PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN...

44

Click here to load reader

Transcript of PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN...

Page 1: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

PROPOSAL MINI PROJECT

UPAYA PENINGKATAN PERILAKU HIDUP SEHAT PASIEN

DIABETES MELITUS MELALUI PROGRAM POJOK GIZI

(POZI) DAN PERAWATAN KAKI DIABETES (PAKIDES) PADA

KLUB DIABETES DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLOOTO

KOTA MOJOKERTO

Disusun oleh:

Dokter Internship Puskesmas Blooto

Periode November 2015 – Februari 2016

Pembimbing:

dr. Farida Mariana

NIP 19781104 200501 2 014

PUSKESMAS BLOOTO KOTA MOJOKERTO

PROGRAM DOKTER INTERNSIP

PERIODE NOVEMBER 2015 – FEBRUARI 2016

Page 2: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan penyakit

kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus Diabetes Mellitus

(DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak disertai gejala sampai

terjadinya komplikasi. Prevalensi penyakit diabetes meningkat karena terjadi

perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktivitas

fisik, dan meningkatnya jumlah populasi manusia usia lanjut (Ndraha, 2014).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa.

Dengan prevalensi DM pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar

7,2%, maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penyandang diabetes sejumlah 8,2

juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya, berdasarkan pola

pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta

penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban

(14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di

daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (PERKENI, 2011).

Diabetes merupakan penyakit kronik yang dapat menyebabkan kerusakan pada

pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik

makrovaskular maupun mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular meliputi penyakit

sumbatan otak (stroke) dan penyakit jantung koroner, sedangkan komplikasi

mikrovaskular meliputi kerusakan ginjal, kebutaan, gangguan saraf tepi, dan kaki

diabetes. Komplikasi ini akan memberikan dampak terhadap kualitas hidup pasien,

harapan hidup pasien dan tentunya peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar

(PERKENI, 2011).

Salah satu komplikasi DM yang merupakan penyebab utama penderita harus

dirawat dengan waktu perawatan yang lama adalah kaki diabetes. Bahkan, 70 % di

antaranya memerlukan tindakan pembedahan dan lebih dari 40 % di antaranya berakhir

dengan amputasi. Sampai saat ini, masalah kaki diabetes masih kurang mendapat

Page 3: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

perhatian sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat pada pengelolaan

penyakit ini. Akibatnya, banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi

komplikasi, harus diamputasi kakinya dan meninggal dunia karena infeksi berat

(Hastuti, 2008).

Antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya komplikasi pada

pederita DM harus sudah dimulai dari sekarang, salah satunya adalah dengan

memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita DM. Penyuluhan kesehatan pada

penderita DM merupakan suatu hal yang amat penting dalam mencegah komplikasi

atau setidaknya menghambat perkembangan penyakit ke arah yang lebih berat.

Penyuluhan tersebut dapat meliputi beberapa hal, antara lain tentang DM, pengetahuan

mengenai pengaturan diet, latihan fisik atau senam kaki, minum obat dan juga

pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatanny. Dalam hal ini

diperlukan kerjasama yang baik antara penderita DM dan keluarganya dengan para

pengelola/ penyuluh yang dapat terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga lain.

Oleh karena itu pada program mini project ini, kami akan melakukan penyuluhan

kesehatan terhadap pasien diabetes melalui program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan

Kaki Diabetes (PAKIDES) sebagai upaya peningkatan perilaku hidup sehat pada

pasien DM.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah prevalensi DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota

Mojokerto?

b. Bagaimanakah tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah kerja

Puskesmas Blooto Kota Mojokerto terhadap penyakit DM?

c. Apakah dengan program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan Kaki Diabetes

(PAKIDES) dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di

wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui prevalensi DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota

Mojokerto

Page 4: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku pasien DM di wilayah

kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto mengenai penyakit DM

c. Untuk mengetahui apakah dengan program Pojok Gizi (POZI) dan Perawatan

Kaki Diabetes (PAKIDES) dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku

sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota Mojokerto

1.4 Manfaat

a. Program ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan

pengetahuan dan perilaku sehat pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto

Kota Mojokerto

b. Sebagai upaya pencegahan komplikasi pada pasien DM sehingga meningkatkan

kualitas dan harapan hidup pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Blooto Kota

Mojokerto

c. Program ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk program selanjutnya,

khususnya dalam rangka peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat pasien

