Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
37
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS MANGGA
UNTUK MEMENUHI PASAR EKSPOR
(Studi Kasus di Kabupaten Majalengka Propinsi Jawa Barat)
Mango Agribusiness Development Strategy To Meet Export Markets
(Case Study in Majalengka West Java Province)
Gema Wibawa Mukti
Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Sumedang, Jl. Raya
Bandung – Jatinangor Km 21,5.
Email : [email protected], Tlp : 08122160995
ABSTRAK
Fokus dalam penelitian ini adalah mencari bagaimana rumusan strategi
pengembangan Agribisnis Mangga di Kabupaten Majalengka, sehingga komoditas
Mangga dapat memenuhi standar pasar ekspor. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan pendekatan studi kasus secara cross sectional. Lokasi Penelitian
ditentukan secara purposif pada daerah yang potensial untuk pengembangan komoditas
Mangga, yaitu Kabupaten Majalengka. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT
sehingga didapatkan prioritas strategi pengembangan Agribisnis Mangga di Kabupaten
Majalengka. Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, maka prioritas
strategi pengembangan Agribisnis Mangga sebagai komoditas ekspor di Kabupaten
Majalengka adalah 1) Penguatan Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga Majalengka 2)
Penerapan sistem informasi yang terintegrasi diantara petani, pedagang, eksportir,
Pemerintah Daerah serta Perguruan Tinggi 3) Penerapan cold chain dan sistem sortasi
serta grading yang adil. Saran dari penelitian ini adalah 1) penanaman komoditas
Mangga dalam satu hamparan/kawasan sentra produksi minimal 500 ha dalam satu
kecamatan, 2) Pembentukan Asosiasi Petani dan Pedagang yang tidak terpisahkan, 3)
Adanya kerjasama yang baik antara pelaku usaha, eksportir, Pemerintah daerah dan
Perguruan Tinggi dalam Pengembangan sistem informasi yang terintegrasi serta cold
chains mulai dari produsen sampai konsumen sehingga kualitas buah Mangga dapat
terjaga dengan baik.
Kata Kunci : Strategi, SWOT, Mangga, pasar ekspor
ABSTRACT
The focus of this research is to find the Mango’s Agribusiness development
strategy formulation, so it can meet the standard export market of Mango. The study
was conducted using a case study approach is cross sectional. Research location
determined purposively on potential areas for development of mango commodity. Data
was primary and secondary data. The data collected were analyzed by using SWOT
analysis to obtain the priority of Mango’s Agribusiness development strategy at
Majalengka. Based on the results of the SWOT analysis, so the priority of Mango
Agribusiness development strategy as an export commodity in Majalengka is 1)
Strengthening Association of Mango’s Farmers and intermediarries 2) The
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
38
Implementation of an integrated information system between farmers, intermediarries,
exporters, Local Government and University 3) The Application of cold chain and the
fair system of sorting and grading activity. The Suggestion of this research is 1) Mango
plantation commodities in one production centers of at least 500 ha in one district, 2)
The Formation of the Association of Farmers and intermediarries inseparable, 3) The
existence of good cooperation between businesses, exporters, local governments and
universities in the development of an integrated information system as well as cold
chains from producers to consumers.
Keyword: Strategy, SWOT, Mango, export markets
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuntutan konsumen akan produk – produk pertanian semakin berkembang
seiring dengan semakin tingginya kesadaran konsumen akan kualitas dan keamanan dari
suatu produk pertanian. Salah satu komoditas unggulan yang terbentur oleh kendala
kualitas adalah Mangga. Kendala yang paling banyak ditemui dalam ekspor buah
Mangga yaitu penolakan buah Mangga karena ketatnya pengawasan standar kualitas
oleh beberapa negara, misalnya oleh Negara Singapura dimana Agri-Food and
Veterinary Authority (AVA) Singapura menetapkan syarat produk ekspor Indonesia
harus memenuhi kriteria: (1) Memenuhi konsep food safety (terutama pesticide residue
control); (2) Penerapan manajemen pasca panen yang baik dan penerapan rantai
pendingin yang konsisten; (3) Packaging yang ramah lingkungan; dan (4) Sistem
pergudangan dan transportasi (logistik) yang baik.
