Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta
Pengukuhan Guru BesarPembelajaran bahasa Jawa bisa di tingkatkan di luar jam sekolah. Hal 4
januari 2012 volume 2 nomor 1
Bahasa sastra seni
suara ungu
Oleh Azwar Anas
Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri Yogyakarta (FBs unY) mengisi awal tahun 2012 dengan
melaksanakan ujian akhir semester. sebuah bentuk evaluasi yang diberikan dosen kepada mahasiswa untuk mengukur sejauh mana keberterimaan materi selama satu semester seperti yang telah diutarkan Wakil Dekan I di atas. akan tetapi, sebagian mahasiswa masih menganggap ujian menjadi momok yang menakut
ujian bukan beban. ujian adalah evaluasi untuk melihat seberapa jauh keberterimaan mahasiswa selama kegiatan belajar mengajar.
kan dan terkesan hanya membebani. alhasil, esensi dari ujian itu kurang tercapai, seperti yang dirasakan oleh Fandy Hafish, mahasiswa sastra Indonesia 2008.
“saya kira kurang efektif kalau ujian dengan penugasan makalah yang terlalu banyak. Hanya akan membebani mahasiswa. apalagi, kita selaku mahasiswa tidak sampai tahu hasil dari kerjaan itu. Tidak pernah dijelaskan mana yang salah dan seperti apa yang benar. Hanya disuruh mengerjakan makalah setelah itu dikumpulkan,” akunya.
Hal senada juga diakui oleh rachmat nur Hisyam, mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris 2011. “ujiannya banyak ketegangan dan terkadang menjadi tidak konsentrasi,” ujar mahasiswa yang terbilang baru ini.
ada beberapa tipe ujian yang terdapat di FBs ini. Menurut Widyastuti selaku Wakil Dekan I FBs semuanya tergantung pada assessment atau kontrak yang telah disepakati antara dosen dan mahasiswa sebelum memulai KBM di awal semester. “ada beberapa tipe untuk menempuh uji
Dosen Perlu Meningkatkan “Feedback”ujian akhir seMester
Dekan FBS ditemani para wakil dekan terpilih.
si Pencetus nama “suara ungu”Selain sebagai media informasi dan promosi fakultas, Sri Hartati Widyastuti menilai Suara Ungu merupakan ajang kaderisasi mahasiswa. Hal 11
2 suara ungu januari 2012
Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: dr. Widyastuti Purbani, m.a. (Wakil dekan i), drs. sudarmaji, m.Pd. (Wakil dekan ii), dr. kun setyaning astuti, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu), herman, m.Pd. (kabag kerjasama) Pemimpin umum: akbar kuntardi setiawan, m.hum. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode, s.s Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, Fitri ananda, nunggal seralati, rani eryani, s.i.P., scholastica Wahyu Pribadi Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distribusi dan Sirkulasi: djumari, sarkowi.
alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karangmalang Telepon: 0274550583 Faks: 0274548207 E-mail: [email protected] Penerbit: humas FBs unY.
BERITA UTAMA
Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot saat mengikuti penjelasan.
an. Misalnya, menganalisis kasus biasanya dengan take home, menjawab soal, dan membuat paper atau makalah. semuanya disesuaikan dengan jenis mata kuliah,” ujar Widyastuti.
Widyastuti selaku pihak yang fokus terhadap kegiatan akademik di FBs membenarkan bahwa dari beberapa jenis ujian yang paling memberatkan adalah penugasan membuat makalah yang terlampau banyak.
“apalagi jurusan kita bahasa dan seni. Terutama bahasa yang merupakan mata kuliah kajian. Mau tidak mau paper itu menjadi cara pertama untuk menilai seberapa jauh mahasiswa mampu mengkaji. Mahasiswa juga tidak boleh mengeluh pasalnya, paper ini yang kemudian menjadi warna FBs. Yang perlu dipermasalahkan sebenarnya bukan pada banyaknya paper yang diberikan tetapi seberapa jauh dosen itu memberi feedback,” jelasnya.
kuncinya pada FeedbackMenyoal perihal tipe ujian be
rupa penugasan makalah, Widyastuti punya solusi yang jitu agar ke depan mahasiswa tidak merasa terbebani dan jauh lebih efektif untuk mengukur kemampuan mahasiswa. salah satunya dengan feedback seperti yang disampaikan sebelumnya.
“sebenarnya ini tidak akan terjadi, jikalau dosen itu memberikan feedback kepada mahasiswa terkait makalah yang sudah dikerjakannya. Feedback itu masukan untuk merefleksi sejauh mana hasil yang diperoleh mahasiswa. Misal, apa yang perlu dibe
nahi dari makalah ini dan sebagainya. Kalau hanya menumpuk saja, kan kasihan mahasiswa dan dia tak tahu hasilnya,” tegasnya.
selama ini feedback yang diberikan oleh dosen dinilai masih kurang. “Mungkin dosen yang terlalu sibuk sehingga tak punya waktu memberi feedback satu per satu paper mahasiswa. saya sebagai Wakil Dekan I akan menggalakkan supaya ke depan hasil ujian selalu ada feedback sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan,” tambah Widyastuti.
Bu Wid, demikian ia disapa, tampaknya memang sangat serius menangani masalah ini. Ia menambahkan perihal dampak negatif dari kurangnya feedback tersebut. Menurutnya dengan dosen tidak memberikan feedback
pada makalah mahasiswa secara tidak langsung akan mendidik plagiarisme.
“sebetulnya ini sudah ditekankan oleh universitas dalam pendidikan karakter bahwa plagiarisme itu adalah dosa akademik yang tidak termaafkan. sikap itu harus dibina sejak awal. nah, dengan feedback tadi sebenarnya juga bisa. Dengan mengoreksi sungguhsungguh akan memotivasi mahasiswa untuk tidak copypaste. Dosen pun jadi tahu seberapa persen kemampuan mahasiswa,” tegas Widyastuti.
Bayu ardiyanto, mahasiwa FBs tingkat akhir, mengakui hal itu. ”Menurut saya itu hanya akan menumbuhsuburkan plagiarisme. Tak perlu munafiklah, saya juga pernah copypaste. saya kira tak hanya saya. Waktu yang mepet dan tugas yang menumpuk mau tidak mau memaksa mahasiswa untuk mencari alternatif paling mudah,” katanya.
�suara ungu januari 2012
kebijakan FBs soal nilai akademik
Oleh Azwar Anas
Terdapat banyak hal untuk memunculkan sebuah nilai. Cara menilai atau pengukuran mahasiswa
tak hanya dari ujian, melainkan juga dari silabi yang telah disepakati dosen dan mahasiswa. Dr. Widyastuti Purbani menjelaskan terkait seluk beluk kebijakan penilaian di FBs.
