perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
STRATEGI PEMBERDAYAAN DALAM PENATAAN PASAR
LEGI OLEH DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA
SURAKARTA
SKRIPSI
Disusun Oleh :
SAT WARSITI
D0107018
Disusun Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Administrasi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
STRATEGI PEMBERDAYAAN DALAM PENATAAN PASAR LEGI
OLEH DINAS PENGELOLAAN PASAR KOTA SURAKARTA
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Dra. Sri Yuliani, M.Si
NIP. 19630730199003 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
Telah Disetujui dan Disahkan Oleh Penguji Skripsi Jurusan Ilmu
Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada Hari :
Tanggal :
Panitia Penguji :
1. Drs. Pramono, SU (....................................)
NIP. 19490407198003 1 001 Ketua
2. Drs. Suryatmojo, M.Si (....................................)
NIP. 19530812198601 1 001 Sekretaris
3. Dra. Sri Yuliani, M.Si (..................................)
NIP. 19630730199003 2 002 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Drs. Supriyadi SN. SU
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”
(Aristoteles)
”Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan”
(Q.s. Ar Rahman ayat 60 & 61)
”Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) maka bekerja
keraslah(dalam urusan yang lain)”
(Q.S. Al Insyiroh ayat 6 & 7)
”Ilmu hanya akan didapat dengan belajar. Kesabaran dan kemurahan hati hanya akan didapat dengan bersungguh-sungguh.
Barang siapa yang menginginkan kebaikan, akan diberikan kepadanya, dan barang siapa yang menjaga dirinya dari kejelekan,
ia akan dilindungi.”
( Al Hadits Shahihah Al Jami’)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
“Selalu mensyukuri apa yang sudah kita miliki dan diberikan Allah
karena sebenarnya dengan bersyukur Allah akan menambah kenikmatan-
kenikmatan-Nya kepada kita”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Dengan rasa tulus dan hormat skripsi ini kupersembahkan
untuk :
v Ibu Sarmini yang selalu mencurahkan kasih
sayangnya sepanjang hidupku, memberikan motivasi
dan doa yang tidak pernah henti demi kesuksesanku
dalam meraih mimpi-mimpiku.
v Alm. bapak Darmo Wiyono untuk segala kasih
sayang, motivasi, dan doa yang takkan pernah
hilang.
v Kakakku Tri, Catur, Tatik, dan Tutik yang selalu
memberi dukungan, bimbingan, dan doa.
v Keluarga besar dan sahabat-sahabat yang tidak bisa
ku sebutkan satu per satu yang selalu mendukungku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi rabbil’aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STRATEGI PEMBERDAYAAN
DALAM PENATAAN PASAR LEGI OLEH DINAS PENGELOLAAN
PASAR KOTA SURAKARTA”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi di Progran Studi Administrasi Negara,
Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal selesainya penulisan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima
kasih kepada :
1. Ibu Dra. Sri Yuliani, M.Si selaku pembimbing, atas bimbingannya, arahan,
dan motivasi serta kesabarannya sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini.
2. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku pembimbing akademis, atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Bapak Drs. Sudarto, M.Si dan Bapak Agung Priyono, M.Si selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak Drs. Subagiyo, MM selaku kepala Dinas Pengelolaan Pasar, Bapak
Drs. Dwi Wuryanto, MM selaku Kepala Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki
Lima, Bapak Didik Anggono HKS, S. Hut selaku Kepala Seksi Penataan Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan seluruh Bapak Ibu pegawai di Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang telah memberikan kemudahan di
dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Bambang, SE. MM selaku Kepala Pasar dan Bapak Ibu pegawai Pasar
Legi yang telah memberikan kemudahan di dalam penyusunan skripsi ini.
7. Pedagang dan Pembeli Pasar Legi yang sudah bersedia menjadi informan
dalam penyusunan skripsi ini.
8. Orang tuaku Ibu Sarmini dan alm. Bapak Darmo Wiyono, seluruh keluarga
besar, sahabatku Ripi, Lusi, Wulan, Ike, Linda, Lia dan anak AN 2007 serta
semua pihak yang tidak pernah lelah mendoakan, membantu dan
memotivasiku dalam segala hal terutama proses penyusunan skripsi.
Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu kritik dan saran yang menuju kearah perbaikan skripsi ini akan
penulis perhatikan. Meskipun demikian, penulis berharap agar penelitian ini dapat
dijadikan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan dapat
memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, Maret 2011
Penulis
Sat Warsiti
DAFTAR ISI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
A. Landasan Teori ................................................................................
1. Strategi........................................................................................
2. Pemberdayaan.............................................................................
3. Strategi Pemberdayaan................................................................
4. Penataan Pasar.............................................................................
5. Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi Oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta...............................................
B. Kerangka Pemikiran..........................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................
1. Jenis Penelitian..................................................................................
2. Lokasi Penelitian...............................................................................
3. Sumber Data.....................................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xii
xiii
xiv
1
1
10
10
11
13
13
13
22
28
30
34
40
46
46
47
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Teknik Pengumpulan Data..............................................................
5. Teknik Pengambilan Sampel............................................................
6. Validitas Data...................................................................................
7. Teknik Analisis Data........................................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...............................
A. Deskripsi Lokasi Penelitian...............................................................
1. Dinas Pengelolaan Kota Surakarta...............................................
2. Pasar Legi Kota Surakarta............................................................
B. Pembahasan Tentang Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan
Pasar Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta........................
1. Pemeliharaan Pasar....................................................................
2. Peningkatan Kebersihan Pasar...................................................
3. Peningkatan Keamanan Dan Ketertiban Pasar..........................
4. Peningkatan Fasilitas Pasar.......................................................
5. Pembinaan Pedagang Pasar.......................................................
C. Faktor Pendukung Dan Penghambat.................................................
1. Faktor Pendukung......................................................................
2. Faktor Penghambat....................................................................
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
A. Kesimpulan ....................................................................
B. Saran……. .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
48
51
51
53
55
55
55
68
76
77
84
92
101
108
118
118
120
125
125
129
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Halaman
Tabel 1.1 : Banyaknya Kios, Los Dan Pelataran Di Pasar Legi Kota
Surakarta Tahun 2007-2010…………………………………….
Tabel 4.1 : Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun
2006-2010………………………………..………..……..……..
Tabel 4.2 : Jenis Dan Jumlah Prasarana Di Pasar Tradisional Kota
Surakarta………………………………..………..……..……….
Tabel 4.3 : Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin………………………………..…….
Tabel 4.4 : Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan………………………………..
Tabel 4.5 : Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Golongan…………………………………………..
Tabel 4.6 : Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Jenis Kepegawaian……………………………..….
Tabel 4.7 : Jumlah Pegawai Pasar Legi Berdasarkan Status Pekerjaan……..
Tabel 4.8 : Jumlah Pegawai Pasar Legi Berdasarkan Jenis Kelamin………..
Tabel 4.9 : Rincian Komposisi Pegawai Pasar Legi Kota Surakarta………...
Tabel 4.10 : Sarana Dan Prasarana Pemberdayaan Dalam Pemeliharaan
Pasar………………………………..………..……..………….....
Tabel 4.11 : Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 1 Di Pasar Legi………….....
Tabel 4.12 : Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 2 Di Pasar Legi………….....
Tabel 4.13 : Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 3 Di Pasar Legi………….....
Tabel 4.14 : Kegiatan Satpam Dalam Meningkatkan Keamanan Dan
Ketertiban Di Pasar Legi Pagi Hari…………..……..…………....
Tabel 4.15 : Kegiatan Satpam Dalam Meningkatkan Keamanan Dan
Ketertiban Di Pasar Legi Malam Hari..……..……….…………...
Tabel 4.16 : Data Fasilitas Di Pasar Legi…………..……..………….....……..
Tabel 4.17 : Perbaikan Sarana Dan Prasarana Dalam Peningkatan Fasilitas
6
64
65
66
66
67
68
72
72
73
79
96
96
96
100
100
103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Pasar…………..……..………….....…………..……..………….
Tabel 4.18 : Matrik Hasil Penelitian Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan
Pasar Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta………
105
116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Skema Kerangka Berpikir……………………………….. 41
Gambar 3.1 : Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)…… 54
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta …………………………………………………. 63
Gambar 4.2 : Struktur Organisasi Pasar Legi Kota Surakarta…………… 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK SAT WARSITI. D0107018. Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Skripsi. Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pemberdayaan dalam penataan Pasar Legi oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Penataan pasar meliputi pemeliharaan pasar, peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, peningkatan fasilitas pasar, dan pembinaan pedagang pasar dalam penataan Pasar Legi apakah pelaksanaannya sudah berjalan baik dan sesuai dengan strategi pemberdayaan.
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif yang dilaksanakan di Pasar Legi Kota Surakarta yang dapat menggambarkan strategi pemberdayaan dalam penataan pasar oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu informan yang mengerti seluk beluk strategi pemberdayaan dalam penataan pasar oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan arsip-arsip. Dengan teknik sampling bertujuan (purposive sampling), penulis mengumpulkan data dengan wawancara mendalam dan dokumentasi. Dalam hal uji validitas data penulis menggunakan teknik trianggulasi data sehingga informasi dari nara sumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari nara sumber yang lain. Sedangkan analisis data dilakukan dengan teknik analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penataan Pasar Legi oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta secara umum bisa dilaksanakan sesuai dengan strategi pemberdayaan yang sudah ditetapkan dan berhasil. Terdapat tiga tahap dalam strategi pemberdayaan yaitu tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, dan tahap empowerment. Strategi pemberdayaan dalam penataan pasar dilihat dari lima indikator yaitu pemeliharaan pasar, peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar, peningkatan fasilitas pasar, dan pembinaan pedagang pasar. Indikator-indikator yang dinilai kurang lancar dalam pelaksanaan dan mengalami kendala adalah keamanan dan ketertiban pasar serta pembinaan pedagang pasar. Dalam pelaksanaan penataan pasar guna menciptakan pasar yang tertata rapi tidak lepas dari faktor pendukung seperti kerjasama dengan satpol PP, partisipasi pedagang, sarana prasarana yang memadai serta faktor penghambat yaitu kurangnya komunikasi dan kurangnya kesadaran pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT SAT WARSITI. D0107018. The Empowerment Strategy in Pasar Legi Arrangement by the Surakarta City’s Market Management Service. Thesis. Public Administration. Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. 2011.
This research aims to find out the empowerment strategy in Pasar Legi Arrangement by the Surakarta City’s Market Management Service. Market Arrangement includes market maintenance, market cleanliness improvement, market safety and orderliness improvement, market facility improvement, and market trader education in Pasar Legi arrangement, whether or not its implementation has proceeded well and has been consistent with the empowerment strategy.
This study belongs to a descriptive qualitative research taken place in Pasar Legi of Surakarta City describing the empowerment strategy in Pasar Legi Arrangement by the Surakarta City’s Market Management Service. The data sources employed in this research were informant knowledgeable about the specifics of empowerment strategy in market arrangement by the Surakarta City’s Market Management Service and archives. Using purposive sampling technique, the writer collected the data with in-depth interview and documentation method. In the term of data validating test, the writer employed data triangulation technique so that the information from one source can be compared with that from other source. Meanwhile, the data analysis was done using an interactive analysis technique consisting of data reduction, data display and conclusion drawing (verification).
From the result of research, it can be found that the Pasar Legi arrangement by the Surakarta City’s Market Management Service has been generally done consistent with the predetermined empowerment strategy and has been successful. There are three stages of empowerment strategy: awareness, capacitating, and empowerment. The empowerment strategy in market arrangement is viewed from five indicators: market maintenance, market cleanliness improvement, market safety and orderliness improvement, market facility improvement, and market trader education. The indicators considered as less smooth in its implementation and encounter some problems are market safety and orderliness and market trader education. The implementation of market arrangement for creating a neatly ordered market cannot be apart from such supporting factors as cooperation with Satpol PP, trader participation, adequate infrastructures as well as inhibiting factors such as inadequate communication and less awareness among the traders.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya kalangan
menengah ke bawah. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli
yang berperan penting dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian serta berfungsi menjembatani keinginan produsen dan
konsumen untuk melakukan transaksi jual beli.
Keberadaan pasar modern (mall, swalayan, supermarket) dalam jumlah
banyak di Surakarta merupakan dampak adanya perdagangan bebas (free
trade) yang tidak bisa dihindari dan memberi pengaruh terhadap keberadaan
pasar tradisional. Pasar modern maupun pasar tradisional merupakan salah
satu sentra perekonomian yang peredaran uangnya bisa mencapai jutaan
rupiah setiap harinya. Asumsi masyarakat dengan berbelanja di pasar
modern dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih seperti fasilitas yang
ditawarkan lebih mewah, kebersihan, rasa aman, nyaman, dan bisa dijadikan
tempat rekreasi.
Berbeda dengan pasar modern, pasar tradisional sejatinya memiliki
keunggulan bersaing alamiah yang tidak dimiliki secara langsung oleh pasar
modern. Diantaranya lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,
keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, sistem tawar menawar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
yang menunjukkan keakraban antara penjual dan pembeli. Namun selain
memiliki keunggulan yang alamiah, pasar tradisional memiliki berbagai
kelemahan yang telah menjadi karakter dasar yang sulit dirubah. Faktor
desain dan tampilan pasar, atmosfir, tata ruang, tata letak, keragaman dan
kualitas barang, promosi penjualan, jam operasional pasar yang terbatas,
serta optimalisasi pemanfaatan ruang jual merupakan kelemahan terbesar
pasar tradisional dalam menghadapi persaingan dengan pasar modern. Selain
banyak kelemahan yang dimiliki pasar tradisional, tetapi pasar tradisional
juga memiliki kelebihan yang tidak kalah dengan pasar modern. Dalam
kenyataannya meskipun keberadaan pasar modern membawa dampak positif
bagi kemajuan dan pembangunan kota namun belum bisa menggantikan
pasar tradisional termasuk pasar yang ada di Surakarta.
Kondisi pasar tradisional di wilayah Kota Surakarta menjelang lebaran
tahun 2010 cukup memprihatinkan. Meskipun dalam musim lebaran tahun
2010 omsetnya mencapai 7 miliar perhari. Namun sebagian pedagang
mengatakan omsetnya turun, tidak seramai tahun sebelumnya. Bahkan
dibeberapa pasar tradisional pada hari H lebaran banyak pedagang yang
tidak berjualan. Padahal biasanya seminggu menjelang lebaran, pasar
tradisional selalu dibanjiri para pembeli. Para pedagang selalu menyambut
suka cita saat menjelang lebaran, karena apapun dagangan yang dijual akan
laku terjual dengan keuntungan yang berlipat. Namun tahun 2010
kondisinya berbalik 180 derajat. Faktor sepinya pembeli pasar tradisional
memang banyak diantaranya karena kondisi perekonomian nasional secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
makro lagi lesu sehingga menyebabkan lemahnya daya beli masyarakat dan
menjamurnya pasar modern yang saat ini marak di Kota Surakarta.
(http://sekartanjung.blogspot.com)
Bermunculan pasar modern tersebut menyebabkan warga Surakarta
secara perlahan namun pasti mulai meninggalkan pasar tradisional. Hal ini
bisa dilihat dan saksikan secara langsung bahwa warga Surakarta dalam
menyambut lebaran lebih suka menyerbu pasar modern. Mulai dari
minimarket, supermarket, mall sampai hypermarket. Menurut pengakuan
beberapa pengelola pasar modern, pada masa lebaran tahun 2010 terjadi
kenaikkan penjualan rata-rata di atas 100 persen. Dampak keberadaan pasar
modern bila tidak diatur dan dikendalikan akan mengancam kelangsungan
sektor informal yaitu pasar tradisional dan ribuan pedagang pasar, pedagang
kelontong, buruh gendong, tukang becak, tukang parkir yang merupakan
orang kecil akan kehilangan pekerjaan.
Langkah untuk mengatasi hal diatas, Dinas Pengelolaan Pasar dan
Kepala Pasar melakukan penataan pasar dan pedagang salah satunya di
Pasar Legi dengan tujuan agar pasar tradisional tidak kalah bersaing dengan
pasar modern yang berada disekitarnya. Strategi kebijakan penataan pasar
yang dibuat harus disusun secara terpadu dan disesuaikan dengan visi Kota
Surakarta dan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah). Kebijakan
yang disusun hendaknya mendukung visi kota Surakarta, yaitu mewujudkan
Surakarta sebagai kota budaya yang bertumpu pada aspek perdagangan dan
jasa. Pemerintah Kota Surakarta tidak cukup bila sekedar membatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
pertumbuhan dan pertambahan pasar modern. Pemerintah Kota Surakarta
juga perlu mengambil langkah-langkah dan kebijakan strategis untuk
menyelamatkan keberadaan pasar tradisional salah satunya Pasar Legi Kota
Surakarta.
Pasar Legi merupakan pasar tradisional dan pusat perdagangan hasil
bumi terbesar di Jawa Tengah bagian selatan dan salah satu penopang utama
perekonomian Kota Surakarta. Berdasarkan foto-foto yang terpajang di
dinding kantor Pasar Legi, dapat diketahui sejarah pasar Legi. Pasar yang
menghadap ke barat ini pada tahun 1930 masih berupa pasar yang masih
sangat tradisional dimana para pedagang membuka dagangannya di tanah
terbuka dan masih terdiri dari para pedagang oprokan semua. Dibawah
pengelolaan Mangkunegaran, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan
pasar permanen tersusun dari tembok berwarna putih yang dilihat dari
samping mirip sebuah benteng. Mulai tahun 1935 pasar ini terus
berkembang, namun baru mengalami pemugaran pada tahun 1992 oleh
Pemerintah Kota Surakarta sehingga menjadi wujud Pasar Legi dengan 2
lantai. Meskipun Pasar Legi Kota Surakarta dikenal sebagai pasar hasil
bumi, namun bisa ditemui beberapa pedagang pakaian dan kelontong,
barang-barang hasil pabrik yang berhubungan dengan bumbu, seperti gula
dan vetsin. (http://labucyd.blog.uns. ac.id)
Pasar Legi di Kota Surakarta juga merupakan tempat transit untuk
pasar-pasar lain seperti Pasar Gede, bedanya kalau di Pasar Legi buah-
buahan dan sayuran belum disortir sedangkan di Pasar Gede sudah disortir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
berdasarkan kualitas sehingga harganya lebih mahal daripada di Pasar Legi.
Hasil bumi yang dijual di Pasar Legi tidak hanya berasal dari daerah sekitar
Surakarta saja tetapi juga berasal dari daerah lain seperti Wonogiri, Boyolali,
Purwodadi, dan Klaten. Selain itu juga berasal dari berbagai daerah di luar
karesidenan Surakarta seperti ikan dari Banjarmasin, Bagansiapi-api dan
Nusa Tenggara, sayur dari Kopeng Salatiga, Dieng, garam dari Madura dan
lain-lain.
Sebagian pedagang di Pasar Legi menjual dagangannya dalam jumlah
besar kepada pedagang untuk kulakan, namun kita masih dilayani oleh
beberapa pedagang yang menjual dagangannya secara eceran, dan untuk
mendapatkan barang yang murah harus pandai-pandai menawar. Pasar Legi
resmi dibuka dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB atau selama 12
jam, namun Pasar Legi tidak pernah tidur dan beroperasi selama 24 jam.
Pasar Legi memiliki rutinitas unik, setiap sore pukul 15.00 WIB ketika pasar
didalam bangunan utama mulai berbenah, datanglah para pedagang malam
yang membuka dasaran di bagian luar bangunan utama, ada yang khusus
pedagang malam dan ada juga pedagang yang siang harinya berdagang di
bagian malam bangunan membawa dagangannya ke luar dan berdagang
sampai pagi, sedangkan padagang yang dibagian dalam bangunan pada
malam hari tinggal kurang dari 25 % saja, maka dengan aktivitas yang unik
itu menjadikan Pasar Legi tidak pernah tidur atau buka selama 24 jam.
Berikut ini tabel banyaknya kios, los, dan pelataran di Pasar Legi Kota
Surakarta tahun 2007-2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
Tabel 1.1
Banyaknya Kios, Los Dan Pelataran Di Pasar Legi
Kota Surakarta Tahun 2007-2010
Tahun Los Kios Pelataran Jumlah
2007 1545 205 674 2424
2008 1238 181 763 2182
2009 1398 233 710 2341
2010 1425 233 743 2401
Sumber : Kantor Pasar Legi
Berdasarkan tabel jumlah kios, los, dan pelataran diatas maka dapat
diketahui bahwa jumlah pedagang Pasar Legi di Kota Surakarta berjumlah
cukup besar meskipun jumlahnya mengalami penurunan dan kenaikan tiap
tahunnya. Adanya kenaikan jumlah pedagang yang berjualan dipelataran
dikarenakan jumlah pedagang mengalami penambahan salah satunya berasal
dari pedagang yang sudah berumur atau tua. Jadi untuk pedagang baru dan
sudah berusia tua itu biasanya lebih suka menjual dagangannya di pelataran
serta masih belum tingginya tingkat kesadaran dari pedagang. Sedangkan
adanya penurunan jumlah pedagang di pelataran dikarenakan petugas seperti
satpol PP dan satpam sudah melakukan pemberitahuan tentang pentingnya
penataan pedagang di pasar secara gencar dengan menyuruh (mengoprak-
oprak) pedagang yang berjualan di luar pasar untuk masuk ke dalam pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
Pada tahun 2010 Pasar Legi dibagi menjadi 6 blok, memiliki luas 16.640 m2,
terdiri dari 233 kios, 1425 los, dan 743 pedagang oprokan yang berada di
pelataran.
Aktivitas pasar yang buka selama 24 jam menjadikan Pasar Legi dapat
menghasilkan omset 10 milyar/hari, bahkan sampai 15 milyar lebih pada
hari-hari tertentu. Dari omset yang besar tersebut tiap tahunnya Pasar Legi
menyumbangkan pendapatan bagi APBD yang sangat signifikan dan
mencapai milyaran rupiah. Dana tersebut berasal dari retribusi yang ditarik
setiap hari yang besarnya tergantung luas areal berdagang. Maka tidak
mengherankan apabila terdapat banyak sekali bank yang beroperasi di
sekitar bangunan utama Pasar Legi. Dengan banyaknya jumlah pedagang di
pasar tradisional maka semakin besar pula pemasukan bagi Kota Surakarta.
Maka untuk memberdayakan pasar tradisional salah satunya dengan
penataan pasar dan pedagang di Pasar Legi agar tidak kalah bersaing dengan
pasar modern.
Pasar tradisional yang ada di Kota Surakarta memang masih banyak,
salah satunya adalah Pasar Legi. Sebagian pasar tradisional di Kota
Surakarta ada yang telah selesai direnovasi namun masih banyak pula pasar
yang keadaannya masih memprihatinkan. Salah satunya keadaan di dalam
pasarnya masih semrawut. Hal ini disebabkan kurangnya tempat bagi para
pedagang untuk menggelar dagangannya, yang jumlah pedagang dengan
tempat berdagangnya tidak sebanding, masih kurangnya kesadaran dari para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
pedagang yang tidak mau menempati los atau kios tetapi lebih memilih
berjualan di pelataran.
Pada kenyataannya ragam kehidupan di Pasar Legi sedikit banyak juga
menandakan adanya berbagai masalah lain yang timbul sebagai gejala
normal dalam setiap interaksi sosial. Misalnya saja para pedagang pernah
dipusingkan dengan rutinitas matinya lampu setiap 4-5 jam selama kurang
lebih 15 menit. Dengan jumlah yang besar tersebut menimbulkan masalah
lagi seperti sumpeknya pasar setelah adanya penambahan los lagi pada sudut
pertukaran udara yang sempat dikeluhkan para pedagang. Selain itu juga
timbul masalah-masalah lain seperti persaingan antar pedagang. Letak Pasar
Legi yang dekat dengan pasar modern menjadikan para pedagang ada yang
mengeluhkan sepinya pengunjung.
Permasalahan yang lainnya yaitu masih ada beberapa pedagang yang
sulit diatur, mereka suka membantah bila diadakan penataan sehingga
terkesan semrawut. Apalagi ketika pasar sore mulai buka biasanya akan
timbul keruwetan karena perputaran para pedagang dari dalam bangunan
keluar dan datangnya para pedagang baru yang membuka dasaran di bagian
luar pasar. Masih banyaknya jumlah pedagang di Pasar Legi yang berjualan
di pelataran, pinggir-pinggir jalan, dan tidak mau menempati kiosnya
menyebabkan kurang lancarnya arus lalu lintas di kawasan tersebut serta
terlihat pemandangan yang tidak enak. Sehingga untuk mengatasi berbagai
masalah yang ada di Pasar Legi, Kepala Pasar dan Dinas Pengelolaan Pasar
melaksanakan kebijakan penataan pasar begitu pula penataan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
pedagang. Selain itu untuk pengelolaan pasar, pegawai dan pedagang di
pasar melakukan pemeliharaan dan perawatan bangunan Pasar Legi baik
bangunan lama maupun bangunan baru serta fasilitas seperti talang, atap,
saluran, alat kebersihan serta tempat pembuangan sampah.
