i
PRAKTIK PENDIDIKAN LIBERAL DAN
MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS DI PONDOK MODERN GONTOR
DAN PESANTREN SALAF API TEGALREJO)
oleh :
IMAMUL HUDA
NIM. M1.13.006
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
ii
ii
iii
iii
iv
iv
v
v
ABSTRAK Praktik Pendidikan Liberal dan Multikultural di Pondok Pesantren
(Studi Kasus di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo)
Pendidikan ibarat musafir yang sedang berada pada persimpangan jalan. Jalan mana
yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan adalah pilihan. Secara umum terdapat
dua ideologi yang berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu konservatif dan liberal.
Pondok pesantren identik dengan tradisi dan ritual seperti membaca kitab
klasik, membaca wirid, al-barzanji, mujahadah, istighotsah, tartil maupun tahfidh al
quran. Itu semua tidak bisa lepas dari tujuan, visi dan misi mayoritas pesantren yaitu
mencetak para santrinya agar menjadi kader ulama.
Seiring perkembangan zaman dan tuntutan masyarakat atas kebutuhan
pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan materi pendidikan
umum. Bahkan terdapat pesantren yang menerapkan pendidikan berwawasan
kebebasan dan multikultural.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk praktik pendidikan liberal dan
multikultural di Pondok Pesantren. Jenis penelitian ini adalah studi lapangan (field
research) dengan metode deskriptif kualitatif. Adapun Lokasi penelitian dilakukan di
dua tempat; yaitu Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur dan
Pesantren Salaf API ( Asrama Perguruan Islam ) Tegalrejo Magelang Jawa Tengah.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pendidikan di Pondok Modern Gontor
memuat sebagian karakter pendidikan liberal yang terdapat dalam visi misi, tujuan
pendidikan, pembelajaran di Kulliyatul Mu‟allimin al-Islamiyyah (KMI), Organisasi
Pelajar, dan rangkaian kegiatan di bawah pengasuhan santri. Adapun sebagian praktik
pendidikan liberal di pesantren salaf API Tegalrejo ditemukan di sekolah formal
SMK Syubbanul Wathon dan lembaga pelatihan PARTNER (Pesantren Entrepeneur).
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa terdapat nilai-nilai multikulturalisme
dalam kurikulum KMI, agenda Organisasi Pelajar serta berbagai aktivitas Pengasuhan
Santri. Adapun nilai-nilai multikulturalisme di pesantren salaf API Tegalrejo
ditemukan dalam rangkaian kegiatan akhir tahun ajaran pesantren, yaitu Khataman
Haflah Akhirussanah dengan acara Pawiyatan Budaya Adat (PBA) yang merangkul
ratusan kesenian adat dan budaya Jawa.
vi
vi
ABSTRACT
The Practice of Liberal and Multicultural Education in Islamic Boarding School
(Case Study in Gontor and API Tegalrejo Islamic Boarding School)
Education is like a traveler at a crossroads. Which pathway will be taked to achieve
the goal is an option. Generally, there are two progressing ideologies in the education:
conservative and liberal education.
Islamic Boarding School is identic with traditions and rituals such as reading a
classic book, wirid, al-barzanji, mujahadah, istighotsah, tartil and tahfidh al-qur'an.
All of which are according to it purpose, vision and mission Islamic boarding schools
that scored his students in order to be a cadre of ulama, kiai and religious leaders.
As the times and the public demands on the needs of general education, now
many Islamic Boarding School are provided general education materials. In fact,
several of them are practiced the vision of freedom and multicultural education.
The purpose of this study is to find the forms of the practice of liberal and
multicultural education at Islamic boarding school. This type of research is a field
study (field research) with descriptive qualitative method. The location of the
research carried out in two places; Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
East Java and Pesantren Salaf API Tegalrejo Magelang, Central Java.
The study showed that education in Pondok Modern Gontor are contained
several of liberal education characters in the vision and mission, the purpose of
education, learning in Kulliyatul Mu'allimin al-Islamiyya (KMI), Student
Organization and student activities under the care of guidance and counseling
departement. As for the practices of liberal education at Pesantren Salaf API
Tegalrejo are founded in its formal schools Syubbanul Wathon and vocational
training institutions PARTNER (Pesantren Entrepeneur).
The results also showed that there are values of multiculturalism in the
curriculum KMI, Student Organization and students activities. As for the values of multiculturalism at Pesantren Salaf API Tegalrejo are founded in activities namely
Khataman haflah Akhirussanah with Pawiyatan Budaya Adat (PBA) which embraces
hundreds of indigenous art and culture of Java.
vii
vii
PRAKATA
Assalamu‟alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah kepada suri tauladan kita Rasulullah saw., sahabat,
keluarga,dan orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan risalah-
risalah beliau.
Tesis ini tidak mungkin selesai tanpa ada dukungan dan bantuan dari semua
pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. yang
telah memberi kesempatan kepada penulis dalam menempuh studi di Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
2. Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga Dr.
Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. yang telah memberikan kesempatan dan
menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menempuh studi di Program
Magister Pendidikan Islam.
3. Pembimbing tesis Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag. yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di tengah-tengah kesibukannya untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini.
4. Seluruh dosen yang telah membekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan selama
viii
viii
kuliah beserta staf Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Salatiga
yang melayani penulis dengan kesabaran.
5. Para asatidz dan staf pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor yang telah
memberikan kesempatan dan kelonggaran waktunya untuk memberikan informasi
dan data pendukung lainnya dalam penyusunan tesis ini sehingga berjalan dengan
lancar.
6. Dr. H. Nur Hadi Ihsan, MIRKH, K.H. Muhammad Hudaya, Lc, M.Ag., Hj.
Alfiyah Rahmawati Hidana, Lc. M.Ag., dan H. Ismail Abdullah Budi Prasetyo,
S.Ag. yang telah banyak memberikan informasi dan masukan kepada penulis.
7. K.H. Abdurrohman Yusuf Chudlori selaku pengasuh pesantren salaf API
Tegalrejo dan ustadz Ali Mustofa selaku sesepuh pesantren API yang telah
banyak memberikan banyak informasi kepada penulis.
8 . Keluarga besar Pondok Modern Assalaam Temanggung yang telah
memberikan izin studi dan keleluasaan sehingga penelitian ini menjadi lancar.
9. A ya h k u H. Hamdi yang senantiasa memberikan doa, mencurahkan kasih sayang,
perhatian,dan motivasi yang tulus kepada peneliti. Hormat dan baktiku selalu
tertuju kepada beliau.
10. Istriku tercinta Nur Cholifah dan anak-anakku tersayang Xena Raida, Zamzam
Omar Sahid dan Panji Fatahillah Mursyid yang selalu mendampingi dan
mendo‟akan hingga selesainya tesis ini.
11. Teman-teman Program Pascasarjana angkatan 2013 khususnya kelas A yang
ix
ix
selalu kompak dan berbagi pengalaman.
12. Semua pihak yang turut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi dan semua
pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
membalas dengan sebaik-baik balasan.
13. Tidak lupa kepada sahabat-sahabatku Syakban Maghfur, M.Pd; Altof Sufeida,
S.Ag; Catur Deni Firmanto, Faizin Santoso, S.Pd.I yang selalu memberi dorongan
dan motivasi.
14. Yang terakhir almarhumah ibuku tercinta Hajjah Siti Sulasih. Beliau orang paling
berharga di dunia bagiku, semoga segala kebaikan dan kebajikanku adalah doa
anak sholeh yang tidak pernah terputus untukmu. Amin…. Ya robbal alamin…...
Pada akhirnya penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan tesis
ini belum mencapai kesempurnaan. Namun penulis berharap semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamu‟alaikum Wr.Wb.
Salatiga, 31 Agustus 2015
Penulis
Imamul Huda
NIM. M1.13.006
x
x
MOTTO
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. al-Mujadilah/58:11)
ORANG YANG BERHENTI BELAJAR AKAN MENJADI PEMILIK MASA
LALU. ORANG YANG TERUS BELAJAR AKAN MENJADI PEMILIK
MASA DEPAN
TUGAS KITA BUKANLAH UNTUK BERHASIL, TUGAS KITA ADALAH
UNTUK MENCOBA, KARENA DI DALAM MENCOBA ITULAH KITA
MEMBANGUN KESEMPATAN UNTUK BERHASIL
BERUSAHALAH UNTUK MENJADI ORANG SUKSES DAN BERGUNA
xi
xi
PERSEMBAHAN
Untuk yang kucintai;
Ibuku alm. Hj. Siti Sulasih
(semoga Allah SWT selalu merahmatinya)
Ayahku H. Hamdi
Istriku Nur Cholifah
Putra-putriku tersayang;
Xena Raida
Zamzam Omar Sahid
Panji Fatahillah Mursyid
Dan yang tak terlupakan
Sahabat-sahabatku pasca sarjana angkatan ke-3
serta dewan guru Pondok Assalam
xii
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................ v
PRAKATA ....... ........................................................................................................ vii
MOTTO .................................................................................................................... x
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
C. Signifikasi Penelitian ............................................................................. 12
D. Kajian Pustaka ....................................................................................... 13
E. Metode Penelitian .................................................................................. 20
F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Liberal ................................................................................ 28
1. Pengertian Pendidikan Liberal .......................................................... 28
xiii
xiii
2. Dasar Pendidikan Liberal ................................................................... 29
3. Ideologi Pendidikan Liberal ............................................................... 31
4. Konsep Pendidikan Liberal ................................................................ 32
5. Karakter Pendidikan Liberal .............................................................. 43
B. Pendidikan Multikultural ....................................................................... 45
1. Pengertian Pendidikan Multikultural ................................................. 45
2. Tujuan Pendidikan Multikultural ....................................................... 49
3. Kurikulum Pendidikan Multikultural ................................................. 51
BAB III PRAKTIK PENDIDIKAN LIBERAL DI PONDOK PESANTREN
A. Pendidikan Liberal di Pondok Modern Darussalam Gontor .................. 54
1. Gambaran Umum Pondok Modern Darussalam Gontor .................... 54
2. Praktik Pendidikan Liberal di Pondok Modern Gontor .................... 55
a. Visi dan Misi ................................................................................. 56
b. Tujuan Pendidikan ......................................................................... 62
c. Sistem Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor .............. 71
3. Peran Pengasuh Pondok dalam Praktik Pendidikan Liberal di Pondok
Modern Darussalam Gontor .............................................................. 90
B. Pendidikan Liberal di Pesantren API Tegalrejo ..................................... 94
1. Gambaran Umum Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam (API)
Tegalrejo Magelang ........................................................................... 94
2. Praktik Pendidikan Liberal di Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam
(API) Tegalrejo Magelang ................................................................ 96
a. Sekolah Kejuruan Syubbanul Wathon Tegalrejo .......................... 97
b. Pesantren Enterpreneur ................................................................. 106
3. Peran K.H. Abdurrahman Yusuf Chudlori dalam Pendidikan
Liberal ............................................................................................... 114
xiv
xiv
BAB IV PRAKTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PESANTREN
A. Pendidikan Multikultural di Pondok Modern Gontor ........................... 118
1. Visi Misi Pondok Modern Gontor dalam Perspektif
Multikultural ................................................................................... 119
2. Tujuan Pendidikan Pondok Modern Gontor dalam Perspektif
Multikultural ................................................................................... 124
3. Sistem Pendidikan Pondok Modern Gontor dalam Perspektif
Multikultural ................................................................................... 128
4. Peran K.H. Dr. Abdullah Syukri, M.A. dalam Pendidikan
Multikultural ................................................................................... 134
B. Pendidikan Multikultural di Pesantren Salaf Asrama
Perguruan Islam (API) Tegalrejo .......................................................... 137
1. Kegiatan Akhir Tahun Pesantren API Tegalrejo ............................... 138
2. Peran K.H. Yusuf Chudlori dalam Pendidikan Multikultural ........... 149
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 152
B. Saran .......................................................................................................157
C. Penutup ...................................................................................................157
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 159
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ 165
LAMPIRAN .............................................................................................................. 193
BIOGRAFI PENULIS .............................................................................................. 200
xv
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Struktur Organisasi di Pondok Modern Gontor ............................................... 165
2. Denah kampus Pondok Modern Gontor ............................................................. 166
3. Keterangan denah kampus Pondok Modern Gontor .......................................... 167
4. Pimpinan pondok melepas kontingen Jambore Internasional ke Malaysia .... 168
5. Kontingen Jambore Internasional ...................................................................... 168
6. Lomba pramuka di depan masjid Gontor .......................................................... 169
7. Perkemahan Kamis-Jumat (PERKAJUM) ........................................................ 169
8. Apel Tahunan pada pekan perkenalan khutbatul arsy ..................................... 170
9. Inspeksi Pimpinan Pondok pada apel tahunan ................................................. 171
10. Salah satu slogan di dinding sekolah ................................................................ 171
11. Pengarahan Pimpinan pada pertanggungjawaban pengurus ............................. 172
12. Sumpah jabatan pengurus OPPM ..................................................................... 173
13. Muker OPPM .................................................................................................... 173
14. Lomba senam antar rayon/asrama .................................................................... 174
15. Pelatihan jurnalistik di Pondok Modern Gontor .............................................. 174
16. Kompetisi olah raga pada acara Gontor Olympiad .......................................... 175
17. Penyembelihan hewan qurban .......................................................................... 175
18. Pentas Panggung Gembira kelas VI Pondok Modern Gontor ........................... 176
19. Demonstrasi bahasa dan Aneka Ria Nusantara ................................................. 177
xvi
xvi
20. Grup Sidasa Banda siswa kelas IV dan III intensif KMI .................................. 178
21. Marching Banda Pondok Modern Gontor ......................................................... 178
22. PORSENI di Pondok Modern Gontor ............................................................... 179
23. Gedung Olah Raga (GOR) Pondok Modern Gontor ......................................... 179
24. Kunjungan Prof. Dr. Faris Kaya dari Turki ....................................................... 180
25. Kunjungan rektor Universitas Zaituna Tunisia ................................................. 180
26. Kunjungan mufti Rusia ..................................................................................... 181
27. Kunjungan ketua Palang Merah Internasional .................................................. 181
28. Kunjungan penyair Taufiq Ismail ...................................................................... 182
29. Kunjungan Dr. Sintani Naoyuki dari Jepang .................................................... 182
30. Pentas seni tradisional di depan rumah alm. K.H. Ahmad Muhammad .......... 183
31. Para pengasuh pesantren API Tegalrejo ............................................................ 186
32. Gus Yusuf on air di FAST FM .......................................................................... 187
33. Konser musik band modern pada acara akhirussanah API ............................... 188
34. SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang ................................................ 189
35. Kegiatan Komisi Pelatihan Kuliner (KPK) Pesantren Entrepeneur ................ 191
36. Front Pelatihan Internet (FPI) Pesantren Entrepeneur ..................................... 192
xvii
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Jadual Kegiatan Harian Santri Pondok Modern Gontor ....................................... 193
2. Jadual Kegiatan Ekstrakurikuler Pondok Modern Gontor ................................ 194
3. Jadual Kegiatan Santri Pondok API Tegalrejo .................................................. 196
4. Jadual Pentas Pawiyatan Budaya Adat ............................................................. 198
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan
seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan
pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan di tengah masyarakat.
Isu tentang pendidikan menarik dan senantiasa aktual sampai kapan pun.
Pendidikan tidak pernah lekang oleh zaman, mulai dari zaman Adam sampai
zaman sekarang bahkan juga pada zaman-zaman berikutnya. Pendidikan juga tidak
bisa lepas dari berbagai macam ideologi yang berkembang di tengah masyarakat.
Ideologi ini turut mewarnai pendidikan sehingga pendidikan yang dilakukan di
tengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang identik dengan ideologi
tertentu pula. Baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama.
Menurut William O'neil, pakar pendidikan dari University of Southern
California dalam Ideologi-Ideologi Pendidikan bahwa pendidikan kalau boleh
diibaratkan seperti seorang musafir yang sedang berada pada persimpangan jalan.
Jalan mana yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan adalah pilihan.1 Begitu
juga dengan pendidikan, memilih jalan itu merupakan hal yang amat penting dan
akan menentukan keberhasilan.
1 William F. O‟Neill, Ideologi-ideologi Pendidikan, terj. Omi Intan Naomi, cet. kedua,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, 13.
2
2
Terdapat dua ideologi yang berkembang dalam dunia pendidikan, yaitu
konservatif dan liberal.2 Perbedaan dari kedua ideologi tersebut akan berdampak
pada metode dan cara pembelajaran yang diberikan oleh pendidikan dengan
ideologi tertentu. Kapitalisme global berimplikasi pada pengakuan terhadap hak
individu. Hal ini menimbulkan paham liberalisme yang menekankan kebebasan
pada masing-masing individu dalam segala hal. Dalam menghadapi hal tersebut,
pendidikan dituntut untuk mempersiapkan generasi-generasi yang mampu
berinteraksi dengan keadaaan yang terjadi sekarang. Untuk itulah kemudian
ideologi pendidikan liberal mulai muncul.
Man is born to free adalah asumsi dasar para pemikir liberal. Dalam
artikulasinya, liberalisme menjadi sebuah keyakinan, filsafat dan akhirnya menjadi
dan dijadikan sebuah atribut gerakan keagamaan dan merambah kepada dunia
pendidikan baik secara individual maupun kelompok. Liberalisme berangkat dari
semangat pembaharuan dan keinginan membawa Islam dan dunia pendidikan agar
selalu relevan dengan zaman modern yang berubah maju begitu cepat.
Menurut paradigma liberal, muncul keyakinan bahwa tidak ada masalah
dalam sistem yang berlaku di tengah masyarakat, masalahnya terletak pada
mentalitas, kreativitas, motivasi, ketrampilan teknis, serta kecerdasan anak didik.
Paradigma pendidikan liberal kemudian menimbulkan suatu kesadaran, yang
dengan meminjam istilah Paolo Freire disebut sebagai kesadaran naif. Keadaan
2 William, Ideologi-ideologi Pendidikan … , 99.
3
3
yang dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat `aspek manusia`
menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini masalah etika,
kreativitas, 'need for achievement' dianggap sebagai penentu perubahan sosial.3
Jadi dalam menganalisis, misalnya mengapa suatu masyarakat miskin,
menurut paradigma pendidikan liberal karena „salah‟ masyarakat yang miskin itu
sendiri, yakni mereka malas, tidak memiliki jiwa enterpreneursip, atau tidak
memiliki budaya 'pembangunan' dan seterusnya. Oleh karena itu 'man power
development' adalah sesuatu yang diharapkan akan menjadi pemicu perubahan.
Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur yang
berlaku, bahkan sistem dan struktur yang ada dianggap sudah baik dan benar.
Dalam memandang tentang realitas sosial yang sedang berjalan, kaum liberal lebih
berorientasi pada upaya menyesuaikan "subyek" terhadap realitas yang
melingkupinya.4 Dengan demikian, berdasarkan pandangan ini, yang harus
berubah adalah "subyeknya", dalam hal ini peserta didik agar bisa beradaptasi
dengan sistem dan struktur yang sedang berjalan.
Mungkin terdengar seperti sebuah kontradiksi dalam pendidikan Islam ketika
sebuah pesantren mempraktikkan pendidikan liberal dan multikultural, sehingga
mungkin akan muncul pertanyaan; mengapa menerapkan pendidikan liberal dan
multikultural? Meskipun pada kenyataannya bahwa praktik pendidikan liberal dan
3 Paulo Freire dkk. Menggugat Pendidikan. Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis,
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, cet. IV, 2003, 110. 4 Paulo Freire dkk, Menggugat Pendidikan …,121.
4
4
multikultural memang benar terjadi di pesantren tanpa disadari oleh pengasuh dan
pengelola satuan pendidikan Islam tersebut. Dan ketidakjelasan praktiknya
mungkin masih tampak di sana-sini.
Dalam praktiknya, pendidikan liberal banyak mengakomodir seluruh potensi
manusia. Nuansa kebebasan menjadi spirit pendidikan liberal. Hakekat manusia
dalam perspektif yang satu ini lebih ditempatkan pada posisi sebagai subyek.
Manusia menjadi pelaku aktif bagi seluruh kehidupannya. Inilah prinsip yang
paling fundamental dari ajaran humanisme. Karena, lahirnya ide ideologi
pendidikan liberal bermula dari filsafat rasionalisme renedescartes, segala hal
yang berkenaan dengan kehidupan manusia selalu dikembalikan pada suatu prinsip
bahwa manusia adalah makhluk rasional (animal rational).5 Seperti pandangan
Plato (427-347 SM) yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan berakal
(animal rational). Prinsip inipun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan khazanah
keilmuan Islam yang lebih memposisikan manusia sebagai hewan yang berbicara
(al-hayawan al-nathiq).
Dengan prinsip kebebasan individu (individualism), pengertian pendidikan
lebih bersifat dinamisme dengan mengutamakan persaingan sehat dan rasional.
Maka pendidikan liberal yang modernis itu bisa juga disebut pendidikan
5 Charles K.H.urzman, Liberal Islam: A Source-Book, New York: Oxford University Press,
Islamic Liberal, 1988, 67.
5
5
profesional. Sementara prinsip epistemologinya yang sepenuhnya mengutamakan
pada rasionalisme dan empirisme.6
Berkaitan dengan pendidikan, kaum liberal beranggapan bahwa persoalan
pendidikan terlepas dari persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Dan
pendidikan tidak memiliki tujuan yang kemudian lebih diarahkan pada
penyesuaian atas sistem dan struktur sosial yang berjalan. Yang lebih diperhatikan
adalah bagaimana meningkatkan kualitas dari proses belajar mengajar sendiri,
fasilitas dan kelas yang baru, modernisasi peralatan sekolah dan penyeimbangan
rasio guru-murid.
Selain itu juga berbagai investasi untuk meningkatkan metodologi pengajaran
dan pelatihan yang lebih efisien dan partisipatif, seperti kelompok 'learning by
doing', 'experimental learning', dan berbagai macam kegiatan positif
ekstrakurikuler yang bisa menambah wawasan dan mengasah pola pikir peserta
didik. Bagi kaum liberal, pendidikan yang terbaik adalah untuk melatih anak agar
berfikir secara kritis dan objektif, mengikuti bentuk dasar proses ilmiah, dan
melatih anak meyakini hal-hal tersebut sebagai hal-hal yang paling baik
berdasarkan pengetahuan ilmiah.7
Sedangkan tawaran tentang pentingnya pendidikan multikultural yang
diwacanakan para pakar pendidikan di Indonesia dalam batas tertentu mendapat
6 Muarif, Liberalisasi Pendidikan Menggadaikan Kecerdasan Kehidupan Bangsa, cet. 1,
Jakarta: Pinus Book Publisher, 2008, 56. 7 Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora, Yogyakarta: Jalasutra, 2008, 344.
6
6
respons yang positif dari pihak eksekutif dan legislatif. Hal ini terbukti dengan
diundangkannya Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang mengakomodasi nilai-nilai hak asasi manusia
dan semangat multikultural (Bab III, pasal 4, ayat 1).8 Bahkan, nilai-nilai tersebut
dijadikan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional,
sebagaimana yang termaktub pada Bab III pasal 4, ayat 1: ”Pendidikan
diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.”
Selanjutnya James Albert Banks -father of multicultural education dan telah
membumikan konsep pendidikan multikultural menjadi ide persamaan pendidikan-
mengatakan bahwa substansi pendidikan multikultural adalah pendidikan untuk
kebebasan (as education for freedom) sekaligus sebagai penyebarluasan gerakan
inklusif dalam rangka mempererat hubungan antar sesama (as inclusive and
cementing movement).
Sejak tumbuhnya pesantren, pengajaran kitab-kitab klasik diberikan sebagai
upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren yaitu mendidik calon-calon
ulama yang setia terhadap paham Islam tradisional. Karena itu kitab-kitab Islam
8 UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Penjelasannya, Yogyakarta:
Media Wacana, 2003, 12.
7
7
klasik merupakan bagian integral dari nilai dan paham pesantren yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.9
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan
pendidikan umum, kini banyak pesantren yang menyediakan materi pendidikan
umum dalam pesantren. Kemudian muncul istilah pesantren salaf dan pesantren
modern, pesantren salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan
Agama Islam sedangkan pesantren modern menggunakan sistem pengajaran
pendidikan umum atau kurikulum. Ada juga jenis pesantren semi modern yang
masih mempertahankan kesalafannya dan memasukkan kurikulum modern di
pesantren tersebut. Beberapa pesantren mulai memasukkan pelajaran keterampilan
sebagai salah satu materi yang diajarkan. Ada keterampilan beternak, bercocok
tanam, menjahit, berdagang dan lain sebagainya.10
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah sebuah pondok
pesantren di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pondok ini mengombinasikan
pesantren dan metode pengajaran klasik berkurikulum seperti sekolah. Pondok
Gontor didirikan pada tahun 1926 di Ponorogo Jawa Timur oleh tiga bersaudara
yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fananie, dan K.H. Imam Zarkasyi yang
kemudian dikenal dengan istilah Tri Murti. Tri Murti mendirikan Pondok Gontor
dengan mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah metode
9 Mastuki H.S., M. Ishom El-Saha, Intelektualisme Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2006,
25. 10
Amin Haedar, Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern, Jakarta: Diva Pustaka,
2004,130.
8
8
pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan sorogan
(individu) diganti dengan sistem klasik seperti sekolah umum. Kemudian
didirikanlah lembaga Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiah (KMI) pada tahun 1936
yang setara dengan lulusan sekolah menengah. Pada tahun 1963 Pondok Modern
Gontor mendirikan Institut Studi Islam Darussalam (ISID).11
Pondok pesantren salaf Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo didirikan
pada tanggal 15 September 1944 oleh K.H. Chudlori, seorang ulama yang berasal
dari desa Tegalrejo. Pada awalnya K.H. Chudlori tidak memberikan nama
pesantrennya sebagaimana layaknya Pondok Pesantren yang lain. Kemudian pada
tahun 1947 ditetapkanlah nama Asrama Perguruan Islam (API).12
Pendiri
(muassis) mempunyai harapan kelak para alumni API benar-benar terdorong untuk
menjadi guru ngaji yang mengajarkan dan mengembangkan syariat-syariat Islam
di masyarakat.
Tujuan, visi dan misi mayoritas pesantren yaitu mencetak para santrinya agar
menjadi kader ulama. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat pesantren yang
menerapkan sistem pendidikan yang berwawasan kebebasan dan multikultural
sehingga mempengaruhi pola pikir dan tindakan santri. Para pendidik di
lingkungan pesantren yaitu guru, ustadz, pengasuh dan kiai kadang-kadang tidak
menyadari bahwa dinamika sistem pendidikan di lembaganya, mungkin tanpa
11
Tim Redaksi, Serba-serbi Singkat Tentang Pondok Modern Darussalam Gontor. Untuk
Pekan Perkenalan Tingkat Dua, Ponorogo: Darussalam Press, 1997. 12
http://www.salaf.id.ai/sejarah-pondok-pesantren-salaf-tegalrejo.
9
9
kesengajaan mereka ternyata telah menerapkan pendidikan yang berwawasan
kebebasan (liberal) dan berwawasan multikultural.
Misalnya pada acara khataman atau akhirussanah. Khataman adalah simbol
bagi para santri yang sudah selesai dalam belajar atau kenaikan kelas/tingkat.
Biasanya acara ini dilaksanakan setiap setahun sekali dengan acara yang meriah.
Berbeda dengan acara khataman di Pesantren Salaf API Tegalrejo yang
memasukkan berbagai budaya Indonesia sebagai event dari khataman tersebut.
Acara khataman di API Tegalrejo dilaksanakan selama satu minggu. Pada hari
pertama acara khataman diramaikan dengan berbagai pagelaran seni budaya di
lapangan besar Tegalrejo atau biasa disebut dengan pasar malam. Di antaranya
adalah pagelaran wayang, campursari, konser, dan lain-lain. Pasar malam ini
berakhir sampai hari kelima. Pada hari keenam khataman pondok pesantren diisi
dengan arak-arak budaya. Inilah yang menjadi keunikan dari pesantren ini. Tentu
saja acara tersebut menghabiskan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah.13
Sedangkan di Pondok Modern Gontor juga terdapat berbagai macam kegiatan
dalam berbagai bidang; yaitu bidang olah raga dengan terbentuknya puluhan klub
semua jenis olah raga, bidang bahasa dengan terbentuknya beberapa English and
Arabic course. Dalam bidang seni budaya terdapat puluhan grup kesenian daerah
seluruh nusantara, pentas seni yang diselenggarakan pada setiap hari besar Islam
13
Hasil wawancara dengan Ali Mustofa kepala Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang
pada Kamis 12 Februari 2015 pukul 12.00.
10
10
dan puluhan kegiatan lainnya dalam bidang-bidang tertentu.14
Kalau di pesantren
salaf ada acara khataman/akhirussanah, sedangkan di Pondok Modern Gontor
terdapat acara pekan perkenalan pada awal tahun dengan agenda pengenalan
orientasi pondok, apel tahunan beserta pawai nusantara dan ditutup dengan
panggung gembira yang menghabiskan dana ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Oleh karena itu, penulis merasa tertarik dan termotivasi untuk melakukan
penelitian ini. Penulis juga merasa berkepentingan untuk meluruskan penilaian
dan pandangan negatif dan minir tentang pendidikan liberal dan multikultural yang
dianggap sebagai proyek imperialis, kebarat-baratan, anti agama, dan tidak islami
dengan harapan alternatif-alternatif yang ditawarkan teori maupun aliran
pendidikan liberal tentunya dapat diterima, atau minimal dapat didialogkan dengan
sikap yang lebih dewasa. Jangan sampai gagasan-gagasan cemerlang dan sangat
diperlukan untuk memberdayakan pendidikan di era yang penuh dengan problem
multi komplek ini ditolak hanya karena salah persepsi yang tidak substantif.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan praktik pendidikan liberal dan multikultural di pesantren,
maka terdapat berbagai masalah yang dapat diidentifikasikan. Pertama, kurangnya
pemahaman para pengelola pesantren tentang konsep pendidikan liberal dan
multikultural. Kedua, orientasi pendidikan pesantren mayoritas bersifat ukhrowi
14
Tim Penyusun, Musyawarah Kerja Organisasi Pelajar Pondok Modern Darussalam
Gontor Ponorogo, Sekretariat Pusat OPPM XLVIII Gontor, 2013, 74.
11
11
oriented. Ketiga, adanya kegiatan pendidikan di pesantren yang kontradiktif
dengan ciri khas tradisi klasik pesantren Indonesia. Keempat, terdapat korelasi
antara kegiatan pendidikan di pesantren dengan konsep pendidikan liberal dan
multikultural.
Untuk memperjelas serta memberikan arah tepat dalam pembahasan ini, maka
penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Fokus penelitian diarahkan pada praktik pendidikan liberal di Pondok Modern
Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
2. Praktik pendidikan multikultural di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf
API Tegalrejo.
3. Peran pengasuh dalam praktik pendidikan liberal dan multikultural di Pondok
Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat
mengemukakan rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana praktik pendidikan liberal di Pondok Modern Gontor dan Pesantren
Salaf API Tegalrejo ?
2. Bagaimana praktik pendidikan multikultural di Pondok Modern Gontor dan
Pesantren Salaf API Tegalrejo ?
3. Bagaimana peran pengasuh pondok dalam praktik pendidikan liberal dan
multikultural di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo ?
12
12
C. Signifikasi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bentuk praktik pendidikan liberal di Pondok Modern
Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
b. Untuk mengetahui bentuk praktik pendidikan multikultural di Pondok
Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
c. Untuk mengetahui peran pengasuh dalam praktik pendidikan liberal dan
multikultural di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan tentang pendidikan liberal dan pendidikan multikultural
yang bisa dipraktikkan di pesantren. Pendidikan liberal dan multikultural
sangat diperlukan untuk mengubah pola pikir peseta didik/santri untuk
menghadapi perubahan dan perkembangan zaman yang penuh dengan
kompleksitas ini.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi pesantren, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan atau masukan agar tidak salah faham dan berprasangka
buruk terhadap pengertian pendidikan liberal dan multikultural, sehingga
13
13
praktiknya bisa dilaksanakan demi terwujudnya generasi muslim yang
berwawasan luas, inklusif dan egaliter bisa bekerja sama dengan sesama.
2) Bagi penyelenggara pendidikan sebagai bahan masukan untuk instansi
terkait dalam merencanakan, melaksanakan dan pengawasan terhadap
kegiatan pendidikan di pesantren sehingga dapat memperbaiki dan
menyempurnakan serta meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam di
Indonesia.
3) Bagi guru dapat untuk menambah khazanah keilmuan kependidikan
terutama tentang filosofi dan teori-teori pendidikan yang bisa diterapkan
pada lembaga pendidikan di Indonesia.
D. Kajian Pustaka
Kajian atau studi terhadap isu-isu tentang sistem pendidikan pesantren
mungkin sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Di antara hasil penelitian
yang banyak dijadikan tinjauan pustaka adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mastuhu; Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Suatu Kajian tentang Unsur
dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Buku ini merupakan disertasi doktor di
Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 1989.
Mastuhu menyatakan bahwa aliran-aliran pendidikan yang terdapat dalam
sistem pendidikan umum yaitu empirisme, nativisme dan konvergensi tidak sama
dengan sistem pendidikan pesantren. Dalam sistem pendidikan pesantren tidak
14
14
terdapat dan menganut aliran-aliran tersebut. Seluruh pesantren berangkat dari
sumber yang sama, yaitu ajaran Islam. Namun terdapat perbedaan filosofis
mengenai konsep teologi dan pendidikan sehingga masing-masing pesantren yang
diteliti mempunyai ciri khas sendiri-sendiri yang berbeda satu dari yang lain sesuai
dengan tekanan bidang studi yang ditekuni dan gaya kepemimpinan yang
dibawakan kiainya.15
Adapun tipe pesantren Indonesia dijelaskan oleh Mastuki dalam Mundzier
Suparta16
yang menyimpulkan bahwa bentuk pesantren Indonesia diklasifikasikan
menjadi empat tipe yakni: tipe 1 pesantren yang menerapkan pendidikan formal
dan mengikuti kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah agama (MI,
MTs, MA, dan PT Agama Islam) maupun yang memiliki sekolah umum (SD,
SMP, SMU dan PT Umum), tipe 2 pondok pesantren yang menyelenggarakan
pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum
meski tidak menerapkan kurikulum nasional, seperti pesantren Gontor Ponorogo,
tipe 3 pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk
madrasah diniah sepeti pesantren Lirboyo Kediri dan pesantren API Tegalrejo
Magelang dan tipe 4 pesantren yang hanya menjadi tempat pengajian.
Dalam menghadapi era globalisasi, Pesantren mulai beradaptasi dengan
modernisasi agar keberadaannya tetap eksis di masyarakat. Hal ini dijelaskan
15
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: Inis, 1994. 16
Mundzier Suparta dan Amin Haedari (editor), Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta:
Depag, 2003.
