BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah penting yang tengah dihadapi oleh
masyarakat saat ini terutama yang tengah menimpa kaum wanita. Kesehatan
reproduksi wanita adalah hal yang sangat perlu diperhatikan menimbang bahwa
wanita adalah makhluk yang unik.Dalam hal ini, wanita dalam siklus hidupnya
mengalami tahap-tahap kehidupan, diantaranya dapat hamil dan melahirkan. Untuk
itu upaya meningkatkan status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan salah
satu program prioritas dan merupakan Indikator keberhasilan pembangunan
kesehatan yaitu pencapaian target pelayanan maternal yang dinilai melalui angka
kematian ibu. (http://bidan2009.blogspot.com/2009/02/gambaran-kejadian-abortus.
htm)
Angka kematian ibu didefinisikan sebagai banyaknya kematian perempuan
saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan akibat kehamilan atau pengelolaanya angka ini di hitung per 100
ribu kelahiran hidup.
Seperti kita ketahui target Millenium Development Goal’s (MDG’s) salah
satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar 75%
dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di Indonesia masih
sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG’s di tahun 2015 akan
menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan analisis trend
penurunan AKI periode 1900 – 2015 ternyata diperkirakan hanya akan mencapai 52-
55% sehingga kemungkinan besar target MDG’s tetang AKI di Indonesia sulit
tercapai (Bapenas, 2007).
Tingginya angka kematian maternal diatas dipengaruhi oleh banyak faktor
dan sangat kompleks. Faktor medis/langsung disebabkan oleh komplikasi obstetrik
atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan, sehingga
berakhir dengan kematian, yaitu Perdarahan (28%), Eklampsia (24%), Infeksi (11%),
Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%).
Masalah abortus erat kaitannya dengan tingginya angka kematian Ibu.
Menurut data WHO,presentasi kemungkinan terjadinya abortus cukup tinggi. Sekitar
15-40 % angka kejadian, diketahui pada ibu yang sudah dinyatakan positif hamil. dan
60-70 % abortus terjadi sebelum usia kehamilan 12 minggu ( Lestariningsih, 2009).
Menurut siswanto, lebih dari 90 % Abortus di negara-negara sedang
berkembang, dilakukan tidak aman, sehingga berkontribusi 11-13% terhadap
kematian maternal di dunia, di Asia Cina memegang rekor angka abortus tertinggi di
dunia. Di Cina setiap tahunnya terdapat 13 juta kasus abortus. Demikian diumumkan
salah satu surat kabar Cina. (wikipedia , di akses pada 20 Maret 2013 ).
Abortus merupakan keluarnya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 500 gram atau umur kehamilan kurang
dari 20 minggu. Kejadian abortus sulit di ketahui karena sebagian besar tidak
dilaporkan dan banyak di lakukan atas permintaan .
Berjuta-juta wanita setiap tahunnya mengalami kehamilan yang tidak di
inginkan.Beberapa kehamilan berakhir dengan kelahiran tetapi beberapa diantaranya
di akhiri dengan abortus.Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan sebagai batasan di gunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
(http/www.kompas.com/utama/news/htm)
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah Bidan
mampu mengetahui gejala-gejala dari abortus agar dalam mediagnosa suatu masalah
tepat dan sebaiknya dalam hal ini Bidan melakukan kolaborasi dengan Dokter dan di
tunjang oleh fasilitas yang memadai.
Di Jawa Timur berdasarkan data yang di peroleh dari Dines Kesehatan tingkat
1 dari bulan januari sampai bulan desember 2012 AKI berjumlah 141 orang, yang di
sebabkan oleh perdarahan 73 orang (51,8%), infeksi 8 orang (5,7%), eklampsi 39
orang (27,7%), dan lain-lain berjumlah 24 orang (17,0%).
Di Kabupaten Lamongan dari bulan Januari-Desember 2013 dari 15.440
orang yang telah memeriksakan kehamilanya di temukan angka kejadian abortus
sebanyak 314 orang (3.1%) dan abortus komplit sebanyak 32 orang (0.3%). (Data
Dinas Kesehatan Kab. Lamongan)
Di BPS Ny. Aida Hartatik, Amd.Keb Desa Dlanggu Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan bulan Januari-Desember 2012 dari 52 orang yang telah
memeriksakan kehamilanya di temukan angka kejadian abortus sebanyak 3 orang
(6%) dan abortus komplit sebanyak 1 orang (2%).
Kenyataan inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji permasalahan dan
memaparkannya dalam bentuk Studi Kasus sebagai wujud perhatian dan tanggung
jawab penulis dalam memberikan konstribusi pemikiran pada berbagai pihak yang
berkompeten dengan masalah tersebut guna mencari solusi terbaik atas permasalahan
diatas.
1.2 Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya kasus kehamilan. Penulis membatasi masalah yaitu
penerapan manajemen asuhan kebidanan menurut Hellen Varney pada kasus
kehamilan Abortus Komplit
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan kenyataan yang ada maka
penulis dapat merumuskan masalah yaitu “Bagaimana Melaksanakan Asuhan
Kebidanan Pada Ny. “N” GI P0010 Umur Kehamilan 8 Minggu Dengan Abortus
komplit di BPS Aida Hartatik, Amd. Keb, Desa Dlanggu, Kecamatan Deket
Kabupaten Lamongan
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Penulis mendapat gambaran nyata tentang teori dan praktek di lapangan
untuk mengembangkan pola pikir dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan
menggunakan manajemen kebidanan (Hellen Varney) pada Ny. “N” G I P0010 Umur
Kehamilan 8 Minggu Dengan Abortus Komplit
1.4.2 Tujuan Khusus
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “N” GI P0010 Umur Kehamilan
8 Minggu Dengan Abortus Komplit, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan dan
melaksanakan 7 langkah Varney, diantaranya adalah:
1. Melakukan pengkajian data.
2. Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merumuskan suatu rencana asuhan kebidanan yang
komprehensif
6. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau tambahan untuk perkembangan
dan menyempurnakan yang sudah ada. (Budijanto, 2005: 5).
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang telah di
dapat di bangku perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu hamil umur kehamilan 8 minggu dengan Abortus Komplit
dan manajemen kebidanan Hellen Varney.
2. Bagi Institusi
Digunakan sebagai bahan kepustakaan lagi yang memerlukan acuan
perbandingan pada penanganan khusus ibu hamil dengan abortus komplit
3. Bagi Lahan Praktek
Menambah masukan terhadap pelaksanaan ibu hamil primigravida
yang sesuai dengan asuhan kebidanan (Hellen Varney)
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dengan memberikan asuhan kebidanan yang tepat maka pasien dapat
mengambil keputusan yang tepat pula dalam mencari pertolongan yang
dibutuhkan.
1.6 Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan memberi gambaran
tentang suatu keadaan secara obyektif dengan menggunakan studi kasus yaitu
perbandingan antara teori dan kasus nyata. (Hari Wijaya dan Bisri M. Djaelani,
2004 : 70).
