TERAPI NONFARMAKOLOGIPADA GANGGUAN SOMATOFORM
Disusun Oleh :Jodie Suwandi (406148019)
Gunung Mansell (406148025)Winda Nurmalasari (406148026)
Pembimbing :Dr. Irmansyah, SpKJ (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 13 APRIL 2015 - 16 MEI 2015RUMAH SAKIT KHUSUS DHARMA GRAHA
TANGERANG
Definisi
Somatoform Bahasa Yunani› Soma : tubuh
Gangguan somatoform : kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda gejala serta gejala yang berkaitan dengan tubuh sebagai komponen utama. (Buku ajar psikiatri klinis, Kaplan dan Sadock)
Epidemiologi Kebanyakan studi epidemiologi menunjukkan prevalensi
0.1-0.2% pada populasi umum dan perkiraan sekitar 5% pada praktek klinis.
Gangguan somatoform biasanya muncul sebelum usia 30 tahun dan lebih banyak pada Wanita dibanding Pria.
Etiologi 1. Faktor-faktor Biologis2. Faktor Lingkungan Sosial3. Faktor Perilaku 4. Faktor Emosi dan Kognitif
Manifestasi Klinis
Ciri utama : keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik.Penderita menyangkal dan menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antara keluhan fisik dengan problem atau konflik dalam kehidupan yang dialaminya.
KlasifikasiBerdasarkan PPDGJ III :
F.45.0 Gangguan somatisasi F.45.1 Gangguan somatoform tak terperinci F.45.2 Gangguan hipokondriasis F.45.3 Gangguan disfungsi otonomik somatoform
› F.45.30 = Jantung dan Sistem Kardiovaskular
› F.45.31 = Saluran Pencernaan Bagian Atas
› F.45.32 = Saluran Pencernaan Bagian Bawah
› F.45.33 = Sistem Pernapasan
› F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria
› F.45.38 = Sistem atau Organ Lainnya
F.45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap F.45.5 Gangguan somatoform lainnya F.45.6 Gangguan somatoform YTT
Berdasarkan DSM IV :
1. Gangguan somatisasi banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ.
2. Gangguan konversi satu atau dua keluhan neurologis.
3. Hipokondriasis lebih sedikit fokus pada gejala dan yakin bahwa mereka memiliki suatu penyakit spesifik.
4. Gangguan dismorfik tubuh keyakinan salah satu atau persepsi yang berlebihan bahwa suatu bagian tubuhnya cacat.
5. Gangguan nyeri gejala nyeri yang hanya diperberat faktor psikologis.
DSM-IV-TR juga memiliki dua kategori diagnostik sisa untuk gangguan somatoform, yaitu:
1. Gangguan somatoform yang tidak terperinci gangguan somatoform yang tidak dapat dijelaskan, telah ada selama 6 bulan atau lebih.
2. Gangguan somatoform yang tidak tergolongkan kategori untuk keadaan yang tidak memenuhi diagnosis gangguan somatoform yang telah disebutkan diatas.
Gangguan Somatisasi Banyak keluhan fisik mengenai banyak
sistem organ Banyak gejala somatik yang tidak
dapat dijelaskan secara adekuat Dimulai sebelum usia 30 tahun,
berlanjut hingga tahunan Tidak menerima nasehat atau
penjelasan beberapa dokter bahwa tidak ada kelainan fisik
Gangguan Somatoform Tak Terperinci
Keluhan bersifat multipel, variasi dan menetap
Gambaran klinis khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tak terpenuhi
Tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan
Gangguan Hipokondriasis Keyakinan menetap sekurangnya 1 penyakit
fisik yang serius yang melandasi keluhannya dan pada pemeriksaan berulang tidak ada alasan fisik yang memadai
Ciri utama fokus atau ketakutan bahwa simptom fisik yang dialami seseorang merupakan akibat dari suatu penyakit serius yang mendasarinya, seperti kanker atau masalah jantung.
Paling sering muncul antara usia 20 dan 30 tahun, meski dapat terjadi di usia berapapun.
Gangguan Disfungsi Otonomik Somatoform
1) Ada gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu
2) Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (tidak khas)
3) Preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan maupun penjelasan dari dokter
4) Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistem/organ yang dimaksud
5) Kriteria ke 5, ditambahkan : F.45.30 = Jantung dan Sistem Kardiovaskular F.45.31 = Saluran Pencernaan Bagian Atas F.45.32 = Saluran Pencernaan Bagian Bawah F.45.33 = Sistem Pernapasan F.45.34 = Sistem Genito-Urinaria F.45.38 = Sistem atau Organ Lainnya
Gangguan Nyeri Yang Menetap
Gangguan nyeri ditandai gejala nyeri yang semata-mata berhubungan dengan faktor psikologis atau secara bermakna dieksaserbasi oleh faktor psikologis.