Penataan pedagang diperlukan guna menciptakan suatu kondisi pasar
tradisional agar berfungsi dengan baik dan tidak kalah bersaing dengan pasar
modern. Mengacu pada Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta
Nomor 3 Tahun 1993 tentang Pasar dalam memberikan Surat Ijin
Penempatan, Kepala Pasar berpedoman pada ketentuan penyediaan tempat
dan penempatan pedagang sekurang-kurangnya 60% untuk golongan
ekonomi lemah dan sebanyak-banyaknya 40% untuk golongan ekonomi
kuat.
Dinas Pengelolaan Pasar dalam masalah penataan pasar memiliki
peran penting sebagai pengatur masalah penataan, pengelolaan, dan
pengembangan pasar khususnya di Kota Surakarta agar mampu
memaksimalkan kinerja yang berkaitan dengan strategi yang berhubungan
dengan penanganan masalah pasar. Oleh karena itu Pemerintah Kota
Surakarta melalui Dinas Pengelolaan Pasar melakukan penataan pasar dan
pedagang pasar tradisional salah satunya di Pasar Legi. Hal ini bertujuan
untuk menghindari adanya monopoli pasar modern terhadap pasar
tradisional. Dengan semakin diperbaikinya pasar tradisional maka dapat
menimbulkan kompetisi antara pedagang pasar modern dengan pasar
tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
Dengan adanya kompetisi maka diperlukan suatu strategi. Unsur inti
dalam suatu strategi adalah hubungan yang saling bergantung dengan
pesaing, karena tindakan satu peserta pasar dapat mempengaruhi hasil yang
diperoleh peserta pasar lain. Setiap keputusan yang diambil oleh seorang
pemain pasar harus memperhitungkan tindakan balasan yang akan dilakukan
oleh pemain pasar lainnya. (Robert M. Grant, 1999:15)
Melihat permasalahan tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan
Pasar Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut diatas, maka rumusan masalah yang akan diangkat
dalam skripsi ini adalah :
Bagaimana Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi Oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta?
C. Tujuan
Penelitian pada umumnya bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan atau menguji suatu kebenaran. Mengembangkan berarti
memperluas dan menggali lebih luas dan lebih dalam sesuatu yang sudah
mudah. Menguji kebenaran dilakukan apa yang ada atau diragukan
kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
1. Tujuan Operasional
Mengetahui informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan
yang dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar dalam Penataan Pasar Legi.
2. Tujuan Fungsional
Untuk mengetahui gambaran dan masukan kepada Dinas Pengelolaan
Pasar serta Pemerintah Kota Surakarta dalam rangka Penataan Pasar
Legi melalui strategi yang diterapkan.
3. Tujuan Individual
Penelitian ini disusun dalam memenuhi persyaratan untuk mencapai
gelar sarjana pada jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian baik secara teoretik maupun
praktis adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretik
a. Memberi sumbangan pikiran dalam studi ilmu pengetahuan pada
umumnya dan studi Ilmu Administrasi Negara.
b. Memberikan sumbangan yang berarti bagi khasanah keilmuan,
khususnya yang berhubungan dengan manajemen publik bidang
perdagangan sebagai bagian dari subsistem administrasi negara serta
pemahaman baru bagi khususnya masyarakat akademik maupun
masyarakat luas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai informasi dan gambaran mengenai strategi pemberdayaan
yang dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar dalam Penataan Pasar Legi
Kota Surakarta.
b. Sebagai bahan sumbangan kepada dinas terkait berupa saran-saran
untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
strategi penataan pasar.
c. Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pada jurusan
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Strategi
Strategi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:1092)
memiliki beberapa arti yaitu siasat perang, ilmu siasat perang, tempat yang
baik menurut siasat perang, atau dapat pula diartikan sebagai rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dari pengertian
tersebut diketahui bahwa strategi berkaitan erat dengan peperangan. Namun
sekarang ini, istilah strategi digunakan oleh semua jenis organisasi dan ide-
ide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap dipertahankan, tetapi
aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya.
Oxford English Dictionary mendefinisikan strategi sebagai “The art of
commander-in-chief: the art of projecting and directing the larger military
movements and operations of a campaign” (Armstrong, 2003: 37). Dari
pengertian ini dapat diketahui bahwa strategi merupakan seni dan tanggung
jawab utama yang terletak pada pucuk pimpinan organisasi.
Stephanie K. Marrus (dalam Husein Umar, 2010:16) mendefinisikan
Strategi merupakan suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak
yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Dalam J. Salusu (1996:101) menerangkan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
“Strategi ialah suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.”
James Brian Quinn ( dalam Grant, 1999:10) mendefinisikan :
“Strategi merupakan suatu bentuk atau rencana yang
mengintegrasikan tujuan-tujuan utama, kebijakan-kebijakan, dan rangkaian tindakan dalam suatu organisasi menjadi suatu kesatuan yang utuh. Strategi yang diformulasikan dengan baik akan membantu penyusunan dan pengalokasian sumber daya yang dimiliki perusahaan menjadi suatu bentuk yang unik dan dapat bertahan. Strategi yang baik disusun berdasarkan kemampuan internal dan kelemahan perusahaan, antisipasi perubahan dalam lingkungan, serta kesatuan pergerakan yang dilakukan oleh mata-mata musuh.”
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Andrews (dalam
Mudrajad Kuncoro, 2005:1) tentang strategi yaitu pola sasaran, tujuan dan
kebijakan atau rencana umum untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan,
yang dinyatakan dengan mendefinisikan apa bisnis yang dijalankan oleh
perusahaan atau yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan.
Sedangkan Armstrong (2003 : 42) merumuskan :
”Strategi adalah mengenai penetapan tujuan (tujuan strategi) dan mengalokasikan/menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya) sehingga dapat mencapai kesesuaian yang efektif dan penerapan strategi tergantung pada kapabilitas strategi organisasi yang akan memasukkan kemampuan, tidak hanya untuk memformulasikan tujuan strategi tetapi juga untuk mengembangkan dan menerapkan rencana strategi melalui proses manajemen strategi.”
Pendayagunaan semua sumber-sumber yang dimiliki adalah untuk
mencapai tujuan strategi dalam bentuk terciptanya kesejahteraan, keadilan
dan kemakmuran bangsa. Menurut Faulker dan Johnson (dalam Armstrong,
2003: 38) strategi memperhatikan dengan sungguh-sungguh arah jangka
panjang dan cakupan organisasi, juga secara kritis memperhatikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
sungguh-sungguh posisi organisasi itu sendiri dengan memperhatikan
lingkungan dan secara khusus memperhatikan pesaingnya. Strategi
memperhatikan secara sungguh-sungguh pengadaan keunggulan kompetitif,
yang secara ideal berkelanjutan sepanjang waktu, tidak dengan maneuver
teknis, tetapi dengan menggunakan perspektif jangka panjang secara
keseluruhan.
Pendapat Itami (dalam Mudrajad Kuncoro, 2005:1) tentang strategi
yaitu :
“Penentuan kerangka kerja dari aktivitas bisnis perusahaan dan memberikan pedoman untuk mengkoordinasikan aktivitas sehingga perusahaan dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi mengatakan dengan jelas lingkungan yang diinginkan oleh perusahaan dan jenis organisasi seperti apa yang hendak dijalankan.”
Strategi menurut Mudrajad Kuncoro (2005:2) :
“Strategi berkaitan dengan keputusan “besar” yang dihadapi organisasi dalam melakukan bisnis, yakni suatu keputusan yang menentukan kegagalan dan kesuksesan organisasi. Penekanan pada “pola tujuan” dan “kerangka kerja” menyatakan bahwa strategi berkaitan dengan perilaku yang konsisten, maksudnya ketika suatu strategi telah ditetapkan, maka perusahaan tidak dapat menariknya kembali. Ide bahwa strategi “menetapkan perusahaan macam apa dan bagaimana seharusnya” menyatakan bahwa keputusan strategi yang dibuat perusahaan seharusnya mampu menciptakan keunggulan kompetitif perusahaan, yang nantinya akan menentukan sukses tidaknya perusahaan dalam lingkungan yang kompetitif.”
Kenichi Ohmae (dalam Robert M.Grant, 1999:10) memaparkan
definisi strategi dalam hubungannya dengan bisnis yaitu mengenai
keunggulan kompetitif. Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis
adalah untuk memungkinkan perusahaan memperoleh seefisien mungkin
keunggulan yang dapat dipertahankan atas saingan mereka. Strategi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
korporasi dengan demikian mencerminkan usaha untuk mengubah kekuatan
perusahaan relatif terhadap saingan dengan seefisien mungkin.
Dalam International Journal of Management Review : “From an strategy as practice perspective, strategy has been
defined ‘as situated, socially accomplished activity, while strategizing comprises those action, interactions and negotiations of multiple actors and the situated practices that they draw upon in accomplishing that activity’” (Jarzabkowski, Andreas Paul Spee, 2008:70).
Dari uraian tersebut, strategi didefinisikan sebagai sesuatu yang dalam
keadaan tertentu, secara sosial menyelesaikan kegiatan, sedangkan
strategizing terdiri dari tindakan, interaksi, dan negosiasi beberapa aktor dan
situasi dalam praktek yang membangkitkan mereka dalam menyelesaikan
kegiatan.
Menurut Robert M. Grant (1999:21-23) strategi dapat mengisi 3 tujuan
manajemen yaitu :
1. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan
Strategi menentukan suatu pedoman, peraturan, dan kriteria yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Dengan kata lain strategi dapat digunakan untuk membatasi alternatif keputusan yang akan diambil, dan dapat juga digunakan sebagai petunjuk untuk mengurangi usaha pencarian yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari suatu masalah
2. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi
Strategi tidak hanya dapat digunakan untuk memperoleh konsistensi dalam keputusan yang diambil dalam waktu yang berbeda tetapi untuk organisasi yang kompleks, strategi dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh konsistensi dalam keputusan yang diambil oleh berbagai departemen dan individu yang ada dalam organisasi.
3. Strategi sebagai target
Konsep strategi akan digabungkan dengan visi dan misi untuk menentukan dimana perusahaan akan berada dalam masa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
akan datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk memberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk membentuk aspirasi bagi perusahaan. Dengan demikian, strategi juga dapat berperan sebagai target perusahaan.
Menurut Coulter (dalam Kuncoro, 2005:12) Strategi merupakan
sejumlah keputusan dan aksi yang ditujukan untuk mencapai tujuan (goal)
dan menyesuaikan sumber daya organisasi dengan peluang dan tantangan
yang dihadapi dalam lingkungan industrinya. Dengan demikian beberapa
ciri strategi yang utama adalah :
1. Goal Directed Actions yaitu aktivitas yang menunjukkan “apa” yang
diinginkan organisasi dan “bagaimana” mengimplementasikannya;
2. Mempertimbangkan semua kekuatan internal (sumber daya dan
kapabilitas), serta mempertahankan peluang dan tantangan.
Terkait dengan ciri strategi di atas, maka penelitian ini telah memenuhi
dua ciri tersebut, yaitu adanya Goal Directed Actions, yaitu mengenai
penetapan tujuan dan tindakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan
strategi pemberdayaan dalam penataan pasar yaitu agar pasar tradisional
beserta pedagang dapat tertata dengan baik dan tertib sehingga tidak kalah
bersaing dengan pasar modern. Selain itu, Dinas Pengelolaan Pasar dalam
strategi pemberdayaan dalam penataan pasar mempertimbangkan semua
sumberdaya yang dipunyai serta mempertahankan segala pendukung yang
ada kemudian digunakan untuk mengatasi segala hambatan yang ada.
Rumusan yang komprehensif mengenai strategi oleh Hax dan Majluf
(1991) sebagai berikut : (dalam Salusu, 1996: 100-101)
1. Ialah suatu pola keputusan yang konsisten, menyatu dan integral;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
2. Menentukan dan menampilkan tujuan organisasi dalam artian sasaran
jangka panjang, program bertindak, dan prioritas alokasi sumber daya;
3. Menyeleksi bidang yang akan digeluti atau akan digeluti organisasi;
4. Mencoba mendapatkan keuntungan yang mampu bertahan lama, dengan
memberikan respon yang tepat terhadap peluang dan ancaman dari
lingkungan eksternal organisasi, dan kekuatan serta kelemahannya;
5. Melibatkan semua tingkat hierarki dari organisasi.
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa strategi menjadi suatu
kerangka yang fundamental tempat suatu organisasi akan mampu
menyatakan kontinuitasnya yang vital, sementara pada saat yang bersamaan
strategi akan memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang selalu berubah.
Beberapa pengertian strategi diatas dapat disimpulkan bahwa stategi
merupakan siasat atau cara yang digunakan untuk menghadapi permasalahan
yang dihadapi guna tercapainya tujuan suatu organisasi dengan
memperhatikan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam suatu
organisasi. Selain itu definisi-definisi strategi di atas mempunyai banyak
kesamaan yaitu mengenai “tujuan jangka panjang” dan kebijakan umum
yang menyiratkan bahwa strategi seharusnya berkaitan dengan keputusan
“besar” yang dihadapi oleh suatu organisasi, yakni suatu keputusan yang
menentukan kegagalan dan keberhasilan suatu organisasi. Jadi dapat
dikatakan bahwa strategi itu penting dipahami oleh setiap eksekutif,
manajer, kepala atau ketua, direktur, pejabat senior dan junior, pejabat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
tinggi, menengah dan rendah. Hal ini harus dihayati karena strategi
dilaksanakan setiap orang pada setiap tingkat, bukan hanya oleh pejabat
tingkat tinggi.
Untuk melaksanakan atau mencapai tujuan yang ingin dicapai maka
perlu dipilih strategi yang paling tepat, yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan organisasi itu sendiri. Tipe-tipe strategi menurut Koteen
(1991) dalam Pengambilan keputusan Strategi yaitu : (dalam Salusu, 1996 :
104-105)
1. Corporate Strategy (Strategi Organisasi)
Strategi ini berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai-nilai, dan
inisiatif-inisiatif strategik yang baru. Pembatasan-pembatasan diperlukan
yaitu apa yang dilakukan dan untuk siapa.
2. Program Strategy (Strategi Program)
Strategi ini lebih memberi perhatian pada implikasi-implikasi strategi
dari suatu program tertentu. Apa kira-kira dampaknya apabila suatu
program tertentu dilancarkan atau diperkenalkan, apa dampaknya bagi
sasaran organisasi.
3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya)
Strategi sumber daya ini memusatkan perhatian pada memaksimalkan
pemanfaatan sumber-sumber daya esensial yang tersedia guna
meningkatkan kualitas kinerja organisasi. Sumber daya itu dapat berupa
tenaga, keuangan, teknologi, dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
4. Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan)
Fokus dari strategi institusional ialah mengembangkan kemampuan
organisasi untuk melaksanakan inisiatif-inisiatif strategi.
Dari beberapa tipe strategi di atas, maka tipe strategi yang diterapkan
oleh Dinas Pengelolaan Pasar dalam penataan pasar adalah tipe Program
Strategy (Strategi Program). Lebih lanjut, karena untuk menata pedagang
dalam penataan pasar lebih memberi perhatian pada strategi dari suatu
program yang akan dilaksanakan serta mengetahui dampak dari program
tersebut apabila dilancarkan/diperkenalkan dan dilaksanakan. Selain itu juga
mengetahui dampaknya bagi sasaran organisasi guna meningkatkan
pemberdayaan pasar tradisional dan penataan pasar. Namun demikian, tiap-
tiap strategi saling menopang sehingga merupakan satu kesatuan kokoh yang
mampu menjadikan organisasi sebagai satu lembaga yang kokoh pula,
mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang tidak menentu.
Untuk menjamin bahwa suatu strategi dapat berhasil, tidak hanya
dipercaya oleh orang lain tetapi juga dapat dilaksanakan, Hatten dan Hatten
(dalam Salusu, 1996:107-109) mengemukakan prinsip-prinsip untuk
mensukseskan strategi, yaitu :
1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Jangan membuat
strategi yang melawan arus. Ikutlah perkembangan dalam masyarakat,
dalam lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
2. Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada
ruang lingkup kegiatannya. Apabila ada banyak strategi yang dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
maka strategi yang satu haruslah konsisten dengan strategi yang lain.
Jangan bertentangan atau bertolak belakang. Semua strategi hendaknya
diserasikan satu dengan yang lainnya.
3. Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua
sumber daya dan tidak menceraiberaikan satu dengan yang lainnya.
Persaingan tidak sehat antar- berbagai unit kerja dalam suatu organisasi
sering kali mengklaim sumber dayanya, membiarkannya terpisah dari
unit kerja lainnya sehingga kekuatan-kekuatan yang tidak menyatu itu
justru merugikan posisi organisasi.
4. Strategi hendaknya memusatkan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titk yang justru adalah kelemahannya.
Selain itu, hendaknya juga memanfaatkan kelemahan pesaing dan
membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempati posisi kompetitif
yang lebih kuat.
5. Sumber daya adalah sesuatu yang kritis. Mengingat strategi adalah
sesuatu yang mungkin, maka haruslah membuat sesuatu yang layak dan
dapat dilaksanakan.
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
Memang setiap strategi mengandung risiko, tetapi haruslah berhati-hati
sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lobang yang besar.
Oleh sebab itu, suatu strategi harus dapat selalu dikontrol.
7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yanng telah
dicapai, jangan menyusun strategi di atas kegagalan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
8. Tanda-tanda dari suksesnya suatu strategi ditampakkan dengan adanya
dukungan dari pihak-pihak yang terkait, dan terutama dari para
eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
2. Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment” yang dapat
bermakna “pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar “daya” tapi
juga “kekuasaan”, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna “mampu” tapi
juga “mempunyai kuasa” (Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007:1).
Definisi Pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi”, bukanlah
sebuah “proses instan” pemberdayaan mempunyai tiga tahapan, secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut : (Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto, 2007:2)
1) Penyadaran.
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi “pencerahan”
dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak
untuk mempunyai “sesuatu”. Program-program yang dapat dilakukan
pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognisi,
belief dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti
bahwa mereka perlu (membangun”demand”) diberdayakan, dan proses
pemberdayaan itu dimulai dari diri mereka sendiri.
2) Pengkapasitasan.
Disebut “capacity building” atau memampukan. Untuk diberikan daya
atau kuasa yang bersangkutan harus mampu terlebih dahulu. Misalnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
sebelum memberikan otonomi daerah, seharusnya daerah-daerah yang
hendak otonomkan diberi program kemampuan atau capacity building
untuk membuat mereka cakap dalam mengelola otonomi yang diberikan.
Proses capacity building terdiri dari tiga jenis, yaitu manusia, organisasi,
dan sistim nilai.
3) Pemberian daya itu sendiri atau “empowerment” dalam makna sempit.
Pada tahap ini, kepada target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau
peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah
dimiliki. Pokok gagasanya adalah bahwa proses pemberian daya atau
kekuasaan diberikan sesuai dengan kecakapan penerima
Sama halnya Steven Lukes (1974) mengemukakan bahwa : (dalam
Dave Adamson, 2010:118)
“For empowerment to have occurred an ability to influence all three ‘‘faces of power’’ identified by Lukes must be evident. A simple ability to make decisions, a role in influencing the overall regeneration agenda and an ability for community views to change the ideological assumptions of regeneration professionals would need to be evident.”
Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa dalam pemberdayaan untuk
menjadikan kemampuan mempengaruhi ketiga “bentuk kekuasaan” yang
diidentifikasi oleh Lukes harus jelas. Sebuah kemampuan sederhana dalam
membuat keputusan, peran dalam mempengaruhi semua agenda regenerasi
dan kemampuan pandangan masyarakat untuk merubah asumsi ideologis
dari profesional regenerasi harus jelas.
Pemberdayaan adalah proses yang alamiah, dalam arti kita alami
dalam kehidupan wajar sehari-hari. Meskipun kehidupan itu adalah proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
yang alami, kehidupan pun harus perlu di manajemeni. Jadi pemberdayaan
bukanlah semata-mata konsep politik, melainkan lebih pada suatu konsep
manajemen. Dan sebagai konsep manajemen, pada akhirnya pemberdayaan
harus mempunyai indikator keberhasilan. Indikator tersebut adalah :
(Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007:10)
1. Akses, artinya target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai
akses akan risorsis yang diperlukan untuk mengembangkan diri.
2. Partisipasi, yang berarti target yang diberdayakan pada akhirnya dapat
berpartisipasi mendayagunakan resources yang diaksesnya.
3. Kontrol, dalam arti target yang diberdayakan pada akhirnya mempunyai
kemampuan mengontrol proses pendayagunaan resources tersebut.
4. Kesetaraan, dalam arti pada tingkat tertentu saat terjadi konflik, target
mempunyai kedudukan sama dengan yang lain dalam hal pemecahan
masalah.
Duncan (dalam Ronald Nangoi, 2004:7) mengemukakan bahwa
Pemberdayaan menyediakan lebih banyak sumberdaya kreatif dari suatu
organisasi. Pemberdayaan mengaktifkan dan memberi energi kepada orang-
orang untuk berusaha secara individu mengejar yang paling baik.
Dasar-dasar pemberdayaan menurut Dubois dan Miley (1977) adalah :
( dalam Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007 : 116)
1. Pemberdayaan adalah proses kerjasama antara klien dan pelaksana kerja
secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
2. Proses pemberdayaan memandang sistem klient sebagai komponen dan
kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasil dan
memberikan kesempatan
3. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dapat
mempengaruhi.
4. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup,
pengalaman khusus yang kuat dari pada keadaan yang menyatakan apa
yang dilakukan.
5. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber-sumber penghasilan dan
kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut
dengan cara efektif.
6. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah
berubah, dan evolousioner yang selalu memiliki banyak solusi.
7. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur parallel dari
perseorangan dan perkembangan masyrakat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberdayaan adalah proses
menyeluruh : suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok
masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan,
keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai
akses sistem sumberdaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Proses pemberdayaan hendaknya meliputi :
1. enabeling (menciptakan suasana kondusif)
2. empowering (penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
3. protecting (perlindungan dari ketidakadilan)
4. supporting (bimbingan dan dukungan)
5. foresting (memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang)
Pelaksanaan pemberdayaan dalam penataan Pasar Legi oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta lebih memusatkan pada tahap strategi
pemberdayaan yang terdiri dari penyadaran, pengkapasitasan, dan
empowerment. Meskipun lebih mengutamakan dan memprioritaskan pada
tahap strategi pemberdayaan tetapi juga tidak lepas dari proses
pemberdayaan yang merupakan bagian dari empowerment. Pemberdayaan
dalam penataan pasar dilakukan dengan penyadaran pedagang akan
pentingnya penataan pasar dengan mempercayakan kepada pedagang dan
masyarakat mampu untuk menciptakan penataan pasar yang baik dengan
memanfaatkan dan menggunakan daya, kekuasaan, dan peluang sebagai
bentuk penyadaran, pengkapasitasan, dan empowerment.
Dalam tahap empowerment, untuk melaksanakan pemberdayaan
melalui proses secara bertahap antara lain untuk menciptakan suasana yang
kondusif di pasar dengan menguatkan kapasitas dan kapabilitas pedagang,
dilakukannya perlindungan pedagang akan ketidakadilan caranya dengan
pemberian dukungan dan bimbingan sehingga akan tercipta kondisi yang
kondusif di sekitar pasar. Jadi dalam hal ini pelaksanaan untuk
memberdayakan pedagang guna penataan pasar lebih dilakukan dengan
menggunakan tahap pemberdayaan secara bertahap dan tidak lepas dari
proses yang ada dalam pemberdayaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
Prijo (1996) menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali
digunakan dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi
individu (dalam Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007 : 117). Selain itu,
pemberdayaan juga merupakan konsep yang mengandung makna perjuangan
bagi mereka yang terlibat dalam perjuangan tersebut. Dengan demikian,
proses pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan
ekonomi, sosial budaya, politik, dan psikologi baik secara individual
maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas sosial.
