Calon Arang

23
NILAI MAGIS DALAM NOVEL CALON ARANG KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER ,SENDRATARI CALON ARANG DAN FILM CALON ARANG ANDHIKA NUGROHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peredaran karya sastra di Indonesia berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari adanya berbagai macam karya sastra yang bermutu dan baru beredar di masyarakat, baik yang diciptakan oleh pengarang laki-laki maupun pengarang perempuan. Kehadiran karya satrsa di masyarakat tampak memberikan suatu hiburan tersendiri. Karya sastra merupakan kreasi artistik yang terwujud dari imajinasi nalar dan perasaan pengarang. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang manusia, sastra tidak hanya lahir karena fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari kesadaran pengarangnya bahwa sastra merupakan suatu yang imajinatif dan fiktif. Jassin (1983:4) mengatakan bahwa sastra dapat menambah kearifan dan kebijaksanaan dalam kehidupan. Karya sastra akan selalu menarik karena di dalamnya terungkap hasil penghayatan zaman yang dalam. Melalui karya sastra, pembaca dapat memasuki pengalaman bangsa atau bangsa-bangsa lain,

description

sejarah

Transcript of Calon Arang

Page 1: Calon Arang

NILAI MAGIS DALAM NOVEL CALON ARANG

 KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER ,SENDRATARI CALON ARANG

DAN FILM CALON ARANG

ANDHIKA NUGROHO

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Peredaran karya sastra di Indonesia berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari adanya

berbagai macam karya sastra yang bermutu dan baru beredar di masyarakat, baik yang

diciptakan oleh pengarang laki-laki maupun pengarang perempuan. Kehadiran karya

satrsa di masyarakat tampak memberikan suatu hiburan tersendiri.

Karya sastra merupakan kreasi artistik yang terwujud dari imajinasi nalar dan perasaan

pengarang. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tentang manusia, sastra tidak

hanya lahir karena fenomena kehidupan lugas, tetapi juga dari kesadaran pengarangnya

bahwa sastra merupakan suatu yang imajinatif dan fiktif.

Jassin (1983:4) mengatakan bahwa sastra dapat menambah kearifan dan kebijaksanaan

dalam kehidupan. Karya sastra akan selalu menarik karena di dalamnya terungkap hasil

penghayatan zaman yang dalam. Melalui karya sastra, pembaca dapat memasuki

pengalaman bangsa atau bangsa-bangsa lain, sejarah dan masyarakatnya untuk

menyelami apa yang pernah dirasakan dan dipikirkan.

Karya sastra memang bersifat Dulce et Utile: menyenangkan dan bermanfaat (Sudjiman,

1985:13). Dengan membaca dan mendengar karya sastra akan diperoleh pengetahuan

dan sekaligus merupakan sarana untuk latihan memberikan kritik terhadap sastra. Tujuan

membaca karya sastra adalah untuk mendayagunakan pengetahuan, memperkaya rohani,

menjadikan manusia yang berbudaya, dan untuk menggunakan sesuatu dengan baik

(Sunardjo, 1984:6). Dengan demikian, karya sastra sangat menunjang nilai-nilai

kebudayaan sekaligus menceritakan kembali sesuatu yang disenangi sastrawan mengenai

nilai sesuatu dalam masyarakat.

Page 2: Calon Arang

Lewat membaca karya sastra, pembaca dapat melaksanakan kegiatan berbahasa, yaitu

kegiatan yang bertujuan memperkaya kosa kata, mengembangkan kemampuan

menyusun kalimat memperoleh gaya bahasa yang dapat dimanfaatkan untuk

mengembangkan kemampuan berbahasa pembacanya. Lebih lanjut, pembaca sastra juga

dapat ditautkan dengan membaca kreatif, yaitu kegiatan membaca yang dilatarbelangi

dengan tujuan tertentu yang bersifat aplikatif. Artinya, pembaca ingin menemukan nilai-

nilai kehidupan yang mampu memperkaya landasan pola perilaku, mendapatkan

pengetahuan praktis untuk menjadi penulis yang baik (Aminudin, 1984:16).

Sastra bandingan adalah studi sastra bandingan secara totalitas, karena sastra bandingan

identik dengan sastra dunia, sastra umum atau sastra universal. Pengkajian sastra

bandingan pada dasarnya tidak harus terpaku pada karya-karya klasik dari sastrawan

yang terkenal, karena dalam kajian sastra bandingan tidak jauh berbeda dengan kegiatan

mengapresiasi suatu karya sastra.