Produsen Mangga terbesar kedua di Indonesia adalah Jawa Barat. Produksi
Mangga Jawa Barat pada Tahun 2011 mencapai 357.188 Ton atau sekitar 16,8 % dari
produksi Mangga nasional. Kabupaten Majalengka merupakan salah satu daerah sentra
ekspor Mangga di wilayah Jawa Barat dengan tingkat produksi produksi Mangga pada
Tahun 2011 sebesar 43.281 Ton dan berada pada peringkat ketiga produksi terbesar
Mangga Jawa Barat atau sebesar 12,12 % dari produksi Mangga Jawa Barat. Focus
pengembangan komoditas Mangga di Kabupaten Majalengka dikarenakan
pengembangan Mangga komoditas ekspor telah lama dikembangkan di Kabupaten
Majalengka. Fokus pengembangan komoditas Mangga tujuan ekspor dilakukan sekitar
Tahun 1997 dan telah menuai hasilnya sebagai eksportir terbesar Mangga varietas
Gedong Gincu.
Sementara potensi ekspor Mangga Indonesia masih berpeluang besar. Direktorat
Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian RI mencatat ekspor buah Mangga dari
Indonesia lebih banyak diserap pasar dari negara-negara di Timur Tengah seperti Arab
Saudi. Peluang pasar lainnya yang dapat diraih produsen Mangga Indonesia antara lain
Amerika, Kanada (4,2 %), Eropa (15%), China (9%), Timur Tengah (14%), Jepang
(3%), dan Singapura (5%). Untuk memanfaatkan potensi ekspor tersebut perlu
peningkatan produktivitas dengan kualitas Mangga yang baik dan memenuhi standar
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
39
ekspor. Disamping itu, penurunan angka ekspor yang terjadi pada Tahun 2010 jangan
sampai terulang kembali.
Menurut Kun Tanti D., dkk (2009), penolakan ekspor buah Mangga Indonesia
oleh beberapa negara pun dikarenakan waktu tempuh (distribusi) yang cukup lama
sehingga begitu sampai di negara tujuan, buah Mangga mengalami pembusukan, baik
karena lalat buah, antraknosa, maupun chilling injury. Diakui juga, kondisi infrastruktur
jalan dan pelabuhan Indonesia masih buruk. Apabila menggunakan jalur udara, maka
biaya transportasi untuk saat ini akan sangat mahal dan tidak ekonomis dengan harga
jual buah Mangga.
Perumusan Masalah
Dalam pengembangan usahatani komoditas Mangga sebagai komoditas
unggulan di Kabupaten Majalengka untuk menembus pasar ekspor perlu disusun
berbagai strategi yang dapat mendorong pengembangan tersebut secara terintegrasi.
Dalam penyusunan strategi pengembangan tersebut perlu memperhatikan lingkungan
eksternal dan internal, yaitu sisi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki dan dihadapi oleh para pelaku usaha Mangga di Kabupaten Majalengka.
Dengan melakukan analisis yang mendalam terhadap lingkungan internal dan eksternal
tersebut, maka dalam perumusan strategi pengembangan akan diperoleh hasil yang
maksimal, serta dapat diterapkan secara nyata di lapangan. Berdasarkan hal tersebut,
masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk atau
rumusan strategi pengembangan agribisnis Mangga di Kabupaten Majalengka, sehingga
komoditas Mangga sebagai komoditas unggulan strategis dapat mememenuhi standar
pasar ekspor sehingga komoditas Mangga ini dapat diterima dengan baik oleh
konsumen di luar negeri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian
masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku
usahatani Mangga di Kabupaten Majalengka
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk memperoleh strategi pengembangan
agribisnis Mangga di Kabupaten Majalengka, sehingga Komoditas Mangga mampu
memenuhi permintaan pasar ekspor.
Kerangka Pemikiran
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu sentra produksi dan
pengembangan Mangga di Jawa Barat selain Kabupaten Indramayu dan Kabupaten
Cirebon. Kabupaten Majalengka juga dikenal sebagai salah satu sentra untuk
pembibitan Mangga yang dipusatkan di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Raja Galuh,
Kecamatan Sindang Wangi, dan Kecamatan Suka Haji. Ketiga kecamatan tersebut
menghasilkan ribuan bibit Mangga dari penangkar bibit yang telah disertifikasi oleh
instansi berwenang.
