BAB I
PENDAHULUAN
Di berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan
lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya
terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup
masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka
efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya
kualitas hidup masyarakat.
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi pada
lapisan epidermis superficial terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. Penyakit
kulit yang sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
misalnya ibu yang menggendong anaknya yang menderita scabies atau penderita yang
bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat
tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal
yakni :
1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada
malam hari
2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian
tetangga yang berdekatan
3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-
abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata –rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan ditemukan papul dan vesikel.
4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik.
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada daerah tubuh yang memiliki lapisan stratum
korneum yang tipis, seperti misalnya: axilla, areola mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong,
pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak
kaki.
1
Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer dikalangan masyarakat
padat. Banyak faktor yang menunjang perkembangan dari penyakit ini, antara lain: sosial
ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas,
kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik.1 Penyakit ini juga dapat
digolongkan ke dalam penyakit akibat hubungan seksual (PHS).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis.1 Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam
terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi. Wabah scabies pernah terjadi
pada zaman penjajahan Jepang (1942-1945),2 kemudian menghilang dan timbul lagi pada tahun
1965. Hingga kini, penyakit tersebut tidak kunjung reda dan insidensnya tetap tinggi.3
pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern.
Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1667, kemudian oleh Mellanby
dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II.1
Skabies menduduki peringkat ke-7 dari sepuluh besar penyakit utama di puskesmas dan
menempati urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit tersering di Indonesia.3 Ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit
ini, antara lain keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang
sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik seperti keadaan
penduduk dan ekologik.1 Penyakit ini juga dapat dimasukkan dalam Infeksi Menular Seksual
(IMS).5
1.2 Sejarah
Kepustakaan tertua mengenai skabies menyatakan bahwa orang pertama yang
menguraikan skabies adalah dokter Aboumezzan Abdel Malek ben Zohar yang lahir di Spanyol
pada tahun 1070 dan wafat di Maroko pada tahun 1162. Dokter tersebut menulis sesuatu yang
disebut “soab” yang hidup pada kulit dan menimbulkan gatal. Bila kulit digaruk muncul binatang
kecil yang sulit dilihat dengan mata telanjang.3
Pada tahun 1687, Giovan Cosimo Bonomo menulis surat kepada Fransisco Redi dan
menyatakan bahwa seorang wanita miskin dapat mengeluarkan “little bladder of water” dari lesi
skabies anaknya.3
Surat Bonomo ini kemudian dilupakan orang dan pada tahun 1812 Gales melaporkan
telah menemukan Sarcoptes scabiei dan tungau yang ditemukannya dilukis oleh Meunir.
3
Sayangnya, penemuan Gales ini tidak dapat dibuktikan oleh ilmuwan lainnya. Pada tahun 1820
Raspail menyatakan bahwa tungau yang ditemukan Gales identik dengan tungau keju sehingga
Gales dinyatakan sebagai penipu. Penemuan Gales baru diakui pada tahun 1839 ketika Renucci
seorang mahasiswa dari Corsica berhasil mendemonstrasikan cara mendapatkan tungau dari
penderita skabies dengan sebuah jarum.3
1.3 Etiologi
Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat
infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian hominis.2
Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis.1 Kutu ini khusus
menyerang dan menjalani siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia. Selain itu
terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes scabiei varian animalis
menyerang hewan seperti anjing, kucing, lembu, kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang
dan monyet. Sarcoptes scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia yang pekerjaannya
berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas, misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya
ringan, sementara, gatal kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi besar
dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi yang
bersih.2
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya,
yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih
kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan
keempat berakhir dengan alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut.1
4
Gambar 1. Tungau Scabies Betina
Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara cepat saat kontak kulit
dengan penderita. Tungau ini dapat merayap dengan kecepatan 2,5 cm – 1 inch per menit pada
permukaan kulit. Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal untuk dapat terjangkit
penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak dengan penderita, maka terjadi
peningkatan resiko tertular penyakit skabies.4
Yang menjadi penyebab utama gejala – gejala pada skabies ini ialah Sarcoptes scabiei
betina. Bila tungau betina telah mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada lapisan
tanduk kulit dimana ia meletakkan telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut siklus hidup
tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati,
kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan
kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur
akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki.
Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi
ada juga yang menyebutkan selama 8-17 hari.1 Studi lain menunjukkan bahwa lamanya siklus
hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau
betina bisa sampai 30 hari.4 Berikut dipaparkan gambar siklus hidup skabies.
5
Gambar 2. Siklus Hidup Tungau Skabies
Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan yaitu hingga lebih dari 30
hari.4 Tungau skabies ini umumnya hidup pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar (210C
dengan kelembapan relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes selama 24-36
jam.5
Sarcoptes scabiei varian hominis betina, melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana
yang akan diserang, yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti di lipatan-lipatan
kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area sekitar pusar dan penis. Pada bayi-bayi karena
seluruh kulitnya tipis, telapak tangan, kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat diserang.2 Tungau
biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe yang disekresi dibawah kulit. Selama makan,
mereka menggali terowongan pada stratum korneum dengan arah horizontal.4 Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya
yang betina dewasa secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia.
lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh odd-chain-length (misalnya pentanoic dan
lauric) dan tak jenuh(misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal tersebut
menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit manusia dan beberapa mamalia
dapat mempengaruhi baik insiden infeksi maupun distribusi terowongan tungau di tubuh. Bila
telah terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur setiap hari. Tungau dewasa
meletakkan baik telur maupun kotoran pada terowongan dan analog dengan tungau debu,
6
tampaknya enzim pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk menimbulkan
respons imun terhadap tungau skabies.5
1.4 Patogenesis
Sarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit yang berbentuk eritem, papul atau
vesikel pada kulit dimana mereka berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal.2
Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus. Rasa
gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi
respons imun terhadap tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit.
