i
BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
NOMOR : 05/PER/BP-BPWS/IV/2015
TENTANG
RENCANA STRATEGIS
BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA MADURA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
nasional, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
perlu disusun Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura;
b. bahwa dalam menjawab tantangan serta perkembangan
kebijakan dalam upaya percepatan pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura, maka diperlukan tujuan, kebijakan, dan
strategi dalam Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 2015-
2019;
c. bahwa rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b telah disusun sebagai satu dokumen
ii
perencanaan indikatif yang memuat program-program
dalam rangka percepatan pengembangan wilayah
Surabaya-Madura;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura tentang Rencana Strategis Badan
Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
Tahun 2015-2019.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4700);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4664);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
iii
7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4816);
8. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009;
9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementrian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;
11. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Jangka Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 3);
12. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga
(Renstra-KL) 2015-2019.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TENTANG
RENCANA STRATEGIS BADAN PELAKSANA BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN
2015-2019.
iv
KESATU : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan
ini.
KEDUA : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kesatu digunakan acuan bagi Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura dalam perencanaan
tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja
pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura.
KETIGA : Perubahan atas Rencana Strategis ini dimungkinkan dengan
memperhatikan perkembangan perubahan lingkungan strategis yang
berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan Wilayah Surabaya-
Madura.
KEEMPAT : Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 7 April 2015
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SURABAYA-MADURA
Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc
v
KATA PENGANTAR
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pelaksana Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura telah menyusun Rencana
Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura (BP-BPWS) Tahun 2015-2019 sebagai penjabaran
pelaksanaan program Nawa Cita Presiden yang tertuang dalam
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat
indikatif dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program serta kegiatan
untuk mempercepat pembangunan di wilayah Surabaya-Madura sesuai dengan tugas dan
fungsi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura yang tertuang
dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah
dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009.
Pada periode 2015-2019, tantangan pembangunan di Wilayah Surabaya maupun
Madura semakin kompleks dan terkadang tidak terduga. Untuk menyikapi tantangan ini,
pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika, kekuatan/potensi serta
perubahan lingkungan strategis, dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektor dan
peran serta masyarakat.
vi
KATA PENGANTAR
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 ini akan menjadi acuan dalam perencanaan
tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja BP-BPWS selama lima tahun
kedepan. Tentunya dokumen ini tidak dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
tidak dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di
lingkungan BP-BPWS maupun stakeholder terkait. Kepada semua pihak terkait diharapkan
saling bersinergi dalam merealisasikan upaya percepatan pembangunan di Wilayah
Surabaya-Madura.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada
semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan Renstra BP-BPWS Tahun 2015-
2019. Semoga penyusunan dan implementasi Renstra ini mendapatkan ridha dari Tuhan
Yang Maha Kuasa.
Jakarta, 7 April 2015
KEPALA BADAN PELAKSANA
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SURABAYA-MADURA
Ir. MOHAMMAD IRIAN, M.Eng, Sc.
vii
DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................... 2
1.2 KONDISI UMUM ...................................................................................... 4
1.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah ....................................... 4
1.1.2 Kondisi Fisik Dasar .......................................................................... 5
1.1.3 Kondisi Perekonomian .................................................................... 7
1.1.4 Kondisi Sumber Daya Alam ............................................................. 11
1.1.5 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) ............................................... 18
1.1.6 Kondisi Infrastruktur ....................................................................... 21
1.1.7 Kawasan Potensial Wilayah Suramadu .............................................. 28
1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN ................................................................ 29
1.2.1 Potensi Wilayah Suramadu ............................................................... 29
1.2.2 Permasalahan Yang Dihadapi ........................................................... 31
1.2.3 Isu Strategis dan Tantangan ............................................................ 33
BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN .................................................................. 38
2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ................................. 38
viii
DAFTAR ISI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
2.2 MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ................................. 39
2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ............................ 39
2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ........ 40
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ................................................... 42
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ............................................ 42
3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019 .. 42
3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional ...................................... 58
3.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan ........ 60
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH ............................................... 61
3.2.1 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur ........ 61
3.2.2 Arahan Pembangunan dan PEnataan Ruang Kota Surabaya ................ 72
3.2.3 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura .......... 75
3.3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH
SURAMADU ............................................................................................. 84
3.4 KERANGKA REGULASI .............................................................................. 94
3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN ...................................................................... 100
BAB 4 TARGET KEINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................. 104
4.1 PROGRAM DAN KEGIATAN ....................................................................... 105
4.1.1 Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu .................... 105
4.1.2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
...................................................................................................... 109
4.2 TARGET KINERJA .................................................................................... 112
4.3 KERANGKA PENDANAAN .......................................................................... 112
ix
DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 114
LAMPIRAN
Lampiran I MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015-2019
x
DAFTAR ISI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013 .............................. 7
Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010 ................................ 13
Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011 ..................................................... 14
Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013 ........... 17
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ............... 18
Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013 .................. 19
Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013 ................................... 21
Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi) ......................... 22
Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional) .................. 23
Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) ........................... 23
Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur .......... 56
Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu ........ 59
Tabel 3.3 Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura ................................................................................ 71
Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota SurabayaTerhadap Pengembangan Wilayah
Suramadu ............................................................................................ 74
Tabel 3.5 Kebijakan Pembanguanan Kabupaten-Kabupaten di wilayah Madura ........ 75
Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten-Kabupaten di Wilayah Madura ...... 77
Tabel 4.1 Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019 ..... 113
Tabel 4.2 Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019 ... 113
xi
DAFTAR ISI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya – Madura) ........................ 3
Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan tanah Pulau Madura ........................... 5
Gambar 1.3 Tren Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013 .... 7
Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura Terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013 ........ 8
Gambar 1.5 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009-2013 ............ 9
Gambar 1.6 Produksi Pertanian dan Perkembangan Madura Tahun 2012 ................ 11
Gambar 1.7 Produksi Peternakan Madura Tahun 2010 ......................................... 12
Gambar 1.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura ............................................... 15
Gambar 1.9 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura
Tahun 2010-2013 ............................................................................ 18
Gambar 1.10 Trend Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ............................ 19
Gambar 1.11 Trend Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013 ................. 20
Gambar 1.12 Peta Jaringan jalan Pulau Madura ..................................................... 22
Gambar 1.13 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu ............................................. 28
Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 ......................... 44
Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah
Jawa-Bali ....................................................................................... 57
Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015-2019 .......... 58
Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa ..................................................................... 61
Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur ............ 66
Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu ...... 85
xii
DAFTAR ISI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
Gambar 3.7 Kerangkan Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pembangunan Ekonomi
Madura ......................................................................................... 86
Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS Dalam Mendukung Peningkatan Ekonomi di Wilayah
Suramadu ...................................................................................... 88
Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu ........... 89
Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang Melalui Pelabuhan di Wilayah Suramadu .. 91
Gambar 3.11 Sistem Konektivitasi di Dalam Klaster/kawasan .................................. 93
Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional ............................................... 94
Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS ..................... 96
Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintah ........................................................ 98
Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Suramadu ........... 100
Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu ..................... 101
Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS ................................................................ 102
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 1
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 2
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pulau Madura memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah baik dari sektor
pertanian, kelautan perikanan, peternakan, maupun industry kecil menengah. Berdasarkan
data yang ada, saat ini produk perikanan Pulau Madura berkontribusi kurang lebih 60% dari
produk perikanan di Propinsi Jawa Timur, produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar
50% dari produk garam Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun), produk ternak
sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, produk pertanian jagung kurang lebih 700.000
ton per tahun dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun.
Namun demikian potensi tersebut belum tergarap secara baik dan secara umum
perkembangan ekonomi wilayahnya relatif tertinggal dibandingkan dengan wilayah Provinsi
Jawa Timur lainnya seperti Surabaya dan sekitarnya.
Dilihat dari kondisi perekonomiannya, terjadi ketidakseimbangan antara wilayah di
Kota Surabaya dengan Pulau Madura. Berdasarkan data tahun 2013, pertumbuhan ekonomi
di Pulau Madura relatif kecil (antara 5,74% - 6,44%) dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa
Timur (6,55%) dan Kota Surabaya (7,34%). Indikator – indikator disparitas antar daerah
masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu. Disparitas
tersebut terutama dapat terlihat dari indikator pertumbuhan ekonomi dan tingkat
pendapatan per kapita. Demikian juga, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura
relative masih rendah antara 62,39 – 67.17 dibanding Propinsi Jawa Timur (73,54) dan Kota
Surabaya (78,97).
BAB
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 3
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu upaya percepatan
pembangunan wilayah Suramadu dengan pendekatan regional yang mengedepankan prinsip
keseimbangan antar wilayah. Keseimbangan antar wilayah yang dimaksud adalah
keseimbangan antar wilayah dalam berbagai sektor kehidupan berbasis pada potensi dan
kearifan lokal. Dalam hal ini kawasan - kawasan yang tumbuh pesat terus dipertahankan,
sedangkan kawasan – kawasan yang relatif kurang berkembang terus didorong
perkembangannya. Selain itu, keseimbangan antar wilayah dilakukan melalui pembangunan
infrastruktur pendukung untuk memperkuat interaksi antar kawasan.
Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BP-BPWS) sebagaimana
amanah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya - Madura yang terakhir disempurnakan dengan Perpres Nomor 23
Tahun 2009, dibentuk dengan tujuan umum mempercepat pengembangan wilayah
Surabaya - Madura menjadi salah satu pusat pengembangan perekonomian Nasional.
Sedangkan tujuan khusus pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan ekonomi
unggulan Madura melalui pengembangan kawasan. Dengan adanya percepatan
pengembangan Wilayah Suramadu diharapkan ketidakseimbangan antara wilayah Surabaya
dengan Pulau Madura dapat diatasi dan pengembangan potensi unggulan Madura dapat
dikembangkan secara optimal sehingga pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura dapat
tumbuh berkembang lebih cepat.
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dapat diwujudkan melalui
pengembangan kawasan/klaster yang sudah berkembang maupun prospektif berkembang
melalui perkembangan sektor – sektor strategis. Perkembangan sektor strategis melalui
keterkaitan ke depan dan ke belakang akan dapat mendorong pertumbuhan produksi secara
keseluruhan. Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura,
kedekatan dengan pusat – pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu – pintu outlet (lokal
dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, telah diidentifikasi ada 22 (dua puluh
dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan
sebagai pusat – pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan/klaster diarahkan
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 4
untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor – sektor strategis
dan komoditas unggulan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
dukungan terhadap sentra-sentra produksi unggulan yang terintegrasi dengan pusat
pengolahan, pemasaran dan promosi hasil produksi berbasis ekonomi kreatif baik skala
regional maupun nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Madura yang berkelanjutan.
1.2 KONDISI UMUM
1.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah
Wilayah Suramadu terdiri dari Kota Surabaya dan Pulau Madura (Kabupaten
Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Wilayah administrasi Kota Surabaya yang
masuk dalam lingkup wilayah Suramadu yaitu pada kawasan disekitar kaki Jembatan
Suramadu sisi Surabaya yang merupakan wilayah administrasi Kelurahan Tambak Wedi
Kecamatan Kenjeran dan Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak. Kawasan ini
mempunyai luas sebesar 255,81 Ha dan berbatasan langsung dengan Selat Madura.
Sementara itu wilayah Pulau Madura terdiri dari pulau utama dan beberapa pulau-
pulau kecil yang termasuk dalam wilayah 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan,
Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Wilayah kepulauan
di Madura terdiri atas 127 pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten
Sumenep dan Kabupaten Sampang. Dari 127 pulau pulau kecil tersebut, 49 pulau
berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni. Secara geografis, Pulau Madura terletak
antara koordinat 112°40’06” - 116°16’48” Bujur timur Adapun batas-batas administrasi
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa;
Sebelah Selatan : Selat Madura;
Sebelah Timur : Laut Jawa dan Laut Flores;
Sebelah Barat : Selat Madura.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 5
Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya – Madura)
Sumber : Diolah dari berbagai sumber
1.1.2. Kondisi Fisik Dasar
Secara umum, kondisi fisik dasar wilayah Suramadu pada kaki Jembatan Suramadu
sisi Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 3 – 6 meter diatas
permukaan laut (mdpl), kelerengan tanah didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan
antara 0–2% (datar), serta memiliki jenis tanah yang terdiri dari atas tanah aluvial kelabu
dan aluvial kelabu tua.
Karakteristik fisik dasar Pulau Madura berbeda dengan Kota Surabaya. Kondisi
morfologi Pulau Madura terbagi menjadi dua meliputi wilayah dataran rendah dan
perbukitan. Wilayah dataran rendah meliputi bagian utara hingga selatan mengelilingi
Luas = 1.260,14 km2 (18 kecamatan)
Luas = 1.233,30 km2 (14 kecamatan)
Luas = 729,30 km2
(13 kecamatan)
Luas = 2.093,46 km2 (27 kecamatan)
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 6
wilayah Pulau Madura, terletak pada bagian tepi pulau dan muara sungainya. Pada bagian
utara daerah dataran pantai dimulai dari daerah Bangkalan hingga Dungkek, memiliki lebar
pantai mencapai lebih dari 1 km, pola aliran dominan adalah sungai dendritik. Memiliki
elevasi 0-25 meter dengan lereng landai kurang dari 5%. Perbukitan tersebar memanjang
dari barat-timur. Memiliki elevasi lebih dari 25 meter hingga kurang dari 400 meter (dml)
dengan kelerengan kurang dar 5-15%, tetapi pada bagian tengah satuan ini selang
ketinggian (50-150) meter, seperti melalui wilayah Kecamatan Tambelangan-Kedungdung
dan Sampang. Hulu sungai dapat merupakan mata air, dan aliran sungai yang relatif
panjang maka aliran air cukup baik.
Kondisi topografi pada tiap Kabupaten di Pulau Madura adalah sebagai berikut
topografi wilayah Bangkalan didominasi oleh daerah dengan kemiringan 2-15%; Sampang
didominasi dengan kemiringan 9-15%; Pamekasan didominasi dengan kemiringan 0-15%;
dan Sumenep didominasi dengan kemiringan 0-8%. Kondisi kelerengan Pulau Madura yang
cukup beragam akan tetapi masih didominasi dengan daerah landai dengan kemiringan 0-
8%.
Jenis tanah di Pulau Madura yang dominan adalah mediteran yang meliputi hampir
seluruh wilayah Pulau Madura, kemudian gleisol, grumusol serta alluvial. Jenis tanah
mediteran yang mencakup keseluruhan Pulau Madura dapat peruntukan Tebu, Padi, dan
tanaman buah-buahan. Tanah Gleisol yang meliputi sebagian kecil wilayah Bangkalan,
Sampang dan Pamekasan dapat diperuntukkan untuk tanaman kelapa, persawahan,
perladangan, palawija. Tanah Grumusol meliputi sebagian kecil wilayah pamekasan dan
Sumenep dapat diperuntukkan untuk padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa
sawit, kopi, cengkeh, kebun lada, tegalan, kebun karet. Tanah alluvial meliputi sebagaian
kecil wilayah Sumenep dapat diperuntukkan persawahan, perladangan, kebun kelapa,
palawija, dan untuk daerah perikanan. Jenis batuan yang dominan adalah pliosen fasies
sedimen yang meliputi hampir seluruh Pulau Madura, pliosen fasies batu gamping serta
aluvium.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 7
Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan Tanah Pulau Madura
Sumber : Kajian Pengembangan Pulau Madura, Tahun 2009, Kementerian PU
Dilihat dari kondisi penggunaan lahannya, secara umum Kota Surabaya didominasi
peruntukkan lahan berupa kawasan permukiman dan peruntukkan tambak pada daerah
sekitar pesisir pantai Kota Surabaya pada sisi utara dan sisi timur. Sedangkan pola
peruntukan lahan Pulau Madura terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan lindung dan
kawasan budidaya. Berdasarkan data tahun 2008, jenis peruntukan lahan yang dominan di
wilayah Madura adalah tegal dan kebun yang meliputi lebih dari sebagian (58 %) dari
seluruh wilayah Pulau Madura. Dan diantaranya Kabupaten Sumenep memiliki prosentase
luasan tegal dan kebun yang paling besar (sekitar 36 % dari total tegal dan kebun di Pulau
Madura).
1.1.3. Kondisi Perekonomian
Dari segi perekonomian, pertumbuhan ekonomi keempat kabupaten di Madura masih
berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jatim. Pertumbuhan ekonomi Madura ini
juga relative lebih lambat dibandingkan Kota Surabaya, hal ini terlihat jelas bahwa Kota
Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan merupakan pusat bisnis,
perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi
Kota Surabaya tahun 2010 mencapai 7,09% dan meningkat pada tahun 2013 (7,34%), di
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 8
atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Sementara itu rata-rata
pertumbuhan ekonomi di Madura pada tahun 2013 (6,20%) juga relatif meningkat
dibandingkan tahun 2010 (5,54%), akan tetapi masih di bawah rata-rata pertumbuhan
ekonomi Provinsi Jawa Timur (tahun 2010 sebesar 6,68% dan tahun 2013 sebesar 6,55%).
Laju pertumbuhan ekonomi di Madura tahun 2013 tertinggi terdapat pada Kabupaten
Sumenep yaitu 6,44% dan terendah terdapat pada Kabupaten Sampang yaitu 5,74%.
Nilai Absolut PDRB Kabupaten-Kabupaten se Madura Tahun 2013 mencapai 42,02
Trilyun rupiah dan memberikan kontribusi 3,70 % ke PDRB Jawa Timur tahun 2013 (1.136
Triliyun rupiah). Dimana Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten dengan nilai PDRB
tertinggi dibandingkan dengan ketiga kabupaten lain di Madura, yaitu pada tahun 2013 nilai
PDRBnya mencapai 16,10 Triliun rupiah. Jika dilihat dari sektor/lapangan usaha yang
mendominasi struktur perekonomian empat Kabupaten di Pulau Madura, secara umum
sektor kontribusi terbesar penyumbang PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) adalah
sektor pertanian (40,32%) dan sektor perdagangan (24,85%). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam gambar di bawah.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 9
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013
KABUPATEN PERTUMBUHAN EKONOMI (%)
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
BANGKALAN 5.47 6.25 6.37 6.32
SAMPANG 5.40 6.04 6.12 5.74
PAMEKASAN 5.77 6.21 6.32 6.28
SUMENEP 5.51 6.24 6.33 6.44
SURABAYA 7.09 7.56 7.62 7.34
MADURA 5.54 6.19 6.29 6.20
JAWA TIMUR 6.68 7.22 7.27 6.55
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
5.47 6.
25
6.37
6.32
5.40 6.
04
6.12
5.74
5.77 6.21
6.32
6.28
5.51 6.
24
6.33
6.447.
09 7.56
7.62
7.34
0
1
2
3
4
5
6
7
8
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA
6.68
7.22 7.27
6.55
JAWA TIMUR
Gambar 1.3 Trend Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 10
26,112,472.04 29,000,626.71 32,806,357.14 37,223,451.95 42,023,139.23
0.00
200,000,000.00
400,000,000.00
600,000,000.00
800,000,000.00
1,000,000,000.00
1,200,000,000.00
Tahun 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
Ju
ta R
up
iah
MADURA JATIM*)
Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
32.52
31.92
30.45
28.9
28.09
25.79
26.4
26.88
27.62
28.05
14.93
15.14
15.51
15.66
15.89
2009
2010
2011
2012*)
2013**)
DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN BANGKALAN
44.15
43.14
41.93
41.26
40.36
24.56
25.46
26.25
27.07
28.1
12.13
12.01
12.22
12.12
12
2009
2010
2011
2012*)
2013**)
DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SAMPANG
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 11
49.48
49.24
48.59
48.35
47.71
16.45
16.81
17.68
18.13
18.52
13.4
13.32
13.03
12.88
12.69
2009
2010
2011
2012*)
2013**)
DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN PAMEKASAN
49.72
48.24
47.43
46.97
46.63
19.63
21.21
22.16
22.76
22.83
9.76
9.53
9.32
9.26
9.21
2009
2010
2011
2012*)
2013**)
DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SUMENEP
Gambar 1.5 Konstribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009 - 2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
1.1.4. Kondisi Sumber Daya Alam
A. Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan sangat potensial
dikembangkan di Madura. Potensi pertanian tersebar merata pada empat kabupaten di
Madura dengan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan yang berbeda-beda. Untuk
pertanian tanaman pangan, komoditas unggulan adalah jagung, padi dan ubi kayu, ubi jalar,
kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Pada tahun 2013, jumlah produksi jagung
pada empat kabupaten di Madura mencapai 691.198,9 ton, jumlah produksi padi sawah dan
ladang mencapai 867.432 ton, dan ubi kayu mencapai 389.612,22 ton.
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 12
Sementara itu, sektor perkebunan sebagai sub sektor pertanian juga merupakan
sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Komoditas unggulan sektor
perkebunan di Madura adalah kelapa, tembakau dan cabe jamu, jambu mete, kopi, kapuk
randu dan cengkeh. Pada tahun 2013, jumlah produksi tembakau pada empat kabupaten di
Madura mencapai 7.313 ton, jumlah produksi kelapa mencapai 53.133 ton, jumlah produksi
tebu mencapai 9.851 ton, dan jumlah produksi jambu mete 8.479 ton. Untuk komoditas
tembakau, kontribusi terbesar dihasilkan dari Kabupaten Pamekasan, sedangkan komoditas
kelapa terbesar dipasok dari Kabupaten Sumenep.
