Suara Ungu Januari 2012

16
BULETIN FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pengukuhan Guru Besar Pembelajaran bahasa Jawa bisa di tingkatkan di luar jam sekolah. Hal 4 JANUARI 2012 VOLUME 2 NOMOR 1 BAHASA SASTRA SENI SUARA UNGU Oleh Azwar Anas F akultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogya- karta (FBS UNY) mengisi awal tahun 2012 dengan melaksanakan Ujian Akhir Se- mester. Sebuah bentuk evaluasi yang diberikan dosen kepada ma- hasiswa untuk mengukur sejauh mana keberterimaan materi sela- ma satu semester seperti yang te- lah diutarkan Wakil Dekan I di atas. Akan tetapi, sebagian maha- siswa masih menganggap ujian menjadi momok yang menakut- Ujian bukan beban. Ujian adalah evaluasi untuk melihat seberapa jauh keberterimaan mahasiswa selama kegiatan belajar mengajar. kan dan terkesan hanya membe- bani. Alhasil, esensi dari ujian itu kurang tercapai, seperti yang drskn oleh Fndy Hfish, m hasiswa Sastra Indonesia 2008. “Saya kira kurang efektif kalau ujian dengan penugasan maka- lah yang terlalu banyak. Hanya akan membebani mahasiswa. Apalagi, kita selaku mahasiswa ti- dak sampai tahu hasil dari kerja- an itu. Tidak pernah dijelaskan mana yang salah dan seperti apa yang benar. Hanya disuruh me- ngerjakan makalah setelah itu di- kumpulkan,” akunya. Hal senada juga diakui oleh Rachmat Nur Hisyam, mahasis- wa Pendidikan Bahasa Inggris 2011. “Ujiannya banyak ketegang- an dan terkadang menjadi tidak konsentrasi,” ujar mahasiswa yang terbilang baru ini. Ada beberapa tipe ujian yang terdapat di FBS ini. Menurut Wi- dyastuti selaku Wakil Dekan I FBS semuanya tergantung pada aement atau kontrak yang te- lah disepakati antara dosen dan mahasiswa sebelum memulai KBM di awal semester. “Ada be- berapa tipe untuk menempuh uji- Dosen Perlu Meningkatkan “Feedback” UJIAN AKHIR SEMESTER Dekan FBS ditemani para wakil dekan terpilih. Si Pencetus Nama “Suara Ungu” Selain sebagai media informasi dan promosi fakultas, Sri Hartati Widyastuti menilai Suara Ungu merupakan ajang kaderisasi mahasiswa. Hal 11

description

Dosen Perlu Meningkatkan "Feedback"

Transcript of Suara Ungu Januari 2012

Page 1: Suara Ungu Januari 2012

Buletin Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri YogYakarta

Pengukuhan Guru BesarPembelajaran bahasa Jawa bisa di tingkatkan di luar jam sekolah. Hal 4

januari 2012 volume 2 nomor 1

Bahasa sastra seni

suara ungu

Oleh Azwar Anas

Fakultas Bahasa dan seni universitas negeri Yogya­karta (FBs unY) mengisi awal tahun 2012 dengan

melaksanakan ujian akhir se­mester. sebuah bentuk evaluasi yang diberikan dosen kepada ma­hasiswa untuk mengukur sejauh mana keberterimaan materi sela­ma satu semester seperti yang te­lah diutarkan Wakil Dekan I di atas. akan tetapi, sebagian maha­siswa masih menganggap ujian menjadi momok yang menakut­

ujian bukan beban. ujian adalah evaluasi untuk melihat seberapa jauh keberterimaan mahasiswa selama kegiatan belajar mengajar.

kan dan terkesan hanya membe­bani. alhasil, esensi dari ujian itu kurang tercapai, seperti yang di­ra­sa­ka­n oleh Fa­ndy Ha­fish, ma­­hasiswa sastra Indonesia 2008.

“saya kira kurang efektif kalau ujian dengan penugasan maka­lah yang terlalu banyak. Hanya akan membebani mahasiswa. apalagi, kita selaku mahasiswa ti­dak sampai tahu hasil dari kerja­an itu. Tidak pernah dijelaskan mana yang salah dan seperti apa yang benar. Hanya disuruh me­ngerjakan makalah setelah itu di­kumpulkan,” akunya.

Hal senada juga diakui oleh rachmat nur Hisyam, mahasis­wa Pendidikan Bahasa Inggris 2011. “ujiannya banyak ketegang­an dan terkadang menjadi tidak konsentrasi,” ujar mahasiswa yang terbilang baru ini.

ada beberapa tipe ujian yang terdapat di FBs ini. Menurut Wi­dyastuti selaku Wakil Dekan I FBs semuanya tergantung pada as­s­es­s­ment atau kontrak yang te­lah disepakati antara dosen dan mahasiswa sebelum memulai KBM di awal semester. “ada be­berapa tipe untuk menempuh uji­

Dosen Perlu Meningkatkan “Feedback”ujian akhir seMester

Dekan FBS ditemani para wakil dekan terpilih.

si Pencetus nama “suara ungu”Selain sebagai media informasi dan promosi fakultas, Sri Hartati Widyastuti menilai Suara Ungu merupakan ajang kaderisasi mahasiswa. Hal 11

Page 2: Suara Ungu Januari 2012

2 suara ungu januari 2012

Pelindung: Prof. dr. Zamzani, m.Pd. (dekan FBs unY) Penasihat: dr. Widyastuti Purbani, m.a. (Wakil dekan i), drs. sudarmaji, m.Pd. (Wakil dekan ii), dr. kun setyaning astuti, m.Pd. (Wakil dekan iii) Pengarah: drs. Yudi sutama, m.Pd. (kabag tu), herman, m.Pd. (kabag kerjasama) Pemimpin umum: akbar kuntardi setiawan, m.hum. (ketua humas) Pemimpin redaksi: sismono la ode, s.s Sekretaris redaksi: virga renitasari, s.Pd. redaktur Pelaksana: azwar anas Staf redaksi: Febi Puspitasari, Fitri ananda, nunggal seralati, rani eryani, s.i.P., scholastica Wahyu Pribadi Perwajahan: ms lubis Fotografer: Pairin Distribusi dan Sirkulasi: djumari, sarkowi.

alamat redaksi: kantor humas, gedung Pusat layanan akademik lantai ii Fakultas Bahasa dan seni, kampus unY karang­malang Telepon: 0274­550583 Faks: 0274­548207 E-mail: [email protected] Penerbit: humas FBs unY.

BERITA UTAMA

Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot saat mengikuti penjelasan.

an. Misalnya, menganalisis kasus biasanya dengan take home, men­jawab soal, dan membuat paper atau makalah. semuanya disesu­aikan dengan jenis mata kuliah,” ujar Widyastuti.

Widyastuti selaku pihak yang fokus terhadap kegiatan akade­mik di FBs membenarkan bahwa dari beberapa jenis ujian yang paling memberatkan adalah pe­nugasan membuat makalah yang terlampau banyak.

“apalagi jurusan kita bahasa dan seni. Terutama bahasa yang merupakan mata kuliah kajian. Mau tidak mau paper itu menjadi cara pertama untuk menilai se­berapa jauh mahasiswa mampu mengkaji. Mahasiswa juga tidak boleh mengeluh pasalnya, paper ini yang kemudian menjadi war­na FBs. Yang perlu dipermasa­lahkan sebenarnya bukan pada banyaknya paper yang diberikan tetapi seberapa jauh dosen itu memberi feedback,” jelasnya.

kuncinya pada FeedbackMenyoal perihal tipe ujian be­

rupa penugasan makalah, Widy­astuti punya solusi yang jitu agar ke depan mahasiswa tidak me­rasa terbebani dan jauh lebih efektif untuk mengukur kemam­puan mahasiswa. salah satunya dengan feedback seperti yang di­sampaikan sebelumnya.

