Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

20
Diterima: Oktober 2018. Disetujui: November 2018. Dipublikasikan: Desember 2018. 427 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 6, Nomor 4, 2018, 427-446 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa Rina Nurviani * , Lilis Satriah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung [email protected] ABSTRAK Perilaku asertif memegang pedoman penting bagi pembentukan kepribadian seseorang dapat ditingkatkan dalam bimbingan kelompok, karena dalam bimbingan kelompok dapat dimanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa individu terhadap anggota lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, (2) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan, dan (3) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran pada siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian korelasi sederhana. Hasil perhitungan diperoleh nilai porsentase pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran sebesar 2,5%, dalam ekspresi perasaan porsentasenya sebesar 4,4%, sedangkan dalam ekspresi tindakan hanya sebesar 0,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh kecil sekali terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, perasaan, dan tindakan. Yang secara keseluruhannya pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif hanya sebesar 2,5%. Kata Kunci : Bimbingan Kelompok; Perilaku Asertif ABSTRACT Assertive behavior holds important guidelines for the formation of a person's personality can be improved in group guidance, because in group guidance can be utilized the influence of a person or some individual against other members. This study aims to determine (1) the large influence of group guidance on assertive behavior in the expression of the mind, (2) large influence group guidance on assertive behavior in the expression of feeling, and (3) large influence group guidance on assertive behavior in the expression of mind to students. The research method used in this research is a simple correlation research method. The result of calculation obtained by value of porsentase influence group guidance to assertive behavior in expression of mind equal to 2,5%, in expression of feeling of porsentasenya equal to 4,4%, whereas in expression action only equal

Transcript of Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Page 1: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Diterima: Oktober 2018. Disetujui: November 2018. Dipublikasikan: Desember 2018. 427

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam Volume 6, Nomor 4, 2018, 427-446

Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung https://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Rina Nurviani*, Lilis Satriah Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

[email protected]

ABSTRAK

Perilaku asertif memegang pedoman penting bagi pembentukan kepribadian seseorang dapat ditingkatkan dalam bimbingan kelompok, karena dalam bimbingan kelompok dapat dimanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa individu terhadap anggota lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, (2) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan, dan (3) besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran pada siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian korelasi sederhana. Hasil perhitungan diperoleh nilai porsentase pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran sebesar 2,5%, dalam ekspresi perasaan porsentasenya sebesar 4,4%, sedangkan dalam ekspresi tindakan hanya sebesar 0,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok berpengaruh kecil sekali terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, perasaan, dan tindakan. Yang secara keseluruhannya pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif hanya sebesar 2,5%.

Kata Kunci : Bimbingan Kelompok; Perilaku Asertif

ABSTRACT Assertive behavior holds important guidelines for the formation of a person's personality can be improved in group guidance, because in group guidance can be utilized the influence of a person or some individual against other members. This study aims to determine (1) the large influence of group guidance on assertive behavior in the expression of the mind, (2) large influence group guidance on assertive behavior in the expression of feeling, and (3) large influence group guidance on assertive behavior in the expression of mind to students. The research method used in this research is a simple correlation research method. The result of calculation obtained by value of porsentase influence group guidance to assertive behavior in expression of mind equal to 2,5%, in expression of feeling of porsentasenya equal to 4,4%, whereas in expression action only equal

Page 2: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

428 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

to 0,1%. So it can be concluded that group guidance has little effect on assertive behavior in the expression of thoughts, feelings, and actions. The overall influence of group guidance on assertive behavior is only 2.5%. Keywords: Group Conseling, Assertive Behavior

PENDAHULUAN

Sikap tegas seseorang terhadap orang lain masih rentan terjadi saat ini salah satunya terjadi pada siswa. Masih banyak kasus bullying yang terjadi antar remaja di sekolah yang salah satunya disebabkan oleh siswa tersebut tidak bisa berperilaku asertif, sehingga siswa tersebut hanya diam ketika diperlakukan tidak adil dan hanya membiarkan siswa lain (yang lebih berkuasa) melakukan apapun terhadapnya. Untuk itu siswa perlu berperilaku asertif untuk menunjang dan membentuk sikap tegas pada dirinya. Korban bullying cenderung mengalami berbagai gangguan psikologis dan memiliki konsep negatif sehingga tidak dapat berperilaku asertif. Riauskina dkk pada tahun 2005 melakukan penelitian di dua SMA yang menghasilkan data bahwa korban bullying merasa hidupnya tertakan, takut bertemu pelaku bullying, perasaan harga diri yang rendah, kurangnya kemampuan untuk bersosialisasi, siswa stress, mohok sekolah, kehilangan kepercayaan diri, bahkan depresi. Astrid French mengatakan bahwa perilaku asertif adalah mengekspresikan perasaan, pikiran, dan tindakan serta tetap mempertahankan hak sebagai manusia tanpa melanggar hak asasi orang lain. Perilaku asertif lebih mengacu pada cara mengatakan apa yang kita maksudkan dan menghormati diri sendiri dan orang lain.

Seperti yang ditulis dalam artikel Majalah1000guru.net oleh Retno Ninggalih yang melakukan observasi pada anak-anak Indonesia di Jepang yang bersekolah di SD Kunimi Sendai, Jepang, pada Desember 2010 hingga Agustus 2011 menegaskan fakta bahwa bullying nonfisik lebih banyak terjadi dan menyakiti kondisi fsikis anak-anak tersebut. Dalam penelitian lain, Sullvian bahkan menemukan 14% anak laki-laki dan 12% anak prempuan enggan pergi ke sekolah setelah mengalami bullying yang memang merupakan anak yang berperilaku agresif yang memiliki kepercayaan diri terlebih sehingga munculnya tidak bisa menghargai orang lain dan bertindak seenaknya terhadap orang lain.