15
15
Mohammad Muchlis Solichin dalam Modernisasi Pendidikan Pesantren yang
menyimpulkan bahwa modernisasi pendidikan di pesantren adalah sebagai upaya
untuk tetap bertahan dan eksis di tengah pergumulannya dengan lembaga
pendidikan modern yang menawarkan sistem pendidikan sekuler melalui sistem
pendidikan sekolah.17
Modernisasi sebagai respon terhadap penjajah Belanda yang
memperkenalkan sistem pendidikan modern. Modernisasi dilakukan dengan
mengembangkan kurikulum pesantren dengan memasukkan mata pelajaran umum,
yang selanjutnya berimplikasi terhadap diversifikasi lembaga pendidikan
pesantren, sistem penjenjangan, kepemimpinan dan manajemen pendidikan
pesantren.
Hal senada juga menjadi perhatian Nurcholish Madjid dalam bukunya Bilik-
bilik Pesantren yang menekankan 3 aspek dalam pendidikan pesantren yang perlu
dibenahi,18
yaitu: pertama, segi metodologi pengajaran pesantren yang masih
sentralistik pada satu kekuasaan tertinggi kiai. Kedua, segi tujuan dari pendidikan
terlalu melulu mengurus akhirat sedangkan dunia terabaikan, dan ketiga, adalah
segi kurikulum, dimana materi pengajaran pesantren hanya berkutat di bidang
agama dan moral. Pesantren Indonesia cocok untuk menerapkan sistem pendidikan
modern karena manusia liberal yang lebih mengedepankan akal akan terimbangi
dengan kuatnya segi keagamaan yang diperoleh di pesantren.
17
Mohammad Muchlis Solichin , ”Modernisasi Pendidikan Pesantren”, Tadrîs, Volume 6,
Nomor 1 (Juni 2011), 30-44. 18
Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Jakarta: Paramadina, 1997.
16
16
Akan tetapi tidak semua pesantren menerima dan melakukan modernisasi
pendidikan. Hasil penelitian Ahmad Ta‟rifin dkk. dalam Formalisasi dan
Transformasi Pendidikan Pesantren19
menyimpulkan bahwa upaya formalisasi
pendidikan pesantren yang dilaksanakan beberapa pesantren di Pekalongan dengan
“setengah hati” dan tidak diikuti dengan pendirian lembaga pendidikan formal,
berdampak negatif terhadap perkembangan pesantren. Sebaliknya jika diikuti
dengan pendirian lembaga pendidikan formal (MI,SD,MTs,SMP,MA,SMA) maka
akan berpengaruh terhadap perkembangan pesantren. Formalisasi pesantren juga
berdampak terhadap pergeseran pola kepemimpinan pesantren, sistem pendidikan,
metode pembelajaran dan lain-lain.
Pesantren lama kelamaan akan meleburkan diri ke sistem pendidikan sekuler
(umum) sehingga jati dirinya akan hilang seperti yang diramalkan Karel A.
Steenbrink.20
Akan tetapi Ahmad Syamsu Rizal menyanggahnya dalam
Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan Pesantren, Dari Pola
Tradisi Ke Pola Modern, dengan menunjukkan fakta bahwa ada beberapa aspek
yang berubah dalam sistem pendidikan pesantren dari bentuk tradisionalnya, yaitu
aspek teknis, aspek formalisasi tujuan dan aspek materi. Tetapi interaksi edukatif
dan lingkungan pendidikan yang berbasis agama tetap dipertahankan dan menjadi
19
Ahmad Ta‟rifin dkk, ”Formalisasi dan Transformasi Pendidikan Pesantren”, Jurnal
Penelitian, P3M STAIN Pekalongan, Volume 5, Nomor 2 (Nopember 2008), 4-15. 20
Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah Sekolah: Pendidikan Dalam Kurun Waktu
Modern, Jakarta: LP3ES, 1994.
17
17
center of excellent pesantren yang menjadi daya tarik dan daya jual di
masyarakat.21
Isu yang tidak kalah menarik adalah multikulturalisme dalam pesantren.
Masalah ini dijelaskan oleh Marzuki dkk. dosen FISE UNY dalam Tipologi
Perubahan dan Model Pendidikan Multikuktural Pesantren Salaf,22
yang
menyimpulkan 1) Terjadi perubahan bentuk pendidikan di pesantren salaf yang
tidak bisa lagi dikatakan bercorak salaf (tradisional) sama sekali, tetapi sudah
merupakan campuran antara tradisional dan modern, begitu juga dalam hal
pemikiran para kiai dan santrinya; 2) Islam yang dimiliki kalangan pesantren salaf
adalah Islam yang inklusif, ramah, tidak kaku, dan moderat yakni Islam yang
bernuansa perbedaan dan sarat dengan nilai-nilai multikultural. 23
Lebih terperinci, Abdullah Aly menjelaskan bahwa nilai-nilai
multikulturalisme telah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di pesantren.
Buku Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta24
menjelaskan bahwa
dokumen kurikulum di PPMI Assalam Surakarta memuat nilai-nilai multikultural.
Dua nilai multikultural yaitu nilai kesamaan dan keadilan terdapat dalam produk
21
Ahmad Syamsu Rizal, ”Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan Pesantren,
Dari Pola Tradisi Ke Pola Modern”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta‟lim, Volume 9, Nomor 2
(2011), 95-111. 22
Marzuki, Tipologi Perubahan dan Model Pendidikan Multikultural Pesantren Salaf
[Experiment/Research], http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2641/lumbungpustaka/, 2010. 23
Penelitian dilakukan di empat pesantren salaf di Jawa, yaitu Pesantren Al-Qodir
Cangkringan, Dar al-Tauhid Cirebon, Roudlatut Thalibin Rembang, dan Tebuireng Jombang. 24
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Telaah terhadap Kurikulum
Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta, Disertasi UIN Yogya tahun 2009.
18
18
perencanaan kurikulum PPMI Assalaam. Nilai-nilai multikultural lainnya juga
terdapat dalam buku ajar yang digunakan yaitu: nilai demokrasi, solidaritas dan
kebersamaan, kasih sayang dan memaafkan, serta perdamaian dan toleransi.
Sedangkan dalam kegiatan evaluasi juga memuat nilai demokrasi.
Masalah pluralisme juga tidak lepas dari perhatian para peneliti pesantren.
Muhammad Muntahibun Nafis dalam Pesantren dan Pluralisme: Upaya
Modernisasi Pendidikan Pesantren Menuju Masyarakat Madani menyimpulkan,
ada beberapa unsur dalam sistem pendidikan pesantren yang perlu adanya
penyesuaian dan pengembangan dengan realitas kehidupan sekarang. Hal itu perlu
dilakukan demi eksistensi dan dinamisasi pesantren sebagai lembaga yang lahir
asli dari kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan
Islam yang lain. Perbedaan inilah yang nantinya memungkinkan terwujudnya
masyarakat madani Indonesia yang telah banyak dicita-citakan. Adapun pluralisme
yang merupakan salah satu kata kunci dalam mewujudkan masyarakat madani di
Indonesia sangat diperlukan dan harus segera ditransformasikan, disosialisasikan,
bahkan diinternalisasikan pada pendidikan dunia pesantren sebagai salah satu agen
terbentuknya masyarakat madani.25
Akan tetapi munculnya para aktivis Islam liberal dari pesantren sempat
menjadi pembicaraan di kalangan pesantren. Salah satu di antaranya adalah
pesantren Pabelan Muntilan Magelang Jawa Tengah. Fenomena tersebut bukan
25
Muhammad Muntahibun Nafis, ”Pesantren dan Pluralisme: Upaya Modernisasi Pendidikan
Pesantren Menuju Masyarakat Madani”, Insania,Volume 13, Nomor 2 (Mei-Ags 2008), 1-17.
19
19
sesuatu yang direncanakan. Dakwah yang dikembangkan di Pabelan adalah lekat
dengan kultural. Pesantren mengajarkan multikultural dan pluralisme, dan
menyatakan bahwa Islam kultural bukan berarti liberal. Pesantren Pabelan
mengajarkan santri untuk mengenal dirinya dan tidak mengarahkan pada pilihan
tertentu. Mereka diperkenalkan kajian ushuluddin dengan kekhususan madzhab
Asy‟ariyah melalui kajian sifat 20. Kepekaan dan rasionalitas santri diasah dengan
perbandingan mazhab melalui kitab Bidayatul Mujtahid. Pada pelajaran
perbandingan agama diperkenalkan pada doktrin agama selain Islam seperti
Budha, Katholik, Kristen, Hindu atau agama lain, sehingga perbedaan teologi
merupakan hal yang tak bisa dihindari.26
Dengan dasar itu, akan muncul sikap
menghargai mereka yang berkeyakinan lain. Bahwa kemudian beberapa alumni
tergolong pelopor Islam liberal, pihak pesantren berdalih bahwa sistem pendidikan
yang sama bisa melahirkan bermacam-macam orang.
Pada saat pemerintah gencar mendengungkan pendidikan karakter, Ahmad
Syamsu Rizal merespon dengan memberikan solusi sistem pendidikan pesantren.
Dalam Pendidikan Nilai Secara Active-Learning Dalam Tradisi Pondok
Pesantren, 27
Syamsu Rizal menyimpulkan bahwa metodologi pendidikan karakter
dalam tradisi pendidikan di pesantren menjadi alternatif di tengah tidak adanya
model-model yang memadai dalam membentuk karakter yang dicita-citakan.
26
Ajip Rosidi, Kiai Hamam Dja`far dan Pondok Pabelan, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,
2008, 178. 27
Ahmad Syamsu Rizal, ”Pendidikan Nilai Secara Active-Learning Dalam Tradisi Pondok
Pesantren”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta‟lim, Volume 10, Nomor 1 (2012), 2-12.
20
20
Pesantren memiliki “kearifan lokal” yang bertahan dan menunjukkan hasil yang
relatif lebih baik dibanding sistem lain, dimana bertumpu pada komponen
struktural paedagogis khas pesantren, yaitu 3 (KG): Kiai dan Guru, Kurikulum dan
Gedung/organisasi, Kompleks dan kelembagaan dan Gugus ruang dan waktu.
Berbeda dari dan melengkapi kajian-kajian di atas, studi (penelitian) ini
mencoba melihat intensitas muatan liberalisme dan multikulturalisme yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf
API Tegalrejo dan bagaimana berbagai kegiatan pendidikan di pesantren tersebut
menjadi media kreasi dan penyaluran bakat serta eksplorasi potensi individu
dengan semangat kebebasan dan muatan multikulturalisme. Karena menurut
penulis, studi terhadap pesantren yang secara spesifik memfokuskan pada praktik
pendidikan liberal dan mulktikultural belum memperoleh perhatian dari para
peneliti.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field
research). Jenis penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan secara
intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan
21
21
mempelajarinya sebagai suatu kasus.28
Dalam hal ini penulis akan mendatangi
dan mengamati Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo
melalui interaksi secara langsung (berkunjung,telpon,SMS,email) untuk
mempelajari profil pesantren, kebiasaan dan berbagai kegiatan yang berkenaan
dengan pendidikan liberal dan multikultural.
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang pengumpulan datanya di lapangan, seperti di lingkungan
masyarakat dan pendidikan adalah merupakan penelitian deskriptif kualitatif.29
Oleh karena itu metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi
deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif yakni bentuk penelitian yang
menganalisis data dengan berpijak pada fenomena-fenomena yang ada
kemudian dikaitkan dengan teori atau pendapat yang telah ada.30
Bersifat
deskriptif karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak
hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis itu berupa deskriptif dari gejala-
gejala yang diamati.31
Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini akan
dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.
Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan berbagai situasi
Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo dengan keunikan
28
Hamdan Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1995, 72. 29
Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004, 21. 30
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, cet. IX, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013, 72. 31
M. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2001, 15.
22
22
kegiatannya secara sistematis dan karakteristik yang sesuai dengan keadaan
objek sebenarnya.
3. Lokasi Penelitian
Adapun Lokasi penelitian akan dilakukan di dua tempat; yaitu Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur dan Pesantren Salaf API (
Asrama Perguruan Islam ) Tegalrejo Magelang Jawa Tengah. Jumlah santri
Pondok Modern Gontor saat ini 20.757 santri putra-putri yang tersebar di
seluruh cabang di nusantara. Sedangkan di Gontor pusat (Ponorogo) terdapat
4500-an santri.32
Berdiri tahun 1926 M dan membuka lembaga pendidikan KMI
(Kulliyatul Muallimin al-Islamiyyah) pada tahun 1936 M. Sedangkan pesantren
salaf Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang berdiri pada tahun
1944 M. Saat ini santrinya berjumlah 7.500 di pesantren salaf API (putra-putri)
dan 1800 siswa di lembaga pendidikan formal SMP dan SMK Syubbanul
Wathan yang semuanya berada di Tegalrejo Magelang.33
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat mengenai obyek penelitian, maka
penulis akan menggunakan ciri khas penelitian kualitatif, yaitu melalui hasil
wawancara, pengamatan, dan dokumentasi.34
32
Tim Redaksi, WARDUN GONTOR, Ponorogo: Darussalam Press, Vol. 67, Sya‟ban 1435 H,
VI-VII. 33
Hasil wawancara dengan Ali Mustofa kepala Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang
pada Kamis 12 Februari 2015 pukul 12.00. 34
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian …, 9.
23
23
a. Wawancara atau interview merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan
data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif.35
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang
bertujuan memperoleh informasi.36
Dalam penelitian ini penulis akan melakukan wawancara kepada
guru/ustadz, santri, kepala asrama, direktur pondok, wali santri, para
alumnus pesantren dan pengurus pesantren lainnya untuk memperoleh data
tentang konsep dan orientasi pelaksanaan berbagai macam kegiatan
pendidikan di kedua pesantren.
b. Pengamatan (observasi) merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
baik secara partisipatif ataupun nonpartisipatif.37
Dalam hal ini penulis melakukan observasi dengan terjun ke lapangan
atau pesantren sehingga langsung dapat melihat situasi yang diamati untuk
memperoleh data tentang berbagai macam kegiatan pendidikan yang
berwawasan liberal dan multikultural di kedua pesantren. Setelah melakukan
observasi, penulis membuat catatan lapangan sebagai dasar utama untuk
penulisan laporan.
35
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …,216. 36
S. Nasution, Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, 113. 37
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …,220.
24
24
c. Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik.38
Dokumen-dokumen yang dihimpun kemudian
dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan buku, diktat, berita
koran/majalah, artikel, gambar/photo dan dokumen tertulis lainnya yang berkaitan
dengan kedua pesantren untuk memperoleh data resmi tentang profil pondok
pesantren secara umum, yaitu visi misi, struktur organisasi, profil guru/ustadz dan
pengasuh, keadaan santri, sarana prasarana, jadual kegiatan pendidikan dan lain
sebagainya.
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis data yang ada dengan menggunakan
prinsip-prinsip deskriptif.39
Aktifitas dalam analisis data pada penelitian ini terdiri
dari empat komponen yang saling berinteraksi, yaitu pengumpulan data, reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
a. Pengumpulan data
Merupakan proses pencarian data yang dilakukan dengan jalan
pengamatan/observasi, wawancara dan dokumentasi. Dari catatan tersebut peneliti
38
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian …,221. 39
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi
Aksara, 2009, 86.
25
25
perlu membuat catatan refleksi yang merupakan catatan dari peneliti sendiri berisi
komentar, kesan, pendapat, dan penafsiran terhadap fenomena yang ditemukan.
b. Reduksi data
Reduksi data adalah prises pemilihan, perumusan, perhatian pada
penyederhanaan atau menyangkut data dalam bentuk uraian (laporan) yang terinci
sistematis, pada pokok-pokok yang penting agar lebih mudah dikendalikan.
Laporan. Kegiatan ini merupakan proses seleksi/pemilahan, pemfokusan/
pemusatan perhatian, penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan
dan mengorganisasikan data yang diperlukan sesuai dengan fokus permasalahan.
Display data merupakan upaya penyajian data untuk melihat gambaran
keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian. Data yang
dikumpulkan tidak semuanya valid dan reliable, karenanya perlu dilakukan reduksi
agar data yang dianalisin benar-benar memiliki valiitas dan realibitas yang tinggi.
c. Penyajian data
Sajian data adalah mengorganisasikan data yang sudah direduksi. diberikan
dalam bentuk narasi kalimat yang disusun secara logis dan sistematis mengacu
pada rumusan masalah. Sajian data yang disampaikan berupa table dan analisis
dari data pada table tersebut yang berupa narasi. Hal ini dimaksudkan agar
pembaca penelitian ini dapat memahami isi penelitian dengan lebih jelas.
26
26
d. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir atas pola-pola atau konfigurasi
tertentu dalam penelitian ini sehingga menggambarkan secara utuh terhadap
seluruh rangkaian kegiatan penelitian. Sejak awal kegiatan pengumpulan data
seorang peneliti sudah harus memahami arti berbagai hal yang dimulai dengan
melakukan pencatatan-pencatatan, peraturan-peraturan, pernyataan-pernyataan,
arahan sebab akibat dan berbagai proposisi. Kesimpulan atau verivikasi adalah
upaya untuk mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari
pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal lain yang sering timbul dan sebagainya.
Teknik pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini adalah teknik induksi
berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompokkan
yang saling berhubungan. Reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
sebagai suatu jalinan pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk yang sejajar.
F. Sistematika Penulisan
Dalam pembahasannya, laporan studi ini secara garis besar akan dibagi
menjadi 5 bab.
Bab Pertama adalah pendahuluan kajian yang menjelaskan pentingnya
penelitian tentang adanya praktik pendidikan liberal dan multikultural di pondok
27
27
pesantren, yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikasi
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan..
Bab Kedua mereview secara konseptual maupun teori tentang pendidikan
liberal dan pendidikan multikultural menurut beberapa ahli.
Bab Ketiga adalah profil Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API
Tegalrejo, deskripsi tentang praktik pendidikan liberal di Pondok Modern Gontor
dan Pesantren Salaf API Tegalrejo serta peran pengasuh pondok dalam praktik
pendidikan liberal di Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo.
Bab Keempat adalah deskripsi tentang praktik pendidikan multikultural di
Pondok Modern Gontor dan Pesantren Salaf API Tegalrejo serta peran pengasuh
pondok dalam pendidikan multikultural di Pondok Modern Gontor dan Pesantren
Salaf API Tegalrejo.
Bab Kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan tentang adanya praktik
pendidikan berwawasan liberal dan multikultural di Pondok Modern Gontor
Ponorogo dan Pesantren Salaf API Tegalrejo Magelang. Bab ini ditutup dengan
saran untuk pemerhati pendidikan dan pendidik kalangan pesantren.
28
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Liberal
1. Pengertian Pendidikan Liberal
Kata pendidikan berasal dari kata didik dan mendapat imbuhan pe dan akhiran
an, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.40
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.41
Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan serta pemahaman yang
lebih tinggi dan optimal. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang
kemudian dapat memiliki implikasi terhadap siswa agar dapat memiliki pola pikir
40
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007, 263. 41
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-undang
SisDiknas, Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003, 34.
29
29
dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya melalui kegiatan
pembelajarannya.
Kata liberal secara harfiah adalah "bebas" (free), artinya "bebas dari berbagai
batasan" (free from restraint).42
Namun istilah liberal sering disalahartikan sebagai
sesuatu yang berorientasikan ke dunia Barat, atau kebarat-baratan yang cenderung
sekuler. Sebetulnya secara etimologis liberal memiliki makna; willing to tolerate
behaviour, opinion etc different from our‟s own open to new idea, berarti juga (of
education) concerned mainly with increasing sb‟s general knowledge and
experience rather than with tehnical and professional training.43
Jadi berdasarkan pengertian-pengertian di atas, pendidikan liberal dapat
diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat yang bersifat bebas, berpandangan serta berwawasan luas dan
terbuka.
2. Dasar Pendidikan Liberal
Dasar pendidikan liberal adalah kebebasan dan juga pembebasan.
Sebagaimana Islam juga memandang bahwa kebebasan seseorang merupakan
42
James A. Banks, Teaching Strategies for Sosial Studies: Inquary, Valuing, and Decision
Making. Addison-Wesley Publishing Company: 1977, 45. 43
Mahfud Junaidi dan Rikza Chamami, “Toward Liberal Islamic Education”, Jurnal Edukasi,
Volume I, Th.X (Desember 2002), 43.
30
30
salah satu fitrah yang diberikan oleh Allah SWT untuk senantiasa dijaga, dihargai
dan dihormati. Kebebasan yang dimaksudkan di sini adalah kebebasan dalam
berpikir, berkehendak dan juga berbuat.
Kebebasan ibarat pisau bermata dua, satu sisi akan mengangkat manusia ke
martabat kemuliaannya dan satu sisi lain akan menjatuhkan ke derajat yang sangat
rendah,44
sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra‟du ayat 11:
Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Q.S.
Ar-Ra‟du [34]: 11.45
Tentang adanya kebebasan manusia dalam berbuat sesuai dengan hati
nuraninya juga ditunjukkan oleh Allah dalam Q.S. Fush-shilat ayat 40.
....
Berbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa
yang kamu kerjakan. Q.S. Fush-shilat [45]:40.46
Dalam ayat ini manusia dibebaskan melakukan dan berbuat sesuai dengan
keinginan dan kemampuannya, namun harus bertanggung jawab, karena pada
dasarnya hal tersebut selalu ada yang mengawasi yaitu Allah SWT. Sehingga
44
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005, cet. I, 64. 45
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al-Qur‟an Depag RI, 1983, 370. 46
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an ..., 779.
31
31
dapat dikatakan bahwa sesungguhnya kebebasan yang dimiliki oleh manusia
sangatlah terbatas. Dan isyarat akan keterbatasan manusia dalam kebebasannya
tersebut juga tercermin dalam Q.S. Al-Isra ayat: 84.
Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing".
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya.Q.S. Al-
Isra[20]: 84.47
3. Ideologi Pendidikan Liberal
Idiologi pendidikan liberal bermuara pada konsep modernisasi di Barat. Salah
satu faktor modernitas adalah pengakuan terhadap kebebasan individu. Di samping
kebebasan individu, modernisasi juga mengedepankan kebebasan kuasa akal
manusia (rasionalis). Ideologi pendidikan liberal berkiblat pada aliran filsafat
eksistensialis dan progresifisme.48
Ideologi liberalisme ini berakar pada cita-cita individualisme Barat. Menurut
cita-cita ini gambaran manusia ideal adalah manusia rasionalis liberal, yakni
semua manusia mempunyai potensi sama dalam intelektual, baik tatanan alam
ataupun sosial dapat ditangkap oleh akal, serta individu-individu di dunia atomistis
dan atonom. Oleh karena itu, ideologi pendidikan liberal tidak bisa lepas dari dasar
filosofnya yakni disebut aliran filsafat positivisme yang mengedepankan scientific
method serta adanya pemisahan antara fakta dengan nilai menuju pemahaman
47
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an ..., 437. 48
Http:\ideologi\epistemologi-rasionalisme-rene,htm, diakses tanggal 23 April 2015
32
32
obyektif.49
Adapun positivisme itu sendiri merupakan paradigma keilmuan yang
berakar dari filsafat rasionalisme.
4. Konsep Pendidikan Liberal
Pertama, menurut Mansour Fakih pendidikan liberal ditandai dengan
berbagai model pendidikan dan pelatihan dalam berbagai bentuk dan
pendekatannya, di antaranya;50
a) Berkembangnya model-model pelatihan wirausaha seperti AMT (Achievement
Motivation Training) dan sejenisnya.
b) Di lapangan pembangunan, berbagai proyek besar diperkenalkan dan
pendidikan memainkan peran sentralnya. Yakni dikembangkannya berbagai
model pendidikan Non formal Education yang diimplementasikan dalam
berbagai bentuk proyek pengembangan masyarakat.
c) Munculnya berbagai bentuk pelatihan manajemen dan kewiraswastaan untuk
menumbuhkan kelas pengusaha baru.
d) Fenomena munculnya gagasan “sekolah unggulan”.
e) Munculnya gagasan “link and match” dalam aspek pendidikan yaitu
pendidikan harus memiliki kaitan dan relevansi dengan dunia industri.
Kedua, menurut Nurani Soyomukti bahwa penggunaan rasio merupakan
tujuan ideal dari pendidikan liberal, di samping penghormatan pada hak-hak
49
Arif Rahman, Politik Ideology Pendidikan, Yogyakarta: Laksbang mediatama, 2009, 87. 50
William F. O‟neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2008, cet. II,
x-xi.
33
33
individu sebagai tujuan akhir maupun titik tekan dalam proses pendidikan dan
pembelajaran. Akan tetapi model pendidikan liberal mengalami pergeseran karena
menyesuaikan perkembangan historis dan ideologis yang berkaitan dengan
perubahan tatanan ekonomi dunia. Dimungkinkan hal ini sesuai dengan
munculnya tatanan ekonomi dunia baru di mana globalisasi tengah mengarah pada
sistem ekonomi pasar bebas.
a) Pendidikan liberal adalah pendidikan yang didasarkan pada konsep liberal art .
b) Pendidikan liberal memberdayakan individu dengan pengetahuan yang luas
dan ketrampilan.
c) Pendidikan liberal juga mencakup kurikulum pendidikan secara umum yang
menggunakan berbagai macam disiplin dan strategi pembelajaran.
d) Pendidikan liberal mengangkat individu menjadi pemilik dunianya secara
otonom dan bebas untuk mengekspresikan diri sebagai manusia.
Ketiga, menurut Steven M. Cahn bahwa pendidikan dan demokrasi adalah dua
hal yang saling terkait. Pendidikan bagi setiap individu di dalam sistem demokrasi
adalah hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan karena pendidikan
merupakan kebutuhan bagi sistem demokrasi. Jenis pengetahuan, kecakapan, dan
nilai-nilai yang harus dimiliki seorang warga adalah sebagai berikut;
a) Semua warga harus mampu membaca, menulis, dan berbicara secara efektif.
Penguasaan bahasa sangat dibutuhkan bagi penampungan ide-ide dan gagasan.
34
34
b) Warga demokrasi harus memiliki pemahaman yang baik terhadap semua
permasalahan publik. Oleh karena itu, ilmu alam, ilmu sosial, sejarah dunia dan
sejarah nasional diwajibkan bagi semua orang. Pemahaman tentang konsep dan
teknik matematika memegang peran penting di dalam kajian tentang ilmu
sosial.51
c) Warga demokrasi harus memiliki karakter yaitu sensitivitas terhadap estetika
serta pemahaman tentang kesastraan, seni, dan musik dari berbagai
kebudayaan.52
d) Pengetahuan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Aristoteles menyatakan bahwa
kebenaran (virtue) ada 2 jenis yaitu kebenaran moral (moral virtue) dan
kebenaran intelektual (intelektual virtue).53
Kebenaran moral berkaitan dengan
karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Kebenaran intelektual disebut dengan
kebijaksanaan (wisdom). Dalam pengertian yang sempit, seseorang yang
bijaksana adalah orang yang pandai menilai yang baik itu sebagai yang baik. Ia
mampu membedakan antara nilai (worth) dan harga (cost), dianugrahi suatu
ketajaman, kebijaksanaan, dan limpahan kualitas yang sangat berharga, yaitu
pikiran sehat. Dalam arti luas, orang bijak ialah orang yang memiliki
pandangan atau visi intelektual, yang mengetahui dengan baik dasar-dasar
maupun puncak dari ilmu pengetahuan.
51
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal Berbasis Sekolah, Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2002,
20. 52
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal...., 22. 53
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal...., 22.
35
35
e) Pendidikan kejuruan yang berorientasi sosial dan perspektif intelektual agar
berhasil dalam suatu bidang pekerjaan. Warga tidak hanya merupakan
partisipan yang berpengetahuan banyak di arena politik, tetapi juga menjadi
kontributor efektif dalam bidang sosial.54
Sidney Hook menyatakan: “ Ada
suatu paradoks yang berhubungan dengan pelatihan kejuruan. Semakin
mengarah ke tujuan dari suatu pelatihan, semakin sempit makna pelatihan
tersebut. Semakin sempit makna pelatihan, kecil kemungkinannya dapat
digunakan untuk mencari nafkah.........mengapa pendidikan kejuruan tidak
dibebaskan untuk memasukkan studi tentang masalah-masalah sosial, ekonomi,
sejarah dan etika”.
Karena itu setiap warga dituntut mempunyai pendidikan cukup luas untuk
memungkinkan baginya bisa berlaku bijaksana. Bagi bangsa Roma, pendidikan
demikian ini hanya diperbolehkan bagi orang yang diberi hak istimewa di sebuah
kota yang di dalam bahasa Latin disebut liberi, sehingga disebut sebagai
pendidikan liberal.55
Keempat, menurut William F. O‟neil terdapat enam ideologi pendidikan dasar
yaitu tiga ideologi Konservatif yang terdiri dari fundamentalisme pendidikan,
intelektualisme pendidikan dan konservatisme pendidikan. Dan tiga ideologi
Liberal yakni liberalisme pendidikan, liberasionisme pendidikan dan anarkisme
pendidikan.
54
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal...., 24. 55
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal...., 24.
36
36
Bagi seorang pendidik liberal, tujuan jangka panjang pendidikan adalah untuk
melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar
setiap siswa sebagaimana caranya menghadapi persoalan-persoalan dalam
kehidupannya sendiri secara efektif:56
Pada umumnya mereka memilih perubahan
yang rasional dan bersifat evolusioner tetapi tidak menyukai perubahan yang
mendadak dan menyeluruh.57
Liberalisme pendidikan ini berbeda-beda dalam hal intensitasnya, dari yang
relatif lunak yaitu liberalisme metodis ke liberalisme direktif (liberalisme
terstruktur) hingga ke liberalisme non-direktif.58
Gerakan ke arah pemapanan
tujuan-tujuan behavioral dalam kegiatan belajar seperti „kurikulum berdasarkan
kompetensi‟ dan sejenisnya merupakan sebuah corak liberalisme metodis.59
Kaum liberalis direktif menganggap bahwa wajib belajar adalah perlu dan
memilih untuk mengajukan penetapan lebih dulu tentang isi pelajaran-pelajaran
yang akan diberikan pada siswa. Begitu juga perombakan secara radikal dari
orientasi „otoritarian tradisional‟ ke arah yang lebih tepat yaitu mengajar setiap
anak untuk berpikir secara efektif bagi dirinya sendiri.60
Kaum liberalis non-
direktif berpandangan bahwa tujuan dan metode pendidikan perlu diarahkan
kembali secara radikal dari orientasi „otoritarian tradisional‟ ke arah sasaran
pendidikan yang mengajar siswa untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri
56
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 412. 57
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 534. 58
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 108. 59
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 444. 60
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 451.
37
37
secara efektif. Mereka ingin menghapus hal-hal tertentu seperti wajib belajar,
beberapa mata pelajaran wajib dan pengalaman-pengalaman belajar yang
didiktekan. Dengan kata lain, peserta didiklah yang berhak menentukan apakah
mereka ingin belajar sesuatu atau tidak. Mereka juga yang menetapkan kapan, di
mana, dan sejauh mana mereka ingin belajar.61
Kelima, menurut Henry Giroux dan Aronowitz62
bahwa paradigma pendidikan
dibagi menjadi tiga aliran, yaitu pendekatan konservatif, kritis dan liberal.
Paradigma konservatif dibangun berdasarkan keyakinan bahwa masyarakat pada
dasarnya tidak bisa merencanakan perubahan atau mempengaruhi perubahan
sosial. Bagi kaum konservatif, mereka lebih cenderung menyalahkan subyeknya.
Mereka yang menderita, yakni orang-orang miskin, buta huruf, kaum tertindas
dan mereka yang dipenjara, menjadi demikian karena salah mereka sendiri.63
Paradigma kritis dibangun berdasarkan keyakinan bahwa pendidikan adalah
arena perjuangan politik. Jika bagi konservatif pendidikan bertujuan untuk
menjaga status quo, maka paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara
fundamental dalam politik ekonomi masyarakat. Tugas utama pendidikan adalah
“memanusiakan” kembali manusia yang mengalami dehumanisasi karena sistem
dan struktur yang tidak adil. 64
61
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., 451. 62
disadur oleh Mansour Fakih dalam William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., xiii-
xvii. 63
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., xiii. 64
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., xvi.
38
38
Kaum Liberal berpendirian bahwa pendidikan adalah a-politik dan
“excellence” haruslah merupakan target utama pendidikan. Mereka beranggapan
bahwa masalah masyarakat dan pendidikan adalah dua masalah yang berbeda.
Mereka berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan sosial, ekonomi
dan politik di luar dunia pendidikan, dengan jalan memecahkan berbagai masalah
yang ada dalam pendidikan dengan usaha reformasi pendiudikan di antaranya
adalah sebagai berikut; (1) Membangun kelas dan fasilitas baru (2) Memoderenkan
peralatan sekolah dengan pengadaan komputer canggih dan laboratorium (3)
Usaha untuk menyehatkan rasio murid-guru (4) Meningkatkan metodologi
pengajaran dan pelatihan yang efisien dan partisipatif seperti, kelompok learning
by doing, experimental learning dan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Konsep pendidikan dalam tradisi liberal berakar pada cita-cita Barat tentang
individualisme. “Individualis” yakni adanya anggapan bahwa manusia adalah
atomistik dan otonom. Menempatkan individu secara atomistik, membawa pada
keyakinan bahwa hubungan sosial sebagai kebetulan dan masyarakat dianggap
tidak stabil karena interest anggotanya yang tidak stabil.65
Pengaruh liberal ini kelihatan dalam praktik pendidikan di antaranya adalah
sebagai berikut;
65
William F. O‟neil, Ideologi Ideologi Pendidikan...., xiv-xv.
39
39
a) Mengutamakan prestasi melalui proses persaingan antar murid. Perangkingan
untuk menentukan murid terbaik adalah implikasi dari paham pendidikan
liberal.
b) Berbagai pendekatan andragogi seperti, training manajemen, kewiraswastaan,
AMT (Achievement Motivation Training) dan berbagai pelatihan community
development. AMT yang diciptakan oleh David McClelland adalah contoh
terbaik pendekatan liberal. McClelland berpendapat bahwa akar masalah
keterbelakangan dunia ketiga karena mereka tidak memiliki apa yang
dinamakan N Ach.66
Oleh karena itu syarat pembangunan bagi rakyat dunia
ketiga adalah virus “N Ach” yang bisa membuat individu agresif dan rasional.
Peta ideologi pendidikan Giroux tersebut sejalan dengan analisis Freire
tentang kesadaran ideologi masyarakat. Freire menggolongkan kesadaran manusia
menjadi: kesadaran magis (magical consciousness), kesadaran naif (naival
consciousness) dan kesadaran kritis (critical consciouness).67
. Kesadaran magis
lebih melihat faktor di luar manusia (natural maupun supranatural) sebagai
penyebab dan ketidakberdayaan. Kesadaran naif lebih melihat „aspek manusia‟
menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini masalah etika,
kreativitas dan need for achievment dianggap sebagai penentu perubahan sosial.
