i
STRATEGI PENYERAPAN TENAGA KERJA LAKI-LAKI
PADA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSU
DI KABUPATEN PURBALINGGA
SKRIPSI
Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh:
Dodi Agustina
7111413077
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2017
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada
Hari : Rabu
Tanggal : 26 April 2017
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 31 Mei 2017
Dosen Penguji III
Prof. Dr. Sucihatiningsih DWP, M.Si.
NIP. 196812091997022001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
Dr. Wahyono, M.M.
NIP. 195601031983121001
Dosen Penguji II
Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si.
NIP. 197705022008122001
Dosen Penguji I
Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si.
NIP. 196304181989012001
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dodi Agustina
NIM : 7111413077
Tempat Tanggal Lahir : Purbalingga, 5 September 1995
Alamat : Desa Bojongsari RT 1 RW 2 Kecamatan Bojongsari
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiKabupaten Purbalingga
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini
adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Maret 2017
Dodi Agustina
NIM. 7111413077
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
*Motto Hidup*
“Janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, (sebagai)
bunga kehidupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu.
Karena karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal”.
(QS. Tãhã: 131)
* Persembahan*
Skripsi ini Saya persembahkan untuk:
Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Waryanto Sorun dan Ibu Sutarmi.
Terimakasih untuk semua pengorbanan dan kasih sayang yang tiada henti
untukku.
Adik tunggalku Dedi Kurniawan, yang sudah menemani waktu luangku di
rumah dan selalu mengingatkanku pada masa kecil.
Almamater UNNES dan teman-teman seperjuangan Jurusan Ekonomi
Pembangunan FE UNNES angkatan 2013 yang sudah menemani
perjuanganku di sini.
vi
PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya,
sehingga skripsi yang berjudul “Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki Pada
Sektor Industri Pengolahan Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga” dapat
penulis selesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat
bantuan, petunjuk dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba
ilmu dan pengetahuan di Universitas Negeri Semarang.
2. Bapak Dr. Wahyono, M.M, dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Ibu Lesta Karolina Br Sebayang, S.E., M.Si, ketua jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4. Ibu Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, memberikan pengarahan dan membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini dengan baik.
5. Ibu Prof. Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti, M.Si, Dosen Pembimbing
II yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
vii
6. Ibu Prof. Dr. Etty Soesilowati, M.Si, Dosen Wali yang telah memotivasi
penulis dalam perkuliahan.
7. Dinas Tenaga Kerja dan pihak industri pengolahan rambut yang sudah bersedia
menjadi responden pakar dalam penyusunan skripsi ini.
8. Tim sukses skripsi ini Nova Putra Pratama, Alex Aji Prabowo, Tesa Aprilianto,
Andi Setiawan, Eko Nur Ikhsan, Dani Imam Subekti, Dimas Ramadhan dan
Nurul Wijayatno yang telah bersedia membantu penulis dalam mengumpulkan
responden penelitian dan tidak bosan dalam berbagi informasi yang dibutuhkan
penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-Teman EP’13 yang merupakan keluarga baru penulis di Semarang dan
teman-teman Kost Afdol yang sudah menemani perjalanan penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per atu yang telah
memberikan bantuan dan dukungan dalam rangka penyusunan skripsi ini
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan dapat
menambah kajian ilmiah serta wawasan terkait dengan topik yang ditulis dalam
skripsi ini.
Semarang, Maret 2017
Penyusun
viii
SARI
Dodi Agustina. 2017. “Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki pada Sektor
Industri Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga”. Skripsi. Jurusan
Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I. Dyah Maya Nihayah, S.E.,M.Si. II.Prof.Dr.Sucihatiningsih Dian
Wisika Prajanti, M.Si.
Kata Kunci: Tenaga Kerja, Kesenjangan, Strategi.
Keberadaan industri pengolahan rambut palsu telah memberikan dampak
yang siginifikan terhadap perekonomian di Kabupaten Purbalingga. Selain
mendominasi nilai investasi, sektor tersebut juga merupakan sektor pengolahan
yang menyerap tenaga kerja paling banyak. Fakta menunjukkan bahwa lebih dari
52.000 angkatan kerja terserap di sektor tersebut. Namun sayangnya keberadaan
sektor pengolahan rambut palsu juga telah terbukti menimbulkan kesenjangan
keterserapan tenaga kerja antara laki-laki dan perempuan di sana. Berdasarkan
publikasi dari dinas terkait menunjukkan bahwa perbandingan keterserapan tenaga
kerja laki-laki dan perempuan pada sektor tersebut adalah 1:10 bahkan lebih.
Menggunakan analisis SWOT, penelitian ini berupaya mengetahui apa saja
faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dapat meningkatkan penyerapan
tenaga kerja laki-laki pada sektor pengolahan rambut palsu. Penelitian ini juga
berupaya menganalisis strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor tersebut. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 97 responden yang merupakan tenaga kerja laki-laki yang saat ini
telah bekerja di sektor pengolahan rambut palsu. Kemudian responden pakar
dalam penelitian ini adalah pihak industri pengolahan rambut palsu dan pihak
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Purbalingga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor Internal Factor Evaluation (IFE)
sebesar 2,3597. Sedangkan skor External Factor Evaluation (EFE) sebesar
3,1229. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu
masuk kedalam kategori sedang. Sedangkan kondisi eksternal untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan
rambut palsu masuk kedalam kategori tinggi. Sehingga arah strategi penyerapan
tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu berada pada
devisi dua. Yaitu pada fase tumbuh dan membangun yang dapat ditingkatkan
dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya instansi pemerintah yang
dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja perlu berkoordinasi dengan industri
pengolahan rambut palsu sebagai penyedia lapangan kerja terbesar di Kabupaten
Purbalingga sesuai tugas dan kewenangannya dalam merumuskan kebijakan
penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor tersebut.
ix
ABSTRACT
Dodi Agustina. 2017. “Male Labor Absorption Strategy at Fake Hair Processing
Industry Sector in Purbalingga District”. Final Project. Economic Development.
Faculty of Economic. State University of Semarang.
Advisor Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si. Co Advisor. Prof. Dr. Sucihatiningsih
Dian Wisika Prajanti, M.Si.
Keywords: Labor, Gap, and Strategy
The existence of fake hair processing industry has a significant impact on
the economy in Purbalingga district. In addition to dominating the value of the
investment, the sector is also the processing sector which absorbs most of the
labor. The facts show that more than 52.000 labor force is absorbed in the sector.
But unfortunately the existence of fake hair processing sector has also proven to
have caused the absorption gap of labor between men and women there. Based on
the publications of relevant agencies indicate that the labor absorption ratio of
men and women in the sector is 1:10 or more.
Using the SWOT analysis, this study seeks to find out what are the strategic
factors internal and external to promote absorption of men in fake hair processing
sector. This study also attempts to analyze the strategies that can be done to
increase the absorption of men labor in the sector. The sample in this study
amounted to 97 respondents who are men workers who are currently worked in
the fake hair processing. Then, the expert respondents in this study is the fake hair
processing industry and Purbalingga labor department.
The results showed that the score of the Internal Factor Evaluation (IFE) is
2,3597. While the score of External Factor Evaluation (EFE) is 3,1229. This
indicates that the internal conditions for increasing absorption of men labor in the
fake hair processing industry sector into the medium category. While the external
conditions for increasing absorption of men labor in the fake hair processing
industry sector into the high category. So the strategic direction of the absorption
of male labor in the fake hair processing industry sector that are in division two.