Dari sub sektor peternakan, komoditas sapi merupakan salah satu komoditas
unggulan di Madura. Tahun 2013, produksi sapi Madura mencapai 861.826 ekor dimana
40% berasal dari Kabupaten Sumenep. Selain sapi, komoditas peternakan yang terbesar
adalah ayam buras dengan jumlah produksi tahun 2013 mencapai 2.968.694 ekor dan ayam
petelur dengan jumlah produksi mencapai 672.739 ekor.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 13
81,839.60
87,293.20
4,268.70
3,712.30
3,589.20
5,238.40
8,946.80 2,601.90 10,846.20
Produksi tanaman buah-buahan (ton)
Mangga
Pisang
Pepaya
Jambu Biji
Jambu Air
Jeruk
Rambutan
Salak
Nangka
7,313 7,277
8,479
53,133
24
9,851
118.00
950.90 32.00
51.50 6.70
50.80
Produksi peternakan (ton)
Tembakau
Kapuk Randu
Jambu Mete
Kelapa
Kopi
Tebu
Siwalan
Cabe Jamu
Pinang
Asam Jawa
Lada
Serat Nanas
2,968,694
414,374 672,739
166,327
82,329
2,934
861,826 41
6,487 327 664 71 846
82,329
Populasi ternak (ekor)
Ayam Buras
Ayam Pedaging*)
Ayam Petelur
I t i k
Entog
K u d a
Sapi Potong
Sapi Perah
Kerbau
Kambing
Domba
Itik Manila
Gambar 1.6 Produksi Pertanian, Perkebunan, dan Perternakan Madura Tahun 2012 Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
B. Kelautan dan Perikanan
Wilayah Madura yang tidak hanya mencakup wilayah daratan melainkan wilayah
perairan (kepulauan) juga memiliki potensi sektor perikanan yang cukup besar memberikan
kontribusi terhadap sektor perikanan Provinsi Jawa Timur. Sektor perikanan dan kelautan
merupakan sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, dimana sektor perikanan
dan kelautan akan menimbulkan multiplier effect terhadap kegiatan lainnya seperti industri,
pelabuhan, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana transportasi penunjang kegiatan
perikanan. Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penghasil perikanan laut terbesar
dibandingkan dengan tiga kabupaten yang lain. Kecamatan penghasil produksi perikanan air
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 14
laut terbesar di Kabupaten Sumenep adalah
Kecamatan Masalembu, Arjasa dan Batang-
batang.
Produksi perikanan yang
berkembang di Kabupaten Sampang
berupa perikanan laut sebesar 8.075,071
ton. Produksi perikanan di Kabupaten
Pamekasan terbanyak berasal dari perairan
umum sebesar 50,500.00 ton. Produksi
perikanan yang berkembang yaitu
perikanan laut dengan produksi 46,555.21
ton. Jumlah produksi sektor perikanan
tangkap dan budidaya Provinsi Jawa Timur
mencapai 934,6 ribu ton per tahun dan
Pulau Madura mencapai 598,9 ton per
tahun. Kontribusi Madura terhadap sektor
perikanan Jawa Timur mencapai 64,08%.
Air laut di perairan Madura yang mengandung garam berkualitas tinggi merupakan
bahan baku yang terbaik di Indonesia untuk industri garam. Potensi produksi garam di Pulau
Madura terdapat di wilayah Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten
Sumenep, dengan produksi garam mencapai 462.413,86 ton dengan luas lahan mencapai
8,045.89 Ha. Produksi garam tersebut memberikan konstribusi terhadap produksi garam
Jawa Timur sebesar 81,55% (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, 2011).
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 15
Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010
Kabupaten/Kota
Produksi
Perikanan
Tangkap
(Ton)
Produksi
Perikanan
Budidaya (Ton) Jumlah (Ton)
1. Bangkalan 21.194,70 129,00 21.323,70
2. Sampang 12.429,10 215,40 12.644,50
3. Pamekasan 19.633,30 944,60 20.577,90
4. Sumenep 43.552,10 500.862,80 544.414,90
Total Madura 598.961,00
Total Jatim 934.675,10
Sumber: BPS Jawa Timur, Tahun 2011
Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011
Kabupaten/Kota
Luas lahan
keseluruhan
(Ha)
Total Produksi
(Ton)
1. Bangkalan 115.89 4,310.00
2. Sampang 4,200.00 288,511.00
3. Pamekasan 1,796.00 61,574.86
4. Sumenep 1,934.00 108,018.00
Total Madura 8,045.89 462,413.86
Total Jatim 11,201.96 567,059.08
Madura thd Jatim 71,83 % 81,55 %
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, 2011
C. Pariwisata
Pulau Madura memiliki potensi 32 destinasi wisata yang berdasarkan jenisnyadapat
dikelompokkan menjadi wisata budaya, wisata religius, wisata alam dan kesehatan.
Pengembangan pariwisata saat ini berpotensi sebagai salah satu pengungkit pertumbuhan
ekonomi Madura, karena Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kabupaten Pamekan
dan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 16
Beberapa kawasan unggulan pariwisata di Madura antara lain
wisata ziarah Syaichona Cholil (Kabupaten Bangkalan), wisata
budaya kerapan sapi dan sapi sono’ (sapi hias) di Kabupaten
Pamekasan, serta wisata kesehatan Pulau Gili Iyang (Kabupaten
Sumenep). Sebaran Potensi Daya Tarik Wisata Madura
Makam Agung Aer Mata Ibu Batik Tj. Bumi Siring Kemuning Hutan kera nepaAir terjun
torowan Pantai SlopengMakam Asta
Tinggi
Keraton
Sumenep
Museum
Sumenep
M. Syaichona
Cholil
Mercusuar
Sembilangan
Pusat jamu
Madura
Makam P.
Kadirun
Bukit Geger P. Rongkang M. Ratu Ebu Waduk KlampisP. Camplong Gua Lebar Batik Proppo
Api tak kunjung
padam
Makam Batu
Ampar
Kep. Kangean
P. Lombang
Masjjid Agung
Sumenep
Wisata alam pantai
Wisata budaya
Wisata kerajinan/kriya
Wisata alam hutan
Wisata alam oksigen
M. Syech Yusuf
Wisata O2
Giliiyang
Pulau Sapudi
Grand Final
Karapan Sapi9
9
Kepulauan
Kangean
Gambar 1.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura
D. Pertambangan
Potensi kekayaan sumber daya alam Pulau Madura lainnya adalah tambang dengan
kandungan gas alam serta minyak bumi. Ladang migas di Madura Barat mencapai 22 juta
barel. Fakta menunjukkan bahwa saat ini LNG dari Madura telah memasok 60% kebutuhan
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 17
Industri di Jawa Timur, di mana LNG tersebut diambil dari kepulauan Kangean yang
disalurkan melalui pipa laut sejauh 450 km ke arah Pulau Jawa.
Blok offshore di Laut Jawa terbentang dari Sumatera bagian Tenggara sampai ke
daerah dekat Jawa barat. Berbagai blok yang ada di Laut Jawa adalah blok offshore sekitar
Pulau Bawean, Gresik, dan pulau-pulau kecil di wilayah Madura dan Blok Sumatera
Tenggara, kedua blok ini mampu menghasilkan produksi sebesar 65.154 barrel per harinya.
dengan rincian 62.130 barrel minyak mentah ditambah 3.024 barrel kondensat. Perusahaan
yang mengoperasikannya adalah British Petroleum, Pertamina, CNOOC S.E.S. HESS, TOTAL,
KODECO Energy, ExxonMobil, Lapindo, Kangean Energy, Pertamina, dan Petrochina.
Sektor pertambangan di Pulau Madura terdiri dari tambang golongan C dan tambang
golongan A dan didominasi oleh bahan galian C. Potensi terbesar untuk pertambangan
terdapat pada Kabupaten Pamekasan dengan hasil pasir kuarsa kalsit. Potensi gas bumi
terdapat di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Hasil pertambangan
yang ada di Kabupaten Sampang terdiri dari batu gamping, batu putih, pasir sungai, pasir
laut, sirtu, tanah liat, pasir gunung, dimana produksi pertambangan tertinggi adalah batu
gamping sebesar 978 ton.
Potensi hasil tambang yang ada di Kabupaten Pamekasan terdiri dari pasir, batu
kapur, tanah liat, tanah urug, dan sirtu. Hasil tambang berupa pasir hanya terdapat di
Kecamatan Pademawu dan Galis. Hasil tambang berupa batu kapur terdapat di Kecamatan
Larangan, Palengaan, Pegantenan, dan Pasean. Hasil tambang tanah liat dapat ditemukan
pada Kecamatan Pademawu, Palengaan. Hasil tambang tanah urug dimiliki Kecamatan
Larangan, Pamekasan, Palengaan, dan Waru. Hasil tambang berupa sirtu ada di Kecamatan
Tlanakan, Pamekasan, dan Batumarmar. Sementara itu produksi pertambangan di
Kabupaten Sumenep antara lain berupa batu gunung, pasir kerikil, dan pasir urug, Produksi
tertinggi di sektor ini berupa batu gunung sebesar 58.032,19 ton.
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 18
1.1.5. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative mengalami peningkatan dari
tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 IPM Provinsi Jatim rata-rata 71,62% dan
Madura 59,70 - 65,60%, maka IPM pada tahun 2013 mengalami peningkatan untuk Provinsi
Jawa Timur 73,54% dan Madura 62,39 – 67,17%. Namun kondisi tersebut masih
menunjukkan kondisi masyarakat Madura yang masih tertinggal jika dibandingkan kondisi
masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Kondisi tersebut juga terlihat dengan melihat
jumlah penduduk miskin di Madura terhadap penduduk miskin di Jawa Timur sampai tahun
2012, jumlah penduduk miskin di Madura memiliki prosentase 17,5% (870.000 orang)
terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (4.960.100 orang).
Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013
KABUPATEN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
BANGKALAN 64.51 65.01 65.69 66.19
SAMPANG 59.70 60.78 61.67 62.39
PAMEKASAN 64.60 65.48 66.51 67.17
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 19
KABUPATEN
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
SUMENEP 65.60 66.01 66.41 66.89
SURABAYA 77.28 77.85 78.33 78.97
JAWA TIMUR 71.62 72.18 72.84 73.54
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
64.5
1
59.7
0
64.6
65.6 77
.28
65.0
1
60.7
8
65.4
8
66.0
1 77.8
5
65.6
9
61.6
7
66.5
1
66.4
1 78.3
3
66.1
9
62.3
9
67.1
7
66.8
9 78.9
7
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
71.6272.18
72.84 73.54
Gambar 1.8 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013 Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
Dilihat dari kondisi ketenagakerjaannya, sampai tahun 2013 jumlah angkatan kerja
pada 4 kabupaten di Madura mencapai 2.135.048 orang, dengan jumlah angkatan kerja
terbanyak di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 645.569 orang. Sementara tingkat
pengangguran terbuka di Pulau Madura sekitar 3,93%, untuk tingkat pengangguran terbuka
tertinggi pada Kabupaten Bangkalan yaitu 6,78%. Untuk lebih jelas mengenai data angkatan
kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Madura tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam
tabel dan gambar di bawah.
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 20
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013
KABUPATEN JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG)
2009 2010 2011 2012 2013*)
BANGKALAN 500.688 461.365 473.198 492.413 507.089
SAMPANG 493.170 461.746 480.195 499.631 491.679
PAMEKASAN 482.625 454.102 464.908 482.955 490.711
SUMENEP 624.715 614.494 661.924 644.439 645.569
TOTAL 2.101.198 1.991.707 2.080.225 2.119.438 2.135.048
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
50
0,6
88
49
3,1
70
48
2,6
25
62
4,7
15
46
1,3
65
46
1,7
46
45
4,1
02
61
4,4
94
47
3,1
98
48
0,1
95
46
4,9
08
66
1,9
24
49
2,4
13
49
9,6
31
48
2,9
55
64
4,4
39
50
7,0
89
49
1,6
79
49
0,7
11
64
5,5
69
BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP
JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG) MADURA TAHUN 2009 – 2013
2009 2010 2011 2012 2013*)
Gambar 1.9 Trend Angkatan Kerja di Madura 2009-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013
KABUPATEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)
2009 2010 2011 2012 2013*)
BANGKALAN 5,14 6,05 6,37 5,13 6,78
SAMPANG 1,70 1,79 2,13 1,71 4,68
PAMEKASAN 2,17 3,53 2,61 2,29 2,17
SUMENEP 2,27 2,06 1,99 1,14 2,56
TOTAL 3,57 3,23 3,13 2,44 3,93
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 21
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2009 2010 2011 2012 2013*)
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%) MADURA TAHUN 2009 - 2013
BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP
Gambar 1.10 Trend Pengangguran Terbuka di Madura 2009-2013
Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
Dilihat dari sosial budayanya, mayoritas penduduk di Pulau Madura beragama Islam
dan sampai saat ini masih sangat mewarnai corak kehidupan masyarakatnya. Peran
ulama/kyai menjadi menonjol dan merupakan figur sentral yang dihormati dan ditaati.
Dalam adat istiadatnya, masyarakat Madura masih kental dengan kearifan local peran 4
(empat) elemen, yaitu Bapa’, Ebuh, Guru dan Rato’.
1.1.6. Kondisi Infrastruktur
Kondisi infrastruktur di wilayah Kota Surabaya secara umum cukup memadai bila
dibandingkan dengan kondisi infrastruktur di wilayah Pulau Madura yang relatif lebih minim.
Kondisi infrastruktur wilayah Surabaya-Madura diuraikan sebagai berikut:
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan di Pulau Madura dihubungkan dengan ruas jalan utama yang melintas
pada pesisir utara (lintas utara), pesisir selatan (lintas selatan), dan jalan lintas tengah yang
menghubungkan keduanya; dimana ketiga jaringan jalan utama tersebut berfungsi sebagai
jalan penghubung regional kewilayahan antar kabupaten di Pulau Madura dan juga sebagai
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 22
jalur utama penghubung dengan akses Suramadu sehingga dapat terlihat keterjalinan
infrastruktur transportasi dengan Jembatan Suramadu serta Kota Surabaya sebagai pusat
ekonomi di sekitar Pulau Madura. Sesuai dengan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 –
2029 (Perda Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012), maka jaringan jalan lintas Pulau Madura
meliputi jalan yang memiliki status eksisting :
Jalan Lintas Utara sebagai jalan provinsi sepanjang 178 km;
Jalan Lintas Tengah Selatan sebagai jalan nasional sepanjang 193 km;
Jalan Lintas Selatan (Kamal – Sampang) sebagai jalan provinsi sepanjang 84,3 km;
Jalan Penghubung Lintas Utara – Selatan sebagai jalan provinsi dan kabupaten
sepanjang 180 km; dan
Jalan di dalam kawasan (jalan lingkar dalam kota) sebagai jalan desa dan jalan
kabupaten sepanjang 28 km.
Berdasarkan kondisi eksisting tahun 2013, kondisi jalan di Madura didominasi dengan
kondisi yang relatif baik. Kondisi jaringan jalan lintas Pulau Madura tersebut pada umumnya
memiliki lebar jalan ± 4 – 6 meter dengan panjang total 663,3 km. Untuk lebih jelas, kondisi
jaringan jalan di setiap kabupaten di Madura dapat terlihat sebagai berikut:
Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013
KONDISI PANJANG (KM)
BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP
BAIK 484,90 745,56 441,72 538,88
SEDANG 109,92 98,14 121,28
RUSAK RINGAN 74,63 294,80 30,67 497,49
RUSAK BERAT 51,92 81,06 14,49 520,73
tidak ada
Keterangan 30,60 168,91
TOTAL 721,37 1121,42 615,62 1847,27
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 23
Gambar 1.11 Peta Jaringan Jalan Pulau Madura
Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi)
NO NAMA RUAS LOKASI PANJANG
(km) LEBAR
(m)
KONDISI 2013
Baik
(km)
Sedang
(km)
Rusak
(km)
1 Bangkalan - Batas
Kab. Sampang Bangkalan 46.38 4 - 8 12.77 27.61 6.00
2 Batas Kab. Bangkalan - Ketapang
Sampang 17.54 4 - 6 17.54 - -
3 Ketapang - Batas Kab.
Pamekasan Sampang 23.02 4 - 8 21.02 0.50 1.50
4 Batas Kab. Sampang -
Sotobar Pamekasan 5.68 4 - 2.40 3.28
5 Sotobar - Batas Kab. Sumenep
Pamekasan 12.32 4 - 12.32 -
6 Batas Kab. Pamekasan
- Sumenep Sumenep 35.30 4 - 6 12.36 22.94 -
7 Batas Kota Sumenep -
Pantai Lombeng Sumenep 26.45 4 - 7 3.52 2.28 20.65
TOTAL 166.69
67.21 68.05 31.43
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 24
Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional)
NO NAMA RUAS PANJANG
(km)
LEBAR
(m)
KONDISI
2012
1 Bts. Kota Sampang-Bts. Kab
Pamekasan 7.60 6 Baik
2 Bts. Kota Pamekasan-Bts. Kab.Sumenep
5.17 6 Baik
3 Bts. Kab. Pamekasan-Bts. Kota
Sumenep 26.78 6 Baik
4 Bts. Kota Sumenep - Kalianget 8.83 6 Baik
TOTAL 43.38
Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten)
NO NAMA RUAS PANJANG
(km)
LEBAR
(m)
Keterangan
1 Pembangunan Jembatan Sreseh-
Pangarengan, Cs 0.51 -
2 Pembangunan Jalan Modung-Sreseh 7.00 -
3 Pembangunan Jalan Lingkar Sampang
2.50 -
4 Pembangunan Jalan Kamal-Modung 30 4
TOTAL 40.01
2. Prasarana Perhubungan
Pulau Madura sebagai bagian dari kepulauan yang ada di Propinsi Jawa Timur
memiliki transportasi penghubung pula yang berfungsi menghubungkan wilayah di Pulau
Madura sebagai pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura, dengan
memanfaatkan jalur penyeberangan laut dan bandara udara Trunojoyo di Kabupaten
Sumenep. Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2029, pada saat ini
terdapat beberapa pelabuhan yang sudah dikembangkan di Pulau Madura meliputi :
Pelabuhan nasional di Sapudi, Sapeken dan Kangean di Kabupaten Sumenep.
Pelabuhan regional di Branta (Kabupaten Pamekasan), Telaga Biru (Kabupaten
Bangkalan), dan kalianget di Kabupaten Sumenep.
Pelabuhan lokal di Masalembu, Gayam dan Raas(Kabupaten Sumenep), Taddan
(Kabupaten Sampang), serta Sepulu di Kabupaten Bangkalan.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 25
Transportasi penyeberangan laut di Pulau Madura juga didukung dengan pelabuhan
penyeberangan yang terdapat di Tanjung Perak – Kamal (Bangkalan), Jangkar (Situbondo) –
Wilayah Sumenep, Kalianget – Ketapang, dan masih terdapat pelabuhan lainnya yang
digunakan sebagai transportasi penyeberangan. Pengembangan pelabuhan penyeberangan
kedepan diarahkan pada wilayah kepulauan dengan meningkatkan jalur pelayaran untuk
memberikan akses pada pulau-pulau khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep, dengan
memanfaatkan prasarana pelabuhan penyeberangan Kalianget.
Sistem transportasi antar pulau di wilayah Madura sangat penting karena jumlah
pulau kecil sangat banyak di wilayah Madura yaitu sebanyak 126 pulau dan yang
berpenghuni 48 pulau. Diantara 48 pulau yang berpenghuni tersebut, prasarana
perhubungan antar pulau belum memadai dan untuk itu dibutuhkan peningkatan prasarana
perhubungan dan pendukungnya. Pulau - pulau kecil yang merupakan simpul – simpul
utama perhubungan laut antar pulau, yaitu : Pulau Mandangin, Pulau Gili Raja, Poteran,
Pulau Sapudi, Pulau Ra’as, Pulau Sapekan, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Kangean, Pulau
Keramaian dan Pulau Masalembu.
Untuk transportasi udara, Pulau Madura memiliki bandara udara Trunojoyo yang
terletak di Kabupaten Sumenep. Pengembangan perhubungan udara di Wilayah Suramadu
direncanakan melalui peningkatan Kapasitas Bandar Udara Trunojoyo yang terletak di
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 26
Kabupaten Sumenep sebagai pintu gerbang kedua Pulau Madura selain Jembatan
Suramadu. Pengembangan bandara ini strategis untuk mobilitas angkutan transportasi
wilayah Timur Pulau Madura dengan kota kota di Pulau lain.
3. Air Baku
Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia di Pulau Madura sebesar 1.300
liter/detik saat ini belum dapat memenuhi perkiraan perkembangan dimasa yang akan
datang. Sedangkan potensi sumberdaya air yang tersedia mencapai 33.500 liter/detik.
Beberapa potensi sumber air baku di Pulau Madura antara lain:
Waduk/Embung
Beberapa potensi waduk yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Wilayah
Suramadu adalah Waduk Blega (Kabupaten Bangkalan), Waduk Klampis dan Waduk
Nipah (Kabupaten Sampang) dan Tambak Agung (Kabupaten Sumenep).
Mata Air
Terdapat beberapa titik mata air Kabupaten Bangkalan di wilayah bagian Utara
(Kec.Sepulu, Tanjung Bumi dan Klampis), di wilayah bagian Selatan (Kec.Modung,
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 27
Tragah dan Kwanyar), sedangkan wilayah bagian Tengah (Kec.Konang, Geger,
Tanah Merah dan Burneh), terdapat mata air atau sumber berkapasitas kecil yang
digunakan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari – hari.Sedangkan,
potensi mata air lainnya yang tersebar di keempat kabupaten merupakan sumber
mata air yang belum dimanfaatkan secara maksimal baik untuk penyediaan air
minum maupun air bersih.
Air Tanah
Beberapa sumber air tanah terdapat di Kabupaten Bangkalan bagian barat, selatan
dan sedikit di bagian utara yang digunakan untuk irigasi pertanian, air perkotaan dan
industri karena ditunjang dengan kondisi geologi dan dipengaruhi geohidrologi,
topografi dan morfologi. Cakupan sumber air tanah tersebut menyebar di berbagai
kecamatan lintas kabupaten yaitu di Kabupaten Sampang bagian utara (yang
berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan) dan Sampang bagian Selatan, Kabupaten
Pamekasan bagian Tengah dan Selatan, serta Kabupaten Sumenep bagian tengah
dan sedikit ke barat
4. Energi Listrik
Distribusi listrik Madura
berasal dari Jaringan Listrik Jawa-
Madura-Bali (Jamali) yang dipasok
Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Wilayah Madura masih mengalami
deficit listrik karena kebutuhan listrik
hingga tahun 2010 adalah sebesar
120 MW (media online, 14 januari
2010), namun baru dipasok 110 MW.
Pasokan listrik Jamali dialirkan melalui kabel bawah laut dari Gresik sebesar 80 MW
dan sisanya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berlokasi di Gili Timur,
Jaringan Sistem Interkoneksi JAMALI
Wilayah Jawa Timur
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 28
Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan sebesar 30 MW. Untuk sumber listrik di pulau –
pulau kecil Madura, umumnya masih menggunakan tenaga diesel dan pembangkit listrik
tenaga surya yang skala pelayanannya terbatas.Hal ini selain jarak antar pulau-pulau kecil
dengan pulau utama relatif jauh, pulau-pulau kecil tersebut sulit mendapatkan pasokan solar
pada kondisi iklim yang ekstrim terisolir.Hal ini mengakibatkan penyediaan tenaga listrik
sangat terbatas dan menjadi kendala utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat
yang umumnya bekerja sebagai nelayan.
