Rpp Stoikiometri

34
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia (Stoikiometri) yang berhubungan dengan Kesetimbangan II. Kompetensi Dasar 1. Mendeskrpisikan tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik sederhana serta persamaan reaksinya. 2. Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi (persamaan reaksi) dan hasil reaksi dari suatu reaksi ( kesetimbangan). 3. Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari – hari dan industri. III. Indikator A. Kognitif Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih

Transcript of Rpp Stoikiometri

Page 1: Rpp Stoikiometri

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)

I. Standar Kompetensi

Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia

(Stoikiometri) yang berhubungan dengan Kesetimbangan

II. Kompetensi Dasar

1. Mendeskrpisikan tata nama senyawa anorganik dan senyawa organik sederhana serta

persamaan reaksinya.

2. Menentukan hubungan kuantitatif antara pereaksi (persamaan reaksi) dan hasil

reaksi dari suatu reaksi ( kesetimbangan).

3. Menjelaskan penerapan prinsip kesetimbangan dalam kehidupan sehari – hari dan

industri.

III.Indikator

A. Kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum

kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan: pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisa

(analysis), sintesa (synthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang

menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori

kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan

kemampuan aspek rasional yang dimiliki individu. Oleh karena itu, kognitif berbeda

dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan prilaku

yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang

kepada dirinya1.

1 Sri Utami, Psikologi PerkembanganKognitif. Utamitammii.blogspot.com

Page 2: Rpp Stoikiometri

Tokoh-tokoh Teori Belajar Kognitif

1. Jean Piaget

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari

fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah ahli psikolog developmentat karena

penelitiannya mengenai tahap tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang

mempengaruhi kemampuan belajar individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental

memberikan kemampuan-kemapuan mental yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan

intelektuan adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif. Dengan kata lain, daya berpikir atau

kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.Menurut Suhaidi

Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:

Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun,

Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.

Tahap pre – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.

Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya simbol atau bahasa tanda, dan telah dapat

memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstrak.

Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan

anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak sudah tidak

memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif.

Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11-15

tahun. Ciri pokok tahap yang terahir ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis

dengan menggunakan pola pikir “kemungkinan”.

Dalam pandangan Piaget, proses adaptasi seseorang dengan lingkungannya terjadi secara

simultan melalui dua bentuk proses, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi jika pengetahuan

baru yang diterima seseorang cocok dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang

tersebut. Sebaliknya, akomodasi terjadi jika struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang harus

direkonstruksi/di kode ulang disesuaikan dengan informasi yang baru diterima. Dalam teori

Page 3: Rpp Stoikiometri

perkembangan kognitif ini Piaget juga menekankan pentingnya penyeimbangan (equilibrasi)

agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuan sekaligus menjaga

stabilitas mentalnya.

Teori pieaget usia 11 atau 12 tahun sampai dewasa (tahap operasional formal) ciri – cirinya

:

1) Kemampuan matematika cenderung membaik

2) Penalaran ilmiah cenderung membaik

3) Dapat menangani gagasan hipotesis dan gagasan yang bertentangan dengan fakta

4) Mampu membayangkan konsep yang abstrak

5) Mengenal kesimpulan yang logis

6) Mampu mengemukakan dan menguji secara sistematis objek yang bersifat konket

7) Mampu menyelaraskan optimisme melalui pengalaman2

2. Jerome Bruner

Bruner menekankan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Bruner meyakini bahwa

pembelajaran tersebut bisa muncul dalam tiga cara atau bentuk, yaitu: enactive,ikonik, dan

simbolik.

Pembelajaran enaktif mengandung sebuah kesamaan dengan kecerdasan inderawi dalam

teori Piaget. Pengetahuan enaktif adalah mempelajari sesuatu dengan memanipulasi objek

melakukan pengatahuan tersebut daripada hanya memahaminya. Anak-anak didik sangat

mungkin paham bagaimana cara melakukan lompat tali (‘melakukan’ kecakapan tersebut),

namun tidak terlalu paham bagaimana menggambarkan aktifitas tersebut dalam kata-kata,

bahkan ketika mereka harus menggambarkan dalam pikiran.

Pembelajaran ikonik merupakan pembelajaran yang melalui gambaran; dalam bentuk ini,

anak-anak mempresentasikan pengetahuan melalui sebuah gambar dalam benak mereka.

