PROPOSAL MINI PROJECT
UPAYA PENINGKATAN PERILAKU HIDUP SEHAT PASIEN
DIABETES MELITUS MELALUI PROGRAM POJOK GIZI
(POZI) DAN PERAWATAN KAKI DIABETES (PAKIDES) PADA
KLUB DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLOOTO
KOTA MOJOKERTO
Disusun oleh:
Dokter Internship Puskesmas Blooto
Periode November 2015 – Februari 2016
Pembimbing:
dr. Farida Mariana
NIP 19781104 200501 2 014
PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
PERIODE NOVEMBER 2015 – FEBRUARI 2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit
kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus
(DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai
terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi
perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktivitas
fisik, dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Ndraha, 2014).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan
penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa.
Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2
juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola
pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta
penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban
(14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di
daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2011).
Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada
pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik
makrovaskular maupun mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit
sumbatan otak (stroke) dan penyakit jantung koroner, sedangkan komplikasi
mikrovaskular meliputi kerusakan ginjal, kebutaan, gangguan saraf tepi, dan kaki
diabetes. Komplikasi ini akan memberikan dampak terhadap kualitas hidup pasien,
harapan hidup pasien dan tentunya peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar
(PERKENI, 2011).
Salah satu komplikasi DM yang merupakan penyebab utama penderita harus
dirawat dengan waktu perawatan yang lama adalah kaki diabetes. Bahkan, 70 % di
antaranya memerlukan tindakan pembedahan dan lebih dari 40 % di antaranya berakhir
dengan amputasi. Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang mendapat
perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan
penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi
komplikasi, harus diamputasi kakinya dan meninggal dunia karena infeksi berat
(Hastuti, 2008).
Antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya komplikasi pada
pederita DM harus sudah dimulai dari sekarang, salah satunya adalah dengan
memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita DM. Penyuluhan kesehatan pada
penderita DM merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencegah komplikasi
atau setidaknya menghambat perkembangan penyakit ke arah yang lebih berat.
Penyuluhan tersebut dapat meliputi beberapa hal, antara lain tentang DM, pengetahuan
mengenai pengaturan diet, latihan fisik atau senam kaki, minum obat dan juga
pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatanny. Dalam hal ini
diperlukan kerjasama yang baik antara penderita DM dan keluarganya dengan para
pengelola/ penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga lain.
Oleh karena itu pada program mini project ini, kami akan melakukan penyuluhan
kesehatan terhadap pasien diabetes melalui program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan
Kaki Diabetes (PAKIDES) sebagai upaya peningkatan perilaku hidup sehat pada
pasien DM.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah prevalensi DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota
Mojokerto?
b. Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja
Puskesmas Blooto Kota Mojokerto terhadap penyakit DM?
c. Apakah dengan program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan Kaki Diabetes
(PAKIDES) dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di
wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui prevalensi DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota
Mojokerto
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah
kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto mengenai penyakit DM
c. Untuk mengetahui apakah dengan program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan
Kaki Diabetes (PAKIDES) dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku
sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto
1.4 Manfaat
a. Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto
Kota Mojokerto
b. Sebagai upaya pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga meningkatkan
kualitas dan harapan hidup pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota
Mojokerto
c. Program ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk program selanjutnya,
khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat pasien
DM
BAB 2
PROFIL PUSKESMAS BLOOTO
2.1 Gambaran Umum
2.1.1 Letak Geografis
UPT Puskesmas Blooto merupakan salah satu Puskesmas dengan Rawat
Inap dan Persalinan yang berlokasi di Jl. Cinde No. 3 Kelurahan Prajurit Kulon
Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto dengan batas wilayah:
- Sebelah Utara : Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon
- Sebelah Timur : Kelurahan Meri Kecamatan Magersari
- Sebelah Selatan : Kecamatan Brangkal
- Sebelah Barat : Desa Karang Kedawang Kecamatan Sooko
2.1.2 Luas dan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Blooto
UPT Puskesmas Blooto memiliki luas wilayah 4.486 km2 yang terbagi
dalam 4 kelurahan di Kecamatan Prajurit Kulon yaitu ;
- Kelurahan Blooto : 1.121 Km2
- Kelurahan Prajurit Kulon : 1.103 Km2
- Kelurahan Surodinawan : 1.113 Km2
- Kelurahan Kranggan : 1.149 Km2
2.2 Kependudukan
Data mengenai kependudukan sangat penting dan memilki arti strategis
dalam pembangunan, khususnya di bidang kesehatan yakni untuk
menentukan langkah pemecahan ataupun metode-metode pendekatan dalam
mencapai target suatu program atau sasaran pembangunan selain juga untuk
mengenal karakteristik penduduk dalam suatu wilayah tertentu yang dapat
membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan pada wilayah tersebut.
