BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Saat ini pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai
tumbuan berkhasiat obat semakin berkembang.Masyarakat mulai
memahami bahwa penggunaan tumbuhan untuk obat sebenarnya
biasa sejajar dan saling mengisi dengan pengobatan modern.
Kekayaan jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia sangat
berlimpah, termasuk di dalamnya adalah yang dapat dimanfaatkan
untuk tujuan pengobatan. Informasi tentang nama maupun
kandungan dan ramuannya belum banyak dipublikasikan sehingga
pemanfaatan tanaman untuk tujuan pengobatan yang di dasarkan
pada pengalaman turun-menurun. Informasi itu terbatas pada
pengalaman setiap daerah dan membuka kemungkinan manfaat
satu jenis tanaman dapat beragam antara satu daerah dengan
daerah yang lain.
Ramuan tradisional merupakan media pengobatan alamiah
dengan memakai tanaman sebagai bahan dasarnya. Ramuan
tradisional tidak hanya dikenal di tanah air kita melainkan di
beberapa Negara di belahan bumi ini juga memiliki cara pengobatan
dengan menggunakan metode ramuan tradisional berdasarkan
budaya masing – masing. Seperti ramuan tradisional dari Jepang,
China, dan lain – lain.
Spesies tumbuhan obat yang tumbuh di Indonesia beraneka
ragam jenisnya,banyak diantaranya justru belum diketahui
kandungan kimia serta kegunaannya bagi tubuh manusia.
Dewasa ini pemanfaatan tumbuhan obat sudah dilakaukan
oleh sumua kalangan.Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat telah dilakukan dan telah diidentifikasi
berbagai jenis yang berkhasiat sebagai obat. Hasil identifikasi
tercatat 75 jenis tumbuhan dari 63 marga dan 35 suku.Jenis-jenis
tumbuhan obat tersebut sebagian besar berupa tanaman budidaya
dan sebagian lainnya merupakan jenis-jenis tumbuhan yang masih
liar yang tumbuh dikawasan hutan atau disekitar pemukiman.
Ramuan dasar yang paling sering digunakan oleh para ahli
pengobatan tradisional (dukun) contohnya pada desa Kubang Nan
Raok dan Sumatera Barat pada umumnya disebut tawa nan ampek.
Ramuan ini terdiri dari 4 macam tumbuhan yaitu: sitawa (Costus
speciosus (Koen.)J.E. Smith), sikumpai (Sacciolepeis interupta
(Willd.)Stapf.), sidingin (Kalanchoe pinnata (Lmk.) Pers.) dan sikarau
(Enhydra fluctuans Lour.) yang digunakan untuk mengobati berbagai
macam penyakit seperti penyakit panas dalam, demam, campak,
sakit kepala, batuk, digigit ular dan lain-lain.
Tanaman ini dijadikan sebagai obat tradisional bagi
masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Bugis-Makassar
(Barru).Bagi masyarakat Sidaguri mereka sebut dengan Cinagori
yang berkhasiat mengobati luka, baik luka dalam majpun luka
luar.Selain itu tanaman ini juga berkhasiat untuk mengobati obat
untuk sakit gigi, mulas, gatal, kudis, cacing kerawit dan sengatan
lebah.
Berdasarkan hasil keterangan dari masyarakat Barru maka
dilakukan penelitian pemeriksaan farmakognostik meliputi
morfologi, anatomi, organoleptik dan tetapan fisis serta profil
kromatografi lapis tipis pada tanaman sidaguri ini.
1.2. Rumusan masalah
Untuk mengetahui teknik atau metode pemeriksaan
farmakognostik meliputi anatomi, morfologi dan organoleptik serta
identifikasi kandungan kimia pada tanaman Bunga Pukul Empat
(Mirabilis jalapa L).
1.3. Tujuan penelitian
a. Untuk memperoleh data farmakognosi dari tanaman(Mirabilis
jalapa L) dan kandungan kimia.
b. Untuk meningkatkan sifat profesionalisme dari mahasiswa
c. Untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama.