Tungau skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi hipersensitivitas tipe cepat.
Lesi-lesi di sekitar terowongan terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau
urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan hipersensitivitas tipe cepat.
Pada kasus skabies yang lain, lesi dapat berupa urtika, nodul atau papul, dan ini dapat
berhubungan dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan antibodi IgE
dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast.5
Di samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula
terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri.2 Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder.1
1.5 Epidemiologi
Beberapa sumber menuliskan bahwa skabies merupakan penyakit yang terdapat diseluruh
dunia dengan insiden yang berfluktuasi akibat pengaruh faktor yang belum diketahui
sepenuhnya.3 Untuk suatu sebab yang sulit dimengerti, penyakit skabies ternyata sering
menyebabkan epidemi yang diperkirakan setiap 30 tahun sekali. Sekitar tahun 1940-1970 pernah
terjadi pandemi terbesar di seluruh dunia. Penyakit ini sering terjadi terutama pada daerah
beriklim tropis dan subtropis.5
Di beberapa Negara yang sedang berkembang, prevalensi skabies sekitar 6-27% dari
populasi umum dan cenderung tinggi pada anak usia sekolah serta remaja. Menurut data
Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas di seluruh Indonesia pada tahun 1986
adalah 4,5-12,9% dan menduduki urutan ke-3 dari 12 penyakit kulit terbanyak.
7
Insiden penyakit skabies di Negara berkembang memperlihatkan siklus berfluktuasi yang
tidak dapat dijelaskan secara memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd immunity.
Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih
serin ditemukan pada anak-anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja). Di beberapa Negara
berkembang, penyakit ini dapat menjadi endemik secara kronis pada beberapa negara.5 Insidens
penyakit skabies ini sangat tinggi terutama pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni
yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai. Pada beberapa penelitian menemukan bahwa
di suatu pesantren yang padat penghuninya, prevalensi skabies mencapai 78,7% dimana
prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada kelompok yang higienenya kurang baik (72,7%) dan
pada kelompok yang higienenya baik prevalensi skabies hanya 3,8% dan 2,2%.3 Penelitian lain
yang dilakukan di Pondok Pesantren di kabupaten lamongan menunjukkan bahwa dari 338
santri, 64,20 % menderita skabies yang dimana angka ini lebih tinggi dari prevalensi pada
Negara sedang berkembang yang hanya 6-27% atau bahkan prevalensi di Indonesia yang hanya
4,60-12,75% saja. Dari penelitian tersebut didapati bahwa penyebab paling sering adalah karena
higiene yang buruk, sanitasi lingkungan yang kurang baik, serta perilaku para santri yang tidak
menjaga kesehatan.7
1.6 Beberapa Bentuk Skabies
Terkadang diagnosis skabies sukar ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-macam.
Selain bentuk skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies antara lain :
a. Skabies Nodula
Bentuk ini sangat jarang dijumpai dan merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap
tungau skabies, dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa nodul
yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis laki-laki, inguinal dan ketiak
yang dapat menetap selama berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit
diperlukan biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis atopik
kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi tidak jelas, maka penegakan
diagnosis dapat melalui adanya riwayat kontak dengan penderita skabies atau lesi
membaik denngan pengobatan khusus untuk skabies.5
b. Skabies Incognito
8
Seperti semua bentuk dermatitis yang meradang, skabies juga memberi respons terhadap
pengobatan steroid baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan kasus, skabies
menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan. Tetapi pada
beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis menjadi kabur, dan perjalanan
penyakit menjadi kronis dan meluas yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema
generalisata. Penderita ini tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan
adanya anggota keluarga lainnya.2,5
c. Skabies Pada Bayi
Skabies pada bayi dapat menyebabkan gagal tumbuh atau menjadi ekzema generalisata.
Lesi dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada
anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran suatu impetigo
atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus yang menyulitkan penemuan
terowongan.2,5,8
Gambar 3. Skabies pada Bayi (regio Pedis)
Gambar 4. Skabies Pada masa kanak-kanak (regio palmaris)
d. Skabies Norwegia
9
Skabies jenis ini sering disebut juga skabies berkrusta (crusted scabies) yang
memiliki karakteristik lesi berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau. Istilah
skabies Norwegia merujuk pada Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan ini yang
kemudian diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk lesi jenis skabies ini ditandai
dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Pe
Gambar 5. Skabies berkrusta pada regio abdomen
e. Skabies Pada Penderita HIV/AIDS
Gejala skabies pada umumnya tergantung pada respons imun, karena itu tidak
mengherankan bahwa spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan penderita
yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada masih sedikit,
tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS biasanya menderita bentuk
skabies berkrusta (crusted scabies). Selain itu, skabies pada penderita AIDS biasanya
juga menyerang wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada penderita
status imunologi yang normal.5
Seperti pada penderita umumnya, lesi skabies berkrusta pada penderita
AIDS mengandung tungau dalam jumlah besar dan sangat menular. Beberapa kasus
penularan nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah
dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan dengan
bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan Streptococcus grup A,
Streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti Enterobacter cloacae dan
Pseudomonas aeroginosa. Sebagian ahli menyarankan pemberian antibiotika profilaksis
pada penderita AIDS dengan skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain
menganjurkan tindakan yang tepat ada dengan pengawasan ketat.5
10
Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu yang lebih
lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu dengan dosis seminggu sekali
berhasil dengan baik, seperti halnya aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam.