“Penilaian atau pengukuran mahasiswa itu komponennya tidak hanya satu dari ujian saja. Komponennya mengikuti silabi kontrak yang telah ditawarkan dosen. Jadi kalian (mahasiswared) setuju nggak, kalau tidak ayo kita ubah. negosiasi seperti itu sangat boleh dan beberapa sudah melakukan. Tetapi, mahasiswa harus benarbenar mematuhi karena itu menjadi sebuah kesepakatan,” ujar Widyastuti.
Harapannya, dari penjelasan Widyastuti tidak ada lagi kebingungan atau ketidakpuasan mahasiswa terhadap penilaian dosen terkait nilai yang diterimanya. Pihaknya juga menambahkan semisal mahasiswa tidak puas dengan nilai yang telah dicapai mahasiswa boleh memprotes kepada dosen yang telah bersangkutan.
“Itu hak mahasiswa. sangat boleh sekali meminta kejelasan soal nilai yang diperoleh, dari pada ngghrundhel di belakang? Itu perbuatan yang salah,” katanya.
Bahkan, kata Widyastuti nilai yang sudah keluar di siakad dapat diubah jika memang terjadi kesalahan dalam melakukan penilaian. sayangnya, mahasiswa tidak banyak tahu dan berani menanyakan kejelasan nilai yang telah diperolehnya.
setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.
“seandainya kalau mahasiswa menerima nilai yang tidak sesuai, sahsah saja ia mengklarifikasi. Tetapi terkadang mahasiswa tidak cukup berani. Klarifikasi di sini kita bicara data lho ya. Misalnya, mahasiswa memperoleh nilai C karena tidak mengumpulkan makalah. Padahal mahasiswa sudah mengumpulkan. Tetapi mungkin karena terselip dosen menganggap yang bersangkutan tidak mengumpulkan. nah, jika mahasiswa mampu membuktikannya dosen wajib mengubah nilai tersebut,” jelasnya.
nilai kosong tak Berlaku selanjutnya, kebijakan terkait
nilai kosong menjadi salah satu prioritas Wakil Dekan I yang mengusung Tridharma Perguruan Tinggi ini. Janji Widyastuti, ke depan tidak akan ada lagi nilai kosong yang mewarnai Kartu Hasil studi (KHs).
“Kita memberi toleransi keterlambatan penilaian dari dosen selama 1 minggu. Jika sudah diberi peringatan dua kali dan masih tetap kosong. Kita peringatkan dan ketika sudah menelepon tapi tetap tidak digubris, nilai akan segera kami B+ kan. Jadi nilai B+ merupakan kebijakan dekanat ketika nilai kosong tidak segera diubah oleh dosen yang bersangkutan selama tenggat waktu yang kami tentukan,” terang Widyastuti.
untuk ujian semester ini batas penyerahan nilai ditentukan sampai tanggal 20 Desember termasuk toleransi keterlambatannya selama 1 minggu. untuk merealisasikan tidak ada nilai kosong tersebut, Widyastuti mengaku telah mengirim surat edaran kepada kepala jurusan masingmasing untuk segera mengeluarkan nilai sebelum proses registrasi dimulai.
Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot saat mengikuti penjelasan.
� suara ungu januari 2012
EVENT
Oleh Fitri Ananda
ITIKaD cinta seni kembali ditunjukkan oleh mahasiswa FBs. Kali ini mahasiswa Pendidikan seni rupa mengolah rupa seni makin beragam. Tidak melulu lukisan, namun banyak karya beragam yang dipamerkan. sebut saja kaos dan sepatu yang diolah menjadi unik dan langka, tas lukis, serta makanan kecil.
Mengajak tujuh universitas di Yogyakarta yang memiliki jurusan seni rupa, mahasiswa FBs berhasil menyelenggarakan “aktarupa #1”. acara ini merupakan acara lama yang kemudian diolah menjadi tiga bagian: Pameran, Lomba Mewarnai Tingkat TK, dan Pentas Musik Dendang Calon guru (DCg) #7.
acara dibuka dengan penampilan tarian oleh mahasiswa jurusan Pendidikan seni Tari yang berkolaborasi dengan grup musik jurusan Pendidikan seni rupa (21/1). Penonton dibuat takjub dengan dandanan mereka yang
Menghidupkan seni rupa di kampus ungu
mengenakan topeng layaknya boneka kayu.
setelah tarian selesai, penonton dipersilahkan memasuki gedung Kuliah I (gK I) lantai I untuk melihat karyakarya mahasiswa seni rupa berbagai universitas. Tampak dekan FBs hadir mengapresiasi karya yang ada. Tak terpusat di gK I, di pelataran pendopo Tedjokusumo pun perwakilan HIMa (Himpunan Mahasiswa) seluruh FBs disilakan menjual hasil kreasi mereka.
Meskipun memilih waktu di saat liburan, pengunjung tetap antusias. Disoal pemilihan waktu, sinta saragih selaku Humas mengatakan, “Ya, awalnya kami memilih bulan Desember, tapi karena Desember sudah full acara dan kami tak dapat tempat, jadinya bulan Januari.”
sinta menambahkan makna acara ini yakni pemaknaan seni yang lebih mendalam, tujuannya supaya karyakarya tersebut mampu mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar. Ini ter
lihat dari makna kata ‘akta’ dari aktarupa. Hal senada juga disampaikan sekretaris Jurusan Pendidikan seni rupa (Dwi retno sri ambarwati, M.Pd.), “apalah arti seni tanpa apresiasi.”
Memasuki hari kedua (22/1) Pendopo Tedjokusumo dipenuhi �0 anakanak seusia TK. Dengan ceria mereka mengikuti lomba mewarnai dengan tema “Libur Telah Tiba.” Pemenang berhak mendapatkan uang pembinaan dan piala dari Staedtler.
sorenya mulai pukul 15.�0 wib, dengan meriah panitia menyuguhkan Live Music di stage Tari Tedjokusumo. acara ini diisi dengan persembahan dari delegasi HIMa maupun universitas lain. Kemudian aktarupa #1 ditutup dengan meriah lewat DCg #7.
“Harapannya acara seni rupa ini bisa berkembang, tidak hanya lokal Yogyakarta tapi juga bisa menasional, seperti yang dilakukan jurusan seni rupa universitas lain,” Pungkas sinta.
setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.
Dekan FBS ditemani para wakil dekan terpilih.