Dalam menganalisis mengapa masyarakat miskin, karena salah masyarakat
66
McClelland berpendapat bahwa Protestan Ethic mendorong pertumbuhan ekonomi Barat.
Dan di balik rahasia Protestan Ethic adalah suatu mentalitas yang disebut the need for achievement (N
Ach). 67
Smith, W.A., The Meaning of the Conscientacao: The Goal of Paulo Freire‟s Pedagogy,
Amherst: Center for International Education, UMASS, 1976, 132.
40
40
sendiri. Yakni mereka malas, tidak memiliki jiwa kewiraswastaan, tidak memiliki
budaya membangun dan seterusnya. Tugas pendidikan adalah bagaimana
membuat dan mengarahkan agar peserta didik bisa masuk beradaptasi dengan
sistem yang sudah ada.
Adapun kesadaran kritis lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai
sumber masalah. Paradigma kritis dalam pendidikan adalah melatih murid untuk
mampu mengidentifikasi ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada serta
bagaimana mentrsansformasikannya. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis
adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar peserta didik terlibat dalam suatu
proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih baik.
Keenam, menurut Robert Maynard Hutchins68
pendidikan adalah usaha untuk
membentuk manusia sedekat mungkin dengan „manusia ideal‟ yang dicita-citakan.
Pendidikan yang mencoba membentuk manusia menurut model materialistik tidak
akan bisa menyelamatkan manusia dan akan gagal menyelamatkan peradaban.69
Tujuan utama pendidikan adalah untuk mengetahui apa yang baik bagi
manusia. Tidak peduli bagaimana cara mereka mencari nafkah, apa minat dan cita-
cita mereka secara khusus, mereka bisa belajar mencari nafkah dan
mengembangkan minat dan cita-cita tersebut setelah mereka meletakkan dasar-
dasar kemanusiaan yang cakap, bebas dan bertanggung jawab melalui pendidikan
68
Pernah menjabat rektor Universitas Chicago, dosen universitas Yale dan seorang figur
ktroversial dalam pendidikan Amerika. 69
Paulo Freire dkk, Menggugat Pendidikan Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, cet. V, 128.
41
41
liberal. Inilah pendidikan yang layak bagi manusia merdeka, yakni pendidikan
liberal sejati.70
a) Pendidikan liberal adalah pendidikan yang dirancang untuk mendorong
munculnya kemanusiaan yang sama di antara sesama.
b) Pendidikan liberal sesuai dengan gagasan mengenai manusia yakni konsep
tentang manusia sebagai binatang yang rasional, yang berusaha meningkatkan
harkat dan martabatnya lewat penggunaan dan penyempurnaan nalarnya.71
Karena manusia adalah makhluk rasional, bermoral dan memiliki kerohanian.
c) Pendidikan liberal melatih agar semua orang bisa membaca, menulis,
berhitung dan memahami gagasan para filosof, sejarawan dan seniman besar.
d) Pendidikan liberal di negara demokrasi, diperuntukkan bagi semua orang dan
pendidikan liberal di negata aristokrasi, diberikan kepada sebagian kecil orang.
e) Isi pendidikan liberal adalah gagasan terbesar para pemikir terkemuka
sepanjang sejarah manusia. Pendidikan liberal tidak hanya merangkul metode
dan sains, melainkan juga metode, sejarah,filosofi dan bahasa.
f) Pendidikan liberal adalah pendidikan bagi para [calon] „penguasa‟ bagi setiap
warga negara demokratis.
g) Pendidikan liberal memuat rangkaian mata pelajaran yang saling berkaitan satu
sama lain dan tidak mengarahkan ke lapangan kerja kelak sesudah lulus.
70
Paulo Freire dkk, Menggugat Pendidikan...., 113. 71
Paulo Freire dkk, Menggugat Pendidikan...., 119.
42
42
h) Pendidikan liberal mengajarkan kebiasaan-kebiasaan, gagasan-gagasan dan
teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan mendidik diri sendiri serta
mengharuskan belajar seumur hidup karena berhenti belajar sama dengan
mati.72
i) Pendidikan liberal menganggap bahwa segala hal harus didiskusikan.
Sasarannya adalah kelangsungan dialog yang merupakan urat-nadi peradaban
Barat. Peradaban Barat adalah peradaban dialog. Ia adalah peradaban Logos.73
Ketujuh, menurut Mortimer J. Adler74
liberal arts merujuk kepada kurikulum
abad pertengahan yang terdiri dua bagian yaitu pertama trivium yang dari terdiri
tata bahasa (grammar), retorika, dan ilmu logika (mantiq) yang mengajarkan seni
membaca dan menulis, mendengarkan dan berbicara, serta berpikir positif (sound
thinking). Dan kedua yaitu quadivium yang terdiri dari aritmatika, geometri,
astronomi, dan musik (bukan musik yang didengar, tapi musik yang dipahami
sebagai ilmu matematika). Bagian ini mengajarkan seni pengamatan (observation),
perhitungan (calculation), dan pengukuran (measurement), yaitu bagaimana untuk
menangkap aspek kuantitatif.
Fakta sejarah menunjukkan bahwa ilmuwan Jerman yang besar dari abad
kesembilan belas memiliki latar belakang yang kuat dengan liberal arts. Mereka
72
Paulo Freire dkk, Menggugat Pendidikan...., 122. 73
http://www.ditext.com/adler/wle.html, diakses tanggal 23 April 2015 74
Pendiri dan direktur Institute for Philosophical Research, Direktur Board of Editors of
Encyclopaedia Britannica, Professor Emeritus at the University of Chicago (1930-1952) dan
pengarang buku-buku pendidikan di Amerika
43
43
semua berangkat melalui pendidikan liberal yang dianut Yunani yang mencakup
logika, filsafat, dan sejarah, di samping matematika, fisika, dan ilmu-ilmu lainnya.
Dan ini telah menjadi bekal pendidikan bagi para ilmuwan Eropa hingga saat ini.
Einstein Bohr, Fermi, dan ilmuwan besar lainnya, mereka dikembangkan bukan
oleh sekolah teknis, tetapi dengan pendidikan liberal.
5. Karakter Pendidikan Liberal
Inti sari dari pemikiran para pakar pendidikan tentang definisi pendidikan
liberal adalah (1) Pendidikan liberal tidak bisa dilepaskan dari sistem demokrasi
(2) Warga harus mengetahui tentang nilai-nilai kemanusiaan yaitu kebenaran
moral (karakter) dan kebenaran intelektual (kebijaksanaan) (3) Pendidikan liberal
dikembangkan dengan bentuk pendidikan Non formal Education yang
diimplementasikan dalam berbagai bentuk proyek pengembangan masyarakat dan
pelatihan manajemen dan kewiraswastaan seperti AMT (Achievement Motivation
Training) dan sejenisnya (4) Membentuk gagasan “sekolah unggulan” (5) Gagasan
“link and match” dalam aspek pendidikan yaitu pendidikan harus memiliki kaitan
dan relevansi dengan dunia industri (6) Gerakan ke arah pemapanan tujuan-tujuan
behavioral dalam kegiatan belajar seperti „kurikulum berdasarkan kompetensi‟ (7)
Mencanangkan program wajib belajar dan memilih untuk mengajukan penetapan
lebih dulu materi pelajaran yang akan diberikan pada siswa (8) Pendidikan adalah
a-politik dan “excellence” merupakan target utama pendidikan. Masyarakat dan
pendidikan adalah dua masalah yang berbeda (9) Berusaha untuk menyesuaikan
44
44
pendidikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan
(10) Reformasi pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru,
memoderenkan sarana dan prasarana sekolah, menyehatkan rasio murid-guru dan
meningkatkan metodologi pengajaran dan pelatihan (11) Mengutamakan prestasi
melalui proses persaingan antar murid (12) Pendidikan liberal menganggap
masalah etika, kreativitas dan need for achievement adalah sebagai penentu
perubahan sosial. (13) Pendidikan liberal mengajarkan kebiasaan-kebiasaan,
gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan mendidik
diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup (14) Pendidikan liberal
bercirikan dialog dan segala hal harus didiskusikan.
Adapun tujuan pendidikan liberal menurut para ahli adalah; (1)
Meningkatkan harkat dan martabat manusia lewat penggunaan dan
penyempurnaan nalarnya. Karena manusia adalah makhluk rasional, bermoral dan
memiliki kerohanian (2) Menekankan manusia menjadi sebuah subyek yang dapat
menentukan garis kehidupannya sendiri (3) Mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas,
berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka (4) Menghasilkan warga negara
yang dapat melaksanakan kebebasan politik mereka secara bertanggung jawab (5)
Mengembangkan orang terpelajar untuk dapat menggunakan waktu luang mereka
dengan baik. Apakah mereka berniat untuk menjadi ilmuwan atau tidak (6)
45
45
Mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di antara sesama (7) Tujuan
jangka panjangnya untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada
melalui perubahan yang rasional dan bersifat evolusioner.
Sedangkan kurikulum pendidikan liberal menurut para ahli adalah; (1)
Memuat rangkaian mata pelajaran yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak
mengarahkan ke lapangan kerja sesudah lulus (2) Merujuk pada kurikulum
pendidikan secara umum yang menggunakan berbagai macam disiplin dan strategi
pembelajaran (3) Mengharuskan warga mampu membaca, menulis dan berbicara
secara efektif dengan penguasaan bahasa yang baik (4) Kurikulum pendidikan
liberal didasarkan pada konsep liberal art yang mencakup tata bahasa (grammar),
sastra, retorika, ilmu logika (mantiq), berpikir positif (sound thinking), aritmatika,
geometri, astronomi, filsafat, seni dan musik (5) Memahami permasalahan publik
dengan mempelajari ilmu alam, ilmu sosial, sejarah dunia, matematika dan sejarah
klasik (6) Menekankan gagasan terbesar para pemikir terkemuka (filosof,
sejarawan dan seniman besar) sepanjang sejarah manusia.
B. Pendidikan Multikultural
1. Pengertian Pendidikan Multikultural
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan.75
Secara etimologis,
multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya) dan isme
75
Parsudi Suparlan, “Menuju Masyarakat Multikultural”, Jurnal Antropologi Indonesia,Juli
2002.
46
46
(aliran/paham).76
Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan
martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya
masing-masing yang unik.
Tuntutan terhadap pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia
mendapat respons yang positif dari pihak eksekutif dan legislatif dengan
diundangkannya Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas yang termaktub pada Bab III pasal 4:
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural dan kemajemukan bangsa.”77
Adapun secara terminologis, definisi pendidikan multikultural sangat beragam
rumusannya. Pertama adalah definisi yang dikemukakan oleh James A. Banks.
Menurutnya, pendidikan multikultural dipahami sebagai „konsep pendidikan yang
memberikan kesempatan yang sama kepada semua peserta didik tanpa
memandang gender dan kelas sosial, etnik, ras, agama dan karakteristik kultural
mereka untuk belajar‟. Ia juga sebagai pendidikan untuk people of color. Artinya
ingin mengeksplorasi perbedaan sebagai keniscayaan (anugerah
Tuhan/sunnatullah).78
76
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme, Tantangan Global Masa Depan, Jakarta: Grasindo, 2004,
12. 77
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya Yogyakarta: Media Wacana, 2003,12. 78
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. VI, 2013,
176.
47
47
Definisi Banks di atas diperkuat oleh H.A.R Tilaar, yang mengatakan bahwa
dalam pendidikan multikultural tidak mengenal fanatisme/fundamentalisme sosial-
budaya termasuk agama. Setiap komunitas mengenal dan menghargai perbedaan-
perbedaan yang ada. Demikian pula, pendidikan multikultural tidak mengenal
adanya xenophobia (kebencian terhadap barang/orang asing).79
Bahkan,
pendidikan multikultural harus bisa mewujudkan peserta didik yang dapat belajar
untuk hidup bersama dalam perbedaan (learning to live together). 80
Senada
dengan Banks dan H.A.R. Tilaar, Hilliard (dalam Abdullah Aly) menyatakan
bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang mencakup seluruh siswa
tanpa membedakan kelompok-kelompok gender, etnik, ras, budaya, strata sosial
dan agama.81
Adapun definisi pendidikan multikultural yang dibangun berdasarkan sikap
sosial: pengakuan, penerimaan dan penghargaan antara lain dikemukakan oleh
Zakiyuddin Baidhawi dan Choirul Mahfud. Menurut Zakiyuddin, pendidikan
multikultural adalah the art of managing diversity and the politic of difference. Ia
adalah seni mengelola keragaman sekaligus kehendak dan sistem politik
pengakuan akan keberbedaan.82
Lebih lanjut Zakiyuddin mendefinisikan
pendidikan multikultural sebagai: Pendidikan yang mengeksplorasi sisi-sisi
partikular dan universal dalam cultur studies; ia berusaha memahami kebudayaan-
79
H.A.R. Tilaar, Multikulturalisme Tantangan.., 185-190. 80
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga,
2005, 8. 81
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural ..., 177. 82
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama ..., 36.
48
48
kebudayaan dan masyarakat-masyarakat partikular dalam konteks dan dari
perspektif mereka sendiri; ia mengedepankan analisis perbandingan, pemahaman
etno-relatif, penilaian yang rasional tentang perbedaan dan persamaan terhadap
berbgai kebudayaan dan masyarakat; dan ia berupaya mengidentifikasi ideal-ideal
dan praktek-praktek bersama dan universal yang melampaui kebudayaan-
kebudayaan dan masyarakat-masyarakat partikular, membangu jembatan di antara
berbagai kebudayaan, serta menyediakan basis bagi hubungan manusiawi.83
Senada dengan pengertian di atas, Choirul Mahfud menyatakan bahwa
Pendidikan multikultural sebagai perspektif yang mengakui realitas politik, sosial
dan ekonomi yang dialami oleh masing-masing individu dalam pertemuan
manusia yang kompleks dan beragam secara kultur dan merefleksikan pentingnya
budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas, agama, status sosial, ekonomi dan
pengecualian-pengecualian dalam proses pendidikan.84
Melihat dan memperhatikan pengertian pendidikan multikultural di atas, dapat
diambil beberapa pemahaman, antara lain; pertama, pendidikan multikultural tidak
mengenal batasan atau sekat-sekat sempit yang sering menjadi tembok tebal bagi
interaksi sesama manusia. Kedua, pendidikan multikultural mengembangkan
seluruh potensi manusia, meliputi potensi intelektual, sosial, moral, religius,
ekonomi, potensi kesopanan dan budaya. Ketiga, pendidikan yang menghargai
83
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama ..., 8. 84
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural..., 176.
49
49
pluralitas dan heterogenitas. Keempat, pendidikan yang menghargai dan
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
2. Tujuan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan kultural yang ada
pada diri siswa agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Tujuannnya untuk
melatih dan membangun karakter siswa agar bersikap demokratis, humanis dan
pluralis dalam lingkungan mereka.85
Melalui pendidikan multikultural diharapkan agar pelajar dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi dapat membebaskan dirinya dari prasangka, bias
dan diskriminasi atas nama apapun, baik itu agama, gender, ras, warna kulit,
kebudayaan, maupun kelas sosial. Pendidikan multikultural adalah penerapan
strategi dan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang
ada di masyarakat, khususnya yang ada pada siswa. Tujuannya adalah
meningkatkan kesadaran peserta didik agar selalu berperilaku humanis, pluralis
dan demokratis.86
Tujuan awal pendidikan mukltikultural yaitu membangun
wacana pendidikan multikultural di kalangan pendidik, pengambil kebijaksanaan
dan mahasiswa. Tujuan akhirnya adalah agar peserta didik mempunyai karakter
yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis dan humanis.87
85
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pilar Media, 2005 25 86
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural..., 5. 87
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural..., 26.
50
50
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menanamkan kesadaran
hidup bersama dalam keragaman dan perbedaan. Beberapa karakteristik atau nilai-
nilai utama yang ditekankan yakni: 88
(1) Belajar hidup dalam perbedaan (2)
Membangun rasa saling percaya (mutual trust) (3) Saling memahami (mutual
understanding) (4) Saling menghargai (mutual respect) (5) Terbuka dalam berfikir
(6) Apresiasi dan interdependensi (7) Resolusi konflik (8) Rekonsiliasi
nirkekerasan.
Menurut H.A.R Tilaar terdapat nilai-nilai dalam pendidikan multikultural.
Tiga nilai inti atau core values dari pendidikan multikultural, yaitu: a. Apresiasi
terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat. b. Pengembangan
tanggung jawab masyarakat dunia c. Pengembangan tanggung jawab manusia
terhadap planet bumi. Berdasarkan nilai-nilai inti tersebut maka dapat dirumuskan
enam tujuan yang berkaitan dengan nilai-nilai inti tersebut, yaitu (1)
Mengembangkan perspektif sejarah (etnohistorisitas) yang beragam dari
kelompok-kelompok masyarakat (2) Memperkuat kesadaran budaya yang hidup di
masyarakat (3) Memperkuat kompetensi interkultural dari budaya-budaya yang
hidup di masyarakat (4) Membasmi rasisme, seksisme, dan berbagai jenis
prasangka (prejudice) (5) Mengembangkan kesadaran atas kepemilikan planet
bumi (6) Mengembangkan keterampilan sosial (social action).
88
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama...., 78-84.
51
51
Rumusan tujuan pendikan multikultural juga dapat disimak dari pembahasan-
pembahasan oleh pengkaji pendidikan multikultural di Indosesia, seperti M. Ainul
Yaqin dan Zakiyuddin Baidhawy. Berikut ini adalah inti sari dari pemikiran
mereka tentang tujuan pendidikan multikultural, yaitu: (1) Membangun paradigma
keberagaman inklusif (2) Menghargai keragaman bahasa (3) Membangun sensitif
gender (4) Membangun pemahaman kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan
status sosial (5) Membangun sikap anti deskriminasi etnik (6) Menghargai
perbedaan kemampuan (7) Menghargai perbedaan umur (8) Belajar hidup dalam
perbedaaan (9) Membangun sikap saling percaya (10) Membangun sikap saling
pengertian (11) Menjunjung sikap saling menghargai (12) Membangun sikap
tebuka dalam berpikir (13) Menumbuhkan sikap apresiatif dan interdependensi
(14) Resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan.
3. Kurikulum Pendidikan Multikukltural
Pembahasan tentang kurikulum pendidikan multikultural menurut Abdullah
Aly mencakup 4 (empat) komponen inti dari kurikulum, yaitu: kompetensi,
materi, proses pembelajaran dan evaluasi dalam kurikulum pendidikan
multikultural.89
Kompetensi dari pendidikan multikultural adalah „peserta didik
memiliki perspektif multikultural melalui program dan kegiatan pendidikan‟.
Materi kurikulum didefinisikan sebagai isu, tema, topik dan konsep yang akan
disampaikan kepada peserta didik. Proses pembelajaran dimaksudkan adanya
89
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Cetakan I, 2011, ...., 125.
52
52
perubahan cara pandang dari kegiatan pengajaran (teaching process) ke kegiatan
pembelajaran (learning process). Sedangkan evaluasi dalam kurikulum pendidikan
multikultural adalah tes prestasi (achievement test) yang digunakan untuk
mengukur pencapaian kemampuan peserta didik terhadap materi yang telah
dipelajari.90
Para pakar pendidikan multikultural tidak sependapat dalam memilih materi
kurikulum pendidikan multikultural. Gary Burnett dan James A. Banks tidak
memberi penjelasan rinci, tapi hanya menjelaskan secara garis besar bahwa materi
yang dapat diintegrasikan adalah isu, tema, topik dan konsep yang berkaitan
dengan multikulturalisme. Sedangkan Donna M. Gollnick dan Philip C. Chinn
menjelaskan secara detail tentang materi kurikulum pendidikan multikultural,
yaitu: rasisme, seksisme, prasangka, diskriminasi, penindasan, ketidakberdayaan,
ketidakadilan, dan stereotip.91
Dalam memilih materi yang berperspektif multikultural, hendaknya menelaah
secara kritis buku teks yang akan disampaikan agar tidak terjadi berbagai macam
bias. Macam bias yang dimaksud adalah (1) bias yang tidak kelihatan (invisibility)
yaitu menekankan pembahasan budaya mayoritas dan mengabaikan budaya
minoritas (2) Bias stereotyping yaitu pemberian label kepada kelompok lain baik
positif atau negatif. (3) Bias selectivity and balance yaitu penggunaan perspektif
budaya mayoritas dan abai terhadap perspektif budaya minoritas. (4) Bias
90
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural ...., 125-142. 91
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural ...., 134.
53
53
unreality yaitu buku teks yang tidak mengacu kepada data yang riil. (5) Bias
isolasi (6) Bias bahasa.92
Sedangkan Abdullah Aly berpendapat bahwa mata
pelajaran yang dapat dijadikan sarana untuk mendidik yang berjiwa multikultural
di Indonesia antara lain adalah Bahasa Indonesia, Pendidikan Seni Nusantara dan
Pendidikan Agama.93
92
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural ...., 137. 93
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural ...., 100.
54
54
BAB III
PRAKTIK PENDIDIKAN LIBERAL DI PONDOK PESANTREN
A. Pendidikan Liberal di Pondok Modern Gontor
Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah sebuah pondok
pesantren di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Pondok ini mengombinasikan
sistem pesantren dan metode pengajaran berkurikulum seperti sekolah. Pondok
Modern Gontor mempertahankan sebagian tradisi pesantren salaf dan mengubah
metode pengajaran pesantren yang menggunakan sistem watonan (massal) dan
sorogan (individu) diganti dengan sistem pembelajaran sekolah umum.
Tidak seperti pesantren atau sekolah di Indonesia pada umumnya, para
ustadz/guru di Pondok Modern Gontor banyak lulusan S3 dari berbagai perguruan
tinggi di luar negeri. Pendidikan dan pengajaran di pondok keseluruhannya
menggunakan bahasa arab dan inggris.
1. Gambaran Umum Pondok Modern Darussalam Gontor
K.H. Ahmad Sahal (1901-1977), K.H. Zainuddin Fanani (1908-1967) dan
K.H. Imam Zarkasyi (1910-1985) yang dikenal dengan sebutan Tri Murti
mendirikan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tanggal 20 September 1926
bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345, dalam peringatan Maulid Nabi saw.
Pada saat itu, jenjang pendidikan dasar dimulai dengan nama Tarbiyatul Athfal.
Kemudian pada 19 Desember 1936 yang bertepatan dengan tanggal 5 Syawwal
55
55
1355 H, didirikanlah Kulliyatu-l-Muallimin al-Islamiyah (KMI), yang program
pendidikannya diselenggarakan selama enam tahun, setingkat dengan jenjang
pendidikan menengah.94
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo saat ini dipimpin oleh K.H. Dr.
Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul
Hadi Abdan. Hingga saat ini luas tanah wakaf pondok secara keseluruhan
mencapai 700-an hektar dengan jumlah santriwan dan santriwati (pusat dan
cabang) mencapai 21.300 orang yang tersebar di seluruh nusantara.95
Adapun yang
akan menjadi fokus penelitian ini adalah Gontor pusat (putra) di Ponorogo dengan
jumlah santri kurang lebih 4500 orang.
2. Praktik Pendidikan Liberal di Pondok Modern Darussalam Gontor
Praktik pendidikan liberal di Pondok Modern Darussalam Gontor secara garis
besar dapat diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu: visi misi, tujuan pendidikan dan
sitem pendidkan Pondok Modern Gontor. Proses pembelajaran dan pendidikan di
Pondok Modern Gontor meliputi apa yang dilihat, didengar, dialami dan
dirasakan santri di lingkungan pondok pesantren, itulah yang mendidik mereka.
Kegiatan dari bangun tidur hingga tidur lagi yang meliputi kegiatan di asrama,
pembelajaran di kelas, berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan intra
sekolah akan mempengaruhi pola pikir para santri. Dengan pola pikir yang
94
Tim Redaksi, UNIDA, University of Darussalam, Ponorogo: Darussalam Press, 2014, 2. 95
Tim Redaksi, Wardun,Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor,Ponorogo:
Darussalam Press, 2014, VIII.
56
56
terbentuk, akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Itulah proses
pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Karena pada
dasarnya pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihanuntuk mencapai pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi dan
optimal.96
a) Visi dan Misi Pondok
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor menekankan pada
pembentukan pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat utama ini
merupakan motto pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.97
Nilai-nilai
luhur yang terkandung di dalam motto Pondok Modern Gontor tersebut mencakup
karakter dan tujuan pendidikan liberal.
Pertama, berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan
oleh pondok kepada seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Realisasi penanaman motto ini dilakukan
melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.
Kedua, berbadan sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam
pendidikan di Pondok. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat
96
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007, 263. 97
Motto pendidikan tersebut banyak tertulis dan terpampang di gedung/asrama pondok.
57
57
melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan
kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olahraga bahkan ada olahraga rutin
yang wajib diikuti oleh seluruh santri sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Ketiga, berpengetahuan luas. Para santri di pondok dididik melalui proses
yang telah dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka
diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan.
Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi tidak boleh
terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang akan mengetahui untuk apa ia
belajar serta mengetahui prinsip untuk apa ia manambah ilmu.
Keempat, berpikiran bebas bukan berarti bebas sebebas-bebasnya. Kebebasan
dimaksud adalah tidak boleh menghilangkan prinsip, terutama prinsip sebagai
muslim mukmin. Justru kebebasan di sini merupakan lambang kematangan dan
kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah diterangi petunjuk Ilahi
(hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi
luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.
Dengan memperhatikan motto pondok tersebut bisa dipahami bahwa ruh
kebebasan sudah tertanam pada jiwa santri sejak awal. Kebebasan yang dimaksud
adalah kebebasan yang mempunyai akar dan pondasi yang kuat yaitu berbudi
luhur, agar para santri tidak terjerumus kepada kebebasan yang absolut dan
58
58
mbruah -lepas kendali- sebagaimana disebut K.H. Imam Zarkasyi.98
Doktrin inilah
yang membuat para santri dan alumnus Pondok Modern Darussalam Gontor
menekuni bidang ilmu dan profesi yang beraneka ragam, seperti petani, pedagang,
pengusaha, PNS, TNI, POLRI, politikus, wartawan, kyai, dosen, diplomat, duta
besar dan lain sebagainya.
Pendidikan liberal mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Seperti
pernyataan Aristoteles bahwa kebenaran (virtue) itu ada dua, yaitu kebenaran
moral (moral virtue) dan kebenaran intelektual (intelektual virtue).99
Kebenaran
moral berkaitan dengan karakter, dibentuk melalui kebiasaan. Kebenaran
intelektual disebut dengan kebijaksanaan (wisdom). Pendidikan liberal juga
memberdayakan individu dengan pengetahuan yang luas dan ketrampilan. Nilai-
nilai luhur yang terkandung di dalam motto Pondok Modern Gontor tersebut sarat
dengan karakter pendidikan liberal yaitu mencakup tentang nilai-nilai
kemanusiaan seperti kebenaran moral (karakter) dan kebenaran intelektual
(kebijaksanaan) dan mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, ketrampilan yang bersifat bebas, berwawasan luas dan terbuka.
Selain itu, seluruh kehidupan di Pondok Modern Darussalam Gontor juga
didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang luhur yang disimpulkan dalam
Panca Jiwa Pondok. Panca Jiwa adalah lima nilai yang mendasari kehidupan
98
Tasirun Sulaiman, Wisdom of Gontor, Bandung: Mizania, Cetakan I,2009, 81. 99
Steven M. Cahn, Pendidikan Liberal...., 22.
59
59
Pondok Modern Gontor,100
yaitu jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa
berdikari, jiwa ukhuwwah Islamiah dan jiwa bebas.
Panca jiwa Pondok Modern Gontor yang dimaksud adalah; pertama,
keikhlasan yang berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena
didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala
perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Kyai ikhlas
mendidik, para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan proses
pendidikan dan para santri yang ikhlas dididik. Jiwa ini menciptakan suasana
kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang disegani dan santri yang taat,
cinta dan penuh hormat.101
Jiwa ini menjadikan santri senantiasa siap berjuang di
jalan Allah, di manapun dan kapan pun.
Kedua, kesederhanaan. Kehidupan di pondok diliputi oleh suasana
kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin
dan melarat.102
Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan,
kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan
hidup. Di balik kesederhanaan akan terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang
mundur dalam segala keadaan. Bahkan dari sinilah muncul dan tumbuh mental dan
karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi
kehidupan .
100
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo: Darussalam Press, tt. 11-14. 101
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah....11. 102
Tim Penyusun, Serba Serbi Pondok .... 3.
60
60
Ketiga, berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata
ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Berdikari bukan berarti
bahwa santri sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya
sendiri, tetapi pondok pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan juga harus
sanggup berdikari sehingga tidak pernah menyandarkan kehidupannya kepada
bantuan atau belas kasihan pihak lain . Inilah zelp berdruiping systeem (sama-
sama memberikan iuran dan sama-sama memakai).103
Dalam pada itu, pondok
tidaklah bersifat kaku, sehingga menolak orang-orang yang hendak membantu.
Semua pekerjaan yang ada di dalam pondok dikerjakan oleh kyai dan para
santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam pondok .
Keempat, ukhuwwah islamiah. Kehidupan di pondok pesantren diliputi
suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan
bersama dalam jalinan ukhuwwah Islamiah. Tidak ada dinding yang dapat
memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di Pondok,
tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah
mereka terjun di masyarakat kemudian hari.
Kelima, bebas. Yaitu bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam
menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup dan bahkan bebas dari
berbagai pengaruh negatif dari luar dan masyarakat. Jiwa bebas ini akan
menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan.
103
Tim Penyusun, Serba Serbi Pondok .... 4.
61
61
Akan tetapi dalam kebebasan ini sering kali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu
apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan
berakibat hilangnya arah, tujuan dan prinsip.
Sebaliknya, ada pula yang terlalu bebas (tidak mau dipengaruhi), berpegang
teguh kepada tradisi yang dianggapnya telah pernah menguntungkan pada
zamannya, sehingga tidak mau menoleh ke zaman yang telah berubah. Akhirnya
dia sudah tidak lagi bebas karena mengikatkan diri pada yang diketahui saja.
Maka kebebasan ini harus dikembalikan ke makna yang hakiki yaitu bebas di
dalam garis-garis yang positif dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam
kehidupan pondok pesantren itu sendiri maupun di dalam kehidupan
masyarakat.104
Jiwa yang meliputi suasana kehidupan Pondok Pesantren itulah
yang dibawa oleh santri sebagai bekal utama di dalam kehidupannya di
masyarakat. Jiwa ini juga harus dipelihara dan dikembangkan dengan sebaik-
baiknya.
Dari kelima panca jiwa pondok tersebut di atas, tampak beberapa karakter
pendidikan liberal yang muncul di panca jiwa ke-3 yaitu jiwa berdikari dan panca
jiwa ke-5 yaitu jiwa bebas. Berdikari dalam arti santri dididik untuk mandiri dan
tidak bergantung kepada orang lain. Maka karakter pendidikan liberal yang
muncul di antaranya adalah menekankan manusia menjadi sebuah subyek yang
dapat menentukan garis kehidupannya sendiri dan mengajarkan kebiasaan-
104
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah.... 14.
62
62
kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan
mendidik diri sendiri.
Sedangkan karakter pendidikan liberal yang muncul pada panca jiwa ke-5
jiwa bebas antara lain; mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas, berpandangan dan berwawasan luas
dan terbuka dan menghasilkan warga negara yang dapat melaksanakan kebebasan
politik mereka secara bertanggung jawab.
b) Tujuan Pendidikan Pondok Modern Gontor
Motto dan panca jiwa pondok di atas selanjutnya dijadikan dasar untuk
merumuskan tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan Pondok Modern
Darussalam Gontor adalah sebagai berikut;105
: pendidikan kemasyarakatan,
kesederhanaan, tidak berpartai dan menuntut ilmu karena Allah.
Tujuan pendidikan Pondok Modern Gontor pertama adalah pendidikan
kemasyarakatan. Berlandaskan semboyan, “Muslim yang berbaur dengan orang
lain dan bersabar dalam menghadapi mereka, lebih baik daripada muslim yang
tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar atas penderitaan mereka,”
Pondok Modern Gontor menjadi laboratorium kehidupan bagi santri-santrinya.
Berbagai macam hal yang akan dihadapi santri di masyarakat, dikenalkan kepada
mereka sejak dini di pondok. Penugasan adalah salah satu metode pendidikan di
105
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah.... 15-20.
63
63
Pondok Modern Gontor. Santri tidak hanya diberi ilmu, tetapi juga diberi ladang
untuk mengaplikasikannya dengan bimbingan dan pengawasan ketat dari para
guru.
Bentuk penugasan dan pendidikan kemasyarakatan tersebut tercermin dengan
dibentuknya dua organisasi pelajar intern, yaitu; Organisasi Pelajar Pondok
Modern (OPPM) dan Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) Pondok Modern
Gontor. Kedua organisasi itu, bukan hanya penting dalam mendidik santri, bahkan
telah menjadi denyut kehidupan santri sendiri. Berbagai kepentingan santri
ditangani oleh santri sendiri. Para santri ditempa dalam dua organisasi tersebut
dengan sikap disiplin, tanggungjawab, semangat pengabdian dan kebersamaan.
Mereka juga dilatih berorganisasi sehingga mampu menjadi pemimpin yang
membawa masyarakat ke arah kemajuan.
Dari ujuan pendidikan kemasyarakatan ini muncul beberapa karakter
pendidikan liberal, diantaranya menanamkan kebiasaan-kebiasaan, gagasan-
gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan mendidik diri
sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup. Juga mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas,
berwawasan luas dan terbuka. Mengembangkan orang terpelajar untuk dapat
menggunakan waktu luang mereka dengan baik, apakah mereka berniat untuk
64
64
menjadi ilmuwan atau tidak dan melestarikan serta memperbaiki tatanan sosial
yang ada melalui perubahan yang rasional dan bersifat evolusioner.
Kedua adalah kesederhanaan. Pondok Modern Gontor mendidik para
santrinya untuk hidup dengan kesederhanaan. Sikap sederhana berarti menjalani
pola hidup wajar dan tidak berlebihan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo,
tidak juga berarti miskin atau melarat. Justru dalam jiwa kesederhanaan itu
terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam
menghadapi perjuangan hidup. Kesederhanaan tidak berarti miskin dan tidak
berarti mendidik untuk menjadi miskin, bahkan sebaliknya, kesederhanaan
memungkinkan santri untuk hidup jujur, bersih, qanaah, dan sehat secara jasmani
dan rohani. Di balik kesederhanaan itulah terdapat kekuatan, tekad, ketabahan,
keuletan, dan rasa prihatin terhadap penderitaan. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. Q.S. Al-Furqon [25]: 67.106
Rasulullah Saw. Bersabda: Makanlah, minumlah, dan kenakanlah pakaian dengan
tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir. (HR. Ahmad).
