ARTIKEL ILMIAH
PERBANDINGAN EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA ANTARAEKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA) DAN SIMVASTATIN
TERHADAP KADAR LDL SERUM TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)MODEL HIPERLIPIDEMIA
OlehGalih Rakasiwi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
PERBANDINGAN EFEK ANTIHIPERLIPIDEMIA ANTARA EKSTRAK DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA) DAN SIMVASTATIN
TERHADAP KADAR LDL SERUM TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS) MODEL HIPERLIPIDEMIA
Galih Rakasiwi1, Suharno2, Zaenuri Syamsu Hidayat2
1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman2Dosen Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingginya kadar LDL serum memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah. Simvastatin adalah obat yang paling sering diresepkan untuk penderita hiperlipidemia. Terapi alternatif dibutuhkan untuk menghindari efek samping obat medis. Daun salam (Eugenia polyantha) dipercaya memiliki kemampuan menurunkan lipid darah namun sampai saat ini penggunaannya masih sebatas penyedap masakan. Kandungan zat aktif pada daun salam dapat menurunkan kadar LDL serum pada penelitian sebelumnya. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan efek antihiperlipidemia antara pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) dan simvastatin terhadap kadar LDL serum tikus putih (Rattus norvegicus) model hiperlipidemia. Metode: Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur wistar 2-3 bulan dengan berat badan 175-200 gram. Tikus dibagi 4 kelompok, 8 ekor per kelompok yaitu: kelompok pertama sebagai kontrol negatif tanpa induksi hiperlipidemia, kelompok kedua sebagai kontrol positif yang diinduksi pakan tinggi lemak 10%, kelompok ketiga diinduksi kemudian diberi perlakuan sonde simvastatin 0,18mg/200grBB/hari dan kelompok keempat diinduksi diberikan perlakuan sonde ekstrak daun salam segar dosis 0,72gr/200grBB/hari. Penelitian berlangsung selama 30 hari. LDL serum diperiksa 3 kali, sebelum induksi (LDL 1), setelah induksi (LDL 2), dan setelah perlakuan (LDL 3). Perubahan kadar LDL dianalisis menggunakan uji analysis of variance (ANOVA) dengan Post Hoc Tukey HSD. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rerata penurunan LDL serum antara kelompok simvastatin dan kelompok daun salam (p=0,361). Kesimpulan: Ekstrak daun salam dosis 0,72 gr/200grBB/hari mempunyai efek antihiperlipidemia yang tidak berbeda dengan simvastatin dosis 0,18 gr/200grBB/hari dalam menurunkan kadar LDL serum tikus putih model hiperlipidemia.
Kata kunci: hiperlipidemia, simvastatin, daun salam, LDL
COMPARISON OF ANTIHYPERLIPIDEMIC EFFECT BETWEEN DAUN SALAM (EUGENIA POLYANTHA) EXTRACT AND SIMVASTATIN
ON SERUM LDL LEVELS IN WHITE RATS (RATTUS NORVEGICUS) HYPERLIPIDEMIC MODEL
ABSTRACT
Background: High levels of serum LDL in hyperlipidemic patients may increase the risk of heart and blood vessels disease. Simvastatin was the drug most often prescribed for hyperlipidemic patients. Alternative therapies are needed to avoid the side effects of medical drugs. Daun salam (Eugenia polyantha) are believed to have ability to reduce blood lipids but to date its use was still limited to flavoring dishes. This leaves contains substances which are proved in lowering LDL levels effectively in previous studies. Objective: The aim of this study was to determine the difference of antihyperlipidemic effect between daun salam extract and simvastatin to serum LDL levels in hyperlipidemic rats (rattus norvegicus). Method: This study used 32 rats which was 2-3 months aged, 175-200 grams weight, and divided into four groups, eight each. The first group was negative control group without hyperlipidemic-induction, the second is the positive control group of 10% high-fat feeding induced, the third group is a group that was induced then treated with simvastatin 0.18 mg/200gr of body weight/day, the fourth group was induced then treated with daun salam extract 0,72gr/200gr of body weight/day. The study lasted for 30 days. Serum LDL checked three times, before induction (LDL 1), after induction (LDL 2), and after treatment (LDL 3). Changes in LDL levels were analyzed using analysis of variance test (ANOVA) with Post Hoc Tukey HSD. Result: Result showed that there was no significant difference of LDL mean reduction between simvastatin and daun salam group (p=0,361). Conclusion: There is no difference of antihyperlipidemic effect between daun salam extract 0,72gr/200gr of body weight/day and simvastatin 0.18 mg/200gr of body weight/day in lowering LDL levels of hyperlipidemic rats.
