinteraksi dengan materi belajar.
l. Keseimbangan pengaturan pengalaman belajar anak akan menguasai
materi belajar jika pengalaman belajar diatur sedemikian rupa
sehingga anak mempunyai kesempatan untuk membuat sesuatu
refleksi penghayatan, mengungkapan dan mengevaluasi apa yang
dipelajari.16
Sebab pendidikan selama ini hanya dilihat sebagai satu alat yang dapat
mendidik anak dengan baik, sama halnya dengan seseorang berpakaian yang
selalu berganti-ganti kadang merah, hitam serta putih. Oleh sebab itu dari
terlaksananya sistem pendidikan ini, diharapkan mampu dalam meningkatkan
motivasi belajar anak yang sebagai subjek pada terlaksananya pendidikan.
Dengan demikian motivasi belajar pun memegang peranan penting dalam
memberikan gairah dan semangat dalam belajar, sehingga anak yang bermotivasi
kuat memiliki energi yang banyak pula untuk melakukan kegiatan belajar.
Maka dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas,
peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Model
Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak".
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana implementasi model homeschooling dalam
meningkatkan motivasi belajar anak pada Asosiasi Homeschooling-
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua Keluarga Homeschooler
Di Kota Malang?
2. Apakah faktor penunjang pada implementasi model homeschooling
dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada Asosiasi
16 Fatah Yasin, Makalah disampaikan dalam program Akta IV UIN Malang, mata kuliah Strategi
pembelajaran. 2007.
Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua
Keluarga Homeschooler Di Kota Malang?
3. Apakah faktor penghambat pada implementasi model homeschooling
dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada Asosiasi
Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua
Keluarga Homeschooler Di Kota Malang?
4. Bagaimanakah upaya untuk mengatasi hambatan pada implementasi
model homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak
yang dilaksanakan olah Asosiasi Homeschooling-Pendidikan
Alternatif (Asah-Pena) dan dua Keluarga Homeschooler Di Kota
Malang?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui implementasi model homeschooling dalam
meningkatkan motivasi belajar anak pada Asosiasi Homeschooling-
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua Keluarga Homeschooler
Di Kota Malang.
2. Untuk mengetahui faktor penunjang pada implementasi model
homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada
Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua
Keluarga Homeschooler Di Kota Malang?
3. Untuk mengetahui faktor penghambat pada implementasi model
homeschooling dalam meningkatkan motivasi belajar anak pada
Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua
Keluarga Homeschooler Di Kota Malang.
4. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi hambatan pada
implementasi model homeschooling dalam meningkatkan motivasi
belajar anak yang dilaksanakan oleh Asosiasi Homeschooling-
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua Keluarga Homeschooler
Di Kota Malang.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian ini dilakukan adalah :
1. Aspek teoritis
a. Sebagai bahan pustaka bagi pengembangan pengetahuan dalam
bidang pendidikan, khususnya dalam bidang psikologi
pendidikan dan psikologi keluarga.
b. Sebagai bahan kajian dan informasi pendahuluan bagi penelitian
dimasa datang, yang berkaitan dengan masalah ini.
2. Aspek praktis
a. Bagi lembaga pendidikan dapat membantu dalam mencari
faktor-faktor yang dapat dijadikan dasar pertimbangan
pembuatan kebijakan dalam peningkatan pelayanan yang efektif
dan efisien yang lebih bermanfaat untuk para orang tua, sehingga
dapat menetapkan pilihan, khususnya dalam pendidikan bagi
anak-anaknya.
b. Sebagai bahan informasi dalam pelaksanaan peningkatan
kualitas dan mutu pelayanan untuk memberi nilai tambah dan
sebagai bahan pertimbangan guna mempengaruhi dalam
pelaksanaan pendidikan.
E. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka kami membatasi
masalah dalam lingkup sebagai berikut :
1. Penelitian ini difokuskan hanya pada tujuan pembelajaran model
homeschooling yang dilaksanakan oleh Asosiasi Homeschooling-
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan masing-masing Keluarga
Homeschooler di Kota Malang dalam meningkatkan motivasi belajar
anak.
2. Penelitain ini difokuskan pada materi, metode, serta sistem evaluasi
model homeschooling yang dilaksanakan oleh Asosiasi
Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan masing-
masing Keluarga Homeschooler di Kota Malang dalam
meningkatkan motivasi belajar anak.
3. Penelitian ini difokuskan pada faktor penunjang dan penghambat
dalam pelaksanaan model homeschooling yang dilaksanakan oleh
Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan
masing-masing Keluarga Homeschooler di Kota Malang dalam
meningkatkan motivasi belajar anak.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING
1. Pengertian Homeschooling
Homeschooling adalah salah satu model belajar bagi anak.
Homeschooling bukan berarti tidak belajar. Sekolah bukan satu-satunya tempat
belajar anak dan cara anak untuk mempersiapkan masa depannya. Homeschooling
merupakan pendidikan pilihan yang diselenggarakan oleh orang tua.
Di dalam sistem pendidikan Indonesia, keberadaan homeschooling
adalah legal. Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di
dalam UUD 1945 maupun di dalam UU no.20/2003 mengenai Sistem Pendidikan
Nasional. Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur
pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memiliki ijazah sebagaimana
siswa sekolah dan dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi manapun jika
menghendakinya. 17
Dalam pasal 27 ayat (1) UU Sisdiknas menegaskan bahwa pendidikan
informal akan diakui setara dengan pendidikan formal, jika anak-anak
homeschooler mengikuti ujian dari diknas. Artinya untuk mengikuti ujian masuk
perguruan tinggi, mereka harus mengikuti ujian kesetaraan. Paket A setara SD,
Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Hal seperti ini biasa disebut Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).18 Homeschooling, menurut Ella
Yulaelawati, direktur Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas), adalah proses layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga di mana proses belajar mengajar
berlangsung dalam suasana yang kondusif. Kemudian menurut Dr. Seto Mulyadi,
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak mengemukakan bahwa
homeschooling juga memiliki tujuan yaitu agar setiap potensi anak yang unik
dapat berkembang secara maksimal. 19
Banyak alasan orang tua memilih homeschooling. Secara general, alasan
utama orang memilih homeschooling adalah tidak puas dengan model sekolah
umum dan ingin memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak. Selain
itu, ada yang melakukan homeschooling karena ada kebutuhan khusus pada anak;
misalnya autis, anak-fokus, berbakat, dsb.
17 Help Support Health Clinics Providing Critical Aid to Evacuees : Iklan Layanan Masyarakat
oleh Google Wednesday, 17 January 2007. 18 Tabloid Mom & Kiddie, Belajar Tidak Harus di Sekolah Formal, Edisi 14, Maret 2007, Hlm.
14. 19 Help Support Health Clinics Providing Critical Aid to Evacuees : Iklan Layanan Masyarakat
oleh Google Wednesday, 17 January 2007.
Homeschooling adalah sebuah proses yang dapat dilakukan oleh orang
tua manapun yang mencintai dan berdedikasi pada putra-puterinya. Apapun latar
belakang pendidikan atau pekerjaan orang tua, tidak akan menghalangi orang tua
untuk melakukan homeschooling. Yang diperlukan adalah komitmen, kesediaan
belajar, dan bekerja keras. Homeschooling memang bukan sebuah hal yang
mudah, tetapi homeschooling dapat dijalankan karena sudah jutaan orang tua yang
mempraktekkannya.
Homeschooling merupakan bentuk dari pendidikan alternatif. Istilah
pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan
yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum
pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu : pendekatannya bersifat
individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan
pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman. 20
Menurut Jery Mintz (1994), pendidikan alternatif dapat dikategorikan
dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:
a. Sekolah publik pilihan (public choice).
b. Sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student
at risk).
c. Sekolah/lembaga pendidikan swasta/independent.
d. Pendidikan di rumah (home-based schooling).
Pendidikan di Rumah (Home Schooling); termasuk dalam kategori ini
adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota
20 Comment RSS · TrackBack URI Pendidikan Alternatif di Indonesia : Jump to Comments,
January 16, 2007.
keluarganya yang masih dalam usia sekolah. Pendidikan ini diselenggarakan
sendiri oleh orang tua/keluarga dengan berbagai pertimbangan, seperti : menjaga
anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan
tradisi keluarga (misalnya pendidikan yang diberikan keluarga yang menganut
fundalisme agama atau kepercayaan tertentu), menjaga anak-anak agar
selamat/aman dari pengaruh negatif lingkungan, menyelamatkan anak-anak secara
fisik maupun mental dari kelompok sebayanya, menghemat biaya pendidikan, dan
berbagai alasan lainnya. 21
Menurut Margaret Martin, dalam tulisannya Homeschooling : Parents
Reactions, yang mendefinisikan Homeschooling sebagai situasi pembelajaran atau
pengajaran di lingkungan rumah, sebagai penganti kehadiran atau waktu belajar
yang dihabiskan disekolah konvensional. Sedangkan Isabel Lyman dalam
artikelnya Homeschooling, Back to The future?, mendefinisikannya sebagai
pendidikan anak usia sekolah di rumah sebagai pengganti pendidikan disekolah.22
Yang kemudian di susul oleh Prof. Mulyono, guru besar pendidikan dari
Universitas Jakarta mengatakan homeschooling merupakan alternatif lain dari
pendidikan karena adanya ketidakpuasan terhadap pendidikan formal atau
regular.23
Hal ini kebutuhan pendidikanlah yang realitanya sekarang sudah semakin
tinggi tingkat kebutuhan tersebut. Apalagi yang erat dengan kesadaran
berpendidikan yang kuat di dalam masyarakat dan perkembangan secara
21 Ibid. 22 Ibid, Hlm. 12. 23 Ibid,Hlm. 12.
menyeluruh di dalamnya. Yang kian hari semakin lama semakin cepat, seperti
perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, politik, sosio-budaya,
penduduk, aspirasi dan cita-cita hidup, serta perkembangan lingkungan alamiah.
Semakin tingginya tingkat kebutuhan tersebut. Bukan saja pada jenis
program, tetapi juga di dalam kuantitas dan kualitasnya. Beraneka ragam jenis
program pendidikan yang dibutuhkan, mulai dari yang sangat sederhana sampai
kepada yang rumit dan kompleks, serta bermacam-macan variasinya. Apabila
dibagankan menjadi sub-sub sistem pendidikan, maka sebagai berikut :
Bagan I Pendidikan sekolah
Pendidikanformal
Pendidikan informal
Pendidikan Nonformal
Taman kanak-kanak s/d perguruan tinggi
Pendidikan keluarga
Tidak terorganisir
Terorganisir
Pendidikan masyarakat
Pembangunan masyarakat
Pendidikan sosial
Pendidikan luar sekolah
Pendidikan
Pekerjaan dan sosial
Dari masing-masing kegiatan pendidikan, baik formal, informal dan
nonformal dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sehingga pendidikan
sekolah (Formal) dan luar sekolah (informal, nonformal) dapat dipandang sebagai
makro maupun mikro dalam hubungannya dengan sistem pendidikan.24
Menurut bagan diatas, dapat pula di ambil kesimpulan bahwa pendidikan
keluarga sebagai wadah dalam kegiatan pendidikan informal. Dimana keluarga
adalah lembaga pertama dan utama yang dialami oleh seseorang dalam proses
belajar yang terjadi secara tidak terstruktur dan pelaksanaannya tidak terikat oleh
waktu. Hal itulah yang ada dalam implementasi homeschooling ini.
Homeschooling adalah layanan pendidikan yang secara sadar, teratur dan
terarah dilakukan oleh orang tua/keluarga dirumah atau tempat-tempat lain
dimana proses belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif
dengan tujuan agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara
maksimal.
Dalam homeschooling, syarat yang paling penting bukanlah kurikulum,
teknik atau tata cara belajar mengajar, tetapi, peranan penuh tanggung jawab dan
komitmen dari orang tua merupakan kunci keberadaan dan keberasilan
homeschooling.
24 Joesoef. Soelaiman, Opcit, hlm. 53.
Maka dapat diambil inti dari definisi homeschooling adalah suatu proses
pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota
keluarganya yang masih usia sekolah, dengan memilih model/kurikulum yang
sesuai dengan gaya anak belajar.
2. Tujuan Homeschooling
Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional,
sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan dasar dan menengah. Adapun
tujuan diselenggarakannya homeschooling, yaitu :
a. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang
menentukan pendidikan anaknya melalui homeschooling.
b. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusia
muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada program-
program belajar dan kecakapan hidup.
c. Untuk menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar
menengah.
d. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan
akademik dan kecakapan hidup secara flesibel untuk menigkatkan
mutu kehidupannya. 25
25 Direktorat Pendidikan kesetaraan , Komunitas homeschooling sebagai pendidikan kesetaraan,
Jakarta 2006, hlm. 12
Jadi, homeschooling merupakan pendidikan alternatif yang disesuaikan
pada kebutuhan pribadi dan kebutuhan lingkungan, serta tantangan perkembangan
zaman.
3. Jenis-jenis Homeschooling
Banyak orang tua yang berpikir bahwa homeschooling itu hanya dapat
dilakukan dirumah serta diajar oleh orang tua sendiri. Padahal kenyataannya tidak
demikian. Menurut Dr. Seto Mulyadi Psi, Msi ada beberapa klasifikasi format
homeschooling. Yaitu :
a. Homeschooling Tunggal : Jenis ini dilakukan oleh orang tua dalam
satu keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya. Ini karena hal
tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
b. Homeschooling Majemuk : Jenis ini dilakukan untuk kegiatan-
kegiatan tertentu. Sedangkan untuk kegiatan pokok tetap
dilaksanakan oleh orang tua masing-masing. Artinya ada dua
keluarga atau lebih yang berkompromi untuk melakukan kegiatan
bersama. Misalnya dari keluarga atlet, mereka sepakat untuk
kegiatan olah raga, keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan
keagamaan bersama-sama.
c. Komunitas Homeschooling : Jenis ini merupakan gabungan dari
Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus,
bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta jadwal
pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara homeschooling
dengan sekolah biasa. Tapi seperti yang dikatakan oleh karl M.
Bunday, walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti
sekolah formal, namun esensinya tetap homeschooling. Karena
mereka tetap belajar secara bebas, fleksibel, menyenangkan dan
sesuai dengan minat mereka. Tidak ada ketentuan waktu untuk
belajar. 26
Bagi orang tua yang melakukan homeschooling majemuk dan komunitas
homeschooling bisa membentuk network untuk berbagi pengalaman dengan orang
tua lain yang juga mendidik anaknya secara homeschooling.27
Dengan demikian penentuan dari jenis-jenis Homeschooling mana yang
akan dilakukan, tidaklah lepas dari peran orang tua dan anak dalam
menentukannnya. Sehingga terwujudlah suasana belajar yang diinginkan bebas,
fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat anak.
4. Model Homeschooling
Menurut prof. Driyarkara, orang pertama yang harus menjadi pendidik
anak adalah orang tua. Orang tualah yang harus bertanggung jawab mendidik
anak-anaknya agar berkembang menjadi manusia dewasa yang utuh. Pendidikan
yang dilakukan harus dengan cinta kasih, dimana orang tua dan anak saling
berkomunikasi. 28 Pendidikan yang dilakukan orang tua terhadap anak sangatlah
penting artinya, karena kedua orang tua adalah manusia yang paling dekat dengan
anak/peserta didik. Anak akan diarahkan baik atau jahat tergantung tanggung
jawab orang tua. Hal yang harus menjadi perhatian orang tua sekarang adalah
26 Tabloid Mom & Kiddie, Opcit, hlm. 14. 27 Ibid. hlm. 14. 28 Paul Suparno, Pendidikan Demokrasi, 2001:52
bagaimana menciptakan sebuah keluarga yang penuh kasih dan komunikatif,
karena kedua hal ini merupakan fondamen terbentuknya anak yang baik. 29
Hubungan keluarga yang penuh cinta kasih dan komunikatif akan
menjadikan anak merasa dirinya dihargai dan diperhatikan oleh kedua orang
tuanya. Berbagai permasalahan yang timbul sekarang ini mungkin akan terjawab
ketika orang itu memperhatikan permasalahan yang dihadapi anak-anaknya.
Dengan pendekatan yang penuh cinta kasih dan komunikatif ini, anak akan
terbuka dengan orang tuanya, sehingga orang tua akan memberikan pengarahan
tentang baik buruknya suatu perbuatan, dan pada akhirnya anak akan dapat
berfikir positif tanpa ada paksaan.
Dengan demikian, upaya orang tua mendidik dan mencerdaskan anak
pada dasarnya adalah mendidik dan mencerdaskan diri mereka sendiri.
Diharapkan agar tidak selalu mengedepankan ego manusia dewasa yang sering
menomersatukan logika dan kalkulasi itu hanya mengotori pikiran dan rohani
mereka.
Apabila orang tua mendidik anak dengan sikap pasti benar, dan anak
dipihak lain, selalu salah. Sikap seperti ini kan mudah tercermin dalam setiap
perilaku dan pilihan kata-kata yang terlontar ke hadapan anak. Carl W. Buerhner
mengingatkan, “Mereka mungkin bisa melupakan apa yag anda katakan, tetapi
mereka takkan pernah melupakan perasaan yang anda timbulkan dalam hati
mereka.” 30
29 Setiawan. Benni, 2006, Manifesto Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta : Ar-Ruzz, hlm. 62. 30 Saifullah & Maulana, 2005, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, Yogyakarta : Kata Hati,
hlm. 198.
Begitu banyak metoda pendidikan yang dapat diterapkan untuk
homeschooling. Orang tua bisa memilih model yang sesuai dengan gaya anak-
anak belajar. Model homeschooling sangat beragam, mulai yang sangat tidak
terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur (school at-home).
Unschooling adalah membiarkan anak-anak belajar apa saja sesuai minatnya dan
orang tua hanya memfasilitasinya. School at-home adalah model belajar seperti
sekolah reguler, dengan menggunakan buku pegangan seperti sekolah, hanya saja
belajarnya di rumah. Diantara dua model itu, ada banyak sekali model belajar
yang dapat diterapkan dalam homeschooling, misalnya : montessori, waldorf, unit
studies, dll.
Beberapa Model homeschooling sebagai berikut :
a. Model Sekolah di Rumah (school-at-home). “Model ini merupakan
model yang paling mahal dan mempunyai tingkat kegagalan yang
paling tinggi,” papar Drg Sri Utami Soedarsono Djamaluddin MSi.
Peserta program membeli suatu set kurikulum dengan buku-buku,
jadwal belajar, tingkatan kelas beserta cara evaluasinya. Mereka juga
akan berhubungan dengan penyedia kurikulum untuk menyerahkan
tugas-tugas yang dimuat untuk dinilai dan dievaluasi. Peserta yang
memakai model ini juga bisa membuat rencana dan materi
pembelajaran sendiri. Keuntungan model ini adalah, peserta tahu
dengan pasti apa yang akan diajarkan dan kapan mengajarkannya.
Sebaliknya kerugiannya adalah, model ini memerlukan pekerjaan
dan perhatian yang lebih banyak dari orang tua/pengajar. Selain itu,
besar kemungkinan pelajaran yang diberikan tidak terlalu
menyenangkan bagi anak-anak.
b. Model Unit Pengajaran (Unit Studies). Model ini memakai minat
masing-masing anak dalam suatu subjek dan kemudian
menyatukannya dalam bidang-bidang lain seperti matematika,
bahasa, pengetahuan umum, sejarah, dan sebagainya. Misalnya, bila
anak berminat mempelajari negara Mesir, maka ia akan belajar
mengenai sejarah Mesir, membaca buku tentang Mesir, menulis
karangan tentang Mesir, membuat art project tentang piramida
sekaligus meneliti benda-benda kuno di Mesir dan sebagainya.
Model ini dapat menjadi model pembelajaran yang santai sambil
bereksplorasi berdasarkan minat melalui suatu obyek atau
pendekatan alamiah yang terdapat dalam paket unit pengajaran.
Keuntungan model ini terletak pada minat anak. Pada kenyataannya,
anak akan belajar lebih baik bila ia memiliki minat pada topik itu.
Kekurangannya, menurut Drg Sri Utami Soedarsono Djamaluddin
MSi, kadang-kadang orang tua terlalu bersemangat dan berlebihan
dalam membahas subjek ini. Akibatnya, anak menjadi takut
membicarakan subjek lain yang ia minati.
c. Model Ekletik merupakan model homeschooling yang santai dan
paling banyak digunakan. “Pada dasarnya model ini menggunakan
sedikit perlengkapan juga bahasa dan pendekatan yang bebas,” kata
Utami. Dengan model ini orang tua dapat merasakan subjek-subjek
apa yang menurutnya paling penting secara keseluruhan. Peserta
dapat memilih buku-buku membuat karya wisata dan ikut serta
dalam kelas-kelas yang cocok dengan keperluan dan minatnya.
d. Model Unschooling dikenal sebagai model pembelajaran alami yang
praktiknya dilakukan berdasarkan minat dan keingintahuan anak.
Peserta belajar dari pengalaman sehari-hari dan tidak menggunakan
jadwal sekolah atau kurikulum formal. Dengan demikian, anak-anak
mempunyai cukup waktu dan kemampuan dalam meneliti sehingga
mereka akan menjadi ahli dalam bidang yang ia minati. Namun
model ini juga memiliki kerugian karena sulit bagi mereka dalam
mengikuti penyetaraan tingkatan/kelas apabila ingin memasuki
kembali sistem sekolah umum. 31
Salah satu prinsip homeschooling adalah memanfaatkan segala sumber
daya yang ada di sekitar kita (belajar apa saja, di mana saja, bersama siapa saja,
kapan saja). Salah satu sumber daya yang harus kita manfaatkan adalah keluarga.
Dengan menjadikan keluarga sebagai sumber belajar (resource person) bagi anak.
Homeschooling merupakan salah satu model pembelajaran kreatif. Ella
Yulaelawati mengakui, ada beberapa alasan orang tua di Indonesia memilih
homeschooling. Antara lain, dapat menyediakan pendidikan moral atau
keagamaan, memberikan lingkungan sosial dan suasana belajar yang baik, dan
31 Hot Topic, 15 Dec 2006 Sumber: Majalah Inspire Kids “Homeschooling, Tak Sekadar Belajar di
Rumah”.
dapat memberikan pembelajaran langsung yang konstekstual, tematik,
nonskolastik yang tidak tersekat-sekat oleh batasan ilmu.
Sedangkan menurut Seto Mulyadi, homeschooling memiliki keunggulan
karena bimbingan dan layanan pengajaran dilakukan secara individual. Proses
pembelajaran lebih bermakna karena terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari.
Lebih dari itu, waktunya pun lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan
kesiapan anak dan orang tua. Seto mengatakan, menyelenggarakan
homeschooling menuntut kemauan orang tua untuk belajar, menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan memelihara minat dan antusias
belajar anak. Homeschooling juga memerlukan kesabaran orang tua, kerja sama
antar anggota keluarga, dan konsisten dalam penanaman kebiasaan. 32
Menurut pakar pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Arief Rahman
Hakim, orang tua yang ingin menjalankan konsep pendidikan rumah harus
memenuhi tiga syarat. Pertama, syarat akademis, yaitu memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup. Kedua, syarat psikologis, yaitu memiliki jiwa pendidik.
Dan ketiga, harus memiliki syarat pedadogis, yaitu keahlian menularkan
pengetahuan kepada orang lain. Selain itu, menurut Kepala Lab School di
Rawamangun ini, praktisi homeschooling juga harus memiliki program pelajaran
dan sistem evaluasi yang jelas. 33
Dengan demikian para orang tua hanya bisa memilih dan melaksanakan
dari beberapa model diatas. Hanyalah untuk pendidikan yang terbaik untuk anak,
32 Help Support Health Clinics Providing Critical Aid to Evacuees : Iklan Layanan Masyarakat
oleh Google Wednesday, 17 January 2007. 33 Liza Desylanhi, Wed, 20 Sep 2006 ,VHRmedia.net - Voice of Human Rights.
sehingga anak pun tidak merasa tersiksa dalam belajar dengan kegiatan belajar
yang menyenangkan. Maka anak dapat termotivasi belajarnya.
5. Homeschooling Dalam Perspektif Islam
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, diwajibkan menuntut ilmu
dalam waktu yang tidak ada batasnya selama nyawa masih ada, demi
mempertahankana kemuliaannya dan mengangkat derajatnya.
Sabda Rasulullah saw.
) ماجه ابن رواه ( مسلم آل على فريضة العلم طلب ل قا عنه اهللا رضى سعيد ابى عنArtinya: "Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap orang muslim laki-
laki dan perempuan." (H.R. ibnu majah) Ilmu sangat penting dalam mengatur kehidupan manusia, baik ketika
manusia berada di dunia maupun di akhirat dan Tuhan akan mengangkat derajat
orang berilmu sebagaimana dalam Al-Qur’an yang artinya : Tuhan akan
meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang
yang menuntut ilmu (DEPAG-RI); 34. Demikianlah, manusia itu sangat mulia di
hadapan Allah karena iman dan ilmunya. Dengan dasar berilmu itu manusia jadi
mulia hidup di dunia. 35
Penerapan sistem homeschooling sama sekali tidak bertentangan dengan
ketentuan Islam. Kewajiban mencari ilmu tidak dibatasi oleh waktu, usia dan jenis
kelamin. Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui
pengalaman, informasi, perasaan (melalui intuisi).
Bahkan dalam islam pun mendidik anak itu suatu kewajiban. Dengan
cara mendidik anak supaya beradab, dialog dan pembebanan pada anak yaitu :
34 Djumransjah, 2005, hlm. 163 35 Ngalim Purwanto, 2006, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, hlm. 72.
a. Mendidik anak dengan etika islami
b. Mendidik anak dengan mengeritik tanpa memukul
c. Prinsip memberikan hadiah dan hukuman kepada anak
d. Berbicara kepada anak sesuai kadar akal mereka
e. Mendidik anak agar bekerja sama dalam memikul tanggung jawab.36
Mannan, berpendapat bahwa “pendidik yang baik dalam islam adalah
satunya, kata dan perbuatan, atau pernyataan sesuai dengan kenyataan”. Karena
Allah memang tidak menyukai mereka yang hanya mampu berteori tapi tidak
pernah membuktikannya. 37
Oleh sebab itu, pendidikan bagi anak sangatlah diutamakan dengan
memberikan visualisasi konkrit. Sehingga anak mampu merumuskan teori positif
yang dapat dijadikan sebagai standar moral, mental, maupun intelektual bagi
dirinya.
B. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi Belajar
Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya
dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong
ini mungkin disadari oleh setiap individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang
konkret atau abstrak. Para ahli seringkali menjelaskan perilaku individu ini
dengan tiga pertanyaan pokok, yaitu : Apa (What), Bagaimana (How), dan
36 Abdurrahman Al-Akk, 2006, Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta : Ad-Dawa’, hlm. 155. 37 Mannan, Munthaha Abdul, 1993, Tafsir Al-Qur’an Tematis Mengupas Masalah Pendidikan,
Jember : Gita Bahana, hlm. 4.
Mengapa (Why). Apa yang ingin dicapai oleh individu atau apa tujuan individu,
bagaimana cara mencapainya dan mengapa individu melakukan kegiatan tersebut.
Motivasi sering digunakan bergantian dengan istilah kebutuhan (need),
keinginan (want), dorongan (drive) dan gerak hati (impulse). Hresey dan
Blanchard menyatakan istilah-istilah tersebut merupakan motif, sedangkan
motivasi adalah kekuatan yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan. Motif masih bersifat potensial dan aktualisasinya dinamakan motivasi,
serta pada umumnya diwujudkan dalam perbuatan nyata. Dengan demikian
motivasi adalah keinginan untuk berbuat sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan, keinginan dan dorongan. 38
Menurut Vroom, motivasi mengacu kepada suatu proses mempengaruhi
pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang
dikehendaki. Frederick J. Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang
motivasi sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri/pribadi seseorang yang
ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.
yang berisi tiga hal, yaitu :
a. Motivasi dimulai dengan suatu perubahan tenaga dalam diri
seseorang.
b. Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif.
c. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.39
38 Ngalim Purwanto, Opcit, hlm. 72. 39 Soemanto. Wasty, 1987, Psikologi Pendidikan-Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Jakarta :
PT Bina Aksara, Hlm. 191.
Kemudian Mc. Donald pun memberikan sebuah definisi tentang motivasi
sebagai perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaktif dalam mencapai tujuan.40
Menurut Martin Handoko, motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang
terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah laku.41
Pidarta mengemukakan bahwa motivasi sebagai tenaga penggerak itu
tidak hanya terbatas pada menggerakkan perilaku-perilaku yang baik atau positif
saja, tapi ia juga bisa bertidak sebagai penggerak perilaku-perilaku yang negatif. 42
Karena itulah manusia harus sadar akan tindakan yang nantinya akan ia lakukan,
apakah positif atau negatif, karena itu seseorang harus berhati-hati dalam
bertindak.
Pada hakekatnya, motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang sedang menghadapi sesuatu situasi diluar dirinya yang menantang
dan merangsang. Disini, motivasi berhubungan dengan tingkah laku yang
digiatkan, diarahkan atau disalurkan dan bagaimana mempertahankannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat dari para ahli, dapat diambil kesimpulan
bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar
atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi
adalah suatu keadaan yang menimbulkan tingkah laku tertentu yang memberi arah
dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.
Dalam motivasi terdapat 2 prinsip penting, yaitu : 40 Sardiman, 1968, Motivasi Dan penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta: Kanisius, hlm. 69. 41 Martin Handoko, 1992, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta: Kanisius, hlm.70. 42 Made Pidarta, 1999
a. Motivasi adalah suatu proses didalam individu. Pengetahuan tentang
proses didalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu
untuk menerangkan tingkah laku lain dari orang itu.
b. Menentukan diri dari proses motivasi dengan menyimpulkan dari
tingkah laku yang dapat diamati. 43
Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas terjadi perubahan dalam diri individu. 44 Dan menurut Guilford, belajar
adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan. 45
Pendapat lain, menurut James O Whittaker memberikan pengertian
secara umum mengenai penggunaan istilah "motivation" dibidang psikologi.
Bahwa motivasi adalah kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau
memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan
yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut.46
Dalam hal belajar, motivasi itu sangat penting. Motivasi adalah syarat
mutlak untuk belajar. Belajar disekolah seringkali terdapat anak yang malas, tidak
menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Begitu pula anak yang belajar
dirumah. Dengan demikian berarti pendidik baik guru maupun orang tua tidak
berhasil memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar ia bekerja
dengan segenap tenaga dan pikirannya.
43 Wasty. Soemanto, 1983, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 203. 44 Djamarah, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 45 Mustaqim, 2002, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN, 46 Soemanto. Wasty, 1987, Psikologi Pendidikan-Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan, Jakarta :
PT Bina Aksara, hlm. 193.
Permasalahan memotivasi anak dalam belajar, merupakan masalah yang
sangat kompleks. Dalam usaha memotivasi tersebut, tidak ada aturan-aturan yang
sederhana. Harusnya pendidik lebih peka terhadap kompeksitas masalah yang
dimiliki anak, serta mengetahui prinsip-prinsip motivasi yang dapat membantu
pelaksanaan tugas mengajarnya, meskipun tidak adanya pedoman khusus yang
pasti.
Yang perlu dingat, bahwa nilai buruk pada suatu mata pelajaran tertentu
belum tentu berarti bahwa anak itu bodoh terhadap mata pelajaran tersebut.
Banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang
tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka muncullah semangat
yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga..
Menurut Hilgrad & Russel, berpendapat bahwa motivasi merupakan
bagian dari learning. Dimana proses timbul/tumbuhnya motivasi mengikuti pola
berikut : 47
Bagan II
Drives
Motivasi Kelakuan/perilaku
Motives Needs
Seseorang akan melakukan sesuatu kalau ia mengharapkan akan melihat
hasil yang memiliki nilai (value) atau manfaat. Motivasi merupakan keadaan
internal seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu.
47 Ibid. hlm. 194.
Berbeda dengan teori-teori tentang motivasi yang berdasarkan keadaan defisit
pada diri seseorang.
Jadi berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh di atas, dapat di ambil
kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dan pengalaman yang di peroleh dari proses
belajar, serta menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu
tujuan yang ingin di capai.
