1
SPESIFIKASI TEKNIS
Keterangan :
Spesifikasi teknis disusun oleh panitia pengadaan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan
dilelangkan dengan ketentuan :
1. Tidak mengarah kepada merek / produk tertentu, tidak menutup kemungkinan
digunakannya produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal
yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kriteria kinerja produk (output performance) yang
diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
1 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
SPESiFIKASI TEKNIS
A. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Lingkup Pekerjaan Persiapan
1. Letak titik duga pokok (titik nol) ikan ditentukan oleh Direksi Lapangan bersama-
sama Pemborong.
2. Titik ini harus ditempatkan permanen, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1
meter sehingga tidak dapat berubah/berpindah tempat. Titik tersebut diberi tanda
jelas serta dilokasi yang tidak akan tergusur bangunan.
3. Untuk selanjutnya tugu tersebut harus menjadi dasar bagi setiap ukuran dan
kedalaman.
4. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh pemborong di lapangan dengan alat ukur
optik yang sudah diterap kebenarannya dan harus selalu berpedoman kepada
titik duga pokok (titik nol).
5. Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus segera
dilaporkan kepada Direksi.
6. Pengukuran sudut-sudut 90 derajat atau bukan, hanya boleh dilakukan dengan
alat ukur optik
7. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil saja
8. Patok bouwplank dan papannya menggunakan kayu lokal, tebal minimum 2,5 cm
lebar 20 cm, sisi atasnya harus diketam halus dan rata.
9. Tinggi bouwplank sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki harus
dibicarakan dahulu dan disetujui Direksi.
10. Papan bouwplank dipasang disekeliling luar bangunan dengan jarak 100 cm dari
tepi luar bangunan.
11. Pemasangan bouplank harus kokoh, kuat dan tidak berubah oleh cuaca serta
harus rata air. Permukaan harus diukur dengan waterpas
12. Setelah selesai pemasangan bouplank harus dilaporkan Direksi untuk diperiksa
sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.
13. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur lengkap
dengan pompa dilokasi proyek atau mengambil dari luar, air harus bersih, bebas
dari lumpur, minyak dan bahan-bahan lainnya yang dapat merusak struktur
bangunan.
14. Bak air untuk kerja berukuran minimum 1 (satu) m3 dan harus selalu terisi penuh
15. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan dengan daya
sekurang-kurangnya 1.5 KVA.
2 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
16. Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu pemborong harus membuat pagar
pengaman sekeliling proyek, dengan batas-batas rnenurut petunjuk yang
diberikan oleh Direksi pelaksana. Kalau tidak ditentukan lain pagar harus dibuat
dari kayu dengan penutup seng setinggi ± 175 cm dengan konstruksi yang cukup
kuat dan menjamin keamanan.
17. Ukuran luas kantor Pemborong, los kerja serta tempat penyimpanan bahan,
diserahkan kepada Pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan dan
kebersihan dan bahaya kebakaran.
18. Khusus untuk penempatan bahan-bahan seperti : pasir, kerikil, harus dibuatkan
kotak simpan yang dipagari papan yang cukup rapat sehingga masing-masing
bahan tidak tercampur.
19. Pemborong harus membuat gudang penyimpanan peratatan peralatan dan
material yang harus bebas dari hujan.
20. Pemborong harus membuat drainage sementara selama pelaksanaan pekerjaan
berlangsung, baik untuk pengeringan air hujan maupun untuk pengeringan air
tanah, sehingga dapat menjamin terhindarnya proyek dari kemungkinan
genangan air hujan mengganggu kelancaran pekerjaan maupun lingkungan
sekitar daerah kerja.
21.Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang-barang milik
pemborong sendiri maupun milik pemberi tugas.
2. Pekerjaan Persiapan
1. Pengukuran
1.1 Ukuran titik duga pokok (titik nol) akan ditentukan oleh Direksi, bersama-sama
Pemborong. Selanjutnya titik ini harus ditetapkan permanen dengan tugu
beton sedemikian sehingga tidak bisa berubah-ubah dan digerak-gerakan,
diberi tanda jelas. Tugu harus dibuat menjadi dasar bagi setiap ukuran dan
kedalaman.
1.2 Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong dilapangan dengan alat
teropong, waterpas yang baik dan sudah ditera kebenarannya terlebih dahulu.
1.3 Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus
dilaporkan kepada Direksi.
2. Pengukuran Sudut Siku
2.1 Pengukuran sudut siku dilakukan dengan alat teropong waterpas theodolite,
prisma penyiku atau penyiku lainnya.
2.2 Pengukuran sudut siku dengan benang secara azas segitiga phitagoras.
3. Papan Bangunan (Bouwplank)
3.1 Papan bangunan harus dipasang pada petak-petak kayu yang nyata kuat
tertancap didalam tanah sehingga tidak bisa bergerak-gerak atau berubah-
3 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
ubah.
3.2 Lebar papan bangunan sekurang-kurangnya 20 cm tebal sekurang-kurangnya
2,5 cm
3.3 Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain
harus dibicarakan dahulu dan disetujui oleh Direksi.
3.4 Setelah selesai pemasangan papan bangunan wajib dilaporkan kepada Direksi
untuk pemeriksaan, sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.
B. PEKERJAAN TANAH
1. Penggalian Tanah Untuk Pondasi
a. Sebelum penggalian tanah untuk pondasi dimulai harus ditakukan pengupasan
tanah permukaan setebal 10 Cm. Hasil kupasan ini ditimbun ditempat-tempat
penimbunan yang telah ditentukan oleh Direksi Lapangan.
b. Penggalian harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi, penampang
lereng galian kiri kanan dimiringkan 10 derajat ke arah luar pondasi.
c. Dasar galian harus mencapai tanah keras, apabila tenyata tidak sesuai dengan
rencana gambar pondasi, maka pemborong diharuskan melapor kepada Direksi
Lapangan diminta keputusannya.
d. Jika pada galian terdapat akar-akar kayu, kotoran dan bagian-bagian tanah yang
longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian
lubang yang diisi dengan pasir urug lapis demi lapis dan apabila dimungkinkan.
disiram dengan air tiap lapis sampai jenuh, sehingga mencapai permukaan yang
diinginkan.
2. Pengukuran dan Pemadatan Tanah Untuk Pondasi
a. Pengurugan tanah pondasi dilakukan berdasarkan petunjuk Direksi, dimana
macam pekerjaannya tergantung pada bentuk pondasi bangunan.
b. Sebelum dipasang pondasi, galian pondasi dilapisi dengan pasir urug setebal
minimum 5 Cm. Dibawah lantai dilapisi pasir urug setebal 5 cm.
c. Setelah pemasangan pondasi cukup kuat atas ijin Direksi, lubang-lubang galian
dapat diurug kembali. Pada bagian dalam bangunan diurug dengan pasir urug,
sedangkan bagian luar bangunan cukup diurug dengan tanah galian.
d. Pengurugan harus lapis demi lapis, dan bila memungkinkan disiram air untuk
mendapatkan kepadatan atau dengan cara lain yang disetujui. Tebal setiap
lapisan
maximum 10 cm.
e. Tanah bekas galian harus dibuang atau ditimbun diluar bouwplank dengan
penempatan yang cukup rapih. Tanah antara bouplank dan galian harus tetap
bebas dari timbunan tanah.
f. Apabila terjadi kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakannya pondasi
sesuai
4 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
gambar rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini kepada Direksi dan
pihak Direksi akan mengambil kesimpulan.
g. Pemborong wajib membuat parit-parit buangan air dari galian pondasi, agar pada
saat hujan air tanah tidak menggenangi lobang galian.
3. Tanah Urug/Pasir Urug
a. Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir yang lebih kasar dari pada
pasir pasangan, dapat menggunakan pasir laut yang sudah dicuci.
b. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-
bahan yang dapat membusuk atau mempengaruhi kemantapan urugan yang
akan
dilaksanakan.
