1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kapal baja maupun kapal kayu yang mempunyai instalasi mesin di dalam
(type inboard engine), pemakaian kotak laut (sea chest) yang dipasang pada lambung
kapal bagian bawah air mutlak diperlukan. Karena dari sea chest ini semua kebutuhan
air laut dalam kapal di saat kapal melakukan tugasnya dapat terpenuhi. Di dalam kapal,
air laut dibutuhkan untuk pendingin mesin induk dan mesin bantu, untuk keperluan
ballast, pemadam kebakaran, dan sebagainya. Pada umumnya sea chest dipasang pada
dua tempat yang berbeda ketinggiannya, karena bervariasinya kedalaman perairan yang
dilewati. Dari kedua sea chest ini yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh pipa
utama yang masing-masing dilengkapi kran pengatur (sea valve). Bila kapal berlayar di
laut yang dalam maka dipakai sea chest yang terletak di dasar kapal, sedangkan jika
kapal berlayar di perairan yang dangkal dan berlumpur maka dipakai sea chest yang
terletak di samping kapal. Hal ini untuk menghindari jangan sampai ada lumpur dan
kotoran lainnya ikut masuk dan tersedot oleh pompa yang dapat menyebabkan
kerusakan pada pompa-pompa dan menyumbat instalasi perpipaannya. Pada kapal-
kapal yang berlayar di daerah dingin / es biasanya pada sea chest dilengkapi dengan
uap panas untuk mencairkan air yang membeku pada lubang sea chest. Pada kapal
besar, sea chest selain dilengkapi dengan uap panas, sea chest juga dilengkapi dengan
udara bertekanan yang berfungsi untuk membersihkan lubang sea chest dari binatang-
binatang laut, tumbuhan laut dan kotoran-kotoran yang mungkin bisa menyumbat
lubang sea chest.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mengajukan rumusan masalah
sebagai berikut yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan sea chest?
2. Apakah fungsi dari sea chest?
2
3. Apa saja kelengkapan dari sea chest?
4. Bagaimana cara memasang sea chest berdasarkan Biro Klasifikasi?
5. Masalah apa yang sering terjadi pada sea chest?
6. Bagaimana cara merawat dan mereparasi sea chest?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apa arti dari sea chest.
2. Mengetahui apa fungsi dari sea chest.
3. Mengetahui apa saja kelengkapan dari sea chest.
4. Mengetahui cara memasang sea chest berdasarkan Biro Klasifikasi.
5. Mengetahui masalah-masalah yang terjadi pada sea chest.
6. Mengetahui bagaimana perawatan dan reparasi sea chest jika terjadi
kerusakan.
3
BAB II
DASAR TEORI
Pada peraturan Biro Klasifikasi Indonesia 1996 Vol. III sec. 11 I, dinyatakan bahwa:
1. Sea Chest, hubungannya ke laut Sekurang-kurangnya harus ada 2 sea chest. Bilamana mungkin, sea chest
diletakkan serendah mungkin pada masing-masing sisi kapal.
Untuk daerah pelayaran yang dangkal, disarankan bahwa harus
ada terdapat sisi penghisapan air laut yang lebih tinggi, untuk mencegah
terhisapnya lumpur atau pasir yang ada di perairan dangkal tersebut.
Diharuskan suplai air laut secara keseluruhan untuk main engine dapat
diambil hanya dari satu buah sea chest. Tiap sea chest dilengkapi dengan
suatu ventilasi yang efektif. Pengaturan ventilasi tersebut haruslah disetujui
yang meliputi : Suatu pipa udara sekurang-kurangnya berdiameter dalam
32 mm yang dapat diputuskan hingga di atas deck bulk head. Adanya
tempat dengan ukuran yang cukup di bagian dinding pelat.
Saluran udara bertekanan atau saluran uap melengkapi kelengkapan sea
chest untuk pembersihan sea chest dari kotoran. Saluran tersebut dilengkapi
dengan katup shut off yang dipasang di sea chest. Udara yang dihembuskan
ke sea chest dapat melebihi 2 bar jika sea chest dirancang untuk tekanan
yang lebih tinggi.
2. Katup Katup sea chest dipasang sedemikian, sehingga dapat dioperasikan di atas
pelat lantai (floor plates).
Pipa tekan untuk sistem pendingin air laut dipasangi suatu katup shut off
pada shell plating
4
3. Strainer
Sisi hisap pompa air laut dipasangi stainer. Stainer tersebut juga diatur
sehingga dapat dibersihkan selama pompa beroperasi. Bilamana air
pendingin disedot oleh corong yang dipasang penyaring, maka pemasangan
strainer dapat diabaikan
4. Pompa Pendingin Air Laut
Pembangkit penggerak utama kapal dengan menggunakan motor diesel
harus dilengkapi dengan pompa utama dan pompa cadangan.