Anak-anak sangat mungkin mampu menciptakan gambaran tentang pohon mangga dikebun

dalam benak mereka, meskipun mereka masih kesulitan untuk menjelaskan dalam kata-kata.

2 Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan (Cet. 1; Jakarta; Erlangga 2008) h. 47-49

Page 4: Rpp Stoikiometri

Pembelajaran simbolik, ini merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui representasi

pengalaman abstrak (seperti bahasa) yang sama sekali tidak memiliki kesamaan fisik dengan

pengalaman tersebut. Sebagaimana namanya, membutuhkan pengetahuan yang abstrak, dan

karena simbolik pembelajaran yang satu ini serupa dengan operasional formal dalam proses

berpikir dalam teori Piaget. Jika dikorelasikan dengan aplikasi pembelajaran, Discoveri

learningnya Bruner dapar dikemukakan sebagai berikut:

Belajar merupakan kecenderungan dalam diri manusia, yaitu Self-

curiousity(keingintahuan) untuk mengadakan petualangan pengalaman.

Belajar penemuan terjadi karena sifat mental manusia mengubah struktur yang ada. Sifat

mental tersebut selalu mengalir untuk mengisi berbagai kemungkinan pengenalan.

Kualitas belajar penemuan diwarnai modus imperatif kesiapan dan kemampuan secara

enaktif, ekonik, dan simbolik.

Penerapan belajar penemuan hanya merupakan garis besar tujuan instruksional sebagai

arah informatif.

Kreatifitas metaforik dan creative conditioning yang bebas dan bertanggung jawab

memungkinkan kemajuan.

3. Teori Belajar Bermakna Ausubel.

Psikologi pendidikan yang diterapkan oleh Ausubel adalah bekerja untuk mencari hukum

belajar yang bermakna, berikut ini konsep belajar bermakna David Ausubel. Pengertian belajar

bermakna Menurut Ausubel ada dua jenis belajar :

(1)Belajar bermakna (meaningful learning)

(2) belajar menghafal (rote learning).

Belajar bermakna adalah suatu proses belajar di mana informasi baru dihubungkan

dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Sedangkan

belajar menghafal adalah siswa berusaha menerima dan menguasai bahan yang diberikan oleh

guru atau yang dibaca tanpa makna. Sebagai ahli psikologi pendidikan Ausubel menaruh

perhatian besar pada siswa di sekolah, dengan memperhatikan/memberikan tekanan-tekanan

pada unsur kebermaknaan dalam belajar melalui bahasa (meaningful verbal learning).

Page 5: Rpp Stoikiometri

Kebermaknaan diartikan sebagai kombinasi dari informasi verbal, konsep, kaidah dan

prinsip, bila ditinjau bersama-sama. Oleh karena itu belajar dengan prestasi hafalan saja tidak

dianggap sebagai belajar bermakna. Maka, menurut Ausubel supaya proses belajar siswa

menghasilkan sesuatu yang bermakna, tidak harus siswa menemukan sendiri semuanya. Malah,

ada bahaya bahwa siswa yang kurang mahir dalam hal ini akan banyak menebak dan mencoba-

coba saja, tanpa menemukan sesuatu yang sungguh berarti baginya. Seandainya siswa sudah

seorang ahli dalam mengadakan penelitian demi untuk menemukan kebenaran baru, bahaya itu

tidak ada; tetapi jika siswa tersebut belum ahli, maka bahaya itu ada. Ia juga berpendapat bahwa

pemerolehan informasi merupakan tujuan pembelajaran yang penting dan dalam hal-hal tertentu

dapat mengarahkan guru untuk menyampaikan informasi kepada siswa. Dalam hal ini guru

bertanggung jawab untuk mengorganisasikan dan mempresentasikan apa yang perlu dipelajari

oleh siswa, sedangkan peran siswa di sini adalah menguasai yang disampaikan gurunya.

Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan mampu :

1. Membuktikan hukum kesetimbangan kimia dalam praktikum (C3)

2. Menunjukan hubungan antara factor – factor kesetimbangan kimia dengan pengaruhnya

dalam reaksi (C4)

3. Menunjukkan reaksi satu arah dan bolak-balik dalam kesetimbangan ketika praktikum

(C6)

B. Afektif

Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.