Contoh kajian nilai magis terdapat dalam novel Calon Arang karya Pramoedya Ananta

Toer dengan membandingkan pertunjukan drama tari yang ada di Bali, dengan film

Calon Arang di layar kaca yang bertutur tentang kehidupan seorang perempuan tua yang

jahat. Pemilik teluh hitam dan pengisap darah manusia. Ia pongah. Semua-mua lawan

“politik”nya dibabatnya. Yang mengkritik dihabisinya. Ia senang menganiaya sesame

manusia. Ia punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang… murid-muridnya dipaksa

berkeramas, berkeramas dengan darah manusia. Kalau mereka sedang berpesta tak

ubahnya dengan sekawanan binatang buas, takut orang melihatnya yang jika ketahuan

mengintip orang itu akan diseret ke tengah pesta dan dibunuh dan darahnya

dipergunakan berkeramas.Tapi kejahatan ini juga pada akhirnya bisa tumpas di tangan

jejari kebaikan dalam sebuah operasi terpadu  yang dipimpin oleh Empu Baradah. Empu

ini bisa mengembalikan kehidupan masyarakat yang gonjang dan ganjing ke jalan yang

benar sehingga hidup bisa lebih baik dan lebih tenang, tidak buat permainan segala

macam kejahatan.

Melalui kajian bandingan ini, penulis akan mengkaji tentang nilai magis yang terdapat

dalam novel Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer, pertunjukan drama tari dan

film yang ada di layar kaca agar pembaca mudah mengerti dan memahami

pengungkapan magis yang menjadi tema besar novel ini,jga banyak sekali menyinggung

Page 3: Calon Arang

sejarah serta berbagai adat istiadat yang berhubungan dengan spiritual bali(hindu)seperti

kepercayaan,persembahan.

1.2  Rumusan Masalah

Bila ditinjau dari judul di atas maka analisis ini lebih difokuskan pada bagaimana

perbedaan nilai magis pada novel Calon Arang karya Pramoedya Ananta

Toer,pertunjukan drama tari Calon Arang serta Film yang ada di layar kaca?

1.3    Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini,yaitu peneliti ingin mendeskripsikan mengenai perbedaan nilai

magis yang terdapat dalam novel Calon Arang karya Pramoedya Ananta

Toer,pertunjukkan drama tari Calon Arang serta film yang ada d layar kaca.

1.4    Metode penelitian

Penelitian ini ditinjau dari segi jenis penelitiannya tergolong pada penelitian yang

bersifat hermeneutika karena penelitiannya tergolong pada penelitian yang bersifat

hermeneutika masih saja terus berkembang.Menurut Richard E.Palmer,definisi

hermeneutika dapat dibagi menjadi enam bagian.Sejak awal hermeneutika telah sering

didefinisikan sebagai ilmu tentang penafsiran.Akan tetapi secara luas hermeneutika juga

sering didefinisikan sebagai:(1)Teori penafsiran kitab suci;(2)Hermeneutika metodologi

filologi umum;(3)Hermeneutika sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu

kemanusiaan;(4)Hermeneutika sebagai pemahaman eksistensialisme dan fenomenologi

eksistensi dan (5)Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan baik secara

kolektif maupun secara personal,untuk memahami makna yang terkandung dalam mitos-

mitos ataupun simbol-simbol.

Hermeneutika Sebagai Alternatif Interpretasi

Page 4: Calon Arang

            Ketika sebuah teks dibaca seseorang,disadari atau tidak akan memunculkan

interpretasi terhadap teks tersebut.Membicarakan teks tidak pernah terlepas dari unsur

bahasa, Heidegger menyebutkan bahasa adalah dimensi kehidupan yang bergerak yang

memungkinkan terciptanya dunia sejak awal, bahasa mempunyai eksistensi sendiri yang

didalamnya manusia ikut berpartisipasi (tagleton,2006:88)

            Sebagai metode tafsir, hermeneustika menjadikan bahasa sebagai tema sentral,

kendati dikalangan para filsuf hermeneutika sendiri terdapat perbedaan dalam

memandang hakikat dan fungsi bahasa.Perkembangan aliran filsafat hermeneutika

mencapai puncaknya ketika muncul dua aliran pemikiran yang berlawanan, yaitu aliran

intensionalisme dan aliran hermeneutika gadamerian.Intensionalisme memandang makna

sudah ada karena dibawa pengarang atau panyusun teks sehingga tinggal menunggu

interprestasi penafsir.