4. Perbaikan Tanah
a. Jika tanah terdiri dari jenis tanah lunak (lempung atau lanau) yang mempunyai
harga pengujiar penetrasi standar N < 4, atau tanah organis yang mempunyai
kadar air alamiah sangat tinggi (tanah gambut); juga tanah berpasir yang dalam
keadaan lepas mempunyai harga N < 10; maka sebelum melakukan pekerjaan
konstruksi harus dilakukan dahulu pekerjaan tanah sehingga didapat daya
dukung yang memenuhi syarat.
b. Untuk tanah gambut perlu dilakukan pengupasan sedalam ± 50 cm, baru diberi
terucukan bambu atau dari kayu dengan ± 10 cm untuk setiap jarak 30 cm.
c. Terucukan harus selalu terendam air tanah
d. Untuk lanau dan lempung bisa langsung diberi terucukan dari bambu atau kayu
dengan diameter 10 cm untuk setiap jarak 30 cm.
e. Setelah terucukan selesai baru dihamparkan pasir setebal 15 cm, kemudian diberi
lapisan anyaman bambu (gedek) sebagai perata beban, untuk selanjutnya diberi
lapisan tanah urug diatasnya.
5. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan Iain-lain (kalau ada) bagian dari
pekerjaan tanah ini.
b. Untuk galian pondasi-pondasi disesuaikan dengan gambar kecuali ditentukan
lain, menurut keputusan Direksi.
c. c. Lobang galian pondasi harus cukup lebar sehingga waktu mengerjakan
pasangan
pondasi atau pengecoran beton tidak terganggu, untuk itu dasar galian harus rata
dan bersih dari akar-akar pohon dan Iain-lain
d. d. Apabila kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakannya pondasi sesuai
gambar
rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini kepada Pengawas Direksi
dan
Pihak Direksi akan memberitahukan keputusan apa yang akan diambil.
5 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
e. e. Apabila pada dasar galian terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka
harus
digali sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik sesuai dengan
pertimbangan
Direksi.
f. Pemborong wajib membuat parit-parit pembuangan air dari galian pondasi, agar
pada saat hujan atau air tanah/tinggi tidak menggenangi lubang galian pondasi.
6. Timbunan, Perataan dan Pemadatan
a. Timbunan Galian
Semua bahan-oahan galian harus ditimbun sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu pekerjaan serta tidak mengganggu jalan orang dan lalu lintas.
Bahan galian tidak boleh merusak bangunan-bangunan perorangan lainnya. Jika
perlu dan diminta oleh Direksi, kontraktor harus mengangkut bahan galian untuk
dibuang sesuai petunjuk Direksi.
b. Urugan Galian
Pada umumnya pengurugan dilakukan dengan memakai tanah galian yang baik,
kecuali ditunjukkan dalam gambar, maka bahan (material) untuk urugan adalah
tanah campur pasir/krikil yang dipadatkan lapis demi lapis.
Setiap lapis tidak lebih dari 30 cm dan tidak boleh ada batu yang lebih besar dari
2,5 cm. Tanah urug juga harus bersih dari bahan organik dan sisa tumbuh-
tumbuhan tergantung pada kondisi setempat, untuk pemadatan dapat digunakan
stamper, timbris seberat 5 kg atau alat mekanik lainnya untuk menambah
kepadatan, Direksi dapat memerintahkan agar tanah urug tersebut dijemur atau
sebaliknya dibasahi terlebih dahulu hingga mencapai kadar air optimal. Pekerjaan
urug tanah yang dilakukan tidak memenuhi persyaratan sehingga mengakibatkan
permukaan tanah turun kembali, harus diulang segera setelah perintah pertama
dari Direksi, dan jika diperlukan urugan harus diulang berkali-kali, sampai dengan
permukaan yang diminta pada gambar rencana dan sesuai dengan petunjuk
Direksi.
c. Kualitas Tanah Urug
Tanah urug yang digunakan harus bersih dari bahan-bahan organik dan kotoran-
kotoran lainnya.
d. Urugan Pasir
Urugan pasir dilakukan selapis demi selapis dan pemadatannya juga dilakukan
selapis demi selapis, dimana lapisan maximum 20 cm.
- Setiap urugan pasir disiram dengan air hingga padat
- Setiap tanah gembur yang dibuang diisi kembali dengan pasir hingga rata dan
padat.
e. Kualitas Pasir Urug
6 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
Atas petunjuk Direksi, pemborong harus menyediakan pasir yang digunakan
untuk pengurugan berkualitas kadar lumpur tidak lebih dari 10 % tidak terkotori
oleh benda-benda organik. Petunjuk ini tidak mengurangi tanggungjawab
kontraktor atas semua hasil pengurugan yang dilakukan
C. PEKERJAAN DINDING
1. Air Kerja
a. Air kerja adalah air yang tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam,
bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan,
bersih dan dapat lanjut.
b. Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas maka pemborong diminta
untuk
mengirim contoh air ke laboratorium resmi yang ditunjuk guna dapat diselidiki
lebih lanjut.
c. Selama air di lokasi bangunan belum dapat persetujuan untuk digunakan sebagai
air kerja, maka pihak pemborong harus dapat mengadakan air dari sumber lain
yang disetujui.
2. Bataco/Bata Tela
a. Batu tela yang dipakai harus terdiri atas cetakan press dengan campuran semen
banding karang/padas = 1 : 5 .
b. Ukuran batu tela harus sedemikian rupa sehingga jumlah yang diperlukan untuk 1
M3 pasangan berkisar antara 145 s/d 155 buah.
D. PEKERJAAN PONDASI DAN PLESTERAN
1. Pekerjaan Pondasi
Pondasi bangunan yang dipakai adalah pondasi batu gunung, pada daerah pondasi
dianggap rusak pondasinya.
Pondasi Lajur batu kali, terdiri dari :
Alas pondasi dari pasir urug yang dipadatkan setebal 10 cm ditibris dan disiram air
sampai kepadatan maksimum.
Material batu kali yang keras, bermutu baik dan tidak cacat dan tidak retak atau
berpori-pori besar. Batu terbungkus lumpur tidak diperkenankan dipakai.
Adukan yang dipakai untuk pondasi adalah 1 Pc : 4 Psr.
Air yang digunakan harus bersih, tawar dan bebas dari bahan kimia yang dapat
merusak pondasi, asam alkali atau bahan organik.
Penggalian pondasi lajur dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan lay out, titik
7 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
as pondasi tersebut dan ditentukan dengan teliti sesuai gambar dan disetujui Direksi.
Pemeriksaan tiap galian pondasi dilakukan terhadap betulnya penempatan,
kedalaman, besaran, lebar, letak dan kondisi dasar galian. Sebelum pemasangan
pondasi dimulai izin dari Direksi mengenai hal tersebut secara tertulis harus di dapat.
Pemborong harus memperlihatkan adanya stek tulangan kolom, stek tulangan ke
sloef dan menembus pondasi minimal 30 cm dan tulangan dibentuk L.
Karena adanya galian pondasi pemborong harus memperlihatkan kedalaman pondasi
terhadap dasar/tanah keras.
Pondasi telapak yaitu :
Pondasi dari beton cor K-225 yang dilaksanakan sesuai dengan gambar
rencana.
Material yang digunakan harus bersih.
Komposisi campuran harus sesuai dengan mix design dari material yang
digunakan.
Kedalaman harus mencapai tanah keras (disesuaikan kondisi lapangan).
2. Pekerjaan Pemasangan Dan Plesteran
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :
Pekerjaan plesteran/afwarking permukaan beton
Bahan yang dipakai adalah :
Batu bata yang bermutu baik, pembakaran sempurna, bebas dari cacat dan retak
minimum belahan menjadi 2 bagian, produk lokal dan memenuhi persyaratan bahan-
bahan PBBI 1970
Pasir pasangan harus bersih, tajam dan bebas lumpur tanah liat, kotoran organik dan
bahan yang dapat merusak pasangan, untuk itu pasir yang dipakai terlebih dahulu
diayak lewat lubang 10 mm.
Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan Nl 8 Type I menurut ASTM
dan memenuhi S 400 standard Portland Cement.
Air yang digunakan harus air bersih, tawar, tidak mengandung lumpur, bahan
organik dan bahan-bahan yang dapat merusak pasangan.
Adukan/Campuran
Adukan transram 1 Pc : 4 Psr, dilaksanakan untuk :
Semua pasangan batu setinggi 30 cm diatas sloef. Pada semua dinding yang
berhubungan dengan air setinggi 150 cm.
Pasangan batu kedua sisi saluran dan bata sebagai pondasi, serta tempat-
tempat lainnya yang diperlukan.
Plesteran dinding yang masuk ke dalam tanah, Adukan 1 Pc : 5 Psr
dilaksanakan pada pasangan dinding dan plesteran yang tidak trasram
seperti tercantum diatas.
8 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
Pelaksanaan Pekerjaan
Pekerjaan pemasangan dinding batu bata harus terkontrol waterpass baik
arah vertikal maupun arah horizontal. Setiap pasangan 8 baris bata harus
dipasang angker pada kolom pelaksanaan pemasangan dinding bata tidak
boleh melebihi ketinggian 1 meter setiap haii.
Sebelum dinding diplester harus dikamprot terlebih dahulu dengan campuran
1 Pc : 3 Psr dengan ikatan yang baik. Kelembaban plesteran harus dijaga
sehingga pengeringan bidang plesteran stabil dan kemudian diperhalus
dengan acian semen.
Pasangan yang selesai harus terus menerus dibasahi selama 14 hari.
Seluruh pasangan dan plesieran yang tidak lurus berombak dan retak-retak
harus dibongkar dan diperbaiki, atas biaya pemborong.
E. PEKERJAAN UMUM BANGUNAN
1. Pekerjaan Beton Bertulang
a. Syarat umum pekerjaan beton bertulang ini mengikuti sepenuhnya Peraturan
Beton Indonesia tahun 1971 (Nl - 2 ) -
b. Konstruksi beton bertulang untuk seluruh bagian harus mencapai mutu beton
yang ditentukan sesuai gambar kerja dinyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan
di Laboratorium uji yang disetujui oleh Direksi Lapangan.
c. Konstruksi beton dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran termasuk besi penulangan
dan sengkangannya, yang tertera dalam gambar-gambar rencana pelaksanaan dan
detail struktur beton. Apabila terdapat ukuran-ukuran pada gambar rencana
arsitektural dan gambar rencana struktur beton, pemborong diwajibkan
memberitahukan secara tertulis kepada Direksi Lapangan dan meminta
keputusannya sebelum mengadakan pelaksanaan tersebut.
d. Pemborong diwajibkan membuat rencana pengecoran, mulai dari pondasi beton
hingga seluruh pekerjaan beton selesai dengan diberi catatan-catatan mengenai
bagian yang dicor, tanggal, kode gugus test, jam pengecoran dan Iain-lain.
e. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan
tenda-tenda/penutup
plastik secukupnya sehingga jalannya pekerjaan pengecoran tetap lancar.
f. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan "additeve" (bahan
tambah) yang khusus untuk itu. Penggunaannya harus memenuhi persyaratan.
g. Penggunaan additive untuk tujuan mempercepat pengeringan beton,
dapat dilakukan tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton.
h. Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat atau tidak
merata, antara lain dengan dibungkus atau ditutup dengan SCAKPAFT
310 (reinforced building paper),
i. Selama pelaksanaan pengecoran beton, pemborong diharuskan membuat kubus
9 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
beton ukuran 1 5 x 1 5 x 1 5 cm, dibuat ditempat pengecoran untuk diperiksa ke
laboratorium pemeriksaan beton.
j. Test kubus berpedoman kepada PBI 1971 yaitu pasal-pasal 4.6 dan 4.7.
k. Kekentalan campuran beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan
kerucut terpancung, ukuran diameter dibawah 20 cm, diameter diatas 10 cm dan
tinggi 30 cm kerucut diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis yang sama tebal
masing-masing ditusuk-tusuk dengan besi baja 16 mm. Setelah muka bidang
atasnya merata, maka 30 detik kemudian kerucut ditarik keatas penurunan
puncak kerucut diukur terhadap tinggi semula. Untuk bagian pondasi ditentukan
peraturan maximum 10 cm, minimum 7,5 cm untuk bagian lainnya peraturan
maximum 9 cm, minimum 8 cm.
l. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus dan dibengkokkan
sambungan kait4<ait pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang
tercantum pada PBI 1971.
m. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalami
perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.
n. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan
PBI 1971.
o. Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai gambar kerja.
p. Subsitusi pembersihan dapat dilakukan hanya atas persetujuan Direksi Lapangan.
q. Untuk seluruh plat beton atap, ditambahkan tulangan susut.
r. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton molen)
s. Takaran-takaran untuk semen, aggregate dan air harus disetujui terlebih dahulu
oleh pengawas ahli.
t. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat seperti sudah
mengeras sebagian, tercampur dengan bahan-bahan asing atau terlalu encer
tidak boleh dipergunakan.
u. Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiran
cetakan-cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahanan jarak-jarak.
v. Jarak antara tempat merigaduk„dan mengecor supaya diambil sedikit mungkin.
Pengadukan beton supaya dilakukan dengan hati-hati dan dijamin kelancarannya
w. sehingga tidak berceceran dalam perjalanan dan tidak terjadi perbedaan waktu
x. peningkatan yang besar antara beton. x. Alat penggentar harus digunakan berdiri
90 derajat, hanya dalam keadaan khusus
y. diperkenankan menyentuh tulangan.
z. Ujung penggentar harus diangkat dari dalam adukan apabila adukan terlihat mulai
mengkilap disekitan ujung penggentar, atau kurang lebih sebelum 30 detik.
Penghitun pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang disetujui Direksi
Lapangan didalam pola rencana pengecoran.
10 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
2. Pencampuran Beton
Campuran beton harus mengikuti persyaratan dari tabel campuran beton yang
diberikan. Test pendahuluan harus dilakukan sebelum pengecoran beton untuk
berbagai kelas beton yang direncanakan dan harus standar yang berlaku untuk
menentukan perbandingan semen, agregat dan air yang akan digunakan. Test
pendahuluan adalah untuk memperoleh adukan dengan kemampuan pengerjaan(work
ability) yang diinginkan, dengan kekuatan yang diperoleh kira-kira 30% - 40% lebih
tinggi dan kekuatan yang direncanakan.
Kekuatan yang lebih tinggi (margin) yang diminta oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas
adalah untuk mencakup kemungkinan kegagalan hasil test karena keaclaan mesin-
mesin pengaduk, peralatan, tingkat pengawasan mutu dan terjadinya deviasi mutu
beton. Campuran yang pada akhirnya ditentukan dari test pendahuluan akan tetap
dipertahankan selama keadaan berla.igsung, kecuali ditentukan lain oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas, perubahan mana dipandang perlu karena adanya
perubahan dalam bahan atau hasil-hasil test.