DM

Page 5: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

BAB 2

PROFIL PUSKESMAS BLOOTO

2.1 Gambaran Umum

2.1.1 Letak Geografis

UPT Puskesmas Blooto merupakan salah satu Puskesmas dengan Rawat

Inap dan Persalinan yang berlokasi di Jl. Cinde No. 3 Kelurahan Prajurit Kulon

Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto dengan batas wilayah:

- Sebelah Utara : Kelurahan Pulorejo Kecamatan Prajurit Kulon

- Sebelah Timur : Kelurahan Meri Kecamatan Magersari

- Sebelah Selatan : Kecamatan Brangkal

- Sebelah Barat : Desa Karang Kedawang Kecamatan Sooko

2.1.2 Luas dan Wilayah Kerja UPT Puskesmas Blooto

UPT Puskesmas Blooto memiliki luas wilayah 4.486 km2 yang terbagi

dalam 4 kelurahan di Kecamatan Prajurit Kulon yaitu ;

- Kelurahan Blooto : 1.121 Km2

- Kelurahan Prajurit Kulon : 1.103 Km2

- Kelurahan Surodinawan : 1.113 Km2

- Kelurahan Kranggan : 1.149 Km2

2.2 Kependudukan

Data mengenai kependudukan sangat penting dan memilki arti strategis

dalam pembangunan, khususnya di bidang kesehatan yakni untuk

menentukan langkah pemecahan ataupun metode-metode pendekatan dalam

mencapai target suatu program atau sasaran pembangunan selain juga untuk

mengenal karakteristik penduduk dalam suatu wilayah tertentu yang dapat

membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan pada wilayah tersebut.

2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Prajurit Kulon tahun 2014 menurut data

sebanyak 63.063 jiwa yang tersebar pada 7 Kelurahan.

Page 6: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Grafik berikut ini menggambarkan Jumlah KK per-kelurahan di Kecamatan

Prajurit Kulon Kota Mojokerto tahun 2014 :

2.2.2 Pendidikan

Jumlah sekolah : 54 buah

Taman Kanak-kanak yang ada/Paud : 24 buah

SD/MI yang ada : 14 buah

SLB : 1 buah

SLTP/MT yang ada : 6 buah

SMU yang ada : 9 buah

Akademi yang ada : 2 buah

Perguruan Tinggi yang ada : 1 buah

Jumlah Ponpes yang ada : 4 buah

Jumlah santri Ponpes yang ada : 116 buah

Jumlah murid yang ada

Taman Kanak-kanak : 1715 anak

SD/MI : 4429 anak

SLTP/MT : 2565 orang

SMU/MA : 3202 orang

Akademi : 108 mahasiswa

Perguruan Tinggi : 148 mahasiswa

Page 7: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

2.3 Ketenagaan

Dokter umum : 4 orang Promkes : 1 orang

Dokter gigi : 2 orang Tenaga administrasi : 13 orang

Kesmasy : 2 orang Rekam Medis : 1 orang

Bidan : 16 orang Akuntan : 1 orang

Perawat : 18 orang Pranata Komputer : 1 orang

Perawat gigi : 1orang Elektromedis : 1 orang

Nutrisionis : 2 orang Juru masak : 2 orang

Sanitarian : 1orang Tenaga keamanan : 11 orang

Analis Kesehatan : 2 orang Tenaga kebersihan : 9 orang

Apoteker : 1 orang

Asisten Apoteker : 2 orang

2.4 Jenis Pelayanan

1. Rawat Inap

Pelayanan 24 jam

Pemeriksaan pelayanan dilakukan oleh Dokter dan Perawat Profesional

Ketenangan dan kenyamanan

Lingkungan bersih dan tenang memberikan kenyamanan tersendiri dalam

lingkungan Rawat Inap

2. Poned

Pelayanan 24 jam

Pelaksanaan pelayanan dilakukan oleh Bidan Profesional dan Dokter

sebagai Konsultan

Puskesmas Blooto menyediakan Dokter dan Bidan untuk konsultasi

seputar masalah Kesehatan Ibu dan Anak

3. Ambulance

Pelayanan ambulance 24 jam

4. Unit Gawat Darurat (UGD)

Pelayanan 24 jam

5. Rawat Jalan

Poli Umum

Page 8: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Poli KIA

Poli Gizi

Laboratorium

Klinik Sanitasi

Klinik Spesialis Anak

Klinik Spesialis Kandungan

Unit Layanan Obat

2.5 Program Kesehatan

Adapun Program Kesehatan di Puskesmas berdasarkan Standart

pelayanan Minimal (SPM) adalah sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Dasar

- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

- Pelayanan Kesehatan Anak Pra sekolah dan Usia Sekolah

- Pelayanan Keluarga Berencana

- Pelayanan Imunisasi

- Pelayanan Pengobatan / Perawatan

- Pelayanan Kesehatan Jiwa

- Pelayanan Kesehatan Usila

2. Penyelenggaraan Pembinaan Gizi Masyarakat

- Pemantauan Pertumbuhan Balita

- Pelayanan Gizi

- Pelayanan Gizi Tambahan

3. Penyelenggaraan Pemberantasan Penyakit Menular

- Penyelenggaraan Penyilidikan Epidemiologi Penanggulangan KLB dan

Gizi Buruk

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio

- Pencegahan dan Pemberantasan TB Paru

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA

- Pencegahan dan pemberantasan Penyakit HIV AIDS

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit DBD

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Diare

Page 9: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Kusta

4. Penyelenggaraan Kesling dan Sanitasi Dasar

- Pelayanan Kesehatan Lingkungan

- Pelayanan Pengendalian Vektor

- Pelayanan Hygiene Sanitasi di Tempat Umum

5. Penyelenggaraan Promkes

- Penyuluhan Perilaku Sehat

6. Pencegahan dan pen Penyuluhan P3 NAPZA

- Penyuluhan P3 NAPZA Berbasis Masyarakat

7. Penyediaan dan Pembiayaan Jaminan Kesehatan

2.7 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Blooto

Berikut ini data sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja

Puskesmas Blotoo dalam satu tahun terakhir (1 Januari 2015 sd 31 Desember

2015). Dapat kita lihat bahwa common cold menduduki peringkat pertama,

kemudian diikuti oleh hipertensi, ISPA, myalgia, gastritis, DM, cephalgia,

febris, gastroenteritis, dan KIA.

Dari data di atas dapat dilihat bahwa penyakit DM menduduki peringkat

ke-6 dari 10 penyakit terbanyak pada thaun 2015, dengan jumlah kasus

sebanyak 1.859 orang.

Page 10: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

2.8 Angka Kunjungan Pasien DM di Puskesmas Blooto

Berdasarkan data yang diambil dari Sistem Informasi Manajemen

Puskesmas Blooto, angka kunjungan pasien DM di Puskesmas Blooto dalam 1

tahun (1 Januari 2015 sd 31 Desember 2015) adalah sebesar 618 pasien.

Dengan usia rata-rata 56 tahun, terdiri dari wanita 385 pasien dan laki-laki. 233

pasien. Sebagian besar pasien berasal dari dalam wilayah kerja Puskesmas

Blooto. Dari keseluruhan pasien yang datang ke Puskesmas Blooto, sebanyak

109 pasien DM dirujuk ke Poli Penyakit Dalam, Poli Jantung dan Poli Mata

Rumah Sakit untuk mendapatkan terapi lebih lanjut.

Page 11: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Sedangkan menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) (2002) DM

merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena

adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat

dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin. Pada WHO

1980 dikatakan bahwa diabetes mellitus merupakan sesuatu yang tidak dapat

dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tapi secara umum dapat

dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang merupakan

akibat dari sejumlah faktor di mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan

gangguan fungsi insulin (PERKENI, 2011).

3.2 Etiologi

Menurut etiologinya diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 2:

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah

mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali

memproduksi insulin. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya

peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-

macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus),

herpes, dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama

sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita DM Tipe 1 bergantung pada

insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap

sehat.

Secara global DM Tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 % dari

semua penderita DM yang menderita DM Tipe 1. DM Tipe 1 ini biasanya bermula

Page 12: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa remaja. Biasanya penderita DM Tipe

1 mempunyai berat badan yang kurus (PERKENI, 2011).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

DM Tipe 2 atau DM Tidak Tergantung Insulin adalah DM yang paling sering

dijumpai. DM Tipe 2 terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin”

dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi

kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan

glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya

tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan

obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam

darah.

DM Tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 % individu

dengan DM Tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit DM Tipe 2

biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia,

sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor

gaya hidup yang tidak sehat (PERKENI, 2011).

3.3 Faktor Resiko

Faktor risiko diabetes dapat dibagi menjadi : (PERKENI, 2011)

1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi :

- Ras dan etnik

- Riwayat keluarga dengan diabetes (anak penyandang diabetes)

- Umur, risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan

meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.

- Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi > 4000 gram atau riwayat

pernah menderita DM gestasional (DMG).

- Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir

dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi

lahir dengan BB normal.

2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi;

Page 13: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).

- Kurangnya aktivitas fisik.

- Hipertensi (> 140/90 mmHg).

- Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL)

3. Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes :

- Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang

terkait dengan resistensi insulin

- Penderita sindrom metabolik

- Memiliki riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa

terganggu (GDPT) sebelumnya

- Memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, PJK, PAD

(Peripheral Arterial Diseases)

3.4 Diagnosis

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.

Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan

diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan

glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah

utuh (whole blood), vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan

memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh

WHO. Sedangkan

untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler (PERKENI, 2011).

1. Diagnosis diabetes melitus

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan

adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti tersebut di

bawah ini.

- Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat

badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

- Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Page 14: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik

ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup

untuk menegakkan diagnosis DM. Kedua, dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa

yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah, sehingga

pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis DM. Ketiga dengan TTGO. Meskipun

TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan

pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO

sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan.

Page 15: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

2. Kriteria diabetes mellitus

Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil, dapat dilihat pada table di

bawah ini. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka

dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT atau GDPT tergantung dari hasil yang

diperoleh.

- TGT : Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan

glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7.8-11.0

mmol/L).

- GDPT : Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma

puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5.6 – 6.9 mmol/L).

Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus

*Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011

Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):

- 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari

(dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti

biasa

- berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,

minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan

- diperiksa kadar glukosa darah puasa

- diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa), atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak),

dilarutkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit

Page 16: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam

setelah minum larutan glukosa selesai

- diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa

- selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok

3.5 Pengelolaan Diabetes Mellitus

1. Edukasi

Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah

terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi

aktif pasien, keluarga dan masyarakat. Tim kesehatan mendampingi pasien dalam

menuju perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku,

dibutuhkan edukasi pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi (Ndraha, 2014).

Promosi perilaku sehat merupakan faktor penting pada kegiatan pelayanan

kesehatan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal dibutuhkan

perubahan perilaku. Perlu dilakukan edukasi bagi pasien dan keluarga untuk

pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan baik

melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, ahli diet, perawat, dan tenaga

kesehatan lain (Ndraha, 2014).

Tujuan perubahan perilaku adalah agar penyandang diabetes dapat menjalani

pola hidup sehat. Perilaku yang diharapkan adalah:

- Mengikuti pola makan sehat

- Meningkatkan kegiatan jasmani

- Menggunakan obat diabetes dan obat-obat pada keadaan khusus secara aman,

teratur

- Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan

data yang ada

- Melakukan perawatan kaki secara berkala

Page 17: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut

dengan tepat

- Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana,dan mau

bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga

untuk mengerti pengelolaan penyandang diabetes.

- Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi diabetes adalah:

- Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya

kecemasan

- Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang sederhana

- Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi

- Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program

pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan

laboratorium

- Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima

- Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan

- Melibatkan keluarga/ pendamping dalam proses edukasi

- Memperhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien

dan keluarganya

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari

upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM

secara holistic (Ndraha, 2014).

2. Pengaturan Diet

Pengaturan diet pada penderita DM sangatlah penting. Adapun tujuan pengaturan diet

adalah

- Memberikan makanan sesuai kebutuhan

- Mempertahankan kadar gula darah sampai normal/ mendekati normal

Page 18: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Mempertahankan berat badan menjadi normal

- Mencegah terjadinya kadar gula darah terlalu rendah yang dapat menyebabkan

pingsan

- Mengurangi/ mencegah komplikasi

Syarat diet yang baik bagi penderita diabetes antara lain:

- Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk

metabolism basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk

aktivitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau lakatasi dan

adanya komplikasi.

- Kebutuhan protein 10-15% dari kebutuhan energy total.

- Kebutuhan lemak 20-25% dari kebutuhan energy total ( <10% dari lemak

jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sisanya dari lemak tidak jenuh

tunggal).

- Kolesterol makanan dibatasi maksimal 300 mg/hari.

- Kebutuhan Karbohidrat 60 -70% dari kebutuhan energi total.

- Penggunaan gula murni tidak diperbolehkan, bila kadar gula darah sudah

terkendali diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari

kebutuhan energi total.

