Download - STOIKIOMETRI

Transcript
Page 1: STOIKIOMETRI

STOIKIOMETRI

Winda Laela Sari

103020005

Mega Rustiani

Salah satu aspek penting dari reaksi

kimia adalah hubungan kuantitatif antara

zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik

sebagai pereaksi maupun sebagai hasil

reaksi. Stoikiometri berasal dari bahasa

Yunani yaitu stokheion yang artinya elemen

atau unsur, sedangkan methron yang artinya

ukuran, sehingga stoikiometri dapat

diartikan mengukur elemen atau mengkur

unsur – unsur.

Seorang ahli Kimia Perancis,

Jeremias Benjamin Richter (1762-1807)

adalah orang yang pertama kali meletakkan

prinsip-prinsip dasar stoikiometri.

Menurutnya stoikiometri adalah ilmu

tentang pengukuran perbandingan kuantitatif

atau pengukuran perbandingan antar unsur

kimia yang satu dengan yang lain.

Stoikiometri erat kaitannya dengan

perhitungan kimia. Untuk menyelesaikan

soal-soal perhitungan kimia digunakan asas-

asas stoikiometri yaitu antara lain persamaan

kimia dan konsep mol.

Tujuan dari percobaan stoikiometri

adalah mahasiswa atau praktikan dapat

menentukan hasil dari reaksi kimia suatu

percobaan. Mahasiswa juga dilatih agar

dapat menuliskan rumus – rumus senyawa

dari suatu reaksi dengan mudah. Serta

mahasiswa dapat memahami stoikiometri.

Prinsip dari percobaan stoikiometri

adalah dilakukannya sederet pengamatan

yang kuantitas molar totalnya sama namun

kuantitas pereaksinya berubah – ubah atau

disebutn juga metode variasi kontinyu.

Dengan mengamati beberapa sifat fisika

yakni massa, volume, suhu.

Jika ingin membuat suatu zat

praktikan harus mengetahui rumus kimia zat

tersebut. Dengan mengetahui rumus kimia

zat tersebut, praktikan dapat mereaksikan

pereaksi-pereaksi sedemikian sehingga zat

yang terbentuk memiliki perbandingan atom

unsur-unsur penyusunnya yang sesuai

dengan rumus kimianya. Perbandingan atom

unsur-unsur dalam suatu rumus kimia

ditunjukkan dengan angka yang bulat, dan

bukan dengan angka pecahan. Satuan

Internasional (SI) mendefinisikan satuan

dasar untuk jumlah zat kimia yang disebut

mol.

Ada pun beberapa hukum yang

berkaitan dengan stoikiometri Hukum Proust

“Perbandingan massa unsure – unsure di

dalam suatu persenyawaan kimia selalu

tetap”, Hukum Dalton “Jika 2 unsur dapat

membentuk satu atau lebih senyawa, maka

perbandingan massa dari unsur – unsur yang

satu yang bersenyawa dengan sejumlah

unsure yang tertentu massanya akan

merupakan bilangan yang mudah dan bulat”,

Hukum Lavoisier “Massa zat sebelum dan

sesudah reaksi adalah sama”, Hukum

Avogadro “Pada temperature dan tekanan

yang sama, volume – volume yang sama

setiap gas mengandung jumlah mol yang

sama”, Hukum Gay Lusac “Dalam suatu

reaksi kimia untuk semua gas yang diukur

pada p dan T yang sama, volumenya

berbanding lurus dengan koefisien reaksinya

atau molnya dan berbanding lurus dengan

bilangan bulat dan sederhana”.

Alat yang digunakan dalam

percobaan ini adalah gelas piala atau gelas

kimia, batang pengaduk, pipet volume,

thermometer

Bahan yang digunakan dalam

percobaan ini adalah larutan CuSO4 2 M ;

larutan NaOH 2 M dan 1 M ; HCl 1 M.

Berikut metode percobaan

stoikiometri, yakni dengan mencampurkan

dua jenis larutan yang berbeda dengan

mengukur suhu sebelum dan sesudah

pencampuran, dilakukan berulang – ulang

dengan volume masing – masing yang

berbeda, sehingga didapat titik maksimum

suhu dan minimumnya.

Page 2: STOIKIOMETRI

Artikel Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”

NaOH 1 M

HCl 1 M

5 ml 25 ml

10 ml 20 ml

15 ml 15 ml

20 ml 10 ml

25 ml 5 ml

Gambar 1. NaOH dan HCl

NaOH 2 M

CuSO4 2 M

5 ml 25 ml

10 ml 20 ml

15 ml 15 ml

20 ml 10 ml

25 ml 5 ml

Gambar 2. NaOH dan CuSO4

Dari percobaan stoikiometri di atas,

didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan NaOH dan HCl V Na

OH

V HC

l

TM TA ∆T mmo

l

NaOH

mmo

l

HCl

5 25 24 26 2 5 25 0,2

10 20 24 28 4 10 20 0,5

15 15 24 25 1 15 15 1

20 10 24 28 4 20 10 2

25 5 24 26 2 25 5 5

(Sumber : R. Ginna Permata, Meja 9, 2010)