Permetrin juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara bersamaan
dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti asam salisilat 6%. Akibat tebalnya krusta,
penetrasi topikal skabisid pada penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu,
jumlah tungau yang banyak juga membuat obat topikal kurang efektif. Sehingga
dianjurkan untuk penggunaan terapi skabisid orang yaitu ivermektin.5
1.7 Gejala Klinis
Ada 4 tanda kardinal :
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.1 Pada awalnya gatal terbatas
hanya pada lesi tetapi seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul
setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa gatal hanya dalam
waktu beberapa jam.5 Namun studi lain menunjukkan pada infestasi rekuren, gejala dapat
timbul dalam 4-6 hari karena telah ada reaksi sensitisasi sebelumnya.9
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
seluruh angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut.1 Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui
perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.3
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung
terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya
menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1 Berikut dipaparkan gambaran kelainan
kulit pada skabies.
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis,
yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan
11
perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah
kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.1
Berikut dipaparkan gambaran tempat predileksi skabies.
Gambar 9. Tempat Predileksi Skabies
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran mikroskopik tungau skabies.1
Gambar 10. Tungau Skabies pada Stratum Korneum
Gambar 11. Tungau Skabies Dewasa
12
Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas
pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat
predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang
kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo,
selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.2
1.8 Penegakan Diagnosis
Diagnosis klinis ditetapkan berdasarkan anamnesis yaitu adanya pruritus nokturna dan
erupsi kulit berupa papul, vesikel, dan pustule di tempat predileksi, distribusi lesi yang khas,
terowongan-terowongan pada predileksi, adanya penyakit yang sama pada orang-orang sekitar.3
Terowongan terkadang sulit ditemukan, dan petunjuk yang lazim adalah penyebaran yang khas.
Diagnosis definitif bergantung pada identifikasi mikroskopis adanya tungau, telur atau fecal
pellet.5 Seringkali tungau tidak dapat dapat ditemukan ditemukan walau terdapat lesi skabies
nodula yang klasik di genitalia, atau ruam yang khas dengan riwayat gatal-gatal pada anggota
keluarga yang lain. Dari beberapa penelitian yang telah lama dilakukan beberapa ahli
menemukan bahwa dari sebagian besar penderita skabies hanya dapat ditemukan sedikit tungau
dari setiap penderita.5 Hal ini yang terkadang menimbulkan kesalahan diagnosis. Selain itu,
kesalahan diagnosis juga disebabkan oleh pemeriksaan yang tidak adekuat.3 Infestasi skabies
sering disertai infeksi sekunder sehingga erupsi kulit tidak khas lagi dan menyulitkan
pemeriksaan. Karena sulitnya menemukan tungau, maka Lyell menyatakan diagnosis skabies
harus dipertimbangkan pada setiap penderita dengan keluhan gatal yang menetap walalupun
dengan cara ini dikatakan perevalensi skabies menjadi lebih tinggi dari yang sebenarnya.3
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan
mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:5
1. Kerokan kulit
Kerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau papula menggunakan
scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau
minyak imersi, diberi kaca penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat
tungau, telur atau fecal pellet.3,5
2. Mengambil tungau dengan jarum
13
Jarum dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang
kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial. Tungau akan memegang
ujung jarum dan dapat diangkat keluar.3,5
3. Epidermal shave biopsy
Menemukan terowongan atau papul yang dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk,
dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15 dilakukan sejajar
dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi
perdarahan dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi
minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.5
4. Kuretase terowongan
Kuretase superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula kemudian
kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di gelas objek dan ditetesi
minyak mineral.3,5
5. Tes tinta Burowi
Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan alkohol, maka
jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang karakteristik, berbelok-belok, karena
ada tinta yang masuk. Tes ini tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada
penderita yang non-kooperatif.5
6. Tetrasiklin topikal
Larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan
selama 5 menit kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol. Tetrasiklin
akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan terowongan akan tampak
dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis linier berwarna kuning kehijauan sehingga
tungau dapat ditemukan.3,5
7. Apusan kulit
Kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan selotip pada lesi dan diangkat dengan
gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang
sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.5
8. Biopsi plong (punch biopsy)
Biopsy berguna pada lesi yang atipik, untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya sekitar 12,
14
sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang meradang. Secara umum digunakan
punch biopsy, tetapi biopsy mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya
dilakukan tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.5
Dari berbagai cara pemeriksaan diatas, kerokan kulit merupakan cara yang paling mudah
dilakukan dan memberikan hasil yang paling memuaskan. Mengambil tungau dengan jarum
memerlukan keterampilan khusus dan jarang berhasil karena biasanya terowongan sulit
diidentifikasi dan letak tungau sulit diketahui. Swab kulit mudah dilakukan tetapi memerlukan
waktu lama karena dari 1 lesi harus dilakukan 6 kali pemeriksaan sedangkan pemeriksaan
dilakukan pada hampir seluruh lesi. Tes tinta Burowi dan uji tetrasiklin jarang memberikan hasil
positif karena biasanya penderita datang pada keadaan lanjut dan sudah terjadi infeksi sekunder
sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki tinta atau salep.3
1.9 Diagnosis Banding
Skabies dapat mirip berbagai macam penyakit sehingga disebut juga “The great
imitator”.1,3 Diagnosis banding skabies meliputi hampir semua dermatosis dengan keluhan
pruritus, yaitu dermatitis atopik, dermatitis kontak, prurigo, urtikaria popular, pioderma,
pedikulosis, dermatitis herpetiformis, ekskoriasi-neurotik, liken planus, penyakit Darier, gigitan
serangga, mastositosis, urtikaria, dermatitis eksematoid infeksiosa, pruritis karena penyakit
sistemik, dermatosis pruritik pada kehamilan, sifilis dan vaskulitis.3
1.10 Terapi
Terapi skabies harus segera dilakukan setelah penegakan diagnosis. Penundaan terapi
dapat menyebabkan infestasi tungau yang semakin banyak dan kemungkinan peningkatan
keparahan gejala.9 Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan juga dilakukan bagi
keluarga penderita yang memiliki gejala yang sama karena skabies yang tidak terobati biasanya
memiliki hubungan dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus pyogenes.10
Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihannya tergantung pada biaya dan
potensi toksiknya. Terkadang penderita menggunakan obat lebih lama dari waktu yang
dianjurkan, sehingga mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat
15
mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan, yang pada akhirnya
disalahartikan sebagai kegagalan terapi. Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh
kecuali wajah. Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode waktu yang
dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei, dan handuk dicuci menggunakan air panas.
