TUGAS THT
TELINGA GATAL
KARANGANYAR
Oleh :
Stephanie Indrawati S
G99141007
Pembimbing : dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
BOYOLALI
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas THT-KL
TELINGA GATAL
Oleh :
Stephanie Indrawati S
G99141007
Telah disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal: 17 April 2015
Mengetahui,
dr. Anton Christanto, M.Kes, Sp.THT-KL
2
Keluhan utama di bidang THT-KL
Berikut ini beberapa keluhan utama yang dirasakan pasien yang
menyebabkan pasien tersebut datang ke poli THT – KL:
a. Keluhan di telinga, meliputi:
Nyeri telingan (otalgia)
Keluar cairan dari telinga (otorrhea)
Telingan berdenging/berdengung (tinnitus)
Gangguan pendengaran/tuli (deafness)
Telinga terasa penuh
Pusing berputar (vertigo)
Benda asing di dalam telinga (corpal)
Telinga gatal (itching)
Keluar cairan dari lubang di depan telinga (fistel auricular
terinfeksi)
b. Keluhan di hidung, meliputi:
Pilek/keluar cairan dari hidung (rhinorrea)
Hidung tersumbat (nasal obstruksi)
Bersin – bersin (sneezing)
Rasa nyeri di daerah muka dan kepala
Perdarahan dari hidung/mimisan (epistaksis)
Gangguan penghidu (anosmia/hiposmia)
Benda asing di dalam hidung (corpal)
Suara sengau (nasolalia)
Hidung berbau (foetor ex nasal)
c. Keluhan di tenggorokan, meliputi:
Nyeri menelan (odinofagia)
Sakit tenggorokan
Tenggorokan berlendir/banyak dahak di tenggorokan
Sulit menelan (disfagia)
Suara serak (hoarseness)
Benda asing di tenggorokan (corpal)
Amandel (tonsil)
3
Bau mulut (halitosis)
Tenggorok kering
Rasa sumbatan di leher (sense of lump in the neck)
Batuk
d. Keluhan kepala – leher, meliputi:
Sesak nafas
Benjolan di leher
Sakit kepala sebelah (migraine)
Sakit kepala (cephalgia)
1. TELINGA GATAL
Mekanisme patofisiologi telinga gatal
a. Anatomi Telinga
Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa
bagian seperti: telinga luar, tengah, dan dalam.
1) Telinga Luar
a) Auricula (Pinna)
Auricula atau daun telinga terdiri atas 2 buah cartilago yaitu
cartilage auricular dan cartilage meatus acusticus eksternus yang
saling berhubungan dan ditutupi oleh kulit dan rambut. Cartilage
4
auricular dilekatkan pada os temporal oleh ligament auricular yang
terdiri atas ligamentum auricular anterius, posterius, dan superius.
Auricular juga dilengkapi oleh musculus ekstrinsik dan intrinsic
yang keduanya diinervasi oleh Nervus Facialis (N. VII). Auricula
memiliki fungsi:
Menangkap, mengumpulkan, dan meneruskan gelombang
bunyi ke meatus acusticus externus
Melindungi porus acusticus externus
b) Meatus Acusticus Externus
Merupakan sebuah saluran pendek dan berkelok – kelok seperti
huruf S yang membentang dari auricular dan berakhir pada sulcus
tympanicus, yang dipisahkan dari cavum tympani oleh membrane
tympanica. Pada orang dewasa, panjangnya kurang lebih 2,5 cm
yang dapat diluruskan dengan cara menarik auricular ke arah
superoposterior. Sedangkan pada anak – anak, auricular ditarik
lurus ke arah posterior atau kea rah inferoposterior. Rangka meatus
acusticus eksternus terdiri dari:
Pars cartilaginea: terletak 1/3 lateral, lanjutan cartilage
auricular
Pars ossea: 2/3 medial, terdiri atas jaringan tulang
Rangkanya dilapisi oleh kulit dan rambut pada sepertiga bagian
luarnya serta dilengkapi oleh glandula sebacea dan glandula
ceruminosa/ceruminata yang merupakan modifikasi dari kelenjar
apokrin. Fungsi meatus acusticus eksternus adalah sebagai
resonator dan penghantar gelombang udara dari auricular menuju
membrane timpani.