“sebenarnya ini tidak akan terjadi, jikalau dosen itu membe­rikan feedback kepada mahasis­wa terkait makalah yang sudah dikerjakannya. Feedback itu ma­suka­n untuk merefleksi­ seja­uh mana hasil yang diperoleh maha­siswa. Misal, apa yang perlu dibe­

nahi dari makalah ini dan seba­gainya. Kalau hanya menumpuk saja, kan kasihan mahasiswa dan dia tak tahu hasilnya,” tegasnya.

selama ini feedback yang dibe­rikan oleh dosen dinilai masih kurang. “Mungkin dosen yang terlalu sibuk sehingga tak punya waktu memberi feedback satu per satu paper mahasiswa. saya sebagai Wakil Dekan I akan meng­galakkan supaya ke depan hasil ujian selalu ada feedback sehing­ga sesuai dengan apa yang diha­rapkan,” tambah Widyastuti.

Bu Wid, demikian ia disapa, tampaknya memang sangat seri­us menangani masalah ini. Ia me­nambahkan perihal dampak ne­gatif dari kurangnya feedback ter­sebut. Menurutnya dengan do­sen tidak memberikan feedback

pada makalah mahasiswa secara tidak langsung akan mendidik plagiarisme.

“sebetulnya ini sudah ditekan­kan oleh universitas dalam pen­didikan karakter bahwa plagia­risme itu adalah dosa akademik yang tidak termaafkan. sikap itu harus dibina sejak awal. nah, de­ngan feedback tadi sebenarnya juga bisa. Dengan mengoreksi sungguh­sungguh akan memoti­vasi mahasiswa untuk tidak copy­pas­te. Dosen pun jadi tahu sebe­rapa persen kemampuan maha­siswa,” tegas Widyastuti.

Bayu ardiyanto, mahasiwa FBs tingkat akhir, mengakui hal itu. ”Menurut saya itu hanya akan menumbuhsuburkan plagiaris­me. Ta­k perlu muna­fik­la­h, sa­ya­ juga pernah copypas­te. saya kira tak hanya saya. Waktu yang me­pet dan tugas yang menumpuk mau tidak mau memaksa maha­siswa untuk mencari alternatif paling mudah,” katanya.

Page 3: Suara Ungu Januari 2012

�suara ungu januari 2012

kebijakan FBs soal nilai akademik

Oleh Azwar Anas

Terdapat banyak hal untuk memunculkan sebuah nilai. Cara menilai atau pengukuran mahasiswa

tak hanya dari ujian, melainkan juga dari silabi yang telah disepa­kati dosen dan mahasiswa. Dr. Widyastuti Purbani menjelaskan terkait seluk beluk kebijakan pe­nilaian di FBs.

“Penilaian atau pengukuran mahasiswa itu komponennya ti­dak hanya satu dari ujian saja. Komponennya mengikuti silabi kontrak yang telah ditawarkan dosen. Jadi kalian (mahasiswa­red) setuju nggak, kalau tidak ayo kita ubah. negosiasi seperti itu sangat boleh dan beberapa su­dah melakukan. Tetapi, mahasis­wa harus benar­benar mematuhi karena itu menjadi sebuah kese­pakatan,” ujar Widyastuti.

Harapannya, dari penjelasan Widyastuti tidak ada lagi kebi­ngungan atau ketidakpuasan ma­hasiswa terhadap penilaian do­sen terkait nilai yang diterima­nya. Pihaknya juga menambah­kan semisal mahasiswa tidak pu­as dengan nilai yang telah dica­pai mahasiswa boleh mempro­tes kepada dosen yang telah ber­sangkutan.

“Itu hak mahasiswa. sangat bo­leh sekali meminta kejelasan so­al nilai yang diperoleh, dari pada ngghrundhel di belakang? Itu per­buatan yang salah,” katanya.

Bahkan, kata Widyastuti nilai yang sudah keluar di siakad da­pat diubah jika memang terjadi kesalahan dalam melakukan pe­nilaian. sayangnya, mahasiswa ti­dak banyak tahu dan berani me­nanyakan kejelasan nilai yang te­lah diperolehnya.

setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.

“seandainya kalau mahasiswa menerima nilai yang tidak sesu­a­i­, sa­h­sa­h sa­ja­ i­a­ mengkla­ri­fika­­si. Tetapi terkadang mahasiswa ti­da­k cukup bera­ni­. Kla­ri­fika­si­ di sini kita bicara data lho ya. Mi­salnya, mahasiswa memperoleh nilai C karena tidak mengumpul­kan makalah. Padahal mahasis­wa sudah mengumpulkan. Tetapi mungkin karena terselip dosen menganggap yang bersangkutan tidak mengumpulkan. nah, jika mahasiswa mampu membukti­kannya dosen wajib mengubah nilai tersebut,” jelasnya.

nilai kosong tak Berlaku selanjutnya, kebijakan terkait

nilai kosong menjadi salah satu prioritas Wakil Dekan I yang mengusung Tridharma Perguru­an Tinggi ini. Janji Widyastuti, ke depan tidak akan ada lagi nilai kosong yang mewarnai Kartu Ha­sil studi (KHs).

“Kita memberi toleransi keter­lambatan penilaian dari dosen selama 1 minggu. Jika sudah di­beri peringatan dua kali dan ma­sih tetap kosong. Kita peringat­kan dan ketika sudah menelepon tapi tetap tidak digubris, nilai akan segera kami B+ kan. Jadi ni­lai B+ merupakan kebijakan de­kanat ketika nilai kosong tidak se­gera diubah oleh dosen yang ber­sangkutan selama tenggat waktu yang kami tentukan,” terang Wi­dyastuti.

untuk ujian semester ini ba­tas penyerahan nilai ditentukan sampai tanggal 20 Desember ter­masuk toleransi keterlambatan­nya selama 1 minggu. untuk me­realisasikan tidak ada nilai ko­song tersebut, Widyastuti meng­aku telah mengirim surat edaran kepada kepala jurusan masing­masing untuk segera mengeluar­kan nilai sebelum proses registra­si dimulai.

Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot saat mengikuti penjelasan.

Page 4: Suara Ungu Januari 2012

� suara ungu januari 2012

EVENT

Oleh Fitri Ananda

ITIKaD cinta seni kembali ditun­jukkan oleh mahasiswa FBs. Kali ini mahasiswa Pendidikan seni rupa mengolah rupa seni makin beragam. Tidak melulu lukisan, namun banyak karya beragam yang dipamerkan. sebut saja ka­os dan sepatu yang diolah menja­di unik dan langka, tas lukis, ser­ta makanan kecil.

Mengajak tujuh universitas di Yogyakarta yang memiliki ju­rusan seni rupa, mahasiswa FBs berhasil menyelenggarakan “ak­tarupa #1”. acara ini merupakan acara lama yang kemudian di­olah menjadi tiga bagian: Pame­ran, Lomba Mewarnai Tingkat TK, dan Pentas Musik Dendang Calon guru (DCg) #7.

acara dibuka dengan penam­pilan tarian oleh mahasiswa ju­rusan Pendidikan seni Tari yang berkolaborasi dengan grup mu­sik jurusan Pendidikan seni ru­pa (21/1). Penonton dibuat takjub dengan dandanan mereka yang

Menghidupkan seni rupa di kampus ungu

mengenakan topeng layaknya bo­neka kayu.

setelah tarian selesai, penon­ton dipersilahkan memasuki ge­dung Kuliah I (gK I) lantai I un­tuk melihat karya­karya maha­siswa seni rupa berbagai univer­sitas. Tampak dekan FBs hadir mengapresiasi karya yang ada. Tak terpusat di gK I, di pelataran pendopo Tedjokusumo pun per­wakilan HIMa (Himpunan Ma­hasiswa) seluruh FBs disilakan menjual hasil kreasi mereka.