Selain di beberapa sekolah masih terdapat siswa yang tidak bisa berperilaku asertif yang menimbulkan terjadinya bullying dan berperilaku agresif, fenomena tersebut juga terjadi di SMK Negeri 6 Bandung yang masih terdapat beberapa siswanya tidak bisa berperilaku asertif yang menimbulkan adanya bullying. Siswa yang menjadi korban bullying disebabkan karena kondisi fisik yang beda dari yang lain, pemalu, penakut, dan tidak memiliki banyak teman. Selain bullying yang terjadi, jumlah siswa laki-laki lebih banyak di bandingkan perempuan

Page 3: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 429

juga membuat siswa perempuan tidak bisa berperilaku asertif mereka lebih banyak diam dibandingkan siswa laki-laki, selain itu siswa laki-laki cenderung memiliki sikap agresif, serta dalam pengambilan keputusan dalam kelas pun sebagian siswa perempuan lebih banyak menyerahkan keputusan pada siswa laki-laki.

Mengatasi fenomena diatas merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam bimbingan kelompok. Sebagaimana salah satu fungsi penting dari institusi pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik sebagai sebagai generasi muda agar kelak dapat berpasrtisipasi sebagai pemegang kunsi dari suksesnya pembangunan khususnya di Indonesia. “Bimbingan kelompok berorientasi pada membantu sekelompok orang dlaam usahanya mengembangkan diri dengan segala kemampuannya dan didukung oleh sarana yang ada (Lilis Satriah, 2015)”.Bimbingan kelompok yang dilakukan oleh kelas X merupakan suatu layanan kegiatan yang sering dilakukan, pengenalan mengenai perilaku asertif bisa mereka dapatkan dari bimbingan kelompok tersebut. Sehingga dari masalah tersebut penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari bimbingan kelompok pada individu siswa untuk berperilaku asertif. Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggotanya belajar berpasrtisipasi aktif dan berbagi pengalaman dlaam upaya mengembangkan wawasan, sikap atau keterampilan yang dibutuhkan, dengan tujuan untuk mencegah terjadinya suatu masalah atau sebagai upaya pengembangan diri.

Dalam meningkatkan perilaku asertif siswa bimbingan kelompok sangat menarik diterapkan karena salah satu keuntungan bimbingan kelompok dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh seseorang atau beberapa individu terhadap anggota lainnya. Selain itu dalam skripsi yang ditulis oleh Zayiroh (2007) Kefektifan Layanan Bimbingan Konseling dalam Meningkatkan Perilaku Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ungaran Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perilaku komunikasi antar pribadi siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan perilaku komunikasi antar pribadi siswa setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok. Dari hasil analisi data penelitian, diketahui bahwa rata-rata tingkat perilaku komuniasi antar pribadi siswa setelah memperoleh layanan bimbingan kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum memperoleh layanan bimbingan kelompok.

Lain halnya dalam skripsi yang ditulis oleh Khalimatussa’diyah (2011) Upaya Meningkatkan Asertuvitas Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas IX SMP 1 Kandeman Kabupaten Batang. Yang bertujuan untuk mengetahui apakah layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan asertivitas

Page 4: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

430 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

siswa kelas IX SMP Negeri 1 Kandeman Batang. Berdasarkan hasil pre test rata-rata asertivitas siswa pada kelompok eksperimen 57% (rendah) dan kelompok kontrol 61% (sedang). Sedangkan pada hasil post test pada kelompok eksperimen telah diberikan layanan bimbingan kelompok, rata-rata asertivitas siswa menjadi 75% (tinggi) dan hasil post test rata-rata asertivitas kelompok kontrol yang tidak diberikan layanan bimbingan kelompok menjadi 62% (sedang). Hasil uji Wilcoxon diperoleh Thitung > Ttabel itu berarti layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan asertivitas siswa.

Selain itu dalam jurnal yang ditulis oleh Elga Andina Paramita Sari (2015) Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Anatar Sebaya Pada Kelas VIII Di SMPN 1 Gondangrejo Karanganyar Tahun 2015/2016. Yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif antar sebagaya pada kelas VIII di SMPN Gondangrejo Karanganyar Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian dibuktikan dengan Thitung = 7,344 dikonsultasikan dengan Ttabel =31 dalam taraf signifikasi 5% dan 1%, yaitu 2,042 dan 2,750. Jadi dapat disimpulkan bahwa Thitung > Ttabel yaitu 2,042>2,570 itu artinya ada pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif antar sebaya kelas VIII di SMPN 1 Gondangrejo Karanganayar Tahun Pelajaran 2015/2016.

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan asertivitas siswa. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok dapat meningkatkan asertivitas siswa dan juga menarik untuk diteliti. Asertivitas merupakan unsur dari komunikasi antar pribadi. Siswa yang memiliki komunikasi antar pribadi yang baik, dia akn cenderung memiliki perilaku aserif yang baik pula. Bimbingan kelompok merupakan upaya membimbing sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama dengan cara menciptakan dinamika kelompok ataupun dengan kegiatan klasikal.

Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri 6 Bandung, dengan mengambil data pada siswa kelas X. Dengan mengambil fokus penelitian diantaranya : 1) Seberapa besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran siswa kelas X SMK Negeri 6 Bandung, 2) seberapa besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan pada siswa kelas X SMK Negeri 6 Bandung, 3) seberapa besar pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi tindakan pada siswa kelas X SMK Negeri 6 Bandung.

Metode penelitian ini menggunakan penelitian korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk mencari suatu hubungan diantara dua variabel, seperti halnya pengertian korelasi yaitu “suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh atau

Page 5: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 431

hubungan antara dua variabel atau lebih (Hadi, 2006:132)”. Jenis penelitian korelasi ini menggunakan korelasi sederhana karena hanya terdapat dua variabel X (bimbingan kelompok) dan variabel Y (perilaku asertif). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 6 Bandung yang berjumlah 455 siswa yang sudah mendapatkan bimbingan kelompok. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel non probability, adapun yang akan dijadikan sampel adalah jurusan TPM-4 (Teknik Permesinan) yang berjumlah 26 siswa dan juga sudah diberikan pengetahuan mengenai perilaku asertif. Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sebagaimana berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh anatara dua varaibel yaitu bimbingan kelompok dan perilaku asertif pada siswa, sehingga penulis menggunakan cara-cara yang terukur dan terkontrol dan memakai alat statistik sebagai alat ukurnya, selain itu karena responden yang lebih dari 1 jumlahnya maka penulis mengambil sampel dari banyaknya populasi.