Identify vs Role Confusion/Identitas (12-18 tahun)

Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai

perasaan – perasaan dan keinginan – keinginan baru sebagai akibat perubahan – perubahan

tubuhnya. Pendangan dan pemikirannya tentang dunia sekelilingnya mengalami

perkembangan. Ia mulai dapat berpikir tentang pikiran orang lain. Ia mulai mengerti

tentang keluarga yang ideal, agama, dan masyarakat, yang dapat diperbandingkannya

dengan apa yang dialaminya sendiri.

Page 6: Rpp Stoikiometri

Teori Biehler 15-18 tahun

1) Pemberontakan

2) Mengalami konflik dengan orang tua mereka

3) Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka3

Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat :

Mengaitkan pengaruh factor – factor kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari – hari

(A4)

C. Psikomotorik

Karakteristik perkembangan psikomotorik pada remaja

Pada masa ini, laki – laki mengalami perkembangan psikomorik yang lebih pesat

disbanding perempuan. Kemampuan psikomotorik laki – laki cenderung meningkat

dalam hal kekuatan, kelincahan dan daya tahan. Secara umum, perkembangan

psikomotorik pada perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi.4

Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa mampu :

1. Memperlihatkan pengaruh hukum kesetimbangan di dalam kegiatan praktikum

(P3)

2. Mengadaptaikan factor – factor keserimbangan kimia dalam kehidupan sehari –

hari (P6)

IV. Tujuan Pembelajaran

TEORI BEHAVIORISTIK

Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner

tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi

aliran psikologi mengajar yang berpengaruh terhadap arah perkembangan teori dan praktek

pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan

terbentuknya prilaku yang tampak sebagai hasil belajar.

3 Bella Ananda Putri Siregar, Pengertian Emosi. 2012 4 Asyam, Pengertian Perkembangan Fisik. Asyamforex.blogspot.com

Page 7: Rpp Stoikiometri

Teori Behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukan orang

sebagai individu yang pasif. Respon atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan

atau pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan

akan menghilang bila dikenai hukuman.

Menurut teori Behavioristik belajar ada;ah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman (Gage, Berliner, 1984). Belajar adalah akibat adanya stimulus dan respon (Slavin,

2000). Seseorang telah dianggap belajar sesuatu jika dia dapat menunjukan suatu perubahan

prilakunya. Menurut teori, dalam belajar yang penting input yang berupa stimulus dan stimulus

yang beripa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh guru kepada siswa, sedangkan

respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

Tokoh dalam Teori Belajar Behaviorisme

a) B.F. Skinner

B.F. Skinner sebagai salah seorang tokoh ajaran tingkah laku ini penentang aliran

psikoanalisa. Menurut pendapatnya, keterangan yang mentalistik intrapsikik seperti yang

dikemukakan oleh Psikoanalisa (dalam diri seseorang yang menganggap adanya “sesuatu”,

“diri” dan atau “ketidaksadaran”) berasal dari sisa-sisa pandangan animisme yang primitive.

B.F. Skinner juga berpendapat bahwa penelitian mengenai sikap, emosi, dan lainnya

hanya mengaburkan dan menghambat usaha untuk mengerti manusia.  Skinner membagi

dua jenis tingkah laku yaitu tingkah laku respondent dan tingkah laku operant. Contoh :

Pelebaran dan penyempitan pupil sebagai respon terhadap perubahan cahaya, menggigil

karena turunnya suhu udara, air liur keluar kalau melihat makanan.

b) John Broades Watson

Tokoh John Broades Watson Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology as

the Behaviourist view it" (1913).

Teori Belajar behavioristik menjelaskan belajar adalah perubahan prilaku yang dapat

diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Pengkondisian klasik adalah tipe dimana

organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli.

c) Ivan Pavlov

Page 8: Rpp Stoikiometri

Pada awal 1900-an, psikolog rusia Ivan Pavlov, dalam eksperimenya  dia secara rutin

meletakkan bubur makanan berupa daging didepan mulut anjing, yang menyebabkan anjing

mengeluarkan air liur. Anjing itu berliur saat merespon stimuli yang diasosiasikan dengan

makanan, seperti ia melihat piring makanan, orang yang membawa makanan, dan suara

pintu tertutup saat makanan tiba.