1.1.7. Kawasan Potensial Wilayah Suramadu
Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan
dengan pusat – pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu – pintu outlet (lokal dan
regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, diidentifikasi 22 (dua puluh dua)
klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pusat – pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan klaster/kawasan diarahkan untuk
mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor – sektor strategis secara
berkelanjutan.
Sektor strategis dapat diartikan sebagai sektor – sektor yang mempunyai multiplier
effect (backward – forward linkages) yang besar yang mempunyai kemampuan secara
berkelanjutan dapat dikembangkan melalui investasi infrastruktur yang efisien.
Pengembangan sektor strategis Madura difokuskan pada sektor pertanian, perikanan dan
kelautan, pariwisata dan industri perdagangan jasa.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 29
Gambar 1.12 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu
1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN
1.2.1. Potensi Wilayah Suramadu
Wilayah Suramadu terdiri dari sebagian wilayah Kota Surabaya dan seluruh Wilayah
Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Karakteristik
perekonomian kedua wilayah tersebut sangat berbeda, dimana Kota Surabaya didominasi
dengan kegiatan perdagangan dan jasa, sementara itu di Wilayah Pulau Madura dengan
didominasi kegiatan berbasis sumber daya alam.
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 30
Pulau Madura memiliki potensi yang sangat besar terutama di sector pertanian,
perkebunan, peternakan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan industri kecil menengah.
Potensi Wilayah Madura akan lebih ekonomis dimanfaatkan secara terpadu dengan potensi
kawasan Surabaya dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan wilayah Suramadu sebagai
suatu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Adapun potensi wilayah Suramadu antara
lain:
Kawasan Suramadu merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan
Perkotaan Gerbangkertasusila yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) pertumbuhan ekonomi.
Pulau Madura memiliki potensi pertanian pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan darat dan perikanan laut serta pertambangan, yaitu:
- Produk perikanan Pulau Madura pada saat ini berkontribusi kurang lebih 60% dari
produk perikanan di Propinsi Jawa Timur
- Produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam
Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun)
- Produk ternak sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, dan produk
perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun.
Pengembangan industri lokal, seperti garam, kerajinan dan batik Madura, serta
potensi pengembangan industri berbasis pada pertanian pangan, perkebunan,
peternakan dan perikanan;
Potensi wisata budaya, religi dan alam yang didasarkan pada budaya lokal tersebar
lebih dari 30 destinasi wisata di Pulau Madura.
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 31
1.2.2. Permasalahan yang Dihadapi
Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam rangka percepatan
pengembangan di Wilayah Suramadu, yaitu :
1) Kesenjangan perkembangan antara Wilayah Madura dengan wilayah-
wilayah lain di Propinsi Jawa Timur
Kegiatan ekonomi di Wilayah Madura didominasi oleh kegiatan pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan. Hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan
dan pendidikan masyarakat sehingga migrasi penduduk dari Pulau Madura ke pusat
kota-kota lain khususnya Surabaya (termasuk didalamnya brain drain). Ketimpangan
pembangunan akan semakin tinggi dan menimbulkan masalah sosial dan lingkungan.
2) Ketersediaan infrastruktur yang terbatas, seperti jalan, listrik dan air baku
menyebabkan sulitnya perkembangan sektor-sektor penggerak
pertumbuhan ekonomi seperti industry dan perdagangan
Keterbatasan infrastruktur di wilayah Suramadu menjadi permasalahan penting, yang
seharusnya segera ditanggulangi untuk mempercepat pengembangan wilayah
Suramadu. BP-BPWS memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di
wilayah Suramadu.
Masih tingginya ketimpangan antar kawasan di wilayah Suramadu antara keempat
kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang,
Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan Kota Surabaya maupun
rata-rata wilayah di Provinsi Jawa Timur, sebagai akibat masih rendahnya
konektivitas antarwilayah di Pulau Madura dan belum meratanya ketersediaan
infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah
aksesibilitas pusat-pusat pertumbuhan kawasan. Pendekatan pembangunan
infrastruktur berbasis kawasan semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman
menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 32
isolasi wilayah. Sementara itu, ketersediaan infrastruktur pengairan merupakan
prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.
3) Belum memperoleh opini WTP dan dukungan manajemen yang optimal
Penyelenggaran catatan atas laporan keuangan di lingkungan BP-BPWS sudah cukup
baik, meskipun belum mendapatkan opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia. Selain itu, penataan kelembagaan BPWS, pengaturan ketentuan
ketentuan organisasi dan pelaksanaan tugas, rekrutmen personel profesional sangat
dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu organisasi BPWS yang dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif. Selain itu dukungan sarana dan
prasarana perkantoran yang memadai juga akan mengoptimalkan pelaksanaan
tugas. Untuk mendukung kecepatan ketersediaan informasi, diperlukan inventarisasi,
pencatatan, pelaporan BMN yang akurat serta pengamanannya dan pengelolaannnya
secara tertib, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar Deputi, Sekretariat dan
Divisi yang lebih baik.
4) Perlu ditingkatkan sinergitas koordinasi antar unsur pemerintah pusat,
daerah, swasta dan masyarakat
Sebagaimana instansi pemerintah lainnya, BPWS dalam mengembangkan kawasan
Suramadu memiliki keterbatasan anggaran. Oleh karena itu pelaksanaan
pengusahaan dan investasi perlu melibatkan pelaku usaha lokal terutama untuk
dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan
swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.
5) Kesenjangan ekonomi di wilayah Suramadu dan perlu penyamaan persepsi
dalam hal otonomi daerah
Tingkat perkembangan ekonomi Wilayah Madura yang relatif rendah dibanding
dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini dapat dilihat dari masih relatif
lambat dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Di sisi lain,
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 33
Pulau Madura memiliki potensi alam yang melimpah meliputi potensi sektor
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, maupun pariwisata.
Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah
Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten di
Wilayah Madura dan atau pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan
oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan
yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.
Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.
1.2.3. Isu Strategis dan Tantangan
Isu strategis yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah
Suramadu, yaitu:
a. Aspek Pengembangan Wilayah dan Ekonomi
Ketimpangan di antara Wilayah Suramadu merupakan salah satu isu strategis yang
meliputi lemahnya keterkaitan hubungan antara desa-kota, perbedaan nilai tambah
dari berbagai sektor pertanian, kurang berkembangnya kegiatan perindustrian lokal,
belum optimalnya pengembangan kegiatan ekonomi pertanian, perikanan dan
pariwisata Pulau Madura serta belum memadainya kapasitas dan kualitas
infrastruktur dan SDM. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan kawasan-kawasan
strategis di tingkat lokal yang berupa klaster-klaster potensi unggulan dan sentra-
sentra produksi, pengolahan dan pemasaran unggulan yang diharapkan dapat
menciptakan trickle down effect untuk pertumbuhan ekonomi Madura, yang
terintegrasi dengan kawasan strategis di tingkat propinsi (KSP) dan nasional (KSN).
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 34
b. Aspek Pengembangan SDM
Dilihat dari aspek kondisi sosial budaya masyarakat Madura saat ini, apabila dikaitkan
dengan pengembangan industrialisasi di Madura, maka beberapa isu strategis
pengembangan SDM di Madura adalah:
Pengembangan kawasan-kawasan strategis yang berupa pusat – pusat produksi
perlu mempertimbangkan prioritas pengembangan SDM dengan memperhatikan
kearifan lokal.
Tingkat pendidikan dan ketrampilan belum memenuhi kebutuhan industrialisasi
Pelaku ekonomi lokal sulit masuk dalam sektor modern baik karena kemampuan
investasi, kemampuan produksi dan lain sebagainya.
c. Aspek Pengusahaan dan Investasi
Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di wilayah Suramadu menjadi sangat
penting bagi perekonomian wilayah Suramadu karena dapat memberikan efek ganda
(multiplier effect) terhadap perekonomian yang cukup besar. Oleh karena itu
perubahan pola pikir (mindset) dalam pemahaman bahwa pembangunan ekonomi
wilayah membutuhkan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat (melalui BPWS
dan sektor) dan Daerah, dunia usaha (BUMN, BUMD dan swasta) dalam semangat
Suramadu Incorporated. Pengusahaan dan investasi kawasan Suramadu diharapkan
dapat memberikan ruang kepada pelaku usaha lokal terutama untuk dapat
meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan
swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam
pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.
d. Aspek Dukungan Sektor
Infrastruktur transportasi darat, laut dan udara menjadi sangat penting untuk
disediakan mengingat kondisi geografis Madura berupa kepulauan dengan disparitas
ekonomi antar kawasan yang sangat beragam. Tersedianya infrastruktur transportasi
akan memperlancar arus barang, manusia dan jasa, serta dapat menjadi
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 35
penghubung yang efisien antara sumber bahan baku (resource), pusat produksi dan
pasar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai akan
menciptakan konektivitas antar daerah bahkan antar pulau, termasuk daerah
terpencil dengan daerah terdekat bahkan dengan pusat pertumbuhan ekonomi. Pada
akhirnya tersedianya infrastruktur akan banyak membawa dampak posistif bagi
produktivitas industri, kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing.
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu bersifat multisektor dan multi
dimensi, sehingga perlu dukungan dan keterlibatan serta komitmen sektor terkait
secara optimal.
Tantangan yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah
Suramadu, yaitu:
a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Pulau Madura
Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk mendukung penelitian dan
pengembangan maupun kegiatan produksi pada sektor pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, industri dan jasa.
b. Perlu ditingkatkan sinergitas kooodinasi antar unsur pemerintah pusat,
daerah, swasta dan masyarakat
Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu merupakan lingkup penugasan yang
bersifat lintas sektor dan sinergi pusat dan daerah. Dukungan kebijakan pemerintah
baik pusat, propinsi, dan daerah (baik kebijakan sektoral maupun tata ruang) yang
sinergis sangat diperlukan untuk memperkuat pelaksanaan program/kegiatan
percepatan pengembangan Wilayah Suramadu.
c. Koordinasi, sinkronisasi program dan kerjasama antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pembangunan
dan pemeliharaan/pengelolaan infrastruktur
Program percepatan pengembangan Wilayah Suramadu perlu diintegrasikan dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan
BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 36
Jangka Menengah Daerah (baik propinsi maupun kabupaten/kota) serta
dikoordinasikan dengan sektor-sektor lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum,
Kementerian Perhubungan, PLN dan sektor lain yang terkait.
d. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi.
Peningkatan iklim yang kondusif untuk pengembangan investasi dan usaha sangat
penting untuk mendorong investasi masuk (baik investasi domestik maupun investasi
asing) dan mendorong berkembangnya usaha di wilayah Suramadu. Meningkatnya
investasi dan berkembangnya usaha sangat penting untuk mendorong aktivitas
perekonomian, karena dapat menggerakkan usaha lain yang terkait dan dapat
menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 37
BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 38
VISI, MISI, DAN TUJUAN
2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Visi dapat diartikan sebagai keadaan dari sesuatu yang diharapkan di masa yang
akan datang. Dalam konteks pengembangan wilayah Suramadu, visi dapat diartikan sebagai
keadaan wilayah Suramadu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dengan
memperhatikan arah kebijakan, strategi pembangunan dan penataan ruang Nasional,
Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Wilayah Suramadu, kondisi geografis, potensi
strategis Pulau Madura dan sosial budaya masyarakat, percepatan pengembangan wilayah
Suramadu, maka disusun visi jangka panjang percepatan pengembangan Wilayah Suramadu
sebagai berikut:
“Mendukung Percepatan Pembangunan Wilayah Suramadu Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah”
Berdasarkan visi pengembangan Wilayah Suramadu di atas, Badan Pelaksana BPWS
sesuai peran dan fungsinya mempunyai visi untuk mendukung percepatan pengembangan
Kawasan Suramadu khususnya untuk periode tahun 2015-2019 sebagai berikut:
“Terwujudnya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu
melalui Pembangunan Kawasan, Dukungan Sektor dan Kerjasama Dengan
Badan Usaha”
BAB
BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 39
2.2 MISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Untuk mewujudkan visi dan tugas dan fungsi BPWS seperti yang telah ditetapkan,
maka misi dari Badan Pelaksana – BPWS tahun 2015 – 2019 adalah:
1. Menyelenggarakan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor
dan lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang
optimal dan terpadu;
2. Menyelenggarakan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan
kawasan guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat
kawasan;
3. Menyelenggarakan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM guna mendukung
percepatan pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;
4. Menyelenggarakan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten,
terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance.
2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi pengembangan wilayah
Suramadu, tujuan yang ingin dicapai BP-BPWS dalam kurun waktu 2015 – 2019 adalah:
1. Meningkatkan dukungan pengusahaan sektor melalui fasilitasi, kerjasama sektor dan
lembaga donor guna mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang
optimal dan terpadu;
2. Meningkatkan pembangunan, pengelolaan, pengusahaan dan pemeliharaan kawasan
guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan manfaat kawasan;
3. Meningkatkan dukungan stimulasi pembangunan infrastruktur dan SDM guna
mendukung percepatan pengembangan wilayah, pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan;
BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 40
4. Meningkatkan dukungan manajemen internal yang akuntabel dan kompeten,
terintegrasi serta inovatif dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance;
2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Mengacu pada kondisi wilayah Suramadu, hasil pelaksanaan tahun 2011-2014 dan isu
strategis maupun permasalahan yang dihadapi, maka sasaran strategis BPWS diarahkan
kepada upaya percepatan pengembangan Wilayah Suramadu yang efektif untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan antar wilayah dengan tetap
memperhatikan kelestarian lingkungan. Dalam kaitan tersebut, sasaran strategis dari BP-
BPWS adalah sebagai berikut:
1. TUJUAN I, II, dan III didukung dengan sasaran strategis: Meningkatnya
pembangunan kawasan yang berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur, sarana dan prasarana yang terpadu, pengembangan
SDM lokal yang berkualitas, serta akses kawasan, dengan outcome:
Meningkatnya dukungan stimulan infrastruktur akses kawasan dan
pengembangan SDM lokal.
Adapun indikator sasaran startegis (ISS) kedua, antara lain :
- Jumlah pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana mendukung
kawasan (unit);
- Luas lahan yang dibebaskan (hektar);
- Persentase jumlah tenaga terampil bersertifikat yang terserap dalam
pasar kerja (%);
- Jumlah bidang pengusahaan (bidang).
2. TUJUAN IV didukung dengan sasaran strategis: Meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan SDM internal untuk meningkatkan kinerja BPWS,
BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 41
dengan outcome: Meningkatnya kualitas dukungan manajemen serta sarana
dan prasarana.
Adapun indikator sasaran strategis (ISS) pertama, antara lain :
- Opini laporan keuangan (nilai);
- Nilai akuntabilitas kinerja (nilai);
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 41
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 42
ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI
3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
3.1.1. Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019
Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang
berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara,
untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembangunan nasional Indonesia dijabarkan dalam perencanaan jangka panjang (20
tahun) dan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun perencanaan pembangunan
dalam tahapan-tahapan jangka menengah (5 tahun). Pembangunan nasional jangka
panjang dijabarkan dalam Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025. Pentahapan rencana pembangunan nasional
disusun dalam masing-masing periode jangka menengah atau disebut dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional sesuai dengan visi, misi, dan program
selama lima tahun kedepan.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional disusun sebagai penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.
BAB
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 43
RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program
kementerian/lembaga dan lintas kementerian/lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan,
serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh
termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Tahun 2015-2019 merupakan tahapan
pembangunan nasional ketiga yang ditetapkan melalui Presiden Republik Indonesia nomor 2
tahun 2015.
Visi pembangunan nasional tahun 2005 – 2025 sebagaimana tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025 adalah
“INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR”. Dalam mewujudkan visi
tersebut ditempuh melalui 8 (delapan) misi pembangunan nasional, yaitu:
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan
beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis yang berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Indonesia yang aman, damai dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional; dan
8. Mewujudkan Indonesia yang berperan penting dalam pergaulan dunia internasional.
Visi misi pembangunan nasional tersebut bertujuan untuk mewujudkan bangsa yang
maju, mandiri dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju
masyarakat adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai
ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, adil dan makmur pembangunan nasional
dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran – sasaran pokok.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 44
Dalam keterkaitan dengan pengembangan wilayah, arah pembangunan nasional
adalah mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui percepatan
pembangunan dan pertumbuhan wilayah – wilayah strategis dan cepat tumbuh khususnya
pada wilayah – wilayah yang pertumbuhan ekonominya rendah. Percepatan pengembangan
wilayah ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan
distribusi. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah,
serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama
antarsektor, antar pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam mendukung peluang
berusaha dan investasi di daerah.
Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005 - 2025
Sumber: UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005 - 2025
Dalam pembangunan jangka menengah ketiga (tahun 2015 – 2019), prioritas utama
dan strategi pembangunan nasional ditujukan untuk lebih memantapkan memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 45
kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta
kemampuan IPTEK. Sementara itu, visi yang ingin dicapai pada tahun 2015-2019 adalah
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
berlandaskan Gotong-royong”. Untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 7
(tujuh) misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritime, dan
mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan
Negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara
maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara maritime yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasis kepentingan nasional;
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam pembangunan jangka menengah ketiga tersebut, pembangunan Indonesia
pada tahan ke-III tahun 2015-2019 dijabarkan melalui visi, misi, agenda strategis dan
agenda prioritas pembangunan. Sesuai dengan agenda pembangunan nasional tersebut,
tugas dan fungsi BPWS dalam mempercepat pengembangan wilayah Suramadu, maka fokus
kebijakan dan strategi BPWS diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran 3 (tiga)
agenda prioritas, antara lain agenda ke-3, ke-6 dan ke-7.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 46
AGENDA 3 : Membangun Indonesia Dari Pinggiran Dengan Memperkuat Daerah-Daerah
Dan Desa Dalam Kerangka Negara Kesatuan
a) Pengembangan daerah tertinggal, difokuskan pada :
1. Promosi potensi daerah tertinggal untuk mempercepat pembangunan, sehingga
terbangun kemitraan dengan banyak pihak;
2. Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar publik;
3. Pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara
daerah tertinggal dan pusat pertumbuhan.
b) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan, difokuskan pada pengembangan ekonomi
kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota dengan strategi :
1. Mewujudkan dan mengembangkan sentra produksi, sentra industri pengolahan hasil
pertanian dan perikanan, serta destinasi pariwisata;
2. Meningkatkan akses transportasi desa dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
lokal/wilayah;
3. Mengembangkan kerjasama antar desa, antar daerah, dan antar pemerintah-swasta
termasuk kerjasama pengelolaan BUMDesa;
4. Membangun sarana bisnis/pusat bisnis di perdesaan;
5. Mengembangkan komunitas teknologi informasi dan komunikasi bagi petani untuk
berinteraksi dengan pelaku ekonomi lainnya dalam kegiatan produksi panen,
penjualan, distribusi, dan lain-lain.
c) Pengembangan kawasan strategis, melalui percepatan pengembangan pusat - pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi,
menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan
infrastruktur. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral
dan regional. Setiap wilayah akan mengembangkan potensi dan keunggulannya, melalui
pengembangan industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisata.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 47
1. Pengembangan potensi ekonomi wilayah dengan mengembangan pusat-pusat
pertumbuhan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan menciptakan banyak
kesempatan kerja serta melalui percepatan pembangunan ekonomi nasional berbasis
maritim (kelautan) di kawasan pesisir.
2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur di wilayah pertumbuhan, antar
wilayah pertumbuhan serta antar wilayah koridor ekonomi atau antar pulau melalui
percepatan pembangunan infrastruktur pelabuhan, kereta api, bandara, jalan,
informasi dan telekomunikasi, serta pasokan energi. Tujuan penguatan konektivitas
adalah untuk (a) menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi untuk
memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan melalui inter-modal
supply chained system; (b) memperluas pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland); (c) menyebarkan
manfaat pembangunan secara luas melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan
dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan.
3. Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK, melalui penyediaan SDM yang memiliki
kompetensi yang disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan industri di masing-
masing pusat-pusat pertumbuhan di daerah.
4. Peningkatan keterkaitan kota-desa bertujuan menghubungkan keterkaitan fungsional
antara pasar dan kawasan produksi. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi
sebagai berikut:
Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan
desa, serta antar pulau dengan: (a) mempercepat pembangunan sistem, sarana
dan prasarana transportasiyang terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk
memperlancar arus barang, jasa, penduduk, dan modal; (b) menerapkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi perdagangan dan
pertukaran informasi antar wilayah; (c) mempercepat pemenuhan suplai energi
untuk memenuhi kebutuhan domestik dan industri.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 48
Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui
pengembangan klaster khususnya kawasan agropolitan, minapolitan, pariwisata,
dan transmigrasi.
Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan kota-
desa dengan: (a) mengembangkan sistem perdagangan antar daerah yang
efisien; (b) Meningkatkan peran Pelayanan Terpadu Satu Pintu di daerah; (c)
mengembangkan kerjasama antardaerah khususnya di luar Jawa-Bali dan
kerjasama pemerintah-swasta; (d) mengembangkan forum dialog antar
stakeholder yang mendorong perwujudan kerjasama; (e) mengembangkan
pendidikan kejuruan untuk memperkuat kemampuan inovasi, dan kreatifitas
local.
5. Penanggulangan kemiskinan dengan strategi menguatkan konektivitas lokasi
pedesaan dengan pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi di
pedesaan yang dapat menghubungkan lokasi-lokasi produksi usaha mikro dan kecil
kepada pusat ekonomi terdekat.
AGENDA 6 : Meningkatkan Produktivitas Rakyat Dan Daya Saing Di Pasar Internasional
a) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
1. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendorong penguatan industri
nasional untuk mendukung sistem logistik nasional dan penguatan konektivitas
nasional dalam kerangka pendukung kerjasama regional dan global melalui
pengembangan pelabuhan-pelabuhan berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan
fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/coastal
shipping pada jalur logistic nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan
jalan raya.
2. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional
dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan melalui penyediaan
sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan provinsi,
kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasan-kawasan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 49
strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas keselamatan dan
keamanan transportasi, serta sarana transportasi yang disesuaikan dengan
karakteristik daerah.
3. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung
investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri, dan
pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi melalui
pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi yang mendukung
pengembangan industri dan pariwisata nasional sesuai dengan Rencana Induk
Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN), serta stimulasi pengembangan kawasan dan penguatan
konektivitas regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu).
b) Akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional melalui :
1. Peningkatan agroindustri, hasil hutan dan kayu, perikanan, dan hasil tambang
2. Akselerasi pertumbuhan industri manufaktur
3. Akselerasi pertumbuhan pariwisata
4. Akselerasi pertumbuhan ekonomi kreatif, serta
5. Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi
Agenda 7 : Mewujudkan Kemandirian Ekonomi Dengan Menggerakkan Sektor-Sektor
Strategis Ekonomi Domestik
a) Peningkatan Kedaulatan Pangan melalui :
1. Peningkatan kapasitas produksi padi dalam negeri
2. Peningkatan produksi bahan pangan lainnya
3. Peningkatan produksi perikanan, dan
4. Peningkatan layanan jaringan irigasi.
b) Peningkatan Ketahanan Air melalui :
1. Pemeliharaan dan pemulihan sumber air dan ekosistemnya
2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air bagi masyarakat
3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 50
c) Peningkatan Kedaulatan Energi diantaranya melalui peningkatan aksesibilitas energi di
wilalyah pulau-pulau dan desa terpencil.
d) Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan melalui :
1. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan
2. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan peran SDM dan IPTEK
kelautan
3. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan dan masyarakat pesisir
Selain dukungan terhadap ketiga agenda prioritas tersebut, percepatan
pengembangan Wilayah Suramadu juga bertujuan untuk mendukung arah kebijakan/strategi
pembangunan bidang dan pengembangan wilayah Jawa - Bali, yang meliputi :
AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA
DARI PINGGIRAN DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH – DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA
KESATUAN
6. KAMI AKAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN
DAYA SAING DI PASAR
INTERNASIONAL
7. KAMI AKAN MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN
MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
A G E N D A S T R A T E G I S P R I O R I T A S
1. MENGHADIRKAN NEGARA UNTUK MEINDUNGI SEGENAP BANGSA DAN MEMBERIKAN RASA
AMAN PADA SELURUH WARGA NEGARA
2. MEMBUAT PEMERINTAH TIDAK ABSEN DENGAN MEMBANGUN TATA KELOLA PEMERINTAH
YANG BERSIH, EFEKTIF, DEMOKRATIS DAN TERPERCAYA
3. MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA KESATUAN
4. MENOLAK NEGARA LEMAH DENGAN MELAKUKAN REFORMASI SISTEM DAN PENEGAKAN
HUKUM YANG BEBAS KORUPSI, BERMARTABAT DAN TERPERCAYA
5. MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP MANUSIA INDONESIA
6. MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN DAYA SAING DI PASAR INTERNASIONAL
7. MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR
STRTAEGIS EKONOMI DOMESTIK
8. MELAKUKAN REVOLUSI KARAKTER BANGSA
9. MEMPERTEGUH KE-BHINEKA-AN DAN MEMPERKUAT RESTORASI SOSIAL INDONESIA
BPWS MENDUKUNG
AGENDA 3, 6 DAN 7
AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA
DARI PINGGIRAN DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH – DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA
KESATUAN
6. KAMI AKAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN
DAYA SAING DI PASAR
INTERNASIONAL
7. KAMI AKAN MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN
MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
AGENDA PRIORITAS (NAWA CITA)
3. KAMI AKAN MEMBANGUN INDONESIA
DARI PINGGIRAN DENGAN
MEMPERKUAT DAERAH – DAERAH DAN
DESA DALAM KERANGKA NEGARA
KESATUAN
6. KAMI AKAN MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS RAKYAT DAN
DAYA SAING DI PASAR
INTERNASIONAL
7. KAMI AKAN MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN EKONOMI DENGAN
MENGGERAKKAN SEKTOR-SEKTOR
STRATEGIS EKONOMI DOMESTIK
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 51
I. Pembangunan Bidang Ekonomi
a) Industri melalui strategi penumpuhan populasi industry serta peningkatan daya
saing dan produktivitas
b) UMKM dan koperasi melalui strategi pembangunan peningkatan kualitas sumber
daya manusia, peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran
c) Pariwisata melalui strategi pemasaran pariwisata nasional, pembangunan destinasi
pariwisata, pembangunan industri pariwisata utamanya peningkatan partisipasi
usaha lokal serta meningkatkan keragaman/daya saing produk/jasa pariwisata
d) Penguatan investasi melalui strategi peningkatan efektivitas dan upaya promosi
investasi serta pengembangan investasi lokal
e) Tenaga kerja melalui strategi meningkatkan akses angkatan kerja kepada sumber
daya produktif serta mendorong pengembangan ekonomi pedesaan,
II. Pembangunan Wilayah dan Tata Ruang
a) Pembangunan desa dan kawasan pedesaan melalui strategi pembangunan sumber
daya manusia, pengembangan ekonomi kawasan pedesaan untuk mendorong
keterkaitan desa-kota.
b) Kawasan strategi melalui kebijakan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya dengan meningkatkan produktivitas
dan hilirasi komoditas unggulan yang terintegrasi dengan kawasan di sekitarnya,
memberikan fasilitasi pengembangan industri-industri pengolahan komoditas
unggulan di kawasan; meningkatkan konektivitas antarwilayah sekitarnya (desa,
daerah tertinggal, dan perbatasan) menuju pusat-pusat pertumbuhan lainnya;
mempercepat penyediaan infrastruktur yang mendukung pengembangan kawasan;
serta meningkatkan kemampuan pengelolaan kawasan di wilayah belakangnya
secara profesional.
c) Daerah tertinggal melalui strategi pengembangan mengembangkan perekonomian
masyarakat di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan nilai tambah sesuai
dengan karakteristik (bioregion) dan produk unggulan daerah, posisi strategis, dan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 52
keterkaitan antarkawasan yang meliputi aspek infrastruktur manajemen usaha,
akses permodalan, inovasi, dan pemasaran; meningkatkan aksesibilitas yang
menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui
pembangunan sarana dan prasarana transportasi; mempercepat pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pelayanan dasar publik, terutama di
bidang transportasi, air bersih, energi/listrik, telekomunikasi; meningkatkan
pembangunan infrastruktur di daerah pinggiran, seperti kawasan perbatasan dalam
upaya mendukung pembangunan daerah tertinggal; mendukung pengembangan
kawasan perdesaan dan transmigrasi sebagai upaya pengurangan kesenjangan
antarwilayah; meningkatkan koordinasi dan peran serta lintas sektor dalam upaya
mendukung pembangunan daerah tertinggal melalui pengembangan kawasan
perdesaan sebagai program pembangunan lintas sektor.
III. Pembangunan Bidang Penyediaan Sarana – Prasarana
a) Pembangunan prasarana dasar kawasan permukiman serta energi dan
ketenagalistrikan melalui penyediaan energi listrik untuk daerah-daerah terpencil
dan kepulauan.
b) Menjamin ketahanan air untuk mendukung ketahanan nasional melalui
pembangunan tampungan air skala kecil/menengah pada daerah krisis dan wilayah
strategis, pembangunan saluran pembawa air baku di wilayah tertinggal, strategis,
pulau kecil, kawasan terpencil serta daerah perbatasan.
c) Membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan
melalui percepatan pembangunan transportasi nasional untuk mendukung sistem
logistic nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global;
menjaga keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan
transportasi yang berorientasi lokal dan kewialyahan; membangun sistem dan
jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada koridor
ekonomi, kawasan industrk khusus, kompleks industri dan pusat-pusat
pertumbuhan lainnya di wilayah non koridor ekonomi sehingga memberikan nilai
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 53
tambah serta meningkatkan produktivitas nasional secara lebih berkualitas;
penyediaan sarana dan prasarana transportasi, seperti pembangunan jalan
provinsi, kabupaten/kota dan jalan non status yang menghubungkan kawasan-
kawasan strategis dan pusat-pusat pertumbuhan di daerah, berikut fasilitas
keselamatan dan keamanan transportasi, serta sarana transportasi yang
disesuaikan dengan karakteristik daerah; Meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan bandara melalui pembangunan dan pengembangan bandara terutama
yang berada pada pusat kegiatan nasional (ibukota propinsi), pusat kegaitan
wilayah dan wilayah yang mempunyai potensi ekonomi dan pariwisata;
meningkatkan kapasitas bandara di wilayah terpencil, pedalaman dan rawan
bencana dengan melakukan perpanjangan landasan serta pembangunan terminal
penumpang.
IV. Kebijakan Pengembangan Wilayah Jawa – Bali
a) Pengembangan kawasan strategis
Kebijakan pembangunan kawasan strategis bidang ekonomi di Wilayah Jawa-Bali
diarahkan menjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang memiliki skala ekonomi
dengan orientasi daya saing nasional dan internasional berbasis sektor industri dan
jasa nasional, pusat pengembangan ekonomi kreatif, serta sebagai salah satu pintu
gerbang destinasi wisata terbaik dunia, diarahkan untuk pengembangan industri
makanan-minuman, tekstil, peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan
besi baja.
Salah satu fokus lokasi pengembangan kawasan strategis di Wilayah Jawa-Bali
adalah pengembangan Wilayah Suramadu sebagai penggerak ekonomi daerah
pinggiran. Percepatan pembangunan kawasan strategis dilakukan melalui strategi
sebagai berikut:
1. Pengembangan potensi Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Madura,
Kawasan Kaki Jembatan Suramadu Sisi Surabaya, dan Kawasan Khusus di
Pulau Madura.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 54
2. Percepatan penguatan konektivitas melalui pembangunan jalan akses kawasan
industri di Madura menuju pelabuhan petikemas.
b) Pengembangan kawasan perkotaan
Kebijakan pembangunan kawasan perkotaan di Wilayah Jawa - Bali dilakukan
melalui berbagai strategi, diantaranya meningkatkan efisiensi pengelolaan kawasan
perkotaan Gerbangkertasusila (Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Gresik, Kabupaten Mojekerto, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bangkalan, Kota
Mojekerto).
c) Pengembangan desa dan kawasan pedesaan untuk mendorong keterkaitan desa-
kota melalui dukungan perwujudan sentra industri peternakan modern, sentra
industry pertanian organic maupun non organic di kawasan Pamekasan dan
Sampang.
d) Peningkatan keterkaitan kota dan desa di wilayah Jawa – Bali diarahkan dengan
memperkuat pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) atau Pusat
Kegiatan Lokal (PKL), yaitu kawasan Cibaliung dan Sekitarnya (Provinsi Banten),
Pamekasan dan sekitarnya (Provinsi Jawa Timur), Banyuwangi dan sekitarnya
(Provinsi Jawa Timur), serta Tabanan dan sekitarnya (Provinsi Bali). Kawasan-
kawasan ini mencakup kawasan agropolitan dan minapolitan, serta kawasan
pariwisata. Arah kebijakan dan strategi peningkatan keterkaitan desa-kota di
Wilayah Jawa - Bali adalah sebagai berikut :
1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil
dan desa, serta antar pulau
Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan Lintas Selatan Pulau
Jawa, Jalan Lintas Pulau Madura, Jalan Lintas Pulau Bali, jalan bebas
hambatan dan jaringan kereta api di Pulau Jawa, Pelabuhan Regional
Banyuwangi, Bandara Banten Selatan dan Banyuwangi, serta angkutan
penyebrangan yang melayani Pulau Madura dan Pulau Bali;
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 55
2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota
melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan, minapolitan, dan
pariwisata.
Mengembangkan sentra produksi dan pengolahan hasil pertanian di
Kawasan Cibaliung, Pamekasan, dan Tabanan-Bali, serta sentra produksi
dan pengolahan hasil perikanan dan kelautan di Kawasan Banyuwangi.
Meningkatkan akses desa-desa produksi menuju pusat pertumbuhan dan
simpul-simpul transportasi, pengembangan pasar, dan toko sarana dan
prasaran produksi.
3. Peningkatan tata kelola ekonomi lokal yang berorientasi kepada keterkaitan
desa-kota
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat mengenai
kelestarian daerah resapan serta mitigasi bencana, terutama di Kawasan
Perdesaan Pamekasan.
4. Pengembangan daerah tertinggal
Percepatan pembangunan daerah tertinggal dilakukan melalui strategi sebagai
berikut:
Pemerataan distribusi tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian
barat dan timur Pulau Jawa;
Peningkatan kapasitas tenaga pendidik diutamakan di Pulau Madura, bagian
barat dan timur Pulau Jawa;
Pemerataan distribusi tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura,
bagian barat dan timur Pulau Jawa;
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan diutamakan di Pulau Madura,
bagian barat dan timur Pulau Jawa;
Pengembangan kegiatan perekonomian sub-sektor perikanan laut, garam,
dan produk olahan laut diutamakan di Pulau Madura;
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 56
Pembangunan infrastruktur jalan dan sarana transportasi di desa-desa
terisolir khususnya di Pulau Madura, bagian timur, dan bagian barat Pulau
Jawa;
Pengembangan pelabuhan penyebrangan antarpulau;
Pembangunan sarana transportasi air di desa-desa terisolir bagian utara
Pulau Jawa;
Pengembangan bandara perintis di Pulau Madura.
5. Penanggulangan bencana di wilayah Bangkalan dan Pamekasan
Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur
KEGIATAN STRATEGIS JANGKA MENENGAH NASIONAL
PERHUBUNGAN UDARA
Pengembangan Bandara Sumenep
PERHUBUNGAN LAUT
Pengembangan Pelabuhan Taddan/Sampang
JALAN
Pembangunan Jalan Lintas Utara Madura (Bangkalan - Tj Bumi-Ketapang-Sotobar-Sumenep)
SUMBER DAYA AIR
Persiapan Pembangunan Waduk Blega Kab. Bangkalan
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 57
Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah Jawa – Bali
Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 58
Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015-2019 Sumber : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2015 tentang RPJMN 2015 – 2019
3.1.2. Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), penataan ruang wilayah nasional
bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan
berkelanjutan serta mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan
antarwilayah. Untuk mewujudkan penataan ruang tersebut, RTRWN memuat kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang yang diterjemahkan ke dalam struktur ruang dan pola ruang.
Arah kebijakan tata ruang nasional diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang terdiri atas tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional, yang
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 59
selanjutnya dijabarkan struktur ruang wilayah dan pola ruang wilayah. Dalam struktur ruang
wilayah terdiri atas sistem perkotaan nasional dan sistem jaringan pembentuk ruang wilayah
sedangkan pola ruang wilayah mencakup pembagian alokasi ruang beserta penjabaran
fungsi ruang/kawasan pembentuk didalamnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, Wilayah
Suramadu yang terdiri atas Kota Surabaya dan keempat kabupaten di Madura merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari struktur ruang kewilayahan nasional. Hal ini terlihat dari
beberapa kebijakan penetapan Wilayah Suramadu sebagai bagian dari Pusat Kegiatan
Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) maupun Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam
struktur ruang maupun beberapa rencana sistem jaringan di Wilayah Suramadu untuk
mendukung konektivitas antar wilayah sebagai upaya perwujudan percepatan pertumbuhan
ekonomi di Jawa Timur secara umum. Selain itu, rencana pengembangan Wilayah Suramadu
juga tercantum dalam rencana pola ruang nasional yang mencakup pengembangan
Kawasan Strategis Nasional (KSN) maupun Kawasan Andalan.
Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu
No. Kebijakan Pengaruh terhadap Pulau Madura
A Struktur Ruang
1 Sistem Perkotaan Nasional Perkotaan Bangkalan dan Surabaya merupakan bagian dalam Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila.
Perkotaan Pamekasan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Perkotaan Sampang dan Sumenep ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
2 Jalan Bebas Hambatan Direncanakan jalan bebas hambatan antar kota dengan jurusan
Surabaya-Madura
3 Pelabuhan sebagai simpul
transportasi Nasional
Pelabuhan Tanjung Perak dalam satu kesatuan dengan Tanjung
Bumi
B Pola Ruang
1 Kawasan Strategis
Nasional
Perkotaan Surabaya dan Bangkalan termasuk dalam Kawasan
Perkotaan Gerbangkertosusila ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) pertumbuhan ekonomi.
2 Kawasan Andalan Kawasan Gerbangkertosusila termasuk dalam kawasan andalan
nasional dengan sektor unggulan pertanian, perikanan, industri dan pariwisata.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 60
No. Kebijakan Pengaruh terhadap Pulau Madura
Madura dan Kepulauan termasuk dalam kawasan andalan nasional,
dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, industri, pariwisata dan perikanan.
Kawasan Laut Madura dan sekitarnya termasuk dalam kawasan andalan Nasional, dengan sektor unggulan perikanan,
pertambangan dan pariwisata.
Sumber: PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
3.1.3. Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan
Pendekatan pembangunan kewilayahan dalam mewujudkan visi pembangunan
nasional adalah melalui percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi sejalan dengan
rencana penataan ruang nasional. Pendekatan ini dilakukan dengan mendorong program –
program strategis yang tertuang dalam Masterplan Perluasan dan Percepatan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI). Strategi utama dalam pendekatan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi ini adalah :
a) Pengembangan koridor ekonomi yaitu pengembangan dan revitalisasi pusat – pusat
pertumbuhan di luar Jawa dan peningkatan pusat – pusat pertumbuhan di Pulau
Jawa.
b) Perkuatan konektivitas nasional. Hal ini dilakukan melalui sinergi antar pusat – pusat
pertumbuhan dan pembangunan infrastruktur dasar secara menyeluruh di wilayah
Indonesia;
c) Mempercepat kemampuan SDM dan Iptek Nasional. Untuk mendorong peningkatan
produksi di pusat – pusat pertumbuhan, perlu didukung inovasi teknologi dan SDM
ke arah pengembangan ekonomi (inovation driven economy).
Wilayah Suramadu mendukung Koridor Jawa sebagai koridor pendorong industri dan
jasa nasional. Industri dan jasa yang dikembangkan adalah industri manufacturing, tekstil,
permesinan transportasi, perkapalan, alutsista, telematika dan pengembangan metropolitan
Jabodetabek. Kota Surabaya dalam Koridor Jawa sebagai salah satu simpul utama
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 61
infrastruktur dibagian timur Jawa dengan pelabuhan utama internasional Tanjung Perak dan
jalur utama ke luar koridor ke arah selatan Surabaya, sedangkan ke arah timur menuju ke
Pulau Madura.
Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa
Sumber: Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025
3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH
3.2.1. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur
Dalam penjabaran visi, misi dan arahan percepatan pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura, perlu dilakukan tinjauan kebijakan yang mengacu pada arahan
pembangunan dan penataan ruang di Provinsi Jawa Timur. Kebijakan pembangunan daerah
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 62
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 tahun 2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Timur Tahun 2005 – 2025 dan
Dokumen Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 – 2019. Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah
mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 – 2031.
A. Arahan Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Jawa Timur ditetapkan
dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur nomor 1 Tahun 2009, dengan jangka waktu
perencanaan mulai tahun 2005 hingga tahun 2025. Selama jangka waktu perencanaan
tersebut, Provinsi Jawa Timur memiliki visi pembangunan sebagai Pusat Agrobisnis
Terkemuka, Berdaya Saing Global dan Berkelanjutan Menuju Jawa Timur
Makmur dan Berakhlak.
Dalam mewujudkan visi tersebut, misi Jawa Timur 20 (dua puluh) tahun kedepan
adalah :
1. Mengembangkan Perekonomian Modern Berbasis Agrobisnis, dicapai dengan
cara mendorong pergeseran Agrobisnis dari berbasis pada keunggulan komparatif
(comparative advantage) ke arah Agrobisnis yang didorong oleh keunggulan kompetitif
(competitive advantage) melalui pengembangan modal dan peningkatan kemajuan
teknologi pada setiap sub-sistemnya, serta peningkatan kemampuan sumber daya
manusia.
2. Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang Handal, Berakhlak Mulia dan
Berbudaya, dicapai dengan cara meningkatkan kualitas masyarakat Jawa Timur yang
berakhlak, berpendidikan, berdaya, inovatif, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Mewujudkan Kemudahan Memperoleh Akses Untuk Meningkatkan Kualitas
Hidup, dicapai dengan cara mengurangi kesenjangan sosial, kemiskinan,
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 63
pengangguran melalui kemudahan memperoleh akses terhadap berbagai bentuk
pelayanan sosial dasar masyarakat yang berkualitas.
4. Mengoptimalkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Buatan dicapai dengan
cara menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan hidup melalui penataan ruang yang berkelanjutan.
5. Mengembangankan Infrastruktur Bernilai Tambah Tinggi, dicapai dengan cara
pembangunan sarana dan prasarana wilayah untuk mendorong pengembangan
kawasan pusat-pusat produksi (agropolitan) dan distribusi (metropolitan) serta
mengurangi ketimpangan antar wilayah.
6. Mengembangkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dicapai dengan cara
membangun transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat serta peningkatan
kinerja pelayanan publik yang didukung profesionalisme aparatur, stabilitas politik,
ketentraman dan ketertiban serta konsistensi dalam penegakan hukum dan HAM.
Visi pembangunan Jawa Timur yang dilakukan melalui pelaksanaan misi dan strategi
pembangunan yang dilaksanakan melalui tahapan pembangunan jangka menengah dan
tahunan. Dalam penyusunan Rencana Strategi Badan Pelaksana – BPWS 5 (lima) tahun
kedua mengacu pada arahan pembangunan pada periodisasi tahap ketiga (2015 – 2019)
dalam RPJP Provinsi Jawa Timur. Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai
keberlanjutan pembangunan tahap pertama dan kedua, maka pembangunan tahap ketiga
ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di pelbagai bidang
dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu
dan teknologi yang terus meningkat. Tahap ini ditujukan untuk memantapkan kemajuan
daerah dan mengembangkan kesejahteraan.
Berpijak pada visi, misi dan arahan pembangunan RPJPD Provinsi Jawa Timur Tahun
2005-2025 pada tahap ke-3 tersebut, maka pembangunan daerah Provinsi Jawa Timur
ditandai makin dominannya peran pengetahuan dan penguasaan teknologi, serta diarahkan
63
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 64
pada upaya optimal pendayagunaan potensi sumber daya, sehingga kemajuan yang dicapai
menjadikan Jawa Timur lebih berdaya saing. Berpedoman pada arah pembangunan
tersebut, maka visi pembangunan lima tahunan kedua dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJM) Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019 adalah Jawa
Timur Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berdaya Saing dan Berakhlak.