Pompa pendingin motor induk yang diletakkan pada pembangkit penggerak
(propulsion plant) dipastikan bahwa pompa itu dapat memenuhi kapasitas
air pendingin yang layak untuk keperluan motor induk dan bantu pada
berbagai jenis kecepatan dari propulsion plant. Untuk pompa cadangan
digerakkan oleh motor yang independent.
Pompa air pendingin utama dan cadangan masing-masing kapasitasnya
merupakan kapasitas maksimal air pendingin yang diperlukan oleh
pembangkit. Atau sebagai alternatif tiga buah pompa air pendingin dengan
kapasitas yang sama dapat dipasang. Bahwa dua dari pompa adalah cukup
untuk menyuplai air pendingin yang diperlukan pada kondisi operasi beban
penuh pada temperatur rancangan. Dengan pengaturan ini dimungkinkan
untuk pompa yang kedua secara otomatis mengambil alih operasi hanya
pada temperatur yang lebih tinggi dengan dikendalikan oleh thermostat.
Pompa ballast atau pompa air laut lainnya dapat digunakan sebagai pompa
pendingin cadangan.
Bilamana air pendingin dipasok oleh corong hisap (scoop), pompa air
pendingin utama dan cadangan harus dipastikan memiliki kapasitas yang
menjamin keandalan pada operasinya pada pembangkit di bawah kondisi
pembebanan parsial. Pompa air pendingin utama secara otomatis
dibangkitkan sesegera mungkin bila kecepatan turun di bawah kecepatan
yang diperlukan oleh corong.
5
BAB III
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang penulis pakai untuk menyusun makalah ini adalah
sebagai berikut.
1. Pengumpulan Data
a. Tinjauan langsung (survey atau observasi langsung), menitik-beratkan
peninjauan langsung apa yang ada di lapangan, yaitu dengan melihat
langsung apa yang dikerjakan para pekerja, misalnya seperti reparasi sea
chest, overhoul mesin kapal, reparasi propeller dan kemudi ,dan lain
sebagainya.
b. Wawancara, dilakukan dengan mengadakan diskusi atau tanya jawab
dengan pihak galangan atau pihak lain yang berkompeten terhadap masalah
tersebut.
c. Metode kepustakaan (literature), pengumpulan data yang dibutuhkan
dengan cara membaca literature baik dalam materi perkuliahan,
perpustakaan maupun wacana di internet maupun media lainnya yang
memiliki hubungan dengan judul makalah yang dibuat penulis.
2. Pemilihan Data yang Sudah Didapat, yaitu dengan memilah-milih data mana
yang relevan dengan makalah yang akan ditulis
3. Penulisan Makalah
a. Pengetikan, yaitu penulisan makalah dengan memakai Microsoft Word
2003/2007 yang telah tersedia pada laptop / komputer.
b. Pengeditan, yaitu memperbaiki makalah sebelum dicetak misalnya :
kesalahan kata, kesalahan penulisan gelar, kesalahan penulisan daftar
pustaka dan sebagainya
4. Mencetak Makalah
6
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Sea Chest
Kotak laut (sea chest) adalah suatu perangkat yang berhubungan dengan air laut
yang menempel pada sisi dalam dari pelat kulit kapal yang berada di bawah permukaan
air dipergunakan untuk mengalirkan air laut ke dalam kapal sehingga kebutuhan sistem
air laut dapat dipenuhi.
Gambar 01. Sea Chest dan Letaknya pada Sisi Lambung dan Bagian Bawah
Pada kapal-kapal yang berukuran besar, menengah maupun kecil dengan sistem
instalasi permesinan dari mesin induk seluruhnya terletak di dalam kamar mesin, pada
badan kapal bawah air menurut peraturan dari Biro Klasifikasi harus dipasang suatu
bagian konstruksi yang disebut sea chest. Karena dari sea chest inilah kebutuhan air
laut dalam kapal dapat dipenuhi.
7
Antara sea chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut
dihubungkan dengan perantaraan pipa-pipa dari bermacam-macam ukuran sesuai
dengan penggunaannya. Pada pipa-pipa tersebut terdapat katup-katup yang berfungsi
sebagai pembuka dan penutup aliran air laut. Katup tersebut dibuka bila sistem perlu
suplai air laut dan ditutup bila sistem sudah tidak perlu lagi. Misalnya mesin induk
dimatikan saat kapal sandar di pelabuhan, maka katup air laut yang menuju ke mesin
induk ditutup, tetapi karena kapal masih memerlukan suplai arus listrik untuk bongkar
muat dari mesin bantu, maka katup air laut yang menuju mesin bantu tetap dibuka.
Dengan kata lain bahwa pembukaan dan penutupan katup pada pipa-pipa perantara
tersebut dilakukan sesuai dengan kebutuhan kapal dalam eksploitasinya, dan
diharapkan bahwa sea chest mampu menyediakan air laut yang dibutuhkan oleh kapal
untuk suplai sistem air laut dari kapal diam sampai kapal bergerak dan beroperasi.
