i
SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BERITA-BERITA HOAX
DAN UJARAN KEBENCIAN PADA PEMILU 2019
(Penelitian di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
Disusun Oleh :
GABRIEL FREDERIK MARYO LOUISE
13530028
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2019
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, oleh
karena anuhgerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul :
“PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BERITA-BERITA HOAX DAN
UJARAN KEBENCIAN PADA PEMILU 2019”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan karena segala keterbatasan yang ada. Penulis sangat membutuhkan
dukungan dan sumbangih pikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua yang telah tulus
dan ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, dukungan moral dan
materil selama ini. Terima kasih telah meluangkan segenap waktunya untuk
mengasuh, mendidik, membimbing, dan mengiringi perjalanan hidup penulis
Penyusunan dan penyelesaian tulisan ini tidak dapat dilepaskan dari
banyak pihak yang telah memberikan dukungan dalam segala hal. Oleh karenanya
ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, Selaku Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta.
2. Bapak Habib Muhsin, S.Sos.M.Si., Selaku Ketua Program Studi Ilmu
Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta beserta seluruh staf akademika.
3. Ibu Fadjarini Sulistyowati, M.Si., Selaku Dosen pembimbing yang bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Komunikasi dimana penulis
menimba Ilmu dan Pengalaman dari beliau.
5. Untuk Kepala Desa Trimurti beserta jajarannya dan masyarakat Desa Trimurti
yang telah meluangkan waktunya dan membantu penulis mendapatkan data
penelitian. Terimakasih semuanya.
6. Teman - teman Ilmu Komunikasi STPMD “APMD” Yogyakarta. Terutama
angkatan 2013, terima kasih karena kita telah belajar dan berjuang bersama
dalam persaudaraan.
v
7. Kelurga Besar penulis khususnya Adik- adik tercinta (Tinno, Thalia, Obeth,
Wilfrid, Gery), yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
8. Keluarga besar “JANTI FAMILLY” (Om Akang, Om Bravo, Ka’e Athan,
Ka’e Chen, Dejan, , Nelly, Yaris, Laron, Risan, Om Umbu, Om Rido, Willy
Bosan, Ucok Freskuer, Rikard, Obet ,Veron, Bastian, Kristin dan Isto). yang
selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
9. Teman-teman Angkatan 2011 (Rodjero, Vampir, Molla, Savio,Odaf, Eric
Blank). Terima kasih atas dukungannya.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang saya
tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Terima Kasih.
Yogyakarta, 18 April 2019
Gabriel Frederik Maryo Louise
vi
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP BERITA-BERITA HOAX DAN
UJARAN KEBENCIAN PADA PEMILU 2019
(Penelitian di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Oleh:
GABRIEL FREDERIK MARYO LOUISE
13530028
ABSTRAK
Berita hoax dan ujaran kebencian selalu dimanfaatkan oleh pelaku politik
untuk meraih simpati maupun memperkukuh dukungan. Berita hoax dan ujaran
kebencian itu ada dan meluas, tapi sering tidak disadari tergantung kepiawaian
penulis meramunya. Rumusan masalahnya, bagaimanakah persepsi masyarakat
terhadap berita hoax dan ujaran kebencian di medsos mengenai politik khususnya
pemilu 2019?. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif – kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan, observasi, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis
kualitatif.
Hasilnya : (1) Secara umum masyarakat meyakini kebenaran berita
medsos, selain sumber beritanya sama, isinya tidak berbeda dengan media
mainstream maupun dengan medsos lainnya. Sebagian lagi meragukan kebenaran
berita medsos, karena tidak berimbang. (2) Secara umum masyarakat meyakini
bahwa ada banyak berita hoax dan ujaran kebencian pada medsos, namun tidak
mudah membuktikan tergantung kepiawaian penulisnya. (3) Secara umum
masyarakat meyakini kalau ada banyak berita hoax dan ujaran kebencian dalam
hal pemberitaan politik karena ada keinginan untuk menarik perhatian dan simpati
pengikut. (4) Secara umum masyarakat meyakini kalau banyak berita hoax dan
ujaran kebencian dalam pemberitaan pemilu 2019, baik untuk meraih kemenangan
maupun untuk mempersolid dukungan. Berita hoax dan ujaran kebencian tidak
banyak mempengaruhi perubahan pilihan, justru mempersolid dukungan bila
dimanfaatkan dengan baik.
Kata kunci (Persepsi, Medsos, Hoax, Ujaran Kebencian)
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................... 5
E. Kajian Teori ............................................................................ 6
1. Konsep Komunikasi .......................................................... 7
2. Komunikasi Antar Pribadi ................................................. 8
3. Komunikasi Pemasaran ..................................................... 9
4. Strategi Komunikasi Pemasaran......................................... 10
5. Strategi Komunikasi Multi Level Marketing ...................... 11
F. Fokus Penelitian ...................................................................... 12
G. Metode Penelitian .................................................................... 13
1. Jenis Penelitian .................................................................. 14
viii
2. Lokasi Penelitian ............................................................... 15
3. Sumber Dana ..................................................................... 16
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 17
5. Teknik Pemilihan Informasi .............................................. 18
6. Validitas Data .................................................................... 19
7. Teknik Analisis Data ......................................................... 20
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ............................. 21
A. Deskripsi Umum ..................................................................... 22
B. Kondisi Geografis ................................................................... 23
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24
A. Temuan Data ........................................................................... 25
B. Pembahasan ............................................................................ 26
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................. 28
B. Saran ....................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Peruntukan Desa Trimurti ........................................................... 21
Tabel 2. Penduduk Desa Trimurti berdasarkan Jenis Kelamin ................... 22
Tabel 3. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Usia ................................. 22
Tabel 4. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Pendidikan ....................... 23
Tabel 5. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Pekerjaan ......................... 24
Tabel 6. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Agama ............................. 25
Tabel 7. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta, Guru dan Siswa di Desa
Trimurti ....................................................................................... 28
Tabel 8. Jumlah Tempat Ibadah di Desa Trimurti ...................................... 29
Tabel 9. Profil Lengkap Informan ............................................................. 34
Tabel 10. Distribusi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 34
Tabel 11. Distribusi Informan Berdasarkan Usia ......................................... 35
Tabel 12. Distribusi Informan Berdasarkan Pendidikan ............................... 35
Tabel 13. Distribusi Informasi Berdasarkan Jabatan .................................... 36
Tabel 14. Tingkat Akses Informan terhadap Media Sosial ........................... 37
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pikir ............................................................................. 16
Gambar 2. Struktur Pemerintahan Desa Trimurti ........................................... 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Republik Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu)
secara serentak pada Rabu, 17 April 2019 kali ini berbeda dengan pemilu-
pemilu sebelumnya, karena pada pemilu kali ini penyelenggaraan pemilu
legislatif bersamaan dengan pemilu Presiden (Pilpres).