Sementara Hermeneutika Gada – merian sebaliknya memandang makna dicari,

dikonstruksi, dan direkontruksi oleh penafsir sesuai konteks penafsir dibuat sehingga

teks tidak pernah baku, ia senantiasa berubah tergantung dengan bagaimana, kapan dan

siapa pembacanya (Rahadjo, 2007:55).Peristiwa pemahaman terjadi ketika cakrawala

makna historis dan asumsi kita terpadu dengan cakrawala tempat itu

berada.Hermeneutika melihat sejarah sebagai dialog hidup antara masa lalu, masa kini

dan masa depan.Metode hermeneutika mencoba menyesuaikan tiap elemen dalam setiap

teks menjadi satu keseluruhan yang lengkap, dalam sebuah proses yang biasa dikenal

sebagai lingkaran hermeneutika.Ciri-ciri individual dapat dimengerti berdasarkan

keseluruhan konteks dan keseluruhan konteks dapat dimengerti melalui ciri-ciri

individual.

Kunci pemahaman adalah partisipasi dan keterbukaan, bukan manipulasi dan

pengendalian.Sebagai sebuah metode penafsiran, hermeneutika tidak hanya memandang

teks, tetapi juga berusaha menyelami kandungan makna secara literalnya.Hermeneutika

berusaha menggali makna dengan mempertimbangkan horison-horison (cakrawala) yang

melingkupi teks tersebut.Horison yang dimaksud adalah horison teks, pengarang, dan

pembaca.Dengan memperhatikan ketiga horison tersebut diharapkan suatu upaya

pemahaman atau penafsiran menjadi kegiatan rekonstruksi dan reproduksi makna teks,

yang selain melacak bagaimana suatu teks dimunculkan oleh pengarangnya dan muatan

apa yang masuk dan ingin dimasukkan oleh pengarang kedalam teks, juga berusaha

melahirkan kembali makna sesuai dengan situasi dan kondisi soal teks dibaca atau

dipahami.Dengan kata lain hermeneutika memperhatikan tiga hal sebagai komponen

Page 5: Calon Arang

pokok dalam upaya penafsiran yaitu teks, konteks, kemudian melakukan upaya

kontekstualisasi.

BAB II

PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna. Bagi

manusia sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan.

2.2 Pengertian Magis

Rahaswia tersembunyi, terselubung atau paham yang memberikan ajaran yang magis

sehingga haya dikenali, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu

saja/penganutnya. Menurut kamus besar bahasa Indonesia magis dapat diartikan hal gaib

yang tidak terjangkau dengan akal manusia biasa. Sub sistem yang ada di hampir semua

agama dan system religi untuk memenuhi hasrat manusia merasakan emosi bersatu

dengan Tuhan.

2.3 Pengertian Nilai Magis

Nilai yang mengandung unsure-unsur magis (rahasia, tersembunyi, terselubung, objek

dapat diketahui melalui pengetahuan mistik yang tidak dapat dipahami oleh rasio, seperti

supra natural (supra rasional), kebal, debus, pelet, penggunaan jin santet dan lain-lain.

2.4 Teori Transformasional

Page 6: Calon Arang

Tranformasional adalah perubahan bentuk atau rupa suatu karya sastra ke dalam bentuk

karya sastra lain. Dalam transformasi struktur-strukturnya tidak statis melainkan dinamis.

Bentuk transformasi terdiri atas beberapa macam,yaitu transformasi karya sastra tulis ke

dalam karya sastra lisan,transformasi karya sastra lisan ke dalam karya sastra

tulis,transformasi karya sastra tulis ke dalam karya sastra tulis.

Macam-macam transformasi dapat berupa :penambahan atau

pengulangan,penukaran,penggantian,dan penghapusan. Empat jenis transformasi tersebut

dapat diterapkan ke dalam berbagai bidang teks baik sastra maupaun bahasa.Di dalam

kebahasaan ke-empat jenis transformasi                                                           itu dapat

dikaitkan dengan sintaksis,semantik,dan bunyi (fonologi) sehingga terjadi aneka macam

variasi yang dengan sadar atau tidak akan menimbulkan teks-teks yang baru.

Bentuk-bentuk transformasi seperti;transformasi karya sastra ke dalam bentuk

novel,transformasi karya sastra ke dalam bentuk drama,transformasi karya sastra ke

dalam bentuk sendratari atau dramatari,Transformasi karya sasra dalam bentuk

pewayangan.