Key word : hyperlipidemic, simvastatin, daun salam, LDL
PendahuluanHiperlipidemia adalah peningkatan
kadar kolesterol total, kolestrol LDL, dan
trigliserid. Rendahnya kadar HDL serta
tingginya kadar LDL serum dapat
memperbesar risiko terjadinya infark
miokard dan penyakit jantung koroner
(Bruckert, 2006).
Simvastatin adalah salah satu obat
antihiperlipidemia yang paling sering
diresepkan Konsumsi simvastatin dalam
jangka panjang dapat menimbulkan
kerusakan hati (Katzlung, 2002) dan
miopati (SEARCH, 2012). Untuk
mencegah efek samping obat medis
dilakukan penelitian mencari alternatif
terapi hiperlipidemia.
Salah satu tanaman yang dipercaya
dapat digunakan dalam pengobatan
hiperlipidemia adalah daun salam
(Eugenia polyantha) (Dwiyanto, 2009).
Pidrayanti (2008) melaporkan, pemberian
ekstrak daun salam segar dosis bertingkat
dari 0,18gr, 0,36gr, dan
0,72gr/200grBB/hari selama 15 hari pada
tikus putih jantan galur Wistar
hiperlipidemia, terbukti mampu
menurunkan kadar LDL serum secara
bermakna (p<0,05). Ekstrak daun salam
dengan dosis 0,72 gr/200grBB/hari dapat
menghasilkan resata penurunan kadar LDL
paling signifikan. Dalam penelitian ini,
peneliti ingin mengetahui perbedaan efek
antihiperlipidemia antara pemberian
ekstrak daun salam (Eugenia polyantha)
dan simvastatin terhadap kadar LDL serum
tikus putih (Rattus norvegicus) model
hiperlipidemia.
Metode Penelitian
Penelitian ini adalah eksperimental
pre and post-test with control group
design menggunakan 32 ekor hewan coba
tikus putih jantan (Rattus novergicus)
galur Wistar berusia 2-3 bulan dan
memiliki berat badan 175-200 gr. Hewan
coba diaklimatisasi di Laboratorium Gizi,
Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas
Gadjah Mada selama 7 hari dengan pakan,
kandang pencahayaan, kelembaban, suhu
udara yang sama.
Bahan yang diperlukan adalah
Pakan tinggi lemak 10% yang dibuat dari
lemak babi. Ekstrak etanol 70% daun
salam (Eugenia polyantha) dengan dosis
0,72 gram/200grBB/hari. Ekstrak dibuat
dengan metode maserasi di Pusat Studi
Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Simvastatin tablet dengan
dosis 0,18mg/200grBB/hari, serta pakan
standar tikus AD II.
Hewan coba dibagi kedalam 4
kelompok secara acak (Rancangan Acak
Lengkap) dengan 8 ekor per kelompok
sesuai rumus Federel (Kemas, 2003).
1. Kelompok I, kontrol negatif. Tikus
putih sehat tanpa perlakuan pemberian
pakan tinggi lemak 10%, tanpa
pemberian simvastatin dan ekstrak
daun salam.
2. Kelompok II, kontrol positif. Tikus
putih yang diberi induksi
hiperlipidemia berupa pakan tinggi
lemak 10% selama 14 hari, kemudian
dilanjutkan pakan standar tanpa
pemberian simvastatin dan ekstrak
daun salam.