Gambar 02. Diagram Sistem Air Laut
Keterangan :1. Katup Kingstone 11. Pipa Utama2. Pompa Centrifugal 12. Reduction Valve3. Pompa Tangan 13. Stop Valve4. Pipa Utama 14. Service Connection5. Tangki Dinas 15. Stop Valve6. Pipa Pembagi 16. Hose7. Tempat-Tempat Penggunaan 17. Pancuran8. Pipa Limpah 18. Pipa Air Cuci9. Katup Test 19. Pipa Udara10. Fire Main 20. Heating Coil
8
B. Fungsi Sea Chest
Kinerja dari sistem air laut dalam kapal bergantung dari suplai air laut yang
dihisap oleh sea chest, jadi sistem air laut dapat beroperasi secara penuh apabila sea
chest mampu menghisap air laut sesuai dengan kebutuhannya.
Sistem air laut dalam kapal dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu
sebagai berikut.
1. Sistem Pendingin Mesin Induk dan Mesin Bantu
Mesin induk adalah instalasi mesin dalam kapal yang dipergunakan untuk
menggerakkan / memutar poros baling-baling sehingga kapal dapat bergerak,
sedangkan mesin bantu adalah motor yang dipergunakan untuk menggerakkan
generator listrik sehingga menghasilkan arus listrik yang kemudian digunakan
untuk pesawat-pesawat yang memerlukan tenaga tersebut. Misalnya pompa-
pompa pada sistem pipa, kompresor, separator, mesin-mesin geladak, sistem
penerangan, pesawat komunikasi, pesawat navigasi dan lain-lain.
Sistem pendingin bertujuan untuk menjaga agar temperatur mesin tetap
berada pada batas yang diperbolehkan sesuai dengan kekuatan material, karena
kekuatan material akan menurun sejalan dengan naiknya temperatur
(overheating)
Air adalah bahan pendingin yang sangat baik, karena dapat mengambil 1
kkal pada tiap-tiap kg dan tiap-tiap derajat Celcius, sedangkan volume 1 kg air
hanya 1 dm3 (1 liter).
Pada kapal dengan penggerak motor bakar dengan pendingin air, air
pendingin dialirkan melalui dan menyelubungi dinding silinder, kepala silinder
serta bagian-bagian lain yang perlu didinginkan. Air pendingin akan menyerap
kalor dari semua bagian tersebut, kemudian mengalir meninggalkan blok mesin
menuju radiator atau alat pendingin yang menurunkan kembali temperaturnya.
Sistem pendingin air pada mesin induk maupun mesin bantu dalam kapal
dikenal ada 2 macam yaitu :
Sistem pendingin terbuka (direct cooling system) adalah sistem
pendingin motor bakar pada kapal dimana air laut dipakai langsung untuk
mendinginkan silinder motor bakar dan komponen lainnya setelah itu
9
dibuang kembali ke laut. Hal ini cocok untuk motor-motor kapal kecil,
dimana pompa pendingin mengisap air laut dari luar kapal dan
memompakan air laut tersebut keluar kapal setelah mendinginkan mesin,
cara ini disebut pendinginan terbuka karena selalu air laut yang beredar.
Sistem pendingin tertutup (indirect cooling system) adalah sistem
pendingin motor di kapal dimana silinder motor bakar dan komponen
lainnya didinginkan dengan air tawar dan kemudian air tawar tersebut
didinginkan oleh air laut dan selanjutnya air tawar tersebut dipakai
kembali untuk mendinginkan motor, jadi yang selalu bergantian adalah air
laut, sedangkan air tawar selalu beredar tetap, demikian daur ini berjalan
terus.
Pendingin air tawar (fresh water cooler) yaitu alat pemindah panas
berbentuk bejana yang dipergunakan untuk mendinginkan air tawar pendingin
motor penggerak utama dan motor bantu kapal dengan mengalirkan air laut ke
dalam bejana tersebut. Pada motor-motor ukuran besar lebih cenderung
menggunakan sistem pendingin tertutup. Hal ini dengan suatu alasan bahwa
untuk pendinginan di bawah temperatur 60o C bagi motor-motor yang bertenaga
besar lebih sulit. Sedangkan air laut pada temperatur yang tinggi akan
menyebabkan endapan-endapan pada tempat yang didinginkan, yang akibatnya
bisa mengganggu proses pendinginan. Sedangkan untuk motor-motor yang baru
yang menggunakan pendingin air tawar, masih ada yang diijinkan untuk
temperatur air pendingin mencapai diatas 80o C .
2. Sistem Ballast
Pada kapal-kapal laut bila kapal sedang bongkar-muat barang atau
penumpang, kapal akan mengalami kemiringan atau trim, maka dipergunakan lah
sistem ballast. Pada kapal dalam keadaan trim ke depan, agar propeller bisa
bekerja dengan baik dalam arti propeller tetap didalam air biasanya
dipergunakan ballast air. Pada kapal barang dan kapal penumpang ballast air bisa
mencapai 20 % sampai 30 % dari displacement kapal. Dan untuk tanker dalam
10
keadaan kosong muatan, pemberian ballast dapat mencapai 50 % atau lebih dari
displacement kapal.
