laporan stoikiometri

32

Click here to load reader

description

laporan kimdas stoikiometri

Transcript of laporan stoikiometri

Page 1: laporan stoikiometri

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang

Dalam reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat bukan

antar dua zat murni. Pelajaran yang berkaitan dengan reaksi kimia lazim dikenal

sebagai “stoikiometri”. Stoikiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajari

hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam rekasi kimia. Ada beberapa

pendapat dari beberapa ahli tentang stoikiometri antara lain hukum perbandingan

tetap (hukum Proust), hukum kekekalan massa (hukum Lavoiser), hukum

Avogadro, hukum perbandingan berganda (hukum Dalton) dan hukum Gay-

Lussac.

Bila senyawa dicampur untuk bereaksi maka sering tercampur secara

kuantitatif stoikiometri, artinya semua reaktan habis pada saat yang sama. Namun

demikian, terdapat suatu reaksi dimana salah satu reaktan habis, sedangkan yang

lain masih tersisa. Dikatakan reaktan yang habis sebagai reaktan terbatas. Dalam

setiap persoalan stoikiometri, perlu untuk menentukan reaktan yang mana yang

terbatas untuk mengetahui jumlah produk yang akan dihasilkan.

Dasar persoalan kali ini adalah metode variasi kontinyu. Dalam metode ini

dilakukan serangkaian pengamatan yang kuantitas molar totalnya sama tetapi

masing – masing molar pereaksinya berubah – ubah (bervariasi). Salah satu sifat

fisik tertentu dipilih untuk diperiksa, seperti misalnya massa, volume, suhu atau

daya serap. Oleh karena kuantitas pereaksinya berlainan, maka perubahan harga

sifat fisika dari sistem ini dapat digunakan untuk meramalkan stoikiometri sistem.

Bila digambarkan grafik antara sifat fisika yang diukur terhadap kuantitas

pereaksinya, maka akan diperoleh titik maksimum atau titik minimum sesuai

dengan titik stoikiometri sistem yaitu menyatakan perbandingan peraksi –

peraksinya.

1

Page 2: laporan stoikiometri

1.2. Tujuan Percobaan

- Untuk mengetahui titik maksimum dan titik minimum dari campuran

NaOH dan HCl

- Untuk mengetahui titik maksimum dan titik minimum dari campuran N

Untuk mengetahui definisi stoikiometri

- NaOH dan H2SO4

- Untuk memahami reaksi eksoterm dan reaksi endoterm

- Untuk mempelajari cara menghitung reaksi pembatas

2

Page 3: laporan stoikiometri

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoichelon yang bararti unsur dan

neutron yang berarti pengukuran. Di dalam stoikiometri dipelajari hubungan kuantitatif

zat sehingga dapat dikatakan bahwa stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari

hubungan kuantitatif zat – zat dalam reaksi kimia. Reaksi kimia telah mempengaruhi

kehidupan kita. Di alam, sebagian besar reaksi kimia berlangsung dalam larutan air.

Sebagai contoh, cairan tubuh baik tumbuhan maupun hewan, merupakan larutan dari

berbagai jenis zat, makanan yang kita konsumsi setiap saat setelah dicerna berubah

menjadi tenaga tubuh, pati dalam tanaman, dan dalam daun disintesis dari CO2 dan H2O

oleh pengaru energi sinar matahari.

Dalam stoikiometri dikenal dengan hukum – hukum dasar kimia. Hukum –

hukum tersebut adalah :

- Hukum kekekalan massa

Hukum kekekalan massa ditemukan pertama kali oleh Antonie Laurent

Lavoisier pada tahun 1774 menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan

konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut.

Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa

adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau

dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa

dari reaktan harus sama dengan massa produk. Jadi, dapat dikatakan : “Massa zat

sebelum dan sesudah reaksi adalah sama atau tetap”.

Contoh: Beberapa massa H2O yang terbentuk dari 4 gram H dan 18 gram O2?

Jawab : 2H + ½ O2 H2O

4 gram 18 gram 22 gram

- Hukum perbandingan tetap

3

Page 4: laporan stoikiometri

Pada tahun 1799, Josep Louis Proust melakukan penelitian tentang

hubungan massa unsur – unsur yang membentuk senyawa. Hasil penelitian

menunjukkan perbandingan massa unsur – unsur yang membentuk senyawa tetap.