Tungau akan mati pada suhu 130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan
kebersihan lingkungan dan perorangan.5
Penderita hendaknya diberikan pengertian bahwa meskipun penyakit telah diobati secara
adekuat, rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh anggota keluarga yang
memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan seksual. Para ahli merekomendasikan terapi
untuk anggota keluarga bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih
tinggi.5 Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Krim Permetrin ( Elimite, Acticin), yaitu suatu skabisid berupa piretroid sintesis yang
efektif pada manusia dengan toksisitas rendah, bahkan dengan pemakaian yang
berlebihan sekalipun dan obat ini telah dipergunakan lebih dari 20 tahun.5,11 Krim
permetrin ditoleransi dengan baik, diserap minimal dan tidak diabsorbsi sistemik, serta
dimetabolisasi dengan cepat.5,10 Obat ini merupakan terapi pilihan lini pertama
rekomendasi dari CDC untuk terapi tungau tubuh.12 Penggunaan obat ini biasanya pada
sediaan krim dengan kadar 1% untuk terapi tungau pada kepala dan kadar 5% untuk
terapi tungau tubuh. Studi menunjukkan Penggunaan permethrin 1% untuk tungau daerah
kepala lebih baik dari lindane karena aman dan tidak diabsorbsi secara sistemik.11 Cara
pemakaiannya dengan dioleskan pada seluruh area tubuh dari leher ke bawah dan dibilas
setelah 8-14 jam.12 Bila diperlukan, pengobatan dapat diulang setelah 5-7 hari kemudian.
Belum ada laporan terjadinya resistensi yang signifikan tetapi beberapa studi
menunjukkan adanya resistensi permethrin 1% pada tungau kepala namun dapat
ditangani dengan pemberian permethrin 5%.5,11 Permetrin sebaiknnya tidak digunakan
pada bayi berumur kurang dari 2 bulan atau pada wanita hamil dan menyusui namun
studi lain mengatakan bahwa obat ini merupakan drug of choice untuk wanita hamil.5,13
Dikatakan bahwa permethrin memiliki angka kesembuhan hingga 97,8% jika
dibandingkan dengan penggunaan ivermectin yang memiliki angka kesembuhan 70%.
Tetapi penggunaan 2 dosis ivermectin selama 2 minggu memiliki keefektifan sama
16
dengan permethrin. Efek samping yang sering timbul adalah rasa terbakar dan yang
jarang adalah dermatitis kontak dengan derajat ringan sampai sedang.14
2. Lindane 1% (gamma-benzen heksaklorida), merupakan pilihan terapi lini kedua
rekomendasi CDC.12 Dalam beberapa studi memperlihatkan keefektifan yang sama
dengan permetrin. Studi lain menunjukkan lindane kurang unggul dibanding permetrin.5
Lindane memiliki angka penyembuhan hingga 98% dan diabsorbsi secara sistemik pada
penggunaan topikal terutama pada kulit yang rusak.10 Sediaan obat ini biasanya sebanyak
60 mg.14 Cara pemakaiannya adalah dengan dioleskan dan dibiarkan selama 8 jam. Sama
seperti pada permetrin, kadang diperlukan pengolesan ulang 1 minggu setelah terapi
pertama. Salah satu kekurangan obat ini adalah absorbsi secara sistemik terutama pada
bayi, anak dan orang dewasa dengan kerusakan kulit yang luas. Lindane memiliki efek
samping yaitu toksik pada sistem saraf pusat dengan keluhan utama kejang.10 Lindane
sebaiknya tidak digunakan untuk bayi, anak dibawah 2 tahun, dermatitis yang meluas,
wanita hamil atau menyusui, penderita yang pernah mengalami kejang atau penyakit
neurologi lainnya. Sejak 1 januari 2002, Negara bagian California telah meninggalkan
pemakaian lindane. Belum ada laporan mengenai toleransi yang signifikan terhadap
pemakaian lindane.5,10
3. Sulfur, biasanya diresepkan sebagai sulfur presipitat (6%) dalam petrolatum. Sulfur
dipakai saat malam hari selama 3 malam dan dibersihkan secara menyeluruh 24 jam
terakhir. Kekurangannya adalah sulfur berbau, meninggalkan noda dan berminyak,
mengiritasi, membutuhkan pemakaian berulang, namun relatif aman, efektif dan tepat
untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan dan selama kehamilan atau menyusui.5,10
4. Benzil benzoat 25%, merupakan produk alamiah, disebut juga balsam Peru dan telah
dipergunakan lebih dari 60 tahun. Obat ini merupakan skabisid kerja cepat yang efektif
terhadap semua stadium namun tidak dijual bebas di Amerika Serikat. Penggunaannya
diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. Benzyl benzoate memiliki keefektifan yang