Kondisi eksisting tersebut memperlihatkan bahwa potensi Majalengka sebagai
sentra produksi dan pemasaran Mangga sangat layak untuk dikembangkan. Namun pada
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
40
kenyataannya angka ekspor Mangga malah menurun, tentunya kondisi ini
memperlihatkan adanya suatu kesalahan yang harus dicari solusinya sebagai perbaikan
di masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan
dengan strategi pengembangan Agribisnis Mangga di Kabupaten Humbang Majalengka.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembangan Mangga sebagai komoditas ekspor dan strategi utama apa yang dapat
mengembangkan Agribisnis Mangga di Kabupaten Majalengka.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus secara cross
sectional. Lokasi Penelitian ditentukan secara purposif pada daerah yang potensial
untuk pengembangan komoditas Mangga, yaitu Kabupaten Majalengka. Kebutuhan data
terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer diambil dengan cara tatap muka
langsung dengan responden melalui wawancara menggunakan perangkat kuesioner
sebagai alat bantu dalam wawancara. Pendalaman setiap variabel dilakukan melalui
diskusi (FGD/ Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview).
Data sekunder diambil dengan studi literatur, kajian-kajian terhadap pelaksanaan studi
yang mempunyai kemiripan dengan kegiatan ini. Responden terdiri dari petani Mangga
dan pedagang Mangga. Metode penentuan responden adalah purposive sample (sampel
bertujuan).
Analisis data ditekankan pada aspek analisis sosio-ekonomi masyarakat, dimana
tinjauannya dilakukan secara mikro dan mendalam. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan analisis SWOT sehingga didapatkan prioritas strategi
pengembangan Agribisnis Mangga di Kabupaten Majalengka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Faktor Internal
Faktor – faktor strategis lingkungan internal dimiliki oleh Kabupaten
Majalengka terkait dengan peningkatan Kualitas Mangga untuk memenuhi standar
ekspor di Kabupaten Majalengka
1. Kekuatan (Strengths)
a. Sumber daya lahan dan kondisi geografis Kabupaten Majalengka
Dari segi sumber daya lahan dan kondisi geografis (lahan, iklim, kondisi
wilayah) sudah cocok dan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif
dalam mengembangkan komoditas Mangga.
b. Sumber Daya Manusia
Dari segi kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sudah mencukupi.
Tenaga kerja untuk aktivitas budidaya Mangga cukup tersedia di daerah
produksi dan keterampilan teknik budidaya petani sudah cukup baik, juga
keterampilan yang dimiliki pelaku pemasaran Mangga.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
41
c. Kelembagaan petani seperti kelompok tani Mangga, Gapoktan Mangga, dan
Asosiasi Petani Mangga Majalengka yang aktif dalam kegiatan pemasaran
Mangga.
d. Dukungan Dinas Petanian Tanaman Pangan Propinsi dan Dinas Pertanian dan
Perikanan Kabupaten Majalengka yang cukup besar dalam memfasilitasi
pembinaan dan pengembangan Mangga yang dilakukan petani.
e. Dukungan pihak Perguruan Tinggi. Usaha petani Mangga di kabupaten
Majalengka untuk menembus pasar ekspor didukung oleh pihak Universitas
Padjadjaran melalui Pusat Penelitian Inovasi Kelembagaan Pertanian. Proses
pendampingan yang berkesinambungan dari pihak Unpad mempermudah
petani untuk mengakses informasi mengenai pasar ekspor
f. Petani memiliki usahatani lain atau mata pencaharian lain sehingga kebutuhan
hidupnya sehari-hari masih dapat terpenuhi. Gestation period tidak menjadi
masalah petani dalam pengembangan Mangga.
2. Kelemahan (Weaknesss)
a) Ketersediaan modal yang rendah.