3. Kelompok III, kelompok tikus putih
yang diberi induksi hiperlipidemia
berupa pakan tinggi lemak 10%
selama 14 hari, kemudian diberikan
pakan standar dan simvastatin secara
peroral dosis 0,18 mg/200grBB/hari
selama 15 hari berturut-turut
(menggunakan sonde lambung).
4. Kelompok IV, kelompok tikus putih
yang diberi induksi hiperlipidemia
berupa pakan tinggi lemak 10%
selama 14 hari, kemudian diberikan
pakan standar dan ektrak daun salam
(Eugenia polyantha) peroral dosis
0,72 gram/200grBB/hari selama 15
hari berturut-turut (menggunakan
sonde lambung).
Pemeriksaan kadar LDL dilakukan
sebanyak 3 kali menggunakan metode
precipitation reagent for in vitro
determination of LDL Cholesterol with the
CHOD-PAP method by photometric
system; LDL 1 (LDL hari ke-0), LDL 2
(LDL hari ke-15/setelah induksi
hiperlipidemia), LDL 3 (LDL hari
ke-30/setelah pemberian simvastatin atau
daun salam). Pengambilan darah dilakukan
pada vena orbita dan tikus sebelumnya
dipuasakan selama 8-12 jam.
Selisih antara kadar LDL2 dan
LDL3 dianalisis untuk melihat efek
antihiperlipidemia yang ditimbulakan.
Analisis data yang digunakan adalah uji
normalitas Saphiro-Wilk dan uji ANOVA
(Analysis of Variance) dengan post hoc
Tukey HSD.
Hasil
Tabel 1.1 Hasil analisis univariat kadar
LDL
Dari hasil pengukuran LDL 2
menunjukkan bahwa kelompok tikus putih
yang diberikan pakan tinggi lemak babi
10% (kelompok II, III, IV) terbukti
mampu mencapai kondisi hiperlipidemia
dengan pencapaian kadar LDL > 27,2
mg/dl dalam waktu 14 hari
(Herwiyarirasanta, 2010). Uji normalitas
Kelompok
LDL 1(mg/dl)
LDL 2(mg/dl)
LDL 3(mg/dl)
Selisih LDL
(mg/dl)Mean ±
SDMean ±
SDMean ±
SDMean ± SD
Kontrol negatif (I)
21.17 ± 2.24
23.79 ± 1.49
24.73 ± 1.34
-0.94 ± 0.82
Kontrol positif (II)
17.24 ± 2.05
72.11 ± 4.89
77.03 ± 3.98
-5.38 ± 1.42
Simvastatin 0,18 mg (III)
18.97 ± 3.28
68.37 ± 3.10
34.32 ± 2.87
34.98 ± 5.01
Daun salam 0,72 gr (IV)
21.12 ± 2.36
71.10 ± 3.97
39.10 ± 2.19
32.00 ± 4.85
saphiro-wilk terhadap selisih kadar LDL
menghasilkan p>0,05 sehingga analisis
dilanjutkan menggunakan uji ANOVA.
Hasil uji ANOVA menunjukkan
nilai p = 0,000 pada interval kepercayaan
sebesar 95% yang berarti perbedaan jenis
perlakuan menyebabkan perbedaan
bermakna rerata selisih kadar LDL antar
kelompok. Analisis kemudian dilanjutkan
dengan Post Hoc Test Tukey HSD untuk
mengetahui lebih rinci pasangan kelompok
sampel yang saling berbeda secara
signifikan dan pasangan kelompok sampel
yang tidak berbeda secara signifikan.