5suara ungu januari 2012
JuM’aT (1�/1), gedung Kuliah I FBs unY tampak berbeda. Puluhan sketsel berjajar rapi menghiasi lantai I dan II. Lukisan berbagai aliran dan ukuran menarik minat mahasiswa yang lalulalang untuk berhenti sejenak dan melihat.
Ya, lukisanlukisan itu merupakan hasil karya mahasiswa seni rupa angkatan 2008 jurusan seni Lukis Kelas a, B, g, dan H yang berjumlah �8 orang. setiap mahasiswa setidaknya
menghasilkan dua lukisan untuk dipampang di pameran tersebut. Pameran seni lukis ini digunakan sebagai pengganti ujian akhir semester.
Beberapa pengunjung tampak antusias dengan beberapa karya yang unik. “Bagusbagus, kalau gini terus kerasa banget Fakultas Bahasa dan seninya.” ungkap Ira, mahasiswi Pendidikan Bahasa Jerman.
richo n. selaku Ketua Panitia mengatakan, “Harapan kami,
dengan pameran ini, karyakarya kami bisa diapresiasi dan selanjutnya sarana untuk pameran, seperti sketsel, ruang, dll. dapat terpenuhi.”
Harapan richo dapat dimaklumi. Peminjaman ruangan dan jumlah sketsel yang dimiliki kampus belum begitu banyak sehingga kerap menjadi kendala. namun, yang terpenting wujud bukti karya nyata mahasiswa terus diapresiasi dan didukung. Fitri
HarI keenam di Januari 2012, EDsa (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FBs unY) sukses selenggarakan EDsanITE. acara ini merupakan acara tahunan sekaligus acara puncak English Week yang telah diadakan pada 1216 Desember 2011. English Week sendiri dimeriahkan beberapa lomba seperti Lomba Futsal dan Writing and Photograpy Competition.
eDsanite Meriahkan stage tari
Pameran seni Lukis akhir semester
Pada malam itu, stage Tari dipenuhi mahasiswa yang ingin menyaksikan penampilan spesial dari sub Divisi IV dengan persembahan dari Emac, Teater Relung, Edsacoustic, dan digemparkan pula oleh Sunmorcoustic dan Sri Plecit.
Teater Relung dengan apik menyuguhkan dua pentas teater. Lewat cerita “Eleuvia”, penonton berhasil dibuat bersorak dan bergemuruh tepuk tangannya. Cerita ini menceritakan, seorang lelaki yang diberi tantangan oleh kekasihnya untuk tidak berhu
bungan selam 2� Jam, namun keesokan paginya ketika si lelaki ingin bertemu, ternyata sang kekasih meninggal dunia. Cerita kedua, mereka mengangkat tema surealis yang bercerita akan kritik anakanak pedesaan yang kehilangan lahan bermainnya karena dibangun gedunggedung bertingkat.
Dalam acara itu pula hadir Dekan FBs (Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.) dan Wakil Dekan III (Dr. Kun setyaning astuti, M.Pd.). Dekan FBs dalam sambutannya mengatakan bahwa aktivitas ini merupakan aktivitas positif yang patut didukung, diharapkan mahasiswa berlombalomba untuk membuat acara semacam ini pasalnya tahun 201� alokasi dana untuk pentas kolaborasi akan semakin besar.
EDsanITE yang mengambil tema When Arts Found Their Mother ditutup dengan meriah oleh penampilan Sri Plecit, Band beraliran ska. Wahyu aji Permana selaku ketua EDsa 2011 mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk menunjukkan semangat ekspresi berkesenian dari mahasiswa Bahasa Inggris. Fitri
raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa.
6 suara ungu januari 2012
EVENT
Oleh Nunggal Seralati
aPa yang pertama kali terbayang ketika mendengar kata “seni rupa”? Lukisan, gambargambar, dan karya lainnya yang melibatkan cat, kuas, pewarna, serta media gambar. namun pernahkah berpikir bahwa seni rupa juga melibatkan bendabenda tiga dimensi bercetak yang tak menggunakan kelir pewarna? Ya, objekobjek demikianlah yang merupakan garapan para mahasiswa jurusan Pendidikan seni rupa dengan konsentrasi DKV atau Desain Komunikasi sosial.
Desain Komunikasi Visual atau yang lebih sering disingkat dengan DKV merupakan ilmu yang mengembangkan bentuk bahasa komunikasi visual berupa
seni rupa yang komunikatif
pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, dari individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.
Pesan tersebut dapat berupa informasi produk, jasa atau gagasan yang disampaikan kepada target dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pemerintah.
Pada prinsipnya DKV adalah perancangan untuk menyampaikan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komunikatif, efektif, efisien dan tepat, terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehingga dapat mengubah sikap positif sasaran. Elemen desain komunikasi visual sendiri adalah gambar atau foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. baik media cetak, massa, elektronika maupun audio visual.
Mahasiswa Pendidikan seni rupa angkatan 2008 dengan konsentrasi DKV mengadakan pameran Deskomvis di gedung Kuliah I lantai �, FBs unY dari tanggal 1� Januari sampai 17 Januari 2012. Beragam karya dipajang di seluruh ruang �19, dari mulai pin, mug, stiker, kaos, sepatu, brosur, poster, xbanner, billboard, sampai spanduk.
Tidak hanya iklan komersial saja yang berusaha divisualisasikan, namun iklan layanan masyarakat juga turut menyemarakkan pameran yang dilangsungkan demi memenuhi tugas akhir DKV IV ini. Dengan topik dan tema berbeda, pameran ini mampu menyedot animo mahasiswa FBs unY untuk mengapresiasi berbagai buah karya mereka meski pameran diadakan di lantai �.
“Topik dan tema berbeda, tergantung mahasiswanya sendiri. semuanya sesuai kemauan mahasiswa, sesuai dengan hasil obser
setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.
raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa. raditya Dika menyampaikan.
7suara ungu januari 2012
vasi atau wawancara yang dilakukan sebelum membuat desain itu,” terang Beni Irawan selaku Ketua Panitia pameran.
Ketika ditanya mengenai pemilihan ruangan yang tergolong tidak biasa ini, Beni menambahkan, “Kami mempertimbangkan aspek keamanan. Kalau di ruang terbuka banyak orang lalulalang. Jadi desain kami terlalu riskan untuk dipamerkan. Beda halnya dengan lukisan yang memiliki proporsi lebih besar.”
Masih dari Beni, “Desaindesain yang ditampilkan oleh �0 mahasiswa yang mengikuti kelas DKV IV, diampu oleh Drs. r. Kuncoro Wulan Dewojati, M.sn., merupakan desain yang diusahakan sendiri tanpa bantuan lembaga yang dipromosikan. Jadi pameran ini merupakan usaha swadaya temanteman mahasiswa.”