- Serat dianjurkan 25 gr / hari (Hiswani. 2006)

3. Latihan Jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan Latihan jasmani selain untuk

menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas

insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang

dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan kaki, bersepeda

santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat, intensitas latihan

jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat komplikasi DM dapat

Page 19: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan

(PERKENI, 2011).

4. Terapi Farmakologis

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum tercapai

dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Terdiri dari :

Obat hipoglikemik oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:

a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) : sulfonilurea dan glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion

c. Penghambat glukoneogenesis (metformin)

d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa

Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan:

- Penurunan berat badan yang cepat

- Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

- Ketoasidosis diabetic

- Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

- Hiperglikemia dengan asidosis laktat

- Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal

- Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

- Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan

perencanaan makan

- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

- Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:

1. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

2. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

3. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

4. Insulin kerja panjang (long acting insulin)

Page 20: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Terapi Kombinasi

Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk

kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.

Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat

dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi dengan

OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai

mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula

diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO

dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinik di mana insulin tidak

memungkinkan untuk dipakai dipilih terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan

2 tentang algoritma pengelolaan DM tipe-2).

Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah

kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang)

yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan terapi tersebut

pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin

yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan

sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar

glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa

darah sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan

dan diberikan insulin saja (PERKENI, 2011).

3.6 Pengaturan Diet pada Pasien Diabetes

Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat badan ideal

komposisi energi adalah 60 – 70% dari karbohidrat, 10 - 15% dari protein dan 20 –

25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan

orang dengan diabetes. Diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan

kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan

dikurangi bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi,

kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Sedangkan cara yang lebih

gampang lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien kurus 2300 – 2500

kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori (Hiswani. 2006).

Page 21: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Tabel Kebutuhan Kalori Pasien Diabetes

Perhitungan Berat Badan Idaman.

Dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah sebagai berikut :

Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg.

Bagi pria dengan tinggi badan dibawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm,

atau bagi mereka yang berumur lebih dari 40 tahun, rumus dimodifikasi menjadi.

Berat badan ideal = (TB dalam cm – 100) x 1 kg.

Sedangkan menurut Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT)

yaitu bera badan (kg) TB2 sebagai berikut :

Berat ideal : BMI 21 untuk wanita, BMI 22,5 untuk pria.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain:

1. Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai

angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.

2. Umur

- Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada

orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB

- Umur 1 tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada

anak-anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap

tahunnya

- Penurunan kebutuhan kalori diatas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap

dekade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi

10%, diatas 70 tahun dikurangi 20%.

3. Aktifitas Fisik atau Pekerjaan.

Jenis aktifitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis

aktifitas dikelompokan sebagai berikut :

- Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.

Page 22: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga,

dll kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal

- Sedang : pegawai di insdustri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak

perang, kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal

- Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah

40%

- Sangat berat : tukang beca, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah

50% dari basal.

4. Kehamilan/Laktasi

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/hari dan pada

trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak

550 kalori/hari.

5. Adanya komplikasi

Infeksi,Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan

tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.

6. Berat Badan

Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung

kepada tingkat/kekurusannya.

Berikut ini makanan yang dianjurkan, dibatasi dan dihindari :

Page 23: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

3.7 Perawatan Kaki Pasien Diabetes

Pemeriksaan kaki dan perawatan kaki pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan

untuk mencegah terjadinya luka. Upaya pencegahan primer yang perlu dilakukan

adalah:

1. Edukasi kesehatan DM, komplikasi dan perawatan kaki

2. Status gizi yang baik dan pengen-dalian DM

3. Pemeriksaan berkala DM dan komplikasinya

4. Pemeriksaan berkala kaki pende-rita

5. Pencegahan/ perlindungan terha-dap trauma – sepatu khusus

6. Hygiene personal termasuk kaki

7. Menghilangkan faktor biomekanis

Page 24: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Pemeriksaan kaki

- Pemeriksaan kaki sangat penting, karena kerusakan syaraf kaki yang tidak

dapat merasakan nyeri.

- Bagian yang diperiksa adalah pung-gung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki, dan

sela-sela jari.