Tujuan pendidikan kesederhanaan di Pondok Modern Gontor telah mencakup
karakter pendidikan liberal di antaranya mengajarkan kepada santri tentang nilai-
nilai kemanusiaan seperti kebenaran moral (karakter) dan kebenaran intelektual
(kebijaksanaan). Juga mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
106
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an..., 365.
65
65
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan
akhlak mulia.
Tujuan pendidikan ketiga adalah tidak berpartai. Pondok Modern Darussalam
Gontor adalah lembaga pendidikan murni yang tidak berafiliasi kepada partai
politik ataupun organisasi kemasyarakatan apapun. Sehingga para pemuda yang
berasal dari latar belakang organisasi apapun dapat menjadi santri Pondok Modern
Gontor dan menuntut ilmu di dalamnya. Bahkan putra-putri dari para tokoh
organisasi besar di Indonesia banyak yang menjadi santri Pondok Modern Gontor.
K.H. Ahmad Sahal, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor
menegaskan, “Meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah anak orang
Muhammadiyah, Pondok ini tidak akan berubah menjadi Muhammadiyah. Dan
meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah anak orang Nahdhatul
Ulama, Pondok ini tidak akan pernah berubah menjadi Nahdhatul Ulama.” Dengan
semboyan “Pondok Modern Gontor di atas dan untuk semua golongan,” lembaga
ini mendidik santrinya untuk menjadi perekat ummat yang berpikiran bebas. Dan
dengan terbebasnya Pondok Modern Gontor dari muatan politis dan kepentingan
golongan maka jiwa keikhlasan dalam belajar dan mengajar dapat mengakar pada
jiwa para santri dan guru.
Dengan demikian, setelah anak tamat dari pendidikan Pondok Modern
Gontor, mereka bebas dalam memilih faham aliran, tanpa mengurangi prinsipnya
sebagai seorang mukmin. Faktanya, pada saat ini banyak di antara alumni Pondok
66
66
Modern Gontor yang menjadi pengurus dan atau tokoh-tokoh partai politik atau
pun organisasi kemasyarakatan besar di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah
K.H. Hasyim Muzadi yang pernah diberi amanat untuk menjadi Ketua Pengurus
Besar Nahdhatul Ulama, Dr. Hidayat Nur Wahid pernah menjadi Presiden Partai
Keadilan dan Sejahtera dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Dr. Din
Syamsuddin sebagai Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah dan Ketua Majelis
Ulama Indonesia.
Tujuan pendidikan tidak berpartai juga mencakup karakter pendidikan liberal
yaitu menanamkan sistem demokrasi. Tujuan pendidikan tidak berpartai ini juga
menegaskan bahwa pendidikan adalah a-politik dan “excellence” merupakan
target utama pendidikan. Karakter pendidikan liberal lainnya yaitu menghasilkan
warga negara yang dapat melaksanakan kebebasan politik mereka secara
bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan keempat adalah menuntut ilmu karena Allah. Pondok
Modern Darussalam Gontor memiliki prinsip bahwa pendidikan adalah sarana
untuk ibadah thalabul ilmi, bukann sarana untuk memperoleh ijazah sehingga
dapat menjadi pegawai. Hal ini tercermin dalam langkah Pondok Modern untuk
mendidik santrinya dengan pendidikan berbasis kecakapan mental. Pondok
Modern Gontor berkeyakinan bahwa dengan menanamkan mental skill yang kuat,
maka para santrinya memiliki jiwa kemandirian yang tinggi.
67
67
Dengan demikian, Pondok Modern Gontor mendidik santrinya untuk lebih
mencintai ilmu. Karena menuntut ilmu merupakan bentuk ibadah kepada Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Quran:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah
ulama. Q.S. Al-Fathir [35]: 28.107
Dalam ayat lain, Allah Swt menjanjikan kedudukan yang tinggi bagi mereka yang
memiliki ilmu. FirmanNya:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Q.S. Al
Mujadilah [58]: 11.108
Allah Swt. Juga berfirman;
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” Q.S. Az-Zumar [39]: 9.109
Dengan demikian, sebagaimana berulang kali ditekankan oleh K.H. Imam
Zarkasyi selaku pendiri Pondok Modern Gontor, kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan bukanlah ditujukan untuk mencetak pegawai, tetapi untuk
menciptakan para ilmuan yang dapat bergerak di berbagai bidang.
Dari tujuan pendidikan ke-lima ini tampak beberapa karakter pendidikan
liberal yaitu menekankan manusia menjadi sebuah subyek yang dapat menentukan
garis kehidupannya sendiri. Mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
107
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: Syaamil Al-Quran, 2009,
437. 108
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an.... 543. 109
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an....459.
68
68
mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas, berpandangan dan berwawasan luas
dan terbuka. Mengembangkan orang terpelajar untuk dapat menggunakan waktu
luang mereka dengan baik.
Di dalam tujuan pendidikan tersebut juga terdapat program jangka panjang
pondok dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok
Modern Darussalam Gontor. Maka dirumuskanlah Panca Jangka yang merupakan
program kerja pondok dalam memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan
upaya pengembangan dan pemajuan tersebut. Adapun Panca Jangka110
itu meliputi
bidang-bidang berikut : pendidikan dan pengajaran, kaderisasi, pergedungan,
khizanatullah (perluasan wakaf) dan kesejahteraan keluarga Pondok..
Pertama, adalah pendidikan dan pengajaran. Maksud jangka ini adalah
berusaha secara maksimal untuk meningkatkan dan menyempurnakan pendidikan
dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor. Usaha ini tercatat dalam
sejarah perjalanan Pondok ini yang dimulai dengan mendirikan Tarbiyatul Athfal
pada tahun 1926. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1936, didirikan Kulliyatul
Mu‟allimin Al-Islamiyah, setingkat dengan Sekolah Menengah (Tsanawiyah dan
Aliyah). Pada tanggal 17 November tahun 1963 didirikanlah Perguruan Tinggi
yang bernama Institut Pendidikan Darussalam (IPD)111
kemudian berganti nama :
Institut Studi Islam Darussalam (ISID) dan sekarang menjadi Universitas Islam
110
Tim Penyusun, Serba Serbi Pondok Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo: Staf
Sekretariat Pondok Modern Gontor, Edisi ke-V, 1997,36-46. 111
Tim Redaksi, UNIDA.... 2.
69
69
Darussalam (UNIDA) sebagaimana yang dicita-citakan pendiri pondok yang
tertulis dalam Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan.112
Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pendidikan diartikan
sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan serta
pemahaman yang lebih tinggi dan optimal. Pengetahuan tersebut diperoleh secara
formal yang kemudian dapat memiliki implikasi terhadap siswa agar dapat
memiliki pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah
diperolehnya melalui kegiatan pembelajarannya.
Apa yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan santri di lingkungan
pondok pesantren, itulah yang mendidik mereka. Dan itulah pendidikan bagi
mereka. Kegiatan dari bangun tidur hingga tidur lagi yang meliputi kegiatan di
asrama, pembelajaran di kelas, berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan
kegiatan OPPM113
akan mempengaruhi pola pikir para santri. Dengan pola pikir
yang terbentuk, akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Itulah proses
pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
Adapun karakter pendidikan liberal yang tampak pada panca jangka pertama
ini adalah mencanamgkan program wajib belajar. Juga mengajarkan kebiasaan-
112
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007, 263. 113
OPPM adalah Organisasi Pelajar Pondok Modern yaitu wadah organisasi santri. Di
sekolah umum (SMP/SMA) biasa disebut dengan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).
70
70
kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan
mendidik diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup. Mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas,
berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka.
Kedua, kaderisasi. Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha terutama
hidup dan matinya pondok pesantren di tanah air, memberikan pelajaran kepada
para pendiri Pondok tentang pentingnya perhatian terhadap kaderisasi. Sudah
banyak riwayat tentang pondok-pondok yang maju dan terkenal pada suatu ketika,
tetapi kemudian menjadi mundur dan bahkan mati setelah pendiri atau kyai
pondok itu meninggal dunia.
Di antara faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran ataupun matinya
pondok-pondok tersebut adalah tidak adanya program kaderisasi yang baik.
Bercermin pada kenyataan ini, Pondok Modern Darussalam Gontor memberikan
perhatian terhadap upaya menyiapkan kader yang akan melanjutkan cita-cita
pondok.
Adapun karakter yang muncul dalam panca jangka kedua yaitu menekankan
manusia menjadi sebuah subyek yang dapat menentukan garis kehidupannya
sendiri.
Ketiga, pergedungan. Jangka ini memberikan perhatian kepada upaya
penyediaan prasarana dan sarana pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para
71
71
santri. Saat ini di pondok modern Gontor pusat (putra) tersedia sebuah lapangan
sepak bola, empat lapangan basket, GOR, masjid jami‟ Darussalam, aula
pertemuan, dan puluhan gedung asrama, perkantoran dan sekolah.
Adapun karakter yang muncul dalam panca jangka ketiga yaitu reformasi
pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru serta memoderenkan
sarana dan prasarana sekolah.
Keempat, khizanatullah. Di antara syarat terpenting bagi sebuah lembaga
pendidikan agar tetap bertahan hidup dan berkembang adalah memiliki sumber
dana sendiri. Sebuah lembaga pendidikan yang hanya menggantungkan hidupnya
kepada bantuan pihak lain yang belum tentu didapat tentu tidak dapat terjamin
keberlangsungan hidupnya. Bahkan hidupnya akan seperti ilalang di atas batu,
“Hidup enggan, mati tak hendak”.
Di antara usaha yang telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini adalah
membentuk suatu badan khusus yang mengurusi dana dan kekayaan pondok
bernama Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Badan Wakaf Pondok Modern
(YPPWPM). 114
Yayasan ini mengurusi dan mengembangkan harta wakaf milik
pondok.
114
Pondok Modern Gontor telah menjadi wakaf Islam secara formal pada tahun 1958.
Sebagai nadhir adalah Badan Wakaf beranggotakan 15 orang alumni yang dianggap terpercaya untuk
meneruskan perjuangan Trimurti.
72
72
Karakter pendidikan liberal yang tampak dalam panca jangka ke-empat sama
dengan panca jangka ke-tiga yaitu reformasi pendidikan dengan membangun
kelas dan fasilitas baru serta memoderenkan sarana dan prasarana sekolah.
Kelima, kesejahteraan keluarga pondok. Jangka.ini bertujuan untuk
memberdayakan kehidupan para keluarga yang siap membantu dan
bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung, sehingga
mereka tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Mereka itu
hendaknya dapat memberi penghidupan kepada Pondok. Sesuai dengan semboyan
: “Hidupilah Pondok dan jangan menggantungkan hidup kepada Pondok”.
Adapun karakter yang muncul dalam panca jangka ke-lima yaitu menekankan
manusia menjadi sebuah subyek yang dapat menentukan garis kehidupannya
sendiri dan mengajarkan masalah etika, kreativitas dan need for achievement
sebagai penentu perubahan sosial.
c) Sistem Pendidikan Pondok Modern Gontor
Sistem pendidikan di Pondok Modern Gontor berbeda dengan madrasah dan
pesantren pada umumnya. Lembaga formal Pondok Modern Gontor bernama KMI
(Kulliyatul Mu‟allimin al-Islamiyyah), dengan kurikulum KMI yang mengadopsi
kurikulum tingkat dasar dan menengah di Mesir, kurikulum kemenag dan
kemendiknas. Tidak ada lembaga madrasah (MTs maupun MA) namun juga tidak
ada ujian paket atau persamaan. Ijazah KMI disamakan dengan SMA, MA atau
73
73
yang sederajat bahkan mendapatkan muadalah untuk bisa masuk kuliah di negara-
negara Timur Tengah.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Modern Gontor dikoordinir oleh
organisasi siswa intra sekolah yang bernama OPPM (Organisasi Pelajar Pondok
Modern) dan KGP (Koordinator Gerakan Pramuka) yang khusus menangani
kegiatan pramuka. Di Pondok Modern Gontor juga terdapat lembaga bimbingan
kesiswaan yang bernama Pengasuhan Santri. Sedangkan OPPM dan KGP secara
struktural berada di bawah lembaga Pengasuhan Santri. Secara garis besar sistem
pendidikannya dibagi menjadi tiga; pendidikan formal di KMI, organisasi santri
OPPM dan KGP, serta Pengasuhan Santri.
Pertama, Kulliyatul Mu‟allimin al- Islamiyah (KMI). Kulliyatul Mu‟allimin
al-Islamiyyah (KMI) adalah Sekolah Pendidikan Guru Islam, hampir sama dengan
Sekolah Noormal Islam, di Padang Panjang, di mana K.H. Imam Zarkasyi pernah
belajar dan menjabat direktur di sekolah tersebut. Model ini kemudian dipadukan
ke dalam sistem pendidikan pondok pesantren. Pelajaran agama dan umum
diberikan secara seimbang dalam jangka 4-6 tahun.115
a. Pembelajaran di KMI
115
http://wardun.tripod.com, diakses tanggal 1 Mei 2015
74
74
Masa belajar di Kulliyatul Mu‟allimin al- Islamiyah (KMI) yaitu enam tahun
untuk program reguler dan empat tahun untuk program intensif. Siswa yang duduk
di kelas satu reguler bisa berumur 12 tahun (minimal berijazah SD) hingga tak
terbatas. Artinya seseorang yang berusia 25 tahun pun boleh dan mau belajar di
KMI kelas satu. Adapun kelas intensif diperuntukkan bagi siswa minimal
berijazah SMP atau MTs dan maksimal tak terbatas dengan jenjang belajar kelas I
intensif, kelas III intensif, kelas V dan kelas VI. Bahkan beberapa siswa yang
sudah sarjana pun ikut belajar di kelas satu baik reguler maupun intensif. Siswa
kelas reguler dan intensif akan bertemu dan bercampur kelak kemudian di kelas V-
VI.
Rombongan belajar (kelas) di KMI diseleksi berdasarkan prestasi akademik.
Para santri yang berprestasi (memiliki nilai yang bagus) akan menduduki kelas B
atau C. Semakin buruk prestasinya, semakin rendah abjad kelasnya. Kelas H/I/J/K
dan seterusnya bisa dipastikan prestasi akademiknya semakin buruk. Pada saat ini
di KMI terdapat tujuh bagian yakni Bagian Proses Belajar Mengajar (PBM),
Bagian Pembinaan Karir Guru, Bagian Penelitian dan Pengembangan Kurikulum,
Bagian Sarana dan Prasarana, Bagian Perpustakaan, Bagian Laboratorium dan
Bagian Tata Usaha. Masing-masing bagian beranggotakan para guru senior dengan
dibantu beberapa staf KMI.116
116
Tim Redaksi, Wardun,Warta ..., 4.
75
75
Yang menarik dari KMI ini adalah bagian Litbang Kurikulum dan Bagian
Laboratorium KMI. KMI Gontor selama ini tidak menggunakan kurikulum diknas
maupun kemenag, tetapi menggunakan kurikulum yang dibuat sendiri oleh bagian
Litbang kurikulum KMI. Adapun Bagian Laboratorium KMI dibentuk sejak
dibangunnya fasilitas laboratorium eksakta. Fungsinya ialah memaksimalkan
pemanfaatan laboratorium tersebut dengan mendirikan exact club, sehingga dapat
melakukan penelitian, eksperimen dan study tour eksakta. Agenda yang sudah
dilaksanakan antara lain Laboratorium Science Expo yang meliputi stan fisika,
biologi, kimia dan komputer.
b. Kegiatan Rutinitas KMI
Kegiatan rutin harian diantaranya adalah tabkir, yaitu pengawasan terhadap
disiplin masuk kelas siswa di pagi hari oleh staf KMI dan supervisi pembelajaran
di kelas mulai pukul 07.00-12.15. Kegiatan mingguan KMI adalah supervisi setiap
hari Kamis yang biasa disebut dengan istilah Kamisan, yaitu pertemuan guru-guru
dengan Pimpinan Pondok dan Direktur KMI. Tujuannya adalah menyamakan
persepsi dalam berkhidmah kepada pondok. Materi utamanya adalah pidato
Pimpinan Pondok tentang internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai
kepondokmoderrnan dan keislaman. Kemudian Direktur KMI menyampaikan
laporan/supervisi pembelajaran selama sepekan berjalan.
Sedangkan agenda ulangan semester sejak berdirinya KMI sampai sekarang
tidak pernah berubah jadwalnya. Ulangan akhir semester gasal terdiri dari ujian
76
76
syafahi dan tahriry (diistilahkan dengan ujian pertengahan tahun) kelas I-V selalu
dilaksanakan pada pertengahan bulan Shafar dan berakhir tanggal 8 Rabiul
Awwal.117
Dan ujian akhir semester genap (ujian akhir tahun) kelas I-V selalu
diadakan pada akhir bulan Rajab dan berakhir tanggal 19 Sya‟ban, karena mereka
harus pulang berlibur tanggal 20 Sya‟ban – 10 Syawwal.
Karakter pendidikan liberal yang ditemukan dalam proses pembelajaran dan
kegiatan rutin KMI ini mencakup nilai-nilai kemanusiaan seperti kebenaran moral
(karakter) dan kebenaran intelektual (kebijaksanaan), pemapanan tujuan-tujuan
behavioral dalam kegiatan belajar serta mengajarkan kebiasaan-kebiasaan,
gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk mendidik diri sendiri
serta mengharuskan belajar seumur hidup. Membentuk kelas unggulan, reformasi
pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru, memoderenkan sarana
dan prasarana sekolah, menyehatkan rasio murid-guru, meningkatkan metodologi
pengajaran dan pelatihan dan mengutamakan prestasi melalui proses persaingan
antar murid. Mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
ketrampilan yang bersifat bebas, berwawasan luas dan terbuka, menggunakan
waktu luang dengan baik dan mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di
antara sesama.
c. Kurikulum KMI
117
Liburan pertengahan tahun selama 10 hari dan pada hari peringatan maulid nabi, para
santri mesti sudah berada di rumah.
77
77
Kurikulum yang diberlakukan di lembaga KMI bukan kurikulum pendidikan
nasional maupun kurikulum kementerian agama. Kurikulum KMI mengadopsi
kurikulum tingkat dasar dan menengah di Mesir, kurikulum kemenag dan
kemendiknas. Mata pelajaran agama (al ulum al-diniyyah) dan mata pelajaran
umum (al ulum al-aqliyyah) diberikan secara seimbang.
Semua mata pelajaran tersebut dipelajari di KMI dengan sistem bilingual.
Seluruh rangkaian mata pelajaran bahasa Inggris diterangkan menggunakan bahasa
Inggris dan seluruh mata pelajaran agama diterangkan dengan menggunakan
bahasa arab. Bahkan para santri diwajibkan memiliki kamus Inggris Advance
Oxford dan kamus Arab al-Munjid. Di kelas 5 KMI, diperkenalkan perbandingan
madzhab (Bidayatul Mujtahid Ibnu Rusyd), perbandingan agama (al-adyan) dan
sebagainya yang membuat santri berpandangan luas dan tidak terjerumus
fanatisme dengan golongan tertentu (berpikiran bebas).
Lembaga KMI merupakan representasi pendidikan liberal dalam bidang
kurikulum sebagaimana ditegaskan Mortimer J. Adler dan Steven M. Cahn, bahwa
kurikulum pendidikan liberal mengacu kepada kurikulum liberal arts yaitu, para
peserta didik diwajibkan mempelajari semua dasar ilmu sejarah, sosial, sastra, tata
bahasa arab dan inggris (nahwu,shorof,grammar), mantiq (logika), berhitung, ilmu
alam, ilmu hayat, geometri dan sebagainya.
78
78
Selain kegiatan tersebut di atas, terdapat puluhan kegiatan lain yang memuat
karakter pendidikan liberal, di antaranya; fathul kutub, kasyfu al-Mu‟jam (al-
Munjid), praktik manasik haji, insya‟ usbu‟i, cerdas cermat dan lain sebagainya.
Kedua, organisasi santri yaitu OPPM dan KGP. Seluruh kegiatan
ekstrakurikuler dan kegiatan harian di Pondok Modern Gontor di luar jam
pembelajaran KMI, dilaksanakan, diawasi dan dikoordinir oleh Organisasi Pelajar
Pondok Modern (OPPM) yang dijalankan oleh santri kelas lima atau kelas enam
selaku pengurus. OPPM inilah motor penggerak aktifitas dan disiplin pondok.
Selain OPPM, juga terdapat Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) yang secara
khusus menangani kegiatan pramuka di Pondok Modern Gontor. Kegiatan
pramuka wajib diikuti oleh seluruh santri kelas I sampai kelas V yang rutin
dilaksanakan setiap hari Kamis sore.
1. Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)
Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) sebagai organisasi intra sekolah
untuk siswa Kulliyatu-l-Mu‟allimin Al-Islamiyah (KMI) adalah wadah pembinaan
dan penampung kreativitas santri dalam latihan berorganisasi. OPPM yang
didirikan pada tanggal 6 Juli 1967 sebagai sarana pendidikan karakter santri juga
dimaksudkan sebagai sarana agar santri siap memimpin dan mau dipimpin serta
mencetak kader pemimpin umat yang kompeten dalam mengatur organisasi.
Organisasi ini menggerakkan aktivitas santri di luar kelas, baik ko-kurikuler
maupun ekstrakurikuler; di asrama maupun di luar asrama.
79
79
Keberadaan OPPM tidak terpisahkan dari kehidupan santri sehari-hari, sebab
OPPM mengurus dan menggerakkan seluruh aktivitas santri sehingga para santri
dapat belajar mengurus diri sendiri secara mandiri dan bertanggung jawab.
Layaknya organisasi pemerintah, organisasi OPPM memiliki 21
departemen/bagian yang mengurusi semua bidang kehidupan di pondok dengan
383 pengurus.118
Selain itu, OPPM juga membawahi beberapa organisasi, antara
lain: organisasi asrama (19 asrama), organisasi konsulat/daerah (36 konsulat), serta
sejumlah kursus kesenian, keolahragaan, kebahasaan, ketrampilan dan lain-lain.
Bertindak sebagai pembimbing adalah staf Pengasuhan Santri.
a. Musyawarah Kerja (Muker) OPPM
Merupakan agenda rutin tahunan yang diikuti oleh pengurus OPPM beserta
seluruh Kelas 5 adalah Musyawarah Kerja (Muker) yang diadakan setiap awal
bulan Ramadhan untuk mengevaluasi kinerja pengurus OPPM dan membuat
program kerja untuk satu tahun kedepan. Acara ini semacam “sidang parlemen“
bagi kepengurusan OPPM dalam rangka merancang program kerja selama
setahun mendatang serta evaluasi hasil usaha dan kegiatan tiap-tiap bagian
OPPM beberapa bulan sebelumnya. Sebagaimana musyawarah kerja pada
umumnya, Muker OPPM juga dibagi menjadi tiga bagian: Sidang Pleno, Sidang
Komisi dan Sidang Paripurna. Terlibat aktif dalam acara tersebut seluruh siswa
118
Tim Penyusun, Buku Panduan Musyawarah Kerja OPPM Darussalam Gontor, Ponorogo:
Sekretariat OPPM, 2014, 198-211.
80
80
kelas lima dan seluruh pengurus OPPM. Muker OPPM berlangsung sejak awal
bulan hingga pertengahan bulan Ramadhan.
Muker OPPM merupakan sarana pelatihan bagi para santri untuk belajar
menjadi anggota dewan legislatif dan eksekutif yang jujur, siap dikritik dengan
kritik yang objektif dan membangun. Dalam pelaksanaan muker, mereka
dibimbing oleh dewan guru yang sekaligus berperan sebagai nara sumber dan
pengarah (steering comittee) agar orientasi peserta menjadi jelas dan terarah.
b. Laporan Pertanggungjawaban dan Serah Terima Jabatan
Masa bakti/kerja pengurus OPPM adalah satu tahun. Setelah itu tongkat
estafet kepengurusan diserahterimakan kepada pengurus baru. Hal ini
dikarenakan mengikuti slogan dan tradisi pondok, yakni: “Patah tumbuh hilang
berganti. Sebelum patah sudah tumbuh, sebelum hilang sudah
berganti;” dan “Mau dipimpin, siap memimpin.” Sebagai sarana pendidikan,
serah terima amanat pengurus tersebut diadakan secara seremonial dan resmi di
depan Pimpinan Pondok, para guru, dan seluruh siswa KMI sebagai anggota
OPPM.
Sebelum dilakukan serah terima, masing-masing bagian pengurus lama
melaporkan hasil kegiatan yang telah dikerjakan selama periode kepengurusan
masing-masing di hadapan seluruh santri dan Pimpinan Pondok beserta ketua-
ketua lembaga dan bapak-bapak guru. Materi laporan mencakup banyak hal,
81
81
seperti personalia, inventaris, hasil usaha, program dan hambatannya, serta
laporan keuangan.
Tidak semua departemen dalam OPPM memiliki hasil usaha yang bersifat
profit. Ada yang sanggup meraup keuntungan ratusan juta hingga milyaran
(Bagian Toko Koperasi Pelajar, Bagian Koperasi Dapur, Koperasi Warung
Pelajar), ada yang hanya untung kurang lebih Rp 10 juta (Bagian Foto Copy
dan Bagian Fotografi), bahkan sebagian besar justru tidak bisa menghasilkan
keuntungan sama sekali. Bagian-bagian tersebut memang ditujukan hanya
untuk pelayanan saja, seperti Bagian Penerima Tamu, Bagian Pengajaran,
Bagian Kesenian, Bagian Olahraga, dan lain sebagainya.
Suatu hal yang sangat menakjubkan, bahwa siswa yang rata-rata berusia 20
tahunan itu harus mempertanggungjawabkan peredaran uang yang cukup besar
di seluruh bagian OPPM hingga mencapai Rp 10 milyar. Seluruhnya dilaporkan
secara detail pada Laporan Pertanggungjawaban di hadapan Pimpinan Pondok,
bapak guru, dan seluruh santri sesuai dengan prinsip manajemen terbuka (open
management) yang dianut Pondok Modern Darussalam Gontor.
Di sela-sela Laporan Pertanggungjawaban, Pimpinan Pondok selalu
memberikan evaluasi jika ada beberapa pelajaran penting dalam berorganisasi
yang perlu diketahui oleh santri karena fungsi Laporan Pertanggungjawaban
OPPM bagi Pondok Modern Gontor adalah pendidikan. Mengingat pentingnya
acara tersebut, pondok meliburkan pembelajaran KMI selama 3 hari. Sebab
82
82
momen ini sama pentingnya dengan pembelajaran di kelas sebagaimana
Pondok mengajarkan bahwa apa yang dilihat, didengar, dialami dan dirasakan
adalah pendidikan. Acara pergantian pengurus OPPM ini biasanya dilaksanakan
pada bulan Jumadil Ula karena kelas VI akan menghadapi ujian akhir,
amaliyah tadris (micro teaching) dan kelulusan pada bulan Ramadhan.
c. Kursus Pelatihan dan perlombaan
OPPM memiliki 21 departemen yang terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara dan 18 departemen yaitu Keamanan, Pengajaran, Ta‟mir masjid,
Penerangan, Penggerak Bahasa, Kesehatan, Olahraga, Perpustakaan,
Penerimaan Tamu, Koperasi Pelajar, Koperasi Dapur, Koperasi Warung
Pelajar, Kesenian, Ketrampilan, Binatu, Fotografi, Fotokopi dan Bersih
Lingkungan.
Selain Muker dan pergantian pengurus, OPPM juga memiliki ratusan
agenda lain yang dikelola oleh masing-masing departemen di mana sangat
bermanfaat bagi pembentukan pola pikir santri. Misalnya pembagian madu dan
susu untuk santri, art and handycraft show and sport show, penataran
manajemen dan keorganisasian, public speaking contest, english and arabic
drama contest, Gontor olympiad dan lain sebagainya..
Namun yang paling menarik dari ratusan agenda tiap departemen tersebut
adalah even Gontor Cup dan Public Speaking Contest. Gontor Cup adalah
pertandingan di bidang olahraga yang dikelola oleh bagian olahraga. Even ini
83
83
melibatkan puluhan grup olahraga terdiri dari grup sepak bola, bola volly,
basket, tenis meja, badminton, sepak takraw, futsal, senam, panco dan
sebagainya. Layaknya Pekan Olahraga Nasional maupun SEA GAMES,
masing-masing klub berebut untuk menjadi juara. Dan kesemuanya itu
berlangsung tanpa mengganggu proses pembelajaran dan kegiatan harian
pondok. Semuanya berlangsung dengan menggunakan bahasa Arab atau
Inggris. Bagitu juga dengan Public Speaking Contest. Seleksi dimulai dari club
masing-masing, terus ke level beikutnya hingga empat kali seleksi. Kedua even
tersebut dibidani oleh kelas V dan VI. Sedangkan para ustadz bertindak hanya
sebagai dewan juri pada tingkat final.
Karakter pendidikan liberal yang tampak dalam Organisasi Pelajar Pondok
Modern beserta seluruh agendanya mencakup masalah etika, kreativitas dan need
for achievment. Karakter ini muncul pada kegiatan berupa kursus ketrampilan
yang menanamkan kreatifitas. Menanamkan kebiasaan-kebiasaan, gagasan-
gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan mendidik diri
sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup. Hal ini terlihat dalam kiprah
kepengurusan para santri kelas V-VI yang terlibat dalam kepengurusan OPPM.
Bercirikan dialog, mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
ketrampilan yang bersifat bebas, berwawasan luas dan terbuka. Melaksanakan
kebebasan politik secara bertanggung jawab, dapat menggunakan waktu luang
84
84
dengan baik dan mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di antara sesama.
Karakter ini sangat menonjol pada acara Muker dan laporan pertanggungjawaban.
2. Koordinator Gerakan Pramuka (KGP)
Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) adalah wujud riil sarana pendidikan
karakter santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Cikal bakalnya adalah
terbentuknya Kepanduan "Bintang Islam" oleh K.H. Ahmad Sahal dengan agenda
latihan antara lain : ketrampilan kepramukaan, latihan seni, penjelajahan,
pertanian, peternakan, kepemimpinan dan lain sebagainya. Sekarang, kegiatan
kepramukaan di Pondok Modern Gontor ditangani oleh Koordinator Gugus Depan
15089 Pondok Modern Gontor di bawah bimbingan dan pengawasan Majelis
Pembimbing Koordinator Harian (Mabikori). Berikut ini gambaran kegiatan rutin
tahunan yang diagendakan KGP.
a. Rapat Kerja Koordinator (RAKORD)
Sebagai bukti bahwa Gerakan Pramuka di Pondok Modern Gontor
merupakan wadah pendidikan berorganisasi bagi para santri, diselenggarakan
Rapat Kerja Koordinator (Rakord) dengan agendan membahas program kerja
Koordinator Pramuka untuk kurun waktu satu tahun mendatang. Kegiatan ini
diikuti oleh semua siswa kelas V baik sebagai pengurus KGP maupun
pembantu pembina. Rapat yang biasanya berlangsung pada bulan Ramadhan ini
terdiri dari tiga persidangan: Sidang Pleno, Sidang Komisi dan Sidang
85
85
Paripurna di bawah bimbingan Mabikori, Mabigus dan staf pengasuhan santri
yang masing-masing bertindak selaku steering committee.
b. Musyawarah Gugus Depan (MUGUS)
Dalam rangka mengevaluasi program lama dan menyusun program baru
sekaligus mengesahkannya, setiap Gudep mengadakan Musyawarah Gugus
Depan (Mugus) sekali setahun. Musyawarah yang diselenggarakan dalam
rangka pergantian Pembina Gugus Depan (Bindep) ini, diikuti oleh seluruh
pembantu pembina, andika laksana II, pemimpin sangga, pemimpin regu dan
Mabigus. Dalam acara mugus ini Bindep lama membacakan laporan
pertanggungjawaban dilanjutkan dengan serah terima amanat, pembahasan
program kerja baru untuk masa satu tahun yang akan datang beserta
pengesahannya.
c. Kursus dan Pelatihan
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembina dan peserta didik gerakan
pramuka di Pondok Modern Gontor, diselenggarakan berbagai kursus antara
lain; Pertama, yaitu Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar disebut
juga Kursus Mahir Dasar (KMD) yang bekerjasama dengan Kwartir Cabang
Ponorogo. Kursus ini biasanya berlangsung selama 7 hari; 4 hari di dalam
kampus dan tiga hari di bumi perkemahan.
Kedua, Masa Pengembangan dan Pemantapan (MPP) sebagai kelanjutan
KMD dengan terjun langsung di Gudep masing-masing. MPP ini berlangsung
86
86
selama 6 bulan dan merupakan syarat mengikuti jenjang kursus yang lebih
tinggi yaitu Kursus Mahir Lanjutan (KML).
Ketiga, untuk meningkatkan kualitas pembina, menumbuhkan kepercayaan
diri, memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan dalam mengasuh peserta
didik dan membentuk tenaga pramuka mahir tingkat lanjutan maka Gudep
15089 bekerjasama dengan Kwartir Cabang Kabupaten Ponorogo mengadakan
Kursus Mahir Lanjutan (KML). Kursus ini adalah lanjutan dari KMD.
Keempat, Marching Band yang selalu tampil dalam berbagai acara penting
pondok, seperti : Penyambutan tamu, Khutbatul Arsy, Pembukaan dan
Penutupan Porseni, Peringatan HUT Kemerdekaan RI, dan lain-lain.
Kelima, Search and Rescue (SAR). Gudep 15089 mengadakan latihan
Search And Rescue (SAR) di Pangkalan Udara (Lanud) Iswahyudi Maospati,
tepatnya di Markas Besar PASKHAS. Latihan ini bertujuan menyalurkan minat
dan bakat anggota Gudep 15089. Latihan yang diasuh langsung oleh personil
PASKHAS TNI AU ini meliputi penggemblengan fisik, mental dan ketrampilan
tolong-menolong dalam kecelakaan yang meliputi; Ilmu Medan Peta dan
Kompas (IMPK), P3K, Parking Master, Ketrampilan naik turun tebing, dan
lain-lain.
d. Kegiatan lain
Dalam rangka memeriahkan acara Pekan Perkenalan/Khutbatul Arsy di
Pondok Modern Darussalam Gontor maka diselenggarakan Lomba Perkemahan
87
87
Pramuka Penegak dan Penggalang (LP3). Acara ini diikuti Gudep 15089
Pondok Modern Gontor dan beberapa regu dan sangga dari Pondok Cabang dan
Pesantren Alumni. Kegiatan ini di samping bertujuan mempererat tali
silaturrahim antara santri Pondok Modern Gontor dan Pondok-pondok alumni
juga bertujuan mengenalkan kepada santri baru tentang kegiatan kepramukaan
di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Selain LP3 ada agenda Perkajum. Untuk mengenalkan kegiatan
kepramukaan Pondok Modern Gontor dan media dakwah kepada masyarakat,
Koordinator Gerakan Pramuka secara rutin mengadakan acara Perkemahan
Kamis Jum'at (Perkajum) di luar kampus. Selain itu, KGP juga mengirim
Kontingen ke Jambore Nasional dan Internasional, berpartisipasi dalam LP3
Regional IX Jawa Timur, mengikuti Pelatihan Pengembangan Kepemimpinan,
latihan panjat tebing dan berbagai kegiatan lain yang sangat bermanfaat bagi
santri dan masyarakat.