That is in a growth and a building phase which can be improved by concentration
through horizontal integration. This means that government agencies in this case
is the labor department needs to coordinate with the fake hair processing industry
as the largest of labor users in Purbalingga regency in accordance with its duty
and authority in formulating the policy of male labor absorption in the sector.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
SARI ................................................................................................................. viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 11
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14
2.1. Pembangunan Ekonomi ..................................................................... 14
2.2. Ketenagakerjaan ................................................................................. 16
2.2.1. Penjelasan Teknis Tenaga Kerja .............................................. 16
2.2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ........................................................ 17
2.2.3. Variabel Internal Tenaga Kerja ................................................ 19
2.2.4. Variabel Eksternal Tenaga Kerja ............................................. 21
2.2.5. Pengangguran ........................................................................... 23
2.3. Industri ............................................................................................... 25
Halaman
xi
2.3.1. Pengertian Industri ................................................................... 25
2.3.2. Jenis Industri ............................................................................ 25
2.3.3. Tujuan Perusahaan dan Industri ............................................... 27
2.4. Investasi ............................................................................................. 28
2.4.1. Konsep Investasi ...................................................................... 28
2.4.2. Bentuk-bentuk Investasi........................................................... 29
2.5. Pertumbuhan Ekonomi ....................................................................... 30
2.5.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 30
2.5.1. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi ........................................ 31
2.6. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 31
2.7. Kerangka Berpikir .............................................................................. 35
BAB III. METODE PENELITIAN.................................................................. 36
3.1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 36
3.2. Populasi Penelitian ............................................................................. 36
3.3. Sampel Penelitian ............................................................................... 38
3.4. Variabel Penelitian ............................................................................. 39
3.4.1. Variabel Internal ...................................................................... 39
3.4.2. Variabel Eksternal .................................................................... 40
3.5. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 41
3.6. Metode Analisis Data ......................................................................... 42
3.6.1. Tahap Masukan ........................................................................ 43
3.6.2. Tahap Analisis ......................................................................... 46
3.6.3. Tahap Pengambilan Keputusan................................................ 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 49
4.1. Hasil Penelitian .................................................................................. 49
4.1.1. Identifikasi Lingkungan Internal .............................................. 50
4.1.2. Identifikasi Lingkungan Eksternal ........................................... 61
4.1.3. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis ......................................... 71
4.1.4. Pemberian Bobot dan Rating ................................................... 74
4.1.5. Skor EFE dan IFE .................................................................... 82
xii
4.1.6. Matriks IE ................................................................................ 84
4.2. Pembahasan ........................................................................................ 85
4.2.1. Kondisi Internal ....................................................................... 85
4.2.2. Kondisi Eksternal ..................................................................... 87
4.2.3. Pembahasan Matriks Internal Eksternal................................... 90
4.2.4. Perumusan Strategi .................................................................. 92
BAB V. PENUTUP .......................................................................................... 94
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 94
5.2. Saran .................................................................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96
LAMPIRAN ..................................................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi Industri Besar di Kabupaten Purbalingga ..................... 2
Tabel 1.2. Daftar Nilai Investasi Terbesar di Kabupaten Purbalingga ............ 3
Tabel 1.3. Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kabupaten Purbalingga ......... 4
Tabel 1.4. Persentase Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan ......................... 5
Tabel 1.5. Dafta Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga 6
Tabel 1.6. Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Purbalingga ........................ 8
Tabel 1.7. Jumlah Pengangguran Terbuka di Kabupaten Purbalingga ............ 9
Tabel 3.1. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian.......................................... 37
Tabel 4.1. Umur Tenaga Kerja Laki-Laki ........................................................ 50
Tabel 4.2. Pendidikan Tenaga Kerja Laki-Laki ............................................... 52
Tabel 4.3. Keterampilan Laki-Laki .................................................................. 54
Tabel 4.4. Anggapan Masyarakat Mengenai Pekerjaan Mengolah Rambut .... 68
Tabel 4.5. Tahapan Produksi Industri Pengolahan Rambut Palsu ................... 69
Tabel 4.6. Indikator Bobot Peluang ................................................................. 74
Tabel 4.7. Indikator Bobot Ancaman ............................................................... 75
Tabel 4.8. Indikator Bobot Kekuatan ............................................................... 76
Tabel 4.9. Indikator Bobot Kelemahan ............................................................ 77
Tabel 4.10. Rating Indikator Peluang .............................................................. 78
Tabel 4.11. Rating Indikator Ancaman ............................................................ 79
Tabel 4.12. Rating Indikator Kekuatan ............................................................ 80
Tabel 4.13. Rating Indikator Kelemahan ......................................................... 81
Tabel 4.14. Skor External Factor Evaluation ................................................... 82
Tabel 4.15. Skor Internal Factor Evaluation .................................................... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ....................................................................... 35
Gambar 3.1. Tahap-Tahap Analisis SWOT ..................................................... 43
Gambar 3.2. Matriks Internal Eksternal ........................................................... 46
Gambar 3.3. Matriks SWOT ............................................................................ 47
Gambar 4.1. Matriks Internal Eksternal ........................................................... 84
Gambar 4.2. Perumusan Strategi ...................................................................... 91
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Peneliti............................................................... 101
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian .................................................................... 102
Lampiran 3. Instrumen SWOT Responden Pakar ............................................ 111
Lampiran 4. Daftar Responden Penelitian ....................................................... 118
Lampiran 5. Daftar Informasi Responden ........................................................ 122
Lampiran 6. Tabulasi Faktor-Faktor Strategis Eksternal ................................. 128
Lampiran 7. Rekapitulasi Pertanyaan Tertutup Faktor Strategis Eksternal ..... 155
Lampiran 8. Tabulasi Faktor-Faktor Strategis Internal .................................... 157
Lampiran 9. Rekapitulasi Pertanyaan Tertutup Faktor Strategis Internal ........ 192
Lampiran 10. Rating dan Pembobotan SWOT Dinas Tenaga Kerja ............... 194
Lampiran 11. Rating dan Pembobotan SWOT Manajer HRD ......................... 198
Lampiran 12. Rating dan Pembobotan SWOT Supervisor .............................. 202
Lampiran 13. Rekapitulasi Rating, Pembobotan, dan Skor EFE ..................... 206
Lampiran 14. Rekapitulasi Rating, Pembobotan, dan Skor IFE ...................... 207
Lampiran 15. Hasil Wawancara ....................................................................... 208
Lampiran 16. Surat Ijin Penelitian ................................................................... 219
Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 223
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sampai saat ini telah banyak keberhasilan pembangunan yang telah diraih
oleh Kabupaten Purbalingga melalui kerjasamanya dengan industri pengolahan
rambut palsu. Melalui kerjasama ini Kabupaten Purbalingga mampu memperluas
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat di daerahnya yang
sebelumnya tidak sebaik kondisi sekarang. Fakta menunjukkan bahwa tidak
kurang dari 52.000 angkatan kerja terserap pada sektor industri ini (Setiansah dan
Shinta, 2011:38). Apabila dihitung kasar dengan tingkat upah minimum
kabupaten/kota (UMK) Purbalingga yang sebesar Rp.1.522.500,- maka dapat
dikatakan bahwa lebih dari Rp.79.170.000.000,- adalah pendapatan yang dapat
terserap oleh Kabupaten Purbalingga per bulannya melalui peran tenaga kerja
yang bekerja di sektor industri pengolahan rambut tersebut di luar value added
ekonomi yang lain. Hal tersebut merupakan beberapa bukti dari sekian banyak
keberhasilan pembangunan yang telah berhasil diraih oleh Kabupaten Purbalingga
melalui kerjasamanya dengan industri pengolahan rambut palsu hingga saat ini.
Dalam penelitiannya, Lestari (2012:2) menyebutkan bahwa industri
pengolahan rambut palsu merupakan sektor industri yang paling dominan di
Kabupaten Purbalingga. Dimana 50% dari seluruh industri besar yang ada di
Kabupaten Purbalingga merupakan industri pengolahan rambut palsu sedangkan
sisanya terbagi menjadi beberapa jenis industri besar lain seperti industri kayu dan
industri makanan. Lebih jelasnya hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut:
2
Tabel 1.1
Komposisi Industri Besar di Kabupaten Purbalingga
No Jenis Industri Persentase
1 Industri Pengolahan Rambut 50%
2 Industri Kayu 25%
3 Industri Makanan (Mie dan Sohun) 9,37%
4 Industri Makanan Ringan (Permen & Rokok) 6,25%
5 Industri Jasa 3,12%
6 Industri Keramik 3,12%
7 Lainnya 3,14%
Sumber: Lestari (2012:2)
Selain mendominasi jumlah industri besar di Purbalingga, industri
pengolahan rambut palsu juga merupakan sektor industri yang memiliki tingkat
investasi paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor industri lain di Kabupaten
Purbalingga. Menurut data dari KPMPT (Kantor Penanaman Modal dan Perizinan
Terpadu) Kabupaten Purbalingga menyebutkan bahwa nilai investasi terbesar
sampai saat ini masih didominasi oleh sektor industri, terutama industri yang
bergerak pada pengolahan rambut palsu. Data dari KPMPT tersebut menunjukkan
bahwa total investasi yang telah diserap oleh Kabupaten Purbalingga melalui
peran sektor industri pengolahan rambut palsu adalah lebih dari
Rp.170.240.872.294,00. Total investasi yang dimaksud terbagi atas beberapa
gabungan perusahaan besar pengolah rambut palsu yang tersebar di Kabupaten
Purbalingga. Secara lebih terperinci daftar nilai investasi terbesar di Kabupaten
Purbalingga dapat dicermati melalui tabel berikut:
3
Tabel 1.2
Daftar Nilai Investasi Terbesar di Kabupaten Purbalingga
No Nama PT Nilai Investasi (Rp)
1 PT. Boyang Industrial 65.000.000.000
2 PT. Indokores Sahabat 38.978.985.242
3 PT. Sung Chang Indonesia 20.000.000.000
4 PT. Sung Shim Internasional 16.250.000.000
5 PT. Royal Korindah 8.195.655.000
6 PT. Hanmi Hair International 4.948.775.000
7 PT. Hyup Sung Indonesia 3.593.600.000
8 PT. Cipta Kreasi Megah 3.000.000.000
9 PT. Kesan Baru Sejahtera 2.625.000.000
10 PT. Hasta Pusaka Sentosa 2.282.607.052
11 PT. Interwork Indonesia 1.950.000.000
12 PT. International Eyelash 1.300.000.000
13 PT. Sunstarindo Wirahusada 750.000.000
14 PT. Midas Indonesia 516.250.000
15 PT. Tigaputra Abdi Perkasa 500.000.000
16 PT. Yuro Mustika 350.000.000
Sumber: KPMPT Purbalingga
Tingginya investasi pada sektor industri pengolahan rambut palsu yang
merupakan bagian dari industri pengolahan di Kabupaten Purbalingga sampai saat
ini telah memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Sektor ini
merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di
Kabupaten Purbalingga dari tahun ke tahun. Dari 322 perusahaan yang ada,
perusahaan yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah paling besar adalah
perusahaan pengolahan rambut (Setiansah dan Shinta, 2011:42). Hal itulah yang
membuat penyerapan tenaga kerja di sektor pengolahan menjadi paling tinggi di
4
Kabupaten Purbalingga. Berdasarkan data dari dinas terkait juga menunjukkan
bahwa penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan memiliki
kontribusi terbesar dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga. Lebih
lanjut hal ini dapat dilihat melalui tabel berikut:
Tabel 1.3
Penyerapan Tenaga Kerja Terhadap Kabupaten Purbalingga
Tahun 2012 – 2014 (dalam persen)
No Sektor Tahun
Rata-Rata 2012 2013 2014
1 Pertanian 24,87% 28,43% 30,51% 27,94%
2 Industri Pengolahan 33,88% 35,73% 32,57% 34,06%
3 Perdagangan 17,67% 14,61% 15,42% 15,90%
4 Jasa-jasa 11,43% 11,60% 9,34% 10,79%
5 Lainnya 12,15% 9,63% 12,17% 11,32%
Sumber: PDRB Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014 Kab. Purbalingga
Di satu sisi keberadaan industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten
Purbalingga memang sangat membantu perekonomian. Hal itu karena keberadaan
industri pengolahan tersebut mampu menyerap tenaga kerja dalam skala besar dan
terbukti mampu mempercepat laju perekonomian di Kabupaten Purbalingga.