Sistem ballast untuk dapat melakukan tugasnya dilengkapi dengan pipa-
pipa, katup, pompa-pompa dan peralatan lainnya. Fungsi pompa ballast untuk
mengalirkan air dan mengosongkan air atau mengisi tangki ballast. Pompa
tersebut juga untuk mengambil air ballast dari lubang pengisapan atau sea chest,
mengisi tangki-tangki ballast, fore peak dan after peak tank atau sebaliknya.
Sistem ballast berguna untuk mengatur posisi kapal baik trim maupun
oleng ataupun even keel. Untuk itu ballast ditempatkan di dalam buritan, haluan,
tangki-tangki dasar ganda, tangki tegak dan tangki samping. Ballast yang
diletakkan di haluan maupun buritan berguna untuk mengubah trim dari kapal.
Tangki ballast dasar ganda dan tangki tegak diisi dengan air ballast untuk
memperoleh sarat yang tepat dan untuk menghilangkan keolengan. Tangki
ballast samping berguna terutama untuk meniadakan keolengan. Semua
pengaturan air ballast ini diatur dengan sistem sentralisasi.
Ballast tank diisi dan dikosongkan melalui pipa yang sama sehingga katup-
katup penutup (stop sea chests) dipasang pada sistem ini . Sistem sentralisasi ini
memungkinkan tangki ballast untuk di isi dan dikosongkan dan air ballast
dipindahkan dari tangki ke tangki melalui pompa ballast.
Air laut di pompa ke dalam sistem ballast melalui katup kingstone yang
dipasang pada pipa saluran air laut pada sea chest kapal.
11
Gambar 03. Diagram Sistem Ballast
12
3. Sistem Pemadam Kebakaran
Kebakaran pada kapal adalah suatu hal yang harus dihindari, karena kita
tahu kebakaran di kapal dapat menyebabkan hal yang fatal, baik bagi
keselamatan pelayaran maupun keselamatn anak buah kapal.
Usaha-usaha untuk memadamkan kebakaran dapat digolongkan sebagai
berikut :
Pencegahan yang bertujuan mencegah terjadinya kebakaran
Usaha-usaha aktif yang bertujuan memadamkan api.
Berbagai usaha pencegahan kebakaran, sudah dipikirkan pada waktu kapal
direncanakan, termasuk susunan dan penempatan peralatannya yang sudah
ditentukan oleh Biro Klasifikasi.
Pemadam api secara aktif yaitu pemadaman api secara langsung dengan
memakai peralatan pemadam kebakaran dan sistem pipa pemadam kebakaran.
Sistem pipa ini juga dihubungkan dengan sea chest sebagai lubang pengisapan
air laut. Yang termasuk peralatan pemadam kebakaran adalah pengumpil,
pengait, kapak api, goni, pasir, alat pemadam api tangan dan lain-lain.
Tujuan dari sistem pemadam kebakaran di kapal adalah untuk mencegah
timbulnya kebakaran, karena air laut tersedia banyak dan hasilnya cukup
memuaskan, oleh karena itu air merupakan alat pemadam kebakaran utama di
kapal. Sistem ini dipakai untuk memadamkan kebakaran di kapal, kecuali yang
terbakar adalah batu bara, minyak atau peralatan listrik.
Sistem yang dipakai adalah sistem pemadaman sentral dan dengan melalui
pipa tembaga atau pipa yang di galvanis dengan diameter 50 sampai 100 mm
disalurkan ke tempat yang ditentukan.
13
Gambar 04. Diagram Sistem Pemadam Kebakaran
14
C. Kelengkapan Sea Chest
Agar dapat melaksanakan penghisapan air laut dengan baik, maka antara sea
chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut dihubungkan dengan pipa-
pipa, pompa-pompa, katup-katup, katup pengaman untuk yang bertekanan tinggi dan
peralatan lainnya sehingga dapat mensuplai air laut sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh sistem air laut dalam kapal.
Untuk merencanakan bermacam-macam kelengkapan dari sistem sea chest
diharuskan mengacu pada peraturan Biro Klasifikasi, dan selanjutnya kelengkapan dari
sistem sea chest secara garis besar adalah sebagai berikut.
1. Pelat Dinding Sea Chest
Sea chest adalah berupa kotak yang menampung air laut terbuat dari baja,
padanya dipasang beberapa pipa-pipa untuk mengalirkan air laut, pipa peniup
udara, pipa pembuangan udara dan lain-lain, sehingga sea chest dapat bekerja
sesuai dengan tujuannya.