sama dengan lindane.1,5,10
5. Krim Krotamiton (Eurax) dianggap tidak cukup efektif untuk mengobati skabies.
Kualitas krim ini dibawah permetrin dan efektivitasnya setara dengan benzyl benzoat
atau sulfur.5
17
Selain itu juga terdapat terapi sistemik, khususnya untuk penderita AIDS. Ivermektin adalah
suatu antiparasit yang disahkan oleh FDA untuk onchocerciasis dan strongilodiasis pada
manusia.5 Ivermectin dikatakan merupakan pilihan terapi lini ketiga rekomendasi dari CDC.12
Ivermectin memiliki aktivitas spectrum luas pada nematoda dan arthropoda yang dapat
digunakan pada hewan dan manusia serta obat ini dapat digunakan pada terapi filariasis.10 Jika
dibandingkan dengan permethrin, angka kesembuhan dengan penggunaan ivermectin masih
lebih rendah dibandingkan permethrin tetapi jika dibandingkan dengan lindane, pada penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 80% pasien mengalami perbaikan gejala klinis lebih
banyak dibandingkan dengan penggunaan lindane yang hanya 44%.14 Sejak tahun 1993
dilaporkan bahwa ivermektin yang diberikan 1 atau 2 dosis oral 200 mg/kgBB menjadi terapi
skabies yang efektif pada penderita AIDS. Diperlukan studi control lebih lanjut dengan
menentukan dosis dan cara pemberian obat yang paling efektif, baik bagi penderita dengan status
imun normal ataupun pada penderita yang mengalami imunosupresi, serta keefektifan kombinasi
terapi oral dan topikal ivermektin.5,12 Penggunaan Ivermectin ini tidak boleh pada wanita hamil
dan menyusui.12 Sediaan ivermektin topikal, yaitu larutan ivermektin 1% dalam propilen-glikol
juga sedang diteliti penggunaannya sebagai terapi alternatif.5 Walaupun demikian, ivermectin
topikal dilarang penggunaannya di UK.11 Pada beberapa sumber dikatakan bahwa sediaan
crotamiton, benzyl benzoate, malathion, sulfur, dan ivermectin masih belum disetujui
penggunaannya oleh FDA untuk indikasi terapi skabies namun sumber lainnya mengatakan
penggunaan telah dapat ditolerir dan mulai banyak beredar namun di Negara tertentu
penggunaan dibatasi bahkan dilarang.14
Penyakit yang serius akibat skabies jarang didapatkan, kecuali pada bayi dan penderita
skabies berkrusta. Tetapi pruritus dan infeksi yang ditimbulkan dapat menjadi masalah dan
memerlukan terapi khusus. Lesi dengan fecal pellet terkadang memberi rasa gatal untuk
beberapa saat setelah tungau mati. Hal ini memerlukan pemberian antihistamin dan bila gatal
tetap mengganggu dapat diberikan steroid oral dalam waktu yang singkat. Bila didapatkan
superinfeksi oleh bakteri, antibiotic harus diberikan. Terdapat istilah acarofobia yaitu penderita
dengan delusi. Penderita mulai merasa bahwa pada kulit mereka masih terdapat tungau meskipun
telah diobati. Bila gangguan ini berkelanjutan maka diperlukan pertolongan psikiater.5
1.12 Prognosis
18
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan
memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia merupakan penjamu (hospes) definitif,
maka apabila tidak diobati dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada
manusia.1,2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama : R
Usia : 10 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Bangsa : Indonesia
Alamat : Jl. Sanjaya
Kunjungan pertama ke Poli IKKK RSK. Rivai Abdullah,
B. Anamnesis
Keluhan utama :
Bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, dan paha serta kemaluan sejak
dua pekan yang lalu
Keluhan tambahan: gatal pada daerah yang timbul bintil
Riwayat perjalanan penyakit:
19
Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil-bintil merah di sela-sela
kedua jari tangan. Bintil-bintil tersebut beberapa berisi cairan dan terasa gatal terutama di
malam hari. Bintil-bintil tersebut sering digaruk pasien sehingga bintil pecah dan
mengeluarkan cairan berwarna bening. Pasien belum berobat untuk keluhan ini.
Kisaran satu pekan yang lalu, pasien mengeluh bintil-bintil di sela-sela kedua jari
tangan bertambah banyak dan beberapa bintil ukurannya membesar serta terasa semakin
gatal. Pasien lebih sering menggaruknya sehingga menjadi luka dan ada beberapa bintil
yang bernanah. Selain itu, bintil serupa juga muncul di paha kiri dan kemaluan, Bintil-
bintil tidak bertambah banyak meskipun pasien berkeringat. Karena sering digaruk, bintil
tersebut menjadi koreng. Kemudian pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik IKKK
RSK. Rivai Abdullah.
