SKRIPSI
PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU
DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN
SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN-PEG 8000
FEBRIANTI SETIAWARDANI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
SKRIPSI
PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU
DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN
SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN-PEG 8000
FEBRIANTI SETIAWARDANI
051111066
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SURABAYA
2015
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
Lembar Pengesahan
PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN
DISPERSI PADAT QUERCETIN – PEG 8000
SKRIPSI Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi
Pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga 2015
Oleh :
FEBRIANTI SETIAWARDANI NIM : 051111066
Disetujui Oleh :
Pembimbing Serta
Dr. Retno Sari, M.Sc., Apt. NIP. 196308101989032001
Pembimbing Utama
Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. NIP. 197111301997031003
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Sebagai mahasiswa Universitas Airlangga yang bertanda tangan
dibawah ini, saya:
Nama : Febrianti Setiawardani
NIM : 051111066
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul: “PENINGKATAN
KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI QUERCETIN DENGAN
PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI PADAT QUERCETIN –
PEG 8000” untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital
library Perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak
Cipta. Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah
saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, September 2015
Febrianti Setiawardani
051111066
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa sesungguhnya hasil
skripsi/tugas akhir ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Apabila di kemudian hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan
data fiktif atau merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia
menerima sanksi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar
yang saya peroleh.
Surabaya, September 2015
Febrianti Setiawardani
051111066
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur selalu kita panjatkan
kepada Allah S.W.T yang selalu memberikan rahmat dan ridho-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI
QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN SISTEM DISPERSI
PADAT QUERCETIN – PEG 8000”. Tak lupa sholawat serta
salam juga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
S.A.W sebagai suri teladan kita.
Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat
dalam penulis persembahkan kepada:
1. Bapak Dr. Dwi Setyawan, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen
pembimbing utama yang telah dengan sabar membimbing
dan memotivasi penulis dalam pengerjakan serta
memberikan pelajaran kehidupan yang bermanfaat.
2. Ibu Dr. Retno Sari, M.Sc.,Apt. selaku dosen pembimbing
serta yang telah sabar memberikan bimbingan dalam
pengerjaan naskah skripsi.
3. Bapak Drs. Bambang Widjaja, M.Si., Apt. dan Bapak
Helmi Yusuf, M.Sc., Ph.D. selaku dosen penguji atas
segala kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan naskah skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Mohammad Nasih, MT., SE., Ak. selaku
rektor Universitas Airlangga yang telah memberikan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
vii
kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.
5. Ibu Dr. Umi Athijah, MS., Apt. atas kesempatan dan
fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti
pendidikan program sarjana.
6. Ibu Dra. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D. selaku ketua
departemen farmasetika atas segala kesempatan dan
fasilitas yang telah diberikan di Laboratorium Teknologi
Farmasi.
7. Bapak Mahardian Rahmadi, S.Si., M.Sc., Ph.D. Apt.
selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi
selama program pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
8. Bapak Sugianto dan Ibu Endah Sulistiyowati selaku
orang tua penulis serta Agung Setiawan selaku saudara
penulis yang senantiasa memberikan dukungan, nasihat
dan motivasi.
9. Tim skripsi dispersi padat ceria (Dayanara, Zainul, dan
Fadhil) yang senantiasa membantu penulis dalam
pengerjaan skripsi. Serta kawan – kawan yang
mengerjakan skripsi di Departemen Farmasetika yang
selalu memberikan bantuan kepada penulis.
10. Sahabat – sahabat (Meira, Nadiyah, Nindya Tresiana,
Fatih, Ayu, Destia, Astrid, Kak Selvi dan Achmad
Fanani) dan teman seperjuangan angkatan 2011 terutama
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
viii
kelas C atas bantuan, motivasi dan semangat kepada
penulis dalam pengerjaan skripsi.
11. Seluruh tenaga non kependidikan Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga terutama tenaga non kependidikan
Laboratorium Teknologi Farmasi (Bapak Harmono,
Bapak Suprijono, Ibu Nawang, dan Ibu Ari) yang telah
membantu dengan penuh kesabaran.
12. Serta semua pihak yang telah membantu kelancaran
naskah skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Skripsi ini disusun oleh manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan ketidaksempurnaan, untuk itu segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
mencapai hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya
dalam bidang kefarmasian.
Surabaya, September 2015
Penyusun
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
ix
RINGKASAN
PENINGKATAN KELARUTAN DAN LAJU DISOLUSI
QUERCETIN DENGAN PEMBENTUKAN DISPERSI PADAT
QUERCETIN – PEG 8000
Febrianti Setiawardani
Quercetin digolongkan dalam Biopharmaceutics Classification System (BCS) II yang artinya memiliki permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah sehingga bioavailabilitas dalam tubuh rendah. Salah satu metode yang dapat memperbaiki kelarutan dan laju disolusi quercetin adalah pembuatan dispersi padat. Polimer yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah PEG 8000 karena tidak toksik dan tidak mengiritasi. Selain itu PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin.
Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dibuat dengan metode peleburan pada suhu 65° - 70°C dan di uji kelarutan dan uji disolusi. Uji kelarutan dilakukan dalam media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 dengan suhu 30±0,5 pada waktu jenuh quercetin yang sebelumnya telah ditentukan (menit ke 240). Sedangkan pada uji disolusi dilakukan dalam media 1% surfaktan SLS pada suhu 37±0,5°C. Uji kelarutan dan laju disolusi dilakukan pada quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dengan dengan replikasi 3 kali.
Hasil uji kelarutan menunjukan kelarutan quercetin meningkat dengan dispersi padat quercetin – PEG 8000. Peningkatan terbesar tejadi pada dispersi padat dengan perbandingan quercetin – PEG 1:3 yaitu 3,25 kali dari quercetin murni. Dari hasil uji disolusi, diketahui bahwa ED30 dan laju disolusi quercetin dalam sistem dispersi padat meningkat dibanding quercetin tunggal. Peningkatan terbesar terjadi pada jumlah polimer terbesar (1:3) yaitu sebesar 1,35 kali dari quercetin murni. Peningkatan kelarutan dan laju disolusi terjadi disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel, sehingga luas permukaan kontak obat dengan media disolusi lebih besar. Selain itu peningkatan disolusi juga dapat terjadi karena terdapat peningkatan kelarutan quercetin sesuai dengan persamaan Noyes-Whitney yaitu kelarutan zat berbanding lurus dengan laju disolusi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
x
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan jumlah PEG 8000 yang ditambahkan dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin. Selanjutnya perlu dilakukan pengembangan formulasi bentuk sediaan padat quercetin menggunakan sistem dispersi padat dengan berbagai polimer.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xi
ABSTRACT
SOLUBILITY AND DISSOLUTION RATE ENHANCEMENT OF
QUERCETIN BY SOLID DISPERSION QUERCETIN – PEG 8000
Febrianti Setiawardani
Quercetin is a bioflavonoid group that poorly soluble in water and classified in Biopharmaceutics Classification System (BCS) II. Solid dispersion can be used to increase the solubility of quercetin. PEG 8000 as hydrophyl polimer used in the formation of the solid dispersion of quercetin because non toxic and non irritant. Solid dispersion prepared by melt method with various ratio of PEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3 % b/b). Solubility and dissolution characteristic of the prepared solid dispersion were evaluated and compared with physical mixture and quercetin. The result of solubility and dissolution test showed that solubility and dissolution rate in solid dispersion system enhanced.
Key word : Quercetin, PEG 8000, Solid Dispersion, Solubility, Dissolution Rate.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................ vi
RINGKASAN............................................................................. ix
ABSTRACT............................................................................... xi
DAFTAR ISI.............................................................................. xii
DAFTAR TABEL...................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR.................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN...........................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian............................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................ 5
2.1 Quercetin............................................................................ 5
2.2 PEG 8000........................................................................... 6
2.3 Dispersi Padat.................................................................... 7
2.4 Kelarutan............................................................................ 11
2.5 Disolusi.............................................................................. 13
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL.................................... 15
3.1 Uraian Kerangka Konseptual............................................. 15
3.2 Alur Kerangka Konsep....................................................... 17
3.3 Hipotesis............................................................................. 18
BAB IV METODE PENELITIAN............................................ 19
4.1 Bahan Penelitian................................................................ 19
4.2 Alat-Alat Penelitian........................................................... 19
4.3 Rancangan Penelitian......................................................... 19
Halaman
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xiii
4.4 Kerangka Operasional........................................................ 21
4.5 Metode Penelitian...............................................................22
4.5.1 Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian.................... 22
4.5.1.1 Quercetin................................................ 22
4.5.1.2 PEG 8000............................................... 22
4.5.2 Pembentukan Dispersi Padat Quercetin-
PEG 8000 Menggunakan Metode Peleburan...... 23
4.5.3 Pembuatan Campuran Fisik Quercetin- PEG
8000...................................................................... 24
4.5.4 Pembuatan Larutan Dapar pH 5........................... 24
4.5.5 Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam
Media Dapar Asam Sitrat NaOH pH 5............... 24
4.5.5.1 Pembuatan Larutan Baku Induk
Quercetin................................................ 24
4.5.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja
Quercetin................................................ 24
4.5.5.3 Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum Quercetin............................ 26
4.5.5.4 Pemeriksaan Pengaruh PEG 8000
Terhadap Panjang Gelombang
Maksimum Quercetin............................ 26
4.5.5.5 Penentuan Kurva Baku Quercetin.......... 26
4.5.5.6 Pemeriksaan Homogenitas
Quercetin................................................ 27
4.5.6 Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin
dalam Media Air.................................................. 27
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xiv
4.5.6.1 Pembuatan Larutan Baku Induk
Quercetin................................................ 27
4.5.6.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin
dalam Media Air.................................... 27
4.5.6.3 Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum Quercetin dalam Air........... 28
4.5.6.4 Penentuan Kurva Baku Quercetin
dalam Air............................................... 28
4.5.7 Uji Kelarutan........................................................ 29
4.5.7.1 Penentuan Waktu Kelarutan
Jenuh Quercetin..................................... 29
4.5.7.2 Uji Kelarutan Dispersi Padat dan
Campuran Fisik Quercetin-PEG 8000.. 29
4.5.8 Uji Disolusi.......................................................... 30
4.5.9 Analisis Data........................................................ 31
4.5.9.1 Uji Kelarutan.......................................... 31
4.5.9.2 Uji Disolusi............................................ 31
4.5.9.3 Analisis Statistika.................................. 32
BAB V HASIL PENELITIAN................................................... 34
5.1 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian........................... 34
5.1.1 Quercetin.............................................................. 34
5.1.2 PEG 8000............................................................. 35
5.2 Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar
Asam Sitrat - NaOH........................................................... 36
5.2.1 Penentuan Panjang Gelombang
Maksimum Quercetin........................................... 36
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xv
5.2.2 Pengamatan Kurva Baku Quercetin dalam Media
Dapar Asam Sitrat - NaOH.................................. 36
5.2.3 Pengamatan Pengaruh PEG 8000 Terhadap
Panjang Gelombang Maksimum Quercetin........ 38
5.2.4 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin................. 40
5.3 Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air.... 40
5.3.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Quercetin.............................................................. 40
5.3.2 Pengamatan Kurva Baku Quercetin..................... 41
5.4 Uji Kelarutan...................................................................... 42
5.4.1 Penentuan Waktu Jenuh Quercetin...................... 42
5.4.2 Pengujian Kelarutan Quercetin, Campuran Fisik
Quercetin – PEG 8000 dan Dispersi Padat
Quercetin – PEG 8000......................................... 44
5.5 Penentuan Laju Disolusi.................................................... 47
BAB VI PEMBAHASAN.......................................................... 54
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN................................... 61
7.1. Kesimpulan ....................................................................... 61
7.2. Saran................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA................................................................. 62
LAMPIRAN............................................................................... 65
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Komposisi dispersi padat dan camputan fisik................................................................. 20
Tabel V. 1 Pemeriksaan Kualitatif Quercetin................. 34
Tabel V. 2 Pemeriksaan Kualitatif PEG 8000................. 35
Tabel V. 3 Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis............................... 37
Tabel V.4 Serapan quercetin kadar 8 µg/mL dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL untuk penentuan match factor.................................. 39
Tabel V.5 Hasil % homogenitas quercetin dalam campuran fisik quercetin –PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000............. 40
Tabel V.6 Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media air pada panjang gelombang 373 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis............................... 42
Tabel V.7 Hasil penentuan kelarutan jenuh quercetin pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05................. 43
Tabel V.8 Hasil penentuan kelarutan pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05.......................................45
Tabel V.9 Hasil uji HSD % terlarut quercetin murni, campuran fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000................................................................ 47
Halaman
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xvii
Tabel V.10 Hasil uji disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5°C....................... 48
Tabel V.11 Efisiensi disolusi pada menit ke-30 quercetin,
campuran fisik dan disersi padat pada media SLS 1% dalam air ............................... 50
Tabel V.12 Hasil HSD ED30 quercetin pada semua
kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air........................................................ 51
Tabel V.13 Hasil perhitungan slope quercetin, campuran
fisik dan dispersi padat.................................. 52 Tabel V.14 Hasil HSD ED30 quercetin pada semua
kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air.........................................................53
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur molekul quercetin........................................... 5
Gambar 2.2 Struktur PEG 8000....................................................... 6
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual.......................................... 15
Gambar 4.1 Bagan kerangka operasional......................................... 19
Gambar 5.1 Spektra UV-Vis quercetin kadar 8,08 µg/mL dan 16,16 µg/mL dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05................................................................ 36
Gambar 5.2 Kurva baku quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm..................................................................... 37
Gambar 5.3 Spektra pengaruh PEG 8000 terhadap spektra quercetin...................................................................... 38
Gambar 5.4 Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media dapar sitrat pH 5..... 39
Gambar 5.5 Spektra UV-Vis quercetin kadar 8 µg/mL dan 12 µg/mL dalam air...................................................... 41
Gambar 5.6 Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL dalam media air......... 42
Gambar 5.7 Profil penentuan kelarutan jenuh quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C..................................................... 44
Gambar 5.8 Kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C..................................................... 46
Gambar 5.9 Profil disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5.......................................................................... 49
Halaman
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Spektra FT – IR Quercetin............................. 65
Lampiran 2 Spektra FT – IR PEG 8000............................ 67
Lampiran 3 Termogram DTA Quercetin........................... 69
Lampiran 4 Termogram DTA PEG 8000.......................... 70
Lampiran 5 Pengamatan Serapan dan Panjang Gelombang
Maksimum Quercetin..................................... 71
Lampiran 6 Kurva Baku Quercetin.................................... 76
Lampiran 7 Pengamatan Pengaruh PEG 8000 terhadap
Spektra Quercetin........................................... 78
Lampiran 8 Uji Homogenitas............................................ 80
Lampiran 9 Pengujian Kelarutan Jenuh Quercetin............ 83
Lampiran 10 Analisa Statistika Kelarutan Jenuh................. 85
Lampiran 11 Pengujian Kelarutan....................................... 88
Lampiran 12 Hasil Statistika Uji Kelarutan........................ 93
Lampiran 13 Hasil Uji Disolusi........................................... 96
Lampiran 14 Hasil Statistika Uji Disolusi........................... 107
Lampiran 15 Hasil Statistika Slope................................... 110
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Quercetin merupakan senyawa golongan flavonol, satu dari enam
subklas flavonoid. Quercetin terdapat pada tanaman seperti bawang,
apel dan teh. Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi kesehatan tubuh
manusia. Secara klinik quercetin dapat menurunkan tekanan darah
(Kelly, 2011). Quercetin juga merupakan salah satu sumber makanan
yang mengandung antioksidan tinggi sehingga dapat digunakan sebagai
kemopreventif yang poten dan dapat menjadi penghambat kuat pada
pertumbuhan sel kanker payudara, usus, paru-paru, dan ovarium
(Kakran, 2011).