1.4. Manfaat penelitian
a. Dapat memberikan informasi ilmiah tentang morfologi, anatomi,
dan kandungan kimia tanaman Bunga Pukul Empat (Mirabilis
jalapa L). sebagai obat tradisional.
b. Dapat memberikan informasi ilmiah tentang tanaman Bunga
Pukul Empat (Mirabilis jalapa L) dalam pemanfaatan obat
modern.
c. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh selama kuliah pada tahun pertama.
1.5. Kontribusi penelitian
a. Memberikan informasi ilimiah tentang morfologi, anatomi, dan
kandungan kimia tanaman Bunga Pukul Empat (Mirabilis jalapa
L)sebagai obat tradisional.
b. Memberikan informasi ilmiah tentang tanaman Bunga Pukul
Empat (Mirabilis jalapa L) dalam pemanfaatan obat modern.
c. Berpengalaman dalam kegiatan pembelajaran di industri yang
relevan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan tentang tanaman
2.1.1. Sistematikan tanaman
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Nyctaginaceae
Genus : Mirabilis
Spesies : Mirabilis jalapa
2.1.2. Nama daerah tanaman
Nama daerah
Jawa Tengah : Kembang pukul empat
Bali : Kederat
Nusa Tenggara : Noja (Sasak) Bunga-bunga perengki
(Rott), Bunga ledonosok (Timor)
2.1.3. Morfologi tanaman (toiusd.multiply.com)
a. Batang : tegak, bulat, permukaan licin, pada buku
tumbuh daun dan cabang, putih.
b. Daun : Tunggal, segi tiga, panjang 5-8 cm, lebar, 5-
10 cm, ujung meruncing, pangkal tumpul, tepi
rata, pertulangan.menyirip, hijau keputih-
putihan
c.Bunga : tunggal, bentuk terompet, di ujung batang,
benang sari enam, pipih, merah, tangkai sari
melengkung, ke dalam, panjang ±3 cm,
mahkota 5 cm, diameter 1-1,5 cm, daun
pelindung bagian bawah menjadi satu, segi
tiga, ujung bertaju lima, kuning.
d. Buah : Kecil, keras, permukaan berkerut, diameter ±
5 mm, bagian dalam putih dan lunak, hitam.
e. Akar : Tunggang dan putih
2.1.4. Anatomi tanaman
Mirabilis FoliumDaun (Mirabilis Jalapa L)
Daun pukul empat adalah daun (Mirabilis jalapa L),
suku Nyctaginaceae.
Pemerian
Mikroskopik : Pada penampang melintang melalui
tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel
berbentuk segiempat, kutikula tipis, tidak terdapat stomata,
rambut penutup berbentuk kerucut, terdiri dari banyak sel
pendek, sel ujung membulat; epidermis bawah terdiri dari 1
lapis sel berbentuk segiempat, kutikula tipis, terdapat
stomata, rambut penutup seperti pada epidermis atas.
Mesofil meliputi jaringan palisade, terdiri dari 1 lapis
sel; jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel;
pada mesofil terdapat hablur kalsium oksalat berbentuk
rafida; berkas pembuluh tipe kolateral, pada ibu tulang daun
terdiri dari 4 berkas.Pada sayatan paradermal tampak
epidermis atas berbentuk polygonal, dinding antiklinal agak
berombak, stomata tipe anomositik. Serbuk berwarna hijau
tua, Fragmen pengenal adalah rambut penutup, fragmen
epidermis atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata
tipe anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk jarum atau
rafida, fragmen berkas pembuluh dengan penebalan jala.
2.1.5. Kandungan kimia tamanan
Daun dan bunga Mirabilis jalapa mengandung
saponin (lavonoida).disamping itu daunnya juga
mengandungtanin dan bunganya polifenol. Biji tanaman
tersebut mengandung flavonoida dan polifenol.
Sebagai tanaman obat, kandungan kimia bunga pukul
empat adalah sebagai berikut, akar mengandung
betaxanthins; buah mengandung zat tepung, lemak (4,3%),
zat asam lemak (24,4%), zat asam minyak (46,9%).Akar,
daun dan buah dapat dipakai untuk pengobatan luar. :
(happydesug.blogspot.com/2009/04/bunga-pukul-empat-
mirabilis-jalapa-l.html)
2.1.6. Kegunaan tanaman
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat
pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan
daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-
penyakit sebagai berikut :
1. Acutearthritis. Akar segar direbus, minum. Bila badan
panas ditambah tahu, bila badan dingin ditambah kaki
sapi.