Gambar 05. Sea Chest dan Katup Kingstone
Oleh karena sea chest letaknya di sekitar kamar mesin, dan pada dinding
sea chest harus dipasang pipa-pipa hisap untuk mesin induk dan mesin bantu
serta pipa-pipa yang lainnya, serta timbulnya getaran dari mesin induk maupun
mesin bantu, maka antara dinding sea chest dengan flens sebagai penghubungnya
dapat dimungkinkan terjadi kerenggangan pada baut-bautnya dan mungkin juga
akan terjadi keretakan pada sambungan lasnya.
15
Dari beberapa pertimbangan teknis tersebut, Biro Klasifikasi Indonesia
2001 memberikan batasan bahwa ukuran ketebalan dinding atau pelat sea chest
tidak boleh kurang dari :
Keterangan :
P : tekanan semprot pada katup pengaman minimal 2 bar
a : jarak antara penegar kotak laut
k : faktor bahan = 1,0
tk : faktor korosi
tk : 1,5 mm, untuk t’ ≤ 10 mm
tk : 0,1 . t’ + 0,5 mm, maksimum 3,00 mm untuk t’ ≥ 10 mm.
Dari batasan diatas dapat disimpulkan bahwa ukuran ketebalan pelat
dinding sea chest minimum = 11,682 mm.
Dalam usaha untuk memperpanjang umur pelat dinding sea chest, biasanya
pada dinding yang bersentuhan dengan air laut dipasang Zink Anode Protection
(ZAP) secukupnya, dimana fungsinya sama dengan pemasangan zink anode
pada lambung kapal yang bertujuan untuk menghambat proses korosi. Zink
anode adalah berupa batang logam seng yang ditempelkan pada pelat kulit kapal
pada tempat-tempat tertentu yaitu dekat baling-baling, sea chest, dan
kelengkapan di bawah air lainnya yang terbuat dari bahan kuningan atau
perunggu untuk melindunginya terhadap korosi karena aksi galbani. Batang
tersebut lama kelamaan akan habis dan harus diganti setiap jangka waktu
tertentu.
Mengingat tingkat kesulitan yang cukup tinggi, baik ditinjau dari segi
tempat maupun dari segi teknis konstruksi yang terlalu banyak kaitannya dengan
perpipaan dari berbagai sistem yang berada di kamar mesin, maka pemeliharaan
sea chest merupakan hal yang penting saat kapal menjalani docking.
2. Pipa Hisap Mesin Induk
T = (12 x a √P. k) + tk
16
Kebutuhan air pendingin untuk mesin induk yang diambil melalui pipa
hisap ini, yang dihisap oleh pompa hisap khusus yang biasanya menyatu dengan
mesin induk. Pipa hisap ini harus mempunyai diameter yang cukup, agar debit
air untuk kebutuhan pendinginan mesin induk tercukupi. Apabila suplai air
pendingin berkurang akan mengakibatkan temperatur mesin induk menjadi panas
dan apabila berkelanjutan akan berakibat kerusakan yang fatal. Maka untuk
mengantisipasi kemungkinan tersebut diupayakan agar suplai air pendingin tidak
terganggu debitnya dalam keadaan apapun. Biasanya antara sea chest bawah dan
sea chest samping saling berhubungan, sehingga apabila salah satu sea chest
mengalami gangguan suplai airnya, maka sea chest yang lain dapat
mengatasinya.
Pada pipa hisap mesin induk dipasang beberapa kran (sea valve) yang
berfungsi sebagai penutup atau pembuka air pendingin air laut ke mesin induk.
Diantara sea chest-sea chest tersebut dipasang filter dan dilengkapi dengan
strainer sebagai tempat pengumpul kotoran-kotoran yang ikut air laut.
3. Pipa Hisap Mesin Bantu
Pada prinsipnya penggunaan pipa hisap untuk mesin bantu adalah sama
dengan pipa hisap pada mesin induk, dilengkapi dengan sea chest dan ukuran
pipa disesuaikan dengan debit pompa yang dipasang pada mesin bantu, juga
dilengkapi dengan filter dan strainer.
Jumlah mesin bantu dalam kapal tergantung dari besar kecilnya kebutuhan
suplai arus listrik dan jenis penggunaannya.
Bila jumlah mesin bantu lebih dari satu, maka saluran pipa isap selalu
dihubungkan secara paralel antar masing-masing mesin bantu dan juga hubungan
saluran pipa antar sea chest. Hal ini dimaksudkan agar dapat saling menunjang
antar jaringan, apabila salah satu sistemnya mengalami kesulitan dalam suplai air
pendingin.
4. Pipa Hisap Pompa Pemadam Kebakaran
17
Untuk kapal-kapal tertentu atau kapal khusus, biasanya diperlukan satu sea
chest tersendiri yang khusus melayani suplai untuk pompa pemadam kebakaran.
Hal ini dimaksudkan agar debit pompa yang diperlukan untuk pemadam
kebakaran tidak mengalami gangguan apapun dari sistem kerja pipa-pipa yang
lain bila sedang bertugas dalam memadamkan kebakaran, karena memadamkan
kebakaran adalah suatu pekerjaan yang sifatnya emergency. Diameter pipa
disesuaikan dengan kapasitas atau debit pompa pemadam kebakarannya.