Salah satu permasalahan dari quercetin adalah praktis tidak larut
dalam air. Quercetin juga digolongkan dalam Biopharmaceutics
Classification System (BCS) II yang artinya memiliki permeabilitas
tinggi namun kelarutannya rendah sehingga mempengaruhi
bioavailabilitas dalam tubuh (Madaan, 2014). Bioavailabilitas obat yang
termasuk golongan BCS II terbatas pada laju kelarutannya (Seema et
al., 2011). Quercetin memiliki bioavailabilitas rendah sehingga kadar
dalam plasma saat quercetin dikonsumsi juga rendah (Harwood et al.,
2007).
Beberapa metode telah digunakan untuk meningkatkan kelarutan
dan disolusi dari obat yang sukar larut. Metode tersebut antara lain
dengan memodifikasi bahan obat secara kimiawi (pembentukan prodrug
dan pembentukan garam), penambahan komposisi pelarut (kosolvensi
dan peningkatan pembasahan), menggunakan sistem pembawa dan
modifikasi fisik (nanokristal, kokristal, dan dispersi padat).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
2
Pembentukan garam dan pengecilan ukuran partikel biasanya digunakan
untuk meningkatkan laju disolusi sehingga absorbsi dan bioavailabilitas
obat meningkat. Namun ada beberapa kekurangan dari metode tersebut
yakni, pada pembentukan garam dari obat bersifat asam atau basa,
garam potasium atau natrium dapat bereaksi dengan karbondioksida dan
air. Reaksi tersebut dapat menyebabkan precipitate out parent drug.
Hal ini biasanya terjadi pada lapisan luar sediaan yang dapat
mengakibatkan terhambatnya laju disolusi dan absorbsi obat. Pengecilan
ukuran partikel biasanya digunakan untuk meningkatkan laju disolusi,
namun terdapat keterbatasan dalam metode ini yaitu seberapa besar
pengecilan ukuran yang dapat dicapai dari metode pengecilan ukuran
seperti kristalisasi, penggilingan dan lain-lain (Tiwari et al., 2009).
Diantara berbagai cara untuk meningkatkan kelarutan, metode dispersi
padat seringkali menjadi metode untuk meningkatkan laju disolusi dan
bioavailabilitas obat kelarutan rendah karena sederhana, terjangkau
biaya, dan menguntungkan (Shah et al., 2007).
Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri dari dua atau
lebih komponen yang berbeda. Biasanya terdiri dari matriks hidrofil dan
obat yang hidrofobik. Matriks dapat berbentuk kristal maupun bentuk
amorf. Obat dapat didispersikan secara molekular, dalam partikel amorf
atau dalam partikel kristal. Beberapa keuntungan dispersi padat adalah
pengecilan ukuran partikel, peningkatan pembasahan partikel,
peningkatan porositas dan obat dalam bentuk amorf (Dhirendra et al.,
2009).
Peningkatan laju disolusi sistem dispersi padat sangat dipengaruhi
oleh matriks. Pemilihan matriks dispersi padat mempengaruhi
karakteristik disolusi bahan obat. Matriks yang larut air menghasilkan
pelepasan bahan obat secara cepat, sedangkan matriks dengan kelarutan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
3
air yang rendah akan menghasilkan pelepasan bahan obat secara lebih
lambat. Beberapa contoh matriks yang digunakan dalam pembuatan
dispersi padat adalah polietilenglikol (PEG), polivinilpirolidin (PVP),
Gelucire 44/14, Labrasol, sugar, dan urea (Das et al., 2012). Selain itu
jumlah perbandingan obat dengan matriks yang digunakan juga dapat
berpengaruh terhadap peningkatan disolusi obat (Serajuddin, 1999).
PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa
senyawa serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan
partikel. Titik leleh PEG yang relatif rendah dapat menjadi keuntungan
untuk pembuatan sistem dispersi padat dengan cara peleburan (Launer et
al., 2000). Selain itu PEG merupakan material yang tidak toksik dan
tidak mengiritasi (Rowe, 2009). Penggunaan PEG 8000 sebagai matriks
dispersi padat untuk meningkatkan kelarutan obat yang memiliki
kelarutan rendah telah banyak dikembangkan antara lain Gliclazide-PEG
8000 (Biswal, 2009), Ritonavir-PEG 8000 (Poddar, 2011) dan
albendazol-PEG 8000 (Anutama, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini akan
diteliti pengaruh pembentukan dispersi padat quercetin – PEG 8000
terhadap kelarutan dan laju disolusi quercetin. Selain itu juga diteliti
pengaruh jumlah PEG 8000 terhadap kelarutan dan laju disolusi
quercetin. Komposisi dispersi padat yang dibuat adalah quercetin-PEG
8000 dengan perbandingan 1:1; 1:2; 1:3 (b/b).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
4
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam
sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan
quercetin.
2. Bagaimana pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam
sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 terhadap laju
disolusi quercetin.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui :
1. Pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi
padat quercetin – PEG 8000 terhadap kelarutan quercetin.
2. Pengaruh peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi
padat quercetin – PEG 8000 terhadap laju disolusi quercetin.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang peningkatan kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan
pembentukan dispersi padat quercetin-PEG 8000 yang mungkin dapat
digunakan sebagai metode alternatif peningkatan kelarutan dan laju
disolusi bahan obat lain yang memiliki sifat yang mirip.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Quercetin
Quercetin merupakan senyawa golongan flavonol, satu dari
enam subklas flavonoid. Quercetin memiliki banyak kegunaan bagi
kesehatan tubuh manusia. Secara klinik quercetin telah diteliti dapat
menurunkan tekanan darah (Kelly, 2011). Quercetin juga merupakan
salah satu sumber makanan yang mengandung antioksidan tinggi
sehingga dapat digunakan sebagai kemopreventif yang poten dan
menjadi penghambat kuat pada pertumbuhan sel kanker payudara, usus,
paru-paru, dan ovarium (Kakran, 2011). Dengan dosis kurang dari 150
mg per hari dapat menunjukan efek biologis terhadap tubuh (Kelly,
2011).
Quercetin memiliki nama kimia 2-(3,4-Dihydroxyphenyl)-
3,5,7-trihydroxy-4H-1-benzopyran-4-one dengan rumus molekul
C15H10O7 dan berat molekul 302.2 (Sweetman, 2009). Quercetin larut
dalam asam asetat glasial (The Merck Index, 1983). Kelarutan quercetin
dalam air sebesar 0,17 – 7 µg/mL (Karadag et al, 2014). Berikut adalah
gambar molekul dari Quercetin ditunjukan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur molekul quercetin (Sweetman, 2009).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
6
Quercetin dalam Biopharmaceutical Classification System
(BCS) digolongkan menjadi BCS II (Madaan, 2014). Termasuk dalam
BCS II artinya quercetin memiliki permeabilitas yang tinggi namun
kelarutannya rendah dalam air. Bioavailabilitas dari senyawa golongan
BCS II terbatas oleh laju disolusinya (Seema et al., 2011).
Pada penelitian hewan dan manusia telah menunjukan bahwa
setelah konsumsi quercetin oral sebanyak 60% dari dosis yang diserap
(sebagai qurcetin total), metabolisme luas sebagai akibat dari efek first
– pass memastikan bahwa aglikon quercetin tidak terkonjugasi beredar
dalam plasma pada konsentrasi sangat rendah (Harwood et al., 2007).
2.2 PEG 8000
Polietilenglikol 8000 (PEG 8000) merupakan sebuah polimer adisi
dari etilen oksida dan air. PEG 200-600 berbentuk cair, PEG 1000
hingga diatasnya berbentuk padat bergantung pada temperatur. PEG
diatas 1000 berwarna putih dan rentang konsistensinya pasta sampai
serpihan lilin. Pada PEG diatas 600 terdapat dalam bentuk serbuk. Rata-
rata berat molekul dari PEG 8000 adalah 7000-9000 dengan titik beku
antara 4.5°-7.5°C. Densitas dari PEG 8000 adalah 1.15-1.21 g/cm3
dengan viskositas 470-900 cSt (Rowe, 2009).
Gambar 2.2 Struktur PEG 8000 (Rowe et al., 2009).
Nilai m pada PEG 8000 adalah 181.4. PEG merupakan polimer
yang mampu melarutkan beberapa senyawa serta dapat meningkatkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
7
pembasahan pada permukaan partikel (Launer et al., 2000). Menurut
Craig dan Newton (1992) terdapat hubungan log-linear antara berat
molekul PEG dengan laju disolusi, hal ini karena sifat dari polimer yang
mendominasi pada proses disolusi (Craig, 2002).
PEG digunakan secara luas dalam formulasi farmasetika. PEG juga
dapat meningkatkan kelarutan senyawa dalam air dengan membentuk
dispersi padat. PEG merupakan material yang tidak toksik dan tidak
mengiritasi. Acceptable daily intake (ADI) PEG adalah 10mg/kg berat
badan (Rowe, 2009).
Kebanyakan titik leleh dari PEG dibawah 65°C , contohnya : titik
leleh PEG 1000 30-40°C , titik leleh PEG 4000 50-58°C dan titik leleh
PEG 8000 adalah 60-63°C. Titik leleh yang relatif rendah ini merupakan
keuntungan untuk pembuatan dispersi padat menggunakan metode
pelelehan (Launer et al., 2000).
Penggunaan PEG 8000 sebagai matriks dispersi padat telah banyak
dikembangkan antara lain gliclazide-PEG 8000 (Biswal, 2009),
ritonavir-PEG 8000 (Sushikumar, 2011) dan albendazol-PEG 8000
(Anutama, 2011).
2.3 Dispersi Padat
Dispersi padat merupakan produk padat yang terdiri dari dua atau
lebih komponen yang berbeda. Biasanya terdiri dari matriks hidrofil dan
obat yang hidrofobik. Matriks dapat berbentuk kristal maupun bentuk
amorf. Obat dapat didispersikan secara molekular, dalam partikel amorf
atau dalam partikel kristal (Dhirendra et al., 2009). Beberapa contoh
matriks yang digunakan dalam pembuatan dispersi padat adalah
polietilenglikol (PEG), polivinilpirolidin (PVP), Gelucire 44/14,
Labrasol, sugar, dan urea (Kumar et al., 2012).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
8
Berdasarkan susunan molekularnya, dispersi padat dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe yaitu (Chiou et al., 1971)
1. Campuran eutektik
Pada campuran eutektik biasanya dibuat dengan cara
pemadatan campuran cair dua komponen secara cepat.
Campuran yang dibuat menunjukan campuran cair yang
terlarutkan sempurna. Secara termodinamika, suatu sistem
diasumsikan sebuah campuran dari komponen kristal-
kristalnya. Ketika eutektik terbentuk dari obat (kelarutan air
rendah) kontak dengan cairan saluran cerna, kemungkinan
matriks dilepaskan pada cairan saluran cerna dalam bentuk fine
kristal. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa kedua komponen
secara simultan membentuk kristal dengan ukuran partikulat
yang sangat kecil.
2. Larutan padat
Larutan padat terbuat dari solut padat yang terlarut dalam
pelarut padat. Biasanya bisa disebut sebagai campuran kristal
karena dua komponen membentuk kristal bersamaan pada
sebuah sistem satu fase yang homogen.
Larutan padat secara general diklasifikasi sesuai seberapa besar
melarutnya dua komponen atau struktur kristal larutan padat.
Berdasarkan pembentuknya dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu larutan padat kontinyu dan larutan padat
diskontinyu.
3. Larutan gelas dan suspensi gelas
Larutan gelas bersifat homogen. Pada tipe ini solut dilarutkan
pada pembawa gelas. Ukuran partikel dari fase terdispersi
tergantung dari laju pendinginan atau evaporasi. Pada larutan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
9
maupun suspensi gelas, energi kisi yang dihasilkan lebih
rendah.
4. Endapan amorf obat pada matriks kristalin
Tipe ini mirip dengan campuran eutektik sederhana.
Perbedaannya dengan campuran eutektik sederhana adalah
pada tipe ini obat mengalami pengendapan pada bentuk amorf.
Keuntungan dari dispersi padat (Dhirendra et al., 2009) :
1. Pengecilan ukuran partikel
Dispersi molekular seperti dispersi padat merupakan tingkat
akhir dari pengecilan ukuran partikel. Setelah matriks
terdisolusi, obat terdispersi molekular pada media disolusi.
Prinsip dispersi padat adalah membantu peningkatan pelepasan
bahan obat dengan membentuk sebuah campuran antara obat
yang memiliki kelarutan rendah dalam air dengan matriks yang
memiliki kelarutan terhadap air yang tinggi. Dengan adanya
pengecilan ukuran maka akan terjadi peningkatan luas
permukaan sehingga laju disolusi meningkat dan akhirnya
meningkatkan bioavailabilitas dari obat yang mempunyai
kelarutan rendah dalam air.
2. Peningkatan pembasahan partikel
Pada sistem dispersi padat, bahan obat dikelilingi oleh matriks
larut air yang telah siap terlarut. Hal tersebut menyebabkan air
kontak dengan bahan obat dan membasahi bahan obat. Sebagai
konsekuensinya, suspensi homogen obat yang terbentuk mudah
didapatkan dengan pengadukan minimum.
3. Peningkatan porositas
Partikel pada dispersi padat memiliki porositas yang lebih
tinggi. Peningkatan porositas juga tergantung dari pembawa,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
10
misalnya dispersi pada yang mengandung polimer linier
menghasilkan partikel yang porositasnya lebih tinggi dibanding
dengan dispersi padat yang mengandung pembawa polimer
retikular. Peningkatan porositas partikel dalam dispersi padat
juga mempercepat profil pelepasan obat.
4. Obat dalam bentuk amorf
Obat dalam bentuk kristal memiliki kelarutan yang rendah
dalam air, sedangkan dalam bentuk amorf cenderung memiliki
kelarutan yang lebih tinggi. Peningkatan pelepasan obat
biasanya dapat dicapai dengan menggunakan obat dalam
bentuk amorf, karena tidak dibutuhkan energi untuk
memisahkan kisi kristal selama proses disolusi. Dalam dispersi
padat, obat berada dalam larutan jenuhnya setelah terdisolusi,
jika obat mengendap, bahan obat berada dalam bentuk polimorf
metastabil dengan kelarutan lebih tinggi dibanding bentuk
stabil.
Pembuatan sistem dispersi dapat dilakukan dengan berbagai
metode. Pemilihan metode bergantung pada sifat kimia fisika bahan obat
dan matriks yang digunakan. Macam-macam metode pembuatan
dispersi padat yaitu (Chiou et al., 1971)
1. Metode Peleburan
Pada metode ini campuran fisik obat dan pembawa yang larut
air dipanaskan hingga meleleh. Campuran lelehan tersebut
kemudian didinginkan dan dipadatkan secara cepat dengan
diikuti pengadukan. Hasil padatan yang didapatkan selanjutnya
digerus dan diayak. Keuntungan utama dari metode ini adalah
simpel dan ekonomis. Selain itu, supersaturated obat dalam
sistem dapat tercapai dengan cara peleburan secara cepat
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
11
dengan suhu tinggi. Dengan keadaan tersebut, molekul solut
terjebak dalam matriks pelarut dengan pendinginan yang cepat.
Kerugiannya yaitu terdapat obat atau pembawa yang mungkin
bisa terdekomposisi selama proses pelelehan dengan suhu yang
tinggi.
2. Metode Pelarutan
Pada metode ini, cara pembuatanya dengan mencampurkan dua
komponen padatan yang sebelumnya telah dilarutkan dengan
pelarut yang sesuai. Selanjutnya campuran tersebut diuapkan
untuk menghilangkan pelarutnya. Keuntungan penggunaan
metode ini adalah dekomposisi obat maupun pembawa karena
suhu tinggi dapat dicegah. Sedangkan kerugiannya yaitu harga
preparasi yang lebih mahal dan menghilangkan sisa cairan
pelarut yang cukup sulit.