2. Bisul. Sepuluh lembar daun kembang pukul empat dicuci,
kemudian dilumatkan, ditambah air garam secukupnya,
ditempel pada bisul dan sekelilingnya lalu dibalut.
3. Radang amandel. Akar 9 - 5 gr kering atau 15 – 30 gr
segar.
4. Infeksi saluran kencing/prostatitis. Akar 9 – 15 gr kering
atau 15 – 30 gr segar.
5. Kencing manis (DM). Akar 9 – 15 gr kering atau 15 – 30 gr
segar.
6. Keputihan (Leucorrhea) Erosi mulut rahim (cervical
erosian). Akar 9 – 15 gr kering atau 15 – 30 gr segar.
7. Radang sendi yang akut. Akar 9 – 15 gr kering atau 15 –
30 gr segar.
2.1.7. Bioaktifitas tanaman
Para peneliti juga telah membuktikan bahwa khasiat
yang terkandung dalam bunga pukul empat ternyata dapat
menyembuhkan kanker kulit.Disamping taman-bungaitu
tanaman ini juga sangat gampang untuk dikembangbiakan
dan tidak membutuhkan perawatan khusus.Selain
dipergunakan untuk tanaman hias, bunga pukul empat juga
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan kita. Oleh karena
itu jangan ragu lagi untuk memilih tanaman ini sebagai salah
satu penghias taman Anda. : (iptek.net.id)
2.2. Tinjauan tentang pemeriksaan farmakognostik
2.2.1. Pengertian dan Sejarah Farmakognosi
Beberapa tahun sebelumnya, J.A.Schmidt
menggunakan istilah farmakognosi sebagai salah satu
subjudul dari buku Lehrbuch der Materia Medica yang
diterbitkan di Vienna tahun 1811.Ia mengartikan
farmakognosi sebagai pharma (“obat”) dan cognitif
(pengenalan). Jadi farmakognosi merupakan cara
pengenalan cirri-ciri/ karakteristik obat yang berasal dari
bahan alam. Menurut Fluckiger, farmakognosi mencakup
seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi
tanaman, hewan, mikroorganisme, dan mineral. Keberadaan
farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai
mengelola penyakit, seperti menjaga kesehatan,
menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan,
menanggulangi gejala penyakit dan rasa sakit, serta semua
yang berhubungan dengan minuman dan makanan
kesehatan.Pada awalnya, farmakognosi lahir dari jampi-
jampi suku Vodoo yang tanpa disadari telah ikut
menyelamatkan resep-resep rahasia tidak tertulis dari dukun
dan leluhur (Gunawan, 2004).
Istilah farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh
C.A> Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran di Haale
Jerman, dalam disertasinya berjudul Analecta
Pharmacognostica.Farmakognosi berasal dari bahasa
Yunani, Pharmacon yangt artinya “obat” (ditulis dalam tanda
petik karena obat di sini maksudnya adalah obat alam,
bukan obat sintetis) dan gnosis yang artinya
pengetahuan.Jadi, farmakognosi adalah pengetahuan
tentang obat-obatan alamiah (Gunawan, 2004).
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang
penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai
sejumlah besar daun.Alat ini hanya terdapat pada batang
saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh
tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2001).
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang
amat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan
batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan
dengan sumbu tubuh tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2001).
Akar adalah bagian pokok yang nomor tiga (di
samping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya
telah merupakan kormus (Tjitrosoepomo, 2001).
Sebagaimana telah dilaksanakan sejak dahulu, salah
satu sasaran anatomi adalah untuk memahami fungsi
struktur. Selain itu, di saat ini evolusi yang didasarkan
seleksi alam, misalnya, telah diterima sebagai cara utama
untuk memahami tumbuhan; kita mencoba memahami
dampak suatu struktur khusus dan kemudian membuat
penilaian untuk mengetahui apakah struktur seperti itu
secara selektif menguntungkan. Sebagai pedoman diakui
bahwa tumbuhan (jadi juga anatominya) mengalami evolusi
dan berubah sejalan dengan waktu.Dianggap pula bahwa
tidak ada yang menyesuaikan diri dengan sempurna dalam
semua segi struktur (Hidayat, 1995).