Upaya untuk meraih dukungan dan simpati dari para pemilih dapat
dilakukan secara positif tetapi bisa juga secara negatif. Upaya secara positif
maksudnya, upaya memenangkan calon atau kandidat yang didukung dengan
cara mempromosikan kelebihan, keunggulan dan sisi-sisi positif calon tersebut.
Tujuannya agar wajib pilih bisa mengenal kelebihan dan keunggulan kandidat
yang dipromosikan, dengan harapan akan muncul penilaian bahwa calon yang
bersangkutan paling memenuhi kriteria sehingga layak dipilih. Sebagai contoh
tim sukses pasangan calon presiden/wakil presiden Jokowi - Ma’aruf Amin
mengkampanyekan rekam jejak Jokowi yang selalu berjuang untuk rakyat,
bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (Kumparan, 16 November 2018 ).
Sebaliknya tim sukses Prabowo – Sandiaga Uno, mengkampanyekan sikap
tegas Prabowo, sikap kemanusiaan Prabowo yang rela menggunakan uang
pribadi untuk membebaskan TKI yang akan dihukum mati (Tempo.com , 2
April 2014).
2
Sebaliknya, upaya secara negatif maksudnya upaya memenangkan
calon tertentu dengan menjelek-jelekan lawannya. Tujuannya, agar pemilih
terprovokasi dengan pesan yang menjelekkan salah satu calon tersebut,
sehingga beralih memilih lawannya yang kejelekannya atau kekurangannya
lebih sedikit. Sebagai contoh selama kampanye Capres/Cawapres 2014,
Jokowi digambarkan sebagai PKI, Keislamannya diragukan (Obor Rakyat,
2014). Tujuannya agar calon pemilih tidak suka dengan Jokowi dan beralih
memilih Prabowo. Sebaliknya, dalam Pilpres kali ini Prabowo diisyukan
mendukung HTI, siap menjadikan Indonesia negara Khilafah (Kumparan,
Januari 2019). Tujuannya agar pemilih menjauhi Prabowo dan beralih
memilih Jokowi.
Hal ini menunjukkan dengan kampanye negatif, pemilih akan didorong
agar memilih calon yang paling mendekati kriteria. Calon yang terbaik adalah
calon yang paling sedikit kejelekannya dibandingkan calon yang lainnya.
Salah satu bentuk kampanye yang berupaya menjelek-jelekan lawan
dan melebih-lebihkan calon yang didukung adalah menyebarkan berita hoax
dan ujaran kebencian. Berita hoax adalah berita bohong, berita yang sengaja
dipelintir untuk mendiskreditkan calon tertentu. Salah satu contoh berita hoax
adalah kasus Ratna Sarumpaet. Ketika mukanya babak belur karena operasi
plastik, pendukung Prabowo sengaja menciptakan berita bahwa Ratna babak
belur karena dikroyok oleh pendukung rezim ini karena kekritisan dan
sikapnya yang mendukung Prabowo (Detik.com, Januari 2019). Tujuannya,
biar rezim ini dinilai represif, jadi tidak layak dipilih.
3
Ujaran kebencian, adalah bentuk provokasi yang ingin menciptakan
sikap anti terhadap seseorang. Sebagai contoh, Jokowi diberitakan sebagai
seorang komunis, antek asing, suka mengkriminalisasi Ulama dan umat
Muslim, dan Keislamannya diragukan (Tempo.com, Februari 2019). Ujaran
kebencian ini sengaja dilontarkan agar calon pemilih membenci Jokowi dan
beralih mendukung lawannya.
Hal ini menunjukkan berita hoax dan ujaran kebencian sengaja
diproduksi untuk mendiskreditkan calon lawan demi keuntungan calon yang
di dukung. Targetnya, mendorong pemilih agar memilih calon yang
dipersepsikan paling mendekati kriteria yaitu calon yang dipersepsikan lebih
sedikit kejelekannya. Hal ini terlepas dari apakah hal itu benar atau salah.
Keberadaan berita-berita hoax dan ujaran-ujaran kebencian ini diduga
akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat wajib pilih termasuk
tingkat partisipasi dalam pemilu. Beberapa kemungkinan bisa terjadi dengan
adanya berita hoax dan ujaran kebencian ini. Pertama, wajib pilih dalam
pemilu tetap dengan pilihan awal, atau dari mendukung yang satu beralih
mendukung yang lain. Kedua, adanya berita hoax dan ujaran kebencian
menyebabkan wajib pilih bersikap apatis dalam pemilu, tidak mau memilih
calon-calon yang ada. Mungkin mereka beranggapan calon yang ada semua
tidak layak dipercaya.
Untuk meneliti persepsi masyarakat terhadap berita – berita hoax dan
ujaran kebencian di medsos pada pemilu 2019, agar lebih fokus, akurat dan
mudah dilaksanakan maka lokasinya perlu dibatasi. Dalam penelitian ini
4
sengaja dibatasi pada satu desa biar mudah di jangkau dan peneliti memilih
Desa Trimurti, salah satu Desa di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul,
Provinsi Daerah Istimewah Yogyakarta (DIY).
Desa Trimurti dipilih sebagai lokasi penelitian karena dua
pertimbangan. Pertama, pengalaman peneliti ketika pada tahun lalu membantu
Sdr. Ferdinandus Molla melakukan penelitian mengenai Medsos di Desa
Trimurti ini. Hasil observasi saat itu memperlihatkan kalau sebagian besar
masyarakat Desa Trimurti merupakan pengguna medsos aktif. Hasil pra
penelitian ini pun memperlihatkan kalau mayoritas masyarakat Desa Trimurti
merupakan pengguna medsos bahkan hampir setiap warga desa tersebut
memiliki minimal dua medsos baik Facebook (FB), WhatApp (WA),
Instagram, Twitter, Youtube, dan sebagainya yang cukup aktif. Artinya bisa
diduga kalau mereka juga membaca dan/atau menonton berita hoax dan ujaran
kebencian di medsos.