Bahkan industri ini memiliki tingkat pertumbuhan rata-rata jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan sektor pertanian yang merupakan sektor basis di Kabupaten
Purbalingga (BPS Kab.Purbalingga, 2015). Tingkat pertumbuhan industri
pengolahan sekitar 6% per tahun sedangkan sektor pertanian hanya berkisar 3%
per tahun. Namun demikian, semakin majunya industri pengolahan rambut palsu
5
di Kabupaten Purbalingga ternyata membuat kesempatan kerja bagi laki-laki di
sana menjadi semakin sempit.
Dalam penelitiannya (Setiansah dan Shinta, 2011:42) menyebutkan bahwa
di Kabupaten Purbalingga terdapat 322 perusahaan yang menyerap 39.466 tenaga
kerja termasuk 59 orang warga negara asing. Dari jumlah tenaga lokal, 31.236
orang di antaranya adalah perempuan, dan 8.171 laki-laki. Apabila dibuat rasio
maka rasio laki-laki bekerja dengan perempuan bekerja di Kabupaten Purbalingga
kurang lebih adalah 1:4. Hal ini dapat dibuktikan melalui jumlah tenaga kerja laki-
laki yang porsi penggunaannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan porsi
penggunaan tenaga kerja perempuan pada industri pengolahan. Hal tersebut dapat
dicermati melalui tabel berikut:
Tabel 1.4
Persentase Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2014
No Sektor Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 Pertanian 35,38% 24,09% 30,51%
2 Industri Pengolahan 23,68% 44,27% 32,57%
3 Perdagangan 11,97% 19,96% 15,42%
4 Jasa-jasa 9,15% 9,59% 9,34%
5 Lainnya 19,82% 2,09% 12,17%
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Purbalingga 2015
Lebih lanjut, minimnya penggunaan tenaga kerja laki-laki pada sektor
industri pengolahan rambut palsu dapat dilihat melalui penjabaran detail
penggunaan tenaga kerja pada perusahaan pengolahan rambut palsu di Kabupaten
Purbalingga pada tabel berikut:
6
Tabel 1.5
Daftar Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten Purbalingga
No Nama Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
Laki-Laki Perempuan
1 Best Lady 15 63
2 Bintang Mas Triyasa 304 702
3 Boyang Industrial 183 7135
4 Cipta Kreasi Megah 37 110
5 Dasindo 8 11
6 Elise Eye Lash 37 56
7 Fair Lady 5 17
8 Midas Indonesia 52 1001
9 Milan Indonesia 62 927
10 Mitra Jaya Mandiri 50 355
11 Hanmi Hair Int 75 813
12 Hasta Pusaka Sentosa 42 550
13 Hyup Sung 198 1234
14 Indokores Sahabat 423 2823
15 International Eyelash 8 75
16 Interwork Indonesia 117 610
17 Kesan Baru Sejahtera 54 126
18 Royal Korindah 325 3556
19 Sinar Cendana Abadi 33 30
20 Sinhan Creatindo 89 270
21 SUN Starindo Wirahusada 17 220
22 Sung Chang Cab. Bobotsari 32 512
23 Sung Chang Indonesia 275 2040
24 Sung Shim Int 88 2045
25 Tigaputra Abadi Perkasa 98 514
26 Morisse 11 19
27 Wonjin 22 162
28 Yuro Mustika 64 694
Jumlah 2724 26670
Sumber: Dinsosnakertrans Kab. Purbalingga
7
Selain itu, menjamurnya cabang industri pengolahan rambut palsu yang
jumlahnya lebih dari 250 industri rumah tangga ternyata juga menunjukan fakta
demikian, dimana 26.949 tenaga kerja perempuan terserap pada cabang industri
tersebut sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya berjumlah 7.374 orang. Apabila
keadaan ini dikembalikan pada pasal 27 ayat 2 yang menjelaskan bahwa “Tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”, maka fenomena ketimpangan penggunaan tenaga kerja di
Kabupaten Purbalingga merupakan masalah dalam pembangunan. Sehingga hal
ini perlu digaris bawahi agar pembangunan tidak hanya dimaknai sebagai
pembuatan dan perbaikan fisik belaka, namun juga harus mampu menyentuh
perbaikan dan pembangunan dalam aspek sosial ekonominya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa industri pengolahan rambut palsu memang
memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja dan terbukti
mampu menurunkan angka pengangguran secara derastis di Kabupaten
Purbalingga hingga 3% (Setiansah dan Shinta, 2011:37). Namun sayangnya daya
serap tenaga kerja pada industri tersebut nyaris 100 persen hanya untuk tenaga
kerja perempuan (Asgart, 2010:9). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
beberapa posisi yang biasa ditempati laki-laki hanya pada bagian security dan
cleaning service (Setiansah dan Shinta, 2011:39). Padahal di sisi lain angkatan
kerja laki-laki di Kabupaten Purbalingga memiliki jumlah yang lebih banyak dari
angkatan kerja perempuan dari tahun ke tahun. Dimana hal ini dapat dilihat
melalui tabel berikut:
8
Tabel 1.6
Jumlah Angkatan Kerja di Kabupaten Purbalingga
Tahun Jumlah Angkatan Kerja
Laki-laki Perempuan
2008 247881 162635
2009 250534 170933
2010 254165 181433
2011 249288 184842
2012 271045 199920
2013 259682 198437
2014 268432 195415
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Purbalingga, 2015
Melihat angkatan kerja laki-laki yang lebih banyak dari angkatan kerja
perempuan ditambah dengan minimnya kesempatan kerja bagi laki-laki untuk
bekerja pada industri pengolahan rambut palsu membuat pengangguran laki-laki
di Kabupaten Purbalingga selalu lebih tinggi dari pengangguran perempuan setiap
tahunnya. Hal ini terjadi karena di satu sisi industri pengolahan rambut menyerap
tenaga kerja dalam skala besar namun di sisi lain industri tersebut tidak
mempekerjakan tanaga kerja laki-laki sebanyak tenaga kerja perempuan yang
digunakan. Lebih lanjut perbandingan pengangguran terbuka antara laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Purbalingga adalah sebagai berikut:
9
Tabel 1.7
Jumlah Pengangguran Terbuka di Kabupaten Purbalingga
Tahun Jumlah Pengangguran Terbuka
Laki-laki Perempuan
2008 16787 12271
2009 12608 7030
2010 12295 4358
2011 11349 12699
2012 13460 10758
2013 15832 10354
2014 18316 5466
Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Purbalingga, 2015
Lebih lanjut, dalam analisisnya Setiansah dan Shinta (2011:45)
mengungkapkan bahwa:
1. Terbatasnya kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Purbalingga
disebabkan oleh pemahaman masyarakat, pemerintah, dan perusahaan
penyedia lapangan kerja terhadap stereotype gender laki-laki yang
dipandang tidak cocok dengan bidang pekerjaan yang banyak tersedia di
Kabupaten Purbalingga.