Kemudian lahir hukum perbandingan tetap yang menyatakan bahwa suatu

senyawa kimia terdiri dari unsur – unsur dengan perbandingan massa yang selalu

tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi

unsur – unsur yang tetap. Misalnya, air terdiri dari massa oksigen dan

massa hidrogen. Jadi, dapat dikatakan hukum perbandingan tetap adalah “Tiap –

tiap senyawa mempunyai massa unsur yang tetap”.

Contoh : Perbandingan massa unsur H, S dan O di dalam H2SO4 selalu tetap,

yaitu:

H : S : O

(2x) : (1x32) : (4x16) = 2 : 32 : 64

= 1 : 16 : 32

- Hukum perbandingan berganda

Hukum perbandingan berganda pertama kali ditemukan oleh Jhon Dalton

pada tahun 1803. Beliau meneliti kasus adanya perbandingan tertentu suatu unsur

– unsur yang dapat membentuk senyawa lebih dari satu. Sehingga perbandingan

berat salah satu unsur yang bereaksi dengan berat tertentu dari unsur yang lain

pada kedua senyawa selalu merupakan perbandingan bilangan bulat sederhana.

Dapat disimpulkan bahwa hukum perbandingan berganda adalah : “Jika dua buah

unsur dapat membentuk lebih dari satu macam persenyawaan, perbandingan

massa unsur yang satu dengan yang lainnya adalah tertentu, yaitu berbanding

sebagai bilangan yang mudah dan bulat”.

Contoh: Pada senyawa antara nitrogen dan oksigen

4

Page 5: laporan stoikiometri

SenyawaBobot Perbandingan massa oksigen untuk

massa nitrogen tetapNitrogen Oksigen

Nitrogen Monoksida 14 16 1 x 16

Nitrogen Dioksida 14 32 2 x 16

Nitrogen Trioksida 14 48 3 x 16

Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa untuk massa nitrogen tetap maka

perbandingan oksigen ketiga contoh tersebut adalah 1 : 2 : 3

- Hukum perbandingan volume

Hukum antara volume dari gas - gas dalam reaksi kimia telah diselidiki

oleh Joseph Louis Gay Lussac dalam tahun 1805. Dari penelitian ini

menghasilkan hukum perbandingan volume yang berbunyi : “Pada reaksi gas,

yang bereaksi berbanding sebagai bilangan mudah dan bulat asal diukur pada

tekanan dan temperatur yang sama”.

Contoh: H2 (g) + Cl2 (g) 2HCl (g)

1 liter 1 liter 2 liter

Rumus :

Dimana : V1 = Volume gas ke-1

V2 = Volume gas ke-2

n1 = Jumlah mol zat ke-1

n2 = Jumlah mol zat ke-2

- Hukum Avogadro

Pada tahun 1811, ilmuwan Italia Amedeo Avogadro mengajukan hipotesis

bahwa : “Pada P (tekanan) dan T (suhu) sama, gas – gas yang bervolume sama

mempunyai jumlah mol yang sama”. Artinya, jumlah molekul atau atom dalam

suatu volum gas tidak bergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas.

Sebagai contoh 1 liter gas hidrogen dan nitrogen akan mengandung jumlah

molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya sama.

5

Page 6: laporan stoikiometri

Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa konstanta gas

ideal memiliki nilai yang sama bagi semua gas.

Artinya konstanta :

Dimana : P adalah tekanan gas

T adalah temperatur

memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak tergantung pada ukuran atau

massa molekul gas. Dalam satu mol suatu senyawa mengandung 6,02 . 1023

molekul. Bilangan 6,02 . 1023 disebut bilangan Avogadro, biasanya dilambangkan

dengan N.

- Hukum Boyle

Hukum Boyle berbunyi : ”Pada suhu dan jumlah mol yang sama, maka

hasil kali tekanan dan volume selalu tetap”.