Lebih lanjut Pranarka dan Moeljarto (1996), menguraikan pandangan
mengenai pemberdayaan yaitu : (dalam Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007 :
118)
1. Pemberdayaan adalah penghancuran kekuasaan (power to nobody)
2. Pemberdayaan adalah pembagian kekuasaan kepada setiap orang (power
to everybody)
3. Pemberdayaan adalah penguatan kepada yang lemah tanpa
menghancurkan yang kuat
Dari berbagai pandangan mengenai pemberdayaan di atas dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses untuk mendorong
masyarakat agar lebih mandiri, karena dengan lebih mandiri dan diberi
kepercayaan masyarakat mampu merencanakan, membangun, dan
memelihara hasil kegiatan mereka sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
3. Strategi Pemberdayaan
Dari definisi-definisi Strategi dan Pemberdayaan di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa Strategi Pemberdayaan adalah mengenai penetapan
tujuan (tujuan strategi yaitu untuk keberdayaan masyarakat) dan
mengalokasikan/menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi
berbasis sumber daya) sehingga dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat, dan mendorong masyarakat untuk lebih mampu merencanakan,
membangun dan memelihara hasil kegiatan secara mandiri (Wrihatnolo dan
Dwidjowiyoto, 2007:23). Strategi Pemberdayaan diterapkan ke dalam
berbagai program yang menggunakan prinsip dasar bahwa apabila
mempunyai kesempatan untuk mengambil keputusan secara mandiri,
masyarakat akan berbuat yang terbaik bagi diri mereka, keluarga, dan
masyarakatnya.
Ada 3 strategi pemberdayaan yang umum dipakai atau dilaksanakan
yaitu : (Wrihatnolo dan Dwidjowiyoto, 2007:119-120)
1. Pemberdayaan konformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting”. Karena
struktur sosial, ekonomi, dan politik yang ada sudah dianggap given,
pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan
daya adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini
adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan
pemberian bantuan, baik modal maupun subsidi. Program-program
karitatif dan sinterklas termasuk dalam kategori ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
2. Pemberdayaan reformis
Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang”. Konsep ini tidak
mempermasalahkan tatanan sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang
ada. Persoalannya adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan
operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja
operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas
SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya.
3. Pemberdayaan struktural
Pemberdayaan yang berkutat di “akar”. Strategi tersebut melihat bahwa
ketidakberdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik,
budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum yang
lemah. Pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural
secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada.
Karena sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical
paradigm.
Dari tiga Strategi Pemberdayaan di atas, Strategi Pemberdayaan Dinas
Pengelolaan Pasar dalam Penataan Pasar termasuk ke dalam Strategi
Pemberdayaan Reformis. Hal ini dilihat dari praktik dilapangan atau pada
kebijakan operasional. Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan
kinerja operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas
SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya. Jadi pemberdayaan tidak
hanya dengan program-program bantuan dan sinterklas semata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
4. Penataan Pasar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penataan berasal dari kata
“tata” yang berarti aturan (2001:1147). Penataan merupakan hal, cara atau
hasil pekerjaan menata (menata adalah mengatur, menyusun sesuai dengan
aturan dan sistem). Hal ini sepadan dengan kata to manage yang artinya
mengatur. Sedangkan sebagai sebuah proses penataan dapat langsung
diarahkan pada pengertian manajemen.
Di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern dijelaskan bahwa :
“Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun dengan sebutan lainnya. Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.” Dari penjelasan tentang pasar tradisional yang dimaksud dalam
Peraturan Presiden diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pedagang di
pasar tradisional merupakan bagian dari usaha kecil. Usaha kecil merupakan
kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kedudukan, potensi, dan peran yang
strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang makin seimbang.
Sehubungan dengan hal tersebut maka usaha kecil perlu diberdayakan agar
mampu memanfaatkan peluang usaha dan menjawab tantangan
perkembangan ekonomi di masa yang akan datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
Menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 3 Tahun 1993
tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 5
Tahun 1983 tentang Pasar, bahwa pengertian pasar adalah tempat dengan
batas-batas tertentu ditetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagai tempat
berkumpul dan bertemunya pedagang / pengusaha dengan pembeli dengan
maksud untuk terwujudnya jual beli yang secara langsung
memperdagangkan barang dan jasa.
Pasar adalah tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli
untuk melaksanakan transaksi dimana proses jual beli terbentuk, menurut
kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisisonal dan
pasar modern. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun oleh
pemerintah, swasta, koperasi, atau swadaya masyarakat dengan tempat
usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh
pedagang kecil dan menengah, usaha skala kecil dan modal kecil, dengan
proses jual beli melalui tawar menawar. Sedangkan pasar modern adalah
pasar yang dibangun oleh pemerintah, swasta, atau koperasi yang bentuknya
berupa mall, supermarket, department store, dan shopping centre yang
pengelolaannya dilaksanakan secara modern dan mengutamakan pelayanan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada dalam satu tangan,
bermodal relatif kuat, dan dilengkapi tabel harga yang pasti.
Dari beberapa pengertian pasar diatas dapat disimpulkan bahwa pasar
merupakan tempat berinteraksi antara penjual dan pembeli baik secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
langsung (bertatap muka) maupun secara tidak langsung untuk melakukan
transaksi guna menentukan tingkat harga suatu barang atau jasa.
Pasar merupakan salah satu tempat untuk usaha kecail. Usaha kecil
merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki kedudukan, potensi, dan
peran yang strategis dalam mewujudkan perekonomian nasional yang makin
seimbang. Sehubungan dengan hal tersebut maka usaha kecil perlu
diberdayakan agar mampu memanfaatkan peluang usaha dan menjawab
tantangan perkembangan ekonomi di masa yang akan datang. Di dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah :
“Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.” Adapun tujuan pemberdayaan usaha kecil yang termuat dalam pasal 5
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 adalah :
1) Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan
2) Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha kecil
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri
3) Meningkatkan peran usaha kecil dalam pembangunan daerah,
penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
Pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008 dimaksudkan untuk meningkatkan peran usaha kecil dan mikro,
terutama pedagang dalam perekonomian Indonesia. Menurut Undang-
Undang Nomor 20 tahun 2008 bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa
pemberdayaan usaha kecil adalah :
“Upaya yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk pertumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.” Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan
pemerintah daerah untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah
secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan
dan kebijakan diberbagai aspek kehidupan ekonomi agar usaha mikro, kecil,
dan menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan,
perlindungan, dan dukungan usaha yang seluas-luasnya (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008). Iklim usaha yang ditumbuhkan pemerintah
dan pemerintah daerah sebagai obyek yang diberdayakan meliputi aspek-
aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan,
perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan
kelembagaan (Bab V Pasal 7 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2008). Maksud dari Pemerintah menumbuhkan iklim usaha dan aspek
kesempatan berusaha antara lain melalui kebijaksanaan untuk menentukan
tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang perkotaan, dan
lokasi yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
Dengan melihat beberapa konsep diatas maka penataan pasar adalah
upaya yang dilakukan pemerintah maupun pemerintah daerah melalui
penumbuhan iklim usaha, pembinaan, pengembangan, pembiayaan, dan
penataan pedagang agar pasar tradisional mampu menumbuhkan,
memperkuat dirinya menjadi pasar tradisional yang tangguh dan mandiri
serta agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.
5. Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi Oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Jumlah pedagang, kios, los, dan lainnya di pasar semakin banyak dan
berkembang seiring dengan semakin menjamurnya pasar tradisional maupun
pasar modern di Kota Surakarta. Keberadaan para pedagang pasar banyak
memberikan potensi positif dan keuntungan bagi pemerintah Kota Surakarta
khususnya dalam sektor perdagangan. Para pedagang pasar banyak
memberikan sumbangan untuk pembangunan Kota Surakarta melalui
retribusi pasar.
Namun disamping itu keberadaan pedagang dalam penataan pasar
terkadang membawa potensi yang negatif salah satunya yaitu cara mereka
menggelar barang dagangannya. Para pedagang kadang mengabaikan aturan
yang ada mengenai tata cara penempatan pedagang pasar yang berimbas
kurangnya kenyamanan dan kebersihan pasar itu sendiri. Dengan adanya hal
tersebut maka diperlukan suatu penataan pedagang. Tujuan dari menata
pedagang dalam penataan pasar khususnya pasar tradisional adalah agar
tercipta kebersihan, ketertiban, dan keteraturan serta jauh dari kesan kumuh,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
yang nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan para pedagang pasar dengan
memanfaatkan tempat usaha yang lebih baik.
Mengingat bahwa keberadaan pedagang dalam penataan pasar
menimbulkan permasalahan dalam hal ini menyangkut potensi positif dan
negatif yang dimiliki maka persoalan pedagang pasar ini juga merupakan
masalah publik yang perlu diambil suatu tindakan dari Kepala Pasar yang
merupakan bagian Dinas Pengelolaan Pasar. Dinas bertanggung jawab
penuh terhadap masalah yang berhubungan dengan pasar perlu mengambil
strategi yang efektif, efisien, komprehensif, dan menyeluruh yang
melibatkan seluruh potensi yang ada, baik instansi pemerintah terkait, warga
masyarakat sebagai konsumen maupun pedagang pasar sendiri dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada di lapangan.
Langkah tersebut diperlukan menyangkut keberlangsungan kehidupan
pasar dan para pedagang yang ada di dalamnya. Sehingga untuk
menjembatani persoalan tersebut Pemerintah Kota Surakarta menetapkan
kebijakan tentang pasar salah satunya berhubungan dengan tata cara
penempatan pedagang sebagaimana tertuang dalam Perda Kotamadya
Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 3 Tahun 1993.
Secara umum strategi diartikan sebagai suatu cara yang digunakan
untuk mencapai tujuan organisasi. Strategi merupakan landasan awal sebuah
organisasi dan elemen didalamnya untuk menyusun langkah-langkah dengan
mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
faktor penghambat dan faktor pendukung tersebut diperlukan strategi
pemberdayaan. Faktor hambatan adalah semua faktor yang menghambat
proses pemberdayaan pasar dalam penataan pasar. Faktor penghambat
tersebut diantaranya kurangnya komunikasi antara pegawai Dinas
Pengelolaan Pasar dengan Kepala Pasar Legi serta pedagang dan kurangnya
kesadaran pedagang. Faktor pendukung adalah semua faktor yang
mendukung jalannya proses pemberdayaan dalam penataan pasar yaitu
kerjasama dengan instansi lain seperti kerjasama dengan Satuan Polisi
Pamong Praja Kota Surakarta dalam penertiban pedagang, partisipasi
pedagang, serta sarana dan prasarana yang memadai.
Pemberdayaan disini merupakan suatu proses untuk mendorong
masyarakat (pedagang) agar lebih mandiri, karena dengan lebih mandiri dan
diberi kepercayaan, maka pedagang mampu merencanakan, membangun,
dan memelihara hasil kegiatan mereka sendiri. Dalam hal ini strategi
pemberdayaan merupakan penetapan tujuan (tujuan strategi yaitu untuk
keberdayaan masyarakat dalam hal ini pedagang) dan mengalokasikan atau
menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi berbasis sumber daya)
sehingga dapat meningkatkan keberdayaan pedagang, dan mendorong
pedagang untuk lebih mampu merencanakan, membangun dan memelihara
hasil kegiatan secara mandiri serta merasa menjadi bagian dari proses
tersebut. Strategi pemberdayaan juga diartikan sebagai segala keputusan
atau kebijakan yang dilakukan melalui berbagai tindakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha di pasar agar usaha tersebut
menjadi kokoh, tangguh dan mandiri.
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowiyoto dalam penjelasan diatas, ada 3
strategi pemberdayaan yang umum dipakai yaitu Pemberdayaan konformis,
pemberdayaan reformis, dan pemberdayaan struktural. Berdasarkan
beberapa strategi itu, maka Strategi Pemberdayaan Dinas Pengelolaan Pasar
dalam Penataan Pasar termasuk ke dalam Strategi Pemberdayaan Reformis.
Hal ini dilihat dari praktek dilapangan atau pada kebijakan operasional.
Pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional
dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan
kelembagaan, dan sebagainya. Jadi pemberdayaan tidak hanya dengan
program-program bantuan dan sinterklas semata.
Strategi pemberdayaan yang diterapkan Dinas Pengelolaan Pasar,
Kepala Pasar Legi beserta staffnya dalam penataan pasar adalah strategi
pemberdayaan melalui berbagai cara, antara lain pemeliharaan pasar,
peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar,
peningkatan fasilitas pasar serta pembinaan kepada pedagang pasar. Dalam
penataan pasar meliputi tahapan pemberdayaan yaitu tahap penyadaran,
tahap, pengkapasitasan, dan tahap empowerment. Proses pemberdayaan
menurut Wrihatnolo dan Dwijowijoto diantaranya meliputi proses enabeling
(menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari ketidakadilan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
supporting (bimbingan dan dukungan) dan foresting (memelihara kondisi
yang kondusif tetap seimbang).
Salah satu usaha untuk menciptakan suasana kondusif (enabeling) di
lingkungan Pasar Legi adalah kondisi keamanan dan ketertiban lingkungan
pasar yang baik serta kebersihan yang terjaga. Faktor keamanan, ketertiban
dan kebersihan juga menjadi indikator untuk memelihara kondisi yang
kondusif tetap seimbang (foresting). Hal ini karena, apabila kondisi
keamanan, ketertiban, dan kebersihan pasar tidak seimbang, salah satunya
terjadi kendala maka akan mempengaruhi suasana kondusif di pasar
tersebut.
Untuk indikator supporting (bimbingan dan dukungan) digunakan
untuk menjelaskan proses pembinaan pedagang pasar. Bagaimanakah peran
pegawai Pasar Legi serta paguyuban pedagang Pasar Legi dalam
membimbing atau membina pedagang terkait dengan pentingnya penataan
para pedagang. Selain itu pembinaan dan dukungan ini juga dilakukan
dalam usaha pemberian kesadaran kepada pedagang untuk menciptakan
keamanan, ketertiban, kebersihan, dan pemeliharaan pasar yang baik dan
kondusif. Hal ini sesuai dengan teori dari Wrihatnolo dan Dwidjowijoto,
(2007:2) yang menyatakan bahwa tahap pemberdayaan itu salah satunya
adalah penyadaran.
Berdasarkan Renstra SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Dinas
Pengelolaan Pasar Surakarta Tahun 2010 sampai 2015, kebijakan yang
dirumuskan adalah menumbuhkembangkan dan memberdayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
perekonomian masyarakat melalui peningkatan pelayanan, sarana dan
prasarana dan fasilitas pasar yang cukup memadai guna menciptakan
kondisi pasar yang bersih, tertib, aman dan nyaman serta mengoptimalkan
kontribusi pasar guna mendukung kelancaran pembangunan pemerintah
daerah. Dari penjelasan diatas maka tujuan akhir dari kebijakan tersebut
adalah untuk menumbuhkembangkan dan memberdayakan perekonomian
masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Prijo
(1996) yang menjelaskan bahwa istilah pemberdayaan sering kali digunakan
dalam konteks kemampuan meningkatkan keadaan ekonomi individu (dalam
Wrihatnolo dan Dwijowijoto, 2007 : 117).
Dengan terciptanya suasana kondusif di lingkungan Pasar Legi
Surakarta maka diharapkan pasar tersebut mampu tumbuh dan berkembang
menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Hal ini sesuai dengan konsep
pemberdayaan usaha kecil menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008
bab 1 pasal 1 yang menyatakan bahwa pemberdayaan dilakukan untuk
menumbuhkan iklim dan pengembangan usaha terhadap usaha mikro, kecil,
dan menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri. Untuk menumbuhkan iklim dan pengembangan
usaha maka fasilitas ataupun sarana dan prasarana pasar juga harus
memadai. Artinya kelengkapan dan ketersediaan fasilitas pasar harus
disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam peningkatan fasilitas pasar, di
Pasar Legi disediakan sarana dan prasarana kebersihan serta fasilitas pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
Strategi pemberdayaan dilakukan untuk menumbuhkan iklim usaha di
Pasar Legi agar kondisi jual beli menjadi kondusif sehingga penataan pasar
termasuk pedagang dapat berjalan dengan baik serta tidak kalah bersaing
dan bagusnya dengan keberadaan pasar modern. Penataan pasar merupakan
usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk
memberdayakan pasar tradisional pada umumnya dan pedagang pasar pada
khususnya dengan memberikan tempat usaha yang layak pakai. Dalam hal
ini Dinas Pengelolaan Pasar menyusun rencana teknis tata letak pedagang.
Selain itu, Dinas Pengelolaan Pasar dan Kepala Pasar Legi dalam
penataan pasar juga menginstruksikan kepada petugas penataan pedagang,
apabila terdapat pedagang yang sengaja tidak mau menuruti instruksi dalam
penataan pedagang maka akan dilakukan sosialisasi secara terus menerus
akan pentingnya dilaksanakannya penataan pedagang kepada para pedagang
di Pasar Legi tersebut. Hal ini dilakukan apabila pedagang tersebut sudah
mendapat surat peringatan dan tetap tidak mau mengikuti proses penataan
pedagang tersebut.
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Berdasarkan teori-teori di atas, untuk memudahkan penelitian ini,
maka peneliti membuat kerangka pemikiran. Kerangka dasar pemikiran
digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam pengembangan berbagai
konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini, serta hubungannya
dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Tujuannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
adalah untuk lebih memudahkan pembaca dan penguji dalam memahami
penelitian mengenai ”Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar Legi
Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.”
Selain itu, kerangka pemikiran merupakan landasan berpikir bagi
penulis, yang digunakan sebagai pemandu dan petunjuk arah yang hendak
dituju. Berdasarkan teori yang ada, maka kerangka dasar pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Masalah : 1.Banyak berdiri pasar modern
sebagai akibat adanya free trade dan banyaknya masyarakat yang lebih memilih belanja di pasar modern daripada tradisional
2.Jumlah pedagang yang banyak menjadikan pasar tradisional (Pasar Legi) menjadi semrawut
3.Rendahnya tingkat kesadaran pedagang akan pentingnya penataan pedagang
4.Keadaan pasar yang tidak tertata dengan baik dan tidak rapi sehingga menyebabkan kesemrawutan
Strategi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Dalam Penataan Pasar: 1.Pemeliharaan Pasar 2.Peningkatan Kebersihan
Pasar 3.Peningkatan Keamanan
Dan Ketertiban Pasar 4.Peningkatan Fasilitas
Pasar 5.Pembinaan Pedagang
Pasar
Pasar Legi tertata rapi dan
tertib
Faktor Pendukung dan
Penghambat
Tahap Pemberdayaan : Penyadaran,
Pengkapasitasan, dan Empowerment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
Pasar Legi merupakan pasar tradisional dan pusat perdagangan hasil
bumi (seperti sayuran, buah-buahan, bumbu dapur, pakaian dan lain-lain)
terbesar di Jawa Tengah serta salah satu penopang utama perekonomian kota
Surakarta. Pasar Legi secara nyata mampu memberikan pelayanan kepada
masyarakat akan kebutuhan sehari-hari masyarakat. Tahun 2010 jumlah
pedagang di Pasar Legi Kota Surakarta berjumlah 2403 pedagang.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pasar merupakan satu-satunya lahan
bagi para pedagang yang sudah lama menggantungkan nasibnya untuk
berjualan di pasar. Hasil yang diperoleh dari berdagang juga lumayan besar,
namun ada beberapa masalah diantaranya banyak berdiri pasar modern
sebagai akibat adanya free trade dan banyaknya masyarakat yang lebih
memilih belanja di pasar modern dengan beragam keunggulan yang
ditawarkan dibandingkan di pasar tradisional, jumlah pedagang yang banyak
menjadikan Pasar Legi menjadi semrawut, rendahnya tingkat kesadaran
pedagang akan pentingnya penataan pedagang, tempat parkir yang tidak
tertata dengan baik sehingga menyebabkan kesemrawutan.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penataan
pasar di Pasar Legi Kota Surakarta sehingga dapat menemukan hasil akhir
yang mnguntungkan bagi kedua pihak yaitu bagi pedagang di Pasar Legi
maupun bagi Pemerintah Kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar sebagai
perpanjangan tangan dari Pemerintah Kota Surakarta mempunyai wewenang
untuk mengurusi dan bertanggung jawab atas semua permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
berhubungan dengan pasar. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan pada salah satu tugas Dinas Pengelolaan Pasar yaitu yang
berhubungan dengan penataan pasar termasuk pedagang di Pasar Legi.
Keberadaan Pasar Legi tentunya juga memberikan sumbangan bagi
pemasukan bagi APBD melalui retribusi pasar yang ditarik setiap hari yang
besarnya tergantung luas areal berdagang. Sebagai salah satu pasar
tradisional yang turut memberi kontribusi bagi penerimaan pendapatan asli
daerah, maka seluruh pegawai Pasar Legi harus berusaha semaksimal
mungkin di dalam memberdayakan pasar tradisional melalui penataan pasar
termasuk pedagang sesuai yang telah ditetapkan oleh Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta.
Untuk meningkatkan kegiatan ekonomi serta jual beli di Pasar Legi
maka diperlukan strategi yang tepat untuk mencapai hasil optimal dalam
penataan pasar. Strategi pemberdayaan dilakukan melalui pemeliharaan
pasar, peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban
pasar, peningkatan fasilitas pasar serta pemberian sosialisasi atau pembinaan
pedagang pasar yang diharapkan dapat berdampak langsung pada
perkembangan pemberdayaan pasar tradisional yaitu Pasar Legi Kota
Surakarta. Pelaksanaan penataan pasar tersebut meliputi beberapa tahapan
pemberdayaan antara lain tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, dan
tahap empowerment.
Proses pemberdayaan menurut Wrihatnolo dan Dwijowijoto meliputi
proses enabeling (menciptakan suasana kondusif), empowering (penguatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
kapasitas dan kapabilitas masyarakat), protecting (perlindungan dari
ketidakadilan), supporting (bimbingan dan dukungan) dan foresting
(memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang). Indikator enabeling di
lingkungan Pasar Legi adalah kondisi keamanan dan ketertiban lingkungan
pasar yang baik serta kebersihan yang terjaga. Faktor keamanan, ketertiban
dan kebersihan juga menjadi indikator foresting. Untuk indikator supporting
digunakan untuk menjelaskan proses pembinaan pedagang pasar. Proses
pembinaan yaitu bagaimanakah peran pegawai serta paguyuban pedagang
Pasar Legi dalam membimbing atau membina pedagang terkait dengan
pentingnya proses penataan pedagang serta usaha sosialisasi kepada
pedagang untuk menciptakan keamanan, ketertiban, kebersihan, dan
pemeliharaan pasar yang baik dan kondusif.
Pelaksanaan strategi pemberdayaan dalam penataan pasar terdapat
faktor penghambat dan faktor pendukungnya. Faktor hambatan adalah
semua faktor yang menghambat proses pemberdayaan pasar dalam penataan
pasar. Faktor penghambat tersebut diantaranya kurangnya komunikasi antara
pegawai Dinas Pengelolaan Pasar dengan Kepala Pasar Legi serta pedagang,
Kurangnya kesadaran pedagang. Faktor pendukung adalah semua faktor
yang mendukung jalannya proses pemberdayaan dalam penataan pasar yaitu
kerjasama dengan instansi lain seperti kerjasama dengan Satpol PP (Satuan
Polisi Pamong Praja) Kota Surakarta dalam penertiban pedagang, partisipasi
pedagang, dan sarana dan prasarana yang memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
Strategi pemberdayaan tersebut dilakukan untuk mengembangkan
potensi Pasar Legi Kota Surakarta dan menjadikan pasar lebih teratur dan
tertata dengan baik serta sehingga Pasar Legi dapat berkembang lebih baik
lagi dan tidak kalah bersaing dengan keberadaan pasar modern dengan
berbagai keunggulan yang diberikan, salah satunya pedagang di Pasar Legi
tertata dengan baik dan tertib sehingga tidak kelihatan semrawut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penelitian yang
menekankan pada proses dan makna, maka bentuk penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan
maksud memberikan gambaran masalah secara sistematis, cermat, rinci dan
mendalam mengenai strategi Pemberdayaan Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta dalam penataan pedagang di Pasar Legi. Menurut H.B Sutopo
(2002: 48) penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna, lebih
memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya. Dengan kata
lain penelitian kualitatif lebih mementingkan makna, tidak ditentukan oleh
kuantitasnya, tetapi lebih ditentukan oleh proses terjadinya dan cara
memandang atau perspektifnya.
Bentuk penelitian ini mengupayakan pencarian data yang berupa kata-
kata dalam susunan kalimat atau gambar yang berlanjut pada analisis data
untuk memberikan gambaran yang senyatanya tentang permasalahan yang
ada. Studi deskriptif berupaya untuk memperoleh informasi kualitatif
dengan pendeskripsian yang teliti, lengkap dan akurat dari suatu situasi.
Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau
keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga bersifat sekedar
mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil penelitian ditekankan pada
memberikan gambaran secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
obyek yang diselidiki yaitu keadaan penataan pedagang Pasar Legi di Kota
Surakarta.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
dan Pasar Legi dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan instansi atau lembaga
pemerintah yang mempunyai kewenangan resmi dalam penataan pasar
khususnya pasar tradisional.