Meskipun memilih waktu di saat liburan, pengunjung tetap antusias. Disoal pemilihan wak­tu, sinta saragih selaku Humas mengatakan, “Ya, awalnya kami memilih bulan Desember, tapi ka­rena Desember sudah full acara dan kami tak dapat tempat, jadi­nya bulan Januari.”

sinta menambahkan makna acara ini yakni pemaknaan seni yang lebih mendalam, tujuannya supaya karya­karya tersebut mampu mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar. Ini ter­

lihat dari makna kata ‘akta’ dari aktarupa. Hal senada juga disam­paikan sekretaris Jurusan Pendi­dikan seni rupa (Dwi retno sri ambarwati, M.Pd.), “apalah arti seni tanpa apresiasi.”

Memasuki hari kedua (22/1) Pendopo Tedjokusumo dipenuhi �0 anak­anak seusia TK. Dengan ceria mereka mengikuti lomba mewarnai dengan tema “Libur Telah Tiba.” Pemenang berhak mendapatkan uang pembinaan dan piala dari Staedtler.

sorenya mulai pukul 15.�0 wib, dengan meriah panitia me­nyuguhkan Live Mus­ic di stage Tari Tedjokusumo. acara ini di­isi dengan persembahan dari de­legasi HIMa maupun universi­tas lain. Kemudian aktarupa #1 ditutup dengan meriah lewat DCg #7.

“Harapannya acara seni rupa ini bisa berkembang, tidak ha­nya lokal Yogyakarta tapi juga bi­sa menasional, seperti yang dila­kukan jurusan seni rupa univer­sitas lain,” Pungkas sinta.

setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.

Dekan FBS ditemani para wakil dekan terpilih.

Page 5: Suara Ungu Januari 2012

5suara ungu januari 2012

JuM’aT (1�/1), gedung Kuliah I FBs unY tampak berbeda. Puluhan sketsel berjajar rapi menghiasi lantai I dan II. Lukis­an berbagai aliran dan ukur­an menarik minat mahasiswa yang lalu­lalang untuk berhen­ti sejenak dan melihat.

Ya, lukisan­lukisan itu meru­pakan hasil karya mahasiswa seni rupa angkatan 2008 jurus­an seni Lukis Kelas a, B, g, dan H yang berjumlah �8 orang. setiap mahasiswa setidaknya

menghasilkan dua lukisan un­tuk dipampang di pameran ter­sebut. Pameran seni lukis ini di­gunakan sebagai pengganti uji­an akhir semester.

Beberapa pengunjung tam­pak antusias dengan beberapa karya yang unik. “Bagus­bagus, kalau gini terus keras­a banget Fakultas Bahasa dan seni­nya.” ungkap Ira, mahasiswi Pendi­dikan Bahasa Jerman.

richo n. selaku Ketua Panitia mengatakan, “Harapan kami,

dengan pameran ini, karya­kar­ya kami bisa diapresiasi dan se­lanjutnya sarana untuk pamer­an, seperti sketsel, ruang, dll. dapat terpenuhi.”

Harapan richo dapat dimak­lumi. Peminjaman ruangan dan jumlah sketsel yang dimi­liki kampus belum begitu ba­nyak sehingga kerap menjadi kendala. namun, yang terpen­ting wujud bukti karya nyata mahasiswa terus diapresiasi dan didukung. Fitri

HarI keenam di Januari 2012, EDsa (Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris FBs unY) sukses selenggarakan EDsa­nITE. acara ini merupakan aca­ra tahunan sekaligus acara pun­cak Englis­h Week yang telah di­adakan pada 12­16 Desember 2011. Englis­h Week sendiri dime­riahkan beberapa lomba seperti Lomba Futsal dan Writing and Photograpy Competition.

eDsanite Meriahkan stage tari

Pameran seni Lukis akhir semester

Pada malam itu, stage Tari di­penuhi mahasiswa yang ingin menyaksikan penampilan spesial dari sub Divisi IV dengan persem­bahan dari Emac, Teater Relung, Eds­acous­tic, dan digemparkan pula oleh Sunmorcous­tic dan Sri Plecit.

Teater Relung dengan apik me­nyuguhkan dua pentas teater. Le­wat cerita “Eleuvia”, penonton berhasil dibuat bersorak dan ber­gemuruh tepuk tangannya. Ceri­ta ini menceritakan, seorang le­laki yang diberi tantangan oleh kekasihnya untuk tidak berhu­

bungan selam 2� Jam, namun ke­esokan paginya ketika si lelaki ingin bertemu, ternyata sang ke­kasih meninggal dunia. Cerita ke­dua, mereka mengangkat tema surealis yang bercerita akan kri­tik anak­anak pedesaan yang ke­hilangan lahan bermainnya kare­na dibangun gedung­gedung ber­tingkat.

Dalam acara itu pula hadir Dekan FBs (Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.) dan Wakil Dekan III (Dr. Kun setyaning astuti, M.Pd.). De­kan FBs dalam sambutannya me­ngatakan bahwa aktivitas ini me­rupakan aktivitas positif yang patut didukung, diharapkan ma­hasiswa berlomba­lomba untuk membuat acara semacam ini pa­salnya tahun 201� alokasi dana untuk pentas kolaborasi akan se­makin besar.

EDsanITE yang mengambil te­ma When Arts­ Found Their Mo­ther ditutup dengan meriah oleh penampilan Sri Plecit, Band ber­aliran ska. Wahyu aji Permana selaku ketua EDsa 2011 menga­takan bahwa acara ini bertujuan untuk menunjukkan semangat ekspresi berkesenian dari maha­siswa Bahasa Inggris. Fitri

raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa.

Page 6: Suara Ungu Januari 2012

6 suara ungu januari 2012

EVENT

Oleh Nunggal Seralati

aPa yang pertama kali terbayang ketika mendengar kata “seni ru­pa”? Lukisan, gambar­gambar, dan karya lainnya yang melibat­kan cat, kuas, pewarna, serta media gambar. namun pernah­kah berpikir bahwa seni rupa ju­ga melibatkan benda­benda tiga dimensi bercetak yang tak meng­gunakan kelir pewarna? Ya, ob­jek­objek demikianlah yang me­rupakan garapan para mahasis­wa jurusan Pendidikan seni ru­pa dengan konsentrasi DKV atau Desain Komunikasi sosial.

Desain Komunikasi Visual atau yang lebih sering disingkat dengan DKV merupakan ilmu yang mengembangkan bentuk ba­hasa komunikasi visual berupa

seni rupa yang komunikatif

pengolahan pesan pesan untuk tujuan sosial atau komersial, da­ri individu atau kelompok yang ditujukan kepada individu atau kelompok lainnya.

Pesan tersebut dapat berupa informasi produk, jasa atau ga­gasan yang disampaikan kepada target dalam upaya peningkatan usaha penjualan, peningkatan citra dan publikasi program pe­merintah.

Pada prinsipnya DKV adalah perancangan untuk menyampai­kan pola pikir dari penyampaian pesan kepada penerima pesan, berupa bentuk visual yang komu­ni­ka­ti­f, efekti­f, efisi­en da­n tepa­t, terpola dan terpadu serta estetis, melalui media tertentu sehing­ga dapat mengubah sikap posi­tif sasaran. Elemen desain komu­nikasi visual sendiri adalah gam­bar atau foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media. baik media cetak, massa, elektro­nika maupun audio visual.