Karakter pendidikan liberal yang muncul dalam Koordinator Gerakan
Pramuka (KGP) yang padat dengan kegiatan tersebut sangat beragam, yaitu
mencakup masalah etika, kreativitas dan need for achievment. Juga menanamkkan
kebiasaan-kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk
mendidik diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup. Hal ini terlihat di
dalam kegiatan Gudep yang membawahi 15 regu besar dan berbagai macam
kursus dan pelatihan yang diselenggarakan KGP.
88
88
Bercirikan dialog, mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas dan berwawasan luas terbuka.
Melaksanakan kebebasan politik secara bertanggung jawab, dapat menggunakan
waktu luang dengan baik dan mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di
antara sesama. Karakter ini muncul pada acara Rakord dan Mugus.
Ketiga, pengasuhan santri119
adalah lembaga yang mengatur pola disiplin
serta tatanan kehidupan santri dan pondok secara menyeluruh. Lembaga ini
ditangani langsung oleh pengasuh Pondok dan di dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh staf pengasuhan santri. Tugas lembaga ini sangat luas yaitu mencakup
kehidupan santri di luar jam sekolah.
Tugas Pengasuhan Santri adalah memberikan bimbingan, pengajaran dan
pengembangan kepada para santri yakni aktivitas ekstra kurikuler yang meliputi
keorganisasian, kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga, ketrampilan, kesenian,
akhlak dan ibadah. Termasuk dalam pengawasan lembaga ini adalah kegiatan
santri yang meliputi seluruh kegiatan yang dikelola oleh Organisasi Pelajar
Pondok Modern (OPPM) dan Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) serta santri
mahasiswa di tingkat perguruan tinggi yang kegiatannya dikelola oleh Dewan
Mahasiswa (DEMA).
119
Di lembaga sekolah SMP/MTs/SMA/MA dikenal dengan istilah BP (Bagian Penyuluhan)
dan BK (Bagian Konseling)
89
89
Bagi Pondok Modern Gontor, pendidikan bukan hanya di dalam kelas saja,
melainkan pengawasan terhadap kehidupan santri selama 24 jam penuh di pondok.
Itulah sarana yang tepat dan strategis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan
Islami yang mengacu kepada nilai dan filsafat hidup pondok yang tertuang dalam
panca jiwa; keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwwah Islamiyah dan jiwa
kebebasan. Alatnya adalah disiplin. Dalam menegakkan disiplin santri, pondok
lebih menekankan pada pendekatan kesadaran dan tindakan preventif dengan
meminimalkan hukuman fisik.
a. Kegiatan Rutin
Lembaga Pengasuhan Santri berfungsi sebagai Guidance and
Counseling, yakni membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi santri
melalui bapak-bapak guru wali kelas dan para pembimbing. Adapun kegiatan
Pengasuhan Santri antara lain sebagai berikut: kegiatan harian yaitu mengontrol
jalannya disiplin santri, melaksanakan ujian imamah dan tajaddud untuk siswa
kelas VI, memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi santri akhir dan kelas
V, mengadakan kontrol terhadap fasilitas dan sarana santri dan mengontrol
jalannya pelajaran sore.
b. Kegiatan Tengah Tahunan
Adapun kegiatan tangah tahunan diantaranya; membentuk panitia
penjemputan santri pada akhir masa liburan yang bertugas menyambut
90
90
kedatangan para santri di terminal bis Ponorogo dan stasiun kereta api Madiun.
Mengadakan pengecatan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan di
pondok bekerja sama dengan bagian pelaksana pembangunan, menulis raport
mental pada tiap semester, membimbing kepanitiaan bulan Ramadhan dan
kepanitiaan bulan Syawwal dengan segala kegiatannya, seperti penerimaan
siswa baru, penjemputan santri lama, pembagian rayon/asrama bagi siswa lama,
pelayanan tamu dengan mendirikan kafe yang dikelola oleh santri kelas enam
dan memaksimalkan sistem keamanan dengan mendirikan tenda-tenda jaga di
tempat-tempat strategis.
c. Kegiatan Tahunan
Sedangkan kegiatan tahunan yang dikelola Pengasuhan Santri adalah
membimbing kepanitiaan pekan perkenalan Khutbatul Arsy120
seperti;
pengajaran lagu Hymne “Oh Pondokku”, Pekan Olah Raga dan Seni
(PORSENI), apel Tahunan Pondok Modern, kuliah umum Khutbatul „Arsy,
Jambore dan Raimuna antar pondok alumni, festival lagu dan poetry reading,
pentas Aneka Ria Nusantara dan Demonstrasi Bahasa.121
Laporan Panitia Bulan
Syawwal dan serah terima jabatan dari Panitia Bulan Syawwal ke OPPM,
120
Masa Oreintasi Siswa (MOS) diistilahkan dengan Pekan Perkenalan dan Khutbatul Arsy di
Pondok Modern Gontor. 121
Menampilkan aneka ragam budaya nasional dan internasional.
91
91
pentas drama arena siswa Kelas V, pentas seni Sidasa Band dan Mahadasa
Band (pop dan dangdut)122
dan pentas Panggung Gembira siswa kelas VI.123
Pengasuhan Santri juga membentuk panitia kurban untuk membagikan
dagingnya kepada masyarakat sekitar, desa binaan, pekerja, simpatisan, santri dan
guru KMI. Mengadakan Peringatan Tahun Baru Hijriah, melaksanakan puasa
Asyura‟ bersama segenap keluarga besar Pondok dan melaksanakan upacara
peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Adapun karakter pendidikan liberal yang tampak di dalam rangkaian kegiatan
yang dikelola dan dimotori bagian pengasuhan santri, dalam hal ini kegiatan
kepanitiaan bulan Syawwal dan khutbatul arsy dengan seluruh agendanya, adalah
menanamkan nilai-nilai kemanusiaan seperti kebenaran moral (karakter) dan
kebenaran intelektual (kebijaksanaan) serta mengajarkan kebiasaan-kebiasaan,
gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk mendidik diri sendiri.
Para santri dididik untuk beertanggung jawab dengan segala kejujuran, kerja keras
dan penuh disiplin.
Sedangkan di dalam kegiatan rutin harian yang berkenaan dengan
kedisiplinan, ibadah dan kesopanan sangat erat dengan mengembangkan potensi
peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas,
122
Sidasa band ditampilkan oleh siswa kelas III intensif dan kelas IV, sedangkan Mahadasa
Band ditampilkan oleh para ustadz dengan lagu pop, rock dan dangdut. 123
Panggung Gembira adalah acara puncak kesenian yang paling ramai dan megah. Biaya
penyelenggaraan ditanggung siswa kelas VI hingga mencapai ratusan juta rupiah.
92
92
berwawasan luas dan terbuka serta mendidik agar dapat menggunakan waktu
luang dengan baik dan mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di antara
sesama.
3. Peran Pengasuh Pondok Dalam Praktik Pendidikan Liberal di Pondok
Modern Gontor
K.H. Dr. Abdullah Syukri, M.A. lahir di Gontor pada tanggal 19 September
1942. Dia adalah putra pertama dari K.H. Imam Zarkasyi salah seorang Trimurti
pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Menamatkan Sekolah Dasar di desa
Gontor pada tahun 1954. Setelah menamatkan Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah
(KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1960 melanjutkan studi di
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga mendapatkan gelar Sarjana Muda tahun
1965. Adapun gelar Lc. didapat dari Al Azhar University Kairo Mesir pada tahun
1976. Kemudian melanjutkan studi di lembaga yang sama hingga meraih gelar
MA ada tahun 1978. Dan mendapat gelar Doctor Honoris Causa pada 2005 dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah ayahnya, K.H. Imam Zarkasyi wafat pada tahun 1985, dia meneruskan
perjuangan dan kepemimpinan Pondok Modern Gontor. Di bawah
kepemimpinannya, jumlah santri dan pondok cabang meningkat dengan pesat.
Pertama beliau menjadi pengasuh/pimpinan Pondok Modern Gontor, jumlah
santrinya kurang lebih 3000 orang. Hingga saat ini luas tanah wakaf pondok
secara keseluruhan mencapai 700-an hektar dengan jumlah santriwan dan
93
93
santriwati (pusat dan cabang) mencapai 21.300 orang yang tersebar di seluruh
nusantara.
Dia selalu menekankan kepaada santri Pondok Modern Gontor jiwa
perjuangan, sehingga terjadi keseimbangan dalam memperebutkan hak dan
kewajiban. Sebab kalau manusia hanya memperebutkan hak saja, mereka termasuk
orang tamak yang tidak mengerti kepentingan perjuangan. Yang paling parah,
ketika perjuangan itu justru dijadikannya sebagai alat untuk memenuhi
kepentingan dirinya sendiri.
Padahal Allah Swt. telah berfirman: in tanshurullah yanshurkum wa yutsabbit
aqdamakum. Kalau kita memenangkan Allah, maka Allah akan memenangkan kita
bahkan senantiasa menguatkannya. Harta akan dikuatkan, kesehatan dikuatkan,
tubuh dikuatkan dan ilmu juga akan dikuatkan. “Jadi, manusia akan dikuatkan
dengan catatan in tanshurullah. Tetapi kalau yang dilakukannya itu yanshuru
nafsahu wa yanshuru qabilatahu wa ailatahu, manusia-manusia model seperti ini
tidak berbuat untuk Allah, dan Allah pasti tahu apa yang mereka niatkan,” tuturnya
menjelaskan. “Maka dalam mengarungi lautan ilmu, lautan perjuangan, lautan
pengalaman dan lautan hati kita sendiri, kita harus benar-benar memperbaiki dan
menguatkan niat,” tandasnya.
KH. Abdullah Syukri Zarkasyi tidak hanya berjuang dengan ucapan dan
tindakannya saja, melainkan juga melalui tulisan. Banyak sekali karya tulis yang
sudah ditelorkannya. Di antaranya adalah;
94
94
a) Pokok-Pokok Pikiran untuk Perubahan Pendidikan Nasional.
b) Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam: Model Pendidikan Pesantren Ala
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
c) Menggali Sumber Keuangan Madrasah : Strategi dan Teknik.
d) Pengelolaan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo.
e) Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo.
f) Pola Pendidikan Pesantren Sebuah Alternatif.
g) Strategi dan Pola Manajemen Pendidikan Pesantren.
h) Optimalisasi Peran Sektor Pendidikan dalam Pengembangan Ekonomi Islam di
Indonesia.
i) Etika Bisnis dalam Islam dan Relevansinya Bagi Aktivitas Bisnis di Dunia
Pendidikan Pesantren: Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor.
j) Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Modern Gontor.
k) Optimalisasi Peran Sektor Pendidikan dalam Pengembangan Ekonomi Islam di
Indonesia: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor.
l) Pendidikan Pesantren di Era Modern.
m) Peran Agama dan Budaya Islam dalam Mendorong Perkembangan Iptek.
Dan masih banyak buku maupun artikel yang ditulisnya. Selain menulis buku,
banyak pengalaman berorganisasi K.H. Abbbdullah Syukri yang patut dicontoh
oleh para santrinya, antara lain;
95
95
a) Pengurus HMI Cabang Ciputat – Jakarta (1964).
b) Pengurus HPPI (Pelajar Islam) Cairo (1971).
c) Pengurus PPI Den Hag – Belanda (1975).
d) Pimpinan Pondok Modern Gontor (1985 – sekarang).
e) Ketua Majlis Ulama Indonesia Kab. Ponorogo.
f) Ketua Badan Silaturrahmi Pondok Pesantren Jawa Timur (1999 – sekarang).
g) Ketua Forum Silaturrahmi Umat Islam Ponorogo (1999 – sekarang).
h) Ketua MP3A Depag (Majlis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama
(1999 – sekarang).
i) Dewan Penasehat MUI Pusat.
Dilihat dari prestasinya memimpin pesantren, pengalamannya berorganisasi
dan karya tulisnya, bisa diambil kesimpulan bahwa K.H. Dr. Abdullah Syukri,
M.A. adalah seorang ulama dan cendekiawan yang penuh dengan visi dan misi
luhur, berwawasan luas dan terbuka. Pandangannya jauh ke depan dan mampu
mengantisipasi perkembangan dan perubahan zaman dengan nilai-nilai dan spirit
agama Islam.
Karakter pendidikan liberal yang bisa ditemukan dalam peran K.H. Dr.
Abdullah Syukri, M.A. adalah; meningkatkan harkat dan martabat manusia lewat
penggunaan dan penyempurnaan nalarnya karena manusia adalah makhluk
rasional, bermoral dan memiliki kerohanian dan menekankan manusia menjadi
sebuah subyek yang dapat menentukan garis kehidupannya sendiri.
96
96
Mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
ketrampilan yang bersifat bebas, berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka.
Mengembangkan orang terpelajar untuk dapat menggunakan waktu luang mereka
dengan baik, apakah mereka berniat untuk menjadi ilmuwan atau tidak,
mendorong munculnya kemanusiaan yang sama di antara sesama dan melestarikan
dan memperbaiki tatanan sosial yang ada melalui perubahan yang rasional dan
bersifat evolusioner.
B. Pendidikan Liberal di Pesantren Salaf API Tegalrejo Magelang
Sesuai dengan namanya, Pesantren Salaf API Tegalrejo adalah jenis
pesantren salaf yang murni mengajarkan Pendidikan Agama Islam. Namun seiring
perkembangan zaman serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan umum
banyak pesantren yang menyediakan materi pendidikan umum dalam pesantren.
Termasuk diantaranya pesantren API Tegalrejo.
Mengiringi laju globalisasi dunia, para pengasuh API Tegaltejo berinisiatif
mendirikan sekolah kejuruan dan lembaga pelatihan kewirausahaan. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung dan mendidik para santri maupun alumni
pesantren agar mandiri secara ekonomi. Kedua lembaga yang dimaksud adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Syubbanul Wathon dan Pesantren
Entrepreneur (PARTNER).
1. Gambaran Umum Pesantren Salaf API Tegalrejo Magelang
97
97
Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo didirikan pada tanggal
15 September 1944 oleh K.H. Chudlori seorang ulama yang juga berasal dari desa
Tegalrejo. Dia adalah menantu K.H. Dalhar pengasuh Pesantren Darussalam
Watucongol Muntilan Magelang. K.H. Chudlori mendirikan Pondok Pesantren di
Tegalrejo pada awalnya tanpa memberikan nama sebagaimana layaknya Pondok
Pesantren yang lain. Setelah berkali-kali mendapatkan saran dan usulan dari rekan
seperjuangannya, pada tahun 1947 ditetapkanlah nama Asrama Perguruan Islam
(API). Pada tahun 1977 K.H. Chudhori wafat, kemudian kepemimpinan pesantren
dilanjutkan oleh kedua putranya yaitu K.H. Abdurrohman Chudlori dan K.H.
Achmad Muhammad Chudlori. Setelah keduanya wafat, kepemimpinan pesantren
API Tegalrejo sekarang dilanjutkan oleh adik-adiknya yaitu K.H. Mudrikh
Chodlori dan K.H. Abdurrohman Yusuf Chudlori beserta saudara-saudaranya.
Pada saat ini terdapat satu asrama pesantren salaf putra dengan jumlah santri
4800 orang, dua asrama pesantren salaf putri 2300 orang dan sekolah formal SMP,
SMK dan SMA Syubbanul Wathan dengan sistem boarding school 1500 orang.
Pesantren salaf putra dan putri tersebut terletak di satu tempat yaitu desa Tegalrejo
Magelang Jawa Tengah. Sedangkan SMP, SMA dan SMK Syubbanul Wathon
letaknya terpisah dari lingkungan asrama pesantren salaf API Tegalrejo.
Visi Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo :
a) Berupaya mewujudkan manusia muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT dan
berakhlaqul karimah.
98
98
b) Berupaya mewujudkan manusia muslim yang mengetahui, mengamalkan dan
menyebarluskan ajaran agama Islam ala Ahlussunnah wal jamaah.
Misi Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang:
1) Sebagai benteng dari pengaruh budaya barat yang dapat merusak moral bangsa.
2) Mencetak figur seorang yang dapat dijadikan sebagai uswatun chasanah
(teladan) oleh masyarakat luas.
2. Praktik Pendidikan Liberal di Pesantren Salaf API Tegalrejo
Adapun pesantren salaf API Tegalrejo Magelang tidak memunculkan karakter
maupun tujuan pendidikan liberal, karena seluruh kegiatan, kurikulum, visi dan
misi pesantren berorientasi ke agama Islam. Hal ini sesuai dengan tujuan pendirian
pesantren tersebut yaitu pertama, untuk menyiapkan generasi muslim yang
bertaqwa, memiliki ketrampilan, kemandirian dan akhlaqul karimah agar dapat
menghayati tugas dan peranannya menurut agama Islam Ala Thoriqoti Ahlussunah
Wal Jamaah, serta menegakkan agama Allah dan mengajarkan kepada orang lain
atau paling tidak dapat mengamalkan ajaran Islam. Kedua, mencetak kader-kader
ulama yang mempunyai kedalaman agama serta gigih dan ulet berjuang
menegakkan agama Allah tanpa mengharapkan imbalan jasa yang bersifat
duniawi. Muassis atau pendiri pesantren mengharapkan agar para santrinya kelak
menjadi guru ngaji atau kyai di kampung masing-masing, bahkan dalam surat
wasiatnya tertulis agar tidak menjadi pegawai negeri/PNS.
99
99
Program pendidikan yang diselenggarakan di pesantren salaf API Tegalrejo
sejak dahulu menggunakan sistem klasikal. Kurikulum yang dipakai dari kelas 1
sampai kelas terakhir secara berjenjang mempelajari khusus ilmu agama yaitu itu
fikih, aqidah, akhlaq, tasawuf dan ilmu alat (nahwu dan sharaf) yang semuanya
dengan kitab berbahasa Arab. Kelas 1 s/d 8 di pesantren salaf API Tegalrejo, oleh
masyarakat lebih dikenal dengan nama kitab yang dipelajari. Seperti tingkat I
dikenal Jurumiyah Jawan, Tingkat II dengan nama Jurumiyah, tingkat III dengan
nama Fathul Qorib, tingkat IV dengan Alfiyah, tingkat V dengan Fathul Wahab,
tingkat VI dengan al-Mahalli, tingkat VII dengan Shohih Bukhori dan tingkat VIII
dengan Ihya „Ulumuddin.124
Namun seiring dengan globalisasi, di mana seseorang tidak bisa menghindar
dari tuntutan zaman, maka para pengasuh berinisiatif mendirikan sekolah kejuruan
dan lembaga pelatihan kewirausahaan di luar kampus pesantren salaf API
Tegaltejo untuk menampung dan mendidik para santri dan alumni pesantren agar
mandiri secara ekonomi. Kedua lembaga yang dimaksud adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang dan
Pesantren Entrepreneur (PARTNER) yang bertempat di Meteseh Tempuran
Magelang.
124
Nur Faijah, Pengaruh Qiyam al-lail Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Asrama
Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang, Skripsi Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga, 2009, 77-79.
100
100
a. Sekolah Menengah Kejuruan Syubbanul Wathon Tegalrejo
Kebutuhan masyarakat saat ini adalah hadirnya lembaga formal unggulan
yang mencetak teknokrat yang handal dan dapat membekali anak didik dengan
nilai-nilai keislaman. Generasi muda saat ini membutuhkan beragam ilmu untuk
dapat membawa kemajuan bangsa dan agama yaitu ilmu umum, ilmu agama dan
juga ketrampilan. Karena hal tersebut Pesantren Salaf API Tegalrejo melihat
pentingnya kehadiran sebuah lembaga formal yang unggul dalam pengetahuan
umum dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kelimuan pesantren. SMK
Syubbanul Wathon hadir sebagai sebuah lembaga pendidikan alternatif yang
diharapkan dapat mencetak kader bangsa yang intelektual, mempunyai skill yang
mapan dan menjunjung tinggi akhlaqul karimah. Semua diramu dengan pemikiran
matang yang sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa.
Pada tahun 2007 melalui kerja keras para pengasuh Pesantren Salaf API
Tegalrejo dan Pengurus Yayasan Syubbanul Wathon Tegalrejo dengan dukungan
penuh masyarakat, lahirlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Syubbanul
Wathon Tegalrejo yang resmi mulai membuka pendaftaran pada Juli 2007. Tujuan
didirikan sekolah ini adalah agar santri mampu menguasai teknologi informasi
sebagai bagian dari perkembangan global. Karena keilmuan pesantren dan
pengetahuan umum mutlak diperlukan untuk keberlangsungan kehidupan manusia.
Pemetaan dan pemisahan antara keilmuan pesantren dan pengetahuan umum
101
101
dalam kehidupan saat ini hanya akan menjadikan kebuntuan pengembangan
keilmuan Islam.
“One Stop Education” adalah slogan SMK Syubbanul Watan di mana para
santri akan mendapatkan pengetahuan umum, skill sebagai modal berkarya, dan
keilmuan pesantren yang menjadi dasar dalam memahami nilai-nilai Islam.
Dengan visi “Unggul dalam mutu dan memiliki keteguhan iman serta akhlaqul
karimah” serta misi “Mampu menguasai teknologi informasi sebagai bagian dari
perkembangan global” dan “Mempertahankan nilai-nilai luhur pesantren dalam
rangka meneguhkan iman dan akhlakul karimah serta menanamkan nilai-nilai
kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” SMK Syubbanul Wathan
membuka program unggulan; Teknik Komputer Jaringan, Multimedia dan Tata
Busana.125
SMK Syubbanul Wathon (SW) pesantren Tegalrejo menjadi sekolah rujukan
seluruh Indonesia karena perkembangan siswa dan prestasi di bidang
akademiknya. Keunggulan sekolah kejuruan ini terletak pada model dan tradisi
pesantren yang menghidupinya. Dari sekitar 12.000 SMK seluruh Indonesia, SMK
Syubbanul Wathon termasuk di antara 180 SMK yang berstatus rujukan
sebagaimana ditegaskan oleh Direktur Pembinaan SMK SW M Mustaghfirin pada
125
http://www.smksw.sch.id/profil-sekolah, diakes Selasa, 23 Juni 2015.
102
102
peluncuran bel sekolah otomatis di SMK Syubbanul Wathon126
hasil kreatifitas
para siswa SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang.
SMK dengan model pesantren sudah banyak berdiri, tapi SMK Syubbanul
Wathon memiliki karakter unik. Para pengasuh dan pengelolanya mampu
mengadopsi antara kurikulum pesantren dan kurikulum SMK. Dalam mendidik
anak, tidak ada pemisahan antara moral spiritual dan pendidikan keahlian.
Berbagai keahlian yang dipelajari dari sekolah yang dilandasi dengan keilmuan
Islam dalam pesantren akan menjadi campuran kurikulum yang pas dan cocok
untuk saat ini.
Saat ini siswa di SMK Syubbanul Wathon sudah mencapai 1000 orang dan
sudah stabil selama bertahun-tahun. SMK Syubbanul Wathon terus meningkatkan
mutu pendidikannya dan mencetak generasi berakhlaqul karimah dan memilki
keahlian untuk masa depan mereka seiring dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
dari masyarakat terhadap SMK pesantren tersebut. Pengasuh SMK berbasis
pesantren Syubbanul Wathon Tegalrejo K.H. Yusuf Chudlori (Gus Yusuf)
mengatakan, perjuangan mendirikan SMK Syubbanul Wathon adalah warisan dari
almarhum K.H. Abdurrahman Chudlori. Bahkan Gus Yusuf berharap SMK
Syubbanul Wathon ke depan tidak menolak calon siswa lagi.
1) Uji Kompetensi Keahlian (UKK)
126
http://www.smksw.sch.id/berita-terbaru/launching-bel-otomatis-sekolah-bos-smk-
syubbanul-wathon.html, diakses 20 Agustus 2015
103
103
Uji Kompetensi Keahlian pada SMK merupakan bagian Ujian Nasional yang
menjadi indikator ketercapaian standar kompetensi lulusan, sedangkan bagi
stakeholder akan dijadikan sebagai informasi atas kompetensi yang dimiliki para
calon tenaga kerja. Selain itu, uji kompetensi merupakan evaluasi hasil belajar
siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran di sebuah sekolah. Uji
Kompetensi Keahlian dilaksanakan sebelum pelaksanaan Ujian Nasional. Ujian
Nasional bagi peserta didik SMK diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 59 Tahun 2011
tentang Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pendidikan dan
Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah dan Ujian Nasional.
Di SMK Syubbanul Wathon, Uji Kompetensi Keahlian Multimedia
dilaksanakan mulai tanggal 10-15 februari 2015. Asesor atau tim pengujinya
adalah dua orang penguji dari SMK N 1 Magelang, hal ini dikarenakan program
studi Multimedia masih menginduk di sekolah tersebut. Dalam pelaksanaannya,
ujian kompetensi kali ini diikuti oleh sebanyak anak yang ada dalam satu kelas.
Melalui ujian kompetensi ini, siswa diharapkan mampu untuk membuat sebuah
iklan layanan masyarakat yang layak untuk dipublikasikan. Dengan adanya uji
kompetensi yang diadakan setiap tahun, diharapkan mampu memberikan
keyakinan kepada setiap siswa untuk bisa terjun di dunia kerja setelah lulus.
2) Bel Otomatis Sekolahku (BOSku)
104
104
Perkembangan dunia pada era globalisasi menuntut manusia untuk terus bisa
berpikir maju. Persaingan dunia industri yang semakin meluas membuat manusia
harus berpikir panjang untuk tetap bisa bertahan di pasar dunia. Salah satu hal
penting yang harus diperhatikan adalah perkembangan dunia pendidikan. Dewasa
ini, dunia pendidikan dituntut untuk bisa menghasilkan output yang baik demi
pembangunan negara yang maksimal. Sedangkan faktor penting dalam dunia
pendidikan salah satunya adalah faktor kedisiplinan. Kedisiplinan sangat penting
dalam membentuk karakter anak bangsa, maka sekolah sebagai salah satu sarana
pendidikan bagi masyarakat harus menerapkan budaya kedisiplinan bagi guru,
karyawan, serta para siswanya.
Berangkat dari hal inilah SMK Syubbanul Wathon bekerja sama dengan
Teknologi Negeri Indonesia memproduksi Bel Otomatis Sekolahku (Bosku) dan
Bel Otomatis Madrasah (Bismad).127
Atas dukungan dari Kepala Disdikpora
Kabupaten Magelang, Drs. Eko Triyono, SMK Syubbanul Wathon terus berusaha
untuk memberikan yang terbaik, salah satunya dengan adanya bel otomatis
sekolah. Alat tersebut bekerja secara otomatis dengan system komputerisasi yang
dapat membantu memberikan peringatan pergantian jam pelajaran. Bosku
dilengkapi dengan 396 jadwal pelajaran dengan 8 tipe jadwal yang dapat dihapus
dan disetting ulang. Dengan memori yang bersifat volatile, di mana jadwal
127
http://www.smksw.sch.id/berita-terbaru/launching-bel-otomatis-sekolah-bos-smk-
syubbanul-wathon.html, diakses 20 Agustus 2015
105
105
pelajaran yang sudah disetting tidak akan hilang meski alat ini dimatikan. Selain
itu, perangkat bosku menggunakan menu berbahasa Indonesia, sehingga tidak
memerlukan instalasi khusus dan mudah digunakan.
Pada tanggal 14 Februari 2015, bertepatan dengan pembinaan tenaga pendidik
untuk sekolah berbasis pesantren, diadakanlah launching Bel Otomatis Sekolah
produksi SMK Syubbanul Wathon yang diresmikan langsung oleh Direktur Utama
SMK Kementrian Pendidikan Indonesia K.H. Mustaghfirin Amin, M.BA.
3) Pembinaan Tenaga Pendidik SMK Syubbanul Wathon
Merupakan suatu kehormatan tersendiri bagi Yayasan Syubbanul Wathon,
dalam usianya yang relatif muda SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo Magelang
mendapat kunjungan dari Dirut SMK Kementerian Pendidikan Indonesia, K.H.
Mustaghfirin Amin, M.BA yang bertujuan untuk melakukan pembinaan pendidik
dan tenaga kependidikan Sekolah Berbasis Pesantren (SBP). Kunci kemajuan
SMK menurut Mustaghfirin terletak pada siswanya. Jika dari tahun ke tahun
semakin banyak siswa yang mendaftar, maka hal ini menunjukkan bahwa SMK
Syubbanul Wathon telah memberikan gaung yang positif kepada masyarakat.
Selain didukung dari sisi siswanya, maka ada satu hal penting yang harus
diperhatikan, yakni kualitas guru pembimbing yang harus ditingkatkan. Jika pada
umumnya, sekolah dikatakan bermutu apabila telah melengkapi tiga syarat utama,
yaitu proses pembelajaran, kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran, serta
kecukupan guru, maka untuk sekolah berbasis pesantren tidak akan bisa berjalan
106
106
hanya dengan tiga syarat tersebut. Ada satu hal penting yang justru harus
diperhatikan, yaitu akulturasi pesantren, di mana tidak bisa dibedakan lagi mana
pelajaran umum dan mana pelajaran pesantren.
Adapun cara-cara untuk bisa menjalankan akulturasi pesantren, yang pertama
adalah blanded atau pencampuran dalam hal penjadwalan agama dan umum. Maka
SMK diharapkan agar mampu menciptakan metode pembelajaran yang siswanya
tidak bisa lagi membedakan antara pelajaran pesantren dan pelajaran umum. Hal
ini dikarenakan kedua pelajaran tersebut telah menyatu. Sebagai contoh, jika pada
sekolah umum merakit komputer hanya akan menghasilkan sebuah PC yang siap
pakai, maka pada metode pembelajaran SMK berbasis pesantren, siswa tidak
hanya berpikir seperti itu saja. Siswa akan merasa bahwa dalam prosesnya,
merakit komputer akan berbuah pahala, karena jika telah menjadi sebuah PC yang
utuh akan bisa bermanfaat untuk orang lain.
Yang kedua, penghayatan guru pembimbing sebagai santri. Tidak dipungkiri
bahwa para pembimbing yang ada di SMK Syubbanul Wathon pasti memiliki
background yang berbeda-beda. Ada yang lulusan pondok pesantren murni, ada
pula yang baru mengenal pondok pesantren setelah berada di SMK Syubbanul
Wathon. Idealnya, guru-guru yang ada di SMK Syubbanul Wathon mampu
menghayati dirinya sebagai santri juga. Karena pada akhirnya, gerakan hidupnya
akan bernafaskan santri. Sehingga akan bisa menjadi uswatun khasanah bagi para
peserta didik.
107
107
Yang ketiga, regenerasi. Berbekal dari poin kedua di atas, untuk bisa
menjalankan proses pembelajaran yang baik, maka dari sisi pembimbingnya dapat
mengambil dari alumni-alumni SMK sendiri. Hal ini dilakukan dengan alasan jika
mengambil tenaga pendidik dari luar dengan kultur yang berbeda, kenapa tidak
mengambil dari alumni sendiri yang sudah mengetahui jalannya kehidupan yang
ada di pesantren. Pada tahun ini, SMK Syubbanul Wathon telah melaksanakan
program tersebut. Sebanyak 32 alumni disekolahkan lagi untuk bisa melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, agar kelak mampu untuk menjadi tenaga pendidik
yang sekaligus menjadi uswatun khasanah sesuai yang dijabarkan oleh Dirut SMK
tersebut.
Yang keempat, teaching factory. Adanya pabrik yang dimiliki sebuah SMK
diharapkan mampu untuk mengembangkan keterampilan sebagai kecakapan hidup,
professional dan produktif. Ada sebuah harapan besar dari SMK berbasis
pesantren yaitu diharapkan agar pesantren mampu untuk menjabarkan ajaran
Rasulullah SAW, yaitu rahmatan lil „alamin.
Dari sini tampak bahwa SMK Syubbanul Wathan adalah program sekolah
unggulan dengan gagasan “link and match” dalam aspek pendidikan yaitu
pendidikan harus memiliki kaitan dan relevansi dengan dunia industri dan
teknologi informasi seperti saat ini. Para siswa SMK Syubbanul Wathan wajib
tinggal di asrama dengan sistem Islamic boarding school (pesantren) sehingga
mereka berusaha mengembangan potensi untuk memiliki kekuatan spiritual
108
108
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
ketrampilan yang bersifat bebas, berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka.
Di lembaga formal ini tampak beberapa karakter pendidikan liberal yang
muncul, antara lain; berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan keadaan
sosial, ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan, membentuk sekolah
unggulan serta gagasan “link and match” dalam aspek pendidikan yaitu
pendidikan harus memiliki kaitan dan relevansi dengan dunia industri. Juga
reformasi pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru, memoderenkan
sarana dan prasarana sekolah dan menyehatkan rasio murid-guru. Meningkatkan
metodologi pengajaran dan pelatihan serta mengembangkan potensi peserta didik
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas, berwawasan luas
dan terbuka.
b. Pesantren Entrepreneur (PARTNER)
K.H. M Yusuf Chudlori adalah salah satu pengasuh pondok pesantren Asrama
Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang. Ia mewarisi karakter dua orang
kakaknya; negarawan seperti almarhum K.H. Abdurrohman dan budayawan
seperti almarhum K.H. Ahmad Muhammad. Jiwa entrepreneurship dari muassis
pesantren K.H. Chudlori juga mengalir ke dalam jiwa K.H.Yusuf Chudlori.
Menurut Gus Yusuf, wirausaha (entrepreneur) adalah sesuatu yang tersembunyi
dan jarang dieksplorasi oleh ulama-ulama bersarung di pelosok-pelosok.
109
109
Sebuah pemahaman yang keliru, jika wirausaha –yang sekarang diistilahkan
dengan entrepreneur– jauh dari dunia pesantren. Pesantren dianggap sebagai
tempat yang steril dari dunia. Anggapan ini bukan hanya muncul di benak awam,
namun juga justru muncul dari dalam pesantren sendiri. Padahal sejarah telah
membuktikan bahwa berdirinya jam‟iyah pesantren (NU) berawal dari kesadaran
para saudagar muslim di wilayah Jombang Jawa Timur. Para saudagar muslim
waktu itu melihat bahwa keterpurukan umat akibat para ilmuwan agama
menjauhkan diri dari urusan dunia, padahal untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-harinya belum tercukupi. Sedangkan masyarakat awam, menjadi tidak
tertarik belajar ilmu agama karena belajar agama identik dengan hidup zuhud yang
disalahartikan sebagai hidup miskin.