2. Belum ada kebijakan responsive gender yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk mempersempit kesenjangan
kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten
Purbalingga.
3. Dampak terbatasnya kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Kabupaten
Purbalingga adalah terjadinya marjinalisasi baik secara sosial maupun
ekonomi.
10
Melihat adanya publikasi penelitian di atas, maka dalam masalah ini
kebijakan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan kesempatan kerja antara
laki-laki dan perempuan di Kabupaten Purbalingga adalah sangat diperlukan.
Dalam hal ini pemerintah harus bisa berperan sebagai penyalur supply dan
demand tenaga kerja di Kabupaten Purbalingga khususnya untuk supply tenaga
kerja laki-laki. Lebih jauh Karningsih (2013:39) juga mengungkapkan bahwa
peran pemerintah menjadi strategis dan krusial untuk merancang strategi
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga "ramah" terhadap ketenagakerjaan
(employment friendly–growth).
Strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan
menjadi salah satu solusi yang harus dipikirkan oleh pemerintah Purbalingga.
Analisis faktor-faktor straegis internal dan eksternal untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri tersebut menjadi perlu untuk dikaji
dan dilakukan. Hal ini sangat penting sebagai upaya untuk mempersempit
kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan. Kemudian
tingginya pertumbuhan dan cepatnya ekspansi industri pengolahan rambut palsu
di Kabupaten Purbalingga juga menjadi salah satu alasan yang kuat bagi
pemerintah untuk segera menciptakan strategi yang tepat agar tenaga kerja laki-
laki mampu terserap lebih optimal pada industri pengolahan tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari awal sebelumnya maka dapat diulas kembali
bahwa industri pengolahan rambut palsu merupakan industri yang dapat
diandalkan untuk mempercepat laju perekonomian dan mengurangi tingkat
pengangguran di Kabupaten Purbalingga. Namun hal ini masih meninggalkan
11
persoalan dalam penyerapan tenaga kerjanya. Dimana semakin banyak dan
semakin majunya industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga
ternyata semakin membuat kesempatan kerja laki-laki di sana semakin sempit.
Oleh karena itu untuk menyikapi fenomena pembangunan di Kabupaten
Purbalingga terkait dengan masalah yang sudah disebutkan, maka penelitian ini
bermaksud untuk menganalisis strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri pengolahan rambut
palsu. Secara spesifik analisis mengenai strategi tersebut tertuang dalam skripsi ini
yang berjudul “Srategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-laki Pada Sektor
Industri Pengolahan Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga”.
1.2. Rumusan Masalah
Industri pengolahan rambut palsu merupakan industri yang mendominasi
dan merupakan sektor industri yang memiliki tingkat investasi tertinggi di
Kabupaten Purbalingga. Industri tersebut juga telah terbukti mampu menurunkan
tingkat pengangguran dan terbukti mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Namun sayangnya kehadiran industri pengolahan rambut tersebut juga telah
terbukti memperlebar kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan
perempuan di Kabupaten Purbalingga. Oleh karena itu diperlukan strategi yang
tepat untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada industri
pengolahan rambut tersebut. Untuk menganalisis strategi yang dimaksud maka
dapat disusun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
12
1. Bagaimana mekanisme rekruitmen yang dapat meningkatkan penyerapan
tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di
Kabupaten Purbalingga?
2. Bagaimana kompetensi yang dibutuhkan oleh tenaga kerja laki-laki agar
mampu terserap pada sektor industri pengolahan rambut palsu di
Kabupaten Purbalingga?
3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyerapan
tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di
Kabupaten Purbalingga?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka penelitian ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bagaimana mekanisme rekruitmen yang dapat
meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri
pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.
2. Mengidentifikasi bagaimana kompetensi yang dibutuhkan oleh tenaga
kerja laki-laki agar mampu terserap pada sektor industri pengolahan
rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.
3. Menganalisis strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut
palsu di Kabupaten Purbalingga.
13
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wacana, informasi
dan kajian tentang masalah ketenagakerjaan di Kabupaten Purbalingga.
b. Menjadi bahan referensi dan memberikan pengetahuan bagi mahasiswa
atau pihak lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah Daerah
Dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap keberhasilan pembangunan
yang telah dicapai oleh Kabupaten Purbalingga terkait dengan
minimnya jumlah lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja laki-laki.
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawacan bagi mahasiswa
atau pihak lain yang akan melakukan pengembangan penelitian dengan
tema yang sejenis.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Secara
tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena ekonomi yang
diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Perspektif mengenai tujuan
dan makna pembangunan kemudian berkembang menjadi lebih luas lagi. Pada
hakekatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat
atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman
kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok sosial yang ada di
dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kehidupan yang serba lebih baik
secara material maupun spiritual (Astrini, 2013:27).
Indikator pembangunan ekonomi tidak hanya diukur dari pertumbuhan
PDRB maupun PDRB perkapita tetapi juga indikator lainnya seperti:
ketenagakerjaan, pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin. Hal
ini sesuai dengan paradigma pembangunan modern yang mulai mengedepankan
pengentasan kemiskinan, penurunan ketimpangan distribusi pendapatan, serta
penurunan tingkat pengangguran (Todaro dan Smith, 2006:562).
Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang meliputi
perubahan dalam struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat dan
perubahan dalam kelembagaan. Selain itu, pembangunan juga meliputi perubahan
dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan pendapatan
15
nasional, peningkatan kesehatan dan pendidikan serta pemberantasan kemiskinan
(Mukhlis, 2009:191). Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi perlu dibedakan,
karena keduanya memiliki konsep yang berbeda (Prasetyo, 2009:237).
Pembangunan ekonomi diartikan sebagai peningkatan pendapatan per kapita
masyarakat yaitu tingkat pertambahan Gross Domestic Product (GDP) pada satu
tahun tertentu melebihi tingkat pertambahan penduduk. Perkembangan GDP yang
berlaku dalam suatu masyarakat yang dibarengi oleh perubahan dan modernisasi
dalam struktur ekonomi yang umumnya tradisional, sedangkan pertumbuhan
ekonomi diartikan sebagai kenaikan itu lebih besar dalam GDP tanpa memandang
apakah kenaikan itu lebih besar atau apakah terjadi perubahan struktur atau tidak,
Sukirno dalam (Prishardoyo, 2008:2). Todaro dan Smith (2003) menjelaskan
bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok
yaitu sebagai berikut:
1. Berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya (basic needs).
2. Meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai manusia.
3. Meningkatnya kemauan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.
Dari definisi di atas jelas terlihat bahwa pembangunan ekonomi memiliki
konsep yang lebih kompleks. Karena menyangkut perubahan kelembagaan di
segala bidang misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial, dan budaya (Prishardoyo,
2008:2).
16
2.2. Ketenagakerjaan
UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 poin pertama mendefinisikan
ketenagakerjaan sebagai suatu hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.
2.2.1. Penjelasan Teknis Tenaga Kerja
UU Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 poin kedua menjelaskan bahwa tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk
masyarakat. Badan Pusat Statistik membagi konsep dan teknis penjelasan tenaga
kerja menjadi beberapa jenis diantaranya adalah:
a. Penduduk Usia Kerja, adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih.
b. Penduduk yang termasuk angkatan kerja, adalah penduduk usia kerja (15
tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak
bekerja dan pengangguran.
c. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia
kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
d. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan
maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan,
paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan
tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam
suatu usaha/kegiatan ekonomi.
17
e. Punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja adalah keadaan dari
seseorang yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu
sementara tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti: sakit, cuti, menunggu
panenan, mogok dan sebagainya.
2.2.2. Penyerapan Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja bisa dikaitkan dengan keseimbangan interaksi
antara permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja, yang di mana
permintaan tenaga kerja pasar dan penawaran tenaga kerja pasar secara bersama
menentukan sutau tingkat upah keseimbangan dan suatu penggunaan tenaga kerja
keseimbangan (Vitalia, 2014:7). Di dalam dunia kerja atau dalam hal penyerapan
tenaga kerja setiap sektornya berbeda-beda untuk penyerapan tenaga kerjanya,
misalnya saja tenaga kerja di sektor formal. Penyeleksian tenaga kerjanya
dibutuhkan keahlian khusus, pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk bisa
bekerja pada sektor formal.
Dalam konsep penyerapan tenaga kerja dikenal dengan adanya permintaan
dan penawaran tenaga kerja. Vitalia (2014:7) menjelaskan bahwa permintaan
tenaga kerja adalah hubungan antar tingkat upah dan kuantitas tenaga kerja yang
dikehendaki untuk dipekerjakan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan
penawaran tenaga kerja adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah
tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakannya.