Tabel 1.2 Hasil Post Hoc Test Tukey HSD
selisih LDL
Uji Antar Kelompok p
Kontrol negatif – Kontrol positif 0,085
Kontrol negatif – Simvastatin 0,18 mg
0,000
Kontrol negatif – Daun salam 0,72 gr
0,000
Kontrol positif – Simvastatin 0,18 mg
0,000
Kontrol positif – Daun salam 0,72 gr
0,000
Simvastatin 0,18 mg – Daun salam 0,72 gr
0,361
Hasil Post Hoc Test Tukey HSD
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
rerata selisih kadar LDL yang bermakna
antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan (p = 0,000). Uji tersebut juga
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna rerata selisih kadar
LDL antar kelompok kontrol (p = 0,085)
dan tidak terdapat perbedaan bermakna
rerata selisih kadar LDL antar kelompok
perlakuan (p=0,361).
Tabel 1.3 Hasil Post Hoc Test Tukey HSD
Homogeneous Subsets
Dari tabel Post Hoc Test Tukey
HSD Homogeneous Subsets menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna
rerata selisih kadar LDL antara kelompok
kontrol positif dan kontrol negatif,
meskipun kedua kelompok tersebut
memiliki rerata kenaikan kadar LDL yang
berbeda (5,38/7,4% dan 0,94/4,1%).
Selain itu, antara kelompok simvastatin
0,18 mg dan kelompok daun salam 0,72 gr
juga tidak terdapat perbedaan bermakna
rerata selisih kadar LDL, meskipun kedua
kelompok tersebut memiliki rerata
penurunan kadar LDL yang berbeda
(34,98/50,1% dan 32,00/45%).
Pembahasan
Pemberian simvastatin 0,18
mg/200grBB dan daun salam
0,72gr/200grBB pada tikus putih
hiperlipidemia mampu menurunkan kadar
LDL dengan jumlah yang berbeda.
Perlakuan NSubset for alpha =
0.05
1 2
Kontrol positif 8 -5.3875
Kontrol negatif 8 -.9425
Daun salam 0,72 gr 8 32.0013
Simvastatin 0,18 mg 8 34.9863
Sig. .085 .361
Simvastatin 0,18 mg/200grBB
menciptakan rerata penurunan kadar LDL
sebesar 50,1%, sedangkan daun salam
0,72gr/200grBB menurunkan rerata LDL
sebesar 45%. Penurunan LDL oleh
ekstrak daun salam pada penelitian ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Pidrayanti (2008) bahwa
ekstrak daun salam segar mampu
menurunkan kadar LDL tikus putih yang
diinduksi pakan pakan tinggi lemak 10%.
Dari penelitian yang dilakukan Pidrayanti
(2008) tersebut, didapatkan besar rerata
penurunan LDL tikus putih hiperlipidemia
setelah pemberian ekstrak daun salam
adalah 49%. Meskipun simvastatin dan
daun salam menimbulkan besar penurunan
rerata LDL yang berbeda, setelah
dilakukan uji Post Hoc Test Tukey HSD
ternyata penurunan kadar LDL yang
terjadi pada kelompok simvastatin dan
daun salam tidak memiliki perbedaan yang
bermakna (p = 0,361).
Perbedaan yang tidak bermakna
antara kelompok simvastatin dan daun
salam dalam menurunkan kadar LDL,
menunjukkan bahwa efek
antihiperlipidemia ekstrak daun salam
segar 0,72gr/200grBB/hari terbukti
mampu menciptakan perbedaan yang tidak
bermakna dengan efek antihiperlipidemia
yang ditimbulkan oleh simvastatin
0,18mg/200grBB/hari (p>0,05). Hasil
tersebut sesuai dengan hipotesis penelitian
yang diajukan.