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara/Interview
Yaitu mengumpulkan data dengan tanya jawab kepada klien, keluarga
maupun tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan data tentang
permasalahan. (Suharsimi Arikunto, 2006:155).
2. Observasi / Pengamatan
Suatu prosedur berstruktur dan berencana untuk mendapat kesan dan
informasi dengan melihat dan mencatat kegiatan yang berhubungan dengan
masalah yang sedang diamati. (Suharsimi Arikunto, 2006:155).
3. Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
untuk mendapatkan data obyektif Yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
memperoleh data obyektif . ( Hariwijaya dan Basri M. Djaelani.2004).
4. Pemeriksaan Penunjang
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa seperti pemeriksaan laboratorium, USG atau rontgen. ( Hariwijaya dan
Basri M. Djaelani.2004).
5. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan meminjam data yang ada pada catatan medik
dan data penunjang lainnya. (Suharsimi Arikunto, 2006:155).
6. Studi kepustakaan
Penulis mengumpulkan data dengan jalan membahas secara ilmiah
berdasarkan literatur untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan
judul Karya Tulis Ilmiah. (Universitas Negeri Malang, 2007 ; 3)
1.7 Tempat Dan Waktu
Studi kasus (pengambilan kasus) dalam Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan
pada saat praktek di BPS Aida Hartatik, Amd. Keb, Desa Dlanggu Kecamatan Deket,
Kabupaten Lamongan pada tanggal 13 Maret 2013.
1.8 Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis
Ilmiah adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, teknik pengumpulan
data, tempat dan waktu pelaksanaan studi kasus serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka meliputi konsep dasar kehamilan, konsep dasar ANC
(antenatal care), konsep dasar kehamilan Abortus Komplit dan konsep
dasar asuhan kebidanan menurut teori Hellen Varney.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
2.1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 280 hari (40
minggu) atau 10 bulan atau 9 bulan 7 hari di hitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifuddin A.B,2002).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana timester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, timester kedua 13 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 15 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). (Wiknjosastro, H, 2008,
hal : 213).
2.1.2 Diagnosis Kehamilan
1. Tanda tidak pasti kehamilan
1) Amenorea (Tidak Dapat Haid)
Untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan yang akan terjadi
dihitung dengan menggunakan rumus Naegele.
2) Mual muntah (nausea and vomiting)
Biasa terjadi pada bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
3) Mengidam (ingin makanan khusus)
4) Tidak tahan suatu bau-bauan.
5) Pingsan, sering dijumpai bila berada di tempat ramai.
6) Tidak ada selera makan (anoreksia).
7) Lelah (fatique).
8) Payudara membesar, tegang dan sedikit terasa nyeri disebabkan pengaruh
estrogen dan progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
9) Sering buang air kecil, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang
membesar akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan
gejala ini kembali oleh karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin.
10) Konstipasi/Obstipasi
Pengaruh dari progesteron dapat menghambat peristaltik usus mengakibatkan
usus kesulitan untuk buang air besar.
11) Pigmentasi kulit
Pengaruh hormon kortiko-steroid plasenta dijumpai pada muka, areola
payudara, leher dan dinding perut.
12) Epulis : hipertropi dan papil gusi.
13) Pemekaran vena-vena (varices).(Wiknjosastro, 2005, hal. 125-126)
2. Kemungkinan hamil
1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pada pemeriksaan dijumpai :
(1) Tanda hegar.
(2) Tanda Piscasek.
(3) Tanda Chadwicks.
(4) Teraba ballottment.
3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif.
3. Tanda pasti kehamilan
1) Terlihatnya embrio atau kantong kehamilan melalui USG pada 4-6 minggu
sesudah pembuahan.
2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu didengar dengan
leanec, alat kardiotografi, alat dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.
3) Terasa gerakan janin dalam rahim. Pada primigravida bisa dirasakan ketika
kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan pada multigravida diusia 16 minggu.
Terlihat atau teraba gerakan janin dan bagian-bagian janin.
4) Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin. (Asrinah dkk,
2010)
2.1.3 Perubahan-perubahan fisiologi selama kehamilan
1. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen
dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pda dasarnya
disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus.
Disamping itu serabut-serabut kolagen yang adapun menjadi higroskopik
akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan
janin. Bila uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)
berat uterus ini menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding
lebih kurang 2,5 cm.
Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah advokat,
agak gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat, selanjutnya pada akhir
kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur. (Wiknjosastro, 2005,
hal. 89)
2. Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka serviks
banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10 % jaringan otot. Jaringan ikat pada
serviks ini mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan
adanya hipervaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lunak. (Wiknjosastro,
2005, hal. 94)
3. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami perubahan pula.
Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah,
agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini disebut tanda chadwicks. (Wiknjosastro, 2005,
hal. 95)
4. Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih tedapat korpus luteum graviditas sampai
terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum graviditas
berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta terbentuk.
(Wiknjosastro, 2005, hal 95)
5. Mammae
Dibawah pengaruh progesterone dan somatomammotropin, terbentuk lemak
disekitar kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila
mamma akan membesar, lebih tegang, dan lebih hitam seperti seluruh areola mamma
hyperpigmentasi. Glandula mentgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan
aerola mamma. Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu dapat keluar
cairan berwarna putih agak jernih, disebut kolostrum. (Wiknjosastro, H, 2005, hal.
95)
6. Sirkulasi darah
Volume darah ibu dalam kehamilan bertambah secara fisiologik dengan
adanya pencairan darah yang disebut hemodilusi. Volume darah akan bertambah
banyak, kira-kira 25% dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac
out put yang meninggi sebanyak kira-kira 30%.
Eritrosit dalam kehamilan juga meningkat untuk memenuhi keperluan
transport zat asam yang dibutuhkan sekali dalam kehamilan. Meskipun ada
peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi penambahan volume
plasma jauh lebih besar, sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah menjadi lebih
rendah.
Hal ini tidak boleh dinamakan anemia fisiologi dalam kehamilan, oleh
karena jumlah haemoglobin pada wanita hamil dalam keseluruhannya lebih besar
dari pada sewaktu belum hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal.96)
7. Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya tidak jarang mengeluh
tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini ditemukan pada kehamilan 32 minggu
ke atas oleh karena usus-usus.(Wiknjosastro, H, 2005, hal 96)
8. Traktus digestivus
Pada bulan-bulan pertama kelahiran terdapat perasaan enek (nausea),
mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus
digestivus menurun, sehingga seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah
direncanakan lebih lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk
resorpsi, akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan salah
satu keluhan utama wanita hamil. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 97)
9. Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kelahiran kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan , bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali.
(Wiknjosastro, H, 2005, Hal. 97)
10. Kulit
Pada kulit terdapat pigmen dan hyperpigmentasi alat-alat tertentu, pigmentasi
ini disebabkan oleh pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang
meningkat. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi dan hidung,
dikenal sebagai kloasma gravidarum.
Di daerah leher sering terdapat hyperpigmentasi yang sama, juga aerola
mamma. Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea nigra.