2) Dinas pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan dinas yang
bertanggung jawab penuh terhadap berbagai permasalahan yang
berhubungan dengan pasar khususnya masalah penataan pasar sehingga
terwujudnya keteraturan di dalam pasar.
3) Pasar Legi dengan pertimbangan bahwa Pasar Legi merupakan salah satu
pasar tradisional yang melakukan strategi pemberdayaan dalam penataan
pasar meskipun masih banyak ditemukan kendala.
4) Adanya ijin dari pihak-pihak terkait untuk melakukan penelitian di daerah-
daerah tersebut.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai pendukung
meliputi:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan. Sumber data primer adalah sumber data yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
memberikan informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang
berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang merupakan sejumlah
data, fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung dari pihak-
pihak yang berkaitan langsung dengan masalah yang menjadi obyek.
Data Primer tersebut diperoleh secara langsung melalui wawancara.
b. Data Sekunder
Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui arsip, makalah, majalah ilmiah, literatur, peraturan perundang-
undangan, dokumen-dokumen dari pihak terkait, dan buku-buku yang
berkaitan dengan masalah penelitian mengenai penataan pasar di Pasar
Legi Kota Surakarta.
4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa langkah yang kami lakukan untuk mendapatkan data dalam
penelitian ini, antara lain :
a. Wawancara
Merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi
melalui tanya-jawab secara langsung dengan narasumber atau responden
yang diteliti untuk melengkapi data yang diperlukan.
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih
secara langsung. Maksudnya ialah proses memperoleh data untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab tatap muka antara pewawancara
dengan responden (informan). Pewawancara disebut interviewer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
sedangkan orang yang diwawancarai disebut interviewee. Pada umumnya
wawancara dipandu dengan panduan atau pedoman wawancara (Susanto,
2006 : 128).
Dalam Metode Penelitian Sosial (Susanto, 2006 : 130-131)
disebutkan jenis-jenis teknik wawancara ialah sebagai berikut:
1) Wawancara terpimpin (terstruktur). Tanya jawab terarah dan terfokus
untuk mengumpulkan data-data yang relefan saja. Biasanya
menggunakan pedoman wawancara yang memuat hal-hal yang akan
ditanyakan secara terinci, sehubungan dengan pengumpulan informasi
tentang topik penelitiannya.
2) Wawancara tak terpimpin (tidak terstruktur). Wawancara yang tidak
terarah. Peneliti hanya menentukan topik dan tujuan yang ingin
dicapai dari diadakannya wawancara tersebut, pertanyaan akan
berkembang dalam proses wawancara. Kelemahannya ialah tidak
efisien waktu, biaya, dan tenaga. Keuntungannya cocok untuk
penelitian pendahuluan, tidak memerlukan keterampilan bertanya dan
dapat memelihara kewajaan suasana.
Adapun pihak-pihak yang dijadikan responden untuk
diwawancarai :
1) Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
2) Kepala Pasar Legi Kota Surakarta
3) Pedagang di Pasar Legi Kota Surakarta
4) Pembeli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
b. Studi Kepustakaan.
Teknik pengumpulan data dan informasi yang didasarkan pada
hasil pengamatan pada buku-buku resensi dan literatur yang sesuai
dengan isi penelitian kali ini. Buku-buku yang diperoleh oleh kami
berasal dari perpustakaan dan buku-buku literatur dari para nara sumber.
c. Dokumentasi
Yaitu dilakukan dengan mencatat dan mengambil sumber-
sumber tertulis yang ada, baik berupa dokumen atau arsip. Dokumen
atau arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B. Sutopo, 2002:54). Data yang
diambil merupakan dokumen atau arsip Dinas Pengelolaan Pasar dan
Kantor Pasar Legi yang berhubungan dengan penelitian ini, media massa
serta literatur sebagai pelengkap informasi dalam penelitian.
d. Observasi Lapangan.
Teknik observasi adalah suau proses yang kompleks, suatu proses
yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara
yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik
pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2008: 145).
Teknik pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan
langsung dilokasi penelitian mengenai kegiatan yang ada dan sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
berlangsung. Dalam hal ini kami mengamati keadaan kawasan penataan
pedagang di Pasar Legi.
5. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Dalam teknik ini peneliti cenderung untuk memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Dalam penelitian kualitatif, cuplikan yang diambil lebih bersifat
selektif. Peneliti mendasarkan pada landasan kaitan teori yang digunakan,
keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi dan sebagainya.
Cuplikan tidak digunakan dalam usaha untuk melakukan generalisasi
statistik atau sekedar mewakili populasinya tetapi lebih cenderung mewakili
informasinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam teknik purposive
sampling unsur kedalaman informasi sangat ditekankan, bahkan di dalam
pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai
dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton
dalam H. B Sutopo, 2002 : 56).
6. Validitas Data
Ketepatan dan kemantapan data tidak hanya tergantung dari ketepatan
memilih sumber data dan tehnik pengumpulan data. Data yang berhasil
digali, dikumpulkan dan dicatat, perlu diuji dengan pengembangan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
melakukan validitas data agar membuktikan apakah sesuatu yang diamati
sesuai dengan yang senyatanya. Validitas data merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian (H.B.Sutopo,
2002: 78). Untuk menguji kebenaran dari hasil yang diperoleh maka dalam
penelitian ini dilakukan triangulasi data.
Menurut H.B.Sutopo (2002:79) triangulasi data atau sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data
yang sejenis. Triangulasi data digunakan untuk mengarahkan peneliti agar
mengumpulkan data dari beragam sumber data yang berbeda untuk
menggali data sejenis sehingga apa yang diperoleh dari sumber data yang
satu dapat lebih teruji kebenarannya bila digali dari sumber data yang
berbeda. Penekanannya pada perbedaan sumber data, bukan pada teknik
pengumpulan data atau yang lain. Cara ini digunakan untuk mengarahkan
peneliti agar dalam pengumpulan data wajib menggunakan beragam sumber
data yang tersedia, artinya data yang sama/sejenis akan lebih mantap
kebenarannya apabila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Triangulasi
data digunakan dengan membandingkan antara data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi dan telaah
arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber. Dalam penelitian ini
triangulasi metode dilakukan melalui metode wawancara dengan berbagai
informan baik dari pihak kantor maupun masyarakat, observasi, dan telaah
arsip, dokumen, dan artikel dari berbagai sumber untuk memperoleh data
yang valid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxix
7. Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
model interaktif yaitu data yang telah terkumpul akan dianalisisa melalui 3
tahap yaitu:
a. Reduksi Data
Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi
data yang kasar yang dilaksanakan dalam penelitian dan mengatur
sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan.
b. Penyajian Data
Penyajian data ini adalah rangkaian informasi yag digunakan
memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat
penyajian data, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang
terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh menganalisa/mengambil
tindakan berdasar atas pemahaman yang didapat dari penyajian data
tersebut. Penyajian data ini dirancang guna menggabungkan informasi
yang tersusun dalam bentuk yang perlu dan susah diraih.
c. Penarikan Kesimpulan
Dalam awal pengumpulan data peneliti sudah mulai mengerti hal-
hal yang diteliti, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan
yang longgar tetap terbuka tetapi kesimpulan sudah disediakan mula-mula
belum jelas kemudian menguat menjadi lebih rinci dan mengakar kuat.
(Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2008 : 246-253). Berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxx
merupakan gambar komponen dalam analisis data ( Interactive Model )
yaitu :
Gambar 3.1
Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)
(Sumber : Sugiyono, 2008 : 247)
Data collection Data display
Conclusions:drawing/verifying
Data reduction
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis akan melakukan pembahasan terkait dengan hasil
penelitian terhadap Strategi Pemberdayaan Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta Dalam Penataan Pedagang Di Pasar Legi. Melalui penelitian yang telah
dilakukan maka peneliti memperoleh data-data dari berbagai pihak terkait, baik
berupa hasil wawancara, observasi, maupun data-data tertulis lainnya. Adapun
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Dinas Pengelolaan Pasar merupakan salah satu unsur pelaksana
Pemerintah Daerah Kota Surakarta di bidang pengelolaan pasar.
Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 22 Tahun 2008 tentang penjabaran
tugas pokok, fungsi dan tata kerja, Dinas Pengelolaan Pasar mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan pasar.
Dalam menyelenggarakan tugas, Dinas Pengelolaan Pasar mempunyai
beberapa fungsi yaitu :
a. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan
c. Pengelolaan pendapatan pasar
d. Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar
e. Pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxii
f. Pengaturan los dan kios pasar
g. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar, pedagang kaki lima
h. Penyelenggaraan sosialisasi
i. Pembinaan jabatan fungsional
Landasan hukum pelaksanaan tugas Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta meliputi :
1) Undang-Undang No. 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
3) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Daerah Otonom
4) Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2000 tentang Pedoman
Organisasi Perangkat Daerah
5) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 6 Tahun 2001 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
6) Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta No. 3
Tahun 1993 tentang Pasar
7) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 8 Tahun 1999 tentang Retribusi
Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiii
8) Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 4 Tahun 2001 tentang Retribusi
Kebersihan atau Persampahan yang diubah menjadi Peraturan Daerah
Kota Surakarta No. 11 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan
Persampahan atau Kebersihan
9) Keputusan Walikota Surakarta No. 511.2/085-A/2001 tentang
Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran
10) Keputusan Walikota Surakarta No. 28 Tahun 2001 tentang Pedoman
Uraian Tugas Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
11) Keputusan Walikota Surakarta No. 12 Tahun 2002 tentang
Penetapan Tarif Pengganti Biaya Pembayaran Listrik dan Kompleks
Pasar di Kota Surakarta
12) Surat Keputusan Walikota Surakarta No. 821.2/0277/2002 tentang
Pengangkatan Kepala Pasar di Lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta
Selain itu sebagai pelaksana di bidang pengelolaan pasar, Dinas
Pengelolaan Pasar juga mempunyai visi dan misi yang dijabarkan dalam
tujuan dan sasaran yang akan dicapai.
Visi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta :
Terwujudnya citra pasar yang bersih, tertib dan aman bertumpu
pada perekonomian kota.
Misi dari Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta :
1) Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxiv
Tujuan : Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada pedagang dan
masyarakat.
Sasaran : Tersedianya lahan usaha bagi pedagang atau pengusaha dalam
meningkatkan kesejahteraannya.
2) Meningkatkan ketertiban dan keamanan pasar
Tujuan : Menciptakan kondisi dan situasi pasar yang bersih, tertib, aman,
dan nyaman bagi pengguna pasar.
Sasaran : Terciptanya situasi dan kondisi pasar yang bersih, tertib, aman,
dan nyaman.
3) Meningkatkan pelayanan kepada pedagang
Tujuan : Menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas pasar yang
memadai.
Sasaran : Tersedianya sarana, prasarana, dan fasilitas pasar yang
memadai.
4) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam
rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Sasaran : Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas
dalam penyediaan data yang lebih akurat, tertib dalam
administrasi, pengelolaan retribusi maupun perijinan usaha
perdagangan.
Untuk mewujudkan visi, misi, serta tujuan dan sasaran tersebut, Dinas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxv
Pengelolaan Pasar menetapkan kebijakan dan strategi diantaranya adalah :
Kebijakannya adalah :
Menumbuhkembangkan dan memberdayakan perekonomian
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, sarana prasarana dan fasilitas
pasar yang cukup memadai guna menciptakan kondisi pasar yang bersih,
tertib, aman, dan nyaman serta mengoptimalkan kontribusi pasar guna
mendukung kelancaran pembangunan Pemerintah Daerah.
Strateginya yaitu :
1) Meningkatkan pemeliharaan bangunan gedung seluruh pasar
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas, sarana dan prasarana kebersihan
pasar
3) Meningkatkan fasilitas pasar termasuk pemeliharaan jaringan listrik,
elektrikal dan mekanikal pasar
4) Meningkatkan keamanan dan ketertiban pasar
5) Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia
(SDM) dengan penyelenggaraan bimbingan teknis dan pelatihan-
pelatihan
6) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada pedagang dan masyarakat
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dipimpin oleh seorang Kepala
Dinas, dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Walikota Surakarta melalui Sekretaris Daerah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvi
Adapun susunan organisasi Dinas Pengelolaan Pasar terdiri dari :
Kepala Dinas, membawahkan :
1. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Bidang Pendapatan Pasar, membawahkan :
a. Seksi Pendapatan dan Penetapan
b. Seksi Penagihan dan Penerimaan
c. Seksi Pembukuan
3. Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahkan :
a. Seksi Peralatan dan Kebersihan
b. Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar
c. Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar
4. Bidang Pengawasan dan Pembinaan, membawahkan :
a. Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang
b. Seksi Keamanan dan Penertiban
c. Seksi Pengawasan Pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxvii
5. Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahkan :
a. Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
b. Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Sesuai dengan kewenangannya, Dinas Pengelolaan Pasar mengelola 41
pasar tradisional termasuk juga Pasar Legi. Pasar tradisional di Kota
Surakarta terdiri dari :
1. Pasar Kelas I : 9 Pasar
2. Pasar Kelas II : 18 Pasar
3. Pasar Kelas III : 14 Pasar
Masing-masing pasar dikepalai oleh seorang Kepala Pasar. Sesuai
dengan Perda No. 3 Tahun 1993 tentang Pasar, Kepala Pasar adalah petugas
dari Dinas Pengelolaan Pasar yang diserahi tugas mengelola kegiatan pada
suatu pasar tertentu. Kepala Pasar mempunyai tugas pokok sesuai dengan
yang tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Solo No. 821.2/0277/2002
tentang Pengangkatan Kepala Pasar di lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta sebagai berikut :
1) Bertanggungjawab atas semua jenis penerimaan retribusi pada pasar
yang menjadi wewenangnya dan menyetorkan kepada kas daerah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxviii
2) Bertanggungjawab atas pekerjaan administrasi pasar yang menjadi tugas
wewenangnya
3) Bertanggungjawab atas kebersihan dan keamanan lingkungan pasar
yang menjadi wewenangnya
4) Bertanggungjawab atas ketertiban dan keamanan dalam pasar yang
menjadi tugas wewenangnya
5) Bertanggungjawab atas pemeliharaan bangunan dan inventaris pada
pasar yang menjadi wewenangnya
6) Mengatur pelaksanaan tugas pegawai atau petugas yang ditempatkan
pada pasar yang menjadi wewenangnya
7) Menyelesaikan masalah-masalah yang ada di pasar yang berkaitan
dengan bidang tugas wewenangnya
8) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
9) Melaporkan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh Kepala
Pasar kepada Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Struktur organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxix
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Dinas Pengelolaan Pasar merupakan salah satu kontributor terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Surakarta. Perkembangan Pendapatan Dinas
SUB BAGIAN PERENCANAAN,EVALUASI, DAN
PELAPORAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
KEPALA
SEKRETARIAT
BIDANG PENDAPATAN
PASAR
BIDANG PENGELOLAAN
PKL
KELOMPOK JABATAN
BIDANG PENGAWASAN
DAN PEMBINAAN
BIDANG KEBERSIHAN DAN PEMELIHARAAN
PASAR
SEKSI PENDAPATAN
DAN PENETAPAN
SEKSI PENAGIHAN
DAN PENERIMAAN
SEKSI PEMBUKUAN
SEKSI PERALATAN DAN KEBERSIHAN
SEKSI PEMELIHARAAN
FASILITAS PASAR
SEKSI PEMELIHARAAN
BANGUNAN PASAR
SEKSI PEMBERDAYAAN DAN
PEMBINAAN
SEKSI KEAMANAN DAN KETERTIBAN
SEKSI PENGAWASAN PEDAGANG
SEKSI PENATAAN DAN
PEMBINAAN
SEKSI PENGENDALIAN
PEDAGANG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxx
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta selama lima tahun dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Tahun 2006 - 2010
TAHUN PENDAPATAN
2006 Rp. 10.833.015.844,00
2007 Rp. 11.439.809.303,00
2008 Rp. 13.094.728.043,00
2009 Rp. 14.713.127.415,00
2010 Rp. 13.406.996.071,00
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Sebagai bentuk pelayanan Dinas Pengelolaan Pasar terhadap publik
dalam hal ini masyarakat pedagang sebagai wujud timbal balik atas peran
serta masyarakat dalam memberi kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Surakarta maka Dinas Pengelolaan Pasar melaksanakan
program dan kegiatan yang semuanya nanti terwujud pada peningkatan
keamanan, ketertiban, dan kenyamanan pasar-pasar di Kota Surakarta yang
pada akhirnya akan mendukung kesejahteraan pedagang dalam penataan
pasar.
Dalam rangka melaksanakan program dan kegiatan tersebut, Dinas
Pengelolaan Pasar didukung oleh kekuatan sarana dan personal. Sarana
perdagangan yang dikelola Dinas Pengelolaan Pasar sebanyak 44 pasar.
Untuk memberdayakan pasar-pasar tradisional, Pemerintah Kota Surakarta
selain didukung oleh prasarana tempat juga dilengkapi dengan sarana
bangunan, kendaraan, APAR, hidrant, mebelair, dan fasilitas umum lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxi
Adapun jenis prasarana yang terdapat dalam pasar-pasar tradisional di Kota
Surakarta dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.2
Jenis Dan Jumlah Prasarana Di Pasar Tradisional
Kota Surakarta
Jenis Prasarana Jumlah Bangunan 44 buah Kendaraan
1) Roda 2 2) Roda 4 3) Truk Sampah
4 buah 4 buah 9 buah
APAR 321 buah Hidrant 59 buah
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dipotensikan untuk
mendukung kinerja Dinas Pengelolaan Pasar. Pegawai yang bekerja di Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan Tenaga Honorer (THL). Jumlah
keseluruhan pegawai di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta 352 orang.
Pegawai tersebut diantaranya meliputi Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di
lingkungan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sampai Januari 2011
jumlahnya sebanyak 336 orang, Calon Pegawai Negeri Sipil jumlahnya 16
orang.
Berikut ini tabel Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar baik Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berdasarkan
jenis kelamin, tingkat pendidikan, golongan, dan jenis kepegawaian dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxii
Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2011
No Jenis Kelamin Jumlah Pegawai 1. Laki-Laki 312 orang 2. Perempuan 40 orang Total 352 orang
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Dari tabel diatas diketahui pegawai Dinas Pengelolaan Pasar
berdasarkan jenis kelaminnya, pegawai laki-laki dengan jumlah 312 orang.
Sedangkan pegawai perempuan berjumlah 40 orang. Jadi total pegawai yang
bekerja di Dinas Pengelolaan Pasar berjumlah 352 orang.
Tabel 4.4
Jumlah Pegawai Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011
No. Tingkat Pendidikan Jumlah 1. SD 43 2. SLTP 68 3. SLTA 192 4. D3 6 5. S1 31 6. S2 12 Total 352
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah pegawai yang bekerja
di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta totalnya sebesar 352 orang yang
terdiri dari 43 orang dengan pendidikan SD. Tingkat SLTP pegawainya
berjumlah 68 orang. Pegawai dengan tingkat Pendidikan SLTA berjumlah
192 orang. Pegawai yang tingkat pendidikannya D3 jumlahnya 6 orang.
Pegawai dengan tingkat pendidikannya S1 berjumlah 30 orang. Sedangkan
pegawai dengan tingkat pendidikan S2 jumlahnya 12 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiii
Tabel 4.5
Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Golongan Tahun 2011
No Golongan PNS CPNS 1. Golongan IA 44 - 2. Golongan IB 7 - 3. Golongan IC 42 2 4. Golongan ID 8 - 5. Golongan IIA 137 13 6. Golongan IIB 17 - 7. Golongan IIC 5 1 8. Golongan IID 3 - 9. Golongan IIIA 8 - 10. Golongan IIIB 35 - 11. Golongan IIIC 10 - 12. Golongan IIID 10 - 13. Golongan IVA 9 - 14. Golongan IVB 1 - Jumlah 336 16
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Dari tabel diatas diketahui jumlah pegawai berdasarkan golongan baik
Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
yang bekerja di Dinas Pengelolaan Pasar yaitu 336 orang PNS dan 16 orang
CPNS sehingga totalnya berjumlah 352 orang pegawai. Pegawai dengan
golongan IA berjumlah 44 orang, golongan IB 7 orang, golongan IC
berjumlah 44 orang yang terdiri dari 42 orang PNS dan 2 orang CPNS,
golongan ID 8 orang. Untuk golongan IIA berjumlah 150 orang yang terdiri
dari 137 orang PNS dan 13 orang CPNS, golongan IIB 17 orang, golongan
IIC 6 orang terdiri dari 5 orang PNS dan 1 orang CPNS, golongan IID 3
orang. Golongan IIIA 8 orang, golongan IIIB 35 orang, golongan IIIC 10
orang, golongan IIID 10 orang. Sedangkan untuk golongan IVA berjumlah 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxiv
orang dan golongan IVB jumlahnya 1 orang.
Tabel 4.6
Jumlah Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Jenis Kepegawaian
No Jenis Kepegawaian Jumlah Pegawai 1. PNS 336 orang 2. CPNS 16 orang Total 352 orang
Sumber : Arsip Dinas Pengelolaan Pasar
Berdasarkan tabel diatas diketahui pegawai Dinas Pengelolaan Pasar
berdasarkan jenis kepegawaian yaitu 352 orang yang terdiri dari PNS yang
jumlahnya 336 orang dan CPNS sebanyak 16 orang.
2. Pasar Legi Kota Surakarta
Pasar Legi merupakan pusat perdagangan hasil bumi terbesar di Jawa
Tengah dan salah satu penopang utama perekonomian yang terletak di jalan
S. Parman No. 23 Kelurahan Stabelan Kecamatan Banjarsari Surakarta.
Pasar Legi tiap harinya menghasilkan omzet 10 milyar/hari, bahkan sampai
15 milyar lebih pada hari-hari tertentu.
Pasar Legi tidak memiliki cerita resmi tentang sejarah berdirinya.
Namun berdasarkan foto-foto yang terpajang di dinding kantor Pasar Legi
dapat kita tarik perjalananan sejarah Pasar Legi. Pasar yang menghadap ke
Barat ini pada tahun 1930 masih berupa pasar yang masih sangat tradisional
dimana para pedagang membuka dasaran di tanah terbuka atau dengan kata
lain masih terdiri dari para pedagang oprokan semua. Dibawah pengelolaan
Mangkunegaran, pada tahun 1935 berdiri sebuah bangunan pasar permanen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxv
tersusun dari tembok berwarna putih yang bila dilihat dari samping mirip
sebuah benteng.
Pasar Legi mulai terus berkembang, namun baru mengalami
pemugaran pada tahun 1992 oleh pemerintah kota Surakarta sehingga
menjadi wujud pasar Legi dengan 2 lantai. Pasar Legi dibagi menajdi 6 blok,
memiliki luas 16.640 m2, terdiri dari 146 kios, 1016 los, dan 570 pedagang
oprokan yang sebagian besar berasal dari luar kota Solo.
Meskipun dikenal sebagai pasar hasil bumi, namun bisa ditemui
beberapa pedagang pakaian dan kelontong, barang-barang hasil pabrik yang
berhubungan dengan bumbu dapur. Pasar Legi juga merupakan tempat
transit untuk pasar-pasar lain seperti pasar Gede.
Hasil bumi yang dijual di Pasar Legi tidak hanya berasal dari daerah
sekitar Solo saja seperti Wonogiri, Boyolali, Purwodadi, dan Klaten. Namun
juga berasal dari berbagai daersh di luar karesidenan Surakarta. Seperti ikan
dari Banjarmasin, Bagansiapi-api dan Nusa Tenggara, sayur dari Kopeng
Salatiga, Dieng, garam dari Madura dan lain-lain.
Di Pasar Legi sebagian pedagang menjual dagangannya dalam jumlah
besar kepada pedagang untuk belanja/kulakan, namun juga ada beberapa
pedagang yang menjual dagangannya secara eceran. Jadi untuk
mendapatkan barang yang murah kita harus pandai-pandai menawar.
Pasar ini resmi dibuka dari pukul 06.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB
atau selama 12 jam, namun dalam kenyataannya pasar ini tidak pernah tidur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvi
atau beroperasi selama 24 jam. Ada rutinitas unik, setiap sore sekitar pukul
15.00 WIB ketika pasar didalam bangunan utama sudah mulai berbenah
kemudian datang para pedagang malam yang membuka dasaran di bagain
luar bangunan utama, ada yang memang khusus pedagang malam tetapi ada
juga pedagang yang siang harinya memang sudah berdagang dan pada
malam harinya membawa dagangannya ke luar dan berdagang sampai pagi,
sedangkan padagang yang dibagian dalam bangunan pada malam hari
tinggal kurang dari 25 % saja. Oleh sebab itu Pasar Legi disebut sebagai
pasar yang tidak pernah tidur.
Dari aktivitas seperti diatas, tiap tahunnya Pasar Legi menyumbangkan
pendapatan bagi APBD yang sangat signifikan dan meningkat. Dana
tersebut berasal dari retribusi yang ditarik setiap hari yang besarnya
tergantung luas areal berdagang.