2.2.2. Ruang Lingkup Pemeriksaan Farmakognosi
2.2.2.1. Identifikasi dan Determinasi Tanaman
1. Identifikasi (Anonim, 2011)
a. Serbuk simplisia + larutan FeCl3, positif
katekol bila warna hijau, dan pirogalol bila
bila berwarna biru.
b. Serbuk simplisia + larutan Brom, positif bila
terbentuk endapan, dan pirogalol tidah
terdapat endapan.
c. Serbuk simplisia + larutan kalium
ferrisianida + amoniak terjadi warna coklat.
d. Serbuk simplisia + air + larutan HCl, positif
katekol bila flobagen yang tidak larut
berwarna merah.
2. Determinasi
1b,2b,3b,4b,6b,7b,9b,10b,11b,12b,13b,
14a,15a,190b,119b,120b,128b,129b,135b,136
b,139b,140,142b,143b,146a,147b,150b,151b,1
52a.
Menentukan kunci determinasi tanaman
dilakukan berdasarkan bentuk morfologi
tanaman, berdasarkan uraian tanaman secara
lengkap melalui pendekatan hubungan
kekerabatan (suku dan genus), nama daerah,
alat-alat khusus yang terdapat pada tanaman
tersebut tempat tumbuh. Untuk mempermudah
determinasi tanaman dilakukan herbarium
khusus.
Herbarium adalah penyimpanan dan
pengawetan tumbuhan. Herbarium dapat
dibuat dengan dua cara yaitu cara kering dan
cara basah,sesuai dengan namanya herbarium
kering disimpan dalam keadaan kering.
Sedangkan herbarium basah disimpan dalam
keadaan basah dengan cairan tertentu.
Pembuatan herbarium tanaman
dilakukan dengan mengumpulkan seluruh
bagianj tanaman yang utuh (akar, batang dan
daun) termasuk bagian-bagian khusus
tanaman seperti bunga, buah dan biji.
2.2.2.2 Morfologi Tanaman
Morfologi tumbuhan yang mempelajari bentuk
dan susunan tubuh tumbuhan pun sudah demikian
pesat perkembangannya hingga dipisahkan menjadi
morfologi luar atau morfologi saja (morphology in
sensu stricto = dalam arti yang sempit) dan morfologi
dalam atau anatomi tumbuhangembong
( Tjitrosoepomo, 1985).
Menurut definisinya, morfologi tumbuhan tidak
hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh
tumbuhan saja, tetapi juga bertugas untuk
menentukan apakah fungsi masing-masing bagian itu
dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya juga
berusaha mengetahui dari mana asal bentuk dan
susunan tubuh yang demikian tadi. Selain dari itu
morfologi harus pula dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan
mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka
ragam itu( Gembong Tjitrosoepomo, 1985).
2.2.2.3. Anatomi Tanaman
Mesofil meliputi jaringan palisade, terdiri dari 1
lapis sel; jaringan bunga karang terdiri dari beberapa
lapis sel; pada mesofil terdapat hablur kalsium oksalat
berbentuk rafida; berkas pembuluh tipe kolateral, pada
ibu tulang daun terdiri dari 4 berkas.Pada sayatan
paradermal tampak epidermis atas berbentuk
polygonal, dinding antiklinal agak berombak, stomata
tipe anomositik.Serbuk berwarna hijau tua, Fragmen
pengenal adalah rambut penutup, fragmen epidermis
atas, fragmen epidermis bawah dengan stomata tipe
anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk jarum
atau rafida, fragmen berkas pembuluh dengan
penebalan jala.