J. Ravianto dalam (Handoko, 2015:14) menjelaskan bahwa faktor-faktor
internal dan faktor-faktor eksternal tenaga kerja memiliki pengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja. Dimana faktor-faktor internal itu merupakan faktor yang
18
berasal dari tenaga kerja itu sendiri. Misalnya pendidikan, umur, motivasi,
keterampilan, produktivitas, disiplin kerja, sikap dan etika kerja, serta gizi dan
kesehatan. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar
tenaga kerja. Dapat berupa kebijakan perusahaan atau pemerintah yang dapat
mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Contohnya adalah upah, kebijakan
pemerintah, jaminan sosial, ekspansi perusahaan, dan faktor-faktor lainnya yang
berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.
Dalam penelitian ini variabel internal tenaga kerja laki-laki yang digunakan
adalah umur, pendidikan, keterampilan, jumlah tenaga kerja laki-laki, dan
produktivitas. Variabel jumlah tenaga kerja laki-laki berasal dari penelitian
(Setiansah dan Shinta, 2011) yang menjelaskan tentang adanya kesenjangan
keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan pada sektor industri
pengolahan rambut palsu. Sehingga jumlah tenaga kerja laki-laki ini digunakan
sebagai salah satu variabel untuk melihat bagaimana kondisi ketenagakerjaan pada
industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga.
Variabel eksternal dalam penelitian ini adalah upah, ekspansi perusahaan,
kebijakan pemerintah, dan gender. Kebijakan pemerintah dan gender merupakan
variabel yang didapatkan juga dari penelitian (Setiansah dan Shinta, 2011) yang
menjelaskan bahwa gender telah menjadi hambatan keterserapan tenaga kerja
laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu serta menjelaskan belum
adanya kebijakan dari pemerintah daerah setempat terkait dengan kedua hal
tersebut. Sehingga kedua variabel itu juga digunakan untuk menjadi salah satu
dasar analisis dalam menciptakan strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada
19
sektor industri pengolahan rambut palsu. Secara lebih jelas masing-masing
variabel internal akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.
2.2.3. Variabel Internal Tenaga Kerja
Penjelasan masing-masing variabel internal tenaga kerja pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Umur Tenaga Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014
menjelaskan bahwa penduduk usia kerja yang selanjutnya disingkat PUK
adalah penduduk berumur 15 tahun atau lebih. Umur tenaga kerja memiliki
pengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja karena umur tenaga kerja berkaitan
dengan peraturan perundang-undangan tentang batas minimal umur tenaga
kerja yang boleh dipekerjakan dan terkait pula dengan produktivitasnya. Hasil
penelitian dari Firmansyah (2015:86) juga menjelaskan bahwa produktivitas
tenaga kerja juga dipengaruhi oleh umur. Dimana usia produktif tenaga kerja
berkisar antara 20 hingga 40 tahun. Melalui variabel umur maka penelitian ini
akan mencari informasi bagaimana ketentuan umur yang diberlakukan oleh
perusahaan pengolah rambut palsu dalam menyerap tenaga kerja baru. Sebab
hal ini juga berpengaruh pada keterserapan tenaga kerja laki-laki pada sektor
industri pegolahan rambut palsu.
2. Pendidikan
Vitalia (2014:7) mengungkapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin baik
20
produktivitas tenaga kerja. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Firmansyah
(2015:86) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka
produktivitas pekerja dalam bekerja semakin baik. Pendidikan juga terkait
dengan kompetensi kerja, dimana menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
menjelaskan bahwa kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu
yang mencakup aspek pengetahuan (pendidikan), keterampilan, dan sikap kerja
yang sesuai.
3. Keterampilan
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014
menjelaskan bahwa keterampilan masuk kedalam salah satu pembentuk
kompetensi kerja seorang individu atau tenaga kerja. Bukti keterampilan tenaga
kerja yang dimaksud dapat ditunjukkan menggunakan sertifikat dari lembaga
sertifikasi yang terlisensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Lebih lanjut
peraturan Menteri Tenaga Kerja menjelaskan bahwa dalam dunia kerja terdapat
adanya standarisasi kompetensi kerja. Sehingga melalui pengertian tersebut
perlu diketahui bagaimana keterampilan tenaga kerja laki-laki dan apa
keterampilan yang dibutuhkan untuk mengupayakan tenaga kerja laki-laki agar
mampu terserap pada industri pengolahan rambut palsu.
4. Jumlah Tenaga Kerja Laki-Laki
Setiansah dan Shinta (2011:41) mengungkapkan bahwa jumlah tenaga kerja
laki-laki yang bekerja pada perusahan induk pengolahan rambut palsu adalah
2724 dan tenaga kerja perempuannya adalah 12974. Melihat kondisi ini maka
variabel jumlah tenaga kerja laki-laki akan digunakan sebagai salah satu alat
21
untuk melihat bagaimana kondisi penambahan jumlah tenaga kerja laki-laki
pada industri pengolahan rambut palsu. Selain itu variabel tersebut juga akan
digunakan untuk melihat bagaimana kebijakan perusahaan yang tergabung
dalam industri pengolahan rambut palsu terkait dengan penyerapan dan
penggunaan input tenaga kerjanya.
5. Produktivitas
Produktivitas adalah rasio antara hasil atau luaran (output) dengan masukan
yang dipakai (input). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
1 Tahun 2014 mendefinisikan produktivitas Tenaga Kerja adalah rasio antara
produk berupa barang dan jasa dengan tenaga kerja yang digunakan, baik
individu maupun kelompok dalam satuan waktu tertentu yang merupakan
besaran kontribusi tenaga kerja dalam pembentukan nilai tambah suatu produk
dalam proses kegiatan ekonomi.
2.2.4. Variabel Eksternal Tenaga Kerja
Penjelasan masing-masing variabel eksternal tenaga kerja pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Upah Tenaga Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2014
mendefinisikan upah sebagai hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan,
atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
22
2. Ekspansi Perusahaan
Ekspansi adalah suatu aktivitas memperbesar atau memperluas uasaha yang
ditandai dengan penciptaan pasar baru, perluasan fasilitas, perekrutan pegawai,
dan lain-lain, atau bisa disebut juga sebagai peningkatan ekonomi dan
pertumbuhan dunia usaha (expansion) (Cahyawati, 2013:1). Melalui pengertian
tersebut maka variabel ekspansi perusahaan akan digunakan untuk melihat
bagaimana dampak ekspansi perusahaan pengolahan rambut palsu terhadap
penyerapan tenaga kerja laki-laki di Kabupaten Purbalingga. Selain itu variabel
ini juga digunakan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang lebih luas
seperti kemiteraan dan lain sebagainya.
3. Kebijakan Pemerintah
Menurut hasil penelitian dari Setiansah dan Shinta (2011:44) menjelaskan
bahwa sejauh ini belum ada kebijakan responsive gender yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga khususnya Dinas Tenaga Kerja untuk
mempersempit kesenjangan kesempatan kerja antara laki-laki dan perempuan
di Kabupaten Purbalingga. Lebih lanjut kebijakan Dinas Tenaga Kerja ini juga
terkait dengan pelatihan tenaga kerja. Menurut UU Nomor 13 Tahun 2003
menjelaskan bahwa Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk
membekali, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas, dan kesejahteraan. Sehingga melalui
variabel kebijakan pemerintah, penelitian ini akan mencoba mencari informasi
tentang apa saja kebijakan pelatihan tenaga kerja yang sudah ada dan yang
23
perlu disediakan guna membekali tenaga kerja laki-laki agar mampu terserap
pada industri pengolahan rambut palsu.
4. Gender
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2009:7)
mendefinisikan gender sebagai suatu perbedaan peran, fungsi, dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil kontruksi sosial
dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Setiansah dan Shinta
(2011:44) mengungkapkan bahwa sudut pandang gender dapat menimbulkan
pandangan stereotype terhadap satu golongan tertentu terkait dengan akses
untuk memperoleh pekerjaan. Pandangan itu secara berkelanjutan akan
menimbulkan dampak marjinalisasi sosial dan ekonomi terhadap individu atau
sekolompok masyarakat yang dirugikan atas stereotype gender tersebut.
Variabel gender dalam penelitian ini digunakan untuk melihat bagaimana
keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan pada sektor industri
pengolahan rambut palsu dari sudut peran gender masing-masing. Lebih jauh
gender juga akan digunakan untuk melihat turnover tenaga kerja pada industri
pengolahan rambut palsu tersebut.
2.2.5. Pengangguran
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa pengangguran
merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau
sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari
pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
24
Untuk mengetahui besar kecilnya tingkat pengangguran dapat diamati
melalui dua pendekatan antara lain sebagai berikut:
a. Pendekatan Angkatan Kerja (Labor Force Approach)
Besar kecilnya tingkat pengangguran dihitung berdasarkan presentase dari
perbandingan jumlah antara orang yang menganggur dan jumlah angkatan
kerja. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tingkat Pengangguran = Jumlah Pengangguran
Jumlah Angkatan Kerja × 100%
b. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labor utilization approach).