2. Macam-macam Motivasi belajar
Menurut Tadjab MA, Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Motivasi Intrinsik : suatu aktivitas atau kegiatan belajar di mulai dan
di teruskan berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan
yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
b. Motivasi Ekstrinsik : Suatu aktivitas belajar di mulai dan di teruskan
berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.48
Menurut Suparno A. Suhaenah, 2000, motivasi di jelaskan pula sebagai
suatu dorongan untuk tumbuh berkembang, motivasi berkaitan dengan
keseimbangan atau equilibrium yaitu upaya untuk tidak membuat dirinya
48 Tadjab., 1994, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabaya : Karya Aditama, Hlm. 103.
memadai dalam menjalani hidup ini. Dengan equilibrium dimaksudkan agar
seseorang dapat mengatur dirinya sendiri, relative "bebas" dari dorongan orang
lain untuk menjadi kompeten, motivasi berkaitan dengan emosi sehingga dapat
merupakan kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) untuk mempelajari
sesuatu. Jenis motivasi seperti ini dikenal juga sebagai motivasi intrinsik
lawannya adalah motivasi ekstrinsik yang bersumber diluar diri individu tersebut.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan oleh faktor pendorong yang murni berasal dari dalam diri individu,
dan tujuan tindakan itu terlibat di dalam tindakan itu sendiri, bukan di luar
tindakan tersebut. Berbeda dengan motivasi ekstrinsik, adalah keinginan
bertingkah laku sebagai akibat dari adanya rangsangan dari luar atau karena
adanya kekuasaan dari luar. Tujuan bertingkah laku pun tidak terlibat dalam
tingkah laku itu sendiri, tetapi berada di luar tindakan tersebut.
Hal ini motivasi itu sendiri datang dalam bentuk yang berbeda-beda,
sehingga anak yang termotivasi belajarnya akan dapat menentukan tindakan apa
yang akan dilakukan demi tercapainya kegiatan belajar tersebut.
3. Fungsi Motivasi Belajar
Seseorang pastilah mempunyai cita-cita dalam hidupnya. Semakin kuat
cita-cita tersebut maka semakin kuat motivasi untuk meraihnya. Motivasi sangat
besar pengaruhnya dalam kehidupan seseorang. Menurut Ngalim Purwanto,
motivasi mempunyai beberapa fungsi, sebagai berikut :
a. Motif itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak, motif itu
sebagai penggerak atau motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
b. Motif itu menentukan arah perbuatan yakni kearah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyelewengan dari jalan
yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan
yang ingin dicapai, makin jelas pula terbentang jalan yang harus di
tempuh.49
Motif itu menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan
menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Sedangkan motivasi sebagai proses untuk mengantarkan anak kepada
pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Motivasi
sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah anak menjadi tekun dalam
proses belajar. Fungsi dalam belajar adalah sebagai berikut :
a. Memberikan semangat dan mengaktifkan anak agar tetap berminat
dan siaga (sebagai pendorong).
b. Menentukan arah perbuatan untuk memusatkan perhatian anak pada
tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
akhir.
49 Ngalim Purwanto, 2002, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Hlm. 81.
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan
jangka panjang. 50
Maka fungsi motivasi itu mempunyai peran yang sangat penting pula
dalam proses belajar. Dimana anak dapat terdorong untuk belajar tanpa keluar dari
seluruh bakat dan minat yang dimiliki anak. Dengan demikian proses belajar
sesuai dengan yang dinginkan dan yang dibutuhkan oleh anak dalam kegiatan
pendidikan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor dibawah ini,
yaitu : 51
a. Cita-cita atau aspirasi anak
Cita-cita yang ingin dicapai anak akan memperkuat semangat belajar
dan mengarahkan perilaku belajarnya. Cita-cita ini dapat memperkuat motivasi
intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri anak.
b. Kemampuan anak
Keinginan seorang anak perlu diiringi dengan kemampuan dan
kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan anak untuk mempelajari sesuatu
50 Alisuf . Sabri, 1983, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, Hlm 86. 51 Dimyati, mudjiono, Opcit, hlm. 97-100
akan semakin mendorongnya untuk mempelajari materi yang bersangkutan.
Karena keberhasilan yang dicapai dengan kemampuan yang dimilikinya tersebut
akan memuaskan dan menyenangkan hatinya. Jadi secara ringkas dapat dikatakan
bahwa kemampuan anak akan memperkuat motivasinya dalam belajar.
c. Kondisi anak
Kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi
motivasi belajar. Seorang anak yang sedang sakit, lapar, marah, dan sedih. Akan
mengganggu perhatian dan keinginan untuk belajar. Sebaliknya anak yang sehat
dan gembira akan mudah memusatkan perhatian untuk belajar. Dengan kata lain
kondisi jasmani dan rohani anak berpengaruh terhadap motivasi belajar anak.
d. Kondisi lingkungan anak
Lingkungan anak ini meliputi lingkungan fisik seperti keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, lingkungan sosial seperti pear group, komunikasi
dengan pengajar, orang tua, dan sebagainya. Bencana alam, tempat tinggal yang
kumuh, ancaman teman yang nakal dapat mengganggu kesungguhan belajar anak.
Sebaliknya, lingkungan yang nyaman dan indah, pergaulan antar teman, orang
tua, pengajar, masyarakat yang rukun akan memperkuat motivasi belajarnya. Oleh
karena itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup dan rasa aman perlu
dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tertib, dan indah maka
semangat atau motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
Unsur-unsur dinamis ini merupakan unsur yang berkembang
mengikuti perkembangan zaman yang dapat membangkitkan keinginan untuk
belajar. Lingkungan budaya anak yang berupa surat kabar, majalah, radio, televisi,
dan sebagainya. Merupakan unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
Keadaan lingkungan budaya seperti tersebut diatas dapat menumbuhkan motivasi
belajar. Oleh karena itu, orang tua (pengajar) professional diharapkan mampu
memanfaatkan unsur-unsur tersebut sebagai sumber belajar anak untuk
memotivasi belajarnya.
f. Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak
Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak. Partisipasi
dan teladan memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan
anak. Ada beberapa upaya pembelajaran yang dapat dilakukan oleh orang tua
(pengajar), yaitu :
1) Pemahaman tentang diri anak dalam rangka kewajiban tertib
belajar.
2) Pemanfaatan penguatan berupa reward dan punishmunt secara
tepat guna.
3) Mendidik dengan cinta belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa timbul dan menguatnya
motivasi yang ada pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : adanya
cita-cita dalam diri anak, kemampuan yang dimiliki anak, kondisi anak yang
sehat, kemampuan orang tua (pengajar) dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, dan upaya orang tua (pengajar) yang bersungguh-sungguh dalam
membelajarkan anak. Oleh karena itu, seyogyanya orang tua (pengajar)
memanfaatkan faktor-faktor tersebut diatas dengan baik agar motivasi belajar
anak dapat berkembang dengan optimal.
5. Pentingnya Motivasi Dalam Belajar Dan Cara Memotivasi Belajar
Anak
Motivasi belajar penting bagi anak dan orang tua (pengajar). Dimana
pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada anak bermanfaat bagi
orang tua (pengajar), antara lain :
a. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat anak
untuk belajar sampai berhasil.
b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar anak di setiap belajar
yaitu pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang
berhubungan dengan diri anak yang terjalin bersamanya.
c. Meningkatkan dan menyadarkan orang tua (pengajar) untuk memilih
satu diantara bermacam-macam peran seperti penasehat, instruktur,
penyemangat dan pendidik.
d. Memberi peluang orang tua (pengajar) untuk kerja rekayasa
pedadogis. 52
Didalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan, motivasi bagi anak dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan, memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar.
52 Dimyati, mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran, 2002, Bandung, : Rineka Cipta, hlm. 86
Menurut Sardiman ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi belajar anak, yaitu : 53
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Angka
yang baik itu bagi anak merupakan motivasi yang kuat.
b. Reward/hadiah
Reward juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian,
karena hadiah untuk sebuah pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi anak
yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut.
c. Kompetensi
Kompetensi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar
anak. Persaingan individu maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi
belajar anak.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan
mempertaruhkan harga diri.
e. Memberi evaluasi
Anak akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada evaluasi, oleh
karena itu memberikan evaluasi juga merupakan sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil
53 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, 1989, Jakarta : Rajawali Press, hlm. 91
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan akan
mendorong anak untuk lebih giat belajar.
g. Pujian
Apabila anak sukses dan berhasil dalam menyelesaikan tugas dengan baik,
maka perlu diberikan pujian, pujian adalah reinforcement yang positif dan
sekaligus merupakan motivasi yang baik.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara
tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, orang tua dan
pengajar harus memahami prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar,
hasrat untuk belajar berarti pada diri anak itu memang ada motivasi untuk
belajar sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan begitu juga minat, sehingga tepatlah
kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh anak, akan merupakan
alat motivasi yang sangat penting sebab dengan memahami tujuan yang harus
dicapai, dirasa sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah
untuk terus belajar.
Timbulnya motivasi belajar anak dapat dibangkitkan dengan
menggunakan sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dan minat belajar
anak. Serta menggunakan cara yang dirasa bisa untuk membangkitkan
semangatnya, misalnya dengan memberikan cara-cara seperti diatas.
6. Indikator Anak Yang Termotivasi Belajarnya.
Di antara indikator yang bisa dijadikan patokan anak termotivasi adalah :
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
b. Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil.
d. Anak bergairah belajar.
e. Kemandirian belajar. 54
Tataran utama yang dijadikan landasan untuk menentukan apakah anak
termotivasi dalam belajarnya atau belum, bisa dilihat dari indikator diatas.
Adapun ciri-ciri anak yang termotivasi dalam melaksanakan kegiatan
belajarnya, yaitu :
a. Mencari dan memberikan informasi.
b. Bertanya pada orang tua (pengajar) atau teman yang lain.
c. Mengajukan pendapat atau komentar kepada orang tua (pengajar)
atau teman yang lain.
54 Tafsir, 1993, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bandung : Remaja Rosdakarya. hlm.
146
d. Diskusi atau memecahkan masalah.
e. Mengerjakan tugas yang diberikan orang tua (pengajar).
f. Memanfaatkan sumber belajar yang ada.
g. Menilai dan memperbaiki nilai pekerjaanya. Membuat kesimpulan
sendiri tentang pelajaran yang diterimanya.
h. Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua (pengajar) dengan
tepat saat belajar berlangsung.
i. Memberikan contoh yang benar.
j. Dapat memecahkan masalah secara tepat.
k. Ada usaha dan motivasi dalam mempelajari bahan materi.
l. Senang bila diberi tugas.
m. Bekerja sama dan menjalin hubungan/komunikasi dengan teman
yang lain. Dapat menjawab pertanyaan diakhir belajar.
Ciri-ciri diatas merupakan respons yang sering terjadi apabila anak telah
termotivasi belajarnya. Yaitu, wujud dari respons yang akan membawa dampak
positif bagi anak.
Sardiman memberikan penjelasan ciri-ciri seseorang termotivasi, sebagai
berikut :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama dan ridak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
d. Lebih senang belajar mandiri.
e. Cepat bosan dengan tugas rutin (kurang kreatif).
f. Sering mencari dan memecahkan soal-soal.
g. Tidak mudah melepaskan hal-hal yang sudah diyakini.
h. Dapat mempertahankan pendapatnya
Tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri yang sebelumnya,
Apabila seorang anak memiliki ciri-ciri diatas berarti dia telah memiliki
motivasi yang kuat dalam proses-mengajar. Ciri-ciri tersebut penting karena
dengan motivasi yang kuat anak akan bisa belajar dengan baik, lebih mandiri dan
tidak terjebak pada sesuatu yang rutinitas dan mekanis. 55
7. Motivasi Belajar Dalam Prespektif Islam
Belajar dan mendidik dalam tuntunan Rasulullah Saw. Adalah mengubah
perilaku, mendidik jiwa dan membina kepribadian menusia. Rasulullah Saw.
Menerapkan prinsip ini dalam mendidik jiwa dan meluruskan perilaku sahabat
serta menyebarkan dakwah Islamiyah diantara manusia. 56Hal itu dapat dijadikan
sebagai contoh dalam membangkitkan motivasi diri untuk terus belajar, karena
proses belajar terjadi dengan cepat dan efektif apabila ada motivasi.
Sebab motivasi merupakan salah satu prinsip belajar yang penting, akan
tetapi sering terlupakan saat seseorang menuntut ilmu dengan menjadikan
pendidikan sebagai landasan utamanya, hingga ketika ilmu sudah didapat bukan
digunakan untuk mendidik, akan tetapi lebih ditekankan sebagai alat untuk
memperoleh kepuasan duniawi.
55 Sardiman, Opcit, hlm 98 56 Najati, 2002, hlm. 155
Padahal turunnya wahyu yang pertama kali mengungkapkan bahwa
pendidikan menjadi motivasi utama dalam menuntut ilmu, yang pada akhirnya
motivasi mampu melahirkan kesadaran fitrah manusiawi sebagai makhluk yang
tercipta dari unsur yang tidak di perhitungkan sebelumnya yaitu ‘alaq, yang pada
gilirannya mampu mendorong menjadi manusia yang suka membantu, yang
dengan kreasinya menggunakan qalam sebagai komunikasi ilmiahnya 57,
sebagaimana firman Allah Swt. Dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5.
ù&tø% $# ÉΟó™ $$ Î/ y7 În/u‘ “ Ï% ©!$# t,n= y{ ∩⊇∪ t,n= y{ z⎯≈ |¡Σ M}$# ô⎯ÏΒ @,n= tã ∩⊄∪ ù&tø% $# y7 š/u‘ uρ ãΠtø.F{$# ∩⊂∪ “ Ï% ©!$# zΟ̄= tæ
ÉΟn= s)ø9$$ Î/ ∩⊆∪ zΟ̄= tæ z⎯≈ |¡Σ M}$# $ tΒ óΟs9 ÷Λs>÷è tƒ ∩∈∪
Artinya : “Bacalah, (tuntutlah ilmu) dengan niat mendidik, yang mampu mencipta, Mencipta manusia dari unsur ‘alaq (segumpal darah). Bacalah, (tuntutlah ilmu) dan mendidikmu yang maha pemurah, (membuat peserta didik menjadi peka). Yang mengajar manusia dengan kalam (tulis baca). Dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (DEPAG-RI : QS Al-‘Alaq, 1-5).
Berdasarkan isi ayat tersebut, kita sebagai manusia ciptaan-Nya. Yang
paling sempurna diantara makhluk-makhluk yang lainnya diwajibkan untuk terus
menuntut ilmu dan belajar sepanjang waktu, baik di sekolah (formal) maupun
diluar sekolah (informal, nonformal) sampai tercapainya perintah Allah Swt untuk
belajar hingga tiada waktu untuk bermalas-malasan.
C. MODEL HOMESCHOOLING DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM
PRESPEKTIF ISLAM
Menurut pandangan Al-Qur’an, alam wujud ini diciptakan, baik dari segi
penciptaan (takwini) maupun keberadaan aturannya (tasyri’i), hanya demi ilmu
57 Mannan, Opcit, hlm. 2
dan belajar. Berarti tujuan penciptaan adalah agar kamu semua belajar. Allah
SWT. Berfirman :
ª!$# “ Ï% ©!$# t,n= y{ yìö6 y™ ;N≡uθ≈ oÿ xœ z⎯ÏΒ uρ ÇÚö‘ F{$# £⎯ßγ n= ÷WÏΒ ãΑ̈”t∴tG tƒ âö∆F{$# £⎯åκs]÷ t/ (#þθ çΗ s>÷è tFÏ9 ¨β r& ©!$# 4’ n?tã Èe≅ä.
&™ó© x« Öƒ ωs% ¨β r&uρ ©!$# ô‰s% xÞ% tnr& Èe≅ ä3Î/ >™ó© x« $ RΗø>Ïã ∩⊇⊄∪
Artinya : “Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu juga bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu..” (DEPAG-RI, QS. Ath-thalaq : 12).
Begitu juga tujuan diutusnya para nabi dan rosul kebumi, tidak lain
hanya untuk ilmu dan belajar. Allah berfirman :
uθ èδ “ Ï% ©!$# y]yè t/ ’ Îû z⎯↵Íh‹ÏiΒ W{$# Zωθß™ u‘ öΝåκ÷]ÏiΒ (#θ è= ÷Ftƒ öΝÍκö n= tã ⎯ϵ ÏG≈ tƒ#u™ öΝÍκ Ïj.t“ ムuρ ãΝßγ ßϑ Ïk= yè ムuρ |=≈ tG Å3ø9$#
sπ yϑ õ3Ït ø: $#uρ βÎ)uρ (#θ çΡ% x. ⎯ÏΒ ã≅ ö6 s% ’ Å∀s9 9≅≈ n= |Ê &⎦⎫Î7•Β ∩⊄∪
Artinya : “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As Sunnah) dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (DEPAG-RI, QS. Al-Jumu’ah : 2). 58
Ilmu yang dimaksud dalam islam yang apabila orang tua tidak
mengajarkan kepada anak-anaknya dianggap salah, adalah ilmu yang dijelaskan
dalam dua pokok berikut ini:
a. Pengetahuan umum yang berkaitan dengan kepentingan duniawi dan
kehidupan anak. Misalnya pendidikan formal dengan segala
tingkatannya hingga perguruan tinggi. Terpenuhinya pendidikan
58 Husain Mazhahiri, 2001, Pintar Mendidik Anak, Jakarta : PT Lentera Basritama. hlm. 225
anak dalam ilmu umum termasuk salah satu bagian penting dalam
kemuliaan pribadi anak, dan ini memang harus dijaga oleh orang tua.
b. Pengetahuan yang berkaitan langsung dengan kehidupan dan hidup
mereka. Misalnya pendidikan nonformal seperti seorang ibu harus
mendoktrin putrinya tentang prinsip-prinsip rumah tangga, cara
menjaga suami dan anak-anaknya, serta cara berbicara dengan
suaminya. 59
Dalam psikologi islam, pembahasan motivasi hidup tidak terlepas dari
tahapan kehidupan manusia. Secara garis besar, kehidupan manusia terbagi atas
tiga tahap : pertama, tahap pra-kehidupan dunia, yang disebut dengan alam
perjanjian (‘alam al-‘ahd, ‘alam al-mitsaq) atau alam alastu. Pada alam ini
terdapat rencana dan design Tuhan yang memotivasi kehidupan manusia di dunia.
Isi motivasi yang dimaksud adalah amanah yang berkenan dengan tugas dan
peran kehidupan manusia di dunia. Kedua, tahapan kehidupan dunia, untuk
aktualisasi atau realisasi diri terhadap amanah yang telah diberikan pada alam pra-
kehidupan dunia. Pada alam ini, realisasi atau aktualisasi diri manusia termotivasi
oleh pemenuhan amanah. Kualitas hidup seseorang sangat tergantung pada
kualitas pemenuhan amanah. Ketiga, tahapan alam pasca-kehidupan dunia, yang
disebut hari penghabisan (yaumul al-akhiroh) atau hari pembalasan (yaum al-din)
atau hari penegak keadilan (yaum al-qiyamah). Pada kehidupan ini, manusia
diminta oleh Allah SWT. untuk mempertanggungjawabkan semua aktivitasnya,
apakah aktivitas yang dilakukan sesuai dengan amanah atau tidak?, jika sesuai
59 Ibid, hlm. 225
maka ia mendapatkan surga (puncak kenikmatan psikofisik manusia), jika tidak
maka ia mendapatkan neraka (puncak kesengsaraan psikofisik manusia). 60
Dengan demikian tampak jelas bahwa motivasi hidup manusia hanyalah
relisasi atau aktualisasi amanah Allah SWT. semata. Menurut Fazlur Rahman,
amanah merupakan inti kodrat manusia yang diberikan sejak awal penciptaan,
tanpa amanah manusia tidak memiliki keunikan dengan makhluk-makhluk lain.
Firman Allah SWT :
$ ¯ΡÎ) $ oΨôÊ ttã sπ tΡ$ tΒ F{$# ’ n?tã ÏN≡uθ≈ uΚ ¡¡9$# ÇÚö‘ F{$#uρ ÉΑ$ t6 Éf ø9$#uρ š⎥ ÷⎫t/r'sù β r& $ pκs]ù= Ïϑ øt s† z⎯ø)xô© r&uρ $ pκ÷]ÏΒ $ yγ n= uΗ xquρ
ß⎯≈ |¡ΡM}$# ( …çµ ¯ΡÎ) tβ% x. $ YΒθè= sß Zωθ ßγ y_ ∩∠⊄∪
Artinya : “Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka kawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh” (DEPAG-RI, QS. Al-Ahzab:72). 61
Islam memberikan perhatian khusus terhadap ilmu dan pendidikan,
sehingga pahala ilmu dan belajar sangat besar tanpa tandingan. Allah SWT.
Berfirman :
ô⎯ÏΒ È≅ô_ r& y7 Ï9≡sŒ $ oΨö; tFŸ2 4’ n?tã û© Í_ t/ Ÿ≅ƒÏ™ℜ uó Î) …çµ ¯Ρr& ⎯tΒ Ÿ≅ tFs% $ G¡øtΡ Îötó Î/ C§øtΡ ÷ρ r& 7Š$ |¡sù ’ Îû ÇÚö‘ F{$#
$ yϑ ¯Ρr'x6sù Ÿ≅ tFs% }¨$ ¨Ζ9$# $ Yè‹Ïϑ y_ ô⎯tΒ uρ $ yδ$uŠôm r& !$ uΚ̄Ρr'x6 sù $ uŠôm r& }¨$ ¨Ψ9$# $ Yè‹Ïϑ y_ 4 ô‰s)s9uρ óΟßγ ø?u™!$ y_
$ uΖè= ß™ â‘ ÏM≈uΖÉi t7ø9$$ Î/ ¢ΟèO ¨β Î) #ZÏWx. Οßγ ÷Ψ ÏiΒ y‰÷èt/ š Ï9≡sŒ ’Îû ÇÚö‘ F{$# šχθèùÎô£ßϑ s9 ∩⊂⊄∪
60 Abdul Mijib & Jusuf Mudzakir, 2001, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. Hlm. 246 61 Ibid, hlm. 247
Artinya : “Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain [411], atau bukan Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh manusia seluruhnya [412]. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah dia Telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu [413] sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi” (DEPAG-RI, QS. al-Maidah : 32). 62
Maksud : [411] Yakni: membunuh orang bukan Karena qishaash.
[412] hukum Ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, Karena orang seorang itu adalah anggota masyarakat dan Karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya. [413] ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata. Imam Ja’far Shadiq pun pernah berpesan, “Berikan pendidikan agama
kepada anak-anakmu sesegera mungkin sebelum lawan-lawanmu
menggantikanmu dan menanam ide-ide yang salah dan keliru pada pikiran
mereka.”. 63
Pesan ini menjadi begitu mengugah setalah kita menyadari tantangan
zaman yang kelak akan dihadapi si anak. Karena itu, anak harus dibekali dengan
nilai-nilai dan kesadaran Al-Qur’an, agar bisa mengenali dan memahami potensi
dirinya, termasuk potensi kecerdasan yang harus dimilikinya, karena itulah
langkah tepat dan bijaksana.
Dengan membiarkan anak menjadi dirinya sendiri, menemukan
kecerdasnnya sendiri, seperti yang telah dianugrahkan Tuhan kepadanya. Tak ada
hak sama sekali bagi orang tua memaksa dengan berbagai cara dan alasan
62 Husain Mazhahiri, Opcit, hlm. 224 63 Ach. Saifullah & Nine Adien Maulana, 2005, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak,
Yogyakarta: Kata Hati. hlm. 197
(meskipun dengan dalih demi masa depan anak). Allah yang mencipta mereka lalu
menitipkannya pada kita (orang tua), mereka berkewajiban untuk mengoptimalkan
setiap potensi yang dimilikinya, apapun bentuk dan rupa potensi itu.
Dalam islam memotivasi anak dalam belajar, perlu dilakukan kegiatan
sebagai berikut :
a. Kegiatan harian awal : orang tua harus berupaya menyambut dan
menghadapi anak-anak setiap hari dengan wajah cerah serta berusaha
menyebarkan suasana kasih dan bahagia, dengan rasa cinta orang tua
harus mampu membiasakan berucap salam Assalamu’alaikum
sebagai pengganti ucapan selamat pagi, serta perlunya orang tua
memperhatikan lingkungan belajar yang tenang dan nyaman
sehingga dapat menumbuhkan rasa senang anak dalam belajar
(asyiknya belajar).
b. Membiasakan olah raga pagi : dapat memupuk kegesitan,
kegembiraan, dan keceriaan anak. Sehingga mereka pun merasa
bahwa kegiatan belajar bukan kegiatan yang mengungkung
kebebasan mereka.
c. Membiasakan menghapal Al-Qur’anul Karim : dapat memupuk
kecintaan anak terhadap Al-Qur’an sejak dini. Sehingga anak lebih
awal mengenal Al-Qur’an.
d. Bermain dan berrekreasi : bagi anak bermain merupakan kebutuhan
yang sangat penting dan berpengaruh pada aspek fisik dan
psikologis. Sehingga berpengaruh juga pada tinggi rendahnya
prestasi anak dalam belajar. 64
D. IMPLEMENTASI MODEL HOMESCHOOLING DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK
Telah di paparkan diatas, bahwa ada beberapa macam model
homeschooling, berkisar dari yang sangat terstruktur (seperti sekolah) sampai ke
yang tidak terstruktur. Keluarga homeschooler tidak perlu berpatokan pada satu
model. Berbagai macam model homeschooling yang mungkin dikerjakan keluarga
homeschooler yang lain, sebagai berikut :
1. Model Homeschool Charlotte Mason
Charlotte Mason mengajukan Filosofi Pendidikannya yang meliputi
'Narration, Copywork, Nature Notebook, Fine Arts, Languages, Literature-based
curriculum' dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. model homeschool ini
adalah konsep "Buku Hidup". Lain dengan text book yang ditulis oleh beberapa
penulis mengenai satu subjek tertentu, 'buku hidup' ditulis oleh satu penulis. Buku
ini 'bercerita' dan tidak hanya menyampaikan fakta. Anak biasanya akan lebih
ingat bila mereka membaca cerita daripada membaca textbook.
Dalam model Charlotte Mason, anak membaca buku kemudian
menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa
mereka mengerti apa yang dibacanya. Model ini juga menekankan 'nature
64 Jaudah Muhammad Awwad, 1995, Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta : Gema Insani Press.
hlm. 14
notebook'. Orang tua dan anak perlunya keluar rumah, melakukan pengamatan
dan mencatatnya dalam buku, bila perlu dengan gambar.
2. Model Homeschool Klasik
Model ini padat literatur (bukan padat gambar) dan berdasar pada trivium
'grammar, logic dan rhetoric', yang sebanding dengan konsep yang lebih mudah
yaitu Pengetahuan, Pengertian, dan Kebijakan.
a. Tahapan 'grammar' (sampai usia 12) adalah saat anak menerima dan
mengumpulkan informasi-Pengetahuan. Anak menerima fakta,
walaupun belum memahami namun sejalan dengan bertambahnya
usia mereka, mulai mencerna fakta tersebut.
b. Tahapan 'logic' (usia 13 - 15) adalah saat pemahaman anak mulai
matang. Mereka mulai mengerti sebab akibat. Pengetahuan membawa
logika.
c. Tahapan 'rhetoric' (usia 16 - 18) adalah saat anak bisa menggunakan
pengetahuan dan logika untuk berkomunikasi, menerapkan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, berdiskusi dan berdebat -
Kebijakan.
Setiap mata pelajaran yang dipelajari mempunyai 3 tahapan tersebut.
Dengan memberikan fakta, membantu anak untuk mengerti, dan menguji anak
dalam pemahamannya.
3. Model Homeschool Montessori
Maria Montessori menyatakan bahwa anak mempunyai kemampuan
untuk belajar. Orang dewasa hanya perlu mengatur lingkungan anak agak
mendukung proses anak belajar. Orang dewasa tidak mengatur anak, tetapi
membantu anak belajar dengan lingkungannya, dalam situasi natural, dalam
kelompok yang tidak dibatasi oleh umur.
a. Unschooling : Anak belajar materi apa yang dia sukai. Sangat tidak
terstruktur tapi sering cocok untuk sebagian anak, terutama anak
kecil.
b. Unit studies : Semua mata pelajaran terpadu menjadi satu tema.
Sebagai contoh, membaca buku Little House on the Prairie dan
belajar sejarah, seni, ilmu pengetahuan alam, matematika, semua
melalui buku tersebut.
c. Belajar jarak jauh
4. Model Homeschool Waldorf
Konsep pengajaran Waldorf bertumpu pada anak secara keseluruhan (the
whole child), yang meliputi Kepala, Hati dan Tangan. Model ini menekankan
dongeng (storytelling) and seni (art). Rudolf Steiner (penggagas Waldorf)
mengatakan "model ini bukan sistem pedagogi, melainkan sebuah seni, sehingga
apa yang sudah ada pada manusia dapat dibangkitkan. Pendidikan Waldorf bukan
untuk mendidik, melainkan untuk membangkitkan."
Model ini tidak berusaha untuk menanamkan materi intelektual kepada
anak, tetapi membangkitkan kemampuan anak untuk mencari pengetahuan dan
untuk menikmati proses belajar. 65
65 Early Years Homeschool, Situs Homeschool. @.yahoo.id
Dalam dunia psikologi, dorongan yang dirasakan seseorang untuk
melakukan sesuatu disebut sebagai motivasi. Motivasi tersebut dapat berasal dari
dalam maupun dari luar diri seseorang. Morgan (1986), menjelaskan beberapa
teori motivasi :
a. Teori insentif
Dalam teori insentif, seseorang berperilaku tertentu untuk mendapatkan
sesuatu. Sesuatu ini disebut sebagai insentif dan adanya di luar diri orang tersebut.
Contoh insentif yang paling umum dan paling dikenal oleh anak-anak misalnya
jika anak naik kelas akan dibelikan sepeda baru oleh orang tua, maka anak belajar
dengan tekun untuk mendapatkan sepeda baru. Insentif biasanya hal-hal yang
menarik dan menyenangkan, sehingga anak tertarik mendapatkannya. Insentif,
bisa juga sesuatu yang tidak menyenangkan, maka orang berperilaku tertentu
untuk menghindar mendapatkan insentif yang tidak menyenangkan ini. Dapat
juga terjadi sekaligus, orang berperilaku tertentu untuk mendapatkan insentif
menyenangkan, dan menghindar dari insentif tidak menyenangkan.
b. Pandangan hedonistik
Dalam pandangan hedonistik, seseorang didorong untuk berperilaku
tertentu yang akan memberinya perasaan senang dan menghindari perasaan tidak
menyenangkan. Contohnya: anak mau belajar karena ia tidak ingin ditinggal
ibunya ke pasar/supermarket.
Sehubungan dengan teori motivasi di atas tentunya bisa dikatakan dengan
mudah, bahwa model homeschooling dengan memberikan dorongan agar anak
mau belajar, yaitu bentuk upaya untuk meningkatkan motivasi belajar anak
sebagai berikut :
1) Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke
anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa
penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa
mesti disuruh (peristiwa ini mungkin jarang terjadi, tapi jika saat
terjadi orang tua memperhatikan dan menunjukkannya, hal tersebut
bisa menjadi insentif yang berharga buat anak). Pujian selain
merupakan insentif langsung, juga menunjukkan penghargaan dan
perhatian dari orang tua terhadap anak. Anak seringkali haus
perhatian dan senang dipuji. Jadi daripada memberikan perhatian
ketika anak tidak mau belajar dengan cara marah-marah, dan ketika
belajar tanpa disuruh orang tua tidak memberikan komentar apapun,
atau hanya komentar singkat tanpa kehangatan, akan lebih efektif
perhatian orang tua diarahkan pada perilaku-perilaku yang baik.
2) Terangkan dengan bahasa yang dimengerti anak, bahwa belajar itu
berguna buat anak. Bukan sekedar supaya anak menjadi jenius, akan
tetapi mendidik anak dengan pemahaman mereka.
3) Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan, pada
anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari
mengisi TTS atau ikut menjawab kuis di TV). Jika anak bisa
menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil
belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan
mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama
deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat
yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa
dipercaya dan dihargai oleh orang tua, karena orang tua mau
meminta bantuannya.