Perwujudan visi lima tahunan tersebut, dijabarkan dalam misi pembangunan Provinsi Jawa
Timur sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan
2. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan berdaya saing,
berbasis agrobisnis/agroindustri dan industrialisasi.
3. Meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan, dan penataan ruang.
4. Meningkatkan reformasi birokrasi dan pelayanan publik.
5. Meningkatkan kualitas kesalehan sosial dan harmoni sosial.
Perumusan kebijakan umum pembangunan jangka menengah daerah bertujuan
menjelaskan cara yang ditempuh untuk menterjemahkan strategi ke dalam rencana
program-program prioritas pembangunan. Kebijakan umum pembangunan memberikan
arahan konkrit bagi penentuan program-program pembangunan yang berdaya ungkit dalam
menterjemahkan strategi yang telah ditetapkan. Kebijakan pengembangan Provinsi Jawa
Timur dijabarkan sebagai berikut :
I. Kebijakan Kewilayahan
Fokus pembangunan Jawa Timur pada tahun 2014-2019 diarahkan pada pemantapan
perkotaan Pusat Kegiatan Nasional sebagai metropolitan di Jawa Timur, pengembangan
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan peningkatan keterkaitan kantong-kantong produksi
utama di Jawa Timur dengan pusat pengolahan dan pemasaran sebagai inti
pengembangan sistem agropolitan serta dengan memantapkan pengembangan
kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunan kewilayahan. Fokus
tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secara fungsional dapat berperan
mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 65
II. Pengembangan Wilayah Jawa Timur yang Berorientasi pada Pertumbuhan Inklusif
Beberapa upaya pembangunan periode 2014 - 2019 yang berkaitan dengan kebijakan
pengembangan kewilayahan, diarahkan pada perluasan lapangan kerja, dan
memberdayakan perekonomian rakyat, terutama yang berbasis pertanian;
meningkatkan percepatan penanggulangan kemiskinan; meningkatkan aksesibilitas
pelayanan pendidikan yang murah dan bermutu; meningkatkan pelayanan kesehatan
yang murah dan berkualitas; meningkatkan pembangunan infrastruktur; serta
meningkatkan pemeliharaan kualitas lingkungan hidup, dan pengembangan
pembangunan berwawasan lingkungan.
III. Penetapan Klaster Kewilayahan
Klaster kewilayahan ditetapkan menjadi dasar sasaran kebijakan pengembangan
kewilayahan dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi,
infrastruktur, sosial dan budaya di seluruh wilayah Jawa Timur. Penetapan Klaster
dirumuskan berdasarkan arah pembangunan kewilayahan Jawa Timur yaitu sebagai
Pusat Agrobisnis terkemuka yang disinkronisasikan dengan arahan agenda
pembangunan Tahun 2014-2019 yang difokuskan pada pengembangan kawasan
strategis, utamanya kawasan strategis agropolitan, kawasan agroindustri, kawasan
metropolitan dan kawasan tertinggal.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 66
Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur
Sumber : Dokumen Rancangan Awal RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014-2019
Sesuai penugasan BPWS di Wilayah Surabaya-Madura, kebijakan dan arahan
pengembangan Klaster yang perlu menjadi acuan antara lain :
A. Klaster Agropolitan Madura
Pulau Madura dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai
Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Ekonomi, yaitu Kawasan Agropolitan
Madura (terdiri dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten
Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep), dan Kawasan Tertinggal (terdiri dari
Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bangkalan) sehingga
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 67
Klaster Agropolitan Madura ditetapkan pada Kabupaten Bangkalan, Kabupaten
Sampang, dan Kabupaten Sumenep, dengan arahan sebagai berikut:
a) Mendorong pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan
perikanan sebagai sektor utama dalam pertumbuhan ekonomi Pulau Madura,
b) Pengembangan Klaster agropolitan Madura berlandaskan pada keunggulan
sumber daya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable) dan
berkelanjutan (sustainable) dari aspek alam,
c) Pembangunan sektor agrobisnis di Pulau Madura yang didukung oleh
pembangunan infrastruktur kewilayahan dengan lebih merata tanpa tergantung
pada wilayah tertentu. Infrastruktur kewilayahan difokuskan pada peningkatan
produksi, distribusi, maupun pemasaran komoditas unggulan.
d) Pengembangan perdagangan dan jasa agrobisnis yang dapat mendukung
kegiatan perekonomian di kawasan agropolitan Madura
e) Perluasan produk dan peningkatan ekonomi masyarakat dengan upaya
mewujudkan keterkaitan pasar lokal dengan pasar regional sebagai
f) Peningkatan sumber daya manusia dengan fokus pada sektor agrobisnis,
khususnya inovasi riset yang mampu membuat keunggulan komparatif pada
sektor unggulan.
g) Penguatan koordinasi kelembagaan didalam Klaster Agropolitan Madura untuk
menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan,
h) Peningkatan kerjasama dengan pihak lain dalam pengembangan kawasan yang
mampu mendorong pembangunan sektor-sektor unggulan,
i) Menciptakan iklim investasi yang kondusif dari segi tatanan peraturan/regulasi,
keamanan, stabilitas sosial, penyediaan infrastruktur, serta kesiapan sumber
daya manusia.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 68
B. Klaster Metropolitan
Dalam arahan pengembangan kewilayahan ditetapkan sebagai berikut:
a) Rencana sistem perkotaan yang ditetapkan sebaga Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) yang memiliki fungsi pelayanan dalam lingkup nasional atau beberapa
provinsi meliputi Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Mojokerto – Surabaya
– Sidoarjo - Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang
b) Kawasan Strategis Provinsi Sudut kepentingan Ekonomi berupa Kawasan
Metropolitan yang berfokus pada pemantapan sektor industri, perdagangan, dan
jasa komersial yang terdiri dari koridor Metropolitan yang meliputi Kawasan Kaki
Jembatan Suramadu di Kabupaten Bangkalan, Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu di Kota Surabaya, Kawasan Pusat Bisnis (Central Bussines
District/CBD) Surabaya, High Tech Industrial Park (HTIP) di Kota Surabaya dan
Kabupaten Sidoarjo, Kwasan Industri Gempol di Kabupaten Pasuruan, Kawasan
Komersial di Lawang, Kawasan Pusat Bisnis Kota Malang, dan Pusat Pariwisata
Batu) Kota Surabaya.
C. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil berfungsi sebagai pemerataan dan sebagai
upaya untuk membuka akses pada wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang masih
belum terlayani di Provinsi Jawa Timur. Klaster Pesisir dan Pulau-pulau Kecil
diarahkan pada wilayah yang berada pada pesisir Jawa Timur dan wilayah
kepulauan dengan arahan strategi sebagai berikut:
a) Pengelolaan perairan wilayah laut
b) Peningkatan sektor unggulan pada wilayah pesisir dan pulau
c) Pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan sumber daya kelautan
dan merangsang investasi
d) Pemberdayaan masyarakat nelayan/pesisir.
e) Pelestarian dan pengelolaan plasma nutfah spesifik lokasi.
f) Pengawasan eksploitasi sumberdaya ikan di wilayah laut kewenangan propinsi.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 69
Berdasarkan arahan kebijakan pengembangan tersebut, agenda dan prioritas
pembangunan dalam RPJMD Jawa Timur 2015-2019 terkait dengan pengembangan
wilayah Surabaya dan Madura yaitu :
I. Agenda meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan
berkelanjutan, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta
pembangunan dan penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan;
II. Agenda memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan
perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang;
III. Prioritas Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur;
IV. Prioritas Pemeliharaan Kualitas dan Fungsi Lingkungan Hidup; serta Perbaikan
Pengelolaan Sumber Daya Alam, dan Penataan Ruang.
Sesuai dengan arahan pembangunan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014-2019,
dikaitkan dengan tugas percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sesuai
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 27 Tahun 2008 tentang BPWS, dalam tahap
kedua percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura tahun 2015 – 2019, penugasan
BPWS lebih menekankan pada pengembangan klaster/kawasan pendukung pengembangan
kewilayahan, pemberdayaan masyarakat dan pengembangan sumber daya manusia (SDM),
serta pengusahaan/investasi klaster/kawasan; yang berbasis sektor/komoditas unggulan di
Wilayah Surabaya-Madura. Pengembangan tersebut didukung dengan pengembangan
infrastruktur ekonomi yang sejalan dengan pengembangan kompetensi tenaga kerja
berbasis lokal.
B. Arahan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 –
2031, visi penataan ruang Provinsi Jawa Timur adalah Terwujudnya Ruang Wilayah
Provinsi Berbasis Agrobisnis dan Jasa Komersial yang Berdaya Saing Global
dalam Pembangunan Berkelanjutan. Dari visi tersebut, diharapkan sektor pertanian
menjadi salah satu sektor penggerak utama pembangunan di Jawa Timur yang dikemas
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 70
dalam bentuk agrobisnis, dimana agrobisnis merupakan sistem dan usaha kegiatan-kegiatan
pembangunan pertanian di kawasan agropolitan, terutama kawasan sentra produksi pangan
dan juga kawasan lain di sekitarnya. Pencapaian visi dikaitkan dengan penugasan BPWS di
Wilayah Surabaya-Madura tersebut dijabarkan kedalam arahan penataan ruang (spasial)
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
I. SISTEM PERKOTAAN
A. Sistem Perkotaan - Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKN adalah Kawasan Perkotaan Bangkalan, yang menjadi bagian dari
Kawasan Gerbangkertosusila. - Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKW
adalah Pamekasan.
- Kawasan perkotaan yang diarahkan untuk berfungsi sebagai PKL yakni Sumenep dan Sampang.
B. Sistem dan Fungsi
Perwilalyahan
- Wilayah Surabaya-Madura merupakan bagian dalam Wilayah
Pengembangan (WP) Germakertosusila Plus. - Wilayah Madura dan kepulauan diprioritaskan pada kegiatan
kesehatan dan pendidikan (Bangkalan), sektor perdagangan dan jasa (Bangkalan), pertanian tanaman pangan/peternakan/-
perkebunan (Sumenep, Pamekasan, Sampang), pariwisata
(Bangkalan, Sumenep dan Sampang), industri (Bangkalan, Pamekasan dan Sampang), perikanan dan tambak garam
(Sampang dan Pamekasan).
II. TRANSPORTASI
A. Transportasi Darat
- Jaringan Jalan
- Terminal
- Kereta Api
- Pengembangan jaringan jalan nasional (arteri primer) jalan bebas
hambatan Surabaya-Suramadu-Tanjung Buluhpandan - Pengembangan jaringan jalan provinsi (kolektor primer)
Bangkalan-Tanjung Bumi-Ketapang-Sotabar-Sumenep-Lombang; Sampang-Ketapang; Sampang-Omben-Pamekasan; dan
Pamekasan-Sotabar
- Pengembangan jaringan jalan strategis nasional Bangkalan-Pelabuhan Tanjung Bumi; Bangkalan-Tanjung Buluhpandan-
Ketapang-Sotabar-Sumenep; Kamal-Kwanyar-Modung-Sampang - Pengembangan jaringan jalan strategis provinsi Sampang-Ragung
dan Slopeng-Lombang
- Pengembangan Terminal Tipe A di Pamekasan, Sumenep dan Bangkalan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 71
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PROVINSI JAWA TIMUR TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
- Pengembangan Terminal Tipe B di Sampang - Rencana konservasi jalur kereta api dan stasiun Kamal-Bangkalan-
Sampang-Pamekasan-Sumenep
B Transportasi Laut - Pengembangan Pelabuhan pengumpul di Bangkalan dan Sumenep - Pengembangan Pelabuhan pengumpan di Pamekasan, Bangkalan,
dan Sumenep - Pengembangan Pelabuhan lokal di Sumenep, Sampang dan
Bangkalan
- Pengembangan Pelabuhan penyeberangan antar kabupaten/kota di Bangkalan dan Sumenep
- Pengembangan Pelabuhan penyeberangan dalam wilayah kabupaten/kota di Sumenep
C Transportasi Udara - Pengembangan Bandar udara pengumpan (Trunojoyo) dan Bandar
udara khusus (Pagerungan) di Sumenep
III. PRASARANA WILAYAH
A. Energi dan
Kelistrikan
- Pengembangan energi baru dan terbarukan di Bangkalan (energi
angin, gelombang laut, biogas, biomassa dan surya), Sumenep
(energi panas bumi, biogas, biomassa dan gelombang laut), Sampang (energi biogas, biomassa dan gelombang laut),
Pamekasan (energi gelombang laut, biomassa dan biogas) - Pengembangan jaringan transmisi 150 kV kabel Jawa Madura-
Suramadu dan Madura PLTU (Sampang-Pamekasan) - Pengembangan Gardu Induk (GI) 150/20 kV di Sumenep,
Bangkalan, Pamekasan
- Pengembangan jaringan pipa minyak dan gas bumi Kangean-Porong-Gresik
- Pengembangan sumber dan prasarana minyak dan gas bumi di Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep
B. Sumberdaya Air Pengembangan jaringan irigasi di wilayah Sungai Kep. Madura : - Waduk Nipah di Sampang
- Waduk Blega di Bangkalan
- Waduk Samiran di Pamekasan - Waduk Tambak Agung di Sumenep
Pengembangan jaringan air baku untuk: - SPAM regional PANTURA Sungai Bengawan Solo di bangkalan
Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang RTRW Prov Jatim
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 72
3.2.2. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Kota Surabaya
Kebijakan pembangunan Kota Surabaya mengacu pada Peraturan Daerah Kota
Surabaya Nomor 17 Tahun 2012 tentang RPJPD Kota Surabaya Tahun 2005-2025 dan
Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 18 tahun 2012 tentang RPJMD Kota Surabaya
Tahun 2010-2015. Sedangkan, kebijakan penataan ruang daerah mengacu pada rancangan
RTRW Kota Surabaya tahun 2010 – 2030.
A. Arahan Pembangunan Kota Surabaya
RPJPD Kota Surabaya tahun 2005 – 2025 menyebutkan pembangunan Kota
Surabaya memiliki visi Surabaya Kota Perdagangan dan Jasa Internasional
Berkarakter Lokal yang Cerdas, Bersih, Manusiawi dan Berbasis Ekologi.
Penjabaran visi tersebut dalam pembangunan lima tahunan ke-3 (tiga) tahun 2015 – 2019
yang merupakan periode pemantapan peran Kota Surabaya sebagai kota perdagangan dan
jasa internasional. Adapun misi dan arah kebijakan pembangunan Kota Surabaya periode
2015 – 2019 adalah :
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, melalui pemanfaatan TIK
yang terintegrasi dan handal, dengan memantapkan sarana dan prasarana, sistem
informasi penunjang peningkatan kualitas SDM aparatur, serta memantapkan kualitas
dan kuantitas pelayanan publik pada semua unit pelayanan.
2. Mewujudkan penataan ruang yang berbasis ekologi serta berorientasi pada
prinsip-prinsip berkeadilan dan berkelanjutan, dengan mengintegrasikan system
transportasi, infrastruktur, pengelolaan kawasan perdagangan dan jasa dan pesisir yang
tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan binaan (budidaya) dan alami (lindung).
3. Mewujudkan ketersediaan sarana dan prasarana berbasis ekologi, dengan
meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan dan jasa
nasional maupun internasional, pengoptimalan sistem dan pelayanan jaringan
transportasi (darat, laut dan udara) secara terpadu, serta peningkatan upaya
pengembangan energi yang ramah lingkungan.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 73
4. Mewujudkan perekonomian daerah berbasis potensi ekonomi lokal yang
mandiri, dengan meningkatkan dan pengoptimalan sumber penerimaan daerah secara
efektif dan efisien, serta peningkatan daya tarik pariwisata.
5. Mewujudkan pola kerjasama yang sinergis dalam menciptakan perekonomian
yang berkeadilan dan beretika, dengan mewujudkan efisiensi dan efektifitas
perdagangan serta pemerataan kesempatan akses ke sumberdaya produktif.
6. Mengembangkan kearifan lokal sebagai modal sosial warga kota dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan,
dengan mewujudkan peningkatan kreatifitas masyarakat berkarakter lokal.
7. Mewujudkan pemerataan aksesibilitas pendidikan, kesehatan dan pelayanann
sosial yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat, dengan pemenuhan
sarana dan prasarana kesehatan yang berkualitas dan mudah dijangkau oleh
masyarakat.
8. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan kaum rentan sosial dalam meningkatkan kualitas
hidup, dengan memantapkan kesetaraan gender, kapasitas kelembagaan dan SDM.
Pada periode kedua rencana pembangunan jangka menengah Kota Surabaya yaitu
tahun 2010 – 2014 diarahkan pada penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana
drainase kota dan sistem sanitasi yang terintegrasi; pengembangan infrastruktur dan sistem
transportasi sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi; perkuatan kompetensi dan daya saing pelaku usaha;
peningkatan kerjasama dengan wilayah-wilayah sekitar dalam upaya penggalian potensi
perdagangan dan jasa serta pengembangan dengan swasta dan masyarakat;
pengembangan kemampuan dan kompetensi masyarakat untuk mengembangkan seni dan
budaya lokal dan mendorong pengembangan industri kreatif.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 74
B. Arahan Penataan Ruang Kota Surabaya
Dalam rangka percepatan pengembangan wilayah Suramadu, pembangunan Pulau
Madura dapat didorong melalui pengembangan infrastruktur dan sistem transportasi yang
sejalan dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa.
Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota Surabaya Terhadap Pengembangan
Wilayah Suramadu
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN KOTA SURABAYA TERHADAP
PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA
I. SISTEM PERKOTAAN
A Orde Perkotaan - Kota Surabaya secara regional termasuk dalam PKN yaitu termasuk dalam Kawasan Perkotaan Metropolitan GERBANGKERTOSUSILA
(Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan). - Kota Surabaya sebagai PKN mempunyai fungsi pelayanan nasional dan
internasional, pusat kota dan regional, sub pusat kota dan pusat unit pengembangan (desentralisasi pusat – pusat perdagangan dan jasa)
B Hirarkhi Perkotaan - Kota Surabaya sebagai pusat pelayanan nasional dan internasional
- Kecamatan Pabean Cantikan, Krembangan, Semampir, Simokerto, Bubutan, Genteng dan Tegalsari sebagai pusat pelayanan kota dan
regional
- Wilayah Kandangan (Benowo) sebagai pusat sub kota barat, kawasan Segi-8Darmo sebagai pusat sub kota tengah, wilayah Klampis sebagai
pusat sub kota timur. - Kecamatan Tambak Wedi sebagai Unit Pengembangan untuk
pengembangan perdagangan, jasa, permukiman dan wisata.
- Pengembangan wisata pesisir disekitar Kenjeran
II. TRANSPORTASI
A. Transportasi Dar at
- Jaringan Jalan
- Terminal
- Pengembangan jalan lingkar timur tengah (middle east ring road)
- Pengembangan jalan akses Suramadu - Pengembangan jalan akses Suramadu ke Pelabuhan Tanjung Perak
- Pengembangan Terminal Tipe A dan Terminal barang di jalan akses Suramadu
B. Transportasi Laut - Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak dan Teluk Lamong sebagai
satu kesatuan sistem
C Transportasi Udara - Pengembangan jalan akses ke Bandara yang terintegrasi dengan sistem jaringan kereta api
III. PRASARANA WILAYAH
A. Kelistrikan - Pengembangan Gardu Induk PLN pada kawasan – kawasan baru yang
dikembangkan
B. Sumberdaya Air - Mata Air : Umbulan
- Sungai : Air Kali Surabaya
Sumber: Bappeko Surabaya, 2011
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 75
3.2.3. Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura
Kebijakan arahan pembangunan dan penataan ruang di Wilayah Madura dituangkan
dalam Peraturan Daerah dan rangan awal pembangunan jangka menengah.
A. Arahan Pembangunan di Wilayah Madura
Kebijakan pembangunan Pulau Madura diidentifikasi dari masing – masing arah
kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan,
Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Secara umum, arah pembangunan empat kabupaten
di Pulau Madura ditekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan ekonomi berbasis ekonomi lokal dan
peningkatan dukungan infrastruktur, sarana dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi.
Secara ringkas, arahan kebijakan pembangunan empat kabupaten di Pulau Madura
disampaikan pada tabel berikut :
Tabel 3.5 Kebijakan Pembangunan Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura
NO. RENCANA
PEMBANGUNAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA
KABUPATEN BANGKALAN
1. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang
Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Bangkalan periode tahun 2005 – 2025 diarahkan pada peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia, perwujudan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan, dan pembangunan sarana prasarana wilayah penunjang
yang berkelanjutan bagi terciptanya iklim investasi yang mendorong
pembangunan daerah.
2. Rencana
Pembangunan
Jangka Menengah
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Bangkalan periode
2010 – 2014 diarahkan untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang religius dengan didukung oleh tingkat kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat yang baik, peningkatan pembangunan ekonomi
kerakyatan dalam mendukung ekonomi daerah dan investasi, pembangunan infrastruktur yang strategis dan berimbang dengan
mempertimbangkan aspek tata ruang dan lingkungan, peningkatan pendayagunaan sumber daya alam meliputi pertanian dalam arti luas
(pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan
kelautan) yang berorientasi kemakmuran rakyat, peningkatan dan melestarikan serta mengembangkan potensi budaya dan peningkatkan
partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 76
NO. RENCANA
PEMBANGUNAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA
KABUPATEN SAMPANG
1. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sampang tahun 2005 –
2025 diarahkan pada peningkatan hidup sehat dan sejahtera dengan air minum berkualitas dalam kondisi sanitasi lingkungan yang bebas dari
pencemaran, banjir dan berwawasan lingkungan, pengembangkan SDM yang religius, cerdas, mandiri dan berdaya saing, pengembangan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan berbasis sumber daya lokal,
pensinergian kehidupan sosial, berbudaya dan berpolitik untuk mewujudkan masyarakat yang madani dan pengelolaan ruang kegiatan
bagi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya yang harmonis, terintegrasi, dan terpadu.
2. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sampang periode
2008 – 2013 diarahkan pada pengembangan keterkaitan sektor primer dengan sektor sekunder dan sektor tersier berbasis sumber daya lokal,
pengembangan kualitas dan kuantitas SDM yang sejalan dengan pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat, dan
Pemerataan pelayanan aktivitas perekonomian di seluruh wilayah
Kabupaten melalui pengembangan infrastruktur transportasi darat dan transportasi laut (pembangunan dan revitalisasi pelabuhan) dan
pengembangan infrastruktur untuk menunjang kegiatan pariwisata.