Pengkondisian klasik dapat didefinisikan sebagai proses dimana rangsangan yang

sebelumnya netral, jika dipasangkan dengan suatu rangsangan yang tak dikondisikan, akan

menciptakan suatu tanggapan yang sangat mirip dengan tanggapan yang semula dihasilkan

oleh rangsangan yang tak dikondisikan.

Dua tipe stimuli dan dua tipe respons : uncontioned stimulus (US) adalah stimulus

yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran terlebih

dahulu ,unconditioned respons (UR), conditioned stimulus (CS), Conditioned respons (CR)

adalah Stimulus yang tadinya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response

setelah diasosiasikan dengan US.

LEARNING DIFFICULT (KESULITAN BELAJAR)

Learning Difficult atau kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau

prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan. Kondisi yang

demikian umumnya disebabkan oleh faktor biologis atau fisiologis, terutama berkenaan dengan

kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan dalam belajar spesifik, serta faktor

psikologis yaitu kesulitan belajar yang berkenaan dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.

Hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan

neorubioligis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan

perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung. Anak-anak disekolah

pada umumnya memiliki karakteristik individu yang berbeda, baik dari segi fisik, mental,

intelektual, ataupun social-emosional.

Oleh karena itu mereka juga akan mengalami persoalan belajarnya mesing-masing secara

individu, dan akan mengalami berbagai jenis kesulitan belajar yang berbeda pula., sesuai dengan

karakteristik dan potensinya masing-masing. Kali ini kita akan membahas masalah kesulitan

dalam belajar siswa secara umum.

Page 9: Rpp Stoikiometri

Ada beberapa kasus kesulitan dalam belajar yang termasuk dalam kategori ini,

sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abin Syamsudin M, yaitu : 1) Kasus kesulitan

dengan latar belakang kurangnya motivasi dan minat belajar. 2) Kasus kesulitan  yang berlatar

belakang sikap negatif terhadap guru, pelajaran, dan situasi belajar. 3) Kasus kesulitan  dengan

latar belakang kebiasaan belajar yang salah. 4) Kasus kesulitan dengan latar belakang

ketidakserasian antara kondisi obyektif keragaman pribadinya dengan kondisi obyektif

instrumental impuls dan lingkungannya.

Pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah

serangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang mengakibatkan

perubahan dalam dirinya berupa penambahan yang berupa pengetahuan atau kemahiran yang

sifatnya sedikit banyak permanen.

Slameto (1995:2) mendefinisikan belajar sebagai berikut: “Belajar ialah proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baik secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dengan demikian belajar pada dasarnya ialah proses perubahan tingkah laku berkat adanya

pengalaman. Perubahan tingkah laku menurut Witherington (dalam Nana Sudjana, 1998:18)

meliputi: perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Yang dimaksudkan dengan pengalaman dalam proses belajar tidak lain ialah interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

Nana Sudjana (1991) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan

adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses dituangkan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan,

kecakapan dan kemampuan daya reaksi belajarnya dan proses daya penerimaan dan lain-lain

yang ada pada dirinya

Page 10: Rpp Stoikiometri

Tingkah laku sebagai hasil dari pada proses belajar dipengaruhi oleh banyaknya faktor, baik

faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri (faktor interen) maupun faktor yang berada di

luar individu (faktor eksteren). Faktor interen antara lain ialah: kemampuan yang dimilikinya,

minat dan perhatian, kebiasaan, usaha dan motivasi serta faktor-faktor lainnya. Faktor

lingkungan dalam proses pendidikan dan pengajaran dibedakan menjadi tiga lingkungan, yakni

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Unsur lingkungan yang

disebutkan di atas pada hakikatnya berfungsi sebagai lingkungan belajar seseorang, yakni

lingkungan tempat ia berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada dirinya.

Dari uraian di atas, dapatlah disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan

secara sadar oleh individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sifatnya relatif

permanen.

Prestasi dapat dikatakan sebagai hasil usaha. Dengan kata lain prestasi menunjukkan suatu

keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.

Prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

proses belajar mengajar matematika dalam selang waktu tertentu. Prestasi juga dapat diartikan

sebagai suatu tingkat keberhasilan yang dicapai pada akhir suatu kegiatan belajar mengajar yang

dilaksanakan. Jadi prestasi belajar matematika dapat diartikan sebagai suatu hasil belajar

mengajar pada bidang studi matematika.