Telinga luar diinervasi oleh N. Auriculotemporalis cabang N.
Mandibularis, N. Auricularis Magnus, R. Auricularis N. Vagi, N.
Auricularis posterior N. Facialis, R. Temporalis N. Facialis. Vascularisasi
telinga luar oleh A. Auricularis profunda cabang A. Maxillaris interna, R.
5
Auricularis anterior cabang A. Temporalis superficialis, R. Auricularis
posterior cabang A. Carotis eksterna (Gray H, 1994).
2) Telinga Tengah
a) Membran Timpani
Merupakan membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara
yang membatasi telinga luar dan telinga tengah. Membrana timpani
berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga
dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membrana timpani
dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada
permukaan internal.
Pars flaccid disebut juga membrane Sharpnell yang
terdapat pada daerah yang disebut atik. Pars flaksida hanya
berlapis dua yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit
liang telinga dan bagian dalam dilapisis oleh sel kubus
bersilia seperti epitel mukosa saluran nafas.
Pars tensa disebut juga membrane propia yang terletak
sebelah inferior dan memiliki limbus. Pars tensa memiliki 1
lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat
kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran
timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks
cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada membran
timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada
membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier.Serabut
inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila
refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba
eustachius.
b) Cavitas Timpani
Cavitas timpani merupakan ruangan terbesar di telinga tengah yang
berbentuk kubus dan dibatai oleh
6
Batas luar : membrane timpani
Batas depan : tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars
vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : berturut – turut dari atas ke bawah kanalis
semi sirkularis horizontalis, kanalis facialis, tingkap lonjong
(oval window), dan tingkap bundar (round window), serta
promontorium
c) Ossicula Auditus
Tulang pendengaran terdiri dari maleus, inkus, dan stapes yang
berurutan mulai dari luar ke dalam. Tulang pendengaran saling
berhubungan dalam bentuk persendian. Prosessus longus maleus
melekat pada membrane timpani, maleus melekat dengan inkus,
dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap
lonjong yang berhubungan dengan koklea.
d) Tuba Auditiva
Merupakan saluran yang menghubungkan auris media dengan
nasofaring. Saluran ini dibagi menjadi pars ossea dan pars
cartilagines. Fungi dari saluran ini adalah menjaga keseimbangan
tekanan cavitas timpanica dengan tekanan udara luar serta menjaga
kebebasan gerak membrane timpani (Gray H, 1994).
3) Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri atas labirin ossea dan labirin
membranacea. Labirin ossea merupakan sebuah rangkaian rongga pada
tulang pelipis yang dilapisi periosteum yang terdiri atas 3 bagian utama
yaitu vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. Sedangkan
labirin membranacea terdiri atas utriculus, sacculus, ductus
semicircularis, dan ductus cochlearis. Vestibulum memiliki bangunan
– bangunan yang meliputi fenestra vestibule, recessus sphericus,
7
orificium aqueductus vestibule, recessus ellipticus, utriculus, dan
sacculus. Tiap auris interna memiliki 3 buah canalis semicircularis
yaitu canalis semicircularis anterior/superior, canalis semicircularis
posterior/inferior, dan canalis semicircularis lateral.
Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu skala
vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala
vestibuli berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput
yang disebut tingkap oval, sedangkan skala timpani berhubungan
dengan telinga tengah melalui tingkap bulat.
Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis
atau membran Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran
basilaris. Di atas membran basilaris terdapat organ corti yang berfungsi
mengubah getaran suara menjadi impuls. Organ corti terdiri dari sel
rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut terdapat membran
tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel rambut
akan dihubungkan dengan bagian otak dengan N. Vestibulokoklearis.