Kondisi ini sangat menguntungkan bagi pemerintah Belanda waktu itu. Para
saudagar resah, karena pada akhirnya jika dibiarkan, orang-orang yang tidak
mengerti ilmu agama itulah yang akan menguasai perdagangan. Maka pada saat
itulah para saudagar membentuk wadah yang bernama Nahdlatut Tujjar,
kebangkitan para saudagar. Nahdlatut Tujjar bergerak simultan dengan kekuatan
ekonominya mendorong organisasi Taswirul Afkar yang membidangi ilmu dan
budaya, serta Nahdlatul Wathon di bidang pendidikan. Organisasi-organisasi inilah
yang kemudian menjadi besar bersama Nahdlatul Ulama.
Secara tidak langsung bisa dikatakan bahwa berdirinya Nahdlatul Ulama /
kebangkitan para ulama diawali oleh kebangkitan para saudagar. Yang menjadi
110
110
pokok persoalan, ketika kebangkitan para ulama sudah menjadi organisasi terbesar
di dunia, ke mana para saudagar? Berawal dari pemikiran untuk memberdayakan
kaum sarungan (santri) untuk mandiri secara financial, Gus Yusuf merintis
beberapa unit usaha. Antara lain, BMT, Stasiun Radio Fast FM, Toko ritel, rumah
makan bahkan sebelumnya sempat memiliki sebuah agen advertising. Dia
melakukan itu hanya ingin memberi contoh kepada santri-santri Tegalrejo bahwa,
santri bisa mempunyai cita-cita menjadi apa saja.128
Semangat ini sebenarnya telah dirintis oleh pendiri Pesantren API Tegalrejo,
K.H. Chudlori bin Ichsan. Selain mendidik santri-santri kepercayaannya untuk
mengelola tanah dan kebunnya, dia juga pernah memiliki peternakan sapi perah di
pesantren. Dari sapi-sapi tersebut, santri dapat mengkonsumsi susu hangat setiap
paginya. Pada masa itu (tahun 60-an) santri minum susu setiap pagi adalah hal
yang luar biasa.
Beberapa pokok pemikiran K.H. Chudlori sepertinya memang sengaja
dituliskan di dinding-dinding pesantren, semacam prasasti. Di antaranya adalah
terdapat pada dinding gedung pondok putri di mana tertera tulisan dalam huruf
arab dan latin, prasasti ini bertuliskan: “Assholahul ma‟iisyah min Sholahudin, wa
sholahuddin min sholahul ma‟iisyah”. Yang artinya oleh K.H. Chudlori disertakan
di bawahnya dengan bahasa Indonesia, “Kebaikan ekonomi ada dalam kebaikan
agama dan kebaikan agama ada dalam kebaikan ekonomi”. Bahkan di barisan
128 http://partnerindonesia.com/?p=102, diakses Selasa, 23 Juni 2015.
111
111
paling bawah tulisan itu tertera GEDUNG PERSATUAN PENYALUR
EKONOMI. Tulisan yang telah berusia setengah abad itu begitu menggambarkan
kekuatan visi ekonomi K.H. Chudlori yang sepertinya tidak lazim di zamannya,
namun dirasakan kefaktualannya di masa kini.
Pada bulan Agustus 2010, pengasuh Pesantren Salaf Asrama Perguruan Islam
(API) Tegalrejo K.H. Yusuf Chudlori mendirikan PARTNER, Pesantren
Entrepreneur yang didukung rektor Universitas Tidar Magelang Prof. DR. Cahyo
Yusuf dan para praktisi pengusaha seperti Mbah Mo Murlidi, pak Sukam Purwadi,
Kirmawan Wijaya, Wiwik Rusfendi, Among Kurnia Ebo, Wiwied Usman dan
Catur Denny Firmanto.129
Pesantren Entrepreneur adalah sebagai pemberdaya
santri untuk kebangkitan ekonomi umat. Berangkat dari ajaran agama sholahul-
ma‟isyah min sholahi al-din wa sholahu al-din min sholah al-ma‟isyah, (Kebaikan
ekonomi ada dalam kebaikan agama dan Kebaikan agama ada dalam kebaikan
ekonomi) pesantren salaf API berkomitmen untuk menciptakan pengusaha baru
yang berasal dari kalangan santri melalui Pesantren Enterpreneur. Pesantren
Entrepreneur menjadi media untuk memperkenalkan entrepreneur kepada
pesantren dan memperkenalkan pesantren kepada pelaku entrepreneur.
Partner diperuntukkan bagi santri akhir atau yang sudah lulus dan terbuka
untuk santri dari pondok mana pun. Sistem pendidikan di Partner adalah dengan
pelatihan wirausaha dan magang di tempat-tempat usaha. Berbagai macam
129
Hasil wawancara dengan Catur Denny Firmanto.
112
112
pelatihan seperti KPK (Komisi Pelatihan Kuliner) dan FPI (Front Pelatihan
Internet) diberikan kepada para peserta Pesantren Entrepreur yang bertempat di
Meteseh Tempuran Magelang. Materi training KPK di antaranya adalah Teknik
Memasak, Manajemen Harga dan Manajemen Resto. Sedangkan FPI memberikan
pelatihan internet marketing untuk mensweeping omset penjualan melalui internet.
Dalam pelatihan tersebut akan diajarkan trik-trik bagaimana menjual barang secara
cepat dan laris di internet melalui berbagai media seperti facebook, Twitter,
Website, dan media internet gratisan yang lain.130
Lembaga PARTNER ini merupakan representasi salah satu karakter
pendidikan liberal sebagaimana ditegaskan Mansour Faqih yaitu munculnya
berbagai model pendidikan dan pelatihan dalam berbagai bentuk dan
pendekatannya, di antaranya dengan model pelatihan wirausaha seperti AMT
(Achievement Motivation Training) dan sejenisnya termasuk PARTNER. Juga
dengan munculnya berbagai bentuk pelatihan manajemen dan kewiraswastaan
untuk menumbuhkan kelas pengusaha baru. Senada dengan Mansour, Henry
Giroux dan Aronowitz berpendapat bahwa pendekatan andragogi seperti, training
manajemen, kewiraswastaan, AMT, dan berbagai pelatihan community
development adalah salah satu bentuk praktik pendidikan liberal. Hal ini diperkuat
dengan pandangan Steven M. Cahn131
bahwa salah satu bentuk pendidikan liberal
130
http://partnerindonesia.com/?p=102, diakses Selasa, 23 Juni 2015. 131
Cahn berpendapat bahwa sebelum mendapat pendidikan kejuruan, seseorang harus
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sebagaimana tercakup dalam kurikulum liberal arts.
113
113
adalah pendidikan kejuruan yang berorientasi sosial dan perspektif intelektual agar
berhasil dalam suatu bidang pekerjaan sebagaimana yang dipraktekkan di
pesantren enterpreneur.
1) KPK ( Komisi Pelatihan Kuliner)
Sejak krisis moneter tahun 1998, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) justru
tumbuh dan muncul begitu pesat. Bisnis UKM saat ini mewakili lebih dari 90
persen bisnis di Indonesia dan memberikan kontribusi sebesar 57 % pada Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sumbangan bisnis kuliner dalam pertumbuhan
UKM sangat signifikan. Hal ini ditunjukkan dari tumbuhnya bisnis-bisnis kuliner
yang sangat pesat.
Kuliner adalah bisnis yang berbasis pada kebutuhan dasar manusia. Sehingga
walaupun diterpa krisis, bisnis ini memiliki daya tahan yang tinggi. Namun
demikian, para pelaku bisnis kuliner harus menerapkan strategi yang tepat untuk
bertahan. Karena jika tidak, walaupun kuliner adalah bisnis yang relatif
dibutuhkan namun tidak sedikit yang gulung tikar. Di sisi lain, kuliner juga
berbanding lurus dengan kemampuan memasak dan mengolah masakan tersebut.
Karena kualitas produk selalu disandingkan dengan rasa dan harga. Banyak orang
yang sangat pandai memasak namun tidak tahu bagaimana memulai untuk bisnis
kuliner. Kalaupun kemudian terjun di dunia bisnis kuliner, tidak semua bisa
bertahan. Hal ini disebabkan kuliner membutuhkan teknik dan strategi dalam
mengelolanya.
114
114
Rasa yang enak belum tentu disukai oleh pelanggan jika harganya mahal.
Sedangkan makanan murah, tidak selalu mendatangkan pelanggan jika rasa dan
penyajian tidak memadai. Bahkan memenuhi selera rasa dan harga terjangkau pun
juga tidak menjamin usaha kuliner bisa berkembang tanpa strategi marketing yang
tepat. Marketing bukan sekedar soal promosi, tetapi juga meliputi penawaran dan
pelayanan. Kunci inilah yang sering dilupakan oleh para pelaku usaha kuliner,
sehingga bisnisnya tidak bertahan lama. Rahasia Bisnis Kuliner terletak pada tiga
kunci suksesnya; yaitu teknik memasak enak dengan mudah, teknik mengelola
harga produk dan strategi marketing.
Merespon fenomena kuliner tersebut, Partner (Pesantren Entrepreneur)
membentuk KPK; Komisi Pelatihan Kuliner. KPK Partner bertugas untuk melatih
anak-anak muda khususnya santri agar mampu mandiri. Peserta yang
diikutsertakan KPK akan dilatih keterampilan di bidang kuliner dari A s/d Z.
Mulai cara mengolah makanan hingga mengelola laba dari makanan tersebut.
Mulai dari makanan resto, kedai, angkringan sampai makanan oleh-oleh. Semua
dibahas mulai dari produksi hingga pengelolaan bisnisnya.
Pelatihan ini didesain dengan 75% berupa praktikum dan dibimbing oleh
praktisi kuliner yang memiliki resto. Selain itu untuk memacu adrenalin peserta,
50% pelatihan didesain dengan kompetisi. Dan di akhir kompetisi ini akan
memperebutkan hadian sebuah booth (gerobag) dengan perlengkapannya. Aksi
115
115
KPK angkatan pertama diselenggarakan pada tanggal 29 November 2013 selama
10 hari.
Dalam pelatihan ini pola pikir para santri diarahkan pada mind set baru bahwa
yang terpenting di dalam wirausaha bukanlah punya modal dahulu, melainkan
penanaman mental sebagai pengusaha. Selama masa pelatihan, para santri
digembleng secara mental oleh masing-masing mentor agar mendapat penyegaran
dalam cara berpikir mereka. Ditanamkan kepada mereka bahwa modal utama
dalam berwirausaha itu tidak banyak, hanya butuh nyali. Nyali adalah keberanian
untuk mendobrak diri mengatasi segala macam blocking mental yang
membelenggu untuk maju.
Di dalam pelatihan kuliner tersebut diterapkan kurikulum KPK, tiga kunci
rahasia kuliner yaitu teknik memasak, manajemen harga dan manajemen resto.
KPK mengadakan pemeriksaan terhadap tersangka Komisi Pelatihan Kuliner.
Pemeriksaan bersifat tertutup dan rahasia. Pemeriksaan ini dilakukan secara
berkelompok. Para “saksi” akan diundang pada pemeriksaan di hari-hari yang
akan segera diumumkan. Para “tersangka” akan diperiksa mengenai olah makanan
NASI, yaitu ; mengoptimalkan rasa berbagai macam nasi, nasi goreng jawa, nasi
goreng resto, nasi bakar, ayam pentul dan sambel terasi ( sambel masak dan
mentah).
116
116
Mereka harus mempertanggungjawabkan materi yang telah disampaikan.
Kemudian akan dipilih satu kelompok untuk ditingkatkan menjadi “terdakwa”
Juara Hari Ini (JHI) atau pada hari yang ditentukan.
2) FPI (Front Pelatihan Internet)
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat dari waktu ke
waktu. Semua lini kehidupan sudah tidak bisa lepas dari teknologi. Sikap dinamis
dalam menyikapi perkembangan teknologi sangat dibutuhkan dewasa ini, karena
tanpa disadari teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seiring
dengan perubahan dan perkembangan zaman yang semakin sarat dengan arus
teknologi dan informasi, menumbuhkan pemikiran di kalangan para pengasuh
pesantren API Tegalrejo untuk mengikuti laju era digitalisasi tersebut. Maka pada
tahun 2010, PARTNER mulai mengadakan pelatihan multimedia yang diharapkan
para santri mampu mengikuti dan menjawab tantangan zaman dengan tetap
berpegang teguh pada aqidah dan syari‟at Islam sebagaimana Pesantren API
Tegalrejo. Pelatihan tersebut bernama Front Pelatihan Internet (FPI).
FPI diberikan kepada para peserta Pesantren Entrepreur yang bertempat di
Meteseh Tempuran Magelang. FPI memberikan pelatihan internet marketing
untuk mensweeping omset penjualan melalui internet. Dalam pelatihan tersebut
akan diajarkan trik-trik bagaimana menjual barang secara cepat dan laris di
117
117
internet melalui berbagai media seperti facebook, Twitter, Website, dan media
internet gratisan yang lain.132
Di dalam PARTNER yang dikembangkan oleh Gus Yusuf (training KPK dan
FPI) ini sarat dengan karakter pendidikan liberal antara lain; berusaha untuk
menyesuaikan pendidikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan politik di luar
dunia pendidikan. Gagasan “link and match” dalam aspek pendidikan yaitu
pendidikan harus memiliki kaitan dan relevansi dengan dunia industri,
membangun etika, kreativitas dan need for achievement. Menanamkan
kebiasaan-kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk
mendidik diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup. Reformasi
pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru, memoderenkan sarana
dan prasarana sekolah serta meningkatkan metodologi pengajaran dan pelatihan.
Dengan sistem Islamic Boarding School maka para siswa berusaha
mengembangkan potensi untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang
bersifat bebas, berpandangan dan berwawasan luas dan terbuka.
3. Peran K.H. Abdurrahman Yusuf Chudlori dalam Pendidikan Liberal
K.H. M Yusuf Chudlori adalah salah satu pengasuh pondok pesantren Asrama
Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang. Ia mewarisi karakter dua orang
kakaknya; negarawan seperti almarhum K.H. Abdurrohman dan budayawan
132
http://partnerindonesia.com/?p=102, diakses Selasa, 23 Juni 2015.
118
118
seperti almarhum K.H. Ahmad Muhammad. Jiwa entrepreneurship dari muassis
pesantren K.H. Chudlori juga mengalir ke dalam jiwa K.H.Yusuf Chudlori.
Menurutnya, wirausaha (entrepreneur) adalah sesuatu yang tersembunyi dan
jarang dieksplorasi oleh ulama-ulama bersarung di pelosok-pelosok.
Di tengah-tengah masyarakat, dia lebih dikenal dengan sebutan khas kaum
pesantren, yakni Gus Yusuf. Sebutan ini didasarkan pada latar belakang dia yang
merupakan salah satu putra almarhum K.H Chudlori (w.1977) pendiri (muassis)
Ponpes Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang. Gus Yusuf yang lahir di
Magelang pada 9 Juli 1973 ini sangat terkenal sebagai kiai muda yang dekat
dengan berbagai kalangan. Selain menyukai musik, dia juga tidak asing dengan
para pegiat kebudayaan, sastra dan kesenian yang lain. Hal ini dikarenakan selain
dia mengasuh pesantren dan memberikan hikmah-hikmah keagamaan kepada
masyarakat di berbagai majlis ta‟lim, dia juga meluangkan waktu mencurahkan
tenaga dan pikirannya untuk perjuangan sosial-kemasyarakatan.
Diantara perjuangan sosial-kemasyarakatan yang digeluti oleh dia adalah
mengelola komunitas kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten
Magelang, penasehat organisasi Komunitas Gerakan Anti Narkoba dan Zat Adiktif
(KOMGANAZ) Kabupaten Magelang, mengelola radio komunitas Fast-FM yang
menyiarkan program-program populis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
mulai dari kajian keagamaan, mujahadah, berita-berita aktual, konsultasi
kesehatan, bincang bisnis, infotainment, dan lain sebagainya.
119
119
Meskipun Gus Yusuf berlatar belakang pendidikan pesantren tapi dia sangat
dekat dengan para aktifis muda dan aktifis mahasiswa yang berlatar belakang
pendidikan formal. Kedekatan ini dapat terjalin karena Gus Yusuf adalah kiai yang
terbuka (egaliter) untuk berdiskusi dengan kalangan aktifis muda sebagai upaya
mengurai problematika yang selalu berkembang seiring dengan lajunya zaman.133
Aktifitas Gus Yusuf dengan kalangan muda dan mahasiswa diantaranya dapat
dilihat dari seringnya dia terlibat dalam forum-forum diskusi kaum muda NU Jawa
Tengah, bahkan dia adalah salah satu penggagas dari forum-forum diskusi di
kalangan kaum muda NU tersebut. Dalam jumlah yang tidak terhitung, dia juga
sering menjadi narasumber seminar, talk show, dan bentuk diskusi lainnya mulai
dari tingkat lokal, nasional sampai tingkat internasional, terutama dalam forum-
forum diskusi yang mengangkat tema seputar pluralisme, toleransi antar umat
beragama, kebudayaan, tasawuf, dan peneguhan nilai-nilai kebangsaan.
Berawal dari pemikiran untuk memberdayakan kaum sarungan (santri) untuk
mandiri secara finansial, Gus Yusuf merintis beberapa unit usaha. Antara lain,
BMT, Stasiun Radio Fast FM, Toko ritel, rumah makan bahkan sebelumnya
sempat memiliki sebuah agen advertising. Dia melakukan itu hanya ingin memberi
contoh kepada santri-santri Tegalrejo bahwa, santri bisa mempunyai cita-cita
menjadi apa saja.
133
http://pphmbulu.blogspot.com/2013/03, diakses 25 April 2015.
120
120
Pada bulan Agustus 2010, K.H. Yusuf Chudlori mendirikan PARTNER,
Pesantren Entrepreneur yang didukung rektor Universitas Tidar Magelang Prof.
DR. Cahyo Yusuf dan para praktisi pengusaha. Berangkat dari ajaran agama
sholahul-ma‟isyah min sholahi al-din wa sholahu al-din min sholah al-ma‟isyah,
(Kebaikan ekonomi ada dalam kebaikan agama dan kebaikan agama ada dalam
kebaikan ekonomi) dia berkomitmen untuk menciptakan pengusaha baru yang
berasal dari kalangan santri melalui Pesantren Enterpreneur. Pesantren
Entrepreneur menjadi media untuk memperkenalkan entrepreneur kepada
pesantren dan memperkenalkan pesantren kepada pelaku entrepreneur.
Seperti yang diungkapkan Mansour Faqih, Henry Giroux dan Aronowitz
bahwa training manajemen, entrepreneurship, AMT, dan berbagai pelatihan
community development adalah salah satu bentuk praktik pendidikan liberal. Hal
ini diperkuat dengan pandangan Steven M. Cahn134
bahwa salah satu bentuk
pendidikan liberal adalah pendidikan kejuruan yang berorientasi sosial dan
perspektif intelektual agar berhasil dalam suatu bidang pekerjaan sebagaimana
yang dipraktekkan di pesantren enterpreneur.
Karakter pendidikan liberal yang ditemukan dalam peran K.H. Yusuf
Chudlori selaku pengasuh pesantren Salaf API Tegalrejo antara lain;
mengembangkan pendidikan dengan bentuk Non formal Education yang
diimplementasikan dalam berbagai bentuk proyek pengembangan masyarakat dan
134
Cahn berpendapat bahwa sebelum mendapat pendidikan kejuruan, seseorang harus
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sebagaimana tercakup dalam kurikulum liberal arts.
121
121
pelatihan manajemen dan kewiraswastaan seperti AMT (Achievement Motivation
Training) dan sejenisnya, menekankan manusia menjadi sebuah subyek yang dapat
menentukan garis kehidupannya sendiri dan membangkitkan kreativitas dan need
for achievement sebagai penentu perubahan sosial.
122
122
BAB IV
PRAKTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN
A. Pendidikan Multikultural di Pondok Modern Gontor
Praktik pendidikan multikultural di Pondok Modern Darussalam Gontor
secara garis besar dapat diidentifikasi ke dalam tiga hal, yaitu: visi misi, tujuan
pendidikan dan sistem pendidikan Pondok Modern Gontor. Proses pembelajaran
dan pendidikan di Pondok Modern Gontor meliputi apa yang dilihat, didengar,
dialami dan dirasakan santri di lingkungan pondok pesantren, itulah yang
mendidik mereka.
Kegiatan dari bangun tidur hingga tidur lagi yang meliputi kegiatan di asrama,
pembelajaran di kelas, berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan intra
sekolah akan mempengaruhi pola pikir para santri yang pada akhirnya juga akan
mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Itulah proses pendidikan di Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo. Karena pada dasarnya pendidikan adalah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan135
untuk
mencapai pengetahuan serta pemahaman yang lebih tinggi dan optimal.
135
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2007, 263.
123
123
1.Visi dan Misi Pondok Modern Gontor dalam Perspektif Multikultural
Pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor menekankan pada
pembentukan pribadi mukmin muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berpikiran bebas. Kriteria atau sifat-sifat utama ini
merupakan motto pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.136
Pertama, berbudi tinggi merupakan landasan paling utama yang ditanamkan
oleh pondok kepada seluruh santrinya dalam semua tingkatan; dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Realisasi penanaman motto ini dilakukan
melalui seluruh unsur pendidikan yang ada.
Kedua, berbadan sehat adalah sisi lain yang dianggap penting dalam
pendidikan di pondok. Dengan tubuh yang sehat para santri akan dapat
melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Pemeliharaan
kesehatan dilakukan melalui berbagai kegiatan olahraga bahkan ada olahraga rutin
yang wajib diikuti oleh seluruh santri sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Ketiga, berpengetahuan luas. Para santri di Pondok dididik melalui proses
yang telah dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari pengetahuan, lebih dari itu mereka
diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang pengetahuan.
Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas, tetapi tidak boleh
136
Motto pendidikan tersebut banyak tertulis dan terpampang di gedung/asrama pondok.
124
124
terlepas dari berbudi tinggi, sehingga seseorang akan mengetahui untuk apa ia
belajar serta mengetahui prinsip untuk apa ia manambah ilmu.
Keempat, berpikiran bebas bukan berarti bebas sebebas-bebasnya. Kebebasan
dimaksud adalah tidak boleh menghilangkan prinsip, terutama prinsip sebagai
muslim mukmin. Justru kebebasan di sini merupakan lambang kematangan dan
kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah diterangi petunjuk Ilahi
(hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri memiliki budi tinggi atau budi
luhur dan sesudah ia berpengetahuan luas.
Dari keempat motto Pondok Modern Gontor tersebut, yang memunculkan
nilai multikulturalisme adalah motto ketiga, berpengetahuan luas. Berpengetahuan
luas bisa dicapai dengan berbagai macam cara, diantaranya dengan banyak bergaul
dengan orang-orang dari berbagai suku dan bangsa. Pondok Modern Gontor
adalah pesantren internasional. Para santrinya datang dari seluruh suku dan bangsa
Indonesia, Asia, Afrika dan Amerika. Mereka hidup bersama dan dapat saling
bertukar pengalaman dan pikiran.
Demikian juga dengan para ustadznya. Mereka adalah lulusan dari berbagai
macam universitas internasional di Asia, Eropa, Afrika, Australia dan Amerika
sehingga mampu menanamkan sikap berwawasan luas dan terbuka dalam berpikir.
Nilai multikulturalisme yang tampak dalam motto berpengetahuan luas ini adalah
semangat hidup bersama (living together) dan sikap tebuka dalam berpikir.
125
125
Selain itu, seluruh kehidupan di Pondok Modern Darussalam Gontor juga
didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-suasana yang dapat
disimpulkan dalam Panca Jiwa Pondok. Panca Jiwa adalah lima nilai yang
mendasari kehidupan Pondok Modern Gontor,137
yaitu jiwa keikhlasan, jiwa
kesederhanaan, jiwa berdikari, jiwa ukhuwwah Islamiah dan jiwa bebas.
Panca jiwa Pondok Modern Gontor yang dimaksud adalah; pertama,
keikhlasan yang berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu bukan karena
didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Segala
perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk ibadah, lillah. Jiwa ini
menjadikan santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapan
pun.
Kedua, kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo, tidak juga
berarti miskin dan melarat.138
Justru dalam jiwa kesederhanan itu terdapat nilai-
nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam menghadapi
perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan akan terpancar jiwa besar, berani maju
dan pantang mundur dalam segala keadaan. Bahkan dari sinilah muncul dan
tumbuh mental dan karakter yang kuat, yang menjadi syarat bagi perjuangan
dalam segala segi kehidupan .
137
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah Pekan Perkenalan Pondok Modern Darussalam
Gontor, Ponorogo: Darussalam Press, tt. 11-14. 138
Tim Penyusun, Serba Serbi Pondok .... 3.
126
126
Ketiga, berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri merupakan senjata
ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para santrinya. Pondok pesantren adalah
sebagai lembaga pendidikan harus sanggup berdikari sehingga tidak pernah
menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain. Inilah
zelp berdruiping systeem (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama
memakai).139
Akan tetapi pondok tidak bersifat kaku, sehingga menolak orang-
orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di dalam pondok
dikerjakan oleh kyai, guru dan para santrinya sendiri.
Keempat, ukhuwwah islamiah. Kehidupan di pondok pesantren diliputi
suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka dirasakan
bersama dalam jalinan ukhuwwah islamiah. Tidak ada dinding yang dapat
memisahkan antara mereka. Santri dari berbagai macam suku, ras dan status sosial
hidup dan bersahabat dengan harmonis. Anak orang kaya, miskin, pejabat, petani
dan anak orang tidak mampu berbaur menjadi satu. Mereka hidup bersama saling
membantu, menolong, bercengkerama dan menasehati dengan semangat
kekeluargaan dan keharmonisan. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di
pondok, tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat
setelah mereka terjun di masyarakat kemudian hari.
Kelima, bebas. Yaitu bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam
menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup dan bahkan bebas dari
139
Tim Penyusun, Serba Serbi Pondok .... 4.
127
127
berbagai pengaruh negatif dari luar dan masyarakat. Jiwa bebas ini akan
menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan.
Panca jiwa pertama dan kedua yaitu jiwa keikhlasan dan kesederhanaan tidak
memunculkan nilai multikulturalisme, demikian juga panca jiwa kelima yaitu jiwa
bebas. Panca jiwa ketiga yaitu berdikari memuat nilai-nilai multikulturalisme yang
mencakup kehidupan bersama (living together) dan menghilangkan perbedaan
status sosial. Para santri dididik untuk hidup bersama, saling toleransi, tidak
dibedakan status sosial maupun ekonomi mereka dan semua santri dari suku
apapun mendapat perlakuan yang sama dan sederajat. Sama-sama memberikan
iuran dan sama-sama memakai untuk hidup dan belajar bersama di pondok.
Sedangkan panca jiwa keempat yaitu ukhuwwah islamiyah memuat nilai-nilai
multikulturalisme yang mencakup kehidupan bersama (living together) dan
kesederajatan (equality atau egalitarianism). Para santri dididik untuk
mengembangkan seluruh potensi manusia yang meliputi potensi sosial, moral,
ekonomi, kesopanan dan budaya. Menghargai pluralitas, heterogenitas serta
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis dan suku. Pondok Modern Gontor
dapat dikatakan miniatur Indonesia, karena santri Pondok Modern Gontor berasal
dari seluruh penjuru tanah air Indonesia, dari Sabang Aceh hingga Papua, bahkan
banyak yang berasal dari luar negeri.
128
128
2. Tujuan Pendidikan Pondok Modern Gontor dalam Perspektif
Multikultural
Visi dan misi yang termuat di dalam motto dan panca jiwa pondok di atas,
selanjutnya dijadikan dasar untuk merumuskan tujuan pendidikan. Adapun tujuan
pendidikan Pondok Modern Gontor adalah: pendidikan kemasyarakatan,
kesederhanaan, tidak berpartai dan menuntut ilmu karena Allah.
Tujuan pendidikan Pondok Modern Gontor pertama adalah pendidikan
kemasyarakatan. Berlandaskan semboyan, “Muslim yang berbaur dengan orang
lain dan bersabar dalam menghadapi mereka, lebih baik daripada muslim yang
tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar atas penderitaan mereka,”
Pondok Modern Gontor menjadi laboratorium kehidupan bagi santri-santrinya.
Berbagai macam hal yang akan dihadapi santri di masyarakat, dikenalkan kepada
mereka sejak dini di pondok. Penugasan adalah salah satu metode pendidikan di
Pondok Modern Gontor. Santri tidak hanya diberi ilmu, tetapi juga diberi ladang
untuk mengaplikasikannya dengan bimbingan dan pengawasan ketat dari para
guru.
Bentuk penugasan dan pendidikan kemasyarakatan tersebut tercermin dengan
dibentuknya dua organisasi pelajar intern, yaitu; Organisasi Pelajar Pondok
Modern (OPPM) dan Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) Pondok Modern
Gontor. Para santri ditempa dalam dua organisasi tersebut dengan sikap disiplin,
tanggungjawab, semangat pengabdian dan kebersamaan. Mereka juga dilatih
129
129
berorganisasi sehingga mampu menjadi pemimpin yang membawa masyarakat ke
arah kemajuan.
Kedua adalah kesederhanaan. Pondok Modern Gontor mendidik para
santrinya untuk hidup dengan kesederhanaan. Sikap sederhana berarti menjalani
pola hidup wajar dan tidak berlebihan. Sederhana tidak berarti pasif atau nerimo,
tidak juga berarti miskin atau melarat. Justru dalam jiwa kesederhanaan itu
terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan penguasaan diri dalam
menghadapi perjuangan hidup. Kesederhanaan memungkinkan santri untuk hidup
jujur, bersih, qanaah, dan sehat secara jasmani dan rohani. Allah berfirman:
Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di
tengah-tengah antara yang demikian. Q.S. Al-Furqon [25]: 67.140
Rasulullah Saw. Bersabda: Makanlah, minumlah, dan kenakanlah pakaian dengan
tidak berlebih-lebihan dan tidak kikir. (HR. Ahmad).
Tujuan pendidikan ketiga adalah tidak berpartai. Pondok Modern Darussalam
Gontor adalah lembaga pendidikan murni yang tidak berafiliasi kepada partai
politik ataupun organisasi kemasyarakatan apapun. Sehingga para pemuda yang
berasal dari latar belakang organisasi apapun dapat menjadi santri Pondok Modern
Gontor dan menuntut ilmu di dalamnya. Bahkan putra-putri dari para tokoh
organisasi besar di Indonesia banyak yang menjadi santri Pondok Modern Gontor.
140
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an..., 365.
130
130
K.H. Ahmad Sahal, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor
menegaskan, “Meskipun semua santri dan guru di pondok ini adalah anak orang
Muhammadiyah, pondok ini tidak akan berubah menjadi Muhammadiyah. Dan
meskipun semua santri dan guru di pondok ini adalah anak orang Nahdhatul
Ulama, pondok ini tidak akan pernah berubah menjadi Nahdhatul Ulama.” Dengan
semboyan “ Pondok Modern Gontor di atas dan untuk semua golongan,” lembaga
ini mendidik santrinya untuk menjadi perekat ummat.
Tujuan pendidikan keempat adalah menuntut ilmu karena Allah. Pondok
Modern Darussalam Gontor memiliki prinsip bahwa pendidikan adalah sarana
untuk ibadah thalabul ilmi, bukan sarana untuk memperoleh ijazah sehingga dapat
menjadi pegawai. Hal ini tercermin dalam langkah Pondok Modern untuk
mendidik santrinya dengan pendidikan berbasis kecakapan mental. Pondok
Modern Gontor berkeyakinan bahwa dengan menanamkan mental skill yang kuat,
maka para santrinya memiliki jiwa kemandirian yang tinggi.
Menuntut ilmu diwajibkan bagi setiap muslim meskipun harus ke Cina. Dari
ajaran ini, para santri termotivasi untuk belajar ke seluruh penjuru dunia setelah
mereka menyelesaikan pendidikan di Pondok Modern Gontor. Sejak duduk di
kelas V/VI KMI, mereka sudah rajin mencari informasi tentang belajar/kuliah di
seluruh penjuru dunia tanpa memandang ras, etnis bahkan agama negara yang
akan dituju demi mencari ilmu karena Allah. Karena pada dasarnya, semua ilmu
adalah dari dan milik Allah SWT semata. Allah Swt berfirman dalam Al-Quran:
131
131
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui?” Q.S. Az-Zumar [39]: 9.141
Jika dilihat dari tujuan pendidikan yang pertama yaitu pendidikan
kemasyarakatan, maka Pondok Modern Gontor dapat dikatakan sebagai lembaga
pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai multikulturalisme. Melalui kegiatan
dan kepengurusan di OPPM dan KGP para santri dididik untuk hidup bersama,
saling toleransi, tidak dibedakan status sosial maupun ekonomi mereka dan semua
santri dari suku apapun mendapat perlakuan yang sama dan sederajat. Mereka
tidak mengenal batasan atau sekat-sekat sempit yang sering menjadi tembok tebal
bagi interaksi sesama manusia. Para santri dididik untuk mengembangkan seluruh
potensi manusia, meliputi potensi intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi,
potensi kesopanan dan budaya. Menghargai pluralitas, heterogenitas dan
menghargai serta menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis dan suku.
Tujuan pendidikan keikhlasan dan kesederhanaan tidak memunculkan nilai
multikulturalisme. Sedangkan tujuan keempat yaitu menuntut ilmu karena Allah
memunculkan nilai multikulturalisme, antara lain; menghilangkan batasan atau
sekat-sekat sempit yang sering menjadi tembok tebal bagi interaksi sesama
manusia. Mengembangkan seluruh potensi manusia yang meliputi potensi
intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi, potensi kesopanan dan budaya. Living
together dengan menghargai pluralitas, heterogenitas dan menjunjung tinggi
keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
141
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an....459.