Kedua, Desa Trimurti selama ini sering dijadikan tempat Penelitian
Mahasiswa, bagi peneliti ini merupakan indikasi bahwa pemerintah dan/atau
masyarakat Desa Trimurti relative terbuka dan ramah dalam memberikan
informasi yang di perlukan peneliti.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka judul penelitian ini adalah
“Persepsi Masyarakat Terhadap Berita – berita Hoax dan Ujaran Kebencian
pada Pemilu 2019 : Penelitian di Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti di atas, maka rumusan
masalahnya adalah, “Bagaimanakah persepsi masyarakat terhadap berita –
berita hoax dan ujaran kebencian di medsos pada pemilu 17 April 2019 di
Desa Trimurti, Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat Desa
Trimurti terhadap berita hoax dan ujaran kebencian pada media sosial
mengenai politik khususnya pemilu 2019.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan mengenai Komunikasi politik, khususnya mengenai berita
hoax dan ujaran kebencian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Kampus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan di perpustakaan sekaligus sebagai bahan referensi awal bagi
yang ingin memperdalam penelitian mengenai hal ini.
6
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
memahami berita hoax dan ujaran kebencian yang selalu mewarnai
berita – berita politik.
c. Bagi Peneliti
Melalui kegiatan penelitian ini peneliti dapat belajar melakukan
penelitian secara ilmiah.
E. Tinjauan Pustaka
1. Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Hilgard (dalam Dharma dan Adryanto, 2013 : 201)
mengartikan persepsi sebagai proses mengorganisasi dan menafsirkan
pola stimulus dalam lingkungan. Persepsi sangat berkaitan dengan
proses kognitif seperti ingatan dan berpikir. Irwanto, dkk (2009:71)
mengartikan persepsi sebagai proses diterimanya rangsangan melalui
alat indera sampai rangsarangan itu disadari dan dimengerti, sehingga
memunculkan interpretasi terhadap rangsangan tersebut.
Persepsi tidak ditentukan oleh benda yang memberikan
rangsangan melainkan oleh karakteristik orang yang memberikan
tanggapan (Rahmat, 2010 : 80). Persepsi adalah interpretasi dari
pengalaman subjek. Pengalaman-pengalaman subjek yang disadari dan
dimengerti merupakan suatu penafsiran dari rangsangan yang diterima
7
(Irwanto, dkk, 2009 : 71). Salah satu hal yang menentukan persepsi
tersebut adalah perilaku dari orang yang memberikan tanggapan.
Persepsi adalah pandangan, pengamatan atau tanggapan
individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia, atau hal-hal
yang ditemuinya sehari-hari (Mulyono, 2008 : 22). Persepsi terhadap
suatu objek dapat saja berbeda antara individu yang satu dengan yang
lainnya (Nasution, 2012 : 157).
Hal ini menunjukan persepsi merupakan suatu proses didalam
diri individu yang terjadi dengan langkah-langkah tertentu. Awalnya,
melalui indera individu menerima rangsangan dari luar sebagai
informasi. Informasi tersebut kemudian di olah dan ditafsirkan.
Pengolahan dan penafsiran informasi menimbulkan tanggapan individu
dapat berbentuk pendapat atau tingkah laku. Persepsi juga bersifat
subjektif, tanggapan individu yang satu dengan yang lainnya terhadap
objek yang sama dapat berbeda.
b. Aspek-aspek Persepsi
1) Rangsangan
Rangsangan yang diterima harus sesuai dengan modalitas
tiap-tiap indera, yaitu sifat sensoris dasar dari masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan, bau untuk penciuman, suhu
untuk perasa, sifat permukaan untuk peraba, dan bunyi untuk
pendengaran) (Irwanto, dkk, 2009 : 72).
8
2) Tanggapan
Proses persepsi bermula dari adanya objek yang
menimbulkan ransangan, lalu rangsangan mengenai reseptor.
Tahap ini disebut kealaman, karena terjadi secara alamiah.
Rangsang yang diterima oleh reseptor diteruskan ke saraf sensoris,
setelah mengalami penyeleksian, dilanjutkan lagi oleh saraf ke otak
sebagai pusat kesadaran. Proses yang terjadi di otak merupakan
persepsi yang sebenarnya. Setiap rangsangan yang disadari
kemudian ditanggapi oleh individu melalui saraf motorik (Irwanto,
dkk, 2009 : 72).
3) Perilaku
Persepsi yang diperoleh dalam proses penyadaran
ditentukan oleh nilai-nilai yang dianut individu. Dalam proses
penyadaran, persepsi sekaligus merupakan suatu penilaian,
pendapat, dan pandangan. Setiap nilai, pendapat dan pandangan
yang dianggap penting oleh individu untuk melaksanakannya, dan
itulah perilaku (Irwanto, dkk, 2009 : 73).
c. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
1) Perhatian yang Selektif
Perhatian merupakan persiapan dalam proses pembentukan
persepsi. Ada tidaknya rangsangan sangat ditentukan oleh ada
tidaknya perhatian individu terhadap terhadap rangsangan itu.
Rangsangan yang mendapat perhatian individu akan disadari lebih
9
mendalam dan ditanggapi dengan cepat. Sedangkan rangsangan
yang kurang mendapat perhatian individu akan kurang disadari dan
kurang ditanggapi. Perhatian dan kesadaran individu berkorelasi
positif dalam pembentukan persepsi. Semakin besar perhatian
individu, semakin besar kesadarannya akan rangsangan itu, dan
semakin besar pula kemungkinan individu menanggapinya.
Semakin kecil perhatian individu, semakin kecil kesadarannya
akan rangsangan itu, dan semakin kecil pula kemungkinan individu
menanggapinya.
2) Sifat-sifat Rangsangan
Berdasarkan gerakan, individu lebih menaruh perhatian
kepada rangsangan yang bergerak dari pada rangsangan yang diam.
Berdasarkan ukuran, individu lebih menaruh perhatian kepada
rangsangan yang besar dari pada rangsangan yang kecil.
Berdasarkan intensitas, individu lebih menaruh perhatian kepada
rangsangan yang kuat dari pada rangsangan yang lemah.
Berdasarkan kontrasitas, individu lebih menaruh perhatian kepada
rangsangan yang kontras dengan latar belakang dari pada
rangsangan yang biasa.
3) Nilai-nilai dan Kebutuhan Individu
Individu terhadap rangsangan turut ditentukan oleh sejauh
mana rangsangan itu bernilai bagi individu dan sesuai dengan
kebutuhannya. Individu lebih akan menaruh perhatian kepada
10
terhadap rangsangan yang bernilai baginya dari pada kepada
rangsangan yang kurang bernilai. Individu juga lebih akan
menaruh perhatian kepada rangsangan yang sesuai dengan
kebutuhannya dari pada kepada rangsangan yang kurang sesuai
dengan kebutuhannya.
