BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny.P
Usia : 53 Tahun
Alamat : Sapuran
Pekerjaan : Buruh tani
Tanggal masuk RS : 13 Maret 2013
Tanggal keluar RS : -
B. Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dan autoanamnesis serta pemeriksaan fisik pada tanggal 14
Maret 2013 di bangsal bougenville.
Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kanan tidak bisa dimasukkan dan terasa
nyeri
Keluhan Tambahan : Nyeri perut, tidak bisa BAB dan kentut sejak tadi pagi
Riwayat Penyakit Sekarang
HMRS, pada tanggal 13 Maret 2013 pukul 19. 40 pasien datang ke IGD
diantar keluarganya dengan keluhan muncul benjolan di paha kanan yang tidak bisa
dimasukkan dan terasa nyeri selama 4 hari ini disertai nyeri perut yang tak kunjung
berkurang sejak benjolan di lipat paha kanan tidak bisa masuk baik secara spontan
maupun dengan bantuan. Benjolan sebesar telur puyuh pertama muncul sekitar 2
tahun yang lalu. Benjolan biasanya dapat keluar masuk sendiri. Keluhan disertai tidak
bisa BAB serta kentut sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien sekarang
menyangkal mual dan muntah, tetapi 3 hari sebelumnya pasien mual, muntah dan
keesokan harinya sudah sembuh.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami gejala penyakit yang sama selama 2 tahun
ini. Riwayat penyakit hipertensi, sesak nafas, penyakit jantung, batuk lama, dan
riwayat operasi sebelumnya disangkal oleh pasien.
1
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Tidak
ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit tedun . Riwayat penyakit berat lainnya
tidak ada pada keluarganya.
Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien bekerja sebagai buruh tani dan sering angkat – angkat hasil tani yang berat.
Jika setelah angkat – angkat yang berat, pasien merasa benjolannya keluar, dan masuk
kembali apabila pasien istirahat berbaring atau dimasukkan oleh tangan pasien
sendiri.
Anamnesis Sistem
Kepala : Simetris
Mata : tidak ada keluhan penglihatan berkurang.
Telinga : tidak terdapat keluhan
Hidung : tidak terdapat keluhan
Mulut : tidak terdapat gigi caries, tidak terdapat sariawan,
tidak sianosis
Leher dan Tenggorokan : simetris, tidak terdapat nyeri telan
Thorax : tidak terdapat nyeri dada, dada tidak berdebar-debar,
tidak sesak nafas
Pencernaan : tidak dapat BAB , tidak dapat kentut , terasa kembung.
Urogenital : BAK tidak terdapat keluhan.
Kaki dan tangan : gerakan bebas, tidak edema
Kejiwaan : tidak gelisah, tenang
Berat Badan : sedang
Sistem Cerebrospinal : Sadar, lemas.
Sistem Indera :
Mata : tidak berkunag-kunang, sklera tidak kuning ,
konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat penglihatan
kabur , pandangan tidak berputar
Hidung : tidak mengeluarkan cairan ,tidak pilek
2
Telinga : pendengaran tidak berkurang, tidak berdenging , tidak
mengeluarkan cairan.
Mulut : tidak terdapat sariawan , gusi tidak berdarah , mulut
kering , tidak sariawan.
Sistem Kardiovaskuler : tidak terdapat nyeri dada , tidak berdebar-debar
Sistem Respiratorius : tidak terdapat sesak nafas
Sistem Gastrointestinal : terdapat nyeri perut, tidak mual, tidak muntah, tidak
flatus, tidak BAB
Sistem Urogenital : BAK lancar, tidak terdapat nyeri ketika BAK
Sistem Intergumentum : tidak terdapat sianosis, kulit tidak kuning , tidak
pucat, Turgor kulit baik
Sistem Muskuloskeletal : gerakan bebas
C. Resume Anamnesis
Pasien perempuan berusia 53 tahun datang ke IGD RSUD Setonegoro dengan
keluhan sakit pada benjolan di lipat paha kanan sudah 4 hari ini benjolan tidak dapat
masuk sendiri ke perut ataupun dimasukkan dengan tangan. Benjolan ada sejak 2
tahun yang lalu sebesar telur puyuh biasanya bisa dimasukkan saat sedang keluar .
Pasien juga mengeluh perut terasa sakit, tidak bisa BAB dan kentut 12 jam SMRS.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Sedang, tampak kesakitan, kesadaran : compos mentis, GCS : 15, sikap : posisi
berbaring aktif.
