Sikap AsertifOleh : Miftia Yunanda Putri
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap dari kita memiliki hak untuk menjadi dan mengekspresikan diri sendiri,
serta merasa nyaman ketika melakukannya, selama kita tidak melukai perasaan orang
lain dalam prosesnya. Mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang
memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela
diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan
dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali
hak-hak orang lain”. (Robert Alberti & Micheal Emmons dalam bukunya Your Perfect
Right)
Asertif berasal dari kata asing to assert yang berarti menyatakan dengan tegas.
Istilah Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita, terlebih-lebih
istilah itu sering digunakan sebagai materi Assertiveness and social Skills training bagi
para karyawan perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme kerja. Banyak Pakar
memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna) tentang asertif.
1.2 Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asertif
Menurut Suterlinah Sukaji (1983), perilaku asertif adalah perilaku seseorang
dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut ekspresi emosi yang tepat,
jujur, relative terus terang, dan tanpa perasaan cemas terhadap orang lain.
Menurut Lange dan Jukubowski (1976), seperti yang dikutip oleh Calhoun
(1990), perilaku asertif merupakan perilaku sesorang dalam mempertahankan
hak pribadi serta mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keyakinan
secara langsung dan jujur dengan cara yang tepat.
Menurut Rimm da Masters (1979), seperti yang dikutip Hargie (1990)
mendefinisikan perilaku asertif sebagai perilaku antar pribadi yang bersifat jujur
dan terus terang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan
mempertimbangkan pikiran dan kesejahteraan orang lain.
Taubman (1976) yang dikutip oleh Kelley (1979) yang memberikan batasan
assertiveness sebagai ekspresi dari perasaan-perasaan, keinginan-keinginan dan
kebutuhan-kebutuhan, belajar bertindak atas dasar perasaan, keinginan dan
kebutuhan orang disekitarnya.
Rathus (1981) memberi batasan asertifitas sebagai kemampuan
mengekspresikan perasaan, membela hak secara sah dan menolak permintaan
yang dianggap tidak layak serta tidak menghina atu meremehkan orang lain.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah
perilaku sesesorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut, emosi, perasaan,
pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan
cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.
2.2 Ciri-Ciri Asertif dan Sikap Assertivitas
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif
apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Bebas mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2. Dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3. Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain,
atau segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5. Mampu mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika
membutuhkan.
6. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak
menyenangkan dengan cara yang tepat.
7. Memiliki sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8. Menerima keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk
mencapai apa yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun
gagal ia akan tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self
confidence).
Kedelepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu
asertif ini menjadi sebuah penegasan dalam memposisikan kita (secara individu)
sebagai manusia merdeka yang mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama
dengan yang lainnya dalam menentukan sikap, bersuara/berpendapat, mengapresiasikan
bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif dengan ikhlas dapat
menerima dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan
kualitas diri atas berbagai kekurangan dan kesalahan yang pernah/sedang dilakukan
tanpa memandang siapa (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang
menggugah kita untuk segera terbangun dari keterpurukan.
2.3 Cara Membangun Assertivitas
Setidaknya ada Formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang dapat dilakukan
dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam tiga kata yaitu
Appreciation, Acceptance, Accommodating:
1. Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap
kehadiran orang lain sampai pada batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri
mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan, memahami,
menghormati dan menghargai kita.
2. Acceptance
adalah perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat
menerima orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal
ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan terhadap perubahan sikap atau perilaku
orang lain (kecuali yang negatif) agar ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak
memilih-milih orang dalam berhubungan, dengan tidak membatasi diri hanya pada
keselarasan tingkat pendidikan, status sosial, suku, agama, keturunan, dan latar
belakang lainnya.
3. Accomodating
Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa terkecuali, merupakan
perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa memberikan kesan positif dan
menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai. Keramahan membuat hati kita
senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita untuk bersikap akomodatif terhadap
situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa meninggalkan kepribadian kita sendiri.
Formula diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam membina
hubungan baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa orang lain pun mempunyai
hak dan kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena itu, kita dapat mengemukakan
hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk memperhatikan hak orang lain
pula.
2.4 Bersikap Asertif di Institusi Kerja
Banyak dari kita ragu-ragu, takut, bahkan resisten terhadap sikap Asertif ditempat
kerja, mereka berpendapat sikap tersebut akan mendapatkan balasan, perlawanan,
teguran, peringatan dan banyak lagi resistensi-resistensi negatif lain yang terus
menghantui pikiran kita untuk tidak bersikap asertif dikarenakan dapat mengancam
keberlangsungan (posisi) kerja kita. Namun yakin dan percayalah bahwa Asertif
bukanlah perilaku agresif, pasif, submisif atau destruktif. Asertif dalam istilah saya
adalah sikap ”Aktif, Reformatif, Objektif, Gentlman, Attractive, Normatif, Selektif dan
Inovatif yang dimiliki setiap karyawan dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya mengemban amanah institusi kerja.
Diakui memang tidak mudah dalam mengimplementasikan sikap asertif ini,
siapapun dan dimanapun situasi dan kondisi kerjanya menuntut kita untuk mempunyai
semangat, motivasi dan keberanian dalam mengapresiasikan ide, konsep dan gagasan
baik yang berkenaan dengan hak dan kewajiban individu (karyawan) maupun hak dan
kewajiban institusi kerja. Jadi garis bawahilah bahwa Sikap Asertif adalah sikap/energi
positif yang dapat membangun keharmonisan komunitas kerja dan meningkatkan
keberlanjutan organisasi kerja.
Banyak contoh sikap asertif yang sederhana, mudah dan tak beresiko besar namun
dapat bermanfaat bagi kita dan organisasi, misalnya :
Selesaikan Pekerjaan yang semestinya (bukan apa adanya)
Kerjakan Sekarang !!!!!!! Jangan ditunda-tunda
Tingkatkan kemampuan dalam mengkomunikasian berbagai hal
Tingkatkan Keterampilan dalam Menangani sebuah pekerjaan
Yakinkan...anda mampu memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang terjadi
Gigihlah...tanamkanlah benih dan siramilah
Bersabarlah dalam berbagai hal, penuh pertimbangan jangan terburu-buru
Perbanyak Komunikasi Kondusif dengan siapa saja tanpa pandang bulu
Tingkatkan manajamen waktu, dengan lebih mengendalikan diri sendiri dan jadwal
anda
Contoh sederhana sikap asertif diatas, secara perlahan tapi pasti akan menempatkan
anda pada situasi dan kondisi yang sangat menyenangkan, mempunyai rasa aman,
nyaman, dihormati dan dihargai bukan karena jabatan dan kekuasaan yang anda miliki
saat ini tapi lebih kepada karena sikap positif (perangai baik) yang anda lakukan
terhadap komunitas kerja dan institusi kerja. Sekaranglah waktunya kita menunjukan
sikap asertif ini, tak ada teori yang menyebutkan ada konsekuensi logis yang dapat
merugikan sikap ini. *Akademisi
Top Related