4) Pengalaman Terdahulu
Perhatian individu terhadap rangsangan turut ditentukan
oleh pengalaman akan rangsangan itu yang dimiliki individu
sebelumnya. Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat
mempengaruhi individu dalam mempersepsi dunianya.
2. Berita Hoax dan Ujaran Kebencian
Vivian dalam bukunya The Media Of Mass Communication
mengartikan media massa adalah the process through which messages
reach the audience via the mass media (Vivian, 2005 : 20). Komunikasi
massa adalah proses penyampaian pesan-pesan yang ditujukan kepada
khalayak melalui media massa. Media massa yang dimaksud bisa surat
kabar, tabloid majalah, televisi, radio, dan sebagainya.
Media massa harus dapat menciptakan suatu daya tarik sehingga
khalayak mempunyai minat untuk membaca berita-berita yang
disiarkannya. Sebuah berita agar bisa mendapatkan perhatian dan
menimbulkan minat baca tentu harus mengandung unsur aktual. Menurut
(Kertapati, 2006 : 64), pengartian aktual dalam pengertian sehari-hari bisa
diartikan untuk menyebut sesuatu hal yang baru terjadi atau dengan kata
11
lain “berita hangat”. Namun sebetulnya aktualnya suatu berita sangat
ditentukan oleh kepentingan atau situasi dari orang atau orang-orang yang
menerima berita. Sesungguhnya aktual itu dapat ditentukan oleh : (1)
karena terjadinya baru, (2) karena adanya suatu kepentingan, (3) karena
adanya sesuatu yang perlu diperhatikan, dan (4) karena mengandung suatu
keuntungan (Kertapati, 2006 : 68).
Namun syarat berita tidak sekedar aktual saja, ada syarat berita lain
yang perlu diperhitungkan, yaitu :
a. Harus benar terjadi (faktual)
Suatu berita harus berisi fakta. Baerita harus berisi sesuatu
yang benar-benar terjadi, sebagaimana dengan adanya memperlihatkan
pokok-pokok peristiwa atau pokok-pokok pendapat sebagaimana
adanya.
b. Cepat (aktual)
Suatu berita harus dapat menyiarkan suatu peristiwa atau
pendapat yang diucapkan berdekatan dengan waktu penyajian.
c. Lengkap
Suatu berita harus berisikan fakta yang dapat menjawab
pertanyaan unsur What, Who, Which, Why dan How terjadinya suatu
berita (Nasrullah, 2015 : 112).
Dari uraian di atas diketahui bahwa berita yang baik dan benar itu
harus berdasarkan fakta, harus benar-benar terjadi dan disampaikan apa
adanya. Namun sejak berkembang pesatnya media sosial, yang
12
memungkinkan khalayak bisa memproduksi sendiri berita dan
mendistribusikannya melalui media sosial atau User Generated Content
(UGC), kadang karena unsur subjektivitas pembuat berita atau tidak
dihargai prinsipnya Check and rechek menyebabkan munculnya berita
hoax dan ujaran kebencian. Walaupun sering juga dengan memamfaatkan
celah ini orang membuat berita hoax dan ujaran kebencian secara sengaja
dengan tujuan tertentu.
Berita hoax dan ujaran kebencian pada dasarnya merupakan berita
bohong. Berita hoax dan ujaran kebencian tersebut sekilas seolah-olah
merupakan berita yang benar dan berdasarkan fakta yang sesungguhnya,
tapi sebetulnya merupakan berita bohong, berita yang memutar balikan
fakta, biasanya disesuaikan dengan tendensi pembuat berita. Sebagai
alasan pembenarnya bahwa mereka mengutamakan kecepatan. Sebuah
peristiwa dilapangan langsung bisa di akses tanpa melalui prosedur alur
berita, sebagaimana terjadi pada institusi media massa. Namun kadang
demi mengutamakan kecepatan mereka mengorbankan keakuratan,
sehingga terjadilah berita hoax dan ujaran kebencian.
Dalam konteks pemilu, penyebaran berita hoax dan ujaran
kebencian ini tidak bisa di anggap sebagai kebetulan belaka. Sering terjadi
bahkan kehadiran berita hoax dan ujaran kebencian ini memang di desain
secara sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Dugaan peneliti, berita
hoax dan ujaran kebencian itu sengaja ditampilkan oleh penyebarnya agar
audiens meyakini bahwa apa yang diberitannya itu adalah fakta atau
13
kebenaran. Jika audiens meyakini bahwa berita itu benar dan memang
sesuai dengan fakta, sebagai mana yang menjadi keinginannya, maka figur
yang diberitakan akan dipersepsikan oleh audiens sesuai isi berita hoax
tersebut. Sebagai contoh ketika berita hoax dan ujaran kebencian itu di
yakini sebagai kebenaran, misalnya Jokowi sebagai anti islam maka yang
mendengar dan membaca berita tersebut akan meyakini kalau Jokowi
bukanlah figur yang layak didukung dan dipilih. Target yang di inginkan
tentu saja agar audiens menjauhi figur yang di hina tersebut (dalam hal ini
Jokowi) dan tidak akan memilihnya. Target selanjutnya audiens akan
diarahkan untuk beralih memilih lawannya, sehingga hasil akhirnya
lawannya yang akan memenangkan kontestasi.
Hal ini dapat dilihat bagaimana kubu Prabowo merekayasa kalau
wajah Ratna Sarumpaet yang babak belur habis operasi plastik diisyukan
dipukul pendukung Jokowi karena sikap kritisnya terhadap pemerintah.
Targetnya mau mendiskreditkan pemerintahan Jokowi yang anti kritik,
kejam terhadap lawan-lawan politiknya. Jokowi digambarkan
menghalalkan segala cara demi kemenangan. Targetnya sudah jelas biar
orang tidak memilih Jokowi, dan bila perlu berganti memilih Prabowo.
Selain berita hoax ada pula ujaran kebencian (hate speech). Istilah
ujaran kebencian ini merujuk pada berbagai ujaran yang sengaja
dimunculkan agar menimbulkan antipati dan kebencian pada audiens
terhadap figur tertentu. Sebagai contoh pada Pilpres tahun 2014 dan 2019
14
ini sering muncul isyu kalau Jokowi anti Islam dan siap memenjarakan
tokoh-tokoh Islam.
Ujaran-ujaran kebencian ini sengaja diciptakan untuk meyakinkan
audiens bahwa memang Jokowi sangat anti Islam. Targetnya umat Islam
lalu tidak menyukai Jokowi bahkan menjauhinya. Lebih dari itu biar
audiens membenci Jokowi, menjauhi figur yang bersangkutan.