Tabel 2. Hasil Pengamatan NaOH dan

CuSO4 V Na

OH

V Cu

SO

4

TM TA ∆T mmo

l

Na

OH

mmo

l

Cu

SO

4

5 25 25,

75

27 1,2

5

10 50 0,2

10 20 26,

5

29 2,5 20 40 0,5

15 15 25,

75

30 4,2

5

30 30 1

20 10 25,

5

28,

5

3 40 20 2

25 5 26 26,

5

0,5 50 10 5

(Sumber : Winda Laela Sari, Meja 2, 2010)

Dimana satuan dari V adalah ml, T

adalah oC, hasil tersebut diperoleh dengan

rumus :

Pengenceran dilakukan jika hendak

menentukan konsentrasi larutan sesuai

dengan yang diperlukan, atau dalam kata

lain membuat suatu larutan dengan kadar

tertentu. Ada pun rumus - rumus yang

menyatakan tentang konsep mol yang juga

digunakan dalam pengenceran, yaitu :

● Massa atom relatif (Ar)

Massa atom unsur ditentukan dengan

cara membandingkan massa atom rata-

rata unsur tersebut terhadap 1/12 massa

rata-rata satu atom karbon 12 sehingga

massa atom yang diperoleh adalah

massa atom relatif (Ar).

● Massa molekul relatif

Unsur dan senyawa yang partikelnya

berupa molekul, massanya dinyatakan

dalam massa molekul relatif (Mr). Pada

dasarnya massa molekul relatif (Mr)

adalah perbandingan massa rata-

rata satu molekul unsur atau senyawa

dengan 1/12 massa rata-rata satu atom

karbon-12

atau

∆T = TA - TM

atau

Ar X =

= mol

Mr X =

= mol

Page 3: STOIKIOMETRI

Artikel Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”

● Kemolaran

Kemolaran atau konsentrasi Molar (M)

suatu larutan menyatakan jumlah mol

spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan

atau jumlah milimol dalam 1 mL larutan.

● Kemolalan

Kemolalan (m), menyatakan jumlah

mol zat terlarut dalam 1000 gram

pelarut. Kemolalan tidak bergantung

pada temperatur.

● Kenormalan

Cara menyatakan konsentrasi dengan

kenormalan (N) biasa digunakan pada

analisis volumetri. Setelah memperoleh

harga konsentrasi dengan kenormalan,

masih harus menghitung konsentrasi

lainnya.

● Persen Konsentrasi

Dalam ilmu kimia, persen digunakan

untuk menyatakan konsentrasi larutan,

dan dapat dinyatakan dalam :

● Parts per million dan Parts per Billion

Jika larutan sangat encer untuk

menentukan konsentrasinya digunakan

dengan satuan parts per million (ppm)

atau satuan parts per billion (ppb).

Jumlah 1 ppm ekivalen dengan 1 mg zat

terlarut dalam 1 L larutan. Jumlah 1 ppb

ekivalen dengan 1 µ g zat terlarut per 1

L larutan. Dapat pula dituliskan sebagai

berikut :

Dari percobaan stoikiometri NaOH

– HCl dapat disimpulkan bahwa ordinat titik

stoikiometri maksimumnya terletak pada

(2,4) dan titik minimumnya terletak pada

(0.2,5), sedangkan pada percobaan

stoikiometri NaOH – CuSO4 dapat

disimpulkan bahwa ordinat titik stoikiometri

maximum terletak pada (1, 4.25) dan titik

minimumnya terletak pada (5, 0.5).

Hal – hal yang harus diperhatikan

dalam percobaan kali ini adalah hati – hati

dalam pengukuran suatu zat, baik itu volume

atau pun temperaturnya. Konsentrasi suatu

zat pula sangat berpengaruh besar pada

percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad., Hiskia., Drs., (2001), Kimia

Larutan, PT. Citra Aditya Bakti :

Bandung

Achmad., Hiskia., Drs., (2001),

Stoikiometri Energetika Kima,

PT. Citra Aditya Bakti : Bandung

Brady., E., James., (1999), Kimia

Universitas, Binarupa Aksara :

Jakarta

Sutrisno., Turmala., Ella., (2010), Kimia

Dasar, Universitas Pasundan :

Bandung

M =

Jika massa M adalah massa molar

(g.mol-1) maka :

M=

m =

Jika massa M adalah massa molar

(g.mol-1

) maka :

m =

N = , atau

N =

persen bobot (% w/w) =

x 100

persen volume (% v/v) =

x 100

persen bobot per volume (% w/v) =

x 100

ppm = x 106

ppb = x 109

Page 4: STOIKIOMETRI

Artikel Praktikum Kimia Dasar “Stoikiometri”

Anonim., Stoikiometri.,

http://wikipedia.com, diakses :

26/10/10

Sri., (2008), Soikiometri.,

http://kimia.upi.edu/kimia-

old/ht/Sri/main/global2a.htm,diaks

es : 26/10/10