Hal-hal penting dalam transformasi:dalam transformasi karya sastra tradisional kedalam

seni pertunjukan modern (teater),menyatakan bahwa satu hal yang tidak boleh hilang

dalam proses transformasi itu adalah makna dan nilai-nilai sastra.Makna kata dan makna

kalimat yang mengandung nilai dan pesan seharusnya tetap di pertahankan ketika kata-

kata dan kalimat itu berubah menjadi gerak atau akting.

Transformasi seni sastra kedalam seni pertunjukan;dalam transformasi pertunjukan ini

tokoh-tokoh dalam seni pertunjukan juga tak perlu dibuat sebanyak tokoh yang ada

dalam novel.Misalnya dengan hanya mengambil tokoh-tokoh penting yang disesuaikan

dengan tokoh-tokoh yang diperlukan dalam seni pertunjukan.Secara fisik,cerita dalam

karya sastra bisa saja tidak sama dengan cerita dalam seni pertunjukan,misalnya plot atau

alur bisa saja diubah.Bangunan alur bisa dilakukan dengan sistem kilas balik sehingga

pembahasannya bisa disusun dengan pembabakan baru.Artinya bisa dibuat skenario

ulang seperti membuat skenario film dan kisahnya diambil dari novel.

Proses transformasi dari karya sastra berbentuk tulisan kedalam seni pertunjukan yang

mengandalkan gerak dan akting tentu saja tak mempunyai teori baku.Bahkan berkali-kali

mengubah strategi agar cerita dalam novel atau naskah drama barat bisa diterjemahkan

dengan mulus sekaligus “mengena” dan “sampai” ketika diubah dalam bentuk

tembang,gerak,akting.Contoh-contoh transformasi misalnya;(1)Cerita rakyat Calon

Arang yang ditransformasikan kedalam bentuk novel,(2)Cerita rakyat yang

Page 7: Calon Arang

ditransformasikan kedalam bentuk seni tari atau drama tari,(3)Cerita rakyat Calon Arang

yang ditransformasikan kedalam bentuk film.

2.5 Persamaan dan Perbedaaan Sastra Bandingan

Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across cultural. Studi ini merupakan upaya

interdisipliner, yakni lebih banyak memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu

dan tempat. Dari aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih

periode yang berberbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan

menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa sastra bandingan

tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam ini, guna menurut

keterkaitan antara aspek kehidupan (Endraswara, 2008: 128). Semantara, Benedecto

Crose (Giffod dalam Endraswara, 2008: 128), berpendapat bahwa studi sastra bandingan

adalah kajian yang berupa eksplorasi perubahan (vicissitude), alterna-tion (penggantian),

pengembangan (devilopmen), dan perbedaan timbal balik di antara dua karya atau lebih.

Sastra bandingan akn terkait dengan ihwal tema dan ideal sastra.

Ada dua hal yang sangat mungkin menjadi problem dalam sastra bandingan

(comparative literature) sebagai sebuah disiplin ilmu. Pertama, persoalan yang

menyangkut konsep sastra bandingan. Dalam banyak rumusan atau definisi sastra

bandingan pada umumnya, penekanan perbandingan pada dua karya atau lebih dari

sedikitnya dua negara yang berbeda menjadi pusat perhatian yang utama. Jadi, sebuah

perbandingan dua karya atau lebih yang berasal dari dua negara, termasuk ke dalam

wilayah sastra bandingan. Jika kita membandingkan dua karya yang berasal dari dua

kultur etnik yang berbeda –Sunda dan Jawa, misalnya—, padahal kedua karya itu berada

dalam wilayah negara yang sama, apakah termasuk ke dalam wilayah sastra bandingan.

Pertanyaan yang sama dapat diajukan ketika kita membandingkan sastra Singapura

dengan sastra Taiwan yang keduanya memakai bahasa Mandarin atau sastra Brunei

Darussalam dengan sastra Malaysia yang keduanya memakai bahasa Melayu. Pertanyaan

yang sama tentu saja dapat kita kemukakan lebih panjang lagi. Jadi, jika kita mengamati

karya-karya dari berbagai negara yang menggunakan bahasa yang sama atau sastra dari

berbagai daerah dalam satu negara, maka ternyata bahwa rumusan sastra bandingan yang

menekankan pada perbedaan negara, justru akan mengundang masalah konseptual.

Dalam konteks itulah, perlu kiranya kita mempertanyakan kembali rumusan-rumusan

sastra bandingan yang pernah ada.