LANDASAN TEORITIS

Teori yang dijadikan landasan dalam penelitian ini adalah teori layanan bimbingan kelompok dan perilaku asertif. Bimbingan kelompok merupakan salah satu bidang dalam bimbingan dan konseling. Sebelum menjelaskan mengenai pengertian bimbingan kelompok itu sendiri, maka terlebih dahulu menjelaskan mengenai bimbingan.

“Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu, baik remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri” (Prayitno, 2009:99).

Topik yang dibicarakan dalam bimbingan kelompok ialah topik-topik umum, namun ketika dalam bimbingan kelompok akan dibahas secara intens dan konstruktif serta diikuti oleh anggota kelompok dibawah bimbingan pimpinan kelompok (konselor/guru BK) (Tohrin,2008:170).

Selain itu bimbingan kelompok dilakukan melalui situasi, proses dan kegiatan kelompok.

ingan mendapatkan pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan dari dalam menuju perkembangan optimal (Sedayanasa, 2010:30).

Dalam bimbingan kelompok bimbingan yang dilakukan merupakan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi dari narasumber tertentu (guru BK) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu maupaun kelompok, anggota

Page 6: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

432 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. “Jadi bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa dalam kehidupan sehari-hari (Sukardi, 2008:64)”. Karena dengan bimbingan kelompok merupakan upaya bimbingan kepada individu-individu melalui kelompok, dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh teman sebaya kepada seorang anak sangat tinggi bahkan sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan pengaruh dari kedua orang tuanya dan guru-gurunya.

Dengan begitu tujuan bimbingan kelompok ialah untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan atau siswa, dimana siswa dapat secara langsung terlibat bertanya dan menjawab atau berdialog sesama mereka (Tohrin, 2008:173).

Sehingga bimbingan kelompok yang dilakukan bersama-sama memiliki beberapa fungsi diantaranya: 1) fungsi pemahaman yaitu memahami berbagai hal yang esensial berkenaan dengan berbagai perkembangan dan kehidupan inividu, 2) fungsi pengembangan yaitu bimbingan yang diberikan dapat membantu para individu dalam mengembnagkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Sehingga individu dapat mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Mugiarso (dalam Khalimatussa’diyah:31). Bimbingan kelompok juga didasarkan pada prinsip pemenuhan kebutuhan, diantaranya: pertama, kebutuhan primer yaitu kebutuhan untuk makanan, minuman, bernafas, istirahat, dan sebagainya. Kedua, kebutuhan sosial yaitu kebutuhan akan kasih sayang, pujian, penghargaan, dan menjadi bagian dari kehidupan sosial orang lain. Ketiga, kebutuhan akan perasaan memadu (integrasi), harmonis, seimbang antara kebutuhan individual dan sosial (Hartinah, 2009:10).Berbeda dengan yang disebutkan oleh Mugiarso dalam Khalimatussa’diyah yang lebih mengacu pada teknik yang mengarah pada prinsip bimbingan di dalam sekolah. Lilis Satriah (2015:17) menyebutkan bahwa dalam “Pelaksanaan bimbingan kelompok, prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis, hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, serta perkembangan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses pelaksanaan bimbingan kelompok”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah sebuah proses pemberian bantuan kepada siswa melalui dinamika kelompok untuk memperoleh informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang tepat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya melalui situasi, proses, dan kegiatan kelompok.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan periaku asertif merupakan

Page 7: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 433

sikap tegas atau kemampuan untuk menyatakan atau menegaskan pikiran, perasaan, tindakan, keinginan dan kebutuhan dengan jelas tanpa menimbulkan konflik dengan orang lain.

Asertivitas merupakan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain dengan tetap menjaga serta mengahargai hak-hak serta perasaan orang lain. Selain itu juga perilaku asertif mengandung sebuah tingkah laku yang penuh ketegasa yang timbul karena adanya kebebasan emosi dan keadaan efektif yang mendukung, diantaranya meliputi menyatakan hak-hak pribadi, berbuat sesuatu untuk mendapatkan hak tersebut, melakukan hal tersebut sebagai usaha untuk mendapatkan kebebasan emosi.

Dengan berperilaku asertif seseorang dapat mengkomunikasikan apa yang diinginkan secara jujur, tidak menyakiti orang lain dan diri sendiri, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai nhak-hak serta perasaan orang lain selain itu kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Teknik ini pun dapat digunakan untuk melatih seseorang yang mengalami kesulitan dengan menyatakan diri bahwa tindakannya tidak benar (Sulastiarini, 2014:203).

Perilaku asertif memang tidak tercipta dengan sendirinya, melainkan perlu dilatih sedemikian rupa sehingga perilaku asertif dapat teraplikasikan dengan baik, namun perilaku asertif banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: Jenis kelamin, self esteem (keyakinan), kebudayaan, tingkat pendidikan, tipe kepribadian, dan situasi tertemtu lingkungan sekitar, Rathus dan Nevid (dalam Purnamasari 2012:33-34). Alberti dan Emmons (dalam Mulyani, 2015: 21) lebih menspesikfikan lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi asertivitas pada remaja, diantaranya ialah: keluarga dan sekolah. Berdasaran beberapa pendapat para ahli di atas disimpulakan bahwa faktor pembentuk perilaku asertif dapat dibedakan menjadi 2 , yaitu faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal diperoleh dari dalam diri individu meliputi jenis kelamin, harga diri, tipe kepribadian, penyesuaian diri, tingkat pendidikan, kesetaraan dan memiliki hak dasar dengan orang lain. Sedangkan faktor eksteral meliputi kebudayaan, situasi lingkungan, dorongan dari luar untuk merespon sesuatu, bebas untuk berfikir, bertindak secara langsung.

