1
1
STRATEGI DAKWAH DKM AL-QOLAM
DEPOK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S. Kom. I)
Oleh:
Fitriani Nurhasanah
NIM: 108053000066
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433/2012
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirrabbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
segala nikmat dan hidayah yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok”.
Shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, serta umatnya yang
selalu istiqomah menjalankan ajarannya.
Penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan dengan tujuan untuk memenuhi
tugas akhir perkuliahan dan juga sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Komunikasi Islam (S.Kom.I).
Dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis memberikan
untaian terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Penulis menghaturkan terima kasih yang
tulus kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA
i
7
7
selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan Drs. Study Rizal LK, MA
selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA dan Drs. H. Mulkanasir BA, S.Pd, MM selaku
ketua dan sekretaris Program Studi Manajemen Dakwah.
3. Drs. Yusra Kilun, M. Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya dengan sabar membimbing dan memberikan masukan
kepada penulis.
4. Segenap Keluarga Besar DKM Al-Qolam Depok yang telah memberikan
bantuannya dalam pengumpulan data penelitian.
5. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Terima kasih telah membantu penulis dalam
mengumpulkan referensi yang dibutuhkan.
6. Seluruh dosen Program Studi Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
pengalaman, serta bimbingan kepada penulis selama perkuliahan.
7. Ayahanda tercinta Hasan dan ibunda tercinta Boinah yang selalu
memberikan kasih sayangnya, dukungan, inspirasi dan semangat dalam jiwa,
sehingga membantu penulis untuk tidak putus asa dan tidak menyerah dalam
penyelesaian skripsi ini
8. Sahabat-sahabat dekatku Eli, Devi, Eva, Aisyah, April yang tulus menemani,
membantu dan mendengarkan curahan hati penulis di saat suka maupun duka.
9. Rekan-rekan seperjuangan kelas MD A dan MD B yang selalu ada memberi
canda tawa dan semangat belajar bagi penulis selama menjalani perkuliahan.
ii
8
8
Semoga persahabatan kita tidak akan putus dan bisa menikmati kebersamaan
lagi di lain kesempatan.
10. Teman-teman dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Terima kasih atas bantuannya yang membuat penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan maksimal.
Akhir kata penulis berharap semoga apa yang telah diberikan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat umumnya bagi seluruh pihak yang membaca dan khususnya bagi
keluarga besar Manajemen Dakwah.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, September 2012
Fitriani Nurhasanah
iii
9
9
ABSTRAK
Fitriani Nurhasanah
Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok
Masjid merupakan salah satu tempat yang memungkinkan untuk mencetak
orang-orang yang taat beribadah sebagai realisasi iman dan takwa, baik dalam
perilaku individu maupun lingkungan masdyarakat. Masjid bukan hanya sebagai
simbol agama yang sentral, akan tetapi harus mempunyai dampak terhadap
perbaikan umat.
Disamping itu Masjid juga digunakan untuk aktivitas-aktivitas lain yang
bermanfaat sejak zaman Nabi Muhammad Saw hingga sampai pada saat sekarang
di mana masjid menjadi tempat sarana ibadah dan kegiatan sosial lainnya.
Meskipun masih banyak masjid yang tidak menjalankan fungsinya. Oleh karena
itu diperlukan pengelolaan yang terampil baik dari sisi personil masjid maupun
dari sisi kegiatan ataupun program yang dimiliki agar fungsi dari masjid yang
sesungguhnya dapat siterapkan dengan baik.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui mengenai bagaimana
proses perumusan, implementasi dan evaluasi strategi dakwah yang ada di Masjid
Al-Qolam Depok. Untuk mengetahui hal tersebut, penulis melakukan penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pada tahap pengumpulan datanya
penulis melakukan observasi dan wawancara secara langsung dan terbuka kepada
responden dari pihak Masjid Al-Qolam Depok.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa DKM Masjid Al-Qolam memang
menjalankan ketiga proses tersebut, akan tetapi mereka menjalankannya dengan
proses yang sederhana dan belum sesuai jika dibandingkan dengan teori strategi
dakwah. Akan tetapi meskipun sederhana, kegiatan dakwah yang dijalankan
cukup berhasil dan tidak mengalami kendala yang berarti dan tidak berpengaruh
pada kegiatan dakwah.
iv
10
10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………. . i
ABSTRAK………………………………………………………… . iv
DAFTAR ISI……………………………………………………… . v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……………………………. . 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………………. . 6
E. Metodologi Penelitian……………………………………… . 7
F. Tinjauan Pustaka…………………………………………… . 11
G. Sistematika Penulisan……………………………………… . 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI DAKWAH
A. Strategi Dakwah…………………………………………… . 15
1. Pengertian Strategi dan Tahap Pembuatan Strategi…… . 15
2. Pengertian, Tujuan dan Sasaran, Unsur-unsur Dakwah.... 21
3. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah……………………….. . 33
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Penetapan Strategi Dakwah…………………………… . 35
v
11
11
5. Bentuk-bentuk Dalam Menentukan
Strategi Dakwah………………………………………. . 36
6. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah…………………. . 39
B. Masjid
1. Pengertian Masjid……………………………………… . 42
2. Fungsi Masjid………………………………………….. . 43
3. Peranan Masjid………………………………………… . 43
BAB III TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Masjid Al-Qolam Depok……………………………. . 46
1. Sejarah Berdirinya………………………………………. 46
2. Letak Geografis……………………………………….. . 47
3. Visi, Misi dan Tujuan…………………………………. . 48
4. Program Kegiatan……………………………………… . 49
5. Struktur Kepengurusan………………………………… . 52
6. Sarana dan Prasarana………………………………….. . 56
B. Perumusan Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok………………………………….. . 57
C. Implementasi Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok………………………………….. . 60
D. Evaluasi Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok…………………………………… . 62
E. Respon Jamaah Masjid Al-Qolam Depok…………………... 65
vi
12
12
BAB IV ANALISI STRATEGI DAKWAH DKM AL-QOLAM DEPOK
A. Perumusan Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok………………………………….. . 66
B. Implementasi Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok…………………………………… . 67
C. Evaluasi Strategi Dakwah
DKM Al-Qolam Depok…………………………………… . 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………… . 74
B. Saran……………………………………………………… . 75
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. viii
LAMPIRAN
vii
13
13
14
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdakwah merupakan kewajiban setiap umat Islam, oleh karena itu maju
mundurnya umat islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan. Risalah Islamiyah yang dibawa Nabi Muhammad SAW
adalah untuk seluruh umat manusia di manapun dan kapanpun. Oleh sebab itu,
kegiatan dakwah cakupannya sangat luas, sehingga Allah memberi peringatan
pada setiap manusia agar selalu mengajak kepada untuk melakukan amar ma’ruf
nahi munkar. Hal ini telah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 104:
Artinya: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”.
Berdakwah merupakan tugas yang berat, namun mulia di sisi Allah SWT
karena para ulama (mubaligh) itu adalah ahli waris dari para Nabi sebagai
pembawa agama yang benar, yaitu agama Allah, agama islam, agar umat manusia
tidak terjerumus ke dalam lembah nista dan nestapa, yakni lembah kekafiran dan
kemusyrikan.
Berdakwah merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan
dunia masih berlangsung dan akan tetap terus melekat dalam situasi dan kondisi
apapun bentuk coraknya. Dakwah islam adalah dakwah yang bertujuan untuk
1
15
15
memancing dan mengharapkan potensi fitrah manusia agar eksistensi mereka
punya makna di hadapan Tuhan dan sejarah. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa
tugas dakwah adalah tugas umat secara keseluruhan bukan hanya tugas
sekelompok umat islam1.
Rasulullah sangat sabar dalam merubah kemungkaran dan memerintahkan
yang ma’ruf. Beliau selalu memperhatikan akibat yang terjadi dari amar ma’ruf
nahi munkar yang beliau sampaikan. Jika sekiranya beliau beranggapan bahwa
amar ma’ruf nahi munkar tersebut malah memunculkan kemudharatan, maka
beliau akan menahan diri untuk tidak melakukan terlebih dahulu, beliau
melakukan hal tersebut dengan menunggu waktu yang paling tepat, sehingga
dapat diterima oleh orang-orang yang diberi nasihat2.
Menyebarkan dakwah dan menyampaikannnya wajib bagi setiap muslim
sesuai dengan kemampuannya. Setiap muslim juga wajib mempelajari ilmu
tentang cara ibadah dan hukum-hukum pokok secara sempurna dan benar.
Kewajiban inilah yang merupakan sebagian kewajiban yang disepakati para
ulama. Seperti sabda Nabi:
Dari uraian di atas, amat perlulah umat islam memahami jalan dakwah
yang lurus. Jalan itulah yang akan memenangkan agama serta memuliakan kaum
muslim. Tidak setiap orang yang bergerak dalam berdakwah dan jihad dapat
memahami dan mengenal jalan ini3.
1 Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah (Jakarta: Prenada
Media, 2003), cet. ke-I, h. 4-5. 2
Isa As-Salam Abdurrahman, Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2001), cet. ke-I, h. 21. 3 Abdurrahman Abdul Khaliq, Strategi Dakwah Syar’iyah (Solo: CV. Pustaka Mantiq,
1996), cet ke-I, h. 113.
2
16
16
Di sinilah peran sebuah lembaga atau organisasi islam. Dengan adanya
lembaga ini diharapkan mampu memberikan solusi umat terhadap berbagai
masalah kehidupan. Strategi menjadi sebuah keharusan dalam memajukan sebuah
organisasi, terutama strategi yang tepat dan lengkap akan mengarahkan kepada
suatu pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pada hakikatnya strategi merupakan serangkaian perencanaan atau suatu
keputusan manajerial yang strategis untuk mencapai tujuan-tujuan yang
ditetapkan oleh suatu organisasi. Jika dikaitkan dengan proses dakwah, strategi
mempunyai peranan yang sangat penting bagi pergerakan kegiatan dakwah, bila
strategi yang diterapkan dalam berdakwah baik, maka aktivis dakwah akan
tersusun secara sistematis dan teratur.
Sesuai dengan perkembangan saat ini, dakwah harus mampu
mentransformasikan semua yang terkandung dalam unsur-unsur dakwah ke dalam
bentuk-bentuk yang sesuai dengan konteks zaman sekarang, dakwah harus
mampu beradaptasi dengan fenomena yang ada namun dengan tetap menjaga
kandungan dakwah itu supaya tidak terkontaminasi dengan hal-hal yang
bertentangan dengan syariat islam yang termuat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Masjid berarti tempat untuk bersujud. Secara terminologis diartikan
sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat.
Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah), yaitu bangunan yang didirikan
sebagai sarana mengabdi kepada Allah. Disamping itu Masjid juga digunakan
untuk aktivitas-aktivitas lain yang bermanfaat seperti pada zaman Nabi
Muhammad Saw.
3
17
17
Firman Allah SWT dalam QS. At-Taubah: 18
Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang
yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka
merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang
mendapat petunjuk”.
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Dewan Keluarga Masjid (DKM)
dan anggota remaja masjid mempunyai tanggung jawab yang sama dengan kaum
muslimin pada umumnya dalam tugas memakmurkan masjid. Hal ini disebabkan
mereka yang bergabung dalam DKM atau para remaja masjid merupakan sebagai
bagian dari orang-orang mukmin yang disebutkan dalam ayat tersebut.
Pemakmuran masjid yang dimaksud juga tidak hanya dengan ritual dan shalat
saja, tapi semua aktivitas ibadah yang mendekatkan diri kita kepada Allah. Seperti
kegiatan pembangunan agar masjid terlihat indah, bersih dan rapih, kegiatan
keagamaan yang rutin dilakukan dengan tujuan agar dapat memahami ajaran
Islam, kegiatan pendidikan formal seperti mendirikan madrasah diniyah sampai
aliyah dan kegiatan pendidikan informal yaitu pelaksanaan pesantren kilat di
lingkungan masjid, serta kegiatan sosial lainnya seperti bakti sosial, santunan anak
yatim piatu.
Keberadaan masjid yang disebut sebagai “Rumah Allah”, selain
melambangkan eksistensi umat islam, juga melambangkan kesatuan pengabdian
dan ketaatan manusia kepada Sang Khalik yakni Allah SWT. Kesatuan dalam
aqidah maupun kesatuan dalam menjalankan prinsip-prinsip mu’amalat.
4
18
18
Masjid Al-Qalam adalah simbol pencitraan Islam ditengah-tengah umat
lain. Di resmikan oleh DR. Muhammad Natsir (seorang tokoh dunia Islam) pada
1989. Hingga kini telah menjadi salah satu Pusat Pendidikan Islam Terpadu di
Depok. Lokasi masjid dan Sekolah Islam Terpadu yang sangat berdekatan dengan
belasan gereja yang berdiri megah dan beberapa lembaga pendidikan Kristen dan
Katolik. Alhamdulillah, selama ini eksistensinya telah menjadi contoh perdamaian
dan toleransi antar ummat beragama, baik di Indonesia maupun dunia
Internasional. Rehab masjid Al-Qalam menjadi masjid yang kokoh dan artistik
merupakan upaya peningkatan pencitraan Islam, karena itu menjadi kewajiban
kolektif seluruh kaum muslimin dan masyarakat dunia Islam berpatisipasi untuk
terlaksananya rehab masjid tersebut4.
Bagaimana sebuah masjid yang berdiri di lingkungan non muslim dapat
terlaksana dan teroganisir kegiatan dakwahnya? Pertanyaan itu yang membuat
saya terinspirasi untuk menyusun skripsi dengan judul “Strategi Dakwah DKM
Al-Qolam Depok”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Permasalahan:
Agar permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini tidak terlalu luas,
maka perlu adanya pembatasan masalah untuk menetukan ruang lingkup
4 http://masjidalqalam.blogspot.com/
5
19
19
penelitian, yaitu mengenai program yang dijalankan oleh DKM Al-Qolam
dalam rangka menyampaikan dakwah kepada umat islam, baik yang ada di
sekitar lingkungan masjid maupun yang ada di luar lingkungan masjid.
2. Rumusan Permasalahan:
Agar perumusan masalah lebih focus dan terarah, maka dalam penulisan
skripsi ini dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Perumusan Strategi Dakwah DKM Al-Qolam?
2. Bagaimana Implementasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam?
3. Bagaimana Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perumusan Strategi Dakwah DKM Al-
Qolam?
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Strategi Dakwah DKM Al-
Qolam?
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-
Qolam?
D. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis kegiatan penelitian ini untuk memenuhui syarat
memperoleh gelar sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6
20
20
2. Secara praktis kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan bahan evaluasi bagi DKM Masjid Al-Qolam dalam upaya
penerapan kegiatan strategi dakwahnya.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam menyusun rancangan penelitian kualitatif, peneliti tidak
diharapkan membangun asumsi, bahwa peneliti mengetahui apa yang
tidak diketahui. Karena itu bersifat terbuka dan penelitipun memasuki
lapangan dengan sikap perasaan di mana dirinya adalah tidak tahu tentang
apa yang ada dalam obyek studinya. Berkaitan dengan itu, aspek metode
dalam rancangan kualitatif tidaklah dirinci sedemikian rupa. Cukuplah
ditentukan strategi-strategi umumnya saja yang akan dan harus digunakan
sebagai teknik-teknik yang dimiliki pendekatan kualitatif itu sendiri.