3. Metode peleburan-pelarutan
Pertama-tama obat dilarutkan dengan pelarut yang sesuai.
Selanjutnya, larutan obat digabungkan dengan matriks yang
sebelumnya telah dilebur. Terdapat beberapa obat yang telah
menggunakan metode ini antara lain spironolakton-PEG 6000
dann griseolfulvin-PEG 6000.
2.4 Kelarutan
Kelarutan merupakan sifat fisika kimia senyawa obat yang penting,
terutama sistem kelarutan dalam air. Kelarutan tersebut berhubungan
dengan efikasi terapetik obat. Untuk obat yang bertujuan untuk masuk
ke sirkulasi sitemik, obat harus dalam bentuk larutan. Senyawa obat
yang tidak larut kadang menunjukan absorbsi yang tak sempurna atau
absorbsi yang tak menentu.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
12
Kelarutan obat dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Menurut
U.S. Pharmacopeia dan National Formulatory, definisi kelarutan adalah
jumlah mL pelarut di mana akan larut 1 gram zat terlarut. Sebagai
contoh, kelarutan asam borat dalam U.S.Pharmacopeia dikatakan
sebagai 1 gram asam borat larut dalam 18 mL air, dalam 18 mL alkohol,
dan dalam 4 mL gliserin. Kelarutan secara kuantitatif juga dinyatakan
dalam molalita, molaritas dan persentase (Martin et al., 1983).
Kelarutan dapat dipangaruhi oleh ukuran partikel dan luas area yang
dapat ditunjukan dalam rumus dibawah ini :
Dimana S adalah kelarutan dari partikel kecil; S0 adalah kelarutan dari
partikel besar; γ adalah tegangan permukaan; V adalah volum dalam
molar; R adalah konstanta gas; T adalah suhu absolut; dan r adalah
diameter ukuran parikel kecil (Ansel, 2005)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa kelarutan
berbanding terbalik dengan ukuran partikel. Sehingga ukuran partikel
semakin kecil akan memperbesar kelarutan (Ansel, 2005).
Sistem dispersi padat dapat meningkatkan kelarutan bahan obat.
Seperti penelitian yang dilakukan dengan pembuatan sistem dispersi
padat gliclazide-PEG 8000. Pada penelitian ini kelarutannya meningkat,
hal ini dikarenakan efek kelarutan PEG 8000 menghasilkan pengecilan
agregasi partikel obat, peningkatan pembasahan dan dispersi, dan
perubahan permukaan partikel obat (Biswal, 2009).
Kelarutan obat biasanya ditentukan melalui metode kesetimbangan
kelarutan, yaitu dengan cara sejumlah obat dimasukan kedalam pelarut
dan di kocok pada suhu yang konstan sampai memperoleh
......................................(1)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
13
kesetimbangan. Analisis dilakukan pada larutan untuk menentukan
kelarutannya (Ansel, 2005).
2.5 Disolusi
Laju disolusi adalah kecepatan obat untuk larut dalam media. Laju
disolusi dapat mempengaruhi onset, intensitas, dan durasi respon obat
serta bioavailabilitas obat. Laju disolusi obat dapat meningkat dengan
penurunan ukuran partikel. Laju disolusi dapat ditentukan dengan dua
metode. Metode yang pertama adalah constant surface. Metode ini
menggunakan disk yang telah dimampatkan. Hasil dari metode ini
adalah laju disolusi intrinsik. Nilai dari laju disolusi intrinsik adalah
miligram yang terlarut per satuan waktu (menit) per satuan luas (cm2).
Metode yang kedua adalah disolusi partikulat. Pada metode ini ,
sejumlah serbuk sampel ditambahkan pada medium disolusi dengan
sistem agitasi yang konstan. Metode ini digunakan untuk mempelajari
pengaruh ukuran partikel, luas area, dan bahan tambahan (Ansel, 2005).
Dalam persamaan Noyes-Whitney dapat menjelaskan bagaimana
meningkatkan laju disolusi.
( )..............................................(2)
Dimana dC/dt adalah laju disolusi; A adalah luas area disolusi; D adalah
koefisien difusi; Cs adalah kelarutan senyawa dalam media; dan C
adalah konsentrasi dari media pada t (waktu) (Singh et al., 2011). Dari
persamaan diatas, untuk meningkatkan disolusi bisa dengan
meningkatkan luas area dengan cara pengecilan ukuran partikel.
Peningkatan laju disolusi pada bahan obat dalam sistem dispersi
obat disebabkan oleh pengecilan ukuran partikel, sehingga luas
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
14
permukaan kontak obat dengan media disolusi lebih besar (Alatas dkk.,
2006).
Pada sistem dispersi padat pada ibuprofen-PVP K90 menunjukan
bahwa laju disolusi ibuprofen meningkat dalam sistem dispersi padat
karena ibuprofen dapat terdispersi dengan baik dan menunjukan
perubahan bentuk kristal menjadi amorf dalam matriks PVP K90
(Retnowati dkk., 2010).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
15
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual
Quercetin digolongkan dalam BCS II yang artinya memiliki
permeabilitas tinggi namun kelarutannya rendah sehingga
bioavailabilitasnya rendah dalam tubuh (Madaan, 2014). Bioavailabilitas
quercetin tergantung dari laju disolusinya (Seema et al., 2011).
Beberapa metode untuk meningkatkan kelarutan bahan obat
sukar larut adalah penambahan komposisi pelarut (konsolvensi dan
peningkatan pembasahan), modifikasi fisik (nanokristal, kokristal, dan
dispersi padat), Penggunaan sistem pembawa dan modifikasi bahan obat
secara kimia (pembentukan prodrug dan garamnya) (Tiwari et al.,
2009). Dalam penelitian ini metode untuk peningkatan kelarutan yang
terpilih adalah dispersi padat. Dispersi padat merupakan produk padat
yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang berbeda. Biasanya
sistem dispersi padat terdiri dari matriks hidrofil dan obat yang
hidrofobik. Kelebihan dari metode ini adalah terjadinya pengecilan
ukuran partikel sehingga luas area kontak dengan media semakin tinggi
dan dapat meningkatkan laju disolusi. Selain itu adanya efek
pembasahan yang dapat mencegah agregasi partikel obat serta bahan
obat dalam bentuk amorf yang memiliki kelarutan lebih tinggi.
Pemilihan matriks dispersi padat dapat mempengaruhi
karakteristik disolusi bahan obat. Beberapa matriks yang biasanya
digunakan untuk pembuatan dispersi padat yaitu polietilenglikol (PEG),
polivinilpirolidin (PVP), Gelucire 44/14, Labrasol, sugar, dan urea
(Kumar et al., 2012). Dalam penelitian ini dipilih PEG 8000 sebagai
matriks dalam sistem dispersi padat quercetin karena PEG 8000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
16
merupakan material yang tidak toksik serta tidak mengiritasi. Selain itu
PEG merupakan polimer yang mampu melarutkan beberapa senyawa
serta dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan partikel.
Beberapa metode yang digunakan dalam pembuatan dispersi
padat adalah metode peleburan, pelarutan dan peleburan – pelarutan.
Pada penelitian ini metode pembuatan dispersi padat menggunakan
metode peleburan karena titik lebur PEG 8000 yang relatif rendah.
Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dibuat dengan berbagai
perbandingan yaitu 1:1, 1:2 dan 1:3. Peningkatan jumlah PEG 8000
dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 diharapkan dapat
meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
17
3.2 Alur Kerangka Konsep
Dispersi padat quercetin
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual.
Pembentukan dispersi padat quercetin-PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju disolusi quercetin dengan
pengaruh jumlah polimer
Quercetin
1. Praktis tidak larut air (The Merck Index, 1983)
2. BCS II (Madaan, 2014)
3. Bioavailabilitas tergantung laju disolusi (Seema et al., 2011)
Matriks
Polietilenglikol (PEG); Polivinilpiroidin (PVP); Gelucire 44/14; Labrasol; Sugar; Urea.
(Kumar et al., 2012)
3. Metode peleburan-pelarutan (Chiou et al., 1971)
Dispersi padat quercetin – PEG 8000 dengan metode peleburan
mengakibatkan
dipengaruhi
Metode Peningkatan Kelarutan
1. Penambahan komposisi pelarut (Kosolvensi dan peningkatan pembasahan)
2. Modifikasi fisik (Nanokristal, kokristal, dan dispersi padat)
3. Penggunaan sistem pembawa
4. Modifikasi bahan obat secara kimia (Pembentukan prodrug dan garamnya) (Tiwari et al., 2009)
Metode Pembuatan 1. Metode
pelarutan 1. Metode
Peleburan 2. Metode
peleburan-pelarutan (Chiou et al., 1971)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
18
3.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah :
1. Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan quercetin.
2. Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan laju disolusi quercetin.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
19
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan Penelitian
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah quercetin
hidrat (Tokyo Chemical Industri Co., LTD, Japan Lot 83N20), PEG
8000 (Fluka, Switzerland Lot 452855), Asam sitrat (Emsure, Germani),
NaOH (Emsure, Germani), Sodium Lauryl Sulphate, etanol absolut
(Emsure, Germani) dan air demineralisata.
4.2 Alat-Alat Penelitian
Spektrofotometer UV-Vis (Cary 50 Conc), alat uji disolusi
(Erweka DT 700), timbangan analitik (OHAUS), Digital termostat water
bath (HH-4), hot plate (Thermolyne Cimarec), spuit injeksi, filter
holder, mortir, stamper, dan alat-alat gelas.
4.3 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan penelitian eksperimental menguji
kelarutan dan laju disolusi quercetin tunggal, campuran fisik quercetin-
PEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000. Terdapat dua
variabel yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembuatan sistem dispersi
padat quercetin-PEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3) dan campuran fisik quercetin-
PEG 8000 (1:1; 1:2; 1:3). Variabel tergantung dalam penelitian ini
adalah kelarutan dan laju disolusi quercetin. Sedangkan variabel
kontrolnya yaitu ukuran partikel, kecepatan pengadukan, suhu, volume
media, pH media dan interval waktu uji disolusi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
20
Keterangan : QM : Quercetin murni DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3)
Perbandingan antara quercetin merupakan perbandingan berat
per berat. Pada masing-masing kelompok perlakuan dilakukan uji
kelarutan dan uji laju disolusi. Untuk uji kelarutan sampel yang
digunakan setara sengan quercetin 20 mg. Sedangkan untuk uji laju
disolusi sampel yang digunakan setara 5 mg quercetin. Setiap uji
kelarutan dan laju disolusi dilakukan replikasi tiga kali.
Bahan QM Dispersi Padat b/b Campuran Fisik b/b
DP I DP II DP III CF I CF II CF III Quercetin 1 1 1 1 1 1 1 PEG 8000 1 2 3 1 2 3
Tabel IV.1. Komposisi Dispersi Padat dan Campuran Fisik
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
21
4.4 Kerangka Operasional
Gambar 4.1 Bagan kerangka operasional.
PEG 8000 Quercetin
Pemeriksaan bahan
Pembuatan : Quercetin tunggal Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) Campuran fisik quercetin-PEG 8000(1:2) Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Uji kelarutan
Analisis data
Uji disolusi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
22
4.5 Metode Penelitian
4.5.1 Pemeriksaan Bahan Baku Penelitian
4.5.1.1 Quercetin
a. Analisis Termal dengan DTA (Differential Thermal
Analysis)
Pemeriksaan titik lebur quercetin dengan menggunakan
DTA dilakukan dengan cara menimbang quercetin 3-5 mg
dalam krus aluminium. Kemudian krus auminium dimasukkan
kedalam alat DTA yang diatur dengan kecepatan pemanasan
10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 30-
370 oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan
titik lebur quercetin dengan pustaka yaitu sebesar 310oC.
b. Penentuan Spektrum Inframerah
Spektrum inframerah quercetin dibuat dengan metode
cakram KBr. Sebanyak ± 1% quercetin dalam KBr digerus
sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan kedalam
pengering hampa udara. Selanjutnya dicetak dengan
menggunakan penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang
transparan. Kemudian cakram dimasukkan kedalam kuvet dan
dialiri sinar inframerah yang selanjutnya diamati spektrumnya.
Hasil pemeriksaan nantinya akan dibandingkan dengan
spektrum inframerah quercetin standar.
4.5.1.2 PEG 8000
a. Analisis Termal dengan DTA
Pemeriksaan titik lebur PEG 8000 dengan menggunakan
DTA dilakukan dengan cara menimbang PEG 8000 3-5 mg
dalam krus aluminium. Kemudian krus auminium dimasukkan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
23
kedalam alat DTA yang diatur dengan kecepatan pemanasan
10oC/menit dan pengamatan dilakukan pada rentang suhu 30-
100 oC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk membandingkan
titik lebur PEG 8000 dengan pustaka yaitu sekitar dibawah
65oC.
b. Penentuan Spektrum Inframerah
Spektrum inframerah PEG 8000 dibuat dengan metode
cakram KBr. Sebanyak ± 1% PEG 8000 dalam KBr digerus
sampai homogen dalam mortir, kemudian dimasukkan kedalam
pengering hampa udara. Selanjutnya dicetak dengan
menggunakan penekan hidrolik sampai diperoleh cakram yang
transparan. Kemudian cakram dimasukkan kedalam kuvet dan
dialiri sinar inframerah yang selanjutnya diamati spektrumnya.
Hasil pemeriksaan dibandingkan dengan spektrum inframerah
PEG 8000 standar (Watson, 2005).
4.5.2 Pembuatan Dispersi Padat Quercetin-PEG 8000
Menimbang teliti 1 g quercetin. Selanjutnya menimbang PEG
8000 sesuai dengan perbandingan yang telah direncanakan. Leburkan
PEG 8000 diatas hot plate yang bersuhu 65°-70°C. Setelah PEG 8000
melebur, masukan quercetin, aduk hingga quercetin terdispersi merata
dalam leburan PEG 8000 selama 5 menit. Setelah itu dinginkan
campuran tersebut hingga padat dan mengering. Gerus sampai didapat
bentuk serbuk kemudian diayak dengan menggunakan ayakan mesh
no.50, kemudian disimpan dalam wadah kedap udara.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
24
4.5.3 Pembuatan Campuran Fisik Quercetin-PEG 8000
Menimbang teliti 1 g quercetin yang sebelumnya telah diayak
dengan ayakan mesh no.50. Selanjutnya, timbang teliti PEG 8000 sesuai
dengan perbandingan yang telah dibuat. PEG 8000 sebelumnya sudah
diayak dengan ayakan mesh no.50. Campurkan quercetin dan PEG 8000
yang telah ditimbang sampai homogen selama 4 menit.
4.5.4 Pembuatan Larutan Dapar pH 5
Menimbang asam sitrat 20,1 g dan NaOH 8,0 g. Larutkan asam
sitrat dan NaOH ke dalam air hingga 1 L. Adjust pH dapar dengan
menggunakan HCl. Ukur pH dapar hingga didapat pH 5,00±0,05
menggunakan pH meter.
4.5.5 Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar
Asam Sitrat – NaOh pH 5
4.5.5.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin
Larutan baku induk dibuat dengan kadar 400 µg/mL.
Ditimbang teliti quercetin sejumlah 20,0 mg dan dilarutkan dalam etanol
absolut. Selanjutnya, masukan secara kuantitatif kedalam labu ukur 50,0
mL. Tambahkan etanol absolut hingga tepat tanda. Kocok sampai
homogen.
4.5.5.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin
Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi 0,4;
4,0; 8,0; 16,0; 20,0; 24,0 µg/mL dengan cara sebagai berikut :
a. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 500,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
25
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 0,4
µg/mL.
b. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 4,0
µg/mL.
c. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 8,0
µg/mL.
d. Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 16,0
µg/mL.
e. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 20,0
µg/mL.
f. Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian
tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 24,0
µg/mL.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
26
4.5.5.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Penentuan panjang gelombang maksimum pada quercetin
dilakukan dengan cara pengamatan absorban menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Larutan yang diamati absorbannya adalah
larutan kurva baku dengan kadar 8 µg/mL dan 16 µg/mL. Pengamatan
absorban ini dilakukan pada panjang gelombang 200-500 nm. Panjang
gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang
memberikan absorban terbesar.
