Sistem Pengelolaan Keuangan Permerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintahan
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,dan pengawasan
keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik
dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang
disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan
atau fungsi utama dari suatu organisasi, sedangkan prosedur-prosedur yang saling
berhubungan disusun sesuai dengan skema yang menyeluruh adalah suatu urut-urutan
pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih,
disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi yang
terjadi dalam suatu organisasi.
A.Pengertian Keuangan Daerah
Menurut Deddy Supriady Bratakusumah & Dadang Solihin (2004 : 379 Dalam Arafi)
keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut, dalam kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD).
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
Menurut UU Nomor 58 Tahun 2005,Keuangan Daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut..
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan
B.Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. yang
dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah otonom
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah daerah merupakan
bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari
keuangan negara.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan
aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud,
merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan elemen pokok
dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin pelaksanaan pengelolaan
keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan keuangan daerah meliputi
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.
C.Ruang Lingkup Keuangan Daerah
Bahasan ruang lingkup keuangan daerah meliputi hak daerah, kewajiban daerah,
penerimaan daerah, pengeluaran daerah, kekayaan daerah dan kekayaan pihak lain yang
dikuasai daerah. secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa ruang lingkup keuangan daerah
meliputi hal-hal dibawah ini:
1) Hak daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan pinjaman ;
2) Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan membayar
tagihan pihak ketiga;
3) Penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian ini harus
dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua penerimaan merupakan
pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayan bersih;
4) Pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah pengeluaran
daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja daerah adalah
kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
5) Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat berharga,
piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga, termasuk kekayaan yang
dipisahkan pada perusahaan daerah;
6) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU keuangan Negara menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain adalah meliputi kekayaan yang dikelola
oleh orang atau badan lain berdasarkan kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan
kementerian negara/lembaga, atau perusahaan negara/daerah.
Dalam pemberdayaan pemerintah daerah ini, maka perspektif perubahan yang diinginkan
dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah adalah :
1. pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public
oriented);
2. kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumya dan anggaran
daerah pada khususnya;
3. desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait
dalam pengelolaan anggaran, seperti DPRD, KDH, Sekda dan perangkat daerah
lainnya;
4. kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan
keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi
dan akuntabilitas;
5. kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, KDH dan PNS Daerah, baik ratio
maupun dasar pertimbangannya;
6. ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja, dan anggaran
multi-tahunan;
7. prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih professional;
8. prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan
publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan
transparansi informasi anggaran kepada publik;
9. aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi,
dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat
pemerintah daerah;
10. pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi
anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap
penyebarluasan informasi.
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah.Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan
daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip:
1. Tanggung jawab (accountability). Pemerintah daerah harus
mempertanggungjawabkan keuangannya kepada lembaga atau orang yang
berkepentingan sah, lembaga atau orang itu adalah Pemerintah Pusat, DPRD, Kepala
Daerah dan masyarakat umum.
2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus ditata dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua kewajiban atau ikatan keuangan
baik jangka pendek, jangka panjang maupun pinjaman jangka panjang pada waktu
yang telah ditentukan.
3. Kejujuran. Hal-hal yang menyangkut pengelolaan keuangan daerah pada prinsipnya
harus diserahkan kepada pegawai yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya.
4. Hasil guna (effectiveness) dan daya guna (efficiency). Merupakan tata cara mengurus
keuangan daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah dengan
biaya yang serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.
5. Pengendalian. Aparat pengelola keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawasan
harus melakukan pengendalian agar semua tujuan tersebut dapat tercapai
D.Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
1.Kepala Daerah
selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah Kepala daerah
mempunyai kewenangan:
1) Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD
2) Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah
3) Menetapkan kuasa pengguna anggaran / barang
4) Menetapkan bendahara penerimaan dan / atau bendahara pengeluaran
5) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah
6) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah
7) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah
8) Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran
Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya berupa perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban serta pengawasan keuangan daerah
kepada:
1) Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah
2) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku PPKD, dan
3) Kepala Satuan Kerja PemerintahDaerah (SKPD) selaku pengguna anggaran /
barang daerah
2. Koordinator Pengelola Keuangan Daerah
Yang dimaksud dengan koordinator adalah terkait dengan peran dan fungsi Sekretaris
Daerah membantu Kepala Daerah dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah.