Misalnya, untuk kegiatan pengumpulan data dicantumkan observasi
partisipan dan wawancara mendalam, di samping dapat juga
menggunakan dokumen-dokumen dan rekaman-rekaman data5
Jenis penelitian menggunakan studi lapangan dengan pendekatan
kualitatif. Metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan
individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
5
Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitaif, (Malang: UIN-Maliki
Press, 2010), Cet. Ke-2, h. 237.
7
21
21
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis,
tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan6.
Dalam penelitian ini. Penulis memilih obyek penelitian yang
memang penulis belum ketahui kebenarannya. Awalnya penulis memilih
obyek yang menurut penulis penting untuk diteliti. Metodologi yang
penulis gunakan adalah metode atau pendekatan kualitatif, dengan tujuan
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan agar mendapatkan
hasil yang penulis inginkan, penulis menggunakan beberapa cara yang
biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, diantaranya melalui observasi
atau pengamatan langsung ke Masjid Al-Qalam Depok, wawancara
kepada narasumber, dokumen atau rekaman data yang diperoleh.
2. Macam dan Sumber Data
1) Data Primer
Merupakan data pokok penelitian yang didapatkan langsung dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di Masjid Al-Qalam Depok.
2) Data Sekunder
Merupakan data pendukung penelitian yang didapatkan dari artikel,
majalah, buku yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian.
6 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), Cet. Ke-18, h.3.
8
22
22
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek
penelitian melalui pemilihan data, pencatatan dan sebagainya dengan
maksud memperoleh gambaran yang jelas mengenai kejadian atau
peristiwa faktual yang ada di Masjid Al-Qalam Depok.
b. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara wawancara kepada masyarakat
maupun pihak yang berkaitan dengan obyek penelitian. Baik secara
langsung maupun tidak langsung, agar dapat diperoleh informasi yang
diperlukan dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis akan mewawancarai narasumber
secara langsung yaitu Bapak Imam, beliau merupakan anggota DKM
Masjid Al-Qalam di bidang dakwah.
c. Dokumentasi
Merupakan data-data pendukung yang dijadikan sebagai bukti.
Dalam hal ini seperti foto-foto kegiatan yang saya ambil selama
penelitian berlangsung.
9
23
23
4. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah
proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar7.
Dalam penelitian ini, sebelum memulai wawancara dan observasi
langsung ke tempat penelitian, terlebih dahulu penulis menyusun
kerangka dasar penelitian yang dijadikan acuan dasar bagi penelitian ini,
agar proses penelitian berjalan sesuai dengan apa yang ingin diketahui
oleh penulis.
Di dalam penelitian ini penulis menganalisa data dengan
menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif yaitu dengan cara
mengumpulkan data, disusun dan disajikan yang kemudian dianalisa
untuk mengungkapkan arti data tersebut, menggambarkan keadaan
sasaran apa adanya8.
Setelah semua data diperoleh, maka penulis menyusunnya sesuai
dengan urutan penelitian kemudian menganalisa hasil dari wawancara
dan menjelaskannya sesuai dengan kenyataan yang diperoleh pada saat
penelitian berlangsung.
5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan teknis
pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan
7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), edisi revisi, h. 280. 8 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), h. 21.
10
24
24
pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai
cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan atau tentatif 9.
Dalam hal ini penulis akan mengamati secara langsung ke lokasi
penelitian di Masjid Al-Qolam untuk memperoleh data-data yang
diinginkan, sehingga adanya relevansi dengan persoalan yang diteliti.
6. Waktu dan Tempat Penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Masjid Al-Qalam Depok. Jl. Pemuda
No. 41 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengadakan kajian pustaka terhadap
beberapa skripsi yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk
plagiat, diantaranya:
1. “Strategi Dakwah Islam Melalui Pengobatan Herbal Penawar Al-
Wahida (HPA) Di Indonesia”.
Oleh: Emma Nurhayati. Program studi Manajemen Dakwah, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
9 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006), edisi revisi, h. 4.
11
25
25
Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Adapun
permasalahan yang diteliti mengenai bagaimana strategi dakwah Islam
melalui Pengobatan Herba Penawar Al-Wahida di Indonesia. Di dalamnya
dijelaskan bahwa bagaimana dakwah dilakukan beriringan dengan
pengobatan herbal.
2. “Strategi Dakwah Sanggar Budaya Betawi Si Pitung Dalam
Pembinaan Pemuda Di Wilayah Rawa Belong Jakarta Barat”.
Oleh: Ahmad Rifqi. Program studi Manajemen Dakwah, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Adapun
permasalahan yang diteliti mengenai bagaimana strategi dakwah Sanggar
Budaya Betawi Si Pitung dalam pembinaan pemuda. Di dalamnya
dijelaskanbahwa sanggar budaya pun dapat dijadikan sebagailadang
dakwah, di sana juga terdapat banyakpemuda yang masih sangat
membutuhkanpembinaan ke arah syariat Islam.
3. “Strategi Dakwah Persatuan Islam Tionghoa (PITI) Periode 2005-
2010 Dalam Meningkatkan Ibadah Anggotanya”.
Oleh:Mahyudi. Program studi Manajemen Dakwah, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Skripsi ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Adapun
permasalahan yang diteliti mengenai bagaimana strategi dakwah Persatuan
Islam Tionghoa dalam meningkatkan ibadah anggotanya. Di dalamnya
12
26
26
dijelaskan bagaimana dakwah dilakukan di kalangan umat Islam
Tionghoa, dengan tujuan dapat meningkatkan ibadah mereka.
Berdasarkan skripsi yang telah penulis baca, maka ditemukan beberapa
persamaan dari seorang mahaiswi jurusan Manajemen Dakwah yang bernama
Mahyudi (2008) 103053028750. Dengan judul skripsi Strategi Dakwah Persatuan
Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Periode 2005-2010 Dalam Meningkatkan
Ibadah Anggotanya. Skripsi ini membahas tentang strategi yang dilakukan oleh
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia dalam meningkatkan ibadah anggotanya, di
dalamnya dijelaskan bahwa umat Muslim Tionghoa pun mampu menjalankan
kegiatan syariat Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Sementara skripsi yang akan penulis susun yaitu membahas tentang
bagaimana strategi yang dilakukan Masjid Al-Qalam sehingga masjid tersebut
masih bisa tetap berdiri kokoh bahkan mengalami perkembangan yang sangat
nyata meskipun berada di lingkungan mayoritas non muslim.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih dapat memberikan penjelasan dengan lebih sistematis dan untuk
dapat melihat persoalan dengan lebih objektif, maka penulis menyusun skripsi ini
berdasarkan urutan sebagai berikut:
BAB I. Pendahuluan
Memuat tentang: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan.
13
27
27
BAB II. Tinjauan Teoritis
Memuat tentang: Tinjauan teoritis Tentang Strategi Dakwah,
terdiri dari Strategi Dakwah dan Masjid.
BAB III. Temuan Penelitian
Memuat tentang: Profil Masjid Al-Qolam, Perumusan Strategi
Dakwah, Implementasi Strategi Dakwah, Evaluasi Strategi
Dakwah dan Respon Jamaah Masjid Al-Qolam Depok.
BAB IV. Analisis Data
Memua tentang: Analisi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Depok, terdir dari Perumusan Strategi Dakwah, Implementasi
Strategi Dakwah, Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Depok.
BAB V. Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran-saran positif yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi DKM Al-Qolam Depok.
14
28
28
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
TENTANG STRATEGI DAKWAH MASJID
A. Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi dan Tahap Pembuatan Strategi
a. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, kata
Stratos, berarti militer, Ag berarti memimpin. Dalam konteks
awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau suatu yang
dilakukan oleh para Jendral dalam membuat rencana untuk
menaklukan musuh dan memenangkan perang.10
Dalam membahas perkataan “strategik” sulit untuk dibantah bahwa
penggunaannya diawali atau bersumber dari dan populer di
lingkungan militer. Di lingkungan tersebut penggunaannya lebih
dominan dalam situasi peperangan, sebagai tugas seorang komandan
dalam menghadapi musuh, yang bertanggung jawab mengatur cara
atau taktik untuk memenangkan peperangan. Tugas itu sangat penting
yang dalam arti sangat strategis bagi pencapaian kemenangan sebagai
tujuan peperangan11
.
10
Setiawan Hari Purnomo Dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep
Pengantar, (Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999), H.8 11
H. Hadari Nawawi, Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan,
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2003), Cet. Ke-II, H. 147
15
29
29
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi
banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai
dengan bidang ilmu atau kegiatan yang menerapkannya. Pengertian
strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang Jendral di
masa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang
pemimpin (manajemen puncak).
Sejalan dengan uraian di atas, dari sudut etimologis (asal kata),
kata “strategik” dalam manajemen organisasi dapat diartikan sebagai
kiat, cara dan taktik utama yang dirancang secara sistematik dalam
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yang terarah pada tujuan
strategik organisai12
.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai strategi, penulis
mengedepankan beberapa pengertian strategi yang dikemukakan oleh
beberapa pakar, diantaranya:
1. Onong Uchayana Effendi, mengatakan: “Strategi pada
hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan Manajemen
untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai
tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu
menunjukan bagaimana taktik operasionalnya”.13
2. Fuad Amsyari mengatakan, bahwa dalam pengertian dasarnya
strategi atau taktik adalah metode atau taktik untuk
12
Ibid, h. 147-148 13
Onong Uchayana Effendi, Teori Dan Praktek Ilmu Komunikasi, (Bnadung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1992), Cet ke-6, h. 32
16
30
30
memenangkan suatu persaingan-persaingan itu berbentuk suatu
pertempuran fisik untuk merebut suatu wilayah dengan
memakai senjata dan tenaga manusia. Sedangkan dengan
bidang non militer, strategi dan taktik adalah suatu cara atau
teknik untuk memenangkan suatu persaingan antara kelompok-
kelompok yang berbeda orientasi hidupnya.14
3. A.M Kadarman mengatakan, “Strategi adalah penentuan tujuan
utama yang berjangka panjang dan sasaran dari suatu
perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak
dan pengalokasian sumberdaya yang diperlukan untuk
mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. Jadi strategi menyangkut
segala pengaturan berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh
perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.15
4. Syarif Usman mendefinisikan strategi sebagai “Kebijakan
menggerakan dan membimbing seluruh potensi kekuatan, daya
dan kemampuan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan
kebahagiaaan”.16
5. William F. Gluek, seperti dikutip oleh Amirullah, strategi
merupakan sesuatu yang dipersatukan, bersifat komperhensif,
terintegrasi yang menghubungkan atau lembaga terhadap
tantangan lingkungan dan dirancang untuk meyakinkan bahwa
14
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, (Bandung: Mizan, 1990),
Cet ke-1, h. 40 15
A.M Kadarman, et al, Pengantar Ilmu Manajemen (Jakarta: PT. Prenhallindo), h. 58 16
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia Dan Pembangunan Dalam Islam,
(Jakarta: Firma Jakarta, 1998), h.6
17
31
31
sejarah dasar perusahaan atau organisasi akan dicapai dengan
pelaksanaan yang tepat oleh organisasi yang menerapkannya.17
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa strategi adalah proses
penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan rencana atau upaya
bagaimana tujuan organisasi dapat dicapai.
b. Proses Strategi
Seperti yang dikatakan oleh Joel dan Michail bahwa sebuah organisasi
tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa ada kemudinya, bergerak
dan berputar dalam lingkaran. Organiasi yang dimiliki seperti
pengembara tanpa adanya tujuan tertentu.18
Adapun proses strategi
terdiri dari tiga tahapan:
1. Perumusan Strategi
Dalam perumusan strategi termasuk di dalamnya ada
pengembangan tujuan, mengenali peluang dan ancaman eksternal,
menetapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan
memilih strategi untuk dilaksanakan.19
Teknik perumusan strategi yang penting dapat dipadukan
menjadi kerangka kerja di antaranya:
1) Tahap Input (Masukan)
17
Amirullah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2000),
Cet ke -1, h. 4 18
Fred R David, Manajemen Strategi Konsep, (Jakarta: Prenhalindo, 2002), h. 3 19
Ibid. h. 15
18
32
32
Dalam tahapan ini, proses yang dilakukan adalah
meringkas informasi sebagai masukan awal, dasar yang
diperlukan untuk merumuskan strategi.
2) Tahap Pencocokan
Proses yang dilakukan adalah memfokuskan pada upaya
menghasilkan strategi alternatif yang layak dengan
memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.20
2. Implementasi Strategi
Termasuk pengembangan budaya dalam mendukung strategi,
menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah,
menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem
informasi yang masuk.21
Implementasi strategi sering pula disebut
sebagai tindakan dalam strategi karena implementasi berarti juga
memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan
menjadi tindakan.
3. Evaluasi Strategi
Tahapan terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi
strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan
evaluasi strategi yaitu:
20
Ibid. h. 183 21
Ibid. h. 5
19
33
33
1) Meninjau faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan
ancaman) dan faktor-faktor internal (berupa kekuatan dan
kelemahan) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi.
Adapun perubahan faktor eksternal seperti tindakan yang
dilakukan. Perubahan yang ada akan menjadi satu
hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan
faktor internal diantaranya strategi yang tidak efektif atau
aktifitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk
pula pada hasil yang akan dicapai.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang didapat). Menyelidiki
penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi
individu dan menyimak kemajuan yang dibuat kearah
penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk
mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibuktikan,
kriteria yang meramalkan hasil yang lebih penting dari
pada kriteria yang mengungkapkan dengan apa yang telah
terjadi.
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa
ptrestasi sesuai dengan rencana. Dalam mengambil
tindakan korektif tidak harus berarti bahwa strategi yang
sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru
harus dirumuskan. Tindakan korektif diperlukan bila
20
34
34
tindakan atau hasil tidak sesuai dengan yang dibayangkan
semula atau pencapaian yang direncanakan, maka di situlah
tindakan korektif diperlukan.22
2. Pengertian, Tujuan dan Sasaran, Unsur-unsur Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Secara bahasa dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu “Da’a,
Yad’u, Da’wata” yang mempunyai arti memanggil, menanamkam,
mengundang.23
Adapun secara istilah, dakwah adalah:
Menurut Muhammad, dakwah mengandung arti seruan dalam
bentuk lisan, tulisan dan perbuatan yang dilakukan secara terencana,
dalam usaha mempengaruhi orang lain secara individual maupun
kelompok, bertujuan agar timbul pengertian, kesadaran, penghayatan
dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai pesan yang
disampaikan kepadanya, dengan tanpa adanya unsur paksaan.24
Menurut H.M. Thoha Omar seperti dikutip oleh Rafi’udin dan
Maman Abdul Djaliel, dakwah ialah mengajak manusia dengan cara
22
Ibid. h. 104 23
Abdullah Bin Nuh Oemar Bakry, Kamus Besar Bahasa Indonesia-Arab, Arab-
Indonesia, (Bentara: Antara Asia, 1991) Cet ke-2, h. 264 24
M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Study, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997)
Cet ke-7, h. 17
21
35
35
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan
untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.25
Menurut istilah, dakwah ialah mengajak dan mengumpulkan
manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk
dengan cara beramal ma’ruf nahi munkar. Allah SWT berfirman:
Artinya: “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS. Ali-Imran: 104)
Ayat ini secara jelas menunjukkan kewajiban berdakwah, karena
ada lam amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan kalimat
“minkum” menunjukan fardhu kifayah, maka seluruh umat Islam
diperintahkan agar sebagian mereka melaksanakan kewajiban ini.26
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu
proses berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban
dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke
jalan Allah SWT, dan secara bertahap menuju kehidupan yang Islami.