Lebih lanjut Ketua Panitia menambahkan bahwa pameran kali ini ditujukan bukan hanya sebagai penuntas tugas akhir saja, namun juga sebagai sarana apresiasi sebagaimana fungsi sebenarnya dari pameran itu sendiri. “Kami berharap semua pengunjung bisa mengapresiasi karya kami,” tutupnya.
sEBagaI wujud bakti pelestarian seni budaya dan rasa tanggung jawab pada masyarakat, BEM FBs 2011 mempersembahkan Pentas akhir Kepengurusan dengan tema, “Kampus Budaya Bakti Budaya nusantara” di stage Tari, Kamis (12/1). Meskipun menempati panggung yang minimalis panitia mampu mempersembahkan karya yang tak kalah apiknya. Dengan balutan koran bekas dan lampu kerlapkerlip, suasana parade budaya nusantara tersebut makin meriah dan memukau penonton yang telah hadir sejak pukul 19.00.
Kemunculan band musik Plenthong Konslet yang identik dengan perpaduan gamelan dan alat musik modern mampu menarik antusiasme penonton yang terdiri dari mahasiswa unY, ugM, uns dan unEsa. acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan band musik Paksi “Jasmine”, Komunitas suling Bambu nusantara, Teater unEsa dan Calunk Funk (Komunitas angklung Malioboro).
apresiasi penonton bertambah meriah saat menyaksikan penampilan anakanak dari Desa Bahasa samirono yang merupakan Desa Binaan BEM FBs. Mereka membawakan drama
sederhana yang berkisah tentang kehidupan seekor kumbang kecil nan penakut. selain itu, tarian India yang dibawakan oleh anakanak Panti asuhan Bina siwi (Panti asuhan khusus anakanak berkebutuhan khusus) juga mampu membuat penonton berdecak kagum.
“Pentas seni macam ini adalah bentuk apresiasi seni terhadap budaya lokal, maka kami selaku panitia ingin memberikan suguhan lain yang lebih membumi,” ungkap rizqi Dzulfikar selaku ketua panitia menegaskan.
Hal senada juga diamini oleh Wakil Dekan III FBs, Dr. Kun setyaning astuti, M.Pd.. Dalam sambutannya, dosen seni Musik FBs ini mengatakan, “Budaya adalah puncak suatu bangsa dan kebenaran paling sempurna adalah keindahan, maka diharapkan acara seperti ini mampu membuat seni menjadi lebih tinggi dan budaya lebih beradab”.
Pada pementasan musik dan teater malam itu, juga dilakukan penyerahan suling bambu pada Dekan FBs, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. yang kala itu duduk lesehan bersama mahasiswa dan beberapa penonton yang dianggap atraktif. Fitri
Pentas akhir kepengurusan BeM 2011
8 suara ungu januari 2012
EVENT
AgendA
Pameran Seni rupa “ilus-trasi Kreasi dalam Ekspresi”, 2-4 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.I FBS ujian Semester, 2-13 Januari 2012, FBS Pameran Foto Sangkala, 5-8 Januari 2012, Cine Club gedung C15 FBS EDSaniTE, 6 Januari 2012, Stage Tejokusumo FBS Pameran Keramik Prodi Pendidikan Seni
Kerajinan “Sentuhanku Menjiwai Karyaku”, 11 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.I FBS rapat Koordinasi Fakultas, 11 Januari 2012, Ruang Seminar gedung PLA FBS Pagelaran Busana Tari, 11-12 Januari 2011, Stage Te-jokusumo FBS Kunjungan dari SMK Musik Perguruan Cikini, 12 Januari 2012, Ruang Seminar
gedung PLA FBS Pentas akhir Kepengurusan BEM FBS “Kam-pus Budaya Bakti Budaya nu-santara”, 12 Januari 2012, Stage Tejokusumo FBS Pisah Sam-but Karyawan, 13 Januari 2012, Pondok Makan dan Pemancingan “Umbul Permai” Pameran Seni Lukis akhir Semester, 13 Januari 2012, Gedung Kuliah I FBS
Pameran Deskomvis Pendidikan Seni rupa, 13 – 17 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.III FBS Kun-jungan SMP Tunas indonesia, 20 Januari 2012, Ruang Seminar Ge-dung Kuliah I lt.II FBS aktarupa #1, 21-22 Januari 2012 Studi Banding dari BEM universitas negeri Padang, 23 Januari 2012 Yudisium, 31 Januari 2012.
Oleh Scholastica W Pribadi
1�1� JanuarI 2012 Pendidikan seni Tari angkatan 2009 mengadakan malam peragaan busana di Pendopo Tedjokusumo. Peragaan yang dilaksanakan dua hari ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir semester matakuliah Tata Busana yang diampu oleh Pramularsih, M.Hum dan Trie Wahyuni, M.Pd selaku dosen Pendidikan seni Tari.
Tidak hanya berbau budaya busana Jawa saja, busana adat sumatra, dan Kalimantan ikut mewarnai kreativitas yang pertama kali dilakukan oleh jurusan Pendidikan seni Tari ini. Mahasiswa
Pagelaran Busana tari
dibekali berbagai jenis busana klasik dan daerah nusantara selama satu semester. Pada akhir semester inilah, mahasiswa dituntut untuk mengembangkan atau merancang busana tari yang lebih modern tetapi tidak meninggalkan nilainilai filosofi yang terdapat dalam busana tersebut.
“Kami mencurahkan seluruh kreativitas agar bisa menunjukkan bahwa kami tidak hanya bisa menari namun memiliki keterampilan merancang dan menciptakan busana sehingga hari ini kami benarbenar total merancang busana meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedi
kit,” ungkap sella salah satu peserta pagelaran.
Jenisjenis busana yang dikreasikan adalah Busana Bedoyo Pengantin solo & Yogyakarta, Kinantang alus, Impur, Kambeng, Bapag, Kreasi Busana Tokoh antagonis, Protagonist, Busana Kreasi anak sD, sMP, sMa, Busana DayangDayang, dan Tokoh Keprajuritan.
“Kebetulan saya mendapat undian mengkreasikan Dodot Pengantin solo. karena ini hal baru dan sangat rumit jadi saya memulai persiapan lebih awal yaitu dari jam 10.00 WIB,” ungkap Enis mahasiswa seni Tari yang berasal dari sumatra.