Tidak jarang dijumpai kulit perut seolah-olah retak-retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan, disebut livide. (Wiknjosastro, H, 2005, hal. 97)
2.1.4 Perubahan psikologi selama kehamilan
1. Trimester pertama (1-3 bulan)
1) Ibu merasa tidak sehat benci dengan kehamilannya
2) Kadang-kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan dan sedih.
3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil, hal ibu
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan saksama
5) Oleh karena perutnya masih kecil,kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin akan diberitahukan kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.
2. Trimester kedua (4-6 bulan)
1) Ibu merasa sehat, ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya
3) Merasakan gerakan anak
4) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain
yang baru menjadi ibu.
5) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan persiapan
untuk peran baru.
c. Trimester ketiga (7-9 bulan)
1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik.
2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu.
3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan khawatir
akan keselamatannya.
4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.
6) Merasa kehilangan perhatian.
7) Perasaan muda terluka (sensitif).
8) Libido menurun.(Ari Sulystiawati, S. Si. T 2009)
2.1.5 Penatalaksanaan kehamilan (Saifuddin, AB, 2002)
1. Jadwal kunjungan
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam
jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali
kunjungan selama periode antenatal :
1) Satu kali kunjungan selama trimester I (sebelum 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester II (antara minggu 14-28)
3) Dua kali kunjungan selama trimester III (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36)
2. Informasi penting untuk ibu hamil
1) Kunjungan I (< 16 minggu) dilakukan untuk :
(1) Penapisan dan pengobatan anemia.
(2) Perencanaan persalinan
(3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) dilakukan untuk :
(1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.
(2) Preeklamsia, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
(3) Mengulang perencanaan persalinan.
3) Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir
(1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.
(2) Mengenali adanya kelainan letak.
(3) Memantapkan rencana asuhan.
(4) Mengenali tanda-tanda persalinan.
3. Konseling pada ibu hamil
1) Gizi
Peningkatan komsumsi makanan hingga 300 kalori perhari, mengkomsumsi
makanan yang mengandung karbohidrat 2500 gram/hari, protein 6-7 gram, vitamin
dan mineral.
2) Perubahan Fisiologis
Peningkatan berat badan ibu antara 6,5-13,5 kg selama hamil atau terjadi
kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu, perubahan pada payudara, tingkat tenaga
yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan atau varices,
hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai
kondom).
3) Menganjurkan ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapat tanda-
tanda bahaya berikut
(1) Perdarahan pervaginam
(2) Sakit kepala lebih dari biasa
(3) Gangguan penglihatan
(4) Pembengkakan pada wajah/tangan
(5) Nyeri abdomen (epigastrik)
(6) Janin tidak bergerak
(7) Demam dan kejang
(8) Keluar cairan ketuban sebelum waktunya
4) Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang mempunyai puting
susu rata atau masuk kedalam. Dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit
2.2 Konsep Dasar Antenatal Care
2.2.1 Definisi
Adalah perawatan yang diberikan kepda ibu selama masa kehamilan dan
pertumbuhan janin dalam kandungan. Perawatan antenatal atau prenatal adalah
perawatan yang dibrikan kepada ibu selama masa kehamilan.
(Perawatan ibu di pusat kesehatan masyarakat : Depkes RI Bidan Penelitian
dan Pengembangan kesehatan, Surabaya)
Antenatal care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan
pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
(Ilmu Kebidanan, Ilmu Kandungan dan Keluarga Berencan untuk Bidan,
Prof.dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG; BGC, 1998)
2.2.2 Tujuan Antenatal Care
1. Memantau kemajuan
kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini
adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,
termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar
masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu
dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara
normal.
7. Untuk menurunkan angka
morbiditas / mortalitas maternal.
(Syaifuddin, 2002)
2.2.3 Kebijaksanaan Program Kunjungan Antenatal Care
1. Sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 x selama hamil
1) Satu kali ada triwulan pertama
2) Satu kali pada triwulan kedua
3) Dua kali pada triwulan ketiga
2. Frekuensi pemeriksaan kehamilan adalah :
1) Umur kehamilan 1-4 bulan tiap 4 minggu
2) Umur kehamilan 5-7 bulan tiap 3 minggu
3) Umur kehamilan 7-9 bulan tiap 2 minggu
4) Umur kehamilan 9-10 bulan tiap 1 minggu
(Dep. Kes. RI, 2002)
Tabel : 2.1 Jadwal Kunjungan Ulang Antenatal
Kunjungan Waktu Informasi pentingTrimester I Sebelum
minggu ke 12
a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi
e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan kebersihan, istirahat)
Trimester II Antara a. Membangun hubungan saling percaya antara
minggu ke14-28
petugas kesehatan dan ibu hamil.b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan kebersihan, istirahat)
f. Kewaspadaan khusus mengenai pre-eklampsia (gejala pre-eklampsia, pantau tekanan darah, evaluasi odema, pemeriksaan untuk mengetahui protein)
Trimester III
Antara minggu ke38-36
a. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.
b. Mendeteksi masalah dan menanganinya.
c. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
e. Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan kebersihan, istirahat)
f. Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada kehamilan ganda
g. Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil
Setelah 36 minggu
a. Mendeteksi masalah dan menanganinya.b. Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus
neonatorum anemia, penggunaan praktek tradisional yang merugikan
c. Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi komplikasi.
d. Mendorong perilaku yang sehat, gizi, latihan kebersihan, istirahat)
e. Deteksi dini bayi yang tidak normal atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
Tabel : 2.2 Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen IntervalLama
Perlindungan%
PerlindunganTT 1 Pada kunjungan ANC pertama
TT 2TT 3TT 4TT 5
1 bulan setelah TT 16 Bulan setelah TT 21 Tahun setelah TT 31 Tahun setelah TT 4
1. B1
2.