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam konteks
pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah mempunyai tugas koordinasi dibidang
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD, menyiapkan pedoman
pelaksanaan APBD, dan memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD.
Sekretaris Daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi dibidang:
1) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD
2) Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah
3) Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
4) Penyusunan Ranperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
5) Tugas tugas pejabat perencana daera, PPKD, dan pejabat pengawaas keuangan
daerah, dan
6) Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban APBD
Tugas tugas sebagaimana dimaksud koordinator pengelolaan keuangan daerah juga
mempunyai tugas:
1) Memimpin tim anggaran pemerintah daerah (TAPD)
2) Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD
3) Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah
4) Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD, dan
5) Melaksanakan tugas tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya,
berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
PPKD selaku pengelola APBD mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
2) Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
3) Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah
4) Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Daerah
5) Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD, dan
6) Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah
PPKD selaku BUD berwenang:
1) Menyusun kebijakan dann pedoman pelaksanaan APBD
2) Mengesahkan DPA-SKPD
3) Melaksanakan pemungutan pajak daerah
4) Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD
5) Menyimpan uang daerah
6) Melaksanakan pemungutan pajak daerah
7) Menyajikan informasi keuangan daerah
8) Melakukan penagihan piutang daerah
9) Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang miilik
daerah
4. Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah Pada SKPD
Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah
daerah selaku penggunaan anggaran / barang. Kepala satuan kerja perangkat daerah didalam
melaksanakan tugasnya sebagai pengguna anggaran dibantu oleh:
1) Pejabat kuasa pengguna anggaran
2) Pejabat pelaksanaan teknis kegiatan (PPTK)
3) Pejabat penata usaha keuangan (PPK)
4) Bendahara penerimaan dan pengeluaran
5. Pejabat pengguna anggaran
Pengguna anggaran adalah pejabat pemegang kekuasaan pengguanaan anggaran
belanja daerah, yang terdiri dari kepala satuan kerja perangkat daerah yang ditetapkan
sebagai pengguna anggaran. Dalam konteks penyusunan, pelaksanaan dan penata usahaan,
pengguna anggaran mempunyai tugas dan wewenang antara lain :
1) Menyusun RKA-SKPD
2) Menyusun DPA-SKPD
3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja
4) Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
5) Melakukan pemungutan penerimaan bukan pajak
6) Menanda tangani SPM
7) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya
8) Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
9) Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Daerah melalui
Sekretaris Daerah
6. Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat pengguna anggaran atau pengguna barang dalam melaksanakan tugas-tugas
dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada Kepala Unit Kerja atau Penanggung
Jawab Program pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran atau kuasa pengguna barang
Penetapan pejabat yang ditunjuk sebagai kuasa pengguna anggaran dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan. Kuasa pengguna anggaran bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada pengguna anggaran.
7. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Pejabat pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran dalam melaksanakan
program dan kegiatan menunjuk pejabat pada SKPD selaku pejabat pelaksana teknis kegiatan
(PPTK) yang mempunyai tugas antara lain :
1) Mengendalikan pelaksanakan kegiatan
2) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan
3) Menyiapkan dokumen anggaran atas pelaksanaan kegiatan
8. Pejabat Penata Usahaan Keuangan SKPD
Dalam rangka melaksanakan wewenangn atas penggunaan anggaran yang dimuat
dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha
keuangan pada SKPD, disebut pejabat penata usahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD)
mempunyai tugas antara lain :
1) Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa
2) Meneliti kelengkapann SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS gaji dan tunjangan
PNS serta penghasilan lainnya yang diajukan oleh bendahara pengeluaran
3) Melakukan verifikasi SPP
4) Menyiapkan SPN
5) Melakukan verifikasi harian atas penerimaan
6) Melaksanakan akuntansi SKPD
7) Menyiapkan laporan keuangan SKPD
9. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Bendahara penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima,
meyimpan, menyetorkan, menata usaha dan mempertanggung jawabkan uang pendapatan
daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD. Bendahara pengeluaran bertanggung
jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Sehingga apabila terjadi
kesalahan pembayaran baik mengenai jumlah maupun penerimanya menjadi tanggung jawab
bendahara pengeluaran demikian halnya adanya kekurangan kas.