4) Banyak lembaga pra-sekolah yang mengajarkan kepada anak
pelajaran-pelajaran dengan model active learning atau learning by
doing, atau learning through playing, salah satu tujuannya adalah
agar anak mengasosiasikan belajar sebagai kegiatan yang
menyenangkan. Tapi seringkali untuk anak-anak, hal ini agak sulit
dipraktekkan, karena mulai banyak pelajaran yang harus dipelajari
dengan menghafal. Untuk keadaan ini, hal minimal yang dapat
dilakukan adalah mensetting suasana belajar. Jika setiap kali
pembicaraan mengenai belajar berakhir dengan omelan-omelan, ia
akan mengasosiasikan suasana belajar sebagai hal yang tidak
memberi perasaan menyenangkan, dengan demikian akan dihindari.
Selain tidak sering-sering memarahi anak ketika belajar, ada beberapa hal
lain yang perlu diperhatikan agar suasana belajar lebih menyenangkan dan anak
mau belajar. Hal-hal tersebut adalah:
1) Anak cenderung meniru perilaku orang tua, karena itu jadilah contoh
buat anak. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orang tua
juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku).
Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-
topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi
dengan teman-teman, jadi anak melihat kalau orang tuanya juga
belajar). Dengan demikian, anak melihat bahwa orang tuanya
sampai tua pun tetap belajar.
2) Pilih waktu belajar terbaik untuk anak, ketika anak merasa segar.
Dapat disesuaikan dengan kesiapan anak dan orang tua. Anak juga
bisa diajak bersama-sama menentukan kapan waktu belajarnya.
3) Menciptakan pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, dan
memelihara minat dan antusias belajar anak. Serta memerlukan
kesabaran orang tua, kerjasama antar anggota keluarga, dan konsisten
dalam penanaman kebiasaan. Karena anak butuh suatu kepastian,
hal-hal yang dapat diprediksi. Jadi jadikan belajar sebagai rutinitas
yang pasti.
4) Anak punya daya konsentrasi dan rentang perhatian yang berbeda-
beda. Misalnya ada anak yang bisa belajar terus-menerus selama 1
jam, ada yang hanya bisa selama setengah jam. Kenali pola ini dan
susunlah suatu jadwal belajar yang sesuai. Bagi anak yang hanya
mampu berkonsentrasi selama 30 menit, maka berikan waktu
istirahat 5-10 menit setelah ia belajar selama 30 menit. Demikian
untuk anak yang mampu belajar lebih lama. 66
Menurut Kak Seto, berkat konsep homeschooling dengan model dan
kurikulum yang disusun bersama, motivasi belajar akan muncul dari dalam diri
66 February 27, 2006 (ICT) Yahoo! 360° Home –Help, Copyright © 2007
anak. Belajar sambil bermain, membuat anak merasa nyaman, meskipun belajar
sepanjang hari.
“Anak-anak jadi senang belajar dengan motivasi internal, motivasi dari
anak itu sendiri. Sehingga kegiatan home schooling ini, jika ditanya kapan
belajarnya, dari bagun tidur sampai tidur lagi.
Di mana belajarnya? Di mana saja! Bisa di kamar tidur, ruang tengah,
kamar tamu, di halaman, atau juga di luar. Entah pergi ke sawah, ke panti asuhan,
penitipan bayi-bayi telantar, sampai mungkin juga belajar di mall. Tapi yang
penting, anak-anak dilibatkan untuk menyusun model dan kurikulumnya, mencari
sumber belajar,” Kak Seto menambahkan. 67
E. FAKTOR PENUNJANG DALAM IMPLEMENTASI MODEL
HOMESCHOOLING
Sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling, seharusnya
dipertimbangkan betul sisi kuat dan lemahnya terlebih dahulu. Langkah awal
adalah mengukur daya dukung atau faktor penunjang dalam melakukan
homeschooling. Setelah kita mengukur kemampuan yang dimiliki barulah kita
putuskan apakah anak akan belajar homeschooling atau sekolah formal.
Dengan demikian, perlunya kita melihat bahwa segala sesuatu pastilah
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Begitu pula homeschooling yang saat ini
masih tergolong baru di telinga masyarakat Indonesia.
67 [Download] FEATURE, Liza Desylanhi, 20 Sep 2006 : Homeschooling, Siapa Mau Coba?
Hal ini telah diakui oleh Dr. Seto Mulyadi, mengatakan bahwa dengan
homeschooling anak-anak lebih diberi kemandirian dan kreativitas individual,
bukan pelajaran secara klasikal, dengan memberikan peluang kepada anak untuk
mencapai tingkat nilai (kompetensi individual) semaksimal mungkin tanpa
terbatasi untuk membandingkan dengan nilai tertinggi, rata-rata, bahkan nilai
terendah. Anak lebih banyak bergaul dengan orang dewasa yang dapat dijadikan
panutan dan anak pun terfokus terhadap bidang yang memang menjadi bakat dan
minatnya, serta diajarkan dengan berbagai situasi dan kondisi sosial. 68 Dengan
menambahkan bahwa anak homeschooling, sebagai berikut :
a. Terlindungi dari “tawuran”, kenakalan, NAPZA, pergaulan yang
menyimpang, konsumerisme dan jajan makanan yang malnutrisi.
b. Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.
c. Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.
d. Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan,
rekreasi/olahraga keluarga.
e. Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya
dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak atau
menyepakati nilai-nlai tertentu tanpa harus merasa takut untuk
mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.
f. Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi dan
lingkungan sosial.
68 Tabloid Mom & Kiddie, Opcit, hlm. 15
g. Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar
jam belajarnya.69
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi orang tua memilih
implementasi model homeschooling menurut jenis-jenisnya, yaitu :
1. Homeschooling Tunggal
Alasan memilih homeschooling tunggal, antara lain :
1) Adanya kebutuhan-kebutuhan khusus yang ingin dicapai keluarga
homeschooling tunggal yang tidak dapat diketahui atau
dikompromikan dengan keluarga homeschooling lainnya.
2) Lokasi atau tempat tinggal yang tidak memungkinkan berhubungan
dengan homeschooling lainnya.
2. Homeschooling Majemuk
Alasan memilih homeschooling majemuk, antara lain :
1) Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama yang dapat dikompromikan
oleh beberapa keluarga sehingga dalam melaksanakan homeschooling
ada kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama.
2) Melalui kegiatan yang dapat disesuaikan dan dikompromikan diantara
anggota homeschooling mejemuk maka kebutuhan sosialisasi anak dan
kebutuhan akan dukungan diantara keluarga anggota homeschooling
majemuk dapat terpenuhi.
69 www.indosiar.com http://news.indosiar.com/news
3) Contoh kebutuhan, kegiatan, kepentingan atau hal yang bisa dilakukan
bersama-sama dengan keluarga yang lain, antara lain :
a) Kurikulum dan konsorsium, asosiasi, atau organisasi, lokal,
nasional atau internasional dengan bahasa tertentu.
b) Kegiatan olah raga tertentu (misalnya keluarga atlit) yang
menuntut jadwal kegiatan belajar dan disiplin tertentu.
c) Mendalami salah satu keahlian musik atau seni tertentu.
d) Kegiatan sosial tertentu.
e) Kegiatan agama tertentu.
3. Homeschooling Komunitas
Alasan memilih homeschooling komunitas, antara lain :
1) Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama untuk membuat struktur
yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas pendidikan
akademis dalam pembangunan akhlak mulia, mengembangkan
intelegensi, dan keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian,
dan kriteria keberhasilan dalam mencapai standar mutu tertentu tanpa
kehilangan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga
dan lingkungannya.
2) Membangun fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak
diperolah dalam format homeschooling tunggal/majemuk, misalnya :
bengkel kerja, laboratorium alam, perpustakaan, laboratorium
IPA/Bahasa, auditorium, fasilitas olah raga dan kesenian.
3) Ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun masih dalam
batas-batas yang dapat dikendalikan.
4) Orang tua akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena masing-
masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih
besar, saling mengajar untuk bidang yang lebih dikuasai dan dapat
memperdalam sesuai keahliannya.
5) Format komunitas belajar biasanya sesuai untuk anak usia 10 tahun
keatas dengan kebutuhan belajar yang lebih banyak, atau keluarga
yang tinggal berjauhan dari keluarga lainnya. Keluarga homeschooling
dapat bergabung dan mendaftarkan dirinya dengan komunitas
homeschooling melalui internet dan alat informasi lainnya untuk tolak
banding (benchmarking) termasuk untuk standarisasi.
Dengan demikian, agar homeschooling dapat dilaksanakan dengan baik
dan anak dapat merasa nyaman dalam belajar, maka ada beberapa prasyarat
keberhasilan dalam menyelenggarakan homeschooling, yaitu:
a. Kemauan dan tekad yang bulat.
b. Disiplin belajar-pembelajaran yang dipegang teguh.
c. Ketersediaan waktu yang cukup.
d. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran.
e. Kemampuan orang tua mengelola kegiatan.
f. Ketersediaan sumber belajar.
g. Dipenuhinya standar yang ditentukan.
h. Ditegakkannya ketentuan hukum.
i. Diselenggarakannya program sosialisasi agar anak-anak tidak
terasing dari lingkungan masyarakat dan teman sebaya.
j. Dijalinnya kerjasama dengan lembaga pendidikan formal dan
nonformal setempat sesuai dengan prinsip keterbukaan dan
multimakna.
k. Terjalin komunikasi yang baik antar penyelenggara homeschooling.
l. Tersedianya perangkat penilaian belajar yang inovatif (misalnya
dalam bentuk portofolio dan kolokium).70
Sesuai dengan isi diatas maka, dalam implementasi homeschooling itu
sendiri banyak sekali alasan dalam melatarbelakangi para orang tua memillih
homeschooling untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Dalam
memberikan pendidikan itu perlu adanya kenyamanan dan fleksibilitas dalam
belajar, sehingga tercapainya keberhasilan dalam menyelenggarakan
homeschooling.
F. FAKTOR PENGHAMBAT DALAM IMPLEMENTASI MODEL
HOMESCHOOLING
Selain dari pada itu, adapun faktor-faktor penghambat yang dihadapi
dalam implementasi model homeschooling menurut jenis-jenisnya, yaitu :
1. Homeschooling Tunggal
Hambatan yang dihadapi homeschooling tunggal, antara lain :
70 www.indosiar.com, Opcit
1) Tidak adanya dukungan yang bisa menjadi tempat bertanya, berbagi
dan pembanding keberhassilan proses belajar mengajar.
2) Tidak ada tempat untuk bersosialisasi terutama bagi anak yang
memerlukan tempat mengekspresikan diri sebagai syarat pendewasaan
kepribadian anak.
3) Orang tua harus menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap hasil
pendidikan atau mengusahakan sendiri kesetaraan dengan standar
pendidikan formal atau standar yang ditetapkan oleh komunitas
homeschooling yang ada.
2. Homeschooling Majemuk
Hambatan yang dihadapi homeschooling majemuk, antara lain :
1) Diperlukan kompromi dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal,
suasana dan fasilitas tertentu yang dapat menampung beberapa anak
dalam jumlah keluarga pada saat kegiatan dilaksanakan bersama-sama.
2) Dalam kelompok yang lebih besar, maka anak anggota homeschooling
majemuk harus diawasi, dibimbing atau dilatih oleh seorang yang ahli
dalam bidang tertentu tersebut walaupun kehadiran orang tua harus
tetap ada.
3) Anak dengan keahlian atau kegiatan khusus harus juga bisa
menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedan-
perbedaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
4) Walaupun melakukan beberapa kegiatan dengan keluarga
homeschooling lainnya, tetapi orang tua masing-masing
homeschooling harus menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap
hasil pendidikan atau mengusahakan sendiri kesetaraan dengan standar
pendidikan nonformal atau standar yang ditetapkan oleh komunitas
homeschooling yang ada.
3. Homeschooling Komunitas
Hambatan yang dihadapi homeschooling komunitas antara lain :
1) Penyelenggara homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas
untuk menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu yang dapat
menampung beberapa anak dari keluarga pada saat kegiatan
dilaksanakan bersama-sama.
2) Pengawasan terhadap anak anggota homeschooling majemuk harus
dilaksanakan secara professional sehingga diperlukan keahlian dalam
bidang tertentu walaupun kehadiran orang tua harus tetap ada.
3) Anak dengan keahlian atau kegiatan khusus, harus juga bisa
menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan-
perbedaaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
Begitu pula sebaliknya, anak-anak homeschooling kurang berinteraksi
dengan teman sebayanya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan
pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Mereka juga tidak
terlatih untuk bersaing dalam mencapai nilai setinggi-tingginya. Homeschooling
dapat mengisolasi anak dari kenyataan yang kurang menyenangkan, sehingga
dapat berpengaruh pada perkembangan individu. Maka anak kurang siap untuk
menghadapi pelbagai kesalahan dan ketidak puasan atau ketidakpastian. 71
Walaupun masih terasa asing di telinga kita dan terkesan berbeda dari
yang lain, serta memiliki kelemahan dan kelebihan yang disebut sebagai faktor
penunjang dan penghambat dalam pelaksanaannya. Namun homeschooling adalah
sebuah alternatif sistem belajar yang sebetulnya bisa menjadi solusi bagi keluarga
yang memiliki alasan-alasan kuat untuk melaksanakan homeschooling.
G. UPAYA MENGATASI HAMBATAN PADA IMPLEMENTASI MODEL
HOMESCHOOLING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR ANAK.
Upaya homeschooling dalam mengatasi hambatan-hambatannya. Sebagai
berikut :
1. Anak menjadi subjek belajar
Homeschooling menjadikan anak didik sebagai subjek belajar. Anak
didik dapat memilih materi pelajaran yang disukai dan dipelajarinya. Tidak
menjadikan anak menjadi objek kurikulum yaitu anak untuk kurikulum.
Seharusnya kurikulumlah yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan setiap anak.
71 Tabloid Mom & Kiddie, Opcit, hlm. 15
Anak diberi hak untuk memilih kurikulum yang diikutinya. Homeschooling juga
menjadikan objek yang dipelajari anak didik seluas langit dan bumi.
2. Objek yang dipelajarinya sangat luas dan nyata
Homeschooling membawa anak untuk belajar didunia nyata, dialam yang
sangat terbuka. Disamping itu dapat membebaskan anak untuk belajar apa saja
sesuai minat dan hal-hal yang di sukainya. Homeschooling juga mengingatkan
para orang tua bahwa kecintaan belajar, mencari ilmu, dapat ditumbuhkan
dirumah.
3. Tempat menanamkan cinta belajar
Homeschooling dapat menyadarkan kepada para orang tua bahwa belajar
bisa dilakukan dimana saja termasuk dirumah. Bahkan, untuk menanamkan rasa
cinta belajar kepada anak sejak dini, hanya orang tualah yang paling layak untuk
mewujudkannya. Homeschooling juga memberikan keleluasaan dalam belajar.
Karena belajar bisa dimana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja.
4. Memberikan kemudahan belajar karena fleksibel
Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama
penyelenggaraan homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas. Jadi
tidak kaku dan terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal. Apabila disusun
dalam kurikulum yang baku, maka homeschooling justru akan kehilangan makna
utamanya. Hal ini masih ditambah dengan ketidakketatan waktu belajar. Meski
kedisiplinan dan tanggung jawab tetap ditekankan dalam homeschooling dengan
membuat jadwal-jadwal belajar, namun kekakuan bisa diminimalkan.
5. Mendukung belajar secara kontekstual
Homeschooling sangat cocok dengan kegiatan belajar yang kontekstual.
Yaitu belajar pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang
berhubungan dengan diri anak yang terjalin bersamanya. Yang masing-masing
berada didalam konteks yang beragam, misalnya tempat tinggal, keluarga, teman-
teman, pekerjaan, kebijakan politik, dan ekosistem bumi. Ketika seorang anak
dapat menggali isi dari mata pelajaran yang sedang dipelajarinya, dengan
pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberikan
alasan kepada mereka untuk belajar (Elaine B. Johnson, Ph.D.-dalam Contextual
Teaching and Learning). 72
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) yaitu sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati, yang diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh), tidak mengisolasikan individu atau oerganisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi sebagai bagian dari suatu keutuhan.73 Penelitian ini
dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa
kata-kata (bukan angka) yang berasal dari wawancara, catatan laporan, dokumen, 72 Seto Mulyadi, 2007, Homeschooling Keluarga Kak Seto, Bandung : Kaifa. hlm. 44-58 73 Lexy J. Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja RosdaKarya.
hlm. 3.
dan lain-lain, atau penelitian yang didalamnya mengutamakan untuk
mendiskripsikan secara analisis suatu peristiwa atau proses sebagaimana adanya
dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang dalam, dari hakekat
proses tersebut.74
Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan realitas empiris
sesuai fenomena secara rinci dan tuntas, serta untuk mengungkapkan gejala secara
Holistic-Konseptual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan
memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. 75
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah
untuk difahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar
faktualnya, sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data
yang diperoleh. 76
Sedangkan fokus dalam penelitian ini adalah pada Asosiasi
Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan Keluarga Homeschooler
di Kota Malang yang telah mengimplementasikan model homeschooling, yang
kian semakin semarak dengan sistem pendidikan yang berbeda. Sebagai suatu
solusi pendidikan untuk yang tidak puas disekolah formal, yang kembali dalam
usahanya meningkatkan motivasi belajar anak.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat
mengenai fakta dan karakteristik populasi. Dan berusaha menggambarkan situasi
atau kejadian. Kemudian data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif 74 Nana Sudjana, 1989: 203 75 Saifuddin Azwar M.A, 2004, Metodologi Penelitian (Yoyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 7 76 Ibid,hlm. 6
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan. Maka penelitian ini disebut
penelitian studi kasus. Dengan memberikan gambaran tentang implementasi dari
model homeschooling pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif
(Asah-Pena) dan Keluarga Homeschooler di Kota Malang dalam meningkatkan
motivasi belajar anak.
Penelitian dilakukan pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif
(Asah-Pena) dan Dua Keluarga Homeschooler di Kota Malang. Yang secara
teori, model homeschooling dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Oleh
karena itu dengan implementasinya pada anak homeschool di Asosiasi
Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua keluarga
homeschooler Kota Malang, anak lebih ditingkatkan motivasi belajarnya,
sebagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Penentuan Responden dan Jenis Data
Subjek penelitian dimana data menempel. Sumber data dapat berupa
benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. 77 Sebelum penelitian ini
dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu mencari informasi, merencanakan dan
mempersiapkan penelitian. Hal ini dilaksanakan oleh peneliti guna untuk dapat
mengambil keputusan berkenaan dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, penentuan responden (subjek) penelitian adalah
pengajar, orang tua, dan anak homeschool Kota Malang yang telah
mengimplementasikan model homeschooling. Adapun responden tersebut adalah : 77 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 2002), hlm. 123
1. Asah Pena Malang (Sekolah Dolan dan Homeschooling), Jl.
Bendungan sigura-gura 3 No. 3 tlp 577933. Subjek Ibu Ana
Meirawati Usia 31 Tahun, selaku pengajar homeschooling.
2. Keluarga Ibu Hasbiyah Baharuddin Usia 38 Tahun, Jl. Ciliwung A/II
No 38 tlp 03417055657 . Putra Muhammad Fawwaz Musyaffa’ Usia
7 tahun.
3. Keluarga Bapak Lukman Hakim Usia 41 Tahun, Vila Bukit Tidar A-
4/209 559763, Hp 085234075023. Putra Ahmad Nabil Fathoni 7
Tahun.
Pada jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitataif.
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini di dokumentasi/recordkan dalam bentuk data
tertulis, berkenaan dengan hasil wawancara dengan subjek (responden) dan hasil
observasi terhadap objek penelitian. Adapun data dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. 78
Data Primer atau Data Tangan Pertama adalah data yang sudah
dikumpulkan atau diolah, bersumber dari informasi yang dicari. Data tersebut
diperolah dari wawancara terbuka dan mendalam yang berpedoman pada daftar
pertanyaan yang telah disiapkan.
78 Saifuddin Azwar,Opcit, hlm. 91
Data Primer biasanya diperoleh melalui observasi (dalam arti luas) yang
bersifat langsung sehingga akurasinya lebih tinggi, akan tetapi seringkali tidak
efisien karena untuk memperolehnya diperlukan sumber daya yang lebih besar. 79
Jadi data primer adalah data yang diperoleh dari interview, observasi,
maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai dengan
tujuannya. Data ini di peroleh dari hasil wawancara dan observasi dengan
pengajar, orang tua dan anak dalam implementasi model homeschooling pada
Asosiasi Homeschooling-Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dua keluarga
homeschooler di Kota Malang.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh
peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data
dokumentasi/record, atau data laporan yang telah tersedia. 80
Jadi data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh
diluar wawancara. Data ini dapat digunakan sebagai data pendukung dari data
primer.
Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya
berupa data dokumentasi/record arsip-arsip resmi.81 Misalnya, didapat dari
dokumen-dokumen yang berupa program model homeschooling, hasil penelitian,
literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Namun, data sekunder juga biasanya diperoleh dari otorita atau pihak
yang berwenang, mempunyai efisiensi yang tinggi, akan tetapi kadang-kadang 79 Ibid, hlm. 92 80 Ibid, hlm. 91 81 Ibid, hlm. 36
kurang akurat. 82 Data ini diperoleh dari hasil penelusuran informasi dalam
implementasi model homeschooling pada Asosiasi Homeschooling-Pendidikan
Alternatif (Asah-Pena) dan dua keluarga homeschooler di Kota Malang.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, menggunakan beberapa model pengumpulan data
sesuai dengan yang ingin dikumpulkan dan variabel yang akan diteliti. Adapun
model pengumpulan data dengan menggunakan instrumen penelitian sebagai
berikut:
1. Wawancara (interview) adalah mencari data dengan mewawancarai
responden mengenai hal yang diteliti. Yang dilakukan dengan
bertatap muka oleh interver kepada interviewer dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide) dengan
bertujuan mendapatkan keterangan yang lengkap dan mendalam
sesuai dengan apa yang menjadi tema pokok penelitian. 83
Secara garis besar, adapun pembagian jenis wawancara. Diantaranya
yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981:160-170) adalah
sebagai berikut:
a. Wawancara tim atau panel. Yaitu wawancara yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih dengan persetujuan dari terwawancara.
Namun, yang sering terjadi adalah ketidakseimbangan antara
pewawancara dengan terwawancara.
82 Ibid, hlm. 92 83 Suharsimi Arikunto, Opcit, hlm. 231
b. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka (covert and overt
interview). Pada wawancara tertutup, yang diwawancara tidak
tahu dan tidak sadar bahwa mereka diwawancarai dan tidak
mengetahui tujuan wawancara. Sedangkan pada wawancara
terbuka, para subjek tahu bahwa mereka sedang diwawancara
dan mengetahui maksud dan tujuan wawancara.
c. Wawancara riwayat secara lisan yaitu wawancara terhadap
orang-orang yang pernah membuat sejarah atau membuat karya
ilmiah besar, sosial, pembangunan, perdamaian, dsb.
Terwawancara bersikap aktif dan pewawancara bersikap pasif
hanya mendengarkan dan sekaligus mengajukan pertanyaan.
d. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Pada
wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan.
Pertanyaan disusun sebelumnya dan didasarkan atas masalah
dalam rancangan penelitian. Sedangkan wawancara tidak
terstruktur digunakan untuk menemukan informasi yang bukan
baku atau tunggal. Pertanyaan tidak disusun terlebih dahulu
tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri unik responden.
Pelaksanaan tanya jawab mengalir dalam percakapan sehari-
hari.84
84 Lexy J. Moleong, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja RosdaKarya.
hlm. 188.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara
terbuka dan tidak terstruktur. Hal ini tentu saja untuk menggali
informasi yang dalam pada subjek/responden dan untuk menghindari
pembiasan dengan maksud agar penelitian ini tetap terfokus pada
permasalahan, yang tentu saja disesuaikan dengan prosedur
penelitian.
2. Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat
indera. Disebut juga model yang menggunakan pengamatan dan
pencatatan. 85
Ada tiga jenis teknik pokok dalam observasi yang masing-masing
umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu :
a. Observasi Partisipan-Nonpartisipan : apabila peneliti turut ambil
bagian atau berada dalam keadaan objek yang diobservasi.
Begitu pula sebaliknya observasi Nonpartisipan yaitu apabila
peneliti tidak turut ambil bagian atau tidak berada pada keadaan
objek yang diobservasi.
b. Obsevasi Sistematik-Nonsistematik : apabila terdapat kerangka
yang memuat faktor-faktor yang telah diatur ketegorinya dan
ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu .
Adapun sistematik pencatatannya yaitu materi, cara-cara
mencatat dan hubungan peneliti dan objek yang diteliti.
85 Suharsimi Arikunto, Opcit, hlm. 128
c. Observasi Eksperimental-Noneksperimental : suatu observasi
dimana peneliti melakukan pengendalian terhadap unsur-unsur
penting penelitian, sehingga dapat diatur sesuai dengan tujuan
dan dapat dikendalikan untuk mengindari atau mengurangi
faktor-faktor yng secara tidak diharapkan dapat mempengaruhi
situasi. Observasi ini dipandang sebagai cara penelitian yang
relatif murni, untuk meneliti pengaruh kondisi-kondisi tertentu
terhadap perilaku manusia. 86
Observasi merupakan satu metode pengumpulan data guna
memperoleh informasi dengan cara mengamati subjek penelitian
yang sistematis untuk mencegah terjadinya pembiasan dari tujuan
penelitian. Adapun dalam penelitian ini yang digunakan adalah
metode penelitian observasi partisipan, mengingat objek yang diteliti
lebih representatif apabila menggunakan metode observasi.
3. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, jurnal dan sebagainya. 87
Record adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun oleh
seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa
atau menyajikan akunting.88
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian,
menurut Guba dan Lincoln (1981:235), karena alasan-alasan yang
dapat dipertanggung jawabkan seperti berikut ini : 86 Iin & Ardi, 2004, Observasi Dan Wawancara, Malang : Bayumedia. hlm. 12 87 Suharsimi Arikunto, Opcit, hlm 236 88 Lexy J. Moleong, Opcit, hlm. 216
a. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong.
b. Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
c. Keduanya berguna dengan sesuai dengan penelitian kualitataif
karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan
berada dalam konteks.
d. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen
harus dicari dan ditemukan.
e. Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik
kajian isi.
f. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuai yang diselidiki.89
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode
penggumpulan data dengan dokumentasi dan record. Hal ini tentu
saja untuk mendukung metode-metode sebelumnya yang digunakan,
guna mengindari pembiasan dalam pengambilan informasi dan
kesimpulan dari dilakukannya penelitian.
D. Metode Analisis Data
Analisis data, menurut Patton (1980:268), adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Maka dapatlah ditarik garis bahwa analisis data bermaksud
89 Ibid, hlm. 217
mengorganisasikan data. Tugas analisis data dalam hal ini ialah mengatur,
mengurutkan, menggelompokkan, memberikan kode, dan mengkategorikannya.
Pada penelitian ini ditetapkan ada beberapa tahapan dalam penelitian
secara umum menurut Moleong, yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan
lapangan, dan tahap analisis data. 90 Pertama, Tahap pra lapangan yaitu persiapan
sebelum terjun melakukan penelitian, antara lain :
1. Meminta data keluarga homeschooling dari Asah-Pena Malang.
2. Meminta surat izin penelitian dari pihak peneliti yaitu fakultas
psikologi UIN Malang, untuk disampaikan kepada pihak yang
menjadi subjek penelitian yaitu Asosiasi Homeschooling-Pendidikan
Alternatif (Asah-Pena) dan dua keluarga homeschooler Kota Malang
keluarga.
3. Meminta izin secara langsung melalui telpon untuk berkunjung pada
rumah kediaman masing-masing keluarga home-schooler Malang.
4. Peneliti menyusun jadwal berkunjung pada Asah-Pena (sekolah
dolan dan homeschool) dan masing-masing keluarga secara berkala.
Kedua, Tahap pekerjaan lapangan dan pelaksanaannya, peneliti mulai
menjalankan penelitian dengan mengunakan metode pengumpulan data sesuai
jadwal yang telah disusun, penelitian dilaksanakan pada Asosiasi Homeschooling-
Pendidikan Alternatif (Asah-Pena) dan dirumah kediaman masing-masing dua
keluarga homeschooler Kota Malang. Ketiga, yaitu Tahap analisis data.
90 Lexy J. Moleong. Opcit. hlm. 85
Menurut Bogdan dan Biklen, analisa data kualitatif adalah suatu proses
pengolahan data dengan jalan mengorganisasikan, memilah-milah menjadi satuan
yang dapat di kelola, mensintensiskan mencari dan menemukan pola, serta
mendapatkan apa yang penting dan dapat dipelajari. Kemudian memutuskan apa
yang dapat di ceritakan terhadap orang lain. 91
Untuk dapat memproses data penelitian kualitatif menurut Sciddel
dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat data di lapangan dan memberinya kode agar sumber data
tetap dapat ditelusuri.
2. Menggumpulkan, memilah-milah, mengklarifikasikan,
mensitensisikan, membuat iktisar dan membuat indeksnya.
3. Berpikir bagaimana data yang diperoleh mempunyai makna, mencari
dan menemukan pola serta hubungan sehingga didapatkan temuan-
temuan umum. 92
Sebagaimana dalam konsep analisa data kualitatif adalah bagaimana
pemprosesan data dilaksanakan kemudian dikelompokkan dalam kategori-
kategori. Dan bagaimana peneliti menafsirkan data menjadi bermakna.
Analisa data dalam penelitian ini dilaksanakan baik pada saat
pengumpulan data maupun setelah data selesai dikumpulkan. Setelah semua hal
diatas dilaksanakan, maka peneliti membuat kesimpulan dari hasil penelitian yang
didapat. Dalam proses kesimpulan ini dibutuhkan penafsiran kembali secara
91 Ibid, Lexy J. Moleong. hlm. 103 92 Ibid, Lexy J. Moleong. hlm. 105
deskriptif dari kesimpulan yang ada, guna mendapatkan penjelasan dan telah
dikolerasikan dengan teori-teori yang dibutuhkan akan tetapi tetap mengacu pada
prosedur penelitian studi kasus.
Dengan demikian, analisis data dalam penelitian ini berproses secara
induksi-interpretasi-konseptualisasi. Dengan memberikan hasil data yang detail
(induksi) dapat berupa data yang lebih mudah dipahami, mencari makna sehingga
di temukan pikiran apa yang tersembunyi di balik cerita mereka (interpretasi) dan
akhirnya dapat diciptakan suatu konsep (konseptualisasi). 93
Supaya dalam analisis ini tidak ada pembiasan pemaknaan dan
didapatkan hasil yang akurat, untuk memperoleh hal tersebut, maka peneliti masih
perlu melanjutkan proses penelitian tersebut dengan melakukan pereduksian data-
data yang telah dikumpulkan kemudian baru dilaksanakan proses pengolahan atau
analisa data dan setelah itu baru dilakukan penyimpulan data.
E. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitian ini data tentang pelaksanaan homeschooling yang
melingkup aspek psiko-fisik organisme didapat dengan menggunakan metode
pengumpulan data meliputi wawancara terbuka dan tidak terstruktur, observasi
(partisipan) dan dokumentasi/record.
Adapun penentuan keabsahan data menurut Moleong, digunakan empat
kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Untuk teknik
93 Hamidi, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Malang : UMM Press. hlm. 78
pengecekan keabsahan data terdapat 8 cara yaitu perpanjangan keikutsertaan,
ketekunan, atau keajegan pengamatan, triangulasi, pemeriksaan sejawat melalui
diskusi, analisis kasus negatif, pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing.94
Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, data yang terkumpul
akan dianalisis dengan analisis deskriptif. Melalui proses pengumpulan data
secara keseluruhan yang di peroleh setelah penelitian, yang kemudian data
tersebut diklasifikasi sesuai dengan hasil pengumpulan data sesudah proses
penelitian, selanjutnya data tersebut diverifikasi yaitu penyahihan atau
pembuktian kebenaran dari data yang di peroleh tersebut. Terakhir, proses
penyimpulan data yaitu menyimpulkan data yang diperoleh melalui proses-proses
pengolahan data diatas.