Munculnya secara tiba-tiba, biasanya setelah suatu stres dan dapat hilang dalam beberapa hari atau berlangsung bertahun-tahun.
Biasanya disertai penyakit organik yang walaupun demikian tidak dapat menerangkan secara adekuat keparahan nyerinya
Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman Diagnostik :a. Keluhan yang ada tidak melalui saraf
otonom, terbatas secara spesifik pada bagian tubuh/sistem tertentu.
b. Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
c. Termasuk didalamnya, pruritus psikogenik, ”globus histericus” (perasaan ada benjolan di kerongkongan atau disfagia) dan dismenore psikogenik.
Gangguan Konversi Suatu tipe gangguan somatoform yang
ditandai oleh kehilangan atau kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas.
Dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif yang direpresikan ke simptom fisik
Gangguan Dismorfik Tubuh Gangguan dismorfik tubuh (body
dismorphic disorder)adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat tubuh yang dikhayalkan (seperti tidak memiliki hidung)
Diagnosis banding1. Depresi2. Gangguan Penyesuaian3. Gangguan Psikotik Akut4. Schizophrenia5. Gangguan Obsesif Kompulsif6. Sindrom Munchausen
Penatalaksanaan
Farmakologi
NonfarmakologiCognitive Behavioral Therapy
(CBT)
Terapi kelompok
Anti depresan
Anti anxietas
Terapi Farmakologi Antidepresi : SSRI Antianxietas : Benzodiazepin
CBTDefinisi Merupakan salah satu terapi modifikasi
perilaku yang menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari perubahan perilaku
Prinsip dasar CBT Kognisi merupakan proses yang memperantarai dalam proses belajar
manusia. Pikiran, perasaan dan tingkah laku saling berhubungan secara
kausalaktivitas kognitif seperti expectation, self statement, merupakan hal yang penting dalam memahami dan memprediksikan psikopatologi dan perubahan terapi.
Proses kognitif dapat diinterpretasikan ke dalam paradigma perilakuan dan teknik kognitif dapat dikombinasikan dengan prosedur perilakuan.
Terapis bekerjasama dengan klien untuk menilai perilaku dan proses kognisi yang terganggu dan merencanakan pengalaman belajar baru untuk memperbaiki kognisi, perilaku dan pola afektif.
Tujuan Utama CBT Membangkitkan pikiran pikiran negative/
berbahaya, dialog internal atau bicara sendiri (swelf-talk), dan interpretasi terhadap kejadian kejadian yang dialami
Terapis bersama klien mengumpulkan bukti yang mendukung atau menyanggah interpretasi yang telah diambil.
Menyusun desain eksperimen (pekerjaan Rumah) untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan untuk diskusi di dalam proses terapi
Teknik CBT
Cognitive Restructuring
Methods
Self Instructional Coping Methods
Problem – Solving Methods
Ellis ‘s Rational-Emotive
(Behavior ) Therapy
Beck’s Cognitive Therapy
Terapi Kelompok Suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain, dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Sitohang, 2011).
Terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep dalam Sitohang, 2011).
Fokus pada hal : Kesadaran dan pengertian diri sendiri. Memperbaiki hubungan interpersonal. Perubahan tingkah laku.
Tujuan Menurut Suharto :
› Tujuan korektif › Tujuan preventif› Tujuan pertumbuhan
sosial normal› Tujuan peningkatan
personal› Tujuan peningkatan
partisipasi dan tanggung jawab masyarakat
Tujuan menurut Gisela konofka: Individualisasi Mengembangkan rasa memiliki Mengembangkan kemampuan dasar untuk
berpartisipasi Meningkatkan kemampuan untuk memberikan
kontribusi pada keputusan-keputusan melalui pemikiran rasional dan penjelasan kelompok
Meningkatkan respek terhadap keberbedaan orang lain
Mengembangkan iklim sosial yang hangat dan penuh penerimaan
Jenis KelompokKelompok percakapan sosial (social conversation
group) Paling terbuka dan informal kelompok ini sering digunakan sebagai sarana pengujian
untuk menentukan seberapa dalam relasi dalam dikembangkan terhadap orang-orang yang tidak mengenal satu sama lain
Kelompok rekreasi (recreation group) Tujuan kelompok ini untuk menyelenggarakan kegiatan
rekreatif atau latihan olah raga Kegiatan bersifat spontan dan kelompok ini tidak
memiliki pemimpin formal
Kelompok keterampilan rekreasi (recreation skill group)
Tujuan menyelenggarakan kegiatan rekreatif dan untuk meningkatkan keterampilan tertentu diantara para anggota, kelompok ini memiliki penasihat, pelatih, dan instruktur serta memiliki orientas tugas yang lebih jelas