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan konstruksi dermaga ini adalah:
K.225 untuk komponen strukturil seperti : plat, balok, pile cap, dolphin, tiang
railling, beton pengisi tiang, beton selimut tiang, kansteen,
K.175 untuk beton tumbuk di trotoir
Tabel Campuran Beton
KELAS I II III
MUTU B.O B.1 K.125 K.175 K.225 >K.225
Dipakai untuk pekerjaan
Non
Strukturil
Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil Strukturil
Kekuatan beton
karateristik
(kg/cm2)
- - 125 175 225 ^225
Kekuatan kubus
target rata-rata
(kg/cm2)
- - 200 250 300 >300
Agregat kasar
(ukuran mm)
31,5 31,5 31,5 16 8 8
Penggunaan
Semen (kg/m3)
130 200 250 2/5-325 325-375 >375
Water cement
Ratio (% mak )
- - Lihat tabel 4.34 PBI. 71
Slump (cm ) - - Lihat tabel 4.41 PBI. 71
11 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
3. Test pendahuluan untuk menentukan perbandingan campuran beton
Perbandingan antara semen, agregat halus dan kasar, air dan bahan-bahan penambah
yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang memenuhi persyaratan seperti yang
tersebut dalam tabel campuran beton harus ditentukan oleh Kontraktor dari
sejumlah campuran-campuran percobaan yang dilakukan dalam laboratorium untuk
beton yang akan dipakai dalam pekerjaan.
Campuran-campuran percobaan tersebut diatas harus dibuat paling sedikit 42
hari sebelum pengecoran beton dimulai dan harus cukup vatiasi perbandingan
campurannya agar dapat dipilih perbandingan campuran yang
memenuhi keinginan Direksi/insinyur/Pengawas. Campuran percobaan tersebut
akan menjadi pedoman bagi Kontraktor untuk membuat campuran sebenarnya
dilapangan dengan memperhatilkan kondisi lapangan, peralatan yang tersedia serta
methoda pengecoran. Meskipun sudah dilakukan pembuatan campuran percobaan
dan disetujui oleh Direksi/insinyur/Pengawas, tetapi Kontraktor tetap
bertanggung jawab sepenuhnya akan mutu beton yang dilhasilkan pada
waktu pencampuran dilapangan.
Kekuatan beton rencana 7 (tujuh) dan 28 (dua puluh delapan) hari harus ditentukan.
Kekuatan campuran percobaan dalam laboratorium ditentukan sebagai nilai
karakteristik dari 20 contoh percobaan dan hanya 1 (satu) buah contoh saja yang
harganya lebih kecil dari yang ditentukan. Persetujuan Direksi/insinyur/Pengawas
mengenai campuran percobaan termasuk kekuatan 28 (dua puluh delapan) hari harus
didapat secara tertulis sebelum beton diizinkan untuk dicor.
1.1. Bahan-bahan penambah (admixture)
Penggunaan admixture dapat digunakan setelah diijinkan
Direksi/insinyur/Pengawas. Dimana penggunaan admixture diijinkan, maka bahan ini
harus ditambahkan pada beton dalam tempat pengadukannya dengan
mempergunakan alat pengukur otomatis, dan petunjuk-petunjuk pabrik mengenai
penggunaannya. Isdlah-istilah kimia, rumus-rumus dan jumlah bahan-bahan yang
aktif, ukuran yang harus dipakai dan efek mengenai bertambahnya atau
berkurangnya penggunaan dosis bahan-bahan secara terus menerus pada sifat-
sifat physik dan kimia beton basah dan yang sudah mengeras dan akan
diserahkan kepada Direksi/insinyur/Pengawas untuk persetujuannya. Kontraktor
harus menyediakan sample-sample dan melaksanakan percobaan-percobaan
tersebut sebagaimana diperintahkan oleh Direksi/insinyur/Pengawas sebelum
ijin penggunaan admixture diijinkan dipakai pada pelaksanaan. Seluruh pengambilan
sample dan pelaksanaan test menjadi tanggungan Kontraktor.
1.2. Tempat adukan
12 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
Pengadukan dari semua semen, agregat kasar dan halus harus dilakukan dalam
mesin pengaduk beton yang disetujui dan yang mempunyai alat pengatur/penunjuk
berat. Air yang dlimasukkan kedalam mesin pengaduk ini harus disalurkan dari tangki
yang mempunyai pengukur sehingga pemberian air dapat dilakukan dengan tepat.
Kadar kelembaban dari agregat harus diperhitungkan sehingga banyaknya air yang
akan dimasukkan dapat ditentukan dengan tepat. Kadar kelembaban setiap agregat
biasanya ditentukan dua kali sehari yaitu sekali diwaktu pagi dan sekali diwaktu siang
atau pada waktu-waktu lain yang dianggap perlu oleh Direksi/lnsinyur/ Pengawas.
Toleransi untuk pengadukan harus dalam batas 2 % untuk semen dan 3 % untuk
agregat.
1.3. Pengujian beton
Semua kubus percobaan harus diuji berdasarkan JIS A 1108. BS 1881 atau PI31 1971.
Untuk pengujian diperlukan 10 buah kubus yang diambil dari contoh dari setiap 50 m3
beton selama pengecoran. Setiap kubus harus diberi tanda dengan tanggal
pengecoran, nomor urut dan petunjuk-petunjuk lain yang diperlukan oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas dalam waktu 24 jam setelah kubus tersebut dicor. Kubus
percobaan harus diuji sampai hancur karena tekanan dan hams dilakukan dibawah
pengawasan (supervisi) Direksi/lnsinyur/Pengawas. Lima dari setiap sepuluh buah
kubus percobaan harus diukur berat dan kekuatan tekannya setelah tujuh (7) hari dan
harus dilakukan dengan disaksikan Direksi/insinyur/Pengawas dan sisanya
dilakukan setelah 28 hari atau sesuai dengan perintah
Direksi/lnsinyur/Pengawas. Detail-detail lain mengenai hasil pengujian kekuatan tekan
dan data-data lain seperti grade dan jumlah semen yang dipakai dan hasil
analisa ayakan dari agregat, dan perbandingan adukan dari bermacam-
macam kelas harus disampaikan kepada Direksi/lnsinyur/Pengawas dalam
waktu 24 jam setelah penyelesaian pengujian. Setiap kubus percobaan harus dibuat
dari sample yang diambil dari salah satu adukan beton atau dari adukan yang ditunjuk
oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas.
Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari 80 %', dari kekuatan standar rencana
(design standard) yang dapat dilihat pada label campuran beton yang telah
diberikan dan dengan probabilitas lebih dari 1 /20.
Kekuatan uji tidak boleh lebih rendah dari kekuatan standar rencana (design
standard) dengan probabilitas 1/4.
1.4. Pemotongan contoh beton untuk pengujian
Dalam hal mutu beton yang telah selesai dicor dianggap meragukan dan dalam hal-
hal lain dimana kubus-kubus percobaan tidak memenuhi syarat pengujian seperti
telah diutarakan di atas, maka harus dilakukan pengambilan contoh dari beton yang
13 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
telah mengeras yang berbentuk cylinder yang mempunyai diameter luar 100 mm
untuk diuji. Peralatan dan cara pemotongan/pengambilan contoh harus
disampaikan kepada Direksi/lnsinyur/Pengawas sebelum pelaksanaannya dan
persiapan-persiapan dan pengujiannya harus dilakukan sesuai dengan JIS A 1108.'
Jika kekuatan contoh cylinder yang diambil dari beton yang telah mengeras ini lebih
rendah dari persyaratan kekuatan yang diminta dan beton tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan lain yang seharusnya dipenuhi, maka
pekerjaan beton untuk bagian ini dianggap tidak memenuhi persyaratan.
1.5. Hasil pengujian yang tidak memenuhi syarat
Jika persyaratan yang ditentukan tidak dipenuhi, Kontraktor harus mengambil langkah-
langkah untuk perbaikan seperti yang mungkin ditunjukkan oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas dan sebelum pelaksanaannya. Kontraktor hams
menyampaikan detail pelaksanaan kepada Direksi/lnsinyur/Pengawas untuk
mendapat persetujuannya dan harus menjamin bahwa beton yang akan dicor
memenuhi persyaratan. Seluruh biaya mengenai pekerjaan perbaikan ini termasuk
pengujian, peralatan pemotongan dan peralatan Iain-lain, menjadi tanggungan
Kontraktor.