Untuk menentukan besar kecilnya tingkat pengangguran yang didasarkan pada
pendekatan pemanfaatan tenaga kerja antara lain:
1. Bekerja Penuh (employed) yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam
kerjanya mencapai 35 jam per minggu.
2. Setengah menganggur (underumployed) yaitu mereka yang bekerja, tetapi
belum dimanfaatkan secara penuh, artinya jam kerja mereka dalam
seminggu kurang dari 35 jam, Murni dalam (Ningsih, 2010:16).
Sukirno dalam (Alghofari, 2010:44) menyebutkan bahwa berdasarkan
penyebabnya pengangguran dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu
Pengangguran normal atau friksional, Pengangguran siklikal, Pengangguran
struktural, Pengangguran teknologi.
25
2.3. Industri
2.3.1. Pengertian Industri
Menurut Badan Pusat Statistik (2015) menyebutkan bahwa
Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang
melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak
pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi
tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang
bertanggung jawab atas usaha tersebut.
Ilmu ekonomi industri pada dasarnya merupakan cabang dari ilmu ekonomi
mikro yang mempelajari tentang teori perusahaan (theory of the firm) serta
mempelajari tentang organisasi industri yakni yang mempelajari keterkaitan
antara struktur industri, perilaku industri, dan kinerja industri (Prasetyo, 2010:1).
Lebih lanjut Prasetyo mengemukakan bahwa subyek utama dalam ekonomi
industri adalah perilaku perusahan di dalam industri itu sendiri. Sedangkan
masalah pokok dalam ekonomi industri adalah masalah efisiensi. Dimana tujuan
industri adalah menciptakan efisiensi yang tinggi. Masalah efisiensi yang
dimaksudkan dalam ekonomi industri dalam kajian ilmu ekonomi pembangunan
adalah efisiensi dalam arti mikro dan makro atau efisiensi secara perekonomian
nasional, sehingga tidak hanya masalah efisiensi secara teknis semata tetapi juga
merupakan efisiensi ekonomis.
2.3.2. Jenis Industri
Menurut Prasetyo (2010:4-6) menjelaskan bahwa secara garis besar
pengelompokan jenis industri adalah sebagai berikut:
26
a. Industri berdasarkan kegiatan
Berdasarkan kegiatannya industri dikelompokan menjadi industri primer,
sekunder, dan tersier. Industri primer sering disebut sebagai industri dasar atau
dapat disebut sebagai industri hasil-hasil pertanian dan pertambangan. Industri
sekunder merupakan industri yang mengolah lebih lanjut dari hasil industri
primer menjadi barang jadi atau barang siap pakai. Industri tersier adalah
industri yang menunjang kelancaran kegiatan industri primer dan manufaktur.
b. Industri berdasarkan tempat bahan baku
Industri jenis ini dibedakan menjadi industri ekstraktif, industri non ekstraktif,
dan industri fasilitatif. Industri ekstraktif yakni industri yang bahan bakunya
dapat diambil langung dari alam sekitar tempat industri tersebut berada.
Industri non ekstraktif adalah industri yang bahan bakunya didapat dari tempat
lain selain alam sekitar. Sedangkan industri fasilitatif adalah industri yang
produk utamanya berbentuk jasa yang dijual kepada konsumen, misalnya
asuransi, perbankan dan lain sebagainya.
c. Industri berdasarkan besar kecilnya modal
Industri jenis ini dibedakan atas industri padat modal dan industri padat karya.
Industri padat modal adalah industri yang dibangun berdasarkan capital/modal
sebagai modal utama yang paling besar dalam kegiatan operasional maupun
pembangunan industrinya. Industri padat tenaga kerja adalah indutri yang lebih
dititikberatkan pada sejumlah tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan
operasionalnya.
27
d. Industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
Industri ini dibedakan atas:
Industri Besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih)
Industri Sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang)
Industri Kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang)
Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)
e. Industri berdasarkan peraturan pemerintah
Berdasarkan SK Menteri Perindustrian No. 19/M/1986 dapat dikelompokan
menjadi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar, industri kecil,
dan kelompok aneka industri.
f. Industri berdasarkan pemilihan lokasi
Berdasarkan pemilihan lokasi industri dibedakan atas; industri yang
berorientasi pasar (market oriented industry), berorientasi padat tenaga kerja
(man power oriented industry), dan jenis industri berorientasi padat bahan baku
(supply oriented industry) (Prasetyo, 2010:4-6).
2.3.3. Tujuan Perusahaan dan Industri
Prasetyo (2010:9) menyebutkan bahwa secara umum tujuan perusahaan dan
Industri adalah meraih profit maksimum baik dalam jangka pendek ataupun
jangka panjang, memaksimalkan penjualan (market share), memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan, memaksimalkan andil perusahaan
dan industri dan pembangunan, meningkatkan investasi, Stabilitas harga output,
memperbesar modal, memberikan kesempatan kerja dan berusaha, meraih
28
kepuasan dan etika bisnis dan sosial, memberikan nilai tambah serta tujuan-tujuan
yang lain.
2.4. Investasi
2.4.1. Konsep Investasi
Investasi disepakati menjadi salah satu kata kunci dalam setiap pembicaraan
tentang konsep ekonomi. Wacana pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan
kerja baru, serta penanggulangan kemiskinan pada akhirnya menempatkan
investasi sebagai pendorong utama mengingat perekonomian yang digerakkan
oleh konsumsi diakui amat rapuh terutama sejak 1997 (Jamzani dan Didi,
2005:157).
Investasi merupakan salah satu variabel penghitungan pendapatan nasional
suatu negara. Karena Y = C + I + G + (X - M). Dapat dikatakan bahwa besar
kecilnya investasi suatu negara juga akan mempengaruhi besar atau kecilnya
pendapatan nasional suatu negara. Dalam sistem ekonomi, hubungan tabungan
dan investasi dipengaruhi oleh tingkat bunga. Dimana dalam model, tingkat bunga
tidak ditentukan oleh keseimbangan tabungan dan investasi, karena tingkat bunga
merupakan variabel eksogen. Dengan demikian, tingkat bunga justru menentukan
tinggi-rendahnya tingkat bunga dan investasi (Prasetyo, 2012:87).
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian modal atau barang-
barang yang tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk produksi (menghasilkan
barang produksi) di masa datang. Misalkan, investasi pembangunan pabrik, jalan,
rel kereta api, pembukaan lahan, atau investasi pendidikan di sekolah atau
universitas (Prasetyo, 2009:88). Investasi adalah fungsi dari pendapatan dan
29
tingkat suku bunga, dimana dapat ditulis I = f (Y,i). Maknanya, adalah
penambahan pada tingkat pendapatan akan mendorong lahu investasi yang lebih
besar. Sedangkan tingkat bunga yang tinggi justru akan menurunkan minat untuk
investasi. Karena, tingkat bunga pada dasarnya merupakan biaya kesempatan dari
investasi dana tersebut.
2.4.2. Bentuk-bentuk Investasi
Prasetyo (2009:88) mengemukakan beberapa bentuk investasi sebagai berikut:
a. Investasi tanah (stok invesntory), diharapkan dengan bertambahnya populasi
dan penggunaan tanah, maka harga tanah akan meningkat di masa depan, yang
berarti keuntungan investasi juga akan semakin besar. Investasi jenis ini
merupakan investasi yang paling aman.
b. Investasi perumahan (resident investment), pengeluaran untuk memperoleh
perumahan adalah merupakan permintaan agregat, sehingga investasi
perumahan di masa datang makin mengntungkan. Investasi jenis ini penuh
resiko.
c. Investasi pendidikan (human investment), dengan bertambahnya pengetahuan
dan keahlian, diharapkan akan lebih mudah mencari pekerjaan yang lebih baik
atau bahkan mampu menciptakan sendiri pekerjaan itu, yang berarti semakin
besar pula pendapatan.
d. Investasi saham, reksa dana, obligasi, dan sebagainya, diharapkan dengan
investasi ini akan diperoleh return yang akan datang lebih tinggi dari modal
pokoknya. Tetapi investasi ini mengandung resiko yang besar.
30
2.5. Pertumbuhan Ekonomi
2.5.1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk
nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan
tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi
pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila
ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan
taraf hidup diukur dengan output riil per orang (Raselawati, 2011:34).
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang.
Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan
jangka panjang. Jadi, dengan bukan bermaksud ‘menggurui’, pertumbuhan
ekonomi merupakan suatu proses, bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat
itu. Boediono menyatakan secara lebih lanjut bahwa pertumbuhan ekonomi juga
berkaitan dengan kenaikan “output per kapita”. Dalam pengertian ini, teori
tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP/PDB dan teori
mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut
dijelaskan, maka perkembangan output per kapita bisa dijelaskan. Kemudian
aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang,
yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output per kapita
menunjukan kecenderungan yang meningkat (Raselawati, 2011:34-35).