Hukum Boyle mempunyai rumus :

Dimana : P1 = Tekanan ke-1

P2 = Tekanan ke-2

V1 = Volume ke-1

V2 = Volume ke-2

- Hukum Boyle – Gay Lussac

Hukum Boyle – Gay Lussac berbunyi : “Untuk gas dan massa tertentu,

maka hasil kali volume dengan tekanan dibagi oleh suhu yang diukur dalam

Kelvin adalah tetap”. Gas – gas jumlah molnya sama (n1 = n2). Maka berlaku

rumus :

Dimana : P1 = Tekanan gas ke-1

P2 = Tekanan gas ke-2

V1 = Volume gas ke-1

V2 = Volume gas ke-2

6

Page 7: laporan stoikiometri

T1 = Suhu gas ke-1

T2 = Suhu gas ke-2

- Hukum Dalton tentang Tekanan Parsial

Yang berbunyi : “Tekanan total dari campuran berbagai macam gas sama

dengan jumlah tekanan parsial dari gas- gas yang saling bercampur tersebut”.

Persamaan gas ideal :

Dimana : P = Tekanan (atm)

V = Volume gas (liter)

n = Mol gas

R = Tetapan Rydberg gas umum (0,082 L.atm /mol0K)

T = Suhu mutlak (0K)

Dalam stoikiometri adapula hal – hal yang penting yang harus diketahui,

seperti:

- Massa arom relatif

Merupakan perbandingan masing – masing atom dengan massa atom

C-12.

- Massa molekul relative

Adalah perbandingan antara massa satu molekul zat dengan massa

atom C-12.

- Konsep mol

7

Page 8: laporan stoikiometri

Satu mol zat adalah banyaknya zat yang mengandung 6,02 . 1023zat atau

partikel.

Rumus : n mol unsure X = n. 6,02 . 1023 atom X

n mol senyawa = n. 6,02 . 1023 molekul Y

Keterangan : n = Jumlah mol unsure atau senyawa

6,02 . 1023 = Bilangan Avogadro

Hubungan dengan mol massa, volume dan jumlah partikel :

- Hubungan mol dengan massa zat

atau

- Hubungan mol dengan jumlah partikel

- Hubungan mol dengan volume

- Rumus kimia

Rumus kimia suatu zat menyatakan jenis dalam jumlah atom – atom yang

terdapat dalam zat itu.

- Rumus empiris

Adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.

Contoh: CH2O

- Rumus molekul

Yaitu rumus kimia yang didapatkan dari kelipatan rumus empiris.

Contoh : C6H12O6

8

Page 9: laporan stoikiometri

Hitungan stoikiometri reaksi dapat digolongkan sebagai stoikiometri

sederhana, stoikiometri pereaksi pembatas, dan stoikiometri yang melibatkan

campuran.

- Hitungan stoikiometri sederhana

Hitungan dengan salah satu zat dalam reaksi diketahui atau dapat

ditentukan jumlah mainnya, reaksi ini digolongkan sebagai stoikiometri

sederhana.

- Hitungan stoikiometri dengan reaksi pembatas

Jika zat – zat yang direaksikan tidak ekuivalen. Zat yang habis terlebih

dahulu itu dapat disebut sebagai pereaksi pembatas. Banyaknya hasil reaksi akan

bergantung pada jumlah mol pereaksi pembatas. Oleh karena itu, langkah penting

dalam menyelesaikan hitungan ini adalah menentukan pereaksi pembatasnya.

- Hitungan stoikiometri yang melibatkan campuran

Jika suatu campuran direaksikan maka masing- masing komponen

mempunyai persamaan reaksi sendiri dan pada umumnya hitungan yang

melibatkan campuran diselesaikan dengan pemisahan.

Secara umum mol dapat didefinisikan suatu mol adalah banyaknya zat

yang mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah atom yang terdapat

dalam 12 gram C-17. jumlah itu pertama kali ditemukan oleh Johann Loschmidt

dari Jerman pada tahun 1865 yaitu sebanyak 6,02 . 1023 butir. Bilangan ini

dinamakan bilangan tetapan Avogadro, sebab yang pertama kali menyatakan

perlunya satuan bagi atom dan molekul adalah Amedeo Avogadro. Agar jasa

Loschmidt tidak terhapus, tetapan Avogadro dilambangkan dengan “L” (huruf

awal nama Loschmidt).