1.6. Spesi
Campuran spesi harus dibuat dari semen Portland biasa dan pasir yang disetujui dan
harus diaduk dengan perbandingan yang ditentukan berdasarkan perbandingan
campuran 400 kg. semen dalam satu meter kubik spesi (perbandingan semen pasir
satu banding dua). Semen Portland yang mengeras dengan cepat, dipakai pada
pekerjaan spesi untuk perlindungan tiang terhadap karat. Banyaknya air yang dipakai
dalam campuran harus disetujui oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas dan merupakan
kebutuhan minimum untuk suatu pekerjaan/maksud tertentu.
1.7. Peralatan pengaduk beton (plant)
Peralatan pengaduk beton harus sesuai baik type maupun kapasitasnya yang
direncanakan khusus untuk tujuan tersebut. Kemampuan peralatan pembuat beton ini
harus memenuhi persyaratan Direksi/lnsinyur/Pengawas. Waktu pengadukan harus
lebih dari 1,5 menit dalam hal penggunaan pengaduk yang dapat dimiringkan (tilting
mixer) dan lebih dari satu menit dalam penggunaan forced mixer.
Jika waktu pengoperasian yang ditentukan telah diperpanjang lebih dari 3 kali, maka
pengoperasian mixer harus segera di hentikan. Tidak boleh dilakukan penambahan
bahan lagi kedalam mixer sampai seluruh beton dikeluarkan dan dibersihkan. Jika
Kontraktor menganggap lebih cocok untuk menggunakan mixer yang lebih kecil untuk
pekerjaan khusus atau bagian-bagian pekerjaan yang jauh letaknya, maka hal ini
dapat disetujui oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas asal mixer yang lebih kecil ini juga
14 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
dilengkapi dengan alat timbangan.
Dalam keadaan biasa pengadukan beton dengan mempergunakan tangan tidak
diijinkan. Tapi bila jumlah beton yang dicor sedikit atau pada bagian pekerjaan yang
dianggap kurang penting, pengadukan dapat dilakukan dengan tangan, hal mana
sepenuhnya tergantung kepada pertimbangan Direksi/lnsinyur/Pengawas.
1.8. Pengangkutan
Semua beton yang baru diaduk dan semua spesi harus diangkut secepat mungkin
dari mixer agar bahwa tidak akan terjadi blending atau segregasi dari campuran
agregat dan slump akan sesuai dengan harga-harga yang ditentukan. Jika
dipergunakan kereta dorong atau trolley maka harus dibuat tempat jalannya yang rata
agar tidak bersegregasi selama diangkut. Pemompaan beton dapat diijinkan jika
Direksi/insinyur/pengawas menyetujuinya. Setiap perubahan perbandingan untuk
campuran yang dianggapnya perlu dilakukan agar beton dapat dipompa harus
dilaksanakan oleh Kontraktor dan sepenuhnya menjadi tanggungannya.
Tempat pengadukan yang terapung (floating) atau Truk pengaduk akan dipakai untuk
pengangkutan beton yang dipergunakan pada pekerjaan-pekerjaan maritim dan cara
pengangkutannya harus disetujui oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas.
1.9. Penempatan dan pemadatan
Sebelum pekerjaan beton dimulai, penulangan atau barang-barang lain yang harus
berada didalam beton, harus dibersihkan dari semua macam kotoran. Semua cetakan
dan pengatur jarak harus diperiksa dengan teliti dan ruang yang yang akan diisi beton
harus betul-betul dibersihkan. Pekerjaan pengecoran dibagian manapun dari
pekerjaan tidak boleh dimulai sebelum persiapan-persiapannya disetujui dan ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/insinyur/ Pengawas. Pengecoran beton selalu
harus diawasi langsung oleh mandor (foreman) yang berpengalaman.
Kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi/lnsinyur/Pengawas bila akan
mengecor. Beton harus dicor sedemikian sehingga didalam satu bagian pekerjaan,
permukaannya rata. Penempatan didalam lapisan-lapisan horizontal tidak boleh
melebihi tebal 40 cm (setelah dipadatkan) kecuali ditentukan lain oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas. Pengecoran beton harus dilakukan terus menerus
antara tempat sambungan yang direncanakan atau disetujui tanpa terhenti
termasuk waktu makan. Jika dipakai corong-corong untuk mengalirkan beton, maka
kemiringan hams sedemikian sehingga agar tidak terjadi segregasi dan harus
disediakan selang-selang penyemprot atau pelat-pelat peluncur agar tidak terjadi
segregasi selama pengecoran. Beton tidak boleh dijatuhkan bebas dari ketinggian
lebih dari 1,5 m. Kecepatan pengecoran harus sedemikian sehingga tebal beton tidak
kurang dari 0,5 m per jam dan tidak lebih dari 1,5 m, kecuali disetuiui lain oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas untuk tiang-tiang pancang yang dicor setempat. Semua
15 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
beton harus dipadatkan dengan mempergunakan vibrator tipe yang digerakkan
dengan tenaga listrik (immersion type vibrator) yang beik type maupun cara kerjanya
disetujui Direksil Insinyur/Pengawas. Vibrator yang disediakan harus cukup jumlah,
ukuran dan kapasitasnya dan sesuai dengan banyaknya dengan beton yang dicor,
ukuran-ukuran beton dan penulangannya. Vibrator ini harus dapat bekerja dengan
baik didalam acuan dan sekeliling penulangan dan barang-barang lain yang diletakkan
didalamnya tanpa harus memindahkannya. Penggetaran yang berlebihan
(overvibration) yang menyebabkan segregasi. Permukaan yang keropos atau
kebocoran melalui acuan harus dihindarkan.
1.10. Siar deletasi
Beton harus dicor secara kontinu sampai pada siar deletasi, letak dan pengaturannya
ditunjukkan dalam gambar-gambar atau seperti yang disetujui
Direksi/lnsinyur/Pengawas. Apabila siar deletasi harus dibuat diluar yang ditunjukkan
oleh gambar, karena kerusakan mesin pengaduk beton atau keadaan yang
tidak terduga, harus dibuat bulk-head sedemikian sehingga arahnya tegak lurus
arah tegangan-tegangan utama. Apabila letaknya berdekatan dengan tumpuan atau
lokasi lain yang dianggap Direksi/Insinyur/Pengawas tidak dikehendaki, maka
pengecoran harus dihentikan dan beton baru tersebut harus dibongkar sampai tempat
yang dianggap baik. Apabila pengecoran harus dilanjutkan pada permukaan beton
yang sudah mengeras, maka permukaan beton tersebut harus dikasarkan.
Kemudian permukaan tersebut harus dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas
dan kotoran-kotoran lainnya, disemprot dengan air dan beton baru dikerjakan, yang
harus dipadatkan secara baik pada bidang pertemuan tersebut. Sebelum pengecoran,
permukaan beton lama harus dilapis dengan adukan semen dengan kwalitas yang
sama dengan adukan beton.
1.11. Selimut beton
Tebal selimut beton minimal untuk setiap jenis struktur adalah sebagai berikut:
- Struktur Beton yang tidak berhubungan dengan air dan tanah 3,0 cm
- Struktur Beton yang berhubungan langsung dengan air / air laut dan tanah :
Balok, Pile cap, Abutment, Dolphin : 8,0 cm
Plat, dinding : 5,0 cm
1.12. Pengeringan beton
Beton harus dilindungi selama proses pengerasan pertama dari pengaruh penas
matahari yang merusak, hujan, air yang mengalir atau angin yang kering.