3 Bulan5 Tahun10 Tahun25 Tahun atau Seumur hidup
80 %95 %95 %99 %
2.2.4 Asuhan Standart Minimal “14 T”
1. (Timbang) berat badan
2. Ukuran (tekanan) darah
3. Ukur (tinggi) fundus uteri
4. Pemberian imunisasi (tetanus toxoid) TT lengkap
5. Pemberian (tablet) Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
6. (Tes) terhadap penyakit menular seksual
7. (Temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
8. Perawatan payudara, senam payu dara dan pijat tekan payu dara.
9. Senam hamil.
10. Konseling.
11. Pemeriksaan protein urine (atas indikasi)
12. Pemeriksaan reduksi urine (atas indikasi)
13. Terapi yodium kapsul untuk daerah endemis gondok.
14. Terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria.
(http://www.zonateknik.co.cc/2009/12/)
2.2.5 Pengkajian ANC
1. Anamnesa
1) Anamnesa tentang identitas
1. Nama diri sendiri, suami
2. Alamat
3. Pekerjaan
2) Anamnesa Obstetri
1. Kehamilan keberapa
2. Apakah persalinan, spontan B,
aterm, hidup, atau dengan tindakkan
3. Umur anak terkecil
4. Untuk primigravida, lama kawin
dan umur
5. Tanggal haid terahir
3) Anamnese tentang keluhan utama
Di kembangkan sesuai dengan 5 kemungkinan
2. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik
umum
1. Keadaan
umum komposmentis, tampak sakit
2. Pemeriksa
an
1) Tekanan darah, nadi,
RR, suhu, BB
2) Hal lain yang di
pandang perlu
2) Pemerisaan Fisik Khusus Obstetrik
1. Inspeksi
1) TFU
2) Keadaan dinding
abdomen
3) Gerak janin yang
tampak
2. Palpasi
Leopold I : Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian apa yang
terdapat pada fundus
Leopold II : Untuk menentukan dimanan letak punggung janin, dan
dimana letak bagian – bagian janin
Cara lain selain L II
1) Menurut Boedin
Meletakkan bagian kiri atau kanan , tegak lurus di atas fundus dan di
tekan kea rah sympisis dengan benar, tangan kanan mencari punggung
dan bagian kecil janin dengan hati – hati
2) Menurut Ahfelt
Meletakkan telapak tangan kiri atau kanan di atas perut ibu atau pusat
tegak lurus dan menekan dengan hati – hati kearah punggung ibu,
tangan kanan atau kiri meraba sisi perut ibu kanan atau kiri
menentukan letak punggung atau bagian kecil janin.
Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat dibagian bawah dan
apakah bagian bawah anak ini sudah atau bel;um terpegang
oleh pintu atas panggul
Cara lain selain L III bila diragukan
Menurut kneble
Tangan kiri memegang bagian janin pada fundus dan tangan kanan
memegang bagian janin bagian bawah uterus dengan hati- hati,
menggoyangkan fundus dan bagian bawah secara bergantian dengan
lembut, mengidentifikasikan bagian yang digoyang dengan cirri yang
jelas ( kepala atau bokong )
3. Perkusi
Reflek patella
Normalnya tungkai akan bergerak sedikit, ketika tungkai ditekuk, bila
gerakanya berlebihan dan cepat kemungkinan tanda pre eklamsi, bila
hasilnya negative kemungkinan pasien mengalami kekurangan B 1
4. Auskultasi
1) Bising usus
2) DJJ
3) Gerak janin intra
uterin
4) Pernafasan tidak
ada wheezing, ronchi, dan stridor, jantung dan paru – paru
5. Pemeriksaan dalam
1) Tanda Hegar
Tanda ini berupa perlunakan pada daerah istmus uteri, sehingga
daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan
uterus mudah difleksikan dapat diketahui melalui pemeriksaan
panggul.
2) Tanda chadwicks
Dinding vagina mengalami kongesiti, warna kebiru biruan
1. Tanda Goodells
Diketahui melalui pemeriksaan bimanual, servik terasa lebih lunak
2. Pemeriksaan servik
3. Terdapat ballottement
6. Pemeriksaan panggul
1) Distansia
spinarum normalnya : 23 – 26 cm
2) Distansia
cristarum normalnya : 26 – 30 cm
3) Boudeloq
ue normalnya : 18 – 20
cm
4) Lingkar
panggul normalnya : 80 – 90
cm
7. Pemeriksaan LILA
Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa
atau usia reproduksi 23,5 cm, jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm
maka interpretasinya adalah kurang energi kronik ( KEK )
8. Pemeriksaan Genetalia
1) Genetalia eksterna
Inspeksi luar : Keadaan vulva atau uretra, ada tidaknya tanda radang,
luka atau perdarahan, kelainan lainya.
2) Genetalia Interna
Palpasi : Colok vagina ( vagina touche ) dengan jari sebelah tangan
dan bimanual dengan tangan lain, menekan fundus dari luar abdomen.
9. Pemeriksaan Lab Standart
1) Pemeriksaan HB > 11 gr ( sahli )
2) Albumin : positif bila ada dugaan pre eklamsia atau edema, positif
bila air seni
1. Setelah didihkan jernih
dan ditetesi asam asetat 2- 3 % ; 2- 3 tetes sampai keruh
2. Setelah didihkan keruh,
dan ditetesi asam asetat 2- 3 % 2- 3 tetes tetap keruh
3. Negatif bila setelah
didihkan keruh dan ditetesi asam asetat 2- 3 %, 2- 3 tetes menjadi
jernih
3) Glukosa, adanya
gangguan intoteransi glukosa ( ITG ) bila urine setelah dicampur
dengan fehling A dan B ( urine : fehling A, fehling B : 2 : 1 : 1 )
Menjadi
1. Biru ( tetap ) : ( - )
2. Biru kehijauan : ( + )
3. Hijau kekuningan : ( ++ )
4. Kuning kemerahan : ( +++ )
( Perawatan ibu hamil : Yuni Kusmiyati, SST., DDK )
2.2.6 Diagnosa Kehamilan
1. Amenorhe
2. PPT (+)
3. Perubahan payudara
4. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dalam
2) Palpasi
( Perawatan Ibu Hamil : Yuni Kusmiyati, SST., DDK )
2.2.7 HE Pada ibu hamil
1. Aktifitas fisik
Dapat seperti biasa ( tingkat aktifitas ringan sampai sedang ), istirahat minimal 15
menittiap 2 jam, jika duduk atau berbaring di anjurkan kaki agak di tinggikan,
jika tingkat aktifitas berat, di anjurkan untuk di kurangi, istirahat harus cukup.
Jika ada gangguan atau keluhan yang mencurigakan atau membahayakan
(misalnya, perdarahan per vaginam), aktifitas fisik harus di hentikan.
2. Pekerjaan
Hindari pekerjaan yang membahayakan atau terlalu berat atau berhubungan
dengan radiasi atau bahan kimia terutama pada usia kehamilan muda
3. Imunisasi
Terutama tetanus toksoid, imunisasi lain sesuai indikasi
4. Mandi dan cara berpakaian
Mandi cukup seperti biasa, pemakain sabun khusus atau antiseptik vagina tidak
dianjurkan karena justru dapat mengganggu flora normal vagina. Selain itu
aplikasi sabun vagina dengan alat semprot dapat menyebabkan emboli udara atau
emboli cairan yang dapat berbahaya. Berpakaian sebaiknya yang memungkinkan
pergerakan.
5. Senggama atau coitus
Dapat seperti biasa, kecuali bisa terjadi perdarahan atau keluar cairan dari
kemaluan, harus dihentikan ( opstinentia ) jika ada riwayat abortus sebelumnya,
coitus ditunda sampai usia kehamilan diatas 16 minggu. Beberapa kepustakaan
menganjurkan agar coitus mulai dihentikan pada 3- 4 minggu terakhir menjelang
perkiraan tanggal persalinan.
7. Senam Hamil
Senam hamil dimulai pada umur kehamilan 22 minggu, senam hamil bertujuan
untuk memprsiapkan dan melatih otot- otot sehingga dapat berfungsi secara
optimal dalam persalinan normal dan mengimbangi , penambahan titik berat
tubuh, senam hamil ditujukan bagi ibu hamil tanpa kelainan atau tidak terdapat
penyakit yang menyertai kehamilan.