- Hubungan mol dengan jumlah partikel

9

Page 10: laporan stoikiometri

Mol merupakan satuan jumlah zat, sehingga satu mol sama dengan

bilangan Avogadro yang merupakan faktor penghubung antara jumlah mol zat

dengan jumlah partikel mol zat dengan jumlah yang dikandung oleh zat sebagai

berikut :

- Hubungan mol dengan gram

- Untuk senyawa

Gram = mol x Mr

- Untuk unsur

Gram = mol x Ar

Dari persamaan di atas dapat juga ditulis sebagai berikut :

o Massa adalah berat sebab kondisi timbangan berdasarkan pengaruh

gravitasi

o Massa molekul relative senyawa dalam jumlah total atom relatif

unsur – unsur penyusunnya

- Kesamaan dari Mr

o Massa formula

o Berat molekul

o Massa rumus

- Kesamaan dari Ar

o Nomor massa

o Bilangan massa

o Berat atom

- Hubungan mol dengan volume gas

10

Page 11: laporan stoikiometri

Tekanan atau suhu sangat berpengaruh dalam wujud gas, sehingga dapat

ditetapkan suatu tekanan serta suhu tertentu yang disebut keadaan standar gas

pada suhu 00C dan tekanan 1 atm. Maka berlaku rumus sebagai berikut :

P V = n R T

Keterangan : T = Suhu mutlak (0K)

P = Tekanan gas (atm)

R = Tetapan yang berharga 0,08205

n = Jumlah mol gas

V = Volume gas (liter)

11

Page 12: laporan stoikiometri

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan bahan

3.1.1. Alat – alat :

- Gelas kimia 100 ml

- Termometer

- Gelas ukur 25 ml

- Pipet volume

- Bola isap (Balf)

3.1.2. Bahan – bahan :

- Larutan NaOH 1M

- Larutan HCl 1M

- Larutan H2SO4 1M

- Aquadest

- Tissue

3.2. Prosedur percobaan

3.2.1. Stoikiometri sistem NaOH – HCl

- 2,5 ; 5; 7,5; 10; 12,5 ml larutan NaOH 1M dimasukkan ke dalam gelas

kimia dan diukur masing – masing suhunya.

- 12,5 ; 10; 7,5; 5; 2,5 ml larutan HCl 1M dimasukkan ke dalam gelas kimia

dan diukur masing – masing suhunya.

- Dicampurkan larutan HCl 1M ke dalam larutan NaOH 1M dan dengan

segera diukur suhu campuran tersebut.

3.2.2. Stoikiometri sistem NaOH – H2SO4

- 2,5 ; 5; 7,5; 10; 12,5 ml larutan NaOH 1M dimasukkan ke dalam gelas

kima dan diukur masing – masing suhunya.

12

Page 13: laporan stoikiometri

- 12,5 ; 10; 7,5; 5; 2,5 ml larutan H2SO4 1M dimasukkan ke dalam gelas

kimia dan diukur masing – masing suhunya.

- Dicampurkan larutan H2SO4 1M ke dalam larutan NaOH 1M dan dengan

segera diukur suhu campuran tersebut.

13

Page 14: laporan stoikiometri

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil percobaan

4.1.1. Stoikiometri sistem NaOH – HCl

No ml NaOH 1M ml HCl 1MSuhu NaOH

(0C)

Suhu HCl

(0C)

Suhu

Campuran

1. 2,5 12,5 300 300 320

2. 5 10 300 300 340

3. 7,5 7,5 300 300 340

4. 10 5 300 300 340

5. 12,5 2,5 300 300 320

4.1.2. Stoikiometri sistem NaOH- H2SO4

Noml NaOH

1M

ml H2SO4

1M

Suhu NaOH

(0C)

Suhu H2SO4

(0C)

Suhu

Campuran

1. 2,5 12,5 300 300 320

2. 5 10 300 300 330

3. 7,5 7,5 300 300 330

4. 10 5 300 300 330

5. 12,5 2,5 300 300 320

4.1. Reaksi dan perhitungan

- NaOH + HCl NaCl + H2O

- 2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

4.2.1. Stoikiometri sistem NaOH – HCl

4.2.1.1. Untuk 2,5 ml NaOH 1M dan 12,5 ml HCl 1M

NaOH + HCl NaCl + H2O

m 2,5 mmol 12,5 mmol - -

r 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol

14

Page 15: laporan stoikiometri

s - 10 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 2,5 ml . 1M

= 2,5 mmol

- mol HCl = V HCl . M HCl

= 12,5 ml . 1M

= 12,5 mmol

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = HCl

- Reaksi non stoikiometri

4.2.1.2. Untuk 5 ml NaOH 1M dan 10 ml HCl 1M

NaOH + HCl NaCl + H2O

m 5 mmol 10 mmol - -

r 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol

s - 5 mmol 5 mmol 5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 5 ml . 1M