Dalam makalah tentang latihan asertifyang ditulis oleh Sunardi (2010:3) secara umum orang yang asertif dicirikan dengan sikapnya yang terbuka, jujur, sportif, adaptif, aktif, positif, dan penuh penghargaan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Awalidin Tjalla (2008:16) mengatakan bahwa terdapat 5 ciri-ciri individu dengan perilaku asertif, diantaranya : 1) menghormati hak-hak orang lain dan diri sendiri, 2) berani mengungkapkan secara langsung mengenai perasaan, pikiran dan kebutuhan

Page 8: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

434 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

lainnya secara langsung dan jujur, 3) jujur, 4) memperhatikan situasi dan kondisi, 5) komunikasi bahasa tubuh. Sehingga seseorang dapat dengan mudah meningkatkan perilaku asertifnya sendiri dengan mengenali ciri-ciri perilaku asertif selain itu seseorang juga dapat membedakan antara pasif, asertif dan agresif.

Rathus dan Nevid dalam Romlah (2013:13) mengemukakan bahwa asertivitas seseorang merupakan proses dimana individu bisa mengganti hal-hal yang dapat menghambat perilaku asertif dengan mengeksplorasi 3 komponen dari perilaku-perilaku berikut: 1) ekspresi pikiran (mengungkapkan pendapat, menyampaikan permintaan, menolak permintaan, dan menyampaikan ketidaksetujuan), 2) ekspresi perasaan ( mengungkapkan perasaan, menyampaikan pujian, menerima pujian, menyampaikan kritikan, menerima kritikan), 3) ekspresi tindakan (memulai percakapan, menatap lawan bicara).

Melalui ketiga komponen tersebut orang yang asertif yakni orang yang mampu mengekspresikan perasaan dengan sungguh-sunguh, menuangkan pikiran, dan melakukan tindakan yang sesuai dengan yang diinginkan namun tidak merusak norma dan hak orang lain. Sehingga dengan memperhatikan ketiga komponen tersebut seseorang berperilaku asertif akan memberikan manfaat diantaranya: akan memudahkan seseorang untuk bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan lingkungan sekitar, akan menolong individu untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya secara langsung, mudah untuk mecari solusi atau inisiatif penyelesaian dari berbagai kesulitan yang dihadapinya, mendorong seseorang untuk meningkatkan kemampuan kognitif atau berfikir (Rohyati dan Purnanma 2015:3-4). Afiatin (dalam Ardiyanti, 2010:6) mengemukakan bahwa dalam konteks kesehatan mental, asertivitas memiliki peran yang sangat penting. Individu yang memiliki asertivitas yang tinggi berarti mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, jujur dan relatif mudah. Perilaku asertif terkandung perilaku kesanggupan bermasyarakat, berempati, dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Seperti halnya nerkomunikasi adalah sesuatu yang dihajatkan di hampir setiap kegiatan manusia.

Dalam sebuah penelitian telah dibuktikan, hampir 75% sejak bangun dari tidur manusia berada dalam kegiatan komunikasi. “Dengan komunikasi kita dapat membentuk saling pengertian dan menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan, dan melestarikan peradaban (Bahrudin, 2010:3)”.Individu yang asertiviasnya tinggi sadar akan kelebihan-kelebihan yang dimiliki dan memandang kelebihan-kelebihan teresebut lebih penting daripada kelemahannya, namun demikian hal tersebut tidak membuat seseorang tersebut tidak menghargai kelebihan-kelebihan orang lain ataupun kekurangan-kekurangan orang lain yang nantinya muncul perilaku agresif.

Page 9: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 435

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SMKN 6 Bandung yang merupakan Sekolah Menengah Kejuruan terbesar di kota Bandung, berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta Komplek Riung Bandung Kecamatan Gede Bage, kawasan paling Timur kota Bandung yang sangat strategis untuk linglungan pendidikan karena mudah dilalui oleh kendaraan umum dan lokasinya jauh dari pusat keramaian kota, seperti pusat pemerintahan, kawasan hiburan, kawasan industri maupun kawasan perdagangan.

Nama SMKN 6 Bandung ini banyak melalui perubahan nama dari tahun 1953 dengan nama Sekolah Guru Pengajaran Teknik (SGPT) yang berkedudukan di Jalan Dr. Rum Nomor 17. Tahun 1963 SGPT di ubah menjadi STM Instruktor. Pada tahun 1979 terjadi lagi perubahan nama menjadi STM Negeri 5 Bandung dengan lokasi baru di Jalan Padjajaran Nomor 92 Bandung. Mulai tahun pengajaran 1992/1993, kampus STM Negeri 5 Bandung pindah dari Jalan Padjajaran Nomor 92 Bandung ke Jalan Soekarno-Hatta Komplek Riung Bandung. Selanjutnya pada tahun pelajaran 1996/1997 STM Negeri 5 Bandung berubah nama menjadi SMK Negeri 6 Bandung dengan SK Mendikbud Nomor 036/O/1997. Di atas lahan SMK Negeri 6 Bandung seluas 4.610 m² berdiri berbagai gedung yang menunjang kegiatan pembelajaran seperti Ruang Administrasi, Bengkel (Work Shop), Ruang Teori, Gedung Serba Guna, Ruang BK, Perpustakaan, Masjid, Ruang Gambar, Kantin, Parkir dan Lapangan Olahraga.

Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan mencakup empat bidang layanan, yaitu bidang layanan yang memfasilitasi perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Selain itu komponen program bimbingan dan konseling di SMK Negeri 6 Bandung dikemas dalam empat layanan, yaitu komponen layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsif, dan dukungan sistem. Bimbingan kelompok sendiri termasuk dalam layanan dasar yang diartikan sebagai layanan bantuan kepada semua peserta didik melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan secara regular, terjadwal dan sistematis untuk membantu peserta didik mencapai kompetensi dan keterampilan dasar yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Proses pemberian bimbingan kelompok di SMK Negeri 6 Bandung ini dilakukan oleh 1 guru BK yang memegang 1 jurusan, karena setiap guru BK memegang 1 jurusan sehingga yang berhak melakukan bimbingan kelompok ialah guru BK yang memegang jurusan tertentu. Selain itu proses bimbingan kelompok yang dilakukan di SMK Negeri 6 Bandung tidak hanya melibatkan guru BK saja melainkan juga melibatkan guru mata belajar dan wali kelas, dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai hal-hal yang akan menunjang dalam bimbingan kelompok, seperti data nilai siswa, catatan kejadian (anekdot), angket siswa, angket orangtua, catatana home visit, dan lainnya.