5. Pipa Hisap Pompa Dinas Umum
Pada setiap kapal biasanya selalu terpasang sebuah pompa dinas umum
(general service pump). Pipa-pipa yang melayani pompa dinas umum biasanya
banyak sekali cabang-cabangnya yang disesuaikan dengan kebutuhan yang
antara lain pipa-pipa untuk pemadam kebakaran, ballast, bilga, cuci deck, lensa
dan sebagainya. Ukuran pipa disesuaikan dengan kapasitas pompa. Karena
banyaknya cabang pipa, masing-masing itu dihubungkan dengan flens yang
diberi packing dan di ikat dengan mur baut.
6. Pipa Peniup Udara
Pipa ini menghubungkan antara sea chest dengan kompresor atau tabung
udara bertekanan, yang digunakan untuk meniupkan udara ke kotak sea chest,
apabila saringan sea chest kotor atau tersumbat oleh kotoran-kotoran yang
mengakibatkan suplai air laut keseluruh sistem tidak lancar sehingga mengurangi
debit air yang dibutuhkan. Untuk meniup udara diatur oleh satu valve yang dapat
dioperasikan secara manual atau otomatis yang dapat dikendalikan dari ruang
kemudi.
7. Pipa Pembuangan Udara
Dengan adanya udara yang terjebak dalam kotak sea chest, yang mungkin
berasal dari gelembung-gelembung udara dari haluan yang menyusur dasar kapal
dan terjebak di sea chest, atau kapal sedang oleng atau miring sehingga udara
masuk ke sea chest, dari putaran baling-baling saat kapal mundur atau udara dari
18
sisa tiupan udara kompresor, apabila udara dalam sea chest ini dibiarkan akan
merugikan seluruh sistem, terutama pada sistem pendingin mesin. Karena air
pendingin yang dihisap tidak sepenuhnya berupa air laut, tapi bercampur dengan
gelembung-gelembung udara, sehingga dapat menyebabkan mesin menjadi
panas. Dapat pula berakibat buruk pada pompa-pompa yang menghisap air dari
sea chest tersebut, karena air yang dihisap tidak penuh dan banyak mengandung
udara sehingga rendemen pompa menjadi turun. Untuk membuang udara dibuka
satu valve dan ditutup kembali bila udara dalam sea chest telah habis.
8. Pipa-Pipa By Pass
Pipa by pass dipergunakan untuk saling menghubungkan antara sea chest
yang satu dengan sea chest yang lain, dengan tujuan dapat membantu suplai air
laut ke tempat tertentu dari satu sistem, bila salah satu sistem mengalami
kesulitan atau hambatan dalam suplai air laut.
Diameter pipa by pass biasanya cukup besar, sebab harus dapat mengganti
menyalurkan air laut sebanyak jumlah pipa isap dalam sea chest tersebut. Atau
digunakan saat pemindahan penggunaan saat kapal berlayar dari perairan dalam
masuk ke perairan yang dangkal, sehingga harus menggunakan sea chest
samping.
9. Strainer
Strainer adalah suatu alat berbentuk kotak atau silinder yang biasanya
dipasang pada pipa ke mesin induk, pipa ke mesin bantu atau pada pipa by pass.
Alat ini berfungsi sebagai jebakan kotoran dari laut, dalam strainer tersebut
dipasang filter. Kotoran tersebut bila tidak tersaring dan diendapkan pada strainer
akan masuk kedalam sistem air laut dalam kamar mesin dan lain-lain. Pada
periode waktu tertentu strainer harus dibuka untuk dibersihkan bersama dengan
filternya. Penampang strainer kurang lebih 1,5 sampai dengan 2 kali penampang
pipanya.
19
Gambar 06. Strainer
10. Sea Grating
Sea Grating adalah saringan atau kisi-kisi yang dipasang pada sea chest
untuk mencegah masuknya benda-benda yang tidak dikehendaki dari laut ke
dalam sistem pipa dalam kapal.
Gambar 07. Sea Grating
Jadi fungsi Sea Grating adalah menyaring air laut sebelum masuk kedalam
kotak sea chest, yang merupakan saringan awal sebelum air laut masuk sistem
melewati strainer dan filternya.
Sea Grating ini di ikat menggunakan baut yang tahan korosi, yang
kemudian baut-baut ini antara satu dan lainnya di ikat atau dikunci dengan
menggunakan kawat agar baut tidak mudah lepas.
20
11. Sea Valve
Semua sistem perpipaan dalam kamar mesin selalu dilengkapi dengan
valve yang berfungsi sebagai pintu untuk membuka dan menutup aliran air laut,
sebagai pengaman pula bila suatu saat aliran air harus dipompa karena
kebocoran, atau karena untuk pemadam kebakaran dan lain-lain. Untuk ukuran
sea chest harus disesuaikan dengan ukuran pipanya.