Visi Pasar Legi :
Terwujudnya Citra Pasar Legi yang bersih, tertib dan aman yang
bertumpu pada perekonomian kota.
Misi Pasar Legi :
a. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada pedagang dan
pembeli di Pasar Legi serta masyarakat sekitar.
b. Menciptakan kondisi dan situasi pasar yang bersih, tertib, aman, dan
nyaman bagi pengguna Pasar Legi
c. Menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas pasar yang memadai bagi
seluruh pedagang, pembeli, dan petugas Pasar Legi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxvii
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas Pasar Legi
dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Tugas Pokok Pasar Legi
Pasar Legi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang jual beli kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari
masyarakat.
Fungsi Pasar Legi
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Pasar Legi Surakarta
menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan kesekretariatan Pasar Legi Kota Surakarta.
b. Penyusunan rencana program, pengendalian, pelaksanaan, evaluasi,
dan pelaporan khusus bagi Pasar Legi Kota Surakarta.
c. Pengelolaan pendapatan Pasar Legi Surakarta.
d. Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan Pasar Legi Kota Surakarta.
e. Pengawasan dan Pembinaan pedagang Pasar Legi Kota Surakarta.
f. Pengaturan Los, Kios dan Pelataran Pasar Legi Kota Surakarta.
g. Penyelenggaraan Keamanan dan ketertiban Pasar Legi Kota Surakarta.
h. Penyelenggaraan Sosialisasi di Pasar Legi Kota Surakarta.
Pegawai yang bekerja di Pasar Legi secara keseluruhan berjumlah 12
orang, meliputi :
1. Kepala Pasar Legi
2. Staf Tata Usaha
3. Staf Kebersihan Dan Pemeliharaan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxviii
4. Staf Koordinator Keamanan
5. Staf Koordinator Los/Kios
6. Staf Koordinator Pendapatan
Komposisi pegawai dapat dilihat dari status pekerjaan dan jenis
kelamin. Berdasarkan status pekerjaannya maka komposisi pegawai dapat
dijelaskan sesuai dengan tabel berikut:
Tabel 4.7
Jumlah Pegawai Pasar Legi
Berdasarkan Status Pekerjaan
No Status Pekerjaan Jumlah pegawai 1. PNS 10 Orang 2. OC 1 Orang 3. THL 1 Orang Total 12 Orang
Sumber: Kantor Pasar Legi
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui pegawai Pasar Legi paling
banyak berstatus sebagai PNS dengan jumlah 10 orang. Sedangkan pegawai
yang berstatus outsorsing ada 1 orang dan pegawai yang status pekerjaannya
THL (Tenaga Harian Lepas) ada 1 orang.
Tabel 4.8
Jumlah Pegawai Pasar Legi
Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Pegawai 1. Laki-Laki 9 Orang 2. Perempuan 3 Orang Total 12 Orang
Sumber : Kantor Pasar Legi Kota Surakarta
Dari tabel diatas dapat diketahui pegawai Pasar Legi berdasarkan jenis
kelaminnya paling banyak laki-laki dengan jumlah 9 orang. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxxxix
pegawai perempuannya berjumlah 3 orang. Lebih jelasnya komposisi
pegawai di Pasar Legi Kota Surakarta baik berdasarkan status pekerjaan
maupun jenis kelamin, dapat dijelaskan berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 4.9
Rincian Komposisi Pegawai Pasar Legi Kota Surakarta
No.
Nama Jabatan/Tugas
1. Bambang Yunianto, SE. MM Kepala Pasar 2. Sukatmi Staff Tata Usaha 3. Arif Fahrudin Staff Tata Usaha 4. Senen Ndongklo Staff Kebersihan Dan Pemeliharaan Pasar 5. Wahyono Staff Kebersihan Dan Pemeliharaan Pasar 6. Ahmad Mudzakir Staff Kebersihan Dan Pemeliharaan Pasar 7. Muji Hartono Staff Koordinator Keamanan 8. Dedi Purna Priyanto Staff Koordinator Keamanan 9. Sri Sulistyaningsih Staff Koordinator Los/Kios 10. Fajar Misdinar Staff Koordinator Los/Kios 11. Sri Retno Sari Staff Koordinator Pendapatan 12. Ali Muchlison Staff Koordinator Pendapatan Total 12 Orang
Sumber : Kantor Pasar Legi Kota Surakarta
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui pegawai Pasar Legi
terdiri dari 1 orang Kepala Pasar, 2 orang pegawai sebagai staf tata usaha, 3
orang staf kebersihan dan pemeliharaan pasar, 2 orang pegawai sebagai staf
koordinator keamanan, 2 orang pegawai sebagai staf koordinator los / kios,
dan 2 orang pegawai sebagai staf koordinator pendapatan. Jadi total pegawai
yang bekerja di Pasar Legi Kota Surakarta berjumlah 12 orang pegawai yang
terdiri dari 9 orang pegawai laki-laki dan 3 orang pegawai perempuan.
Struktur organisasi Pasar Legi dapat dijabarkan berdasarkan bagan
berikut :
Gambar 4.2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xc
Struktur Organisasi Pasar Legi Surakarta
Sumber : Kantor Pasar Legi Kota Surakarta
Berdasar bagan diatas, berikut ini tugas yang dilaksanakan oleh
masing-masing pegawai :
Tugas Kepala Pasar sebagai pimpinan puncak di dalam suatu
organisasi antara lain:
a. Melaksanakan tugas rutin harian kepengurusan pasar bersama-sama
dengan staf yang lain
b. Menyelenggarakan rapat-rapat pengurus, rapat teknis yang berkaitan
dengan operasional kepengurusan organisasi
c. Melaporkan aktivitas-aktivitas organisasi pengurus pasar kepada Dinas
Pengelolaan Pasar
d. Bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berlangsung di pasar
Tugas dari Staf Tata Usaha di dalam suatu organisasi, diantaranya
meliputi :
a. Mengelola kegiatan tata usaha pasar
Staf Koordinator Keamanan
Staf Koordinator Los /Kios
Kepala Pasar
Staf Tata Usaha
Staf Kebersihan Dan Pemeliharaan
Staf Koordinator Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xci
b. Menyelenggarakan kegiatan yang brhubungan dengan tata usaha pasar
c. Menyiapkan agenda yang berkaitan dengan tata usaha sesuai dengan
permintaan Kepala Pasar
Staf Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar di dalam suatu organisasi
memiliki tugas diantaranya :
a. Mengelola semua hal yang berkaitan dengan kebersihan dan
pemeliharaan lingkungan pasar
b. Melaporkan segala hal yang berkaitan dengan kebersihan pasar, seperti
kerusakan pada alat-alat kebersihan pasar.
Staf Koordinator Keamanan di dalam suatu organisasi memiliki
tugas, yaitu :
a. Mengkoordinasi keamanan di pasar
b. Bertanggung jawab atas keamanan pasar dan melaporkan keadaan
sekitar pasar kepada Kepala Pasar atas keamanan pasar
Staf Koordinator Los / Kios di dalam suatu organisasi memiliki
tugas, yaitu :
a. Mengkoordinasi segala sesuatu yang berhubungan dengan los, kios
dan sejenisnya
b. Melaporkan dan membuat laporan yang berkaitan dengan segala hal
yang berkaitan los dan kios
Staf Koordinator Pendapatan di dalam suatu organisasi memiliki
tugas, diantaranya :
a. Merencanakan dan mengelola keuangan organisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcii
b. Mengelola, mengadministrasikan dan membuat pertanggungjawaban
atas setiap pengeluaran dan pemasukan organisasi
B. Pembahasan Tentang Strategi Pemberdayaan Dalam Penataan Pasar
Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Pelaksanaan penataan pasar di Pasar Legi, Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta menggunakan strategi pemberdayaaan. Strategi Pemberdayaan
adalah penetapan tujuan (tujuan strategi yaitu untuk keberdayaan masyarakat)
dan mengalokasikan/menyesuaikan sumber daya dengan peluang (strategi
berbasis sumber daya) sehingga dapat meningkatkan keberdayaan masyarakat,
dan mendorong masyarakat untuk lebih mampu merencanakan, membangun
dan memelihara hasil kegiatan secara mandiri.
Penataan pasar adalah upaya yang dilakukan pemerintah maupun
pemerintah daerah melalui penumbuhan iklim usaha, pembinaan,
pengembangan, pembiayaan, dan penataan pedagang agar pasar tradisional
mampu menumbuhkan, memperkuat dirinya menjadi pasar tradisional yang
tangguh dan mandiri serta agar tidak kalah bersaing dengan pasar modern.
Pemberdayaan maksudnya suatu proses menyeluruh dan aktif antara
motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan
melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai
kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciii
Dalam pelaksanaan pemberdayaan hendaknya untuk menciptakan
suasana kondusif, penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat,
perlindungan dari ketidakadilan, bimbingan dan dukungan, memelihara
keseimbangan dalam kondisi yang kondusif. Pemberdayaan yang dilakukan
di dalam penataan pasar meliputi beberapa tahapan meliputi penyadaran,
pengkapasitasan, dan pemberian daya. Penyadaran adalah tahap memberikan
penyadaran atau pengertian kepada pedagang bahwa mereka harus
diberdayakan. Pengkapasitasan yaitu tahap untuk memberikan kemampuan
atau membuat pedagang merasa mampu untuk melaksanakan proses penataan
pasar. Sedangkan Pemberian daya maksudnya pedagang diberikan daya,
kekuasaan, atau peluang untuk ikut serta di dalam penataan pasar.
Strategi pemberdayaan pasar yang dilaksanakan di Pasar Legi oleh
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta diantaranya pemeliharaan pasar,
peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan ketertiban pasar,
peningkatan fasilitas pasar, dan pembinaan pedagang pasar. Dengan strategi
tersebut diharapkan penataan pasar salah satunya dengan penataan pedagang
dapat berjalan rapi dan tertib sehingga pasar menjadi kondusif, kualitas
pelayanan kepada pedagang dan masyarakat meningkat. Adapun pembahasan
dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan Pasar
Pemeliharaan pasar merupakan salah satu upaya pemberdayaan
yang dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar dalam penataan pasar untuk
memelihara sarana, prasarana, dan bangunan yang terdapat di pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xciv
Tujuan pemeliharaan pasar yaitu untuk merawat dan memelihara
bangunan, sarana dan prasarana agar terlihat lebih sehat dan bisa
digunakan dalam waktu yang lama. Pemeliharaan pasar disini lebih
ditekankan pada upaya untuk memelihara dan menjaga semua sarana dan
prasarana yang ada di Pasar Legi. Bapak Bambang selaku Kepala Pasar
Legi mengatakan :
“Pemeliharaan pasar salah satu strategi pemberdayaan yang dilakukan untuk menciptakan suasana yang kondusif melalui merawat dan memelihara bangunan, sarana dan prasarana. Pasar Legi ini kan sudah berumur kurang lebih 30 tahun mbak jadi harus ada perawatan dan pemeliharaan terutama bangunan pasarnya. Dengan adanya pemeliharaan pasar diharapkan bangunan pasar menjadi lebih kuat dan sehat sehingga pedagang dan pembelipun akan nyaman untuk datang ke Pasar Legi.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Salah satu pedagang di Pasar Legi Ibu Tutik juga mengatakan :
“Yen dinggo memelihara pasar, liane perbaikan karo perawatan bangunan lawas kui yo wis dibangunke bangunan pasar anyar sing nek etan kae lho mbak karo di lakukan perawatan alat-alat sing ono pasar” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Pemeliharaan pasar dilakukan melalui pemberdayaan yang
meliputi menciptakan suasana kondusif dengan cara pedagang dan
berbagai pihak yang terkait menjaga dan merawat bangunan, sarana dan
prasarana di dalam maupun diluar pasar. Penguatan kapasitas dan
kapabilitas masyarakat dalam pemeliharaan pasar melalui aktifnya
pedagang maupun masyarakat di pasar untuk ikut serta dan terjun
langsung di dalam memelihara pasar baik bangunan maupun sarana yang
ada di pasar guna melakukan penataan pasar dengan harapan kapasitas
dan kapabilitas terjaga dan tetap ada. Perlindungan dari ketidakadilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcv
dalam pemeliharaan pasar melalui pegawai tidak ada pembedaan
perlakuan di dalam menyelesaikan masalah yang terjadi saat dilakukan
pemeliharaan pasar. Berikut ini sarana dan prasarana dalam
pemberdayaan untuk meningkatkan pemeliharaan pasar :
Tabel 4.10
Sarana Dan Prasarana Pemberdayaan Dalam Pemeliharaan Pasar
No Sarana dan Prasarana Kegiatan pemberdayaan dalam Pemeliharaan Pasar
1. Talang Untuk pemeliharaan dan perawatan setiap bulan atau setiap tahun ada penggantian talang. Namun pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan talang, kalau harus segera diperbaiki maka akan diberdayakan dan diperbaiki
2. Atap Biasanya perawatan atap tiap bulan tapi kadang tiap berapa bulan sekali kadang juga tiap tahun. Hal itu disesuaikan kebutuhan, kalau atap sudah rusak dan tidak layak pakai, atap akan segera diperbaiki dan diganti
3. Saluran-saluran Perbaikan pada saluran yang sudah rusak diutamakan agar saat musim hujan tiba dapat digunakan dengan baik sehingga air dapat mengalir lancar lewat saluran yang ada di pasar
4. Listrik Listrik di Pasar Legi sudah bagus. Hal ini dapat diketahaui dari adanya penggantian dan penambahan daya listrik. Penambahan dan penggantian dilakukan sesuai kebutuhan.
Sumber : Kantor Pasar Legi Kota Surakarta
Pemberdayaan dalam pemeliharaan pasar diberikan bimbingan
dan dukungan untuk memelihara bangunan dan sarana di pasar dalam
penataan pasar sehingga tidak ada kejadian yang tidak diinginkan. Selain
itu untuk melakukan pemeliharaan pasar harus dipelihara keseimbangan
pada kondisi yang kondusif. Dengan adanya kesimbangan itu diharapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvi
bangunan dan sarana pasar juga dapat dipelihara dengan baik. Dalam
pemeliharaan pasar yang diutamakan adalah pemberian bimbingan dan
dukungan yang nantinya dengan adanya bimbingan dan dukungan yang
diberikan kepada pedagang diharapkan dapat menciptakan dan
mempermudah pemeliharaan pasar
Pemeliharaan pasar tahap strategi pemberdayaan yang dilakukan
yaitu penyadaran dengan pedagang dan semua pihak di pasar diminta
ikut langsung dalam kerja bakti untuk memelihara bangunan dan sarana
pasar sehingga pedagang sadar bangunan dan kegiatan di pasar
merupakan bagian dan milik semua pihak agar menjadi mandiri dalam
memelihara pasar tanpa harus bergantung pada pihak lain. Bentuk
pengkapasitasan diberikan kepercayaan, dengan setiap hari pedagang
bersedia memelihara sarana, bangunan. Sehingga untuk memelihara
pasar yang baik guna penataan pasar maka semua pihak termasuk
pedagang bersedia dan mampu menjaga dan merawat bangunan dan
sarana pasar yang menunjang pelaksanaan pemeliharaan pasar.
Empowerment terlihat dalam bentuk pedagang memelihara bangunan
dan sarana dengan kemampuan saat senggang dengan daya yang dimiliki
dapat menangkap peluang yang ada untuk memelihara pasar.
Pemeliharaan bangunan pasar baik di dalam dan luar pasar
dilakukan dengan mendahulukan perbaikan terhadap komponen yang
penting dan harus segera diperbaiki. Dengan adanya pemeliharaan
bangunan pasar tersebut diharapkan meskipun umur bangunan sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcvii
lama tapi masih bisa digunakan sehingga bisa menciptakan kondisi dan
suasana pasar yang lebih menarik dan nyaman dikunjungi. Ibu Har salah
satu pedagang di Pasar Legi mengatakan :
“Adanya perawatan, perbaikan dan dijaganya sarana dan prasarana serta bangunan Pasar Legi yang sudah lama berdiri agar masih bisa digunakan mbak sehingga pedagang dan pembeli nyaman mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Dari penjelasan diatas maka pemeliharaan bangunan yang
dilakukan oleh seluruh pegawai Pasar Legi adalah perbaikan dan
perawatan bangunan pasar baik itu yang ada di dalam maupun luar pasar.
Ibu Laginem yang merupakan pedagang Pasar Legi menuturkan :
“Biasane alat-alat sing ringan koyo talang yen rusak biasane langsung didandani pegawe sing nek pasar mbak ning yen ameh dandani bangunan karo alat sing abot sing butuhke bayaran gede biasane kerjasama karo pihak dhuwur mbak, dadine njaluk bantuanne dinas.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Perbaikan yang sifatnya ringan dan masih bisa diselesaikan pihak
pasar biasanya diselesaikan dengan petugas pasar. Namun untuk
perbaikan yang seperti pemeliharaan dan perbaikan bangunan pasar,
perbaikan los dan kios, perbaikan pagar yang memerlukan biaya banyak
dan pegawai pasar tidak dapat menyelesaikan sendiri biasanya
dilaporkan terlebih dahulu kepada Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta kemudian Dinas Pengelolaan Pasar menunjuk
petugas atau kontraktor untuk melakukan perbaikan. Hal senada juga
diungkapkan oleh Kepala Pasar Legi Bapak Bambang :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcviii
“Untuk pemeliharaan bangunan pasar dilakukan pemeliharaan talang, saluran, dan atap yang biasanya petugas mengontrol bangunan yang sudah harus diperbaiki saat menarik retribusi lalu mencatatnya. Perbaikan dan perawatan terhadap sarana yang ringan biasanya kami menyerahkan pada petugas pasar saja mbak dengan pengoptimalan swadaya pedagang, tapi kalau dalam skala besar biasanya kami lapor kepada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk ditindaklanjuti dengan menunjuk kontraktor dalam perbaikan tersebut.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Dari penjelasan dan wawancara diatas dapat diketahui bahwa
untuk melakukan pemeliharaan bangunan baik dari dalam maupun luar
pasar biasanya dilakukan dengan memperbaiki dan merawat bangunan
dan sarana yang harus segera diperbaiki mengingat bangunan Pasar Legi
sudah lama. Pemeliharaan yang dilakukan terhadap sarana yang
kerusakannya ringan maka akan diserahkan untuk ditindaklanjuti oleh
petugas pasar tetapi kalau dalam perbaikan itu petugas pasar tidak
mampu menyelesaikan maka akan dilaporkan ke Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta untuk mencari kontraktor untuk menyelesaikannya.
Ibu Tin juga mengatakan terkait perbaikan yang dilakukan pegawai
Pasar Legi :
“Biasanya kalau ada pegawai yang lewat minta retribusi, saya langsung lapor bila ada kerusakan atau butuh perawatan mbak kemudian biasanya akan ditindaklanjuti dan diperbaiki bila mungkin untuk diperbaiki”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Untuk pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana,
biasanya pegawai Pasar Legi dibantu petugas yang ditunjuk oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta melakukan peremajaan maupun
perbaikan bagian-bagian yang dianggap perlu. Pemeliharaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xcix
perawatan sarana dan prasarana yang dilakukan diantaranya yaitu
perbaikan talang, atap, saluran-saluran yang ada di Pasar Legi.
Pemeliharaan instalasi listrik sudah dilakukan dan masih bagus. Ibu Har
salah satu pedagang di Pasar Legi menuturkan :
“Untuk memelihara sarana dan prasarana dilakukan perbaikan dan perawatan terhadap talang, atap, saluran air. Untuk listriknya disini sudah bagus mbak.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Ibu Tutik salah satu pedagang juga mengatakan hal yang sama :
“Yen listrik sing nek pasar wis apik mbak ning biasane pegawai ngrawat karo dhandani talang lan atap sing wis rusak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Dalam pemeliharaan pasar biasanya dilakukan pengoptimalan
upaya swadaya pedagang dan pegawai pasar dengan tujuan untuk
mempermudah pemeliharaan yang meliputi perbaikan dan perawatan
terhadap bangunan, sarana dan prasarana. Untuk mengoptimalkan
pemeliharaan itu pertama kali yang dilakukan adalah dengan
mengupayakan swadaya pedagang dan pegawai pasar. Hal senada juga
diungkapkan Bapak Wahyono salah satu staf di Pasar Legi :
“Peningkatan pemeliharaan pasar pertama kali kami melakukan pengoptimalan swadaya pedagang mbak. Swadaya ini dilakukan terlebih dahulu dengan mengontrol apa saja yang rusak. Sehingga kami dapat segera memperbaikinya.” (Wawan cara, 31 Januari 2011)
Ibu Har pedagang bawang merah di Pasar Legi mengungkapkan
hal yang senada :
“Untuk memelihara pasar pegawai melakukan dengan cara mengoptimalkan swadaya kepada pedagang dan mengotrol lalu mencatat apa aja yang harus diperbaiki mbak.”(Wawancara, 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c
Desember 2010)
2. Peningkatan Kebersihan Pasar
Kebersihan pasar merupakan salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan baik pegawai pasar, pedagang dan pihak lainnya untuk
menciptakan kondisi pasar yang nyaman untuk dikunjungi pembeli dan
mendukung penataan pasar. Tujuan peningkatan kebersihan pasar yaitu
untuk memberikan pelayanan yang bagus kepada pembeli dan supaya
tempat berdagang nyaman untuk ditempati pedagang dan dikunjungi
pembeli.
Pemberdayaan dalam peningkatan kebersihan pasar meliputi
menciptakan suasana kondusif melalui selaruh pedagang dan berbagai
pihak yang terkait bersedia menjaga kebersihan pasar dengan alat-alat
kebersihan seperti sapu, susruk, sapu sawang, dan tong sampah sehingga
dapat tercipta kondisi yang kondusif di pasar yang dapat menunjang
pelaksanaan penataan pasar. Penguatan kapasitas dan kapabilitas
masyarakat terlihat dari terjun langsungnya dan ikut sertanya pedagang
maupun masyarakat di pasar untuk meningkatkan dan menjaga
kebersihan di sekitar tempat berjualannya untuk melakukan penataan
pasar yang bertujuan kapasitas dan kapabilitas terjaga dan tetap ada.
Peningkatan kebersihan juga meliputi perlindungan dari
ketidakadilan melalui pegawai di dalam meningkatkan kebersihan pasar
dan menghadapi masalah yang muncul tidak membeda-bedakan antara
pedagang yang satu dengan pihak yang lain. Hal ini dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ci
tujuan agar tidak ada pikiran bahwa petugas memberikan perlakuan yang
berbeda dalam meningkatkan kebersihan dalam penataan pasar. Selain
itu untuk terlindung dari ketidakadilan maka petugas kebersihan
membersihkan semua tempat di pasar dengan bantuan para pedagang.
Dukungan diberikan pegawai pasar kepada pedagang untuk
menjaga dan meningkatkan kebersihan di sekitar lingkungan pasar,
namun apabila ada kesalahan di dalam meningkatkan kebersihan di pasar
maka akan ada pemberian bimbingan. Keseimbangan pada kondisi yang
kondusif tetap dipelihara. Dengan adanya kesimbangan di pasar melalui
adanya kebersihan yang ditunjukkan pedagang di sekitar los dan kios
pasar diharapkan penataan pasar juga dapat berjalan dengan baik. Peran
penting di dalam peningkatan kebersihan pasar yaitu memelihara kondisi
yang kondusif tetap seimbang. Dengan adanya keseimbangan itu
diharapkan pedagang dapat mempertahankan kebersihan di sekitar pasar.
Menurut Bapak Bambang selaku Kepala Pasar Legi menuturkan :
“Pemberdayaan yang dilakukan di pasar melalui peningkatan kebersihan pasar tujuan yang terpenting yaitu untuk menciptakan kondisi yang kondusif melalui menjaga kebersihan di sekitar pasar mbak.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Mul pedagang bawang putih juga mengatakan :
“Dengan dijaganya kebersihan pasar ini kan kondisi pasar bisa lebih baik lagi dan kondusif mbak kan kalo bersih banyak pembeli yang dagang mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Peningkatan kebersihan pasar ada tahap strategi pemberdayaan
yang sudah dilakukan yaitu penyadaran dengan setiap hari pedagang ikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cii
menjaga dan meningkatkan kebersihan pasar di dekat kios maupun los
sebagai hasil kesadaran bahwa kebersihan pasar merupakan tanggung
jawab dan bagian dalam diri semua pihak dengan tujuan untuk
mewujudkan penataan pasar yang baik. Pedagang menggunakan otoritas
untuk ikut membersihkan lingkungan pasar tanpa hanya membebankan
kebersihan pada petugas saja tetapi pada semua pihak yang ada di pasar
sebagai bentuk pengkapasitasan. Saat ada waktu luang pedagang ikut
membersihkan pasar salah satunya dimulai dari pembersihan disekitar
tempat berdagang agar kebersihan pasar terjamin berdasarkan
kesempatan yang diberikan kepada pedagang oleh pegawai sebagai
bentuk empowerment.