2.2.1 Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Prajurit Kulon tahun 2014 menurut data
sebanyak 63.063 jiwa yang tersebar pada 7 Kelurahan.
Grafik berikut ini menggambarkan Jumlah KK per-kelurahan di Kecamatan
Prajurit Kulon Kota Mojokerto tahun 2014 :
2.2.2 Pendidikan
Jumlah sekolah : 54 buah
Taman Kanak-kanak yang ada/Paud : 24 buah
SD/MI yang ada : 14 buah
SLB : 1 buah
SLTP/MT yang ada : 6 buah
SMU yang ada : 9 buah
Akademi yang ada : 2 buah
Perguruan Tinggi yang ada : 1 buah
Jumlah Ponpes yang ada : 4 buah
Jumlah santri Ponpes yang ada : 116 buah
Jumlah murid yang ada
Taman Kanak-kanak : 1715 anak
SD/MI : 4429 anak
SLTP/MT : 2565 orang
SMU/MA : 3202 orang
Akademi : 108 mahasiswa
Perguruan Tinggi : 148 mahasiswa
2.3 Ketenagaan
Dokter umum : 4 orang Promkes : 1 orang
Dokter gigi : 2 orang Tenaga administrasi : 13 orang
Kesmasy : 2 orang Rekam Medis : 1 orang
Bidan : 16 orang Akuntan : 1 orang
Perawat : 18 orang Pranata Komputer : 1 orang
Perawat gigi : 1orang Elektromedis : 1 orang
Nutrisionis : 2 orang Juru masak : 2 orang
Sanitarian : 1orang Tenaga keamanan : 11 orang
Analis Kesehatan : 2 orang Tenaga kebersihan : 9 orang
Apoteker : 1 orang
Asisten Apoteker : 2 orang
2.4 Jenis Pelayanan
1. Rawat Inap
Pelayanan 24 jam
Pemeriksaan pelayanan dilakukan oleh Dokter dan Perawat Profesional
Ketenangan dan kenyamanan
Lingkungan bersih dan tenang memberikan kenyamanan tersendiri dalam
lingkungan Rawat Inap
2. Poned
Pelayanan 24 jam
Pelaksanaan pelayanan dilakukan oleh Bidan Profesional dan Dokter
sebagai Konsultan
Puskesmas Blooto menyediakan Dokter dan Bidan untuk konsultasi
seputar masalah Kesehatan Ibu dan Anak
3. Ambulance
Pelayanan ambulance 24 jam
4. Unit Gawat Darurat (UGD)
Pelayanan 24 jam
5. Rawat Jalan
Poli Umum
Poli KIA
Poli Gizi
Laboratorium
Klinik Sanitasi
Klinik Spesialis Anak
Klinik Spesialis Kandungan
Unit Layanan Obat
2.5 Program Kesehatan
Adapun Program Kesehatan di Puskesmas berdasarkan Standart
pelayanan Minimal (SPM) adalah sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar
- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Pelayanan Kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah
- Pelayanan Keluarga Berencana
- Pelayanan Imunisasi
- Pelayanan Pengobatan / Perawatan
- Pelayanan Kesehatan Jiwa
- Pelayanan Kesehatan Usila
2. Penyelenggaraan Pembinaan Gizi Masyarakat
- Pemantauan Pertumbuhan Balita
- Pelayanan Gizi
- Pelayanan Gizi Tambahan
3. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular
- Penyelenggaraan Penyilidikan Epidemiologi Penanggulangan KLB dan
Gizi Buruk
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
- Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
- Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV AIDS
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare
- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta
4. Penyelenggaraan Kesling dan Sanitasi Dasar
- Pelayanan Kesehatan Lingkungan
- Pelayanan Pengendalian Vektor
- Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum
5. Penyelenggaraan Promkes
- Penyuluhan Perilaku Sehat
6. Pencegahan dan pen Penyuluhan P3 NAPZA
- Penyuluhan P3 NAPZA Berbasis Masyarakat
7. Penyediaan dan Pembiayaan Jaminan Kesehatan
2.7 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Blooto
Berikut ini data sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja
Puskesmas Blotoo dalam satu tahun terakhir (1 Januari 2015 sd 31 Desember
2015). Dapat kita lihat bahwa common cold menduduki peringkat pertama,
kemudian diikuti oleh hipertensi, ISPA, myalgia, gastritis, DM, cephalgia,
febris, gastroenteritis, dan KIA.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa penyakit DM menduduki peringkat
ke-6 dari 10 penyakit terbanyak pada thaun 2015, dengan jumlah kasus
sebanyak 1.859 orang.