12. Packing dan Baut Pengikat
Penyambungan untuk bagian-bagian pipa yang lurus, lengkung dan lain-
lain, dilakukan dengan menggunakan flens kemudian di ikat dengan
menggunakan mur baut. Agar pada sambungan ini air laut tidak bocor, maka di
antara flens dipasang packing. Untuk air laut biasanya digunakan packing karet.
Gambar 08. Flens
Mur baut pengikat biasanya digunakan mur baut baja atau dari stainless
steel yang tahan korosi, sehingga mudah untuk pelaksanaan bongkar pasang dan
lama pemakaiannya.
D. Pemasangan Sea Chest
21
Sebagai lubang pengisapan air laut, sea chest ditempatkan berdekatan dengan
kamar mesin, karena segala sistem yang memerlukan berada dalam kamar mesin.
Misalnya mesin induk, mesin bantu, pompa-pompa, ketel uap, alat penyuling dan
sebagainya.
Untuk mendapatkan air laut yang dapat mencukupi kebutuhan eksploitasi kapal,
maka perlu dipikirkan tempatnya untuk pemasangan sea chest agar tujuan utama dari
sistem air laut dapat tercapai.
Pada sebuah kapal umumnya mempunyai dua buah sea chest yang dipasang pada
lambung kapal di bawah garis air di depan kamar mesin tepatnya dipasang di dasar
kapal dan dipasang di samping kapal di bawah air (bilge), karena mengingat
bervariasinya kedalaman perairan yang dilewati.
Gambar 09. Sea Chest dan Penempatannya
Pemasangan pada dua tempat yang berbeda ini dimaksudkan agar kinerja sea
chest sebagai lubang pengisapan berjalan dengan lancar. Bila kapal berlayar di laut
yang dalam maka dipakai sea chest yang terletak di dasar kapal, sebab kemungkinan
terjadinya kotoran, lumpur yang teraduk-aduk akibat gerakan kapal tidak akan terjadi
dan pada keadaan ini sea chest samping tidak dipergunakan. Jika kapal berlayar di
perairan yang dangkal dan kemungkinan terjadinya kotoran, lumpur atau pasir yang
teraduk-aduk karena gerakan kapal yang mungkin dapat masuk ke lubang sea chest
dasar maka sea chest samping yang dipakai sedangkan sea chest bawah ditutup.
22
Dalam penentuan peletakan sea chest harus dipertimbangkan bahwa sea chest
masih berfungsi sebagai lubang pengisapan air laut dengan baik, walaupun kondisi
kapal miring sampai 22,5o dari keadaan vertikal sea chest masih tetap bekerja dengan
baik dan tidak mengisap udara.
E. Masalah-Masalah yang Terjadi pada Sea Chest
Sea chest terletak di bagian kapal yang tercelup di dalam air sehingga sering
mengalami berbagai masalah, diantaranya.
1. Fouling (Kerang-Kerang Laut)
Fouling (kerang-kerang laut) merupakan faktor penghambat pada sea
chest. Fouling ini menempel pada badan kapal di dalam air termasuk sea chest,
Fouling ini berkembang dengan cepat dan menutup sebagian dari sea chest
sehingga air laut yang disedot tidak maksimal dan terdapat kotoran-kotoran
(serpihan kerang, tanaman dan pasir) yang masuk kedalam sea chest
.
Gambar 10. Fouling yang Menempel pada Sea Chest
2. Korosi
23
Korosi merupakan hal yang tak terpisahkan dari kapal terutama bagian yang
tercelup dalam air. Korosi menyebabkan komposisi baja menjadi rapuh, hal ini
juga terjadi pada sea chest.
Gambar 11. Korosi pada Sea Chest
Jika bagian saringan luar sea chest mengalami korosi mengakibatkan
kerapuhan pada baja dan terjadi patah, jika saringan patah maka kotoran-kotoran
yang berukuran besar akan masuk dan menghambat sistem pemasukan air laut.
3. Erosi pada Sea Chest (Erosion Problems)
Sea chest merupakan pintu air sehingga pada bagian ini dilewati aliran air
laut yang terus menerus. Aliran yang terus menerus inilah yang menyebabkan
terjadinya erosi pada sea chest. Akibat erosi ini, bahan pada sea chest mengalami
penggerusan sedikit demi sedikit dan lama kelamaan menjadi tipis.
F. Perawatan dan Reparasi pada Sea Chest
24
Cara perawatan dan reparasi dari sea chest adalah sebagai berikut.
1. Sea Chest Dibersihkan Dengan Water Jet
Bagian ini merupakan lubang jalannya air, sehingga banyak tumbuhan dan
binatang laut yang mungkin menyangkut dalam bagian saringan sea chest
tersebut. Setelah kapal masuk dock maka sea chest dibersihkan dengan water jet
untuk membersihkan dari kerang-kerang yang menyangkut pada saringan.