Lebih khusus, prestasi belajar dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan

instruksional yang telah disusun sebelumnya setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Prestasi biasanya ditunjukkan dengan angka-angka yang diperoleh dari hasil pemberian tes

prestasi belajar sebagai evaluasi dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Jadi dapat dikatakan

bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan

menggunakan tes yang terstandar sebagai pengukuran keberhasilan belajar seseorang.

Berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang berupa kecakapan nyata dapat diukur dengan

Page 11: Rpp Stoikiometri

menggunakan tes prestasi belajar.

Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Jadi prestasi belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu usaha tertentu.5

A. Kognitif

Menurut Benyamin Bloom, ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat

aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Menurut para psikolog kognitif, otak anda menjadi tempat atau mengandung sebuah

pikiran yang memungkinkan proses-proses mental anda untuk mengingat, mengambil

keputusan, merencanakan, menentuan tujuan, dan kreatif.

Menurut Bloom dan kawan-kawan kognitif terbagi atas :

1. Pengetahuan (C1)

Mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui.

Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk

ingatan mengingat atau mengenal kembali.

2. Pemahaman (C2)

Mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.

Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,

mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan ini

setingkat lebih tinggi dari pada kemampuan pengetahuan.

3. Penerapan (C3)

Mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada

suatu kasus/problem yang konkret dan baru. Adanya kemampuan dinyatakan dalam aplikasi

5 http://sainsmts.blogspot.com/2010/07/kesulitan-belajar-apakah-itu.html

Page 12: Rpp Stoikiometri

suatu rumus pada persoalan yang belum dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pada

pemecahan problem baru. Kemampuan ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan

pemahaman.

4. Analisis (C4)

Mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian,

sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adanya

kemampuan ini dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-

komponen dasar , bersama dengan hubungan/relasi antara bagian-bagian itu. Kemampuan

ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan penerapan, karena sekaligus harus ditangkap

adanya kesamaan dan adanya perbedaan antara sejumlah hal.

5. Sintesis (C5)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-

bagian dihubungkan satu sama lain, sehingga terciptakan suatu bentuk baru. Adanya

kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana, seperti penyusunan satuan

pelajaran atau proposal penelitian ilmiah, dalam mengembangkan suatu skema dasar sebagai

pedoman dalam memberikan ceramah dan lain sebagainya. Kemampuan ini setingkat lebih

tinggi daripada kemampuan analisis, karena dituntut kriteria untuk menemukan pola dan

struktur pola dan struktur organisasi.

6. Penilaian (C6)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau

beberapa hal, bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu, yang berdasarkan kriteria

tertentu. Kemampuan ini adalah tingkatan tertinggi, karena mencakup semua kemampuan

dalam pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis.6

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup

kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan

memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan

beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah

tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan

6 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : PT Gramedia Indonesia: 1999) hal. 245-247

Page 13: Rpp Stoikiometri

tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat

yang paling tinggi yaitu evaluasi.7

1. Mendefinisikan kesetimbangan kimia (C6)

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah membuat definisi berdasarkan penalaran

mereka namun tetap merujuk pada pengertian ahli tentang pengertian kesetimbangan

kimia.

Solusinya, guru membimbing siswa untuk memiliki konsep pengertian kesetimbangan

kimia agar siswa lebih mudah memahami dengan konsep yang diterapkan berdasarkan

kemampuan masing-masing siswa.

2. Memperkirakan terjadinya kesetimbangan kimia dalam suatu reaksi ketika melakukan

kegiatan praktikum (C2)

Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa adalah menerapkan konsep factor-faktor

kesetimbangan kimia ketika dilakukan praktikum di laboratorium.

Solusinya, guru menjelaskan terlebih dahulu langkah kerja yang harus dilakukan siswa

untuk dapat melihat pengaruh factor-faktor kesetimbangan pada suatu reaksi ketika

praktikum.

3. Menghubungkan hukum kesetimbangan kimia pada suatu reaksi di dalam kegiatan

praktikum (C4)

Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah melihat pengaruh/menyamakan teori hukum

kesetimbangan pada reaksi yang terjadi ketika dilakukan praktikum..

Solusinya, guru memberikan penjelasan dan pemahaman konsep hukum-hukum

kesetimbangan agar siswa dapat lebih memahami hubungan antara hukum kesetimbangan

dengan reaksi yang dicapai pada saat setimbang.