Riwayat penyakit dahulu:
Pasien menyangkal pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama
Riwayat alergi obat, makanan dan detergen disangkal
Riwayat kontak atau memiliki hewan peliharaan terutama anjing disangkal
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
Riwayat alergi (galigato) pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit kulit pada keluarga disangkal
Pasien tinggal di rumah satu kamar dengan kakaknya, kakanya juga memiliki penyakit
dengan keluhan yang sama
Riwayat sosial ekonomi:
Orang tua pasien bekerja sebagai buruh. Status sosial ekonomi tergolong rendah.
Riwayat higiene:
- Pasien mandi dua kali sehari dengan air sumurdan menggunakan sabun mandi
- Pasien mengganti pakaiannya setiap hari
- Pasien tidak pernah menggunakan handuk bersama-sama dengan temannya
20
- Pasien tidur, satu tempat tidur dengan kakaknya.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Pernapasan : 24 x/menit
Tinggi Badan : 135 cm
Berat Badan : 28 kg
Keadaan Spesifik
Kepala
Wajah : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : tidak ada kelainan pada bentuk.
Telinga : tidak ada kelainan pada bentuk
Mulut : tidak ada kelainan pada bentuk
Leher : tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O
Dada : dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada tidak ada.
Jantung : HR=80x/menit, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Paru-paru : vesikuler normal, ronki dan wheezing tidak ada.
Perut : datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tak teraba, bising usus
dalam batas normal.
Ekstremitas
superior dan inferior : tidak ada kelainan pergerakan maupun deformitas
Kulit : lihat status dermatologikus
21
Kelenjar Getah Bening:
kelenjar getah bening pada submandibula, leher, axilla, dan inguinal tidak ada pembesaran
dan tidak ada nyeri pada penekanan
Status Dermatologikus:
Regio manus dextra et sinistra:
Papulo-vesikel multiple di interdigiti manus dextra et sinistra sebagian pustula ukuran milier
sampai lentikuler, batas tegas diskret.
Regio :
Papul multipel di gland penis ukuran milier dengan batas tegas diskret.
D. Pemeriksaan penunjang
22
Burrow test yang dilakukan pada regio manus dextra et sinistra: tampak terowongan.
E. Resume
Tn R, laki-laki, 10 tahun, pelajar, beralamat dalam kota, datang dengan keluhan
utama timbul bintil-bintil merah pada sela-sela kedua jari tangan, dan paha serta kemaluan
sejak dua pekan yang lalu yang disertai rasa gatal.
Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul papul eritem di region
interdigiti manus dextra et sinistra. Beberapa ada yang berupa papulo-vesikel dan terasa
gatal terutama di malam hari.
Kisaran satu pekan yang lalu, papulo-vesikel di region interdigiti manus dextra et
sinistra bertambah banyak serta terasa semakin gatal. Karena digaruk, menjadi luka dan
bernanah. Pasien tinggal di rumah sendiri dan tidur satu ranjang dengan kakaknya, kakak
pasien memiliki keluhan yang sama sebelumnya.
Pemeriksaan fisik status generalikus dan keadaan spesifik dalam batas normal.
Pada regio manus dextra et sinistra tampak Papulo-vesikel multiple sebagian pustula di
interdigiti manus dextra et sinistra ukuran milier sampai lentikuler, batas tegas diskret.
Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan tes burrow positif.
F. Diagnosis banding
Skabies
Prurigo
Pedikulosis Korporis
G. Diagnosis kerja
Skabies
H. Penalaksanaan
Penalaksanaan umum:
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan menjelaskan kepada pasien untuk
menghindari kontak dengan teman-teman maupun keluarganya.
23
- Memberikan pengarahan kepada pasien untuk lebih menjaga dan meningkatkan
kebersihan badan dan alat-alat yang dimiliki seperti handuk, pakaian dan lain-lain.
- Menyarankan kepada pasien untuk mencuci dan menjemur semua alat-alat tidur.
- Menyarankan kepada pasien untuk menghindari pemakaian handuk dan pakaian secara
bersama-sama.
Penatalaksanaan khusus:
- Krim permetrin 5%. Cara pemakaian: oleskan pada daerah yang terdapat lesi
kemudian diamkan selama 8-14 jam (catatan: penggunaannya hanya sekali. Jika belum
sembuh dapat diulangi satu minggu kemudian)
- Krim asam fusidat 2% 2x sehari
- Tablet Mebhydrolin napadysilate 2x 50 mg
I. Pemeriksaan anjuran
- Biakan dan tes resistensi mikroorganisme
- Pemeriksaan dengan KOH 10%, dilakukan kerokan kulit
- Pemeriksaan dengan pewarnaan gram
J. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis. Sarcoptes scabiei ini dapat ditemukan di dalam
terowongan lapisan tanduk kulit pada tempat-tempat predileksi. Insiden penyakit skabies di
Negara berkembang memperlihatkan siklus berfluktuasi yang tidak dapat dijelaskan secara
memuaskan, mungkin berhubungan dengan teori herd immunity. Skabies dapat diderita semua
orang tanpa membedakan usia dan jenis kelamin; akan tetapi lebih serin ditemukan pada anak-
anak usia sekolah dan dewasa muda (remaja).