Mahasiswa Pendidikan seni rupa angkatan 2008 dengan kon­sentrasi DKV mengadakan pame­ran Deskomvis di gedung Kuli­ah I lantai �, FBs unY dari tang­gal 1� Januari sampai 17 Januari 2012. Beragam karya dipajang di seluruh ruang �19, dari mulai pin, mug, stiker, kaos, sepatu, bro­sur, poster, x­banner, billboard, sampai spanduk.

Tidak hanya iklan komersial saja yang berusaha divisualisasi­kan, namun iklan layanan masya­rakat juga turut menyemarakkan pameran yang dilangsungkan de­mi memenuhi tugas akhir DKV IV ini. Dengan topik dan tema berbeda, pameran ini mampu menyedot animo mahasiswa FBs unY untuk mengapresiasi berba­gai buah karya mereka meski pa­meran diadakan di lantai �.

“Topik dan tema berbeda, ter­gantung mahasiswanya sendiri. semuanya sesuai kemauan maha­siswa, sesuai dengan hasil obser­

setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang menjadi tolak ukur atas keberhasilan mahasiswa.

raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa. raditya Dika menyampaikan.

Page 7: Suara Ungu Januari 2012

7suara ungu januari 2012

vasi atau wawancara yang dila­kukan sebelum membuat desain itu,” terang Beni Irawan selaku Ketua Panitia pameran.

Ketika ditanya mengenai pe­milihan ruangan yang tergolong tidak biasa ini, Beni menambah­kan, “Kami mempertimbangkan aspek keamanan. Kalau di ruang terbuka banyak orang lalu­la­lang. Jadi desain kami terlalu ris­kan untuk dipamerkan. Beda hal­nya dengan lukisan yang memi­liki proporsi lebih besar.”

Masih dari Beni, “Desain­de­sain yang ditampilkan oleh �0 mahasiswa yang mengikuti kelas DKV IV, diampu oleh Drs. r. Kun­coro Wulan Dewojati, M.sn., me­rupakan desain yang diusahakan sendiri tanpa bantuan lembaga yang dipromosikan. Jadi pamer­an ini merupakan usaha swada­ya teman­teman mahasiswa.”

Lebih lanjut Ketua Panitia me­nambahkan bahwa pameran ka­li ini ditujukan bukan hanya se­bagai penuntas tugas akhir saja, namun juga sebagai sarana ap­resiasi sebagaimana fungsi sebe­narnya dari pameran itu sendiri. “Kami berharap semua pengun­jung bisa mengapresiasi karya kami,” tutupnya.

sEBagaI wujud bakti pelestari­an seni budaya dan rasa tang­gung jawab pada masyarakat, BEM FBs 2011 mempersembah­kan Pentas akhir Kepengurus­an dengan tema, “Kampus Bu­daya Bakti Budaya nusantara” di stage Tari, Kamis (12/1). Mes­kipun menempati panggung yang minimalis panitia mampu mempersembahkan karya yang tak kalah apiknya. Dengan ba­lutan koran bekas dan lampu kerlap­kerlip, suasana parade budaya nusantara tersebut ma­kin meriah dan memukau pe­nonton yang telah hadir sejak pukul 19.00.

Kemunculan band musik Plenthong Konslet yang identik dengan perpaduan gamelan dan alat musik modern mampu menarik antusiasme penonton yang terdiri dari mahasiswa unY, ugM, uns dan unEsa. acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan band musik Paksi “Jasmine”, Komunitas su­ling Bambu nusantara, Teater unEsa dan Calunk Funk (Komu­nitas angklung Malioboro).

apresiasi penonton bertam­bah meriah saat menyaksikan penampilan anak­anak dari De­sa Bahasa samirono yang meru­pakan Desa Binaan BEM FBs. Mereka membawakan drama

sederhana yang berkisah ten­tang kehidupan seekor kum­bang kecil nan penakut. selain itu, tarian India yang dibawa­kan oleh anak­anak Panti asuh­an Bina siwi (Panti asuhan khu­sus anak­anak berkebutuhan khusus) juga mampu membuat penonton berdecak kagum.

“Pentas seni macam ini ada­lah bentuk apresiasi seni terha­dap budaya lokal, maka kami selaku panitia ingin memberi­kan suguhan lain yang lebih membumi,” ungkap rizqi Dzul­fika­r sela­ku ketua­ pa­ni­ti­a­ mene­gaskan.

Hal senada juga diamini oleh Wakil Dekan III FBs, Dr. Kun setyaning astuti, M.Pd.. Dalam sambutannya, dosen seni Mu­sik FBs ini mengatakan, “Buda­ya adalah puncak suatu bang­sa dan kebenaran paling sem­purna adalah keindahan, maka diharapkan acara seperti ini mampu membuat seni menjadi lebih tinggi dan budaya lebih beradab”.

Pada pementasan musik dan teater malam itu, juga dilaku­kan penyerahan suling bambu pada Dekan FBs, Prof. Dr. Zam­zani, M.Pd. yang kala itu duduk lesehan bersama mahasiswa dan beberapa penonton yang di­anggap atraktif. Fitri

Pentas akhir kepengurusan BeM 2011

Page 8: Suara Ungu Januari 2012

8 suara ungu januari 2012

EVENT

AgendA

Pameran Seni rupa “ilus-trasi Kreasi dalam Ekspresi”, 2-4 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.I FBS ujian Semester, 2-13 Januari 2012, FBS Pameran Foto Sangkala, 5-8 Januari 2012, Cine Club gedung C15 FBS EDSaniTE, 6 Januari 2012, Stage Tejokusumo FBS Pameran Keramik Prodi Pendidikan Seni

Kerajinan “Sentuhanku Menjiwai Karyaku”, 11 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.I FBS rapat Koordinasi Fakultas, 11 Januari 2012, Ruang Seminar gedung PLA FBS Pagelaran Busana Tari, 11-12 Januari 2011, Stage Te-jokusumo FBS Kunjungan dari SMK Musik Perguruan Cikini, 12 Januari 2012, Ruang Seminar

gedung PLA FBS Pentas akhir Kepengurusan BEM FBS “Kam-pus Budaya Bakti Budaya nu-santara”, 12 Januari 2012, Stage Tejokusumo FBS Pisah Sam-but Karyawan, 13 Januari 2012, Pondok Makan dan Pemancingan “Umbul Permai” Pameran Seni Lukis akhir Semester, 13 Januari 2012, Gedung Kuliah I FBS

Pameran Deskomvis Pendidikan Seni rupa, 13 – 17 Januari 2012, Gedung Kuliah I lt.III FBS Kun-jungan SMP Tunas indonesia, 20 Januari 2012, Ruang Seminar Ge-dung Kuliah I lt.II FBS aktarupa #1, 21-22 Januari 2012 Studi Banding dari BEM universitas negeri Padang, 23 Januari 2012 Yudisium, 31 Januari 2012.

Oleh Scholastica W Pribadi

1�­1� JanuarI 2012 Pendidikan seni Tari angkatan 2009 meng­adakan malam peragaan busana di Pendopo Tedjokusumo. Pera­gaan yang dilaksanakan dua hari ini dimaksudkan untuk meme­nuhi tugas akhir semester mata­kuliah Tata Busana yang diampu oleh Pramularsih, M.Hum dan Trie Wahyuni, M.Pd selaku do­sen Pendidikan seni Tari.