132
132
3. Sistem Pendidikan Pondok Modern Gontor dalam Perspektif
Multikultural
Sistem pendidikan di Pondok Modern Gontor berbeda dengan madrasah dan
pesantren pada umumnya. Tidak ada lembaga madrasah (MTs maupun MA)
namun juga tidak ada ujian paket atau pun persamaan. Pendidikan formalnya
bernama KMI (Kulliyatul Mu‟allimin al-Islamiyyah) dengan masa belajar enam
tahun untuk program reguler dan empat tahun untuk program intensif. Siswa kelas
reguler dan intensif akan bertemu dan bercampur kelak kemudian di kelas V-VI.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Modern Gontor dikoordinir oleh
organisasi siswa intra sekolah yang bernama OPPM (Organisasi Pelajar Pondok
Modern) dan KGP (Koordinator Gerakan Pramuka) yang khusus menangani
kegiatan pramuka. Di Pondok Modern Gontor juga terdapat lembaga bimbingan
kesiswaan yang bernama Pengasuhan Santri. Sedangkan OPPM dan KGP secara
struktural berada di bawah lembaga Pengasuhan Santri.
a. Pembelajaran di Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah
Kegiatan belajar mengajar KMI dimulai jam 07.00-12.15. Siswa kelas
reguler dan kelas intensif, besar-kecil, tua-muda, Jawa-non Jawa, WNI-WNA
semua diperlakukan sama di dalam proses pembelajaran tanpa diskriminasi. Siswa
yang duduk di kelas satu reguler bisa berumur 12 tahun (minimal berijazah SD)
hingga tak terbatas. Artinya seseorang yang berusia 25 tahun pun boleh dan mau
belajar di KMI kelas satu reguler. Adapun kelas intensif diperuntukkan bagi siswa
133
133
minimal berijazah SMP atau MTs dan maksimal tak terbatas dengan jenjang
belajar kelas I intensif, kelas III intensif, kelas V dan kelas VI.
Di kelas reguler program 6 tahun misalnya, akan didapati seorang peserta
didik berumur 12 tahun hingga 25 tahun berbaur jadi satu. Beberapa siswa yang
sudah sarjana pun ikut belajar di kelas satu baik reguler maupun intensif. Begitu
juga dengan status keluarga peserta didik dan suku masing-masing. Anak seorang
gubernur duduk berdampingan dengan anak petani, anak suku Jawa Solo/
Yogyakarta duduk berdampingan dengan anak suku Batak atau Madura. Di dalam
kelas, para peserta didik wajib meninggalkan status sosial, umur dan asal suku
mereka masing-masing.142
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan M. Ainul Yaqin, bahwa
pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada
semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan kultural yang ada
pada diri siswa seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, sosial, ras,
kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Tujuannnya
untuk melatih dan membangun karakter siswa agar bersikap demokratis, humanis
dan pluralis dalam lingkungan mereka.143
Nilai-nilai multikulturalisme yang ditemukan dalam kegiatan belajar dan
mengajar di KMI antara lain mencakup kehidupan bersama (living together),
142
Hasil wawancara dengan Dr. H. Nur Hadi Ihsan, MIRKH. direktur KMI periode tahun
2004-2014. 143
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pilar Media, 2005, 25.
134
134
kesederajatan (equality atau egalitarianism) dan menghilangkan perbedaan status
sosial. Anti diskriminasi etnik, menghargai perbedaan kemampuan, menghargai
perbedaan umur dan perbedaan etnis. Menghargai pluralitas, heterogenitas dan
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis dan suku.
b. Kegiatan OPPM dan KGP
Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) adalah wadah pembinaan dan
penampung kreativitas santri dalam latihan berorganisasi. OPPM berfungsi
sebagai sarana pendidikan agar santri siap memimpin dan mau dipimpin serta
mencetak kader pemimpin umat yang kompeten dalam mengatur organisasi.
Organisasi ini menggerakkan aktivitas santri di luar kelas, baik ko-kurikuler
maupun ekstrakurikuler; di asrama maupun di luar asrama.
Layaknya organisasi pemerintah, organisasi OPPM memiliki 21 departemen /
bagian yang mengurusi semua bidang kehidupan di pondok dengan 383 pengurus
yang mencakup seluruh daerah asal santri.144
Setiap konsulat/asal daerah santri
mempunyai wakil untuk menjadi pengurus OPPM. Selain itu, OPPM juga
membawahi beberapa organisasi, antara lain: organisasi asrama (19 asrama),
organisasi konsulat/daerah (36 konsulat), serta sejumlah kursus kesenian,
keolahragaan, kebahasaan, ketrampilan dan lain-lain.
Di antara peraturan yang dibuat OPPM adalah tidak diperbolehkannya
“tajammu‟” (berkumpul) sesama suku melebihi dua orang. Jika terdapat tajammu‟
144
Tim Penyusun, Buku Panduan Musyawarah Kerja OPPM Darussalam Gontor, Ponorogo:
Sekretariat OPPM, 2014, 198-211.
135
135
yang terdiri dari tiga siswa dari satu suku, maka siswa tersebut dianggap telah
melanggar disiplin pondok. Dengan peraturan ini diharapkan para santri saling
berbaur, saling kenal dan saling menghargai suku lain.145
Dari OPPM (Organisasi
Pelajar Pondok Modern) ini, muncul nilai multikulturalisme yang mencakup
kehidupan bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism),
anti diskriminasi etnik, menghargai perbedaan kemampuan, menghargai perbedaan
umur, hidup dalam perbedaaan dan saling menghargai.
Adapun Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) adalah wujud riil sarana
pendidikan karakter santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Saat ini kegiatan
kepramukaan di Pondok Modern Gontor ditangani oleh Koordinator Gugus Depan
15089 Pondok Modern Gontor di bawah bimbingan dan pengawasan Majelis
Pembimbing Koordinator Harian (Mabikori) dengan agenda kegiatan rutin
mingguan, bulanan dan tahunan.
Kegiatan rutin KGP adalah mengadakan latihan pramuka setiap hari Kamis
sore. Di antara agenda latihan adalah para anggota pramuka diperkenalkan dan
diajarkan berbagai lagu atau nyanyian daerah dari suku Sabang (Aceh) hingga
Papua. Tidak hanya lagu daerah, berbagai jenis tari dan permainan daerah
nusantara juga diperkenalkan dan diperagakan pada setiap latihan pramuka. 146
Dimensi multikultural yang dapat ditemukan di KGP (Koordinator Gerakan
Pramuka) dari kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan pada setiap hari Kamis
145
Tim Redaksi, Diktat Khutbatul Iftitah..., 48-49. 146
Hasil wawancara dengan Catur Deni Firemanto alumnus PMDG tahun 2003.
136
136
sore ini antara lain membiasakan living together, menghargai perbedaan etnis dan
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis dan suku.
c. Pengasuhan Santri
Pengasuhan santri adalah lembaga yang mengatur pola disiplin serta tatanan
kehidupan santri dan pondok secara menyeluruh. Lembaga ini ditangani langsung
oleh pengasuh pondok dan di dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh staf
pengasuhan santri. Tugas lembaga ini sangat luas yaitu mencakup kehidupan santri
di luar jam sekolah seperti memberikan bimbingan, pengajaran dan pengembangan
kepada para santri berupa kegiatan ekstra kurikuler yang meliputi keorganisasian,
kepramukaan, bahasa, disiplin, olahraga, ketrampilan, kesenian, akhlak dan
ibadah.
Di dalam membimbing masalah ibadah mahdhoh, Pengasuhan Santri
memberikan kelenturan dan toleransi kepada para santri. Sebagaimana diketahui
pada umumnya bahwa praktik ibadah di Indonesia diwarnai oleh dua aliran atau
madzhab besar yaitu NU dan Muhammadiyah. Akan tetapi di Pondok Modern
Gontor akan ditemukan praktik keduanya, misalnya; pertama, sholat shubuh.
Pelaksanaan sholat shubuh berjamaah di masjid hanya diikuti oleh santri kelas V
dan VI KMI, sementara santri yang lain melaksanakan sholat shubuh berjamaah
di kamar masing-masing. Ketika melaksanakan sholat shubuh berjamaah, kadang
membaca doa qunut dan kadangkala tanpa bacaan doa qunut, tergantung imamnya.
Kalau imam sholat dari keluarga Muhammadiyah, maka bisa dipastikan
137
137
pelaksanannya tanpa doa qunut, sebaliknya kalau imamnya dari latar belakang
NU, maka sholat shubuhnya dipastikan dengan qunut. Namun demikian, di
Pondok Modern Gontor pernah terjadi pelaksanaan qunut nazilah dalam lima kali
sholat fardlu selama sebulan penuh ketika memperjuangkan undang-undang
pendidikan di Jakarta.
Kedua, bacaan pujian sebelum sholat dan wirid setelah sholat fardlu :
sebagaimana lazimnya amalan ibadah di kalangan NU, di Pondok Gontor juga
dilaksanakan pujian sebelum sholat, yaitu dengan bacaan syair Abu Nawas (ilahi
lastu lilfirdausi ahlan....). Begitu juga dengan bacaan wirid setelah sholat. Mereka
selalu membaca wirid dan doa secara jahr dan bersama-sama.
Ketiga, pelaksanaan sholat Jum‟at di pondok Gontor dilakukan dengan cara
adzan dua kali sebagaimana di masjid-masjid NU. Sedangkan khutbah Jum‟at
dilaksanakan dengan memakai bahasa Arab atau bahasa Inggris.
Keempat, pelaksanaan sholat tarawih di Pondok Modern Gontor dilakukan
sebanyak sebelas rakaat sebagaimana pelaksanaan sholat tarawih di kalangan
Muhammadiyah. Akan tetapi pelaksanaan tersebut juga dipandu dengan seorang bilal
yang membaca sholawat dengan lagu merdu dan suara yang nyaring setelah salam
setiap dua rakaat.
Agenda pengasuhan santri yang bersifat tahunan adalah mengkoordinir acara
pekan perkenalan pada setiap awal tahun ajaran baru yang padat kegiatan. Sebagai
contoh ; karnaval budaya nusantara (plus luar negeri) dengan pakaian adat dari
138
138
suku Aceh hingga Papua selalu dilaksanakan pada acara apel tahunan bersamaan
dengan acara pekan perkenalan. Karnaval budaya nusantara tersebut biasanya juga
diiringi dengan musik khas daerah masing-masing.147
Acara terkait dengan agenda
pekan perkenalan yang juga dimotori pengasuhan santri diantaranya; pertama
Demonstrasi Bahasa yaitu pidato bahasa daerah dan luar negeri yang ditampilkan
secara bergiliran. Kedua Aneka Ria Nusantara yakni orientasi dan demonstrasi
kesenian daerah seluruh nusantara yang juga ditampilkan secara bergiliran.148
Nilai multikulturalisme yang terdapat di dalam praktik ibadah sehari-hari di
pondok yaitu sikap saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai
(mutual respect) dan hidup dalam perbedaan. Sedangkan nilai-nilai
multikulturalisme yang muncul dalam agenda pekan perkenalan di Pondok
Modern Darussalam Gontor yaitu mencakup kesederajatan (equality atau
egalitarianism), menghargai perbedaan kemampuan, menghargai perbedaan umur
dan hidup dalam perbedaaan. Saling menghargai (mutual respect), sikap apresiatif
dan interdependensi, keberagaman inklusif, menghargai keragaman bahasa dan
keterampilan sosial (social action).
4. Peran K.H. Dr. Abdullah Syukri, M.A. dalam Pendidikan Multikultural
K.H. Dr. Abdullah Syukri, M.A. lahir di Gontor pada tanggal 19 September
1942. Dia adalah putra pertama dari K.H. Imam Zarkasyi salah seorang Trimurti
pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Menamatkan Sekolah Dasar di desa
147
Hasil wawancara dengan ustadz Althof Sufeida. 148
Tim Redaksi, Wardun....,15.
139
139
Gontor pada tahun 1954. Setelah menamatkan Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah
(KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1960 melanjutkan studi di
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta hingga mendapatkan gelar Sarjana Muda tahun
1965. Adapun gelar Lc. didapat dari Al Azhar University Kairo Mesir pada tahun
1976. Kemudian melanjutkan studi di lembaga yang sama hingga meraih gelar
MA ada tahun 1978. Dan mendapat gelar Doctor Honoris Causa pada 2005 dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi tidak hanya berjuang dengan mengasuh santri
di pondok, melainkan juga melalui tulisan. Banyak sekali karya tulis yang sudah
ditelorkannya. Di antaranya adalah;
1. Pokok-Pokok Pikiran untuk Perubahan Pendidikan Nasional
2. Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam: Model Pendidikan Pesantren Ala
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
3. Menggali Sumber Keuangan Madrasah : Strategi dan Teknik
4. Pengelolaan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
5. Pengelolaan Pendidikan dan Pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo
6. Pola Pendidikan Pesantren Sebuah Alternatif
7. Strategi dan Pola Manajemen Pendidikan Pesantren
8. Optimalisasi Peran Sektor Pendidikan dalam Pengembangan Ekonomi Islam di
Indonesia
140
140
9. Etika Bisnis dalam Islam dan Relevansinya Bagi Aktivitas Bisnis di Dunia
Pendidikan Pesantren: Studi Kasus Pondok Modern Darussalam Gontor
10. Strategi Alternatif Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Modern Gontor
11. Optimalisasi Peran Sektor Pendidikan dalam Pengembangan Ekonomi Islam
di Indonesia: Pengalaman Pondok Modern Darussalam Gontor
12. Pendidikan Pesantren di Era Modern
13. Peran Agama dan Budaya Islam dalam Mendorong Perkembangan Iptek
Dan masih banyak buku maupun artikel yang ditulisnya. Selain menulis buku,
banyak pengalaman berorganisasi K.H. Abbbdullah Syukri yang patut dicontoh
oleh para santrinya, antara lain;
1. Pengurus HMI Cabang Ciputat – Jakarta (1964)
2. Pengurus HPPI (Pelajar Islam) Cairo (1971)
3. Pengurus PPI Den Hag – Belanda (1975)
4. Pimpinan Pondok Modern Gontor (1985 – sekarang)
5. Ketua Majlis Ulama Indonesia Kab. Ponorogo.
6. Ketua Badan Silaturrahmi Pondok Pesantren Jawa Timur (1999 – sekarang)
7. Ketua Forum Silaturrahmi Umat Islam Ponorogo (1999 – sekarang)
8. Ketua MP3A Depag (Majlis Pertimbangan Pendidikan dan Pengajaran Agama
(1999 – sekarang)
9. Dewan Penasehat MUI Pusat.
141
141
Selain mengasuh santri, menulis buku dan aktif berorganisasi, dia juga sering
mengadakan perjalanan keluar negeri dalam rangka belajar, mengisi seminar,
kunjungan kerja, maupun menghadiri undangan dari negara-negara di Afrika,
Eropa maupun Amerika. Diantaranya; tour ke Belgia–Jerman–Perancis,
International Visit Program ke Amerika Serikat, London, Seminar Bahasa Arab di
Brunei Darussalam, Comparative Study ke Pakistan, Study Tour ke Thailand
bersama 20 guru Gontor, Aligarh University India, Kunjungan ke Malaysia,
Universitas Antar Bangsa (IIU), negara-negara OKI dan masih banyak lagi yang
lainnya.
Nilai-nilai multikulturalisme yang ditemukan dalam K.H. Dr.Abdullah Syukri,
M.A. selaku pengasuh pesantren Pondok Modern Gontor antara lain; kehidupan
bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism), sikap
tebuka dalam berpikir, keterampilan sosial (social action), mengembangkan
seluruh potensi manusia, meliputi potensi intelektual, sosial, moral, religius,
ekonomi, potensi kesopanan dan budaya, menghargai pluralitas dan heterogenitas,
menghargai dan menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
B. Pendidikan Multikultural di Pesantren Salaf API Tegalrejo
Umumnya, pesantren adalah sebuah lembaga yang memagari dirinya dari
unsur-unsur abangan karena pesantren selalu identik dengan keislaman. Para
santri dengan gaya hidup, perilaku, sistem, nilai dan pandangan hidup yang
berbeda dengan masyarakat awam agama, memandang dirinya terpisah dari kaum
142
142
abangan. Namun, pesantren API Tegalrejo seolah-olah mendobrak kecenderungan
umum tersebut dan membalikkan anggapan tentang pesantren yang menolak
kesenian tradisional. Pesantren API Tegalrejo justru memeriahkan acara khataman
/akhirussanah dengan ritual yang dalam pandangan umum tidak mencirikan,
bahkan bertentangan dengan ajaran Islam. Sejak didirikannya Pawiyatan Bubaya
Adat tahun 1974, khataman di Tegalrejo selalu menghadirkan kesenian tradisional.
Praktik pendidikan multikultural di Pesantren Salaf API Tegalrejo dapat
diidentifikasi dalam dua hal, yaitu: kegiatan ekstrakurikuler dan peran K.H. Yusuf
Chudlori sebagai pengasuh pesantren.
1. Kegiatan Akhir Tahun Pesantren API Tegalrejo
Adapun rangkaian kegiatan akhir tahun ajaran di pesantren API Tegalrejo
meliputi;
a. Khataman Haflah Akhirussanah
Khataman bagi orang Islam, khususnya kalangan pesantren memang
merupakan momen yang sangat bermakna, semacam ritus peralihan yang sangat
penting. Khataman merupakan ujung dari sebuah proses panjang dalam
menamatkan pembacaan Al-Quran (baik bi an-nadzar alias menyimak ataupun bi
al-ghaib alias menghafal). Mengingat arti penting khataman tersebut, pada
umumnya kaum muslim ingin membuatnya berkesan dengan mengadakan
perayaan.
143
143
Bagi kalangan pesantren sendiri, khataman adalah sebuah even yang amat
penting. Semangat, energi, ketekunan, dan kerja keras yang telah dijalani baik oleh
sang Kiai maupun santri selama satu tahun memuncak pada satu momen rutin
tahunan yang dinamakan khataman. Dengan khataman itu mereka menyajikan
kepada publik hasil capaian yang telah mereka peroleh selama satu tahun. Selain
sebagai wahana sosialisasi, khataman juga merupakan wujud pertanggungjawaban
dari pesantren kepada publik, khususnya para wali santri.
Khataman adalah simbol bagi para santri yang sudah selesai dalam belajar.
Biasanya acara ini dilaksanakan setiap setahun sekali dengan acara pengajian
agama yang meriah. Akan tetapi berbeda dengan acara khataman di pesantren API
Tegalrejo. Di sana acara khataman biasanya dilaksanakan sepuluh hari dan
dimeriahkan dengan pasar malam dan pertunjukan berbagai kesenian adat budaya
serta diakhiri dengan pengajian akbar.
Pada umumnya, pesantren adalah sebuah lembaga yang memagari dirinya dari
unsur-unsur dengan meminjam istilah kontroversial Geertz, abangan. Para santri
dengan gaya hidup, perilaku, sistem, nilai dan pandangan hidup yang berbeda
dengan masyarakat awam agama, memandang dirinya terpisah dari kaum
abangan.149
Tidak heran jika kesenian tradisional yang umumnya lebih banyak
dijalani orang-orang abangan itu jarang bersentuhan dengan masyarakat pesantren.
149
Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa,Depok:
Komunitas Bambu, 2014, 255-260.
144
144
Akan tetapi pesantren API Tegalrejo justru memeriahkan acara khataman
dengan ritual yang dalam pandangan umum tidak mencirikan, bahkan
bertentangan dengan ajaran Islam. Terlebih API Tegalrejo adalah pesantren salaf,
sebuah tipe pesantren yang sangat kokoh memegang tradisi dengan peraturan yang
sangat ketat tanpa mencampurkannya dengan model pendidikan modern. Pada
kenyataannya acara khataman di Pesantren API Tegalrejo justru memasukkan
berbagai budaya Indonesia sebagai event dari khataman tersebut.150
Pandangan stigmatik pesantren terhadap kesenian tradisional banyak
ditemukan pada doktrin kitab-kitab kuning yang biasa menjadi rujukan kalangan
pesantren. Doktrin tentang haramnya alatul malahi (alat-alat musik) di kitab
Sulam al-Taufiq misalnya, begitu kuat menguasai pemahaman orang-orang
kalangan pesantren, sehingga mereka terutama kalangan salaf, tidak bisa
menerima masuknya musik ke pesantren. Alat-alat tersebut diharamkan karena
melalaikan manusia dari Sang Pencipta. Selain itu, perilaku kemaksiatan yang
menghiasi acara-acara kesenian (semisal joget, mabuk, membuka aurat, ndadi atau
lepasnya kesadaran orang karena dirasuki roh halus) juga turut memberikan andil
dalam proses stigmatisasi kalangan pesantren terhadap kesenian.
Banyak di antara para pelaku seni tradisional tersebut juga merupakan orang-
orang yang relatif jauh dari ritual agama Islam, dan karenanya dipandang jauh dari
Islam. Selain itu, orang-orang ini juga dianggap sering melakukan praktik-praktik
150
http://www.desantara.or.id/2013/06, diakses 26 April 2015.
145
145
yang membawa manusia ke arah syirik atau menyekutukan Tuhan, sebuah dosa
besar yang tidak diampuni. Praktik-praktik tersebut misalnya kepercayaan
terhadap para danyang (roh halus yang biasanya menempati benda tertentu seperi
batu dan pohon) dan kesediaan untuk memberikan sesaji bagi mereka pada
momen-momen tertentu, misalnya ketika hendak panen atau tandur (mulai masa
tanam), termasuk ketika hendak memainkan kesenian tradisional. Sebagaimana
umumnya orang bergaul, kalangan pesantren cenderung untuk menjauhi orang lain
yang tidak senada dan sepaham. Kalangan santri yang merasa dekat dengan agama
merasa tidak sepantasnya bergaul dengan kaum kesenian tradisional yang jauh dari
agama.
Menurut almarhum K.H. Ahmad Muhammad, atau biasa disapa dengan Gus
Muh, Islam ditempatkan berdampingan dengan tradisi masyarakat setempat. Hal
ini membedakan dengan pemahaman tokoh Islam mainstream yang melihat tradisi
Jawa sebagai sesuatu yang rendah di bawah Islam, dan pada akhirnya harus
dipisahkan dari praktik ke-Islaman. Strategi di atas (memasukkan kesenian
tradisional) memiliki “nilai lebih” di masyarakat yaitu berupa kepemimpinan
merakyat sekaligus merawat dan menguatkan aset dari kebudayaan lokal di Jawa
Tengah. Akhirnya banyak pelaku kesenian tradisional yang menjadikan Gus Muh
sebagai pemimpin karena dirinya mampu menjembatani kemajemukan masyarakat
lintas golongan bahkan lintas agama melalui kegiatan seni dan agama.151
151
http://m.nu.or.id/, diakses 27 April 2015
146
146
Mereka yang selama ini jauh dari acara keagamaan bisa mendekat tanpa
canggung keluar masuk pesantren dan mengikuti acara keagamaan. Sedangkan
para santri tidak kehilangan akar budaya aslinya karena setiap hari diasah dengan
pendidikan keagamaan. Pentas kesenian dan pengajian berlangsung di satu lokasi
yang bergandengan memang tampak janggal. Terlebih bagi mereka yang selalu
menganggap kesenian dan pengajian adalah dunia yang tidak terjembatani.
Namun di Tegalrejo, pengajian dan pentas kesenian di satu lokasi yang
berdekatan sudah berlangsung puluhan tahun. Al Islaamu laa ya‟tii liyuhaddima
maa kaana alaihi al insaan min tsaqofiyyatin wa adabiyatin, (agama Islam tidak
datang untuk menghapus kebudayaan dan peradaban) akan tetapi sebaggai
penyeimbang antara syariat Allah dan adat masyarakat. Ibarat gelas berisi air najis,
maka jangan dibuang gelasnya, namun cukup airnya yang dibuang lalu gelasnya
dicuci. Maka adat masyarakat yang sesuai dengan spirit agama dipertahankan dan
yang tidak sesuai, maka diluruskan bukan untuk dijauhi.152
Itulah yang selalu terjadi pada setiap acara akhirussanah (khataman) di
Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo Magelang Jawa Tengah.
Selain pengajian umum sebagaimana biasa diadakan pesantren lain, Ponpes API
Tegalrejo juga menyelenggarakan pagelaran kesenian yang diberi tajuk Pawiyatan
Budaya Adat (PBA) untuk memeriahkan acara khataman. Menurut alm. K.H.
Ahmad Muhammad (tokoh kunci di balik berdiri dan bertahannya PBA), banyak
152
Hasil wawancara dengan ustadz Ali Mustofa
147
147
sekali pihak yang menentang PBA pada awalnya, bahkan ada yang menuduhnya
telah keluar dari jalan Islam.Tantangan semacam itu tidak hanya datang dari
kalangan yang selama ini dianggap sebagai Islam modernis, tetapi juga dari
kalangan Islam tradisionalis sendiri.
Variasi nilai multikulturalisme banyak ditemukan dalam even akhirussanah di
Pesantren Salaf API Tegalrejo yang mencakup; kehidupan bersama (living
together), kesederajatan (equality atau egalitarianism), menghilangkan
ketidakadilan dan perbedaan status sosial, menghargai perbedaan kemampuan,
menghargai perbedaan umur, hidup dalam perbedaaan, sikap saling percaya
(mutual trust), sikap saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai
(mutual respect), sikap apresiatif, menghargai keberagaman inklusif dan
keterampilan sosial (social action). Menghargai pluralitas dan heterogenitas, serta
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
b. Pawiyatan Budaya Adat (PBA) Pesantren API Tegalrejo
Pawiyatan Budaya Adat (PBA) adalah rangkaian kagiatan budaya dalam
rangka untuk memeriahkan acara khataman akhirussanah di Pesantren API
Tegalrejo Magelang. PBA berdiri sejak tahun 1974 dan selalu ikut andil dalam
memeriahkan acara khataman akhirussanah di pesantren API Tegalrejo Magelang.
Pesantren API Tegalrejo identik dengan PBA dan PBA menjadi ikon khataman
akhirussanah di pesantren API Tegalrejo.
148
148
Pada umumnya pesantren zaman dulu selalu didirikan oleh keturunan kiai.
Tetapi Pesantren API Tegalrejo didirikan oleh seorang priyayi Jawa yang
membuat pesantren ini menjadi salah satu di antara pesantren terbesar di Jawa
Tengah. Latar belakang Kiai Chudlori (muassis API Tegalrejo) adalah berasal dari
keluarga priyayi Jawa. Kiai Chudlori nyempal dari keluarga, karena hanya dia
yang nyantri sementara saudara lainnya bersekolah untuk kemudian menjadi
pegawai negeri. Dengan latar belakang keluarga seperti itu dia bisa memahami
kultur Jawa, dan dia sadar bahwa beliau hidup di tanah Jawa.153
Selain latar
belakang individual seperti itu, pesantren ini didirikan di tengah-tengah
masyarakat penganut kejawen. Pesantren ini memainkan peran yang sangat berarti
dalam proses santrinisasi daerah sekitarnya. Dan untuk menjalankan peran
tersebut, pesantren API Tegalrejo berusaha untuk menerima budaya lokal
daripada menentangnya.
Jauh sebelum ada fetival tahunan itu, Pesantren Tegalrejo memang telah
dikenal sebagai pesantren yang dekat dengan kesenian. Pendiri pesantren ini, yakni
K.H. Chudlori yang akrab disapa Kiai Chudlori dikisahkan, bahwa suatu hari Kiai
Chudlori didatangi perwakilan masyarakat di daerah Tegalrejo yang sedang
berselisih berebut uang kas desa yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Satu
kelompok menghendaki uang itu digunakan untuk memperbaiki masjid, sementara
kelompok lain menghendaki agar uang tersebut digunakan untuk membeli
153
http://thepenguinus.blogdetik.com/2013/05/16. diakses 29 April 2015
149
149
gamelan. Karena perselisihan di antara keduanya tidak terselesaikan, mereka pun
memutuskan untuk membawa persoalan tersebut ke Kiai Chudlori.
Di luar dugaan, Kiai Chudlori justru menganjurkan agar uang tersebut
digunakan untuk membeli gamelan. Alasannya, yang penting masyarakat bisa
rukun dan guyub. Kalau masyarakat sudah rukun dan guyub, nanti masjid pasti
akan berdiri dengan sendirinya. Maka setelah masyarakat tersebut rukun dan
guyub, mereka mengadakan iuran untuk membangun masjid. Barangkali semacam
inilah apa yang dimaksudkan dengan cultural broker oleh Clifford Geertz.154
Bagi masyarakat Jawa yang bukan kalangan santri, kiai merupakan sosok
penting di masyarakat yang menjadi rujukan setiap kali mereka menghadapi
persoalan, baik persoalan individu maupun persoalan kolektif. Dalam hal ini Kiai
Chudlori berperan sebagai pengadilan yang keputusannya mengikat dan harus
ditaati oleh kedua belah pihak. Dari sanalah muncul benang merah antara kesenian
dan pondok. Orang-orang kesenian merasa terayomi oleh Kiai Chudlori. Mereka
mendekat, lalu muncullah partisipasi mereka untuk pesantren, khususnya ketika
khataman. Sesuai dengan kemampuan mereka, peran serta mereka adalah bermain
pentas kethoprak, jathilan, dan sebagainya.
Almarhum K.H. Ahmad Muhammad155
adalah sosok kunci dalam
penyelenggaraan PBA. Dia adalah putra kedua Kiai Chudlori yang mendirikan
154
Clifford Geertz, Agama Jawa ..., 287. 155
Hasil observasi, rumah alm. Gus Muh penuh dengan hiasan-hiasan: patung buto, wayang,
gunungan, topeng buto, dan lain-lain.
150
150
PBA. Dia juga memiliki kebiasaan unik, yakni jika diundang ceramah di suatu
desa biasanya dia meminta tanggapan jathilan. Setelah pelaksanaan festival tahun
1979, banyak permintaan kepada K.H. Ahmad Muhammad dari desa-desa kejawen
agar beliau memberikan pengajian di desa mereka. Bahkan masyarakat beberapa
desa memintanya untuk membantu mendirikan masjid di desa mereka. Karena
pengaruh positif semacam itu, suara-suara yang menentang metode dakwah K.H.
Ahmad Muhammad di kalangan para kiai mulai menghilang.156
Sejak itu,
khataman di Pesantren Tegalrejo dikenal luas bukan saja sebagai acara
keagamaan, tapi juga sebagai festival berbagai macam pertunjukkan kesenian
rakyat Jawa. Mengenai kesenian tradisional ini beliau menjelaskan:
“Masih banyak orang yang heran mengapa saya mengundang begitu banyak
rombongan jatilan untuk acara khataman. Ya, saya harus mengakui bahwa
saya adalah kiai jatilan. Tapi silahkan, lihat dalam kitab ini (Beliau menunjuk
sebuah kitab berbahasa Arab Al-Hakim karangan Ibn „Atha‟illah). Maksiat
yang akhirnya menyebabkan orang-orang menjadi taat jauh lebih baik dari taat
yang dibarengi dengan kesombongan dan menyebabkan seorang takabur. Bagi
manusia, takabur merupakan sifat yang buruk, tetapi bagi Tuhan yang Maha
tak terbatas, kesombongan merupakan salah satu sifat-Nya. Oleh karena itu,
janganlah sekali-kali pernah berharap bahwa hanya kita yang sekarang menjalankan salat lima waktu dalam sehari ditakdirkan masuk surga. Mereka
yang sekarang sedang bermain jatilan pun mungkin juga ditakdirkan masuk
surga, dan kita mungkin dilemparkan ke dalam neraka, karena penuh dengan
ketakaburan. Saya ingin mengatakan kepada saudara mengenai persoalan ini.
Jauh lebih baik mereka menggunakan uang untuk jatilan daripada untuk
taruhan. Selain itu, jika mereka bermain di halaman pesantren, siapa tahu hati
mereka akan lebih dekat dengan pesantren? Tahukah saudara sekalian, bahwa
kebanyakan pemain jatilan yang saya undang beberapa tahun yang lalu
sekarang menjadi santri? Oleh karena itu, jangan sekali-kali mengecam orang
156
http://m.nu.or.id/, diakses 27 April 2015.
151
151
lain, tetapi bedoalah kepada Allah. Semoga saudara-saudara kita suatu hari
kelak menjadi Muslim yang baik.”157
Biasanya almarhum berpesan kepada para pemain jatilan, “Bermainlah jatilan
sesuka kamu, tapi janganlah kamu melupakan salat!” Kenyataan ini menunjukkan
betapa harmonisnya hubungan antara Pesantren Tegalrejo dengan masyarakat
sekitar. Dan kehidupan seperti ini memperlihatkan contoh yang jelas, betapa
kelirunya memandang kebudayaan santri sebagai sesuatu yang selalu bertentangan
dengan kebudayaan Jawa asli sebagaimana penelitian Geertz.
Kesenian rakyat Jawa semacam ini tidak lazim dalam rangka perayaan di
pesantren sebagaimana dikemukakan oleh Geertz bahwa kesenian dikaitkan
dengan kelompok abangan.158
Namun, di pesantren API Tegalrejo, pesantrenlah
yang dianggap sebagai pelindung kebudayaan rakyat Jawa. Oleh karena itu, bagi
desa-desa di sekitar Tegalrejo sudah menjadi kebiasaan masyarakatnya, yaitu
belajar bermain jatilan di halaman musholla setelah menjalankan shalat dzuhur
berjama‟ah. Hingga saat ini acara Pawiyatan Budaya Adat di pesantren API
Tegalrejo diteruskan oleh kedua putra almarhum yaitu H. Asyfaq Ubayyu Azji dan
H. Asbiq Fasyarizaz.
Sebagai sebuah perhelatan yang sangat besar, merupakan fakta menarik
bahwa acara PBA ini tidak didukung oleh sponsor manapun. Sebagai gambaran,
pentas kesenian yang berlangsung selama sepuluh hari tersebut diikuti oleh kurang
157
http://esscocom.blogspot.com/2012/12/essalavi-country.html, diakses 30 April 2015 158
Clifford Geertz, Agama Jawa ...., 417-423.
152
152
lebih 200 komunitas seniman. Mengambil beberapa tempat sebagai titik
keramaian, seperti halaman rumah almarhum Gus Muh dan lapangan, pentas seni
berlangsung terus-menerus. Malam terakhir sebelum pengajian, dilangsungkan
karnaval yang diikuti 150 kelompok kesenian. Menurut Ali Mustofa, keseluruhan
acara tersebut didanai oleh keluarga kiai hingga mencapai miliaran rupiah. Tidak
ada satupun pendanaan dari pihak luar, baik dari pesantren, wali santri,maupun
sponsor.
Selain kesenian tradisional, pesantren API Tegalrejo juga menyelenggarakan
pentas musik modern. Adapun yang bertanggung jawab dalam penyelenggaran
kesenian modern adalah K.H. Abdurrahman Yusuf Chudlori. Grup band nasional
yang pernah dihadirkan dalam rangka akhirussanah pesantren API Tegalrejo di
antaranya Jikustik, Gigi, Sheila on 7 dan lain-lain. Pada perayaan haflah
akhirussanah bulan Mei 2015 lalu, beliau menghadirkan grup band d‟Masiv.
Adapun nilai-nilai multikulturalisme yang muncul dalam Pawiyatan Budaya
Adat (PBA) yaitu kehidupan bersama (living together), kesederajatan (equality
atau egalitarianism), menghargai perbedaan kemampuan, perbedaan umur serta
hidup dalam perbedaaan. Menumbuhkan sikap saling percaya (mutual trust), sikap
saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual respect),
sikap apresiatif dan interdependensi. Menghargai keberagaman inklusif, pluralitas,
heterogenitas, keterampilan sosial (social action) dan menjunjung tinggi
keragaman budaya, etnis dan suku.