( Perawatan Ibu Hamil : Yuni Kusmiyati, SST., DKK )
2.2.8 Tehnik Pemeriksaan Palpasi Kehamilan
1. Cara melakukan pemeriksaan palpasi
(pemeriksa raba) menurut Leopold yang terdiri dari 4 bagian:
1) Leopold I
Tujuan :
1. Menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat diramalkan umur
kehamilan
2. Menentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus
3. Meraba konsistensi rahim
Cara :
1. Kaki penderita dibengkokkan pada lutut dan lipat paha
2. Pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita, menghadap kearah muka
penderita
3. Rahim dibawa ketengah
4. Tingginya fundus uteri ditentukan
5. Tentukan bagian apa yang terdapat dalam fundus
Sifat kepala : Keras, bundar, melenting
Sifat bokong : Lunak, kurang bundar, kurang melenting pada letak
lintang fundus uteri kosong.
Gambar 2.1 Leopold I
Tinggi fundus uteri sebelum ketiga (< 12 minggu) belum dapat diraba dari
luar. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Hubungan usia kehamilan dengan tinggi fundus uteriUsia
kehamilanTinggi fundus
12 minggu 3 jari atas symphisis 16 minggu Pertengahan antara pusat – symphysis 20 minggu 3 jari bawah pusat 24 minggu Setinggi pusat 28 minggu 3 jari atas pusat32 minggu Pertengahan pusat – prosesus xyfoideus 36 minggu 3 jari bawah prosesus xyfoideus 40 minggu Pertengahan pusat-prosesus xyfoideus
Sumber : (Manuaba,2002: 121)
2) Leopold II
Tujuan :
1. Menentukan dimana letak punggung anak.
2. Menentukan dimana letak bagian-bagian terkecil.
Cara :
1. Posisi penderita dan pemeriksa tetap.
2. Kedua tangan pindah kesamping.
3. Tentukan dimana punggung anak.
4. Kadang-kadang disamping teraba kepala atau bokong pada letak lintang.
5. Sifat punggung adalah teraba rata dengan tulang iga seperti papan cuci.
Gambar 2.2Leopold II
3) Leopold III
Tujuan : Untuk menetukan apa yang terdapat dibagian bawah dan apakah
sudah terpegang oleh PAP atau belum.
Cara :
1. Posisi pemeriksa dan penderita tetap.
2. Dipergunakan satu tangan tetap.
3. Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya.
4. Cobalah apakah bagian bawah masih dapat digoyangkan.
Gambar 2.3 Leopold III
4) Leopold IV
Tujuan : Untuk menentukan seberapa jauh bagian bawah masuk kedalam
rongga panggul.
Cara :
1. Pemeriksaan berubah sikapnya dengan melihat kearah kaki penderita,
kaki penderita diluruskan.
2. Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
3. Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke PAP, dan berapa
masuknya bagian bawah kedalam rongga panggul.
4. Jika kita rapatkan kedua tangan pada permukaan dari bagian terbawah
dari kepala yang masih teraba dari luar, dan:
1) Kedua tangan convergent, hanya bagian kecil dari kepala turun
kedalam rongga panggul.
2) Kedua tangan sejajar, separuh dari kepala masuk kedalam rongga
panggul.
3) Kedua tangan divergent, bagian terbesar dari kepala masuk kedalam
rongga panggul dan ukuran terbesar dari kepala sudah melewati PAP.
Gambar 2.4 Leopold IV ( a. Konvergen b. Divergen )
2. Pemeriksaan pembantu Leopold adalah sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Budine
Dipergunakan pada letak membujur, untuk lebih menetapkan dimana punggung
janin berada (Leopold II).
Teknik : Fundus uteri didorong kebawah, badan janin akan melengkung
sehingga punggung mudah ditetapkan.
2) Pemeriksaan Ahlfeld
Janin dengan letak membujur didorong kesalah satu sisi sehingga janin
mengisi ruangan yang lebih terbatas. Dengan mendorong janin kesatu arah,
maka pemeriksaan punggung janin lebih mudah dilakukan. (Leopold III)
3) Pemeriksaan Kneble
Menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan
tangan lain diatas simfisis. (Manuaba, 2002 : 136)
2.2.9 Pemeriksaan Denyut Jantung Janin ( Auskultasi )
Setelah punggung janin dapat ditetapkan, diikuti dengan pemeriksaan denyut
jantung janin, sebagai berikut:
1. Kaki ibu hamil diluruskan sehingga
punggung janin lebih dekat dengan dinding perut ibu.
a b
2. Punctum maksimum denyut janin ditetapkan
disekitar scapula.
3. DJJ dihitung dengan cara menghitung : 5
detik 1 interval 5 detik dilanjutkan 5 detik II interval 5 detik kemudian 5 detik III.
Jumlahkan hasil perhitungan, kalikan empat sehingga denyut jantung janin
selama 1 menit ditetapkan jumlah denyut jantung janin normal adalah 120 – 160
x/menit. (Manuaba, 2002 : 136)
2.3 Konsep Dasar Abortus
2.3.1 Pengertian
1. Abortus secara umum
1) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan dan sebagai batasan di gunakan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sedangkan menurut WHO
batasan usia kehamilan adalah sebelum 22 minggu. (Findarticles. Com Accessed
on Januari).
2) Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup, yaitu
sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram
(Obstetric Patologi FK UNPAD)
3) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) atau
sebelum kehamilan tresebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum
mampu umtuk hidup diluar kandungan (Sarwono, 2006).
4) Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum janin berumur 28 minggu atau
berat janin kurang dari 1.000 gram (Manuaba IBG.2008)
5) Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan pada umur kurang dari 28 minggu (Manuaba IBG 2009).
2. Abortus komplitus
Abortus komplitus merupakan abortus spontan yang tidak dapat dihindari.
Abortus kompletus (keguguran lengkap) adalah abortus yang hasil konsepsi (desidua
dan fetus) keluar seluruhnya sebelum usia kehamilan 20 minggu.Ciri terjadinya
abortus kompitus adalah: perdarahanpervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks
sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus, uterus telah
mengecil. Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa
kelengkapannya.
Untuk memastikan rahim sudah bersih atau belum bisa dilakukan dengan
pemeriksaan USG oleh dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Tidak memerlukan
penanganan khusus apabila rahim sudah bersih.Hanya saja pendarahan yang banyak
bisa menimbulkan anemia atau kehilangnan haemoglobin dalam jumlah besar
sehingga diperlukan tranfusi darah.Kalau hanya menderita anemia ringan saja, perlu
diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral
Berdasarkan pengertian diatas maka kesimpulan yang dapat ditarik bahwa
abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada waktu
sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu
hidup diluar kandungan dengan berat janin kurang dari 500 gram. Sedangkan
abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari
hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis yang tertinggal
pada desidua atau plasenta ditandai dengan perdarahan sedang, serviks terbuka dan
nyeri pada perut bagian bawah dan terasa mules (Asuhan Kebidanan 4 Patologi,
2009).