= 5 mmol

- mol HCl = V HCl . M HCl

= 10 ml . 1M

= 10 mmol

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = HCl

- Reaksi non stoikiometri

4.2.1.3. Untuk 7,5 ml NaOH 1M dan 7,5 ml HCl 1M

NaOH + HCl NaCl + H2O

m 7,5 mmol 7,5 mmol - -

r 7,5 mmol 7,5 mmol 7,5 mmol 7,5 mmol

s - - 7,5 mmol 7,5 mmol

15

Page 16: laporan stoikiometri

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 7,5 ml . 1M

= 7,5 mmol

- mol HCl = V HCl . M HCl

= 7,5 ml . 1M

= 7,5 mmol

- Pereaksi pembatas = Tidak ada

- Pereaksi sisa = Tidak ada

- Reaksi stoikiometri

4.2.1.4. Untuk 10 ml NaOH 1M dan 5 ml HCl 1M

NaOH + HCl NaCl + H2O

m 10 mmol 5 mmol - -

r 5 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol

s 5 mmol - 5 mmol 5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 10 ml . 1M

= 10 mmol

- mol HCl = V HCl . M HCl

= 5 ml . 1M

= 5 mmol

- Pereaksi pembatas = HCl

- Pereaksi sisa = NaOH

- Reaksi non stoikiometri

4.2.1.5. Untuk 12,5 ml NaOH 1M dan 2,5 ml HCl 1M

NaOH + HCl NaCl + H2O

m 12,5 mmol 2,5 mmol - -

r 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol

s 10 mmol - 2,5 mmol 2,5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

16

Page 17: laporan stoikiometri

= 12,5 ml . 1M

= 12,5 mmol

- mol HCl = V HCl . M HCl

= 2,5 ml . 1M

= 2,5 mmol

- Pereaksi pembatas = HCl

- Pereaksi sisa = NaOH

- Reaksi non stoikiometri

4.2.2. Stoikiometri sistem NaOH – H2SO4

4.2.2.1. Untuk 2,5 ml NaOH 1M dan 12,5 ml H2SO4 1M

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

m 2,5 mmol 12,5 mmol - -

r 2,5 mmol 1,25 mmol 1,25 mmol 2,5 mmol

s - 11,25 mmol 1,25 mmol 2,5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 2,5 ml . 1M

= 2,5 mmol

- mol H2SO4 = V H2SO4 . M H2SO4

= 12,5 ml . 1M

= 12,5 mmol

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = H2SO4

- Reaksi non stoikiometri

4.2.2.2. Untuk 5 ml NaOH 1M dan 10 ml H2SO4

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

m 5 mmol 10 mmol - -

r 5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 5 mmol

s - 7,5 mmol 2,5 mmol 5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

17

Page 18: laporan stoikiometri

= 5 ml . 1M

= 5 mmol

- mol H2SO4 = V H2SO4 . M H2SO4

= 10 ml . 1M

= 10 mmol

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = H2SO4

- Reaksi non stoikiometri

4.2.2.3. Untuk 7,5 ml NaOH 1M dan 7,5 ml H2SO4 1M

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

m 7,5 mmol 7,5 mmol - -

r 7,5 mmol 3,75 mmol 3,75 mmol 7,5 mmol

s - 3,75 mmol 3,75 mmol 7,5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 7,5 ml . 1M