94 Lexy J. Moleong, Opcit. hlm. 324
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN
B. LATAR BELAKANG OBJEK PENELITIAN
1. Gambaran Umum Asah-Pena Indonesia.
ASAH PENA adalah Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan Alternatif.
Didirikan di Jakarta pada 04 Mei 2006.
Ketua Umum : Dr. Seto Mulyadi (Ketua Komnas Anak).
Pelindung : Dr. Ace Suryadi (Dirjen Pendidikan Luar Sekolah)
Penasehat : Prof. Dr. Mansyur Ramli (Kepala Balitbang Depdiknas)
Dr. Ella Yulailawati (Direktur Kesetaraan Depdiknas).
Ketua Harian : Yayah Komariah
Sekretariat : Jl. Taman Cirendeu Permai No. 13A, Jakarta 15419.
Telp. 021- 75818370 Fax 7691616
Email : [email protected].
Mailing list : [email protected] 95
Yang kemudian pada tanggal 10 Januari 2007, telah ditanda tangani
kesepakatan kerjasama antara Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas (PLS
Depdiknas) dengan Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan Alternatif (ASAH
PENA). Kesepakatan tersebut ditanda tangani oleh Ace Suryadi, Ph. D (Dirjen
PLS Depdiknas) dan Dr. Seto Mulyadi (Ketua Umum ASAH PENA).
95 (ASAH PENA REFERENSI & RESOURCES, Saturday, 16 September 2006,
Dibawah ini adalah ringkasan isi kesepakatan yang meningkatkan
pengakuan dan eksistensi homeschooling di Indonesia.
KESEPAKATAN KERJASAMA
Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas dan ASAH PENA
Nomor : 02/E/TR/2007
Nomor : 001/I/DK/AP/07
Tanggal : 10 Januari 2007
Tentang : Pembinaan dan Penyelenggaraan Komunitas Homeschooling
sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan
Tanda tangan :
1) Ace Suryadi, Ph.D, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Departemen
Pendidikan Nasinal (Depdiknas).
2) Dr. Seto Mulyadi, Ketua Umum Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan
Alternatif Indonesia (ASAH PENA).
Tujuan :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas homeschooling untuk memperluas akses
pendidikan dasar 9 tahun jalur pendidikan nonformal (Paket A dan Paket B).
b. Memperluas akses pendidikan menengah jalur pendidikan nonformal melalui
komunitas homeschooling dan pendidikan alternatif.
c. Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing penyelenggaraan
homeschooling dan pendidikan alternatif.
d. Meningkatkan kerjasama antara kedua belah pihak serta lembaga-lembaga
penyelenggara homeschooling dan pendidikan alternatif yang terkait lainnya.
Ruang Lingkup kerjasama :
a. Pendataan dan pengadministrasian sasaran program homeschooling.
b. Sosialisasi program komunitas homeschooling sebagai satuan pendidikan
kesetaraan.
c. Penyiapan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia pendukung
program homeschooling.
d. Penyiapan dan pengembangan kurikulum, bahan ajar, dan penilaian hasil
belajar program homeschooling.
e. Bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
homeschooling.
Tugas dan Tanggung Jawab Depdiknas :
a. Menyiapkan acuan, kriteria, dan prosedur yang terkait dengan komunitas
homeschooling sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
b. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi terhadap penyelenggaraan
komunitas homeschooling sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
c. Memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap penyelenggaraan
komunitas homeschooling sebagai satuan pendidikan kesetaraan.
d. Melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan untuk
mengendalikan mutu komunitas homeschooling.
e. Memberikan rekomendasi/ijin keberadaan komunitas homeschooling sesuai
prosedur.
Tugas dan Tanggung Jawab Asah Pena :
a. Melaksanakan pendataan dan pengadministrasian calon/peserta didik dan
keluarga penyelenggaran homeschooling.
b. Menyiapkan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan.
c. Menyediakan sumberdaya sarana-prasarana pendukung pembelajaran.
d. Menyelenggarakan komunitas homeschooling sebagai satuan pendidikan
kesetaraan sejenis.
e. Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pembinaan serta pelaporan secara
berkala tentang komunitas homeschooling.
f. Memfasilitasi peserta didik komunitas homeschooling untuk dapat mengikuti
Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Ijazah Pendidikan Kesetaraan dan diakui sebagai ijazah yang
dapat digunakan untuk masuk sekolah/pendidikan formal, termasuk
perpengajaran tinggi negeri maupun swasta.
Pembiayaan :
Pembiayaan penyelenggaraan Komunitas Homeschooling ditanggung oleh
masyarakat yang dikoordinasikan pihak kedua, sedangkan pihak pertama dapat
memfasilitasi perluasan akses dan peningkatan mutu sesuai dengan peraturan yang
berlaku. 96
2. Gambaran Umum Asah Pena Malang.
Malang adalah kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya. Kota
ini dikelilingi oleh Wilayah Kabupaten Malang sebagai daerah belakangnya. Yang
terletak pada ketinggian 440-667 m di atas permukaan laut, dikelilingi gunung-
96 http://learningathome.wordpress.com/2007/02/04/kesepakatan-bersama-antara-asahpena-
dengan- depdiknas/
gunung diantaranya adalah Gunung Arjuno disebelah Utara, Gunung Tengger di
sebelah Timur, Gunung Kawi di sebelah Barat, dan Gunung Kelud di sebelah
Selatan. Kota Malang kini kian padat dengan jumlah penduduk lebih dari
1. 000.000 jiwa. Kota Malang terbagi dalam 5 kecamatan antara lain :
a. Kecamatan Klojen, terdiri dari 11 kelurahan dengan Luas 882,50 Ha.
b. Kecamatan Blimbing, terdiri dari 10 kelurahan dan 1 desa dengan
Luas 1.776,65 Ha.
c. Kecamatan Sukun, terdiri dari 7 kelurahan dan 4 desa dengan Luas
2.096,57 Ha.
d. Kecamatan Kedung Kandang, terdiri dari 9 kelurahan dan desa
dengan Luas 3.989,48 Ha.
Kota Malang beriklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau.
Sebagai kota terkemuka kedua di Jatim, Malang memiliki sarana dan prasarana
perkotaan yang cukup memadai sebagai pusat pelayanan daerah, Kota Malang
memiliki potensi ekonomi terutama di sektor pertanian. Sebagai pusat pelayanan,
maka kegiatan ekonomi Kota Malang bergeser dari sektor pertanian ke sektor
industri dan jasa.
Selain itu Kota Malang disebut juga dengan kota pendidikan, yang
memiliki banyak pilihan untuk memperoleh pendidikan yang sesuai minat dan
kebutuhan anak. Di latar belakangi oleh pentingnya dalam memperoleh
pendidikan layak yang sesuai dengan kesepakatan antara orang tua dan anak, serta
keinginan (minat) dan kebutuhan belajar anak.
ASAH PENA Malang, adalah Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan
Alternatif cabang Kota Malang. Merupakan Perkumpulan pendidikan bagi para
homeschooler dan pendidikan alternatif yang ada di Indonesia, khususnya di Kota
Malang. Dengan bentuk kemasan yang disebut Sekolah Dolan dan Home-school
(Happy, Smart and be The Winner) programnya OCC (Outing Class Club) dan
special class.
Asah Pena sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang telah direstui
oleh pemerintah sebagai bagian dari Pendidikan Luar Sekolah dalam hal
pengorganisasian kebutuhan anak homeschooler & Pendidikan alternatif antara
lain berupa memberikan panduan belajar serta buku-buku yang diperlukan,
mendatangkan mahasiswa atau pengajar di rumah ( tidak akan dipungut biaya bagi
mereka yang tidak mampu), memfasilitasi anak untuk ujian kesetaraan, ujian
nasional ataupun ujian internasional dan mendata instrumen belajar yang
dibutuhkan anak.
Asah Pena telah memiliki 11 wilayah yang tersebar di Indonesia antara
lain: Kalimantan, Sumatra, Jawa Barat, Jawa Timur, Malang dsb. Di Malang Asah
Pena, telah terbentuk kepengurusannya pada tanggal 24 April 2007 dengan alamat
sekretariat: Jl. Bendungan Sigura-gura III/3 Malang No telp. 0341-577933 Fax.
552475. Adapun struktur kepengurusan Asah Pena Malang, sebagai berikut :
Dewan Penasehat : 1. Kepala Diknas Kota Malang
2. Kepala Subdin PLS Kota Malang
3. Wiwik Yuwono (Praktisi homeschooling)
Dewan Pembina : 1. Dr. Seto Mulyadi
2. Dr. Daniel Rasyid
Ketua : Lukman Hakim
Sekretaris : Khoirul Ummah
Bendahara : Endang Wahyuningsih
Ketua Bidang Pengembangan Jaringan : Zulfikar Siregar
Ketua Bidang Humas dan Publikasi : Mustika Desi H
Ketua Bidang Usaha & Dana : Agus
Ketua Bidang Pendidikan Anak Usia Dini : Ana Meirawati
Sekretaris : Endah Nuryanti
Ketua Bidang Pendidikan Anak Berbakat Istimewa&Anak Marjinal : Nurhasanah
Ketua Bidang Pendikan Anak Berkebutuhan Khusus : Sofiany Ary Nindyawati
Ketua Bidang Penelitian & Pengembangan Organisas : Sri Susanty Tjahjadini
Sekretaris : Miftah
Ketua Bidang Parenting : Anis Kartika Dewi
Adapun program kerja ASAH PENA Wilayah Malang antara lain sebagai
berikut:
a. Mensosialisasikan Alternatif Pendidikan Homeschooling di lingkungan
Malang Raya dalam bentuk terjun langsung pada masyarakat yang kurang
mampu, mengadakan seminar-seminar dan penyuluhan di pos PAUD, PKK,
menerbitkan buletin dan situs ASAH PENA Malang, publikasi di media baik
cetak ataupun alternatif, dll.
b. Mewadahi kegiatan, penguatan pada anak berkebutuhan khusus, anak
berbakat istimewa dan anak marjinal di Malang Raya.
c. Mengadakan Family day, parents talk sebagai bentuk pendidikan keluarga
dan masyarakat.
d. Fasilitator antara masyarakat homeschooler dan pendidikan alternatif dengan
pemerintah di Malang Raya.
Kegiatan-kegiatan yang menunjang sosialisasi ataupun penguatan
masyarakat yang ingin melaksanakan homeschooling & pendidikan alternatif.
Pada tanggal 5 Mei 2007, untuk pertama kali Asah Pena Malang
melaksanakan rapat kerja dengan hasil pada tabel I. (Daftar Tabel)
Tujuan khusus Asah Pena Malang, yaitu :
Mempersiapkan generasi mendatang yang mandiri, bahagia dan sukses.
Visi Misi Asah Pena Malang, yaitu :
a. Mensosialisasikan pembelajaran menjadi Ayah Bunda yang bijak.
b. Mensosialisasikan cara belajar yang menyenangkan, efisien dan efektif
untuk anak.
c. Anak dapat belajar atas kesadaran sendiri bahwa belajar bisa dimana saja,
kapan saja dan pada siapa saja.
Sebelumnya Asah Pena Malang mendapatkan MOU dari Asah Pena
Indonesia atas pembentukannya di Kota Malang. Pada tanggal 30 September
2007, Asah Pena Malang mulai diresmikan dan mengadakan talk show yang
dihadiri oleh Seto Mulyadi selaku Dewan Pembina Asah-pena Malang. Guna
mensosialisasikan Asah Pena Malang pada masyarakat dan pada dunia pendidikan
di Kota Malang Raya khususnya. Bahwa memperoleh pendidikan dan belajar itu
tidak hanya didapatkan dengan seseorang bersekolah formal.
3. Gambaran Komunitas Asah Pena Kota Malang
b. Gambaran Lokasi Penelitian
1). Asah Pena Malang (Sekolah Dolan Dan Home-School)
Lokasi penelitian berada di dalam Kota Malang tepatnya di Jl.
Bendungan Sigura-gura III/3 Malang. Berada dalam lingkungan masjid Muhajirin
dan gang perkampungan, letaknya yang strategis membuat anak semakin nyaman
dalam belajar. Desain sekolahnya penuh dengan dunia anak-anak, di setiap
dindingnya penuh dengan lukisan binatang dan bunga-bunga yang berwarna-
warni. Dinding dan pagar berwarna hijau muda mengambarkan masa anak-anak
adalah masa hijaunya tumbuhan yang baru tumbuh penuh dengan perawatan,
perhatian, pengertian, arahan, serta tanggung jawab tanpa melupakan hak-hak
mereka. Di halamannya pun terdapat segala bentuk permainan yang melatih
motorik anak.
2). Kediaman Keluarga Homeschooler
a). Keluarga Bapak Agus Setiyawan
Lokasi penelitian berada di Kota Malang tepatnya Jl. Ciliwung II No. 38
A RT 07/Rw 07, kelurahan Purwantoro, kecamatan Blimbing kodya Malang. Di
Kediaman Keluarga Bapak Agus Setiyawan Mulyono dan Ibu Hasbiyah
Baharuddin, dengan seorang putra bernama Muhammad Fawwaz Musyaffa’.
Rumah bernuansa putih berpagar besi berwarna coklat, berada di lingkungan gang
dan perkampungan yang letaknya strategis. Di dalam rumah, ruang tamu beralas
karpet berwarna kuning dan cokelat, di dalam rumah terlihat bersih dan nyaman,
buku-buku berbaris rapi menghiasi almari ruang tamu. Penerangan, suhu udara
dan ventilasi nampak baik, begitu juga dengan kebisingan, kebersihan dan polusi
udara sangat terjaga. Sehingga anak merasa lebih nyaman dalam belajarnya.
b). Keluarga Bapak Lukman Hakim
Lokasi penelitian berada di dalam Kota Malang tepatnya di Villa Bukit
Tidar A-4/209. Di Kediaman Keluarga Bapak Lukman Hakim dan Ibu Titin Nur
Hamidah, dengan tiga orang putra bernama Fadhil Afif Fathoni, Nabil Ahmad
Fathoni, dan Nadhif Ahmad Fathoni. Rumah yang bernuansa warna Orange dan
putih memadukan warna yang khas. Ruang tamu beralaskan karpet berwarna
coklat dan hitam. Didalam rumah terdapat buku-buku yang berbaris rapi di almari,
di dinding terdapat jadwal belajar serta hasil materi belajar bersama. Rumah
terlihat bersih dan rapi. Serta penerangan, suhu udara dan ventilasi nampak baik,
begitu juga dengan kebisingan, kebersihan dan polusi udara sangat terjaga.
Sehingga anak merasa lebih nyaman dalam belajarnya. Juga mempunyai toko
keluarga di dalam rumah sebelum masuk ke ruang tamu, akan tetapi rumah itu
masih terlihat rapi dan bersih.
B. PAPARAN DATA HASIL PENELITIAN
1. Implementasi Model Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Anak
a. Asah-Pena Malang (Sekolah Dolan dan Home-school)
Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Dengan harapan orang tua berusaha memberikan pendidikan yang terbaik untuk
anak-anaknya. Dari sinilah sekolah dolan dan homeschool didirikan. Anak
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan minat dan memenuhi kebutuhan
belajarnya.
Oleh sebab itu pendidikan harusnya memberikan kebebasan bukan
memasung, menyenangkan anak bukan membebankan, menjadikan anak sebagai
subjek pendidikan bukan objek, menanamkan sikap mental anak untuk memiliki
jiwa pembelajar seumur hidup (long life learner) bukan belajar hanya di sekolah
formal saja. Belajar yang tidak terbatas pada gedung sekolah, pada pengajar
bidang pelajaran dan dengan waktu yang terbatas. Belajar bisa di mana saja,
kapan saja dan dengan siapa saja.
ASAH PENA (Asosiasi Homeschooling dan Pendidikan Alternatif) di
Kota Malang, hadir sebagai fasilitator antara para homeschooler
(individu/tunggal, majemuk maupun komunitas) dengan pemerintah dalam hal
mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara Indonesia.
Di bawah ini, diantara panduan pelaksanaan Homeschooling : 97
a. Kurikulum jadi (Diknas atau internasional)
Mengadaptasi kurikulum yang sudah lengkap dan menjadi bahan
pembelajaran untuk anak. Kurikulum ini menjadi acuan proses pembelajaran di
rumah. Bila memerlukan ijazah di luar negeri bisa memperoleh dengan mengikuti
ujian seperti Universitas Cambridge bisa dilakukan dengan panduan dan syarat
tertentu.
b. Sedangkan bila memakai diknas pilihannya adalah :
97 Hasil Dokumentasi "Panduan Pelaksanaan Sekolah Rumah (Homeschooling) Untuk Pendidikan
Anak Usia Dini Sekolah Dolan", hlm . 4
1) Menginduk dengan sekolah lain dalam hal tutoring dan ujian kompetensi.
2) Mengikuti ujian persamaan (upers) dengan sistem paket C.
3) Mengikuti sertifikasi yang dilakukan di rumah dengan standar tertentu dan
diakui oleh DIKNAS.
c. Menu
Jadwal dan materi disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi anak bisa
dengan mengadaptasi kurikulum (diknas/internasional) dan membuat kurikulum
sendiri atau kombinasi keduanya. Waktu bisa kapan saja, materi bisa apa saja
sesuai kebutuhan anak.
d. Potensi Anak Didik
Kurikulum dibuat sendiri disesuaikan dengan potensi anak didik.
Misalnya keluarga peternak mengajarkan memerah susu, membantu kambing/sapi
melahirkan, memberi vaksinasi, menghitung berapa liter susu yang dihasilkan,
menghitung keuntungan berjualan susu, daging sapi dll. Pelayanan khusus untuk
anak berkebutuhan khusus seperti melatih mereka menguasai life skill untuk
kehidupan mereka selanjutnya.
Proses Wawancara Peneliti : Apakah anda juga menggunakan model pelaksanaan homeschooling, model dan jenis
apakah yang anda terapkan pada anak? Responden : -Iya, disini kami menggunakan jenis homeschooling komunitas dan model Montessori yaitu unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan. Tetapi hal tersebut bukanlah yang utama karena yang terpenting dalam proses belajar tetaplah menanamkan mental belajar sehingga anak memperkaya khasanah keilmuannya dengan mandiri dan bukan tergantung pada buku teks maupun lembar kerja. Buku dan lembar kerja hanyalah sarana pendukung saja, itupun bila anak bersedia. 98
98 Hasil Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007. Pukul 09.15-11.45 wib di
Sekolah Dolan.
Dari hasil pengumpulan data, bahwa Asah Pena Malang telah
mengimplementasikan model homeschool Montessori yaitu unit pembelajaran
(unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek dan kemudian
menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK (teknologi
informasi dan komunikasi), dan outing. Serta versi orang tua, pengajar, dan anak
juga yang mengarahkan. Model ini dapat menjadi model pembelajaran yang santai
sambil bereksplorasi berdasarkan minat melalui suatu obyek atau pendekatan
alamiah yang terdapat dalam paket unit pengajaran. 99
Proses Observasi Terlihat bahwa kedua anak tersebut sangat antusias pada pelaksanaan outing, yang tempatnya di perkumpulan tukang becak Jl. Sigura-gura (Kampus ITN), keduanya pun bertanya banyak hal pada salah satu tukang becak mulai keluarga, pekerjaan, sampai penghasilan tukang becak tersebut. Seusai outing, keduanya pun menulis dengan bentuk cerita tentang apasaja pengalamannya tadi, dalam bahasa mereka sendiri. 100
Asah-Pena Malang juga mengimplementasikan model homeschool
Charlotte Mason, yaitu anak membaca buku kemudian menceritakannya kembali
dengan bahasanya sendiri. Hal ini memastikan bahwa mereka mengerti apa yang
dibacanya. Model ini juga menekankan 'nature notebook'. Orang tua (pengajar)
dan anak keluar rumah seperti outing, melakukan pengamatan dan mencatatnya
dalam buku, bila perlu dengan gambar.
Selain itu mereka juga mengimplementasikan homeschooling komunitas,
jenis ini merupakan gabungan dari homeschooling majemuk yang menyusun dan
menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta
jadwal pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara homeschooling dengan
sekolah biasa. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah 99 Ibid, Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007. 100 Hasil Observasi pada Pelaksanaan Belajar Homeschooling di Asah-Pena Malang, Selasa, 22
Mei 2007. Pukul 08.00-11.00 wib di Sekolah Dolan.
formal, namun esensinya tetap homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara
bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada
ketentuan waktu untuk belajar. Sehingga anak mampu mengutarakan aspirasi dan
inisiatif mereka dalam belajar. 101
Proses Wawacara Peneliti : Apakah tujuan anda dalam melaksanakan model homeschooling ini ? Responden : -Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat. Peneliti : Bagaimanakah materi, metode, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam
melaksanakan model homeschooling tersebut ? Responden : -Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri. Sistem evaluasinya dengan protofolio. Yang pelaksanaannya dalam komunitas selama dua hari yaitu hari selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club) dan hari kamis, dengan meteri sains (pengetahuan umum) dan special class. 102
Pelaksanaan belajarnya dalam satu minggu terdapat 2 pertemuan yaitu:
a. Hari Selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club).
b. Hari Kamis, dengan meteri sains (pengetahuan umum) dan special class.
Dengan demikian prinsip menu pembelajaran homeschooling
diklasifikasikan dan pilihan jadwal menu homeschooling dalam tabel II dan III
(Daftar Tabel). Adapun menu materi homeschooling pada Asah-Pena Malang
(sekolah Dolan), dalam tabel IV, V, dan VI (Daftar Tabel). 103
Sedangkan laporan pendidikan anak homeschooling dilakukan dengan
portofolio atau penilaian/report homeschooling yang berisi penjelasan apa saja
yang dilakukan oleh anak, bisa berbentuk deskripsi, karya atau CD. Contohnya,
dalam tabel VII dan VIII (Daftar Tabel). 104
101 Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007, Opcit. 102 Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa, 15 Mei 2007, Opcit. 103 Hasil Dokumentasi "Panduan Pelaksanaan Sekolah Rumah (Homeschooling) Untuk
Pendidikan Anak Usia Dini Sekolah Dolan", hlm. 5 104 Ibid, hlm. 5
Akan tetapi, secara umum pelaksanaannya masih disesuaikan dengan
sistem pendidikan kesetaraan. Demikian pula Penilaian dan Ujian Kesetaraannya.
Dari hasil Dokumentasi pada "Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada
Asah-Pena Kota Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool)", sebagai
berikut:
1. Penilaian Dan Ujian Kesetaraan
Sistem penilaian pendidikan kesetaraan dilakukan dengan : 105
a. Penilaian mandiri dengan mengerjakan berbagai latihan yang terintegrasi
dalam setiap modul. Penilaian formatif oleh tutor melalui pengamatan,
diskusi, penugasan, ulangan, proyek, dan portofolio, dalam proses tutorial.
b. Penilaian semester.
c. Ujian Nasional oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan
Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional.
Ujian Nasional pendidikan kesetaraan untuk program Paket A, Paket B,
dan Paket C dimaksudkan untuk menyetarakan lulusan peserta didik dari
pendidikan nonformal dengan pendidikan formal/sekolah. Hal ini sesuai dengan
UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang standar
nasional pendidikan.
Ujian Nasional diselenggarakan 2 (dua) kali setahun, periode pertama
April dan Mei, dan periode kedua bulan Oktober. Penyesuaian dapat dilakukan
bila pada bulan tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan.
105 Hasil Dokumentasi, " Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada Asah-Pena Kota
Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool), hlm. 1
Peserta Ujian Nasional adalah warga belajar pada program Paket A, B,
dan C dengan persyaratan administratif sebagai berikut : 106
a. Terdaftar pada kelompok belajar dan tercatat dalam buku induk.
b. Memiliki STTB/Ijazah/Surat Keterangan yang berpenghargaan sama
dengan STTB dari satuan pendidikan yang setingkat lebih rendah, dengan
tahun penerbitan sekurang-kurangnya dua tahun sebelum mengikuti Ujian
Nasional.
c. Duduk di kelas VI untuk Paket B, kelas III untuk Paket C serta telah
menyelesaikan seluruh modul pembelajaran yang harus dipelajari pada
masing-masing program atau telah menyelesaikan seluruh program pada
SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, atau sederajat disertai bukti berupa hasil
penilaian berupa rapor.
d. Pada ujian telah berumur sekurang-kurangnya 12 tahun untuk Paket A, 15
tahun untuk Paket B, dan 18 tahun untuk Paket C.
Mata pelajaran yang diujikan adalah sebagai berikut : 107
a. Paket A : PPKn, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, IPA.
b. Paket B : PPKn, Matematika, IPS, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan
IPA.
c. Paket C IPS : PPKn, Bahasa Inggris, Sosiologi, Tata Negara, Bahasa dan
Sastra Indonesia, dan Ekonomi.
d. Paket C IPA : PPKn, Bahasa Inggris, Biologi, Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fisika, dan Matematika.
106 Ibid, hlm. 1 107 Ibid, hlm. 2
e. Paket C Bahasa : PPKn, Bahasa Inggris, Bahasa dan Sastra Indonesia,
Sejarah Budaya, dan Bahasa Asing Pilihan.
Nilai minimal kelulusan secara akumulatif dari seluruh mata pelajaran
yang diujikan tanpa ada nilai kurang dari 3.01 pada setiap mata ujian adalah :
- Paket A :22.5
- Paket B :28.5
- Paket C IPS :28.5
- Paket C IPA :33.25 108
Penyelenggara kelompok belajar pendidikan kesetaraan program paket A,
B, dan C adalah : 109
a. Sanggar Kegiatan Belajar
b. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
c. Lembaga Kursus
d. Komunitas belajar >- homeschooling
e. Pondok pesantren
f. Takmir masjid/musholla dan Pusat Majlis Taklim
g. Lembaga Swadaya Masyarakat
h. Yayasan badan hukum dan badan usaha
i. Organisasi kemasyarakatan
j. Organisasi Sosial Masyarakat
k. Organisasi keagamaan
108 Ibid, hlm. 2 109 Ibid, hlm. 2
l. Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Diklat Perikanan
m. UPT Diklat Pertanian
n. UPT Diklat Transmigrasi
Penyelenggara tersebut harus mempunyai struktur organisasi yang
sekurang-kurangnya terdiri dari : 110
a. Ketua Penyelenggara
b. Tenaga Pendidik
1) Tutor Mata Pelajaran.
2) Nara Sumber Teknis (untuk pelajaran berorientasi vokasional).
3) Tutor Kecakapan Hidup (sementara berlaku di 6 daerah uji coba).
2. Sasaran Pendidikan Kesetaraan
Sasaran peserta didik pendidikan kesetaraan adalah berasal dari
masyarakat :
a. Petani, yaitu mereka yang hidup di lingkungan pertanian yang secara
ekonomi dan geografi tidak mampu mengikuti pendidikan formal.
b. Pesisir, khususnya nelayan, pengolah dan pembudidayaan ikan yang hidup
dilingkungan pesisir karena faktor ekonomi dan budaya yang tidak dapat
bersekolah.
c. Pondok pesantren, terutama yang karena berbagai faktor belum
mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan lain, misalnya karena keyakinan
110 Ibid, hlm. 3
untuk hanya mempelajari ilmu-ilmu ke-Islaman, atau karena keterbatasan
ekonomi dan sosial-budaya.
d. Perkotaan (anak jalanan), yang secara ekonomi, sosial, dan psikologis
tidak bisa mengikuti pendidikan formal.
e. Etnik minoritas (misalnya suku Bajo) atau etnik terasing, terisolasi dan
terpinggirkan karena alasan geografis (misalnya Yahukimo, Sangihe,
Talaud, dan sebagainya) sehingga tidak dapat ke sekolah karena berbagai
alasan.
f. Masyarakat yang menentukan untuk membentuk komunitas belajar sendiri
dengan Flexi learning<-homeschooling. 111
Sasaran tersebut ditujukan bagi kelompok-kelompok masyarakat dengan
kategori sebagai berikut :
a. Putus Sekolah.
b. Usia 13-18 tahun (Paket A).
c. Usia sekolah bagi daerah layanan khusus (yang tidak memungkinkan ke
sekolah formal ) untuk Paket A dan Paket B; Usia 16-21 tahun Paket B,
usia 18 keatas (Paket C).
d. Usia Dewasa untuk Paket A dan Paket B. 112
3. Pengertian Pendidikan Kesetaraan
Pendidikan kesetaraan merupakan pintu masuk bagi praktisi
homeschooling yang ingin mengintegrasikan pendidikan anak-anaknya dengan
sistem pendidikan nasional yang diterapkan di Indonesia.
111 Ibid, hlm. 5 112 Ibid, hlm. 6
Pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, Paket B
setara SMP, dan Paket C setara SMA. Definisi setara adalah "sepadan dalam civil
effect, ukuran, pengaruh, fungsi, dan kedudukan."
Ketentuan mengenai kesetaraan ini diatur dakan UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal 26, ayat (6) :
"Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan." 113
By design, paket-paket pendidikan kesetaraan dirancang untuk peserta
didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah,
putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan
pengetahuan dan kecakapan hidup, dan warga masyarakat lain yang memerlukan
layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari
perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Walaupun begitu, para praktisi homeschooling dapat memanfaatkan
sistem yang telah ada dan diakui. Apakah pendidikan kesetaraan adalah kewajiban
bagi praktisi homeschooling? Jawabannya adalah "Tidak". Maka, pendidikan
kesetaraan adalah hak dan bersifat operasional. Jika praktisi homeschooling
menginginkannya, mereka dapat menempuhnya. Jika tidak, mereka tetap dapat
memilih dan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
113 Ibid, hlm. 6
4. Jam Belajar Homeschooling
Untuk mendapatkan kesetaraan dengan jalur pendidikan formal dan
nonformal, Depdiknas memberikan guideline jumlah jam belajar yang setara
dengan paket A, B, dan C. Yang diatur seperti tabel IX (Daftar Tabel). 114
5. Jalur Pendidikan di Indonesia
Ada 3 (tiga) jalur pendidikan yang dikenal dalam sistem pendidikan di
Indonesia, yaitu:
1. Formal : SD-SMP-SMU
2. Nonformal : Lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat
kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan pendidikan sejenis.
3. Informal : Pendidikan keluarga dan lingkungan secara mandiri, salah
satunya homeschooling. 115
Sebab setiap warga Negara berhak mendapatkan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
c. Keluarga Bapak Agus Setiyawan
Keluarga Bapak Agus Setiyawan berada di Kota Malang. Terlahir di
Bojonegoro, 21 Juni 1969. Beliau bekerja sebagai karyawan di PT. OI Otsuka
Indonesia. Sedangkan Istrinya yang terlahir di Tarakan, 23 September 1971
sebagai Ibu Rumah tangga. Pada Tanggal 15 Januari 2007, mulai melaksanakan
Homeschooling pada putra tunggalnya yang bernama Muhammad Fawwaz
Musyaffa’ berusia 7,4 tahun. Sebelumya Fawwas pernah di klasifikasikan ADHD
(Attention Defisit Hyperactive disorder) dan DYSLEXIA.
114 Ibid, hlm 7 115 Ibid, hlm. 8
Proses Wawancara Peneliti : Menurut anda tugas sebagai orang tua, pentingkah memperhatikan kebutuhan dan
memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ? Responden :-Iya, tapi cuma perlu memperluas rumah, sedangkan disini tidak ada lahan. Pada umumnya untuk fasilitas anak belajar sudah baik. karena disekolah formal anak saya tidak bisa belajar dengan leluasa, untuk konsentrasi anak saya memang perlu dibantu, sebelumnya anak saya memang sangat berbeda dengan anak-anak lain. Dia sangat memperlukan perhatian yang khusus, pernah diklasifikasikan sebagai anak gangguan ADHD dan disleksia. 116
Terapi yang dilaksanakan selama 2 Bulan pada Usia 2,5 Tahun. Akan
tetapi orang tua mengklasifikasikan anaknya sebagai anak Gifted Learning
Disable, karena percaya bahwa anak (Fawwaz) bisa melakukan apapun yang
teman seusianya tidak bisa melakukannya. Anak (Fawwaz) mengalami kelemahan
pada short memori dan auditorinya, pada usia 3 Tahun dia mampu mengenal
huruf dan usia 4 Tahun dia mampu membaca dan menulis dengan lancar.