Pada setiap SKPD ditunjuk satu bendahara pengeluaran dan apabila pada SKPD
tersebut terdapat sumber pendapatan yang dikelola maka ditunjuk satu bendahara
penerimaan. Dalam melaksanakan fungsinya, bendahara penerimaan dan bendahara
pengeluaran dapat dibantu oleh beberapa pembantu bendahara yang terdiri dari kasir atau
penyimpan uang, dan pembuat dokumen.
10. Organisasi Pengelolaan Keuangan Daerah
Organisasi pengelola keuangan daerah pada satuan kerja perangkat daerah dijelaskan
sebagai berikut :
1) Pengguan anggaran
2) Kuasa pengguna anggaran
3) Pejabat pelaksanaan teknis kegiatan (PPTK)
4) Pejabat penata keuangan (PPK)
5) Bendahara penerima dan bendahara pengeluaran
Tanggung Jawab
Sebelum reformasi, tanggung jawab pengelola keuangan diatur dalam Kepres 18
tahun 2000 menyatakan pemimpin proyek bertanggung jawab terhadap fisik dan keuangan.
Hal tersebut terjadi karena pada saat itu pengelolaan APBD pada masing-masing satuan kerja
dilakukan oleh pimpro sesuai dengan DIP.
.
E.Sumber Keuangan Daerah
Dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan daerah
terdiri atas :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan, terdiri dari :
1) Pendapatan daerah
2) Belanja daerah
3) Pembiayaan daerah
Selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan anggaran belanja daerah
mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit APBD.
Surplus Anggaran
Terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran
belanja daerah. Dalah hal APBD diperkirakan surplus, diutamakan untuk pembayaran
pokok hutang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada
pemerintah pusat/daerah, transfer ke dana cadangan dan sisa lebih tahun anggaran
berjalan.
Defisit Anggaran
Terjadi apabila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran
belanja daerah. Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk
menutup deficit tersebut yang diantaranya bersumber dari sisa lebih perhitungan
anggaran lalu, penggunaan dana cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan kembali pemberian pinjaman atau
penerimaan piutang.
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum
Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun
anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pendapatan daerah terdiri dari :
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang bertujuan untuk
memberikan keleluasan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi yang
bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
2) Dana Perimbangan
Dana perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai
kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi
kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah sehingga merupakan sistem
transfer dana dari Pemerintah.
3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah adalah pendapatan yang diterima seperti
pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil dari provinsi, dana penyesuaian
dari otonomi khusus dan bantuan keuangan dari provinsi dan pemerintah daerah
lain.
2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus
ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk
penyelenggaraan pemerintah dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat
sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat
dilaksanakan.
Sebagaimana yang diatur dalam pasa 6 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004,
tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang
menyatakan sumber-sumber PAD terdiri dari :
1) Pajak daerah
2) Retribusi daerah
3) Hasil pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
4) Lain-lain PAD yang sah
3. Pajak dan Retribusi
Pajak dan Retribusi dasar pemungutannya berdasarkan Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Aturan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 pajak yang dipungut
pemerintah provinsi berbeda obyeknya dengan pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota. Adapun jenis pajak yang dikelola / dipungut oleh pemerintah provinsi
sebanyak 4 jenis yang terdiri dari :
1) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
2) Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
Jenis-jenis pajak yang dikelola / dipungut oleh pemerintah Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut :
1) Pajak Hotel
2) Pajak Restoran
3) Pajak Hiburan
4) Pajak Reklame
5) Pajak Penerangan Jalan
6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian C
7) Pajak Parkir
Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi
dikelompokkan dalam retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan
tertentu.
Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Terdiri dari :
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat
disediakan oleh swasta, meliputi pelayanan dengan menggunakan / memanfaatkan
kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Terdiri dari :
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Usaha Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7) Retribusi Penyedotan Kakus
8) Retribusi Rumah Potong Hewan
9) Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal
10) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
11) Retribusi Penyeberangan di Atas Air
12) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
13) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau
fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan. Terdiri dari :
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
Selain jenis retribusi yang telah disebutkan diatas dengan peraturan daerah dapat
ditetapkan jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam Undang-
undang.
Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk melakukan
penagihan karena sudah kadarluarsa dapat dihapuskan melalui keputusan Kepala daerah. Hal
yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah sehubungan dengan Pemungutan Pajak dan
Retribusi Daerah yang diatur dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam upaya
meningkatkan PAD, Daerah dilarang :
1) Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang mneyebabkan ekonomi biaya
tinggi
2) Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas
penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan kegiatan import / eksport.
4. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari :
1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah / BUMD
2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah / BUMN
3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok
usaha masyarakat
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan
penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencakup :
1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
3) Jasa giro
4) Bunga deposito
5) Penerimaan atas tuntutan ganti rugi
6) Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing
7) Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
8) Pendapatan denda pajak dan denda retribusi
9) Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
10) Pendapatan dari pengembalian
11) Fasilitas sosial dan fasilitas umum
12) Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
13) Pendapatan dari angsuran / cicilan penjualan
5. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi bertujuan untuk menciptakan keseimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah.
Dana Perimbangan yang terdiri atas 3 jenis sumber dana merupakan pendanaan
pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain
karena masing-masing jenis dana perimbangan tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Pencantuman Dana Perimbangan dalam APBN dimaksudkan untuk memberikan kepastian
pendanaan bagi daerah.
Sebagaimana diatur dalam pasal 10 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan dana
perimbangan terdiri atas :
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari APBN yang dibagi hasilkan kepala
daerah berdasarkan angka persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah
penghasil. Dana bagi hasil terdiri dari Dana Bagi Hasil bersumber dari pajak dan
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam.
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak terdiri dari :
1) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2) Bea Perolehan atas Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB)
3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Negeri dan PPh Pasal 21
Dana Bagi Hasil yang bersumber dari Sumber Daya Aalam terdiri dari :
1) Kehutanan
2) Pertambangan Umum
3) Perikanan
4) Pertambangan Minyak Bumi
5) Pertambangan Gas Bumi
6) Pertambangan Panas Bumi
Dana Alokasi Umum bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan
antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan
potensi daerah. DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal
gap) dan potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi
fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskal kecil maka akan memperoleh alokasi DAU
relatif kecil, dan sebaliknya. Secara implicit, prinsip tersebut menegaskan fungsi
DAU sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal.
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan
khusus didaerah tertentu yang merupaka urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan
dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu untuk mendorong percepatan
pembangunan daerah.
6. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup yaitu :
1) Hibah / Bantuan dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan Lembaga /
Organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat / perorangan, dan lembaga luar
negeri yang tidak mengikat;
2) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat
bencana alam dan krisis solvabilits;
3) Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan
5) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya;
F.Belanja Daerah
Meliputi semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut
:
1) Fungsi
2) Organisasi
3) Program
4) Kegiatan
5) Kelompok Belanja
6) Jenis Belanja
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :
1) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintah yang bersifat wajib dan urusan bersifat
pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten /
kota
2) Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara
Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Wajib, Urusan Pilihan Dan Fungsi Pengelolaan
Keuangan Negara
Urusan Wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan
pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah
daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak serta mengembangkan sistem sosial. Klasifikasi belanja menurut
urusan wajib mencakup :
1) Pendidikan
2) Kesehatan
3) Pekerjaan Umum
4) Perumahan Rakyat
5) Penataan Ruang
6) Perencanaan Pembangunan
7) Perhubungan
8) Lingkungan Hidup
9) Pertanahan
10) Kependudukan dan Catatan Sipil
11) Pemberdayaan Perempuan
12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
13) Sosial
14) Tenaga Kerja
15) Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
16) Penanaman Modal
17) Kebudayaan
18) Pemuda dan Olahraga
19) Kasatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
20) Pemerintahan Umum
21) Kepegawaian
22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
23) Statistik
24) Arsip, dan
25) Komunikasi dan Informatika
Urusan Pilihan adalah meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan
berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,
kekhasan, dan potensi keunggulan daerah yang bersangkutan antara lain
pertambangan, perikanan, pertanian, perkebunan, perhutanan dan pariwisata.