Perlindungan harus segera diberikan setelah pengerasan beton dengan metoda
yang dianggap praktis, dari beberapa metoda-metoda dibawah ini.
a. Permukaan beton harus ditutup dengan lapisan karung, kanvas atau bahan
16 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
sejenis atau lapisan pasir yang harus terus menerus dibasahi selama 10 hari
untuk beton dengan portland semen biasa.
b. Setelah permukaan beton dibasahi seluruhnya, lalu ditutup dengan lapisan
kertas kedap air yang disetujui atau membran plastik yang harus tetap pada beton
selama 10 hari untuk beton dengan portland semen biasa. c. Kecuali untuk
pengeringan permukaan-permukaan beton dimana pengecoran selanjutnya
tersambung melalui lekatan pengeringan beton harus menggunakan lapisan
membran pengering yang disetujui.
Aplikasi mengggunakan semprotan dengan tekanan rendah sesuai dengan
rekomendasi pabrik pembuatnya. Membran pengering digunakan pada permukaan-
permukaan yang horizontal segera setelah pengecoran beton dan pada permukaan-
permukaan vertikal segera setelah pelepasan acuan. Lapisan pengering ini dipasang
dua lapis tanpa lubang-lubang pengikat.
Metode c ini digunakan juga untuk pengeringan sisi bawah balok dan pelat.
Direksi/insinyur/Pengawas dapat menyaratkan, penggunaan membran ini untuk
permukaan yang vertikal atau miring.
Biaya untuk proses pengeringan ini, harus sudah tercakup dalam harga satuan
pekerjaan beton. Dalam cuaca yang luar biasa atau pada kondisi khusus, lamanya
pengeringan dapat diubah oleh Direksi/insinyur/Pengawas tanpa pembayaran
tambahan kepada Kontraktor Air yang digunakan untuk tujuan pengeringan harus dari
kwalitas yang sama dengan air untuk adukan beton dan tidak boleh meninggalkan
bekas/v/ama pada permukaan beton.
4. Acuan dan penyelesaian permukaan beton
(1). Perencanaan konstruksi acuan
Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan
kepada Direksi/insinyur/Pengawas untuk memperoleh persetujuannya sebelum
pelulusan pembuatan beton diberikan. Meskipun persetujuan
Direksi/insinyur/Pengawas untuk rencana konstruksi acuan tersebut telah diberikan,
Kontraktor tetap bertanggung jawab terhadap pekerjan perancah dan acuan.
Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah, getaran-getaran, tanpa mengalami
distorsi.
Acuan harus direncanakan sekaligus untuk memperoleh bentuk penyelesaian
permukaan dengan memasang "camber" misalnya, dan harus diperhitungkan
untuk mencapai elevasi-elevasi permukaan beton.
Acuan dibawah muka air tirtggi, harus kedap air dan dapat menahan beban-heban
akibat pengaruh pasang surut dan gelombang.
17 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
Semua bahan bangunan untuk acuan, termasuk oli atau coating yang lain harus
mendapat persetujuan Direksi/insinyur/Pengawas.
Acuan kelas A :
Harus menggunakan sambungan alur dan lidah, kayu yang cukup tebal dan kering
udara atau ply-wood dengan permukaan yang keras, baja, plastik kaku atau bahan-
bahan lain yang disetujui. Permukaan bahan-bahan acuan tersebut harus rata dan
bebas dari cacat-cacat pada sisi yang berhubungan dengan beton. Acuan ini
digunakan untuk permukaan beton dengan penyelesaian permukaan yang
"exposed". Kayu untuk acuan kelas A, tidak dapat digunaken lebih dari 3 kali.
Acuan kelas B :
Harus menggunakan kayu gergajian yang kering udara dengan balk atau bahan lain
yang distujui. Acuan ini digunakan untuk permukaan yang tidak "exposed". Acuan ini
tidak dapat digunakan lebih dari 5 kali. Bahan bangunan lain untuk acuan dan
pelaksanaannya akan menjadi tanggung jawab Kontraktor yang harus mendapat
persetujuan Direksi/lnsinyur/Pengawas. Klem untuk acuan harus dari produksi pabrik
yang dikenal dan batang baja pengikat yang kwalitasnya memadai. Kawat pengikat
dan pipa PVC atau pipa plastik tidak diijinkan untuk digunakakan.
(2). Cara-cara pelaksanaan acuan
Sebelum pembuatan acuan Kontraktor harus membuktikan bahwa rencana acuan
telah memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta sesuai dengan rencana
pengecorannya termasuk jenis atau produksi batang-batang pengikat atau klem yang
akan digunakan. Panil-panil acuan atau papan-papan penutup beton "exposed" untuk
dipasang dengan pola yang teratur yang dapat disetujui Direksi/lnsinyur/Pengawas.
Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan
dan terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan
beton. Lubang untuk inspeksi bagian dalam acuan dan membuang air yang digunakan
untuk pembersih dengan mudah ditutup kembali sebelum pengecoran. Batang baja
yang dibuat secara khusus untuk dipergunakan sebagai tie rod atau sebagai alat
pengatur jarak (internal spacer) yang telah disetujui, harus ditempatkan pada tempat
tempat yang ditetapkan dan demikian rupa sehingga mudah diangkat baik seluruhnya
maupun sebagian, acuan dibuka dan tubang-lubang yang ada harus diisi dengan
spesi dan harus dicocok dengan baik. Tidak boleh mempergunakan spacer plastik.
Bagian-bagian dari metal pengikat dan spacer yang akan tinggal didalam beton
jaraknya tidak kurang dari 5 cm dari permukaan beton. Acuan untuk balok dan plat
harus dibuat sedemikian sehingga acuan pada sisi balok dan penyangga acuan plat
dapat dilepas tanpa mengganggu penyangga acuan baloknya. Seluruh pipa-pipa,
baut-baut, pekerjaan-pekerjaan besi dan hal-hal lain yang harus ditanamkan
didalam beton atau menembus beton, harus ditempatkan dengan teliti didalam
18 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
acuan, harus dipotng dengan baik dan disesuaikan dengan sambungan-sambungan
dan harus dibuat kedap air dimana perlu untuk mencegat keluarnya adukan. Demikian
pula perlengkapan-perlengkapan (alat-alat lain untuk membuat lubang, kantong, alur
dan Iain-lain) harus ditempatkan pada acuan sebelum beton yang basah mencapai
tempatnya. Bagian dalam dari acuan harus dibuat atau dikerjakan sedemikian
rupa sehingga mengurangi melekatnya beton. Jika dipakai minyak atau bahan-
bahan serupa, maka harus diusahakan agar tidak mengenai tulangan. Jika tidak
mempergunakan kayu yanc, telah direndam air, maka acuan harus dibasahi
seluruhnya sebelum dimulai pengecoran. Sebelum pengecoran beton dimulai, semua
acuan harus disemprot dengan udara sampai bersih menghilangkan kotoran-
kotoran, serutan-serutan, kotoran-kotoran gergaji dan sampah-sampah lain
dan semua acuan harus diperiksa dan disetujui oleh
Direksi/lnsinyur/Pengawas, sebelum beton dicor. Udara yang dipompakan harus
bebas dari minyak atau apa saja dan harus diyakinkan kemumiannya dalam
kehadiran Direksi/lnsinyur/Pengawas sebelum pelaksanaan pengecoran.
(3). Pembukaan Acuan
Acuan tidak boleh dibuka tanpa persetujuan Direksi/lnsinyur/Pengawas, tapi ijin ini
tidak berarti Kontraktor dibebaskan dari tanggung jawab terhadap kekuatan dan
keamanan konstruksi. Pembukaan acuan harus dilaksanakan dengan hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada beton. Sebelum penyangga acuan dilepas beton
akan diperiksa dengan membuka acuan sisi atau dengan salah satu cara lain seperti
yang diminta oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas. Hal ini dilakukan meyakinkan bahwa
beton telah mengeras. Acuan-acuan yang tidak menahan beban, dapat dibuka setelah
24 jam, asal betonnya sudah kuat dan tidak rusak dan persiapan-persiapan yang telah
cukup telah dilakukan untuk pengeringan. Acuan-acuan yang menahan beban dapat
dibuka jika contoh beton yang dikeringkan ditempat pekerjaan dalam keadaan yang
sama dengan keadaan sebenamya, mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan
beban yang harus dipikul selama atau setelah acuan dibongkar dan bila
Direksi/lnsinyur/Pengawas telah menganggap bahwa syarat-syarat yang diminta yang
dinyatakan dalam pasal-pasal yang berhubungan dengan ini telah dipenuhi.