Proses Wawancara Peneliti : Bagaimana anda mengetahui homeschooling, serta proses awal pelaksanaannya ? Responden :-Pada awalnya anak saya juga pernah sekolah formal, setelah 1 smtr, saya berserta keluarga memutuskan untuk melakukan home-scooling pada anak kami, karena ketidak puasan kami pada sistem pendidikan yang ada, yang membuat anak saya tidak merasa nyaman dalam belajar. Kami mengetahui dari informasi televisi dan internet, yang kemudian masuk ke komunitas. 117
Anak ini tidak bisa belajar pada lingkungan belajar yang secara klasikal
seperti sekolah formal, belajarnya dengan cara face to face, apabila belajar
bersama orang tuanya (Ibu) pada saat menjelaskan materi, perlunya anak melihat
bibir dan dengan suara yang keras supaya anak memahami dan menghindari
terjadinya ketidak-korelasian antara isi penjelasan/pembicaraan dengan maksud
yang sebenarnya.
116 Hasil Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Jum'at 11 Mei 2007. Pukul 14.00-16.00
wib di Kediaman. 117 Hasil Observasi di Kediaman Bapak Agus Setiyawan, Senin, 14 Mei 2007
Sebagai orang tua, beliau merasa kecewa pada sistem pendidikan
disekolah formal, khususnya pada sistem belajar mengajarnya. Yang biasanya
sekolah itu tempat belajar yang baik, akan tetapi anak merasa tertekan dan tidak
nyaman disekolah formalnya, begitu pula prestasi dan motivasi belajar anak
semakin menurun. 118 Adapun riwayat pendidikannya pada tabel X (Daftar Tabel).
Proses Wawancara Peneliti : Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang anda
terapkan ? Responden :-Kami melakukan Homeschooling komunitas dan model Homeschooling Unit studies. Model ini memakai minat anak dalam suatu saya dan menyatukannya dalam bidang-bidang, antara lain matematika, bahasa, sains, dan outing. Peneliti : Bagaimanakah anda memberikan materi, metode, serta sistem evaluasi pada pelaksanaan
model tersebut ? Responden :-Kami mengikuti metode dan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak seusianya (setingkatnya), yang selanjutnya di tambahkan sesuai keinginannya dan ketertarikan (minat)-nya. Sedangkan evaluasi di lakukan dengan memberikan latihan-latihan soal yang biasa di gunakan anak-anak SD setingkatnya. 119
Keluarga Bapak Agus, mengetahui Homeschooling dari informasi
televisi dan internet, serta proses awal pelaksanaanya yaitu setelah tidak sekolah
anak langsung melakukan Homeschooling, yang bertujuan agar anak
mendapatkan pola atau metode belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristiknya. Kemudian masuk pada homeschooling Komunitas dan
menggunakan model homeschool Unit studies (unit pembelajaran), yang memakai
minat anak dalam suatu subjek dan menyatukannya dalam bidang-bidang, antara
lain matematika, bahasa, sains, dan outing. Orang tua dan anak tidak membuat
kesepakatan dalam menyusun jadwal belajar, jadi tidak ada jadwal tetap. Akan
tetapi anak diberi tanggung jawab dan hak untuk belajar. Dalam komunitas anak
118 Ibid, Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Jum'at, 11 Mei 2007 119 Ibid, Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Jum'at, 11 Mei 2007.
belajar selama 2 hari yaitu Selasa dan Kamis dengan materi sains dan outing,
selebihnya orang tua yang memberikan dan mendampingi anak dalam belajar.
Sedangkan materi, metode, serta sistem evaluasi pembelajarannya
mengikuti dan disesuaikan dengan kebutuhan anak seusianya khususnya sekolah
formal yang ditambahkan sesuai keinginan (minat) dan ketertarikannya dalam
belajar melalui metode pembiasaan pada anak. 120
Sistem evaluasi dilakukan dengan memberikan latihan-latihan soal yang
biasa digunakan anak-anak setingkatnya seperti modul-modul bimbingan belajar,
materi-materi pembelajaran LKS (lembar kerja siswa), buku-buku, dan lain-lain.
Juga memberikan pemahaman, pengertian, pengulangan materi yang telah
diberikan dengan metode tanya jawab, serta analisis lingkungan disekitar rumah,
seperti adanya banjir karena hujan dengan memberikan kesempatan buat anak
untuk menjelaskan apa penyebab dan solusinya supaya anak lebih paham akan
positif dan negatif / sebab akibat (kausalitas). 121
d. Keluarga Bapak Lukman Hakim
Keluarga Bapak Lukman Hakim berada di Kota Malang. Terlahir di
Malang, 31 Agustus 1966. Beliau bersama Isteri bekerja di Bidang Pendidikan.
Bapak Lukman Hakim terpilih sebagai ketua umum Asah Pena Malang,
sedangkan Ibu yang terlahir di Serang 11 Mei 1970 bekerja sebagai Pengajar TK.
Pada bulan Juli 2006, beliau daftar ke diknas sebagai keluarga homeschooler,
alasan memilih homeschooling yaitu meningkatkan potensi anak secara optimal,
fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
120 Ibid, Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Jum'at, 11 Mei 2007. 121 Ibid, Observasi di Kediaman Bapak Agus Setiyawan, Senin, 14 Mei 2007
Dan mencari banyak pengetahuan tentang Homeschooling dari buku-buku,
internet, shering sama teman dan keluarga. Kemudian setelah satu tahun belajar
tentang homeschooling, mencari literatur yang mendukung baru memulai daftar
ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler, sebelumnya membuat
kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak. 122
Jadi ada kesepakatan antara orang tua dan anak dalam memilih. Beliau
berpikir bahwa Nabil memiliki tingkat kecerdasan dan kebutuhan belajar yang
berbeda dengan yang lain begitu pula sebaliknya. Nabil bisa belajar lebih capat
dan takut terhambat karena terhalang oleh sistem pendidikan yang menekan bukan
kebebasan pada anak. Anak bisa berkompetensi atau mahir dalam kognitif,
motorik, maupun afektifnya.
Proses Wawancara Peneliti : Apakah anda juga menggunakan model pelaksanaan homeschooling, model dan jenis
apakah yang anda terapkan pada anak? Responden :-Iya, homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan. 123
Beliau juga masuk pada homeschooling komunitas dan model
homeschool unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam
suatu subjek dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika,
bahasa, sains, TIK (teknologi informasi dan komunikasi), dan outing. Serta versi
orang tua juga yang mengarahkan.
Orang tua dan anak membuat kesepakatan dalam menyusun jadwal
belajar. Anak juga diberi tanggung jawab dan hak untuk belajar. Dalam komunitas
122 Hasil Wawancara dengan Bapak Lukman Hakim, Jum'at, 11 Mei 2007. Pukul 09.00-11.16 wib
di Sekolah Dolan. 123 Ibid, Wawancara dengan Bapak Lukman Hakim, Jum'at, 11 Mei 2007.
anak belajar selama 2 hari Selasa dan Kamis dengan materi sains dan outing,
selebihnya orang tua yang memberikan dan mendampingi anak dalam belajar
dirumah, pagi pukul 08.00-11.00 wib anak belajar mandiri dan malam pukul
18.00-19.00 wib anak belajar tentang kesulitan pada saat belajar mandiri, orang
tua memberikan stimulus kepada anak untuk mendiskusikan meteri secara
bersama-sama. Sehingga, dapat melatih anak untuk berfikir dan mandiri, serta
mampu melewati proses berfikir secara mandiri. Adapun daftar mata pelajaran
pada tabel XI (Daftar Tabel). 124
Selama anak merasa nyaman dalam belajarnya, baik saran dan prasarana
disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Karena besarnya tingkat pengetahuan
orang tua terhadap tingkat kebutuhan anak dalam belajar. Untuk lingkungan diluar
rumah sangat mendukung anak (Nabil) lebih berkonsentrasi dalam belajarnya.
Proses Wawancara Peneliti : Apakah kedua anak tersebut, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di
sekolah formal ? Responden :-Iya, anak saya lebih suka belajar bersama-sama, karena keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. 125
Nabil lebih suka belajar bersama-sama dengan orang tua, karena
keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Karena orang tua lebih mengerti tentang kebutuhan belajar
anak dan apa yang di minatinya. Orang tua juga memberikan pendampingan
secara proaktif, dengan memposisikan mana yang akan dilakukan dan diberikan
pada anak. Oleh karena itulah orang tua dan anak seperti tim/teman belajar anak.
124 Hasil Observasi di Kediaman Bapak Lukman Hakim, Rabu , 16 Mei 2007. 125 Ibid, Observasi di Kediaman Bapak Lukman Hakim, Rabu , 16 Mei 2007.
Menurut Bapak Lukman, pada awalnya masyarakat belum mengerti
tentang homeschooling dan cenderung mengganggap ini sebagai hal sepele. Tapi
setelah masyarakat tahu, responnya cenderung positif. Maka Perlunya sosialisasi
tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya masyarakat mengenal bahwa
belajar tidak hanya disekolah formal. Dan kami sebagai orang tua yang
menerapkan homeschooling, mensosialisasikan bahwa menjadi orang tua yang
bijak adalah memberikan pendidikan yang terbaik buat anak, yang sesuai dengan
minat dan kebutuhannya. 126
Proses Wawancara Peneliti : Bagaimanakah anda memberikan materi, metode, serta sistem evaluasi pada pelaksanaan
model tersebut ? Responden :-Saya memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. 127
Sedangkan materi, metode, serta sistem evaluasi pembelajarannya. Untuk
materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri dengan
memberikan pengertian pada anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja,
dan dengan siapa saja. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin
belajar dengan memberikan sistem evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak
kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya.. Sistem evaluasi
pembelajarannya dengan protofolio.
126 Ibid, Wawancara dengan Bapak Lukman Hakim, Jum'at, 11 Mei 2007 127 Ibid, Wawancara dengan Bapak Lukman Hakim, Jum'at, 11 Mei 2007.
2. Faktor Penunjang Dalam Implementasi Model Homeschooling
a. Asah-Pena Malang (Sekolah Dolan dan Home-school)
Guna mendukung proses belajar mengajar dalam program pendidikan
kesetaraan (homeschooling) tersebut maka diperlukan adanya sarana dan
prasarana penunjang, seperti :
1). Tempat Belajar
Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan di berbagai lokasi dan tempat
yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat maupun pribadi, seperti
gedung sekolah, madrasah, sarana-sarana yang dimiliki pondok pesantren, Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), perpustakaan umum, masjid, pusat-pusat
majelis taklim, balai desa, kantor, organsisasi-organisasi kemasyarakatan, rumah
penduduk, dan tempat-tempat lainnya yang layak digunakan untuk kegiatan
belajar mengajar.
2). Administrasi
Untuk menunjang kelancaran pengelolaan kelompok belajar diperlukan
sarana administrasi sebagai berikut :
a) Papan nama kelompok belajar.
b) Papan struktur organisasi penyelenggara.
c) Kelengkapan administrasi penyelenggaraan dan pembelajaran
(format terlampir), yang meliputi :
1) Buku induk peserta didik dan tenaga pendidik
2) Buku daftar hadir peserta didik dan tenaga pendidik
3) Buku keuangan/kas umum
4) Buku daftar inventaris
5) Buku agenda pembelajaran
6) Buku laporan bulanan tenaga pendidik
7) Buku agenda surat masuk dan keluar
8) Buku daftar nilai peserta didik
9) Buku tanda terima ijazah 128
Untuk menjamin penyelenggaraan pendidikan kesetaraan berlangsung
dengan baik, maka dilakukan pembinaan dan pengawasan : 129
a. Direktorat Pendidikan Kesetaraan-Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
Sekolah melaksanakan pembinaan terhadap penyelenggaraan pendidikan
kesetaraan program Paket A, B, dan C melalui standar, norma, prosedur, dan
acuan teknis pengelolaan kelompok belajar.
b. Kasubdin propinsi dan Kabupaten/Kota yang membindangi PLS membina
pelaksanaan penyelenggaraan, kegiatan belajar, evaluasi, dan kegiatan lain
yang berkaitan.
c. Pemilik Dikmas/TLD (Tenaga Lapangan Dikmas) di Kecamatan memantau
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran secara rutin.
Preses Wawancara Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model
homeschooling yang anda laksanakan ? Responden : -Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan. keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya homeschooling. 130
128 Opcit, Dokumentasi, " Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada Asah-Pena Kota
Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool), hlm. 3 129 Opcit, Dokumentasi, " Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada Asah-Pena Kota
Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool), hlm. 3 130 Ibid, Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007.
Selain itu, adapun faktor penunjang yang lainnya, adalah:
a. Anak memiliki keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
b. Aspirasi, inisiatif, order, serta partisipasi anak dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajarnya.
c. Perilaku yang ditunjukkan dengan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan
menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil.
d. Kemandirian dan semangat anak dalam belajar, dengan memanfaatkan sumber
belajar yang ada.
b. Keluarga Bapak Agus Setiyawan
Proses Wawancara Peneliti : Apakah faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling
yang anda laksanakan ? Responden :-Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. 131
Adapun faktor penunjang dalam implementasi homeschooling pada
Keluarga Bapak Agus Setiyawan, adalah :
a. Banyaknya informasi tentang homescooling dari internet, buku-
buku, majalah, dan komunitas Asah Pena Malang khususnya. Yang
memberikan banyak informasi tentang pelaksanaan pendidikan
putranya dan menambah pengetahuan baru tentang pendidikan.
b. Adanya fasilitas yang cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku,
materi-materi yang telah disesuikan dengan anak seusianya (Tingkat
SD), modul, dll.
131 Hasil Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Senin, 21 Mei 2007. Pukul 12.15-14.10
wib di Kediaman.
c. Antusias anak dalam belajar.
d. Aspirasi dan inisiatif mereka dalam belajar.
e. Masuk komunitas.
c. Keluarga Bapak Lukman Hakim
Proses Wawancara Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model
homeschooling yang anda laksanakan ? Responden :-Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedanagkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat. 132
Karena Tidak semua sekolah dapat menfasilitasi yang sesuai dengan
kebutuhan anak, maka faktor penunjang dalam implementasi homeschooling pada
Keluarga Bapak Lukman Hakim, yaitu :
a. Dengan memberikan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.
Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan merasa sangat yakin dapat
memenuhi kebutuhan anak.
b. Punya program yang jelas.
c. Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel.
d. Cita-cita atau aspirasi anak, serta kemampuan anak.
e. Gairah dan kemandirian anak dalam belajar.
132 Hasil Observasi di Kediaman Bapak Lukman Hakim, Sabtu, 19 Mei 2007.
3. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling
a. Asah-Pena Malang (Sekolah Dolan dan Home-school)
Preses Wawancara Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model
homeschooling yang anda laksanakan ? Responden : -Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan. keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya homeschooling. 133
Adapun faktor penghambat dalam implementasinya, yaitu :
a. Anggapan sebelah mata dari masyarakat.
b. Kurangnya keingintahuan masyarakat tentang pendidikan (homeschooling).
c. Serta keragu-raguan masyarakat tentang pendidikan khususnya
homeschooling.
d. Kurangnya konsistensi dengan jadwal.
b. Keluarga Bapak Agus Setiyawan
Proses Wawancara Peneliti : Apakah faktor penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling
yang anda laksanakan ? Responden :-Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar, Anak yang kelebihan energy untuk melakukan banyak aktivitas dan kami kelelahan mengimbanginya. 134
Sedangkan pada faktor penghambat yang paling utama, adalah : Anak
yang kelebihan energi untuk melakukan banyak aktivitas dan orang tua kelelahan
untuk mengimbanginya.
133 Ibid, Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007. 134 Hasil Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Senin, 21 Mei 2007. Pukul 12.15-14.10
wib di Kediaman.
c. Keluarga Bapak Lukman Hakim
Proses Wawancara Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model
homeschooling yang anda laksanakan ? Responden :-Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedanagkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan anggapan sepele dari masyarakat. 135
Adapun faktor penghambatnya, yaitu :
a. Kurangnya konsistensi dengan jadwal.
b. Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak homeschooling itu tidak
sekolah.
4. Upaya Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Implementasi Model
Homeschooling
a. Asah-Pena Malang (Sekolah Dolan dan Home-school)
Dalam sistem pendidikan di Indonesia, Homeschooling merupakan jalur
pendidikan informal. Dalam upayanya Asah-Pena Malang telah menjawab semua
persoalan-persoalan dan keraguan masyarakat dibidang pendidikan, khususnya
homeschooling yaitu homeschooling dalam undang-undang.
Maka keberadaan Homeschooling telah diatur dalam UU 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 27 ayat (1) : 136
"Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri"
135 Hasil Observasi di Kediaman Bapak Lukman Hakim, Sabtu, 19 Mei 2007. 136 Opcit, Dokumentasi, " Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada Asah-Pena Kota
Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool), hlm. 6
Pemerintah tidak mengatur standar isi dan proses pelayanan informal
kecuali standar penilaian apabila akan disetarakan dengan pendidikan jalur formal
dan nonformal sebagaimana yang dinyatakan pada UU 20/2003, Pasal 27 ayat
(2). Homeschooling pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu : 137
1. Homeschooling tunggal, merupakan layanan pendidikan yang dilakukan oleh
orang tua/wali terhadap seorang anak atau lebih terutama di rumahnya sendiri
atau di tempat-tempat lain yang menyenangkan bagi peserta didik.
2. Homeschooling majemuk, merupakan layanan pendidikan yang dilakukan
oleh para orang tua/wali terhadap anak-anak dari suatu lingkungan yang tidak
selalu bertalian dalam keluarga, yang diselenggarakan di beberapa rumah atau
di tempat/fasilitas pendidikan yang ditentukan oleh suatu komunitas
pendidikan yang dibentuk atau dikelola secara lebih teratur dan terstruktur.
3. Komunitas homeschooling, merupakan gabungan beberapa homeschooling
mejemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok
(olah raga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal
pembelajaran. Komitmen penelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya
kurang lebih 50:50.
Hukum di Indonesia “UUD 1945” 138
Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
mengamanatkan pentingnya pendidikan nasional.
137 Ibid, hlm. 6 138 Ibid, hlm. 6
Pasal 31:
Ayat (1) “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.”
Ayat (2) “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.”
UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 5 :
1. Setiap warga Negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
2. Warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
3. Warga Negara didaerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Proses Wawancara Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan
model homeschooling tersebut ? Responden :-Dalam upaya mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis Homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak.139
Karena setiap warga negara memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa yang berhak memperoleh pendidikan khusus. Maka Asah-Pena Malang
sebagai wadahnya komunitas, dengan melakukan kesepakatan jadwal, materi,
silabus, serta selalu memberikan stimulus pada anak sehingga anak merespon
dengan ide-ide mereka.
139 Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Opcit, Selasa 15 Mei 2007.
Proses Wawancara Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin
menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling? Responden :-Kedua anak tersebut hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin mereka melebihi teman-temannya yang setingkat dengan mereka di sekolah formal, apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Mereka juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri. Mereka suka memberikan inisiatif-inisiatif baru dalam materi belajarnya. Peneliti : Bagaimana yang anda lakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses belajar
dengan model homeschooling ini ? Responden :-Saya juga tidak kehabisan akal dalam memberikan inisiatif baru, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ? Responden :-Saya sebagai pengajar pun berusaha mengerti apa yang dinginkan anak. Dan saya perlu untuk mengenal pola belajar anak. Saya juga sebagai pendamping setia anak dalam belajar.140
Sebagai komunitas Asah-pena Malang, berupaya untuk lebih
meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi,
meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, supaya anak tidak
terhambat dalam belajarnya.
b. Keluarga Bapak Agus Setiyawan
Proses Wawancara Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan
model hoschooling tersebut ? Responden :-Saya juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin
menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling? Responden :-Saya sangat mengerti apa yang dinginkan anak. Sebagai orang tua saya juga sangat mengenal pola belajar anak. Saya juga selalu mendampingi anak dalam belajarnya. Peneliti : Bagaimana yang anda lakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses belajar
dengan model homeschooling ini ? Responden :-Salah satu penunjangnya adalah informasi dari internet tapi bukan yang utama, buku-buku, majalah, serta masuk komunitas. Sedangkan faktor penghambat utama yaitu anak yang kelebihan energi untuk melakukan banyak aktivitas dan kami orang tua kelelahan mengimbanginya. Untuk upayanya kami bisa mendiskusikannya dengan keluarga dan dengan komunitas. 141
Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
140 Ibid, Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007. 141 Observasi di Kediaman Bapak Agus Setiyawan, Opcit, Senin, 28 Mei 2007.
Responden :-Anak mudah mengingat materi, akan tetapi shot memorynya lemah. Pengetahuan anak dalam menguasai mata pelajaran tinggi. Dan hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar dirumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang tua khususnya ibu sebagai guru sekaligus motivator bagi anak. 142
Dalam upayanya mengatasi hambatan pada keluarga Bapak Agus
Setiyawan, menurut beliau hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar
mengajar di rumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang tua (ibu) sebagai
pengajar. Yaitu:
a. Masuk komunitas untuk menambah pengetahuan tentang pelaksanaan
pendidikan yang dilaksanakan khususnya homeschooling.
b. Berbagi pengalaman antara keluarga homeschooler tentang praktek belajar
yang terbaik untuk anak, sebagai orang tua yang bijak.
c. Menanamkan pada anak belajar itu tidak hanya di sekolah formal bisa di mana
saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Sesuai dengan tanggung jawab anak
untuk belajar dan proses kelanjutan belajarnya.
Disamping itu keluarga telah memegang teguh bahwa pendidikan
keluargalah yang terbaik untuk anak (Fawwaz). Karena sesuai dengan UU No
20/2003 pada Panduan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Pada Asah-Pena Kota
Malang Raya (Sekolah Dolan dan Homeschool), tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa setiap warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
d. Keluarga Bapak Lukman Hakim
Proses Wawancara Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan
model hoschooling tersebut ?
142 Wawancara dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin, Opcit, Senin, 21 Mei 2007.
Responden :-Dalam mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan komunikasi. Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin
menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling? Responden :-Anak saya hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin anak saya melebihi teman-temannya, apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Anak saya juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan engan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri. 143
Demikian pula untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam implementasi
homeschooling pada Keluarga Bapak Lukman Hakim yaitu :
a. Dengan mendirikan dan masuk komunitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis
homeschooling.
b. Melakukan kesepakatan jadwal.
c. Tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga
anak tertarik dengan belajar dan berkomunikasi antara orang tua dan anak
tentang kesulitannya dalam belajar.
C. PEMBAHASAN
”Rumah” identik dengan keberadaan orang tua. ”Rumah” bukanlah
ruang atau tempat secara fisik. ”Rumah adalah rasa nyaman yang menyenangkan
dan ruang gerak yang aman untuk tumbuh kembang seorang anak yang diciptakan
melalui kehadiran secara terus menerus dari orang tua, baik secara fisik maupun
secara moral. Kehadiran orang tua harus dirasakan dan disadari oleh anak-anak
ketika anak-anak dapat melihat dan mendengarnya secara fisik maupun dengan
perasaan aman dan nyamannya. Ketika mereka tidak dapat melihat dan
mendengar kehadiran orang tuanya.
143 Opcit, Observasi di Kediaman Bapak Lukman Hakim, Sabtu, 19 Mei 2007.
Dari konsep rumah inilah, maka keluarga ada. Keluarga adalah lembaga
terkecil dimana sebuah kehidupan dimulai. Pada saat kehidupan dimulai, saat
yang sama dimulailah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses pemindahan
dan pembentukan kehidupan yang sudah ada dalam kehidupan ayah, ibu dan
saudara kepada kehidupan anak sebagai anggota keluarga yang baru melalui
contoh, teladan dan pelatihan. Sehingga masing-masing kehidupan dapat
terbentuk secara unik dan saling memberi makna.
Ketika pendidikan dalam keluarga tidak dilaksanakan dengan baik, maka
anak tidak bisa menemukan jati diri atau identitas dalam dirinya. Anak terlahir
didunia tidak mengerti kenapa dia dilahirkan dalam keluarganya. Kegamangan
akan identitas diri inilah yang membuat anak ragu-ragu menjalani kehidupan dan
masuk dalam lingkungan masyarakat diluar dirinya. Kalau ini terus menerus
berlangsung, maka yang kita lihat adalah anak-anak yang terombang-ambing tidak
percaya diri dan terus menerus mencari sesuatu diluar dirinya untuk menolong
menopang identitas diri yang palsu. Maka fungsi pendidikan adalah untuk
menolong seseorang dari kecil untuk tidak meniru orang lain, tetapi senantiasa
menjadi dirinya sendiri. Dalam hal kegiatan untuk mencapai tujuan akademik
terlibat pula pemikiran-pemikiran sosial, emosional, dan intelektual. Demikian
pula daya lekat dari sebuah ingatan tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan unsur
emosi. Emosi bisa memperkuat ingatan dan dapat mempertajam penguasaan ilmu
pengetahuan dengan tuntas.
Dengan demikian perlunya keluarga atau orang tua, memahami setiap
anak memiliki kebutuhan yang berlainan dalam hal minat dan perhatian. Ada yang
mau belajar jika telah dimotivasi belajarnya. Selain itu ada juga yang belajar
banyak melibatkan organ-organ sensoris yang multidimensial, dan mereka
berkemudahan mempelajari sesuatu jika pelajaran itu dihubungkan dengan
pelajaran-pelajaran terdahulu. Mereka berkemungkinan mempelajari sesuatu itu
bersifat insidentil (yang tidak direncanakan) dan kadang-kadang pula dalam
situasi yang tidak sadar.
Maka yang perlu dipertimbangkan adalah peran lingkungan yang turut
menentukan meningkat tidaknya mutu aktivitas belajar secara optimal. Upaya
menciptakan lingkungan belajar efektif adalah tuntutan sistem pendidikan
nasional sebagai tanggung jawab kurikulum dan jalannya pendidikan di Indonesia,
tanpa meninggalkan peran serta keluarga didalamnya. Lingkungan efektif itu
mencakup dua hal, yaitu lingkungan fisik dan nonfisik. Keduanya dapat
membantu menerapkan prinsip-prinsip belajar diatas.
Hal-hal yang mencakup lingkungan belajar non fisik adalah suasana
emosional diri anak itu sendiri, keadaan sosial ekonominya, kesemangatan dan
perkembangan intelektualnya. Maka diperlukanlah penerapan prinsip-prinsip
diatas dan penyediaan lingkungan belajar efektif, yang dapat dipastikan mutu
proses dan hasil belajar yang diharapkan akan tercapai dengan baik. Sebab belajar
itu tidak terbatas pada keterlibatan faktor intelektual saja, akan tetapi juga mental,
emosional dan multisensoris dari setiap alat penginderaan manusia. Hal tersebut
menunjukkan keterlibatan faktor lingkungan diluar diri manusia.
Begitu pula proses pengajaran yaitu proses kompleks yang melibatkan
komponen internal dan eksternal. Dua komponen tersebut berproses dalam satu
kesatuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Komponen internal terdiri atas
tujuan, materi pelajaran, metode, media, dan evaluasi, sedangkan komponen
eksternal mancakup, pengajar, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
1. Implementasi Model Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Anak
Sebagaimana dari hasil pengumpulan data, bahwa Asah Pena dan kedua
homeschooler tersebut telah mengimplementasikan model homeschool
Montessori yaitu unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak
dalam suatu subjek dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti
matematika, bahasa, sains, TIK (teknologi informasi dan komunikasi), dan outing.
Serta versi orang tua, pengajar, dan anak juga yang mengarahkan. Model ini dapat
menjadi model pembelajaran yang santai sambil bereksplorasi berdasarkan minat
melalui suatu obyek atau pendekatan alamiah yang terdapat dalam paket unit
pengajaran. Keuntungan model ini terletak pada minat anak. Pada kenyataannya,
anak akan belajar lebih baik bila ia memiliki minat pada topik/materi belajar.
Kekurangannya, kadang-kadang orang tua terlalu bersemangat dan berlebihan
dalam membahas topik/materi belajar. Akibatnya, anak menjadi takut
membicarakan hal lain yang ia minati.
Asah Pena dan kedua homeschooler tersebut juga mengimplementasikan
model homeschool Charlotte Mason yang meliputi 'Narration, Copywork, Nature
Notebook, Fine Arts, Languages, Literature-based curriculum' dan aplikasi dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam model Charlotte Mason, anak membaca buku
kemudian menceritakannya kembali dengan bahasanya sendiri. Hal ini
memastikan bahwa mereka mengerti apa yang dibacanya. Model ini juga
menekankan 'nature notebook'. Yaitu orang tua/pengajar dan anak keluar rumah
(outing), melakukan pengamatan dan mencatatnya dalam buku, bila perlu dengan
gambar. Kemudian anak menulis ulang apa yang ia lakukan dalam bentuk cerita.
Model homeschool ini disebut juga dengan konsep "Buku Hidup". Lain dengan
text book yang ditulis oleh beberapa penulis mengenai satu subjek tertentu, buku
hidup ini ditulis oleh satu penulis. Buku ini bercerita dan tidak hanya
menyampaikan fakta. Anak biasanya akan lebih ingat bila mereka membaca cerita
daripada membaca textbook
Selain itu mereka juga mengimplementasikan homeschooling komunitas,
jenis ini merupakan gabungan dari homeschooling majemuk yang menyusun dan
menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana, serta
jadwal pelajaran. Apabila dilihat ada kemiripan antara homeschooling dengan
sekolah biasa. Walaupun belajar dengan beberapa orang anak seperti sekolah
formal, namun esensinya tetap homeschooling. Karena mereka tetap belajar secara
bebas, fleksibel, menyenangkan dan sesuai dengan minat mereka. Tidak ada
ketentuan waktu untuk belajar. Sehingga anak mampu mengutarakan aspirasi dan
inisiatif mereka dalam belajar.
Pelaksanaan belajarnya dalam satu minggu terdapat 2 pertemuan yaitu :
a. Hari Selasa, dengan materi program OCC (Outing Class Club).
b. Hari Kamis, dengan meteri sains (pengetahuan umum) dan special class.
Selebihnya waktu belajar diberikan pada anak yang mempunyai
kemampuan untuk belajar secara mandiri. Orang tua (pengajar) hanya perlu
mengatur lingkungan anak agak mendukung proses belajarnya. Orang tua
(pengajar) tidak mengatur anak, tetapi membantu anak belajar dengan
lingkungannya, dalam situasi natural, dalam kelompok yang tidak dibatasi oleh
umur. Adapun prinsip menu pembelajaran homeschooling diklasifikasikan,
pilihan jadwal menu homeschooling, dan menu materi homeschooling diatur oleh
komunitas yaitu antara Asah-Pena Malang (sekolah Dolan dan homeschool) dan
keluarga homeschooler Kota Malang.
Sedangkan laporan pendidikan anak homeschooling dilakukan dengan
portofolio atau penilaian/report homeschooling yang berisi penjelasan apa saja
yang dilakukan oleh anak, bisa berbentuk deskripsi, karya atau CD. Yang
bertujuan supaya mengetahui tingkat kesulitan dan kemahiran anak dalam proses
belajarnya, mengenali anak dalam semangat atau menurun belajarnya, dan
melakukan perbaikan apabila anak mengalami kemunduran dalam belajarnya.
Menurut Dimyati, motivasi belajar anak dipengaruhi oleh beberapa faktor
dibawah ini, yaitu :
a. Cita-cita atau aspirasi anak
b. Kemampuan anak
c. Kondisi anak
d. Kondisi lingkungan anak
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
f. Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak
Ada beberapa upaya pembelajaran yang dapat dilakukan oleh orang tua
(pengajar), yaitu :
1) Pemahaman tentang diri anak dalam rangka kewajiban tertib belajar.
2) Pemanfaatan penguatan berupa reward dan punishmunt secara tepat guna.
3) Mendidik dengan cinta belajar. 144
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa timbul dan menguatnya
motivasi yang ada pada diri anak dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu : adanya
cita-cita dalam diri anak, kemampuan yang dimiliki anak, kondisi anak yang
sehat, kemampuan orang tua (pengajar) dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, dan upaya orang tua (pengajar) yang bersungguh-sungguh dalam
membelajarkan anak. Oleh karena itu, diharapkan orang tua (pengajar) dapat
memanfaatkan faktor-faktor tersebut dengan baik agar motivasi belajar anak dapat
berkembang dengan optimal.