Ketersediaan modal petani menyebabkan banyak petani yang menyewakan
pohonnya kepada pihak lain sehingga menyebabkan kualitas Mangga menjadi
menurun karena penyewa pada umumnya tidak memikirkan kondisi pohon
untuk jangka panjang. Hal ini menyebabkan petani sulit mempertahankan
kontinuitas produksinya.
b) Jenis kebun yang dimiliki oleh petani. Sebagian besar petani (70 %) merupakan
petani Mangga pekarangan dan petani Mangga kebun campuran (yang
memiliki pohon Mangga kurang dari 20 pohon), sehingga registrasi kebun pada
petani yang sebagian besar berupa pekarangan sulit dilakukan.
c) Kesadaran petani untuk perawatan pohon masih rendah. Pemupukan dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman berdasarkan jumlah produksi
Mangga yang dihasilkan. Apabila menghasilkan, maka perawatan dilakukan,
begitupun sebaliknya.
d) Kondisi Harga Mangga. Harga Mangga menurun drastis pada saat panen raya
e) Sistem sortir dan grade yang ketat dari supplier dan eksportir, sementara harga
bersaing dengan pasar konsumsi (wisata).
f) Penanganan pasca panen sepenuhnya belum menggunakan rantai pendingin
(cold chains) yang terintegrasi dari hulu sampai hilir sehingga kualitas Mangga
untuk tujuan ekspor dikhawatirkan tetap menurun.
Analisis Faktor Eksternal
Faktor – faktor strategis lingkungan eksternal dalam pendekatan analisis SWOT
dilakukan dengan EFAS (eksternal strategic factors analysis summary, yaitu faktor
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam pengembangan kualitas
komoditas Mangga untuk memenuhi standar ekspor di Kabupaten Majalengka
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
42
1. Peluang (Opportunities)
a) Tingkat Permintaan Lokal Buah Mangga.
konsumsi Mangga terus menerus meningkat sesuai data konsumsi buah-buahan
masyarakat yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
b) Peluang pasar ekspor masih terbuka luas dengan standar kualitas Mangga yang
sesuai dengan yang disyaratkan negara pengimpor.
c) Ketersediaan varietas Mangga berkualitas yang mudah diakses oleh Petani
Mangga
d) Adanya investor swasta yang tertarik berinvestasi untuk pengembangan
Agribisnis Mangga bernilai jual tinggi untuk tujuan ekspor.
e) Terbukanya pasar ASEAN pada tahun 2015 sehingga memberikan prospek pasar
yang besar bagi petani Mangga di kabupaten Majalengka
2. Ancaman (Threats)
a) Perkembangan kondisi agroklimat dimana curah hujan tinggi akan
menyebabkan kerontokkan bunga yang mengakibatkan turunnya produktivitas
dan kualitas Mangga.
b) Terbukanya pasar ASEAN pada tahun 2015 sehingga produk dari Negara
Asean akan mudah masuk ke dalam pasar Indonesia. Kondisi ini merupakan
ancaman bagi petani lokal karena pasar mereka mulai dimasuki oleh produsen
dari luar negeri.
c) Infrastruktur produksi yang kurang memadai, seperti jalan, listrik dan juga air
d) Produsen/petani asing yang telah memiliki rantai pasok yang lebih baik
sehingga mereka lebih efisien dalam hal harga
e) Kurangnya kesadaran petani untuk peremajaan pohon Mangga sebagai
investasi masa depan, sehingga dikhawatirkan kualitas Mangga akan terus
menurun.
Berdasarkan analisis lingkungan eksternal dan internal, hasil perhitungan
analisis IFAS (Internal Strategic Factors Analysis summary) dan EFAS (Eksternal
Strategig Factors Analysis summary) diperlihatkan dalam tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis summary)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
43
Hasil dari matriks IFAS diperoleh nilai indeks akumulatif untuk elemen
kekuatan sebesar 1,68, sedangkan untuk elemen kelemahan diperoleh 0,90. Hal ini
menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang tinggi terhadap faktor
kekuatan dan respon yang kecil kepada faktor kelemahan, sedangkan total nilai bobot
skor untuk faktor internal sebesar 2,58. Nilai bobot skor tersebut menunjukkan bahwa
kondisi Pemerintah Daerah dan pelaku usaha/petani Mangga secara internal (kekuatan
dan kelemahan) sudah cukup baik (kuat), dalam upaya peningkatan kualitas Mangga di
Kabupaten Majalengka.