4.5.5.4 Pemeriksaan Pengaruh PEG 8000 terhadap Panjang
Gelombang Maksimum Quercetin
Dibuat larutan PEG 8000 dengan kadar 400 µg/mL dengan cara
menimbang teliti PEG 8000 sejumlah 20,0 mg dan dilarutkan dalam
labu ukur 50,0 mL menggunakan larutan dapar. Ambil 0,5 mL larutan
baku induk quercetin 400 µg/mL yang telah dibuat, masukkan kedalam
labu ukur 25,0 mL. Kemudian tambahkan 0,5 mL larutan PEG 8000 400
µg/mL. Kemudian tambahkan larutan dapar sampai batas tanda. Kocok
larutan hingga homogen. Amati absorbannya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada 200-500 nm. Spektrum yang dihasilkan
dibandingkan dengan spektrum larutan baku kerja quercetin dengan
kadar 8,0 µg/mL.
4.5.5.5 Penentuan Kurva Baku Quercetin
Larutan baku kerja yang telah dibuat diamati absorbannya pada
panjang gelombang maksimum quercetin. Selanjutnya dibuat kurva
absorban terhadap kadar larutan baku kerja. Dari data tersebut dapat
diperoleh persamaan kurva baku dan regresi linear kurva tersebut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
27
4.5.5.6 Pemeriksaan Homogenitas Quercetin
Timbang campuran fisik dan dispersi padat setara dengan berat
20 mg quercetin. Larutkan dengan etanol absolut. Masukkan larutan
secara kuantitatif kedalam labu ukur 25,0 mL. Tambahkan etanol
absolut sampai tanda batas. Kocok sampai homogen. Selanjutnya, ambil
1,0 mL larutan dan encerkan dengan menggunakan larutan dapar sampai
50 mL. Amati absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang maksimum quercetin. Penentuan dilakukan
dengan replikasi tiga kali.
4.5.6 Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air
4.5.6.1 Pembuatan Larutan Baku Induk Quercetin
Larutan baku induk dibuat dengan kadar 200 µg/mL.
Ditimbang teliti quercetin sejumlah 50,0 mg dan dilarutkan dalam etanol
absolut. Selanjutnya, masukan secara kuantitatif kedalam labu ukur
250,0 mL. Tambahkan etanol absolut hingga tepat tanda. Kocok sampai
homogen.
4.5.6.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja Quercetin dalam Media
Air
Larutan baku kerja quercetin dibuat dengan konsentrasi 4,0;
8,0; 10,0; 12,0; 16,0 µg/mL dengan cara sebagai berikut :
a. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan
tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 4,0 µg/mL.
b. Dipipet sebanyak 1,0 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
28
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan
tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 8,0 µg/mL.
c. Dipipet sebanyak 0,5 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 10,0 mL. Kemudian
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan
tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 10,0 µg/mL.
d. Dipipet sebanyak 3,0 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 50,0 mL. Kemudian
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan
tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 12,0 µg/mL.
e. Dipipet sebanyak 2,0 mL larutan baku induk quercetin,
dimasukkan kedalam labu ukur 25,0 mL. Kemudian
tambahkan air suling sampai batas tanda. Kocok larutan
tersebut hingga homogen dan diperoleh kadar 16,0 µg/mL.
4.5.6.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
dalam Air
Penentuan panjang gelombang maksimum pada quercetin
dilakukan dengan cara pengamatan absorban menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Larutan yang diamati absorbannya adalah
larutan kurva baku dengan kadar 8 µg/mL dan 12 µg/mL. Pengamatan
absorban ini dilakukan pada panjang gelombang 200-500 nm. Panjang
gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang
memberikan absorban terbesar.
4.5.6.4 Penentuan Kurva Baku Quercetin dalam Air
Larutan baku kerja yang telah dibuat diamati absorbannya pada
panjang gelombang maksimum quercetin. Selanjutnya dibuat kurva
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
29
absorban terhadap kadar larutan baku kerja. Dari data tersebut dapat
diperoleh persamaan kurva baku dan regresi linear kurva tersebut.
4.5.7 Uji Kelarutan
4.5.7.1 Penentuan Waktu Kelarutan Jenuh Quercetin
Ditimbang quercetin sejumlah 20,0 mg. Kemudian tambahkan
larutan dapar sebagai media sejumlah 40 mL. Lakukan pengadukan
dengan menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu dalam
suhu konstan 30±0,5°C. Dilakukan pengambilan cuplikan quercetin 3
mL pada menit ke 30; 60; 90; 120; 180 dan seterusnya hingga diperoleh
kadar konstan. Sebelum diambil, diamkan terlebih dahulu selama 10
menit. Kemudian saring dengan membran filter 0,45 µm. Amati
absorbannya dan tentukan kadar quercetin melalui spektrofotometer
UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Lakukan penentuan waktu
kelarutan jenuh quercetin dengan replikasi tiga kali.
4.5.7.2 Uji Kelarutan Dispersi Padat dan Campuran Fisik
Quercetin – PEG 8000
Ditimbang dengan teliti dispersi padat dan campuran fisik
(setara dengan quercetin 20 mg). Masukan kedalam bejana yang berisi
40 mL larutan dapar pH 5. Lakukan pengadukan dengan menggunakan
magnetic stirrer dengan kecepatan tertentu dalam suhu konstan
(30±0,5°C). Diambil cuplikan larutan pada waktu jenuh sejumlah 5 mL.
Sebelum pengambilan cuplikan, diamkan bejana tersebut selama 10
menit. Selanjutnya, saring larutan dengan filter holder yang dilengkapi
dengan membran filter 0.45 µm. Tentukan kadar larutan tersebut
menggunakan spektofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum quercetin. Hitung kadar quercetin melalui kurva baku yang
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
30
telah dibuat. Penentuan kelarutan dispersi padat dilakukan replikasi tiga
kali pada semua perbandingan yang telah dibuat.
4.5.8 Uji Disolusi
Pengujian disolusi dilakukan pada zat tunggal quercetin,
campuran fisik quercetin-PEG 8000 dan dispersi padat quercetin-PEG
8000. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi
(Erweka DT 700) dengan pengaduk keranjang (basket). Kecepatan
pengadukannya adalah 100 rpm dengan media air dengan penambahan
surfaktan SLS 1%. Suhu konstan yang digunakan adalah 37±0,5°C.
Prosedur pengujian disolusi adalah sebagai berikut: pertama-tama
timbang sampel (setara dengan quercetin 5 mg). Sampel dimasukan
kedalam keranjang dan dimasukan kedalam bejana yang telah berisi
media yang telah diatur suhu konstannya. Selanjutnya, pengaduk diputar
sesuai kecepatan yang diinginkan. Ambil cuplikan larutan sebanyak 5
mL setiap interval menit ke 5; 10; 15; 20; 25; dan 30 menggunakan spuit
injeksi. Larutan tersebut disaring dengan menggunakan filter holder
yang dilengkapi dengan membran filter 0.45 µm. Pada setiap
pengambilan cairan sampel, dilakukan penggantian media disolusi
sejumlah 5 mL larutan dapar yang dimasukan. Selanjutnya, tentukan
kadar larutan tersebut menggunakan spektofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimum quercetin. Hitung kadar quercetin
melalui kurva baku yang telah dibuat. Penentuan laju disolusi dilakukan
replikasi tiga kali. Dari uji disolusi akan didapatkan prosentase terlarut
quercetin yang nantinya dapat dihitung ED30 dan slope dari quercetin,
dispersi padat dan campuran fisik.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
31
4.5.9 Analisis Data
4.5.9.1 Uji Kelarutan
Pada uji kelarutan, dihitung kadar quercetin yang terlarut pada
waktu jenuh melalui kurva baku yang telah dibuat sebelumnya. Uji
kelarutan dilakukan selama waktu kelarutan jenuh quercetin tunggal.
Nantinya, akan dibandingkan dengan campuran fisik quercetin-PEG
8000 dan dispersi padat quercetin-PEG 8000.
4.5.9.2 Uji Disolusi
Pada uji disolusi akan didapatkan profil disolusi dari quercetin
tunggal, campuran fisik quercetin-PEG 8000 dan dispersi padat
quercetin-PEG 8000. Nantinya akan dibandingkan profil disolusi dari
zat-zat tersebut. Pada uji disolusi dilakukan pengenceran 5 mL pada
setiap pengambilan cuplikan, maka untuk menghitung kadar quercetin
pada sampel digunakan faktor koreksi dalam persamaan Wuster.
∑
..................................................(3)
Profil laju disolusi merupakan kurva yang menggambarkan jumlah
senyawa yang terlarut terhadap waktu. Menghitung harga slope untuk
mengetahui laju disolusi quercetin antar perlakuan dengan persamaan
regresi antara waktu (t) dengan % terlarut.
Menghitung harga Efisiensi Diolusi 30 (ED30), parameter yang
digunakan untuk membandingkan prosentase terlarut dalam 30 menit
disolusi antar perlakuan
.............................(4)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
32
4.5.9.3 Analisis Statistika
a. Perhitungan Kelarutan
Untuk mengetahui waktu jenuh quercetin dilakukan uji
statistika T-Test berpasangan pada kadar setiap waktu
pengukuran. Bila harga p>0,05 maka kadar tidak berbeda
makna atau konstan. Selanjutnya untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaaan yang bermakna pada kelarutan quercetin,
campuran fisik dan dispersi padat dilakukan uji statistika
ANOVA one way.
Bila terdapat perbedaan kelarutan yang bermakna,
dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Differnce)
menurut Tukey dengan α=0.05 untuk mengetahui letak
perbedaanya. Jika hasil rata-rata kelarutan antara perlakuan
memiliki selisih yang lebih besar dibanding hasil perhitungan
HSD, maka terdapat perbedaan kelarutan yang bermakna antar
perlakuan tersebut.
b. Perhitungan Laju disolusi
Perhitungan untuk membandingkan laju disolusinya dapat
dilakukan dengan menghitung nilai ED30 dan slope. Data
kemudian dianalisis secara statistik dengan ANOVA (Analysis
of Variance). Untuk menunjukan adanya kebermaknaan
perbedaan antar kelompok perlakuan dengan derajat
kepercayaan 0.95 (α=0.05), dengan membandingkan harga F
hitung dengan F tabel. Bila harga F hitung lebih besar daripada
F tabel, maka terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna,
minimal satu pasang data.
Bila terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna,
dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Differnce)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
33
menurut Tukey dengan α=0.05 untuk mengetahui letak
perbedaanya.
√ ..........................................(5)
Keterangan : q : Diperoleh dari tabel F a : Derajat kepercayaan k : Jumlah perlakuan N : Jumlah pengamatan total n : Jumlah pengulangan MSE : Kuadrat rata-rata kesalahan
Jika hasil rata-rata ED dan slope antara perlakuan
memiliki selisih yang lebih besar dibanding hasil perhitungan
HSD, maka terdapat perbedaan ED dan slope yang bermakna
antar perlakuan tersebut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
34
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1. Pemeriksaan Kualitatif Bahan Penelitian
5.1.1. Quercetin
Hasil pemeriksaan kualitatif quercetin dapat dilihat pada tabel
V.1. Spektra inframerah dapat dilihat pada lampiran 1, sedangkan
termogram DTA dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel V.I Pemeriksaan kualitatif quercetin
Identifikasi Hasil Identifikasi Pustaka Organoleptis Serbuk kuning, Jarum kuning (1)
Titik Lebur DTA 325.4 oC 326 oC(2)
Spektra Inframerah Gugus Fungsi :
O-H
C=O
Gugus aromatik
C-O-C
C-H Aromatik
Bilangan Gelombang (cm-1)
3411.14
1667.33 1612.19
1522.20
1319.24 1168.24
1000.55
3340 (2)
1660 (2)
1610 (2)
1510 (2)
1310 (2)
1160 (2)
999 (2)
(1) (The Merck Index, 1983)
(2) (Kakran et al., 2011)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
35
5.1.2. PEG 8000
Hasil pemeriksaan kualitatif dapat dilihat pada tabel V.2. Hasil
spektra inframerah dapat dilihat pada lampiran 2, sedangkan termogram
DTA dapat dilihat pada lampiran 4.
Tabel V.2. Pemeriksaan kualitatif PEG 8000
Identifikasi Hasil Identifikasi Pustaka
Organoleptis Serpihan putih,
mudah mengalir
Serpihan putih,
mudah mengalir(4)
Titik Lebur DTA 64.3 oC Dibawah 65 oC
Spektra Inframerah
Gugus Fungsi :
C-H alifatis
O-H
C-O eter
Bilangan Gelombang
(cm-1)
2890.26
3469.27
1281.38
1242.41
1150.35
2899 (3)
3500-3300 (3)
1284 (3)
1242 (3)
1155 (3)
(3) (Bugay& Findlay, 1999) (4) (The Merck Index, 1983)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
36
5.2. Pembuatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar
Asam Sitrat – NaOH
5.2.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Hasil pengamatan serapan larutan quercetin 8,08 dan 16,16 µg/mL
dalam larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200 – 500 nm menunjukan
panjang gelombang maksimum quercetin berada pada 366,95 nm.
Gambar hasil penentuan panjang gelombang maksimum quercetin dalam
media dapar asam sitrat – NaOH dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Spektra UV-Vis quercetin kadar 8,08 µg/mL dan 16,16
µg/mL dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05.
5.2.2. Pengamatan Kurva Baku Quercetin dalam Media Dapar
Asam Sitrat – NaOH pH 5±0,05
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
quercetin, maka dilakukan pengamatan serapan baku kerja yang telah
dibuat pada panjang gelombang maksimum quercetin (366,95 nm).
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
238 288 338 388 438
Sera
pan
Panjang Gelombang (nm)
16,16 PPM
8,08PPM
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
37
Hasil pengamatan kurva baku dapat dilihat pada tabel V. 3. Dari hasil
pengamatan diperoleh persamaan regresi y = 0,05329x – 0,00212,
dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99938.
Tabel V. 3 Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Kadar
(µg/mL) Serapan
0,42 0,0282
4,04 0,2042
8,08 0,4270
16,16 0,8607
20,20 1,0754
24,24 1,2630
Gambar 5.2 Kurva baku quercetin dalam media dapar asam sitrat –
NaOH pH 5±0,05 pada panjang gelombang 366,95 nm.
0.00000.20000.40000.60000.80001.00001.20001.4000
- 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
Sera
pan
Kadar (µg/mL)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
38
5.2.3. Pengamatan Pengaruh PEG 8000 Terhadap Panjang
Gelombang Maksimum Quercetin
Berdasarkan gambar 5.3 dapat dilihat bahwa spektra quercetin
dengan PEG 8000 berhimpitan dengan spektra quercetin tunggal. Selain
itu dari perhitungan match factor yang diperoleh dari hasil regresi
serapan spektra quercetin dan serapan spektra quercetin dengan PEG
8000 bernilai 999 (r=0,999) yang menandakan 2 spektra tersebut identik
(Stahl, 2003). Oleh karena itu, berdasar data yang diperoleh, PEG 8000
tidak mempengaruhi spektra quercetin.
Gambar 5.3 Spektra pengaruh PEG 8000 terhadap spektra
quercetin.
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
250 300 350 400 450
Sera
pan
Panjang Gelombang (nm)
QC
QC + PEG 8000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
39
Tabel V.4 Serapan quercetin kadar 8 µg/mL dan quercetin – PEG 8000 8 µg/mL untuk penentuan match factor
Serapan quercetin kadar 8,0 µg/mL (x)
Serapan quercetin - PEG 8000 (1:1) 8,0 µg/mL (y)
0,3322 0,3391 0,3573 0,3669 0,3839 0,3958 0,4042 0,4165 0,4192 0,4309 0,4224 0,4337 0,4151 0,4260 0,3939 0,4032 0,3623 0,3701 0,3219 0,3276 0,2804 0,2833 0,2378 0,2399 0,1996 0,1997
Gambar 5.4 Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin –
PEG 8000 8 µg/mL dalam media dapar sitrat pH 5.