Masalah kedua menyangkut praktik sastra bandingan sebagai sebuah kajian. Apakah

praktik sastra bandingan hanya sebatas membandingkan dua teks sastra atau lebih jauh

Page 8: Calon Arang

dari itu dengan mencantelkan analisis atau interpretasinya pada kebudayaan dan

kehidupan kemasyarakatan yang melahirkannya. Jika perbandingannya itu hanya

menyangkut dua atau lebih teks sastra yang berbeda, maka hasil perbandingan itu hanya

akan sampai pada perbedaan dan persamaan tekstual. Dari sana mungkin kita akan

sampai juga pada persoalan reputasi dan penetrasi, dan pengaruh-mempengaruhi. Jika

demikian halnya, maka perbandingan itu akan tetap berkutat pada persoalan tekstual.

Jadi, apakah tujuan sastra bandingan hanya sampai pada pengungkapan perbedaan dan

persamaan dua teks atau lebih. Oleh karena itu, patutlah dipertimbangkan tujuan sastra

bandingan yang tidak hanya sampai pada perbandingan dua teks sastra yang berbeda dan

mengungkapkan persamaan dan perbedaan tekstual, tetapi juga coba menelusuri

persamaan dan perbedaannya itu sebagai bagian dari dua produk budaya yang dilahirkan

dari dua kehidupan sosio-budaya yang berbeda.

Jadi, sesuai dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sastra bandingan adalah

perbandingan karya sastra yang satu dengan satu atau beberapa karya sastra lain, serta

perbandingan karya sastra dengan ekspresi manusia dalam bidang lain.

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan ulasan pada latar belakang dan teori-teori, penelitian ini akan mengkaji

perbedaan nilai magis dalam novel Calon Arang karya Pramoedya Ananta Toer,

pertunjukan drama tari Calon Arang dan film Calon Arang di layar kaca.

3.1 Nilai Magis yang Terdapat dalam Novel Calon Arang

Sinopsis Calon Arang dalam novel karya Pramoedya Ananta Toer menceritakan tentang

kehidupan seorang perempuan tua yang jahat.Profesinya adalah tukang teluh

hitam.Dengan sangat tajam, Pramoedya Ananta Toer menggambarkan seorang sosok

Calon Arang ini tak lebih sebagai mesin pemusnah kemanusiaan.Dia adalah pemilik

Page 9: Calon Arang

mantra hitam dan pengisap darah dengan pipa keserakahan, ia pongah, ia tak pernah

puas.Semua lawan politik dibabatnya, yang mengkritik dihabisinya.Ia senang

menganiaya sesama manusia, membunuh, merampas dan menyakiti.Calon Arang

berkuasa, ia tukang teluh dan punya banyak ilmu ajaib untuk membunuh orang.Demikian

Pramoedya menggambarkan tokoh jahat ini.

Tapi kejahatan ini juga pada akhirnya bisa tumpas di tangan jejari kebaikan dalam

operasi terpadu yang dipimpin oleh Empu Barada.Empu ini digambarkan bisa

mengembalikan kehidupan masyarakat yang gonjang ganjing ke jalan yang benar

sehingga hidup bisa lebih baik dan lebih tenang, tidak membuat segala macam kejahatan

lagi.

Calon Arang merupakan perempuan yang buas yaitu memaksa muridnya berkeramas

dengan darah manusia karena itu rambut murid-muridnya gimbal-gimbal.Kalau mereka

berpesta seperti binatang buas, sehingga orang-orang takut melihatnya.Jika ketauan

mengintip orang itu akan diseret ke tengah peata dan dibunuh, darahnya dipergunakan

untuk berkeramas.Letak nilai magis dalam novel Calon Arang yaitu Calon Arang dan

muridnya memuja Dewi Durga sambil memuja murid-muridnya dan menari.Seperti

kawanan orang gila nampaknya.Dalam menari-nari itu mereka melangkah berputar-

putar.Tak karuan tariannya.Yang satu tidak sama dengan yang lain.Seorang menjelir-

jelirkan lidah seperti ular.Yang lain mendelik-delik menakutkan.Yang lain lagi maring-

miring dan kakinya dipendekkan.” (Pramoedya, 2003:13)

Pada saat prajurit-prajurit datang ke rumah Calon Arang dan mendekati Calon Arang

pada saat ia tidur nyenyak.Tukang sihir itu bangunlah dari tidurnya.Melihat ketiga

prajurit itu meluaplah amarahnya matanya merah, sebentar kemudian menyemburkan api

dari matanya itu, juga hidung kuping dan mulutnya merah padam mengeluarkan api yang

menjilat-jilat.Terbakarlah ketiga prajurit itu.Terbakar sampai hangus dan mati disitu

juga.