Tabel 2. Matriks EFAS (Eksternal Strategig Factors Analysis summary)
Hasil analisa matriks EFE untuk elemen peluang diperoleh nilai indeks
kumulatif skor sebesar 1,43, sedangkan nilai bobot skor untuk elemen ancaman sebesar
1,71. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang lebih kecil
terhadap faktor peluang dan respon yang lebih besar terhadap faktor ancaman. Untuk
total nilai bobot skor untuk faktor eksternal sebesar 3,14. Melihat hasil analisis tersebut,
dengan nilai bobot skor untuk elemen peluang lebih kecil dari bobot skor elemen
ancaman, maka kita dapat mengatakan bahwa dalam Peningkatan kualitas Mangga di
Kabupaten Majalengka belum mampu memanfaatkan peluang dengan sebaik – baiknya,
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
44
mereka masih melihat iklim usaha global saat ini sebagai ancaman, bukan sebagai
peluang pasar yang sangat prospektif.
Analisis Matriks SWOT
Setelah dilakukan analisis lingkungan internal dan eksternal maka dilakukan
proses pemaduan antara elemen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan
matriks SWOT. Tujuan dari pemanduan ini adalah untuk menentukan alternatif strategi
yang dipilih. Dari hasil matriks SWOT dapat diperoleh beberapa strategi alternatif
dalam Peningkatan komoditas Mangga di Kabupaten Majalengka.
Tabel 3. Matriks SWOT
Strategi Strengh – Opportunities (S-O)
Komponen kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities) dalam analisis ini
merupakan dasar yang dapat memicu keberhasilan usaha pengembangan Mangga di
Kabupaten Majalengka. Kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities) yang ada
dalam upaya peningkatan kualitas Mangga ekspor ini merupakan sebuah keunggulan
bagi Kabupaten Majalengka dibandingkan dengan komoditas lain yang diusahakan atau
daerah lain yang mengusahakan.
Strategi ini dijalankan yaitu dengan cara memakai kekuatan (strenghts) yang
dimiliki petani Mangga dan pelaku pemasaran Mangga untuk memanfaatkan peluang
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
45
(opportunities) dari luar terkait dengan upaya peningkatan kualitas Mangga untuk
memenuhi standar ekspor.
Tabel 4. Matriks Strategi S-O
Strategi Weaknesses-Opportunities (W-O)
Analisis dari kelemahan (weaknesses) dan peluang (opportunities) ini
merupakan suatu interaksi antara kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dari dalam
petani dan pelaku pemasaran Mangga dengan peluang (opportunities) peningkatan
kualitas Mangga ekspor. Peluang (opportunities) yang tersedia sangat meyakinkan,
namun tidak dapat dimanfaatkan karena yang ada hanya kelemahan (weaknesses) bukan
kekuatan (strenghts) sehingga petani dan pelaku pemasaran Mangga tidak mampu untuk
melakukannya. Pilihan keputusan yang dapat diambil adalah melalui divestasi (melepas
peluang yang ada untuk dimanfaatkan sektor usaha lain) atau investasi (memaksanakan
melaksanakan peluang tersebut dengan risiko tertentu). Maka strategi yang dijalankan
yaitu dengan cara menanggulangi kelemahan (weaknesses) yang dimiliki dengan
memanfaatkan peluang (opportunities) dari luar.
Tabel 5. Matriks Strategi W-O
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
46
Analisis Strategi Strengths-Threats (S-T)
Analisis ini merupakan sebuah interaksi antara kekuatan (strenghts) dan
ancaman (threats) dari luar petani dan pelaku pemasaran Mangga dalam usaha
pengembangan Mangga yang dilakukan untuk memenuhi kualitas ekspor. Strategi ini
dijalankan dengan cara memakai kekuatan (strenghts) yang dimiliki untuk mengatasi
atau menghindari ancaman (threats) dari luar terkait dengan upaya peningkatan kualitas
Mangga untuk memenuhi ekspor yang dilakukan.
Tabel 6. Matriks Strategi S - T
Analisis Strategi Weaknesses – Threats (W-T)
Analisis terakhir ini merupakan perpaduan kondisi yang terlemah karena
merupakan pertemuan antara kelemahan (weaknesses) dengan ancaman (threats) dari
luar. Strategi yang disusun harus akurat dan sungguh-sungguh karena risiko dari salah
pengambilan keputusan akan cukup membawa bencana yang besar bagi
keberlangsungan upaya peningkatan kualitas Mangga untuk memenuhi standar ekspor
di Kabupaten Majalengka. Strategi yang harus diambil adalah yaitu dengan
mengendalikan kerugian agar kerugian yang timbul tidak terlalu besar dari yang
diperkirakan.