Penurunan kadar LDL yang terjadi
pada kelompok yang diberikan perlakuan
Simvastatin 0,18 mg/200grBB sesuai
dengan peran simvastatin sebagai salah
satu lipid lowering drugs. Sebagai obat
antihiperlipidemia golongan HMG-CoA
reduktase inhibitor, simvastatin akan
menghambat kerja enzim HMG-CoA
reduktase dalam mengubah asetil-CoA
menjadi asam mevalonat. Proses
terbentuknya Asam mevalonat adalah awal
dari terbentuknya kolesterol yang akan
disekresikan hati ke sirkulasi melalui
VLDL. Proses penghambatan tersebut
akan menyebabkan jumlah VLDL yang
disekresikan hati akan berkurang. Karena
jumlah VLDL berkurang, maka jumlah
LDL yang terbentuk juga akan berkurang
(Tjay dan Rahardja, 2002). Selain itu,
simvastatin juga menyebabkan suatu
peningkatan reseptor LDL dengan afinitas
tinggi. Karena terjadi peningkatan jumlah
reseptor LDL di hati, maka efek tersebut
meningkatkan kecepatan katabolisme dan
ekstraksi LDL oleh hati, sehingga
mengurangi jumlah LDL plasma. Efek
penurunan kadar LDL akan terlihat sejak
14 hari pemberian simvastatin (Katzung,
2002).
Pola mekanisme yang mendasari
efek antihiperlipidemia yang ditimbulkan
oleh ekstrak daun salam segar diperankan
oleh kandungan berbagai zat yang terdapat
dalam ekstrak etanol daun salam segar.
Dalam esktrak etanol 70% daun salam
segar terkandung beberapa zat yang diduga
berperan dalam menimbulkan efek
antihiperlipidemia, kandungan zat tersebut
diantarnya adalah quercetin, tannin,
saponin, niasin dan vitamin C (Pidrayanti,
2008; Kusuma et al., 2011).
Kandungan quercetin pada daun
salam diduga sebagai salah satu faktor
yang berperan dalam menurunkan kadar
LDL tikus putih hiperlipidemia. Penelitian
Casaschi et al. (2002) menyebutkan bahwa
pemberian quercetin pada kultur sel
intestinal manusia dapat menghambat
sekresi Apo B48 dan Apo B100. Chen et
al. (2007) juga menyebutkan bahwa
quercetin mampu menghambat sekresi
Apo B100. Penghambatan sekresi Apo
B48 dan Apo B100 tersebut akan terjadi
baik pada kondisi normal maupun kondisi
hiperlipidemia (Casaschi et al., 2002).
Apo B48 adalah salah satu
apoprotein pembentuk kilomikron, Apo
B48 akan bergabung dengan trigliserid,
kolesterol, dan apoprotein lainnya untuk
membentuk kilomikron yang akan
membawa kolesterol dan trigliserid
menuju hepar (Murray, 2003). Penurunan
sekresi Apo B48 akan menyebabkan
penurunan pembentukan kilomikron
sehingga kolesterol dan trigliserid yang
dibawa menuju hepar akan berkurang. Hal
tersebut dapat menyebabkan penurunan
kadar kolesterol darah dan juga penurunan
LDL (Adam, 2007). Kemampuan
quercetin dalam menghambat sekresi Apo
B100 akan menyebabkan penurunan
pembentukan VLDL dan LDL karena Apo
B100 adalah apoprotein utama penyusun
VLDL dan LDL. Menurunnya jumlah
apoprotein utama penyusun LDL tersebut
akan menyebabkan pembentukan LDL
dapat direduksi (Pidrayanti, 2008).
Moon et al. (2012) dalam
penelitiannya, memperoleh fakta bahwa
quercetin mampu meningkatkan ekspresi
LDL receptor (LDLR) pada hepatosit
secara in vitro tanpa mempengaruhi
kelangsungan hidup dari sel hepar tersebut.
Kemampuan quercetin dalam
meningkatkan ekspresi LDLR pada
hepatosit dapat meningktakan jumlah LDL
yang diekstraksi oleh hati, sehingga jumlah
LDL dalam sirkulasi akan berkurang
(Moon et al., 2012).
Uji aktivitas biologi dan analisis
fitokima yang dilakukan oleh Kusuma et
al. (2011) menyebutkan bahwa tannin
merupakan salah satu zat kimia yang
terkandung dalam ekstrak daun salam.
Tannin di dalam tubuh bekerja dengan cara
bereaksi dengan protein mukosa dan sel
epitel usus kemudian melapisi dinding
usus dengan pemadatan lapisan lendir,
sehingga penyerapan lemak dihambat
(Afaq et al., 2004). Ravichandiran et al.