Selain bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat
indera keseimbangan.Bagian ini secara struktural terletak di belakang
labirin yang membentuk struktur utrikulus dan sakulus serta tiga
saluran setengah lingkaran atau kanalis semisirkularis. Kelima bagian
ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut
yang akan dihubungkan dengan bagian keseimbangan dari N.
Vestibulokoklearis (Gray H, 1994).
b. Fisiologi Telinga
Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran dan keseimbangan.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani, diteruskan ke
telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes yang
8
menggerakkan tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli
bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39 – 40) di lobus temporalis (Guyton, 1997).
Telinga, terutama telinga bagian dalam, merupakan salah satu
bagian dari sistem keseimbangan tubuh selain mata, reseptor propioseptif,
dan otak. Gangguan yang terjadi pada salah satu bagian ini dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan atau perasaan kehilangan
keseimbangan. Telinga bagian dalam (komponen vestibuler) berperan
dalam memberi informasi ke otak mengenai perubahan gerakan kepala
yang terkait dengan gravitasi dan gerakan bola mata. Reseptor pada sistem
vestibuler meliputi kanalis semisirkularis, utriculus, dan sacculus
(Puspitasari et al, 2010).
c. Patofisiologi Telinga Gatal
Telinga gatal umumnnya disebabkan karena adanya gangguan atau
iritasi pada kulit kanalis aurikula eksterna. Kulit kanalis aurikula eksterna
sangat sensitive sehingga akumulasi kotoran dan rambut telinga yang mati
dapat menimbulkan sensasi gatal pada telinga. Kondisi liang telinga yang
kering juga dapat menyebabkan timbulnya sensasi gatal pada liang telinga.
Kondisi telinga pada umumnya cukup lembab akibat adanya lapisan tipis
minyak yang melapisi liang telinga, sehingga ketika lapisan minyak
tersebut hilang oleh karena sedikitnya produksi minyak ataupun kebiasaan
mengorek telinga yang berlebihan dapat menyebabkan kulit liang telinga
menjadi kering dan terasa gatal (Hain, 2003).
9
Sensasi gatal pada telinga juga dapat mengindikasikan adanya
infeksi pada telinga. Infeksi telinga yang umum terjadi adalah otitis
eksterna (swimmer’s ear). Sensasi gatal pada otitis media ini timbul akibat
terdapatnya air di dalam liang telinga yang dapat mengiritasi dan
menghilangkan minyak yang melapisi permukaan kulit liang telinga.
Selain itu, air yang terdapat di dalam telinga dapat meningkatkan
kelembaban di dalam telinga sehingga semakin memudahkan jamur untuk
tumbuh di dalam liang telinga (Hain, 2003)
Serumen merupakan hal normal yang ditemukan di dalam liang
telinga orang sehat, namun jika jumlahnya berlebih dapat menyebabkan
lingkungan yang baik untuk pertumbuhan jamur di dalam liang telinga.
Faktor sistemik seperti imunodepresi, penggunaan kortikosteroid,
antibiotic, sitostatik, dan keganasan dapat pula menyebabkan pertumbuhan
jamur meningkat.
Kerusakan epitel kulit liang telinga dapat menyebabkan penurunan
ekskresi kelenjar apokrin dan kelenjar ceruminosa sehingga mengubah pH
normal liang telinga sehingga menyebabkan mikroorganisme normal
telinga menjadi bersifat pathogen. Beberapa mikroorganisme normal yang
dapat ditemukan di liang telinga luar adalah Staphylococcus epidermis,
Corrynebacterium sp, Bacillus sp, bakteri gram positif (Staphylococcus
aureus, Streptococcus sp), bakteri basilus gram negative (Pseudomonas
aeruginosa, Eschericia colli, Haemophilus influenza), Genus aspergillus,
dan Candida sp.
Kelainan kulit seperti dermatitis alergi, psoriasis, eksema,
dermatitis seboroik dapat menimbulkan keluhan gatal pada telinga.