Pada kasus didapatkan seorang pasien laki-laki, 10 tahun, seorang pelajar datang dengan
keluhan utama gatal – gatal disertai bintil-bintil kemerahan di punggung tangan, telapak tangan,
sela – sela jari, telapak tangan, dan paha serta kemauluan sejak 2minggu yang lalu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan yang
dilakukan.
Anamnesis
Teori Kasus
25
Berdasarkan anamnesis yaitu adanya
pruritus nokturna yaitu artinya gatal
pada malam hari yang disebabkan
karena aktivitas tungau ini lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas.
Adanya penyakit yang sama pada
orang-orang sekitar. Kebiasaan
menggunakan alat pribadi yang sama.
Dari anamnesis didapatkan bruntus –
bruntus kemerahan yang gatal timbul pada sela
kedua tangan, punggung tangan, paha dan
kemaluan. Keluhan gatal dirasakan semakin
hebat terutama pada malam hari.
Pasien tinggal bersama orang tuanya di
rumah dan riwayat orang sekitar yang
mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh
bapak pasien, yakni kakak pasien yang
merupakan teman sekamar.
Dari anamnesis didapatkan bruntus – bruntus kemerahan yang gatal timbul pada sela
kedua tangan, punggung tangan, paha dan kemaluan. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat
terutama pada malam hari. Pasien tinggal bersama orang tuanya di rumah dan riwayat orang
sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh bapak pasien, yakni kakak pasien
yang merupakan teman sekamar. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana
hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal
skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.
Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :
Cardinal Sign pada Skabies
Teori Kasus
Ada 4 tanda kardinal :1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada
malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui
1. Pruritus nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh angota keluarga terkena infeksi. Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.
26
perlengkapan tidur, pakaian atau handuk.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).1
Berikut dipaparkan gambaran kelainan kulit pada skabies.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik.
Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna, adanya orang di sekitar
pasien yang mengalami keluhan yang sama dan ditemukannya kanalikuli.
Dari status dermatologinya kita dapatkan bahwa terdapat lesi . Pada pemeriksaan
dermatologis didapatkan lesi regional pada region palmar manus bilateral. Papula eritematosa,
multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter
0,3 – 1 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Kemudian tampak bentukan vesikel dan
pustul yang sudah pecah berwarna kemerahan, dengan garis abu-abu di tepinya.
STATUS DERMATOLOGIKUS
Teori Kasus
27
Lokasi :Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki, dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.Efloresensi :Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.
Lokasi :,interdigitalis bilateral, palmar dan dorsum manus bilateral, genitalia eksterna
Efloresensi :Papula eritematosa, multiple, diskret, bilateral, batas tegas, bentuk bulat, ukuran miliar sampai lentikuler diameter 0,3 – 1 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Kemudian tampak bentukan vesikel dan pustul yang sudah pecah berwarna kemerahan, dengan garis abu-abu di tepinya.
Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana di dalam teori dikatakan bahwa predileksi
terjadinya pada daerah dengan stratum korneum yang tipis
Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu prurigo dan pedikulosis kapitis.
Diagnosa Banding Skabies Prurigo Pedikulosis korporisDefinisi Penyakit kulit menular
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varians hominis (jenis kutu,tungau) jenis manusia dan produknya pada tubuh
Prurigo, adalah penyakit kulit yang ditandai dengan gangguan kulit berbentuk papula dan nodul (ukurannya bervarisai), berwarna kecoklatan hingga kehitaman (hiperpigmentasi), kronis (berlangsung lebih 6 minggu) dan bersifat kumat-kumatan (residif).
Sinonim:Penyakit VagabondDefinisi: Penyakit kulit menular yang disebabkan oleh gigitan pediculus humanus var corporis.
Anamnesis Gatal terutama dimalam hari (disebabkan adanya peningkatan aktivitas tungau pada saat meningkatnya suhu tubuh)
Tanda khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.
Rasa gatal di kulit. Hal ini disebabkan kutu sewaktu menghisap darah mengeluarkan air liur.
28
Etiologi Penyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan Acarus scabiei dan Sarcoptes scabiei varian hominis.2 Sarcoptes scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, superfamili Sarcoptes.
Penyebab pasti belum diketahui, diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga.
Gigitan pediculus humanus var corporis.
Lesi Terdapat berbagai variasi dalam gambaran klinis, mulai dari bentuk-bentuk yang tidak khas pada orang-orang yang tingkat kebersihannya tinggi, berupa papul-papul saja pada tempat predileksi. Tidak jarang terjadi infeksi sekunder akibat garukan dengan kebersihan kuku yang kurang baik. Pada kasus-kasus yang kebersihannya kurang baik dapat terlihat ektima, impetigo, selulitis, folikulitis, dan furunkulosis.
Tanda khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.
UKK: Akibat gigitan timbul papul-papul milier berwarna kemerahan,kadang timbul urtikaria disekitarnya,garis-garis bekas garukan yang sejajar,terutama dibahu.Pada kasus kronik tampak adanya likenifikasi dan hiperpigmentasi.
Predileksi Pada kulit yang tipis, dan kelembaban tinggi serta hangat misal:umbilikus, pergelangan tangan volar, sela genital, sela-sela jari tangan,sela ketiak,sela bokong,sela paha, sela siku fleksor, sela lipat telapak tangan, sela lipatan nadi,lipat mame,telapak kaki.
Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris.
Daerah ketiak, pinggang, inguinal, bahu, punggung dada, abdomen.