153
153
2. Peran K.H. Abdurrahman Yusuf Chudlori dalam Pendidikan
Multikultural
Di tengah-tengah masyarakat, dia lebih dikenal dengan sebutan khas kaum
pesantren, yakni Gus Yusuf. Sebutan ini didasarkan pada latar belakang dia yang
merupakan salah satu putra almarhum K.H Chudlori (w.1977), pendiri (muasis)
Ponpes Asrama Perguruan Islam Tegalrejo Magelang. Gus Yusuf yang lahir di
Magelang pada 9 Juli 1973 ini sangat terkenal sebagai kiai muda yang dekat
dengan berbagai kalangan. Selain menyukai musik, dia juga tidak asing dengan
para pegiat kebudayaan, sastra dan kesenian yang lain. Hal ini dikarenakan selain
beliau mengasuh pesantren dan memberikan hikmah-hikmah keagamaan kepada
masyarakat di berbagai majlis ta‟lim, dia juga meluangkan waktu mencurahkan
tenaga dan pikirannya untuk perjuangan sosial-kemasyarakatan.
Diantara perjuangan sosial-kemasyarakatan yang digeluti oleh dia adalah
mengelola komunitas kesenian-kesenian tradisional yang ada di Kabupaten
Magelang, penasehat organisasi Komunitas Gerakan Anti Narkoba dan Zat Adiktif
(KOMGANAZ) Kabupaten Magelang, mengelola radio komunitas Fast-FM yang
menyiarkan program-program populis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
mulai dari kajian keagamaan, mujahadah, berita-berita aktual, konsultasi
kesehatan, bincang bisnis, infotainment, dan lain sebagainya.
Meskipun Gus Yusuf berlatar belakang pendidikan pesantren tapi dia sangat
dekat dengan para aktifis muda dan aktifis mahasiswa yang berlatar belakang
154
154
pendidikan formal. Kedekatan ini dapat terjalin karena Gus Yusuf adalah kiai yang
terbuka (egaliter) untuk berdiskusi dengan kalangan aktifis muda sebagai upaya
mengurai problematika yang selalu berkembang seiring dengan lajunya zaman.159
Aktifitas Gus Yusuf dengan kalangan muda dan mahasiswa diantaranya dapat
dilihat dari seringnya dia terlibat dalam forum-forum diskusi kaum muda NU Jawa
Tengah, bahkan dia adalah salah satu penggagas dari forum-forum diskusi di
kalangan kaum muda NU tersebut. Dalam jumlah yang tidak terhitung, dia juga
sering menjadi narasumber seminar, talk show, dan bentuk diskusi lainnya mulai
dari tingkat lokal, nasional sampai tingkat internasional, terutama dalam forum-
forum diskusi yang mengangkat tema seputar pluralisme, toleransi antar umat
beragama, kebudayaan, tasawuf, dan peneguhan nilai-nilai kebangsaan.
Selain itu, dia juga sangat menyukai pada persoalan kebudayaan.
Kedekatannya dengan kalangan budayawan seperti Gus Mus, Cak Nun, Romo
Kirjito, Tanto Mendut, Slamet Gundono dan banyak lagi yang lain merupakan
bukti dari kecintaannya terhadap dunia kebudayaan. Kecintaannya dengan dunia
kebudayaan tersebut juga menjadi pilihan metode dakwah keagamaan dia, yakni
berdakwah dengan pendekatan ala Sunan Kalijaga.
Menurut Gus Yusuf, budaya ibarat wadah, terserah mau diisi apa. Contohnya
halal bihalal adalah budaya melayu (Indonesia, Malaysia). Budaya halal bihalal
tidak terdapat di negeri arab. Pelaksanaan halal bihalal kalau hanya untuk pamer
159
http://pphmbulu.blogspot.com/2013/03, diakses 25 April 2015.
155
155
status- yang miskin duduk di barisan belakang, dan yang kaya duduk di depan-
maka halal bihalal menjadi fasid, bukan menjadi ibadah silaturahim.160
Nilai-nilai multikulturalisme yang ditemukan dalam peran K.H. Yusuf
Chudlori selaku pengasuh pesantren Salaf API Tegalrejo antara lain; kehidupan
bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism), sensitif
gender, kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status sosial, sikap anti
diskriminasi etnik, menghargai perbedaan kemampuan, menghargai perbedaan
umur, hidup dalam perbedaaan, sikap saling percaya (mutual trust), sikap saling
pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual respect), sikap
tebuka dalam berpikir, sikap apresiatif dan interdependensi, Resolusi konflik,
rekonsiliasi nirkekerasan, keberagaman inklusif, menghargai keragaman bahasa,
keterampilan sosial (social action), mengembangkan seluruh potensi manusia,
meliputi potensi intelektual, sosial, moral, religius, ekonomi, potensi kesopanan
dan budaya, menghargai pluralitas dan heterogenitas, menghargai dan menjunjung
tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
160
Hasil wawancara dengan K.H. Abdurrohman Yusuf Chudlori.
156
156
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Pertama, pendidikan liberal adalah pendidikan demokrasi yang mengharuskan
setiap warga mengetahui nilai-nilai kemanusiaan, pengembangan masyarakat
dengan pelatihan manajemen dan kewiraswastaan, membentuk gagasan sekolah
unggulan, gagasan link and match, gerakan pemapanan behavioral dalam kegiatan
belajar, memisahkan pendidikan dari politik, menyesuaikan pendidikan dengan
keadaan sosial, ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan. Reformasi
pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru, memoderenkan sarana
dan prasarana sekolah, menyehatkan rasio murid-guru dan meningkatkan
metodologi pengajaran dan pelatihan. Menjadikan etika, kreativitas dan need for
achievment adalah sebagai penentu perubahan sosial, mengajarkan kebiasaan-
kebiasaan, gagasan-gagasan dan teknik-teknik yang diperlukan untuk meneruskan
mendidik diri sendiri serta mengharuskan belajar seumur hidup, bercirikan dialog
dan mengajarkan materi kurikulum liberal arts.
Pendidikan liberal di Pondok Modern Darussalam Gontor mencakup
pemberdayaan peserta didik dengan pengetahuan dan wawasan yang luas,
mengajarkan kebenaran moral dan kebenaran intelektual serta mengembangkan
potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri,
157
157
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan ketrampilan yang bersifat bebas dan
terbuka. Kurikulum pendidikan liberal diajarkan di KMI Gontor yang mencakup
semua dasar ilmu sejarah, sosial, sastra, tata bahasa arab dan inggris, mantiq,
berhitung, ilmu alam, ilmu hayat, geometri dan sebagainya.
Pendidikan liberal di pesantren API Tegalrejo terdapat di dalam SMK
Syubbanul Wathon dan PARTNER (Pesantren Entrepeneur) Tegalrejo. Pendidikan
liberal tersebut mencakup penyesuaian pendidikan dengan keadaan sosial,
ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan, membentuk sekolah unggulan dan
implementasi konsep link and match. Mendidik siswa untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
reformasi pendidikan dengan membangun kelas dan fasilitas baru serta
memoderenkan sarana dan prasarana sekolah.
Kedua pendidikan multikultural adalah pendidikan tentang kehidupan
bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism), sensitif
gender, kritis terhadap ketidakadilan dan perbedaan status sosial, sikap anti
deskriminasi etnik, menghargai perbedaan kemampuan, menghargai perbedaan
umur dan hidup dalam perbedaaan. Menumbuhkan sikap saling percaya (mutual
trust), sikap saling pengertian (mutual understanding), saling menghargai (mutual
respect), sikap tebuka dalam berpikir, sikap apresiatif dan interdependensi.
Resolusi konflik, resolusi nirkekerasan, keberagaman inklusif, menghargai
158
158
keragaman bahasa, keterampilan sosial (social action), menghargai pluralitas dan
heterogenitas serta menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama.
Pendidikan multikultural di Pondok Modern Gontor adalah mencakup
kehidupan bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism)
dan menghilangkan perbedaan status sosial dengan saling pengertian (mutual
understanding), saling menghargai (mutual respect) dan hidup dalam perbedaan.
Anti diskriminasi etnik, menghargai perbedaan kemampuan, perbedaan umur,
perbedaan etnis serta menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis dan suku.
Pendidikan multikultural di Pesantren Salaf API Tegalrejo mencakup
kehidupan bersama (living together), kesederajatan (equality atau egalitarianism)
dan menghilangkan perbedaan status sosial. Anti diskriminasi etnik, menghargai
perbedaan kemampuan, perbedaan umur dan perbedaan etnis. Resolusi konflik,
resolusi nirkekerasan, menghargai pluralitas, heterogenitas, keberagaman inklusif,
menjunjung tinggi keragaman budaya, etnis, suku dan agama serta keterampilan
sosial (social action).
Ketiga, K.H. Abdullah Syukri, M.A. sebagai pengasuh pondok mempunyai
peranan penting dalam praktik pendidikan liberal dan multikultural di Pondok
Modern Gontor. Demikian juga K.H. Yusuf Chudlori sebagai pengasuh Pesantren
API Tegalrejo juga sangat berperan di dalam praktik pendidikan liberal dan
multikultural di pesantren API Tegalrejo.
159
159
PENDIDIKAN LIBERAL DI PONDOK PESANTREN
Konsep
Pendidikan Liberal
Pendidikan Liberal
Pondok Modern Gontor
Pendidikan Liberal
Pondok API Tegalrejo
1.Pendidikan demokrasi yang
mengharuskan setiap warga
mengetahui nilai-nilai kema-
nusiaan.
2.Pengembangan masyarakat
dengan pelatihan manajemen
dan kewiraswastaan.
3.Membentuk gagasan sekolah
unggulan dan link and match.
4.Meningkatkan metodologi
pengajaran dan pelatihan.
5.Gerakan pemapanan behavi-
oral dalam kegiatan belajar.
6. Memisahkan pendidikan dari
politik.
7.Menyesuaikan pendidikan
dengan keadaan sosial, eko-
nomi dan politik di luar dunia
pendidikan.
8.Reformasi pendidikan dengan
membangun kelas/fasilitas baru.
9.Memoderenkan sarana dan
prasarana sekolah
10.Menyehatkan rasio murid-
guru
11.Menjadikan etika, kreativitas
dan need for achievment sebagai
penentu perubahan sosial
12.Mengajarkan kebiasaan, ga-
gasan dan teknik untuk
mendidik diri sendiri dan belajar
seumur hidup
13. Bercirikan dialog dan meng-
ajarkan materi kurikulum
liberal arts.
1.Memberdayakan peserta didik
dengan pengetahuan dan
wawasan yang luas
2.Mengajarkan kebenaran moral
dan kebenaran intelektual
3.Mengembangkan potensi pe-
serta didik untuk memiliki
kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia dan ketrampilan
yang bersifat bebas dan terbuka.
4.Kurikulum yang diajarkan
mencakup semua dasar ilmu
sejarah, sosial, sastra, tata
bahasa arab dan inggris, mantiq,
berhitung, ilmu alam, ilmu
hayat, geometri dan sebagainya.
1.Menyesuaian dengan keadaan
sosial, ekonomi dan politik di
luar dunia pendidikan
2.Membentuk sekolah unggulan
3.Implementasi konsep link and
match
4.Mendidik siswa untuk memili-
ki kekuatan spiritual, pengenda-
lian diri, kepribadian, kecerdas-
an dan akhlak mulia
5.Reformasi pendidikan dengan
membangun kelas dan fasilitas
baru serta memoderenkan sara-
na dan prasarana sekolah.
160
160
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN
Konsep
Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural
Pondok Modern Gontor
Pendidikan Multikultural
Pondok API Tegalrejo
1.Pendidikan tentang kehidupan
bersama dan kesederajatan
2.Kritis terhadap ketidakadilan
dan perbedaan status sosial
3.Sikap anti deskriminasi etnik,
4.Menghargai perbedaan
kemampuan, perbedaan umur
dan hidup dalam perbedaaan.
5.Menumbuhkan sikap saling
percaya, saling pengertian,
saling menghargai
6.Sikap terbuka dalam berpikir,
apresiatif dan interdependensi.
7.Resolusi konflik dan resolusi
nirkekerasan
8.Keberagaman inklusif, meng-
hargai keragaman bahasa dan
keterampilan sosial.
9.Menghargai pluralitas dan
heterogenitas
10.Menjunjung tinggi keragam-
an budaya, etnis, suku dan
agama.
11. Sensitif gender
1.Kehidupan bersama (living
together) dengan kesederajatan
(equality atau egalitarianism )
2.Menghilangkan perbedaan
status sosial
3. Menghargai perbedaan ke-
mampuan, perbedaan umur dan
perbedaan etnis
4.Hidup dalam perbedaan dan
anti diskriminasi etnik
5.Saling pengertian (mutual
understanding), saling meng-
hargai (mutual respect) dan
saling percaya (mutual trust)
6.Menjunjung tinggi keragaman
budaya, etnis dan suku.
7.Keterampilan sosial (social
action)
1.Kehidupan bersama (living
together), dengan kesederajatan
(equality atau egalitarianism)
2.Menghilangkan perbedaan
status sosial.
3.Menghargai perbedaan ke-
mampuan, perbedaan umur dan
perbedaan etnis.
4.Resolusi konflik dan resolusi
nirkekerasan
5.Menghargai pluralitas, hetero-
genitas, keberagaman inklusif
6.Menjunjung tinggi keragaman
budaya, etnis dan agama
7.Keterampilan sosial (social
action).
8.Menghargai pluralitas dan
heterogenitas
161
161
B. SARAN
Konsep pendidikan liberal dan pendidikan multikultural agar dikaji ulang oleh
para pendidik kalangan pesantren agar tidak salah faham dan berprasangka buruk
terhadap pengertian pendidikan liberal dan multikultural. Dengan demikian
praktik keduanya bisa dilaksanakan demi terwujudnya generasi muslim yang
berwawasan luas, inklusif dan egaliter untuk bisa bekerja sama dengan sesama.
C. KATA PENUTUP
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang, serta kerja keras dari penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
tesis yang berjudul “PRAKTIK PENDIDIKAN LIBERAL DAN
MULTIKULTURAL DI PONDOK PESANTREN (STUDI KASUS DI
PONDOK MODERN GONTOR DAN PESANTREN SALAF API
TEGALREJO)” ini. Semua ini tidak lain hanyalah karunia dan hidayah dari
Allah Swt semata. Dalam penyelesaian tesis ini, penulis selalu menekankan
kesederhanaan dalam bahasa yang digunakan maupun cara berfikir dalam
menganalisanya. Namun, mengingat kemampuan penulis yang terbatas maka bila
ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, penggunaan bahasa maupun
analisisnya penulis mohon maaf.
Selanjutnya, penulis mengharapkan bimbingan, kritik, dan saran yang
membangun dari pembaca. Akhirnya ijinkan penulis mengucapkan terima kasih
162
162
yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan serta
bantuan moril maupun materiil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
tesis ini. Teriring doa, semoga tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi diri
penulis dan pembaca pada umumnya.
Dan akhir kata dengan ikhlas penulis mempersembahkan tesis ini untuk
almamater tercinta yaitu IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Salatiga mudah-
mudahan bermanfaat Amiin…
163
163
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam, Paradigma Humanisme Teosentris.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Aly, Abdullah. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap
Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta. Disertasi
UIN Yogya tahun 2009.
Aly, Abdullah. Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, Cetakan I, 2011.
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional Dalam Undang-
undang SisDiknas. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2003.
Azra, Azyumardi. “Surau di Tengah Krisis Pesantren dalam Perspektif Masyarakat”
dalam M. Dawam Rahardjo, (ed), Pergulatan Dunia Pesantren : Membangun
Dari Bawa. Jakarta: P3M, 1985.
Baidhawy, Zakiyuddin. Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta:
Erlangga, 2005.
Banks, James A. Teaching Strategies for Sosial Studies: Inquary, Valuing, and
Decision Making. Addison-Wesley Publishing Company: 1977.
Cahn, Steven M. Pendidikan Liberal Berbasis Sekolah. Yogyakarta: Kreasi Wacana,
2002.
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Bandung: Syaamil Al-Quran,
2009.
Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan
Kitab Suci Al-Qur‟an Depag RI, 1983.
164
164
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai.
Jakarta: LP3S, 1983.
Faijah, Nur. Pengaruh Qiyam al-lail Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Asrama
Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang. Skripsi
Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, 2009.
Fakih, Mansour. Kata Pengantar dalam O‟Neill, William F. Ideologi-ideologi
Pendidikan. cet. kedua, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Freire, Paulo dkk. Menggugat Pendidikan. Fundamentalis, Konservatif, Liberal,
Anarkis. Jogjakarta: Pustaka Pelajar, cet. IV, 2003.
Geertz, Clifford. Agama Jawa: Abangan, Santri, Priyayi Dalam Kebudayaan Jawa.
Depok: Komunitas Bambu, 2014.
H.S., Mastuki dan M. Ishom El-Saha. Intelektualisme Pesantren. Jakarta: Diva
Pustaka, 2006.
Haedar, Amin. Panorama Pesantren Dalam Cakrawala Modern. Jakarta: Diva
Pustaka, 2004.
http://esscocom.blogspot.com/2012/12/essalavi-country.html, diakses 30 April 2015.
http://m.nu.or.id/, diakses 27 April 2015.
http://m.nu.or.id/, diakses 27 April 2015.
http://partnerindonesia.com/?p=102, diakses Selasa, 23 Juni 2015.
http://pphmbulu.blogspot.com/2013/03, diakses 25 April 2015.
http://thepenguinus.blogdetik.com/2013/05/16. diakses 29 April 2015.
http://wardun.tripod.com, diakses tanggal 1 Mei 2015.
http://www.desantara.or.id/2013/06, diakses 26 April 2015.
http://www.ditext.com/adler/wle.html, diakses tanggal 23 April 2015.
165
165
http://www.salaf.id.ai/sejarah-pondok-pesantren-salaf-tegalrejo.
http://www.smksw.sch.id/profil-sekolah, diakes Selasa, 23 Juni 2015.
http:\ideologi\epistemologi-rasionalisme-rene,htm, diakses tanggal 23 April 2015
Junaidi, Mahfud dan Rikza Chamami. “Toward Liberal Islamic Education”, Jurnal
Edukasi. Volume I, Th.X (Desember 2002).
Jurnal Edukasi. Pendidikan Islam Liberal, Volume I, Th.X/Desember/2002.
Karel A. Steenbrink. Pesantren, Madrasah Sekolah: Pendidikan Dalam Kurun Waktu
Modern. Jakarta: LP3ES, 1994.
Kurzman, Charles. ”Liberal Islam: Prospects and Challenges”, MERIA Journal, Vol.
2 No. 2, (Maret) 1998.
Kurzman, Charles. Liberal Islam: A Source-Book. New York: Oxford University
Press, Islamic Liberal, 1988.
Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren. Jakarta: Paramadina, 1997.
Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. VI,
2013.
Marzuki. Tipologi Perubahan dan Model Pendidikan Multikultural Pesantren Salaf,
[Experiment/Research],http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2641/lumbungpustaka
/, 2010.
Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Inis, 1994.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.
Muarif. Liberalisasi Pendidikan Menggadaikan Kecerdasan Kehidupan Bangsa. cet.
1, Jakarta: Pinus Book Publisher, 2008.
Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.
166
166
Muhdhor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus Bahasa Arab Kontemporer. Yogyakarta:
Multi Karya Grafika, 2003.
Nafis, Muhammad Muntahibun. ”Pesantren dan Pluralisme: Upaya Modernisasi
Pendidikan Pesantren Menuju Masyarakat Madani”, Insania,Volume 13,
Nomor 2 (Mei-Ags 2008).
Nasution, S. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Nawawi, Hamdan. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1995.
O‟Neill, William F,. Ideologi-ideologi Pendidikan. cet. kedua, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
Prasodjo, Sudjono. Profil Pesantren. Jakarta: LP3S, 1982.
Rahman, Arif. Politik Ideology Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang mediatama, 2009.
Rizal, Ahmad Syamsu.”Pendidikan Nilai Secara Active-Learning Dalam Tradisi
Pondok Pesantren”, Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta‟lim, Volume 10,
Nomor 1 (2012).
Rizal, Ahmad Syamsu.”Transformasi Corak Edukasi Dalam Sistem Pendidikan
Pesantren, Dari Pola Tradisi Ke Pola Modern”, Jurnal Pendidikan Agama
Islam Ta‟lim, Volume 9, Nomor 2 (2011).
Rosidi, Ajip. Kiai Hamam Dja`far dan Pondok Pabelan. Jakarta: PT Dunia Pustaka
Jaya, 2008.
Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Solichin, Mohammad Muchlis. ”Modernisasi Pendidikan Pesantren”, Tadrîs, Volume
6, Nomor 1 (Juni 2011).
167
167
Soyomukti, Nurani. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, Neo-Liberal, Marxis-
Sosialis, Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, Cetakan I, 2010.
Sudrajat, dan M. Subana. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia,
2001.
Sugiharto, Bambang. Humanisme dan Humaniora. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. cet. IX, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2013.
Sulaiman, Tasirun. Wisdom of Gontor. Bandung: Mizania, Cetakan I,2009.
Suparlan, Parsudi. “Menuju Masyarakat Multikultural”, Jurnal Antropologi
Indonesia, Juli 2002.
Suparta, Mundzier dan Amin Haedari (editor). Manajemen Pondok Pesantren.
Jakarta: Depag, 2003.
Ta‟rifin, Ahmad dkk. ”Formalisasi dan Transformasi Pendidikan Pesantren”, Jurnal
Penelitian, P3M STAIN Pekalongan, Volume 5, Nomor 2 (Nopember 2008).
Tilaar, H.A.R,. Multikulturalisme, Tantangan Global Masa Depan. Jakarta: Grasindo,
2004.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
Tim Penyusun Kamus. Kamus Besar Bahasa Indonesia. cet. kedua, edisi ke-III,
Jakarta : Balai Pustaka, 2005.
Tim Penyusun. Buku Panduan Musyawarah Kerja OPPM Darussalam Gontor.
Ponorogo: Sekretariat OPPM, 2014.
Tim Penyusun. Diktat, Bekal Dai Ramadhan. Tegalrejo: Pesantren API Tegalrejo,
2015.
168
168
Tim Redaksi. Diktat Khutbatul Iftitah Pekan Perkenalan Pondok Modern
Darussalam Gontor. Ponorogo: Darussalam Press, tt.
Tim Redaksi. Serba-serbi Singkat Tentang Pondok Modern Darussalam Gontor.
Untuk Pekan Perkenalan Tingkat Dua. Ponorogo: Darussalam Press, 1997.
Tim Redaksi. UNIDA, University of Darussalam. Ponorogo: Darussalam Press, 2014.
Tim Redaksi. WARDUN GONTOR. Ponorogo: Darussalam Press, Vol. 67, Sya‟ban
1435 H.
Tim Redaksi. Wardun,Warta Dunia Pondok Modern Darussalam Gontor. Ponorogo:
Darussalam Press, 2014.
Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Penjelasannya Yogyakarta: Media Wacana, 2003.
W.A., Smith. The Meaning of the Conscientacao: The Goal of Paulo Freire‟s
Pedagogy. Amherst: Center for International Education, UMASS, 1976.
Yaqin, M. Ainul. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Ziemek, Manfred. Pesantren Dalam Perubahan Sosial. terj. oleh Butche B.
Soendjojo. Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat
(P3M), 1986.
169
169
170
170
171
171
172
172
Pimpinan pondok melepas kontingen Jambore Internasional ke Malaysia
Kontingen Jambore Internasional
173
173
Kegiatan Pramuka di Pondok Modern Gontor
Acara PERKAJUM Perkemahan Kamis Jumat di desa binaan
174
174
Apel Tahunan pada acara Pekan Perkenalan / Khutbatul Arsy
175
175
Inspeksi pimpinan pondok pada Acara Apel Tahunan
Slogan yang tertera di salah satu gedung sekolah di Pondok Modern Gontor
176
176
Pimpinan Pondok memberi pengarahan di Laporan Pertanggungjawaban
Laporan Pertanggungjawaban di Pondok Modern Gontor
177
177
Sumpah jabatan dan pelantikan Pengurus baru OPPM
Suasana Musyawarah Kerja OPPM
178
178
Lomba senam antar rayon di Pondok Modern Gontor
Training jurnalistik di Pondok Modern Gontor
179
179
Kompetisi olah raga di Gontor Olympiad
Hari Raya Qurban di Pondok Modern Gontor
180
180
Panggung Gembira kelas VI Pondok Modern Gontor
181
181
Acara Demontrasi Bahasa dan Poetry Reading di Pondok Modern Gontor
Seni Reog Ponorogo dalam Pentas Aneka Ria Nusantara
182
182
Sidasa band ditampilkan siswa kelas IV dan III Intensif
Marching Band Pondok Modern Gontor
183
183
PORSENI di Pondok Modern Gontor
Gedung Olah Raga GOR Pondok Modern Gontor
184
184
Kunjungan Prof. Dr. Faris Kaya, Ketua Dewan Eksekutif Istanbul Foundation for
Science and Culture
Kunjungan Prof. Dr. Abdul Jalil Salim, Rektor Universitas Zaituna Tunisia
185
185
Kunjungan mufti Rusia, As-Syaikh Rushan Hazrat Abbyasof
Kunjungan ketua Palang Merah Internasional, Frederic Fournier (kedua dari kanan)
186
186
Kunjungan Taufiq Ismail ke Pondok Modern Gontor
Kunjungan Dr. Shintani Naoyuki dari Jepang
187
187
Pentas Seni Rakyat di depan rumah alm. K.H. Ahmad Muhammad API Tegalrejo
188
188
189
189
Pentas seni di belakang rumah alm.K.H. Ahmad Muhammad
Persiapan pentas wayang di depan rumah alm. K.H. Ahmad Muhammad
190
190
K.H. Yusuf Chudlori besarta para pengasuh pesantren API Tegalrejo
K.H. Yusuf Chudlori bersama Gus Mus
191
191
Gus Yusuf siaran di radio FAST FM miliknya
Ceramah Gus Yusuf di radio FAST FM dibukukan
192
192
Konser musik modern di acara akhirussanah Pesantren API Tegalrejo
Konser d‟massive di acara akhirussanah Pesantren API Tegalrejo
193
193
SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo
194
194
Siswa SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo
Siswa SMK Syubbanul Wathon Tegalrejo
195
195
Komisi Pelatihan Kuliner (KPK) Pesantren Entrepeneur
196
196
197
197
Kegiatan Santri Pondok Modern Gontor
A. Jadwal kegiatan sehari-hari
04.00-05.00 : Sholat subuh berjamaah, membaca al-Qur‟an
05.00-05.30 : Penyampaian kosa kata Arab dan Inggris
05.30-07.00 : MCK, sarapan
07.00-12.00 : Masuk kelas (sekolah)
12.00-12.30 : Sholat dzuhur berjama‟ah
12.30-14.00 : Makan siang, istirahat
14.00-15.00 : Pelajaran sore (tambahan)
15.00-15.30 : Sholat ashar berjamaah
15.30-16.00 : Membaca al-Qur‟an
16.00-17.00 : Olah raga/istirahat, MCK
17.00-17.30 : Mandi (sudah tidak boleh berolah raga)
17.30-18.00 : Membaca al-Qur‟an di masjid
18.00-18.45 : Sholat magrib berjamaah, Taujih/ membaca al-Qur‟an
18.45-19.30 : Makan malam
19.30-20.00 : Sholat isya‟ berjamaah
20.00-21.30 : Belajar malam (perwalian)
21.30-22.00 : Istirahat
22.00-04.00 : Wajib tidur kecuali piket malam
198
198
B. Kegiatan ekstrakurikuler
a. Jam‟iyyatu-l-Qurra„ dan Tahfidz Al-Quran
b. Diskusi dan Kajian ilmiah
c. Pelatihan Organisasi
d. Gerakan Pramuka, termasuk di dalamnya Marching Band
e. Program peningkatan Bahasa, diantaranya;
1) Penyampaian kosa kata Bahasa Arab dan Inggris setiap pagi.
2) Percakapan berbahasa Arab (muhadatsah) maupun Inggris (conversation )
dua kali sepekan, pada hari Selasa dan Jumat.
3) Perlombaan pidato, drama dan cerdas cermat dalam bahasa Arab dan
Inggris.
f. Public Speaking dengan menggunakan tiga bahasa, Bahasa Indonesia, Bahasa
Arab, dan Bahasa Inggris.
g. Perkemahan, diadakan setiap pekan secara bergiliran, berlokasi di desa-desa
binaan Pondok Modern Gontor.161
h. Kursus-Kursus Ketrampilan dan kesenian, di antaranya:
1) Kursus Kaligrafi
2) Kursus Melukis
3) Kursus Mengetik
4) Kursus Komputer
161
Di Pondok Modern Gontor diistilahkan dengan PERKAJUM (Perkemahan Kamis Jumat)
karena hari liburnya adalah hari Jumat bukan Ahad.
199
199
5) Kursus Elektronika
6) Kursus Membuat Sirup and Roti
7) Dan kursus lain-liannya
i. Olahraga, meliputi :
1) Lari pagi
2) Sepak bola (terdapat lima klub)
3) Bola basket (terdapat empat klub)
4) Bola takraw
5) Tenis meja (terdapat lima klub)
6) Bulu tangkis (terdapat empat klub)
7) Bola voli (terdapat empat klub)
8) Bela diri
9) Senam
10) Futsal (terdapat empat klub)
j. Penerbitan buletin dan majalah dinding
k. Pementasan Seni, ditampilkan oleh kelas lima dan kelas enam dalam rangka
pekan perkenalan.
200
200
Kegiatan santri Pesantren API Tegalrejo Magelang
A. Jadwal Kegiatan Harian Santri
04.00-05.00 : Bangun tidur, persiapan shalat subuh, shalat sunnah qobliyah subuh
05.00-05.15 : Shalat subuh
05.15-06.30 : Belajar wajib
06.30-11.00 : Aktifitas ngaji162
11.00-13.00 : Istirahat sebentar (tidur qolilan)
13.00-13.45 : Persiapan shalat dzuhur
13.45-14.00 : Jama‟ah shalat dzuhur
14.00-16.00 : Aktifitas ngaji
16.00-16.30 : Persiapan jamaah ashar
16.30-16.45 : Jamaah Ashar
16.45-17.30 : Otonomi kamar (kegiatan kamar) Musyawarah dari senior sedang
yunior mengulang pelajaranyang telah dikaji, apabila ada sisa waktu
atau jam kosong digunakan jalan-jalan di lingkup pondok sampai
batas yang telah ditentukan
17.00-18.30 : Persiapan jama‟ah magrib dan mujahaddah magrib
18.30-18.45 : Shalat Magrib jamaah
18.45-19.20 : Mujahaddah
162
Belajar di kelas di Pesantren Salaf API Tegalrejo diistilahkan dengan “ngaji”
201
201
19.20-19.35 : Shalat Isya‟ Jamaah
19.35-20.00 : Persiapan ngaji jam 8 malam
20.00-23.00 : Aktifitas ngaji malam
23.00-23.30 : Istirahat
23.30-24.00 : Persiapan mujahadah malam ( qiyam al-lail)
24.00-01.00 : Qiyamul lail dengan mujahaddah malam dan shalat malam (tahajjud
dan hajat dua rakaat, dan lain-lain).
01.00-04.00 : Istirahat (tidur malam)
B. Kegiatan ekstrakurikuler Pesantren API Tegalrejo
1) Setiap bulan Ramadlan mengirimkan santri seniornya (akhir) ke daerah-daerah
yang membutuhkan dai/muballigh antara lain Wonogiri, Gunungkidul,
Banjarnegara, Sragen dan Banyumas.
2) Menyelenggarakan Bahtsul Masail, yakni pembahasan masalah-masalah aktual.
3) Jam‟iyyatul Quro, yaitu membaca al-Quran secara bersama-sama.
4) Muhadloroh yaitu latihan berkhotbah/pidato.
5) Pertemuan mutakhorijin (alumni) diselenggarakan setiap 35 hari, yaitu pada hari
Ahad Kliwon. Acara ini lebih dikenal sebagai acara Selapanan
6) Ziarah Jawa dan Madura bagi santri tingkat akhir
202
202
Jadwal Pentas PBA ke-41 Tahun 2015
Pesantren API Tegalrejo
01. Jumat malam Sabtu, 22 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Dasman Hadi diiringi campursari
b. Kethoprak Ngesti Budoyo Magelang
02. Sabtu malam Ahad, 23 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Slamet Sunyoto
b. Kethoprak Margo Budoyo Magelang
03. Ahad malam Senin, 24 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Wisnu Sugito Putro
b. Kethoprak Manggolo Suko Wiworo
04. Senin malam Selasa, 25 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Muhyat
b. Kethoprak FKKS Sleman
05. Selasa malam Rabu, 26 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Jumbuh Siswanto
b. Kethoprak Pamong Budoyo Yogyakarta
06. Rabu malam Kamis, 27 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Abu Karsono
b. Kethoprak Dwi Aji Mandala Magelang
203
203
07. Kamis pagi, 28 Mei 2015
a. Pentas Seni Jathilan
b. Atraksi Seni Sorengan
08. Kamis malam Jumat, 28 Mei 2015
a. Wayang Kulit Ki Dalang Kembar Bayu Sugati Putra diiringi campursari dan lawak
Rabies cs. dan artis-artis DIY
b. Kethoprak Merbabu Budoyo Magelang
09. Jumat pagi, 29 Mei 2015
a. Tari Topeng ireng, Angklung Banyumasan dan segala jenis kesenian
b. Pentas seni budaya adat menampilkan 150 grup seni
10. Jumat malam Sabtu, 29 Mei 2015
a. Karnaval PBA dengan iringan 150 kesenian daerah
b. Kethoprak Sabdo Budoyo Aji Temanggung
11. Sabtu pagi, 30 Mei 2015
a. Penutupan pengajian umum seniman oleh K.H. Ridlwan Sururi
b. Pentas seni PBA
12. Sabtu malam Ahad, 30 Mei 2015
a. Kethoprak PS Bayu dengan iringan lawak Rabies cs.
b. Pengajian Akbar Haflah Attasyakur Lil Ikhtitam ke-72
204
204
BIOGRAFI PENULIS
Nama : Imamul Huda, S.Pd.I
Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 26 April 1970
Pekerjaan :
Tempat Mengajar:
Guru
MA/MTs Assalaam Temanggung
Alamat : Lingkungan Harjosari RT 01 RW 07
Bawen Semarang Jawa Tengah
Pendidikan : 1. S1 Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang, lulus tahun
2013
2. Pasca Sarjana IAIN Salatiga lulus
tahun 2015
Keluarga : Istri : Nur Cholifah
Anak : Xena Raida
Zamzam Omar Sahid
Panji Fatahillah Mursyid