Tidak hanya berbau budaya bu­sana Jawa saja, busana adat su­matra, dan Kalimantan ikut me­warnai kreativitas yang pertama kali dilakukan oleh jurusan Pen­didikan seni Tari ini. Mahasiswa

Pagelaran Busana tari

dibekali berbagai jenis busana klasik dan daerah nusantara se­lama satu semester. Pada akhir semester inilah, mahasiswa di­tuntut untuk mengembangkan atau merancang busana tari yang lebih modern tetapi tidak meni­ngga­lka­n ni­la­i­­ni­la­i­ filosofi yang terdapat dalam busana ter­sebut.

“Kami mencurahkan seluruh kreativitas agar bisa menunjuk­kan bahwa kami tidak hanya bi­sa menari namun memiliki kete­rampilan merancang dan men­ciptakan busana sehingga hari ini kami benar­benar total me­rancang busana meskipun mem­butuhkan biaya yang tidak sedi­

kit,” ungkap sella salah satu pe­serta pagelaran.

Jenis­jenis busana yang dikrea­sikan adalah Busana Bedoyo Pe­ngantin solo & Yogyakarta, Ki­nantang alus, Impur, Kambeng, Bapag, Kreasi Busana Tokoh an­tagonis, Protagonist, Busana Kre­asi anak sD, sMP, sMa, Busana Dayang­Dayang, dan Tokoh Ke­prajuritan.

“Kebetulan saya mendapat undian mengkreasikan Dodot Pe­ngantin solo. karena ini hal baru dan sangat rumit jadi saya memu­lai persiapan lebih awal yaitu da­ri jam 10.00 WIB,” ungkap Enis mahasiswa seni Tari yang ber­asal dari sumatra.

Meskipun acara tidak terlak­sana tepat waktu namun antu­sias penonton sangat tinggi. Di samping itu Ketua Jurusan Pen­didikan seni Tari, Wien Pudji Pri­yanto juga hadir dalam acara ter­sebut. Pun Dekan Fakultas Baha­sa dan seni, Prof Dr. Zamzani di hari kedua.

“Baru pertama kali ini kami melihat pagelaran busana tari. Ini memberi kami banyak penge­tahuan tentang busana­busana tradisi dan nusantara. semoga berikutnya, acara seperti ini ma­sih ada. Harapannya, Fakultas Bahasa dan seni sendiri juga tu­rut mengadakan pertunjukan se­ni secara rutin,” papar arti maha­siswa FMIPa.

setelah ujian, yang ditunggu mahasiswa adalah nilai. nilai adalah capaian konkret yang.

Pasangan calon Ketua BEM FBS Olvy-Tommy dan arda-Shirot.

Page 9: Suara Ungu Januari 2012

9suara ungu januari 2012

LintAs

PuLuHan karya terpampang di belasan sketsel yang berada di lobi gedung Kuliah 1 (gK 1) FBs unY mulai dari tanggal 2 sampai � Januari 2012. Terda­pat sekitar 80 buah karya, baik dua dimensi maupun tiga di­mensi, dengan kekreatifan yang menonjol.

selain tema berbeda, aliran dan teknik yang ditampilkan juga beragam. Hal ini berhasil mencuri perhatian mata­mata yang berlalu lalang di sekitar gK 1. Dari yang sekadar meli­rik, sampai yang akhirnya be­nar­benar berhenti di hadapan suatu karya dan memperhati­kan dengan takjub.

“Memang itu tujuan kami de­ngan melakukan pameran di gK 1. Kini seakan semua kegi­atan perkuliahan bertumpu pa­da gedung Kuliah 1. Kami ya­kin akan ada banyak teman­te­man mahasiswa yang berada di sekitaran gedung yang terta­rik,” terang Wahyu Cahyono se­laku ketua panitia pameran.

Karya­karya tersebut merupa­kan buah keringat dari mahasis­wa Pendidikan seni rupa ang­katan 2010 kelas a, B, dan g. Pa­meran yang bertajuk Ilustrasi Kreasi dalam Ekspresi ini dilak­sanakan dalam rangka melaksa­nakan tugas akhir mata kuliah Ilustrasi Kreasi yang diampu oleh suwarna, M.Pd.

Karya yang diikutsertakan dalam pameran kali ini bukan hanya dua dimensi sebagaima­na terdapat pada banyak pame­ran. Pameran yang digawangi oleh mahasiswa semester tiga ini turut menampilkan karya se­ni tiga dimensi, seperti diorama dan relief. Bahkan, diakui Wah­yu, ini adalah kali pertama pa­meran diorama diadakan oleh jurusan seni rupa.

Pameran yang merambah ke tiga dimensi ini, tulis suwar­na, M.Pd dalam katalog pame­ran, merupakan suatu terobos­an agar mahasiswa dapat ber­kreasi sesuai dengan tuntutan jiwa kreatifnya. Hal ini turut di­amini ketua panitia, “Tiga di­mensi adalah terobosan baru, jadi pameran ini tidak hanya mengandalkan dua dimensi, ter­utama diorama.” Nunggal

ketika Dimensi Berbeda Bersatu

raditya Dika menyampaikan materi workshop di mahasiswa. raditya Dika

Butuh dua tulisan, masing-masing 95 kata. Salah satunya harus ada foto

Page 10: Suara Ungu Januari 2012

10 suara ungu januari 2012

KABAR PLA

Oleh Virga Renitasari

PErIsTIWa mutasi dan rotasi memang harus terjadi di suatu organisasi. Tujuannya antara la­i­n untuk meni­ngka­tka­n efisi­ensi­ da­n efekti­fita­s kerja­. Begi­tu juga­ dengan Fakultas Bahasa dan se­ni unY. awal tahun 2012 ini, dela­pan karyawan FBs pindah tugas ke unit­unit lain di lingkungan unY. selain karyawan pindah, delapan karyawan dari unit­unit lain masuk menjadi karyawan di lingkungan FBs. Menandai perge­seran tugas karyawan, FBs meng­gelar acara pisah sambut karya­wan pada Jumat (1�/1) di Pondok Makan dan Pemancingan “um­bul Permai”.

“Ibarat berjalan kami mema­suki gua, belum tahu ada apa di dalam gua itu, maka kami mo­hon pencerahan supaya kami da­pat menjalankan tugas dengan baik sesuai bidang dan kemam­puan kami,” kata Imam supa­ngat mewakili rekan­rekan karya­wan masuk. Mewakili karyawan

Yang Pergi Meninggalkan kesan, yang Datang Membawa harapan

pindah, snik setyo Pratiwi meng­ungkapkan “ada pertemuan ada perpisahan. setelah sekian lama menunggu, akhirnya ini ‘menim­pa’ kami.” Menanggapi pesan dan kesan tersebut, dekan FBs Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. berpe­san bagi karyawan baik yang pin­dah maupun masuk untuk sege­

YuDIsIuM bukan sekadar aca­ra seremonial, namun menjadi titik yang menentukan bagi ma­hasiswa yang telah lulus. sela­sa (�1/1), FBs menyelenggara­kan Yudisium yang pertama di tahun 2012 di ruang seminar lantai III gedung PLa FBs.

sebanyak 169 mahasiswa di­nyatakan berhasil menuntas­kan studi dalam waktu yang di­

tentukan. Empat belas di anta­ranya lulus dengan predikat cumlaude. sementara rineka Cahyarini yang berasal dari Program studi Pendidikan Ba­hasa Jawa meraih IPK tertinggi, yakni �,70.