Suatu proses yang bukan incidental atau kebetulan, melainkan benar-
benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus-menerus
oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku
sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.
25
Rafi’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2001), h. 25 26
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 33
22
36
36
Sudah bukan waktunya lagi dakwah dilakukan asal jalan, tanpa
sebuah perencanaan yang matang, baik yang menyangkut materinya,
tenaga pelaksananya maupun metode yang dipergunakannya. Memang
benar, sudah menjadi sunnatullah bahwa yang hak menghancurkan
yang bathil. Bahwa Allah SWT sangat mencintai dan meridhai
kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi dan
teratur.27
Dakwah Islam bukan hanya serangkaian kata yang diulang-ulang
atau pidato yang memukau umat, juga bukan serentetan filsafat
pemikiran yang menerawang, namun tidak pernah melahirkan satu
realita pun dalam kehidupan. Tapi dakwah Islam adalah dakwah yang
bersifat amaliyah yang mewujudkan sosok gerakan keteladanan yang
menjanjikan satu jaminan kepercayaan kepada umat manusia tentang
apa yang didambakan jiwa dan apa yang dipandang oleh akal dan
rohani mereka sebagai ketentraman dan ketenangan batin, petunjuk
dan nilai kebenaran serta kebaikan dalam realita kehidupan. Dakwah
Islam datang membawa prisnip-prinsip dasar dan nilai-nilai luhur
yang telah diamalkan oleh para generasi muslim yang hidup dalam
naungan-Nya selama kurun waktu yang panjang, mereka telah
memperlihatkan suatu keteladanan yang umat lain tidak memilikinya.
Para generasi muslim itu mampu membuktikan cita-cita yang menjadi
dambaan seluruh umat manusia, yaitu jaminan keamanan dan
27
Dr. Muhammad Idris A. Somad, M.A, Ilmu Dakwah, (Jakarta: T.pn, 2005), h. 15
23
37
37
ketentraman jiwa, kemakmuran dan ketenangan sebagai barang paling
mahal dalam hidup.28
Dari ungkapan di atas dapatlah dipahami bahwa dakwah pada
hakikatnya adalah segala aktivitas dan kegiatan yang mengajak orang
untuk berubah dari satu situasi yang mengandung nilai kehidupan
yang bukan Islami kepada nilai-nilai kehidupan yang Islami. Aktivitas
dan kegiatan tersebut dilakukan dengan mengajak, mendorong,
menyeru, tanpa takanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula
dengan bujukan dan rayuan pemberian sembako dan lain
sebagainya.29
b. Tujuan dan Sasaran Dakwah
Tujuan dakwah secara umum adalah mengubah perilaku secara
dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari, baik yang bersangkutan dengan
masalah pribadi, keluarga maupun sosial kemasyarakatannya, agar
terdapat kehidupan yang penuh dengan keberkahan dunia dan akhirat.
Tujuan-tujuan ini harus dirumuskan ke dalam tujuan-tujuan
yang lebih operasional dan dapat dievaluasi keberhasilan yang telah
dicapainya. Misalnya, tingkat istiqomah dalam mengerjakan sholat,
tingkat keamanahan dan kejujuran, berkurangnya angka kemaksiatan,
28
Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, h. 4 29
Hepni Harjani Lc dan Drs. H. Suparta Munzier, MA, Metode Dakwah, (Jakarta:
Prenada Media, 2003), Cet ke-1, h. 1
24
38
38
ramainya sholat berjamaah di masjid, berkurangnya tingkat
pengangguran dan lain sebagainya.30
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke
jalan Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu,
dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berpikir manusia,
cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.31
Allah SWT berfirman:
Artinya: “sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat ayat-Nya (perintah-perintah-
Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran”. (QS.
Al-Baqarah: 221)
Dakwah yang kita inginkan dan yang wajib bagi kaum muslimin
untuk melaksanakannya adalah dakwah yang bertujuan dan
berorientasi pada:
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para Rasul
alaihi-salaami yang memulai dakwahnya di kalangan
mayarakat jahiliyah. Para Rasul itu mengajak manusia untuk
memeluk agama Allah SWT, menyampaikan wahyu Allah
SWT kepada kaumnya dan memperingatkan mereka dari
syirik kepada Allah SWT.
30
Ibid. h. 16 31
Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah,
(Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet ke-2, h. 32
25
39
39
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat
Islam yang terkena musibah berupa penyimpangan dan
tampak di dalamnya sebagian dari kemungkaran-
kemungkaran, serta diabaikannya kewajiban-kewajiban oleh
masyarakat tersebut.
3. Memelihara keberlangsungan dakwah di kalangan
masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran, yaitu
dengan pengajaran secara terus-menerus, tadzkir
(pengingatan), tazkiyah (penyucian jiwa) dan ta’lim
(pendidikan).
Tujuan yang pertama membutuhkan adanya suatu jamaah yang
berupaya menegakan Islam dalam realitas kehidupan, sehingga
manusia melihat diri para da’i itu keteladanan yang baik, dan melihat
pula keindahan agama Allah tergambar dalam masyarakat muslim.
Mereka juga mendapati pengaruh agama pada orang yang
mengimaninya. Dengan demikian mereka merasakan keagungan
agama ini sehingga mereka segera berbondong-bondong masuk ke
dalamnya.
Adapun tujuan yang kedua adalah lebih jelas dari pada apa yang
kita bicarakan, karena sebagian besar dari para da’i di zaman kita ini
berusaha untuk merealisasikannya dengan berbagai sarana dakwah
yang tersedia bagi mereka dan prinsip-prinsip dakwah yang akan kita
terangkan.
26
40
40
Adapun tujuan yang ketiga adalah ia tidak akan bisa terealisir
kecuali apabila terwujud masyarakat yang tidak digenangi oleh
fenomena kerusakan dan penyimpangan. Maka tidak ada alternatif
lain kecuali kita harus berdakwah untuk memperbaiki kerusakan
akhlak dan perilaku manusia, menghindarkan mereka dari
penyimpangan, serta menyampaikan agama Allah umumnya manusia
tidak mengetahuinya, melindungi kaum muslimin dari tipu daya
musuh yang telah menyerang mereka dengan menggunakan berbagai
sarana modern, dan memberantas berbagai kemungkaran yang
muncul.32
Agar dakwah bisa dilakukan secara efisien, efektif dan sesuai
dengan kebutuhan, maka sudah waktunya dibuat dan disusun
stratifikasi sasaran. Mungkin berdasarkan tingkat usia, tingkat
pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan tingkat
pekerjaan dan lain sebagainya. Salah satu hikmah adalah kemampuan
untuk mengenal golongan dan kondisi sasaran dakwah.33
Yang dimaksud dengan sasaran dakwah adalah orang-orang
yang dituju oleh suatu kegiatan dakwah. Orang-orang yang menjadi
sasaran dakwah sangat bervariasi, sehingga juru dakwah harus
memperhatikan siapa yang menjadi sasarannya. Seorang juru dakwah
harus memperhatikan umur, tingkat pengetahuan, sikap terhadap
agama dan jenis kelamin.
32
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam, h. 30-32 33
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 15
27
41
41
Mengetahui umur sasaran dakwah diperlukan karena secara
psikologis terdapat perbedaan kesenangan antara anak-anak, remaja,
pemuda dan orang tua. Hal yang paling penting diketahui oleh para
da’i adalah jangan mengabaikan tingkat pengetahuan sasaran dakwah.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah seorang da’i harus
menggunakan analogi untuk menerangkan suatu masalah sehingga
keberadaan da’i tidak dinilai kuno dan ketinggalan zaman.
Dengan demikian, seorang juru dakwah harus mampu
menyesuaikan sasaran dakwah, agar dakwah yang dilaksanakannya
dapat berhasil.34
c. Unsur-unsur Dakwah
1. Da’i
Dalam dakwah, tugas umat Islam juga sama dengan Rasul. Ayat-
ayat yang memerintahkan Nabi agar berdakwah, maksudnya bukan
saja ditujukan kepada Nabi, melainkan juga umat Islam. Adapun
perintah Allah kepada umat Islam untuk berdakwah.
Firman Allah Swt:
34
Rafi’udin, S.Ag dan Drs. Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, h. 33
28
42
42
Artinya: “kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk
manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang
beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.
(QS. Ali Imran: 110)
Seorang da’i harus mengetahui bahwa dirinya seorang da’i,
artinya sebelum menjadi da’i ia perlu mengetahui apa tugas da’i,
modal dan bekal apa yang harus ia punya, serta bagaimana akhlak
yang harus dimiliki seorang da’i. tugas seorang da’i identik dengan
tugas seorang Rasul. Semua Rasul adalah panutan da’i.35
2. Mad’u
Seorang da’i menyadari bahwa yang diajak ke dalam Islam bukan
saja sebagian manusia atau manusia tertentu, melainkan semua
manusia. Berdakwah bukan untuk waktu sementara, tetapi sepanjang
zaman hingga datangnya kiamat. Selain itu, berdakwah tidak
mebedakan jenis kelamin, stratifikasi sosial, etnis, waktu dan tempat
tertentu.
Seorang da’i harus mengetahui keberagaman audiens. Dari sudut
ideologi, mereka ada yang ateis, musyrik, munafik. Ada juga yang
muslim tapi membutuhkan bimbingan atau umat Islam yang masih
melakukan maksiat. Mereka juga berbeda dari segi intelektualitas,
status sosial, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.36
35
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema
Insani Press, 1994), Cet ke-1, h. 84-92 36
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h. 100
29
43
43
3. Metode Dakwah
Metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah
itu harus dilaksanakan. Tindakan atau kegiatan dakwah yang telah
dirumuskan akan efektif apabila dilaksanakan dengan menggunakan
cara-cara yang tepat, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-
Nahl: 125
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk”.
Ayat tersebut memberikan pedoman bagaimana dakwah itu harus
dilakukan, yaitu dengan cara:
1) Hikmah, aplikasi metode dakwah dengan hikmah sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Sejak beliau berlaku
lembut dan santun sampai pun terhadap musuh saat awal
periode Makah, sampai saatnya Nabi mengomando para
sahabat untuk mengangkat senjata memerangi musuh, adalah
aplikasi hikmah. Ada kalanya menahan diri, tetapi ada pula
saat berperang. Ada masanya beliau berdakwah secara siriyah
30
44
44
(tertutup), tetapi ada pula masanya untuk berdakwah secara
jahriyah (terbuka).37
2) Al-Mauizha al hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada orang
atau masyarakat yang menjadi objek dakwah dengan cara,
seperti nasihat, pengajaran, dan teladan yang baik.
3) Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran (diskusi)
dengan cara-cara yang baik, metode ini digunakan bagi objek
dakwah tertentu, misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan
kaum terpelajar, seperti mahasiswa dan santri.
4. Materi Dakwah
Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang memiliki
karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya. Sirah
Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama yang
menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan Rasulullah
SAW kepada umat manusia adalah masalah yang berkaitan dengan
aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah al-insan, tujuan
program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan tujuan akhir
yang harus dicapainya dan persamaan manusia di hadapan Allah
SWT.38
5. Sarana dan Prasarana Dakwah
Sarana ialah hal-hal yang dapat mengantarkan kepada sesuatu.
Sarana dakwah ialah sesuatu yang membantu da’i menyampaikan
37
KH. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag, Prinsip-prinsip Dakwah, (Yogyakarta: Izzan Pustaka,
2005), edisi revisi, h. 30-31 38
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 17
31
45
45
dakwahnya. Dari sudut penyampaian, ada dua macam sarana dakwah,
yaitu:
1) Sarana Langsung
Menyangkut teknik penyampaian (tabligh) melalui perkataan
dan perilaku da’i yang dijadikan teladan oleh orang lain
sehingga mereka tertarik kepada Islam.
2) Sarana Tidak Langsung
Hal-hal yang menyangkut kesiapan diri seorang da’i sebelum
menyampaikan dakwahnya. Tiga hal berikut ini termasuk
dalam kelompok sarana tidak langsung.
a. Sikap hati-hati dan senantiasa bertakwa kepada Allah SWT
sebelum berdakwah kepada orang lain, seorang da’i perlu
memberi peringatan kepada audiensnya.
b. Meminta bantuan kepada orang lain. Setelah meminta
kepada Allah, seorang da’i perlu meminta bantuan kepada
sesama manusia demi kelancaran dakwahnya.
c. Disiplin, seorang da’i harus disiplin, termasuk dalam
masalah waktu. Jangan sekali-kali ia membuang
kesempatan. Ia harus memperhatikan kaidah-kaidah
disiplin yang diperintahkan Islam.39
39
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h. 102
32
46
46
3. Prinsip-prinsip Strategi Dakwah
Berdasarkan pada makna dan urgensi dakwah tersebut, serta kenyataan
dakwah di lapangan dan aspek-aspek normatif tentang dakwah yang terdapat
dalam Al-Qur’an dan sunnah, maka ditemukan prinsip strategi dakwah, antara
lain sebagai berikut:
a. Memperjelas Secara Gamblang Sasaran-sasaran Ideal
Sebagai langkah awal dalam berdakwah, terlebih dahulu harus
diperjelas sasaran apa yang ingin dicapai, kondisi umat Islam bagaimana
yang diharapkan. Baik dalam wujudnya sebagai individu maupun
wujudnya sebagai suatu komunitas masyarakat.
b. Merumuskan Masalah Pokok Umat Islam
Dakwah bertujuan untuk menyelamatkan umat dari kehancuran dan
untuk mewujudkan cita-cita ideal masyarakat. Rumuskanlah terlebih
dahulu masalah pokok yang dihadapi umat, kesenjangan antara sasaran
ideal dan kenyataan yang konkret dari pribadi-pribadi muslim, serta
kondisi masyarakat dewasa ini. Jenjang masalah ini pun tidak sama antara
kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.