Page 10: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

436 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

Setiap siswa memiliki permasalahan berbeda-beda dan tidak semua siswa bisa diberikan bimbingan kelompok, siswa yang melakukan bimbingan kelompok merupakan siswa terpilih atau tertentu. Dalam artian siswa yang memiliki masalah tertentu sehingga diadakannya bimbingan kelompok, tetapi ada juga siswa yang mengajukan diri untuk melakukan bimbingan kelompok dilakukan. Siswa yang diutamakan dalam melakukan bimbingan kelompok ialah siswa kelas X dan XI. Objek yang dijadikan penelitian oleh penulis adalah siswa kelas X jurusan TPM-4 yang merupakan siswa dengan perilaku agresif dimana mereka lebih mengekspresikan pikiran, perasaan, dan tindakan mereka secara berlebihan. Menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh guru BK menyebutkan bahwa”

Dikelas TPM-4 ini beberapa siswa memang berperilaku agresif, dimana mereka terlalui over asertif sehingga senderung lebih agresif. dilihat dari lingkungan kelas karena semua kelas isinya laki-laki tidak ada perempuan jadinya mereka kurang menjaga perasaan mereka dalam berkata atau mengobrol dengan teman-temannya.

Sebelum guru BK memberikan layanan bimbingan kelompok guru BK menanyakan ketersediannya terlebih dahulu pada konseli atau siswa yang akan diberikan layanan bimbingan kelompok, karena pada dasarnya pemberian layanan bimbingan konseling itu tidak boleh ada keterpaksaan.

Siswa yang lebihdiutamakandalammelakukanbimbingankelompokialahsiswakelas X dan XI. Dari hasilwawancara guru BK menyebutkan:

“Bimbingankelompokdilakukanuntukkelas X, XI itu juga tergantungdarimasalahsiswanyabagaimana, namunbimbingankelompoklebihdiutamakanuntukkelas X, karenabimbingankelompoksendirilebihdiutamakanuntukmasalahumumsepertipribadisosial, diamnamerupakanperalihandari SMP sehinggamasihbanyakmasalahmengenaipenyesuaiandiri, mengenaiefektifbelajar, sehinggabagianak-anak yang kurangmemahamidiberikanlayananbimbingankelompok”. (HasilWawancaradenganIbuDesysebagai guru BK, padatanggal 23 Maret 2018).

Materi yang disampaikan dalam bimbingan kelompok di SMK Negeri 6 Bandung merupakan materi yang berkenaan dengan pendukung kegiatan belajar siswa baik dalam cara belajar, semangat belajar, pendukung dalam pelajaran, penghambat belajar, maupun hal-hal lain yang berkenaan dengan pribadi siswa, termasuk di dalamnya mengenai perilaku asertif. Metode yang digunankan dalam bimbingan kelompok bermacam-macam tergantung pada guru BK dan juga materi yang disampaikan dalam bimbingan kelompok tersebut sehingga metode bimbingan kelompok mengikuti dari materi apa yang disampaikan. Begitupun dengan media

Page 11: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 437

yang digunakan yang merupakan sarana sebagai penunjang dari proses bimbingan kelompok sehingga pelaksanaan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik juga bermacam-macam mengikuti dari materi dan metode yang digunakan dalam proses bimbingan kelompok.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini menggunakan angket tertutup sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya dengan cara memberi tabda checklist. Angket ini digunakan karena dapat menarik data atau melakukan pengukuran kepada sejumlah individu yang akan dijadikan sampel sekaligus pada saat bersamaan juga memberikan keluasan kepada responden dalam menjawab pernyataan-pertanyaan. Pada penelitian ini angket diberikan kepada siswa kelas X SMK Negeri 6 Bandung.

Hipotesis penelitian mengatakan “Tidak Terdapat Pengaruh yang signifikan antara bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif pada siswa kelas X jurusan TPM-4 SMK Negeri 6 Bandung” diuji dengan menggunakan analisis regresi. Ananlisis reresi digunakan untuk meramal (memprediksi) kriterium jika prediktor diketahui. Regresi sederhana dapat dianalisis karena didasari oleh hubungan fungsiional atau sebab akibat (kasusal) variabel bebas (bimbingan kelimpok) terhadap variabel terikat (perilaku asertuf). Berdasarkan hasil yang didapatkan dari perhitungan SPSS versi 20 nilai Pvalue (0,623) lebih besar dibandingkan nilai probabilitas (0,05) atau 0,623 < 0,05 artinya Ho diterima dan H1 ditolak, ini berarti bahwa bibingan kelompok secara signifikan tidak mempengaruhi perilaku asertif pada siswa jurusan TPM-4. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh pradiktor terhadap kriterium, hal tersebut dilihat dari nilai r² sebesar 0,025 yang berarti 2,5%. Maknanya adalah 2,5% variabel perilaku asertif dapat dijelaskan oleh variabel bimbingan kelompok dan sisanya 97,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain. Dengan kata lain bimbingan kelompok hanya memberikan pengaruh 2,5% terhadap perilaku asertif siswa jurusam TPM-4

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Pikiran Pada Siswa

Setelah melakukan analisis data dengan melakukan uji validitas, uji normalitas, uji linearitas, dan uji hipotesis menggunakan SPSS versi 20, yang hasilnya menyebutkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif pada siswa kelas X jurusan TPM-4 SMK Negeri 6 Bandung. Dengan tiga hasil fokus penelitian, yaitu:

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Pikiran Pada Siswa,dengan analisis regresi menggunakan SPSS versi 20 menghasilkan sebagai berikut:

Page 12: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

438 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

Tabel 1. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Pikiran Pada Siswa

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 24,827 6,567

3,780 ,001

Kelompok ,128 ,230 ,113 ,556 ,583

a. Dependent Variable: Pikiran

Berdasarkan hasil uji yang didapatkan, dapat dilihat dari tabel 3.4, nilai Pvalue =