2. Penyekrapan
Setelah diwater jet, saringan pada sea chest dibuka kemudian dilakukan
penyekrapan untuk membersihkan kotoran,kerang maupun tumbuhan laut yang
ada di dalam kotak sea chest.
3. Pengecekan Pelat pada Sea Chest dengan Test Kerosin
Setelah dibersihkan plat sea chest dicek dengan test kerosin. Jika ada pelat
yang rusak maka dilakukan penggantian.
Gambar 12. Test Kapur dengan Kerosin
Pelat yang ada pada sea chest juga dicheck ketebalannya. Jika ketebalannya
kurang dari 11,682 mm, maka dilakukan penggantian pelat.
Perhitungan Tebal Pelat Sea Chest
Tebal pelat sea chest tidak boleh kurang dari:
25
T = (12 x a √P. k) + tk
Dimana : P = 2Mws
a = 0,6 m
Jadi :
T = 12 x 0,6 x (√2 x 1) + 1,5
= 11,682 mm
4. Penggantian Zinc Anode
Perlindungan dengan menggunakan Zink Anode Protection adalah
perlindungan pengkaratan secara aktif, maksudnya adalah menggunakan proses
kimiawi dimana lambung kapal sebagai katodanya, anodanya merupakan
lempengan logam non ferro sedangkan air laut adalah elektrolit, sehingga jika
berlayar terjadi aliran arus listrik dimana ion-ion logam akan tertarik dan
menempel pada pelat kapal sehingga proses pengkaratan terhambat.
Di sekitar sea chest harus dipasang zink anode dengan mutu yang
memenuhi dan jumlah yang dapat bekerja aktif sebagai pelindung kotodik
selama sekurang-kurangnya 24 bulan (2 tahun). Current density yang digunakan
adalah 65mA/m. Total zink anode yang dipakaikan pada sea chest adalah 6 buah.
Gambar 13. Zink Anode Protection
5. Pengecatan
26
Pengecatan badan kapal berguna untuk melindungi pelat kapal dari proses
pengkaratan dan juga binatang laut. Sebelum melakukan pengecatan, terlebih
dahulu material yang akan dicat harus bersih dari kotoran-kotoran minyak
maupun sisa-sisa cat dan debu. Proses pembersihan dari kotoran tersebut harus
benar-benar bersih. Pelaksanaan pengecatan dapat dilakukan dengan
menggunakan roll kuas ataupun menggunakan semprot.
Pengecatan disesuaikan dengan susunan cat primer dari kapal,
menggunakan cat dasar, cat Anti Corrosion (AC) dan cat Anti Fouling (AF).
Cat AC berguna untuk melindungi dari pengakaratan, sedangkan cat AF berguna
untuk pencegahan menempelnya hewan dan tumbuhan laut.
27
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sea chest adalah suatu perangkat yang dipasang pada sisi dalam pelat kulit kapal
yang berada di bawah permukaan air di sekitar kamar mesin dan berperan sebagai
lubang pengisapan untuk mensuplai kebutuhan sistem air laut pada eksploitasi kapal,
misalnya untuk pendinginan mesin, untuk sistem ballast, untuk sistem pemadam
kebakaran dan lain sebagainya. Sea chest dipasang di dua tempat yang beda
ketinggiannya, mengingat bervariasinya kedalaman perairan yang dilewati. Perlu
dipertimbangkan bahwa sea chest dapat menghisap air laut dengan baik dan tidak
mengisap udara, walaupun kondisi kapal miring sampai 22,5o dari keadaan vertikal.
Kelengkapan dari sea chest sebagai lubang pengisapan secara garis besar adalah terdiri
dari pelat dinding sea chest, pipa-pipa, strainer, sea grating, valve, packing, baut
pengikat dan lain-lain yang didalam perencanaannya telah diatur oleh peraturan Biro
Klasifikasi Indonesia.
B. Saran
Sea chest merupakan sistem yang penting dalam kebutuhan air laut pada kapal
oleh karena itu perawatan serta reparasi sea chest perlu diperhatikan, serta komponen-
komponen yang ada di dalamnya karena berhubungan langsung dengan air laut yang
mengakibatkan sering terjadinya kerusakan.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Anoname. 1970. Marine Internal Combustion Engine. Moscow: Mir.
2. Biro Klasifikasi Indonesia. 2001. Hull Consruction and Machinery Installations.
Jakarta: Pustaka Jaya.
3. Harrington. 1992. Marine Engine. Germany: Sname.
4. Seward, Herbort Lee. Marine Engineering Volume II. Germany: Sname.
5. Sofi’i, Muhammad. 2008. Teknik Konstruksi Kapal Baja. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional
6. Supangat, Bambang dan Petrus Adrianto. 1982. Pengetahuan Mesin Kapal 1.
Jakarta: Depdikbud
7. www.google.com/reparasi.seachest