Meskipun acara tidak terlaksana tepat waktu namun antusias penonton sangat tinggi. Di samping itu Ketua Jurusan Pendidikan seni Tari, Wien Pudji Priyanto juga hadir dalam acara tersebut. Pun Dekan Fakultas Bahasa dan seni, Prof Dr. Zamzani di hari kedua.
“Baru pertama kali ini kami melihat pagelaran busana tari. Ini memberi kami banyak pengetahuan tentang busanabusana tradisi dan nusantara. semoga berikutnya, acara seperti ini masih ada. Harapannya, Fakultas Bahasa dan seni sendiri juga turut mengadakan pertunjukan seni secara rutin,” papar arti mahasiswa FMIPa.
setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang.
Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot.
9suara ungu januari 2012
LintAs
PuLuHan karya terpampang di belasan sketsel yang berada di lobi gedung Kuliah 1 (gK 1) FBs unY mulai dari tanggal 2 sampai � Januari 2012. Terdapat sekitar 80 buah karya, baik dua dimensi maupun tiga dimensi, dengan kekreatifan yang menonjol.
selain tema berbeda, aliran dan teknik yang ditampilkan juga beragam. Hal ini berhasil mencuri perhatian matamata yang berlalu lalang di sekitar gK 1. Dari yang sekadar melirik, sampai yang akhirnya benarbenar berhenti di hadapan suatu karya dan memperhatikan dengan takjub.
“Memang itu tujuan kami dengan melakukan pameran di gK 1. Kini seakan semua kegiatan perkuliahan bertumpu pada gedung Kuliah 1. Kami yakin akan ada banyak temanteman mahasiswa yang berada di sekitaran gedung yang tertarik,” terang Wahyu Cahyono selaku ketua panitia pameran.
Karyakarya tersebut merupakan buah keringat dari mahasiswa Pendidikan seni rupa angkatan 2010 kelas a, B, dan g. Pameran yang bertajuk Ilustrasi Kreasi dalam Ekspresi ini dilaksanakan dalam rangka melaksanakan tugas akhir mata kuliah Ilustrasi Kreasi yang diampu oleh suwarna, M.Pd.
Karya yang diikutsertakan dalam pameran kali ini bukan hanya dua dimensi sebagaimana terdapat pada banyak pameran. Pameran yang digawangi oleh mahasiswa semester tiga ini turut menampilkan karya seni tiga dimensi, seperti diorama dan relief. Bahkan, diakui Wahyu, ini adalah kali pertama pameran diorama diadakan oleh jurusan seni rupa.
Pameran yang merambah ke tiga dimensi ini, tulis suwarna, M.Pd dalam katalog pameran, merupakan suatu terobosan agar mahasiswa dapat berkreasi sesuai dengan tuntutan jiwa kreatifnya. Hal ini turut diamini ketua panitia, “Tiga dimensi adalah terobosan baru, jadi pameran ini tidak hanya mengandalkan dua dimensi, terutama diorama.” Nunggal
ketika Dimensi Berbeda Bersatu
raditya Dika menyampaikan materi workshop di mahasiswa. raditya Dika
Butuh dua tulisan, masing-masing 95 kata. Salah satunya harus ada foto
10 suara ungu januari 2012
KABAR PLA
Oleh Virga Renitasari
PErIsTIWa mutasi dan rotasi memang harus terjadi di suatu organisasi. Tujuannya antara lain untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja. Begitu juga dengan Fakultas Bahasa dan seni unY. awal tahun 2012 ini, delapan karyawan FBs pindah tugas ke unitunit lain di lingkungan unY. selain karyawan pindah, delapan karyawan dari unitunit lain masuk menjadi karyawan di lingkungan FBs. Menandai pergeseran tugas karyawan, FBs menggelar acara pisah sambut karyawan pada Jumat (1�/1) di Pondok Makan dan Pemancingan “umbul Permai”.
“Ibarat berjalan kami memasuki gua, belum tahu ada apa di dalam gua itu, maka kami mohon pencerahan supaya kami dapat menjalankan tugas dengan baik sesuai bidang dan kemampuan kami,” kata Imam supangat mewakili rekanrekan karyawan masuk. Mewakili karyawan
Yang Pergi Meninggalkan kesan, yang Datang Membawa harapan
pindah, snik setyo Pratiwi mengungkapkan “ada pertemuan ada perpisahan. setelah sekian lama menunggu, akhirnya ini ‘menimpa’ kami.” Menanggapi pesan dan kesan tersebut, dekan FBs Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. berpesan bagi karyawan baik yang pindah maupun masuk untuk sege
YuDIsIuM bukan sekadar acara seremonial, namun menjadi titik yang menentukan bagi mahasiswa yang telah lulus. selasa (�1/1), FBs menyelenggarakan Yudisium yang pertama di tahun 2012 di ruang seminar lantai III gedung PLa FBs.
sebanyak 169 mahasiswa dinyatakan berhasil menuntaskan studi dalam waktu yang di
tentukan. Empat belas di antaranya lulus dengan predikat cumlaude. sementara rineka Cahyarini yang berasal dari Program studi Pendidikan Bahasa Jawa meraih IPK tertinggi, yakni �,70.
“It’s not the end of it, it’s the beginning of everything,” pesan Dr. Widyastuti Purbani, M.a., Wakil Dekan I FBs. “Tanggung
jawab dan tugas kalian ke depan sudah berbeda dari sebelumnya. Disiplin, integrasi, dan dedikasi harus mulai diterapkan pada jiwa kalian untuk menghadapi masamasa yang lebih sulit daripada masamasa menjadi mahasiswa yang menyenangkan.” Demikian pesan Widyastuti di akhir sambutannya. Virga
Yudisium Pertama di tahun 2012
ra menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru karena situasi di setiap fakultas tidak sama. Harapannya, pergantian karyawan ini membawa perubahan yang baik dan menambah gairah baru dalam menjalankan tugas bersamasama.
acara yang berlangsung sekitar dua jam ini juga diisi hiburan musik dari mahasiswa Pendidikan seni Musik dan persembahan lagu dari karyawan FBs.
sekolah memiliki keterbatasan kesempatan dalam praktik komunikasi bahasa Jawa. untuk itu, penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan.
raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa.