Konteks pemilu, ketika anda membenci calon tertentu, tentu akan
terbersit keinginan agar orang lainpun menolak figur tersebut dan
minimalnya tidak akan memilihnya. Bahkan lebih dari itu, tentu
diharapkan pembaca dan pendengar pun akan anti pati terhadap calon yang
ada. Sikap antipati itu diharapkan akan melahirkan keputusan tidak akan
memilih calon yang ada. Selanjutnya mungkin saja dia akan
mengkampanyekan calon lawannya, agar memenangkan pertarungan.
Hal ini menunjukan baik berita hoax maupun ujaran kebencian
dalah black campaign. Tujuannya mendiskreditkan calon yang ada,
sehingga tidak memilihnya dan berharap akan beralih memilih lawannya.
F. Kerangka Pikir
Setiap calon dan tim suksesnya baik untuk calon DPRD
Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi, DPR RI, DPD, Presiden/Wakil Presiden
biasanya melancarkan kampanye demi memenangkan calonnya. Materi
kampanyenya biasa berupa program kerja maupun keunggulan dari calon yang
15
didukungnya. Harapannya wajib pilih akan tertarik dengan info yang
diberikan lalu memilih yang terbaik.
Namun tidak sedikit calon dan tim sukses yang justru menebarkan
black campaign berupa berita hoax dan ujaran kebencian. Kalau kampanye
positif biasanya dilakukan terhadap calon yang didukung. Berita hoax dan
ujaran kebencian ini justru diarahkan ke lawan, tujuannya orang semakin
antipati dengan lawan yang didiskreditkan. Tujuan akhirnya tetap sama yaitu
memenangkan calon yang didukung.
Adanya kampanye ini, untuk kampanye positif mungkin bisa
dipastikan akan menigkatkan partisipasi pemilih. Namun adanya kampanye
negatif (black campaign), tidak otomatis akan menarik perhatian dan minat
pemilih untuk beralih pilihan. Bukan tidak mungkin justru akan membuat
masyarakat apatis, karena ternyata calon yang didukungnya tidak sesuai
dengan harapannya, lawannya pun bukan pilihan idealnya.
Dari kerangka pikir demikian dapat digambarkan hubungan antara
keduanya.
16
Gambar 1. Kerangka Pikir
G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu
suatu jenis penelitian yang datanya bersifat kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Data-data kualitatif tersebut selanjutnya dideskripsikan apa
adanya untuk mengetahui hasil data empiris yang sebenar-benarnya.
Analisis ini pada dasarnya menggunakan pemikiran logis, analisis dengan
logika. Induksi dan dedukasi analog, dan komparasi (Moleong, 2009 : 124).
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Trimurti, salah satu desa di
Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Pemilu, 17 April 2019
Medsos
Berita hoax Ujaran
kebencian
Pemberitaa
n
Persepsi Masyarakat
Pemilu, 17 April 2019
Medsos
Berita hoax Ujaran Kebencian
Pemberitaa
n
Persepsi Masyarakat
17
Yogyakarta (DIY). Desa Trimurti dipilih sebagai lokasi penelitian karena
beberapa pertimbangan, yaitu : (1) Hampir sebagian besar masyarakat
penduduk Desa Trimurti mempunyai medsos. Hal ini dijadikan tolak ukur
karena menunjukan Masyarakat Desa Trimurti sering membaca dan/atau
menonton berita hoax dan ujaran kebencian di medsos. (2) Desa Trimurti
sering dijadikan lokasi penelitian mahasiswa. Hal ini menunjukan
pemerintah dan masyarakat setempat cukup terbuka untuk memberikan
informasi yang diperlukan, sehingga keraguan akan kesulitan mengakses
data bisa ditepis. Waktu penelitian bulan Juni-Juli 2019.
3. Data dan Sumber Data
a. Data Primer
Data primer berupa informasi yang diperoleh melalui wawancara
mendalam dengan para informan yang terdiri atas pemerintah desa (Kepala
Desa dan Sekertaris Desa), tokoh masyarakat (3 orang) dan masyarakat
(4orang).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah informasi yang diperoleh dari arsip dan
kepustakaan yang ada.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah suatu teknik pengumpulan data
dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung dengan para
18
informan. Dalam hal ini pertanyaan diajukan secara terstruktur dan
sistematis berdasarkan tujuan penelitian.
b. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan peneliti dengan melakukan pengamatan (observasi) atas
peristiwa-peristiwa dan gejala-gejala sesuai dengan indra peneliti.
c. Studi Kepustakaan
Suatu teknik pengumpulan data dengan memamfaatkan
kepustakaan yang ada dan membahas topik yang ditelaah.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan
cara menganalisis dokumen-dokumen yang ada yang punya kaitan
dengan obyek penelitian.
5. Penentuan Informan
Teknik penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive
sampling artinya peneliti secara sengaja memilih informan yang menurut
pertimbangan peneliti bisa memberikan informasi yang diperlukan.
Peneliti awalnya tidak menentukan berapa orang, yang terpenting
mewakili tiga kelompok yaitu pemerintah desa, tokoh masyarakat baik
tokoh adat, tokoh dan tokoh pemuda, serta perwakilan masyarakat.
Kriteria informan yang dipilih adalah terdaftar sebagai wajib pilih pada
pemilu 2019, memiliki medsos bahkan pengguna aktif, memahami arti
berita hoax dan ujaran kebencian. Dari situ terpilih 9 orang informan yaitu
19
2 orang dari perwakilan pemerintah desa, 3 orang dari perwakilan tokoh
masyarakat, dan 4 orang dari perwakilan masyarakat biasa.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif-
kualitatif. Analisis data deskriptif kualitatif dilakukan dengan cara mencari
data, mengorganisasikan data, memilah-milahkan data menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dicari, dan memutuskan apa
yang akan dipaparkan kepada pembaca (Moleong, 2009 : 133).
20
BAB II
PROFIL DESA TRIMURTI
A. Kondisi Geografis Desa Trimurti
Desa Trimurti adalah salah satu dari dua desa yang ada di Kecamatan
Srandakan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Desa Trimurti terletak di ujung paling barat Kabupaten Bantul, berbatasan
langsung dengan Kabupaten Kulon Progo. Desa Trimurti ini memiliki batas –
batas wilayah sebagai berikut :
Utara : Berbatasan dengan Kali Progo dan Kabupaten Kulon Progo
Timur : Berbatasan dengan Desa Triharjo dan Caturharjo, Kecamatan Pandak
Selatan : Berbatasan dengan Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan
Barat : Berbatasan dengan Kali Progo dan Kabupaten Kulon Progo
Desa Trimurti ini beribukotakan atau berpusat pemerintahan di
Srandakan. Pusat pemerintahan atau kantor desanya terletak di Jalan Raya
Srandakan. Letak kantor desa atau pusat pemerintahan Desa Trimurti, secara
orbituasi sebagai berikut : Jaraknya dengan pusat Kecamatan (Srandakan) ±
0,15 Km, jaraknya dengan pusat Kabupaten (Bantul) ± 13 Km, dan jaraknya
dengan pusat Provinsi (Malioboro) ± 25 Km.