Menurut Sardiman ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan
motivasi belajar anak, yaitu : 145
a. Memberi angka
b. Reward/hadiah
c. Kompetensi
d. Ego-Involvement
e. Memberi evaluasi
f. Mengetahui hasil
g. Pujian
h. Hukuman
i. Hasrat untuk belajar
144 Dimyati, mudjiono, Opcit, hlm. 97-100 145 Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, 1989, Jakarta : Rajawali Press, hlm. 91
j. Minat
k. Tujuan yang diakui
Dengan demikian indikator yang bisa dijadikan patokan anak yang
termotivasi belajarnya adalah :
a. Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang
dihadapi ketika belajar.
b. Keinginan, keberanian, kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan
kegiatan belajar sampai berhasil.
d. Anak bergairah belajar.
e. Kemandirian belajar. 146
Hasil pengumpulan data, kedua anak (fawwaz dan Nabil) tersebut
menunjukkan penampilan perilakunya sebagai berikut :
a. Anak memiliki keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
b. Aspirasi, inisiatif, order, serta partisipasi anak dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajarnya.
c. Perilaku yang ditunjukkan dengan berbagai usaha belajar dalam menjalani
dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil.
d. Kemandirian dan semangat anak dalam belajar, dengan memanfaatkan
sumber belajar yang ada. 147
146 Tafsir, Opcit, hlm. 146
Perilaku- perilaku diatas, bisa dijadikan sebuah patokan bahwa kedua
anak tersebut telah termotivasi belajarnya.
2. Faktor Penunjang Dalam Implementasi Model Homeschooling
Berdasarkan pengumpulan data, bahwa Asah-Pena dan masing-masing
keluarga homeschooler di Kota Malang. Berupaya dalam meningkatkan motivasi
belajar anak telah terbukti pada kesehariannya yang digambarkan dari hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi/record sebagai faktor penunjangnya
yaitu:
a. Anak bisa belajar dengan siapa saja, dimana saja dan dengan siapa saja.
b. Jam dan tempat belajarpun lebih fleksibel.
c. Proses pembelajarannya sesuai dengan gaya belajar dan minat anak.
d. Objek materinya pun sangat dekat dengan kehidupan anak sehari-hari.
Homeschooling ada untuk mereka yang membutuhkan. Untuk anak yang
berlebih secara intelektual, emosi dan ekonomi, anak berkebutuhan khusus, anak
yang memiliki gangguan belajar dsb. Masyarakat di setiap kelas atas, menengah
ataupun untuk para anak petani, nelayan yang kurang mampu dan hanya cukup
puas dengan bisa membaca, menulis dan berhitung saja.
Sebagai komunitas homeschooling, Asah Pena Kota Malang dan kedua
keluarga homeschooler Kota Malang telah berusaha semaksimal mungkin dalam
meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui perpaduan kedua proses pengajaran
yaitu proses kompleks yang melibatkan komponen internal dan eksternal. Dua
komponen tersebut berproses dalam satu kesatuan untuk mencapai tujuan yang
147 Ibid, Wawancara dengan Ibu Ana Meirawati, Selasa 15 Mei 2007.
diharapkan. Komponen internal terdiri atas tujuan, materi pelajaran, metode,
media, dan evaluasi, sedangkan komponen eksternal mancakup, pengajar, orang
tua, dan masyarakat sekitarnya.
Yang selama ini terkesan, ketika anak belajar dia seolah-olah menjadi
objek kurikulum. Dengan kata lain, kegiatan belajar-mengajar yang selama ini
terselenggarakan bukan menjadikan kurikulum itu untuk anak, tetapi bahkan
sebaliknya, yaitu anak untuk kurikulum. Akibatnya, terjadilah kegiatan belajar
yang memaksa anak untuk menyesuaikan dengan kurikulum. Yang idealnya,
memang, seharusnya kurikulumlah yang menyesuaikan diri dengan kebutuhan
setiap anak. Anak diberi hak untuk memilih kurikulum yang ingin diikutinya.
Dengan Homeschooling, anak diberi peluang untuk menentukan materi-
materi yang ingin dipelajarinya. Anak menjadi subjek dalam kegiatan belajar.
Bahkan bukan hanya materi pelajaran yang dipilih oleh anak, gaya belajar anak ;
apakah dia tipe somatis/kinestetis, auditif, visual, atau intelektual. Jadi menjadikan
anak sebagai subjek dalam belajar maka, belajar anak pun dapat berlangsung
secara nyaman dan menyenangkan.
Melalui Homeschooling, dapat memanfaatkan untuk mengembalikan
anak yang semula menjadi objek belajar ke subjek belajar. Dengan ini belajarnya
pun dapat termotivasi sebab anak bisa menunjukkan keinginan, keberanian
menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar,
anak bergairah belajar, serta kemandirian dalam belajarnya dengan memanfaatkan
sumber belajar yang ada.
Pada Keluarga Bapak Agus Setiyawan yang hidup dilingkungan gang
dan perkampungan yang letaknya strategis. Pada Tanggal 15 Januari 2007, mulai
melaksanakan Homeschooling pada putra tunggalnya yang bernama Muhammad
Fawwaz Musyaffa’ berusia 7,4 tahun. Sebelumya Fawwas pernah di
klasifikasikan ADHD148dan DYSLEXIA149.
148 Cece Wijaya, 1996, Pendidikan Remedial, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, Hlm. 67 Attention Defisit Hyperactive disorder (ADHD) adalah gangguan pemusatan perhatian terhadap masalah-masalah yang dihadapinya, kurangnya konsentrasi, tidak mau diam di tempat duduk, selalu merasa kaget melihat benda-benda yang berada disekelilingnya, akan tetapi dia mampu bersahabat bahkan tidak pernah menggangu teman, serta perlunya belajar dan melakukan hal yang berkaitan dengan perhatian, Yaitu : a. Perhatian menangkap isi pembicaraan orang lain, menjegalnya ditengah percakapan. b. Perhatian terpusat pada satu pekerjaan. c. Perhatian mendukung terhadap penyelesaian sebuah masalah. d. Perhatian selektif dalam arti menghilangkan pengaruh yang tidak relevan terhadap tugas-tugas
yang dipikulnya. Gangguan pemusatan perhatian merupakan kelainan tingkah laku dengan gejala utama tidak dapat memusatkan perhatian dan tingkah laku impulsif yang tidak sesuai lagi dengan taraf perkembangannya. Yang disebabkan oleh disfungsi susunan saraf pusat, yaitu : a. Kerusakan otak
1) Prenatal : gangguan peredaran darah metabolik, toksik. 2) Perinatal : trauma kelahiran. 3) Postnatal : rudapaksa kepala, keradangan otak.
b. Kelambatan kematangan otak Bila kematangan otak dicapai, gangguan pemusatan perhatian akan hilang (pada umur di atas 12 tahun).
c. Genetik Adanya kelambatan kematangan otak atau pola fungsi SSP yang sama pada salah satu orang tua atau saudara lain.
d. Neurotansmitter 1) Adanya disfungsi sistem neurotransmitter yakni defisiensi norepinefrin atau dopamin. 2) Kelainan neurotansmitter diperkirakan terletak pada batang otak (brain stem, yakni pada
traktus asendens dari sistem retikuler). Gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas, memiliki gejala sebagai berikut : a. Tidak dapat memusatkan perhatian. Minimal terdapat 3 dari gejala berikut :
1) Sering tidak berhasil menyelesaikan pekerjaannya. 2) Sering tampak seperti tidak mendengarkan. 3) Mudah teralih perhatiannya. 4) Sulit berkonsentrasi di sekolah. 5) Sulit bertahan pada aktivitas permainan.
b. Implusif. Minimal terdapat 3 dari gejala berikut : 1) Sering bertindak sebelum berpikir. 2) Beralih secara berlebihan dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya. 3) Sulit mengatur pekerjaannya. 4) Memerlukuan banyak pengawasan. 5) Sering mengacungkan jari dalam kelas. 6) Sulit menunggu giliran dalam permainan atau situasi kelompok.
Akan tetapi fawwaz mampu menulis dengan baik, rapi dan cepat. Hanya
saja memiliki gejala-gejala, antara lain :
a. Ganjil dalam pembicaraan, dalam arti tidak ada korelasi antara isi
pembicaraan dengan maksud yang sebenarnya.
b. Mengalami kekacauan di dalam melihat bentuk dan mendengar lafal seperti P
dan D, B dan P, serta D dan T.
c. Mengalami kekacauan kata dan pengertian, seperti dalam kata Salep dan
salad.
d. Mengalami keterlambatan Bicara pada usia 2,5 Tahun.
Setelah melakukan Homeschooling, Fawwaz sangat termotivasi
belajarnya, sebab dia mampu melakukan peningkatan-peningkatan dalam
belajarnya dan tidak merasa bosan. Karena anak sudah merasa pola belajar yang
dilakukannya sekarang adalah kebutuhan yang sesuai dengan anak dan orang tua.
Homeschooling juga memberikan pola belajar yang fleksibel, maka anak merasa
nyaman, efektif dengan belajar dimana, kapan, bersama siapa saja. Tak lupa pula
orang tua sebagai motivator yang hebat bagi anak. Sehingga Fawwaz tidak mau
pergi kesekolah formal lagi. Sesuai dengan perkataannya ”saya tidak mau sekolah
lagi, karena disekolah tidak enak”. 150
c. Hiperaktivitas, minimal terdapat 2 dari gejala berikut;
c. Berlari-lari atau memanjat secara berlebihan. d. Sulit duduk diam, tidak dapat tenang. e. Sulit tetap tinggal duduk. f. Bergerak berlebihan dalam tidurnya. g. Selalu bergerak terus atau bertingkah laku bagaikjan didorong mesin.
d. Usia timbul sebelum 7 tahun dan lama gangguan minimal 6 bulan. 149 Ibid, Hlm. 66 Dyslexia adalah kelemahan-kelemahan belajar dibidang menulis dan berbicara. Ciri-cirinya adalah sulit mengingat huruf, kata, tulisan, dan suara. 150 Hasil Observasi di Kediaman Bapak Agus Setiyawan, Jum'at, 18 Mei 2007.
Proses Observasi Fawwaz sangat respek dan antusias, dalam mengamati dan melakukan observasi dengan
baik. Inisiatif pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai science lesson sudah mulai terarah, mampu bersikap ilmiah dengan cara mengembangkan keingintahuan, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, bekerja keras dan cerdas. Serta perlunya memupuk tingkat emosionalitas yang tinggi. 151
Mahir dalam materi bahasa khususnya bahasa inggris. Fawwaz mampu menggunakan kata-kata rutinitas sehari-hari, menghafal vocab, dan membaca bacaan sederhana berbahasa inggris. Perlunya motivasi dalam mengembangkan pertanyaan yang lebih menggali pengetahuan. Sudah mulai telaten dan tekun dalam melakukan eksperimen, tidak mudah menyerah dan kemandiriannya sangat berperan. Mempunyai inisiatif untuk membuat eksperimen lebih bervariatif. Perlu arahan untuk lebih bertanggung jawab pada inisiatif yang dia dapatkan sendiri. Juga perlu arahan dalam melakukan eksperimen yang sesuai dengan cara kerja dan petunjuk eksperimen. 152
Sudah bisa membandingkan nilai mata uang dan fungsinya. Perlu arahan dalam mengetahui manfaat aset dan penggunaannya. Dan cukup bisa dalam mengklasifikasikan barang yang dapat memiliki profit dan yang tidak. Mahir dalam mengenal ibu kota Negara dan nama Negara didunia. Cukup dalam mengenali keanekaragaman budaya, adat, dan kebiasaan dari bangsa Indonesia. lebih banyak mengenal pulau-pulau yang ada di Indonesia serta provinsinya. Serta tidak mudah menyerah dalam melakukan observasi. Perlu pendampingan yang lebih dalam mengobservasi budaya Indonesia. Dalam mengikuti kegiatan outing, Fawwaz tampak antusias dan mulai senang bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan outing. 153
Sebagaimana anak termotivasi belajarnya, yang sesuai dengan hasil
wawancara, observasi, dan dokumentasi/record. Sebagai hasil bahwa
meningkatnya motivasi belajarnya yaitu anak (Fawwaz) memiliki keinginan dan
keberanian, serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar. Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani
dan menyelesaikan kegiatan belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan
bersemangat dalam belajarnya. Juga keinginan, keberanian menampilkan minat,
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
Sedangkan pada Keluarga Bapak Lukman Hakim berada di lingkungan
perumahan. Ada toko keluarga di dalam rumah sebelum masuk ke ruang tamu,
akan tetapi rumah itu masih terlihat rapi dan bersih. Beliau bersama Isteri bekerja
di Bidang Pendidikan. Pada bulan Juli 2006, beliau daftar ke diknas sebagai 151 Hasil Observasi di Sekolah Dolan, Selasa, 22 Mei 2007. 152 Ibid, Observasi di Sekolah Dolan, Selasa, 22 Mei 2007. 153 Hasil Observasi di tempat outing (perpustakaan umum), Kamis 24 Mei 2007
keluarga homeschooler, alasan memilih homeschooling yaitu meningkatkan
potensi anak secara optimal, fleksibel dalam materi, relatif murah yang terpenting
supaya anak tidak terhambat.
Dengan mencari banyak pengetahuan tentang homeschooling dari buku-
buku, internet, shering sama teman dan keluarga. Kemudian setalah satu tahun
belajar tentang homeschooling, mencari literatur yang mendukung baru memulai
daftar ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler pertama di Kota Malang,
sebelumnya membuat kesepakatan terlebih dahulu antara orang tua dan anak.
Nabil hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah
keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang
banyak menghafal dan mengarang. belajar apa yang dia suka, membaca yang
kemudian didiskusikan dengan orang tua.
Karena orang tua merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di
pendidikan formal saja. Orang tua hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat
dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar.
Orang tua tidak hanya berdiam diri, demi lancarnya dalam melakukan
homeschooling. Tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak
mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar.
Proses Observasi Nabil sangat antusias dalam mengamati dan melakukan observasi dengan baik. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai science lesson sudah mulai terarah. Perlunya motivasi dalam mengembangkan pertanyaan yang lebih menggali pengetahuan. Sudah mulai telaten dan tekun dalam melakukan eksperimen, tidak mudah menyerah dan kemandiriannya sangat berperan. Perlu arahan dalam melakukan eksperimen yang sesuai dengan cara kerja dan petunjuk eksperimen. Mempunyai inisiatif untuk membuat eksperimen lebih bervariatif. Perlu arahan untuk lebih bertanggung jawab pada inisiatif yang dia dapatkan sendiri. 154
Cukup dalam mengenali keanekaragaman budaya, adat, dan kebiasaan dari bangsa Indonesia. Perlu lebih banyak mengenal pulau-pulau yang ada di Indonesia serta provinsinya.
154 Hasil Observasi di Sekolah Dolan, Selasa, 22 Mei 2007.
Serta tidak mudah menyerah dalam melakukan observasi. Perlu pendampingan yang lebih dalam mengobservasi budaya Indonesia. Sudah bisa membandingkan nilai mata uang dan fungsinya. Perlu arahan dalam mengetahui manfaat aset dan penggunaannya. Dan cukup bisa dalam mengklasifikasikan barang yang dapat memiliki profit dan yang tidak. Dalam mengikuti kegiatan outing, Nabil tampak antusias dan mulai senang bertanya mengenai hal-hal yang berkaitan dengan outing. 155
Sesuai dengan hasil pengumpulan data : wawancara, observasi, dan
dokumentasi/record. Sebagai hasil bahwa meningkatnya motivasi belajarnya yaitu
anak (Nabil) memiliki keinginan, keberanian serta kesempatan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
Penampilan berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan
belajar sampai berhasil. Anak lebih mandiri dan bergairah dalam belajarnya, serta
keinginan, keberanian menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah,
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi ketika belajar.
Adapun faktor penunjang secara umum, dalam implementasi model
homeschooling pada Asah Pena dan kedua keluarga homeschooler di Kota
Malang, selain faktor-faktor diatas sebagai berikut :
a. Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik yang tidak diperolah dalam format
sekolah formal. Serta ruang gerak sosialisasi anak semakin luas walaupun
masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan.
b. Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua (Pengajar) dan
anak untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan
aktivitas pendidikan akademis dalam pembangunan akhlak mulia,
mengembangkan intelegensi, dan keterampilan hidup dalam pembelajaran,
penilaian, dan kriteria keberhasilan dalam mencapai standar mutu tertentu
155 Hasil Observasi di tempat outing (perpustakaan umum), Kamis 24 Mei 2007
tanpa kehilangan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga dan
lingkungannya.
c. Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena
masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih
besar, saling mengajar untuk bidang yang lebih dikuasai dan dapat
memperdalam sesuai keahliannya. Serta anak bisa belajar dari sumber
manapun yang dapat dipelajarinya. 156
3. Faktor Penghambat Dalam Implementasi Model Homeschooling
Sedangkan faktor penghambat secara umum yang dihadapi dalam
implementasi model homeschooling pada Asah Pena dan kedua keluarga
homeschooler di Kota Malang, sebagai berikut :
a. Penyelenggara homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas untuk
menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu yang dapat menampung
beberapa anak dari keluarga pada saat kegiatan dilaksanakan bersama-sama.
b. Anak dengan keahlian atau berkebutuhan khusus, harus juga bisa
menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan-
perbedaaan lainnya sebagai proses pembentukan jati diri.
c. Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak homeschooling itu tidak
sekolah. Sehingga masyarakat menganggap bahwa homeschooling adalah
tidak belajar dan hanya buang-buang waktu saja. 157
156 Kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi pada Asah Pena dan kedua keluarga
homeschooler. 157 Kesimpulan dari hasil wawancara dan observasi pada Asah Pena dan kedua keluarga
homeschooler.
Dengan demikian, ada banyak hal yang melatarbelakangi pilihan orang
tua untuk bersekolah di rumah yang disesuaikan dengan faktor penunjang dan
penghambatnya, sebagai berikut :
a. Anak yang berlebih secara intelektual tidak puas dengan pola pembelajaran di
sekolah yang baginya lambat. Materi pelajaran yang harusnya bisa selesai
dalam 1 minggu harus diajarkan dalam 1 bulan sehingga anak ini mengganggu
temannya atau mengganggu proses pembelajaran di kelas. Pengajar tidak
mampu menangkap kelebihan yang dimiliki si anak sebagai potensi, tapi
malah mencapnya sebagai pembuat onar.
b. Anak yang tidak menyenangi mata pelajaran tertentu (misalnya), Bahasa
Indonesia atau anak dari Medan terpaksa belajar Bahasa Daerah Jawa. Hal ini
tentu menyebabkan anak malas belajar dan sekali lagi menjadi “masalah” di
kelas, karena pemaksaan beban materi pelajaran yang “kurang perlu” dan
kurang aplikatif bagi anak.
c. Anak yang memiliki gangguan belajar seperti hiperaktif, disleksia atau
kekurangan dalam menangkap pelajaran. Anak ini memerlukan waktu yang
agak lama untuk mencerna dan mengutarakan kembali apa yang pengajar
katakan. Sebenarnya si anak pintar, namun akhirnya ia dianggap bodoh oleh
sekolah.
d. Anak yang tidak mampu secara ekonomi untuk menyekolahkan di sekolah
yang dianggap bagus atau bahkan yang biasa sekalipun. Hal ini karena
kebutuhan primer seperti untuk makan saja susah apalagi untuk sekolah.
4. Upaya Mengatasi Hambatan Pada Implementasi Model
Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Dengan demikian Asah Pena dan kedua keluarga homeschooler di Kota
Malang, sama-sama berupaya dalam mengatasi hambatan-hambatannya sebagai
berikut :
a. Memberikan fasilitas untuk penunjang belajar anak, namun tidak melupakan
untuk selalu melakukan kontrol dan pengawasannya.
b. Mensosialisasikan pembelajaran menjadi Ayah Bunda yang bijak.
c. Mensosialisasikan cara belajar yang menyenangkan, efisien dan efektif untuk
anak. Dengan memberikan pengertian pada anak agar dapat belajar atas
kesadaran sendiri. Bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa
saja.
d. Menambahkan pengetahuannya melalui praktek langsung dalam kehidupan
nyata. Dengan membiarkan anak merasakannya sebagai sebuah pengalaman
yang baru.
e. Tidak takut untuk melakukan terobosan melalui kreasi tertentu untuk
membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak.
f. Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan baik dan segera
menangani dengan bijak, jika ternyata anak memiliki masalah dengan
lingkungan pergaulannya.
g. Tetap bangkitkan semangat dan motivasi belajar anak tanpa terganggu dengan
status pilihan belajarnya.
Oleh karena itu, beberapa orang tua menganggap pilihan menyekolahkan
anaknya di rumah merupakan pilihan terbaik sehingga dapat mengembalikan
peran orang tua, keluarga sebagai pendidik pertama bagi anak. Karena orang
tualah yang paling tahu dengan kondisi jiwa, psikis anak dan apa yang di inginkan
si anak. Orang tua juga yang dianggap berkewajiban memberikan pendidikan
yang di minati anak sesuai dengan kebutuhan anak. Rumahku adalah surgaku
menjadi impian bahwa surga pendidikanku adalah di rumahku adalah pilihan tepat
bagi perkembangan anak.
Khususnya anak yang berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan
khusus. Hal ini tidak didapatkan di sekolah. Meskipun sekarang sudah ada model
sekolah inklusi namun tetap saja sekolah menjadi momok bagi rusaknya
kepercayaan diri si anak. Kurikulum yang menyamaratakan kemampuan anak
normal dan anak berkebutuhan khusus, atau lingkungan sekolah yang kurang
mendukung hingga pada perlunya shadow teacher atau pengajar pendamping
yang tentunya membutuhkan biaya yang sangat mahal.
Selain upaya-upaya diatas, dari implementasi model homeschooling yang
di pilih oleh Asah-pena dan kedua keluarga homeschooler Kota Malang, mampu
memberikan konstribusi bagi anak untuk terus belajar dan meningkatkan
semangat belajarnya. Dengan upaya mengatasi hambatan untuk meningkatkan
motivasi belajar anak, sebagai berikut :
a. Melalui minat yang ingin dicapai anak, yang akan memperkuat semangat
belajar dan mengarahkan perilaku belajarnya. Minat ini dapat memperkuat
motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik, sebab tercapainya suatu
keinginan akan mewujudkan aktualisasi diri anak. Oleh karena itu, keinginan
seorang anak perlu diiringi dengan kemampuan dan kecakapan untuk
mencapainya. Kemampuan anak untuk mempelajari sesuatu akan semakin
mendorongnya untuk mempelajari materi belajarnya. Sebab keberhasilan yang
dicapai dengan kemampuan yang dimilikinya tersebut akan memuaskan dan
menyenangkan hatinya. Jadi secara ringkas dapat dikatakan bahwa
kemampuan anak akan memperkuat motivasinya dalam belajar.
b. Memperhatikan kondisi anak yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang anak yang sedang sakit, lapar,
marah, dan sedih. Akan mengganggu konsentrasi/perhatian dan keinginan
untuk belajar. Sebaliknya anak yang sehat dan gembira akan mudah
memusatkan perhatian untuk belajar. Dengan kata lain kondisi jasmani dan
rohani anak berpengaruh terhadap motivasi belajar anak. Lingkungan anak ini
meliputi lingkungan fisik seperti keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
lingkungan sosial seperti pear group, komunikasi dengan pengajar, orang tua,
dan sebagainya. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman
yang nakal dapat mengganggu kesungguhan belajar anak. Sebaliknya,
lingkungan yang nyaman dan indah, pergaulan antar teman, orang tua,
pengajar, masyarakat yang rukun akan memperkuat motivasi belajarnya. Oleh
karena itu, kondisi lingkungan yang sehat, kerukunan hidup dan rasa aman
perlu dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tertib, dan indah
maka semangat atau motivasi belajar mudah diperkuat.
c. Memperhatikan unsur-unsur dinamis, merupakan unsur yang berkembang
mengikuti perkembangan zaman yang dapat membangkitkan keinginan untuk
belajar. Seperti lingkungan budaya anak yang berupa surat kabar, majalah,
radio, televisi, dan sebagainya. Merupakan unsur dinamis dalam belajar dan
pembelajaran. Keadaan lingkungan budaya seperti tersebut diatas dapat
menumbuhkan motivasi belajar. Oleh karena itu, orang tua (pengajar)
profesional diharapkan mampu memanfaatkan unsur-unsur tersebut sebagai
sumber belajar anak untuk memotivasi belajarnya.
d. Upaya orang tua (pengajar) dalam membelajarkan anak yaitu partisipasi dan
teladan memilih perilaku yang baik sudah merupakan upaya membelajarkan
anak. Ada beberapa upaya pembelajaran yang dapat dilakukan oleh orang tua
(pengajar) dengan pemahaman tentang diri anak dalam rangka kewajiban
tertib belajar, pemanfaatan penguatan berupa reward dan punishmunt secara
tepat guna, dan mendidik dengan cinta belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Implementasi Model Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Anak
Asah-pena dan kedua keluarga homeschooler telah
mengimplementasikan Model Homeschool Montessori (unit pembelajaran/unit
studies) dan Model Homeschool Charlotte Mason, serta homeschooling
komunitas, tanpa melupakan minat dan kebutuhan anak seusianya.
Homeschooling menjadi pilihan bagi orang tua dan terus berkembang
dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (belief), pertumbuhan
homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di
sekolah formal. Keadaan pergaulan sosial disekolah formal yang tidak sehat juga
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling.
Tujuan Asah-Pena Malang dan kedua keluarga homeschooler untuk
memilih homeschooling sebagai pilihan untuk memperoleh pendidikan yang
terbaik. Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat,
fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki,
yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
Juga banyak pula alasan orang tua memilih homeschooling. Secara
general, alasan utama orang memilih homeschooling adalah tidak puas dengan
model sekolah umum (formal) dan ingin memberikan pendidikan yang berkualitas
kepada anak. Selain itu, ada yang melakukan homeschooling karena ada
kebutuhan khusus pada anak; misalnya autis, anak-fokus, berbakat, dsb. Oleh
karena itu mereka memilih dengan penuh pertimbangan untuk menentukan solusi
yang tepat untuk mengimplementasikan model homeschooling yang sesuai
dengan perkembangan anak.
2. Faktor penunjang dalam implementasi model homeschooling
Adapun faktor penunjang dalam implementasi model homeschooling
pada Asah Pena dan kedua keluarga homeschooler di Kota Malang, sebagai
berikut :
a. Fasilitas belajar mengajar yang lebih baik dan ruang gerak sosialisasi anak
semakin luas walaupun masih dalam batas-batas yang dapat dikendalikan.
b. Adanya kebutuhan-kebutuhan yang sama antara orang tua (Pengajar) dan anak
untuk membuat struktur yang lebih lengkap dalam meyelenggarakan aktivitas
pendidikan.
c. Orang tua dan pengajar akan lebih banyak mendapatkan dukungan karena
masing-masing dapat mengambil tanggung jawab dalam skala yang lebih
besar. Serta anak bisa belajar dari sumber manapun yang dapat dipelajarinya.
3. Faktor penghambat dalam implementasi model homeschooling
Sedangkan faktor penghambatnya, sebagai berikut :
a. Penyelenggara homeschooling memerlukan kompromi dan fleksibilitas untuk
menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitasnya.
b. Anak dengan keahlian atau berkebutuhan khusus, harus juga bisa
menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan sebagai
proses pembentukan jati diri.
c. Anggapan sepele dari masyarakat, bahwa anak homeschooling itu tidak
sekolah. Sehingga masyarakat menganggap bahwa homeschooling adalah
tidak belajar dan hanya buang-buang waktu saja.
4. Upaya mengatasi hambatan pada Implementasi Model
Homeschooling Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Asah Pena dan kedua keluarga homeschooler di Kota Malang memiliki
beberapa kesamaan dalam usahanya meningkatkan motivasi belajar anak, antara
lain :
a. Memberikan fasilitas untuk penunjang belajar anak, namun tidak melupakan
untuk selalu melakukan kontrol dan pengawasannya. Serta menambahkan
pengetahuan anak melalui praktek langsung dalam kehidupan nyata.
b. Dengan membiarkan anak merasakannya sebagai sebuah pengalaman. Yang
tidak takut untuk melakukan terobosan melalui kreasi tertentu untuk
membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak.
c. Memperhatikan faktor internal dan eksternal anak dengan baik dan segera
menangani dengan bijak, jika ternyata anak memiliki masalah dengan
lingkungan pergaulannya. Dengan tetap bangkitkan semangat dan motivasi
belajar anak tanpa terganggu dengan status pilihan belajarnya.
B. SARAN
Zaman yang semakin maju dengan beraneka teknologi ternyata telah
membuat dunia semakin panas dan penuh konflik. Tidak terkecuali dalam dunia
pendidikan. Penyatuan visi dan misi, teguh dalam menjalankan sistem belajar, dan
berbagai kurikulum yang ternyata sulit diterapkan dalam dunia pendidikan yang
sebenarnya. Hingga munculah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
melalui proses pendidikan yang berkualitas pula.
Adapun homeschooling, diharapkan menambah upaya dalam
meningkatkan motivasi belajar anak, sebagai berikut :
a. Mengenali ciri-ciri menurunnya semangat dan motivasi belajar anak. Dan
segera adakan perbaikan jika orang tua telah menemukan penyebab
menurunnya semangat dan motivasi belajar anak.
b. Ciptakan suasana sehat dan menyenangkan dalam keluarga. Senantiasa
tekankan keberhasilan yang hendak dicapai anak, dengan memberikan
penjelasan. Dengan menghindari memotivasi anak dengan mencaci maki atau
menyebut anak dengan sebutan yang menyakitkan hatinya.
c. Tetapkan prioritas utama yang harus diperbaiki oleh anak, dengan tetap
membiarkannya menikmati masa kanak-kanaknya. Tidak membanding-
bandingkan anak dengan anak yang lainnya, dengan orang tua/saudara
sekalipun orang tua berharap motivasi belajar anak akan bangkit karenanya.
d. Tidak menuntut anak untuk selalu sempurna dalam mengerjakan suatu tugas.
Dengan Memberikan teguran yang halus pada anak. Ucapan yang tidak
menyakiti hati anak akan mendorongnya untuk memperbaiki diri.
e. Atur dan tingkatkan jumlah belajar secara bertahap pada anak, hingga
akhirnya mencapai jumlah jam belajar seperti yang dikehendaki. Serta selalu
mengawasi tanpa mengekang seluruh kegiatannya untuk tetap menjaga
semangat belajarnya.
Karena semua membutuhkan proses dan pelatihan yang tidak sebentar.
Tak lupa pula peranan antara komunitas (Asah Pena) dan kedua keluarga
homeschooler Kota Malang yang tak lain adalah saling mendukung dan bahu-
membahu dalam meningkatkan motivasi belajar anak.
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahman Al-Akk, 2006, Cara Islam Mendidik Anak, Yogyakarta : Ad-Dawa’
Ahsin, M. Izza, 2007, Dunia tanpa Sekolah, Bandung : Read
Arifin. Anwar, 2003, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam
Undang-Undang Sisdiknas, Jakarta : Departemen Agama RI
Arikunto. Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Artikel Tabloid Senior Hola, “Sekolah di Rumah: Lebih Fleksibel” Dipublikasi
pada Rabu, 18 Januari 2006.
Azwar. Saifuddin, 2004, Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Cece Wijaya, 1996, Pendidikan Remedial-sarana pengembangan mutu sumber
daya manusia, Bandung : PT Remaja rosda karya.
Comment RSS · TrackBack URI Pendidikan Alternatif di Indonesia : Jump to
Comments,January 16, 2007
DIANNS, Majalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya,
Edisi 46 tahun XXV April 2007.
Dimyati. Mudjiono, 2002, Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta.
Direktorat pendidikan kesetaraan, 2006, Komunitas Homeschooling Sebagai
Satuan Pendidikan Kesetaraan, Jakarta.
Djamarah, 1991, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha
Nasional.
Faisal. Sanapiah, 1981, Pendidikan Luar Sekolah Didalam Sistem pendidikan dan
Pembangunan Nasional, Surabaya : Usaha Nasional.
Fatah Yasin, 2007, Makalah disampaikan dalam perkuliahan Akta IV UIN
Malang, mata kuliah Strategi Pembelajaran.
Hamidi, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Malang : UMM Press.