11suara ungu januari 2012
sri harti wiDYastuti
FIGUR
Dra. sri harti widyastuti, M.hum.
si Pencetus nama “suara ungu”
oleh Febi Puspitasari
Selama dua periode memimpin bidang II FBs, Bu Tuti, demikian sapaan akrab sri Harti Widyastuti,
ternyata menyimpan sejuta kenangan. Bergelut pada urusan rumah tangga, kepegawaian, dan keuangan, Ibu dari dua anak ini tidak melupakan keberadaan Humas fakultas. Bukan karena dia salah satu sosok dibalik berdiri dan berkembangnya kehumasan fakultas, tapi lantaran Humas adalah pintu masuk masyarakat untuk mengenal fakultas.
selama delapan tahun ikut membesarkan fakultas, ia sadar bahwa Humas harus berperan penting dalam menunjukkan eksistensi fakultas. Ketidakadaan media fakultas, seperti majalah ataupun buletin membuatnya kurang tenang. “Fakultas kumpulannya spesialis bahasa dan seni, tapi kok ndak punya media sebagai apresiasi seni dan menulis?” ungkapnya.
Inilah yang menggugah dosen Pendidikan Bahasa Jawa ini untuk mengajak Ketua Humas FBs tahun lalu, Wien Pudji Priyanto dan sismono La Ode (Pemimpin redaksi Suara Ungu) untuk membuat dan menghidupkan buletin fakultas. setelah merasa yakin, ia pun berkonsultasi ke Dekan FBs, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.
nama Suara Ungu pun tidak lepas dari kontribusi Bu Tuti. “Ini adalah suara dari kampus Ungu di mana terjadi tegur sapa, dialog, dan informasi tentang apa yang terjadi di Fakultas,” ungkapnya. Demikian salah satu alasan mengapa buletin FBs dinamakan Suara Ungu.
selain sebagai media informasi dan promosi fakultas, suara ungu bisa menjadi ajang kaderisasi mahasiswa yang senang jurnalistik.
salah satu keunggulan Suara Ungu ini adalah kaderisasi. sebagian besar reporter adalah mahasiswa FBs semester �5 yang telah dilatih dan ikut training jurnalistik oleh tim khusus redaksi Suara Ungu. Tiap tahun, ketika sudah harus bergelut dengan persiapan skripsi, mereka akan diganti kader baru yang langsung mendapat training singkat jurnalistik. Dengan demikian, selain menjadi media sosialisasi dan promosi fakultas, Suara Ungu juga merupakan wadah mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan jurnalistik yang telah dipelajari di bangku kuliah.
Di awal proses, sri merasakan bahwa pembuatan buletin memang tidak mudah. “Di
edisi pertama, penerbitan Suara Ungu mundur dari target hingga beberapa bulan karena kami mencari konsep dan karakter buletin yang mencirikan FBs.“ namun akhirnya sri bersyukur karena perkembangan buletin sudah semakin terlihat hingga penerbitannya yang kedelapan ini. Beritaberita akademik dan info fakultas sangat beragam dan sesuai ekspektasi. “Berbeda cerita ketika saya masih menjadi sekretaris Humas FBs, buletin tidak sebagus sekarang.”
saat menjabat sekretaris Humas FBs periode 200�2009. sri mengatakan bahwa hanya dua orang yang mengurusi buletin termasuk dirinya. Buletin fakultas pada saat itu hanyalah dua lembar kertas HVs warnawarni yang dicetak dengan tinta hitam. Penerbitan buletin ini berhasil berjalan hingga akhirnya sri menjabat Pembantu Dekan II.
Kini, keseharian dosen Pendidikan Bahasa Jawa ini lebih banyak disibukkan dengan kegiatan akademik. namun harapan
nya untuk Suara Ungu masih ia gantungkan. “Lewat buletin ini, saya berharap kita makin peduli pada orang di sekitar yang tidak kita sadari bahwa mereka telah mem
berikan kenyamanan kepada kita seperti pen
jaga ruang atau tukang parkir,” ungkapnya. selain itu, ia ingin agar apresiasi karya seni
dan karyakarya pengabdian ma
syarakat mendapat
ruang.
Lahir: Magelang, 8 Oktober 1962 Pendidikan: S2 Sastra Indonesia dan Jawa UGM jabatan: Sekjur Pendidikan Bahasa Daerah (1999-2003), Pembantu Dekan II FBS (2003-2011), Sekretaris Diksi (2001-2011), Staf Jarlit Bapeda Propinsi (2003-2010), Anggota Senat FBS (2012).
12 suara ungu januari 2012
APRESIASI
Prancis “Mutatis Mutandis”
Dalam bidang hukum ada terminologi “mutatis mutandis” yang artinya
“dengan perubahan yang perlu-perlu”. (serapan) Bahasa Prancis dalam bahasa indonesia memang perlu
perubahan, supaya bukan cuma tren, tapi jadi pemakaian yang berdasar pada pengetahuan yang mendalam,
“non multa sed multum”.
Sekarang café ada di manamana. Bahkan sudah sampai kota kecil seperti Purwokerto. Ini tren. Me
nurut ahli kopi Dr. Ir. surip Mawardi, s.u., café baru menjamur limaenam tahun belakangan ini. Cuma tren, karena di Yogyakarta, saya menemukan kedai yang di bawah etiketnya ada label: café and coffee. Hah?
Yang dibicarakan sekarang adalah café, bukan cafe. Café (dengan tanda diakritik pada huruf “e”) adalah kata benda dalam bahasa Prancis, sedangkan cafe (tanpa tanda diakritik) adalah kata benda dalam Inggris. Coffee pun adalah kata Inggris.
Entah café maupun coffee, keduanya samasepadan dengan kopi. namun café juga bisa bermaksud tempat minum kopi. Pengertian yang kedua inilah yang diserap dalam bahasa Inggris menjadi cafe alias warung kopi, atau juga rumah makan.
Kenapa café dan coffee bisa sampai bertemu di satu tempat? Tentu saja bukan bentuk repetisi untuk membentuk makna jamak. Bahasabahasa Indo Jerman bertasrif untuk itu. Etiket warkop di atas adalah contoh kesalahpahaman atas bahasa Prancis—café.
salah paham bermula dari rasa asing. Tapi, apakah bahasa Prancis memang asing di Indonesia?
Minke, protagonis dalam novel Bumi Manusia karangan Pramoedya ananta Toer, fasih bicara Prancis sejak duduk di Hogere
Burger school, sekolah lanjutan tingkat pertama untuk pribumi. Bumi Manusia adalah novel historis tentang Tirto adhi soerjo, Bapak Pers Indonesia, dalam wujud tokoh Minke. Tirto lahir tahun 1880, 1�1 tahun yang lalu.
Minke bercakap dalam Prancis, sedangkan kita kerap menyusupkan kata Prancis. Entah bentuk asli maupun serapan. ada kafe (café), kudeta (coup d’état,
yang sering salah kutipketik jadi coup d’etat), kuldesak (cul de sac), borjuis (bourgeois), dan suvenir (souvenir). Bahkan suvenir kadang masih sering ditulis souvenir, sesuai dengan tulisan asalnya. artinya tetap: kenangkenangan.