Setiap kurun waktu tertentu harus ada kajian ulang terhadap masalah itu
seiring dengan pesatnya perubahan masyarakat tersebut.
c. Merumuskan Isi Dakwah
Jika kita sudah berhasil merumuskan sasaran dakwah beserta masalah
yang dihadapi masyarakat Islam, pada langkah selanjutnya adalah
menentukan isi dakwah itu sendiri. Isi dakwah harus sinkron dengan
33
47
47
masyarakat Islam sehingga tercapai sasaran yang telah ditetapkan.
Ketidaksinkronan dalam menentukan isi dakwah ini bisa menimbulkan
dampak negatif yang disebut dengan istilah “split personality” atau
“double morality” pribadi muslim. Misalnya seorang muslim yang
beribadah, tetapi pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras,
penindas, koruptor dan pelaku perbuatan tercela lainnya. Jadi, untuk bisa
menyusun isi dakwah secara tepat, dibutuhkan penguasaan ilmu yang
komprehensif atau kalau tidak dengan menghimpun pemikiran-pemikiran
beberapa pakar dari berbagai disiplin ilmu.40
d. Menyusun Paket-paket Dakwah
Menyadari realita masyarakat Indonesia yang majemuk ini, maka tugas
para da’i adalah menyusun paket-paket dakwah sesuai dengan sasaran
masyarakat beserta permasalahan yang dihadapinya. Harus dibedakan
paket dakwah untuk sasaran non muslim dengan paket dakwah khusus
kaum muslim. Sampai saat ini, kita masih sulit menentukan prioritas
dakwah bagi kedua golongan masyarakat itu. Mana yang harus
diutamakan antara mengislamkan orang yang belum Islam dan
mengislamkan orang yang sudah Islam.
e. Evaluasi Kegiatan Dakwah
Tugas yang paling penting adalah bagaimana mengkoordinasikan
pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan setelah dakwah itu
berjalan. Di sinilah pentingnya koordinasi untuk mengadakan evaluasi,
40
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 20-21
34
48
48
sejauh mana hasil dakwah yang telah dicapai. Evaluasi ini penting untuk
perubahan masyarakat dalam kurun waktu tertentu harus selalu ada
penyempurnaan dakwah. Sebelum hal itu dilakukan, terlebih dahulu harus
kita tetapkan target hasil dari setiap paket dakwah yang kita tetapkan target
hasil dari setiap paket dakwah yang kita jalankan sehingga memudahkan
membuat grafik perkembangan dakwah. Karena dakwah adalah suatu
proses yang menuntut suatu perubahan dan perkembangan.
Setiap proses dakwah bermula dari uasaha mempertanyakan kembali
dasar asumsi yang memberikan orientasi sistem sosial, lalu membangun
kehidupan baru. Menurut Al-Ghazali, proses tersebut dapat diperinci
menjadi tiga tahap, yaitu menyadarkan pikiran, menumbuhkan keyakinan
dan membangun sistem.41
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Strategi Dakwah
Kesadaran bagi setiap orang, baik sebagai individu atau kelompok, baik
organisasi sosial atau organisasi bisnis tentang tujuan yang hendak dicapai
akan berbuah. Suatu usaha untuk mencapai tujuan tersebut dan usaha-usaha
yang mengerahkan pada penyampaian tujuan disebut strategi.
Suatu strategi harus efektif dan jelas karena ia mengarahkan organisasi
kepada tujuannya, untuk itu konsep suatu strategi harus memperhatikan
faktor-faktor penetapan strategi, diantaranya:
a. Lingkungan
41
Dr. Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, h. 22
35
49
49
“Lingkungan tidak pernah berada pada kondisi permanen, tapi selalu
berubah. Perubahan yang terjadi berpengaruh sangat luas pada segala
sendi kehidupan manusia. Sebagai individu masyarakat, tidak hanya
kepada cara berpikir tetapi juga tingkah lkau, kebiasaan, kebutuhan
dan pandangan kehidupan”.
b. “Lingkungan organisasi yang meliputi segala sumber daya dan
kebijakan organisasi yang ada”.
c. Kepemimpinan
S.P. Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan yakni
“seorang pemimpin adalah orang tertinggi dalam mengambil
keputusan. Oleh karena itu setiap pemimpin dalam menilai
perkembangan yang ada dalam lingkungan baik eksternal atau internal
berbeda.42
5. Bentuk-bentuk dalam Menentukan Strategi Dakwah
Jika seorang da’i mampu menjalankan starategi dakwah secara bijak, insya
Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni keberhasilan dakwahnya.
Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan strategi
dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi manfaat
kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju tauhid.
Siasat beliau tersebut bermanfaat besar dalam menyukseskan dakwahnya,
42
S.P. Siagian, Manejemen Modern, (Jakarta: Masagung, 1994), Cet ke-2, h. 9
36
50
50
membangun negaranya, menguatkan kekuasaannya dan meninggikan
kedudukannya.
Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang pun
pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW.
Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan
akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu
telah terbukti pada diri beliau.
Bentuk-bentuk dalam menentukan strategi dakwah antara lain sebagai
berikut:
a. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima
dakwah (audiense).
Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu mereka banyak terisi
dengan petunjuk, pengajaran yang bermanfaat dan nasehat yang baik. Nabi
SAW tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehingga orang
yang dinasehati tidak merasa bosan. Strategi dakwah yang dicontohkan
Nabi SAW tersebut diikuti oleh para sahabat. Sabda Nabi SAW:
Artinya: “permudahlah dan jangan kamu persulit, berilah kabar
gembira dan jangan berkata yang membuat mereka lari jauh”. (HR
Bukhari dan Muslim)
b. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan
Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah
mempunyai tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi
jika dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang
da’i menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah,
37
51
51
maka hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah
direnovasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena menghindari fitnah
kaum yang baru menetas dari kehidupan jahiliyah.
c. Menjinakkan hati
Dilakukan dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika
disakiti, bersikap lembut ketika dikasari dan bersabar ketika dizhalimi.
Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesa-gesa dibalas dengan kehati-
hatian.
Itulah cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audiense) ke
dalam Islam dan membuat iman mereka mantap. Dengan cara-cara
tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat di sekitarnya.
Mereka bukan saja sangat mencintai beliau, tetapi juga ikut menjaga dan
membela beliau dalam dakwahnya.
d. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada
orangnya, tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering
dilakukan Nabi SAW.
e. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.
f. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap
pertanyaan sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang
bertanya merasa puas.43
43
Sa’id bin Ali bin Wahif Al-Qathani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, h. 84-92
38
52
52
6. Teori-teori Tentang Strategi Dakwah
Allah SWT telah mewajibkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin
untuk berdakwah, akan tetapi Allah mengikat perintah-Nya itu dengan
syarat harus dikerjakan dengan pengetahuan yang mendalam (bashirah)
dan kebijaksanaan (al-hikmah), sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125)
Secara historis dapat dilihat bagaimana strategi dakwah Rasulullah SAW
telah diberikan Allah sifat-sifat mulia agar tujuan dakwah itu tercapai dan di
antara sifat-sifat itu yang dimiliki oleh Rasul adalah sifat guru, Allah SWT
telah menganugerahkan karunia ini pada kita seperti dalam firman-Nya:
Artinya: “sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang
beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan
Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah
benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Ali Imran: 164)
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq menyatakan beberapa sifat dan
metode Rasul SAW dan hal itu merupakan strategi dakwah Rasul SAW yang
harus kita contoh dalam berdakwah. Pertama, kita semua tahu bahwa Rasul
39
53
53
pertama-tama menggunakan metode public relation (berkomunikasi dengan
masyarakat umum). Beliau menawarkan dakwahnya pertama-tama kepada
siapa saja yang beliau jumpai dari kalangan mereka yang beliau pandang bisa
menerima dakwahnya yang masih bersifat rahasia. Kemudian kepada semua
orang yang dapat dijangkau oleh beliau, setelah itu beliau diperintahkan Allah
SWT untuk menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. Nabi SAW
tidak membatasi kegiatan dakwahnya hanya di madrasah saja, tapi juga
mengajar para sahabat di rumah beliau, di rumah mereka, di jalan-jalan dan
pada kesempatan perjalanan dakwah. Ketiga, dalam mengajar beliau
menggunakan metode persahabatan, di mana persahabatan ini menuntut
adanya rasa cinta, komitmen dan kesetiaan. Keempat, Rasulullah
menggunakan metode nasihat dengan sangat hati-hati, beliau tidak memberi
nasihat kecuali secara berkala. Kelima, Rasulullah adalah orang yang lapang
dada, beliau tidak pernah bersikap kasar kepada seseorang yang mengajukan
pertanyaan.44
Dalam rangka menyusun strategi dakwah diperlukan suatu pemikiran yang
lugas dan rasional dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi tersebut.
Syarif Usman mengatakan bahwa dalam menysusun strategi ada lima
faktor yang perlu diketahui, di antaranya:
1. Tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan akhir) atau tujuan jangka
pendek (tujuan sementara)
44
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Metode dan Strategi Dakwah Islam, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 1996), h. 22
40
54
54
2. Ilmu medan (situasi dan kondisi)
3. Kekuatan-kekuatan
4. Kebijaksanaan pemimpin
5. Pemimpin.45
Sedangkan menurut Asmuni Syukir, strategi dakwah yang dipergunakan
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa azaz dakwah, antara lain:
1. Azaz Filosofis, azaz ini erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
2. Azaz Kemampuan dan keahlian da’i (achievemen and proffesional)
3. Azaz Sosiologis, azaz ini membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya, politik
pemerintah setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofis
sasaran dakwah dan lain sebagainya.
4. Azaz Psychologis, azaz ini membahas masalah yang erat hubungannya
dengan kejiwaan manusia.
5. Azaz Efektifitas, azaz ini maksudnya adalah di dalam aktivitas dakwah
harus menyeimbangkan antara biaya, waktu maupun tenaga yang
dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya, bahkan kalau bisa waktu dan
biaya dapat memperoleh hasil yang semaksimal mungkin.46
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan kata strategi banyak
diadopsi dan diberikan pengertian lain sesuai dengan bidang ilmu atau
45
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam,
(Jakarta: Firma Djakarta, tt), Cet ke-1, h. 6 46
Asumsi Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), H.
32
41
55
55
kegiatan yang menyertainya. Ilmu dakwah juga mengadopsi kata strategi
untuk menjelaskan rangkaian kegiatan dakwah yang dapat membantu
pencapaian tujuan dakwah itu sendiri. Sebenarnya menurut Fuad Amsyari,
kata strategi “merupakan bagian dari Islam atau dengan kata lain Islam itu
sendiri merupakan manifestasi dari strategi manusia untuk hidup mencapai
kebahagiaan lahir dan batin individu masyarakat.47
B. Masjid
1. Pengertian Masjid
Kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali di dalam Al-
Quran. Dari segi bahasa, kata tersebut berasal dari kata sajada-sujud, yang
berarti patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi, yang kemudian
dinamai sujud oleh syariat, adalah bentuk lahiriah yang paling nyata dari
makna-makna di atas. itulah sebabnya mengapa bangunan yang dikhususkan
untuk melaksanakan shalat dinamakan masjid, yang artinya "tempat
bersujud". Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan bangunan tempat
shalat kaum Muslim. Tetapi, karena akar katanya mengandung makna
tunduk dan patuh, hakikat masjid adalah tempat melakukan segala aktivitas
yang mengandung kepatuhan kepada Allah semata. Firman Allah SWT
dalam Qs. Al-Jin: 18
47
Fuad Amsyari, Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia, h. 40
42
56
56
Artinya: “dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping
(menyembah) Allah”.
2. Fungsi Masjid
Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebajikan dan
kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi. Masjid
bukan saja tempat shalat, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian
keagamaan, pendidikan militer dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya.
Rasulullah telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan
mengurusi seluruh kepentingan umat, baik sebagai pusat ibadah, pusat
pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian problematika umat dalam
aspek hukum, pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui baitul maal, pusat
informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-
urusan pemerintahan Rasulullah. Singkatnya, pada zaman Rasulullah masjid
dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.
Dengan demikian, fungsi masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah
ritual semata, melainkan fungsi masjid harus dimaknai dalam berbagai
dimensi kehidupan.
3. Peranan Masjid
Masji memiliki kedudukan yang sangat penting bagi umat Islam dalam
upaya membentuk pribadi dan masyarakat yang Islami. Untuk bisa
43
57
57
merasakan urgensi tersebut, masjid harus difungsikan dengan sebaik-baiknya
(dalam artian harus dioptimalkan dalam memfungsikannya). Masjid yang
fungsinya dapat dioptimalkan secara baik adalah masjid yang didirikan atas
dasar taqwa, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah: 108
Artinya: “janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-
lamanya. Sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di
dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih”.
Untuk bisa mengoptimalkan peran masjid pada masa sekarang, terlebih
dahulu kita harus mengetahui bagaimana masjid difungsikan pada masa
Rasulullah SAW sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT. Peran
masjid pada masa Rasulullah SAW inilah yang sangat penting untuk
diketahui agar tidak menyimpang dari aturan, antara lain:
1) Tempat beribadah
2) Tempat pertemuan
3) Tempat bermusyawarah
4) Tempat kegiatan sosial
5) Tempat pengobatan orang sakit
6) Tempat latihan dan mengatur siasat perang
7) Tempat penerangan dan madrasah ilmu
44
58
58
8) Tempat berdakwah48
Pada masa sekarang, peran masjid dapat dimaksimalkan sebagai pusat
pembinaan umat dengan memperbanyak sisi aktivitas. Aktivitas masjid
semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok orang atau
golongan dan aktivitasnya pun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang
bersifat ritual. Aktivitas masjid harus menyentuh dan melibatkan sekelompok
jama’ah, mulai dari anak-anak, remaja, pemuda, orang dewasa sampai orang
tua yang sudah lanjut sekalipun. Di samping itu, pelibatan jama’ah juga tidak
memandang perbedaan dari segi pria dan wanita, kaya dan miskin atau yang
berpendidikan tinggi dan rendah. Oleh karena itu, masjid harus memiliki
program yang banyak dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan melaksanakannya, menyiapkan fasilitas fisik masjid yang
memadai, manajemen kepengurusan yang solid dan administrasi yang baik.
48
Ahmad Yani dan Ahmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI
Haramain, 2001), Cet ke-1, h. 9-18
45
59
59
BAB III
TEMUAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan hasil wawancara penulis dengan dua orang pengurus dari
pihak Masjid Al-Qolam.
A. Profil Masjid Al-Qolam
1. Sejarah Berdirinya
Bermula dari ibu Hj. Ruwita (Almh) istri dari bapak Luthfi yang
merupakan seorang bidan dan mewakafkan sebagian tanahnya yang
kemudian didirikan Madrasah Bahrul Ulum. Lalu ada seorang donatur yang
membangun sebuah masjid, awalnya pembangunan masjid ini ditolak karena
terletak di wilayah non Islam. Akan tetapi karena tanah ini merupakan wakaf
dari seorang bidan yang sudah sangat banyak membantu masyarakat sekitar
yang mayoritas non Islam, maka seperti ada rasa tidak enak jika harus
menolak keberadaan Masjid. Lalu pada tahun 1989 dibangunlah sebuah
Masjid. Dan Masjid ini mengindukatan ada di Yayasan Al-Qolam Manggarai
di LPPI.