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000
Sera
panQ
C -
PEG
800
0
Serapan QC (nm)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
40
5.2.4. Pemeriksaan Homogenitas Quercetin
Hasil pemeriksaan homogenitas quercetin dalam campuran
fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000
dapat dilihat dari tabel V.5. Dari data tersebut dapat dihitung jumlah
sampel setara yang diinginkan sehingga dapat digunakan untuk uji
kelarutan dan laju disolusi.
Tabel V.5 Hasil % homogenitas quercetin dalam campuran fisik quercetin –PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000
FORMULA % Homogenitas
SD Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III Rerata
CF 1:1 110,33 110,85 111,74 110,97 0,58
CF 1:2 114,33 115,13 114,82 114,76 0,33
CF 1:3 115,74 114,01 112,77 114.17 1,22
DP 1:1 120,66 118,84 121,56 120,35 1,13
DP 1:2 120,85 120,15 120,15 120,38 0,33
DP 1:3 117 119,34 117,04 117,79 1,09 Keterangan : CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
5.3. Pemeriksaan Kurva Baku Quercetin dalam Media Air
5.3.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Quercetin
Hasil pengamatan serapan larutan quercetin 8 dan 12 µg/mL
dalam air menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 200 –
500 nm menunjukan panjang gelombang maksimum quercetin berada
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
41
pada 373 nm. Gambar hasil penentuan panjang gelombang maksimum
quercetin dapat dilihat pada gambar 5.5.
Gambar 5.5 Spektra UV-Vis quercetin kadar 8 µg/mL dan 12
µg/mL dalam air. 5.3.2. Pengamatan Kurva Baku Quercetin
Berdasarkan hasil penentuan panjang gelombang maksimum
quercetin dalam media air, maka dilakukan pengamatan serapan baku
kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang maksimum quercetin
(373 nm). Hasil pengamatan kurva baku dapat dilihat pada tabel V. 6.
Dari hasil pengamatan diperoleh persamaan regresi y = 0,05281x-
0,00660, dengan harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,99815.
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
210 310 410
Pan
jan
g G
elo
mb
ang
(nm
)
Serapan
8 ppm
12 ppm
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
42
Tabel V. 6 Hasil pengamatan serapan larutan baku kerja quercetin dalam media air pada panjang gelombang 373 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis
Kadar (µg/mL) Serapan
4,06 0,1069
8,11 0,4347
10,14 0,5132
12,17 0,6358
16,22 0,8539
Gambar 5.6 Kurva regresi antara serapan quercetin dan quercetin –
PEG 8000 8 µg/mL dalam media air.
5.4. Uji Kelarutan
5.4.1. Penentuan Waktu Jenuh Quercetin
Penentuan kelarutan quercetin, campuran fisik quercetin – PEG
800, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dilakukan dalam media
dapar asam sitrat – NaOH pH 5 pada suhu 30±0,5°C selama waktu jenuh
quercetin. Profil kelarutan quercetin dapat dilihat pada gambar 5.7.
0.00000.10000.20000.30000.40000.50000.60000.70000.80000.90001.0000
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Sera
pan
Kadar (µg/mL)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
43
Dari data tersebut maka dapat dianalisis statistika menggunakan
paired T-test dan diperoleh data mulai dari menit ke 240 - 420 tidak ada
perbedaan bermakna dibuktikan dengan P > 0,05. Menit ke 240 dipilih
menjadi waktu jenuh quercetin karena awal waktu jenuh quercetin pada
menit ke 240.
Tabel V.7 Hasil penentuan kelarutan jenuh quercetin pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05*
Waktu (menit) Konsentrasi (µg/mL)
0 0,00±0,00 30 1,90±0,60 60 1,36±0,03
120 1,54±0,04 180 1,42±0,09 240 1,62±0,12 300 1,55±0,13 360 1,56±0,29 420 1,63±0,45
*Data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
44
Gambar 5.7 Profil penentuan kelarutan jenuh quercetin dalam
media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C.
5.4.2. Pengujian Kelarutan Quercetin, Campuran Fisik Quercetin
– PEG 8000 dan Dispersi Padat Quercetin – PEG 8000
Penentuan kelarutan dilakukan pada waktu jenuh quercetin
yang telah ditentukan yaitu pada menit ke 240. Kelarutan quercetin,
campuran fisik dan dispersi padat dapat dilihat pada tabel V.8. Dari data
yang diperoleh maka dilakukan uji statistika one way ANOVA yang
hasilnya dapat dilihat pada tabel V.8.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
0 100 200 300 400
(%b/
v, 1
0-4)
Waktu (menit)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
45
Tabel V.8 Hasil penentuan kelarutan pada suhu 30±0,5°C dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05*
Sampel % Terlarut (%b/v, 10-4) QC 1,62±0,12
CF 1:1 1,15±0,25 CF 1:2 1,34±0,20 CF 1:3 0,95±0,02 DP 1:1 2,01±0,19 DP 1:2 2,43±0,11 DP 1:3 5,26±0,43
*data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
46
Gambar 5.8 Kelarutan quercetin, campuran fisik dan dispersi padat
dalam media dapar asam sitrat – NaOH pH 5,00±0,05 pada suhu 30±0,5°C.
Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
(%b/
v, 1
0-4)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
47
Tabel V.9 Hasil uji HSD % terlarut quercetin murni, campuran fisik quercetin – PEG 8000 dan dispersi padat quercetin – PEG 8000
QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
QC - - - - - - * CF 1:1 - - - - * * * CF 1:2 - - - - - * * CF 1:3 - - - - * * * DP 1:1 - * - * - - * DP 1:2 - * * * - - * DP 1:3 * * * * * * -
*terdapat perbedaan bermakna pada α=0,05
QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3) 5.5. Penentuan Laju Disolusi
Hasil penentuan laju disolusi quercetin, campuran fisik quercetin –
PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dapat dilihat pada
tabel V.10.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
48
Tabel V. 10 Hasil uji disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5°C*
Waktu (Menit) QC CF 1:1 CF 1:2 CF 1:3 DP 1:1 DP 1:2 DP 1:3
0 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00
5 57,36±8,26 61,34±2,87 58,32±2,57 63,50±3,71 31,31±916 48,85±3,23 73,08±6,83
10 62,12±7,24 68,81±2,50 66,66±1,71 71,76±2,52 32,16±8,85 61,45±1,81 82,77±3,97
15 64,04±7,51 69,74±2,26 65,73±3,84 74,81±2,45 43,94±2,66 66,28±0,96 85,55±0,50
20 64,80±7,63 74,92±4,00 67,78±4,25 75,40±3,16 45,52±2,54 68,83±1,54 90,61±0,48
25 69,73±10,57 76,70±4,84 68,92±6,13 77,33±3,93 51,19±2,82 73,55±0,73 95,97±2,29
30 66,17±5,75 75,6±4,35 69,53±4,24 74,02±6,18 54,08±3,20 75,87±0,50 92,41±0,89
*data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
49
Gambar 5.9 Profil disolusi quercetin, campuran fisik quercetin – PEG 8000, dan dispersi padat quercetin – PEG 8000 dalam media SLS 1% dalam air pada suhu 37±0,5.
Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Berdasar data % terlarut quercetin, campuran fisik dan dispersi
padat quercetin – PEG 8000 maka dapat dihitung ED30 dan slope dari
masing – masing kelompok perlakuan yang dapat dilihat pada tabel
V.11. dan V. 13.
Selain itu dari data ED30 dan slope juga dapat dihitung statistika
untuk mengetahui perbedaan ED30 quercetin, campuran fisik dan
dispersi padat quercetin – PEG 8000. Hasil one way ANOVA dapat
dilihat pada tabel V.12. dan V. 14.
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
0 10 20 30 40
% T
erl
aru
t
Waktu (menit)
QC
CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
50
Tabel V.11 Efisiensi disolusi pada menit ke-30 quercetin, campuran fisik dan disersi padat pada media SLS 1% dalam air
Sampel ED30
SD Replikasi I
Replikasi II
Replikasi III Rerata
QM 62,37 48,32 64,89 58,52 7,29 CF 1:1 61,73 66,72 66,11 64,86 2,22 CF 1:2 58,23 57,68 65,18 60,36 3,41 CF 1:3 65,62 69,24 65,04 66,63 1,86 DP 1:1 34,78 37,63 43,18 38,53 3,49 DP 1:2 60,22 58,26 59,97 59,48 0,87 DP 1:3 76,10 80,61 80,38 79,03 2,07
Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
51
Tabel V.12 Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air
QC CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
QC - - - - * - *
CF 1:1 - - - - * - *
CF 1:2 - - - - * - *
CF 1:3 - - - - * - *
DP 1:1 * * * * - * *
DP 1:2 - - - - * - *
DP 1:3 * * * * * * - *terdapat perbedaan bermakna pada α=0,05
Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
Selanjutnya dilakukan perhitungan slope dari menit ke 0 hingga
10 dan didapatkan hasil pada tabel V.13
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
52
Tabel V.13 Hasil perhitungan slope quercetin, campuran fisik dan dispersi padat *
Sampel Slope (% Terlarut/menit)
QC 0,395±0,016 CF 1:1 0,410±0,005 CF 1:2 0,406±0,003 CF 1:3 0,416±0,004 DP 1:1 0,316±0,032 DP 1:2 0,394±0,004 DP 1:3 0,436±0,007
*data merupakan rerata dari tiga replikasi ± SD (Standard Deviation) Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
53
Tabel V.14 Hasil HSD ED30 quercetin pada semua kelompok perlakuan pada media SLS 1% dalam air
QC CF 1:1
CF 1:2
CF 1:3
DP 1:1
DP 1:2
DP 1:3
QC - - - - * - -
CF 1:1 - - - - * - -
CF 1:2 - - - - * - -
CF 1:3 - - - - * - -
DP 1:1 * * * * - * *
DP 1:2 - - - - * -
DP 1:3 - - - - * - - Keterangan : QC : Quercetin murni CF I : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:1) CF II : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:2) CF III : Campuran fisik quercetin-PEG 8000 (1:3) DP I : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:1) DP II : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:2) DP III : Dispersi padat quercetin-PEG 8000 (1:3)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan dispersi padat
quercetin – PEG 8000 untuk meningkatkan kelarutan dan laju disolusi
dari quercetin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat quercetin –
PEG 8000 dalam kelarutan dan laju disolusi quercetin.
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan pemeriksaan
kualitatif bahan penelitian yang digunakan. Pemeriksaan kualitatif yang
digunakan adalah organoleptis bahan, DTA dan spektra infra merah.
Pada pemeriksaan organoleptis quercetin menunjukan bahwa quercetin
merupakan serbuk bewarna kuning. Hasil ini sesuai dengan pustaka
(The Merck Index, 1983). Sedangkan untuk PEG 8000 mempunyai
bentuk kepingan putih yang mudah mengalir. Hasil ini juga sesuai
dengan pustaka (The Merck Index, 1983). Pemeriksaan DTA pada
quercetin menunjukan quercetin memiliki titik lebur 325,4°C. Hasil ini
mendekati dengan titik lebur pada pustaka yaitu sekitar 326°C (Kakran
et al., 2011). Sedangkan pemeriksaan DTA pada PEG 8000 menunjukan
bahwa PEG 8000 memiliki titik lebur 64,3°C. Hasil ini mendekati
dengan titik lebur pada pustaka yaitu sekitar dibawah 65°C (Launer et
al., 2000). Pada pemeriksaan spektra infra merah quercetin dan PEG
8000, spektra yang dihasilkan menunjukan nilai serapan yang hampir
sama dengan pustaka (Bugay& Findlay, 1999; Kakran et al., 2011).
Nilai serapan dapat dilihat pada tabel V.1 dan V.2. Berdasar hasil
pemeriksaan kualitatif yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa bahan baku dalam penelitian ini adalah quercetin dan PEG 8000.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
55
Langkah selanjutnya adalah pembuatan dispersi padat quercetin
– PEG 8000 dengan metode peleburan. Dispersi padat dibuat sesuai
dengan perbandingan quercetin – PEG 8000 1:1; 1:2; dan 1:3 (b/b).
Quercetin dan PEG 8000 ditimbang sesuai dengan perbandingan lalu
dileburkan pada suhu 65° - 70°C selama 5 menit sambil diaduk hingga
homogen. Setelah itu lelehan didinginkan cepat dan disimpan dalam
desikator selama 1 hari. Hasil dispersi padat lalu digerus dan diayak
dengan ayakan mesh no. 50.
Penetapan kadar quercetin pada penelitian ini menggunakan
spektrofotometer UV – Vis. Media yang digunakan untuk pengujian
kelarutan quercetin adalah larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05.
Sedangkan media yang digunakan untuk uji laju disolusi adalah air
(dengan SLS 1%). Oleh karena itu dilakukanlah pemeriksaan kurva
baku quercetin dalam 2 media tersebut. Sebelum pemeriksaan kurva
baku, dilakukan pencarian panjang gelombang maksimum quercetin
pada media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05 dan air. Dari
penelitian yang dilakukan panjang gelombang quercetin dalam media
dapar asam sitrat – NaOH ph 5±0,05 ditemukan pada 366,95 nm dan
dalam media air adalah 373 nm. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
serapan kurva baku quercetin dalam semua media yang digunakan
dalam uji kelarutan dan laju disolusi untuk mengetahui persamaan
regresi yang dibutuhkan untuk penetapan kadar. Persamaan regresi yang
didapat dalam media larutan dapar asam sitrat – NaOH pH 5±0,05
adalah y = 0,05329x – 0,00212, dengan harga koefisien korelasi (r)
sebesar 0,99938. Sedangkan persamaan regresi quercetin dalam media
air sebesar adalah y = 0,05281x-0,00660, dengan harga koefisien
korelasi (r) sebesar 0,99815. Harga koefisien korelasi (r) 2 persamaan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
56
diatas melebihi r tabel (n-2 = 4; α =0,05; r = 0,811) yang berarti terdapat
hubungan linier antara kadar quercetin dan serapan.
Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh polimer terhadap
spektra quercetin, maka dilakukan pengamatan pengaruh PEG 8000
terhadap panjang gelombang maksimum quercetin menggunakan
spektrofotometer UV – Vis. Pemeriksaan pengaruh polimer dilakukan
dengan cara membandingkan spektra quercetin tunggal dengan spektra
quercetin yang ditambah PEG 8000 dengan kadar yang sama. Dari
penelitian yang dilakukan dihasilkan bahwa spektra quercetin dengan
PEG 8000 berhimpit dengan spektra quercetin tunggal. Hal ini
membuktikan PEG 8000 tidak berpengaruh terhadap spektra quercetin.
Sebagai data pendukung dilakukan perhitungan match factor dua spektra
tersebut. Match factor dari perhitungan bernilai 999 yang menandakan
dua spektra yang dibandingkan identik (Stahl, 2003).