Gigitan serangga dan trauma juga dapat menyebabkan timbulnya sensasi
gatal pada telinga. Proses penyembuhan luka akibat trauma di dalam
telinga akan menimbulkan sensai rasa gatal (Hain, 2003).
Penanganan yang harus dilakukan jika ada pasien datang dengan
keluhan telinga gatal meliputi
a. Anamnesis
10
Anamnesis yang cermat diperlukan untuk menegakkan diagnosis
telinga gatal. Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan saat anamnesis
pasien dengan keluhan telinga gatal adalah riwayat penyakit sekarang yang
meliputi: lokasinya, onset terjadinya keluhan, perjalanan terjadinya
keluhan telinga gatal, frekuensi munculnya gatal, sensasi gatal yang
dirasakan pasien, hal – hal yang dapat memperingan keluhan, hal – hal
yang menyebabkan keluhan menjadi lebih berat. Selain itu perlu juga
ditanyakan keluhan lain yang berhubungan dengan telinga seperti riwayat
keluar cairan, nyeri telinga, telinga berdenging, telinga terasa penuh.
Anamnesis mengenai riwayat penyakit kronis yang diderita pasien
juga dapat membantu menegakkan diagnosis. Beberapa riwayat penyakit
yang perlu ditanyakan adalah riwayat alergi, riwayat penyakit kronis
seperti diabetes mellitus, kanker, penggunaan obat dalam jangka waktu
lama. Riwayat kebiasaan pasien yang berhubungan dengan air seperti
berenang dan menyelam serta kebiasaan pasien membersihkan telinga juga
perlu ditanyakan.
b. Pemeriksaan Fisik
Alat yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu
kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset
telinga dan garputala. Pasien diposisikan duduk dengan badan condong
sedikit ke depan dan kepala lebih tinggi sedikit dari kepala pemeriksa
untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran timpani.
Pemeriksaan telinga dimulai dengan melihat keadaan dan bentuk
daun telinga, daerah belakang daun telinga apakah terdapat tanda
peradangan atau sikatriks bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke
atas dan ke belakang, melihat bagian liang telinga dan membran timpani
dengan menggunakan otoskop. Pada pemeriksaan otoskop, bila terlihat
miselia atau hifa dapat menunjukkan terjadinya otomikosis. Liang telinga
luar apabila tampak eritem dan ada debris jamur, berwarna putih, abu-abu,
atau hitam, dapat mendukung diagnosis otomikosis. Bila terdapat serumen
dalam liang telinga yang menyumbat, maka serumen harus dikeluarkan.
11
Diperlukan juga melakukan uji pendengaran sederhana dengan
menggunakan garputala dan dari hasil pemeriksaan dapat diketahui apakah
ada tuli konduktif dan ataupun tuli sensorineural.
c. Pemeriksaan Penunjang
Preparat langsung: skuama dari kerokan kulit liang telinga
diperiksa dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan
kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecil.
Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan
dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu
berupa koloni filament berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-
hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan spora berjejer
melekat pada permukaannya.
Diagnosis Banding Telinga Gatal
a. Otomikosis
Otomikosis (Singapore Ear) merupakan infeksi telinga yang
disebabkan oleh jamur yang bersifat superficial pada kanalis auditorius
eksternus. Otomikosis menyebabkan adanya pembengkakan,
pengelupasan epitel superficial, adanya penumpukan debris yang
berbentuk hifa disertai supurasi dan nyeri. Infeksi jamur di liang telinga
disebabkan oleh kelembaban yang tinggi di daerah tersebut (Trelia,
2003).