Desa Trimurti adalah dataran rendah, ketinggiannya dari permukaan
laut hanya ± 15 meter di atas permukaan laut (MdpL). Hampir sebagian besar
wilayah Desa Trimurti merupakan dataran (± 80 %). Hanya sebagian kecil
merupakan daerah perbukitan, tanpa ada pegunungan.
21
Desa Trimurti juga termasuk daerah tropis, dengan suhu harian
berkisar antara 22° (Malam hari) sampai dengan 37° (Siang hari). Curah
hujannya sebagai mana umumnya daerah di Jawa relatif tinggi yaitu berkisar ±
1.000 mm / tahun. Desa Trimurti ini memiliki luas wilayah 618. 8313 hektar,
dengan peruntukan sebagai berikut :
Tabel 1. Peruntukan Desa Trimurti
No. Peruntukan Luas
(Ha)
Presentase
(%)
1. Tanah Sawah 156. 4213 25, 28
2. Tanah Kering 420. 6724 67, 98
3, Tanah Basah 6. 0662 0, 98
4. Tanah Fasilitas Umum 3. 8378 0, 62
5. Tanah Lainnya 31. 8436 5, 14
Total 618. 8313 100, 00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
Data pada tabel di atas memperlihatkan kalau sebagian besar wilayah
Desa Trimurti merupakan tanah kering (67,98%), yang dimanfaatkan untuk
tempat tinggal, pekarangan dan tegalan. Lainnya, digunakan untuk
persawahan (25,28%), tanah fasilitas umum (0,62%), tanah basah (0,98%),
menunjukkan relatif masih cukup luas.
B. Kondisi Demografis Desa Trimurti
Jumlah penduduk Desa Trimurti yang tercatat pada Monografi Desa
Trimurti (2017) adalah 18. 385 orang dan terdiri atas 5. 788 Kepala Keluarga
(KK). Distribusi penduduk Desa Trimurti berdasarkan jenis kelamin, usia dan
sebagainya diperlihatkan pada tabel – tabel berikut :
22
1. Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi penduduk Desa Trimurti berdasarkan Jenis Kelamin
diperlihatkan pada tabel 2.
Tabel 2. Penduduk Desa Trimurti berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
(orang)
Presentase
(%)
1. Laki – laki 9.115 49,28
2. Perempuan 9.380 50,72
Total 18.495 100.00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
Tabel 2 di atas memperlihatkan kalau penduduk Desa Trimurti dari
segi jenis kelamin cukup berimbang. Perempuan (50,72%) agak lebih
banyak dibandingkan laki – laki (49,28%).
2. Berdasarkan Usia
Distribusi penduduk Desa Trimurti berdasarkan Usia diperlihatkan
pada tabel 3.
Tabel 3. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah (orang)
Presentase (%)
1. 0 – 4 tahun 938 5,07 2. 5 – 9 tahun 1.026 5,55 3. 10 – 14 tahun 1.165 6,30 4. 15 – 19 tahun 1.216 6,57 5. 20 – 14 tahun 1.294 6,99 6. 25 – 29 tahun 1.315 7,11 7. 30 – 34 tahun 1.314 7,10 8 35 – 39 tahun 1.312 7,09 9. 40 – 44 tahun 1.310 7,08
10. 45 – 49 tahun 1.306 7,06 11. 50 – 54 tahun 1.295 7,00 12. 55 – 59 tahun 1.365 7,38 13. 60 – 64 tahun 1.312 7,09 14. ≥ 65 tahun 2.327 12.58
Total 18.495 100,00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
23
Tabel 3 di atas memperlihatkan kalau penduduk Desa Trimurti
pada setiap kelompok usia relatif merata berkisar antara 5,07 – 7,38%. Hal
ini diperkirakan karena tingkat kelahiran dan kematian setiap tahun relatif
stabil, sehingga tingkat pertumbuhan setiap tahun relatif stabil juga.
Selanjutnya, bila dikelompokkan berdasarkan usia produktif,
diketahui kalau yang belum produktif (0 – 14 tahun) sebanyak 3.129 orang
(16,92%), usia produktif (15 – 64 tahun) sebanyak 13.039 orang (70,50%),
dan usia tidak produktif lagi (≥ 65 tahun) sebanyak 2.327 orang (12,58%).
Artinya penduduk usia produktif (70,50%) jauh lebih tinggi dibandingkan
gabungan antara yang belum dan sudah tidak produktif lagi (29,50%). Dari
segi ketergantungan cukup baik, karena berarti setiap satu orang penduduk
yang belum atau tidak produktif menjadi tanggungan dua atau lebih
penduduk usia produktif.
3. Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi penduduk Desa Trimurti berdasarkan tingkat pendidikan
warga diperlihatkan pada tabel 4.
Tabel 4. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Pendidikan
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
( Orang )
Presentase
( % )
1. Buta huruf 5 0.03
2. Belum sekolah 1.609 8,70
3. Tidak Tamat SD 1.583 8,56
4. Tamat SD 4.838 26,16
5. Tamat SMP 4.712 25,48
6. Tamat SMA 3.935 21,28
7. Tamat PT 1.813 9,80
Total 18.495 100,00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
24
Data pada tabel di atas memperlihatkan kalau kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) relatif masih rendah. Kebanyakan hanyalah tamatan
SD (26,16%) dan tamatan SMP (25,48%). Bahkan ada yang tidak tamat
SD (8,56%) dan buta huruf (0,03%). Hanya sebagian kecil yang sudah
berkualitas cukup baik yaitu tamat SMA (21, 28%) dan tamat PT (9,80%).