29
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Kerokan kulit2. Mengambil tungau
dengan jarum3. Epidermal shave
biopsy4. Kuretase
terowongan5. Tes tinta Burowi6. Tetrasiklin topikal7. Apusan kulit8. Biopsi plong
(punch biopsy)
1. Pemeriksaan darah2. Pemeriksaan tinja3. Pemeriksaan radiologi4. Tes tusuk berbagai
alergen, parasit dan serangga
Pemeriksaan:Mencari kutu di lipatan pakaian.
Prurigo hebra yaitu penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, sering terdapat
pada anak dengan tingkat social ekonomi dan hygiene rendah. Penyebab pasti belum diketahui,
diduga sebagai penyakit herediter, akibat kepekaan kulit terhadap gigitan serangga. Tanda
khasnya adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal.
Tempat predileksinya di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris. Diagnosis ini dapat
disingkirkan karena pasien baru mengalami keluhan 4 hari yang lalu dan tidak peka tehadap
gigitan nyamuk.
Sedangkan pada pedikulosis korporis kelainan kulitnya berupa papul milier disertai bekas
garukan yang menyeluruh pada tubuh pasien. Pada dermatitis, meskipun memberikan kelainan
kulit yang hamper sama namun pada dermatitis tidak akan ditemukan kanalikuli, adan pada
anamnesa tidak didapatkan adanya anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama.
Penatalaksanaan pada kasus scabies dapat dilakukan baik dengan non- medikamentosa
dan medikamentosa.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan obat secara
topikal dan sistemik.
30
TERAPI
Teori Kasus
1.UMUM1. Mandi dengan air hangat dan
keringkan badan. 2. Pengobatan yang diberikan dioleskan
di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam hari sebelum tidur.
3. Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.
4. Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila perlu direndam dengan air panas
5. Jangan ulangi penggunaan skabisd yang berlebihan dalam seminggu walaupun rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.
6. Setiap anggota keluarga serumah sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut menjaga kebersihan
3. Khusus Pengobatan skabies yang bervariasi dapat berupa topikal maupun oral.
a. Permethrinb. Presipitat Sulfur 2-10% c. Benzyl benzoate
d. Gamma benzene heksaklorida (Lindane) e. Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine) f. Ivermectin
g. Monosulfiranh. Malathion
3. Penatalaksanaan skabies berkrusta
Terapi skabies ini mirip dengan bentuk umum lainnya, meskipun skabies berkrusta berespon lebih lambat dan umumnya membutuhkan beberapa pengobatan dengan skabisid. Kulit yang diobati meliputi kepala, wajah, kecuali sekitar mata, hidung, mulut dan khusus dibawah kuku jari
1. UMUMa. Menjelaskan kepada pasien
mengenai penyakit dan cara penularannya
b. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular
c. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan tempat tinggal
d. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan menggunakan air panas
e. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin
f. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan resiko infeksi
g. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama
h. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan selama 8 jam hingga keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.
2. KHUSUSa. Topikal
Kompres cairan antiseptik pada daerah lesi
Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu.
b. Sistemik Anti histamin : Klorfeniramin
31
tangan dan jari kaki diikuti dengan penggunaan sikat di bagian bawah ujung kuku. Pengobatan diawali dengan krim permethrin dan jika dibutuhkan diikuti dengan lindane dan sulfur. Mungkin sangat membantu bila sebelum terapi dengan skabisid diobati dengan keratolitik.
maleat 2 x ½ tablet Tablet Mebhydrolin
napadysilate 2x 50 mg
Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada
malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa
obat topikal yang paling baik diberikan pada anak-anak berupa permetrin 5 % mengingat efektif
pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah. Serta penggunannya yang mudah
dan dapat diperoleh dengan midah di apotek.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan benar
dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu
perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama.
Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei
akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes
scabiei.
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko, R. Skabies. In : Djuanda, A. Hamzah, N. Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009 : 119-122
2. Makatutu, H. Penyakit Kulit Oleh Parasit Dan Insekta. In : Harahap, M. Penyakit Kulit. Jakarta : PT Gramedia. 1990 : 100-104
3. Sungkar S. Skabies. Jakarta : Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 1995 : 1-25
32
4. Beggs, J. dkk. Scabies Prevention And Control Manual. USA : Michigan Department Of Community Health. 2005 : 4-6, 10
5. Murtiastutik D. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual : Skabies. Edisi 1. Surabaya : Airlangga University Press. 2005 : 202-208
6. Setyaningrum, T. Listiawan, M. Zulkarnain, I. Kadar Imunoglobulin E-Spesifik Terhadap Tungau Debu Rumah Pada Penderita Skabies Nonatopi Anak. Berkala Ilmu Kesehatan Dan Kelamin 2007 : 19 : 100
7. Ma’rufi, I. Keman, S. Notobroto, H. Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2005 : 2 : 11-17
8. Chosidow, O. Scabies. The New England Journal Of Medicine 2006 : 1718-1727
9. Department Of Public Health. Scabies. USA : Department Of Public Health Division Of Communicable Disease Control. 2008 : 1-3
10. McCarthy, J. Kemp, D. Walton, S. Currie, B. Review Scabies : More Than Just An Irritation. Postgrad Medical Journal 2004 : 80 : 382-386
11. Cox, N. Permethrin Treatment In Scabies Infestasion : Important Of Correct Formulation. British Medical Journals 2000 : 320 : 37-38
12. Johnston, G. Sladden, M. Scabies : Diagnosis And Treatment. British Medical Journal 2005 : 331 : 619-622
33