“It’s­ not the end of it, it’s­ the beginning of everything,” pesan Dr. Widyastuti Purbani, M.a., Wakil Dekan I FBs. “Tanggung

jawab dan tugas kalian ke de­pan sudah berbeda dari sebe­lumnya. Disiplin, integrasi, dan dedikasi harus mulai diterap­kan pada jiwa kalian untuk menghadapi masa­masa yang lebih sulit daripada masa­masa menjadi mahasiswa yang me­nyenangkan.” Demikian pesan Widyastuti di akhir sambutan­nya. Virga

Yudisium Pertama di tahun 2012

ra menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru karena si­tuasi di setiap fakultas tidak sa­ma. Harapannya, pergantian kar­yawan ini membawa perubahan yang baik dan menambah gairah baru dalam menjalankan tugas bersama­sama.

acara yang berlangsung seki­tar dua jam ini juga diisi hiburan musik dari mahasiswa Pendidik­an seni Musik dan persembahan lagu dari karyawan FBs.

sekolah memiliki keterbatasan kesempatan dalam praktik komunikasi bahasa Jawa. untuk itu, penggunaan bahasa Jawa dalam lingkungan.

raditya Dika menyampaikan materi workshop di depan mahasiswa.

Page 11: Suara Ungu Januari 2012

11suara ungu januari 2012

sri harti wiDYastuti

FIGUR

Dra. sri harti widyastuti, M.hum.

si Pencetus nama “suara ungu”

oleh Febi Puspitasari

Selama dua periode me­mimpin bidang II FBs, Bu Tuti, demikian sapaan ak­rab sri Harti Widyastuti,

ternyata menyimpan sejuta ke­nangan. Bergelut pada urusan ru­mah tangga, kepegawaian, dan keuangan, Ibu dari dua anak ini tidak melupakan keberadaan Hu­mas fakultas. Bukan karena dia salah satu sosok dibalik berdiri dan berkembangnya kehumasan fakultas, tapi lantaran Humas adalah pintu masuk masyarakat untuk mengenal fakultas.

selama delapan tahun ikut membesarkan fakultas, ia sadar bahwa Humas harus berperan penting dalam menunjukkan ek­sistensi fakultas. Ketidakadaan media fakultas, seperti majalah ataupun buletin membuatnya kurang tenang. “Fakultas kum­pulannya spesialis bahasa dan se­ni, tapi kok ndak punya media se­bagai apresiasi seni dan menu­lis?” ungkapnya.

Inilah yang menggugah dosen Pendidikan Bahasa Jawa ini un­tuk mengajak Ketua Humas FBs tahun lalu, Wien Pudji Priyanto dan sismono La Ode (Pemimpin redaksi Suara Ungu) untuk mem­buat dan menghidupkan buletin fakultas. setelah merasa yakin, ia pun berkonsultasi ke Dekan FBs, Prof. Dr. Zamzani, M.Pd.

nama Suara Ungu pun tidak le­pas dari kontribusi Bu Tuti. “Ini adalah suara dari kampus Ungu di mana terjadi tegur sapa, dia­log, dan informasi tentang apa yang terjadi di Fakultas,” ungkap­nya. Demikian salah satu alasan mengapa buletin FBs dinamakan Suara Ungu.

selain sebagai media informasi dan promosi fakultas, suara ungu bisa menjadi ajang kaderisasi mahasiswa yang senang jurnalistik.

salah satu keunggulan Suara Ungu ini adalah kaderisasi. seba­gian besar reporter adalah maha­siswa FBs semester �­5 yang te­lah dilatih dan ikut training jur­nalistik oleh tim khusus redaksi Suara Ungu. Tiap tahun, ketika sudah harus bergelut dengan persiapan skripsi, mereka akan diganti kader baru yang lang­sung mendapat training singkat jurnalistik. Dengan demikian, se­lain menjadi media so­sialisasi dan promosi fakultas, Suara Ungu juga merupakan wa­dah mahasiswa da­lam mengembang­kan kemampuan jur­nalistik yang telah di­pelajari di bang­ku kuliah.

Di awal proses, sri merasakan bahwa pembuat­an buletin memang tidak mu­dah. “Di

edisi pertama, penerbitan Suara Ungu mundur dari target hingga beberapa bulan karena kami mencari konsep dan karakter bu­letin yang mencirikan FBs.“ na­mun akhirnya sri bersyukur ka­rena perkembangan buletin su­dah semakin terlihat hingga pe­nerbitannya yang kedelapan ini. Berita­berita akademik dan in­fo fakultas sangat beragam dan sesuai ekspektasi. “Berbeda ceri­ta ketika saya masih menjadi sek­retaris Humas FBs, buletin tidak sebagus sekarang.”

saat menjabat sekretaris Hu­mas FBs periode 200�­2009. sri mengatakan bahwa hanya dua orang yang mengurusi buletin termasuk dirinya. Buletin fakul­tas pada saat itu hanyalah dua lembar kertas HVs warna­warni yang dicetak dengan tinta hitam. Penerbitan buletin ini berhasil berjalan hingga akhirnya sri menjabat Pembantu Dekan II.

Kini, keseharian dosen Pendi­dikan Bahasa Jawa ini lebih ba­nyak disibukkan dengan kegiat­an akademik. namun harapan­

nya untuk Suara Ungu masih ia gantungkan. “Lewat bule­tin ini, saya berharap kita makin peduli pada orang di sekitar yang tidak kita sada­ri bahwa mereka telah mem­

berikan kenyamanan kepa­da kita seperti pen­

jaga ruang atau tu­kang parkir,” ung­kapnya. selain itu, ia ingin agar ap­resiasi karya seni

dan karya­karya pengabdian ma­

syarakat mendapat

ruang.

Lahir: Magelang, 8 Oktober 1962 Pendidikan: S2 Sastra Indonesia dan Jawa UGM jabatan: Sekjur Pendidikan Bahasa Daerah (1999-2003), Pembantu Dekan II FBS (2003-2011), Sekretaris Diksi (2001-2011), Staf Jarlit Bapeda Propinsi (2003-2010), Anggota Senat FBS (2012).

Page 12: Suara Ungu Januari 2012

12 suara ungu januari 2012

APRESIASI

Prancis “Mutatis Mutandis”

Dalam bidang hukum ada terminologi “mutatis mutandis” yang artinya

“dengan perubahan yang perlu-perlu”. (serapan) Bahasa Prancis dalam bahasa indonesia memang perlu

perubahan, supaya bukan cuma tren, tapi jadi pemakaian yang berdasar pada pengetahuan yang mendalam,

“non multa sed multum”.

Sekarang café ada di ma­na­mana. Bahkan sudah sampai kota kecil seperti Purwokerto. Ini tren. Me­

nurut ahli kopi Dr. Ir. surip Ma­wardi, s.u., café baru menjamur lima­enam tahun belakangan ini. Cuma tren, karena di Yogya­karta, saya menemukan kedai yang di bawah etiketnya ada la­bel: café and coffee. Hah?

Yang dibicarakan sekarang adalah café, bukan cafe. Café (de­ngan tanda diakritik pada huruf “e”) adalah kata benda dalam bahasa Prancis, sedangkan cafe (tanpa tanda diakritik) adalah ka­ta benda dalam Inggris. Coffee pun adalah kata Inggris.

Entah café maupun coffee, ke­duanya sama­sepa­dan dengan kopi. na­mun café juga bisa bermaksud tempat minum kopi. Penger­tian yang kedua ini­lah yang diserap da­lam bahasa Inggris menjadi cafe alias wa­rung kopi, atau juga rumah makan.

Kenapa café dan coffee bisa sampai bertemu di satu tem­pat? Tentu saja bu­kan bentuk repetisi untuk membentuk makna jamak. Baha­sa­bahasa Indo Jerman bertasrif untuk itu. Etiket warkop di atas adalah contoh kesalahpahaman atas bahasa Prancis—café.

salah paham bermula dari ra­sa asing. Tapi, apakah bahasa Prancis memang asing di Indo­nesia?