= 7,5 mmol

- mol H2SO4 = V H2SO4 .M H2SO4

= 7,5 ml . 1M

= 7,5 mmol

- Pereaksi pembatas = NaOH

- Pereaksi sisa = H2SO4

- Reaksi non stoikiometri

4.2.2.4. Untuk 10 ml NaOH 1M dan 5 ml H2SO4 1M

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

m 10 mmol 5 mmol - -

r 10 mmol 5 mmol 5 mmol 5 mmol

s - - 5 mmol 5mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

=10 ml . 1M

18

Page 19: laporan stoikiometri

= 10 mmol

- mol H2SO4 = V H2SO4 . M H2SO4

= 5 ml . 1M

= 5 mmol

- Pereaksi pembatas = Tidak ada

- Pereaksi sisa = Tidak ada

- Reaksi stoikiometri

4.2.2.5. Untuk 12,5 ml NaOH 1M dan 2,5 ml H2SO4 1M

2NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2H2O

m 12,5 mmol 2,5 mmol - -

r 5 mmol 2,5 mmol 2,5 mmol 5 mmol

s 7,5 mmol - 2,5 mmol 5 mmol

- mol NaOH = V NaOH . M NaOH

= 12,5 ml . 1M

= 12,5 mmol

- mol H2SO4 = V H2SO4 . M H2SO4

= 2,5 ml . 1M

= 2,5 mmol

- Pereaksi pembatas = H2SO4

- Pereaksi sisa = NaOH

- Reaksi non stoikiometri

4.1. Pembahasan

Stoikiometri adalah salah satu dari ilmu kimia yang mempelajari

hubungan kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaksi kimia.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan terhadap stoikiometri sistem

NaOH – HCl dan stoikiometri sistem NaOH - H2SO4 terdapat reaksi stoikiometri

dan reaksi non stoikiometri. Reaksi stoikiometri adalah reaksi yang menyertai

proses stoikiometri yaitu proses yang ada hubungannya terhadap kuantitas zat –

zat dalam suatu reaksi kimia atau dapat dikatakan juga reaksi stoikiometri adalah

19

Page 20: laporan stoikiometri

reaksi yang pereaksi – pereaksinya habis bereaksi membentuk produk atau hasil

reaksi. Sedangkan reaksi non stoikiometri adalah reaksi yang tidak ada

hubungannya dengan stoikiometri sehingga di dalam reaksi ini tidak terdapat

hubungan kuantitas zat – zat dalam reaksinya atau dapat dikatakan juga reaksi

non stoikiometri adalah reaksi yang zat pereaksinya tidak habis bereaksi

membentuk hasil.

Pada stoikiometri sistem NaOH dan HCl, ada yang menggunakan reaksi

stoikiometri dan reaksi non stoikiometri. Pada percobaan 2,5 ml NaOH 1M dan

12,5 ml HCl 1M ; 5 ml NaOH 1M dan 10 ml HCl 1M ; 10 ml NaOH 1M dan 5

ml HCl 1M ; 12,5 ml NaOH 1M dan 2,5 ml HCl 1M menunjukkan reaksi non

stoikiometri karena menghasilkan sisa. Sedangkan pada percobaan 7,5 ml NaOH

1M dan 7,5 ml HCl 1M menunjukkan reaksi stoikimetri karena tidak dapat

menghasilkan sisa.

Pada stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 yang menggunakan reaksi

non stoikiometri adalah reaksi yang menghasilkan sisa, yaitu pada percobaan 2,5

ml NaOH 1M dan 12,5 ml H2SO4 1M ; 5 ml NaOH 1M dan 10 ml H2SO4 1M ;

7,5 ml NaOH 1M dan 7,5 ml H2SO4 1M ; dan 12,5 ml NaOH 1M dan 2,5 ml

H2SO4 1M. Sedangkan reaksi non stoikiometri ditunjukkan pada 10 ml NaOH

1M dan 5 ml H2SO4 1M.

Dari hasil pengamatan pada stoikiometri sistem NaOH dan HCl dan

juga dengan stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 juga dipengaruhi oleh

perubahan suhu. Yang mana dibedakan menjadi reaksi eksoterm dan reaksi

endoterm. Reaksi eksoterm adalah reaksi pembebasan kalor dari sistem ke

lingkungan yang menghasilkan panas. Sedangkan reaksi endoterm adalah reaksi

yang menyerap kalor dari lingkungan ke sistem, biasanya terjadi pada proses

pencampuran larutan yang tidak menghasilkan panas.

Dari hasil pengamatan pada stoikiometri sistem NaOH dan HCl dan

juga dengan stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 juga terdapat reaksi pembatas.

Yang mana reaksi pembatas adalah reaksi yang terdapat dalam jumlah yang

relatif kecil. Pereaksi pembatas akan habis bereaksi, sedangkan pereaksi yang

lain akan meninggalkan sisa.

20

Page 21: laporan stoikiometri

Berdasarkan hasil pengamatan juga, stoikiometri sistem NaOH dan HCl

dan juga stoikiometri sistem NaOH dan H2SO4 terdapat titik minimum dan titik

maksimum. Titik maksimum adalah titik tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu

suhu campuran pada titik stoikiometri. Sedangkan titik minimum adalah titik

terendah yang dapat dicapai oleh suatu suhu campuran pada titik stoikiometri.