2.3.2 Klasifikasi Abortus
1. Abortus Spontan
Abortus spontan yang terjadi dengan tidak diketahui faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah atau terjadi
tanpa unsur tindakan diluar dan dengan kekuatan sendiri. Dimana abortus spontan
dapat dibagi atas:
1) Abortus imminiens merupakan abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan
pervaginam, sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik
didalam uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
2) Abortus Insipiens adalah merupakan abortus yang sedang mengancam yang
ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih
berada lengkap didalam uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
3) Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram
(Sarwono Prawirohardjo, 2008).
4) Abortus inkomplit (keguguran bersisa) adalah pengeluaran sebagian hasil
konsepsi dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal pada kehamilan kurang
dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram (Sarwono Prawirohardjo,
2008).
5) Missed abortion (keguguran tertunda) adalah keadaan dimana janin telah mati
sebelum minggu ke 20, tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih
setelah janin mati. (Obstetri Patologi, UNPAD).
6) Abortus habitualis (keguguram berulang) adalah abortus yang telah berulang dan
berturut-turut terjadi sekurang-kurangnya 3 kali atau lebih (Obstetri Patologi,
UNPAD).
7) Abortus infeksiosus, abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi pada alat
genitalia, abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada
peredaran darah tubuh atau peritoneum (Sarwono Prawirohardjo, 2008).
2. Abortus Provocatus (Induced Abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat, abortus ini dibagi lagi menjadi sebagai berikut:
1) Abortus medisinalis
Adalah abortus karena berdasarkan indikasi medis, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu, biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter. (Rustam Mochtar, 1998)
2) Abortus kriminalis
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis. (Rustam Mochtar,1998)
2.3.3 Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah
atau sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam
keadaan masih hidup. Hal ini dapat disebabkan:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau
cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda.
Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai
berikut:
1). Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah
trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2). Lingkungan yang tidak sempurna, bila lingkungan diendometrium sekitar tempat
implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil
konsepsi terganggu.
3). Pengaruh dari luar, radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.Dapat
mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.
Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
2. Kelainan pada plasenta
1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus.
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis,
malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga dapat menyebabkan
kematian janin dan kemudian terjadi abortus, anemia berat, keracunan, laparatomi,
peri tonitis umum dan penyakit menahun.
4. Keadaan traktus genitalis
Retroversion uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan
abortus, tetapi harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkaserata atau
mioma submukosum yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam
trimester ke II adalah serviks inkomplit yang dapat disebabkan oleh kehamilan
bawaan pada serviks, dilatasi serviks atau robekan serviks uteri luas yang tidak
dijahit. (Hanifa Wiknjosastro, 2006)
2.3.4 Patofisiologi Abortus
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili
korialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8 – 14
minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu banyak terjadi perdarahan. (Rustam Mochtar, M. Ph, 1998)
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan
oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan berkontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian masih tertinggal sehingga dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Oleh karena itu keguguran memberi gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian
hasil konsepsi. (Manuaba,IBG 1998)
2.3.5 Komplikasi abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi
dan syok.
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperrentrofleksi.
3. Infeksi
Pada abortus septic virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
miometrium, tuba, parametrium dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih
jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis dan kemungkinan diikuti oleh syok.
4. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat. (Pro. Dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG, 2002).
5. Degenerasi ganas
1) Keguguran dapat menjadi korio karsinoma sekitar 15% - 20%
2) Gejala korio karsinoma adalah terdapat perdarahan berlangsung lama, terjadi
pemberasan / perlukaan rahim (Trias Akosta Sison), terdapat metastase ke vagina
atau lainnya (Manuaba 1998).
2.3.6 Diagnosa Abortus
Diagnosa abortus diperlukan beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Terdapat keterlambatan datang bulan
2. Terjadi perdarahan.
3. Disertai sakit perut
4. Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
5. Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah negative
Hasil pemeriksaan fisik terhadap penderita bervariasi:
1. Pemeriksaan fisik bervariasi tergantung jumlah perdarahan.
2. Pemeriksaan fundus uteri
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai umur kehamilan
2) Tinggi dan besarnya sudah mengecil
3) Fundus uteri tidak teraba diatas sympisis
3. Pemeriksaan dalam
1) Serviks uteri masih tertutup
2) Serviks sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum
uteri pada kanalis servikalis
3) Besarnya rahim (uterus) telah mengecil
4) Konsistensinya lunak. ( Manuaba IBG1998)
4. Pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik pada wanita anemia, PID, gejala
abortus atau keluhan nyeri tidak biasanya(Saifuddin, 2002)
5. Pemerikassan penunjang
1) Pemeriksaan lab berupa tes kehamilan, HB Leukosit, waktu bekuan, waktu
perdarahan , trombosit dan GDS
2) Pemeriksaan USG di temukan kantong gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi.
2.3.7 Gejala Abortus Komplit
1. Uterus telah mengecil
2. Perdarahan sedikit
3. Canalis servikalis telah tertutup
2.3.8 Manifestasi Klinis Komplit
1. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan
2. Ostium uteri telah menutup
3. Uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit
4. Besar uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
5. USG : tidak diperlukan jika pemeriksaan secara klinis sudah memadai
6. Tes urin masih positif sampai 7-10 hari sesudah abortus
2.3.9 Penatalaksanaan
1. Apabila kondisi pasien baik, cukup diberikan tablet ergometrin 3x1
tablet/hari untuk 3 hari
2. Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600
mg/hari selama 2 minggu serta anjuran mengkonsumsi makanan bergizi. Anemia
berat berikan infus darah
3. Apabila tidak terdapat tanda tanda infeksi, tidak perlu diberikan antibiotik,
atau apabila khawatir akan terjadi infeksi berikan antibiotik profilaksis
2.4 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah merupakan penggambaran hubungan antara bidan
dan kliennya dalam konteks pemberian dari pemenuhan kebutuhan klien. (Cristina
Lia Uripni, 2003).
Dalam pemberian asuhan kebidanan pada klien bidan menggunakan metode
pendekatan pemecahan masalah dengan difokuskan pada suatu proses sistematis dan
analisis. Pemberian asuhan kebidanan tersebut, penulis menggunakan untuk langkah
managemen kebidanan varney, yaitu :
2.4.1 Pengkajian
Merupakan langkah awal untuk mendapatkan data tentang keadaan ibu
malalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan data-data tersebut
diklarifikasikan sebagai data subyektif dan obyektif dan data pengunjung.
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari hasil wawancara atau
anamnesa langsung pada klien, keluarga dan tim tenaga kesehatan lain. Dalam
hasil anamnesa terhadap klien tentang masalah kesehatan yang dialami, meliputi
hal - hal sebagai berikut :
1) Biodata
Biodata berisi tentang identitas klien beserta suaminya yang meliputi nama,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa, status perkawinan
yang meliputi perkawinan ke berapa, umur kawin, dan alamat. Dari biodata
yang dikaji diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko,
keadaan sosial ekonomi dan pendidikan klien atau keluarga yang
mempengaruhi kondisi klien serta golongan darah klien.