B. Afektif

Menurut Benyamin Bloom, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri

dari lima aspek. Kelima aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang

kompleks.

Menurut Bloom dan kawan-kawan terbagi atas :

1. Menerima (A1)

7 Anonim, http://blog.um.ac.id/zakydroid88/2011/11/26/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-psikomotorik/

Page 14: Rpp Stoikiometri

Mencakup kepekaan akan adanya suatu perasangka dan kesedihan untuk memperhatikan

rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu

dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan

tulis atau mendengarkan jawaban teman sekelas atas pernyataan guru.

2. Menanggapi (A2)

Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang

disajikan, seperti membacakan dengan suara nyaring bacaan yang ditunjuk atau menunjuk minat

dengan membawa pulang buku bacaan yang ditawarkan.

3. Menilai (A3)

Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu dan membawa diri

sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap menerima, menolak atau mengabaikan,

sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.

Kemampuan itu dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan.

4. Mengelola (A4)

Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem niali suatu pedoman dalam

kehidupan nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai, mana yang

pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting. Kemampuan itu

dinyatakan dalam mengembangkan suatu perangkat nilai, seperti menguraikan bentuk

keseimbangan yang wajar antara kebebasan dan tanggung jawab dalam suatu Negara demokrasi

atau menyusun rencana masa depan atas dasar kemampuan belajar, minat dan cita-cita hidup.

5. Menghayati (A5)

Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa,

sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupannya sendiri.

Setelah mempelajari Bab ini siswa diharapkan dapat :

Mempraktekkan peran factor – factor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia dalam

praktikum dan kegiatan sehari – hari (A5)

Page 15: Rpp Stoikiometri

Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah memperaktekkan factor katalis di dalam kegiatan

sehari-hari.

Solusinya, factor katalis sebaiknya lebih ditekankan pada kegiatan praktikum yang

dipresentasikan oleh siswa sendiri setelah mendapatkan pengarahan dari guru pembimbing

sebelumnya. Diharapkan siswa lebih memahami dan mengerti tentang penggunaan katalis dalam

kehidupan sehari-hari.

1. Karakter:

a. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk memiliki karakter yang dapat dipercaya.

Diantaranya siwa jujur, mampu mengikuti komitmen, mencoba melakukan tugas yang

diberikan, menjadi teman yang baik dan membantu orang lain.

b. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk memiliki karakter tanggung jawab

sebagai individu. Diantaranya siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, dapat

dipercaya/diandalkan (mengerjakan tugas sendiri), tidak pernah membuat alasan atau

menyalahkan orang lain atas perbuatannya.

c. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk memiliki karakter tanggung jawab sosial.

Diantaranya siswa mengerjakan tugas kelompok untuk kepentingan bersama, serta secara

suka rela membantu teman.

d. Dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk memiliki karakter peduli. Diantaranya

siswa peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu siswa yang

membutuhkan bantuan.

2. Keterampilan sosial:

a. Dalam kerja kelompok semua siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok yang

diberikan.

b. Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan. dan memberikan

ide atau pendapat maupun sanggahan, dan menghargai pendapat orang lain.

c. Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas

kelompok.

C. Psikomotorik

Page 16: Rpp Stoikiometri

Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor

adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi

fisik dan keterampilan tangan.Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang

dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.

Menurut Mardapi (2003), keterampilan psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan

refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi

nondiskursif.

Buttler (1972) membagi hasil belajar psikomotor menjadi tiga, yaitu: specific

responding, motor chaining, rule using. Pada tingkat specific responding peserta didik mampu

merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat, atau diraba), atau melakukan

keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang raket, memegang bed untuk tenis meja.

Pada motor chaining peserta didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan

dasar menjadi satu keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan

jangka sorong, dll. Pada tingkat rule using peserta didik sudah dapat menggunakan

pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya bagaimana memukul

bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih baik.

Dave (1967) dalam penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat

dibedakan menjadi lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Menurut Benyamin Bloom, ranah Psikomotor adalah hasil belajar psikomotoris tampak

dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

Bloom (1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar

yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.

Menurut Bloom dan kawan-kawan :

1. Persepsi (P1)

Mencakup Kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang

atau lebih, berdasarkan pembedaan antara cirri-ciri fisik yang khas pada masing-masing

rangsangan

2. Kesiapan (P2)

Mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu

gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani

dan mental.