,583 <ɑ 0,05 maka Ho Diterima sehingga Tidak terdapat pengaruh positif bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran. Dari hasil tersebut diketahui bahwa bimbingan kelompok tidak berpengaruh terhadapperilaku asertif dalam ekspresi pikiran yang didalamnya terdapat beberapa indikator, diantaranya yaitu: 1) mengungkapkan pendapat, 2) menyampaikan permintaan, 3) menolak permintaan, 4) menyampaikan ketidaksetujuan. Dari keempat indikator perilaku asertif dalam mengekspresikan pikiran tidak dipengaruhi secara positif oleh bimbingan kelompok. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh prediktor terhadap kriterium, hal tersebut dapat dilihat pada nilai r² sebesar 0,025 yang berarti 2,5%. Maknanya adalah 2,5% variabel bimbingan kelompok dapat dijelaskan oleh variabel perilaku asertif dalam ekspresi pikiran dan sisanya 97,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain. Dengan kata lain bimbingan kelompok hanya memberikan pengaruh sebesar 2,5% terhadap perilaku asertif dalam mengekspresikan pikiran siswa.

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Perasaan Pada Siswa

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Perasaan Pada Siswa, dengan analisis regresi menggunakan SPSS versi 20 menghasilkan sebagai berikut:

Tabel 2. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Perasaan Pada Siswa

Coefficientsa

Page 13: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 439

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std.Error Beta

1

(Constant) 19,402 6,509 2,9

81 ,00

6

Kelompok ,240 ,228 ,210 1,0

55 ,30

2

a. Dependent Variable: Perasaan

Tabel 2 menunjukan bahwa koefesien refresi pengaruh bimbingan kelompok terhadap ekspresi perasaan sebesar ,302. Secara statistik pengaruhnya signifikan dapat dilihat dari Pvalue = ,302 <ɑ = 0,05 maka Ho Diterima sehingga Tidak terdapat pengaruh positif bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan. Dari hasil tersebut diketahui bahwa bimbingan kelompok tidak berpengaruh terhadap perilaku asertif dalam mengkespresikan perasaan yang di dalamnya terdapat beberapa indikator, diantaranya yaitu: 1) mengungkapkan perasaan, 2) mengungkapkan pujian, 3) menerima pujian, 4) menyampaikan kritikan, dan 5) menerima kritikan. Dari kelima indikator perilaku asertif dalam mengekspresikan pikiran tidak dipengaruhi secara positif oleh bimbingan kelompok. Selain itu untuk menentukan seberapa besar pengaruh prediktor terhadap kriterium, hal tersebut dapat dilihat pada nilai r² sebesar 0,044 yang berarti 4,4%. Maknanya adalah 4,4% variabel bimbingan kelompok tidak dapat dijelaskan oleh variabel perilaku asertif dalam ekspresi pikiran dan sisanya 95,6% dapat dijelaskan oleh variabel lain. Dengan kata lain bimbingan kelompok hanya memberikan pengaruh sebesar 4,4% terhadap perilaku asertif dalam mengekspresikan pikiran siswa jurusan TPM-4. Berbeda dengan pengaruh dari bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, ekspresi perasaan memiliki penagruh yang lebih besar.

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Tindakan Pada Siswa

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Tindakan Pada Siswa,dengan analisis regresi menggunakan SPSS versi 20 menghasilkan sebagai berikut:

Tabel 3. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif Dalam Ekspresi Tindakan Pada Siswa

Coefficientsa

Page 14: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

440 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 11,459 3,757

3,050 ,006

Kelompok ,015 ,131 ,023 ,114 ,910

a. Dependent Variable: Tindakan

Koefesien regresi pengaruh bimbingan kelompok terhadap ekspresi tindakan sebesar ,910. Secara statistik pengaruhnya signifikan dilihat dari Pvalue ,910 < 0,05 maka Ho Diterima sehingga Tidak terdapat pengaruh positif bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi tindakan. Berbeda dengan hasil dari ekpsresi pikiran dan perasaan, dari hasil tersebut diketahui bahwa bimbingan kelompok berpengaruh terhadap perilaku asertif dalam mengkespresikan tindakan lebih kecil dari ekspresi pikiran dan ekspresi perasaan yang di dalamnya terdapat beberapa indikator, diantaranya yaitu: 1) memulai pembicaraan, dan 2) menatap lawan bicara. Dari kedua indikator perilaku asertif dalam mengekspresikan tindakan dipengaruhi secara positif lebih kecil dibandingkan dengan ekspresi pikiran dan ekspresi perasaan oleh bimbingan kelompok. Adapun besar r² sebanyak ,001 yang berarti 0,1%. Maknanya adalah 0,1% variabel bimbingan kelompok tidak dapat dijelaskan oleh variabel perilaku asertif dalam ekspresi tindakan dan sisanya 99,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain. Dengan kata lain bimbingan kelompok hanya memberikan pengaruh sebesar 0,1% terhadap perilaku asertif dalam mengekspresikan tindakan siswa jurusan TPM-4.

Untukmengetahuiseberapabesarpengaruhbimbingankelompokterhadapmasing-masingaspekperilakuasertifpadasiswamakadilakukanujiregresi.Berdasarkanhasilperhitungan yang dilakukanmenggunakanbantuan SPSS versi 20 dapatdihasilkansebagaiberikut:

Tabel 4.PengaruhBimbinganKelompokTerhadapAspek-AspekPerilakuAsertif

Variabel Hasil Uji Kriteria Pengujian Kesimpulan

Page 15: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 441

Bimbingan Kelompok

Terhadap Ekspresi Pikiran

ɑ = 0,05

Pvalue=0,583

Beta= 0,113

r² = 0,013

Pvalue ≤ ɑ

Ho Ditolak

H1 Diterima

Bimbingan Kelompok

Terhadap Ekspresi

Perasaan

ɑ = 0,05

Pvalue=0,302

Beta= 0,210 r² =

0,044

Pvalue ≤ ɑ

Ho Ditolak

H1 Diterima

Bimbingan Kelompok

Terhadap Ekspresi

Tindakan

ɑ = 0,05

Pvalue=0,910

Beta= 0,023 r² =

0,001

Pvalue ≤ ɑ

Ho Ditolak

H1 Diterima

Tabel 4 menunjukanbahwakoefesienregresipengaruhbimbingankelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran sebesar 0,583. Secara statistik pengaruh signifikan dilihat dari Pvalue = 0,583 ≤ɑ = 0,05 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang positif antara bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran pada siswa jurusan TPM-4 SMKN 6 Bandung. Adapun besar determinasinya sebanyak 1,3% bimbingan kelompok mempengaruhi perilaku asertif dalam ekspresi pikiran siswa jurusan TPM-4.Sedangkan koefesien regresi pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan sebesar 0,302. Secara statistik pengaruh signifikan dilihat dari Pvalue = 0,302 ≤ɑ =0,05 yang asrtinya tidak terdapat pengaruh positif antara bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan pada siswa jurusan TPM-4 SMKN 6 Bandung. Selain itu dilihat dari determinasinya didapatkan sebanyak 4,4% bimbingan kelompok mempengaruhi perilaku asertif dalam ekspresi perasaan pada siswa jurusan TPM-4. Koefesien regresi pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi tindakan sebesar 0,910. Secara staitistik pengaruh signifikan dilihat dari Pvalue = 0,910 ≥ɑ = 0,05 yang artinya tidak terdapat pengaruh antara bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi tindakan pada siswa jurusan TPM-4

Page 16: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

442 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

SMKN 6 Bandung. Selain itu dilihat dari determinasinya didapatkan sebanyak 0,1% bimbingan kelompok mempengaruhi perilaku asertif dalam ekspresi tindakan pada siswa jurusan TPM-4.

Dilihat dari hasil perhitungan SPSS versi 20 bahwasannya bimbingan kelompok pengaruhnya tidak signifikan terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, ekspresi perasaan, dan ekspresi tindakan.Berdasarkan hasil penelitian hipotesis didapatkan bahwa secara signifikan bimbingan kelompok tidak mempengaruhi perilaku asertif. Sebanyak 2,5% variabel bimbingan kelompok mempengaruhi perilaku asertif, sedangkan sisanya 97,5% dipengaruhi oleh varaibel lain yang tidak diteliti oleh penulis. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh (Khalimatu’syaidah, 2011) yang menyebutkan bahwa bimbingan kelompok efektif sebagai upaya dalam meningkatkan asertivitas siswa, dimana bimbingan kelompok siswa diajak untuk berlatih berinteraksi dengan siswa lain dalam bimbingan kelompok di dalamnya membahas materi-materi yang ditentukan oleh pemimpin kelompok dan materi-materi tersebut berkaitan dengan karakteristik asertivitas (terbuka, tidak cemas, berprinsip kuat dan tidak mudah dipengaruhi). Meskipun demikian, hal tersebut tidak berlaku bagi siswa jurusan TPM-4 yang memiliki pengaruh yang sedikit dari bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran, ekspresi perasaan, dan ekspresi tindakannya.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan yang disebutkan oleh Rathus dan Nevid dalam Purnamasari (2012: 33-34) yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif ialah: jenis kelamin, self esteem, kebudayaan, tipe kepribadian.

Selain pendapat tersebut (ginting & Mansyur, 2014) menyebutkan remaja sulit berperilaku asertif karena masa remaja adalah masa yang mana faktor teman sebaya sangat dominan, sehingga remaja kurang mandiri. Selain itu teman sebaya lebih dominan dalam mewarnai perilaku remaja daripada pendapat pribadi.

Selain itu Rohyati & Purwandari (2015:5) juga berpendapat bahwa budaya kolektif lebih mengutamakan keharmonisan dan perilaku konformitas, maka masyarakatnya cenderung untuk tidak asertif. Masyarakat kolektif sering merasa tidak tega bila mengatakan sesuatu dengan sebenarnya, sehingga remaja yang berasal dari budaya kolektif akan terbiasa untuk berkomunikasi secara tidak asertif.

DefinisiperilakuasertifsendirimenurutRathus (2009) adalah “Assertive behavior involves the expression of one’s genuine feelings, standing up for one’s legitimate rights, and refusing unreasonable requests. It means resisting undue social, disobeying arbitrary authority figures, and resisting compormity to arbitrary

Page 17: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 443

group standarts”. Berdasarkanpengertian di atasasertifadalahtingkahlaku yang menampilkankeberanianuntuksecarajujurdanterbukamenyatakankebutuhan, perasaan, pikiran-pikiranapaadanya, mempertahankanhak-hakpribadi, sertamenolakpermintaan-permintaan yang tidakmasukakaltermasuktekanan yang datangdarifigurotoritasdanstandar-standar yang berlakupadasuatukelompok.

Bimbingan kelompok yang dilakukan di SMKN 6 Bandung ini merupakan upaya pemberian bantuan kepada siswa secara kelompok untuk mengambil keputusan yang tepat dan mandiri dalam dinamika kelompok untuk mendapatkan informasi tentang meningkatkan perilaku asertif siswa. Individu yang asertif akan mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang ia rencanakan. Ia akan bersikap mendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Ia mau melakukan sesuatu yang diminta orang lain tanpa merasa dipaksa jika tidak bertentangan dengan prinsip dan hak-hak pribadinya. Individu yang asertif tidak akan membiarkan dirinya dikendalikan atau dimanfatkan orang lain sehingga ia akan berani menolak dengan tegas permintaan orang lain yang tidak diinginkannya apalagi sesuatu yang dianggap merugikan dan menghambat perkembangan dirinya.

Pada kenyataanya perilaku asertif sangatlah berbeda dengan perilaku agresif. Perilaku asertif ditandai oleh suatu pernyataan yang jelas tentang keyakinan seseorang, dengan tetap mempertimbangkan pendapat dan perasaan orang lain. Sedangkan agresif cenderung tidak menghormati pandangan orang lain dan juga tidak peduli pada kebutuhan atau perasaan orang lain. Mereka memaksakan pendapat atau keinginan mereka supaya diterima dengan cara mengancam dan memanipulasi.