31
2.5.2. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
Banyak cara dan metode yang digunakan untuk menghitung besaram
pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau negara. Namun secara umum
penghitungan pertumbuhan ekonomi yang paling sering digunakan adalah sebagai
berikut (Prasetyo, 2009:18-19):
Δ PDBt = 𝑃𝐷𝐵 𝑡−𝑃𝐷𝐵 𝑡−1
𝑃𝐷𝐵 𝑡−1 . 100%
PDB pada rumus di atas adalah pendapatan total dan pengeluaran total
nasional atas output barang dan jasa. Produk domestik bruto sering dianggap
sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. Adanya Produk domestik bruto
adalah bertujuan untuk meringkas semua aktivitas ekonomi dalam satuan nilai
uang tertentu selama periode waktu tertentu.
2.6. Penelitian Terdahulu
Mengutip jurnal penelitian dari Virea Stacia dan Edy Yusuf Agung Gunanto
yang berjudul Profil Industri Bulu Mata Dan Rambut Palsu Di Kabupaten
Purbalingga (2014) menyatakan bahwa penelitian bertujuan untuk Melihat profil
perkembangan pada industri rambut dan bulu mata palsu di Kabupaten
Purbalingga. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan cara mengumpulkan data secara purposive sampling dari
pengusaha dan konsumen rambut palsu ditambah dengan observasi lapangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan industri rambut palsu dan bulu
mata palsu di Kabupaten Purbalingga berpotensi menjadi sektor penunjang
perekonomian di kabupaten Purbalingga. Perkembangan industri rambut palsu
32
dan bulu mata palsu di Kabupaten Purbalingga didukung dengan semakin kuatnya
masalah trend gaya hidup, perilaku pembeli, media, publisitas teknologi serta
perkembangan nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarakat.
Mengutip jurnal penelitian dari Zakaria Firmansyah yang berjudul Analisis
Pengaruh Umur, Pendidikan, Dan Upah Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja
Pada Mitra Kerja Industri Rambut Di Kabupaten Purbalingga (2015)
menjelaskan bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel
umur, pendidikan, dan upah terhadap produktivitas tenaga kerja pada mitra kerja
industri rambut di kabupaten purbalingga. Selain itu penelitian juga bertujuan
untuk mengetahui variabel apa yang dominan berpengaruh terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja pada Mitra kerja Industri Rambut di Kabupaten Purbalingga.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, analisis
regresi, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga variabel
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada
Mitra kerja Industri Rambut di Kabupaten Purbalingga. Dari ketiga variabel yang
diteliti, variabel upah mempunyai pengaruh yang dominan terhadap produktivitas
tenaga kerja pada mitra kerja industri rambut di Kabupaten Purbalingga.
Mengutip penelitian dari Fuad Rosyadi yang berjudul Pengaruh Pendidikan,
Umur, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan, Dan Status Perkawinan
Terhadap Curahan Jam Kerja Wanita Pada Industri Rambut Palsu Di Kabupaten
Purbalingga (2015) menjelaskan penelitian bertujuan untuk menganalisis
pengaruh pendidikan, umur, jumlah tanggungan keluarga, pendapatan, dan status
perkawinan terhadap curahan jam kerja wanita pada industri rambut palsu di
33
Kabupaten Purbalingga. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier
berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel umur, jumlah
tanggungan keluarga, pendapatan dan status perkawinan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap curahan jam kerja. Sedangkan variabel pendidikan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap curahan jam kerja.
Mengutip penelitian dari Mite Setiansah dan Shinta Prastyanti yang berjudul
Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-Laki di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap
Pembangunan Masyarakat di Kabupaten Purbalingga) (2011) menjelaskan
bahwa penelitian bertujuan untuk mengetahui apa faktor penyebab keterbatasan
kesempatan kerja bagi kaum laki-laki di Kabupaten Purbalingga. Menggunakan
metode kualitatif penelitian ini menerangkan bahwa telah terjadi ketimpangan
keterserapan tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Kabupaten Purbalingga.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyebab utama ketidaksetaraan
kesempatan kerja yang terjadi di Kabupaten Purbalingga adalah stereotip gender
yang melekat pada pada diri laki-laki yang dipandang tidak cocok dengan jenis
pekerjaan yang banyak tersedia di kabupaten tersebut.
Mengutip penelitian dari Stephen Amberg yang berjudul Social Learning In
Activate Labor Market Policy In Denmark: The Possibility of Policy
Experimentalism and Political Development menjelaskan bahwa penelitian
bertujuan untuk menjelaskan pengalaman kebijakan ketenagakerjaan di Denmark
sebagai kasus bagaimana suatu negara dikerahkan untuk membentuk evolusi
ekonomi politik yang terkait dengan kebijakan ketenagakerjaan. Analisis dalam
penelitian ini menunjukan bahwa hasil pengetahuan baru tentang ketenagakerjaan
34
melalui rekursif suatu proses perencanaan kebijakan berkontribusi pada
rekonfigurasi jaringan kebijakan. Akumulasi pengalaman menjadi bentuk
penilaian ulang utama yang perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam
menentukan kebijakan ketenagakerjaan yang akan diambil.
Melalui kutipan kelima jurnal di atas maka dapat digunakan sebagai acuan
sekaligus pembeda antara penelitian yang pernah dilakuan dengan penelitan yang
akan dilakukan mengenai keberadaan industri pengolahan rambut palsu di
Kabupaten Purbalingga. Penelitian tentang strategi penyerapan tenaga kerja laki-
laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu di Kabupaten Purbalingga
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis apa saja faktor internal dan faktor
eksternal yang dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor
industri pengolahan rambut palsu. Analisis penelitian ini menggunakan analisis
SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats) untuk menentukan
strategi dalam meningkatkan keterserapan tenaga kerja laki-laki pada sektor
industri pengolahan rambut palsu tersebut. Penyusunan strategi yang dilakukan
dalam penelitian ini didasarkan pada hasil skor IFE (Internal Factor Evaluation)
dan skor EFE (External Faktor Evaluation) dari masing-masing indikator pada
faktor-faktor strategis internal dan fakor-faktor strategis eksternalnya.
35
2.7. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
INDUSTRI PENGOLAHAN RAMBUT PALSU
Menyerap Tenaga
Kerja dalam Skala
Besar
Merupakan
Dominasi Nilai
Investasi Terbesar
Memiliki
Kontribusi
Terhadap PDRB
Sektor dengan
Pertumbuhan yang
Tinggi
Penyerapan Tenaga Kerja
Laki-laki di Sektor Pengolahan
Rambut Masih Minim
Analisis IFE (Internal Factor Evaluation)
dan EFE ((Internal Factor Evaluation)
Melalui Peran Responden Pakar
Analisis Matrik IE (Internal Eksternal)
dan Analisis Matriks SWOT
Strategi Penyerapan Tenaga Kerja Laki-Laki pada Sektor Industri
Pengolahan Rambut Palsu
Identifikasi Kompetensi Tenaga Kerja Laki-Laki yang
Bekerja di Sektor Pengolahan Rambut Palsu Melalui
Faktor Strategis Internal dan Faktor Strategis
Eksternal
94
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan semua analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil analisis skor IFE yaitu 2,3597 didapat dari penjumlahan skor faktor-
faktor internal kekuatan dan kelemahan. Skor kekuatan paling tinggi yaitu
“Tenaga kerja laki-laki dapat bekerja menggunakan sistem shift work”.
Sedangkan skor kelemahan tertinggi adalah “Mayoritas tenaga kerja laki-laki
enggan membawa pekerjaan lembur ke rumah dalam memenuhi target
produksi perusahaan”.
2. Hasil analisis skor EFE yaitu 3,1229 didapat dari penjumlahan skor faktor-
faktor eksternal peluang dan ancaman. Berdasarkan analisis tersebut peluang
paling tinggi adalah “Masyarakat berkesempatan untuk berkontribusi dalam
ekspansi usaha industri pengolahan rambut palsu”. Sedangkan skor ancaman
tertinggi adalah “Dalam perekrutan karyawan baru industri pengolahan rambut
palsu lebih mengutamakan pengalaman kerja”.
3. Hasil analisis matriks IE menunjukkan bahwa strategi penyerapan tenaga kerja
laki-laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu berada pada devisi dua.
Sehingga strategi penyerapan tenaga kerja laki-laki pada sektor industri
tersebut berada pada fase tumbuh dan membangun yang dapat ditingkatkan
dengan konsentrasi melalui integrasi horizontal. Artinya instansi pemerintah
95
yang dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja perlu berkoordinasi dengan
penyedia lapangan kerja terbesar di Kabupaten Purbalingga sesuai tugas dan
kewenangannya dalam merumuskan kebijakan penyerapan tenaga kerja laki-
laki pada sektor industri pengolahan rambut palsu.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh,
maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Pemerintah daerah setempat khususnya Dinas Tenaga Kerja perlu menyediakan
fasilitas pelatihan pengolahan rambut palsu untuk setiap calon tenaga kerja
yang akan mendaftarkan diri sebagai karyawan baru pada sektor industri
pengolahan rambut palsu. Hal ini bertujuan agar setiap tenaga kerja dapat
terbekali dengan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh sektor tersebut.