2) Keluhan utama / alasan kunjungan
Keluhan yang dapat menyebabkan klien datang ke pelayanan kesehatan
karena merasa dirinya terganggu. Beberapa keluhan yang terjadi pada
kehamilan abortus komplit yaitu klien ingin memeriksakan kehamilannya
karena terjadi perdarahan dan nyeri pada perut bagian bawah.
3) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat klien apakah klien sekarang sedang mengalami perdarahan, berat
atau ringan, jika berat apakah klien merasakan pusing dan berkunang-
kunang.
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Apakah ada penyakit menahun, menular, menurun yang pernah dialami
ibu sebelum hamil yang dapat mempengaruhi keadaan anemia, misalnya
TBC paru, cacing usus, dan malaria
3. Riwayat kesehatan keluarga
Yang perlu ditanyakan apakah dari keluarga klien ada yang mempunyai
penyakit menahun, menular dan menurun seperti TBC paru, cacing usus,
dan malaria.
4) Riwayat kebidanan
1. Riwayat haid
Yang ditanyakan menarche umur berapa, berapa hari siklus haid, teratur/
tidak lama haid, jumlah darah haid (berapa kali ganti pembalut perhari),
konsistensi darah haid (cair atau lendir), warna darah haid, bagaimana
baunya, nyeri atau tidak saat haid (dismenorhoe), bila ya kapan, apakah
sebelum, saat, atau sesudah haid, ada atau tidak fluor albus (jika ada
ditanyakan, kapan apakah sebelum, sesudah atau diluar haid, banyak atau
tidak, bagaimana kondisinya, warna, bau, gatal atau tidak).
2. Riwayat kehamilan sekarang
Pada riwayat kehamilan sekarang didapatkan :
1) Amenorhoe;
2) Hamil ke;
3) HPHT;
4) HPL;
5) Umur kehamilan;
6) Gerakan janin mulai
dirasakan umur kehamilan 16 minggu;
7) Frekuensi ANC
minimal 4 x yaitu TM 1 x, TM II 1 x, TM III 2 x, ditanyakan kapan
dan dimana.
8) Ditanyakan
penyuluhan apa saja yang pernah didapat.
3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
Menunjukkan keterangan tentang kehamilan, persalinan, nifas yang
dialami sebelumnya yang meliputi hamil ke berapa, dari pernikahan yang
ke berapa, ada atau tidak penyulit kehamilan, apakah pernah mengalami
keguguran (jika pernah, kapan, apakah sudah dicuretage, dimana),
persalinan normal atau dengan tindakan (vacum, forcep, operasi SC),
adakah penyulit persalinan, ditolong siapa, dimana, berapa berat badan
lahir bayi dan panjang badan bayi, jenis kelamin, jika anak masih hidup
sekarang umur berapa, jika sudah mati dikarenakan oleh apa, kapan, nifas
normal atau dengan penyulit, diberi ASI sampai anak umur berapa.
5) Riwayat KB
Jenis kontrasepsi apa yang pernah digunakan, berapa lama menggunakannya,
apakah ada efek samping dalam pemakaian KB tersebut apa rencana KB yang
akan digunakan setelah persalinan nanti.
6) Keadaan psikososial
Keadaan psikososial yang dialami adalah cemas dan risih dengan keadaanya.
7) Pola kebiasaan-hari
1. Pola nutrisi
Pola makan 1- 2 x / hari, porsi sedikit, dengan menu nasi, sayur, lauk,
biah 2 potong, air putih 6- 7 gelas
2. Pola eliminasi
BAB 1 x/hari, konsistensi lembek, bau khas, warna kuning, BAK 8-10
x/hari, warna kuning, jernih, bau khas, tidak sakit
3. Pola personal hygiene
Berapa kali klien mandi, gosok gigi, ganti pakaian luar dan dalam perhari,
berapa kali keramas dalam 1 minggu.
4. Pola aktivitas
Keadaan pola aktifitas yang dialami adalah bekerja membantu suaminya
berdagang, seharian penuh kadang kalau pasien lelah berhenti sebentar
dan mulai melakikan pekerjaan lagi.
5. Pola istirahat / tidur
Tidak pernah tidur siank, tidur malam pun sisah
6. Pola Seksial
Tidak ada keluhan
2. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan terdiri dari :
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
Postur tubuh : lordosis
Cara berjalan : normal
Tinggi badan : > 145 cm
Berat badan sebelum hamil : -
Berat badan selama hamil : -
Kenaikan berat badan : 12-16 kg
Lila : ≥ 23,5 cm
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 76 – 92 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5o C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
3) Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi yaitu proses observasi atau pemeriksaan pandang dengan
menggunakan pandangan mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan dengan status fisik.
Kepala : bagaimana kebersihan rambut, ada ketombe atau tidak,
bagaimana warna rambut, apakah bercabang atau tidak,
bagaimana distribusi rambut, ada lesi atau tidak, rontok
atau tidak
Muka : apakah ada cloasma gravidarum atau tidak, mika agak
pucat, oedem atau tidak
Mata : simetris atau tidak, konjungtiva agak pucat,sklera putih,
terdapat oedem palpebra atau tidak
Hidung : bagaimana kebersihannya, apakah ada sekret, ada
pernafasan cuping hidung atau tidak, apakah ada polip.
Telinga : simetris atau tidak, ada kelainan atau tidak, bagaiman
keber-sihannya, apakah ada serumen atau tidak
Mulut & ginjal : mukosa bibir kering atau lembab, sedikit pucat, ada
stomatitis atau tidak, ada caries gigi atau tidak, apakah
ada gigi palsu, lidah bersih atau kotor
Leher : pembesaran kelenjar tyroid atau vena jugularis ada atau
tidak
Axilla : ada benjolan atau tidak, ada lesi atau tidak
Dada : ada kelainan bentuk tulang dada atau tidak, apakah ada
retraksi intercosta
Payudara : hyperpigmentasi areolla mammae, apakah ada pembesaran
kelenjar montgomery, bagai-mana bentuk puting susu,
adakah pembesaran payudara, payudara tegang atau tidak
Abdomen : perut membesar sesuai usia kehamilan, adakah striae
gravidarum, linea nigra, linea alba, ada atau tidak luka
bekas operasi
Genetalia : bagaimana kebersihan vulva, apakah ada pembengkakan
kelenjar batholini, ada atau tidak condiloma acuminata
atau condiloma talata, ada atau tidak oedem dan varices,
ada pengeluaran pervaginam atau tidak
Anus : ada hemoroid atau tidak
Ekstremitas atas : simetris atau tidak, apakah ada gangguan pergerakan
atau tidak, oedem atau tidak
Ekstremitas bawah : simetris atau tidak, apakah ada gangguan pergerakan
atau tidak, kiki sedikit pucat, oedem atau tidak, ada
varices atau tidak
2. Palpasi adalah pemeriksaan raba atau sentuhan untuk mendeteksi ciri-ciri
jaringan atau organ.
Leher : adakah pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : adakah nyeri tekan, ada benjolan atau tidak pada dada
Payudara : Konsistensi kenyal, ada benjolan atau tidak
Axilla : adakah nyeri tekan dan pembesaran kelenjar lymphe.