Pada tahun 1999 yang lalu barulah didirikan SD IT yang kemudian
pada tahun 2009 yang lalu disusul dengan pendirian SMP IT melalui kerja
sama dengan Yayasan Daruul Qur’an.
Sejak berdiri sampai sekarang Masjid Al-Qolam banyak mengalami
tindakan penolakan dari beberapa elemen masyarakat yang masih tidak suka
46
60
60
dengan keberadaan Masjid Al-Qolam. Untuk pembangunannya pun Masjid
Al-Qolam mengalami kesulitan karena pihak yang tidak mau menjual
tanahnya, namun pihak Al-Qolam sendiri tidak mudah menyerah dan terus
berusaha agar mereka yang masih menolak bisa menerima keberadaan Masjid
Al-Qolam.
Hal sulit lainnya adalah masalah pembentukan jamaah, karena
masyarakat muslim sekitar Masjid Al-Qolam adalah karyawan kantor dan
pegawai sekolah yang sudah mempunyai mushollah sendiri. Oleh karena itu
Masjid Al-Qolam mensiasatinya dimulai dari para wali murid dengan
mengadakan kajian bulanan. Alhamdulillah sedikit demi sedikit jamaah mulai
terbentuk bukan hanya dari wali murid saja tetapi ada juga dari beberapa
warga sekitar Masjid Al-Qolam.
2. Letak Geografis
Masjid ini beralamat di Jl. Pemuda No. 41 Pancoran Mas Depok.
Letak masjid ini berada di tengah-tengah belasan gereja yang berdiri megah
dan beberapa lembaga pendidikan Kristen dan Katolik. Latar belakang
kenapa masjid ini bisa berdiri tegak di tengah umat lain adalah karena Ibu Hj.
Ruwita yang mewakafkan tanahnya untuk dijadikan masjid, beliau yakin
meskipun masjid ini berdiri di tempat yang jauh dari nilai Islami, masjid ini
akan tetap kokoh dan mengalami perkembangan. Meskipun ada beberapa
segolongan umat yang masih memiliki sensitifitas agama, namun ada juga
beberapa yang sangat toleransi dan menerima keberadaan Masjid Al-Qolam.
47
61
61
3. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi Masjid Al-Qolam:
Menjadi lembaga Islam yang berkah, penghimpun dan penggerak
kebersamaan dalam meningkatkan iman, ilmu dan pengamalan menuju
kemaslahatan hidup umat.
b. Misi Masjid Al-Qolam
1. Membina keimanan, ketakwaan dan akhlak masyarakat muslim
dengan cara-cara yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadits.
2. Mengelola masjid sebagai pusat ibadah, pusat ilmu dan pusat
tamaddun (peradaban) Islam dalam pelayanan sosial.
3. Menyelenggarakan pembinaan umat yang melahirkan komunitas
terbaik.
4. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan Islami formal maupun non
formal yang unggul dalam kehidupan global, yang melahirkan
generasi berilmu dan berakhlak mulia.
c. Tujuan Masjid Al-Qolam
1. Membina Jamaah Masjid Al-Qolam untuk menjalankan syari’at Islam
yang baik dan benar sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
2. Masjid sebagai tempat ibadah juga dapat dipergunakan sebagai sarana
pendidikan serta tempat silaturami antar umat islam.
48
62
62
3. Menjadikan masjid sebagai sentral ukhuwah islamiyah yang
berahklakul karimah.
4. Program Kegiatan
a. Harian
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
1 Sholat 5 waktu melatih kita menjadi
orang disiplin masalah
waktu dan dapat
meningkatkan IMTAQ
kita terhadap ALLAH
SWT.
Siswa/murid Setiap hari
b. Mingguan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
1
2
3
Kuliah Subuh
Kajian (Tafsir
Qur’an)
Ta’lim Pekanan
Menambah pengetahuan
tentang syariat-syariat
Islam serta mempererat
ukhuwah Islamiyah antar
DKM dan lingkungan.
Pengurus, guru
dan umum Setiap Sabtu
c. Bulanan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
1
2
Kajian Bulanan
Kajian
Membentuk jamaah
Masjid Al-Qalam.
Memberikan
Masyarakat,
wali murid,
pengurus.
Masyarakat
Setiap awal
bulan.
Setiap Hari
48
63
63
Insidental pengetahuan tentang
Islam.
umum. Besar Islam
d. Tahunan
No Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu
1
Kegiatan
Ramadhan:
1. Bazar
2. Santunan
Anak Yatim
3. Buka Puasa
Bersama
4. Kajian Ba’da
Dzuhur &
Ashar
5. Kultum
Tarawih
6. Itikaf
7. Zakat Fitrah
8. Sholat Idul
Membantu masyarakat
tidak mampu.
Memberikan santunan
kepada para anak yatim.
Memberikan pelayanan
kepada yang tidak
mampu.
Mengisi kegiatan
Ramadhan.
Memberikan
penambahan ilmu.
Menjalankan sunnah
Rasul serta
mengharapkan lipatan
pahala dari Allah SWT.
Membersihkan hati juga
harta orang yang
berpuasa Ramadhan.
Berbagi dengan orang
yang berhak
mendapatkannya.
Sebagai wujud syukur
Masyarakat.
Masyarakat dan
anak luar daerah.
Masyarakat
sekitar.
Jamaah sholat
dzuhur dan
ashar.
Jamaah
lingkungan.
Jamaah sekitar
yang datang ke
masjid.
Masyarakat
kurang mampu
di lingkungan
Kp.Belimbing
dan Pondok
Petir.
Masyarakat
1x di bulan
Ramadhan
1x di bulan
Ramadhan
Setiap hari
selama
Ramadhan
Setiap hari
selama
Ramadhan
49
64
64
2
3
Fitri
Sholat Idul
Adha
Zakat Maal
atas kemenangan Bulan
Ramadhan.
Perayaan Hari Raya
Qurban.
Memberikan bantuan
kepada masyarakat tidak
mampu.
sekitar.
Masyarakat
sekitar.
Masyarakat
kurang mampu
di lingkungan
Kp.Belimbing
dan Pondok
Petir.
Sudah selayaknya masjid menjadi tempat dilaksanakannya kegiatan-
kegiatan yang dapat melahirkan umat yang cerdas dan berkualitas, karena
masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja tetapi masjid juga
dapat difungsikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan, baik
kegiatan sosial, pendidikan, ekonomi dan musyawarah.
50
65
65
5. Struktur Kepengurusan
Struktur Kepengurusan
DKM Al-Qalam
Periode 2011-2013 M / 1432-1434 H
Yayasan Islam Al-Qalam Amanah Ummat
Dewan syuro
1. H.M. Amin Djamaludin
2. Drs. H. Hasanudin. T
3. H. Muhsin. MK, M.Ag
4. H. Luthfi
5. Ir. H. Dadi Waluyo
Ketua DKM
Ir. H. Dadi Waluyo
Sekretaris
Mughni Bin M. Yusuf
Bendahara
H. Muhadi (Ketua)
Nurdianti (Wakil)
Bid. Dakwah
Imam Hadi. S, ST
Ardun bin Ismail
Bid. Ibadah
M. Deden
John P
Bid. Ummahat
Hj. Santi W
Dyah S
Dr. Tani
Siti Rohmah
Bid. Sosial
H. Widjarnaku
Arifin Zuber
Bid. Sarana
M. Isa
Herry Setiawan
51
66
66
Keterangan:
1. Dewan Syuro:
a. Memberikan arahan, bimbingan dan masukkan bagi jalannya roda
kepengurusan dan pengembangan masjid.
b. Apabila diperlukan, sewaktu-waktu dapat melakukan rapat terbatas
dengan Dewan Pengurus.
2. Ketua:
a. Penanggung jawab umum dan penentu kebijaksanaan.
b. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program dan melakukan
pengontrolan terhadap jalannya pelaksanaan program.
c. Bertanggung jawab terhadap semua jamaah melalui laporan
pertanggung jawaban akhir periode.
3. Sekretaris:
a. Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya mekanisme kerja
kepengurusan.
b. Membantu pengurus lain dalam hal yang berkaitan dengan aktivitas
kepengurusan, terutama yang terkait dengan konsep, kesekretariatan
dan keadministrasian.
c. Bertanggung jawab kepada ketua.
4. Bendahara:
a. Bertanggung jawab terhadap masuk dan keluarnya uang.
52
67
67
b. Memikirkan dan melakukan usaha dana yang halal dan tidak mengikat,
seperti pengumpulan zakat, infaq, shadaqah dan penyewaan fasilitas
masjid.
c. Membuat laporan keuangan kepada sesama pengurus dan jamaah
secara berkala.
d. Bertanggung jawab kepada ketua.
5. Bidang Ibadah:
a. Bertanggung jawab terhadap berlangsungnya aktivitas, baik yang
bersifat rutin maupun incidental.
b. Bertanggung jawab terhadap pendidikan dan peribadatan yang hendak
dikembangkan, seperti menentukan materi pengajian, khutbah jumat,
tarawih dan lain-lain.
c. Bertanggung jawab terhadap segala aktivitas peribadatan seperti sholat
5 waktu, sholat jumat, sholat tarawih, sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
d. Bertanggung jawab dalam mengevaluasi dan meningkatkan aktivitas
pendidikan dan peribadatan di masjid.
e. Bertanggung jawab kepada ketua.
6. Bidang Dakwah:
a. Bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan yang dilakukan secara
rutin maupun incidental.
b. Bertanggung jawab terhadap pembinaan yang dilakukan kepada
karyawan.
c. Bertanggung jawab kepada ketua.
53
68
68
7. Bidang Sosial:
a. Bertanggung jawab secara teknis terhadap terjalinnya hubungan yang
baik dengan lembaga yang ada di lingkungan masjid, lembaga sejenis
atau pengurus masjid lain dan lembaga dakwah.
b. Bertanggung jawab terhadap positifnya partisipasi jamaah terhadap
aktivitas masjid melalui pendekatan yang baik.
c. Bertanggung jawab kepada ketua.
8. Bidang Sarana:
a. Bertanggung jawab terhadap pengembangan fisik dan sarana masjid,
seperti perbaikkan fasilitas dan lain sebagainya.
b. Bertanggung jawab terhadap pengembangan pemanfaatan fisik masjid,
seperti penyewaan aula masjid dan lain sebagainya.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas utama yang
diperlukan masjid, seperti mobil, karpet dan lain sebagainya.
d. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan barang-barang inventaris
masjid.
e. Bertanggung jawab kepada ketua.
9. Bidang Ummahat:
a. Bertanggung jawab terhadap segala legiatan yang berhubungan dengan
masalah kewanitaan.
b. Bertanggung jawab kepada ketua.
54
69
69
6. Sarana dan Prasarana
Masjid Al-Qolam Depok sudah dilengkapi dengan sarana dan
prasarana guna untuk memfasilitasi berbagai macam kegiatan-kegiatan yang
ada di Masjid Al-Qolam Depok. Adapun sarana dan prasarana yang ada di
Masjid Al-Qolam Depok adalah sebagai berikut:
a. Ruang Utama Masjid
b. Aula Masjid Al-Qolam
c. Kantor Sekretaris
d. Ruang Iqra’
e. Ruang Rapat
f. Ruang Kesehatan
g. Tempat Wudhu Putra dan Putri
h. Lahan Parkir
Teknologi dapat difungsikan dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, salah satunya adalah untuk membantu memberikan
informasi kepada publik mengenai pendidikan, politik, sosial budaya,
keadaan suatu negara atau bahkan suatu organisasi yang memiliki beberapa
program kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat.
Begitu juga dengan Masjid Al-Qolam Depok, masjidnya mempunyai
beberapa program kegiatan yang mana semua kegiatan itu harus
disosialisasikan kepada jamaah sehingga jamaah dapat mengetahui bahwa di
Masjid Al-Qolam Depok ini ada kegiatan-kegiatan yang bersifat positif yang
55
70
70
bertujuan untuk membangun dan mengembangkan potensi masjid yang
sesungguhnya.
Masjid Al-Qolam Depok sudah mempunyai website sendiri yang
sengaja dibuat agar para jamaah dapat dengan mudah melihat segala kegiatan
ataupun program yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam Depok.
B. Perumusan Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Strategi diperlukan agar pesan dakwah dapat disampaikan kepada
audience, dan hal tersebut tidak bisa disampaikan dengan cara yang biasa
mengingat Masjid Al-Qolam terletak di kawasan non muslim. Selain itu strategi
juga diperlukan untuk menjangkau jamaah di luar lingkungan Masjid Al-Qolam.
Menurut H. Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafiudin dan Maman Abdul
Djaliel, untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut49
:
1. Strenght (Kekuatan), yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki
yang biasanya menyangkut manusianya, dananya, beberapa piranti yang
dimiliki. Kekuatan yang dimiliki Masjid Al-Qolam yaitu lokasi strategis
yang terletak di pinggir jalan dan cukup ramai, selanjutnya dulu Masjid
ini diresmikan oleh M. Natsir (alm) sehingga secara historis Masjid ini
mempunyai nilai tersendiri dan dianggap bukan masjid biasa oleh
masyarakat non muslim, juga terdapat lembaga pendidikan dan sekolah
terbuka gratis di dalamnya.
49
Rafiudin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-2, h. 76.
56
71
71
2. Weakness (Kelemahan), yakni memperhitungkan kelemahan-kelemahan
yang dimilikinya, kemudian kelemahan tersebut bisa dihindari dan
dicegah. Kelemahan yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam yaitu pengurus
DKM yang berasal dari luar domisili Masjid Al-Qolam, sehingga
terkadang untuk menjalankan program yang direncanakan sedikit
terhambat, kelemahan lainnya adalah sedikitnya jamaah yang aktif di
masjid ini sehingga aktifitas masjid ini lebih banyak diisi oleh kegiatan
pendidikan.
3. Opportunity (Peluang), yakni seberapa besar peluang yang mungkin
tersedia di luar, melihat kondisi sekitar yang bisa dijadikan peluang.
Peluang yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam yaitu keterbukaan dari
pihak Yayasan bagi siapapun yang ingin memakmurkan Masjid Al-
Qolam.
4. Threats (Ancaman), yakni memperhitungkan kemungkinan adanya
ancaman dari dalam dan luar. Kelemahan yang dimiliki oleh Masjid Al-
Qolam yaitu tidak adanya jamaah aktif yang rutin di masjid ini, tidak
adanya kaderisasi pengurus masjid sehingga pernah terjadi kevakuman.
Pembahasan mengenai masalah strategi menyangkut misi dan target, misi
dari Masjid Al-Qolam yaitu menjadikan masjid bermanfaat dalam meningkatkan
ketakwaan dan kemaslahatan umat, sedangkan yang menjadi target dari Masjid
Al-Qolam yaitu bukan hanya masyarakat yang berada di lingkungan sekitar
masjid tetapi juga yang ada di luar lingkungan Masjid Al-Qolam.