Perawatan kaki

- Membersihkan kaki setiap hari dengan air bersih dan sabun mandi

- Memberikan pelembab/ lotion pada daerah kaki yang kering agar kulit tidak

menjadi retak

- Gunting kuku kaki lurus mengikuti ben-tuk normal jari kaki, tidak terlalu dekat

dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam

- Pakai alas kaki sepatu atau sandal un-tuk melindungi kaki agar tidak ter-jadi

luka

- Gunakan sepatu atau sandal yang baik yang sesuai dengan ukuran dan enak

untuk dipakai, dengan ruang sepatu yang cukup untuk jari-jari

- Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti

jarum dan duri

3.8 Senam Kaki Diabetes

Senam kaki merupakan latihan yang dilakukan bagi penderita Diabetes

Melittus (DM) atau bukan penderita untuk mencegah terjadinya luka dan membantu

melancarkan peredaran darah bagian kaki. memperbaiki sirkulasi darah, memperkuat

otot kaki dan mempermudah gerakan sendi kaki serta mencegah terjadinya kelainan

bentuk kaki. Selain itu, senam kaki juga dapat meningkatkan kekuatan pada otot paha,

betis, dan juga mengatasi keterbatasan dalam pergerakan sendi. Dengan demikian

diharapkan kaki penderita diabetes dapat terawat baik dan dapat meningkatkan kualitas

hidup penderita diabetes.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan senam kaki diabetes antara lain :

1. Pasien duduk tegak diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai

Page 25: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

2. Dengan tumit yang diletakkan dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas

lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali.

3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.

Kemudian sebaliknya pada kaki yang lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dan

tumit kaki diangkatkan ke atas. Gerakan ini dilakukan secara bersamaan pada kaki

kanan dan kiri bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.

4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Kemudian bagian ujung jari kaki diangkat ke atas

dan buat gerakan memutar pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Kemudian tumit diangkat dan buat gerakan

memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

Page 26: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

6. Kemudian angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Lalu gerakan jari-jari kaki ke

depan dan ke belakang kemudian turunkan kembali ke lantai. Lakukan secara

bergantian kaki kanan dan kiri sebanyak 10 kali.

7. Selanjutnya luruskan salah satu kaki diatas lantai kemudian angkat kaki tersebut

dan gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang, lalu turunkan kembali ke

lantai. Lakukan secara bergantian kaki kanan dan kiri sebanyak 10 kali.

8. Angkat kedua kaki lalu luruskan, pertahankan posisi tersebut. Ulangi sama seperti

pada langkah ke-7, namun gunakan kedua kaki kanan dan kiri secara bersamaan.

Ulangi gerakan tersebut sebanyak 10 kali.

9. Selanjutnya luruskan salah satu kaki dan angkat, lalu putar kaki pada pergelangan

kaki, lakukan gerakan seperti menulis di udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10

lakukan secara bergantian.

10. Letakkan selembar koran dilantai. Kemudian bentuk kertas koran tersebut menjadi

seperti bola dengan kedua belah kaki. Lalu buka kembali bola tersebut menjadi

lembaran seperti semula menggunakan kedua belah kaki. Gerakan ini dilakukan

hanya sekali saja.

Page 27: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

- Kemudian robek koran menjadi 2 bagian, lalu pisahkan kedua bagian koran

tersebut

- Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki

- Kemudian pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki

lalu letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh tadi

- Lalu bungkus semua sobekan-sobekan tadi dengan kedua kaki kanan dan kiri

menjadi bentuk bola.

Page 28: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

BAB 4

METODE

3.1 Jenis Program

Jenis program yang akan dilaksanakan pada mini project ini antara lain :

1. Pengisian kuesioner tingkat pengetahuan dan perilaku pasien mengenai dibetes

Pengisian kuoesior ini dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah kegiatan

(sebagai pre test dan post test)

2. Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan dilakukan dengan metode ceramah interaktif.

Penyuluhan kesehatan berisi pengertian diabetes, gejala, komplikasi,

pengelolaan secara umum, pengaturan gizi dan perawatan kaki diabetes.

3. Pelatihan

Pelatihan yang diberikan kepada pasien berupa pelatihan pojok gizi (POZI)

diabetes dan pelatihan perawatan kaki diabetes (PAKIDES).

3.2 Tempat dan Waktu

Kegiatan ini dilaksanakan di ruang pertemuan lantai 2 Puskesmas Bloto Kota

Mojokerto pada bulan Januari 2016.