Abdomen :
Leopold I : TFU pada kehamilan 12- 13 minggu adalah 3 jari diatas
symfisis atau kurang
Leopold II :
Leopold III :
Leopold IV :
Ekstremitas atas : ada oedem atau tidak
Ekstremitas bawah: ada
3. Auskultasi adalah pengkajian yang menggunakan pendengaran atau
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran.
Dada : apakah ada bunyi ronchi dan wheezing.
Abdomen : DJJ : Belum terdengar
4. Perkusi adalah dengan cara mengetuk dari jari tangan atau dengan humer
terutama untuk melihat reflek patella pada lutut dan untuk memeriksa ada
atau tidak meteorismus pada abdomen.
4) Pemeriksaan panggul luar
Dilakukan pada primigravida, dan multigravida yang belum pernah
melakukan persalinan pervaginam, TB < 145 cm, untuk mengetahui adanya
kelainan yang dapat menimbulkan penyakit dalam persalinan. Alat yang
sering dipakai adalah jangka panggul atau metlin.
Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior dekstra
dengan sinistra 24-26 cm.
Distansia kristarum : jarak antara krista illiaka dekstra dengan sinitra 28-30
cm.
Konjugata eksterna : jarak antara bagian atas sympisis ke porssus spinosus
lumbal V 18-20 cm.
Lingkar panggul : jarak antara tepi atas symfisis-trokanter mayor
prosesus spino-sus lumbal V dan kembali ke tempat
semula 80-90 cm.
5) Pemeriksaan Dalam
Apakah dilakukan atau tidak.
6) Pemeriksaan penunjang
Merupakan data yang diperlukan untuk mendukung diagnosa misalnya
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan protein urine, albumin dan
pemeriksaan darah (Hb) < 11 gr.
2.4.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan dan diinterprestasikan sehingga ditemukan suatu masalah
atau diagnoa yang spesifik. Ada beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti
diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah
rencana asuhan terhadap klien.
1. Diagnosa : Ny. “N” GI P0010
Umur Kehamilan 8 Minggu Dengan Abortus komplit.
Ds : ada komunikasi secara verbal maupun non verbal yang menyatakan
bahwa ibu hamil anak keempat dengan umur kehamilan 3, terjadi
perdarahan berat dan nyeri pada perut bagian bawah.
Do : TTV : Tekanan darah : <100/70 mmHg
Nadi : 76 – 92 x/menit
Suhu : 36,5 – 37,5o C
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
Palpasi :
Abdomen : Leopold I : TFU 3 jari di bawah simfysis atau
kurang
Pemeriksaan panggul luar
Distansia spinarum : jarak antara SIAS dekstra sinistra 24-26 cm
Distansia cristarum : jarak antara krista illiaka dekstra sinistra 28-
30 cm
Konjugata eksterna : jarak antara bagian atas symfisis sampai
prossus spinosus lumbal V : 18-20 cm.
Lingkar panggul : jarak antara tepi atas symfisis-SIAS-prosesus
spinosus lumbal V dan kembali ke tempat
semula V dan kembali ke tempat semula 80-
90 cm.
2. Masalah 1 : Perdarahan
Ds : Ibu mengatakan mengalami perdarahan berat
Do : Lemas
3. Masalah 2 : Nyeri pada perut bagian bawah
Ds : Ibu mengatakan nyeri pada perut bagian bawah.
Do : Nyeri pada perut bagian bawah.
Kebutuhan : 1) Mengeluarkan semua sisa jaringan
2) Istirahat yang cukup
3) Pola Personal Hygiene
2.4.3 Antisipasi Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa yang sudah diidentifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah benar-benar terjadi.
1. Abortus Komplit
2. Infeksi akibat sisa jaringan
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Merupakan langkah yang membutuhkan sifat kesinambungan dari proses
penatalaksanaan asuhan primer periodik dan saat bidan berada bersama klien. Data-
data baru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi, beberapa data indikasi adanya
siatuasi yang gawat dimana bidan bertindak segera untuk kepentingan keselamatan
jiwa klien.
2.4.5 Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan untuk
langkah selanjutnya. Langkah ini merupakan kelanjutan managemen terhadap
diagnosa masalah yang diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini, informasi
atau data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Pada langkah ini dibuat suatu
kesepakatan bersama antara klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang terdiri dari
kesepakatan bersama antara klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang terdiri dari
tujuan dibuat suatu asuhan kebidanan, kriteria hasil yang diharapkan, dan rasional
dari setiap intervensi yang diberikan sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
1. Diagnosa : Ny. “N” GI P0010 Umur Kehamilan 8 Minggu Dengan
Abortus komplit
Tujuan :
Jangka pendek : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 30 menit
diharapkan klien mengerti penjelasan bidan
Jangka panjang : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari diharapkan
tidak terjadi infeksi sisa jaringan
Kriteria hasil : Klien dapat mengulang kembali penjelasan dari petugas
tentang kehamilannya.
Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
1) Beritahu klien dan
keluarga tentang hasil pemeriksaan
Rasional : Memberi informasi tentang keadaan kehamilan akan membuat
klien dan keluarga melakukan nasehat dari tenaga kesehatan.
2) Pastikan semua sisa jaringan keluar semua dari rahim
Rasional : Untuk memastikan tidak ada sisa jaringan yang tersisa di dalam
rahim
3) Berikan HE pada klien tentang nutrisi dan istirahat.
Rasional : gizi seimbang dan istirahat cukup dapat mengembalikan kondisi
klien
4) Anjurkan pada klien untuk menjaga personal Hygiene
Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi
5) Anjurkan pada klien untuk kontrol ulang 1 minggu lagi atau datang
secepatnya bila ada keluhan.
Rasional : Untuk mengevaluasi hasil pemeriksaan sebelumnya dan
mencegah adanya infeksi
2.4.6 Implementasi
Implentasi yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari
rencana yang telah disusun pada tahap-tahap perencanaan. Pelaksanaan dapat
terealisasi dengan baik apabila diterapkan berdasarkan hakekat masalah. Jenis
tindakan atau pelaksanaan bisa dilaksanakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi
sesama tim atau kesehatan lain dan rujukan dari profesi lain.
2.4.7 Evaluasi
Evaluasi adalah seperangkat yang saling berhubungan untuk mengukur
pelaksanaan serta didasarkan tujuan dan kriteria. Guna mengevaluasi atau menilai
kemampuan dalam memberi asuhan kebidanan, menilai efektifitas dari asuhan
kebidanan, sebagai umpan balik untuk mempebaiki asuhan selanjutnya. Untuk
menyusun langkah baru dalam asuhan kebidanan, menunjang tanggung jawab dan
tanggung gugat dalam asuhan kebidanan. Dalam mengevaluasi menggunakan format
SOAP, yaitu :
S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung.
O : Data yang diperoleh dari observasi dan pemeriksaan.
A : Pernyataan yang terjadi atas data subyektif dan data obyektif
P : Perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.
(Hellen Varney, 2007 : 249)