2.8 Angka Kunjungan Pasien DM di Puskesmas Blooto
Berdasarkan data yang diambil dari Sistem Informasi Manajemen
Puskesmas Blooto, angka kunjungan pasien DM di Puskesmas Blooto dalam 1
tahun (1 Januari 2015 sd 31 Desember 2015) adalah sebesar 618 pasien.
Dengan usia rata-rata 56 tahun, terdiri dari wanita 385 pasien dan laki-laki. 233
pasien. Sebagian besar pasien berasal dari dalam wilayah kerja Puskesmas
Blooto. Dari keseluruhan pasien yang datang ke Puskesmas Blooto, sebanyak
109 pasien DM dirujuk ke Poli Penyakit Dalam, Poli Jantung dan Poli Mata
Rumah Sakit untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Diabetes Mellitus
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002) DM
merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat
dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Pada WHO
1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan
akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan
gangguan fungsi insulin (PERKENI, 2011).
3.2 Etiologi
Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah
mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali
memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya
peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-
macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus),
herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama
sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada
insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap
sehat.
Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari
semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula
pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM Tipe
1 mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering
dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin”
dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi
kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan
glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya
tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan
obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam
darah.
DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu
dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2
biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia,
sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor
gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2011).
3.3 Faktor Resiko
Faktor risiko diabetes dapat dibagi menjadi : (PERKENI, 2011)
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :
- Ras dan etnik
- Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)
- Umur, risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan
meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.
- Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
- Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir
dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi
lahir dengan BB normal.
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi;
- Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).
- Kurangnya aktivitas fisik.
- Hipertensi (> 140/90 mmHg).
- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)
3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :
- Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
terkait dengan resistensi insulin
- Penderita sindrom metabolik
- Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT) sebelumnya
- Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, PAD
(Peripheral Arterial Diseases)
3.4 Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan
diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah
utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan
memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh
WHO. Sedangkan
untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler (PERKENI, 2011).
1. Diagnosis diabetes melitus
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan
adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di
bawah ini.
- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan
disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.
Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik
ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa
yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga
pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga dengan TTGO. Meskipun
TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan
pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO
sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.
2. Kriteria diabetes mellitus
Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di
bawah ini. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang
diperoleh.
- TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0
mmol/L).
- GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma
puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).
Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus
*Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
- 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari
(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti
biasa
- berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
- diperiksa kadar glukosa darah puasa
- diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),
dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
- berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam
setelah minum larutan glukosa selesai
- diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
- selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
3.5 Pengelolaan Diabetes Mellitus
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi
aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam
menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,
dibutuhkan edukasi pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi (Ndraha, 2014).
Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan
kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan
perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk
pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik
melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga
kesehatan lain (Ndraha, 2014).
Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani
pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:
- Mengikuti pola makan sehat
- Meningkatkan kegiatan jasmani
- Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman,
teratur
- Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan
data yang ada
- Melakukan perawatan kaki secara berkala
- Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut
dengan tepat
- Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,dan mau
bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga
untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes.
- Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:
- Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya
kecemasan
- Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana
- Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi
- Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan
pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program
pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima
- Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan
- Melibatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi
- Memperhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien
dan keluarganya
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistic (Ndraha, 2014).
2. Pengaturan Diet
Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan pengaturan diet
adalah
- Memberikan makanan sesuai kebutuhan
- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal
- Mempertahankan berat badan menjadi normal
- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan
pingsan
- Mengurangi/ mencegah komplikasi
Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:
- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk
metabolism basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan
adanya komplikasi.
- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.
- Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak
jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh
tunggal).
- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.
- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.
- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah
terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari
kebutuhan energi total.
- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk
menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda
santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur
dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan
jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat
dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan
(PERKENI, 2011).