Hot Topic, 15 Dec 2006 Sumber: Majalah Inspire Kids. Home-schooling, Tak
Sekadar Belajar di Rumah.
Joesoef. Soelaiman, 1992, Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, Jakarta : Bumi
Aksara
Liza Desylanhi Wed, 20 Sep 2006 , Copyright © 2005 - 2007 VHRmedia.net -
Voice of Human Rights.
Loy Kho, 2007, Homescooling Untuk Anak Mengapa Tidak, Yogyakarta :
Kanisius
Mannan, Munthaha Abdul, 1993, Tafsir Al-Qur’an Tematis Mengupas Masalah
Pendidikan, Jember : Gita Bahana.
Martin Handoko, 1992, Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta:
Kanisius.
Mazhahiri, Husain. 2001. Pintar Mendidik Anak, Jakarta : PT Lentera Basritama.
Moleong. Lexy J., (a) 2002, Metodologi Penelitian Kualitataif, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Moleong. Lexy J., (b) 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT
Remaja Rosda Karya.
Muhammad Awwad, Jaudah. 1995. Mendidik Anak Secara Islami, Jakarta : Gema
Insani Press.
Mujib & Mudzakir. 2001. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Mulyasa, E., 2002, Menejement Berbasis Sekolah Dalam Konsep Stratgi &
Implementasi, Bandung : Rosda Karya.
Mustaqim, 2002, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN.
Najati. Usman, 2002, Belajar EQ & SQ Dari Sunnah Nabi, Jakarta : Hikmah.
Paul Subiyanto, 2004, Mendidik Dengan hati, Jakarta : PT Elex Media
Komputindo.
Purwanto. Ngalim, 2002, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda
Karya.
Sabri. Alisuf, 1983, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Saifullah & Maulana, 2005, Melejitkan Potensi Kecerdasan Anak, Yogyakarta :
Kata Hati.
Saifullah. Ali, 1982, Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan, Surabaya : Usaha
Nasional.
Saifullah & Nine. 2005. Melejitkan Potensi Anak, Jokjakarta : Kata Hati.
Santoso.Slamet& Joesoef. Soelaiman,1979, Pendidikan Luar sekolah, Surabaya :
C.V. Usaha Nasional.
Sardiman, 1968, Motivasi Dan penggerak Tingkah Laku, Yogyakarta: Kanisius.
Sardiman, 1989, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali
Press
Setiawan. Benni, 2006, Manifesto Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta : Ar-
Ruzz.
Seto Mulyadi, 2007, Homeschooling Keluarga Kak- Seto, Jakarta : Kaifa
Soemanto. Wasty, 1987, Psikologi Pendidikan-Landasan Kerja Pimpinan
Pendidikan, Jakarta : PT Bina Aksara.
Sukmadinata. Nana Syaodih, 2003, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Tabloid Mom & Kiddie, Edisi 14, Maret 2007.
Tadjab., 1994, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabaya : Karya Aditama.
Tafsir, 1993, Metodologi Pengajaran Pendidikan Islam, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Tri rahayu. Iin & Ardi Ardani. Tristiardi, 2004, Observasi Dan Wawancara,
Malang : Bayumedia.
Wasty. Soemanto, 1983, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Tabel I HASIL RAKER 5 MEI 2007
No
Bidang
Program
Catatan
1 P A U D 1. Menyediakan menu pembelajaran sesuai dgn kelompok usia
2. Parenting Class 1x seminggu (Sabtu) 3. Children Class 1 x seminggu (Sabtu) 4. Family Day 3 bulan sekali 5. Evaluasi tiap 6 bulan
Memakai metode Montessori 1 jam 2 jam outdoor activity
2 ANAK BERBAKAT Dan MARJINAL
1. Pendataan Hs yang memiliki bakat Istimewa
2. Bekerja sama dengan Forum Anak berbakat
3. Bekerja sama dengan Lembaga yang menangani ( Rumah Singgah/ LSM dll.)
3 ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
1. Mengadakan Pertemuan/Sharing dengan Orang tua Anak berkebutuhan khusus
2. Penyuluhan / pelatihan (Orang Tua) 3. Kunjungan ke pusat rehabilitasi medik/
sekolah ABK
Tujuannya saling menguatkan
4 HUMAS 1. Penerbitan Buletin 3 Bulan 1 kali 2. Mediasi dengan Institusi terkait 3. Mengadakan kerjasama dengan
Lembaga sekolah
Diusahakan gratis Unt. Kelancaran Ujian
5 LITBANG 1. Membuat WEB / BLOG 2. Pembuatan Angket ttg Hs &
Menganalisa 3. Mengadakan Pelatihan-pelatihan
E-mail [email protected]
6 PENGEMBANGAN JARINGAN
1. Sosialisasi Hs di Koran, Brosur 2. Pendataan semua peserta HS 3. Membantu Penyiapan Hs tunggal/
Komunitas
Menyiapkan contoh kurikulum, Mendata web atau alamat blog link Hs di Indonesia / luar
7 PARENTING 1. Mengadakan Tlakshow 1x sebulan 2. Mengadakan 1 x kegiatan Besar
Bisa bedah buku Untuk show force
8 PENDANAAN 1. Penggalangan dana Internal & Donatur 2. Penggalangan dana dgn kegiatan 3. Mendulang dana dengan menciptakan
produk
Iuran anggota & bantuan donator Mengadakan even besar Menciptakan buku, CD dll.
Tabel II PRINSIP MENU PEMBELAJARAN HOMESCHOOLING
Kelompok Bermain/
Taman Kanak-kanak
Usia 3-6 tahun
• Bermain dengan objek nyata yang ada di rumah dan sekitarnya
• Melatih motorik kasar dan halus
• Membaca, Berhitung, Knowledge/Kognitif, Agama dalam
kapasitas memori bukan seperti kapasitas sekolah formal
• Kemandirian: Memenuhi kebutuhan diri seperti makan sendiri,
mandi, pakai sepatu dan kemandirian dalam memilih apa yang
diinginkan dan disukai
• Kasih sayang dan cinta orang tua dengan pelukan, senyuman,
tatapan mata dan pengakuan akan harga diri dan pribadi anak
(kekuatan dan kelemahannya).
SD
6-12 tahun
• Belajar dengan objek nyata yang ada di sekitar rumah &
lingkungan
• Pada kelas rendah (kelas 1-3) menu pembelajaran sama
dengan kelompok usia 3-6 tahun hanya ada peningkatan menu
dari hanya memori menuju Thinking. Materi, waktu, metode
menyesuaikan dengan kebutuhan anak
• Pada kelas tinggi (kelas 4-6) menu sudah pada tahap berfikir
(thingking) dan analisis
• Kreatifitas melalui karya dan bentuk nyata
• Kemandirian & Agama menjadi pembiasaan yang harus
ditanamkan pada anak usia ini
• Kelekatan orang tua – anak menjadi dasar menuju usia baligh
SLTP –SLTA
12-18 tahun
• Pada usia ini menu pembelajaran dari hanya berfikir (thinking)
menjadi analisis suatu objek. Life skill bisa diberikan di usia
ini. Di usia ini anak juga sudah bisa memilih terhadap bidang
yang disukainya dan belajar bertanggung jawab atas
pilihannya.
Tabel III PILIHAN JADWAL MENU HOMESCHOOLING
KB/TK SD SMP-SMA
Physical
Education
Motor skill
Kreatifitas & Art
Membaca
Berhitung
Kemandirian
Science
Music
Cultural Studies
Drama & Menari
Cookery
Komputer
Menu arahan
(berjualan,
beternak,
bercocok tanam,
perbengkelan dll)
Physical Education
Motor skill
Kreatifitas & Art
Membaca
Berhitung
Kemandirian
Science
Music
Curtural Studies
Drama & Menari
Cookery
English Environtment
Sejarah Bangsa
Etika & moral
Menu arahan (berjualan, design
grafis, beternak, bercocok tanam,
perbengkelan dll)
Fisika
Kimia
Math
Music
Cookery
Cultural Studies
Bahasa Inggris
Sejarah Bangsa
Menu potensi (Design
Grafis, Perdagangan,
Peternakan, Pertanian,
Perbengkelan,
Tabel IV MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING (FEBRUARY-
MARCH 2007) MEET DATE MATERIALS AREAS OF MATERIALS
1 22/3 SCIENCE ABOUT AIR 2 27/2 OUTING SANAN 3 1/3 CULTURAL STUDIES TRADITIONAL MUSIC INSTRUMENT 4 6/3 OUTING TAREKOT 5 8/3 SCIENCE ANIMALS FOOD 6 13/3 OUTING TAMAN KRIDA BUDAYA 7 15/3 MATH CROSS WORD 8 20/3 OUTING TAMAN KRIDA BUDAYA 9 22/3 FINANCIAL
INTELLIGENT POCKET MONEY
10 27/3 OUTING - 11 29/3 SCIENCE ABOUT PLANE 12 29/3 REVIEW REVIEW
Tabel V MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING (APRIL 2007)
MEET DATE MATERIALS AREAS OF MATERIALS 1 3/4 OUTING - 2 5/4 CULTURAL STUDIES NATURE RESOURCE 3 10/4 OUTING 4 12/4 FINANCIAL
INTELLIGENT BUYING AND SELLING
5 17/4 OUTING - 6 19/4 SCIENCE APPLICABLE SCIENCE 7 24/4 OUTING - 8 26/4 CULTURAL STUDIES ECONOMIC ACTIVITY IN EVERY
PROVINCE 9 26/4 REVIEW REVIEW
Tabel VI MATERIALS MAPPING HOMESCHOOLING (MAY 2007)
MEET DATE MATERIALS AREAS OF MATERIALS 1 1/5 OUTING MALABAR FOREST 2 3/5 SCIENCE APPLICABLE SCIENCE
3 8/5 OUTING GO TO LIBRARY 4 10/5 CULTURAL STUDIES NATURE, SOCIAL AND CULTURE IN
EVERY PROVINCE 5 15/5 OUTING INTERVIEW WITH RIDER PEDICAB 17/5 HOLIDAY -
6 22/5 OUTING - 7 24/5 FINANCIAL
INTELLIGENT TO MAKE PROFITABLE
8 29/5 OUTING - 9 31/5 SCIENCE APPLICABLE SCIENCE
10 31/5 REVIEW REVIEW
Tabel VII
Portofolio
Cultural Studies Name : ………………………………. Date :………………………………..
Economic Activity
Number Economic activity in urban areas
Economic activity in rural areas
Tabel VIII PENILAIAN HOMESCHOOLING
Number Lesson Base Competension Indicator Report
1. Science Bersikap Ilmiah Mengembangkan Keingintahuan
Bekerja keras dan cerdas
Mengambil keputusan yang bertanggung jawab
2. Cultural Studies
Pengetahuan tentang keanekaragaman budaya, adat dan kebiasaan dari suatu daerah
Mengenali keanekaragaman budaya, adat dan kebiasaan dari suatu daerah
Melakukan observasi 3. Financial
Intelligent Membandingkan
Klasifikasi 4. Pengalaman Pengalaman langsung
Tabel IX GUIDELINE KESETARAAN
Paket A
Setara SD/MI
tahap awal
Paket A
Setara SD/MI
Paket B
Setara SMP/MTs
Paket C
Setara SMU/MA
595 jam/tahun 680 jam/tahun 816 jam/tahun 969 jam/tahun
180 hari/tahun 180 hari/tahun 180 hari/tahun 180 hari/tahun
3.3 jam/hari 3.8 jam/hari 4.5 jam/hari 5.4 jam/hari
34 mg/tahun 34 mg/tahun 34 mg/tahun 34 mg/tahun
30 SKS/semester 30 SKS/semester 34 SKS/semester 38 SKS/semester
@35 menit @ 40 menit @ 40 menit @45 menit
Tabel X RIWAYAT PENDIDIKAN FAWWAZ
15 juli 2002 Masuk Harapan Bunda Sentral pendidikan untuk anak dengan kebutuhan khusus, our school is member of autism society of America (ASA) Jl. Danau Bratan Timur VIII/I-30, Perum Sawojajar- Malang 22 Juli 2002 Masuk tiny ant class 1 and 2 Di happy kids (yayasan permata hati), Jl. Retawu no. 14 Malang 20 Desember 2002 Masuk play group B, berijazah Di my little island (C.L.L) development centre nursery, play group and kindergarten, Jl. Suropati no. 14 Malang 13 Juni 2003 Masuk: kindergarten A, berijazah Di my little island (C.L.L) development centre nursery, play group and kindergarten, Jl. Suropati no. 14 malang 29 Juli 2004 Masuk T.K A High, dari tingkatan : High, Medium, standard, barijazah di T.K Al-Ya’lu, Jl. Teluk Mandar no. 55 Malang 19 Juli 2005 Masuk sekolah : masuk T.K B High, dari tingkatan : High, Medium, standard, barijazah di T.K Al-Ya’lu, Jl. Teluk Mandar no. 55 Malang 17 Juli 2006 Masuk sekolah : SD IB, ICp (international class program) di SD Lab. UM (universitas negeri malang), Jl. Bogor no 19 malang 15 Januari 2007: Masuk Sekolah Dolan Muhajirin (Happy,Smart And Be The Winner) program : (OCC) outing class club and special class, di kavling grand executive blok M, griya shanta malang.
PRESTASI 21 April 2003 Acara hari kartini di Di my little island (C.L.L) development centre nursery, play group and kindergarten, Jl. Suropati no. 14 Malang 08 Agustus 2003 Sebagai pengisi acara, menyanyi beberapa lagu bahasa inggris. Di back school with CLC (my little island), di Atrium Plaza Araya Malang 29 Agustus 2004 Juara II English contest Di kindergarten championship 2004, present by 8 mile event organizer, di atrium plaza araya Malang. 19 Maret 2005 Juara harapan I menyanyi Di aksi dan kreasi 2005 T.K Unggulan al-ya’lu, Jl. Teluk mandar no. 55 malang 16 Januari 2006 Juara II lomba English vocabulary (kategori A) di pesta anak cerdas kdan kreatif palm kids, di Atrium Plaza Araya Malang 20 Januari 2006 Siswa barprestasi bidang pengembangan bahasa inggris di T.K al-ya’lu, Jl. Teluk Mandar no. 55 Malang 06 Agustus 2006 Juara II lomba puzzle (kategori 6-8 tahun) Di happy day, IMA (international mental aritmatika) di matos jl. Yogjakarta Malang 04 November 2006 Sebagai MC acara halal bi halal kelas 1b ICP di sd lab UM (universitas negeri malang) Jl. Bogor no 19 Malang 15 April 2007 Juara II lomba writing competition, category A (vocabulary) Di acara akubisa barbahasa inggris dan mandarin, heritage leaguage school, di Atrium Plaza Araya Malang
KURSUS 7 Juni 2004 Menyelesaikan menggambar tingkat pre-harmoni Di klub menggambar harmoni, cara kreatif membuat kreatif, Jl. Simpang Borobudur No. 33 Malang 10 April 2005 Menyelesaikan pendidikan piano KMA 1 (kursus music anak) Di yayasan music Indonesia, sekolah musik Jl. Lombok no. 5 Malang 14 Agustus 2005 Menyelesaikan pendidikan piano KMA 2 (kursus music anak) Di yayasan music Indonesia, sekolah musik Jl. Lombok no. 5 Malang 10 November 2005 Menyelesaikan pendidikan piano KMA 3 (kursus music anak) Di yayasan music Indonesia, sekolah musik Jl. Lombok no. 5 Malang 14 Pebruari 2006 Menyelesaikan pendidikan piano KMA 4 (kursus music anak) Di yayasan music Indonesia, sekolah musik Jl. Lombok no. 5 Malang 26 Agustus 2006 Menyelesaikan kursus bahasa inggris (elementary) Di [‘I : zi ] leaguage training, Jl. Panglima sudirman E 117 Malang 24 Desember 2006 Kursus bola basket (junior) Di perkumpulan bola basket “bima sakti”, Jl. S. supriadi no. 91 Malang
Tabel XI DAFTAR MATA PELAJARAN NABIL
Jam Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu
1. Bahasa
Inggris
Matematika Matematika Matematika Bahasa
Inggris
Matematika
2. Bahasa
Inggris
Matematika Matematika Matematika Bahasa
Inggris
Matematika
3. Sains Sains Sains Sains Teknologi Informasi
Dan Komunikasi
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
4. Sains Sains Sains Sains Teknologi Informasi
Dan Komunikasi
Teknologi Informasi Dan Komunikasi
GAMBARAN BIODATA SUBJEK
a. Gambaran Subjek Pengajar pada anak homeschooling
Nama : Ana Meirawati
Tempat/Tgl Lahir : Malang, 05-08-1976
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S2
Pekerjaan : Guru
Alamat : Jl. Kolonel Sugiono V/12, RT 09/RW 03
b. Gambaran Subjek Orang Tua Anak Homeschool
1). Keluarga Homeschooler pertama.
AYAH Nama : Agus Setiawan
Tempat/Tgl Lahir : Bojonegoro, 21-06-1969
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan PT. OI Otsuka Indonesia
Alamat : Jl. Ciliwung II No. 38 A RT 07/RW 07
IBU Nama : Hasbiyah Baharuddin
Tempat/Tgl Lahir : Tarakan, 23-09-1971
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Ciliwung II No. 38 A RT 07/RW 07
2). Keluarga Homeschooler kedua
AYAH Nama : Lukman Hakim
Tempat/Tgl Lahir : Malang, 31-08-1966
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : swasta (ketua asah pena malang)
Alamat : Villa Bukit Tidar A-4/209
IBU Nama : Titin Nurhamidah
Tempat/Tgl Lahir : Serang, 11-05-1970
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Guru TK
Alamat : Villa Bukit Tidar A-4/209
c. Gambaran Subjek Anak Homeschooling
1). Anak Pertama
Nama : Muhammad Fawwaz Musyaffa’
Tempat/Tgl Lahir : Malang, 18-01-2000
Usia : 7 Tahun 4 Bulan
Tingkat kelas : 1 SD
2). Anak kedua
Nama : Ahmad Nabil Fathoni
Tempat/Tgl Lahir : Malang, 24-02-2000
Usia : 7 Tahun 3 Bulan
Tingkat kelas : 1 SD
PAPARAN INFORMASI DARI WAWANCARA 1. Pengajar Homeschooling Pengamatan Dan Wawancara Dengan Ibu Ana Meirawati Hari Selasa, 15 Mei 2007. Pukul 09.15-11.45 wib di Sekolah Dolan
No Refleksi Interview Observasi Analisis 1. Tingkat pengetahuan
pengajar terhadap tingkat kebutuhan anak didiknya dalam belajar. Serta lingkungan belajar yang sangat mendukung
Iya, sebenarnya tempat ini di pinjamkan sementara, insya allah pada awal bulan Juni kita sudah mempersiapkan untuk Out Class, akan tetapi selama anak merasa nyaman dalam belajarnya, baik sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk lingkungan belajarnya selama ini sangat mendukung anak-anak lebih berkonsentrasi dalam belajarnya.
Subjek
ke
mampdan mendengbai
berusaha mencukupi
butuhan anak dalam belajar, mulai
elajari getahui an sangat
k. Serta lingkungan
mendukung dalam proses belajarnya.
yang
2 Anak lebih suka belajar bersama dengan subjek (pengajar) selama proses belajar mengajar berlangsung, karena subjek telah mengerti tentang kebutuhan belajar anak dan apa yang di minatinya. Subjek juga mengetahui posisi mana yang di pegang dan yang akan dilakukan, karena sebagai pengajar perlunya pendampingan saat anak belajar.
-Iya, kedua anak tersebut lebih suka belajar bersama-sama, karena keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Juga lingkungan atau kejadian yang ada disekitarnya.
-Iya, karena belajar dan pendampingan belajarnya bersama dengan kami pengajar khususnya orang tua. Jadi kita harus proaktif mendampinginya. Oleh karena itulah saya sebagai pengajar dengan anak seperti teman bermain dan belajarnya.
Subjek sangat mengetahui dan mengerti tentang kebutuhan anak dan apa yang
inatinya. Serta selalu
mberikan kesempatan buat anak untuk memilih inisiatif sendiri dalam
rnya.
dim
me
belaja
mesebapendamdan
Subjek juga mposisikan
gai ping
teman bermain dan belajar anak.
3 Meratanya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat,
-Pada dasarnya masyarakat awam belum mengerti
Pada saat wawancara berlangsung subjek, nampak sangat bersahabat dengan penerimaan yang hangat (repport yang baik), Bahkan subjek nampak antusias dalam menjawab. Saat proses wawancara berlangsung cukup lama Subjek semakin nampak nyaman dan rileks. Terbukti pada saat subjek menjelaskan seluruh jawabannya dengan penjelasan yang sangat jelas dan sefleksibel mungkin. Sangat nampak pula, bahwa apa yang di lakuakan dan dipilih adalah yang terbaik buat anak. Subjek tidak nampak resah atau ragu-ragu dalam menjawab, sebaliknya subjek terlihat sangat serius dan konsisten saat menjawabnya.
Sosialisasi homeschooling belum merata,
supaya masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal saja. Akan tetapi subjek pendidikan punya hak pilih untuk pendidikan yang akan diperolehnya.
tentang home-schoolig dan cenderung menggangap ini sebagai hal yang merancukan sistem pendidikan indonesia. Tapi setelah masyarakat tahu, responnya cenderung positif. Dan di jadikan suatu pilihan untuk pendidikan putera puteri mereka.
kurangnya informasi masyarakat tentang pendidikan selain pendidikan formal, sehingga masyarakat masih melekat dan mengenal pendidikan formal saja.
4 Subjek menggunakan model homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis home-school komunitas, dengan kesepakatan antara pengajar, orang tua dan anak. Bertujuan hanya untuk menjadikan anak lebih nyaman, fleksibel dalam belajarnya dan cinta belajar. Subjek sebelum memutuskan sebagai pengajar homeschooling, subjek banyak mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan teman-teman. Tujuannya, subjek menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya. Subjek juga memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun dan dengan siapapun. Serta
Iya, disini menggunakan homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan.
-Mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya dari buku-buku, internet, shering sama teman.
-Lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
-Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum
Subjek menggunakan model yang dipilih atas kesepakatan oleh komunitas yaitu antara asah pena, orang tua dan anak, yang ingin membuat anak nyaman dan fleksibel dalam belajar yang sesuai dengan bidang yang diminatinya. Subjek mempelajari terlebih dulu tentang Homeschooling, serta mempersiapkannya, mendiskusikan dengan anak, keluarga, dan teman. serta anak bebas memilih dan membuat kesepakatan bersama. Subjek hanya menginginkan supaya anak lebih maju, dan tidak
memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, sebagai bahan evaluasi untuk pengajar, orang tua dan anak lebih tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Subjek merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena subjek hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Subjek juga tidak kehabisan akal dalam memberikan inisiatif baru, demi lancarnya dalam melakukan Homeschooling. Subjek juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar.
sendiri. Sistem evaluasinya dengan protofolio.
-Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan kedisiplinan atau mood anak. Juga dari masyarakat yang memandang remeh metode balajar ini.
-Dalam upaya mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
terkuburnya potensi dan minatnya. Subjek dan lingkungan belajar disana, berusaha sebagai motivator anak untuk giat dan rajin belajar. Subjek juga ingin anak tidak terhambat dan tidak terlambat dalam belajar. Juga tidak mengubur potensi dan krativitas anak. Subjek tidak pantang menyerah dalam tujuannya.
5 Subjek sebagai -Kedua anak tersebut Subjek
pengajar pun berusaha mengerti apa yang dinginkan anak. Dan subjek perlu untuk mengenal pola belajar anak. Subjek juga sebagai pendamping setia anak dalam belajar.
hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin mereka melebihi teman-temannya yang setingkat dengan mereka di sekolah formal, apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Mereka juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri. Mereka suka memberikan inisiatif-inisiatif baru dalam materi belajarnya.
mengerti apa yang diinginkan oleh anak, sehingga subjek terus mendampingi anak dalam belajar.
2. Keluarga Bapak Agus Setiyawan Pengamatan Dan Wawancara Dengan Ibu Hasbiyah Baharuddin Hari Jum’at, 11 Mei 2007. Pukul 14.00-16.00 wib di Kediaman.
No Refleksi Interview Observasi Analisis 1 Dari tingkat
pengetahuan orang tua terhadap tingkat kebutuhan anak dalam belajar. Serta lingkungan yang baik bagi anak sebagai tempat belajarnya.
-Iya, tapi cuma perlu memperluas rumah, sedangkan disini tidak ada lahan. Pada umumnya untuk fasilitas anak belajar sudah baik. -Iya, karena belajar tidak hanya dirumah saja, diluarpun bisa. Dengan mengamati lingkungan, perilaku masyarakat, dan perkembangannya. Seperti mengapa bencana ; banjir, gempa, tsunami, dll.
Subjek
w
merasa puas dan nyaman belajar bersama anak,
alaupun sedikit merasa kurang
nya rumah. luas
satu
Subjek menyadari bahwa belajar tidak hanya di
tempat. Bisa dimana saja, kapan saja dan pada siapa saja.
2 Anak lebih suka -Iya, karena disekolah
Pada saat wawancara berlangsung subjek, nampak sangat antusias dalam menjawab. Subjek juga nampak berkali-kali mengekspresikan kekecewaannya pada sistem pendidikan formal disekolah, khususnya pada sistem belajar mengajar. Sangat Subjek
belajar bersama dengan keluarga (orang tua), karena subjek telah mengerti tentang kebutuhan belajar anak dan apa yang di minatinya. Orang tua juga mengetahui posisi mana yang di pegang dan yang akan dilakukan, karena sebagai orang tua perlunya pendampingan saat anak belajar. Karena setiap anak itu unik, dia akan melakukan apapun yang di inginkan sedangkan temannya tidak dapat melakukannya, begitu pula sebaliknya.
formal anak saya tidak bisa belajar dengan leluasa, untuk konsentrasi anak saya memang perlu dibantu, sebelumnya anak saya memang sangat berbeda dengan anak-anak lain. Dia sangat memperlukan perhatian yang khusus, pernah diklasifikasikan sebagai anak gangguan ADHD dan disleksia. -Iya, karena disini saya sebagai teman belajar bermain anak saya, sehingga mau tidak mau saya harus menemaninya dalam belajar. Dan saya juga tidak pernah mentolerir anak karena nakal.
me
se
mberikan perhatian lebih pada anak
hingga sebagai orang tua subjek sangat
getahui butuhan aknya.
menkean
Subjek posisiskan
dirinya sebagai an belajar
dan bermain anak.
mem
tem
3 Perlunya berbagi pengetahuan, pengalaman, dan shering tentang perkembangan anak. Juga perlunya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal saja.
-Iya, memang pada awalnya masyarakat masih belum mengenal dengan sistem homeschooling. Tapi setelah kami beri pengertian, maka akhirnya masyarakat pun mendukung fawwaz untuk melakukan homeschooling, bahkan ada yang tertarik melakukan homeschooling pada anak mereka.
Subjek dapat sering berbagi pengetahuan, pengalaman, dan shering tentang perkembangan anak.
4 Subjek menggunakan model homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis home-school komunitas, dengan kesepakatan antara orang tua dan anak. Demi menjadikan anak lebih nyaman dan fleksibel dalam belajarnya. Subjek sebelum memutuskan untuk melakukan
-Iya, kami melakukan homeschooling komunitas dan model homeschooling Unit studies. Model ini memakai minat anak dalam suatu subjek dan menyatukannya dalam bidang-bidang, antara lain matematika, bahasa, sains, dan outing. -Pada awalnya anak saya juga pernah sekolah formal, setelah 1 semester, saya berserta keluarga memutuskan
nampak pula, bahwa apa yang di lakuakan dan dipilih adalah yang terbaik buat anak. Subjek tidak nampak resah atau ragu-ragu dalam menjawab, sebaliknya subjek terlihat sangat berapi-api saat menjawabnya Subjek juga nampak nyaman dalam proses wawancara berlangsung dengan menjelaskan dengan sangat jelas dan sefleksibel mungkin. .
Subjek lebih mengetahui jenis dan model Homeschooling yang seperti apa dan bagaimana yang terbaik buat belajar anak. Subjek memahami tingkat kebutuhan yang paling mendasar
homeschooling, subjek banyak mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan keluarga. Dan tujuan, subjek menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya. Subjek memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Subjek merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena subjek hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Subjek juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Subjek juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya
untuk melakukan home-scooling pada anak kami, karena ketidak puasan kami pada sistem pendidikan yang ada, yang membuat anak saya tidak merasa nyaman dalam belajar. Kami mengetahui dari informasi televisi dan internet, yang kemudian masuk ke komunitas. -Kami bertujuan agar anak mendapatkan pola atau metode belajar yang sesuai denga kebutuhan dan karakteristiknya. -Kami mengikuti metode dan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak seusianya (setingkatnya), yang selanjutnya di tambahkan sesuai keinginannya dan ketertarikan (minat)-nya. Sedangkan evaluasi di lakukan dengan memberikan latihan-latihan soal yang biasa di gunakan anak-anak SD setingkatnya. -Salah satu penunjangnya adalah informasi dari internet tapi bukan yang utama, buku-buku, majalah, serta masuk komunitas. Sedangkan faktor penghambat utama yaitu anak yang kelebihan energi untuk melakukan banyak aktivitas dan kami orang tua kelelahan mengimbanginya.
bagi anak. Subjek hanya ingin memberikan pendidikan yang terbaik buat anak. Subjek memberikan metode dan materi yang sesuai dengan keinginan dan minat anak. subjek terus mencari informasi dan pengetahuan yang banyak tentang homeschooling
anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar. Dengan memberikan pola belajar yang nyaman, efektif dan fleksibel ala homeschooling.
5 Subjek sangat mengerti apa yang dinginkan anak. Sebagai orang tua subjek juga sangat mengenal pola belajar anak. Subjek juga selalu mendampingi anak dalam belajarnya
-Anak mudah mengingat materi, akan tetapi short memorinya lemah. Pengetahuan anak dalam menguasai mata pelajaran tinggi. Dan hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar dirumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang tua khususnya ibu sebagai guru sekaligus motivator bagi anak.
Subjek selain menjadi guru dalam belajar, juga sebagai pendambing dan motivator bagi anak.
3. Keluarga Bapak Lukman Hakim Pengamatan Dan Wawancara Dengan Bapak Lukman Hakim Hari Jum’at, 11 Mei 2007. Pukul 09.00-11.16 wib di Sekolah Dolan
No Refleksi Interview Observasi Analisis 1. Di pelajari dari
tingkat pengetahuan orang tua terhadap tingkat kebutuhan anak dalam belajar. Serta lingkungan yang sangat mendukung
Iya, selama anak merasa nyaman dalam belajarnya, baik saran dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk lingkungan diluar rumah sangat mendukung anak saya lebih berkonsentrasi dalam belajarnya.
Pada saat wawancara berlangsung subjek, nampak sangat antusias dalam menjawab. Subjek juga nampak nyaman dalam proses wawancara dengan menjelaskan dengan sangat jelas dan sefleksibel mungkin. Sangat nampak pula, bahwa apa yang di lakuakan dan dipilih adalah yang terbaik buat anak. Subjek tidak nampak resah atau ragu-ragu dalam menjawab, sebaliknya subjek terlihat sangat berapi-api saat menjawabnya.
Subjek sangat baik dalam mengetahui dan berusaha mencukupi kebutuhan anak dalam belajar. Serta lingkungan yang mendukung dalam proses belajarnya.
2 Anak lebih suka belajar bersama dengan keluarga (orang tua), karena subjek telah mengerti tentang kebutuhan belajar anak dan apa yang di minatinya. Orang tua juga mengetahui posisi mana yang di pegang dan yang akan dilakukan, karena sebagai orang tua perlunya pendampingan saat anak belajar.
-Iya, anak saya lebih suka belajar bersama-sama, karena keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
-Iya, karena belajar dan pendampinagn belajarnya bersama dengan kami (keluarga khususnya orang tua). Jadi kita harus proaktif mendampinginya. Oleh karena itulah saya dengan anak saya seperti satu tim.
Subjek mengerti tentang kebutuhan anak dan apa yang diminatinya. Subjek memposisikan sebagai pendamping dan tim belajar dan bermain anak.