Page 17: Rpp Stoikiometri

3. Gerakan Terbilang (P3)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang

diberikan.

4. Gerakan yang terbiasa (P4)

Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancer, karena

sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

5. Gerakan Kompleks (P5)

Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa

komponen, dengan lancer, tepat dan efisien.

6. Penyesuaian pola gerak

Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik

dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah

mencapai kemahiran

7. Kreativitas

Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya

atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.8

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui

keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor adalah

ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat.

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan siswa mampu :

1. Memilih bahan – bahan yang digunakan sebagai katalis atau bukan (P5)

Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah memilih bahan-bahan yang bukan dengan

nama kimia (unsur kimia) seperti NaCl yang dalam kehidupan sehari-hari dapat

ditemukan di garam.

Solusinya, pendidik dapat memberikan contoh bahan-bahan yang dapat digunakan

sebagai katalis di dalam kehidupan sehari-hari, sebaiknya penjelasan dan pemberian

contoh tersebut dapat diberikan ketika para siswa (praktikan) sedang melakukan

praktikum di laboratorium.

8 Ibid., hal. 247-248

Page 18: Rpp Stoikiometri

2. Mengatur kembali suhu sebagai factor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia dalam

kegiatan praktikum (P6)

Kesulitan belajar yang dialami siswa adalah menerapkan pengertian sushu didalam

kegiatan sehari-hari yang sangat berhubungan erat dengan laju reaksi karena merupakan

salah satu factor yang mempengaruhi cepat lambatnya suatu reaksi. Penggunaan

thermometer yang belum dipahami seperti cara memegang thermometer yang benar

merupakan salah satu kendala yang masih dialami siswa.

Solusinya, guru/laboran sebaiknya memberikan pengarahan tentang cara penggunaan

thermometer yang benar serta menjelaskan peran suhu dalam mencapai keseimbangan

dan laju reaksi.

3. Mengubah konsentrasi suatu reaksi dalam kegiatan praktikum untuk mencapai

kesetimbangan (P5)

Kesulitan yang dialami siswa adalah memperaktekkan factor konsentrasi dalam bentuk

benda yang nyata yang digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Karena,

ketika praktikum senyawa/bahan yang digunakan adalah bahan-bahan kimia atau

senyawa kimia seperti HCl (Asam Clorida).

Solusinya, guru memberikan dan menyebutkan beberapa contoh benda nyata yang

berpengaruh dalam mencapai kesetimbangan kimia untuk kehidupan sehari-hari.

4. Mempraktekkan pengaruh factor tekanan dan volume dalam kesetimbangan kimia dalam

kegiatan sehari – hari (P3)

Kesulitan yang dialami siswa adalah membedakan antara volume dan luas permukaan.

Jika pada laju reaksi luas merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi laju

reaksi dan laju reaksi sangat berkaitan dengan kesetimbangan kimia.

Solusinya, laboran/pendidik memberikan contoh untuk masing-masing pengertian factor

laju reaksi yaitu luas permukaan dan volume untuk mencapai kesetimbangan kimia serta

menjelaskan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

V. Materi

Reaksi Kesetimbangan yaitu reaksi yang hasil reaksinya dapat kembali membentuk

zat pereaksi. Berdasarkan arah reaksi, reaksi dibagi 2 sebagai berikut :

a. A + B C

Page 19: Rpp Stoikiometri

Bentuk reaksi seperti ini merupakan reaksi searah (reaksi irreversible)

b. P + Q R

Bentuk reaksi seperti di atas merupakan bentuk reaksi kesetimbangan bolak – balik

(reversible).

Faktor – factor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia :

1. Konsentrasi

Jika konsentrasi diperbesar, kesetimbangan akan bergeser dari arah zat yang

konsentrasinya diperbesar. Sebaliknya, jika konsentrasi diperkecil, kesetimbangan

akan bergeser kea rah zat yang konsentrasinya diperkecil.

2. Suhu

Perubahan suhu berpengaruh pada kesetimbangan eksoterm atau endoterm. Kenaikan

suhu akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah endoterm, sebaliknya

penurunan suhu menyebabkan kesetimbangan bergeser ke arah eksoterm.