3.3 Sasaran

Sasaran pada program ini adalah pasien diabetes di wilayah kerja Puskesmas

Bloto Kota Mojokerto dengan kriteria sebagai berikut :

1. Pasien yang melakukan kunjungan ke Balai Pengobatan Puskesmas Bloto Kota

Mojokerto

2. Pasien yang belum pernah mendapatkan penyuluhan dan pelatihan mengenai

diabetes

3. Pasien yang belum tergabung dalam klub DM

Jumlah sasaran ditentukan sebanyak 20 pasien. Diperoleh dengan cara skrining

pasien di Balai Pengobatan Puskesmas Bloto. Pasien DM yang memenuhi kriteria

Page 29: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

dilakukan pencatatan identitas, alamat, dan nomor telepon untuk selanjutnya

diikutsertakan dalam program.

3.4 Prosedur, Instrumen dan Media

3.4.1 Kuesioner Pengetahuan dan Perilaku

Keusioner ini terdiri dari 18 pertanyaan mengenai pengetahuan dan 13

pertanyaan mengenai perilaku pasien DM. Pertanyaan faktor pengetahuan terdiri dari

pengertian, faktor penyebab, gejala penyakit, akibat yang ditimbulkan dan cara

mencegahnya. Sedangkan pertanyaan faktor perilaku meliputi keikutsertaan dalam

kegiatan penyuluhan/edukasi mengenai dibetes, kontrol gula darah dan berat badan,

perencanaan pola makan dan minum serta latihan jasmani/aktifitas fisik. Kuesioner ini

wajib diisi oleh peserta sebelum kegiatan mulai (pre test) dan setelah kegiatan selesai

(post test). (Form kuesioner terlampir)

3.4.2 Penyuluhan Diabetes

Pada penyuluhan kesehatan diabetes ini digunakan metode ceramah indoor

dengan slide power point serta pembagian Buku Sehat DM. Alat yang diperlukan :

- Laptop

- Microphone

- LCD proyekstor + layar

- Buku Sehat DM

- Meja dan kursi

3.4.3 Pojok Gizi (POZI)

Program POZI merupakan demonstrasi menu sehat DM yang dilakukan dengan

cara peragaan dan pemberian contoh menu makanan mengenai jadwal, jumlah dan

jenis. Alat yang diperlukan :

- Food model

- Menu snack dan makan siang yang sesuai dengan aturan gizi DM

3.4.4 Pelatihan Perwatan Kaki Diabetes (PAKIDES)

Page 30: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

Pelatihan perawatan kaki diabetes dilakukan dengan peragaan langsung

mengenai cara perawatan kaki dan senam kaki dibetes dan diikuti oleh peserta. Alat

yang diperlukan :

- Video

- Handuk, ember berisi air, sabun

- Lotion

- Gunting kuku

- Alas kaki (sandal dan sepatu yang disarankan untuk pasien DM)

- Koran bekas

3.4.5 Buku Sehat DM

Buku saku DM ini merupakan buku panduan bagi pasien DM yang dibagikan

kepada setiap peserta yang berisi tentang:

- Pengertian diabetes

- Faktor resiko

- Gejala

- Komplikasi

- Pengelolaan DM

- Pengaturan Gizi DM

- Perawatan Kaki DM

- Senam Kaki Diabetes

- Catatan Kontrol Pasien (diisi oleh petugas saat pasien periksa)

- Grafik Monitoring Gula Darah (diisi oleh petugas saat pasien periksa)

3.5 Hasil dan Evaluasi Kegiatan

Hasil kegiatan program ini selanjutnya ditampilkan dalam bentuk data

deskriptif dan laporan kegiatan. Sedangkan evaluasi kegiatan program ini

dilakukan dengan penilaian beberapa indikator, yaitu: jumlah kehadiran peserta >50%

dari total undangan dan peningkatan nilai post test sebesar >20% dari nilai pre test.

Page 31: PROPOSAL MINI PROJECT INTENSHIP UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP HIDUP SEHAT PASOIEN DIABETES.doc

DAFTAR PUSTAKA

PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011

Ndraha S. 2014. Diabetes Melitus Tipe 2 Dan Tatalaksana Terkini. MEDICINUS, Vol. 27, No.2, Hal. 9 – 16

Hastuti, R. 2008. Faktor-faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus (Studi Kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Naskah Publikasi Tesis S-2 Magister Epidemiologi.

Hiswani. 2006. Peranan Gizi dalam Diabetes Mellitus. Naskah Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Flora et al. 2012. Pelatihan Senam Kaki pada Penderita Diabetes Mellitus Dalam Upaya Pencegahan Komplikasi Diabetes pada Kaki (Diabetes Foot). Jurnal Pengabdian Sriwijaya, Vol.6, Hal. 7 – 15