3.2 Nilai Magis yang Terdapat dalam Dramatari atau Sendratari Calon Arang

Sendratari Calon Arang adalah salah satu kesenian Bali yang termasuk dalam katagori

kesenian untuk kepentingan ritual yang sakral (wali) tentu saja tidak setiap saat

dipentaskan, biasanya pada saat-saat tertentu saja sebagai sarana untuk “melukat”

(membersihkan desa).Desa adat Kuta, setiap tahunnya selalu mengadakan pertunjukan

ini menjelang odalan pura dalem desa tersebut .Untuk wilayah Desa Adat Kuta, kegiatan

ini dimulai dari setra adat (kuburan umum) yang letaknya dekat hotel Paradiso dan

puncaknya diselenggarakan di depan atau pertigaan pasar Kuta.

Page 10: Calon Arang

Drama ritual magis yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu

hitam maupun ilmu putih, dikenal dengan Pangiwa atau Pangleakan dan Panengen.

Lakon- lakon yang ditampilkan pada umumnya berakar dari cerita Calon Arang, sebuah

cerita semi sejarah dari zaman pemerintahan raja Airlangga di Kahuripan (Jawa Timur)

pada abad ke IX. Karena pada beberapa bagian dari pertujukannya menampilkan adegan

adu kekuatan dan kekebalan (memperagakan adegan kematian bangke-bangkean,

menusuk rangda dengan senjata tajam secara bebas) maka Calon Arang sering dianggap

sebagai pertukan adu kesaktian (batin). Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan

dari tiga unsur penting, yakni Babarongan diwakili oleh Barong Ket, Rangda dan

Celuluk, Unsur Pagambuhan diwakili oleh Condong, Putri, Patih Manis (Panji) dan Patih

K eras (Pandung) dan Palegongan diwakili oleh Sisiya-sisiya (murid-murid). Tokoh

penting lainnya dari dramatari ini adalah Matah Gede dan Bondres. Pertunjukan Calon

Arang bisa diiringi dengan Gamelan Semar, Pagulingan, Bebarongan, maupun Gong

Kebyar. Dari segi tempat pementasan, pertunjukan Calon Arang biasanya dilakukan

dekat kuburan (Pura Dalem) dan arena pementasannya selalu dilengkapi dengan sebuah

balai tinggi (tranjangan atau tingga) dan pohon pepaya.

Pagelaran Calon Arang berlangsung hangat dan dipenuhi penonton. Di menit-menit

terakhir memasuki tengah malam, peristiwa magis secara perlahan muncul.Saat Calon

Arang yang sesungguhnya ditampilkan, kekuatan magis dan mistik menyeliputi area

stage Jagatnatha, penonton pun dibuat tegang, suara-suara menantang dan mengundang

leak menambah suasana semakin menakutkan. Hingga saat Calon Arang ngereh dan

terjadi peristiwa menusuk diri dan saling menusuk antar teman,  seorang penonton yang

berada ditengah keramaian tiba-tiba kerauhan. Hal tersebut membuat suasana semakin

mengerikan. Akibatnya penonton yang kerauhan tersebut dikerubungi penonton lainnya

dan akhirnya sadar dengan sendirinya. Diduga orang yang kerauhan tersebut saat

menonton membawa benda magis atau mempelajari ilmu tertentu, tapi karna mungkin

ilmunya lebih rendah, orang tersbut tidak kuat menahan hawa panas yang datang dari

pemain Calon Arang, hingga dia menjadi kerauhan.

3.3 Nilai Magis dalam Film Calon Arang

Dalam bentuk film cerita Calon Arang mengalami transformasi bentuk yang pada

awalnya berbentuk teks tertulis mengalami ekranisasi atau peleyarputihan naskah.

Seperti halnya drama, naskah Calon Arang ini mengalami perubahan bentuk menjadi

dialog. Naskah tertulis ini mengalami perubahan bentuk menjadi adegan-adegan yang

divisualisasikan. Apabila dalam drama naskah divisualisasikan dalam pentas langsung,

Page 11: Calon Arang

maka dalam bentuk film ini naskah divisualisasikan melalui media perekam yaitu kamera

film yang pada setiap waktu yang diinginkan film ini dapat diputar. Mengenai isi

naskahnya sendiri, dalam bentuk film ini, cerita Calon Arang tak mengalami perbedaan

jauh dengan cerita yang berkembang di masyarakat yaitu pada akhir cerita Calon Arang

meninggal dan manggali tetap diperistri Empu Barada.