3. Tekanan dan Volume

Pengaruh tekanan berkebalikan dengan volume. Apabila tekanan diperbesar maka

volume akan mengecil dan kesetimbangan akan bergeser ke zat yang jumlah

koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan diperkecil, volume akan membesar

dan kesetimbangan akan bergeser ke zat yang koefisiennya lebih besar.

4. Katalis

Penambahan katalis dalam suatu reaksi adalah untuk mempercepat terbentuknya

kesetimbangan meskipun katalis tidak ikut dalam reaksi tersebut.

Kegiatan Praktikum

Bahan dan alat yang harus disiapkan :

1. Tabung reaksi

2. Alumunium foil

3. HCl 1 M

4. Spatula

5. Air

6. Urea

Langkah Kerja :

Page 20: Rpp Stoikiometri

a. Eksotermis

Masukkan sedikit alumunium foil sedikit ke dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan

beberapa tetes HCl 1 M. Amati perubahan yang terjadi pada dinding tavung reaksi.

b. Endotermis

Masukkan urea sebanyak satu sendok makan (dalam hal ini spatula) ke dalam tabung

reaksi kemudian tambahkan air. amati perubahan yang terjadi pada dinding tabung reaksi

VI. Alokasi Waktu

Beban Belajar Waktu Bentuk Kegiatan / tugas :

Tatap Muka 50’ Menjelaskan Kesetimbangan Kimia

Praktikum 40’

VII. Model dan Metode Pembelajaran

Model Pembelajaran : Model Pembelajaran Kooperatif

Metode Pembelajaran : Ceramah, Diskusi, dan praktikum

a. Proses Belajar Mengajar

Pendahuluan :

1. Salam pembuka memeriksa kehadiran siswa.

Perkenalan tentang Kesetimbangan Kimia dan memotivasi siswa dengan

membahas pengertian dan factor – factor yang mempengaruhi kesetimbangan

kimia.

Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor.

Inti:

Eksplorasi

1. Mengkaji berbagai literatur tentang pengertian kesetimbangan kimia

secara umum maupun khusus.

2. Melakukan Diskusi kelas untuk menjelaskan reaksi – reaksi yang ada

dalam kesetimbangan kimia.

3. Menonton animasi/simulasi percobaan para ahli.

4. Melakukan kegiatan praktikum yang terdiri dari beberapa kelompok

5. Membimbing kelompok mempersentasikan hasil diskusi dan percobaan

tentang kesetimbangan kimia.

Page 21: Rpp Stoikiometri

Elaborasi :

a. Melakukan evaluasi formatif dengan cara meminta satu-dua kelompok

menyimpulkan kinerjanya dalam kegiatan praktikum dan kelompok lain

menjadi pendengar yang baik dan kemudian dapat menanggapi.

b. Latihan soal tentang kesetimbangan kimia.

c. Siswa mencocokan jawaban dengan teman yang mengerjakan di papan

tulis

Konfirmasi :

a. Memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok yang berkinerja

baik dan amat baik dalam kegiatan belajar mengajar.

b. Membimbing setiap kelompok menemukan kesimpulan yang menunjukan

terjadinya kesetimbangan reaksi kimia ketika telah diadakannya

praktikum.

Penutup

1. Menutup pelajaran dengan membimbing siswa membuat kesimpulan dan

memberi PR.

2. Menginformasikan keberhasilan yang telah dicapai siswa.

3. Menginformasikan materi pembelajatran yang akan dibahas pada minggu

berikutnya.

Sarana Pembelajaran

1. Buku Paket Kimia IX/1

2. Laboratorium

VIII. Penilaian Hasil Belajar

a. Prosedur Penilaian :

1. Penilaian Kognitif

2. Penilaian Afektif

3. Penilaian Psikomotor

Page 22: Rpp Stoikiometri

b. Teknik Penilaian :

1. Tes Tertulis : Objektif tes

2. Praktikum

IX. Sumber Belajar

Buku Paket Kimia kelas XI/1

Daftar Pustaka

Ormrod, Jeanne Ellis.2008.Psikologi Pendidikan Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Page 23: Rpp Stoikiometri

Sri Utami. Psikologi Perkembangan Kognitif Piaget. http://utamitammii.blogspot.com. 2011

Anonim, http://blog.um.ac.id/zakydroid88/2011/11/26/ranah-penilaian-kognitif-afektif-dan-

psikomotorik/

W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta : PT Gramedia Indonesia: 1999) hal. 245-247