Pembukaan acuan dan konstruksi pembantunya harus dilaksanakan bertahap tanpa
menimbulkan gangguan pada beton. Pelaksanaannya harus diawasi oleh Pengawas
(Supervisor) yang kompeten. Beton yang memikul beban dianggap sudah cukup kuat
sehingga acuannya dapat dibuka ialah bila contoh beton yang dibuat dari beton yang
dimaksud dan dikeringkan ditempat pekerjaan, telah mencapai kekuatan tekan hancur
yang besarnya lebih besar dari setengah kekuatan beton rencana 28 hari. Waktu untuk
pembukaan acuan yang diberikan dalam tabel dibawah ini adalah waktu minimum
yang diperlukan untuk beberapa kasus, tapi harus diingat bahwa tabel ini hanya
diberikan sebagai gambaran saja, sedangkan waktu penibukaan acuan yang
19 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
dibutuhkan, dapat berbeda-beda tergantung dari keadaan cuaca dan Iain-lain.
Waktu pembukaan acuan (minimum)
Dinding balok-balok : 7 hari
Penyangga pelat : 14 hari
Penunjang balok (penyangga) : 28 hari
Props to soffits (props left) , : 14 hari
Waktu pembongkaran acuan minimum untuk beton yang menggunakan semen
Portland yang mengandung bahan pengeras cepat adalah separuh dari waktu yang
tertulis dalam tabel diatas. Dalam hal penggunaan semen seperti tersebut diatas
mendapat persetujuan Direksi/lnsinyur/Pengawas.
Konstruksi beton tidak boleh diberi beban atau tekanan sebelum mendapat iiin dari
Direksi/lnsinyur/Pengawas. Pekerjaan akan diperiksa oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas
setelah acuan dibuka dan sebelum dilakukan perbaikan-perbaikan atas pekerjaan
tersebut.
(4). Toleransi dan cacat pada beton
Toleransi yang diijinkan untuk pekerjaan yang rata tidak boleh melebihi batas-batas
yang disebut dalam tabel. Meskipun didalam tabel dinyatakan batas-batas toleransi
secara terperinci lebih diutamakan penggunaan toleransi yang dinyatakan secara
khusus didalam gambar. Jika perlu Direksi/lnsinyur/Pengawas dapat memaksakan
pemakaian toleransi yang lebih kecil.
Jika menurut pandangan Direksi/lnsinyur/Pengawas acuan pecah berlubang,
bengkok, menekuk, tidak rata atau rusak sehingga dapat merusak penampilan beton
atau merusak kekokohan atau lurusnya acuan, maka acuan ini akan ditolak.
Contoh-contoh toleransi yang diijinkan
Macam Toleransi Nilai Tolera isi
- Perbedaan dalam ukuran potongan + 6
mm melintang pada
bagian-bagian strukturil.
- Penyimpangan dari alignment +10 mm
seperti tertera pada gambar
(ujung ke ujung).
- Penyimpangandari level +10 mm
permukaan puncak seperti .
tertera pada gambar (ujung ke ujung).
- Penyimpangan dari level
permukaan sebelah bawah seperti + 10 mm
tertera pada gambar (ujung ke ujung).
- Perbedaan-perbedaan ukuran dari
yang tertera pada gambar yang + 3 mm
20 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
diukur dari sebuah template (patok ukur)
5. Penulangan
Gambar kerja
Gambar-gambar kerja, daftar pembengkokan tulangan dan gambar-gambar
penempatan tulangan harus disiapkan oleh Kontraktor dan disampaikan sebelum
pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi/lnsinyur/Pengawas untuk mendapat
persetujuannya. Detail-detail mengenai ini harus sesuai dengan persyaratan dari
BS 4466, S.S.C. (J.S.C.E.) 138 clan PBI N I - 2 1971. Persetujuan yang diberikan
oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung
jawabnya mengenai ketelitian dan/atau kelengkapan pekerjaan detail.
Teknik Pelaksanaan
Cara pembengkokan tulangan harus mengikuti BS 4466, S.S.C.(J.S.C.E.) 138 atau
PBI Nl - 2 1971 kecuali ditentukan lain.
Tulangan tidak boleh dibengkokkan bila telah ditempatkan dipekerjaan, meskipun
tulangan tersebut sebagian ditempatkan pada beton yang telah mengeras, kecuali
ditentukan lain oleh Direksi/lnsinyur/Pengawas. Tulangan harus diletakkan dengan
teliti dengan menggunakan ganjel-ganjel dan dudukan-dudukan yang diikat erat
kepadanya.
Batang-batang tulangan yang harus saling berhubungan, harus diikat dengan
binding wire bagaimana ditentukan. Macam dari ganjal-ganjal dan dudukan-
dudukan yang
dipakai harus mendapat persetujuan Direksi/ Insinyur/Pengawas dan setiap
bagian dari ganjel-ganjel metal atau dudukan-dudukan harus sedikitnya
mempunyai beton dekking (cover) yang sama dengan tulangan. Ganjel-ganjel dari
mortar harus sama kekuatannya dengan beton yang akan dicor. Binding wire tidak
boleh keluar dari beton. Tulangan hanya boleh disambung pada tempat-tempat
yang telah ditentukan dalam gambar atau pada tempat-tempat yang disetujui oleh
Direksi/Insinyur/Pengawas. Panjang sambungan harus sesuai dengan persyaratan
BSCP 110 atau S.S.C. (J.S.C.E.) 20 u PBI N 1 1971 kecuali ditentukan lain dalam
gambar.
Sebelum pelaksanaan pengecoran, penulangan dan diperiksa mengenai ketepatan
penempatan dan kebersihannya dan kalau perlu harus dibetulkan. Beton tidak
boleh dicor sebelum penulangan diperiksa dan izin pengecoran diberikan
Direksi/lnsinyur/Ptngawas. Tulangan-tulangan yang menonjol dan pekerjaan
sedang berlangsung atau selesai dikerjakan tidak boleh dibengkokkan tanpa
persetujuan Direksi/lnsinyur/Pengawas, dan hams dijaga agar tidak bengkok atau
rusak dengan jalan mengikatnya pada penyangga atau tumpuan-tumpuan lain.
Tulangan yang menonjol dalam arah horizontal pada siar-siar konstruksi harus
ditumpu dalam isi yang benar selama pengecoran dengan menyediakan
penyangga yang cukup dan bagian-bagian pembuat jarak pada mana tulangan
21 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
akan diikatkan dan ditahan ditempatnya.
Penutup beton untuk tulangan harus seperti yang tertera pada gambar. Toleransi
yang diizinkan adalah + 4 mm.
6. Bekesting
a. Bekesting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa
agar pada waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-
cacat, maupun perubahan-perubahan bentuk, ukuran, ketinggian serta posisi dari
pada beton yang dicetak/tercetak. Perencanaan pelaksanaan, serta
pembongkaran bekesting harus sesuai dengan cara-cara yang disarankan dari
kriteria didalam NI-2 Bab 5.1 dan Bab 5.8. Permukaan bekesting yang
berhubungan dengan beton harus benar-benar bersih sebelum penggunaannya.
b. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah difleksi
bahan-bahan bekesting. Bekesting beserta sambungan-sambungannya harus rapat
sehingga dapat mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran.