4. Berdasarkan Pekerjaan Pokok
Distribusi penduduk Desa Trimurti berdasarkan pekerjaan
pokoknya dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Pekerjaan
No. Pekerjaan Jumlah
(Orang)
Presentase
(%)
1. Petani 5.854 31,65
2. Pengrajin 329 1,78
3. Buruh 4.675 25,28
4. Pedagang 714 3,86
5. Pengangkutan 388 2,10
6. PNS / Polisi / TNI 679 3,67
7. Pensiun 305 1,65
8. Lainnya 5.551 30,01
Total 18.495 100,00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2018)
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kebanyakan
penduduk Desa Trimurti bekerja sebagai petani, baik petani berlahan
(31,65%) atau buruh (25,28%). Lalu lainnya (30,01%) meliputi pelajar,
anak di bawah umur, maupun pengangguran.
5. Berdasarkan Agama yang dianut
Distribusi penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Agama yang
dianutnya di tampilkan pada tabel 6 di bawah ini :
25
Tabel 6. Penduduk Desa Trimurti Berdasarkan Agama
No. Agama Jumlah
(Orang)
Presentase
(%)
1. Islam 18.151 98,14
2. Kristen Katolik 227 1,23
3. Kristen Protestan 117 0,63
Total 18.495 100,00
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa mayoritas penduduk
Desa Trimurti beragama Islam (98,14%). Sisanya beragama Katolik
(1,23%) dan Protestan (0,63%). Sedangkan agama lainnya tidak ada.
C. Sarana dan Prasarana Desa Trimurti
1. Sarana Pemerintahan
Saat ini sarana pemerintahan di Desa Trimurti sudah relatif
lengkap. Desa ini memiliki kantor pemerintahan yang cukup mewah yang
terletak di Jalan Raya Srandakan, hanya sekitar 700 dari kali Progo.
Kantor Desa Trimurti memiliki tiga bangunan permanen yang terletak
pada satu kompleks yang sama, terdiri dari dua bangunan untuk kantor
bagi kepala desa dan para pembantunya. Satu bangunan lainnya berupa
Joglo yang dipersiapkan sebagai aula pertemuan. Secara administratif
Desa Trimurti membawahi enam padukuhan dan 135 Rukun Tetangga
(RT).
Sebagai desa yang berkedudukan di pusat kecamatan, di Desa
Trimurti ini banyak berdiri beberapa perwakilan Instansi Vertikal.
Diantaranya Kantor Urusan Agama (KUA), Kantor Polsek dan Tangsi
26
Koramil. Selain itu ada juga Pukesmas, Dipenda, BPP, dan PLKB. Ada
juga Instasi perwakilan BUMN/BUMD seperti bank BPD, BRI dan
Mandiri, lalu kantor POS, BUKP, dan sebagainya.
2. Prasarana Pengairan
Ada dua sungai atau kali besar yang melintasi desa Trimurti.
Kedua sungai itulah merupakan sumber air utama Desa Trimurti
khususnya untuk mengairi persawahan. Untuk itu setelah dilengkapi
dengan satu (1) bendungan / waduk, dua (2) kincir angin serta satu (1)
pompa air. Selain itu di Desa Trimurti telah di bangun saluran irigasi (10
Km), saluran drainase (2 Km) dan tanggul banjir (4 Km).
3. Sarana Pengangkutan dan Prasarana Jalan dan Jembatan
Lalu lintas antar kampung dalam desa Trimurti dapat di katakan
semuanya melalui jalur darat. Sarana transportasi yang digunakan meliputi
sepeda (1.536 buah), sepeda motor (3. 168 buah), bus (13 buah), dan truck
(16 buah).
Panjang jalan utama di desa Trimurti yang dapat di lalui kendaraan
beroda empat sekitar 30 Km, sedangkan panjang jalan seluruhnya siktar 58
Km. jalan tersebut terdiri dari jalan Provinsi 8 Km, jalan Kabupaten 22
Km dan jalan Desa 28 Km. selain itu ada jembatan beton (4 buah).
4. Sarana Perekonomian
Desa Trimurti sampai sekarang masih mengandalkan pertanian
khususnya sawah. Selain pertanian, juga mengandalkan Industri
khususnya industri rumah tangga dan kerajinan. Saat ini di desa Trimurti
27
terdapat 5 buah industri sedang, 78 buah industri kecil dan 658 buah
industri rumah tangga.
Sarana penunjang perekonomian ini yang paling menonjol di Desa
Trimurti adalah koperasi. Saat ini ada 12 buah koperasi yang beroperasi di
desa ini, baik koperasi kredit, koperasi produksi maupun koperasi
konsumsi. Koperasi – koperasi tersebut ada yang mempunyai multi usaha,
ada pula hanya satu usaha.
Selain koperasi, sarana penunjang perekonomian Desa Trimurti
yang juga tidak kalah penting adalah keberadaan pasar. Saat ini Desa
Trimurti memiliki dua pasar umum yang beroperasi setiap hari, karena
memiliki bangunan pasar yang permanen. Selain pasar, didukung pula
oleh keberadaan toko (97 buah), Kios (91 buah) dan warung (170 buah).
5. Sarana Sosial Budaya
a. Bidang Pendidikan
Jumlah sekolah baik negeri maupun swasta, jumlah guru dan
siswa baik untuk TK, SD, SMP, SMA, dan SMK di Desa Trimurti
diperlihatkan pada tabel 7.
28
Tabel 7. Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta,
Guru dan Siswa di Desa Trimurti.
No. Jenis Sekolah
Pemilik Total Sekolah
Guru Siswa
Negeri Swasta Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total
1. TK - 10 10 - 56 56 - 485 485
2. SD 6 4 10 64 33 97 1.326 315 1.641
3. SMP 1 1 2 40 14 54 1.104 112 1.216
4. SMA 1 - 1 21 - 21 229 - 229
5. SMK - 1 1 - 26 26 - 161 161
6. SLB 1 - 1 7 - 7 26 - 26
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa untuk TK,
jumlah TK di Desa Trimurti sebanyak 10 buah, semuanya itu
merupakan milik swasta, kebanyakan merupakan TK islam dan lainnya
TK umum. Jumlah gurunya sebanyak 56 orang, sedangkan jumlah
siswanya sebanyak 485 orang.
Untuk tingkat SD, terdapat total 10 sekolah, terdiri atas 6 SD
Negeri dan 4 SD Swasta (Islam). Jumlah guru 97 orang, terdiri atas 64
guru negeri dan 33 guru swasta. Total siswanya 1.1641 orang, terdiri
atas 1.326 siswa SD Negeri dan 315 Siswa SD Swasta.
Untuk tingkat SMP, ada 2 buah SMP, satu SMP Negeri dan
satu SMP Swasta. Jumlah gurunya secara keseluruhan 54 orang, terdiri
atas 49 guru negeri dan 14 guru swasta. Siswanya, total 1.216 orang,
dengan perincian 1.104 siswa SMP Negeri dan 112 siswa di SMP
Swasta.