57
72
72
Ada 2 tujuan yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam, yaitu tujuan jangka
pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendeknya adalah melibatkan
orang tua atau wali murid untuk mengikuti kajian dan kegiatan yang ada di Masjid
Al-Qolam dengan maksud mensinergikan tujuan sekolah dengan tujuan Islam itu
sendiri yang terangkum di Masjid Al-Qolam, karena terkadang visi guru tidak
sama dengan visi orang tua mengenai anaknya yang akan menjadi kader-kader
Islam. Karena ada orang tua yang hanya berorientasi pada pendidikan dunia saja,
oleh karena itu DKM Masjid Al-Qolam mengajak para orang tua agar bisa hadir
dalam kajian 2 minggu sekali agar orang tuapun mempunyai visi yang sama bagi
anaknya yang akan menjadi generasi penerus Islam.
Selain itu DKM Masjid-Qolam juga ingin membentuk jamaah tetap di
Masjid Al-Qolam itu sendiri, akan tetapi pengurus tidak bisa terlalu banyak
berharap hal tersebut datang dari masyarakat sekitar, mengingat masyarakat
sekitar mayoritas non muslim. Untuk menarik minat jamaah dari luar wilayah
Masjid, DKM mempunyai program kegiatan seperti Kajian Dhuha setiap 2 pekan
sekali kemudian ada kajian setiap hari sabtu untuk para anggota DKM dengan
tujuan untuk mengkonsolidasikan kegiatan-kegiatan yang ada di Masjid Al-
Qolam. Selain itu ada juga program menghadapi kristenisasi dengan cara
melakukan pembinaan di penampungan ex Timor Timur yang terletak di cilodong,
kami juga memperluas kegiatan pembinaan tersebut ke daerah-daerah yang
menjadi target kristenisasi melalui kerjasama dengan taklim sekitar.
Tujuan jangka panjang yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam, yaitu
memberikan pelayanan terbaik bagi para jamaah seperti memperbaiki alat-alat
58
73
73
yang sekarang sudah ada, menyediakan mobil jenazah serta rencana pembangunan
masjid 3 lantai dan khusus untuk masalah pembangunan masjid ini, terdapat tim
tersendiri yang dibentuk oleh pihak yayasan.
Dalam proses penentuan strategi untuk menetapkan target, seluruh anggota
DKM yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan ditambah seksi dakwah
dan sosial harus turut hadir demi terciptanya suatu target yang ditetapkan
bersama.
Masjid Al-Qolam tidak mempunyai strategi khusus, semua ada dan
berjalan sesuai program saja untuk menghasilkan target dan strateginya dengan
melibatkan orang tua atau wali murid untuk hadir dalam taklim pekanan.
C. Implementasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Untuk menerapkan strategi tersebut, yaitu dengan mengirimkan surat
undangan kepada orang tua atau wali murid. Respon yang didapatkan berbeda
antara orang tua dari pihak JSIT dan orang tua dari pihak SMP Terbuka. Orang
tua dari pihak JSIT yang merupakan dari kalangan mampu responnya sangat
rendah karena mereka merasa tidak mempunyai keharusan untuk hadir dalam
kajian pekanan, sementara orang tua dari pihak SMP Terbuka mempunyai respon
baik dan positif karena anak mereka bisa sekolah dengan biaya cuma-cuma di
sini. Murid-murid yang ada di SMP Terbuka berasal dari wilayah Kota Depok.
Dalam proses pengimplementasiannya hal-hal yang dibutuhkan
diantaranya adalah pendanaan. Untuk masalah dana kami merasa sudah sangat
cukup bagi kebutuhan operasional masjid dan dana tersebut paling banyak
59
74
74
digunakan untuk pendanaan anak yatim. Selain pendanaan juga diperlukan
kesolidasi dari para anggota DKM dan keilmuan yang dimiliki pengurus yang
sangat berpengaruh bagi jalannya kegiatan atau program-program.
Untuk menjalankan kegiatan atau program-program tersebut diperlukan
anggota-anggota yang telah dibagi dalam sebuah struktur organisasi dan jelas
pembagian kerjanya agar tidak terjadi penumpukkan pekerjaan.
Apa yang direncanakan bisa jadi berbeda pada saat pelaksanaannya.
Perencanaan berisi program yang akan dijalankan dan untuk menghindari
kesenjangan antara rencana dengan pelaksanaannya maka Masjid Al-Qolam
membuat program jangka pendek dengan target yang sangat mungkin untuk
dijalankan. Kesenjangan yang terjadi hanya pada masalah waktu pelaksanaannya
saja, seperti Kajian Pekanan yang sempat terhenti dikarenakan libur sekolah
sehingga sulit untuk mengundang orang tua atau wali murid. DKM Masjid Al-
Qolam menyusun program jangka panjang (10 tahun) yaitu memberikan
pelayanan terbaik bagi jamaah seperti perbaikan alat-alat yang tersedia,
penyediaan mobil jenazah, pembangunan masjid 3 lantai.
Berbagai masukan dan saran yang diterima oleh DKM Al-Qolam langsung
dibicarakan di tingkat pimpinan. Selanjutnya, dalam upaya fundraising Masjid Al-
Qolam melaksanakannya dengan menyebarkan proposal kegiatan yang ditujukan
kepada lembaga-lembaga usaha sekitar Masjid Al-Qolam dan juga ke lembaga
yang memang pemiliknya dikenal oleh pihak Masjid Al-Qolam atau ditujukan
kepada relasi dari pengurus DKM Al-Qolam.
60
75
75
Masjid Al-Qolam telah melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bisa
dikatakan berhasil dilihat dari sisi jumlah peserta yang hadir, seperti dua bulan
yang lalu telah dilaksanakan Kajian Islam tentang Kristologi yang dihadiri oleh 90
peserta.
Jika dilihat dari faktor eksternal di mana masjid ini terletak di lingkungan
non muslim, selama ini tidak mendapatkan hambatan nyata dari mereka, hanya
saja mereka sering mengeluhkan mengenai masalah speaker dan langsung
ditangani oleh pihak DKM dengan mengecilkan atau memindahkan ke speaker
dalam masjid.
Sedangkan dari faktor internal Masjid Al-Qolam terdapat hambatan yang
masih sering terjadi dan berpengaruh bagi terlaksananya program Masjid Al-
Qolam, yaitu pengurus DKM yang berdomisili cukup jauh dari masjid terkadang
hal tersebut menjadi penghambat untuk menjalankan program kegiatan. Selain itu
hambatan internal lainnya adalah sedikitnya jamaah yang aktif di masjid sehingga
aktifitas masjid ini lebih banyak diisi oleh kegiatan pendidikan.
D. Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Evaluasi merupakan proses membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang diperoleh. DKM Masjid Al-Qolam melaksanakan
proses evaluasi di setiap akhir kegiatan. Panitia yang terlibat di dalam
kegiatan tersebut membuat catatan khusus selama kegiatan berlangsung,
mereka membacakan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan dari
kegiatan tersebut setelah itu dibuat laporan untuk dijadikan pertimbangan
61
76
76
kegiatan berikutnya dengan harapan meminimalisir kekurangan dan
memaksimalkan kelebihan yang diperoleh.
Dalam pelaksanaan kegiatan sering terjadi penyimpangan terhadap
rencana yang diharapkan, Masjid Al-Qolam pernah mengalami hal tersebut
yaitu dari sisi SDM. Domisili pengurus yang cukup jauh dari masjid
mengakibatkan kurang maksimalnya peran pengurus tersebut dalam kegiatan
itu dan pihak DKM langsung menanganinya dengan pengurus lain yang
memang stand by di masjid dan merupkan pengurus yang juga aktif di
sekolah.
Personel yang terlibat dalam suatu organisasi harus dievaluasi tingkat
prestasinya agar dapat diketahui sejauh mana perannya dalam mencapai
keberhasilan suatu organisasi. Masjid Al-Qolam menerapkan sistem ini
dengan menyampaikan secara langsung kepada para pengurus yang memang
masih belum bisa bekerja secara maksimal, hal itu disebabkan karena faktor
jarak yang cukup jauh dari masjid. Untuk mengatasi hal tersebut pihak DKM
tetap menempatkan mereka menjadi anggota organisasi namun pada tempat
atau posisi yang tidak terlalu vital dengan tujuan menghindari kesalahan yang
sama.
Kemajuan suatu organisasi bisa diukur dengan menggunakan alat ukur
yang disebut dengan Balance Scorecard, namun DKM Al-Qolam belum
menerapkan hal tersebut. Hanya dengan proses evaluasi saja untuk mengukur
keberhasilan dari suatu program.
62
77
77
Pada pelaksanaan program kegiatan pasti akan ada hambatan yang
dialami oleh suatu organisasi. Masjid Al-Qolam pun mengalami hambatan
tersebut, yaitu terletak pada masalah SDM, maka untuk mengatasi hal
tersebut kami mencari pengurus-pengurus baru yang memang mempunyai
banyak waktu untuk masjid ini dan berdomisili dekat dengan Masjid Al-
Qolam, dan alhamdulillah tahun ini sudah ada perbaikan sistem kerja dan
sudah ada beberapa orang yang bersedia menjadi pengurus Masjid Al-Qolam.
Selama ini Masjid Al-Qolam belum pernah mendapatkan dukungan
berarti dari masyarakat non muslim sekitar. Beberapa waktu lalu ada lembaga
konvensional yang menawarkan bantuan berupa pengadaan peralatan,
kemudian DKM mengadakan musyawarah dan sepakat untuk menolak karena
ada unsur ribawi di dalamnya.
Mengenai respon positif dari masyarakat sekitar yang diperoleh
Masjid Al-Qolam sudah sangat memenuhi apa yang diinginkan oleh DKM,
seperti peserta yang sering melebihi target, selain itu juga dari pendanaan
yang diberikan oleh relasi DKM Al-Qolam.
Meskipun masjid ini terletak di lingkungan non muslim, namun
sampai sekarang belum pernah ada penolakan nyata yang ditunjukkan
masyarakat non muslim sekitar. Hal itu disebabkan karena masjid ini berasal
dari tanah wakaf seorang bidan yang sudah sangat banyak membantu baik
bagi warga muslim maupun non muslim, sikap kedermawanan beliaulah yang
menjadi pengokoh berdirinya masjid ini.
63
78
78
Perubahan sikap baik secara individu maupun lingkungan karena
kegiatan dakwah yang diikuti pasti terjadi, akan tetapi DKM belum pernah
menyelidiki hal tersebut, pihak DKM hanya melihat dari jumlah absensi yang
mengikuti kajian terutama dari orang tua SMP Terbuka yang sangat antusias
mengikuti kajian.
E. Respon Jamaah Masjid Al-Qolam
Mengenai respon jamaah Masjid Al-Qolam, sudah ada beberapa dari
mereka yang sudah mengetahui arti dan tujuan dari dakwah itu sendiri. Mereka
sangat antusias jika Masjid Al-Qolam mengadakan suatu kegiatan dan bersedia
hadir dalam kegiatan tersebut. Sedikit demi sedikit mereka banyak mengalami
perubahan positif setelah mengikuti kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh
DKM Al-Qolam. Bahkan ada salah seorang dari mereka lebih memilih hadir
dalam kegiatan dakwah daripada hadir dalam kegiatan umum dengan alasan
pahala yang akan didapat. Merekapun bisa menerima pelajaran yang diperoleh
bahkan dapat langsung diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tentunya
pengaplikasian tersebut dilaksanakan secara bertahap. Jamaah Masjid Al-Qolam
sangat menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan beragama, hal itu terbukti
meskipun mereka ada di antara masyarakat non muslim dan beberapa gereja,
mereka masih bisa mengikuti kegiatan dakwah dengan baik.
64
79
79
BAB IV
ANALISIS STRATEGI DAKWAH DKM AL-QOLAM DEPOK
A. Perumusan Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Setiap organisasi, komunitas ataupun semacamnya, biasanya dibentuk atas
dasar sebuah tujuan dan cita-cita yang mereka ingin capai. Untuk mencapai tujuan
yang mereka harapkan diperlukan perumusan sebuah metode dan strategi yang
strategis agar semua yang mereka lakukan tidak berlawanan dengan segala macam
hukum aturan yang telah ditetapkan. Hal ini biasanya dilakukan untuk
menghindari konflik, meskipun sebenarnya konflik tersebut tidak akan bisa
dihilangkan dalam dinamika kehidupan yang selalu dinamis.
Tahap pembuatan atau perumusan strategi adalah tahap yang paling
menantang dan sekaligus menarik dalam proses strategi. Inti pokok dari tahap ini
adalah menghubungkan organisasi dengan lingkungannya dan menciptakan
strategi-strategi yang cocok untuk mencapai misi organisasi.
Masjid Al-Qolam tidak secara khusus merumuskan strategi dalam
menjalankan kegiatan dakwahnya. DKM hanya memfokuskan pada program atau
kegiatan yang akan dijalankan dengan tujuan agar target yang diharapkan bisa
terwujud.
Target dari Masjid Al-Qolam itu sendiri adalah menciptakan jamaah tetap
dengan sasarannya adalah orang tua atau wali murid sekolah, masyarakat sekitar
dan masuarakat di luar lingkungan Masjid Al-Qolam.
65
80
80
Jika dibandingkan dengan teori dari strategi dakwah itu sendiri, apa yang
diterapkan oleh DKM Al-Qolam masih belum bisa dikatakan sempurna karena
dalam suatu organisasi jika ingin mendapatkan strategi yang sempurna harus
sesuai dengan teori yang ada.
B. Implementasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Implementasi strategi sering pula disebut sebagai tindakan dalam strategi,
karena implementasi berarti memobilisasi strategi yang dirumuskan untuk
menjadi sebuah tindakan. Proses implementasi merupakan proses yang paling
penting.
Tanpa adanya komitmen dan kerja sama dalam pelaksanaan strategi, maka
proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari
kenyataan. Implementasi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian SDM yang
ditetapkan melalui penetapan struktur organisasi, budaya perusahaan atau
organisasi.
1. Membentuk Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah rangkaian aturan yang menunjukkan
hubungan antara fungsi-fungsi organisasi yang meliputi pimpinan, tugas
wewenang dan tanggung jawab yang masing-masing mempunyai peranan
tertentu dalam kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan organisasi.
Masjid Al-Qolam menyusun struktur organisasi yang di dalamnya
terdapat pembagian kerja agar masing-masing pengurus mempunyai tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan job description yang telah ditetapkan.
66
81
81
Karena jika ada pengurus yang mengerjakan tugas tidak sesuai dengan job
description dikhawatirkan tidak akan maksimal dalam pelaksanaannya.
Di dalam struktur tersebut terdapat orang-orang yang mempunyai
pemahaman keagamaan cukup baik sehingga tidak perlu ragu jika ada
kegiatan keagamaan yang dilaksanakan oleh jajaran DKM Al-Qolam.