Peningkatan kebersihan pasar dengan menjaga kebersihan di
sekitar kios dan los yang dilakukan pedagang dan semua pihak pasar
diharapkan tidak ada sampah yang menumpuk dan bau yang tidak enak
disekitar lingkungan pasar. Bapak Ahmad salah satu pegawai Pasar Legi
mengatakan :
“Peningkatan kebersihan pasar untuk memberikan pelayanan kepada pembeli secara maksimal sehingga pembeli nyaman untuk mengunjungi pasar. Selain itu agar pedagang nyaman dalam menempati tempat yang telah disediakan untuk menggelar dagangannya sehingga pedagang tidak pindah-pindah tempat dan menempati tempat yang tidak semestinya. Jadi penataan pasar juga dapat berjalan lancar.(Wawancara, 31 Januari 2011)
Salah satu pedagang Ibu Suprihatin juga menuturkan hal senada :
“Kondisi pasar kalau bersih maka banyak pembeli yang datang untuk membeli mbak, pedagang juga dapat meningkatkan pelayanannya. Jadi penataan pasar disini juga berjalan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ciii
mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Setiap pasar tradisional di Surakarta memiliki petugas kebersihan
yang jumlahnya untuk masing-masing pasar berbeda tergantung luas dan
besarnya pasar. Pasar Legi tergolong pasar kelas 1 dan mempunyai 40
petugas kebersihan pasar yang digaji oleh pemerintah. Ibu Trinem salah
satu penjual di Pasar Legi mengatakan :
“Petugas kebersihan sing kerjo nek Pasar Legi akeh mbak, akehe petugas, pasar dadi resik karo rame mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bapak Bambang selaku
Kepala Pasar Legi :
“Pegawai Pasar Legi berjumlah 12 orang mbak, tiga diantaranya menjabat sebagai staf kebersihan dan pemeliharaan pasar yaitu Bapak Senen, Bapak Wahyono dan Bapak Ahmad Mudzakir. Untuk petugas kebersihan ada 40 orang mbak. Dengan adanya petugas dan staf kebersihan diharapkan kebersihan pasar dapat ditingkatkan dan tetap terpelihara mbak.(Wawancara, 31 Januari 2011)
Peningkatan kebersihan di Pasar Legi ditunjang dengan adanya
sarana dan prasarana berupa alat-alat kebersihan. Alat-alat kebersihan itu
diantaranya sapu, susruk, sapu sawang, tong sampah. Sampah yang ada
di Pasar Legi seperti plastik makanan atau minuman, kotoran dari sisa-
sisa bumbu dapur dibersihkan setiap hari oleh petugas kebersihan pasar,
kemudian dikumpulkan pada tempat pembuangannya. Sampah-sampah
tersebut akan diambil truk pengangkut sampah dari Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta. Pengambilan sampah-sampah tersebut dilakukan
setiap harinya. Ibu Tutik salah satu pedagang menuturkan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
civ
“Untuk meningkatkan kebersihan pasar disini disediakan sapu, susruk, sapu sawang, dan tong sampah mbak gunanya untuk mempermudah proses pembersihan sampah yang ada di Pasar Legi. Tong sampah disini fungsinya sebagai tempat penampungan sementara sebelum sampah diangkut truk sampah oleh petugas kebersihan dari Dinas mbak. Sampah yang ada di pasar kita kumpulkan dulu mbak lalu ditaruh di tempat penampungan sementara agar tidak menimbulkan bau yang tidak enak.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Hal senada juga dituturkan Bapak Didik selaku Kepala Seksi
Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima :
“Setiap hari sampah yang ada di pasar dikumpulkan di tong sampah mbak yang nantinya akan diambil oleh petugas dari Dinas dengan menggunakan truk besar.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Ibu Laginem salah satu pedagang juga mengatakan :
“Yen sing dingo ngresiki pasar biasane nganggo sapu, susruk, sapu sawang, ekrak, tong sampah mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Selain itu pegawai Pasar Legi juga melakukan penambahan
ataupun penggantian alat-alat kebersihan seperti sapu, susruk, sapu
sawang, ekrak, dan bak sampah kecil. Jadi tidak hanya menggunakan
alat-alat kebersihan yang lama dan itu-itu saja. Berikut ini pernyataan
Bapak Bambang selaku Kepala Pasar Legi :
“Alat-alat kebersihan terdiri dari sapu, susruk, sapu sawang, tong sampah. Kami selalu melakukan penambahan lagi alat tersebut, mengingat sudah ada beberapa alat yang rusak dan tak layak pakai. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar petugas lebih rajin dan lebih optimal. Kadang kalau peralatan yang digunakan untuk membersihkan tidak mendukung maka kerjanya juga nggak maksimal mbak.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Bapak Senen selaku staf
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cv
kebersihan dan pemeliharaan pasar mengatakan:
“Kalau alat-alat yang akan digunakan untuk membersihkan sudah tidak mendukung dan layak lagi maka harus segera diganti mbak. Salah satu contoh ya mbak kalau sapu untuk membersihkan sampah rusak dan tidak segera diganti maka akan mengurangi semangat dalam bekerja dan pekerjaan akan menjadi lama mbak.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Pegawai Pasar Legi juga berupaya untuk menumbuhkan
kesadaran para pedagang agar selalu menjaga kebersihan lingkungan di
sekitar pasar. Pedagang diharapkan kesadarannya untuk menjaga
kebersihan pasar dengan membuang sampah pada tempatnya untuk
menciptakan rasa nyaman diantara pegawai pasar, pedagang, dan yang
terpenting pembeli saat mengunjungi pasar. Pedagang juga harus
menjaga kebersihan kios, los yang ditempati supaya tempat yang
ditempati tersebut menjadi daya tarik pembeli untuk membeli barang
dagangannya sehingga dapat mendatangkan hasil yang semaksimal
mungkin. Dengan adanya kesadaran pedagang akan kebersihan pasar
maka dapat menunjang pelaksanaan penataan pasar dan pedagang dapat
berjalan baik. Berikut penuturan dari Bapak Bambang selaku Kepala
Pasar Legi :
“Untuk melihat keadaan pasar secara langsung saya dan pegawai lain berkeliling pasar melihat kebersihan di pasar mbak, melihat interaksi yang terjadi antara pedagang dengan pembeli serta pegawai pasar. Selain itu saya juga memperingatkan pedagang untuk selalu menjaga kebersihan di pasar agar lingkungan pasar selalu bersih sehingga pembeli banyak yang datang ke Pasar Legi dan merasa nyaman. Jadi dengan berkelilingnya pegawai pasar diharapkan pedagang memiliki kesadaran yang tinggi akan kebersihan.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvi
Ibu Tin salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengungkapkan
pendapatnya :
“Pak Bambang dan pegawai Pasar Legi lainnya biasanya keliling pasar mbak untuk melihat keadaan sekitar pasar. Kalau ada pedagang yang masih membuang sampah sembarangan di sekitar kios dan los langsung diperingatkan. Tapi untuk petugas kebersihan, tiap pagi atau siang hari keliling untuk menyapu dan mengumpulkan sampah dan dimasukkan ke tong sampah yang nantinya akan diangkut truk sampah dari dinas. Kalau dari kami biasanya membiasakan untuk membuang sampah ditempatnya sehingga dapat meringankan pekerjaan petugas.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Untuk pengangkutan sampah di Pasar Legi biasanya pedagang
membuang sampah pada tong sampah yang telah disediakan, setelah itu
sampah-sampah yang ada akan di buang ke tempat pembuangan sampah
yang ukurannya lebih besar. Kemudian sampah-sampah yang ada di
tempat pembuangan sampah itu akan diambil oleh truk dari Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Pegawai dengan truk dari Dinas yang
akan mengangkut dan mengambil sampah dari pasar sehari 2 atau 3 kali
dengan jumlah petugas dalam sekali pengangkutan biasanya sekitar 3
orang. Sekali datang sampah yang ada di pasar bisa diangkut. Petugas
yang mengambil sampah dari Dinas ke pasar datangnya pagi dan sore
tetapi kadang juga pagi, siang, dan sore.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa
untuk meningkatkan kebersihan pasar maka perlu adanya kesadaran dan
kerjasama diantara pedagang pasar, pegawai dan pembeli. Pedagang,
pegawai dan pembeli memiliki peran penting di dalam menjaga dan
memelihara kebersihan pasar. Dengan adanya kesadaran dan kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cvii
itu diharapkan kondisi di sekitar pasar menjadi lebih kondusif dan
nyaman untuk proses jual beli dan menunjang terwujudnya penataan
pasar yang baik. Selain itu pembeli merasa lebih nyaman untuk
berbelanja dengan kebersihan pasar yang terjaga.
Kebersihan pasar sangat dibutuhkan oleh pembeli. Hal ini
dikarenakan dengan terjaganya kebersihan maka akan memberi rasa
nyaman ketika melakukan interaksi dengan pedagang. Ibu Ginem salah
satu pembeli menuturkan :
“Saya senang mbak kalau lingkungan disekitar pasar itu bersih. Dengan kebersihan itu kan nantinya barang yang saya beli juga terjamin kebersihannya. Jadi saya nggak takut dan nggak was-was lagi untuk membeli disini.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Berdasarkan pengamatan dan penelitian di lapangan serta
beberapa pernyataan diatas menunjukkan bahwa kondisi kebersihan
pasar tradisional salah satunya Pasar Legi sekarang lebih baik jika
dibandingkan kondisi sebelumnya. Tetapi tidak dapat dipungkiri
meskipun kebersihan di Pasar Legi sudah meningkat namun masih
terdapat kondisi yang belum baik salah satunya masih ada jalan yang
becek saat musim hujan tiba. Pembeli dan pedagang juga menyadari
biasanya pasar tradisional baunya tidak enak, masih adanya sampah yang
berserakan sehingga pedagang dan pembeli juga tidak menuntut banyak
hal kepada pegawai pasar untuk mengurangi bau yang ada dan
kekurangan yang lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cviii
3. Peningkatan Keamanan dan Ketertiban Pasar
Keamanan dan ketertiban pasar merupakan faktor penting dalam
menunjang keberlangsungan proses jual beli di pasar tradisional.
Pegawai Pasar Legi, Dinas Pengelolaan Pasar, dan seluruh pihak yang
terkait berupaya untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di sekitar
lingkungan pasar. Pemberdayaan dalam peningkatan keamanan dan
ketertiban pasar dianataranya menciptakan suasana kondusif melalui
adanya penjagaan dan peningkatan keamanan dan ketertiban pasar. Ibu
Tutik salah satu pedagang Pasar Legi menuturkan :
“Keamanan dan ketertiban disini ditingkatkan biar pasar lebih aman lagi mbak jadi pembeli kan banyak yang datang dan merasa nyaman untuk berbelanja.”(Wawancara, 23 Desember 2010).
Bapak Bambang selaku Kepala Pasar Legi juga mengatakan :
“Dengan adanya pemberdayaan dalam peningkatan keamanan dan ketertiban dapat memperlancar penataan pasar serta dapat menciptakan suasana aman dan kondusif.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat dilakukan
dengan mengikutsertakan dan aktifnya pedagang, pegawai pasar dan
pihak lain di pasar di dalam meningkatkan dan menjaga keamanan dan
ketertiban pasar yang menunjang penataan pasar dengan tujuan tetap
terjaganya kapasitas dan kapabilitas. Perlindungan dari ketidakadilan
terlihat dari tidak adanya pembeda-bedaan di dalam penciptaan kemanan
dan ketertiban pasar dan disamaratakannya penjagaan keamanan baik di
kios, los, maupun pelataran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cix
Dukungan diberikan kepada pedagang dan pihak lain untuk ikut
serta dalam pemberdayaan guna meningkatkan dan menjaga keamanan
dan ketertiban pasar, dan diberikan bimbingan mengenai peningkatan
keamanan dan ketertiban yang dapat menunjang penataan pasar.
Penciptaan kondisi yang kondusif dengan penjagaan guna meningkatkan
keamanan dan ketertiban di pasar. Dengan adanya keseimbangan itu
diharapkan keamanan dan ketertiban dapat terpelihara dengan baik
begitu pula penataan pasar. Tujuan utama peningkatan keamanan dan
ketertiban yaitu terpeliharanya kondisi yang kondusif tetap seimbang.
Tahapan pemberdayaan dalam peningkatan keamanan dan
ketertiban yang dilakukan yaitu penyadaran dengan bentuk pedagang
sadar dan ikut menjaga pasar agar aman dan tertib setiap harinya untuk
mewujudkan penataan pasar yang baik, dengan pedagang dan pihak-
pihak yang ada di pasar mengerti bahwa tertib dan amannya pasar
merupakan bagian dan milik semua pihak sehingga mereka menjaga
keamanan dan ketertiban. Untuk pengkapasitasan terlihat dari tidak
dibebankan dan dilimpahkannya keamanan dan ketertiban pasar pada
petugas dan satpam saja tetapi juga pada pedagang dengan kemampuan
menjaga situasi pasar sebagai bentuk pengkapasitasan. Sedangkan
empowerment bentuknya berupa saat ada waktu luang, pedagang ikut
melihat situasi sekitar pasar dan ikut menjaga keamanan dan ketertiban
dengan daya dan memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan
keamanan dan ketertiban pasar dalam penataan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cx
Keamanan pasar mengarah pada suatu kondisi yang aman,
nyaman, dan bebas dari tindakan keributan. Sedangkan ketertiban
mengarah pada suatu keadaan dimana pedagang patuh dan tertib dalam
menaati aturan-aturan yang berlaku di pasar. Penataan pedagang
merupakan salah satu bagian dari ketertiban pasar, maka upaya
penertiban yang dilakukan Dinas Pengelolaan Pasar dan pegawai Pasar
Legi melalui pemberian peringatan bahkan sanksi bagi pedagang yang
tidak mau mengikuti peraturan yang berlaku, melanggar aturan, dan
tetap menggelar dagangannya di tempat yang tidak semestinya. Ibu
Ninik salah satu pembeli menuturkan :
”Keamanan dan ketertiban di Pasar Legi sudah berjalan dengan baik, tidak ada keributan antara pedagang atau pengunjung yang berarti mbak. Terkait ketertiban dan keamanan, pedagang di sini juga mudah diatur karena pedagang yang berjualan disini sudah lama berjualan mbak. Meskipun tidak dapat dipungkiri mbak pasti ada yang pro dan kontra.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Ibu Parmi salah satu pembeli di Pasar Legi juga mengatakan :
”Kalau di Pasar Legi ini menurut saya sudah aman mbak jadi saya tidak was-was dan takut jika belanja disini mbak.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Ibu Har salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengatakan :
”Pasar sudah aman dan tertib mbak kan tiap hari terutama pagi dan malam petugas pasar selalu menjaga keamanan dan melakukan penertiban pedagang.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Keamanan di Pasar Legi Kota Surakarta dilakukan untuk
meningkatkan keamanan yang dikelola oleh pihak outsoursing, artinya
keamanan disini merupakan kegiatan yang diselenggarakan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxi
bekerjasama dengan satpam. Petugas keamanan yaitu satpam di Pasar
Legi ditunjuk dan berasal dari Dinas. Petugas keamanan bekerja dengan
digaji dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Bapak Joko satpam di Pasar Legi :
”Keamanan di Pasar Legi biasanya petugasnya itu berasal dari Dinas dan digaji oleh Dinas dengan mengambilkan gaji tersebut dari APBD mbak. Untuk keamanan kita bekerjasama dengan satpam, dimana satpam ini dikelola pihak outsoursing.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Sementara itu, untuk meningkatkan keamanan di Pasar Legi
dalam menunjang pelaksanaan pemberdayaan penataan pedagang ada
petugas keamanan yang dibagi menjadi 2 shift, 3 regu dengan 1 regu
terdiri dari 5 orang dan 1 komandan pleton. Peningkatan keamanan dan
ketertiban dilakukan dengan tujuan agar keamanan di Pasar Legi tetap
terjaga selama 24 jam. Berikut Kepala Pasar Legi Bapak Bambang
mengungkapkan :
“Untuk keamanan di Pasar Legi dibagi menjadi 2 shift dan 3 regu, tujuannya agar pasar tetap aman selama 24 jam. Petugas keamanan disini bekerja dengan berkeliling tiap 2 jam sampai 4 jam.”(wawancara, 31 Januari 2011)
Hal senada dikatakan Bapak Joko selaku satpam di Pasar Legi :
“Untuk menjaga keamanan di sini ada 16 orang satpam yang dibagi menjadi 3 regu dan 2 sift mbak. Satu regu itu terdiri dari 5 orang dan satu danton. Sift pertama bekerja sejak pukul 7 pagi sampai 7 malam dan untuk sift kedua bekerja pukul 7 malam sampai 7 pagi mbak.” (Wawancara, 31 Februari 2011)
Berikut ini merupakan susunan satpam di Pasar Legi Kota
berdasarkan regu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxii
Tabel 4.11
Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 1 Di Pasar Legi
No Nama Jabatan 1. Suratman Komandan Pleton (Dan Ton) 2. Ngadiman Komandan Regu (Dan Ru) 3. Kambali Anggota 4. Edi S Anggota 5. Suwarno Anggota 6. Suroso HS Anggota
Sumber : Kantor Pasar Legi
Tabel 4.12
Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 2 Di Pasar Legi
No Nama Jabatan 1. Suratman Komandan Pleton (Dan Ton) 2. Slamet H Komandan Regu (Dan Ru) 3. Iswanto Anggota 4. Supangat Anggota 5. Ismunandar Anggota 6. Hartono Anggota
Sumber : Kantor Pasar Legi
Tabel 4.13
Jabatan Dan Susunan Satpam Regu 3 Di Pasar Legi
No Nama Jabatan 1. Suratman Komandan Pleton (Dan Ton) 2. Joko T Komandan Regu (Dan Ru) 3. Ciamik Anggota 4. Suroso HS Anggota 5. Suyoto Anggota 6. Mulyono Anggota
Sumber : Kantor Pasar Legi
Untuk masalah ketertiban di pasar, fokus pegawai Pasar Legi
yaitu usaha untuk membuat pedagang di Pasar Legi Kota Surakarta agar
mematuhi peraturan yang ada, seperti menertibkan pedagang agar
bersedia menempati tempatnya masing-masing menertibkan barang
dagangan pedagang yang semrawut. Sehingga proses penataan pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiii
dapat berjalan sesuai keinginan semua pihak tanpa adanya pihak yang
merugi dan dirugikan. Hal ini seperti yang diungkapkan Bapak Bambang
selaku Kepala Pasar Legi :
“Penertiban disini dilakukan agar pedagang mematuhi dan taat pada aturan yang ada, dengan pegawai menertibkan pedagang dan dagangannya agar berjualan sesuai tempatnya dan tidak semrawut serta rapi mbak. Karena biasanya dari dinas sering mengadakan kunjungan untuk memantau keadaan pasar. Terus kalau ada pedagang di Pasar Legi yang ngeyel berdagang di tempat yang bukan semestinya biasanya pada waktu pagi-pagi sekali sebelum mereka membuka dagangannya, saya dan staf memindahkan barang-barang dagangannya ke tempat yang semestinya. Hal itu tidak hanya sekali dua kali mbak, tapi hampir setiap hari khususnya kalau pasar rame.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
Upaya penertiban pasar selain melibatkan satpam yang ada di
pasar juga ada pihak lain seperti Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja).
Selain itu ada DPU (Dinas Pekerjaan Umum), kelurahan dan kecamatan
setempat. Kepala Pasar dan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
melakukan penertiban berupa ajakan sampai pada pemberian peringatan.
Jika peringatan yang diberikan tidak diindahkan maka sewaktu-waktu
tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu akan dilakukan penertiban
sesuai peraturan yang berlaku. Ibu Tutik salah satu pedagang di Pasar
Legi juga menuturkan :
“Biasane petugas esuk-esuk wis nek plataran sekitar pasar mbak tujuane nertibke pedagang sing ngeyel dodol nek gon sing dudu sak mestine.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Kerjasama dengan Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) yang
ada dibawah pimpinan dan dikelola Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta dalam meningkatkan keamanan dan ketertiban pasar dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxiv
apabila masalah yang terjadi di pasar tidak bisa diselesaikan oleh pihak
pasar. Sehingga diharuskan untuk bekerjasama dan minta bantuan dari
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Jumlah anggota Satpol PP di
Dinas Pengelolaan Pasar yaitu 92 orang. Tugas dari Satpol PP
diantaranya menertibkan pedagang yang tetap ngeyel dalam menjual
dagangannya di tempat yang tidak semestinya, menertibkan bangunan
liar dengan cara melakukan pendekatan kelompok kepada pedagang
yang ada di pasar salah satunya dengan memberikan peringatan.
Peringatan yang diberikan oleh Satpol PP jika tidak diindahkan
maka Satpol PP akan melakukan penertiban dengan menyuruh dan
mengoprak-oprak pedagang untuk menempati tempat yang semestinya
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya
Satpol PP di Kota Surakarta hanya menggunakan peluit dan tidak
menggunakan senjata api. Dari hal itu maka terlihat bahwa dalam
melakukan penertiban pedagang dan bangunan liar tidak harus dengan
menggunakan senjata api tetapi dengan bermodalkan peluit dan
pendekatan saja pemerintah melalui satpol PP dapat melakukan
penertiban guna penataan pasarpun bisa berjalan.
Kemudian untuk masalah ketertiban, pegawai Pasar Legi juga
melakukan penertiban terhadap pedagang oprokan yang dilakukan pada
pagi hari dan pelaksanaannya sudah terjadwal karena sudah dibuatkan
jadwal. Biasanya kegiatan ini dilakukan apabila banyak pedagang yang
mulai tidak tertib dalam menempati tempat berdagang di pasar. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxv
sesuai dengan pernyataan yang dikatakan kepala pasar Bapak Bambang :
“Jika terjadi masalah yang tidak dapat diselesaikan pegawai pasar misalnya masalah penertiban pedagang yang menggelar dagangannya di tempat yang tidak semestinya sulit untuk ditertibkan maka kita lapor ke Dinas agar mengirimkan Satpol PP untuk membantu tugas kami mbak, tapi biasanya di Pasar Legi nggak sampai lapor ke Dinas mbak soalnya biasanya pedagang kalau sudah ditegur pegawai pasar dan kepala pasar sudah pada mau menurut. Untuk melakukan penertiban pedagang yang dilakukan pegawai Pasar Legi biasanya disini itu sudah dibuatkan jadwal mbak, sehingga diharapkan dengan adanya jadwal, penataan pasar dalam menata pedagang dapat berjalan dengan lancar dan pedagang menggelar dagangannya sesuai tempatnya.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Hal senada juga dikatakan Bapak Joko salah satu satpam yang
bekerja di Pasar Legi :
“Untuk menata pedagang guna meningkatkan keamanan dan ketertiban disini memang ada jadwal dalam pelaksanaannya mbak baik di pagi maupun malam hari.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Informasi keamanan dan ketertiban di Pasar Legi sudah berjalan
cukup baik meskipun tidak dapat dipungkiri masih adanya satu dua
orang pedagang yang cek-cok mengenai masalah yang ada di pasar.