2. Tenaga kerja laki-laki disarankan melatih keterampilan dan kompetensi yang
dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang smula hanya dikerjakan oleh
tenaga kerja perempuan. Sehingga tenaga kerja laki-laki dapat memiliki daya
saing yang mampu mengimbangi keterampilan yang dimiliki oleh perempuan.
3. Masyarakat disarankan untuk dapat ikut serta dan berperan aktif dalam
ekspansi industri pengolahan rambut palsu. Peran aktif ini dapat dilakukan
melalui pembentukan cabang industri kecil, pembentukan koordinator
pengepulan (home industry), atau melalui sistem jual putus hasil pengolahan
produksi masyarakat kepada pihak industri pengolahan rambut palsu.
96
DAFTAR PUSTAKA
Alghofari, Farid. 2010. Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 1980
– 2007. Jurnal Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Amberg, Stephen. 2015. Social Learning in Active Labor Market Policy in
Denmark: The Possibility of Policy Experimentalism and Political
Development. International Journal of Socio – Economic Review. Oxford
University. Inggris.
Asgart, Sofian Munawar. 2010. Dilema Hak Ekosob: Studi Kasus di Purbalingga.
Jurnal. Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto.
Astrini, Utari Retno. 2013 Analisis Revitalisasi Sektor Pertanian dalam
Pembangunan Terhadap Perekonomian di Jawa Timur Melalui Pendekatan
Input – Output. Skripsi. Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi Unnes.
Semarang.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. Konsep dan Teori Gender.
Modul 2. Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan.
Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2015. Konsep Industri. www.bps.go.id. Jakarta Pusat.
Diunduh Jumat, 16 Oktober 2015.
Badan Pusat Statistik. 2015. Konsep Ketenagakerjaan. www.bps.go.id. Jakarta
Pusat. Diunduh Jumat, 16 Oktober 2015.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2015. Produk Domestik Regional
Bruto Menurut Lapangan Usaha 2010 – 2014. Lembaran sekretariat daerah.
Kabupaten Purbalingga.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Purbalingga. 2015. Statistik Daerah Kabupaten
Purbalingga 2015. Lembaran sekretariat daerah. Kabupaten Purbalingga.
Cahyawati, Brigitta Pramuditha. 2013. Ekspansi Bisnis.
https://hakanri.wordpress.com/2014/07/18/ekspansi-bisnis/. Diakses, Sabtu
15 April 2017. Pukul 09.45 WIB.
Daftar UMK untuk 35 Daerah di Provinsi Jawa Tengah.
finance.detik.com/ekonomi-bisnis. Diakses, Sabtu 15 April 2017. Pukul
11.25 WIB.
David, Freed R. 2015. Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan
Bersaing. Edisi Kelimabelas. Terjemahan. Salemba Empat. Jakarta.
97
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten
Purbalingga. Daftar Perusahaan Pengolahan Rambut di Kabupaten
Purbalingga.
Firmansyah, Zakaria. 2015. Analisis Pengaruh Umur, Pendidikan, dan Upah
Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Pada Mitra Kerja Industri Rambut di
Kabupaten Purbalingga. Jurnal Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan FE
Unnes. Semarang.
Handoko, Jantra. 2015. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Karyawan
Terhadap Produktivitas Kerja. Skripsi. Prodi Manajemen. Jurusan
Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma. Yogjakarta.
Iskandarini, 2004. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan.
Resume Digitized by USU digital library. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara.
Jamzani, Sodik dan Didi Nuryadin. 2005. Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Regional (Studi Kasus pada 26 Provinsi di Indonesia, Pra dan Pasca
Otonomi). Jurnal Ekonomi Pembangunan (Kajian Ekonomi Negara
Berkembang). Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”. Yogyakarta.
Karningsih. 2013. Analisis Penciptaan Lapangan Kerja di Kota Semarang
(Analysis of Job Creation in Semarang). Jurnal Litbang Provinsi Jawa
Tengah. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas 17 Agustus 1945
Semarang.
KPMPT Purbalingga. 2015. Daftar Investasi di Kabupaten Purbalingga.
http://kpmpt.purbalinggakab.go.id/?page_id=533. Diakses, Senin 28 Maret
2016. Pukul 11.30 WIB.
Lestari, Sri Titi. 2010. Analisis Persebaran Industri Besar di Kabupaten
Purbalingga Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Skripsi.
Prodi Geografi Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.
Mukhlis, Imam. 2009. Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis. Jurnal Ekonomi Bisnis Tahun 14
Nomor 3. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Malang. Jawa Timur.
Nasution, Rozaini. 2003. Teknik Sampling. Modul Statistika. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Sumatera Utara
Ningrum, Lutfi Tri Wahyu, Wike Agustin Prima Dania, Shintya Atica Putri. 2014.
Perencanaan Strategi Pengembangan Perusahaan Menggunakan Metode
Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). (Studi Kasus KUD DAU
Malang, Jawa Timur). Jurnal Penelitian Jurusan Teknologi Industri
Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya.
98
Ningsih, Fatma Ratna. 2009. Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode Tahun 1988 – 2008. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Prasetyo, P. Eko. 2010. Ekonomi Industri “Sebuah Aplikasi Teori Ekonomi Mikro
Serta Pengembangan Pengalaman Penelitian”. Beta Offset. Yogyakarta.
Prasetyo, P. Eko. 2009. Fundamental Makroekonomi. Yogyakarta. Beta Offset.
Yogyakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Nomor 1 Tahun 2014. Tentang
Klasifikasi dan Karakteristik Data dari Jenis Informasi Ketenagakerjaan.
Peranturan Menteri. Jakarta Pusat.
Prishardoyo, Bambang. 2008. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Potensi
Ekonomi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Pati Tahun 2002 – 2005. Jurnal Ekonomi dan Kebijakan. Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Fakultas Ekonomi Unnes. Semaang.
Puspitasari, Nia Budi, Rani Rumita, dan Gilang Yuda Pratama. 2013. Pemilihan
Strategi Bisnis dengan Menggunakan QSPM (Quantitative Strategic
Planning Matrix) dan Model Maut (Multi Attribute Utility Theory) (Studi
Kasus Pada Sentra Industri Gerabah Kasongan, Bantul, Yogyakarta). J@TI.
Program Studi Teknik Industri. FT Undip.
Putri, Nyimas Ekinevita, Retno Astuti, dan Shyntia Atica Putri. 2014.
Perencanaan Strategi Pengembangan Restoran Menggunakan Analisis
SWOT dan Metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) (Studi
Kasus Restoran Big Burger Malang). Jurnal Penelitian TIP Univeritas
Brawijaya. Malang.
Rahayu, Iin Tri, dan Tristiadi Ardi Ardani. 2005. Observasi dan Wawancara. Edisi
Pertama. Bayumedia Publishing. Malang. Jawa Timur.
Raselawati, Ade. 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UMKM di Indonesia. Skripsi.
Jurusan IESP. FEB. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Republik Indonesia. Pasal 27 Ayat 2 UUD 1945. Tentang Ketenagakerjaan.
Peraturan Perundang-undangan. Jakarta Pusat.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Tentang
Ketenagakerjaan. Peraturan Perundang-undangan. Jakarta Pusat.
Rosyadi, Fuad. 2015. Pengaruh Pendidikan, Umur, Jumlah Tanggungan
Keluarga, Pendapatan, Dan Status Perkawinan Terhadap Curahan Jam Kerja
Wanita Pada Industri Rambut Palsu Di Kabupaten Purbalingga. Skripsi.
Jurusan IESP. FEB. Undip.
99
Setiansah, Mite dan Shinta Prastyanti. 2011. Tidak Ada Pekerjaan untuk Laki-laki
di Purbalingga (Menguak Sisi Gelap Pembangunan Masyarakat di
Kabupaten Purbalingga). Jurnal Acta diurnA. FISIP. Universitas Jendral
Soedirman. Purwokerto.
Setyawan, Robi. 2015. Penerapan Analisis SWOT Sebagai Landasan
Merumuskan Strategi Pemasaran Usaha Jasa Sewa Mobil “AMAN-AMIN”
Transport Tours and Travel Ambarketawang Sleman Yogyakarta. Skripsi.
Fakultas Ekoomi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Stacia, Virea & Edy Yusuf Agung Gunanto. 2014. Profil Industri Bulu Mata dan
Rambut Palsu di Kabupaten Purbalingga. Diponegoro Journal of Economic
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2014. Jurusan IESP FEB. Undip.
Sugiyono. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Alphabeta CV. Bandung.
Suyitman, 2010. Model Pengembangan Kawasan Argopolitan Berkelanjutan
Berbasis Peternakan Sapi Potong Terpadu di Kabupaten Situbondo.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Todaro, M. P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga: Jakarta.
Vitalia, Devi Rizky. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang.
Top Related