Untuk SMA dan SMK masing – masing hanya punya satu
sekolah, satu SMA Negeri dan satu SMK Swasta. Untuk SMA Negeri
29
jumlah gurunya 21 orang dan siswanya 229 orang. Untuk SMK Swasta,
jumlah gurunya 26 orang dan jumlah siswanya 161 orang.
Sedangkan untuk SLB, juga hanya ada satu SLB Negeri dengan
jumlah guru 7 orang dan siswanya 26 orang.
b. Agama
Ada tiga agama yang punya umatnya di Desa Trimurti yaitu
Islam (mayoritas), Katolik dan Protestan. Jumlah tempat ibadah untuk
masing – masing agama dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Tempat Ibadah di Desa Trimurti
No. Agama Tempat Ibadah Jumlah
( Orang )
1. Islam Masjid 30
2. Islam Mushola 28
3. Katolik Gereja Katolik 1
4. Protestan Gereja Protestan 2
Total 61
Sumber : Monografi Desa Trimurti (2017)
Data pada tabel di atas memperlihatkan tempat ibadah
terbanyak untuk yang beragama islam yaitu 30 buah masjid dan 28
buah mushola. Sisanya untuk gereja kristen 2 buah dan katolik 1 buah.
c. Sarana Kesehatan
Untuk sarana kesehatan di Desa Trimurti hanya punya 1 buah
Rumah Sakit, itupun milik swasta. Pelayanan kesehatan masyarakat
lebih banyak di lakukan di Puskesmas (1buah). Ada pun jumlah tenaga
medis maupun tidak di Puskesmas Srandakan meliputi Dokter Umum
(4 orang), Dokter Gigi (1 orang), Bidan (13 orang), dan Perawat (14
30
orang). Selain itu di dukung oleh tenaga para medis (11 orang) dan non
paramedis (4 orang).
D. Struktur Pemerintahan Desa Trimurti
Struktur pemerintahan Desa Trimurti dapat digambarkan senagai berikut :
Gambar 2. Struktur Pemerintahan Desa Trimurti
Keterangan :
1. Kepala Desa
a. Dipilih secara langsung oleh masyarakat desa yang minimal berusia 17
tahun atau sudah menikah melalui acara pemilihan Kepala Desa
(Pilkades).
b. Merupakan kekuasaan eksekutif tertinggi sekaligus penanggung jawab
utama segala kegiatan dan aktivitas pemerintahan desa.
BPD Kepala Desa
Sekertaris Desa
Kaur Umum Kasie
Pemerintahan
Kasie
Pembangunan
Kaur Keuangan Kaur Program
DK I DK II DK III DK IV DK V DK IV
31
c. Mengkoordinasi kerja sama antar dusun maupun dengan pihak luar
desa.
d. Mewakili desa dalam segala urusan baik dalam pengadilan maupun
diluar pengadilan.
e. Mengangkat dan memberhentikan staff pemerintahan desa kecuali
sekertaris desa.
2. Badan Permusyawaratan Desa
a. Dipilih secara langsung oleh masyarakat desa melalui pemilihan BPD,
dengan mempertimbangkan keterwakilan wilayah.
b. Mewakili masyarakat menjadi pengawas kinerja desa dan aparatnya.
c. Merupakan mitra kerja pemerintah desa dalam hal merumuskan
kebijakan desa termasuk membahas Perdes.
3. Sekertaris Desa
a. Merupakan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b. Membantu Kepala Desa dalam hal agenda umum dan administrasi.
c. Mengkoordinir Kerja Kepala Urusan (Kaur) dan Kepala Seksi (Kasie)
dalam lingkup Desa.
d. Bertanggung jawab atas segala pendataan dan pengarsipan data yang
berkaitan dengan desa.
4. Kasie Pemerintahan
a. Dipilih oleh Kepala Desa
b. Bertanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan aktivitas
administratif pemerintahan.
32
5. Kasie Pembangunan
a. Dipilih oleh Kepala Desa
b. Bertanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan aktivitas
pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan termasuk
monitoring dan evaluasi.
6. Kaur Keuangan
a. Dipilih oleh Kepala Desa
b. Bertanggung jawab dalam segala hal yang berkaitan dengan keuangan
mulai dari penerimaan, pencatatan dan pemamfaatan serta pertanggung
jawaban.
7. Kaur Umum
a. Dipilih oleh Kepala Desa
b. Bertanggung jawab atas pelayanan publik yang melibatkan pihak desa
8. Kaur Program
a. Dipilih oleh Kepala Desa
b. Bertanggung jawab dalam penyusunan program kerja pembangunan.
9. Kepala Dukuh
a. Dipilih langsung oleh masyarakat di wilayah padukuhan tersebut.
b. Merupakan perpanjangan tangan pemerintah desa ditingkat padukuhan.
c. Mengkoordinir kegiatan pada tingkat padukuhan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah G. S. 2014. Pilkada Langsung Suatu Tinjauan Kritis – Analitis. Malang :
Aveveros.
Amirudin dan A. Z. Bisri. 2015. Pilkada Langsung : Problem yang Ditimbulkan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Ibrahim, L.S. dan Iriantara, Y. 2017. Komunikasi Yang Mengubah Dunia.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Indrajit R.E, Dudy R. dan Zainudin, A. 2013. E. Gov In Action : Ragam Kasus
Implementasi Sukses di Berbagai Belahan Dunia. Yogyakarta : Penerbit
Andi.
Irwanto, N, Lalu S.T dan E Syukur. 2009. Psikologi Umum Jakarta : Dewantara.
Kertapati, Ton. 2006. Dasar – dasar Publistik. Jakarta : PT. Bina Aksara.
Kristiadi, JB. 2012. Demokrasi di Indonesia. Jakarta : Madu Baru
Moleong, Lexy T. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remadja Rosdakarya.
Mulyono. 2008. Masalah Persepsi. Jakarta : Bima
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya dan
Sosioteknologi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Nasution A. 2012. Deduktif Azas – azas Mengajar. Bandung : Jemmars.
Rakhmad, J. 2010. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remadja Rosdakarya
Roesma, J. dan Mulya, N. 2018. Media Sosiolitas : Eksis, Narsis Jadi Darling
Darling. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Solenta, E. 2017. Dialektika Ruang Publik : Pertarungan Gagasan. Yogyakarta :
Beta Offset.
Suyanto. 2013. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Grasindo
Vivian, John. 2005. Media Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Bina Aksara.
64
Refrensi Tambahan :
Kumparan.com
Tempo.com
Detik.com
Top Related