Tabel 7. Matriks Strategi W-T
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
47
Analisis QSP (Quantitative Strategic Planning)
Berdasarkan hasil analisis SWOT yang telah dilakukan, maka strategi
pengembangan agribisnis Mangga sebagai komoditas ekspor di Kabupaten Majalengka
adalah sebagai berikut
1. Penggunaan varietas Mangga bernilai jual tinggi dengan bibit berkualitas di lahan
petani dengan dukungan Pemerintah, swasta dan Perguruan Tinggi
2. Pengembangan kebun hamparan melalui kelembagaan petani dan pedagang.
Pengelolaan kebun berupa hamparan dilakukan oleh kelompok tani bekerja sama
dengan pedagang (intermediaries), didukung oleh Dinas terkait dan Perguruan
Tinggi
3. Peningkatan kerjasama petani dengan pihak swasta (investor, lembaga bank, atau
pelaku pemasaran Mangga) untuk bantuan modal perawatan dan pemeliharaan
Mangga.
4. Peningkatan infrastruktur jalan produksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
dipelihara secara swadaya yang melibatkan petani, pelaku pemasaran Mangga dan
juga masyarakat
5. Penguatan Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga Majalengka, sehingga petani dan
pedagang merupakan suatu entitas tidak terpisahkan yang memiliki daya saing kuat
dalam menghadapi persaingan global (Pasar Asean 2015)
6. Pelatihan dan Pendampingan Budidaya serta penanganan pasca panen Mangga
untuk petani dan pelaku pemasaran Mangga sesuai dengan SOP untuk ekspor yang
difasilitasi oleh Pemerintah daerah dan Perguruan Tinggi
7. Penerapan cold chain dan sistem sortasi serta grading yang adil oleh pihak
eksportir yang dikerjakan bersama – sama dengan petani, pedagang Mangga dan
difasilitasi oleh pihak Perguruan Tinggi serta Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pertanian Kabupaten Majalengka
8. Penerapan sistem informasi yang terintegrasi, sehingga petani, pedagang, eksportir,
Pemerintah Daerah serta Perguruan Tinggi merupakan satu kesatuan (gerbong)
yang tidak terpisahkan dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi
persaingan global
Tahap selanjutnya adalah tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan
matriks QSP. Analisis ini dilakukan untuk menentukan strategi yang harus disusun oleh
stakeholder Mangga dalam Peningkatan kualitas Mangga di Kabupaten Majalengka.
Tahap ini dilakukan melalui penilaian terhadap strategi yang diusulkan oleh responden.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan QSP, maka didapatkan Prioritas
strategi yang disusun berdasarkan urutan nilai TAS tertinggi sampai terendah. Adapun
prioritas strategi yang dihasilkan matriks QSP sebagai berikut :
1. Penguatan Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga Majalengka, sehingga petani dan
pedagang merupakan suatu entitas tidak terpisahkan yang memiliki daya saing kuat
dalam menghadapi persaingan global (Pasar Asean 2015). (Total Skor 8,54)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
48
2. Penerapan sistem informasi yang terintegrasi, sehingga petani, pedagang, eksportir,
Pemerintah Daerah serta Perguruan Tinggi dapat menjadi satu kesatuan (gerbong)
yang tidak terpisahkan dan memiliki daya saing yang tinggi dalam menghadapi
persaingan global. (Total skor 7,95)
3. Penerapan cold chain dan sistem sortasi serta grading yang adil oleh pihak
eksportir yang dikerjakan bersama – sama dengan petani, pedagang Mangga dan
difasilitasi oleh pihak Perguruan Tinggi serta Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pertanian Kabupaten Majalengka. (Total skor 7,83)
4. Pelatihan dan Pendampingan Budidaya serta penanganan pasca panen Mangga
untuk petani dan pelaku pemasaran Mangga sesuai dengan SOP untuk ekspor yang
difasilitasi oleh Pemerintah daerah dan Perguruan Tinggi. (Total skor 7,71)
5. Peningkatan infrastruktur jalan produksi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah,
dipelihara secara swadaya yang melibatkan petani, pelaku pemasaran Mangga dan
juga masyarakat. (Total skor 7,59)
6. Peningkatan kerjasama petani dengan pihak swasta (investor, lembaga bank, atau
pelaku pemasaran Mangga) untuk bantuan modal perawatan dan pemeliharaan
Mangga. (Total skor 7,00)