Minke, protagonis dalam no­vel Bumi Manus­ia karangan Pra­moedya ananta Toer, fasih bica­ra Prancis sejak duduk di Hogere

Burger school, sekolah lanjutan tingkat pertama untuk pribumi. Bumi Manus­ia adalah novel his­toris tentang Tirto adhi soerjo, Bapak Pers Indonesia, dalam wu­jud tokoh Minke. Tirto lahir ta­hun 1880, 1�1 tahun yang lalu.

Minke bercakap dalam Pran­cis, sedangkan kita kerap menyu­supkan kata Prancis. Entah ben­tuk asli maupun serapan. ada kafe (café), kudeta (coup d’état,

yang sering salah kutip­ketik ja­di coup d’etat), kuldesak (cul de s­ac), borjuis (bourgeois­), dan su­venir (s­ouvenir). Bahkan suvenir kadang masih sering ditulis sou­venir, sesuai dengan tulisan asal­nya. artinya tetap: kenang­ke­nangan.

Juga ada fait accompli, contoh frasa Prancis yang disukai penu­lis Indonesia dan artinya agak ru­mit. Kurang­lebih bersinonim de­

ngan “nasi sudah jadi bubur”. se­lain itu, kata yang lebih familiar adalah jurnalis, dari journalis­te.

sebenarnya, Prancis bukanlah negara yang asing­asing amat ba­gi Hindia­Belanda/Indonesia. Ke­tika Belanda ditaklukkan Kaisar napoléon Bonaparte pada tahun 1795, secara de jure Hindia­Belan­da adalah bagian dari republik Prancis. Bahkan nama Batavia, Jakarta sekarang, merupakan nama resmi Belanda ketika dija­jah Prancis, yaitu republik Bata­via (Bataafse republiek). Yang membawa nama itu ke Hindia Be­landa adalah gubernur jenderal koloni pro­Prancis, Herman Wil­lem Daendels, si penggagas jalan raya pos.

Tak cuma nama yang dibawa, orang prancis turut berda­tangan ke Batavia. Dalam Saudagar Baghdad dari Betawi (alwi shahab, 200�) ditulis, orang­orang Prancis itu lalu mem­buat france buurt atau kampung Pran­cis. sekarang tempat itu dikenal sebagai Jalan Jati Petambu­ran, Jakarta.

Kuasa bahasa Pran­cis tidak sekedar to­ponimi. Dalam Sa­

dur, Sejarah Terjemahan di Indo­nes­ia dan Malays­ia (Henri Cham­bert­Loir, 2009), tercatat bahwa Vingt milles­ lieues­ s­ous­ les­ mers­ berada di antara karya Eropa yang diterjemahkan pada awal sejarah penerjemahan di Indone­sia. Pengarangnya, Jules Verne, seorang penulis Prancis produk­tif, merupakan salah satu penu­lis yang karya­karyanya menjadi favorit.

Oleh Prima SW

Page 13: Suara Ungu Januari 2012

1�suara ungu januari 2012

kirimkan esai anda tentang bahasa, sastra, dan seni ke [email protected] berikut foto dan identitas diri.

inio

ke

.co

m

Kakek saya, 7� tahun, pernah merasakan masa­masa itu. Ia ma­mpu mendefini­si­ka­n ba­ha­sa­ Prancis sebagai “bahasa yang ba­nyak ­ong, nya”, menunjuk pada banyaknya fonem nasal dalam bahasa Prancis. Bahasa Prancis memang demikian adanya.

Bahwa bahasa Prancis sempat diakrabi di Indonesia tampak pu­la di KBBI. Tersua kosakata avon­tur (dari aventure, petualangan), avonturir (dari aventourier, pe­tualang), hingga salon yang fami­liar di telinga.

salon adalah ‘ruang (kamar) yang diatur dengan baik (untuk menerima tamu)’. Kata ini baru berarti salon macam pengertian kita sehari­hari bila diembel­em­beli menjadi “salon kecantikan”. salon diserap dari bahasa Belan­da, s­alon, yang bersinonim de­ngan zaal. Dalam Prancis juga ada s­alon, artinya: ruang tamu.

Tapi penggunaan Prancis tidak seperti dulu, ketika sudisman masih menulis “sedangkan bur­juasi nasional adalah sekutu tam­bahan...” dalam pledoinya. su­disman adalah anggota Politbiro PKI yang disidang di Mahkamah Luar Biasa, tahun 1967. Burjuas­i diserap dari bourgeois­ie [bur­ʒua­zi­]. Ia juga menyebut burjuis­ sebagai terjemahan bourgeois­ [burʒua­].

sekarang, hanya ada lema bor­juis­ dalam KBBI, serapan yang bias dari bourgeois­. Diteruskan dengan borjuasi untuk bourgeo­is­ie. Padahal dalam bahasa Ing­gris, yang sering jadi “jembatan” penerjemahan Prancis­Indone­sia, bourgeois diserap begitu sa­ja, tanpa ada perubahan penulis­an maupun pengucapan.

Ini bukan hanya tren café. Ju­ga tren Prancis, karena ajang ba­lap sepeda Tour de France be­

gitu terkenal, konjungsi de jadi sering ditempelkan dalam baha­sa Inggris atau Indonesia. Tren ideologi marxisme pula, sehing­ga bourgeois­ dibawa­bawa.

Dalam bidang hukum ada ter­minologi “mutatis mutandis” yang artinya “dengan perubahan yang perlu­perlu”. (serapan) Ba­hasa Prancis dalam bahasa Indo­nesia memang perlu perubahan, supaya bukan cuma tren, tapi ja­di pemakaian yang berdasar pa­da pengetahuan yang mendalam, non multa s­ed multum.

Prima sW, jurnalis lembaga Pers mahasiswa

eksPresi.

Page 14: Suara Ungu Januari 2012

1� suara ungu januari 2012

SASTRA

Tak kusangka aku benar­benar idiot, percaya be­gitu saja apa yang mereka lakukan dan lebih parah

dari idiot, aku menyadarinya se­telah bertahun­tahun berlalu. Mungkin karena saat itu aku ma­sih terlalu polos dan lugu, atau begitukah? Karena aku tak ingat pernah menjadi anak yang polos dan lugu. Mungkin juga karena aku memang benar­benar idiot, tapi tidak, mungkin aku memang bodoh tapi kau tidak juga bisa disebut idiot.

atau karena mereka memang sangat licik atau tidak berpera­saan? aku tak pernah merasa sebenci ini terhadap seseorang, tidak saat dulu mereka memprok­lamirkan dirinya sebagai teman­ku. aku tak pernah merasa seke­cewa ini terhadap manusia ma­napun. Meski begitu aku harus berterima kasih pada mereka, ka­rena telah membuatku bisa me­rasakan bahagia mendapatkan kado pertama pada ulang tahun­ku. sesuatu yang tak pernah dibe­rikan oleh keluargaku, walau pa­da akhirnya aku tahu itu semua hanya palsu.

aku ingin menyesal telah me­ngenal mereka. setiap kupaksa otakku untuk membuat kata­ka­ta menyesal saat aku mengingat mereka, terus saja hatiku meno­lak, alih­alih merangsangnya un­tuk mengeluarkan kata sesal ma­lah menghiburku dengan berka­ta bahwa membenci mereka itu akan sangat buruk bagi hidupku. Orang tak akan bisa hidup te­nang dalam kebencian. Bahkan setelah mati sekalipun.