Calon Arang adalah tokoh dalam cerita rakyat Jawa da Bali dari abad ke-12. Tidak

diketahui siapa yang mengarang cerita ini.Salinan teks latin yang sangat penting berada

di Belanda,yaitu di Bijdragen Institut.(wikipedia.com).Dalam makalah ini Calon arang

ditransformasi ke dalam beberapa bentuk diantaranya novel,sendratari,drama dan film.

Transformasi teks Calon arang ini dari segi lisan maupun tulisan.

Dongeng Calon arang diatas transformasi dalam berbagai bentuk,diantaranya

transformasi dalam bentuk novel,drama,sendratari,dan film. Secara garis besar ,dongeng

Calon arang yang di transformasi dalam bentuk novel,drama,sendratari, dan film

menceritakan tentang seorang wanita jahat  bernama Calon arang yang murka terhadap

rakyat Bali karena mereka selalu mencemooh putri kesayangannya,manggali.

Kemurkaannya sempat teredam ketika datang seorang pria bernama Mpu Baradah yang

datang melamar putrinya,sebenarnya Mpu Baradah diutus menikahi Manggali untuk

mencari kelemahan calon arang dan menghentikan sifat jahat Calon arang. Jadi,dapat

disimpulkan bahwa dongeng Calon arang mengalami proses penciptaan kembali dengan

cara ekspansi atau pengembangan perluasan baik isi maupun fungsi.

            Berikut ini adalah ekranisasi atau usaha sebagai bagian dari transformasi bentuk

dari cerita aslinya.

Judul                          : Ratu Sakti Calon Arang

Sutradara                   : Sisworo Gautama

Produser                    : Ram Soraya

Pemeran Utama        : Barry Prima, Suzanna

Pemeran Pembantu  : Amoroso Katamsi, Diana Suarkom, Didin Syamsuddin, Dorman

Borisman, HIM Damsjik, Johny Matakena, Linda Husein, Ratna Debby Ardi, Tina

Winarno

Keterangan Publikasi

Jakarta                              : Soraya Intercine Film, 1985

Deskripsi Fisik                 : Film Berwarna, 75 menit

Media                               : Film layar lebar

Subjek                               : Film laga legenda

Page 12: Calon Arang

Bahasa                                : Indonesia

Penulis Skenario                       : I Gusti Jagat Karana

Penata Artistik                       : M. Affandi SM

Penata Suara                           : Endang Darsono

Penata Musik                          : Frans Haryadi

Penata Foto                             : Thomas Susanto

Penyunting                                : Muryadi

3.4 Nilai magis dalam novel calon arang karya pramoedya ananta toer ,sendratari calon

arang dan film calon arang

Tabel Korpus

3.1 Nilai Magis yang Terdapat dalam Novel Calon Arang

Korpus Data

Nilai Magis yang Terdapat dalam Novel Calon Arang

KD1

Calon Arang dan muridnya memuja Dewi Durga sambil memuja murid-muridnya dan

menari.Seperti kawanan orang gila nampaknya.Dalam menari-nari itu mereka melangkah

berputar-putar.Tak karuan tariannya.Yang satu tidak sama dengan yang lain.Seorang

menjelir-jelirkan lidah seperti ular.Yang lain mendelik-delik menakutkan.Yang lain lagi

maring-miring dan kakinya dipendekkan.” (Pramoedya, 2003:13)

Tabel Korpus

            3.2 Nilai Magis yang Terdapat dalam Dramatari atau Sendratari Calon

Arang           

Korpus Data

Nilai Magis yang Terdapat dalam Dramatari atau Sendratari Calon Arang

KD1

Hingga saat Calon Arang ngereh dan terjadi peristiwa menusuk diri dan saling menusuk

antar teman,  seorang penonton yang berada ditengah keramaian tiba-tiba kerauhan. Hal

tersebut membuat suasana semakin mengerikan. Akibatnya penonton yang kerauhan

tersebut dikerubungi penonton lainnya dan akhirnya sadar dengan sendirinya. Diduga

Page 13: Calon Arang

orang yang kerauhan tersebut saat menonton membawa benda magis atau mempelajari

ilmu tertentu, tapi karna mungkin ilmunya lebih rendah, orang tersbut tidak kuat

menahan hawa panas yang datang dari pemain Calon Arang, hingga dia menjadi

kerauhan.