4. Terapi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai
dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :
Obat hipoglikemik oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid
b. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)
d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
- Penurunan berat badan yang cepat
- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
- Ketoasidosis diabetic
- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
- Hiperglikemia dengan asidosis laktat
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan
perencanaan makan
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)
3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)
4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan
OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO
dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak
memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan
2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)
yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut
pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin
yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan
sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar
glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa
darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2011).
3.6 Pengaturan Diet pada Pasien Diabetes
Kebutuhan Kalori
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat badan ideal
komposisi energi adalah 60 – 70% dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan 20 –
25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan
orang dengan diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan
dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Sedangkan cara yang lebih
gampang lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 – 2500
kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori (Hiswani. 2006).
Tabel Kebutuhan Kalori Pasien Diabetes
Perhitungan Berat Badan Idaman.
Dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut :
Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,
atau bagi mereka yang berumur lebih dari 40 tahun, rumus dimodifikasi menjadi.
Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.
Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)
yaitu bera badan (kg) TB2 sebagai berikut :
Berat ideal : BMI 21 untuk wanita, BMI 22,5 untuk pria.
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:
1. Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai
angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB
- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada
anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap
tahunnya
- Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap
dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi
10%, diatas 70 tahun dikurangi 20%.
3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.
Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktifitas dikelompokan sebagai berikut :
- Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga,
dll kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal
- Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak
perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal
- Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah
40%
- Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah
50% dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak
550 kalori/hari.
5. Adanya komplikasi
Infeksi,Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan
tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat Badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung
kepada tingkat/kekurusannya.
Berikut ini makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari :
3.7 Perawatan Kaki Pasien Diabetes
Pemeriksaan kaki dan perawatan kaki pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan
untuk mencegah terjadinya luka. Upaya pencegahan primer yang perlu dilakukan
adalah:
1. Edukasi kesehatan DM, komplikasi dan perawatan kaki
2. Status gizi yang baik dan pengen-dalian DM
3. Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya
4. Pemeriksaan berkala kaki pende-rita
5. Pencegahan/ perlindungan terha-dap trauma – sepatu khusus
6. Hygiene personal termasuk kaki
7. Menghilangkan faktor biomekanis
Pemeriksaan kaki
- Pemeriksaan kaki sangat penting, karena kerusakan syaraf kaki yang tidak
dapat merasakan nyeri.
- Bagian yang diperiksa adalah pung-gung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki, dan
sela-sela jari.
Perawatan kaki
- Membersihkan kaki setiap hari dengan air bersih dan sabun mandi
- Memberikan pelembab/ lotion pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak
menjadi retak
- Gunting kuku kaki lurus mengikuti ben-tuk normal jari kaki, tidak terlalu dekat
dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam
- Pakai alas kaki sepatu atau sandal un-tuk melindungi kaki agar tidak ter-jadi
luka
- Gunakan sepatu atau sandal yang baik yang sesuai dengan ukuran dan enak
untuk dipakai, dengan ruang sepatu yang cukup untuk jari-jari
- Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti
jarum dan duri
3.8 Senam Kaki Diabetes
Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita Diabetes
Melittus (DM) atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
melancarkan peredaran darah bagian kaki. memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat
otot kaki dan mempermudah gerakan sendi kaki serta mencegah terjadinya kelainan
bentuk kaki. Selain itu, senam kaki juga dapat meningkatkan kekuatan pada otot paha,
betis, dan juga mengatasi keterbatasan dalam pergerakan sendi. Dengan demikian
diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas
hidup penderita diabetes.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes antara lain :
1. Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas
lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dan
tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada kaki
kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke atas
dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan
memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki ke
depan dan ke belakang kemudian turunkan kembali ke lantai. Lakukan secara
bergantian kaki kanan dan kiri sebanyak 10 kali.
7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut
dan gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang, lalu turunkan kembali ke
lantai. Lakukan secara bergantian kaki kanan dan kiri sebanyak 10 kali.
8. Angkat kedua kaki lalu luruskan, pertahankan posisi tersebut. Ulangi sama seperti
pada langkah ke-7, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan.
Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.
9. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan
kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10
lakukan secara bergantian.
10. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi
seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi
lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan
hanya sekali saja.
- Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran
tersebut
- Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
- Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki
lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi
- Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri
menjadi bentuk bola.
BAB 4
METODE
3.1 Jenis Program
Jenis program yang akan dilaksanakan pada mini project ini antara lain :
1. Pengisian kuesioner tingkat pengetahuan dan perilaku pasien mengenai dibetes
Pengisian kuoesior ini dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah kegiatan
(sebagai pre test dan post test)
2. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan metode ceramah interaktif.