3 Perlunya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal.
-Pada awalnya masyarakat belum mengerti tentang home-schoolig dan cenderung menggangap ini sebagai hal sepele. Tapi setelah masyarakat tahu, responnya cenderung positif
Sosialisasi homeschooling belum merata, kurangnya informasi masyarakat tentang pendidikan selain pendidikan formal, sehingga masyarakat masih melekat dan mengenal pendidikan formal saja.
4 Subjek menggunakan model homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis homeschool komunitas,
Iya, homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu subjek dan kemudian
Subjek menggunakan model yang dipilih, yang membuat anak nyaman dan fleksibel dalam belajar yang sesuai dengan
dengan kesepakatan antara orang tua dan anak. Demi menjadikan anak lebih nyaman dan fleksibel dalam belajarnya. Subjek sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling, subjek banyak mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan keluarga. Dan tujuannya, subjek menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya. Subjek memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Subjek merasa
menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan.
-Mengetahui dari buku-buku, internet, shering sama teman dan keluarga. Kemudian setalah satu tahun belajar tentang homeschooling, mencari literatur yang mendukung baru memulai daftar ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler, sebelumnya membuat kesepakatan terlebih dahulu antara saya (orang tua) dan anak.
-Meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, relatif murah, yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
-Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri. Sistem evaluasinya dengan protofolio.
-Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan
bidang yang diminatinya. Subjek mempelajari terlebih dulu tentang homeschooling, serta mempersiapkannya, mendiskusikan dengan anak dan anak bebas memilih juga membuat kesepakatan bersama. Subjek hanya menginginkan supaya anak lebih maju, dan tidak terkuburnya potensi dan minatnya. Subjek sebagai motivator anak untuk giat dan rajin belajar. Subjek juga ingin anaknya tidak terhambat dalam menuntut ilmu/belajar.
bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena subjek hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Subjek juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Subjek juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar.
kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan kedisiplinan atau mood anak, serta anggapan sepele dari masyarakat.
-Dalam mengatasi hambatan dengan mendirikan komunitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan berkomunikasi.
Subjek tidak pantang menyerah dalam tujuannya.
5 Subjek mengerti apa yang dinginkan anak. Sebagai orang tua perlunya subjek untuk mengenal pola belajarnya. Subjek juga harus mendampingi anak dalam belajarnya.
-Anak saya hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin anak saya melebihi teman-temannya,
Subjek mengerti apa yang diinginkan oleh anak, sehingga subjek terus mendampingi anak dalam belajar.
apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Anak saya juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri.
1. Wawancara Dengan Pengajar Homeschooling bersama Ibu Ana Meirawati Hari Selasa, 15 Mei 2007. Pukul 09.15-11.45 wib di Sekolah Dolan Peneliti : Apakah faktor lingkungan disini, sangat mendukung anak lebih nyaman dalam
proses belajar berlangsung ? Responden : - Iya, sebenarnya tempat ini di pinjamkan sementara, insya allah pada awal bulan
Juni kita sudah mempersiapkan untuk Out Class, akan tetapi selama anak merasa nyaman dalam belajarnya, baik sarana dan prasarana disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk lingkungan belajarnya selama ini sangat mendukung anak-anak lebih berkonsentrasi dalam belajarnya
Peneliti : Apakah kedua anak tersebut, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ?
Responden : -Iya, kedua anak tersebut lebih suka belajar bersama-sama, karena keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Juga lingkungan atau kejadian yang ada disekitarnya.
Peneliti : Apakah anda suka menemani atau membantu apabila anak mengalami kesulitan belajar ?
Responden : -Iya, karena belajar dan pendampingan belajarnya bersama dengan kami pengajar khususnya orang tua. Jadi kita harus proaktif mendampinginya. Oleh karena itulah saya sebagai pengajar dengan anak seperti teman bermain dan belajarnya.
Peneliti : Bagaimanakah reaksi masyarakat, bahwa adanya pendidikan baru yaitu homeschooling ?
Responden : -Pada dasarnya masyarakat awam belum mengerti tentang home-schoolig dan cenderung menggangap ini sebagai hal yang merancukan sistem pendidikan indonesia. Tapi setelah masyarakat tahu, responnya cenderung positif. Dan di jadikan suatu pilihan untuk pendidikan putera puteri mereka.
Peneliti : Apakah anda juga menggunakan model pelaksanaan homeschooling, model dan jenis apakah yang anda terapkan pada anak?
Responden :-Iya, disini menggunakan homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, dan outing. Serta versi pengajar dan inisiatif anak juga yang mengarahkan.
Peneliti : Dari manakah anda mengetahui homeschooling, serta bagaimana proses awal pelaksanaannya ?
Responden :-Mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya dari buku-buku, internet, shering sama teman. Dengan kecintaan saya terhadap anak maka saya memulai untuk mengabdikan ilmu saya untuk anak.
Peneliti : Apakah tujuan anda dalam melaksanakan model homeschooling ini ? Responden : -Hanya ingin lebih meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel
dalam materi, meningkatkan potensi dan kreatifitas yang anak miliki, yang terpenting supaya anak tidak terhambat.
Peneliti : Bagaimanakah materi, metode, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam melaksanakan model homeschooling tersebut ?
Responden : -Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Untuk materi mengkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri. Sistem evaluasinya dengan protofolio.
Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ?
Responden : -Tidak semua sekolah formal bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, materi yang sudah disesuaikan, modul, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedangkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan kedisiplinan atau mood anak. dari masyarakat.
Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model hoschooling tersebut ?
Responden :-Dalam upaya mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis Homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan menjalin komunikasi yang baik dengan anak.
Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling?
Responden :-Kedua anak tersebut hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin mereka melebihi teman-temannya yang setingkat dengan mereka di sekolah formal, apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Mereka juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan dengan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri. Mereka suka memberikan inisiatif-inisiatif baru dalam materi belajarnya.
Wawancara dengan Pengajar Homeschooling bersama Ibu Ana Meirawati Hari Kamis, 24 Mei 2007. Pukul 09.45-11.34 wib di Sekolah Dolan Peneliti : Menurut anda tugas sebagai pengajar, pentingkah memperhatikan kebutuhan dan
memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ? Responden: -Sebagai seorang pengajar sudah mempunyai kewajiban untuk menambah tingkat
pengetahuan terhadap kebutuhan anak dalam belajar. Serta lingkungan belajarnya.
Peneliti : Sebagai seorang pengajar, apakah anda bisa menarik perhatian anak untuk suka belajar ?
Responden: -Kedua anak tersebut lebih suka belajar bersama saya dari pada di sekolah formal khususnya fawwaz yang pernah 1 semester duduk dibangku sekolah. Selama proses belajar mengajar berlangsung, karena saya tidak kurang dan tidak lebih telah mengerti tentang kebutuhan belajar anak dan apa yang di minati mereka.
Peneliti : Bagaimana anda memposisikan sebagai pengajar bagi anak ? Responden:-Saya juga lebih banyak belajar untuk mengetahui posisi mana yang akan saya
lakukan, sehingga anak lebih antusias dalam belajarnya, karena saya sebagai pengajar perlunya pendampingan saat anak belajar.
Peneliti : Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling ? Responden:-Meratanya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya
masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal saja. Akan tetapi masyarakat sebagai subjek dari pendidikan punya hak pilih untuk pendidikan yang akan diperolehnya.
Peneliti : Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang anda terapkan ?
Responden:-Saya menerapkan model Homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis home-school komunitas, dengan kesepakatan antara pengajar, orang tua dan anak. Bertujuan hanya untuk menjadikan anak lebih nyaman, fleksibel dalam belajarnya dan cinta belajar.
Peneliti : Bagaimana anda mengetahui homeschooling, serta proses awal pelaksanaannya ? Responden: -Saya sebelum memutuskan sebagai pengajar homeschooling, saya banyak
mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan teman-teman. Sedangkan tujuan yang ingin saya capai yaitu saya hanya menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya.
Peneliti : Bagaimanakah anda memberikan materi, metode, serta sistem evaluasi pada pelaksanaan model tersebut ?
Responden:-Saya memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun dan dengan siapapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, sebagai bahan evaluasi untuk pengajar, orang tua dan anak lebih tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya.
Peneliti : Apa yang anda harapkan pada pendidikan yang sekarang, khususnya homeschooling ?
Responden:-Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar.
Peneliti : Bagaimana yang anda lakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses belajar dengan model homeschooling ini ?
Responden:-Saya juga tidak kehabisan akal dalam memberikan inisiatif baru, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar.
Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
Responden :-Saya sebagai pengajar pun berusaha mengerti apa yang dinginkan anak. Dan saya perlu untuk mengenal pola belajar anak. Saya juga sebagai pendamping setia anak dalam belajar.
2. Wawancara Dengan Keluarga Bapak Agus Setiyawan bersama Ibu Hasbiyah Baharuddin Hari Jum’at, 11 Mei 2007. Pukul 14.00-16.00 wib di Kediaman. Peneliti : Apakah faktor lingkungan disini, sangat mendukung anak lebih nyaman dalam
proses belajar berlangsung ? Responden:-Dalam hal ini sebagai orang tua kami lebih menambah pengetahuan terhadap
kebutuhandan minat anak dalam belajar. Serta lingkungan yang baik bagi anak sebagai tempat belajarnya.
Peneliti : Apakah kedua anak tersebut, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ?
Responden:-Anak saya lebih suka belajar bersama dengan keluarga (orang tua), karena saya berusaha untuk memberikan yang terbaik baginya, sesuai dengan kebutuhan belajar dan apa yang di minatinya.
Peneliti : Apakah anda suka menemani atau membantu apabila anak mengalami kesulitan belajar ?
Responden:-Saya sebagai orang tua juga mengetahui posisi mana yang di pegang dan yang akan saya lakukan, karena sebagai orang tua perlunya pendampingan saat anak belajar. Karena setiap anak itu unik, dia akan melakukan apapun yang di inginkan sedangkan temannya tidak dapat melakukannya, begitu pula sebaliknya.
Peneliti : Bagaimanakah reaksi masyarakat, bahwa adanya pendidikan baru yaitu homeschooling ?
Responden:-Perlunya berbagi pengetahuan, pengalaman, dan shering tentang perkembangan anak. Juga perlunya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal saja.
Peneliti : Apakah anda juga menggunakan model pelaksanaan homeschooling, model dan jenis apakah yang anda terapkan pada anak?
Responden :-Saya menggunakan model Homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis home-school komunitas, dengan kesepakatan antara orang tua dan anak. Demi menjadikan anak lebih nyaman dan fleksibel dalam belajarnya.
Peneliti : Dari manakah anda mengetahui homeschooling, serta bagaimana proses awal pelaksanaannya ?
Responden :-Saya sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling, saya banyak mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan keluarga.
Peneliti : Apakah tujuan anda dalam melaksanakan model homeschooling ini ? Responden :-Dan tujuan, saya menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju
baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya. Peneliti : Bagaimanakah materi, metode, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam
melaksanakan model homeschooling tersebut ? Responden :-Saya memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan
dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya. Dan dengan memberikan pola belajar yang nyaman, efektif dan fleksibel ala homeschooling.
Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ?
Responden:-Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar.
Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model hoschooling tersebut ?
Responden:-Saya juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Saya juga tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuannya, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar.
Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menuru atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling?
Responden:-Saya sangat mengerti apa yang dinginkan anak. Sebagai orang tua saya juga sangat mengenal pola belajar anak. Saya juga selalu mendampingi anak dalam belajarnya.
Wawancara Dengan Keluarga Bapak Agus Setiyawan bersama Ibu Hasbiyah Baharuddin Hari Senin, 21 Mei 2007. Pukul 12.15-14.10 wib di Kediaman Peneliti : Menurut anda tugas sebagai orang tua, pentingkah memperhatikan kebutuhan dan
memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ? Responden:-Iya, tapi cuma perlu memperluas rumah, sedangkan disini tidak ada lahan. Pada
umumnya untuk fasilitas anak belajar sudah baik. karena disekolah formal anak saya tidak bisa belajar dengan leluasa, untuk konsentrasi anak saya memang perlu dibantu, sebelumnya anak saya memang sangat berbeda dengan anak-anak lain. Dia sangat memperlukan perhatian yang khusus, pernah diklasifikasikan sebagai anak gangguan ADHD dan disleksia.
Peneliti : Sebagai seorang pengajar, apakah anda bisa menarik perhatian anak untuk suka belajar ?
Responden:-Iya, karena belajar tidak hanya dirumah saja, diluarpun bisa. Dengan mengamati lingkungan, perilaku masyarakat, dan perkembangannya. Seperti mengapa bencana ; banjir, gempa, tsunami, dll.
Peneliti : Bagaimana anda memposisikan sebagai orang tua sekaligus pengajar bagi anak ? Responden:-Iya, karena disini saya sebagai teman belajar juga bermain anak saya, sehingga mau
tidak mau saya harus menemaninya dalam belajar. Dan saya juga tidak pernah mentolerir anak karena nakal.
Peneliti : Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling ? Responden:-Memang pada awalnya masyarakat masih belum mengenal dengan sistem
homeschooling. Tapi setelah kami beri pengertian, maka akhirnya masyarakat pun mendukung fawwaz untuk melakukan homeschooling, bahkan ada yang tertarik melakukan homeschooling pada anak mereka
Peneliti : Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang anda terapkan ?
Responden:-Kami melakukan Homeschooling komunitas dan model Homeschooling Unit studies. Model ini memakai minat anak dalam suatu saya dan menyatukannya dalam bidang-bidang, antara lain matematika, bahasa, sains, dan outing.
Peneliti : Bagaimana anda mengetahui homeschooling, serta proses awal pelaksanaannya ? Responden:-Pada awalnya anak saya juga pernah sekolah formal, setelah 1 smtr, saya berserta
keluarga memutuskan untuk melakukan home-scooling pada anak kami, karena ketidak puasan kami pada sistem pendidikan yang ada, yang membuat anak saya tidak merasa nyaman dalam belajar. Kami mengetahui dari informasi televisi dan internet, yang kemudian masuk ke komunitas.
Peneliti : Bagaimanakah anda memberikan materi, metode, serta sistem evaluasi pada pelaksanaan model tersebut ?
Responden:-Kami mengikuti metode dan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan anak seusianya (setingkatnya), yang selanjutnya di tambahkan sesuai keinginannya dan ketertarikan (minat)-nya. Sedangkan evaluasi di lakukan dengan memberikan latihan-latihan soal yang biasa di gunakan anak-anak SD setingkatnya.
Peneliti : Apa yang anda harapkan pada pendidikan yang sekarang, khususnya homeschooling ?
Responden:-Kami hanya ingin agar anak mendapatkan pola atau metode belajar yang sesuai denga kebutuhan dan karakteristiknya.
Peneliti : Bagaimana yang anda lakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses belajar dengan model homeschooling ini ?
Responden:-Salah satu penunjangnya adalah informasi dari internet tapi bukan yang utama, buku-buku, majalah, serta masuk komunitas. Sedangkan faktor penghambat utama yaitu anak yang kelebihan energi untuk melakukan banyak aktivitas dan kami orang tua kelelahan mengimbanginya. Untuk upayanya kami bisa mendiskusikannya dengan keluarga dan dengan komunitas.
Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ? Responden:-Anak mudah mengingat materi, akan tetapi shot memorynya lemah. Pengetahuan
anak dalam menguasai mata pelajaran tinggi. Dan hampir tidak ada hambatan dalam proses belajar mengajar dirumah, karena anak sudah terbiasa dengan orang tua khususnya ibu sebagai guru sekaligus motivator bagi anak.
3. Wawancara Dengan Keluarga Bapak Lukman Hakim Hari Jum’at, 11 Mei 2007. Pukul 09.00-11.16 wib di Sekolah Dolan Peneliti : Apakah faktor lingkungan disini, sangat mendukung anak lebih nyaman dalam
proses belajar berlangsung ? Responden:-Iya, selama anak merasa nyaman dalam belajarnya, baik saran dan prasarana
disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak. Untuk lingkungan diluar rumah sangat mendukung anak saya lebih berkonsentrasi dalam belajarnya.
Peneliti : Apakah kedua anak tersebut, lebih antusias belajar bersama anda, dari pada belajar di sekolah formal ?
Responden:-Iya, anak saya lebih suka belajar bersama-sama, karena keingintahuannya lebih besar tentang hal-hal bersifat umum yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Peneliti : Apakah anda suka menemani atau membantu apabila anak mengalami kesulitan belajar ?
Responden:-Iya, karena belajar dan pendampinagn belajarnya bersama dengan kami (keluarga khususnya orang tua). Jadi kita harus proaktif mendampinginya. Oleh karena itulah saya dengan anak saya seperti satu tim.
Peneliti : Bagaimanakah reaksi masyarakat, bahwa adanya pendidikan baru yaitu homeschooling ?
Responden:-Pada awalnya masyarakat belum mengerti tentang homeschoolig dan cenderung menggangap ini sebagai hal sepele. Tapi setelah masyarakat tahu, responnya cenderung positif.
Peneliti : Apakah anda juga menggunakan model pelaksanaan homeschooling, model dan jenis apakah yang anda terapkan pada anak?
Responden:-Iya, homeschooling komunitas dan model unit pembelajaran (unit studies) yang memakai minat anak dalam suatu saya dan kemudian menyatukannya dalam bidang seperti matematika, bahasa, sains, TIK, dan outing. Serta versi orang tua juga yang mengarahkan.
Peneliti : Dari manakah anda mengetahui homeschooling, serta bagaimana proses awal pelaksanaannya ?
Responden:-Mengetahui dari buku-buku, internet, shering sama teman dan keluarga. Kemudian setalah satu tahun belajar tentang homeschooling, mencari literature yang mendukung baru memulai daftar ke diknas untuk menjadi keluarga homeschooler, sebelumnya membuat kesepakatn terlebih dahulu antara saya (orang tua) dan anak.
Peneliti : Apakah tujuan anda dalam melaksanakan model homeschooling ini ? Responden:-Meningkatkan potensi anak secara optimal lebih cepat, fleksibel dalam materi, relatif
murah, yang terpenting supaya anak tidak terhambat. Peneliti : Bagaimanakah materi, metode, serta sistem evaluasi yang anda gunakan dalam
melaksanakan model homeschooling tersebut ? Responden:-Saya tanamkan ke anak, bahwa belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Untuk
materi menkombinasikan antara kurikulum diknas dan kurikulum sendiri. Sistem evaluasinya dengan protofolio.
Peneliti : Apakah faktor pendukung, penunjang dan penghambat dalam pelaksanaan model homeschooling yang anda laksanakan ?
Responden:-Tidak semua sekolah bisa menfasilitasi yang sesuai dengan kebutuhan anak, maka faktor penunjang kami yaitu adanya fasilitas cukup lengkap. Seperti komputer, buku-buku, internet, dll. Dan kami yakin dapat memenuhi kebutuhan anak. Serta punya program yang jelas. Sedanagkan faktor penghambatnya kurangnya konsistensi dengan jadwal dan kedisiplinan atau mood, serta anggapan sepele dari masyarakat.
Peneliti : Bagaimanakah upaya anda dalam mengatasi hambatan yang ada dalam pelaksanaan model hoschooling tersebut ?
Responden:-Dalam mengatasi hambatan dengan mendirikan kominitas, masuk asosiasi, aktif dalam milis homeschooling. Melakukan kesepakatan jadwal, tidak bosan-bosan mengingatkan anak dengan memberikan stimulus sehingga anak tertarik dan komunikasi.
Peneliti : Apakah selama pelaksanaan homeschooling ini, perkembangan belajar anak semakin menurun atau meningkat, sebelum dan setelah dilaksanakannya model homeschooling?
Responden:-Anak saya hampir tidak pernah mengeluh bosan dalam belajar, malah keingintahuannya semakin tinggi. Lebih suka menganalisis dari pada belajar yang banyak menghafal dan mengarang, saya yakin anak saya melebihi teman-temannya, apa yang dia bisa belum tentu temannya bisa begitu pula sebaliknya. Anak saya juga belajar apa yang dia suka, membaca yang kemudian didiskusikan engan memberikan stimulus, karena itu akan melatih anak untuk berfikir dan mandiri.
Wawancara Dengan Keluarga Bapak Lukman Hakim bersama Ibu Titin Nurhamidah Hari Rabu, 23Mei 2007. Pukul 11.34-12.46 wib di Sekolah Dolan Peneliti : Menurut anda tugas orang tua sebagai pengajar, pentingkah memperhatikan
kebutuhan dan memperhatikan lingkungan/tempat anak belajar ? Responden:-Sebagaiorang tua dan pengajar bagi anak sudah seharusnya mempunyai kewajiban
untuk menambah tingkat pengetahuan terhadap kebutuhan anak dalam belajar. Serta lingkungan belajarnya.
Peneliti : Sebagai orang tua dan pengajar, apakah anda bisa menarik perhatian anak untuk suka belajar ?
Responden:-Anak saya lebih suka belajar bersama dengan keluarga (orang tua), karena kami sebagai orang tua juga pengajar bagi anak telah sedikit banyak mengerti tentang kebutuhan belajar anak dan apa yang di minatinya.
Peneliti : Bagaimana anda memposisikan sebagai pengajar bagi anak ? Responden:-Kami sebagai orang tua juga mengetahui posisi mana yang di pegang dan yang akan
dilakukan, karena sebagai orang tua perlunya pendampingan saat anak belajar. Peneliti : Sejauh mana masyarakat mengetahui tentang homeschooling ? Responden:-Perlunya sosialisasi tentang homeschooling terhadap masyarakat, supaya
masyarakat mengenal bahwa belajar tidak hanya disekolah formal, sehingga masyarakat tidak mamandang sebelah mata dan juga tidak menganggap bahwa anak kami tidak sekolah.
Peneliti : Dalam pelaksanaan homeschooling, model dan jenis homeschooling apakah yang anda terapkan ?
Responden:-Kami menggunakan model Homeschooling Unit Studies (unit pembelajaran) dan jenis home-school komunitas, dengan kesepakatan antara orang tua dan anak. Demi menjadikan anak lebih nyaman dan fleksibel dalam belajarnya.
Peneliti : Bagaimana anda mengetahui homeschooling, serta proses awal pelaksanaannya ? Responden:-Saya sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling, saya banyak
mempelajari dan mencari informasi tentang homeschooling terlebih dahulu, serta mempersiapkannya dengan matang dan mendiskusikannya dengan keluarga.
Peneliti : Bagaimanakah anda memberikan materi, metode, serta sistem evaluasi pada pelaksanaan model tersebut ?
Responden:-Saya memberikan pengertian pada anak bahwa belajar bisa kapanpun dan dimanapun. Serta memberikan dorongan pada anak untuk giat dan rajin belajar dengan memberikan evaluasi, agar orang tua dan anak tahu letak kesulitan dan kesalahannya, begitu pula kemahirannya.
Peneliti : Apa yang anda harapkan pada pendidikan yang sekarang, khususnya homeschooling ?
Responden:-Saya beserta keluarga hanya menginginkan yang terbaik buat anak dan agar anak lebih maju baik dalam motorik, kognitif, serta afektifnya.
Peneliti : Bagaimana yang anda lakukan apabila terjadi hambatan-hambatan dalam proses belajar dengan model homeschooling ini ?
Responden:-Saya merasa bahwa pendidikan tidak hanya didapat di pendidikan formal saja. Karena saya hanya menginginkan anak mahir/paham, cepat dan tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu khususnya pendidikan dan belajar. Kita semua juga tidak duduk diam, demi lancarnya dalam melakukan homeschooling. Serta tidak pantang menyerah dalam mencapai tujuan, supaya anak mau belajar, merasa nyaman dalam belajar dan berfikir betapa pentingnya belajar
Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak ?
Responden:-Saya mengerti apa yang dinginkan anak. Sebagai orang tua perlunya saya untuk mengenal pola belajarnya. Saya juga harus mendampingi anak dalam belajarnya. Dan sebagai motivator yang terhebat buat anak kami.
Ceklist Kompetensi SD Nama : ____________________________________
Usia : ____________________________________
Kelas : ____________________________________
Matematika
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Menghitung dan menjumlah sampai bilangan 5
Penjumlahan dan pengurangan sampai bilangan 5
Menghitung dan menjumlah sampai bilangan 10
Menjumlahkan sampai bilangan 20 Penjumlahan dan pengurangan sampai bilangan 20
Puluhan dan satuan Soal cerita Menghitung dan menjumlah sampai bilangan 50
Penjumlahan dan pengurangan sampai bilangan 50
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir
Pengantar perkalian Perkalian dengan bilangan 2 sampai 10 Pengantar pembagian Pembagian dengan bilangan 2 sampai 10
Science Makhluk Hidup Dan Proses Kehidupan
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir
Bagian-bagian anggota tubuh, kegunaan dan cara perawatannya
Kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat (air, makanan, udara, Lingkungan sehat, istirahat dan olah raga)
Mencontohkan merawat dan memelihara lingkungan di sekitar rumah
Kecintaan pada alam dan makluk hidup (tumbuhan, binatang)
Benda Dan Sifatnya
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir
Berbagai sifat dan perubahan benda serta kegunaannya
Perbedaan dan persamaan benda, sifat serta kegunaanya
Energi Dan Perubahannya
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Bentuk-bentuk energi dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari
Energi Gerak: per/gas, dorong, tarik, karet gelang, magnet
Energi Listrik: panas, angin dan air pada mainan dan alat rumah tangga
Bumi Dan Alam Semesta
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Benda-benda dilangit dan pergantian antara siang dan malam
Peristiwa alam (musim kemarau, musim hujan, lahan subur, lahan kering)
Peristiwa bencana alam (gempa, banjir, tsunami, tanah longsor, dll)
Membaca
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Lancar membaca buku cerita sederhana Lancar membaca buku Iqro’ Lancar membaca buku bacaan
Menulis
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir
Menulis huruf tegak dan sambung Menulis angka Puisi, karangan sederhana Menulis arab (huruf hijaiyah, iqro’)
Bahasa Inggris
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Kata-kata rutinitas sehari-hari Menghafal vocab Membaca bacaan sederhana berbahasa inggris
Komputer
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Menulis, mencetak (print), menggambar, menyimpan dan membuka
file/program Musik
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Mempelajari beberapa lagu sederhana (tidak fals)
Berani bernyanyi di depan umum Mulai mengenal not
Memasak
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Mengenali fungsi-fungsi alat di dapur Mencoba resep-resep sederhana (es krim, donat, roti isi)
Drama (role play)
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Mengenali peran Bermain sebagai orang lain Bekerja sama dengan orang lain
Kognitif
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir
Menghafal materi Menggunakan bahasa dan menggambarkan objek dengan imajinasi dan kata-kata
Berpikir logis mengenai objek dan kejadian Berpikir logis mengenai soal abstrak serta menguji hipotesis secara sistematis
Menaruh perhatian terhadap masalah hipotesis, masa depan, dan masalah ideologis
Mengklasifikasikan objek menurut tanda dan menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan satu dimensi
Sosial/Afektif
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Komunikasi, interaksi dengan sesama Berteman dengan sebaya Hubungan baik dengan orang lain Penerimaan (receiving) Partisipasi (responding) Penilaian/penentuan sikap (valuing) Organisasi (organization) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Menerima pandangan/pendapat orang lain Percaya diri, serta mengungkapkan pendapat
Moral dan disiplin
Tingkat pencapaian Kemampuan Bisa Mahir Buat jadwal rutin untuk kegiatan sehari-hari, usahakan untuk tidak berubah-ubah setiap hari, agar anak tidak bingung
“Terima kasih” “Terima kasih, senang sekali mendengarnya”
“Bu, bisa tolong saya untuk .... asal tidak merepotkan”
“Maaf ya, lain kali saya tidak akan begitu lagi”
“Maaf, lain kali saya akan lebih berhati-hati”
“Biar saja bu, saya dapat melakukannya sendiri”
“Ada yang bisa saya bantu?” “Selamat pagi”, “Selamat malam” “Selamat jalan, sampai ketemu lagi” “Silahkan duduk, mau minum apa” Mendengarkan dengan seksama bila ada yang berbicara
Jangan ganggu bila orang lain sedang bicara/sibuk
Tutup mulut bila bersin Jangan bicara dengan mulut penuh makanan Jangan merebut kepunyaan orang Selalu permisi bila ingin meminjam barang orang
Jangan terlalu berisik/berlarian di tempat umum
Jangan berkelahi Selalu mengantri untuk mendapatkan giliran Jangan jail kepada teman Ketuk pintu dahulu sebelum masuk Berbagi/bergantian ketika bermain dengan teman
Menjawab telpon dengan ramah
Catatan:
MOU ASAHPENA HUKUM DI INDONESIA
Tanggal 10 Januari 2007, telah ditandatangani kesepakatan kerjasama antara Dirjen Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas (PLS Depdiknas) dengan Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (ASAHPENA). Kesepakatan tersebut ditandatangani oleh Ace Suryadi, Ph. D (Dirjen PLS Depdiknas) dan Dr. Seto Mulyadi (Ketua Umum ASAHPENA).
Berikut ringkasan isi kesepakatan yang meningkatkan pengakuan dan eksistensi homeschooling di Indonesia. KESEPAKATAN KERJASAMA Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Depdiknas dan ASAHPENA Nomor: 02/E/TR/2007 Nomor: 001/I/DK/AP/07 Tanggal: 10 Januari 2007 Tentang: Pembinaan dan Penyelenggaraan Komunitas Sekolah Rumah sebagai Satuan Pendidikan Kesetaraan Tandatangan: Ace Suryadi, Ph.D, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah (PLS), Departemen Pendidikan Nasinal (Depdiknas) Dr. Seto Mulyadi, Ketua Umum Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia (ASAHPENA) Tujuan: Meningkatkan kuantitas dan kualitas SekolahRumah untuk memperluas akses pendidikan dasar 9 tahun jalur pendidikan nonformal (Paket A dan Paket B); Memperluas akses pendidikan menengah jalur pendidikan nonformal melalui komunitas Sekolahrumah dan pendidikan alternatif; Meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing penyelenggaraan sekolahrumah dan pendidikan alternatif; Meningkatkan kerjasama antara kedua belah pihak serta lembaga-lembaga penyelenggara sekolahrumah dan pendidikan alternatif yang terkait lainnya.
Ruang Lingkup kerjasama: Pendataan dan pengadministrasian sasaran program Sekolahrumah; Sosialisasi program Komunitas Sekolahrumah sebagai satuan Pendidikan Kesetaraan; Penyiapan dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia pendukung program Sekolahrumah; Penyiapan dan pengembangan kurikulum, bahan ajar, dan penialain hasil belajar program Sekolahrumah; Bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program Sekolahrumah Tugas dan Tanggung Jawab Depdiknas: Menyiapkan acuan, kriteria, dan prosedur yang terkait dengan Komunitas Sekolahrumah sebagai satuan Pendidikan Kesetaraan; Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi terhadap penyelenggaraan Komunitas Sekolahrumah sebagai satuan Pendidikan Kesetaraan; Memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap penyelenggaraan Komunitas Sekolahrumah sebagai satuan Pendidikan Kesetaraan; Melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan untuk mengendalikan mutu Komunitas Sekolahrumah; Memberikan rekomendasi/ijin keberadaan Komunitas Sekolahrumah sesuai prosedur. Tugas dan Tanggung Jawab Asah-Pena: Melaksanakan pendataan dan pengadministrasian calon/peserta didik dan keluarga penyelenggaran Sekolahrumah; Menyiapkan Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang diperlukan; Menyediakan sumberdaya sarana-prasarana pendukung pembelajaran; Menyelenggarakan Komunitas Sekolahrumah sebagai satuan Pendidikan Kesetaraan sejenis; Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pembinaan serta pelaporan secara berkala tentang Komunitas Sekolahrumah; Memfasilitasi peserta didik Komunitas Sekolahrumah untuk dapat mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Ijazah Pendidikan Kesetaraan dan diakui sebagai ijazh yang dapat digunakan untuk masuk sekolah/pendidikan formal, termasuk perguruan tinggi negeri maupun swasta. Pembiayaan: Pembiayaan penyelenggaraan Komunitas Sekolahrumah ditanggung oleh masyarakat yang dikoordinasikan pihak kedua, sedangkan pihak pertama dapat memfasilitasi perluasan akses dan peningkatan mutu sesuai denagn peraturan yang berlaku. http://www.sumardiono.com
Top Related