7. Pengembangan kebun hamparan melalui kelembagaan petani dan pedagang.
Pengelolaan kebun berupa hamparan dilakukan oleh kelompok tani bekerja sama
dengan pedagang (intermediaries), didukung oleh Dinas terkait dan Perguruan
Tinggi. (Total skor 6,71)
8. Penggunaan varietas Mangga bernilai jual tinggi dengan bibit berkualitas di lahan
petani dengan dukungan Pemerintah, swasta dan Perguruan Tinggi. (Total skor
6,11)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
50
Tabel 8. QSP (Quantitative Strategic Planning)
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
51
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap kegiatan usaha komoditas
Mangga di Kabupaten Majalengka, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analisis IFAS diperoleh kesimpulan bahwa Petani dan Pedagang
sebagai pelaku usaha Mangga yang utama di Kabupaten Majalengka, memberikan
respon yang tinggi terhadap kekuatan yang dimiliki. Responden menilai bahwa
Kabupaten Majalengka memiliki kekuatan dari sisi Sumber Daya Lahan, SDM,
Kelembagaan dan Dukungan yang kuat dari Pemerintah dan Perguruan Tinggi.
Responden mengakui bahwa Kabupaten Majalengka memiliki kelemahan, namun
mereka memandang hal tersebut lebih rendah daripada kekuatan yang dimiliki.
2. Berdasarkan hasil analisis matriks EFAS diperoleh kesimpulan bahwa Petani dan
Pedagang memberikan respon yang lebih kecil terhadap faktor peluang dan respon
yang lebih besar terhadap faktor ancaman. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku
usaha Mangga di Kabupaten Majalengka belum mampu memanfaatkan peluang
dengan sebaik – baiknya, mereka masih melihat iklim usaha global saat ini sebagai
ancaman, bukan sebagai peluang pasar yang sangat prospektif.
3. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap kekuatan, kelemahan, Peluang dan
Ancaman yang dimiliki dan dihadapi oleh pelaku usaha Mangga di Kabupaten
Majalengka dengan analisis SWOT dilanjutkan dengan analisis QSP, maka
diperoleh Prioritas Strategi utama untuk pengembangan Usaha Mangga di
Kabupaten Majalengka , yaitu 1) Penguatan Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga
Majalengka, sehingga petani dan pedagang sebagai suatu entitas yang tidak
terpisahkan, dapat memiliki daya saing kuat dalam menghadapi persaingan global
(Pasar Asean 2015), 2) Penerapan sistem informasi yang terintegrasi, sehingga
petani, pedagang, eksportir, Pemerintah Daerah serta Perguruan Tinggi merupakan
satu kesatuan (gerbong) yang tidak terpisahkan dan memiliki daya saing yang
tinggi dalam menghadapi persaingan global, 3) Penerapan cold chain dan sistem
sortasi serta grading yang adil oleh pihak eksportir yang dikerjakan bersama –
sama dengan petani, pedagang Mangga dan difasilitasi oleh pihak Perguruan Tinggi
serta Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan faktor-faktor internal dan eksternal
yang mendukung Pengembangan Agribisnis Mangga Untuk memenuhi Pasar Ekspor di
Kabupaten Majalengka, maka dengan ini diajukan beberapa saran sebagai berikut ::
1. Untuk peningkatan produksi dan kualitas Mangga, program penanaman komoditas
Mangga dalam satu hamparan/kawasan sentra produksi minimal 500 ha dalam satu
kecamatan yang telah dilakukan sebelumnya terus dikembangkan. Saran
pengembangannya adalah dalam hal pengelolaan lahan tersebut, dilakukan oleh
kelompok tani bekerjasama dengan pedagang, didukung oleh Dinas terkait dan
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
52
Perguruan Tinggi sebagai pihak yang independen. Hamparan kebun Mangga yang
luas akan memudahkan pengaturan untuk perawatan/ pemeliharaan, pemanenan,
penanganan pasca panen, dan pemasaran. Disamping itu, kebun Mangga
memberikan rangsangan terhadap kelompok petani Mangga untuk terus melakukan
budidaya Mangga dengan baik sesuai GAP dan SOP.