2.2.2.4. Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman
Kandungan kimia
Sebagai tanaman obat, kandungan kimia
bunga pukul empat adalah sebagai berikut, akar
mengandung betaxanthins; buah mengandung zat
tepung, lemak (4,3%), zat asam lemak (24,4%), zat
asam minyak (46,9%).Akar, daun dan buah dapat
dipakai untuk pengobatan luar.:
(happydesug.blogspot.com/2009/04/bunga-pukul-
empat-mirabilis-jalapa-l.html)
1. Identifikasi (Anonim, 2011)
a. Serbuk simplisia + larutan FeCl3, positif katekol
bila warna hijau, dan pirogalol bila bila
berwarna biru.
b. Serbuk simplisia + larutan Brom, positif bila
terbentuk endapan, dan pirogalol tidah terdapat
endapan.
c. Serbuk simplisia + larutan kalium ferrisianida +
amoniak terjadi warna coklat.
d. Serbuk simplisia + air + larutan HCl, positif
katekol bila flobagen yang tidak larut berwarna
merah.
2.2.2.5. Pemerikasaan mutu dan standarisasi
Identifikasi, meliputi pemeriksaan :(Amin, 2007)
a. Organoleptik : berupa bau, warna, dan rasa dari
baha
b. Makroskopik : memuat uraian makroskopik paparan
mengenai bentuk ukuran warna, dan bidang
patahan/irisan.
c. Mikroskopik : memuat paparan anatomis,
penampang melintang simplisia, fragmen pengenal
serbuk simplisia.
d. Tetapan fisika : meliputi pemeriksaan indeks bias,
bobot jenis, titiklebur, rotasi optik, mikrosublimasi,
dan rekristalisasi.
e. Kimiawi : meliputi reaksi warna, pengendapan,
penggaraman,logam dan kompleks.
f. Biologi : meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti
penetapan angka kuman, pencemaran, dan
percobaan terhadap hewan.
2.3 Tinjauan Tentang Simplisia
2.3.1 Pengertian Simplisia
Pengertian simplisia adalah bahan alam yang
digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
telah dikeringkan.(Dirjen Pom, III, 1979).
2.3.2 Penggolongan Simplisia
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Anonim,
2011) :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau
gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan
Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara
tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa
hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya
minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan
kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga.
2.3.3. Cara Pembuatan Simplisia
Adapun tahap-tahap proses pembuatan pembuatan
simplisia meliputi (Gunawan, 2004 ) :
1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat
menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling
berperan dalam hal ini adalah masa panen. Berdasarkan
garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku
tanaman dilakukan sebagai berikut :
a. Biji
Pengambilan biji dapat dilakukan pada saat
mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya
pecah.
b. Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan
pemanfaatam kandungan aktifnya. Panen buah bisa
dilakukan saat menjelang masak, setelah benar-benar
masak atau dengan cara melihat perubahan
warna./bentuk dari buah yang bersangkutan.
c. Bunga
Panen bunga tergantung dari tujuan
pemanfaatan kandungan aktifnya.Panen dapat
dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, saat
bunga masih kuncup, atau saat bunga sudah mulai
mekar.
d. Daun
Panen daun dilakukan pada saat proses
fotosintesis berlangsung maksimal yaitu ditandai
dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah
mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun,
dianjurkan dipungut pada saat warna pucuk daun
berubah menjadi daun tua.
e. Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada
tanaman yang sudah cukup umur.Saat panen yang
paling baik adalah awal musim kemarau.
f. Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat akhir
pertumbuhan.
g. Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada saat awal
musim kemarau.
h. Aka
Panen akar dilakukan pada saat proses
pertumbuhan berhenti atau tanaman sudah cukup
umur. Panen yang dilakukan terhadap akar umumnya
akan mematikan tanaman yang bersangkutan.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika
tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap :
a. Tanaman kerikil
b. Rumput-rumputan
c. Bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang
tidak digunakan,
d. Bagian tanaman yang rusak (dimakan ular dan
sebagainya).
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk
membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-
bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-
bahan yang tercemar pestisida.Pencucian dilakukan
dengan menggunakan air yang berasal daru beberapa
sumber yakni mata air, sumur dan PAM.
4. Pengubahan Bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia
adalah untuk memperluas permukaan bahan baku.
Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin
cepat kering. Proses pengubahan bentuk ini meliputi :
a. perajangan untuk rimpang, daun dan herba.
b. Pengupasanuntuk buah, kayu, kulit kayu dan biji-bijian
yang ukurannya besar.
c. Pemiprilan khusus untuk jagung, yaitu biji dipisahkan
dari bonggolnya.
d. Pemotongan untuk akar, batang, kayu, kulit kayu dan
ranting.
e. Penyerutan untuk kayu.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama
bertujuan :
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak
mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa
menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengelolaan proses,
selanjutnya (ringkas,mudah disimpan, tahan lama
dan sebagainya).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengeringan yaitu :
a. Waktu pengeringan. Semakin lama dikeringkan
akan semakin kering bahan itu.
b. Suhu pengeringan. Semakin tinggi suhunya
semakin cepat kering, tetapi harus
dipertimbangkan daya tahan kandungan zat aktif
di dalam sel yang kebanyakan tidak tahan panas.
c. Kelembapan udara disekitarnya dan kelembapan
bahan atau kandungan air dari bahan.
d. Ketebalan bahan yang dikeringkan.
e. Sirkulasi udara.
f. Luas permukaan bahan. Semakin luas permukaan
bahan semakin mudah kering.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah
mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan
terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang
rusak akibat terlindas roda kendaraan, atau dibersihkan
dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering
selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu
wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara
simplisia satu dengan yang lainnya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah :
a. cahaya
b. oksigen atau sirkulasi udara
c. reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif
tanaman dengan wadah.
d. Penyerapan air
e. Kemungkinan terjadinya proses dehidrasi.
f. Pengotoran atau pencemaran, baik yabg diakibatkan
oleh serangga, kapang, bulu-bulu tikus atau binatang
lain.
Sementara persyaratan wadah yang akan
digunakan sebagai berikut:
a. Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi
dengan bahan lain.
b. Tidak beracun bagi bahan yang wadahinya
maupun bagi manusia yang mannganinya.
c. Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran
mikroba, kotoran dan serangga.
d. Mampu melindungi bahan simplisia dari
penguapan kandungan kaif
e. Mampu melindungi bahan simplisia dari
pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air.
2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia
Tujuan pemeriksaan mutu simplisia agar diperoleh
simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan
oleh Departemen Kesehatan RI dalam buku-buku resmi seperti
Materia Medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan Ekstra
Farmakope Indonesia.
2.4. Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi
2.4.1. Penggolongan Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu (Anonim,
2011) :
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat
berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat
tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya
Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan
dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat
berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan
oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni,
misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
(Mel depuratum).
3. Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia
berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan
serbuk tembaga.
2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan
Kemotaksonomi(.blogiztic.net/herbal/tanaman-obat-kembang-
pukul-empat-2)
a. Radang amandel (tonsillitis).
b. nfeksi saluran kencing (genito-urinary tract. infection), prostatitis.
c. Kencing manis (DM), kencing berlemak (chyluria).
d. Keputihan (leucorrhea), erosi mulut rahim (cervival erosion).
e. Radang sendi yang akut (acute arthritis).
2.4.3 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia(Asni, 2011)
a. Reaksi Warna
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat
berkhasiat baik sebagai hasil mikrosublimasi atau langsung
terhadap irisan serbuk simplisia (Uji Histokimia). Terdiri dari :
Lignin, Suberin, Kutin, Minyak lemak, Minyak atsiri, Getah dan
resin, Pati dan aleuron, Lendir dan pectin, Selulosa, Tannin,
Dioksiantrakinon bebas, Fenol, Saponin, Flavanoid, Karbohidrat,
Glikosida, Glikosida antrakinon, Steroid.
b. Reaksi pengendapan
1. Alkaloida
Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan
1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan diatas tangas
air selama 2 menit, dinginkan, dan saring, pindahkan
masing-masing 3 tetes filtrate pada dua kaca arloji :
a. Tambahkan 2 tetes Mayer LP pada kaca arloji pertama,
terbentuk endapan menggumpal berwarna putih
b. Tambahkan dua tetes Bouchardat LP pada kaca arloji
kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.
c. Kromatografis Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis adalah salahsatu
teknik pemisahan komponen kimia dengan prinsip adsorbsi
dan partisi menggunakan lempeng berukuran 3x7 cm, yang
dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorban (penyerap)
atau disebut fase diam dan eluen berupa campuran
beberapa atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa
kimia dengan baik.