Sebagai organisasi Masjid Al-Qolam harus mempunyai struktur
organisasi yang efektif dan efisien. Efektif berarti Masjid Al-Qolam dapat
menjalankan peranannya dengan baik, efisien berarti Masjid Al-Qolam
dapat menjalankannya dan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Masjid Al-Qolam merupakan organisasi non formal yang
mempunyai kurikulum sendiri dan diselenggarakan secara berkala dan
teratur yang diikuti oleh jamaah yang banyak yang bertujuan untuk
membina dan membangun hubungan yang santun dan serasi melalui upaya
pendekatan-pendekatan antara manusia dengan Allah SWT, manusia
dengan sesamanya, manusia dengan lingkungannya dalam membina
masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Pembagian tugas (job description) mempunyai tujuan agar masing-
masing pengurus dapat mengetahui tugasnya dan menjalankan tugasnya
sesuai dengan jabatan yang dia miliki.
Masjid Al-Qolam mempunyai struktur organisasi yang
menggambarkan hubungan fungsional (garis kewenangan dan tanggung
jawab) yang kuat antara manajemen puncak. Dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab, ketua dibantu oleh wakil ketua apabila berhalangan hadir,
67
82
82
juga untuk membantu semua kegiatan yang ada di Masjid Al-Qolam dan
bertanggung jawab kepada ketua umum. Demikian seterusnya antara
pengurus yang satu dengan lainnya saling membantu dalam tugasnya
apabila berhalangan hadir.
2. Budaya Organisasi
Keberadaan budaya organisasi berfungsi untuk menguatkan
kemampuan organisasi. Budaya organisasi yang diterapkan oleh Masjid
Al-Qolam berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah, kebersamaan serta
silaturrahmi yang selalu dibina baik dengan lingkungan sekolah,
masyarakat sekitar maupun masyarakat yang datang dari luar lingkungan
Masjid Al-Qolam. Karena Masjid Al-Qolam bertujuan agar masjid ini
bukan hanya dijadikan tempat ibadah kepada Allah SWT tetapi juga
dijadikan sebagai sarana pendidikan Islami, selain itu Masjid Al-Qolam
juga bertujuan merekrut jamaah yang erasal dari lingkungan sekitar
maupun dari luar lingkungan Masjid Al-Qolam itu sendiri.
3. Kepemimpinan
Kepemimpinan berhubungan dengan kekuasaan, ketika kita
membicaraka pemimpin Negara, maka secara implicit dapat diartikan yang
menguasai Negara. Pemimpin sekolah berarti yang menguasai sekolah dan
begitu seterusnya.
68
83
83
Begitu juga dengan pemimpin Masjid Al-Qolam, dapat diartikan
bahwa orang yang menjabat sebagai pemimpin adalah yang menguasai
Masjid Al-Qolam.
Beberapa sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Masjid Al-
Qolam, diantaranya, Pertama memberikan motivasi kepada para
anggotanya bahwa kesuksesan itu dapat diraih dengan kerja keras juga
memberikan keteladanan atau contoh kepada para anggotanya mengenai
kesuksesan yang bisa diraih. Kedua selalu memberika masukan positif
kepada para anggotanya dengan maksud memperbaiki kesalahan yang
terdapat pada masing-masing anggotanya. Ketiga kebebasan ruang gerak
bagi para anggotanya untuk melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki, namun tetap dalam pengawasan.
Keempat bersikap ramah kepada para anggotanya dan terbuka jika ada
anggota yang ingin menyampaikan pendapatnya mengenai apa yang terjadi
di Masjid Al-Qolam. Kelima bisa mengenali karakter masing-masing
anggotanya agar terjalinnya hubungan yang erat antara ketua dengan
anggota, karena jika anggota sudah mulai merasa nyaman dengan
keberadaan ketua maka mereka akan bisa lebih berusaha keras
memberikan yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
C. Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Agustinus Sri Wahyudi dalam
bukunya Manajemen Strategik; Proses Berfikir Strategik memberikan definisi
69
84
84
tentang evaluasi yaitu “Evaluasi Strategi adalah proses mendapatkan informasi
mengenai pelaksanaan rencana-rencana yang telah diterapkan berikut kinerjanya
serta membandingkan rencana tersebut dengan standar yang telah ditentukan.
Apabila strategi adalah proses yang terus berputar, dalam artian proses
tersebut diawali dengan perumusan, implementasi dan evaluasi yang kemudian
kembali lagi kepada perumusan dan seterusnya. Maka salah satu input yang
diperlukan dalam proses evaluasi adalah tentang perkembangan organisasi yang
menyangkut kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan.
1. Hasil yang Dicapai
Mengenai respon yang didapat Masjid Al-Qolam dari masyarakat
sekitar, sisi positifnya sebagian besar sudah sangat memenuhi apa yang
diinginkan oleh DKM, seperti peserta yang sering melebihi target juga dari
pendanaan yang diberikan oleh relasi DKM Al-Qolam. Sedangkan dari sisi
negatifnya alhamdulillah Masjid Al-Qolam belum pernah
mendapatkannya.
Meskipun masjid ini terletak di lingkungan non muslim, namun
sampai sekarang belum pernah ada penolakan nyata yang ditunjukkan
masyarakat non muslim sekitar. Hal itu disebabkan karena masjid ini
berasal dari tanah wakaf seorang bidan yang sudah sangat banyak
membantu baik bagi warga muslim maupun non muslim, sikap
kedermawanan beliaulah yang menjadi pengokoh berdirinya masjid ini.
Tingkat pemahaman para jamaah, ada beberapa dari mereka yang
sudah mengetahui arti dan tujuan dari dakwah itu sendiri, mereka pun
70
85
85
sangat antusias sekali jika Masjid Al-Qolam mengadakan suatu kegiatan
dan bersedia hadir dalam kegiatan tersebut. Sedikit demi sedikit mereka
banyak mengalami perubahan positif setelah mengikuti kegiatan dakwah
yang dilaksanakan oleh DKM Al-Qolam. Bahkan ada salah seorang dari
mereka lebih memilih hadir dalam kegiatan dakwah daripada hadir dalam
kegiatan umum dengan alasan pahala yang akan didapat. Merekapun bisa
menerima pelajaran yang diperoleh bahkan dapat langsung diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pengaplikasian tersebut
dilaksanakan secara bertahap.
2. Dampak Pelaksanaan
Demi pencapaian tujuan yang diharapkan, maka Masjid Al-Qolam
mengeluarkan anggota-anggota terbaiknya yang akan menjadi juru dakwah
bagi para jamaah. Dengan harapan terjadinya perubahan sikap para jamaah
setelah mengikuti kegiatan dakwah yang dilaksanakan oleh Masjid Al-
Qolam. Hal itu pun terbukti, ada beberapa jamaah yang sudah
menunjukkan perubahan sikap setelah mengikuti kegiatan dakwah yang
dilaksanakan oleh Masjid Al-Qolam. Seperti antusiasme yang mereka
tunjukkan jika ada acara atau kegiatan keagamaan yang dilaksankan oleh
Masjid Al-Qolam, ada beberapa di antara mereka yang lebih memilih hadir
dalam kegiatan keagamaan dan melewatkan kegiatan umum dengan alasan
pahala yang akan mereka dapatkan.
71
86
86
3. Rapat Evaluasi
Tugas yang paling penting bagi pengurus adalah bagaimana
mengkoordinasikan pelaksanaan dakwah itu, apa yang harus dikerjakan
setelah dakwah itu berjalan. Di sinilah pentingnya koordinasi untuk
mengadakan evaluasi, sejauh mana hasil strategi dakwah yang telah
dicapai. Evaluasi ini penting agar kesalahan atau konflik yang terjadi bisa
diperbaiki bahkan dihindari agar tidak terulang kembali pada masa yang
akan datang.
4. Memperbaiki Mekanisme Kerja
Dalam mengambil kebijakan untuk mengubah suatu strategi tidak
harus menghilangkan strategi yang sudah ada atau bahkan merumuskan
strategi yang baru. Akan tetapi tetap berada pada rencana semula hanya
saja perlu dilakukan perbaikan mekanisme kerja yang sebelumnya
dilakukan penelitian untuk menemukan bagian mana yang harus
diperbaiki.
72
87
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (Planning) untuk mencapai
suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mewujudkan bagaimana teknik (cara) yang dijalankan oleh anggota organisasi
yang terkait di dalamnya.
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil analisis penelitian
terhadap Strategi Dakwah Masjid Al-Qolam Depok adalah sebagai berikut:
1. Perumusan Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok
Agar pesan dakwah dapat tersampaikan dengan baik, diperlukan
strategi yang cocok bagi setiap organisasi dakwah. Strategi tersebut harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dimiliki oleh organisasi
dakwah itu. Masjid Al-Qolam tidak merumuskan strategi secara khusus,
akan tetapi para anggota yang tergabung dalam DKM tetap memikirkan
cara apa yang cocok untuk menjalankan kegiatan dakwah.
Target dakwah dari Masjid Al-Qolam bukan hanya yang berasal
dari masyarakat sekitar saja, tetapi juga dari lingkungan sekolah yang
merupakan satu Yayasan dengan Masjid Al-Qolam dan juga dari
masyarakat di luar lingkungan masjid.
73
88
88
2. Implementasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok
Berdasarkan target yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam, maka cara
yang digunakan oleh DKM dalam hal penyampaian dakwah yaitu dengan
mengirimkan undangan kepada para wali murid siswa, serta kepada
masyarakat yang ada di lingkungan sekitar maupun di luar lingkungan
masjid. Dengan harapan mereka datang yang kemudian bias dan bersedia
menjadi jamaah tetap Masjid Al-Qolam.
3. Evaluasi Strategi Dakwah DKM Al-Qolam Depok
Evaluasi merupakan proses membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang diperoleh. DKM Masjid Al-Qolam melaksanakan
proses evaluasi di setiap akhir kegiatan. Panitia yang terlibat di dalam
kegiatan tersebut membuat catatan khusus selama kegiatan berlangsung,
mereka membacakan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan dari
kegiatan tersebut setelah itu dibuat laporan untuk dijadikan pertimbangan
kegiatan berikutnya dengan harapan meminimalisir kekurangan dan
memaksimalkan kelebihan yang diperoleh.
B. SARAN
Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada DKM Al-Qolam,
penulis ingin memberikan saran yang bisa dijadikan masukan demi kelancaran
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Masjid Al-Qolam.
1. Sebaiknya DKM Al-Qolam menerapkan Manajemen Organisasi
Masjid yang lebih baik lagi.
74
89
89
2. Pihak DKM agar lebih baik lagi dalam menjalin ukhuwah dengan
masyarakat sekitar masjid maupun masyarakat di luar lingkungan
masjid, agar mereka bersedia menjadi jamaah Masjid Al-Qolam.
3. Pihak DKM harus lebih fokus lagi dalam hal perekrutan jamaah yang
selanjutnya akan dijadikan pengurus Masjid Al-Qolam. Tentunya
pengurus yang mau dan bersedia menjalankan visi, misi dan tujuan
dari Masjid Al-Qolam.
4. Adakan seminar Manajamen Organisasi Masjid yang bertujuan
menambah pengetahuan para pengurus mengenai ilmu organisasi.
5. Tanggapan atau respon dari jamaah dan masyarakat sangat diperlukan
bagi organisasi, oleh karena itu sebaiknya DKM Al-Qolam
memfasilitasi jamaah dan juga masyarakat agar bisa menyampaikan
tanggapannya mengenai kegiatan-kegiatan dakwah yang dilaksanakan
oleh Masjid Al-Qolam.
75
90
90
91
91
DAFTAR PUSTAKA
Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN-Maliki
Press. 2010
Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2004
Bachtiar, Wardi. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. 1997
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press. 2003
Harjani, Hepni Dan Munzier, Suparta. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media.
2003
Abdurrahman, Isa As-Salam. Manajemen Rasulullah Dalam Berdakwah. Jakarta:
Pustaka Azzam. 2001
Sayyid, Al-Wakil, Muhammad. Prinsip Dan Kode Etik Dakwah. Jakarta:
Akademika Pressindo. 2002
Abdul Khaliq, Abdurrahman. Strategi Dakwah Syar’iyah. Solo: CV. Pustaka
Mantiq. 1996
Purnomo, Setiawan Hari Dan Zulkieflimansyah. Manajemen Strategi Sebuah
Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI.
1999
Efeendi, Onong Uchayana. Teori Dan Praktek Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya. 1992
Nawawi, Hadari. Manajemen Strategic Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2003
Amsyari, Fuad. Strategi Perjuangan Umat Islam Indonesia. Bandung: Mizan.
1990
Kadarman, A.M. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo
Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia Dan Pembangunan Dalam Islam.
Jakarta: Firma Jakarta. 1998
Amirullah Dan Sri Budi Cantika. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2000
David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Prenhalindo. 2001
viii
92
92
Abdullah Bin Nuh Oemar Bakry. Kamus Besar Bahasa Indonesia-Arab, Arab-
Indonesia. Bentara: Antara Asia. 1991
M. Arifin. Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Study. Jakarta: Bulan Bintang.
1997
Rafi’udin Dan Maman Abdul Djaliel. Prinsip Dan Strategi Dakwah. Bandung:
Pustaka Setia. 2001
Jum’ah Amin Abdul Aziz. Prinsip Dan Kaidah Asasi Dakwah Islam
Somad, Muhammad Idris A. Ilmu Dakwah. Jakarta: T.Pn. 2005
Muhammad Sayyid Al-Wakil. Prinsip Dank Ode Etik Dakwah
Sa’id Bin Ali Bin Wahif Al-Qathani. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema
Insane Press. 1994
Ilyas, Yunhar. Prinsip-Prinsip Dakwah. Yogyakarta: Izzan Pustaka. 2005
Sondang, S.P. Manajemen Modern. Jakarta: Masagung. 1994
Khlaiq, Syaikh Abdurrahman Abdul. Metode Dan Strategi Dakwah Islam. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar. 1996
Syukir, Asumsi. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. 1983
Yani, Ahmad Dan Ahmad Satori Ismail. Menuju Masjid Ideal. Jakarta: LP2SI
Haramain. 2001
Http:/Masjidalqalam.Blogspot.Com
ix
93
93
94
94
95
95
96
96
97
97
98
98
99
99
PEDOMAN WAWANCARA
Dengan ini penulis menyatakan bahwa wawancara ini dilakukan secara
terbuka. Penulis mewawancarai pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian
skripsi ini, pihak tersebut adalah dua orang pengurus dari pihak DKM Al-Qolam,
yaitu Bapak Imam dan Bapak Bambang.
Pada hari sabtu 4 agustus 2012 saya mewawancarai bapak Bambang pada
pukul 09.00 WIB, dengan daftar pertanyaan sebagai berikut:
1. Seberapa penting peran strategi dalam menyampaikan dakwah di Masjid
Al-Qolam?
2. Dalam tahapan perumusan strategi dimulai dengan tahapan input
(masukan). Dalam tahap ini terdapat analisi SWOT:
3. Proses awal sebelum menentukan strategi yaitu merumuskan strategi
dengan memilih dari beberapa strategi alternatif. Bagaimana Masjid Al-
Qolam menerapkan itu?