Penyuluhan kesehatan berisi pengertian diabetes, gejala, komplikasi,
pengelolaan secara umum, pengaturan gizi dan perawatan kaki diabetes.
3. Pelatihan
Pelatihan yang diberikan kepada pasien berupa pelatihan pojok gizi (POZI)
diabetes dan pelatihan perawatan kaki diabetes (PAKIDES).
3.2 Tempat dan Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan di ruang pertemuan lantai 2 Puskesmas Bloto Kota
Mojokerto pada bulan Januari 2016.
3.3 Sasaran
Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas
Bloto Kota Mojokerto dengan kriteria sebagai berikut :
1. Pasien yang melakukan kunjungan ke Balai Pengobatan Puskesmas Bloto Kota
Mojokerto
2. Pasien yang belum pernah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai
diabetes
3. Pasien yang belum tergabung dalam klub DM
Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 20 pasien. Diperoleh dengan cara skrining
pasien di Balai Pengobatan Puskesmas Bloto. Pasien DM yang memenuhi kriteria
dilakukan pencatatan identitas, alamat, dan nomor telepon untuk selanjutnya
diikutsertakan dalam program.
3.4 Prosedur, Instrumen dan Media
3.4.1 Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku
Keusioner ini terdiri dari 18 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 13
pertanyaan mengenai perilaku pasien DM. Pertanyaan faktor pengetahuan terdiri dari
pengertian, faktor penyebab, gejala penyakit, akibat yang ditimbulkan dan cara
mencegahnya. Sedangkan pertanyaan faktor perilaku meliputi keikutsertaan dalam
kegiatan penyuluhan/edukasi mengenai dibetes, kontrol gula darah dan berat badan,
perencanaan pola makan dan minum serta latihan jasmani/aktifitas fisik. Kuesioner ini
wajib diisi oleh peserta sebelum kegiatan mulai (pre test) dan setelah kegiatan selesai
(post test). (Form kuesioner terlampir)
3.4.2 Penyuluhan Diabetes
Pada penyuluhan kesehatan diabetes ini digunakan metode ceramah indoor
dengan slide power point serta pembagian Buku Sehat DM. Alat yang diperlukan :
- Laptop
- Microphone
- LCD proyekstor + layar
- Buku Sehat DM
- Meja dan kursi
3.4.3 Pojok Gizi (POZI)
Program POZI merupakan demonstrasi menu sehat DM yang dilakukan dengan
cara peragaan dan pemberian contoh menu makanan mengenai jadwal, jumlah dan
jenis. Alat yang diperlukan :
- Food model
- Menu snack dan makan siang yang sesuai dengan aturan gizi DM
3.4.4 Pelatihan Perwatan Kaki Diabetes (PAKIDES)
Pelatihan perawatan kaki diabetes dilakukan dengan peragaan langsung
mengenai cara perawatan kaki dan senam kaki dibetes dan diikuti oleh peserta. Alat
yang diperlukan :
- Video
- Handuk, ember berisi air, sabun
- Lotion
- Gunting kuku
- Alas kaki (sandal dan sepatu yang disarankan untuk pasien DM)
- Koran bekas
3.4.5 Buku Sehat DM
Buku saku DM ini merupakan buku panduan bagi pasien DM yang dibagikan
kepada setiap peserta yang berisi tentang:
- Pengertian diabetes
- Faktor resiko
- Gejala
- Komplikasi
- Pengelolaan DM
- Pengaturan Gizi DM
- Perawatan Kaki DM
- Senam Kaki Diabetes
- Catatan Kontrol Pasien (diisi oleh petugas saat pasien periksa)
- Grafik Monitoring Gula Darah (diisi oleh petugas saat pasien periksa)
3.5 Hasil dan Evaluasi Kegiatan
Hasil kegiatan program ini selanjutnya ditampilkan dalam bentuk data
deskriptif dan laporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatan program ini
dilakukan dengan penilaian beberapa indikator, yaitu: jumlah kehadiran peserta >50%
dari total undangan dan peningkatan nilai post test sebesar >20% dari nilai pre test.
DAFTAR PUSTAKA
PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011
Ndraha S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS, Vol. 27, No.2, Hal. 9 – 16
Hastuti, R. 2008. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Naskah Publikasi Tesis S-2 Magister Epidemiologi.
Hiswani. 2006. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Flora et al. 2012. Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian Sriwijaya, Vol.6, Hal. 7 – 15