KABUPATEN PAMEKASAN
1. Rencana
Pembangunan Jangka Panjang
Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Pamekasan tahun 2005
– 2025 diarahkan pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat dengan kewajiban menjalankan
keyakinan/syariat agama bagi pemeluk-pemeluknya, peningkatan kualitas
sumber daya manusia, peningkatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan potensi daerah,
dan penegakan Supremasi hukum dan hak asasi manusia.
2. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Pamekasan periode 2013-2018 diarahkan pada Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan
yg efektif dan efisien, Peningkatan layanan prima terkait dengan adminstrasi kependudukan, Meningkatnya ketaqwaan dan kerukunan hidup
umat beragama, Peningkatan layanan prima penerbitan ijin lokasi,
mengembangkan sistem informasi dan komunikasi berdasis pada pengembangan TI.
KABUPATEN SUMENEP
1. Rencana Pembangunan
Jangka Panjang
Rencana pembangunan jangka panjang Kabupaten Sumenep tahun 2005 – 2025 diarahkan pada pengembangan sistem ekonomi kerakyatan,
peningkatan kualitas pelaku usaha dan pengembangan UMKM yang
mempertimbangkan kebutuhan lokal, serta mampu bersaing di tingkat
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 77
NO. RENCANA
PEMBANGUNAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN DI WILAYAH MADURA
regional, nasional, dan bahkan internasional, pengembangan pola
pengelolaan SDA, peningkatan pembangunan di wilayah kepulauan, pengembangan SDM yang berorientasi pada keahlian dan keterampilan
dengan dilandasi nilai-nilai agama dan budaya yang mampu bersaing di
tingkat regional dan nasional bahkan dunia internasional, dan pewujudan ketersediaan infrastruktur dasar masyarakat yang merata dan berkualitas.
2. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah
Rencana pembangunan jangka menengah Kabupaten Sumenep periode
2015 – 2019 diarahkan pada pengembangan ekonomi lokal berbasis pertanian, perikanan dan industri kecil dan berorientasi agribisnis dan
ketahanan pangan, industrialisasi dan eksplorasi SDA berbasis SDM Masyarakat Lokal, peningkatan infrastruktur pemenuhan kebutuhan
masyarakat (listrik, air bersih) dan infrastruktur ekonomi yang mendukung kegiatan ekonomi – produksi, pembangunan infrastruktur (listrik dan air
bersih), jaringan transportasi darat dan laut di wilayah Kepulauan sejalan
dengan peningkatan pengelolaan SDA, dan peningkatan sarana dan prasarana sektor kelautan dan perikanan.
Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten
Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, 2014
B. Arahan Penataan Ruang di Wilayah Madura
Dalam sistem perkotaan nasional, empat kabupaten di Pulau Madura mempunyai
fungsi perkotaan yang berjenjang. Perkotaan Bangkalan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dalam satu kesatuan dengan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila,
Perkotaan Pamekasan berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan Perkotaan
Sampang serta Perkotaan Sumenep berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dengan
fungsi tersebut, arahan kebijakan pengembangan ruang pada masing-masing kabupaten di
Pulau Madura disampaikan pada tabel berikut:
Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten - Kabupaten di Wilayah Madura
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
KABUPATEN BANGKALAN
I. Sistem Perkotaan
a. Orde Perkotaan - Kawasan perkotaan di Kecamatan Labang sebagai pusat regional
dan merupakan kawasan perkotaan metropolitan Bangkalan - Kecamatan Klampis, Kecamatan Tanjung Bumi, Kecamatan Blega
dan Kecamatan Tanah Merah termasuk dalam Orde K1 - Kutub pertumbuhan desa/ kelurahan terdapat pada kawasan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 78
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
perkotaan masing-masing kecamatan termasuk dalam orde K2
- Area hinterland dari orde K1 dan K2 termasuk dalam orde K3 - Desa – desa berada di luar pengaruh secara langsung
perkembangan wilayah kota di Ibukota Kecamatan (IKK) di
Kabupaten Bangkalan dan memiliki akses berupa jalan lokal sekunder atau jalan desa termasuk dalam orde K4
b. Hirarkhi Perkotaan Kecamatan Bangkalan dan Kecamatan Labang sebagai Kawasan
Perkotaan Metropolitan Bangkalan
Kecamatan Klampis sebagai Kawasan Pengembangan Metropolitan
Bangkalan Ibu kota kecamatan lain di Kab. Bangkalan sebagai Kawasan
Perkotaan Kecil
II. Transportasi
a. Transportasi Darat
Jaringan Jalan Pengembangan Tol Suramadu-Bangkalan Utara
Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan Surabaya-
Bangkalan-Sampang Pengembangan jaringan jalan Interchange Burneh-Arosbaya-
Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Modung (Kecamatan Klampis)
Terminal Pengembangan terminal penumpang tipe A pada kawasan Interchange Burneh dan Tragah
Sistem Kereta Api Revitalisasi jalur Kamal-Pamekasan-Sumenep
b. Transportasi Laut Arahan pengembangan pelabuhan Petikemas Tanjung Modung-
Bulupandan di Kecamatan Klampis sebagai Pelabuhan Petikemas Internasional
Arahan pengembangan pelabuhan Telaga Biru di Kecamatan
Tanjungbumi yang dikembangkan menjadi Pelabuhan Regional
Arahan pengembangan Pelabuhan Pengembangan pelabuhan Sepulu sebagai pelabuhan lokal
III. Infrastruktur-Prasarana
a Telekomunikasi Pengembangan prasarana telematika dengan penyediaan tower
BTS (Base Transceiver Station) di pedesaan dan sistem telekomunikasi kabel pada semua kawasan di Kabupaten
Bangkalan
b Sumberdaya Air Pengembangan sarana air bersih untuk mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah Pengembangan hutan sebesar 30% dari luas DAS Blega untuk
perlindungan terhadap DAS Blega
c Kelistrikan Penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik di Kabupaten
Bangkalan
Pengembangan dan mengoptimalkan pelayanan listrik di
Kabupaten Bangkalan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 79
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
d Pengelolaan
Lingkungan
Pengembangan TPA skala regional di Kecamatan Tanahmerah
KABUPATEN SAMPANG
I. Sistem Perkotaan
a Orde Perkotaan
Sampang dan Ketapang termasuk dalam kota orde I (pusat
pelayanan utama) Torjun termasuk dalam kota orde II (pusat pelayanan wilayah)
Sreseh, camplong, Tambelangan, Jrengik, Omben, Banyuates dan
Sokobanah termasuk dalam kota orde III (pusat pelayanan sub
wilayah/distrik) Kedungdung dan Robatal termasuk dalam kota orde IV (pusat
pelayanan lokal)
Pembagian SWP ditetapkan menjadi 4 wilayah yaitu Sampang
selatan (pengembangan wilayah kabupaten bagian selatan), Sampang tengah bagian barat (kutub pertumbuhan bagian barat),
Sampang tengah bagian timur (kutub pertumbuhan wilayah bagian
timur) dan Sampang utara (kutub pertumbuhan sampang bagian utara).
II. Transportasi
a Jaringan Jalan Pengembangan jalan arteri primer: Banyuates – Ketapang –
Sokobanah dan Jrengik – Torjun – Sampang - Camplong Pengembangan jalan kolektor sekunder: Ketapang – Robatal –
Kedungdung – Sampang. Selain itu juga diperlukan perencanaan
jalan lingkar kolektor sekunder lain untuk pengembangan wilayah
kota juga untuk mengatasi lalu lintas yang padat yang melalui kawasan pusat kota
. Pengembangan jalan lokal primer: Menghubungkan Ibukota
Kecamatan dengan Pusat Desa
Pengembangan sub-sub terminal baru disetiap kecamatan di
Kabuaten Sampang
b Sistem Kereta Api Rencana pengfungsian kembali jaringan jalan kereta api yang menghubungkan Bangkalan-Sumenep (melewai Kabupaten
Sampang) bila nantinya pada Pulau Madura bermunculan kawasan-
kawasan industri maupun kegiatan-kegiatan lain yang mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi.
c Transportasi Laut Rencana peningkatan fungsi dari pelabuhan Branta II, Pelabuhan
Pangarengan dan Pelabuhan Nepa
d Transportasi
Sungai
Transportasi sungai di Kabupaten Sampang terdapat di Kecamatan
Sreseh
e Transportasi Udara Arahan lokasi lapangan udara pada lokasi Sokobanah
III. Prasarana
a Kelistrikan Perkiraan kebutuhan kelistrikan untuk Kabupaten Sampang sampai
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 80
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
dengan tahun 2009/2010 adalah sebesar 120.418,75 Kva.
b Air Bersih dan
Pemanfaatan Air Baku
Kebutuhan volume total air minum hingga tahun 2009/2020 sebesar
91.004.259,38 (liter/perhari) dengan kebutuhan debit (liter/detik)adalah sebesar 1.053.290.
Pengembangan sistem penyimpanan air dalam bentuk embung untuk daerah/wilayah yang cukup jauh dari waduk Klampis dan
Nepa
c Telekomuni Kasi
Kebutuhan fasilitas telepon sampai dengan tahun 2009/2010 di Kabupaten Sampang adalah sebesar 719 satuan sambungan untuk
telepon umum dan 14.381 satuan sambungan untuk telepon
komersial/rumah tangga.
d Drainase Pembuatan kanal-kanal secara alami tanpa plengsengan untuk
wilayah yang belum terjangkau pelayanan sistem drainase secara
formal .
KABUPATEN PAMEKASAN
Sistem Perkotaan
a Orde Perkotaan Kawasan perkotaan Pamekasan termasuk dalam perkotaan Orde I
Kawasan perkotaan Galis dan Tianakan termasuk dalam perkotaan
Orde II
Kawasan perkotaan Pakong dan Waru termasuk dalam perkotaan
Orde III Kawasan perkotaan Pasean, Proppo, Larangan, Pademawu,
Pegantenan, Palengaan, Kadur dan Batumarmar.
Pembagian SSWP ditetapkan menjadi sebagai berikut;
4. SSWP I bagian selatan (pusat pengembangan di Pamekasan dan wilayah pendukungnya adalah Kecamatan Pamekasan,
Pademawu, Galis, Larangan, Proppo dan Tlanakan);
5. SSWP II bagian tengah (pusat pengembangan di Pakong dan wilayah pendukungnya meliputi Kecamatan Pegantenan,
Palengaan, Kadur dan Pakong); SSWP III bagian utara (pusat pengembangan di Waru dan wilayah
pendukungnya meliputi Kecamatan Waru, Pasean, dan
Batumarmar)
b Transportasi Rencana pengembangan jaringan jalan
a. rencana jaringan jalan Nasional meliputi: 1) ruas jalan Nasional sebagai arteri primer yang sudah
dikembangkan di Pulau Madura terdiri atas ruas Kamal –
Bangkalan – Sampang – Pamekasan – Sumenep – Kalianget; dan
2) rencana pengembangan lintas utara dari jalan Provinsi menjadi jalan nasional (arteri primer) terdiri atas ruas
Bangkalan – Ketapang – Sotabar – Pasongsongan – Sumenep – Pantai Lumbang.
b. rencana jaringan jalan Provinsi meliputi ruas jalan Provinsi
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 81
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
sebagai jalan kolektor primer yang sudah dikembangkan di
Pulau Madura yang melintasi Kabupaten Pamekasan meliputi ruas Pamekasan – Sotabar – Sampang – Omben – Proppo –
Pamekasan; dan rencana jaringan jalan Kabupaten.
Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api
a. arahan pengembangan jalur perkeretaapian Bangkalan – Kamal – Sampang – Pamekasan – Sumenep dan Penyambungan
jaringan jalur perkeretaapian Pulau Madura ke jaringan perkeretaapian di Surabaya.
b. revitalisasi jalur Kamal – Pamekasan – Sumenep dan
menghidupkan kembali jalur rel Kereta Api Mati Bangkalan – Sampang – Pamekasan.
c. rencana pengembangan stasiun kereta api kelas I dikembangkan di Kecamatan Pamekasan
Rencana pengembangan pelabuhan
a. Pengembangan Pelabuhan Branta di Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan sebagai pelabuhan pengumpul sehingga
dapat meningkatkan layanan keluar-masuk barang melalui
pelabuhan tersebut. b. Merencanakan pelabuhan baru meliputi:
1) pelabuhan pengumpan di Talang Siring yang terletak di Desa Montok Kecamatan Larangan untuk melayani
transportasi dari Daerah ke Pulau Jawa;
2) pelabuhan pengumpan di Desa Pagagan Kecamatan Pademawu untuk melayani angkutan barang dan sapi dari
Daerah menuju Pasuruan dan Situbondo; dan 3) pelabuhan pengumpul di Desa Batu Kerbuy Kecamatan
Pasean untuk melayani transportasi laut dari Daerah ke Kalimantan.
Rencana pengembangan terminal
a. rencana pengembangan terminal angkutan penumpang,
meliputi: 1) peningkatan pelayanan terminal tipe B menjadi tipe A di
Kecamatan Tlanakan; 2) peningkatan pelayanan terminal tipe C menjadi tipe B di
Kecamatan Waru
3) rencana terminal Tipe C yang terdapat di Kecamatan Pademawu, Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Galis,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Proppo, Kecamatan Kadur, Kecamatan Palengaan, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Pakong, Kecamatan Batumamar dan Kecamatan Pasean.
b. rencana pengembangan terminal angkutan barang terdapat di
Desa Larangan Tokol Kecamatan Tlanakan.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 82
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
c Prasarana Rencana Pembangunan industri kelistrikan dalam bentuk
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Kecamatan Tlanakan.
Rencana Pengembangan jaringan air baku untuk air bersih melalui
pengelolaan air permukaan, pengembangan air baku dari sumber mata air (di Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Pademawu,
Kecamatan Larangan, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Pasean, Kecamatan Proppo, Kecamatan Tlanakan, Kecamatan Waru, Kecamatan Batumarmar, dan Kecamatan
Palengaan); pembangunan prasarana air berupa pipanisasi air bersih (Kecamatan Pasean, Kecamatan Waru, Kecamatan
Batumarmar, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pegantenan,
Kecamatan Palengaan, Kecamatan Kadur, dan Kecamatan Larangan); pembangunan prasarana air berupa bak penampung
air (Kecamatan Proppo, Kecamatan Pakong, Kecamatan Pamekasan, Kecamatan Pagentenan, Kecamatan Larangan dan
Kecamatan Palengaan).
KABUPATEN SUMENEP
I. Sistem Perkotaan
a Orde Perkotaan Pembagian SSWP di Kabupaten Sumenep adalah:
1. Sub SWP I, meliputi Kecamatan-kecamatan Sumenep, Gapura,
Saronggi, Talango dan Kalianget dengan pusatnya Sumenep. Kegiatan utama: Pertanian, Industri Kecil, Pendidikan, Pariwisata,
Perdagangan dan Penggaraman 2. Sub SWP II, meliputi kecamatan-kecamatan Ganding, Lenteng,
Guluk-guluk dengan pusatnya Ganding. Kegiatan utama: Pertanian, Perkebunan, Perikanan, dan
Pendidikan
3. Sub SWP III, meliputi Kecamatan-kecamatan Pasongsongan, Ambunten dan Rubaru dengan pusatnya Pasongsongan.
Kegiatan utama: Perikanan, Perkebunan, dan Holtikultura 4. Sub SWP IV, meliputi Kecamatan-kecamatan Batang-batang,
Batuputih dan Dungkek dengan pusatnya Batang-batang.
Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil dan Pariwisata.
5. Sub SWP V, meliputi Kecamatan-kecamatan Manding dan Dasuk dengan pusatnya Manding.
Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Pariwisata dan Holtikultura
6. Sub SWP VI, meliputi Kecamatan-kecamatan Pragaan, Bluto, dan
Giligenting dengan pusatnya Pragaan. Kegiatan utama: Perkebunan, Perikanan, Industri Kecil Dan
Pendidikan 7. Sub SWP VII, meliputi Kecamatan-kecamatan Arjasa dan Sapeken
dengan pusatnya Arjasa.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 83
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
Kegiatan utama: Pertanian, Perikanan, dan Pertambangan
8. Sub SWP VIII, meliputi Kecamatan-kecamatan Gayam dan Nonggunong dengan pusatnya Gayam.
Kegiatan utama: Perkebunan, Peternakan, Industri Kecil dan
Perhubungan 9. Sub IX, meliputi Kecamatan-kecamatan Masalembu dengan
pusatnya di Masalembu. Kegiatan utama: Pertanian, dan Perikanan
b Transportasi Rencana pengembangan jaringan jalan
Rencana pengembangan sistem jaringan kereta api
Pengembangan kembali jalur-jalur kereta api mati potensial, yaitu
Sumenep – Bangkalan melalui Perkotaan Saronggi – Perkotaan Bluto – Perkotaan Pragaan dan menuju ke wilayah Kabupaten
Pamekasan.
Rencana pengembangan pelabuhan
a. Pengembangan Pelabuhan Regional Kalianget di Desa Kalianget Timur
b. Pengembangan Pelabuhan Nasional, yaitu Pelabuhan Arjasa di Pulau Kangean (Batu Guluk I dan II), Pelabuhan di Kecamatan
Sapeken sebanyak 2 unit (di Desa Sapeken dan Pagerungan Besar), Pelabuhan di Pulau Sapudi sebanyak 2 unit (di Desa
Gayam kecamatan Gayam dan di Desa Karamian Kecamatan
Nonggunong). c. Pengembangan Pelabuhan/dermaga skala lokal antar pulau
(dilengkapi dengan TPI) di Kecamatan Masalembu terletak di Desa Masalima, Pelabuhan di Kecamatan Raas sebanyak 1 unit
berada di Desa Berakas, di Desa Dungkek (Kecamatan
Dungkek), Gapura (Desa Longos Kecamatan Gapura), Gili Genting (Desa Aeng Anyar), Talango (Desa Talango) Ra’as
(Desa Ketupati), Sapudi, Pasongsongan (Desa Pasongsongan), Ambunten (Desa Ambunten tengah), Dasuk (Desa Slopeng),
Bluto (Desa Lobuk), Pragaan, Saronggi (Desa Tanjung) dan Noingguninjg (Desa Sokarame Pasar).
Rencana pengembangan terminal
Terminal Klas A (terminal Arya Wiraraja di Perkotaan Sumenep)
Terminal Klas C (Terminal Pragaan di Kec. Pragaan; Terminal Guluk-Guluk di Kec. Ganding; Terminal Kalianget di Kec.
Kalianget; Terminal Ambunten di Kec. Ambunten; Terminal Dungkek di Kec. Dungkek; Terminal Pasongsongan di Kec.
Pasongsongan; Terminal Saronggi di Kec. Saronggi; Terminal
Batuan di Kec. Batuan; Terminal Talango di Kec. Talango; Terminal Bangkal di Kota Sumenep; dan Terminal Pamolokan di
Kota Sumenep) Rencana Pengembangan Bandar Udara
Pengembangan Bandar udara Nasional Trunojoyo di Perkotaan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 84
NO. KEBIJAKAN ARAH PENGEMBANGAN PULAU MADURA
Sumenep dan pengembangan bandar udara khusus non militer di
Pagerungan Kecamatan Sapeken.
c Prasarana Rencana Pengembangan Jaringan Listrik
a. Pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energi alternatif di wilayah kepulauan melalui pengembangan PLTD
(Pusat Listrik Tenaga Diesel) dan PLTS (Pusat Listrik Tenaga Surya).
b. Pengembangan energi panas bumi Aeng Panas Tirtosari di
Kecamatan Pragaan. c. Pengembangan Pembangkit Listik Tenaga Angin di Kecamatan
Ra’as. Rencana Pengembangan Sistem Air Baku dan Air Bersih
a. Pengembangan sistim penyediaan air bersih untuk kota-kota
yang mendapat prioritas tinggi (Pusat Kota Sumenep dan Ibu
Kota Kecamatan lainnya). b. Mengoptimalkan sumber air baku yang berasal dari sungai
yang melintasi wilayah Kabupaten Sumenep yang mempunyai debit air yang melimpah dan tidak pernah kering
Sumber : Bappeda Kabupaten Bangkalan, Bappeda Kabupaten Sampang, Bappeda Kabupaten
Pamekasan dan Bappeda Kabupaten Sumenep, 2014
3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN
PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan, yaitu economically feasible, socially
acceptable dan environmentally sustainable dalam arahan kebijakan pembangunan Nasional
merupakan prinsip dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengembangan
wilayah Suramadu. Percepatan pembangunan ekonomi membutuhkan kolaborasi antara
pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN, BUMD dan Swasta. Kemampuan pemerintah
melalui APBN dan APBD dalam pembiayaan pembangunan sangat terbatas, sehingga peran
pemerintah sebagai stimulan bagi peran swasta yang lebih dominan dalam pembangunan
ekonomi.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 85
Seperti yang telah disampaikan di atas, langkah – langkah percepatan pembangunan
Suramadu dilakukan melalui integrasi pengembangan infrastruktur dan SDM dalam kerangka
pengembangan wilayah. Percepatan pengembangan wilayah Suramadu dilaksanakan melalui
pendekatan pengembangan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi, baik yang telah ada
maupun yang potensi untuk dikembangkan. Pendekatan ini merupakan integrasi dari
pendekatan sektoral dan regional. Tujuan pengembangan pusat – pusat pertumbuhan
ekonomi ini adalah untuk membangun keterkaitan ekonomi Madura sebagai pusat
pertumbuhan Jawa Timur yang dapat memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali
potensi daerah serta memperbaiki ketimpangan pembangunan ekonomi.
I
II
III
IV
V
VI
VII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVIXVII
XVIII
XIX
XXII
XX
KEP. KANGEAN KEP.MASALEMBU
XXIPengembangan Pelabuhan berorientasi
pemasaran outward dalam sistem logistik
Ditetapkan sebagai kawasan Strategis
Propinsi (KKSS, KKSM.KKM)
Link Hulu-Hilir (19 KLASTER unggulan –
(produksi pengolahan pemasaran)PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSS UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN
kebijakan
relokasi
industri ke
KKM
PENGEMBANGAN KAWASAN
REGIONAL DI KKJSM UNTUK
ORIENTASI DISTRIBUSI
PEMASARAN TRICKLE DOWN EFFECT UNTUK
EKONOMI LOKAL
Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu
Pengembangan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan penguatan
konektifitas antar pusat – pusat pertumbuhan dan antara pusat pertumbuhan ekonomi
dengan lokasi kegiatan ekonomi serta infrastruktur dan SDM pendukungnya. Jembatan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 86
Suramadu merupakan modal konektivitas jaringan distribusi (barang dan jasa) yang dapat
menyatukan wilayah pengembangan ekonomi Jawa dan Madura dalam satu koridor.