Pada percobaan stoikiometri sistem NaOH dan HCl, titik maksimum ada pada 5

ml NaOH 1M dan 10 mo HCl 1M ; 7,5 ml NaOH 1M dan 7,5 ml HCl 1M ; dan

10 ml NaOH 1M dan 5 ml HCl 1M dengan suhu 340C. Dan titik minimum ada

pada 2,5 ml NaOH 1M dan 12,5 ml HCl 1M dan pada 5 ml NaOH 1M dan 10 ml

HCl 1M dengan suhu 320C. Sedangkan pada percobaan stoikiometri sistem

NaOH dan H2SO4, titik maksimum campuran ada pada 5 ml NaOH 1M dan 10

ml H2SO4 1M ; 7,5 ml NaOH 1M dan 7,5 ml H2SO4 1M ; dan pada 10 ml NaOH

1M dan 5 ml H2SO4 1M dengan suhu 330C. Dan titik minimum campuran ada

pada 2,5 ml NaOH 1M dan 12,5 ml H2SO4 1M dan juga pada 12,5 ml NaOH 1M

dan 2,5 ml H2SO4 1M dengan suhu 320C.

Dalam kehidupan sehari – hari dapat dilihat pula reaksi eksoterm dan

endoterm. Contoh reaksi enndoterm dalam kehidupan sehari – hari adalah

asimilasi, fotosintesis, pembekuan air, reaksi respirasi, proses elektrolisis, dan

lain – lain. Sedangkan contoh reaksi eksoterm adalah membakar minyak tanah di

kompor minyak, nyala api unggun (pembakaran kayu), bbesi berkarat, ledakan

bom, pertunjukkan kembang api, dan lain – lain.

Selain itu, dapat pula diketahui pengertian reaksi penetralan atau

penggaraman yaitu reaksi dimana sebuah asam bereaksi dengan basa untuk

membentuk garam. Contoh dari reaksi penetralan adalah :

- NaOH + HCl NaCl + H2O

- Cu + H2SO4 CuSO4 + H2

- KOH + HCl KCl + H2O

- NaOH + HNO3 NaNO3 + H2O

- NH3OH + HCl NH3Cl + H2O

21

Page 22: laporan stoikiometri

Selain itu pula dapat diketahui manfaat atau kegunaan stoikiometri

yaitu untuk melakukan reaksi penetralan atau penggaraman, memahami reaksi

eksoterm dan endoterm.

22

Page 23: laporan stoikiometri

BAB 5PENUTUPKesimpulan

5.1.1. Titik maksimum dari campuran NaOH dan HCl adalah 340C, sedangkan

titik minimum dari campuran NaOH dan HCl adalah 320C.

5.1.2. Titik maksimum dari campuran NaOH han H2SO4 adalah 330C, sedangkan

titik minimum dari campuran Naoh dan H2SO4 adalah 320C.

5.1.3. Stoikiometri adalah bagian ilmu kimia yang mempelajari hubungan

kuantitatif antara zat yang berkaitan dalam reaks kimia

5.1.4. Reaksi eksoterm merupakan reaksi pembebasan kalor, terjadi pada proses

pencampuran larutan yang menghasilkan panas. Reaksi endoterm ialah

reaksi

5.1.5. Reaksi pembatas dipilih berdasarkan kuantitas pereaksi, yaitu pereaksi

yang kuantitasnya relatif lebih sedikit daripada pereaksi lainnya.

5.2. Saran

- Lebih teliti untuk memperthatikan suhu yang ditunjukkan pada termometer.

- Untuk percobaan yang akan datang sebaiknya menggunakan bahan lain yang

lebih kreatif, contohnya CuSO4

DAFTAR PUSTAKA

Anshory . 2000 . Kimia . Bandung : Erlangga

Harjadi , U . 1989 . Stoikiometri . Jakarta : Gramedia

Keenan . 1984 . Kimia Untuk Universitas . Jakarta : Erlangga

Nani, Kartika . 2000 . Sains Kimia I . Jakarta : Bumi Aksara

Changi, Raymond . 2004 . Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga

Petrucci, Ralph .1987 . Kimia Dasar . Jakarta : Erlangga

23

Page 24: laporan stoikiometri

24