Langkah selanjutnya adalah pemeriksaan homogenitas untuk
memastikan homogen atau tidaknya sistem yang dibuat. Uji
homogenitas dilakukan pada campuran fisik dan dispersi padat
quercetin. Uji homogenitas quercetin dilakukan sebanyak tiga kali pada
semua sampel untuk menentukan kesetaraan yang nantinnya digunakan
untuk uji kelarutan dan uji laju disolusi. Dari pemeriksaan homogenitas
diperoleh bahwa prosentase homogenitas untuk campuran fisik 1:1
sebesar 112,33±0,53%, campuran fisik 1:2 sebesar 117,02±0,33% dan
untuk campuran fisik 1:3 sebesar 116,42±1,24%. Sedangkan prosentase
homogenitas untuk dispersi padat 1:1 sebesar 122,72±1,15%, dispersi
padat 1:2 sebesar 123,26±0,72% dan dispersi padat 1:3 sebesar
120,12±1,12%. Dari hasil tersebut menunjukan sampel yang dibuat
homogen, hal ini ditunjukan dengan hasil SD yang tidak melebihi 2%.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
57
Pengujian kelarutan quercetin dilakukan dalam media dapar
asam sitrat – NaOH pH 5 pada suhu 30±0,5°C. Sebelum melakukan
penentuan kelarutan, maka diperlukan penentuan waktu kelarutan jenuh
quercetin. Profil kelarutan quercetin menunjukan bahwa pada menit ke
240 hingga 420 kadar terlarut quercetin konstan. Hal ini didukung
dengan data statisika paired T-test yang menunjukan pada menit ke 240
hingga 420 tidak ada perbedaan bermakna pada kadar quercetin terlarut
yang ditujukan dengan nilai p > 0,05. Menit 240 dipilih sebagai waktu
jenuh quercetin karena pada menit 240 merupakan menit awal mulai
konstannya kadar terlarut (jenuh).
Pada profil penentuan kelarutan jenuh quercetin terdapat
peningkatan kelarutan pada menit awal (menit 30) yang disusul
penurunan pada menit berikutnya. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya kristal hidrat pada quercetin yang terlarut terlebih dahulu
sehingga kadar terlarut meningkat. Setelah melepasnya kristal hidrat
maka kelarutan quercetin mengikuti bentuk murninya.
Selanjutnya dilakukan pengujian kelarutan pada quercetin,
campuran fisik dan dispersi padat pada waktu jenuhnya (menit ke 240).
Dari penelitian yang dilakukan dihasilkan kelarutan quercetin jenuh
sebesar 1,62±0,12 (%b/v, 10-4) dalam media pH 5±0,05. Sedangkan
kelarutan quercetin pada literatur sebesar 7 (%b/v, 10-4) dalam air
(Karadag et al, 2014). Media dapar pH 5 digunakan sebagai media
karena quercetin stabil pada pH tersebut (Momic et al, 2007).
Hasil kelarutan quercetin pada campuran fisik 1:1 sebesar
1,15±0,25 (%b/v, 10-4), campuran fisik 1:2 sebesar 1,34±0,20 (%b/v, 10-
4) dan campuran fisik 1:3 sebesar 0,95±0,02 (%b/v, 10-4). Sedangkan
untuk dispersi padat 1:1 sebesar 2,01±0,19 (%b/v, 10-4), dispersi padat
1:2 sebesar 2,43±0,11(%b/v, 10-4) dan dispersi padat 1:3 sebesar
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
58
5,26±0,43 (%b/v, 10-4). Dari data tersebut membuktikan bahwa terdapat
peningkatan kelarutan quercetin bila dibuat dalam sistem dispersi padat
dengan polimer PEG 8000. Peningkatan kelarutan quercetin bila
dibandingkan dengan sistem dispersi padat quercetin – PEG 8000 1:3
terjadi 3,25 kalinya. Data kelarutan diatas selanjutnya dianalisis
statistika menggunakan ANOVA one way. Hasil uji statistik
menunjukan bahwa pada quercetin dibanding dengan dispersi padat 1:3
memiliki harga p < 0,05. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
perbedaan bermakna antara quercetin dan dispersi padat 1:3. Sedangkan
pada dispersi padat dengan perbandingan 1:1 dan 1:2 maupun campuran
fisik semua perbandingan tidak terdapat perbedaan yang sigfnifikan.
Kelarutan quercetin mengalami peningkatan dikarenakan dalam
pembentukan sistem dispersi padat dapat terjadi perubahan fisik yaitu
penurunan ukuran partikel (Serajuddin, 1999). Penurunan partikel dapat
meningkatkan luas kontak dengan media sehingga dapat meningkatkan
kelarutan (Ansel, 2005). Selain itu kelarutan sistem dispersi padat
dengan jumlah rasio PEG 8000 paling besar (1:3) pada penelitian
memiliki peningkatan kelarutan paling besar dibanding perbandingan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah polimer yang
digunakan dalam pembuatan sistem dispersi padat dapat meminimalkan
kristalinitas sehingga dapat meningkatkan kelarutannya (Launer et al,
2000).
Uji disolusi quercetin, campuran fisik dan dispersi padat
dilakukan dengan menggunakan media dapar air yang ditambahkan
surfaktan SLS 1%. Media yang digunakan berbeda dengan yang
digunakan pada uji kelarutan karena bila menggunakan media yang
sama dengan uji kelarutan maka sulit tercapai kondsi sink karena
kelarutan jenuh dari quercetin sangat kecil yaitu sekitar 1,62±0,12
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
59
(%b/v, 10-4). Oleh karena itu untuk mencapai kondisi sink, maka
ditambahkan surfaktan untuk memperbesar kelarutan dari quercetin. Uji
disolusi dilakukan dengan menggunakan pengaduk keranjang dengan
kecepatan 100 rpm dan dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25, dan
30. Dari hasil disolusi akan didapat efisiensi disolusi menit 30 (ED30)
dan slope untuk mengetahui laju disolusi pada quercetin, campuran fisik
dan dispersi padat.
ED30 yang dihasilkan untuk quercetin sebesar 58,52%,
campuran fisik 1:1 sebesar 64,86%, campuran fisik 1:2 sebesar 60,36%
dan campuran fisik 1:3 sebesar 66,63%. Sedangkan untuk dispersi padat
1:1 sebesar 38,53%, dispersi padat 1:2 sebesar 59,48%, dan dispersi
padat 1:3 sebesar 79,03%. Dari hasil tersebut kemudian diuji statistik
menggunakan ANOVA one-way. Dari hasil statistika menunjukan ED30
quercetin berbeda bermakna dengan dispersi padat 1:3 (Tabel V.11).
Selanjutnya dilakukan perhitungan slope dari menit ke 0 – 10 dan
dihasilkan laju disolusi quercetin meningkat dengan urutan dispersi
padat 1:3 > campuran fisik 1:3 > campuran fisik 1:1 > campuran fisik
1:2 > dispersi padat 1:2 > quercetin > campuran fisik 1:1 (Tabel V. 13).
Peningkatan disolusi quercetin terbesar terjadi pada pembuatan
dispersi padat 1:3 yaitu 1,35 kalinya. Peningkatan disolusi terjadi pada
pembuatan sistem dispersi obat disebabkan oleh pengecilan ukuran
partikel, sehingga luas permukaan kontak obat dengan media disolusi
lebih besar. (Alatas dkk., 2006). Selain itu peningkatan disolusi juga
dapat terjadi karena terdapat peningkatan kelarutan quercetin sesuai
dengan persamaan Noyes-Whitney yaitu kelarutan zat berbanding lurus
dengan laju disolusi (Singh et al., 2011). Selain itu juga terdapat
peningkatan laju disolusi pada campuran fisik karena polimer PEG 8000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
60
pada campuran fisik dapat meningkatkan pembasahan pada permukaan
partikel (Launer et al., 2000).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
61
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah PEG 8000 dalam sistem dispersi padat
quercetin – PEG 8000 dapat meningkatkan kelarutan dan laju
disolusi dari quercetin.
2. Kelarutan quercetin pada sistem dispersi padat (1:3)
meningkat 3,25 kali dan laju disolusi meningkat 1,35 kali
dibanding quercetin tunggal.
7.2. Saran
Berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan
untuk pengembangan formulasi bentuk sediaan padat quercetin
menggunakan sistem dispersi padat dengan berbagai polimer.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
62
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, F., Nurono, S,. Asyarie, S. 2006. Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-PEG 4000. Majalah Farmasi Indonesia 17. p.57-62.
Ansel, H. C., Allen, L. V., Popovich, N. G. 2005. Ansel’s Pharmaceutical Dosage Forms and Drug Delivery System. 9th Ed. Wolters Kluwer. p.100-108.
Anupama, S., Surinder, G., Birendra, S., Goyal. 2011. Design, optimization, preparation and evaluation of solid dispersions of albendazole using factorial design. Der Pharmacia Sinica. p.30-42.
Bhut, V. Z., Prajapati, A. B., Patel, K. N., Patel, B. A., Patel, P. A. 2012. Solid dispersion as a strategy to enhance solubility: A review article. IJPRS, vol.1, p.490-498.
Biswal, S., Sahoo, J., Murthy, P. N. 2009. Characterization of gliclazide-PEG 8000 solid dispersions. Trop J Pharm Res. p. 417-424.
Bugay, D. E., Findlay, W., P. 1999. Pharmaceutical Excipients : Characterization by IR, Raman, and NMR Specthroscopy. New York : M. Dekker.
Craig, D. Q. M. 2002. The mechanism of drug release from solid dispersions in water-soluble polymer. International Journal of Pharmaceutics, p.131-144.
Das, S. K., Roy, S., Kalimuthu, Y., Khanam, J., Nanda, A. 2012. Solid dispersions: An approach to enhance the bioavailability of poorly water-soluble drugs. IJPPT, vol.1, p.37-46.
Dhirendra, K., Lewis, S., Udupa, N., Atin, K. 2009. Solid dispersions: A review. Pak. J. Pharm. Sci., vol.22, p. 234-246.
Harwood, M., Danielewska-Nikiel, B., Borzelleca, J., Flamm, G. W., Williams, G. M., Lines, T. C. 2007. A critical review of the data related to the safety of quercetin and lack of evidence of in vivo toxicity, including lack of genotoxic/carcinogenic properties. Food and Chemical Toxicology, vol.45, p.2179-2205.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
63
Karadag, A., Ozcelik, B., Huang, Q. 2014. Quercetin nanosuspension produced by high – pressure homogenization. J. Agric. Food. Chem. Vol. 62. P. 1852 – 1859.
Kakran, M., Sahoo, N. G., Li, L. 2011. Dissolution enhancement of quercetin through nanofabrication, complexation and solid dispersion. Colloids and Surfaces, p.121-130.
Kelly, G. S. 2011. Quercetin. Alternative Medicine Review, vol.16, p.172-194.
Launer, C., Dressman, J. 2000. Improving drug solubility for oral delivery using solid dispersions. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics, p.47-60.
Madaan, K., Lather, V., Pandita, D. 2014. Evaluation of polyamidoamine dendrimers as potential carriers for quercetin, a versatile flavonoid. Drug Delivery, Early Online, p.1-9.
Momic, T., Savic, J., Cernijog, U., Trene, P., Vasic, V. 2007. Protolytic equilibria and photodegradation of quercetin in aqueous solution. Collect. Czech. Commun., Vol. 72, No. 11, pp. 1447 – 1460.
Poddar, S. S., Nigade, S. U., Singh, D. K. 2011. Designing of ritonavir solid dispersion through spray drying. Der Pharmacia Lettre, p.213-223.
Retnowati, D., Setyawan, D. 2010. Peningkatan disolusi ibuprofen dengan sistem dispersi padat ibuproven-PVP K90. Majalah Farmasi Airlangga, vol.8, p.24-28.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J. and Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Edisi ke-6, London: Pharmaceutical Press, hal. 517-522.
Seema, R., Ankur, R., Marwaha, Arum, N. 2011. Biopharmaceutics classification system: A strategic tool for classifying drug substances. IRJP, vol.7, p. 53-59.
Serajuddin, A. T. M. 1999. Solid dispersion of poorly water – soluble drugs : Early promises, subsequent problems, and recent breakthroughs. Journal of Pharmaceutical Sciences. , Vol. 88. No. 10, p. 1058 – 1066.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
64
Shah, T. J., Amin, A. F., Parikh, J. R., Parikh, R. H. 2007. Process optimization and characterization solid dispersions of poorly water-soluble drugs. AAPS Pharm. Sci. Tech., vol.8, p.18-24.
Singh, S., Baghel, R. S., Yadav, L. 2011. A review on solid dispersion. Int. J. Of Pharm. & Life Sci., vol.2, p. 1078-1095.
Stahl, M. 2003. Peak Purity Analysis In HPLC And CE Using Diode-Array technology. Germani. Agilent Technology.
Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. 6-th Ed. London: Pharmaceutical Press. p.2305.