Penguatan konektivitas akan membuka pertumbuhan ekonomi baru dan mengurangi
keterisolasian wilayah dan memperluas cakupan hinterland wilayah yang terlebih dahulu
berkembang. Secara keseluruhan, pusat – pusat pertumbuhan ekonomi dan konektivitasnya
menciptakan kerangka percepatan pengembangan wilayah Suramadu. Dalam
pengembangan klaster – klaster ekonomi tersebut, BPWS berfokus pada pengembangan
sektor pertanian, perikanan dan kelautan, industri kecil-menengah dan pariwisata.
PROGRAM STRATEGIS NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Sebagai STIMULAN Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi Madura
PEMBANGUNAN SEKTOR LAINNYA
DAN BPWS
Jaringan jalan
Infrastruktur perhubungan
Infrastruktur air baku, air minum, sanitasi,
energi, telekomunikasi
PEMBANGUNAN KAWASAN
Pembangunan dan pengelolaan dalam rangka
pengusahaan investasi kawasan oleh BPWS/
BLU/ BUMN/ BUMD/ Dunia Usaha
Perencanaan
Pengembangan SDM
Pembebasan Lahan
Persiapan Pengusahaan Investasi Kawasan
Persiapan kerjasama pengusahaan pelabuhan Tol untuk pengembangan kawasan
Pembangunan pelabuhan, tol, bandara
FASILITASI
Gambar 3.7 Kerangka Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pertumbuhan
Ekonomi Madura
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 87
DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI LOKAL
DUKUNGAN PENGEMBANGAN
EKONOMI REGIONAL
PULAU MADURA
DUKUNGAN MEMBANGUN
KETERKAITAN
EKONOMI NASIONAL
Membangun infrastruktur dan
sarana pendukung kegiatan
ekonomi lokal di klaster
unggulan
Mengembangkan kelembagaan
dan keuangan mendukung
peningkatan ekonomi lokal
Mengembangkan inovasi
teknologi utk ekonomi lokal
Meningkatkan pemberdayaan
masy. dan kapasitas SDM
Mengembangkan pusat model
pengolahan produksi,
pemasaran dan promosi
Membangun fasilitas regional
berupa fasilitas umum sosial,
terminal regional, kawasan
pergudangan regional,
perdagangan regional di
kawasan strategis propinsi
Membangun sistem
konektivitas dari daerah
produksi ke pemasaran di
kawasan regional
Mengembangkan pengusahaan
dan investasi melalui
pembentukan BLU kawasan
Mengembangkan kawasan
industri kecil menengah di
Pulau Madura dan kawasan
khusus sisi Madura
mendukungPelabuhan
Mendukung Sistem Logistik
Nasional melalui
pembangunan pelabuhan
utama di Madura
Meningkatkan sistem jaringan
jalan nasional termasuk
pembangunan jalan tol.
Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS dalam mendukung Peningkatan Ekonomi di
Wilayah Suramadu
Adapun penjabaran kebijakan dan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran
strategis yang diinginkan adalah :
a) Pengembangan ekonomi lokal melalui pengembangan klaster/kawasan
ekonomi berbasis pada produk unggulan, dicapai dengan strategi;
Membangun infrastruktur dan sarana pendukung kegiatan ekonomi lokal di klaster
unggulan;
Mengembangkan kelembagaan dan keuangan mendukung peningkatan ekonomi
lokal;
Mengembangkan inovasi teknologi untuk ekonomi lokal;
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kapasitas sumber daya manusia;
Mengembangkan pusat model pengolahan produksi, pemasaran dan promosi.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 88
Dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura, pengembangan ekonomi
lokal pada sektor strategis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri
kecil menengah, dilakukan melalui pendekatan :
Pengembangan kegiatan perekonomian dan perekonomian masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lokal, yaitu sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan pada sektor strategis klaster/kawasan;
Penekanan pada pendekatan pengembangan bisnis (business development);
Pelibatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam suatu proses yang
partisipatif dan kemitraannya;
Pengembangan sarana dan prasarana ekonomi;
Pengembangan UKM (usaha kecil menengah).
Sebagai pusat pertumbuhan baru, 19 klaster/kawasan (selain ketiga kawasan kaki
Jembatan Suramadu dan kawasan khusus sekitar pelabuhan petikemas)
dikembangkan ke dalam tema – tema sesuai dengan potensi sektor strategis pada
masing – masing kawasanberfokus pada 4 (empat) sektor strategis, yaitu pertanian,
kelautan dan perikanan, pariwisata dan industri/perdagangan jasa. Pendekatan
dalam pengembangan klaster/kawasan di wilayah Madura dilakukan melalui:
- Pengembangan ekonomi lokal;
- Penguatan konektivitas klaster/kawasan;
- Penguatan kemampuan SDM dan peran serta pemberdayaan masyarakat;
- Peningkatan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah.
Konsep tersebut dilakukan dengan penguatan sentra-sentra produksi
pertanian/perikanan yang berbasis potensi lokal, penguatan pasar melalui
pemberdayaan usaha budidaya dan kegiatan agribisnis/ minabisnis hulu sampai
dengan hilir, pengembangan sistem kelembagaan dan sistem keterkaitan desa-kota
(urban-rural linkage) untuk mendukung pengembangan kawasan. Sistem keterkaitan
tersebut bertujuan untuk mengembangkan interaksi yang saling menguntungkan
antara pusat kawasan dengan sentra-sentra produksi yang dapat memberikan nilai
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 89
tambah produksi sehingga dapat memacu pembangunan perdesaan, meningkatkan
produktivitas dan kualitas produk unggulan, meningkatan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat di daerah hinterland, pengembangan pusat pertumbuhan
ekonomi daerah yang pada akhirnya akan menekan laju urbanisasi.
Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di wilayah Suramadu
b) Pengembangan kawasan regional mendukung distribusi pemasaran
produk unggulan klaster, dicapai melalui strategi:
Membangun fasilitas regional berupa fasilitas umum, sosial, terminal regional,
kawasan pergudangan regional dan perdagangan regional di kawasan strategis
provinsi;
Membangun sistem konektivitas dari daerah produksi ke pemasaran di kawasan
regional;
Mengembangkan pengusahaan dan investasi melalui pembangunan fasilitas
terkait tol dan fasilitas lainnya melalui pembentukan BLU kawasan bekerjasama
dengan Jasa Marga.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 90
Dengan adanya Jembatan Suramadu, untuk optimasi pengembangan infrastruktur
Wilayah Suramadu, di samping meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur
juga perlu diperkuat keterkaitan infrastruktur wilayah. Untuk memperkuat
keterkaitan infrastruktur wilayah Suramadu ditetapkan simpul-simpul aktifitas dan
bernilai strategis regional sehingga perlu dikembangkan dan ditata sebagai pusat
pelayanan yang merupakan perluasan Kota Surabaya dan menjadi satu kesatuan
dengan Perkotaan Bangkalan. Nilai strategis regional yang dimaksud dapat berupa
batasan fisik, lingkup pelayanan dan fungsional dari suatu kegiatan dalam rangka
mendukung perekonomian kewilayahan, didukung dengan pusat-pusat koleksi dan
distribusi kegiatan dan ditunjang oleh infrastruktur yang memadai. Nilai strategis
regional tersebut diarahkan pada kegiatan ekonomi tinggi yang dapat berpengaruh
secara luas lintas kabupaten/kota dan menciptakan sinergitas serta efisiensi
antarkegiatan, antarfungsi dan antar kawasan.
Untuk mendukung integrasi logistik nasional, sistem transportasi nasional,
pengembangan wilayah dan sistem komunikasi dan informasi tersebut, dibangun
Pusat Distribusi Regional yang berfungsi sebagai cadangan penyangga nasional dan
Pusat Distribusi Propinsi sebagai penyangga pada setiap Propinsi dan menjadi
penyangga bagi jaringan Distribusi Kabupaten/Kota. Adapun kriteria penempatan
Pusat Distribusi Regional adalah jumlah penduduk, akseibilitas, daerah konsumen
(bukan penghasil dan bukan daerah produsen), dapat berfungsi sebagai kolektor
(pusat konsolidasi) dan distributor, berada pada wilayah dekat Pelabuhan Utama dan
berpotensi untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan antar pulau.
Dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dan berdasar pada
pendekatan pembangunan tersebut, percepatan pengembangan infrastruktur
Wilayah Suramadu meliputi pengembangan simpul-simpul, sistem/jaringan dan
konektivitas kewilayahan pada skala lokal, regional dan nasional. Pada lingkup lokal
fokus pengembangan diwujudkan melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 91
kawasan berdasarkan sektor unggulan yang didukung dengan penyediaan
infrastruktur penunjang aktifitas produksi-pengolahan-pemasaran produk unggulan.
Pada lingkup yang lebih luas (regional), pengembangan diwujudkan melalui
pengembangan pusat perkotaan sebagai sentra pemasaran dan distribusi produk
menuju wilayah lain didukung dengan konektivitas sistem perkotaan-daerah
pendukungnya (hinterland). Sedangkan, pada lingkup nasional pengembangan
diwujudkan melalui pengembangan simpul-simpul transportasi penghubung utama.
Sebagai ilustrasi, Kota Surabaya merupakan lokasi Pusat Distribusi Regional, dimana
segala aktifitas perekonomian di Wilayah Suramadu akan berpusat dan menjadi
orientasi distribusi barang menuju wilayah lain.
Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang melalui Pelabuhan di Wilayah
Suramadu
c) Pengembangan konektivitas mendukung ekonomi nasional dalam MP3EI,
dicapai melalui strategi:
Mengembangkan kawasan industri/kawasan khusus sisi Madura;
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 92
Mendukung Sistem Logistik Nasional melalui pembangunan pelabuhan utama di
Madura;
Meningkatkan sistem jaringan jalan nasional termasuk pembangunan jalan tol.
Konektivitas Wilayah Suramadu merupakan bagian dari konektivitas nasional, untuk
itu penguatan konektivitas Wilayah Suramadu mempertimbangkan keterhubungan
Suramadu dengan pusat – pusat perekonomian Nasional untuk meningkatkan daya
saing.
Penguatan konektivitas dilakukan secara terintegrasi dalam satu sistem, yang mana
simpul – simpul transportasi (pelabuhan, terminal, bandara, pusat – pusat distribusi
dan kawasan pergudangan) diintegrasikan dengan jaringan infrastruktur yang
terhubung secara efektif dan efisien. Dalam pengembangan klaster/kawasan di
wilayah Madura, penguatan konektivitas klaster/kawasan dilakukan melalui
pendekatan:
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Pembangunan infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan;
Peningkatan kualitas infrastruktur pendukung ekonomi klaster/kawasan.
Penguatan konektivitas infrastruktur pendukung dilakukan dengan menghubungkan
antar pusat – pusat kegiatan ekonomi (produksi, pengolahan dan pemasaran) dalam
klaster/kawasan, antar pusat – pusat kegiatan ekonomi klaster/kawasan menuju
pusat – pusat pelayanan dan pintu – pintu outletyang akan berdampak pada
kelancaran arus barang dan efektivitas kegiatan ekonomi.
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 93
Gambar 3.11 Sistem Konektivitas di Dalam Klaster/Kawasan
Infrastruktur yang dikembangkan meliputi infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi,
sumber daya air dan jaringan prasarana lainnya, yaitu:
Sistem jaringan transportasi
Meliputi jaringan transportasi darat (jalan, jalan lintas dan angkutan jalan,
penyeberangan dan perkeretaapian), jaringan transportasi laut (tatanan
kepelabuhanan dan alur pelayaran), serta jaringan transportasi udara (tatanan
kebandarudaraan dan ruang udara untuk penerbangan).
Sistem jaringan energi
Meliputi pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik.
Sistem jaringan telekomunikasi
Meliputi jaringan terestrial dan jaringan satelit (stasiun bumi, STO, dan lain
sebagainya).
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 94
Sistem jaringan sumber daya air
Meliputi sumber air (wilayah sungai dan cadangan air tanah) dan prasarana SDA
(irigasi, pengendali banjir dan lain sebagainya).
Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional
3.4 KERANGKA REGULASI
UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU
SPPN) telah mengamanatkan penanganan kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka
pendanaan sejak proses perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak
proses perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan meningkatkan
kualitas kebijakan dan regulasi yang tertib sehingga memungkinkan setiap tindakan dapat
memberikan manfaat yang lebih optimal.
UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
pada Pasal 18 merupakan langkah terobosan untuk mensinergikan antara kebijakan dan
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 95
regulasi. Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat
dibutuhkan karena kerangka regulasi bertujuan untuk:
Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan
sesuai kebutuhan pembangunan;
Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung
pencapaian prioritas pembangunan; dan
Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan
peraturan perundang-undangan.
Lingkup penugasan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) adalah
penugasan multi sektor dan lintas kabupaten/kota sehingga pembangunan wilayah
Suramadu merupakan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Program percepatan pengembangan wilayah Suramadu adalah multi sektor dan lintas
kabupaten/kota, beberapa hal yang perlu dikoordinasikan adalah sebagai berikut:
• Aturan perundang-undangan: disharmoni dalam aturan perundang-undangan
antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur.
• Kapasitas kelembagaan: tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan
kapasitas SDM.
• Pembebasan tanah: pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan
infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya.
• Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan
infrastruktur.
• Prioritisasi: sinkronisasi prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas
wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota).
Berdasarkan lingkup substansi yang multi sektor dan kewilayahan yang lintas
kabupaten, kerangka regulasi diperlukan untuk menjamin pelaksanaan koordinasi kebijakan
dan pelaksanaan pembangunan Wilayah Suramadu sebagaimana diamanatkan oleh Perpres
yang merupakan kewenangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi bersama sama
BPWS dalam skema hubungan kelembagaan di bawah ini. Kerangka regulasi tersebut
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 96
diturunkan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi, dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah.
Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS
Pemerintah Provinsi sebagai wakil dari pemerintah di Daerah (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan
Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah
Provinsi) mempunyai fungsi koordinasi program Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Dalam pembangunan wilayah Suramadu, Gubernur bersama sama dengan BPWS
mensinergikan Pusat dan daerah dalam berbagai urusan dan melaksanakan kesepakatan,
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 97
kerjasama serta melaksanakan berbagai peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan
sinkronisasi pelaksanan pembangunan kawasan oleh Dunia usaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah serta masyarakat.
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan kepala daerah melaksanakan sinergi pusat-
daerah dan antardaerah yang dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi,
anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah yaitu:
a. Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan, antara lain: (1) sinergi dalam
perencanaan pembangunan; (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3)
standardisasi indikator pembangunan; (4) pengembangan database dan sistem
informasi; (5) perijinan investasi di daerah.
b. Sinergi dalam Kerangka Anggaran
Sinergi antara APBN dan APBD (DAU, DAK, DBH, DP, Dana Otsus).
c. Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah, yaitu (1)
menata dan menyempurnakan pengaturan mekanisme pembangunan antartingkat
pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran; (2)
meningkatkan kapasitas aparatur.
d. Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah, meliputi: (1) sinkronisasi
kebijakan dalam penggunaan lahan dan tata ruang; (2) keterpaduan pembangunan
prasarana dan sarana antar kabupaten/kota; (3) meningkatkan pengaturan bersama
alih fungsi lahan; (4) mempercepat penyusunan penyusunan RTRW Daerah, dan
peraturan pendukung pelaksanaan RTRW; (5) membangun kesepakatan Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK).
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, urusan pemerintahan terbagi habis dalam
kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan setiap bidang
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 98
terbagi ke dalam urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan urusan bersama antara
Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.
Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintahan Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007
Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah
Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten dengan
pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun
2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah
dikelola bersama oleh daerah terkait Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi
daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu
penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara Daerah
dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk
URUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT (Mutlak Urusan Pusat)
CONCURRENT
(Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)
PILIHAN/OPTIONAL (SektorUnggulan)
WAJIB/OBLIGATORY
(PelayananDasar)
SPM (StandarPelayanan Minimal)
PP 65/2005
• Politik Luar Negeri • Pertahanan • Keamanan • Yustisi • Moneter & Fiskal Nasional • Agama
Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum,
dan perhubungan
Contoh: pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, kelautan,
dsb
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 99
meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang
tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang
serasi antar Daerah dengan Pemerintah.
Kerjasama antar daerah dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan
yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan
manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama.
Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain: kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip
efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik,
mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Obyek kerja
sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.
Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam
bentuk perjanjian kerja sama :
Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain
yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima)
tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama.
Badan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas adalah bukan perangkat daerah.
Dalam kaitannnya dengan pengembangan Wilayah Suramadu, Peran Pemerintah
Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu antara lain:
1. Dukungan politik & komitmen stakeholder, meliputi: sektor-sektor terkait, swasta,
masyarakat, media massa
2. Dukungan sumberdaya, meliputi: legal, organisasi, SDM, dana
3. Dukungan leadership, meliputi visi, pro-aktif, konsisten, dsb
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 100
Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu
3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN
Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu berdasarkan Peraturan
Presiden (Perpres) Nomor 27 tahun 2008 junto Perpres No. 23 Tahun 2009 dan rancangan
revisi Perpres No. 27 Tahun 2008 terdiri dari Dewan Pengarah, Tim Koordinasi Pelaksana
Pengembangan Wilayah, dan Badan Pelaksana.
Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah
Suramadu dan perubahannya mengamanatkan pembangunan kawasan dan penyediaan
infrastruktur pendukung seperti pelabuhan, jaringan jalan, jaringan listrik dan air minum.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 dan Undang Undang sektor,
pembangunan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah melalui kementerian yang
terkait dan pemerintah propinsi serta Pemerintah Kabupaten kota. BPWS sesuai dengan
amanat Perpres mempunyai tugas dan fungsi utama untuk mengintegrasikan pembangunan
dengan memfasilitasi dan menkoordinasikan pelaksanaan urusan urusan yang menjadi
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 101
kewenangan Pusat dan daerah tersebut, dan mempunyai fungsi membangun, mengelola
dan mengusahakan kawasan yang berorientasi pada peningkatan ekonomi lokal.
Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu
Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) merupakan Lembaga
Pemerintah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Pembentukan
BPWS bertujuan untuk mempercepat pengembangan Wilayah Suramadu yang meliputi
sebagian wilayah Surabaya, Madura dan Kepulauannya. Struktur BPWS terdiri atas Dewan
Pengarah dan Badan Pelaksana. Dewan Pengarah mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan umum, memberikan arahan dan melakukan pembinaan
terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pengendalian pembangunan dan
pengelolaan wilayah Suramadu;
b. Mensinkronkan kebijakan instansi-instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
yang berhubungan dengan pengembangan wilayah Suramadu;
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 102
c. Memberikan petunjuk pelaksanaan kepada Badan Pelaksana mengenai
pengembangan wilayah Suramadu sesuai dengan kebijakan umum Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan pengembangan wilayah
Suramadu yang dilakukan oleh Badan Pelaksana.
Gambar 3.17 Susunan Organisasi BPWS
Dewan Pengarah Badan Pengembangan Wilayah Suramadu terdiri atas 12 (dua
belas) Menteri Negara, 1 (satu) Sekretaris Jenderal dan 1 (satu) Gubernur dengan rincian
dapat dilihat pada Gambar di atas. Untuk kelancaran pelaksanaan tugasnya Dewan
Pengarah dapat membentuk sekretariat dengan rincian tugas serta susunan organisasi yang
ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengarah. Kewenangan Dewan Pengarah adalah meminta
penjelasan kepada Badan Pelaksana terhadap segala hal yang berkaitan dengan
Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Ketua Pelaksana Harian : Menteri Pekerjaan Umum (merangkap anggota)
Sekretaris : Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum.
1. Menteri Keuangan 2. Menteri Perhubungan
3. Menteri Perindustrian 4. Menteri Komunikasi dan Informatika 5. Menteri Perdagangan
6. Menteri Dalam Negeri 7. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
8. Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara 9. Kepala Badan Pertanahan Nasional 10. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; dan
11. Gubernur Jawa Timur
DEWAN PENGARAH
Sekretariat
BADAN PELAKSANA
KEPALA BADAN
WAKIL KEPALA BADAN
SEKRETARIS
DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN DEPUTI BIDANG PERENCANAAN
BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 103
pelaksanaan pengembangan wilayah Suramadu dan meminta masukan maupun
mengadakan konsultasi dengan pihak lain yang dipandang perlu. Adapun skema organisasi
internal secara keseluruhan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dapat dilihat Gambar
di atas.
Pada tahun 2011 telah disusun Peraturan Kepala Badan Pelaksana – Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Nomor: 01/PER/BP-BPWS/XI/2011 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja BP-BPWS dan pada tahun 2011 telah ditetapkan
Peraturan Kepala Badan Pelaksana – Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura
Nomor: 024/PER/BP-BPWS/V/2012 tentang Pembentukan Satuan Pengawas Intern BP-BPWS
sebagai acuan operasional dalam pelaksanaan tugas masing-masing unit kerja. Susunan
Organisasi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya – Madura terdiri dari :
1. Kepala Badan Pelaksana;
2. Wakil Kepala Badan Pelaksana;
3. Sekretaris Badan Pelaksana;
4. Deputi Bidang Perencanaan;
5. Deputi Bidang Pengendalian.
BP-BPWS berada dibawah Dewan Pengarah dan dapat berkonsultasi kepada Dewan
Pengarah apabila diperlukan. Selain itu, BP-BPWS berkoordinasi dengan Menteri, Pimpinan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pimpinan Pemerintah Daerah dan Pimpinan
Lembaga lainnya yang terkait; melibatkan secara langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait; dan memperhatikan aspirasi dan masukan dari
masyarakat.
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 103
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 104
TARGET KINERJA DAN KERANGKA
PENDANAAN
Dokumen Rencana Strategis Badan Pelaksana – Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 disusun dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta undang-Undang
nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara. Sesuai Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana pembangunan nasional
disusun dengan penetapan Rencana Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah), Rencana Kerja
Jangka Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN), dan
Rencana Jangka Panjang (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/RPJPN).
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025 ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN Tahun 2005-2025.