4. Dalam proses penentuan strategi yang digunakan, siapa sajakah yang ikut
terlibat dalam proses tersebut?
5. Pernahkah Masjid Al-Qolam mengalami kejadian tersebut?
6. Berbagai macam masukan dan saran yang diperoleh baik dari lingkungan
internal maupun eksternal sangat dibutuhkan bagi suatu organisasi.
Bagaimana Masjid Al-Qolam menampung berbagai saran tersebut?
100
100
7. Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah pasti memerlukan dana.
Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Masjid Al-Qolam dalam
memperoleh dan mengelola dana tersebut?
8. Kegiatan penting apa saja yang telah dilakukan oleh Masjid Al-Qolam?
9. Jika dilihat dari faktor eksternal (peluang dan ancaman) di mana Masjid ini
terletak di lingkungan mayoritas non Muslim. Adakah hambatan yang
sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan dakwah?
10. Faktor internal pun harus diperhatikan (kekuatan dan kelemahan). Adakah
hambatan yang dialami Masjid Al-Qolam?
Misalnya: kerjasama yang tidak baik diantara anggota DKM?
11. Salah satu proses evaluasi yaitu membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang didapat. Bagaimana Masjid Al-Qolam
melaksanakannya?
12. Banyak terjadi penyimpangan terhadap segala rencana yang telah
ditetapkan. Bagaimana Masjid Al-Qolam menyelidiki penyimpangan
tersebut?
13. Setiap anggota atau personel yang terlibat memiliki pengaruh besar bagi
keberhasilan suatu tujuan. Bagaimana Masjid Al-Qolam mengevaluasi
prestasi individu?
14. Alat ukur yang seperti apa yang digunakan Masjid Al-Qolam dalam
mengukur kemajuan yang diperoleh?
15. Dalam proses pelaksanaan kegiatan dakwah. Masjid Al-Qolam pasti
mengalami banyak hambatan. Cara yang dilakukan untuk mengatasinya?
101
101
16. Mengenai respon masyarakat sekitar yang memang merupakan masyarakat
non muslim. Selama ini dukungan seperti apa yang diberikan oleh mereka?
Pada hari kamis 9 agustus 2012 saya mewawancarai bapak Imam pada
pukul 16.00 WIB, dengan daftar pertanyaan sebagai berikut:
Ada berapa macam pilihan strategi yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam?
1. Setelah strategi dipilih dan ditetapkan. Hal apa yang pertama kali dilakukan
untuk mewujudkan strategi tersebut?
2. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam proses implementasi strategi
tersebut?
3. Proses implementasi membutuhkan personel yang bisa menjalankan
strategi yang telah direncanakan. Bagaimana pembagian kerja dalam hal
tersebut?
4. Biasanya apa yang telah direncanakan bisa menjadi berbeda atau tidak
sama persis dengan apa yang dijalankan. Bagaimana menangani kejadian
seperti ini?
5. Seperti apa respon yang didapat Masjid Al-Qolam dari masyarakat sekitar?
6. Selama masjid ini berdiri adakah penolakan nyata yang ditunjukan oleh
masyarakat sekitar?
7. Adakah perubahan sikap baik secara individu maupun lingkungan yang
terjadi karena kegiatan-kegiatan dakwah yang dijalankan oleh Masjid Al-
Qolam?
102
102
8. Bagaimana cara DKM Masjid Al-Qolam mengukur hal tersebut?
9. Menurut Bapak apakah Strategi Dakwah yang dijalankan oleh Masjid Al-
Qolam sudah tepat sasaran dan sesuai rencana?
103
103
Hasil Wawancara Dengan Pengurus Masjid Al-Qolam
1. Seberapa penting peran strategi dalam menyampaikan dakwah di Masjid Al-
Qolam?
Jawaban: (Pak Bambang)
Strategi diperlukan agar pesan dakwah sampai ke audience, tidak
bisa disampaikan secara biasa, perlu ada starategi khusus mengingat
masjid ini terletak di kawasan non muslim.
Menjangkau jamaah di luar lingkungan Masjid Al-Qolam
2. Dalam tahapan perumusan strategi dimulai dengan tahapan input
(masukan). Dalam tahap ini terdapat analisi SWOT:
Jawaban: (Pak Bambang)
Apa saja kekuatan yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam?
Lokasi strategis di pinggir jalan yang cukup ramai, masjid ini
diresmikan oleh M. Natsir (alm) sehingga secara historis punya nilai
tersendiri dan masyarakat non muslim pun melihat bahwa masjid ini
bukan masjid biasa. Selain itu ada juga lembaga pendidikan dan
sekolah terbuka gratis.
Apa saja kelemahan yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam?
Pengurus DKM rata-rata berdomisili di luar masjid sehingga untuk
menjalankan program yang direncanakan sedikit terhambat. Sedikit
jamaah yang aktif di masjid ini sehingga aktifitas masjid lebih banyak
diisi oleh kegiatan pendidikan.
104
104
Apa saja peluang yang ada bagi Masjid Al-Qolam?
Pihak Yayasan sangat terbuka untuk siapapun yang ingin mengisi dan
memakmurkan masjid ini.
Ancaman apa saja yang dialami oleh Masjid Al-Qolam?
Karena tidak ada jamaah yang aktif yang rutin di masjid ini, maka
tidak terjadinya kaderisasi pengurus sehingga sempat terjadi
kevakuman.
3. Proses awal sebelum menentukan strategi yaitu merumuskan strategi
dengan memilih dari beberapa strategi alternatif. Bagaimana Masjid Al-
Qolam menerapkan itu?
Jawaban: (Pak Bambang)
Kalau bicara strategi menyangkut kepada misi dan target, misi dari
Masjid Al-Qolam yaitu menjadikan masjid bermanfaat dalam
meningkatkan ketakwaan dan kemaslahatan umat, sedangkan yang
menjadi target dari Masjid Al-Qolam yaitu bukan hanya masyarakat yang
berada di lingkungan sekitar masjid tetapi juga yang ada di luar
lingkungan Masjid Al-Qolam. Tujuan dari masjid ini ada yang jangka
pendek dan jangka panjang. Jangka pendek yaitu meliputi kegiatan rutin
dan pekanan dengan mengundang para orang tua atau wali murid dengan
harapan mereka mau menjadi jamah Masjid Al-Qolam, kegiatan-kegiatan
tersebut juga diperuntukan bagi para pengurus dengan maksud
mengkonsolidasikan tiap program.
105
105
4. Dalam proses penentuan strategi yang digunakan, siapa sajakah yang ikut
terlibat dalam proses tersebut?
Jawaban: (Pak Bambang)
Ketua, sekretaris, bendahara ditambah seksi sosial dan dakwah.
5. Ada berapa macam pilihan strategi yang dimiliki oleh Masjid Al-Qolam?
Jawaban: (Pak Imam)
Strategi khusus tidak ada tapi hanya lahir dari program saja, yaitu dengan
mengajak wali murid untuk menjadi jamaah masjid.
6. Setelah strategi dipilih dan ditetapkan. Hal apa yang pertama kali dilakukan
untuk mewujudkan strategi tersebut?
Jawaban: (Pak Imam)
Mengundang dengan surat undangan kepada wali murid.
7. Hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam proses implementasi strategi
tersebut?
Jawaban: (Pak Imam)
Pasti kegiatan ini harus didukung oleh dana, untuk dana kita
selama ini cukup, paling banyak digunakan untuk pendanaan anak
yatim.
Pengurus DKM yang solid
Keilmuan para pengurus yang sangat berpengaruh bagi jalannya
program.
106
106
8. Proses implementasi membutuhkan personel yang bisa menjalankan
strategi yang telah direncanakan. Bagaimana pembagian kerja dalam hal
tersebut?
Jawaban: (Pak Imam)
Para personel tersebut disatukan dalam struktur organisasi yang terdiri dari
ketua, sekretaris, bendahara dibantu oleh seksi dakwah, seksi sosial, seksi
pemeliharaan, seksi kewanitaan.
9. Biasanya apa yang telah direncanakan bisa menjadi berbeda atau tidak
sama persis dengan apa yang dijalankan. Bagaimana menangani kejadian
seperti ini?
Jawaban: (Pak Imam)
Jadi, rencana itu program, makanya kita membuat program jangka
pendek yang mungkin untuk dijalankan. Namun dalam pelaksanaannya
terkadang ada program yang sempat terhenti, seperti kajian pekanan yang
dikarenakan libur sekolah jadi pihak masjid sulit untuk mengundang orang
tua. Secara umum hal tersebut jarang terjadi karena program yang dimiliki
kami tidak terlalu banyak.
10. Pernahkah Masjid Al-Qolam mengalami kejadian tersebut?
Jawaban: (Pak Bambang)
Belum pernah terjadi yang tidak sesuai dengan rencana, paling jika
terjadi perubahan hanya pada pesertanya saja.
107
107
11. Berbagai macam masukan dan saran yang diperoleh baik dari lingkungan
internal maupun eksternal sangat dibutuhkan bagi suatu organisasi.
Bagaimana Masjid Al-Qolam menampung berbagai saran tersebut?
Jawaban: (Pak Bambang)
Biasanya dibicarakan di tingkat pimpinan, tinggal tergantung
masalahnya dan biasanya hal tersebut disampaikan secara langsung kepada
pihak DKM.
12. Dalam penyelenggaraan kegiatan dakwah pasti memerlukan dana.
Bagaimana strategi yang dilakukan oleh Masjid Al-Qolam dalam
memperoleh dan mengelola dana tersebut?
Jawaban: (Pak Bambang)
Untuk memperoleh dana kita mengedarkan surat edaran kepada
orang tua siswa agar menyalurkan ZISnya di sini dan menyebarkan
proposal pada usaha-usaha sekitar dan pemiliknya dikenal oleh kita yang
merupakan relasi dari pengurus DKM.
13. Kegiatan penting apa saja yang telah dilakukan oleh Masjid Al-Qolam?
Jawaban: (Pak Bambang)
Hari Raya Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha (penyembelihan
hewan kurban) kerjasama dengan SMP IT, hewan kurban yang
disumbangkan lumayan banyak. Kajian Islam yang dihadiri oleh 90 orang.
14. Jika dilihat dari faktor eksternal (peluang dan ancaman) di mana Masjid ini
terletak di lingkungan mayoritas non Muslim. Adakah hambatan yang
sangat mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan dakwah?
108
108
Jawaban: (Pak Bambang)
Hambatan selama ini belum pernah terlihat, paling mereka hanya
mengeluhkan masalah speaker, biasanya mereka langsung bicara ke
security.
15. Faktor internal pun harus diperhatikan (kekuatan dan kelemahan). Adakah
hambatan yang dialami Masjid Al-Qolam?
Misalnya: kerjasama yang tidak baik diantara anggota DKM?
Jawaban: (Pak Bambang)
Seperti yang tadi telah disampaikan di awal.
16. Salah satu proses evaluasi yaitu membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan yang didapat. Bagaimana Masjid Al-Qolam
melaksanakannya?
Jawaban: (Pak Bambang)
Biasanya dilaksanakan di akhir kegiatan, oleh panitia dibacakan
bagaimana tingkat keberhasilan setelah itu dibuat laporan untuk dijadikan
pertimbangan kegiatan berikutnya.
17. Banyak terjadi penyimpangan terhadap segala rencana yang telah
ditetapkan. Bagaimana Masjid Al-Qolam menyelidiki penyimpangan
tersebut?
Jawaban: (Pak Bambang)
Kalau dari sisi SDM langsung diambil alih jika dalam
pelaksanaannya tidak maksimal, biasanya hal tersebut karena faktor
109
109
domisili, dan yang memang stand by di masjid adalah mereka yang juga
aktif di sekolah.
18. Setiap anggota atau personel yang terlibat memiliki pengaruh besar bagi
keberhasilan suatu tujuan. Bagaimana Masjid Al-Qolam mengevaluasi
prestasi individu?
Jawaban: (Pak Bambang)
Biasanya diakhir kegiatan disampaikan jika melakukan kesalahan,
pengurus yang ditemukan itu kemudian ditempatkan pada posisi yang
tidak terlalu vital, hal tersebut dilakukan untuk menghindari perasaan
tersingkir dari anggota organisasi.
19. Alat ukur yang seperti apa yang digunakan Masjid Al-Qolam dalam
mengukur kemajuan yang diperoleh?
Jawaban: (Pak Bambang)
Belum pernah dilakukan
20. Dalam proses pelaksanaan kegiatan dakwah. Masjid Al-Qolam pasti
mengalami banyak hambatan. Cara yang dilakukan untuk mengatasinya?
Jawaban: (Pak Bambang)
Karena lebih banyak terdapat pada faktor SDM, maka kita cari
orang-orang yang mempunyai banyak waktu untuk Masjid Al-Qolam,
sebetulnya ada jamaah yang aktif tetapi tetap dicari yang dekat dengan
Masjid Al-Qolam. Alhamdulillah tahun ini sudah ada perbaikan sistem
kerjanya dan sudah ada beberapa orang yang bersedia.
110
110
21. Mengenai respon masyarakat sekitar yang memang merupakan masyarakat
non muslim. Selama ini dukungan seperti apa yang diberikan oleh mereka?
Jawaban: (Pak Bambang)
Belum pernah ada dukungan dari mereka, tempo hari ada dari
ribawi menawarkan bantuan berupa pengadaan peralatan. Kemudian DKM
mengadakan musyawarah yang akhirnya menolak bantuan tersebut dengan
alasan ada unsur ribawinya.
22. Seperti apa respon yang didapat Masjid Al-Qolam dari masyarakat sekitar?
Jawaban: (Pak Imam)
Positif: sebagian besar cukup memenuhi yang diinginkan oleh DKM,
seperti peserta yang sering melebihi target dan juga pendanaan yang
diberikan oleh relasi dari pengurus DKM.
Negatif: belum pernah menemukan.
23. Selama masjid ini berdiri adakah penolakan nyata yang ditunjukan oleh
masyarakat sekitar?
Jawaban: (Pak Imam)
Belum pernah, karena masjid ini merupakan tanah wakaf.
24. Adakah perubahan sikap baik secara individu maupun lingkungan yang
terjadi karena kegiatan-kegiatan dakwah yang dijalankan oleh Masjid Al-
Qolam?
Jawaban: (Pak Imam)
Belum pernah diselidiki dari intern maupun ekstern.
25. Bagaimana cara DKM Masjid Al-Qolam mengukur hal tersebut?
111
111
Jawaban: (Pak Imam)
Karena kita tidak langsung mengikuti kehidupan sehari-hari, maka
kita tidak bisa mengukurnya hanya bisa dilihat dari absensi kehadiran.
Kalau dari SMP Terbuka sangat antusias, setiap taklim ada sekitar 40
orang lebih yang hadir.
26. Menurut Bapak apakah Strategi Dakwah yang dijalankan oleh Masjid Al-
Qolam sudah tepat sasaran dan sesuai rencana?
Jawaban: (Pak Imam)
Menurut saya sudah ok, namun harus ada perbaikan.
112
112
113
113
114
114
115
115
Top Related