(2012) menguji efek antihperlipidemia
tannin dengan cara memberikan diet tannin
berbagai dosis pada tikus putih yang
diinduksi pakan tinggi lemak. Hasilnya,
kelompok tikus yang diberikan diet tannin
memiliki kadar LDL yang lebih rendah
dibanding kelompok yang tidak mendapat
diet tannin (Ravichandiran et al., 2012).
Ravichandiran et al. (2012) menduga
bahwa efek antihiperlipidemia tersebut
dapat terjadi selain karena kerja tannin di
usus, juga karena tannin mungkin
mempengaruhi katabolisme asam lemak di
hepar.
Saponin adalah salah satu zat yang
terkandung dalam ekstrak daun salam.
Afrose et al. (2009) menguji efek saponin
yang didapat dari tanaman karaya terhadap
profil lipid tikus putih yang diinduksi
pakan tinggi lemak. Pemberian saponin
75mg/200grBB perhari selama 4 minggu
mampu menciptakan penurunan LDL
hingga 75% dibanding kadar LDL awal
tikus hiperlipidemia (Afrose et al., 2009).
Wang et al. (2012) menyebutkan bahwa
pemberian trillin, yang merupakan salah
satu jenis saponin, selama 14 hari, mampu
meningkatkan rasio HDL/LDL pada tikus
putih hiperlipidemia. Efek hipolipidemik
yang ditimbulkan oleh saponin diduga
berkaitan dengan kemampuan saponin
dalam berikatan dengan kolesterol dan
asam empedu di lumen usus sehingga
kolesterol dan asam empedu sulit diserap.
Aktifitas tersebut dapat meningkatkan
ekskresi kolesterol dan asam empedu
melalui feses (Afrose et al., 2009).
Niasin yang terkandung dalam
daun salam diduga dapat mrnurunkan
produksi VLDL dan LDL. Niasin akan
menghambat enzim hormone sensitive
lipase di jaringan adiposa, dengan
demikian akan mengurangi jumlah asam
lemak bebas. Telah diketahui bahwa
sebagian asam lemak bebas yang ada
didalam darah akan ditangkap oleh hati
dan akan digunakan untuk membentuk
VLDL, karena jumlah asam lemak bebas
yang ditangkap oleh hati menurun maka
sintesis VLDL akan menurun dan
kemudian akan menyebabkan penurunan
kadar LDL serum (Paolini et al., 2008;
Tjay dan Rahardja, 2002).
Vitamin C yang terkandung dalam
daun salam diduga merupakan salah satu
faktor yang juga menyebabkan penurunan
kadar LDL tikus putih hiperlipidemia.
Vitamin C mengambil peran pada
biosintesis asam empedu yang merupakan
konversi dari kolesterol yang ada di hati.
Proses tersebut dilakukan dengan cara
membantu enzim 7α-Hidroksilase yang
mengkatalis reaksi kolesterol menjadi 7α-
Hidroksikolesterol (Murray, 2003).
Dengan meningkatnya konversi kolesterol
menjadi asam empedu, maka akan terjadi
peningkatan eksresi asam empedu ke
dalam usus dan penurunan sekresi
kolesterol kedalam sirkulasi melalui
VLDL. Menurunnya kadar VLDL akan
menyebabkan penurunan kadar LDL
(Murray, 2003; Riansari, 2008).
Penelitian meta-analisis yang
dilakukan McRae (2008) memperoleh
hasil bahwa pemberian vitamin C
500mg/hari dalam waktu minimal 4
minggu, mampu menurunkan kadar LDL
serum dan trigliserid secara signifikan.
Mekanisme yang diduga mendasari
penurunan LDL tersebut adalah karena
kemampuan vitamin C dalam menurunkan
plasma lipid perokside level sehingga
menghambat modifikasi oksidatif LDL.
Proses penghambatan tersebut akan
melindungi LDL dari proses oksidasi
sehingga LDL tetap dapat dikenali oleh
reseptor LDL yang terdapat pada hepar.