Tiwari, R., Tiwari, G., Srivastava, B., Rai, A. K. 2009. Solid dispersions: An overview to modify bioavailability of poorly water soluble drugs. Int. J. PharmTech Res., vol 1, p.1338-1349.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
65
Lampiran 1
Spektra FT – IR Quercetin
a. Hasil spektra yang telah dilakukan
QUERCETIN HYD.pk QUERCE~2.SP 3551 4000 450 14 69 4 %T 1 0 REF 4000 34 2000 61 600 3731 39 3411 14 2348 52 2326 54 1840 64 1825 65 1767 65 1729 63 1667 33 1612 19 1560 38 1522 20 1451 39 1429 46 1409 42 1383 29 1367 32 1319 24 1264 27 1243 33 1213 33 1199 29 1168 24 1141 50 1132 46 1093 46 1014 41 1000 55 933 59 884 62 864 56 842 55 824 41 806 50 795 48 785 51 721 50 703 51 691 51 679 51 657 53 638 47 603 48 576 55 552 57 497 57 472 60 457 61 END 48 PEAK(S) FOUND
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
66
b. Hasil spektra dari pustaka
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
67
LAMPIRAN 2
Spektra FT – IR PEG 8000
a. Spektra FT-IR yang telah dilakukan
PEG 8000..pk PEG800~2.SP 3551 4000 450 26 64 4 %T 3 1 REF 4000 31 2000 45 600 3885 33 3857 33 3806 33 3789 33 3743 34 3695 33 3660 32 3572 29 3469 27 2890 26 1969 44 1751 48 1718 47 1699 47 1651 45 1467 38 1412 47 1360 39 1342 35 1281 38 1242 41 1150 35 1108 28 1060 37 962 40 842 41 528 56 END 27 PEAK(S) FOUND
4000.0 3000 2000 1500 1000 450.020.0
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70.0
cm-1
%T
3885,333857,333806,333789,33
3743,34
3695,33
3660,323572,29
3469,272890,26
1969,44
1751,481718,471699,47
1651,45
1467,38
1412,47
1360,39
1342,35
1281,38
1242,41
1150,35
1108,28
1060,37
962,40842,41
528,56
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
68
b. Spektra FT-IR pustaka
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
69
LAMPIRAN 3
Termogram DTA Quercetin
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
70
LAMPIRAN 4
Termogram DTA PEG 8000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
71
LAMPIRAN 5
Pengamatan Serapan dan Panjang Gelombang Maksimum
Quercetin
Keterangan :
A : Quercetin 8,08 µg/mL
B : Quercetin 16,16 µg/mL
Sample Name: 16
Collection Time 10/03/15 17:10:22
Peak Table
Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 499.95nm to 199.94nm
B
A
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
72
Wavelength (nm) Abs
____________________________
497.99 0.0116
496.02 0.0114
494.06 0.0115
491.94 0.0123
489.07 0.0121
484.07 0.0128
481.94 0.0131
479.06 0.0126
476.03 0.0132
472.99 0.0133
467.98 0.0141
464.02 0.0139
460.06 0.0145
455.95 0.0147
453.05 0.0154
450.00 0.0157
444.97 0.0168
442.98 0.0174
440.99 0.0183
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
73
367.02 0.9219
254.04 0.9890
235.98 0.7016
230.01 9.9999
227.97 9.9999
225.92 0.5390
222.93 0.5306
219.95 0.5923
218.06 0.4837
216.01 0.4932
213.02 0.5158
210.03 0.4964
207.04 0.5594
204.99 0.5630
202.94 0.4196
201.05 0.5760
Sample Name: 8
Collection Time 10/03/15 17:14:26
Peak Table
Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
74
Range 499.95nm to 199.94nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
497.99 0.0219
494.06 0.0215
491.03 0.0221
488.01 0.0224
483.01 0.0228
479.06 0.0224
474.05 0.0230
471.93 0.0230
467.98 0.0235
466.00 0.0234
464.02 0.0233
459.00 0.0235
455.95 0.0238
451.99 0.0242
450.00 0.0243
446.95 0.0249
444.97 0.0249
442.98 0.0252
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
75
440.99 0.0259
437.94 0.0262
365.94 0.4952
324.04 0.2729
308.00 0.2350
254.04 0.5396
238.03 0.3562
233.00 0.3435
230.96 1.2047
227.97 0.1831
224.98 0.3070
222.93 0.3273
219.00 0.4434
215.07 0.4000
213.02 0.2671
210.03 0.4268
207.04 0.3148
204.04 0.3675
201.99 0.5436
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
76
LAMPIRAN 6
Kurva Baku Quercetin
Concentration Analysis Report
Calibration Collection time 10/03/15 17:26:07 Standard Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ Std 1 0.0282 0.0281 0.42 0.0282 0.0002 0.15 0.0283 Std 2 0.2038 0.2048 4.04 0.2042 0.0006 0.27 0.2039 Std 3 0.4280 0.4264 8.08 0.4270 0.0009 0.21 0.4266
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
77
Std 4 0.8596 0.8620 16.16 0.8607 0.0012 0.14 0.8605 Std 5 1.0748 1.0728 20.20 1.0754 0.0030 0.27 1.0786 Std 6 24.24 1.2630 0.0099 0.79 1.2687 1.2515 1.2687 Calibration eqn Abs = 0.05329*Conc -0.00212 Correlation Coefficient 0.99938 Calibration time 10/03/15 17:29:33
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
78
LAMPIRAN 7
Pengamatan Pengaruh PEG 8000 terhadap Spektra Quercetin
Sample Name: QCT-8ppm Sample Name:
QCT&PEG8000-8ppm
Peak Table
Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.06 -0.0001
Peak Table
Peak Type Peaks
Peak Threshold 0.0000
Range 500.02nm to 200.07nm
Wavelength (nm) Abs
____________________________
498.06 -0.0001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
79
493.98 -0.0002
492.01 -0.0001
487.93 0.0005
483.99 0.0012
478.99 0.0016
477.01 0.0015
473.98 0.0023
374.08 0.4228
333.94 0.2860
330.99 0.2838
328.04 0.2827
321.97 0.2813
319.01 0.2768
289.06 0.2254
266.07 0.4410
264.03 0.4407
254.94 0.4501
240.03 0.3748
226.99 0.4999
201.96 1.0006
495.04 -0.0004
492.01 -0.0000
487.93 0.0008
482.02 0.0008
478.99 0.0014
477.01 0.0013
466.99 0.0049
375.93 0.4343
372.99 0.4346
328.97 0.2848
323.06 0.2833
319.01 0.2784
289.06 0.2249
267.00 0.4478
264.97 0.4488
254.94 0.4624
226.99 0.5024
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
80
LAMPIRAN 8
Uji Homogenitas
1. Campuran Fisik 1:1
Replikasi Berat Penimbangan
(mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 40 0,5911 11,23 22,46 112,30 2 40,2 0,5983 11,36 22,72 113,03 3 40,2 0,5911 11,23 22,46 111,74
Rata-rata 112,36 SD 0,53
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
2. Campuran Fisik 1:2
Replikasi Berat Penimbangan
(mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 59,7 0,4881 9,28 23,2 116,58 2 59,8 0,4933 9,37 23,4 117,39 3 59,7 0,4903 9,32 23,3 117,09
Rata-rata 117,02 SD 0,33
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
81
3. Campuran Fisik 1:3
Replikasi Berat Penimbangan
(mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 81 0,5026 9,55 23,9 118,02 2 81,2 0,4969 9,44 23,6 116,26 3 80,7 0,4889 9,29 23,2 114,99
Rata-rata 116,42 SD 1,24
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
4. Dispersi Padat 1:1
Replikasi Berat
Penimbangan (mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 40,8 0,5278 10,03 25,1 123,04 2 40,6 0,5183 9,85 24,6 121,18
3 40,5 0,5282 10,04 25,1 123,95
Rata-rata 122,72 SD 1,15
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
82
5. Dispersi Padat 1:2
Replikasi Berat
Penimbangan (mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 59,4 0,5184 9,85 24,6 124,24 2 59,5 0,514 9,77 24,4 123,03 3 59,5 0,5116 9,72 24,3 122,52
Rata-rata 123,26 SD 0,72
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
6. Dispersi Padat 1:3
Replikasi Berat
Penimbangan (mg)
Absorban Kadar
Terbaca (ppm)
Berat diperoleh
(mg)
Perolehan Kembali
(%)
1 80,8 0,5072 9,64 24,1 119,31 2 80,2 0,5129 9,75 24,4 121,70 3 80,1 0,5023 9,55 23,9 119,35
Rata-rata 120,12 SD 1,12
Perhitungan jumlah quercetin setara dengan 20 mg :
mg
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
83
LAMPIRAN 9
Pengujian Kelarutan Jenuh Quercetin
WAKTU (menit)
REPLIKASI I
Serapan Kadar (ppm) (%b/v,10˄ -4)
0 0,0000 0,00 0,00
30 0,1421 2,72 2,72 60 0,0722 1,40 1,40
120 0,0813 1,57 1,57 180 0,0759 1,47 1,47 240 0,0856 1,65 1,65 300 0,0873 1,68 1,68 360 0,0928 1,79 1,79 420 0,1083 2,08 2,08
WAKTU (menit)
REPLIKASI II Serapan Kadar (ppm) (%b/v,10˄ -4)
0 0,0000 0,00 0,00 30 0,0885 1,70 1,70 60 0,0702 1,36 1,36
120 0,0812 1,56 1,56 180 0,0779 1,50 1,50 240 0,0909 1,75 1,75 300 0,0834 1,60 1,60 360 0,0899 1,73 1,73 420 0,0931 1,79 1,79
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
84
WAKTU (menit) REPLIKASI III
Serapan Kadar (ppm) (%b/v,10˄ -4) 0 0,0000 0,00 0,00
30 0,0668 1,29 1,29 60 0,0685 1,33 1,33
120 0,0773 1,49 1,49 180 0,0666 1,29 1,29 240 0,0759 1,47 1,47 300 0,0712 1,38 1,38 360 0,0593 1,15 1,15 420 0,0516 1,01 1,01
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
85
LAMPIRAN 10
Analisa Statistika Kelarutan Jenuh
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Wkt30 1.9033 3 .73636 .42514
Wkt60 1.3633 3 .03512 .02028
Pair 2 Wkt60 1.3633 3 .03512 .02028
Wkt120 1.5400 3 .04359 .02517
Pair 3 Wkt120 1.5400 3 .04359 .02517
Wkt180 1.4200 3 .11358 .06557
Pair 4 Wkt180 1.4200 3 .11358 .06557
Wkt240 1.6233 3 .14189 .08192
Pair 5 Wkt240 1.6233 3 .14189 .08192
Wkt300 1.5533 3 .15535 .08969
Pair 6 Wkt300 1.5533 3 .15535 .08969
Wkt360 1.5567 3 .35346 .20407
Pair 7 Wkt360 1.5567 3 .35346 .20407
Wkt420 1.6267 3 .55338 .31950
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
86
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean Lower Upper
Pair 1 Wkt30 - Wkt60
.54000 .70171
.40513
-1.2031
5
2.28315 1.333 2 .314
Pair 2 Wkt60 - Wkt120
-.17667 .02082
.01202
-.22838 -.12496 -14.700 2 .005
Pair 3 Wkt120 - Wkt180
.12000 .07211
.04163
-.05913 .29913 2.882 2 .102
Pair 4 Wkt180 - Wkt240
-.20333 .04041
.02333
-.30373 -.10294 -8.714 2 .013
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
87
Pair 5 Wkt240 - Wkt300
.07000 .09165
.05292
-.15767 .29767 1.323 2 .317
Pair 6 Wkt300 - Wkt360
-.00333 .20232
.11681
-.50592 .49926 -.029 2 .980
Pair 7 Wkt360 - Wkt420
-.07000 .21517
.12423
-.60452 .46452 -.563 2 .630
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
88
LAMPIRAN 11
Pengujian Kelarutan
SAMPEL %Terlarut (%b/v,10˄ -4)
Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3 Rata-rata SD QC 1,65 1,75 1,47 1,62 0,12
CF 1:1 0,79 1,28 1,37 1,15 0,25 CF 1:2 1,20 1,62 1,19 1,34 0,20 CF 1:3 0,93 0,97 0,94 0,95 0,02 DP 1:1 1,75 2,08 2,21 2,01 0,19 DP 1:2 2,58 2,34 2,37 2,43 0,11 DP 1:3 5,67 5,44 4,66 5,26 0,43
1. Quercetin
240 0.0859 0.0856 1.65 0.0856 0.0003 0.32 0.0854 qc 240 rep 2 0.1902
0.1905 3.44 0.1811 0.0006 0.34 0.1893
240 0.0763 0.0755 1.47 0.0759 0.0004 0.53 0.0759
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
89
2. Campuran Fisik 1:1
Analysis Collection time 29/03/15 20:47:23
Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ Sample 1 0.0401 0.0400 0.79 0.0402 0.0002 0.51 0.0404 Sample 2 0.0666 0.0658 1.28 0.0661 0.0004 0.67 0.0658 Sample 3 0.0714 0.0704 1.37 0.0708 0.0005 0.71 0.0706
3. Campuran Fisik 1:2 Analysis Collection time 24/03/15 19:17:03 Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ CF 12-4 rep 1 0.0617 0.0623 1.20 0.0620 0.0003 0.54 0.0620 CF 12-4 rep 2 0.0838 0.0839
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
90
1.62 0.0837 0.0005 0.34 0.0842 CF 12-4 rep 3 0.0620 0.0610 1.19 0.0613 0.0007 1.09 0.0608
4. Campuran Fisik 1:3 Analysis Collection time 31/03/15 19:48:20 Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ CF 13-4 rep1 0.0480 0.0474 0.93 0.0476 0.0004 0.76 0.0473 CF 13-4 rep2 0.0494 0.0497 0.97 0.0497 0.0004 0.71 0.0501 CF 13-4 rep3 0.0481 0.0476 0.94 0.0479 0.0002 0.52 0.0480
5. Dispersi Padat 1:1 Analysis Collection time 05/04/15 1:18:56 Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ DP 11-4 rep 1 0.0915 0.0906 1.75 0.0911 0.0005 0.52 0.0913 DP 11-4 rep 2 0.1089
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
91
0.1085 2.09 0.1086 0.0003 0.30 0.1083 DP 11-4 rep 3 0.1151 0.1155 2.21 0.1151 0.0005 0.41 0.1146
6. Dispersi Padat 1:2 Analysis Collection time 07/04/15 2:26:40 Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ DP 12-4-1 0.1357 0.1357 2.59 0.1352 0.0007 0.55 0.1344 DP 12-4-2 0.1224 0.1215 2.34 0.1219 0.0004 0.36 0.1219 DP 12-4-3 0.1248 0.1229 2.37 0.1238 0.0009 0.77 0.1239
7. Dispersi Padat 1:3 Analysis Collection time 15/04/15 0:04:30 Sample Concentration F Mean SD %RSD Readings mg/L ______________________________________________________________________ DP 13-4 REP 1 0.2979
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
92
0.2986 5.67 0.2978 0.0009 0.29 0.2969 DP 13-4 REP 2 0.2856 0.2864 5.44 0.2858 0.0005 0.17 0.2855 DP 13-4 REP 3 0.2448 0.2448 4.66 0.2444 0.0006 0.26 0.2436
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
93
LAMPIRAN 12
Hasil Statistika Uji Kelarutan
Multiple Comparisons
terlarut Tukey HSD
(I) Sampel
(J) Sampel
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
QC CF 1:1 .47667 .22505 .393 -.2918 1.2451
CF 1:2 .28667 .22505 .853 -.4818 1.0551
CF 1:3 .67667 .22505 .102 -.0918 1.4451
DP 1:1 -.39000 .22505 .607 -1.1585 .3785
DP 1:2 -.80667* .22505 .037 -1.5751 -.0382
DP 1:3 -3.63333* .22505 .000 -4.4018 -2.8649
CF 1:1 QC -.47667 .22505 .393 -1.2451 .2918
CF 1:2 -.19000 .22505 .975 -.9585 .5785
CF 1:3 .20000 .22505 .969 -.5685 .9685
DP 1:1 -.86667* .22505 .023 -1.6351 -.0982
DP 1:2 -1.28333* .22505 .001 -2.0518 -.5149
DP 1:3 -4.11000* .22505 .000 -4.8785 -3.3415
CF 1:2 QC -.28667 .22505 .853 -1.0551 .4818
CF 1:1 .19000 .22505 .975 -.5785 .9585
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
94
CF 1:3 .39000 .22505 .607 -.3785 1.1585
DP 1:1 -.67667 .22505 .102 -1.4451 .0918
DP 1:2 -1.09333* .22505 .004 -1.8618 -.3249
DP 1:3 -3.92000* .22505 .000 -4.6885 -3.1515
CF 1:3 QC -.67667 .22505 .102 -1.4451 .0918
CF 1:1 -.20000 .22505 .969 -.9685 .5685
CF 1:2 -.39000 .22505 .607 -1.1585 .3785
DP 1:1 -1.06667* .22505 .005 -1.8351 -.2982
DP 1:2 -1.48333* .22505 .000 -2.2518 -.7149
DP 1:3 -4.31000* .22505 .000 -5.0785 -3.5415
DP 1:1 QC .39000 .22505 .607 -.3785 1.1585
CF 1:1 .86667* .22505 .023 .0982 1.6351
CF 1:2 .67667 .22505 .102 -.0918 1.4451