Vital Sign
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 72x/menit, isi dan tegangan cukup, kuat angkat
Suhu : 37°C
Respirasi : 20x/menit
Status Generalisata
Pemeriksaan Kepala : Mesochepal, bentuk normal
Wajah : Simetris, ekspresi tampak kesakitan
Rambut : pertumbuhan normal, merata, tidak rontok.
3
Mata : palpebra tidak edema, visus normal, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, refleks cahaya normal, pupil
isokor
Telinga : bentuk telinga luar normal, pendengaran tidak berkurang,
tidak tinitus ,tidak terdapat discharge, tidak gatal, tidak
terdapat nyeri tekan tragus.
Hidung : hidung bentuk normal, nafas tidak cuping hidung , tidak
terdapat deformitas, tidak epistaksis, tidak terdapat discharge
Mulut : bibir tidak sianosis, tidak kering, lidah tidak kotor, gusi tidak
berdarah, tidak terdapat stomatitis, uvula dan tonsil tidak
membesar, lidah tidak tremor, tidak terdapat caries gigi.
Pemeriksaan Leher : JVP-R+2cm (normal), tidak ada deviasi trakhea,kelenjar
getah bening tidak teraba membesar.
Pemeriksaan Thoraks :
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Redup, Batas Jantung
- Kanan atas : SIC II LPS dextra
- Kiri atas : SIC II LMC sinistra
- Kanan bawah : SIC IV LPS dextra
- Kiri bawah : SIC V LMC sinistra
Auskultasi : bunyi S1-S2 tunggal, irama reguler ST (-) bising (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris, tidak terdapat deformitas,tidak terdapat sikatrik,
tidak terdapat jejas, tidak terdapat retraksi subcosta,tidak
terdapat retraksi intercosta, tidak terdapat ketinggalan gerak
Palpasi : tidak terdapat ketinggalan gerak, suara fremitus sama kanan
dan kiri sama.
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler normal, tidak terdapat suara
tambahan
4
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Dinding dada sejajar dengan dinding perut, tidak terlihat jejas,
darm contour serta darm steifung.
Auskultasi : Bising usus (+) menurun
Perkusi : hipertimpani, ada pekak hepar, tidak ada pekak beralih
Palpasi : Supel, terdapat nyeri tekan di seluruh lapang abdomen, tidak
teraba massa, tidak terdapat hepatomegali, tidak terdapat
splenomegali, tidak terdapat defans muskuler
Anogenital : Tidak ada tanda-tanda radang, tidak ada benjolan, tidak ada
discharge yang keluar lewat vagina.
Ekstrimitas :tidak terdapat kelainan kulit, tidak terdapat deformitas, tidak
terdapat edema ekstrimitas, tidak terdapat nyeri gerak aktif
dan pasif, akral hangat.
Status Lokalis
Regio inguinal dekstra:
Posisi berdiri :
a. Inspeksi : Tampak massa ukuran diameter 2 cm warna massa sama
dengan warna kulit. Tidak ada tanda – tanda peradangan, bentuk bulat.
b. Palpasi : Massa dengan permukaan rata, konsistensi kenyal padat,
mobile, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan, tidak ada tanda peradangan,
fluktuasi (-) suhu perabaan sama dengan suhu kulit.
Finger test (-), thumb test (-), zieman test (-) karena hernia ireponibel,
tes tidak dapat dilakukan.
c. Auskultasi : Tak terdengar bunyi peristaltik.
Posisi telentang :
a. Inspeksi : Pasien mengejan tampak massa ukuran diameter 2 cm warna
massa sama dengan warna kulit. Tidak ada tanda – tanda peradangan, bentuk
bulat.
b. Palpasi : Massa dengan permukaan rata, konsistensi kenyal padat,
mobile, berbatas tegas, terdapat nyeri tekan, tidak ada tanda peradangan,
fluktuasi (-) suhu perabaan sama dengan suhu kulit.
Finger test (-), thumb test (-), zieman test (-) karena hernia ireponibel,
tes tidak dapat dilakukan.
5
1) Auskultasi : Tak terdengar bunyi peristaltik.
E. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin & Kimia Klinik (13/03/13)
Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Nilai Rujukan Interprestasi
Hemoglobin 15.2 11.7 – 15.5 g/dL NormalLeukosit 6.2 3.6 – 11 10^3/ul NormalEosinofil 0.00 2 – 4 % MenurunBasofil 0.20 0 – 1 % NNetrofil 91.60 50 – 70 % NaikLimfosit 4.20 25 – 40 % MenurunMonosit 4.00 2 – 8 % NHematokrit 44 35 – 47 % NormalEritrosit 4.9 3.8 – 5.2 10^6/ul Normal Trombosit 301 150 – 400 10^3/ul NMCV 90 80 – 100 fL NormalMCH 31 26 – 34 Pg NormalMCHC 34 32 – 36 q/dL NMasa perdarahan / BT 2.00 1 – 3 menit NormalMasa pembekuan / CT 4.00 3 – 6 menit NormalGolongan darah 0Gula darah sewaktu 249 70 – 150 mg/dL MeningkatUreum 15.6 <50 mg/dL NormalKreatinin 0.4 0.4 – 0.9 mg/dL NormalCholesterol total 157 <220 mg/dL NormalTrigliserid 59 70 – 140 mg/dL MenurunSGOT 12 0 – 35 U/L NormalSGPT 35 0 – 35 U/L Normal
F. Usulan Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi : Ro thorax, foto polos abdomen 2 posisi, USG
2. EKG
6
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Diagnosis kerja dan diagnosis banding
Diagnosis kerja: suspek hernia femoralis dekstra inkarserata
Diagnosis Banding:
Hernia femoralis dekstra incarserata
Hernia femoralis dekstra strangulata
Hernia femoralis dekstra ireponibel post incarserata
Limfadenopati inguinal dekstra
Abses inguinal dekstra
I. Follow UP
Pemeriksaan (14/03/2013) (15/03/2013) (16/03/2013)S/ Pasien mengeluh
benjolan tidak bisa dimasukkan&terasa nyeri, nyeri seluruh lapang abdomen, tidak bisa BAB, tidak bisa flatus.
Pasien mengeluh benjolan tidak bisa dimasukkan&terasa nyeri, nyeri seluruh lapang abdomen berkurang, tidak bisa BAB, bisa flatus.
Pasien merasa lebih baik,benjolan belum bisa dimasukkan, nyeri perut sudah berkurang, BAB belum bisa, dapat flatus.
O/ KU Sedang Sedang SedangKesadaran CM CM CMPernafasan Reguler Reguler RegulerKepala Konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher JVP tak meningkat JVP tak meningkat JVP tak meningkatThorax Paru : Suara dasar Paru : Suara dasar Paru : Suara dasar
7
vesikulerCor: S1-S2 tunggal reguler, Bising (-)
vesikuler Cor: S1-S2 tunggal reguler, Bising (-)
vesikuler Cor: S1-S2 tunggal reguler, Bising (-)
Abdomen Permukaan datar, supel, distensi (-), BU (+) menurun, Nyeri tekan seluruh lapang abdomen, hipertimpani
Permukaan datar, supel, distensi(-), BU (+) menurun, nyeri tekan seluruh lapang abdomen, hipertimpani
Permukaan datar, supel, distensi (-), BU (+)menurun, tidak nyeri tekan.
Ekstremitas Akral hangat, tidak terdapat odem ekstremitas
Akral hangat, tidak terdapat odem ekstremitas
Akral hangat, Tidak terdapat odem ekstremitas
Vital Sign :TDNDRRT
140/80 mmHg96x/ menit20x/menit36,8 °C
130/80 mmHg94x/menit20x/menit36,7°C
130/80 mmHg94x/menit22x/menit38°C
Lain- lain EKG: LVH dan sinus takikardi
Assesment : Suspect hernia femoralis dekstra strangulata
Tx : PuasaInf. RL 20tpmInj. Amoxicillin 3x1 grInj. Ketorolac 2 x 1AInj Ranitidin 2 x 1A
Assesment :Suspect hernia richter femoralis dekstra
Tx:Lavement tinggi Terapi lain lanjut
Assesment :Suspect hernia richter femoralis dekstra
Pro Operasi herniotomi
J. Penatalaksanaan
Terapi operatif : Herniotomi
Terapi medika mentosa : Inf. RL 20tpm Inj. Amoxicillin 3x1 gr Inj. Ketorolac 2 x 1A Inj Ranitidin 2 x 1A
8
K. Laporan Operasi
1. Pasien posisi telentang, anastesi dengan SAB
2. Antiseptik daerah operasi dengan povidone iodine, tutup dengan duk steril kecuali
daerah yang akan dioperasi
3. Insisi inguinal kanan di atas benjolan dengan paramedial, buka lapis demi lapis
4. Identifikasi kantong hernia berada pada fossa ovalis, buka kantong sambil
membuka jepitan, tampak ileum, nekrosis usus lebih dari ½ lingkaran. Diputuskan
dilakukan reseksi usus yang non viable sepanjang 5cm. Dilanjutkan dengan
anastomosis end to end. Jahit sirkuler vestom seromuskuler. Tes kebocoran
negative, patensi positif, ditambah pula dengan jahitan overhecting. Usus
dikembalikan ke lapang abdomen. Pasang drain NGT no.16 di intra abdomen
untuk evaluasi kebocoran sampai hari ke-7. Tutup fossa ovalis ditambah mess
hernia. Pasang drain sub fascia, jahit kulit satu – satu.