Untuk masalah kejahatan di Pasar Legi dalam 1 atau 2 tahun terakhir
tidak ada, kalaupun ada hal-hal yang tidak diinginkan seperti
penjambretan atau pencurian biasanya tidak terjadi di sekitar atau dalam
pasar tetapi terjadi di luar lingkungan pasar sehingga tidak menjadi
tanggung jawab petugas pasar. Pasar Legi untuk beberapa tahun ini tidak
ada dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Hal itu terjadi karena
siaganya penjagaan yang dilakukan oleh petugas dan pedagang selama
24 jam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvi
Berikut ini kegiatan satpam dalam melaksanakan tugasnya untuk
meningkatkan keamanan dan ketertiban di Pasar Legi pagi sampai
malam dan sebaliknya :
Tabel 4.14
Kegiatan Satpam Dalam Meningkatkan Keamanan
Dan Ketertiban Di Pasar Legi Pagi Hari
Jam Kegiatan 07.00 Serah terima tugas piket jaga malam ke pagi 08.00 Patroli keliling untuk menertibkan pedagang dari
luar pasar untuk masuk ke dalam pasar 11.00 Patroli di dalam pasar untuk memantau keadaan
di sekitar dalam pasar 15.30 Mengatur pedagang oprokan 17.30 Patroli ke dalam pasar (menutup pintu pasar dan
menyuruh pedagang yang masih ada di dalam pasar untuk berjualan di luar pasar atau di dalam pasar di kosongkan dan sepi)
19.00 Serah terima tugas piket jaga pagi ke malam Sumber : Kantor Pasar Legi
Tabel 4.15
Kegiatan Satpam Dalam Meningkatkan Keamanan
Dan Ketertiban Di Pasar Legi Malam Hari
Pukul Kegiatan 19.00 Serah terima tugas piket jaga pagi ke malam 20.00 Patroli keliling menertibkan pedagang di sekitar
pasar 23.00 Patroli untuk memantau keadaan di sekitar pasar
terutama luar pasar 01.30 Mengatur pedagang 05.00 Patroli ke luar pasar dan membuka pintu pasar 06.00 Mengatur dan memantau pedagang di sekitar
pasar serta menyuruh pedagang untuk masuk dan membawa barang dagangannya ke dalam pasar
07.00 Serah terima tugas piket jaga malam ke pagi Sumber : Kantor Pasar Legi
Menurut Ibu Har selaku salah satu pedagang di Pasar Legi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxvii
mengenai penertiban yang dilakukan oleh pegawai pasar, juga
mengatakan:
”Pegawai pasar disini setiap pagi biasanya melakukan penertiban pedagang mbak guna menertibkan pedagang. Jadi dengan adanya penertiban itu membuat pedagang berjualan ditempat yang seharusnya mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Upaya peningkatan keamanan selain mendapat respon positif dari
seluruh pegawai pasar, pedagang juga datang dari para pembeli yang
datang membeli barang di Pasar Legi serta mengatakan cukup puas
dengan kondisi keamanan di Pasar Legi. Berkaitan dengan keamanan di
Pasar Legi Kota Surakarta Ibu Parmi salah satu seorang pembeli di Pasar
Legi juga mengatakan :
“Keamanan di Pasar Legi menurut saya sudah cukup baik mbak. Karena disini itu keamanan sudah ditingkatkan dengan adanya petugas pasar yang berkeliling untuk melihat dan menjaga keamanan dan kondisi pasar sehingga tidak ada preman yang berkeliaran di sekitar pasar.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat diketahui bahwa
upaya peningkatan keamanan dan ketertiban pasar di Pasar Legi Kota
Surakarta yang dilakukan oleh pegawai Pasar Legi sudah baik dan
mendapat tanggapan yang baik pula dari pegawai, pedagang dan pembeli
yang berbelanja di Pasar Legi meskipun tidak dapat dipungkiri masih
ada beberapa kendala yang muncul.
4. Peningkatan Fasilitas Pasar
Fasilitas dan sarana pasar yang memadai menjadi faktor
pendukung dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxx
Perlindungan dari ketidakadilan dalam peningkatan fasilitas pasar
misalnya tidak adanya perbedaan perlakuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang muncul saat menjaga, merawat, dan meningkatkan
fasilitas pasar serta memberikan fasilitas yang sama sehingga tidak ada
ketidakadilan yang dirasakan oleh pihak manapun. Dukungan dan
bimbingan diberikan dalam menjaga, merawat dan meningkatkan
fasilitas di sekitar lingkungan pasar. Pemeliharaan keseimbangan pada
kondisi yang kondusif di pasar diharapkan peningkatan fasilitas dalam
penataan pasar juga dapat berjalan dengan baik.
Tahapan strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam
peningkatan fasilitas pasar yaitu penyadaran kepada pedagang bahwa
fasilitas pasar milik bersama bukan golongan tertentu saja. Hal ini
dilakukan dengan bentuk ikut sertanya antara pihak pasar bersama
pedagang lainnya melakukan pertemuan dan pembicaraan membahas
tentang fasilitas pasar beserta perbaikan yang harus dilakukan sehingga
pedagang ada kemauan untuk ikut serta merawat, menjaga, dan
menggunakan fasilitas yang ada di pasar setiap harinya dan merasa
diperlukan dalam partisipasinya meningkatkan fasilitas yang ada di pasar
dengan tujuan Pasar Legi agar lebih tertata lebih rapi.
Berdasarkan penelitian pemberdayaan untuk peningkatan fasilitas
pasar di dalam penataan pasar, lebih ditekankan pada usaha menambah
sarana dan prasarana pasar. Berikut tabel perbaikan sarana dan prasarana
dalam penataan pasar sebagai langkah pemberdayaan peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxi
fasilitas pasar :
Tabel 4.17
Perbaikan Sarana Dan Prasarana Dalam Peningkatan
Fasilitas Pasar
No Tahun Perbaikan Sarana Dan Prasarana 1. 2006 Pembangunan pagar pasar depan 2. 2007 Perbaikan dan pemeliharaan talang 3. 2008 Pembangunan Pasar Legi baru di sebelah timur 4. 2009 Pembangunan kantor dan masjid 5. 2010 Pembangunan pasar gereh
Sumber : Kantor Pasar Legi
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui penambahan sarana
dan prasarana disini guna peningkatan fasilitas pasar diantaranya
membangun pagar pasar depan yang dilaksanakan pada tahun 2006,
perbaikan dan pemeliharaan talang pada tahun 2007, pembangunan
bangunan baru disebelah timur yang sering disebut pasar timur tahun
2008, untuk tahun 2009 dilakukan pembangunan kantor dan masjid
menjadi dua lantai, dan dalam tahun 2010 di bangun pasar gereh.
Hal tersebut dilakukan agar fasilitas yang dimiliki pasar menjadi
komplit dan meningkat. Dengan adanya peningkatan fasilitas tersebut,
maka dapat menjadikan kondisi pasar lebih rapi, bersih, dan nyaman
untuk dikunjungi pembeli, serta pembersihan lokasi pasar akan lebih
mudah dan tidak ruwet. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak
Bambang selaku Kepala Pasar Legi :
“Peningkatan fasilitas pasar disini yang sudah kami lakukan diantaranya pembangunan pagar pasar depan, pemeliharaan talang, pembangunan pasar timur, kantor dan masjid yang menjadi dua lantai, pasar gereh, serta bertambahnya los dan kios mbak. Adanya peningkatan fasilitas dengan penambahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxii
sarana dan prasarana diharapkan mempermudah dan menunjang pelaksanaan penataan pasar sehingga lebih mudah dikontrol, dan keadaan pasar tidak semrawut.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Har salah satu pedagang juga mengatakan hal yang senada :
“Disini sudah dibangun bangunan baru Pasar Legi disebelah timur itu lho mbak, terus pagar depan, pasar gereh, dan perbaikan pada talang untuk meningkatkan fasilitas pasar.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Peningkatan fasilitas dengan dibangunnya sarana dan prasarana
tersebut diharapkan meningkatkan dan memperlancar kegitan jual beli
kebutuhan sehari-hari di Pasar Legi. Peningkatan fasilitas pasar juga
dilakukan dengan penambahan atau penggantian sarana dan prasarana
kebersihan seperti sapu, susruk, sapu sawang, tong sampah, ataupun
ekrak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ibu Mulyani salah satu
pedagang di Pasar Legi :
“Peningkatan fasilitas pasar juga ditunjang oleh penambahan alat-alat kebersihan mbak seperti sapu, susruk, sapu sawang, tong sampah. Sehingga fasilitas dapat digunakan semaksimal mungkin.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Selain talang dan lainnya, los dan kios menjadi salah satu
fasilitas utama bagi para pedagang dalam menggelar barang
dagangannya karena apabila jumlah los dan kios yang ada di Pasar Legi
terbatas maka akan sulit untuk dilakukannya penataan pasar yang baik
dan rapi serta di dalam menata pedagang. Bapak Didik selaku Kepala
Seksi Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima mengatakan :
“Dengan adanya los dan kios yang sesuai dengan jumlah pedagang diharapkan fasilitas yang ada di pasar bisa ditingkatkan sehingga penataan pasar dapat berjalan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiii
baik dan tertib, pedagang juga tertib di dalam menggelar barang dagangannya.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Selain itu peningkatan fasilitas pasar seperti bertambahnya kios
dan los diharapkan selain meningkatkan proses jual beli juga
memperbaiki kondisi pasar agar menjadi tertata rapi. Sehingga dengan
tertata rapinya pasar diharapkan pembeli akan merasa nyaman untuk
membeli barang di Pasar Legi. Ibu Ning selaku staf koordinasi los/kios
menyatakan :
“Peningkatan fasilitas pasar selain dengan perbaikan talang, membangun pasar timur dan lainnya juga dilakukan melalui penambahan jumlah los dan kios. Sebagaimana dengan meningkatnya jumlah los dan kios diharapkan dapat menunjang dan menciptakan kondisi pasar menjadi lebih baik dan pembeli nyaman dalam mengunjungi Pasar Legi.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
Adanya perbedaan jumlah kios dan los dengan jumlah pedagang,
Kepala Pasar dan Dinas Pengelolaan Pasar melakukan kebijakan untuk
merubah luas tempat berdagang. Luas tempat untuk berjualan di Pasar
Legi baik los maupun kios yang lama luasnya bervariasi. Luas los
diantaranya 2 m2, 3 m2 sampai 18 m2. Sedangkan untuk luas kiosnya
juga bermacam-macam dari 9 m2, 12 m2 sampai 40 m2. Dari banyaknya
macam luas kios dan los di Pasar Legi yang lama kemudian dilakukan
pengurangan luas pasar di Pasar Legi yang baru di sebelah timur dengan
luasnya menjadi 3 m2. Hal itu dilakukan agar semua pedagang mendapat
hak yang sama dan penataan pasar berhasil dengan kondisi pasar yang
tertata rapi.
Dengan adanya pengurangan luas tempat berjualan maka dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxiv
menambah jumlah los dan kios yang dapat dibangun guna meningkatkan
fasilitas pasar. Sehingga dengan banyaknya los dan kios dapat
menampung pedagang dalam jumlah yang banyak. Bapak Bambang
selaku Kepala Pasar Legi juga mengutarakan :
“Dengan dilakukannya pengurangan luas tempat berjualan dari yang lumayan luas menjadi 3 m2 itu diharapkan kondisi pasar menjadi tertata lebih baik lagi dan tidak terjadi kesemrawutan.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Tin salah satu pedagang juga mengatakan :
“Pengurangan luas tempat berjualan yang sudah diterapkan di bangunan pasar yang baru ini untuk menata pasar agar tertata rapi sedangkan di pasar yang lama tatanannya juga diatur agar tidak kelihatan semrawut mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Jadi berdasarkan penjelasan diatas peningkatan fasilitas Pasar
Legi dilakukan untuk menunjang kelancaran segala kegiatan yang ada di
pasar. Selain itu, peningkatan fasilitas juga dapat meningkatkan kinerja
dan produktivitas petugas sehingga pekerjaan lebih cepat diselesaikan.
5. Pembinaan Pedagang Pasar
Pemberian pembinaan kepada pedagang merupakan upaya yang
dilakukakan oleh pegawai pasar untuk meningkatkan kualitas Sumber
Daya Manusia pedagang Pasar Legi. Tujuan Pemberian pembinaan yaitu
untuk memperbaiki sikap, pola pikir dan perilaku pedagang akan hak
dan kewajibannya sebagai pedagang. Dalam hal ini, pemberian
pembinaan pedagang dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada pedagang akan pentingnya dilakukannya penataan
pedagang guna kelancaran penataan pasar. Jadi pelaksanaan pembinaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxv
ini bertujuan untuk meyakinkan dan memperkenalkan pedagang
mengenai suatu program. Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan
Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima mengatakan :
”Dalam penataan pasar itu penting dilakukannya pembinaan, salah satunya pemberian bimbingan dan dukungan yang merupakan bagian dalam pemberdayaan mbak.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Pemberdayaan dalam pembinaan kepada pedagang pasar meliputi
menciptakan suasana kondusif dengan pedagang dan berbagai pihak
yang terkait bersedia mengikuti pelaksanaan sosialisasi atau pembinaan
yang ada di pasar. Penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat yang
berlangsung didalam pembianaan atau sosialisasi melalui mengikut
sertakan pedagang, dan pihak lain di pasar agar mengetahui pentingnya
dilakukan penataan pasar melalui sosialisasi dengan tujuan agar tetap
terjaganya kapasitas dan kapabilitas pedagang dan pegawai pasar.
Dengan adanya pemberdayaan dapat terciptanya perlindungan
dari ketidakadilan dilakukan melalui mengikutsertakan semua pedagang
meskipun dengan perwakilan yang dapat menjadi penyambung lidah
antara keinginan yang satu dengan yang lain serta tidak adanya
pembeda-bedaan di dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam
pemberian pembinaan. Dukungan dan bimbinganpun juga diberikan
kepada pedagang dan pihak lain yang terkait untuk mengikuti pembinaan
mengenai pentingnya penataan pasar.
Penciptaan kondisi yang kondusif agar tetap seimbang dilakukan
dengan semua pedagang mengikuti pembinaan lalu menerapkan ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvi
yang diterimanya didalam melakukan penataan pasar guna
meningkatkan perannya dalam penataan pasar. Dengan adanya
keseimbangan sebagai hasil dari penerapan pembinaan itu diharapkan
penataan pasar dapat terpelihara dengan baik. Pada dasarnya dalam
proses pembinaan, dilakukan pemberian bimbingan dan dukungan yang
diharapkan penataan pasar dapat terlaksana dengan baik. Menurut Bapak
Bambang selaku Kepala Pasar mengatakan :
“Pemberdayaan dalam pembinaan dipaguyuban itu yang utama adalah pemberian dukungan dan bimbingan kepada pedagang agar pedagang mengetahui pentingnya dilakukan penataan pasar.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Har salah satu pedagang juga mengatakan :
”Biasanya para pedagang diberikan bimbingan dan dukungan untuk ikut serta dalam kegiatan yang ada di pasar melalui pembinaan itu mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Selain itu dalam pembinaan ada tahapan pemberdayaan yaitu
penyadaran kepada pedagang akan pentingnya dilakukan penataan pasar
yang dapat meningkatkan kondisi pasar menjadi lebih baik. Penyadaran
yang diberikan dimulai dari dalam diri pedagang tersebut dengan bentuk
semua pihak terutama pedagang sadar bahwa paguyuban IKKAPPAGI
termasuk pembinaan milik bersama dan semua orang berhak
mengikutinya. Apabila pedagang sudah memiliki kesadaran yang tinggi
maka penataan pasar juga akan berjalan lancar dan baik. Dengan begitu
pedagang mau dan mampu melaksanakan kewajiban sebagai salah satu
anggota dalam pembinaan serta mengikuti pembinaan setiap minggu
atau bulan yang diadakan sebagai bentuk pengkapasitasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxvii
Tahapan terakhir pemberdayaan yang menunjang penataan pasar
yaitu empowerment dalam bentuk diberikannya kesempatan untuk
mengikuti pembinaan tanpa terkecuali melalui perwakilan dengan daya
yang dimiliki dan kepala pasar beserta pihak lain mempercayakan
kepada pedagang bahwa para pedagang mempunyai daya untuk
memaksimalkan kesempatan atau peluang yang diberikan terutama pada
waktu luang. Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan Dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima mengatakan:
”Pemberdayaan di dalam penataan pasar dilakukan penyadaran kepada pedagang, keyakinan bahwa dilakukannya penataan pasar maka pedagang akan mampu menciptakan kondisi pasar yang lebih baik, serta pemberian daya berupa peluang untuk ikut di dalam penataan pasar mbak.”(2 Februari 2011)
Hal yang senada juga diungkapkan oleh Kepala Pasar Legi
Bapak Bambang :
”Di dalam proses sosialisasi itu ada tahap penyadaran mbak agar pedagang lebih mengetahui tentang pentingnya penataan pasar, dengan kesadaran itu diharapkan nantinya muncul kemampuan untuk menerima pemberian daya atau peluang yang diberikan Kepala Pasar kepada pedagang.”(31 Januari 2011)
Ibu Tutik selaku pedagang di Pasar Legi mengatakan :
“Pembinaan yang dilakukan oleh pegawai sudah berjalan baik mbak tapi dalam pembinaan itu belum adanya bangunan tetap sebagai tempat dilaksanakannya proses pembinaan mbak.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Ibu Tin salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengatakan :
“Pembinaan yang dilakukan pegawai kepada pedagang dilakukan dirumah salah satu pedagang yang merupakan anggota atau perwakilan dalam pembinaan mbak.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxviii
Pembinaan dalam program ini memberitahu dan menerangkan
mengenai pentingnya menata pedagang dalam penataan Pasar Legi.
Pembinaan menjadi proses yang sulit, hal ini karena menyadarkan
pedagang mengenai pentingnya penataan pedagang sangatlah tidak
mudah. Selain itu usaha melakukan pembinaan pedagang melalui
beberapa prosedur dan tahap. Untuk prosedur dan tahap pembinaan
pedagang Bapak Bambang selaku Kepala Pasar Legi juga mengatakan :
“Pembinaan dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dan membuka pikiran pedagang akan pentingnya dilakukannya penataan pedagang guna penataan pasar. Dalam pembinaan itu biasanya tidak semua pedagang ikut tapi melalui perwakilan, misalnya itu kelompok pedagang wortel siapa, kentang siapa, lombok siapa, dan sebagainya. Untuk tahap dalam proses pembinaan pedagang di Pasar Legi biasanya gini mbak, awalnya itu kita melihat adanya keluhan dari pedagang, jika ada kemudian paguyuban lapor kepada saya, lalu Kepala Pasar memberikan perintah kepada petugas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pembinaan, jika tetap belum berhasil kita lapor ke Dinas Pengelolaan Pasar dan bekerja sama dengan Satpol PP.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Tutik pedagang bawang merah dan sayuran mengatakan:
“Dalam pembinaan itu dilakukan melalui perwakilan mbak jadi nggak semua pedagang ikut.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan Dan Pembinaan
Pedagang Kaki Lima mengatakan :
“Proses menata pedagang dalam penataan pasar meliputi pemberitahuan, pembinaan, penataan dan pendampingan mbak.” (Wawancara, 2 Februari 2011)
Ibu Mulyani salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengatakan:
“Kami akan lapor mbak bila ada masalah lalu pegawai akan menindaklanjuti dengan bekerjasama dengan paguyuban lewat pemberian pembinaan.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxix
Setiap pasar tradisional di Surakarta memiliki paguyuban pasar.
Sama halnya di Pasar Legi juga memiliki paguyuban yang masih aktif.
Paguyuban pedagang di Pasar Legi ini menampung segala aspirasi
pedagang serta juga turut berperan dalam pembinaan atau pemberian
sosialisasi kepada pedagang pasar. Paguyuban di Pasar Legi namanya
IKKAPPAGI ( Ikatan Keluarga Pedagang Pasar Legi) yang berperan
dalam menjembatani komunikasi antara pedagang dengan dinas pasar
serta membina rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara sesama
pedagang. Kepala Pasar Legi Bapak Bambang mengatakan :
“Untuk menunjang pelaksanaan pembinaan atau pemberian sosialisasi kepada para pedagang disini saya juga bekerjasama dengan paguyuban yang masih aktif sampai saat ini mbak namanya paguyuban IKKAPPAGI sebagai penyatu lidah antara pedagang dengan pemerintah yang umurnya hampir 30 tahun. Selain dengan paguyuban kami juga bekerja sama dengan satpam dan perwakilan pedagang.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Paguyuban IKKAPPAGI dalam pelaksanaannya dilakukan
dirumah salah satu perwakilan pedagang. Hal ini karena paguyuban
belum memiliki tempat tetap untuk melakukan pembinaan. Namun
paguyuban tersebut telah memberikan sumbangan bagi Pasar Legi.
Menurut Ketua IKKAPPAGI Bapak Nurhadi mengatakan:
“Paguyuban IKKAPPAGI memprakarsai berdirinya sebuah masjid disisi kanan pasar sebelah utara yang di beri nama Masjid Nurul Falah, meskipun dalam pembangunannya mendapat bantuan dana dari berbagai pihak namun pemrakarsa utamanya IKKAPPAGI mbak.” (Wawancara, 1 Februari 2011)
Pembinaan yang dilakukan oleh paguyuban IKKAPPAGI tidak
dilakukan di pasar tetapi bertempat di salah satu rumah pedagang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxx
merupakan perwakilan dari pedagang di Pasar Legi. Ibu Ning salah
satu pegawai di Pasar Legi mengatakan :
“Pembinaan dilaksanakan di salah satu rumah perwakilan dari pedagang mbak, soalnya paguyuban belum mempunyai bangunan sebagai tempat tetap untuk pembinaan.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Ibu Har salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengatakan :
“Pembinaan dilakukan dirumah pedagang mbak karena tidak ada bangunan pasti di Pasar Legi untuk pembinaan.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Selain melalui paguyuban, para pegawai pasar juga melakukan
penyadaran melalui peringatan langsung kepada pedagang akan
pentingnya penataan pedagang. Dengan sosialisasi tersebut diharapkan
pedagang mengerti, menuruti dan mau melaksanakan proses penataan
pedagang agar berjalan dengan lancar. Berkaitan dengan pembinaan
pedagang Ibu Tin salah satu pedagang Pasar Legi, menyatakan:
“Gini mbak pembinaan biasanya nggak mesti ik mbak kadang 1 minggu sekali tapi kadang 1 bulan sekali dengan perwakilan beberapa orang. Tapi apabila masih ada pedagang yang ngeyel dan tidak menuruti hasil pembinaan biasanya diperingatkan petugas dan kalau masih juga ngeyel akan dipanggil dan diselesaikan oleh Kepala Pasar. Tapi biasanya kalau udah diperingatkan Pak Bambang Kepala Pasar Legi udah nurut mbak.” (23 Desember 2010)
Kondisi pasar tradisional termasuk Pasar Legi yang jauh dari
harapan para pedagang, pembeli, dan semua pihak membuat Dinas
Pengelolaan Pasar selaku pihak yang bertanggung jawab atas semua
masalah yang berkaitan dengan pasar di Kota Surakarta juga
mengadakan pembinaan atau sosialisasi kepada para pedagang di Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxi
Legi. Pembinaan atau penyuluhan ini dilakukan sebagai bentuk perhatian
Dinas Pengelolaan Pasar kepada pedagang untuk menaati peraturan yang
ditetapkan terutama dalam masalah penataan pasar begitu pula mengenai
penataan pedagang dan tempat berjualan untuk menggelar barang
dagangannya. Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan Dan
Pembinaan Pedagang Kaki Lima Dinas Pengelolaan Pasar mengatakan :
“Pihak kami memang memberitahukan kepada para pedagang di Pasar Legi untuk selalu berjualan di tempat yang sudah ditentukan. Kami juga meyakinkan kepada pedagang pasti lama-kelamaan pembeli juga akan bertambah jika mengingat potensi yang dimiliki Pasar Legi memang besar dan merupakan pasar induk yang buka 24 jam tanpa henti.” (2 Februari 2011)
Ibu Laginem salah satu pedagang juga mengatakan :
“Pembinaan disini tidak hanya dilakukan pegawai pasar mbak kadang dari dinas juga ada yang ikut memberikan pembinaan kepada pedagang.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
Dari penjelasan diatas pembinaan di Pasar Legi lebih diupayakan
untuk mengenalkan pentingnya pelaksanaan penataan pasar. Pembinaan
dilakukan secara langsung melalui pertemuan dengan pedagang dan
melalui paguyuban. Pada dasarnya kegiatan pembinaan adalah upaya
untuk menyadarkan pedagang akan pentingnya dilakukannya penataan
pasar dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pedagang
pasar, sehingga Pasar Legi dapat tertata dengan baik.
Tabel 4. 18
MATRIK HASIL PENELITIAN STRATEGI PEMBERDAYAAN DALAM
PENATAAN PASAR LEGI OLEH DINAS PENGELOLAAN PASAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxii
KOTA SURAKARTA
N
O
INDIKATOR
KEGIATAN PENGELOLAAN PASAR
YANG SUDAH DILAKSANAKAN
KEGIATAN PENGELOLAAN
PASAR YANG BELUM DAN
SEDANG DILAKSANAKAN
STRATEGI PEMBERDAYAAN
1. Pemeliharaan Pasar
Perbaikan dan perawatan sudah dilakukan terhadap bangunan yang ada di dalam dan luar Pasar Legi Kota Surakarta serta penambahan daya dan pemasangan listrik
Untuk pemeliharaan guna penataan pasar sedang dilakukan perawatan sarana dan prasarana seperti talang, atap, dan saluran-saluran melalui upaya swadaya padagang dan pegawai Pasar Legi secara optimal
Tahap pemberdayaannya yaitu penyadaran dengan bentuk pedagang diminta ikut langsung dalam kerja bakti yang diadakan untuk memelihara bangunan dan sarana pasar sehingga pedagang sadar bangunan dan kegiatan di pasar merupakan bagian dan milik semua pihak agar menjadi mandiri dalam memelihara pasar tanpa bergantung pada pihak lain. Bentuk pengkapasitasan berupa diberikan kepercayaan, dengan setiap hari pedagang bersedia memelihara sarana dan bangunan. Empowerment dengan pedagang memelihara bangunan dan sarana dengan kemampuan saat senggang.