Kelompok pendidikan (education group) Untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang lebih kompleks Pimpinan kelompok ini berasal dari seorang
professional yang menguasai keahlian tertentu
Kelompok pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (problem-solving and decision-making groups)
Melibatkan klien/ penerima pelayanan dan para petugas pemberi pelayanan disuatu lembaga kesejahteraan social
Kelompok mandiri (self-help group) Sering berhasil menjadi sarana pertolongan individu-
individu yang mengalami masalah Menekankan pada:
› Pengakuan para anggotanya terhadap kelompok bahwa mereka memiliki masalah
› Pernyataan para anggotanya kepada kelompok mengenai pengalaman-pengalaman masalahnya di masa lalu dan rencana rencana pemecahan masalah di masa depan
› Bila salah seorang kelompok berada pada krisis anggota tersebut disarankan untuk menghubungi anggota lain yang kemudian mendampinginya sampai krisis tersebut berkurang
Kelompok sosialisasi (socialization group) Tujuan : mengembangkan/ merubah sikap-sikap dan prilaku para
anggota kelompok agar lebih dapat diterima secara sosial Memfokuskan pada pengembangan keterampilan sosial,
peningkatan kepercayaan diri dan perencanaan masa depan
Kelompok penyembuhan (therapeutic group) Umumnya beranggotakan orang-orang yang mengalami masalah
personal dan emosional yang berat/serius Pemimpin kelompok ini dituntut memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang handal mengenai tingkah laku manusia dan dinamika kelompok, konseling kelompok, penggunaan kelompok sebagai sarana pengubahan tingkah laku
Kelompok sensitivitas (sensitivity group) Dalam kelompok ini setiap anggota berinteraksi satu sama lain
secara mendalam dan saling mengungkapkan masalahnya sendiri secara terbuka
Tujuan: meningkatkan kesadaran interpersonal
Tahapan terbentuknya kelompok
Tahap pra affiliasi (preafiliation) Pada tahap awal ini para anggota bersikap ambivalent
(mendua) terhadap kelompok sehingga mereka masih menjaga jarak dalam melakukan interaksi dengan anggota lainnya
Situasi baru menimbulkan kecemasan dan ketakutan sehingga tiap individu melindungi dirinya dari rasa sakit atau dimanfaatkan orang lain
Tahap kekuasaan dan control (power and control) Para anggota menunjukkan kekuasaan dan kontrolnya
terhadap anggota lain untuk berjuang memperoleh tempat dalam kelompok
Tahap keintiman (intimacy) Mulai terlihat sebagai keluarga Pemimpin terlihat sebagai orang tua dan anggota tampak
seperti saudara kandung Perasaan mulai terbuka diekspresikan dan didiskusikan
Perbedaan (differentiation) Kelompok mulai mengorganisasi diri secara efisien Kepemimpinan mulai dibagi secara merata dan masalah
perebutan kekuasaan sudah sangat minimal Para anggota menghargai perbedaan masing-masing Pada tahap ini mirip keluarga harmonis
Pemisahan (separation) Tahap pengakhiran (terminasi) kelompok Tujuan kelompok telah tercapai dan para anggota telah
mampu belajar pola tingkah laku yang baru dan konstruktif
Tahap dalam melakukan terapi kelompok
Tahap intake Ditandai dengan adanya pengakuan mengenai masalah spesifik yang
mungkin tepat dipecahkan melalui pendekatan kelompok
Tahap asessmen dan perencanaan intervensi Tahap ini tidaklah definitif karena hakekat kelompok senantiasa berjalan
secara dinamis sehingga memerlukan penyesuaian tujuan-tujuan dan rencana intervensi
Tahap penyeleksian anggota Harus dilakukan terhadap orang yang paling mungkin mendapatkan
manfaat dari struktur kelompok dan keterlibatannya dalam kelompok Tahap pengembangan kelompok Norma ,harapan, nilai dan tujuan kelompok muncul pada tahap ini dan akan
mempengaruhi serta dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas serta relasi yang berkembang dalam kelompok
Tahap evaluasi dan terminasi Evaluasi merupakan proses yang dinamis
dan berkelanjutan karena evaluasi tidak selalu dilakukan pada tahap akhir suatu kegiatan
Terminologi dilakukan berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut:› Tujuan individu maupun kelompok telah
tercapai› Waktu yang ditetapkan telah berakhir› Kelompok gagal mencapai tujuan› Berkelanjutan kelompok dapat membahayakan
satu atau lebih anggota kelompok
Komplikasi1. Komplikasi iatrogenik yang terjadi
akibat prosedur diagnostik invasif2. Bunuh diri3. Ketergantungan obat resep4. Ketidakmandirian dan bergantung
pada orang lain5. Eksaserbasi Psikotik
Prognosis Gangguan somatoform dapat dari ringan, transien, sampai berat dan kronis. Penanganan cepat memperbaiki prognosis dan menurunkan hendaya okupasional.
Terima kasih