5. Operasi selesai
L. Diagnosis Akhir post Operasi
Hernia richter femoralis dekstra
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan/organ tubuh dari suatu
ruangan melalui suatu lubang/celah keluar dibawah kulit atau menuju rongga
lainnya(secara congenital/aquisital.1 Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :
1. hernia reponibel
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus.
2. hernia irreponibel / hernia akreta
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya
disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada
keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. hernia inkarserata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap,
tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus.
Hernia ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
4. hernia strangulata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi
gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia
Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat
sehingga disertai obstruksi usus.
B. Epidemiologi
Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria daripada wanita.1 Pada pria, 97%
dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2% sebagai hernia femoralis, dan 1% sebagai
hernia umbilikalis.1 Pada wanita, variasinya menjadi berbeda, 50 % terjadi di inguinalis,
34% sebagai hernia femoralis, dan 16% sebagai hernia umbilikalis.1 Hernia femoralis
banyak pada wanita karena: Sering partus atau tekanan intraabdominal meningkat dan
10
annulus femoralis melemah. Bentuk pelvis lebih horizontal sehingga tekanan ligamentum
ingunale lebih besar dan annulus femoralis melemah Keadaan tubuh obesitas,
preperitoneal fat banyak,fascia transversa,abdominis lemah menyebabkan Hernia
Adiposa.3 Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilicus, linea alba, garis
semilunaris dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang
sebanding tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt,
segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.5
C. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia dibedakan menjadi dua, yaitu2,3:
1. Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi
sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa
hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri
terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.2,3
2. Acquisita (didapat)2,3
Anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia.
Peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi
hernia melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk
kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi prostat,
konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga
dapat membuka kembali kanalis inguinalis.
Kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia
meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena
11
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen
dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
D. Gambaran Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat behan berat, dan menghilang
waktu istirahat baring. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul
di lipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau
bayi sering gelisah, banyak menangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.3
Pada inspeksi diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien diminta mengedan atau
batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong
apakah benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk atau
jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat diraba berupa anulus
inguinalis yang melebar.3
Hernia insipien berupa hernia membakat apabila tonjolan hanya dapat
dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis tetapi tidak keluar. Pada
hayi dan anak anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis,
batuk, atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan
membandingkan yang kiri dan yang kanan; kadang didapatkan tanda sarung tangan
sutera.3
E. Patofisiologi Hernia
HerniaInguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari
kehamilan, ter jadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri 12
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih
sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal
terbuka terus, kar ena prosesus tidak ber obliterasi maka akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi ker ana usia lanjut,
karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada
orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus
minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdom inal
meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang
barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul
hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar
melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan congenital dan
dapat terjadi pada semua. Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan
proses perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap
cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk, cincin hernia menjadi
sempit dan menimbulkan gangguan penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi
obtruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi
nekrosis. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Juga dapat
terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya terputar. Bila isi perut terjepit dapat
terjadi shock, demam, asidosis metabolik, abses.2
Hernia femoralis
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada wanita kira-kira
4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha. Sering penderita datang
ke dokter atau rumah sakit dengan hernia strangulata. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan benjolan di lipat paha di bawah ligamentum inguinale, di medial vena
femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena kecilnya
13
atau karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus femoralis ke dalam
kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Kanalis femoralis terletak
medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum dorsal dari ligam entum inguinale,
tempat v.safena magna bermuara di dalam v.femoralis. Foramen ini sempit dan
dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinale,
kaudodorsal oleh pinggir os. Pubis yang terdiri dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper),
sebelah lateral oleh (sarung) v.femoralis,dan di sebelah medial oleh lig. Lakunare
Gimbernati. Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari lig.
Inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.2
F. Diagnosis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium
atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu
satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.2,3
Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi
karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren.2,3
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Inspeksi : saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis
muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial
bawah.2
Palpasi : kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya
tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.2
Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus
sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia
dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien
diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis
lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
14
Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya
terdiri dari ovarium.3
G. Terapi
Pengobat konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak – anak.
Reposisi dilakukakan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan
lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak – anak inkarserasi lebih sering
terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya
gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini
disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak – anak. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia.
Bila usaha repoisisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasa berikutnya. Jika reposisi
hernia tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.2,5
Pengobatan operatif
Merupakan satu – satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi
operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Untuk memperoleh keberhasilan maka
factor – factor yang menimbulka terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk
kronik, prostate,tumor, ascites, dll) dan defek yang ada direkonstruksi dan
diaproksimasi tanpa tegangan.2,5
H. KOMPLIKASI
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponsibel; ini dapat terjadi
kalau hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ektraperitoneal (hernia
geser) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulate yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan
dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter.2
Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia
femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
15
inkarserasi retrograde yaitu dua segmen usus terperangkap didalam kantong hernia
dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti hurup W. 3Jepitan
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan
terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia
dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada
cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringa
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa
cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan
dengan rongga perut.Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan ,
elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan
vaskularisasi terjadi gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi
komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia,
nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan lokal yang
ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi, disertai nyeri tekan dan
tergantung keadaaan isi hernia dapat dijumpai tanda pereitonitis atau abses lolal.
Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat karena perlu mendpat
pertolongan segera.2
I. PROGNOSIS
Presentasi kematian untuk operasi elektif repair hernia adalah 0,1 % untuk
dibawah, 0,2 % antara usia 60 & 69, 1,6% antara usia 70&79, 3,3% diatas usia 80.
Resiko untuk operasi darurat hernia strangulate adalah 10 kali lebih besar dan
banyak pasien di atas usia 80 tahun meninggal. Secara keseluruhan, tingkat kematian
untuk hernia strangulate adalah 10%. 3
16
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, pasien memiliki riwayat muncul benjolan pada lipat
paha kanan yang tidak bisa masuk secara spontan maupun dimasukkan oleh tangan
dalam 4 hari ini. Benjolan biasanya keluar jika pasien mengejan, batuk, mengangkat
barang berat dan bisa masuk kembali dengan spontan bila pasien berbaring
terlentang ataupun dimasukkan dengan tangan selama kurang lebih 2 tahun ini.
Dalam 4 hari ini, sejak benjolan tidak bisa dimasukkan, benjolan terasa sakit, yang
sebelumnya dalam 2 tahun tidak pernah sakit, keluhan disertai nyeri perut di seluruh
lapang abdomen, pasien sempat mual dan muntah di hari pertama benjolan tidak bisa
masuk, pasien juga mengeluhkan tidak bisa BAB dan kentut di pagi hari sebelum
pasien datang ke RSUD.
Pada pemeriksaan fisik teraba adanya benjolan di lipat paha kanan sebesar
telur ayam kampung, benjolan berbatas tegas, terdapatnya nyeri tekan pada benjolan,
benjolan tidak bisa dimasukkan oleh tangan maupun dengan posisi tredelenburg,
nyeri tekan pada abdomen, penurunan bising usus, terdapat meteorismus. Diagnosa
awal pasien saat ini hernia femoralis dekstra inkarserata.
Pasien diputuskan untuk dilakukan operasi herniotomi, hasil operasi
herniotomi terdapat usus yang terjepit sebagian. Hasil diagnosa post operasi menjadi
hernia richter femoralis dekstra.
Pasien sudah menjalani operasi herniotomi dan sempat berada di ICU post
operasi karena pasien menjalani operasi dengan resiko tinggi yakni pasien memiliki
pembesaran jantung dan sinus takikardi. Saat ini kondisi pasien sudah membaik, dan
sudah diijinkan pulang.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal: 21 – 25.
2. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong. 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2, Jakarta, EGC,
Hal: 523 – 537.
3. Henry, MM, Thompson JN, 2005, Principle of surgery, 2nd edition, Elsevier
Sounders, page 431 – 445.
4. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian 1, cetakan kedua, Jakarta, EGC, 1995 Hal
228, 243.
5. Scwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, Jakarta,
EGC, Hal: 509 – 517
18