2. Peningkatan Kebersihan Pasar
Terdapat 40 petugas kebersihan dan 3 staf kebersihan di Pasar Legi, Adanya alat-alat yang menunjang peningkatan kebersihan pasar seperti sapu, susruk, sapu sawang, dan tong sampah sebagai tempat penampungan sementara sebelum diangkut atau diambil oleh truk dari petugas Dinas Pengelolaan Pasar, serta sudah adanya penambahan dan penggantian alat kebersihan guna meningkatkan kinerja dan produktivitas petugas kebersihan.
Sedang adanya pengecoran terhadap jalan yang rusak untuk menghindari adanya jalan yang becek saat musim hujan tiba
Tahap strategi pemberdayaan yang dilakukan yaitu penyadaran dengan setiap hari pedagang menjaga dan merawat kebersihan pasar di dekat kios maupun los sebagai hasil kesadaran bahwa kebersihan pasar merupakan tanggung jawab dan bagian dalam diri semua pihak. Pedagang menggunakan otoritas untuk ikut membersihkan lingkungan pasar tanpa hanya membebankan pada petugas saja sebagai bentuk pengkapasitasan. Pada saat ada waktu luang pedagang ikut membersihkan pasar dengan diberikan kesempatan kepada pedagang oleh pegawai sebagai bentuk empowerment.
3. Peningkatan Keamanan Dan
Terdapat 16 petugas keamanan dan 2 staf keamanan yang tetap berjaga
Untuk menciptakan keamanan dan ketertiban di pasar
Tahapan strategi pemberdayaan yang dilakukan yaitu penyadaran dengan pedagang sadar dan ikut menjaga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiii
Ketertiban Pasar
selama 24 jam yang dibagi menjadi 2 shift, 3 regu, dan masing-masing regu terdiri dari 1 danton dan 5 orang, sudah adanya penertibkan pedagang untuk menempati tempat beserta yang semestinya agar pasar tidak semrawut, serta adanya kerjasama dengan satpol PP untuk menertibkan pedagang
sedang dilakukan penertiban kepada sebagian pedagang yang belum menempati tempat berjualan yang semestinya dan sedang dilakukan penertiban tukang becak dan tempat parkir.
pasar agar aman dan tertib setiap hari. Tidak membebankan aman dan tertibnya pasar pada petugas saja tetapi juga pada pedagang dengan kemampuan menjaga situasi pasar sebagai bentuk pengkapasitasan. Saat ada waktu, pedagang melihat situasi sekitar pasar dan ikut menjaga keamanan dan ketertiban pasar dengan daya dan memanfaatkan peluang sebagai bentuk empowerment.
4. Peningkatan Fasilitas Pasar
Sudah diibangunnya Pasar Legi yang baru di sebelah timur beserta kios dan los, pagar di depan pasar,pasar gerah, kantor dan masjid serta perbaikan talang yang menunjang penataan pasar, Tersedianya kantor pasar, pos satpam, mushola,bak sampah atau TPS, MCK.
Sedang dilakukan penempatan fasilitas pasar secara merata di Pasar Legi sehingga semua pihak bisa memanfaatkannya dan melakukan perbaikan talang.
Tahapan strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam peningkatan fasilitas pasar berupa penyadaran bahwa fasilitas pasar milik bersama bukan golongan tertentu saja dengan bentuk ikut sertanya antara pihak pasar bersama pedagang lainnya guna melakukan pertemuan dan pembicaraan membahas tentang fasilitas pasar beserta perbaikan yang harus dilakukan sehingga pedagang ikut serta merawat, menjaga, dan menggunakan fasilitas yang ada di pasar setiap harinya.
5. Pembinaan Pedagang Pasar
Dilakukannya sosialisasi tentang pentingnya dilakukannya penataan pasar di Pasar Legi melalui penataan pedagang dengan perwakilan serta diberikan penyadaran, pengkapasitasan dan empowerment, Masih aktifnya paguyuban IKKAPPAGI di Pasar Legi sebagai wadah penyambung lidah antara pegawai dengan pemerintah dan menampung segala bentuk aspirasi.
Tidak adanya tempat atau bangunan tetap yang digunakan untuk pembinaan, sehingga biasanya pembinaan dilakukan di rumah salah satu perwakilan pedagang
Tahap pemberdayaan yang dilakukan penyadaran yang diberikan dan dimulai dari dalam diri pedagang dengan semua pihak ikut dan sadar bahwa pembinaan di paguyuban IKKAPPAGI milik bersama dan semua orang berhak mengikuti, jadi pedagang mau dan mampu melaksanakan kewajiban serta mengikuti pembinaan setiap minggu atau bulan sebagai bentuk pengkapasitasan yang nantinya diterapkan dalam penataan pasar dengan menggunakan daya dan kesempatan pada waktu luang untuk mengikuti pembinaan sebagai bentuk empowerment.
C. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxiv
Dalam pelaksanaan strategi pemberdayaan dalam penataan pasar
terdapat faktor penghambat dan pendukungnya. Faktor hambatan adalah
semua faktor yang menghambat proses pemberdayaan pasar. Faktor
penghambat tersebut diantaranya keterbatasan dana, kurangnya komunikasi
antara pegawai Dinas Pengelolaan Pasar dengan Kepala Pasar Legi serta
pedagang, wewenang yang dimiliki Kepala Pasar Legi terbatas, Kurangnya
kesadaran para pedagang. Faktor pendukung adalah semua faktor yang bisa
mendukung jalannya proses pemberdayaan dalam penataan pasar yaitu
kerjasama yang terjalin dengan pihak lain, seperti kerjasama dengan Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Surakarta dalam penertiban pedagang, partisipasi
pedagang, sarana dan prasarana yang memadai.
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung yang muncul di dalam proses pemberdayaan
untuk melakukan penataan pasar meliputi :
1) Kerjasama dengan Satuan Polisi Pamong Praja
Pelaksanaan proses pemberdayaan dalam penataan pasar di Pasar
Legi, Kepala Pasar Legi beserta staffnya melakukan kerjasama dengan
Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surakarta untuk menertibkan
pedagang dengan tujuan agar pedagang tidak menggelar dagangannya
di tempat yang tidak semestinya dan menaati peraturan di dalam
penataan pedagang di pasar, sehingga pasar dapat tertata dengan rapi
dan tidak semrawut. Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan dan
Pembinaan Pedagang Kaki Lima mengatakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxv
“Untuk memudahkan dalam penataan pasar terutama menata pedagang dan lainnya biasanya melibatkan bantuan Satpol PP mbak.” (Wawancara, 2 Februari 2011)
Kerjasama ini dilakukan untuk mencegah adanya hal-hal yang
tidak diinginkan dan berjaga-jaga apabila pihak pasar mengalami
kesulitan menertibkan dalam pelaksanaan penataan pedagang di pasar.
Sehingga dengan adanya kerjasama dengan Satuan Polisi Pamong
Praja maka pasar menjadi tidak semrawut dan terlihat rapi. Bapak
Bambang selaku Kepala Pasar Legi menuturkan :
“Apabila dalam penataan pasar terjadi kesulitan menertibkan pedagang dan pihak Pasar Legi tidak dapat menyelesaikannya, kami akan melaporkan dan memberitahukan ke Dinas untuk diproses lebih lanjut salah satunya dengan mengirimkan Satpol PP untuk membantu kita mbak. Sejauh ini dari pihak Pasar Legi untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam penataan pasar masih bisa menyelesaikannya tanpa harus melibatkan pihak dari Dinas Pengelolaan Pasar.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
Salah satu pedagang Ibu Tin juga menuturkan : “Memang mbak saya pernah melihat ada Satpol PP yang membantu pegawai untuk mengatasi masalah kayak nertibke pedagang.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
2) Sarana Dan Prasarana Yang Memadai
Sarana dan prasarana menjadi faktor pendukung di dalam proses
pemberdayaan pelaksanaan penataan pasar serta dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari. Kelengkapan sarana dan prasarana yang ada di
dalam suatu organisasi menunjang dan sangat mempengaruhi
lancarnya kegiatan yang akan dilakukan. Bapak Didik selaku Kepala
Seksi Penataan Dan Pembinaan PKL juga mengatakan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvi
“Sarana dan prasarana yang dimiliki pasar itu berguna dalam penataan pasar yang rapi mbak. Dengan adanya fasilitas yang memadai maka pedagang juga akan senang untuk menjaga dan merawatnya sehingga pasar dapat tertata dengan berbagai sarana dan prasarana yang baik pula.”(Wawancara, 2 Februari 2011)
Sehingga untuk menjalankan tugasnya sehari-hari pihak yang
terkait baik dari Pasar Legi maupun Dinas Pengelolaan Pasar
menyediakan berbagai peralatan guna menunjang segala aktivitas yang
hendak dilakukan terutama yang berkaitan dengan penataan pasar.
Selaku Kepala Pasar Legi Bapak Bambang mengungkapkan :
“Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan kegiatan terutama yang berkaitan dengan penataan pedagang kami menyediakan alat-alat kebersihan agar tempat yang digunakan untuk berjualan terlihat lebih bersih. Misalnya sapu, tempat sampah.” (Wawancara, 31 Januari 2011)
Ibu Laginem salah satu pedagang juga mengatakan :
“Kompletnya fasilitas pasar membuat penataan pasar mudah untuk diterapkan dan dijalankan mbak, kan kalo fasilitas sing dibutuhke ono kami kan juga semangat dan tertib saat berjualan.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat yang muncul di dalam proses pemberdayaan
untuk melakukan penataan pasar diantaranya :
1) Kurangnya Komunikasi
Kurangnya komunikasi yang intensif dari beberapa pihak yang
terlibat biasanya terjadi karena kesibukan dari masing-masing pihak
yang terkait. Semua pihak sebenarnya melakukan komunikasi untuk
membahas permasalahan yang terjadi di Pasar Legi, namun kadang
pegawai dari Dinas Pengelolaan Pasar yang hendak ditemui justru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxvii
sedang melakukan kunjungan ke pasar-pasar yang ada di Surakarta
dengan tujuan untuk memantau perkembangan dan menyelesaikan
masalah yang terjadi. Bapak Bambang selaku Kepala Pasar Legi juga
mengatakan:
“Kalo untuk memperlancar komunikasi antara pihak Pasar Legi dengan pihak Dinas Pengelolaan Pasar itu, kurang lebih 3 kali dalam 1 minggu itu saya pergi ke Dinas Pengelolaan Pasar mbak dengan tujuan agar lebih intensif dalam melakukan komunikasi dengan pihak terkait untuk membahas masalah yang ada di Pasar Legi.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
Berkaitan dengan kurangnya komunikasi antara pihak dari Pasar
Legi dengan Pihak Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,
sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Didik selaku Kepala Seksi
Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima :
“Penanganan masalah pasar terutama masalah penataan pedagang yang seharusnya bisa dilakukan dengan cepat menjadi terlambat mbak hal ini dikarenakan kadang laporan dari Kepala Pasar terlambat diterima. Sehingga permasalahan itu tidak dapat terselesaikan dengan waktu singkat dan cepat.” (Wawancara, 2 Februari 2011)
Ibu Mulyani salah satu pedagang di Pasar Legi juga mengatakan :
“Hambatan yang dihadapi dalam penataan pedagang itu kurangnya komunikasi mbak, kadang sebagian pembeli mau lapor tapi nggak berani.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
2) Kurangnya Kesadaran Pedagang
Pelaksanaan proses pemberdayaan untuk penataan pasar,
kesadaran pedagang sangat dibutuhkan untuk menunjang kelancaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxviii
dari kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut. Namun kesadaran yang
ditunjukkan oleh pedagang belum begitu besar. Hal tersebut terlihat
dari adanya protes dari pedagang dan masih adanya pedagang yang
ngeyel berjualan di luar pasar dan pelataran serta adanya pedagang
saling berebutan untuk memperoleh tempat yang strategis.
Hal tersebut dipertegas dengan penuturan Bapak Bambang selaku
Kepala Pasar Legi Kota Surakarta :
”Kesadaran pedagang sangat dibutuhkan mbak apalagi untuk menunjang pelaksanaan penataan pasar, di Pasar Legi sendiri kesadaran yang ditunjukkan oleh pedagang belum begitu besar. Sehingga masih ada pedagang yang tidak menuruti perintah saya dan melaksanakan peraturan yang ada mbak.” (Wawan cara, 31 Januari 2011)
Sama halnya yang diungkapkan oleh Bapak Didik selaku Kepala
Seksi Penataan Dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima :
”Kalau peraturan yang sudah kita buat dan tetapkan tidak diikuti perilaku dari pedagang yang mendukung dan tidak adanya kesadaran untuk melakukannya, kan percuma mbak nggak ada gunanya dan sia-sia, jadi harus ada keikutsertaan yang ditunjukkan pedagang agar proses pemberdayaan untuk melakukan penataan pasar bisa terlaksana sesuai dengan rencana dan tujuan yang ingin dicapai. Namun dalam kenyataannya masih rendah mbak kesadaran pedagang yang ada.” (Wawancara, 2 Februari 2011)
Ibu Tutik pedagang di Pasar Legi juga mengatakan : ”Kami sebenarnya senang mbak bila dapat ikut berpartisipasi dan membantu di dalam menata pasar. Kalau pasar tertata rapi kan nanti pembeli senang dan banyak yang berbelanja disini. Tapi memang belum banyak dan belum semua pedagang mau ikut.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxxxix
Adanya sebagian pedagang yang masih ngeyel menggelar barang
dagangannya di luar pasar menyebabkan adanya protes dari pedagang
yang berjualan di dalam pasar baik di dalam los maupun kios. Protes
dari pedagang, terjadi karena pedagang di Pasar Legi masih bersifat
tradisional dan kurang mengerti akan pentingnya penataan pedagang,
sehingga sebagian dari pedagang kurang memahami dan masih
menggelar dagangannya di luar pasar. Sebagaimana diungkapkan oleh
Bapak Didik selaku Kepala Seksi Penataan Dan Pembinaan Pedagang
Kaki Lima :
“Kalau untuk penataan pasar sudah biasa mbak pasti ada pro dan kontra yang datang dari pedagang.”(Wawancara, 2 Februari 2011
Bambang selaku Kepala Pasar Legi juga menuturkan :
“Kalau di Pasar Legi ini sebagian pedagangnya masih bersifat tradisional mbak, jadi masih banyak pedagang yang kurang sadar dan tidak setuju dan berjualan di luar pasar.”(Wawancara, 31 Januari 2011)
Namun di Pasar Legi protes dari pedagang tidak begitu banyak
terjadi karena antara pegawai Pasar Legi dengan pedagang terjalin
hubungan yang baik dan sebagian besar pedagang di Pasar Legi selalu
menuruti perintah dari pihak atasan.
Kondisi bangunan pasar yang kurang sesuai dengan keinginan
pedagang menyebabkan adanya keinginan untuk berjualan di luar los
dan kios yang telah disediakan. Hal ini dikarenakan banyak yang
berpikiran kalau diluar atau lantai dasar mudah dijangkau daripada di
lantai dua. Berikut penuturan Ibu Tin salah satu pedagang Pasar Legi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxl
“Gini mbak kalau berjualan di atas banyak nggak lakunya, soalnya pembeli itu mesti lebih memilih untuk belanja di tempat yang lebih dekat dan pembeli males kalau belanjanya harus naik ke atas dalam pasar.”(Wawancara, 23 Desember 2010)
Ibu Ninik salah satu pembeli di Pasar Legi juga mengatakan:
“Lah yen nek neng lantai ngisor barange sing dibutuhke wae ono, lha ngopo kok ndadak nggolek neng lantai dhuwur.Yen ngono tiwasan kesel dewe tho mbak-mbak.” (Wawancara, 23 Desember 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxli
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa penataan
pasar terdiri dari tiga tahap strategi pemberdayaan yaitu penyadaran,
pengkapasitasan, dan empowerment. Ketiga tahap strategi pemberdayaan
tersebut diterapkan dan dapat dilihat dari kegiatan penataan pasar yaitu
pemeliharaan pasar, peningkatan kebersihan pasar, peningkatan keamanan dan
ketertiban pasar, peningkatan fasilitas pasar, dan pembinaan pedagang pasar.
Berikut kesimpulan dari lima indikator dalam penelitian :
1. Pemeliharaan Pasar
Pemeliharaan pasar tahapnya yaitu penyadaran dengan pedagang
diminta ikut langsung dalam kerja bakti untuk memelihara bangunan dan
sarana pasar sehingga pedagang sadar bahwa bangunan dan kegiatan di
pasar merupakan bagian dan milik semua pihak agar menjadi mandiri
dalam memelihara pasar tanpa harus bergantung pada pihak lain. Bentuk
pengkapasitasan diberikan kepercayaan, dengan setiap hari pedagang
bersedia memelihara sarana, bangunan. Empowerment dengan pedagang
memelihara bangunan dan sarana dengan kemampuan saat senggang.
Pemeliharaan pasar dalam penataan pasar yang dilakukan sudah baik dan
terlihat dari perbaikan dan perawatan bangunan dan sarana seperti
talang, atap, saluran dan listrik di dalam dan luar pasar melalui upaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlii
secara optimal. Pemeliharaan terhadap kerusakan ringan diserahkan oleh
petugas pasar tetapi kalau petugas pasar tidak mampu menyelesaikan
maka akan dilaporkan ke Dinas agar mencari kontraktor untuk
membantu.
2. Peningkatan Kebersihan Pasar
Tahap strategi pemberdayaan yang dilakukan yaitu penyadaran
dengan setiap hari pedagang ikut menjaga kebersihan pasar di dekat kios
maupun los bersama pedagang lain sebagai hasil kesadaran bahwa
kebersihan pasar merupakan tanggung jawab dan bagian dalam diri
semua pihak. Pedagang menggunakan otoritas sesuai kemampuan untuk
ikut membersihkan lingkungan pasar tanpa hanya membebankan pada
petugas saja sebagai bentuk pengkapasitasan. Pada saat ada waktu luang
pedagang membersihkan pasar salah satunya dimulai dari sekitar tempat
berdagangnya dengan diberikan kesempatan kepada pedagang oleh
pegawai sebagai bentuk empowerment. Kebersihan di Pasar Legi sudah
bagus dan meningkat. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan
semua pihak membersihkan lokasi pasar sekitar kios, los dan
penambahan serta penggantian alat-alat seperti sapu, susruk, sapu
sawang, tong sampah yang meningkatkan kinerja dan produktivitas
petugas kebersihan dalam penataan pasar berjalan baik serta nyaman
untuk dikunjungi. Peran pedagang terlihat dari pedagang membuang
sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan sekitar kios dan los.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliii
3. Peningkatan Keamanan Dan Ketertiban Pasar
Tahapan strategi pemberdayaan yang dilakukan yaitu penyadaran
dengan pedagang sadar dan ikut menjaga pasar agar aman dan tertib
setiap hari. Tidak membebankan aman dan tertibnya pasar pada petugas
saja tetapi juga pada pedagang dengan kemampuan menjaga situasi pasar
sebagai bentuk pengkapasitasan. Saat ada waktu, pedagang melihat
situasi sekitar pasar dan ikut menjaga keamanan dan ketertiban pasar
dengan daya dan memanfaatkan peluang sebagai bentuk empowerment.
Pelaksanaan keamanan dan ketertiban guna penataan pasar sudah
berjalan tetapi masih ada beberapa kendala. Hal ini terlihat dari kondisi
pasar yang aman, nyaman, bebas dari tindakan keributan serta pedagang
patuh dan tertib dalam menaati aturan-aturan yang berlaku di pasar.
Peningkatan keamanan dan ketertiban dilakukan semua pihak yang tetap
berjaga. Kendala yang muncul dalam penertiban dan menjaga keamanan,
pegawai pasar mengalami kesulitan dalam menertibkan pedagang
sehingga akan melaporkan kepada Dinas agar mengirimkan bantuan
melalui Satpol PP.
4. Peningkatan Fasilitas Pasar
Tahapan strategi pemberdayaan dilakukan dengan penyadaran
bahwa fasilitas pasar milik bersama bukan golongan tertentu dengan
bentuk ikut bersama pedagang lainnya guna melakukan pertemuan
membahas tentang fasilitas pasar beserta perbaikan yang harus dilakukan
sehingga pedagang ikut serta merawat, menjaga, dan menggunakan
fasilitas yang ada di pasar setiap harinya. Peningkatan fasilitas pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxliv
sudah berjalan dengan baik dan fasilitasnya komplit. Hal ini dapat dilihat
dari dilakukannya dan dibangunnya Pasar Legi baru di sebelah timur
beserta kios dan los, pagar di depan pasar, masjid, kantor, pasar gereh,
dan pemeliharaan talang serta perawatan kantor pasar, pos satpam,
mushola, bak sampah dan mck. Peningkatan fasilitas meningkatkan
kegiatan jual beli kebutuhan sehari-hari dan memperlancar penataan
pasar. Selain itu ada penambahan dan penggantian sarana prasarana yang
rusak untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas petugas di dalam
meningkatkan fasilitas di Pasar Legi.
5. Pembinaan Pedagang Pasar
Tahap pemberdayaannya berupa penyadaran yang diberikan dan
dimulai dari dalam diri pedagang dengan semua pihak ikut dan sadar
bahwa pembinaan di paguyuban IKKAPPAGI milik bersama dan semua
orang berhak mengikutinya. Pedagang mau dan mampu melaksanakan
kewajiban serta mengikuti pembinaan setiap minggu atau bulan sebagai
bentuk pengkapasitasan. Penerapan pengetahuan yang diperoleh melalui
pembinaan guna penataan pasar dengan menggunakan daya saat ada
kesempatan pada waktu luang untuk mengikuti pembinaan yang
diberikan sebagai bentuk empowerment. Dalam hal pembinaan pedagang
belum lancar dan baik serta masih adanya kendala. Kegiatan pembinaan
tentang penataan pasar di paguyuban melalui perwakilan dari pedagang
sebagai wadah penyambung lidah antara masyarakat dengan pemerintah.
Kendala dalam pelaksanaan pembinaan yaitu tidak dapat dilaksanakan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlv
tempat yang tetap tetapi masih dirumah salah satu perwakilan pedagang
secara bergantian. Hal ini dikarenakan belum ada dan dibangunnya
tempat yang tetap untuk pembinaan.
Dari indikator diatas dapat dikatakan Strategi Pemberdayaan Dalam
Penataan Pasar Legi Oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sudah
berjalan dengan baik. Keamanan dan ketertiban pasar serta pembinaan
pedagang pasar dinilai kurang lancar dan ditemukan beberapa kendala. Dalam
penataan pasar tidak lepas dari faktor pendukung seperti kerjasama dengan
satpol PP, partisipasi pedagang, sarana prasarana yang memadai, serta faktor
penghambat seperti kurangnya komunikasi dan kesadaran pedagang
B. Saran
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, maka ada beberapa saran
dalam pelaksanaan penataan Pasar Legi antara lain:
1. Karena kurangnya komunikasi antara pihak terkait baik pedagang,
pegawai pasar, dan pegawai Dinas berarti perlu merubah sikap dari
pihak terkait seperti sering melakukan pembicaraan untuk membahas
masalah yang terjadi di pasar dalam pelaksanaan penataan pasar. Untuk
lebih efektif lagi, dalam melakukan penataan pasar dan menyelesaikan
masalah dilakukan pertemuan dan pembicaraan lebih intensif lagi untuk
mendukung jalannya strategi pemberdayaan dalam penataan pasar salah
satu caranya dengan melakukan pertemuan dan kunjungan tiga kali
dalam seminggu ke Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta untuk
membahas permasalahan yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cxlvi
2. Kurangnya partisipasi seperti adanya protes dari para pedagang,
pedagang yang ngeyel dalam menggelar barang dagangan dan pedagang
saling berebutan untuk memperoleh tempat yang strategis. Maka dari
itu Dinas Pengelolaan Pasar dan pegawai Pasar Legi harus
meningkatkan dan mengintensifkan pelaksanaan dan pemberian
pembinaan kepada pedagang melalui peguyuban dan dibangunkannya
bangunan tetap sebagai tempat pembinaan agar pedagang lebih mudah,
sadar dan mengetahui akan pentingnya penataan pasar dan mengikuti
kegiatan pembinaan.
3. Masih ada dan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terutama
berkaitan dengan keamanan dan ketertiban pasar seperti adanya
pencopetan dan pencurian maka satpam harus berjaga-jaga dalam
menjaga keadaan disekitar lingkungan pasar dengan setiap dua atau tiga
jam berkeliling pasar untuk melihat situasi pasar. Sedangkan Satpol PP
tiap satu minggu sekali atau beberapa hari sekali melakukan peringatan
dan penertiban terhadap pedagang yang masih ngeyel berjualan di
pinggir jalan dan belum tertib.
Top Related