Lubang-lubang pembukaan sementara harus disediakan didalam bekesting untuk
memungkinkan pembersihan bekesting.
c. Seluruh bekesting harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam normalisasi
dibawah ini :
- NI-2
- NI-3
d. Bekesting untuk beton cor ditempat biasa bahannya dapat dibuat dari kayu jenis
"meranti" atau jenis lain yang starap yang disetujui oleh ahli.
e. Bekesting Untuk Beton Pracetak Bahan bekesting terbuat dari metal "slip From"
atau bahan-bahan lain yang disetujui oleh ahli.
f. Bekesting Untuk Beton Expoised Cor Ditempat
Untuk kolom : Playwood 18 mm dengan frame 5/10
Untuk balok : Playwood 12 mm untuk bagian dasar dan 10 mm untuk
bagiansamping-samping. Untuk bidang luas/dinding :
Playwood 18 mm.
g. "From Ties" untuk beton "exposed" harus dari jenis yang mudah dilepas, dapat
terkunci dengan baik dan tidak berubah pada saat pengecoran atau penggrojokan
dilaksanaan. Pemborong harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Direksi
Lapangan sebelum dapat menggunakan "From Ties"
h. "Chamter Strips" dibuat dari jenis kayu yang baik dan dibentuk menurut ukuran -
ukuran yang tertera pada gambar-gambar.
i. Bahan pelepas acuan (realising agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua
acuan untuk beton exposed. Bahan ini harus setaraf dengan "Calstrips" buatan
Ceemment Aids Australia,
22 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
j. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekesting beton exposed :
1. Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekesting harus cukup tebal dan
terikat kuat.
2. Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah bekesting.
3. Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekesting.
k. Bekesting harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dalam
menjamin keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan
memperhatikan persyaratan-persyaratan minimum.
l. Bagian struktur beton vertikal disanggah dengan penturapan, bekesting boleh
disanggah selama 24 jam, dengan syarat bahwa betonnya telah cukup keras dan
tidak cacat karena pembongkaran tersebut.
m. Bagian-bagian struktur beton yang disanggah dengan penumpuh tidak boleh
dibongkar sebelum betonnya mencapai kekuatan minimal untuk menyangga
beratnya sendiri dan beban-beban pelaksanaan dan atau beban-beban bahan
yang akan menimpa bagian struktur beton tersebut.
n. Dalam hal apapun bekesting pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum
berumur 7 (tujuh) hari, sedemikian juga bekesting-bekesting yang dipakai untuk
mematangkan (cliring) beton tidak boleh dibongkar sebelum dianggap matang.
7. Pekerjaan Kayu Kasar
a. Bagian ini meliputi pekerjaan dan pemasangan kayu untuk :
- Rangka penggantung langit-langit
- Rangka penggantung Ducting AC (bila perlu) Pekerjaan kayu lain yang tidak
tampak.
b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan
yang tertera dalam syarat dan ketentuan bahan pokok kayu. Pada umumnya
pekerjaan ini digunakan kayu mutu B kelas II.
c. Apabila dalam pelaksanaan konstruksi digunakan alat sambungan, maka harus
dipilih yang paling tepat dengan mutu baik, ex produksi Dalam Negeri. Alat
sambung dari logam yang dapat berkarat, atau terpengaruh oleh keadaan cuaca
harus dilindungi dengan menie besi.
8. Pekerjaan Pasangan Batu Bata/Bataco/Tela
a. Bahan yang digunakan :
- Batu bata / cone blok
- Semen
- Pasir
- Air kerja
b. Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan
dalam
23 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
persyaratan bahan pokok.
c. Batu merah yang akan dipasang harus direndam air hingga menjadi jenuh.
d. Perekat yang digunakan berupa adukan 1 pc : 2 ps untuk bagian yang kedap air
/Transram sedangkan untuk bagian lain menggunakan adukan 1 pc : 4 ps.
e. Jarak spesi maximum 1 cm.
Tiap-tiap spesi harus dibuat selang-seling dan rapih.
F. PEKERJAAN KHUSUS TEGEL DINDING
1. Ubin Keramik
a. Ubin keramik yang dipergunakan baik motif, warna maupun ukuran disesuaikan
dengan petunjuk gambar kerja atau ditentukan kemudian dan atas persetujuan
Direksi.
b. Pengiriman ubin ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang
belum dibuka dan dilindungi dengan label/merek dagang yang jelas dan utuh.
c. Ubin keramik dipasang pada tempat-tempat sesuai gambar kerja.
d. Ubin yang dipasang adalah ubin yang telah diseleksi dengan baik sehingga warna,
bentuk dan motif masing-masing ubin sama, tidak ada bagian yang retak atau
cacat lain yang telah mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan
e. Aduk sebagai perekat menggunakan 1 pc : 3 ps dengan tebal minimum 20 mm.
f. Ubin keramik dipasang diatas lantai plester yang rata air. Tebal lantai beton
tumbuk minimal 5 cm dengan campuran 1 pc : 3 ps : 5 koral/batu pecah.
g. Siar-siar rata dan sama selebar 1 mm atau ditentukan sesuai petunjuk gambar
kerja. Setiap perpotongan siar membentuk 2 garis yang berpotongan saling tegak
lurus.
h. Pemotongan ubin keramik hanya diperkenankan dengan menggunakan
mesin potong dan dihaluskan dengan batu gurinda.
i. Bidang ubin keramik harus rata air dengan aduk terisi padat tidak boleh berongga.
j. 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin selesai siar diisi dengari air semen kental
warna sesuai dengan warna keramik sampai siar terisi penuh. Setelah
itu dibersihkan dengan porstek sampai bekas semen dikeramik hilang.
k. Untuk kamar mandi dan WC harus diperhatikan kemiringan lantai.
G. PEKERJAAN KHUSUS FINISHING
1. Cat Emulsi
a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran
bangunan dan atau bagian-bagian lain yang ditentukan di dalam gambar.
b. Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat sejenis Metrolite, warna
ditentukan Direksi Lapangan.
c. Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan jenis EMULSI ACRYLIC semutu
merek Metrolite dengan lapis dasar.
24 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT
d. Plamir yang digunakan adalah plamir tembok sejenis BOYO.
e. Sebelum dinding diplamir, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada
retak-retak dan pemborong harus meminta persetujuan Direksi Lapangan.
f. Pekerjaan Plamir dilakukan dengan pisau plamir dari plat baja tipis dan lapisan
plamir dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
g. Sesudah 7 (tujuh) hari plamir terpasang dan percobaan warna sudah disetujui
Direksi Lapangan, bidang dinding yang akan diplamir diamplas dengan amplas
besi halus no. 00, kemudian dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul.
Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan roller.
h. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance
scaler yang dilanjutkan dengan 2 (Dua) lapis Metrolite dengan kekentalan cat
sebagai berikut:
- Lapis I : Encer (tambahan 20 % air)
- Lapis II : Kental
i. Untuk warna yang sejenis pemborong diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor pencampuran (batch number) yang sama.
j. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang-bidang dinding merupakan bidang yang
utuh, rata, licin, tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga
terhadap pengotoran-pengotoran.
k. Pemborong harus menyediakan 5 (lima) gallon cat dari warna yang dipakai dan
diserahkan pada waktu penyerahan pertama, sebagai cadangan untuk perawatan
oleh pemilik.
H. PERALATAN
Peralatan minimum yang disyaratkan adalah : - 2 (satu) Dump Truck 3 - 5 Ton
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat
- 1 (satu) Tandem Roller
I. TENAGA KERJA
Tenaga Kerja minimum yang disyaratkan adalah :
- Site manager 1 (satu) Orang dengan minimum berijasah STM/SMK dengan
pengalaman 5 Tahun
- Pelaksana 1 (satu) Orang dengan minimum berijasah STM/SMK dengan
pengalaman 5 tahun.
25 RENCANA KERJA DAN SYARAT-SSYARAT