Juga ada fait accompli, contoh frasa Prancis yang disukai penulis Indonesia dan artinya agak rumit. Kuranglebih bersinonim de
ngan “nasi sudah jadi bubur”. selain itu, kata yang lebih familiar adalah jurnalis, dari journaliste.
sebenarnya, Prancis bukanlah negara yang asingasing amat bagi HindiaBelanda/Indonesia. Ketika Belanda ditaklukkan Kaisar napoléon Bonaparte pada tahun 1795, secara de jure HindiaBelanda adalah bagian dari republik Prancis. Bahkan nama Batavia, Jakarta sekarang, merupakan nama resmi Belanda ketika dijajah Prancis, yaitu republik Batavia (Bataafse republiek). Yang membawa nama itu ke Hindia Belanda adalah gubernur jenderal koloni proPrancis, Herman Willem Daendels, si penggagas jalan raya pos.
Tak cuma nama yang dibawa, orang prancis turut berdatangan ke Batavia. Dalam Saudagar Baghdad dari Betawi (alwi shahab, 200�) ditulis, orangorang Prancis itu lalu membuat france buurt atau kampung Prancis. sekarang tempat itu dikenal sebagai Jalan Jati Petamburan, Jakarta.
Kuasa bahasa Prancis tidak sekedar toponimi. Dalam Sa
dur, Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Henri ChambertLoir, 2009), tercatat bahwa Vingt milles lieues sous les mers berada di antara karya Eropa yang diterjemahkan pada awal sejarah penerjemahan di Indonesia. Pengarangnya, Jules Verne, seorang penulis Prancis produktif, merupakan salah satu penulis yang karyakaryanya menjadi favorit.
Oleh Prima SW
1�suara ungu januari 2012
kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke [email protected] berikut foto dan identitas diri.
inio
ke
.co
m
Kakek saya, 7� tahun, pernah merasakan masamasa itu. Ia mampu mendefinisikan bahasa Prancis sebagai “bahasa yang banyak ong, nya”, menunjuk pada banyaknya fonem nasal dalam bahasa Prancis. Bahasa Prancis memang demikian adanya.
Bahwa bahasa Prancis sempat diakrabi di Indonesia tampak pula di KBBI. Tersua kosakata avontur (dari aventure, petualangan), avonturir (dari aventourier, petualang), hingga salon yang familiar di telinga.
salon adalah ‘ruang (kamar) yang diatur dengan baik (untuk menerima tamu)’. Kata ini baru berarti salon macam pengertian kita seharihari bila diembelembeli menjadi “salon kecantikan”. salon diserap dari bahasa Belanda, salon, yang bersinonim dengan zaal. Dalam Prancis juga ada salon, artinya: ruang tamu.
Tapi penggunaan Prancis tidak seperti dulu, ketika sudisman masih menulis “sedangkan burjuasi nasional adalah sekutu tambahan...” dalam pledoinya. sudisman adalah anggota Politbiro PKI yang disidang di Mahkamah Luar Biasa, tahun 1967. Burjuasi diserap dari bourgeoisie [burʒuazi]. Ia juga menyebut burjuis sebagai terjemahan bourgeois [burʒua].
sekarang, hanya ada lema borjuis dalam KBBI, serapan yang bias dari bourgeois. Diteruskan dengan borjuasi untuk bourgeoisie. Padahal dalam bahasa Inggris, yang sering jadi “jembatan” penerjemahan PrancisIndonesia, bourgeois diserap begitu saja, tanpa ada perubahan penulisan maupun pengucapan.
Ini bukan hanya tren café. Juga tren Prancis, karena ajang balap sepeda Tour de France be
gitu terkenal, konjungsi de jadi sering ditempelkan dalam bahasa Inggris atau Indonesia. Tren ideologi marxisme pula, sehingga bourgeois dibawabawa.
Dalam bidang hukum ada terminologi “mutatis mutandis” yang artinya “dengan perubahan yang perluperlu”. (serapan) Bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia memang perlu perubahan, supaya bukan cuma tren, tapi jadi pemakaian yang berdasar pada pengetahuan yang mendalam, non multa sed multum.
Prima sW, jurnalis lembaga Pers mahasiswa
eksPresi.
1� suara ungu januari 2012
SASTRA
Tak kusangka aku benarbenar idiot, percaya begitu saja apa yang mereka lakukan dan lebih parah
dari idiot, aku menyadarinya setelah bertahuntahun berlalu. Mungkin karena saat itu aku masih terlalu polos dan lugu, atau begitukah? Karena aku tak ingat pernah menjadi anak yang polos dan lugu. Mungkin juga karena aku memang benarbenar idiot, tapi tidak, mungkin aku memang bodoh tapi kau tidak juga bisa disebut idiot.
atau karena mereka memang sangat licik atau tidak berperasaan? aku tak pernah merasa sebenci ini terhadap seseorang, tidak saat dulu mereka memproklamirkan dirinya sebagai temanku. aku tak pernah merasa sekecewa ini terhadap manusia manapun. Meski begitu aku harus berterima kasih pada mereka, karena telah membuatku bisa merasakan bahagia mendapatkan kado pertama pada ulang tahunku. sesuatu yang tak pernah diberikan oleh keluargaku, walau pada akhirnya aku tahu itu semua hanya palsu.
aku ingin menyesal telah mengenal mereka. setiap kupaksa otakku untuk membuat katakata menyesal saat aku mengingat mereka, terus saja hatiku menolak, alihalih merangsangnya untuk mengeluarkan kata sesal malah menghiburku dengan berkata bahwa membenci mereka itu akan sangat buruk bagi hidupku. Orang tak akan bisa hidup tenang dalam kebencian. Bahkan setelah mati sekalipun.
“Mia, aku duduk di sebelahmu!” april berkata setengah berteriak ketika aku baru sampai di kelas, kemudian pergi entah ke
mana. Kutemukan tas hitam besarnya di barisan tempat duduk paling depan, cemberut, akhirnya aku mengalah duduk di sana di sampingnya. aku tak pernah suka tempat duduk paling depan. Tempat duduk ternyaman bagiku adalah di pojok belakang kelas, lebih santai dan tak tegang saat menerima pelajaran, masih banyak juga keuntungan lain. aku bisa mengunyah permen karet sesukaku tanpa ada yang tahu. atau tidur saat pelajaran dongeng sejarah dimulai.