“Mia, aku duduk di sebelah­mu!” april berkata setengah ber­teriak ketika aku baru sampai di kelas, kemudian pergi entah ke

mana. Kutemukan tas hitam be­sarnya di barisan tempat duduk paling depan, cemberut, akhir­nya aku mengalah duduk di sana di sampingnya. aku tak pernah suka tempat duduk paling de­pan. Tempat duduk ternyaman bagiku adalah di pojok belakang kelas, lebih santai dan tak tegang saat menerima pelajaran, masih banyak juga keuntungan lain. aku bisa mengunyah permen ka­ret sesukaku tanpa ada yang ta­hu. atau tidur saat pelajaran do­ngeng sejarah dimulai.

“setelah pulang nanti mampir ke tempatku sebentar ya!” seru­nya ceria sambil berkedip miste­rius pada Yanti dan Kirun yang duduk di belakangku. aku meng­angguk tanpa memperhatikan. aku tak pernah menyangka bah­wa hari itu mereka menyiapkan kejutan ulang tahunku yang ke­17. Kado pertama yang kuterima adalah di hari itu. Meski aku tak

begitu ingat kado apa yang mere­ka berikan padaku waktu itu.

aku hanya menyimpan seun­tai bunga mawar plastik berwar­na pink yang menurutku tidak ada gunanya. Memangnya apa yang bisa kulakukan dengan se­untai bunga plastik selain me­nyimpannya hingga berdebu?! Dan tahun­tahun selanjutnya pa­da ulang tahunku mereka sela­lu memberiku kado. aku tak bi­sa berdiam diri, akhirnya aku mengikuti gaya mereka: membe­ri kado pada mereka yang ber­ulang tahun, kami berempat.

“Hari ini kau ada acara lain setelah sekolah usai? Bantu aku mengerjakan tugas Bahasa Ing­gris ya,” Yanti bertanya memelas padaku di ruang kelas saat pela­jaran terakhir hampir selesai. “Tidak masalah asal kau membe­riku makan!” jawabku bercanda. Tapi tetap saja Yanti mentraktir­ku soto di kantin. aku tidak he­

Cerpen Murmiati

sepotong kata tanpa Makna

Po

etr

Y-a

nd

-ar

t-B

Y-in

jete

-ch

es

on

i.Blo

gs

Po

t.c

om

Page 15: Suara Ungu Januari 2012

15suara ungu januari 2012

ran, dia anak orang berada, tiap bulan dapat jatah tidak sepertiku yang mendapat jatah setiap jatah sebelumnya sudah habis tak ber­sisa. Baru setelah itu aku mem­bantunya, tidak, lebih tepatnya aku mengerjakan tugasnya.

Dan di lain hari dan lain hari selanjutnya mereka selalu ada bersamaku, saling membantu da­lam belajar. aku paling parah da­lam hal hitungan, seringkali me­recoki mereka yang mahir hing­ga mereka bosan. Tak ada masa­lah dalam hal bahasa, hingga ja­di bintang di kelas. Lebih tepat­nya bintang di mana teman­te­man lain bisa berlindung di ba­wah terangnya. Bukan bintang yang bersinar terang karena pe­sonanya.

Harus kuakui, aku mendapat keuntungan juga dari mereka. setiap kali mereka memintaku mengerjakan tugas mereka aku akan mendapatkan semangkuk penuh soto panas lengkap de­ngan es jeruk. Berbeda jika me­reka memintaku membantu me­ngerjakan tugas mereka, aku tak akan minta imbalan apa­apa.

Tak lama kami, aku, april, Yanti, dan Kirun berteman baik, mungkin sudah bisa di sebut sa­habat. Kami sering menghabis­kan waktu bersama sepulang se­

kirimkan cerpen dan puisi anda ke [email protected] berikut identitas diri.

PUisi

waktuOleh Isnu Sigit

isnu gigit, pegawai Perpustakaan FBs unY.

kolah. Perpus, toko buku, dan hal­hal lain yang sering dilaku­kan remaja. aku merasa tak co­cok berada di lingkungan ini, ap­ril selalu memperhatikan penam­pilannya, kaca kecil tak pernah lepas darinya sedetik pun. Kirun dan Yanti bersikap sok dewasa, menasihati berbagai macam hal seolah mereka sudah pernah me­lakukannya. sementara aku cen­derung pendiam, cuek, tak pe­duli pada penampilan.

Dan begitupun aku masih bi­sa merasakan bahwa mereka me­nyembunyikan sesuatu, bicara tentang hal yang tak kumengerti di depanku dan saat aku berta­nya “apa yang kalian bicarakan?” dengan tanpa ragu mereka men­jawab “bukan apa­apa, bukan se­suatu yang penting untuk kau ke­tahui.” Itu menyebalkan. apa gu­nanya bersahabat jika satu sama lainnya tidak saling jujur?! Dan hari itu juga untuk pertama kali­nya aku merasakan kecewa, pera­saan yang kini tak asing lagi bagi­ku, yang kini sering muncul lan­taran keteledoranku.

selulus sMa kami masih se­ring berkunjung satu sama lain. Yanti paling sering mengunjung­iku, memintaku mengerjakan tu­gasnya. Memasuki semester tiga tak ada lagi yang mengingatku,

tak ada lagi yang ke rumahku. Ja­di hanya seperti itu. Palsu.

Tapi setidaknya mereka meng­ajariku sesuatu, yang ternyata memang benar: bahwa teman atau sahabat atau apapun sebut­annya, itu tidak ada. Mereka ha­nya akan muncul saat mereka butuh. Mereka hanya ada pada “waktu” itu, dan setelah “waktu” itu berlalu jangan berharap me­reka akan mengingat bahwa “wak­tu” itu kau ada bersamanya, me­nyebutnya teman.

Teman masa kecil tak akan lagi menjadi teman saat sudah tum­buh dewasa. Teman sD tak akan lagi menjadi teman sMP, teman sMP tak akan menjadi teman sMa, yang akan mengingatmu se­bagai teman. Teman hanya mun­cul pada periode waktu tertentu, dan akan menghilang setelah pe­riode waktu itu berlalu. Duniaku hanya terisi olehku sendiri.

murmiati, mahasiswa Pendidikan Bahasa jerman

angkatan 2009.

Ketika aku menyadari pendeknya hidupku,ditelan dalam keabadian sebelum dan sesudahnya,ruang kecil yang aku isi,dan yang bisa aku lihat,tertelan dalam luasnya ruang tanpa batas yang aku abaikan,dan yang tak aku ketahui,aku sedang ketakutan,dan terpaku untuk berada di sini bukannya berada di sana,mengapa sekarang bukannya nanti.

thYPolarliFe.WordPress.com

Page 16: Suara Ungu Januari 2012

IMagEsuara unGu

Lukisan-lukisan Vinsensius Ps

1. aborsi 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011 Seharusnya setiap kelahiran itu suci dan diterima dengan suka cita, tidak ternodai oleh hal yang bukan atas kesalahan si bayi.

2. realitas Kemelaratan 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011Gengsi yang memenjara, bukan lagi kebutuhan (need) tetapi berubah menjadi keinginan (want).

3. Penggusuran 42 x 59,4 cm. mix media on paper. 2011Sebuah gambaran realitas betapa aparatur negara tidak lagi berfungsi melindungi rakyatnya yang lemah, melainkan melindungi para pemilik modal yang berhidung babi dan tertawa serakah.

Vinsensius PS adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa angkatan 2007. Lelaki kelahiran Bangka ini tak pernah bosan mengangkat permasalahan sosial-budaya yang ia temui. Melalui warna merah dengan nuansa kelam yang mendominasi lukisan-lukisannya, ia berbagi tentang keresahan dan kepedulian.