Dalam pelaksanaannya, arah kebijakan Badan Pelaksana – Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura didukung oleh satu Program Teknis dan satu Program Generik,
antara lain Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu dan Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya untuk meuwujudkan visi dan misi yang
telah ditetapkan.
Target program strategis Badan Pelaksana – Badan Pengembangan wilayah
Surabaya-Madura dalam periode 2015-2019 secara keseluruhan akan meliputi :
BAB
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 105
a. Pembangunan dan pengelolaan dalam rangka pengusahaan investasi pada 3
Kawasan (KKJSS, KKJSM, KKM) dan Jalan Akses Tol Suramadu serta Pelabuhan
Petikemas Tanjung Bulu Pandan dan Socah sebagai satu kesatuan; (perpres 27/2008
pasal 12 huruf b, c, d)
b. Stimulasi pemberdayaan masyarakat dan pengembangan SDM serta pembangunan
dan peningkatan infrastruktur (konektivitas) untuk mendukung pengembangan
kawasan dan sentra produksi/komoditas di Madura, meliputi:
Infrastruktur untuk mendukung kawasan dan akses destinasi wisata di Madura;
Kawasan agropolitan dan industrialisasi minapolitan dalam rangka peningkatan
produktivitas komoditas unggulan (kelautan dan perikanan, industri garam, ternak
sapi di Madura, dan perkebunan tebu di Madura);
Kawasan industri kompetitif inti daerah di Madura (batik, pengolahan ternak sapi
dan perikanan, jamu, gula, dll);
Sentra ekonomi unggulan dan seni budaya serta infrastruktur pengolahan dan
pemasaran hasil produksi di 4 kabupaten wilayah Suramadu.
Infrastruktur Bandara Trunojoyo sebagai pintu gerbang kedua Madura untuk
mendukung konektivitas serta pelayanan penerbangan komersial di Madura-
Surabaya-Banyuwangi-Bali-Bawean
c. Integrasi sektor-sektor dalam rangka peningkatan potensi unggulan daerah Madura;
4.1 PROGRAM DAN KEGIATAN
4.1.1. Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu
Program percepetan pengembangan wilayah Suramadu berada di bawah unit kerja
(Eselon II), antara lain :
Deputi Perencanaan melalui kegiatan perencanaan pengembangan wilayah
Suramadu, dan
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 106
Deputi Pengendalian melalui kegiatan pengendal;ian pengembangan wilayah
Suramadu.
Adapun keluaran (outcome) program ini adalah :
1. “Meningkatnya dukungan stimulan infrastruktur akses kawasan dan
pengembangan SDM lokal”. Adapun indikator outcome tersebut, antara lain :
- Jumlah dokumen/kajian/ rumusan kebijakan yang diterima stakeholder
(dokumen);
- Persentase dokumen perencanaan teknis yang diaplikasikan (%);
- Jumlah unit infrastruktur dasar dan prasarana lainnya yang distimulan terkait
(unit);
- Jumlah tenaga terampil terlatih untuk industri lokal (orang);
2. “Meningkatnya pembangunan kawasan dalam rangka pengusahaan
investasi oleh badan usaha”. Adapun indikator outcome tersebut, yaitu :
- Jumlah dukungan pengusahaan investasi yang diselesaikan/ dipublikasikan
(dokumen);
- Luas lahan yang dibebaskan (hektar);
- Jumlah unit infrastruktur kawasan yang dibangun/dipelihara (unit);
Kegiatan dalam program percepatan pengembangan wilayah Suramadu antara lain :
1. Perencanan Pengembangan Wilayah Suramadu, adapun sasaran kegiatan
dan indikator, sebagai berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : “Terselesaikannya dokumen perencanaan
pengembangan wilayah Suramadu” (Dokumen)
Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan umum dan evaluasi yang diselesaikan
(dokumen);
Jumlah dokumen program dan anggaran yang diselesaikan (dokumen);
Jumlah dokumen perencanaan kawasan yang diselesaikan (dokumen);
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 107
b. Sasaran Kegiatan (Output) 2 : “Terlaksananya dukungan pengembangan
investasi kawasan” (Dokumen)
Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan dan pengembangan investasi kawasan
(dokumen);
Jumlah laporan pelaksanaan promosi investasi (laporan);
2. Pegendalian Pengembangan Wilayah Suramadu, adapun sasaran kegiatan
dan indikator, sebagai berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : “Terlaksananya penyiapan kawasan dan
pembebasan lahan” (Hektar)
Indikator :
Luas lahan yang dibebaskan (hektar);
Jumlah dokumen penyiapan kawasan (dokumen);
b. Sasaran Kegiatan (Output) 2 : “Terselesaikannya dokumen
pengendalian/pembangunan di wilayah Suramadu” (Dokumen)
Indikator :
Jumlah dokumen perencanaan teknis yang diselesaikan (dokumen);
Jumlah dokumen pengawasan yang diselesaikan (dokumen);
c. Sasaran Kegiatan (Output) 3 : “Terbangunnya infrastruktur kawasan”
(Unit)
Indikator :
Jumlah unit infrastruktur dan prasarana lainnya yang distimulan (unit);
Jumlah infrastruktur kawasan yang dibangun (unit);
d. Sasaran Kegiatan (Output) 4 : “Terlaksananya pemberdayaan masyarakat
dan pengembangan SDM lokal” (Orang)
Indikator :
Jumlah SDM lokal terlatih (orang);
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 108
e. Sasaran Kegiatan (Output) 5 : “Terlaksananya operasional dan pemeliharaan
infrastruktur” (Bulan Layanan)
Indikator :
Jumlah bulan layanan operasional dan pemeliharaan (bulan layanan);
4.1.2. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya berada di
bawah unit kerja (Eselon II) Sekretaris Badan Pelaksana – BPWS. Adapun keluaran
(outcome) program ini adalah “meningkatnya kualitas dukungan manajemen serta
sarana dan prasarana”. Adapun indikator outcome tersebut, antara lain :
- Jumlah SDM pegawai yang dibina dan ditingkatkan kompetensinya (orang);
- Jumlah dukungan manajemen pelaksanaan tugas BP-BPWS (laporan);
- Jumlah produk hukum/Mou dengan instansi terkait (peraturan/MoU);
- Sistem aplikasi dan informasi publik yang tersedia dan dikelola (sistem aplikasi);
- Jumlah daftar BMN (daftar);
Kegiatan dalam program dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis
lainnya antara lain :
1. Dukungan Manajemen Internal, adapun sasaran kegiatan dan indikator, sebagai
berikut :
a. Sasaran Kegiatan (Output) 1 : “Terlaksananya Layanan Perkantoran” (Bulan
Layanan)
Indikator :
Jumlah orang / bulan yang dibayarkan renumerasinya (bulan layanan);
Jumlah bulan layanan operasional dan pemeliharaan kantor (bulan layanan).
b. Sasaran Kegiatan (Output) 2 : “Tersusunnya laporan kegiatan dukungan
manajemen tugas BP-BPWS” (Laporan)
Indikator :
Jumlah pelaksanaan pembinaan dan peningkatan kompetensi pegawai (laporan);
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 109
Jumlah laporan dukungan pelaksanaan tugas BP-BPWS (laporan);
Jumlah fasilitasi dan promosi yang dilaksanakan (laporan);
Jumlah laporan pengelolaan data dan informasi publik serta hubungan
masyarakat (laporan);
c. Sasaran Kegiatan (Output) 3 : “Tersusunnya dokumen hukum dan peraturan
lainnya” (Dokumen)
Indikator :
Jumlah produk/ kajian hukum yang diselesaikan (Dokumen);
Jumlah kasus/perkara yang dibantu (laporan);
d. Sasaran Kegiatan (Output) 4 : “Tersedia dan terkolanya sistem aplikasi dan
informasi publik” (Sistem Aplikasi)
Indikator :
Jumlah sistem aplikasi informasi dan database (sistem aplikasi);
e. Sasaran Kegiatan (Output) 5 : “Terlaksananya pengadaan sarana dan prasarana
perkantoran” (Unit)
Indikator :
Jumlah unit pengadaan peralatan fasilitas perkantoran (unit);
4.2 TARGET KINERJA
Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja. Target kinerja
menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai oleh kementerian yang
meliputi program dan kegiatan dalam periode waktu yang telah ditetapkan. Dalam
penyusunan target kinerja didasarkan pada kriteria-kriteria diantaranya:
Target menggambarkan angka kuantitatif dan satuan yang akan dicapai dari setiap
indicator kinerja sasaran;
Penetapan target secara relevan dengan indicator kinerjanya, logis dan berdasarkan
baseline data yang jelas.
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 110
Selain itu penentapan target kinerja berdasarkan pada base line tahun 2014 yang
merupakan jumlah dari rencana target baru ditambah dengan sisa yang belum tercapai
pada periode 2010-2014 dan disesuaikan dengan RPJMN 2015-2019. Secara lengkap target
kinerja baik sasaran strategis, sasaran program maupun sasaran kegiatan disajikan dalam
matriks pada Lampiran.
4.3 KERANGKA PENDANAAN
Mengacu kepada mekanisme dan prosedur perencanaan tersebut, maka Badan
Pelaksana – Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura menyusun Rencana Strategis
Tahun 2015 - 2019 dengan memperhitungkan kerangka makro dan mikro dari situasi dan
kondisi global, baik yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal lembaga, sekaligus
mengantisipasi pembiayaan melalui pola prognosis perkiraan pembiayaan per tahun untuk
lima tahun ke depan. Hal tersebut sejalan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Mencermati perkembangan dan perubahan lingkungan strategis sebagaimana
tersebut, maka perkiraan kebutuhan anggaran pembangunan Badan Pelaksana – Badan
Pengembangan Wilayah Suramadu yang dilaksanakan melalui Program Teknis 2015-2019,
dapat diperhitungkan dengan dua (2) skenario yaitu sebagai berikut:
Skenario pertama (Skenario Moderat), didasarkan perkiraan trend kenaikan anggaran
Badan Pelaksana BPWS pertahun (2011-2014);
Skenario ketiga (Skenario Optimis),didasarkan atas perhitungan kebutuhan masing-
masing Unit Kerja Eselon I.
BAB 4 – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 111
Tabel 4.1 Skenario 1: Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019
NO. PROGRAM ALOKASI ANGGARAN (Rp. JUTA)
TOTAL
ALOKASI
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. JUTA)
1
Program dukungan
manajemen dan pelaksanaan tugas BPWS
37.000 41.248 42.735 44.894 59.643 225.777
2
Program percepatan
pengembangan Wilayah Suramadu
258.507 265.802 279.555 305.594 328.599 1.437.800
JUMLAH 295.507 307.051 322.290 350.488 388.241 1.663.577
Tabel 4.2 Skenario 2: Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019
NO. PROGRAM ALOKASI ANGGARAN (Rp. JUTA)
TOTAL ALOKASI
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. JUTA)
1
Program dukungan
manajemen dan
pelaksanaan tugas BPWS
37.257 41.249 42.735 44.894 59.643 225.777
2
Program percepatan
pengembangan Wilayah Suramadu
258.250 479.431 506.395 539.945 590.786 2.374.807
JUMLAH 295.507 520.680 549.130 584.839 650.428 2.600.584
11
1
BAB 6 – PENUTUP
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019
BAB 5 – PENUTUP RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 112
PENUTUP
Rencana Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah
Surabaya-Madura 2015-2019 ini, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Badan Pelaksana Badan Pengembangan
Wilayah Surabaya-Madura dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sehingga hasil
pencapaiannya terukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja
tahunan Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura. Dalam
kaitannya dengan pengukuran kinerja dan sebagai masukan bagi perencanaan selanjutnya,
Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura 2015-2019 ini
akan dievaluasi pada pertengahan (2017) dan akhir periode 5 tahun (2019) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Penyusunan Renstra Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-
Madura 2015-2019 melibatkan stakeholders terkait baik Pusat dan Daerah. Kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Tentunya dokumen ini dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila
dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di lingkungan
Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura.
BAB
BAB 1– PENDAHULUAN
RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 1
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 295,507 318,551 322,291 350,488 388,241
Sasaran Strategis 1
Meningkatnya pembangunan kawasan
yang berkelanjutan melalui penyediaan
infrastruktur, sarana dan prasarana
yang terpadu, pengembangan SDM
lokal yang berkualitas, serta akses
kawasan
Surabaya-
Madura258,250 279,050 282,416 309,592 343,613
Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
-Jumlah pembangunan infrastruktur dan
sarana prasarana mendukung kawasanUnit 18 10 10 12 14
- Luas lahan yang dibebaskan Ha 20 20 20 20 20
-
Persentase jumlah tenaga terampil
bersertifikat yang terserap dalam pasar
kerja
% 85 85 100 100 100
- Jumlah bidang pengusahaan Bidang 4 4 4 4 4
Sasaran Strategis 2
Meningkatnya kapasitas kelembagaan
dan SDM internal yang mendukung
kinerja BPWS
Surabaya-
Madura37,257 39,501 39,875 40,896 44,629
Indikator Kinerja Sasaran Strategis:
- Opini laporan keuangan Nilai WTP WTP WTP WTP WTP
- Nilai akuntabilitas kinerja Nilai B B B BB BB
PROGRAM PERCEPATAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 258,250 279,050 282,416 309,592 343,613
Sasaran Program (Outcome) 1
Meningkatnya dukungan stimulan
infrastruktur akses kawasan dan
pengembangan SDM lokal
Surabaya-
Madura115,324 108,550 109,211 133,630 139,464
Indikator Kinerja Sasaran Program:
-Jumlah dokumen/kajian/ rumusan
kebijakan yang diterima stakeholderDokumen 20 17 16 16 16
-Persentase dokumen perencanaan
teknis yang diaplikasikan% 80 80 80 90 90
-Jumlah unit infrastruktur dasar dan
prasarana lainnya yang distimulanUnit 10 6 6 8 8
-Jumlah tenaga terampil terlatih untuk
industri lokalOrang 500 500 500 1000 1000
Badan Pelaksana
BPWS
Deputi
Perencanaan dan
Deputi
Pengendalian BP-
BPWS
LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015-2019BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/ IndikatorSatuan Lokasi
Target Alokasi (Dalam Juta Rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/ IndikatorSatuan Lokasi
Target Alokasi (Dalam Juta Rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
Sasaran Program (Outcome) 2
Meningkatnya pembangunan kawasan
dalam rangka pengusahaan investasi
oleh badan usaha
Surabaya-
Madura142,926 170,500 173,205 175,962 204,149
Indikator Kinerja Sasaran Program:
-Jumlah dukungan pengusahaan
investasi yang diselesaikan/
dipublikasikan
Dokumen 5 6 6 6 6
- Luas lahan yang dibebaskan Ha 20 20 20 20 20
-Jumlah unit infrastruktur kawasan yang
dibangun/dipeliharaUnit 8 4 4 4 6
KEGIATAN 1 : PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 15,470 20,000 19,190 19,790 20,746
Sasaran Kegiatan (Output) 1
Terselesaikannya dokumen
perencanaan pengembangan wilayah
Suramadu
DokumenSurabaya-
Madura20 17 16 16 16 11,700 14,500 13,635 13,848 14,203
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah dokumen perencanaan umum
dan evaluasi yang diselesaikanDokumen 6 6 5 5 5 4,950 5,000 4,040 4,103 4,208
-Jumlah dokumen program dan
anggaran yang diselesaikanDokumen 2 1 1 1 1 600 750 758 769 789
-Jumlah dokumen perencanaan kawasan
yang diselesaikanDokumen 12 10 10 10 10 6,150 8,750 8,838 8,976 9,205
Sasaran Kegiatan (Output) 2
Terlaksananya dukungan
pengembangan investasi kawasanDokumen
Surabaya-
Madura5 6 6 6 6 3,770 5,500 5,555 5,942 6,544
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah dokumen perencanaan dan
pengembangan investasi kawasanDokumen 4 4 4 4 4 3,170 4,000 4,040 4,303 4,713
-Jumlah laporan pelaksanaan promosi
investasiLaporan 1 2 2 2 2 600 1,500 1,515 1,639 1,831
KEGIATAN 2 : PENGENDALIAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 242,780 259,050 263,226 289,802 322,866
Sasaran Kegiatan (Output) 1
Terlaksananya penyiapan kawasan dan
pembebasan lahanHa
Surabaya-
Madura20 20 20 20 20 105,799 112,500 113,625 115,400 118,355
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
- Luas lahan yang dibebaskan Ha 20 20 20 20 20 104,999 111,500 112,615 114,375 117,303
- Jumlah dokumen penyiapan kawasan Dokumen 2 2 2 2 2 800 1,000 1,010 1,026 1,052
Deputi
Perencanaan dan
Deputi
Pengendalian BP-
BPWS
Deputi
Perencanaan BP-
BPWS
Deputi
Pengendalian BP-
BPWS
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/ IndikatorSatuan Lokasi
Target Alokasi (Dalam Juta Rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
Sasaran Kegiatan (Output) 2
Terselesaikannya dokumen
pengendalian/pembangunan di wilayah
Suramadu
DokumenSurabaya-
Madura16 18 18 18 18 4,905 10,050 10,151 10,304 10,581
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah dokumen perencanaan teknis
yang diselesaikanDokumen 10 8 8 8 8 2,280 4,850 4,899 4,970 5,110
-Jumlah dokumen pengawasan yang
diselesaikanDokumen 6 10 10 10 10 2,625 5,200 5,252 5,334 5,471
Sasaran Kegiatan (Output) 3
Terbangunnya infrastruktur kawasan UnitSurabaya-
Madura18 10 10 12 14 120,896 124,000 126,825 149,139 177,589
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah unit infrastruktur dan prasarana
lainnya yang distimulanUnit 10 6 6 8 8 87,539 71,500 72,800 94,519 98,339
-Jumlah infrastruktur kawasan yang
dibangunUnit 8 4 4 4 6 33,357 52,500 54,025 54,620 79,250
Sasaran Kegiatan (Output) 4
Terlaksananya pemberdayaan
masyarakat dan pengembangan SDM
lokal
OrangSurabaya-
Madura500 500 500 1000 1000 2,100 3,500 3,535 5,726 6,373
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
- Jumlah SDM lokal terlatih Orang 500 500 500 1000 1000 2,100 3,500 3,535 5,726 6,373
Sasaran Kegiatan (Output) 5
Terlaksananya operasional dan
pemeliharaan infrastruktur
Bulan
layanan
Surabaya-
Madura12 12 12 12 12 9,080 9,000 9,090 9,232 9,968
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah bulan layanan operasional dan
pemeliharaan
Bulan
layanan12 12 12 12 12 9,080 9,000 9,090 9,232 9,968
PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA 37,257 39,501 39,875 40,896 44,629
Sasaran Program (Outcome) 1
Meningkatnya kualitas dukungan
manajemen serta sarana dan prasarana
Surabaya-
Madura37,257 39,501 39,875 40,896 44,629
Indikator Kinerja Sasaran Program:
- Jumlah SDM pegawai yang dibina dan
ditingkatkan kompetensinyaOrang 85 85 85 100 100
-Jumlah dukungan manajemen
pelaksanaan tugas BP-BPWSLaporan 5 5 4 4 4
- Jumlah produk hukum/Mou dengan
instansi terkait
Produk
hukum/
MoU
5 3 3 3 3
Sekretaris BP-
BPWS
Deputi
Pengendalian BP-
BPWS
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
Program/
Kegiatan
Sasaran Program (Outcome)/Sasaran
Kegiatan (Output)/ IndikatorSatuan Lokasi
Target Alokasi (Dalam Juta Rupiah) Unit Organisasi
Pelaksana
K/L-N-B-
NS-BS
-Sistem aplikasi dan informasi publik
yang tersedia dan dikelola
Sistem
Aplikasi2 2 2 2 2
- Jumlah daftar BMN Daftar 2 2 2 2 2
KEGIATAN 1 : DUKUNGAN MANAJEMEN INTERNAL 37,257 39,501 39,875 40,896 44,629
Sasaran Kegiatan (Output) 1
Terlaksananya layanan perkantoranBulan
layanan
Surabaya-
Madura12 12 12 12 12 28,057 28,760 29,608 30,468 33,934
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah orang / bulan yang dibayarkan
renumerasinya
Bulan
layanan12 12 12 12 12 10,326 9,000 9,500 10,000 10,500
-Jumlah bulan layanan operasional dan
pemeliharaan kantor
Bulan
layanan12 12 12 12 12 17,731 19,760 20,108 20,468 23,434
Sasaran Kegiatan (Output) 2
Tersusunnya laporan kegiatan
dukungan manajemen tugas BP-BPWSLaporan
Surabaya-
Madura12 10 9 9 9 6,650 7,341 6,833 6,940 7,118
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah pelaksanaan pembinaan dan
peningkatan kompetensi pegawaiLaporan 3 2 2 2 2 2,000 2,750 2,778 2,821 2,893
-Jumlah laporan dukungan pelaksanaan
tugas BP-BPWSLaporan 2 1 1 1 1 1,600 700 707 718 736
-Jumlah fasilitasi dan promosi yang
dilaksanakanLaporan 3 4 3 3 3 1,450 2,300 1,742 1,769 1,815
-
Jumlah laporan pengelolaan data dan
informasi publik serta hubungan
masyarakat
Laporan 4 3 3 3 3 1,600 1,591 1,606 1,632 1,673
Sasaran Kegiatan (Output) 3
Tersusunnya dokumen hukum dan
peraturan lainnyaDokumen
Surabaya-
Madura5 3 3 3 3 1,950 2,000 2,020 2,052 2,104
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah produk/ kajian hukum yang
diselesaikanDokumen 3 2 2 2 2 1,100 1,200 1,212 1,231 1,262
- Jumlah kasus/perkara yang dibantu Laporan 2 1 1 1 1 850 800 808 821 842
Sasaran Kegiatan (Output) 4
Tersedia dan terkolanya sistem aplikasi
dan informasi publik
Sistem
Aplikasi
Surabaya-
Madura2 2 2 2 2 400 900 909 923 947
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah sistem aplikasi informasi dan
database
Sistem
Aplikasi2 2 2 2 2 400 900 909 923 947
Sasaran Kegiatan (Output) 5
Terlaksananya pengadaan sarana dan
prasarana perkantoranUnit
Surabaya-
Madura1 1 1 1 1 200 500 505 513 526
Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan:
-Jumlah unit pengadaan peralatan
fasilitas perkantoranUnit 1 1 1 1 1 200 500 505 513 526
Sekretaris BP-
BPWS
Sekretaris BP-
BPWS
Top Related