Beberapa etiologi otomikosis adalah Pytirosporum, Aspergillus,
Candida Albicans, dan jamur lain. Pytirosporum menyebabkan
terbentuknya sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predisposisi
otitis eksterna bakterialis. Gejala yang ditemukan biasanya berupa rasa
gatal dan rasa penuh di liang telinga. Pada pemeriksaan telinga dapat
didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa
berfilamen yang berwarna putih dan panjang dari permukaan kulit,
hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanali, dan terdapat
12
area melingkar dari jaringan granulasi di antara kanalis eksterna atau pada
membrane timpani (Soepardi, 2012).
b. Otitis eksterna difusa
Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua
pertiga dalam. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas,
Staphylococcus albus, Escherichia colli, dan sebagainya. Otitis eksterna
difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Otitis
eksterna difusa menyebabkan beberapa gejala seperti
Nyeri tekan tragus
Kulit liang telinga hiperemis dan edem liang telinga sempit
Kelenjar getah bening regional membesar
Sekret yang berbau secret ini tidak mengandung lendir (mucin)
seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.
Pendengaran normal atau sedikit berkurang (Soepardi, 2012).
c. Serumen
Serumen merupakan suatu hal normal yang ditemukan pada telinga
orang sehat. Perubahan dalam jumlah dan kualitas serumen dapat
menyebabkan kondisi yang baik untuk tumbuhnya mikroorganisme
pathogen di dalam telinga sehingga menimbulkan rasa gatal (Adam,
1997).
d. Dermatitis eksematous
Dermatitis eksematous menyebabkan liang telinga menjadi
kemerahan, gatal, bengkak, dan timbul krusta. Semua gejala tersebut
terjadi pada stadium eksudat cair. Apabila stadium akut tidak diatasi,
dapat terjadi perubahan kronik yang menyebabkan terjadinya penebalan
kulit dan bahkan stenosis liang telinga (Adam, 1997).
e. Post trauma telinga
Proses penyembuhan trauma pada liang telinga dapat menimbulkan rasa
gatal dan rasa tidak nyaman pada telinga.
13
Obat yang dapat meringankan atau menghilangkan keluhan telinga gatal
Berikut adalah obat – obatan yang dipakai untuk meringankan atau
menghilangkan keluhan telinga gatal:
a. Otomikosis:
- Non medikamentosa : ear toilet dengan kasa ataupun pengisap,
terkadang dengan irigasi ringan yang diikuti pengeringan.
- Medikamentosa: larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan
iodium povidon 5%, antifungal topikal seperti nistatin, clotrimazol,
atau ketokonazol 2% cream ataupun tetes telinga yang
mengandung campuran antibiotic dan steroid dapat juga
menyembuhkan (Soepardi, 2012)
b. Otitis eksterna difusa
- Non medikamentosa: ear toilet dengan memasukkan tampon yang
mengandung antibiotik misal kloramfenikol
- Medikamentosa: kloramfenikol zalf, tetes telinga yang
mengandung polimiksin B,neomisin, dan hidrokortison (Soepardi,
2012)
c. Serumen
- Non medikamentosa: ear toilet sesuai dengan konsistensi.
Serumen lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau
kuret. Dapat juga dilakukan irigasi dengan air hangat namun
sebelumnya harus dipastikan terlebih dahulu bahwa membran
timpani intak.
- Medikamentosa: untuk serumen keras dapat dilunakkan terlebih
dulu dengan karbogliserin 10% selama 3 hari atau dengan
meneteskan perhidrol sebelum dilakukan ekstraksi serumen
(Soepardi, 2012).
14
DAFTAR PUSTAKA
Adam, GL (1997) Boies: buku ajar penyakit THT. Jakarta: EGC. Ed. 6
Ear Itching. Available at www.healthgrades.com
Gray H (1994). Gray’s Anatomy. London: Senate.
Guyton AC dan Hall JE (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:EGC.
Hain TC (2003). Dry and/or Itchy Ears. Available at www.dizziness-and-balance.com
Itchy Inner Ear. Available at www.med-health.net
Puspitasari Y, Cahyanti R,Chandra R (2010). Patofisiologi dan Patogenesis Gangguan Keseimbangan Tubuh. Dalam makalah Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Soepardi E, et all (2012) Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi ke Lima. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Trelia Boel. (2003) Mikosis Superfisial. Retrieved from USU digital Library.
15
Top Related