Oleh karena itu, proses pengurangan
jumlah LDL dalam sirkulasi akan tetap
berjalan dengan baik (McRae, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian ini,
baik simvastatin maupun daun salam
sama-sama mampu menurunkan kadar
LDL serum tikus putih hiperlipidemia.
Meskipun besar rerata penurunan LDL
kelompok simvastatin dan kelompok daun
salam berbeda, namun perbedaan tersebut
tidak bermakna, sehingga daun salam
dapat dipertimbangkan sebagai alternatif
pengobatan maupun sebagai terapi
tambahan dalam penatalaksanaan
hiperlipidemia.
Keterbatasan penelitian ini terdapat
pada dua hal. Hal pertama adalah
penelitian ini dilakukan menggunakan
bahan yang dibuat dengan ekstraksi
maserasi etanol 70%. Ekstraksi yang
dilakukan dengan menggunakan pelarut
universal seperti etanol, mampu
melarutkan sebagian besar zat aktif yang
terdapat dalam bahan ekstraksi namun
tidak mampu mereduksi jumlah zat aktif
yang ingin diteliti agar lebih spesifik.
Selain itu, kadar masing-masing zat aktif
yang terkandung dalam ekstrak daun salam
tidak dapat ditentukan dengan pasti (Fauzi,
2011). Hal tersebut menyulitkan jika kita
ingin memastikan zat aktif dalam daun
salam yang paling berpengaruh terhadap
penurunan kadar LDL.
Hal kedua yang menjadi
keterbatasan adalah penelitian ini hanya
mengukur kadar LDL serum tikus putih
hiperlipidemia. Kadar LDL serum yang
tinggi memang merupakan salah satu
faktor penting dalam menciptakan
kemungkinan terjadinya penyakit jantung
dan pembuluh darah. Selain itu, rasio
LDL/HDL dapat menentukan Cardio Risk
Indeks (CRI) untuk menilai besar risiko
seseorang terkena penyakit jantung
koroner. Namun, terbentuknya LDL yang
teroksidasi (oxidized LDL) merupakan
faktor yang sangat berperan dalam
pembentukan plak atherosklerosis yang
dapat berkembang menjadi penyakit
jantung dan pembuluh darah. Pengukuran
oxidized LDL dan plak atherosklerosis
dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya
untuk memperbaiki penelitian ini.
Kesimpulan
Ekstrak daun salam dosis 0,72
gr/200grBB/hari mempunyai efek
antihiperlipidemia yang tidak berbeda
dengan simvastatin 0,18 mg/200grBB/hari
dalam menurunkan kadar LDL serum tikus
putih model hiperlipidemia.
Daftar Pustaka
Adam, J.M.F. 2007. Dislipidemia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. FKUI, Jakarta. 1926-1931 hal.
Afaq, F., M. Saleem, C.G. Krueger, J.D. Reed, H. Mukhtar. 2004. Anthocyanin-and Hydrolyzable Tannin-Rich Pomegranate Fruit Extract Modulates MAPK and NF-B Pathways and Inhibits Skin Tumorigenesis in CD-1 Mice. International Journal Cancer. 113: 423-433.
Afrose, S. Md.S. Hossain, T. Maki, H. Tsuji. 2009. Karaya Root Saponin Exerts a Hupocholesterolemic Respons in Rats Fed a High-Cholesterol Diet. Nutrition Research Journal. 29: 350-354.
Bruckert, E. 2006. Epidemiology of Low HDL-Cholesterol : Results of Studies and Surveys. European Health Journal Supplements. 8 : 17-22
Casaschi, A., Q. Wang, K. Dang, A. Richards, A. Theriault. 2002. Intestinal Apolipoprotein B Secretion is Inhibited by the Flavonoid Quercetin: Potential Role of Microsomal Triglyceride Transfer Protein and Diacylglycerol Acyltransferase.
AOCS Press Lipids. 37(7): 647-652.