Page 18: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

444 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

Gambar 1. Proses Bimbingan Kelompok

TPM-4 SMK Negeri 6 Bandung

PENUTUP

Dari hasilpenelitianmengenaipengaruhbimbingankelompokterhadapperilakuasertifpadasiswadapat di ambilkesimpulansebagaiberikut :

Pertama, kondisiperilakuasertifsiswakelas X jurusan TPM-4 tidakterpengaruhidaribimbingankelompok yang biasadilakukan.Denganhipotesis “Tidakterdapatpengaruhbimbingankelompokterhadapperilakuasertifpadasiswakelas X jurusan TPA-4 SMK Negeri 6 Bandung”.Bimbingankelompokhanyaberpengaruh 2,5% terhadapperilakuasertifsiswa, padaekspresipikiranhanyaberpengaruhdenganpersentase 1,3%, padaekspresiperasaanberpengaruh 4,4%, sedangkanpadaekspresitindakanberpengaruh paling sedikityaitu 0,1% padasiswakelas X jurusan TPM-4 SMK Negeri 6 Bandung.

Kedua, hasil perhitungan SPSS versi 20 dalam ekspresi pikiran menyatakan bahwa

nilai Pvalue = ,583 <ɑ 0,05 maha Ho Diterima sehingga Tidak terdapat pengaruh positif bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi pikiran dengan nilai r² sebesar 0,025 yang berarti 2,5%. Maknanya adalah 2,5% varaibel bimbingan kelompok dapat dijelaskan oleh variable perilaku asertif dalam ekspresi pikiran dan sisanya 97,5% dapat dijelaskan oleh variabel lain. Dalam ekspresi

perasaan juga menyebutkan bahwa Pvalue = ,302 <ɑ 0,05 maka Ho Diterima sehingga tidak terdapat pengaruh bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi perasaan. Dengan nilai r² sebesar 0.044 yang berarti 4,4%. Maknanya adalah 4,4% variabel bimbingan kelompok tidak dapat dijelaskan oleh varaibel perilaku asertif dalam ekspresi perasaan dan sisanya 95% dapat dijelaskan oleh varaibel lain. Sedangkan hasil dari ekspresi tindakan menyatakan bahwa Pvalue = ,910 < 0,05 maka Ho Diterima sehingga tidak terdapat pengaruh positif bimbingan kelompok terhadap perilaku asertif dalam ekspresi tindakan. Dan nilai r² sebesar ,001 yang berarti 0,1%. Maknanya adalah 0,1% varaibel bimbingan kelompok tidak dapat dijelaskan oleh varaibel perilaku asertif dalam ekspresi tindakan dan sisanya 99,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.

Page 19: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada Siswa

Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446 445

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, dapat diberikan saran atau masukan beberapa hal kepada :

Pertama, bagi Pihak Sekolah dengan adanya program bimbingan kelompok yang sudah diberikan kepada siswa untuk menunjang kebutuhan siswa, akan lebih baik jika diadakan pelatihan-pelatihan kepada siswa mengenai perilaku asertif agar siswa mampu berperilaku asertif dan untuk memonitoring siswa jika terdapat yang berperilaku agresif atau pun jika terjadi bullying di lingkungan sekolah. Sedangkan bagi siswa yang memiliki perilaku asertif yang rendah untuk lebih dapat mengembangkan perilaku asertif dalam dirinya.

Kedua, bagi Jurusan Bimbingan Konseling Islam dengan adanya keterbatasan pembahasan mengenai perilaku asertif dalam mata kuliah di jurusan Bimbingan Konseling Islam, penulis sedikit kesulitan dalam menemukan terori-teori dan pembahasan mengenai perilaku asertif. Sehingga penulis menyarankan untuk lebih memperdalam mengenai pemberian materi Behavior yang didalamnya terdapat perilaku asertif.

Ketiga, bagi Peneliti Selanjutnya agar lebih menyempurnakan skala penelitian serta hasil penelitian dan lebih memperhatikam faktor-faktor yang terkait dengan penyebab siswa tidak bisa berperilaku asertif. Dan menggunakan indikator-indikator yang tepat untuk memperbaiki instrumen penelitian sehingga dapat mengungkapkan lebih dalam faktor penyebab siswa tidak bisa berperilaku asertif.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Juntika Nurihsan, (2011). Bimbingan dan konseling. Bandung: PT Refika Aditama.

Bahrudin, Bahrudin. (2010). "Prinsip-prinsip Komunikasi dalam Al-Qur’an." Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies [Online], 5.15: 827-848. Web. 6 Jul. 2018.

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Rafika Aditama.

Khalimatussa’diyah. (2011). Upaya Meningkatkan Asertivitas Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Pada Siswa Kelas IX SMPN 1 Kandeman Kabupaten Batang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Pambudi, Aji Taufiq. (2015). Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Teknik Sosiodrama Terhadap Perilaku Asertif Dengan guru SMAN 3 Magelang. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Purwandari, Rohyati. (2015). Perilaku Asertif Pada Remaja. Yogyakarta: Jurnal Psikologi, Vol.11,2015-01-11.

Purnamasari, Lilis Ratna. (2012). Teknik-Teknik Konseling. Semarang: UNNES

Page 20: Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Perilaku Asertif pada ...

R. Nurviani, L. Satriah

446 Irsyad : Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam 6(4)(2018) 427-446

Press. Ratna, Lilis. (2013). Teknik-Teknik Konseling. Jogjakarta: DEEPUBLISH. Rohyati dan Purwandari. (2015). Perilaku Asertif Pada Remaja. Yogyakarta: Jurnal

Psikologi Vol 11. Romlah, Siti. (2013). Pengaruh Asertifitas Terhadap Perilaku Seksual Remaja. Bandung.

UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Satriah lilis. (2014). Bimbingan Konseling Kelompok (setting masyarakat). Bandung:

Pustaka Kasidah Cinta. Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan danKonseling

di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Proses bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: PT

Rineka Cipta. Sulistyarini dan Jauhari, Mohammad. (2014). Dasar-Dasar Konseling Panduan

Lengkap Memahami Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Konseling. Sunardi. (2010). Makalah: Latihan Asertif. Bandung: PLB FIP UPI. Tjalla, Awaluddin dan Made Christian Novianti. 2008. Asertif Behavior on Early Teen.

Universitas Gunadarma. Tohrin. (2008) . Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.