CF 1:3 1.06667* .22505 .005 .2982 1.8351
DP 1:2 -.41667 .22505 .539 -1.1851 .3518
DP 1:3 -3.24333* .22505 .000 -4.0118 -2.4749
DP 1:2 QC .80667* .22505 .037 .0382 1.5751
CF 1:1 1.28333* .22505 .001 .5149 2.0518
CF 1:2 1.09333* .22505 .004 .3249 1.8618
CF 1:3 1.48333* .22505 .000 .7149 2.2518
DP 1:1 .41667 .22505 .539 -.3518 1.1851
DP 1:3 -2.82667* .22505 .000 -3.5951 -2.0582
DP 1:3 QC 3.63333* .22505 .000 2.8649 4.4018
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
95
CF 1:1 4.11000* .22505 .000 3.3415 4.8785
CF 1:2 3.92000* .22505 .000 3.1515 4.6885
CF 1:3 4.31000* .22505 .000 3.5415 5.0785
DP 1:1 3.24333* .22505 .000 2.4749 4.0118
DP 1:2 2.82667* .22505 .000 2.0582 3.5951
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
96
LAMPIRAN 13
Hasil Uji Disolusi
QCT REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,000 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 3,404 0,1740 3,404 3,064 62,40 155,988
10 3,572 0,1826 3,589 3,230 65,79 320,454 15 3,754 0,1919 3,789 3,410 69,45 338,091 20 3,721 0,1903 3,775 3,397 69,19 346,598 25 3,877 0,1982 3,949 3,554 72,39 353,947 30 3,726 0,1905 3,818 3,436 69,98 355,917
TOTAL AREA 1870,994 %ED 62,366
QCT REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,000 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 2,591 0,1325 2,591 2,332 45,72 114,309
10 2,934 0,1500 2,947 2,652 52,01 244,322 15 2,999 0,1533 3,027 2,724 53,41 263,540 20 3,021 0,1545 3,064 2,757 54,06 268,687 25 3,097 0,1583 3,155 2,839 55,67 274,339 30 3,216 0,1644 3,289 2,960 58,04 284,291
TOTAL AREA 1449,488 %ED 48,316
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
97
QCT REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 3,696 0,1890 3,696 3,326 63,97 159,923
10 3,943 0,2016 3,961 3,565 68,56 331,333 15 3,963 0,2026 4,001 3,601 69,25 344,539 20 4,053 0,2072 4,111 3,700 71,15 351,009 25 4,610 0,2357 4,688 4,219 81,14 380,738 30 3,972 0,2031 4,073 3,666 70,50 379,108
TOTAL AREA 1946,650 %ED 64,888
CF 1:1 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 3,23 0,165 3,230 2,907 58,14 145,350
10 3,737 0,191 3,753 3,378 67,56 314,242 15 3,697 0,189 3,732 3,359 67,17 336,824 20 3,824 0,196 3,877 3,490 69,79 342,412 25 3,932 0,201 4,004 3,604 72,08 354,679 30 3,871 0,198 3,963 3,567 71,34 358,539
TOTAL AREA 1852,047 %ED 61,735
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
98
CF 1:1 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 3,512 0,1796 3,512 3,161 60,78 151,962
10 3,829 0,1958 3,847 3,462 66,58 318,399 15 3,971 0,2030 4,008 3,607 69,36 339,848 20 4,54 0,2321 4,597 4,137 79,56 372,300 25 4,739 0,2423 4,818 4,336 83,39 407,372 30 4,596 0,2350 4,699 4,229 81,33 411,803
TOTAL AREA 2.001,683 %ED 66,723
CF 1:1 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000 5 3,747 0,1916 3,747 3,372 65,10 162,756
10 4,142 0,2118 4,161 3,745 72,29 343,483 15 4,143 0,2118 4,182 3,764 72,67 362,397 20 4,28 0,2188 4,340 3,906 75,41 370,190 25 4,214 0,2155 4,296 3,866 74,63 375,104 30 4,105 0,2099 4,208 3,787 73,11 369,347
TOTAL AREA 1983,276 %ED 66,109
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
99
CF 1:2 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,068 0,1569 3,068 2,761 56,47 141,166
10 3,589 0,1835 3,604 3,244 66,34 307,010
15 3,438 0,1758 3,471 3,124 63,89 325,566
20 3,47 0,1774 3,520 3,168 64,79 321,707
25 3,444 0,1761 3,512 3,161 64,63 323,572
30 3,527 0,1803 3,612 3,251 66,48 327,785
TOTAL AREA 1746,805
%ED 58,227
CF 1:2 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,072 0,1571 3,072 2,765 56,54 141,350 10 3,502 0,1791 3,517 3,166 64,74 303,191 15 3,348 0,1712 3,381 3,043 62,22 317,403 20 3,468 0,1773 3,518 3,166 64,74 317,415 25 3,439 0,1758 3,506 3,155 64,53 323,170 30 3,534 0,1807 3,618 3,256 66,59 327,796
TOTAL AREA 1730,325
%ED 57,677
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
100
CF 1:2 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,614 0,1848 3,614 3,253 61,95 154,886
10 4,001 0,2046 4,019 3,617 68,90 327,132
15 4,108 0,2100 4,146 3,731 71,08 349,935
20 4,246 0,2171 4,305 3,874 73,79 362,172
25 4,446 0,2273 4,526 4,073 77,59 378,448
30 4,304 0,2201 4,406 3,965 75,53 382,797
TOTAL AREA 1955,369
%ED 65,179
CF 1:3 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,841 0,1964 3,841 3,457 65,22 163,061
10 4,119 0,2106 4,138 3,724 70,27 338,740
15 4,383 0,2241 4,423 3,981 75,10 363,439
20 4,26 0,2178 4,322 3,890 73,39 371,229
25 4,31 0,2204 4,393 3,954 74,60 369,965
30 4,036 0,2064 4,141 3,727 70,31 362,275
TOTAL AREA 1968,709
%ED 65,624
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
101
CF 1:3 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,501 0,1790 3,501 3,151 58,35 145,875 10 4,501 0,2301 4,519 4,067 75,31 334,146 15 4,619 0,2362 4,659 4,193 77,65 382,396 20 4,728 0,2417 4,791 4,312 79,85 393,755 25 4,887 0,2499 4,974 4,476 82,90 406,869 30 4,852 0,2481 4,963 4,467 82,72 414,039
TOTAL AREA 2077,080
%ED 69,236
CF 1:3 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,942 0,2016 3,942 3,548 66,94 167,349 10 4,084 0,2088 4,104 3,693 69,69 341,563 15 4,180 0,2137 4,220 3,798 71,66 353,371 20 4,235 0,2165 4,296 3,866 72,95 361,535 25 4,305 0,2201 4,387 3,948 74,50 368,628 30 3,961 0,2025 4,065 3,658 69,02 358,809
TOTAL AREA 1951,254
%ED 65,042
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
102
DP 1:1 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0 0,000 0,000 0,00 0,000
5 1,029 0,0526 1,029 0,926 18,90 47,250
10 1,099 0,0562 1,104 0,994 20,28 97,951
15 2,295 0,1173 2,306 2,075 42,35 156,572
20 2,42 0,1237 2,442 2,198 44,86 218,009
25 2,887 0,1476 2,921 2,629 53,65 246,275
30 3,07 0,1570 3,119 2,807 57,28 277,341
TOTAL AREA 1043,398
%ED 34,780
DP 1:1 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 1,875 0,0959 1,875 1,688 34,44 86,097 10 1,878 0,0960 1,887 1,699 34,67 172,762 15 2,256 0,1153 2,275 2,047 41,78 191,119 20 2,3 0,1176 2,330 2,097 42,80 211,445 25 2,53 0,1294 2,572 2,314 47,23 225,073 30 2,652 0,1356 2,706 2,436 49,71 242,345
TOTAL AREA 1128,841
%ED 37,628
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
103
DP 1:1 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 2,26 0,1156 2,260 2,034 41,51 103,776 10 2,296 0,1174 2,307 2,077 42,38 209,723 15 2,626 0,1343 2,649 2,384 48,65 227,575 20 2,681 0,1371 2,717 2,445 49,90 246,384 25 2,877 0,1471 2,926 2,634 53,75 259,128 30 3,019 0,1544 3,070 2,763 56,38 275,321
TOTAL AREA 1321,906
%ED 44,064
DP 1:2 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 2,967 0,1517 2,967 2,670 53,41 133,515
10 3,466 0,1772 3,481 3,133 62,66 290,153
15 3,681 0,1882 3,713 3,342 66,84 323,730
20 3,803 0,1944 3,732 3,358 67,17 335,013
25 4,019 0,2055 4,089 3,680 73,59 351,907
30 4,092 0,2092 4,182 3,764 75,27 372,162
TOTAL AREA 1806,480
%ED 60,216
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
104
DP 1:2 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 2,597 0,1328 2,597 2,337 46,75 116,865 10 3,259 0,1666 3,272 2,945 58,90 264,104 15 3,578 0,1829 3,607 3,247 64,93 309,567 20 3,755 0,1920 3,802 3,422 68,44 333,425 25 3,97 0,2030 4,036 3,632 72,65 352,715 30 4,128 0,2111 4,214 3,792 75,85 371,238
TOTAL AREA 1747,915
%ED 58,264
DP 1:2 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 2,747 0,1405 2,526 2,273 46,40 115,990 10 3,405 0,1741 3,419 3,077 62,79 272,973 15 3,621 0,1851 3,652 3,287 67,07 324,666 20 3,81 0,1948 3,859 3,473 70,88 344,876 25 3,984 0,2037 4,052 3,647 74,42 363,250 30 4,077 0,2085 4,165 3,748 76,50 377,300
TOTAL AREA 1799,053
%ED 59,968
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
105
DP 1:3 REPLIKASI 1
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 3,394 0,1735 3,394 3,055 63,64 159,094
10 4,098 0,2095 4,115 3,703 77,16 351,983
15 4,502 0,2302 4,539 4,086 85,11 405,676
20 4,803 0,2456 4,863 4,377 91,18 440,739
25 4,871 0,2491 4,955 4,459 92,91 460,217
30 4,865 0,2487 4,973 4,476 93,25 465,390
TOTAL AREA 2283,099
%ED 76,103
DP 1:3 REPLIKASI 2
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 4,686 0,2396 4,686 4,217 79,57 198,934 10 5,018 0,2566 5,041 4,537 85,61 412,957 15 5,031 0,2572 5,080 4,572 86,26 429,663 20 5,227 0,2673 5,301 4,771 90,01 440,669 25 5,589 0,2858 5,689 5,120 96,60 466,535 30 5,242 0,2680 5,370 4,833 91,18 469,467
TOTAL AREA 2418,225
%ED 80,607
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
106
DP 1:3 REPLIKASI 3
waktu (menit)
kadar (ppm) absorban
Kadar koreksi Wuster
berat dalam
900 mL (mg)
% terlarut luas area
0 0,00 0,0000 0,000 0,000 0,00 0,000
5 4,392 0,2246 4,392 3,953 76,02 190,038 10 4,943 0,2527 4,943 4,449 85,55 403,920 15 4,881 0,2496 4,928 4,435 85,29 427,098 20 5,165 0,2641 5,236 4,712 90,62 439,778 25 5,589 0,2858 5,686 5,117 98,41 472,586 30 5,237 0,2678 5,362 4,826 92,80 478,028
TOTAL AREA 2411,449
%ED 80,382
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
107
LAMPIRAN 14
Hasil Statistika Uji Disolusi
Multiple Comparisons
ED30
Tukey HSD
(I) Sampel (J) Sampel
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
QC CF 1:1 -6.32667 3.59394 .591 -18.5985 5.9452
CF 1:2 -1.83667 3.59394 .998 -14.1085 10.4352
CF 1:3 -8.10667 3.59394 .328 -20.3785 4.1652
DP 1:1 19.99667* 3.59394 .001 7.7248 32.2685
DP 1:2 -.95667 3.59394 1.000 -13.2285 11.3152
DP 1:3 -20.50333* 3.59394 .001 -32.7752 -8.2315
CF 1:1 QC 6.32667 3.59394 .591 -5.9452 18.5985
CF 1:2 4.49000 3.59394 .863 -7.7818 16.7618
CF 1:3 -1.78000 3.59394 .999 -14.0518 10.4918
DP 1:1 26.32333* 3.59394 .000 14.0515 38.5952
DP 1:2 5.37000 3.59394 .744 -6.9018 17.6418
DP 1:3 -14.17667* 3.59394 .019 -26.4485 -1.9048
CF 1:2 QC 1.83667 3.59394 .998 -10.4352 14.1085
CF 1:1 -4.49000 3.59394 .863 -16.7618 7.7818
CF 1:3 -6.27000 3.59394 .601 -18.5418 6.0018
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
108
DP 1:1 21.83333* 3.59394 .000 9.5615 34.1052
DP 1:2 .88000 3.59394 1.000 -11.3918 13.1518
DP 1:3 -18.66667* 3.59394 .002 -30.9385 -6.3948
CF 1:3 QC 8.10667 3.59394 .328 -4.1652 20.3785
CF 1:1 1.78000 3.59394 .999 -10.4918 14.0518
CF 1:2 6.27000 3.59394 .601 -6.0018 18.5418
DP 1:1 28.10333* 3.59394 .000 15.8315 40.3752
DP 1:2 7.15000 3.59394 .461 -5.1218 19.4218
DP 1:3 -12.39667* 3.59394 .047 -24.6685 -.1248
DP 1:1 QC -19.99667* 3.59394 .001 -32.2685 -7.7248
CF 1:1 -26.32333* 3.59394 .000 -38.5952 -14.0515
CF 1:2 -21.83333* 3.59394 .000 -34.1052 -9.5615
CF 1:3 -28.10333* 3.59394 .000 -40.3752 -15.8315
DP 1:2 -20.95333* 3.59394 .001 -33.2252 -8.6815
DP 1:3 -40.50000* 3.59394 .000 -52.7718 -28.2282
DP 1:2 QC .95667 3.59394 1.000 -11.3152 13.2285
CF 1:1 -5.37000 3.59394 .744 -17.6418 6.9018
CF 1:2 -.88000 3.59394 1.000 -13.1518 11.3918
CF 1:3 -7.15000 3.59394 .461 -19.4218 5.1218
DP 1:1 20.95333* 3.59394 .001 8.6815 33.2252
DP 1:3 -19.54667* 3.59394 .001 -31.8185 -7.2748
DP 1:3 QC 20.50333* 3.59394 .001 8.2315 32.7752
CF 1:1 14.17667* 3.59394 .019 1.9048 26.4485
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
109
CF 1:2 18.66667* 3.59394 .002 6.3948 30.9385
CF 1:3 12.39667* 3.59394 .047 .1248 24.6685
DP 1:1 40.50000* 3.59394 .000 28.2282 52.7718
DP 1:2 19.54667* 3.59394 .001 7.2748 31.8185
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
110
LAMPIRAN 15
Hasil Statistika Slope
Multiple Comparisons
slope
Tukey HSD
(I) Sampel (J) Sampel
Mean
Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
QC CF 1:1 -.014333 .014087 .941 -.06243 .03377
CF 1:2 -.010333 .014087 .988 -.05843 .03777
CF 1:3 -.020333 .014087 .771 -.06843 .02777
DP 1:1 .079333* .014087 .001 .03123 .12743
DP 1:2 .001000 .014087 1.000 -.04710 .04910
DP 1:3 -.040667 .014087 .125 -.08877 .00743
CF 1:1 QC .014333 .014087 .941 -.03377 .06243
CF 1:2 .004000 .014087 1.000 -.04410 .05210
CF 1:3 -.006000 .014087 .999 -.05410 .04210
DP 1:1 .093667* .014087 .000 .04557 .14177
DP 1:2 .015333 .014087 .922 -.03277 .06343
DP 1:3 -.026333 .014087 .528 -.07443 .02177
CF 1:2 QC .010333 .014087 .988 -.03777 .05843
CF 1:1 -.004000 .014087 1.000 -.05210 .04410
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
111
CF 1:3 -.010000 .014087 .990 -.05810 .03810
DP 1:1 .089667* .014087 .000 .04157 .13777
DP 1:2 .011333 .014087 .981 -.03677 .05943
DP 1:3 -.030333 .014087 .376 -.07843 .01777
CF 1:3 QC .020333 .014087 .771 -.02777 .06843
CF 1:1 .006000 .014087 .999 -.04210 .05410
CF 1:2 .010000 .014087 .990 -.03810 .05810
DP 1:1 .099667* .014087 .000 .05157 .14777
DP 1:2 .021333 .014087 .733 -.02677 .06943
DP 1:3 -.020333 .014087 .771 -.06843 .02777
DP 1:1 QC -.079333* .014087 .001 -.12743 -.03123
CF 1:1 -.093667* .014087 .000 -.14177 -.04557
CF 1:2 -.089667* .014087 .000 -.13777 -.04157
CF 1:3 -.099667* .014087 .000 -.14777 -.05157
DP 1:2 -.078333* .014087 .001 -.12643 -.03023
DP 1:3 -.120000* .014087 .000 -.16810 -.07190
DP 1:2 QC -.001000 .014087 1.000 -.04910 .04710
CF 1:1 -.015333 .014087 .922 -.06343 .03277
CF 1:2 -.011333 .014087 .981 -.05943 .03677
CF 1:3 -.021333 .014087 .733 -.06943 .02677
DP 1:1 .078333* .014087 .001 .03023 .12643
DP 1:3 -.041667 .014087 .111 -.08977 .00643
DP 1:3 QC .040667 .014087 .125 -.00743 .08877
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani
112
CF 1:1 .026333 .014087 .528 -.02177 .07443
CF 1:2 .030333 .014087 .376 -.01777 .07843
CF 1:3 .020333 .014087 .771 -.02777 .06843
DP 1:1 .120000* .014087 .000 .07190 .16810
DP 1:2 .041667 .014087 .111 -.00643 .08977
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Peningkatan kelarutan.... Febrianti Setiawardani