2. Asosiasi Petani Mangga harus melibatkan pedagang, sehingga saran penulis adalah
membentuk Asosiasi Petani dan Pedagang Mangga, karena kedua pelaku usaha ini
peranannya dalam usaha Mangga di Kabupaten Majalengka tidak dapat dipisahkan.
Pembentukan Asosiasi ini harus melibatkan pihak Pemerintah dan juga Perguruan
Tinggi sebagai fasilitator
3. Pemerintah daerah bekerjasama dengan pihak Perguruan tinggi harus menjadi
fasilitator untuk mendorong pihak swasta/eksportir, petani, pedagang agar membuat
sistem informasi pasar Mangga yang terintegrasi sehingga pelaku usaha Mangga
dapat menjalankan usahanya lebih efisien dan berdaya saing tinggi.
4. Pihak eksportir difasilitasi oleh Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi harus
mulai mengembangkan sistem rantai pendingin (cold chains) yang terintegrasi
mulai dari petani, pedagang sampai eksportir sehingga kualitas Mangga dapat
terjaga dengan baik mulai dari konsumen sampai ke tangan konsumen.
5. Dinas terkait bekerjasama dengan swasta(eksportir buah) dan juga pihak Perguruan
tinggi sebagai fasilitator konsisten memberikan pelatihan serta pendampingan
dalam aspek budidaya dan pasca panen Mangga yang sesuai dengan SOP ekspor,
sehingga petani dan pedagang Mangga terbiasa untuk mengikuti permintaan
konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, Iwan Setiadjie. Mendudukan Komoditas Mangga Sebagai Unggulan Daerah
dalam Suatu Kebijakan Sistem Agribisnis: Upaya Menyatukan Dukungan
Kelembagaan bagi Eksistensi Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian. Bogor.
Arifin, Bustanul. 2000. Pembangunan Pertanian: Paradigma, Kinerja, dan Opsi
Kebijakan. Pustaka Indev. Jakarta
Downey, W. David, Steven P. dan Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Hariani, Inna. 2007. Kajian Keberlanjutan Sistem Agribisnis dengan Pendekatan
Agropolitan (Studi Kasus: Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka).
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor
Kotler, Philip. 2000. Manjemen Pemasaran; Edisi Milenium, Jilid I. PT. Prenhalindo.
Jakarta.
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013
53
Kurnia, Nani, dkk. 2009. Pengembangan Agribisnis Mangga Gedong Gincu
(Mangifera indica L.) Melalui Pemberdayaan Kelompoktani di Kecamatan
Panyingkiran Kabupaten Majalengka.
Maman, Abdurahman. 2012. Mangga Jadi Unggulan Ekspor Hortikultura Jabar.
http://www.bisnis.com/articles/Mangga-jadi-unggulan-ekspor-hortikultura-
jabar diakses pada 12 Agustus 2012
Mosher, A.T. 1987. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Syarat-Syarat Pokok
Pembangunan dan Modernisasi. CV. Yasaguna
Nasrul, Wedy. 2012. Pengembangan Kelembagaan Pertanian untuk Peningkatan
Kapasitas Petani Terhadap Pembangunan Pertanian. Menara Ilmu Vol. III No.
29.
Peran Lembaga Pertanian. 2012. Lembaga Pertanian Terhadap Pembangunan
Pertanian. http://peranlembagapertanian.blogspot.com diakses pada 12
Oktober 2012
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. 2010. Pedoman Umum Program
Dukungan Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PDPKAH).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian.
Jakarta
Saptana, dkk. 2006. Mewujudkan Keunggulan Komparatif Menjadi Keunggulan
Kompetitif Melalui Pengembangan Kemitraan Usaha Hortikultura. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Volume 24 No.1, Juli 2006: 61-76. Bogor
Soekartawi. 1993. Agribisnis: Teori dan Aplikasi. PT. Raya Grafindo Persada. Jakarta
Soemarno, dkk. Pengembangan Produk Unggulan Mangga di Kabupaten Madiun.
Agritek Vol. 17 No. 5, September 2009
Top Related