“setelah pulang nanti mampir ke tempatku sebentar ya!” serunya ceria sambil berkedip misterius pada Yanti dan Kirun yang duduk di belakangku. aku mengangguk tanpa memperhatikan. aku tak pernah menyangka bahwa hari itu mereka menyiapkan kejutan ulang tahunku yang ke17. Kado pertama yang kuterima adalah di hari itu. Meski aku tak
begitu ingat kado apa yang mereka berikan padaku waktu itu.
aku hanya menyimpan seuntai bunga mawar plastik berwarna pink yang menurutku tidak ada gunanya. Memangnya apa yang bisa kulakukan dengan seuntai bunga plastik selain menyimpannya hingga berdebu?! Dan tahuntahun selanjutnya pada ulang tahunku mereka selalu memberiku kado. aku tak bisa berdiam diri, akhirnya aku mengikuti gaya mereka: memberi kado pada mereka yang berulang tahun, kami berempat.
“Hari ini kau ada acara lain setelah sekolah usai? Bantu aku mengerjakan tugas Bahasa Inggris ya,” Yanti bertanya memelas padaku di ruang kelas saat pelajaran terakhir hampir selesai. “Tidak masalah asal kau memberiku makan!” jawabku bercanda. Tapi tetap saja Yanti mentraktirku soto di kantin. aku tidak he
Cerpen Murmiati
sepotong kata tanpa Makna
Po
etr
Y-a
nd
-ar
t-B
Y-in
jete
-ch
es
on
i.Blo
gs
Po
t.c
om
15suara ungu januari 2012
ran, dia anak orang berada, tiap bulan dapat jatah tidak sepertiku yang mendapat jatah setiap jatah sebelumnya sudah habis tak bersisa. Baru setelah itu aku membantunya, tidak, lebih tepatnya aku mengerjakan tugasnya.
Dan di lain hari dan lain hari selanjutnya mereka selalu ada bersamaku, saling membantu dalam belajar. aku paling parah dalam hal hitungan, seringkali merecoki mereka yang mahir hingga mereka bosan. Tak ada masalah dalam hal bahasa, hingga jadi bintang di kelas. Lebih tepatnya bintang di mana temanteman lain bisa berlindung di bawah terangnya. Bukan bintang yang bersinar terang karena pesonanya.
Harus kuakui, aku mendapat keuntungan juga dari mereka. setiap kali mereka memintaku mengerjakan tugas mereka aku akan mendapatkan semangkuk penuh soto panas lengkap dengan es jeruk. Berbeda jika mereka memintaku membantu mengerjakan tugas mereka, aku tak akan minta imbalan apaapa.
Tak lama kami, aku, april, Yanti, dan Kirun berteman baik, mungkin sudah bisa di sebut sahabat. Kami sering menghabiskan waktu bersama sepulang se
kirimkan cerpen dan puisi anda ke [email protected] berikut identitas diri.
PUisi
waktuOleh Isnu Sigit
isnu gigit, pegawai Perpustakaan FBs unY.
kolah. Perpus, toko buku, dan halhal lain yang sering dilakukan remaja. aku merasa tak cocok berada di lingkungan ini, april selalu memperhatikan penampilannya, kaca kecil tak pernah lepas darinya sedetik pun. Kirun dan Yanti bersikap sok dewasa, menasihati berbagai macam hal seolah mereka sudah pernah melakukannya. sementara aku cenderung pendiam, cuek, tak peduli pada penampilan.
Dan begitupun aku masih bisa merasakan bahwa mereka menyembunyikan sesuatu, bicara tentang hal yang tak kumengerti di depanku dan saat aku bertanya “apa yang kalian bicarakan?” dengan tanpa ragu mereka menjawab “bukan apaapa, bukan sesuatu yang penting untuk kau ketahui.” Itu menyebalkan. apa gunanya bersahabat jika satu sama lainnya tidak saling jujur?! Dan hari itu juga untuk pertama kalinya aku merasakan kecewa, perasaan yang kini tak asing lagi bagiku, yang kini sering muncul lantaran keteledoranku.
selulus sMa kami masih sering berkunjung satu sama lain. Yanti paling sering mengunjungiku, memintaku mengerjakan tugasnya. Memasuki semester tiga tak ada lagi yang mengingatku,
tak ada lagi yang ke rumahku. Jadi hanya seperti itu. Palsu.
Tapi setidaknya mereka mengajariku sesuatu, yang ternyata memang benar: bahwa teman atau sahabat atau apapun sebutannya, itu tidak ada. Mereka hanya akan muncul saat mereka butuh. Mereka hanya ada pada “waktu” itu, dan setelah “waktu” itu berlalu jangan berharap mereka akan mengingat bahwa “waktu” itu kau ada bersamanya, menyebutnya teman.
Teman masa kecil tak akan lagi menjadi teman saat sudah tumbuh dewasa. Teman sD tak akan lagi menjadi teman sMP, teman sMP tak akan menjadi teman sMa, yang akan mengingatmu sebagai teman. Teman hanya muncul pada periode waktu tertentu, dan akan menghilang setelah periode waktu itu berlalu. Duniaku hanya terisi olehku sendiri.
murmiati, mahasiswa Pendidikan Bahasa jerman
angkatan 2009.
Ketika aku menyadari pendeknya hidupku,ditelan dalam keabadian sebelum dan sesudahnya,ruang kecil yang aku isi,dan yang bisa aku lihat,tertelan dalam luasnya ruang tanpa batas yang aku abaikan,dan yang tak aku ketahui,aku sedang ketakutan,dan terpaku untuk berada di sini bukannya berada di sana,mengapa sekarang bukannya nanti.
thYPolarliFe.WordPress.com
IMagEsuara unGu
Lukisan-lukisan Vinsensius Ps
1. aborsi 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011 Seharusnya setiap kelahiran itu suci dan diterima dengan suka cita, tidak ternodai oleh hal yang bukan atas kesalahan si bayi.
2. realitas Kemelaratan 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011Gengsi yang memenjara, bukan lagi kebutuhan (need) tetapi berubah menjadi keinginan (want).
3. Penggusuran 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011Sebuah gambaran realitas betapa aparatur negara tidak lagi berfungsi melindungi rakyatnya yang lemah, melainkan melindungi para pemilik modal yang berhidung babi dan tertawa serakah.
Vinsensius PS adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa angkatan 2007. Lelaki kelahiran Bangka ini tak pernah bosan mengangkat permasalahan sosial-budaya yang ia temui. Melalui warna merah dengan nuansa kelam yang mendominasi lukisan-lukisannya, ia berbagi tentang keresahan dan kepedulian.
Top Related