Chen, C.Y., P.E. Milbury, S.K. Chung, J. Blumberg. 2007. Effect of Almond Skin Polyphenolics and Quercetin on Human LDL and Apolipoprotein B-100 Oxidation and Conformation. Journal of Nutritional Biochemistry. 18: 785-794.
Dwiyanto. 2009. Ramuan Tradisional. Mitra Sejati, Yogyakarta. 78-81 hal.
Fauzi, F. 2011. Uji Efek Proteksi Fraksi Etil Asetat Ekstrak Metanol Rimpang Temu Giring (Curcuma heyneana Val.) Terhadap Peningkatan Kadar Kolesterol Darah Tikus Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Kolesterol Tinggi. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Herwiyarirasanta, I. 2010. Efek Pemberian Sari Kedelai Hitam Terhadap Kadar LDL (Low Density Lipoprotein) Tikus Putih (Rattus norvegicus) dengan Diet Tinggi Lemak. Artikel Ilmiah. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga, Surabaya.
Katzung, B.G. 2002. Obat yang Digunakan pada Hiperlipidemia. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi VII. Salemba Medika, Jakarta. 543-556 hal.
Kemas A.H. 2003. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi. Edisi 3. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kusuma, I.W., H. Kuspradini, E.T. Arung, F. Aryani, Y.H. Min, J.S. Kim, Y.U. Kim. 2011. Biological Activity and Phytochemical Analysis of Three Indonesian Medicinal Plants, Murraya koenigii, Syzygium polianthum and Zingiber purpurea. Journal Accupuncture Meridian Study. 4(1): 75-79.
McRae, M.P. 2008. Vitamin C Supplementation Lowers Serum Low-Density Lipoprotein Cholesterol and Triglycerides: a Meta-Analysis of 13 Randomized Controlled Trials. Journal of Chiropractic Medicine. 7: 48-58.
Moon, J. S.M. Lee, H.J. Do, J.H. Chung, M.J Shin. 2012. Quercetin Up-Regulated LDL Receptor Expressiion in HepG2 Cells. Phytotherapy Research John Wiley and Sons Ltd.
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell. 2003. Pengangkutan dan Penyimpanan Lipid. Biokimia Harper Edisi 25. EGC, Jakarta. 254-262 hal.
Paolini, J.F., Y.B. Mitchel, R. Reyes, U. Kher, E. Lai, D.J. Watson, J.M Norquist, A.G. Meehan, H.E. Bays, M. Davidson, C.M. Ballantyne. 2008. Efect of Laropiprant on Nicotinic Acid-Induced Flushing in Patients with Dyslipidemia. American Journal Cardiology. 101: 625-630.
Pidrayanti, L.T.M.U. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Kadar LDL Kolesterol Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ravichandiran, V. S. Nirmala, K.F.H.N. Ahamed. 2012. Protective Effect of Tannins from Ficus racemosa in Hypercholesterolemia and Diabetes Induced Vascular Tissue Damage in Rats. Asian Pasific Journal of Tropical Medicine. (2012): 367-373.
Riansari, A. 2008. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Kadar Kolesterol Total Serum Tikus Jantan Galur Wistar Hiperlipidemia. Artikel Penelitian.
Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro, Semarang.
SEARCH. 2010. Intensive Lowering of LDL Cholesterol with 80 mg Versus 20 mg Simvastatin Daily in 12064 Survivors of Myocardial Infarction: a Double-Blind Randomised Trial. The Lancet. 376: 1658-1669.
Tjay, T.H., K. Rahardja. 2002. Antilipemika. Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo, Jakarta. 541-547 hal.
Wang, T. R.C.Y. Choi, J. Li, C.W.C. Bi, W. Ran, X. Chen, T.X.T. Dong, K. Bi, K.W.K. Tsim. 2012. Trillin, a Steroidal Saponin Isolated from the Rhizomes of Dioscorea nipponica Exerts Protective Effect Againts Hyperlipidemia and Oxidative Stress. Journal of Ethnopharmacology. 139: 214-220.