Klasifikasi Belanja Menurut Urusan Pilihan mencakup :
1) Pertanian
2) Kehutanan
3) Energi dan Sumber Daya Mineral
4) Pariwisata
5) Kelautan dan Perikanan
6) Perdagangan
7) Perindustrian, dan
8) Transmigrasi
Klasifikasi belanja menurut fungsi pengelolaan keuangan negara adalah sebagai
berikut :
1) Pelayanan Umum
2) Ketertiban dan Ketentraman
3) Ekonomi
4) Lingkungan Hidup
5) Perumahan dan Fasilitas Umum
6) Kesehatan
7) Pariwisata dan Budaya
8) Agama
9) Pendidikan, serta
10) Perlindungan Sosial
Klasifikasi Belanja Menurut Organisasi, Program dan Kegiatan
Klasifikasi belanja menurut organisasi pemerintahan daerah seperti Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Badan, Lembaga
Teknis Daerah, Kecamatan dan Kelurahan disesuaikan dengan susunan organisasi
pemerintahan daerah.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan organisasi pemerintahan.
Program adalah instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah / lembaga atau masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja sebagai bahan dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya.
Kelompok Belanja dan Jenis Belanja
Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja
pada setiap SKPD diklasifikasikan berdasarkan kelompok belanja yaitu :
Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipengaruhi
secara langsung oleh adanya ususlan program atau kegiatan. Karakteristik belanja
tidak langsung yaitu :
1) Dianggarkan setiap bulan dalam satu tahun (bukan untuk setiap program atau
kegiatan) oleh masing-masing SKPD
2) Jumlah anggaran belanja tidak langsung sulit diukur atau sulit dibandingkan secara
langsung dengan output program atau kegiatan tertentu.
Kelompok belanja tidak langsung menurut jenis belanja terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan,
serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
2) Belanja Bunga
Belanja Bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang
dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
3) Belanja Subsidi
Belanja Subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada
perusahaan / lembaga tertentu yang menghasilkan produk dan jasa pelayanan
umum masyarakat agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau
oleh masyarakat banyak.
4) Belanja Hibah
Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk
uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya.
5) Belanja Bantuan Sosial
Bantuan Sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan dalam
bemtuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6) Belanja Bagi Hasil
Belanja Bagi Hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang
bersumber dari pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan
kabupaten/kota kepada pemerintah.
7) Bantuan Keuangan
Bantuan Keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan yang
bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota, pemerintah desa
dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota
kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan
dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
8) Belanja Tidak Terduga
Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan
bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah belanja yang penganggarannya dipengaruhi secara langsung
oleh adanya program atau kegiatan. Karakteristik belanja langsung yaitu :
1) Dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD
2) Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat diukur atau
dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan yang
bersangkutan
3) Variabilitas jumlah setiap jenis belanja langsung dipengaruhi oleh target kinerja
atau tingkat pencapaian yang diharapkan dari program atau kegiatan yang
bersangkutan
Kelompok belanja langsung menurut jenis belanja terdiri dari :
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai digunakan untuk pengeluaran honorarium / upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
2) Belanja Barang dan Jasa
Belanja Barang dan Jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/pengadaan
barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dan/atau pemakaian jasa
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
3) Belanja Modal
Belanja Modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang mempunya
nilai mnafaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan
seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan,
irigasi, jaringan dan aset tetap lainnya.
Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah meliputi semua transaksi keuangan untuk menutup deficit atau
untuk memanfaatkan surplus, yang dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,
kelompok, jenis pembiayaan. Pembiayaan terdiri dari :
Penerimaan pembiayaan, mencakup :
1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SILPA)
2) Pencairan dana cadangan
3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan
4) Penerimaan pinjaman daerah
5) Penerimaan kembali pemberian pinjaman
6) Penerimaan piutang daerah
Pengeluaran pembiayaan, mencakup :
1) Pembentukan dana cadangan
2) Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah
3) Pembayaran pokok utang
4) Pemberian pinjaman daerah
BAB III
KESIMPULAN
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban. Sementara
pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah
yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan
pengelolaan keuangan daeran
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang harus
bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari pemerintah pusat
yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik. Walaupun pemerintah pusat
sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan daerah mengalami kekurangan bisa
meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan
pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung akan membuat kemandirian suatu
daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi terhambat. imam moden
DAFTAR PUSTAKA
Arafi. 2013. Jurnal.Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Perekonomian
Indonesia.2013.Jakarta
Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan negara
UU No 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi keuangan negara..
UU No 58 Tahun Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan daerah.
Top Related