Tabel Korpus

3.3 Nilai Magis dalam Film Calon Arang

Korpus Data

Nilai Magis dalam Film Calon Arang

KD1

bentuk film ini, cerita Calon Arang tak mengalami perbedaan jauh dengan cerita yang

berkembang di masyarakat yaitu pada akhir cerita Calon Arang meninggal dan manggali

tetap diperistri Empu Barada.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut ini. Bahwa nilai magis yang benar-benar nyata dapat dilihat terdapat

Page 14: Calon Arang

dalam pertunjukan seni sendratari atau dramatari Calon Arang. Dramatari ritual magis

yang melakonkan kisah-kisah yang berkaitan dengan ilmu sihir, ilmu hitam maupun ilmu

putih, dikenal dengan Pangiwa atau Pangleakan dan Panengan. Lakon-lakon yang

ditampilkan pada umumnya berangkar dari cerita Calon Arang, sebuah cerita semi

sejarah dari zaman pemerintahan Raja Airlangga di Kahuripan (Jawa Timur) pada abad

ke IX karena pada beberapa bagian dari pertunjukannya menampilkan adu kekuatan dan

kekebalan (mempragakan adegan kematian bangke-bangkean,menusuk rangda dengan

senjata tajam secara bebas)maka Calon Arang sering di anggap sebagai pertunjukan adu

kesaktian(batin).Dramatari ini pada intinya merupakan perpaduan dari tiga unsur

penting,yakni Babarongan di wakili oleh barong ket,rangda,dan celuluk,unsur

pagambuhan diwakili oleh Condong,putri,patih manis(Panji)danpaih keras(pandung)dan

palegongan diwakili oleh sisya-sisya(murid Calon Arang). Belakangan ini drama tari

Calon arang,termasuk kesenian lainnya yang sejenis. Seperti wayang Calon arang,Arja

Calon arang,cenderung menjadi garang dan menantang dengan ditonjolkannya adegan-

adegan yang memperlihatkan pameran kekebalan dan kekuatan batin. Biasanya

sendratari calon arang dipentaskan pada saat tertentu saja. Sebagai sarana   melukat

(membersihkan desa). Kegiatan ini dimulai dari setra adat(kuburan umum) dan

puncaknya diselenggarakan didepan atau pertigaan pasar Kuta.

Dalam makalah ini Calon arang dapat ditransformasikan kedalam beberapa bentuk

diantaranya,novel,drama,sendratari,dan film. Transformasi teks calon arang ini dari segi

lisan maupun tulisan.

4.2 Saran

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil penelitian ini banyak kekurangan dan masih

jauh dikatakan sempurna sebagai sebuah penelitian sastra yang baik. Maka dari itu

peneliti memberikan beberapa saran kepada para peneliti lanjut yang menggunakan

novel Calon Arang sebagai obyek penelitian. Adapun saran-saran penelitian adalah

sebagai berikut:

1)      Lebih memperbanyak buku-buku sastra sebagai referensi sehingga kajian yang

ditampilkan akan lebih luas dan mendalam.

2)      Hasil analisis nilai magis dalam novel Calon Arang, pertunjukkannya dapat

dijadikan aspek dalam berbagai telaah sastra terutama kegiatan apresiasi sastra.

Page 15: Calon Arang

3)      Hasil penelitian ini merupakan hasil deskripsi novel Calon Arang pertunjukkannya

serta filmnya ditinjau dari nilai magis yang terdapat di dalamnya dapat dimanfaatkan

sebagai bahan pembanding apresiasi sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Aminudin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru

Abdullah, Taufik (Ed), 1990. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Hardjana, Andre. 1981. Kritik Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta : Gramedia.

http;//id.wikipedia.org/wiki/Calon_Arang

http://www.indonesiaindonesia.com/f/15123-calon-arang/

Katalog film Indonesia 1926-1995/JB Kristianto. Jakarta: Grafisari Mukti, 1995

Perpustakaan Nasional RISinematek Indonesia Pusat Dokumentasi Seni: Bidang Film

Ananta Toer, Pramoedya. 2003.Calon Arang. Jakarta.

Jassin, HB 1968. Angkatan 66: Prosa dan Puisi. Jakarta: Gunung Agung